tugas ap pendekatan mimetis
TRANSCRIPT
ANALISIS SAJAK DENGAN PENDEKATAN MIMETIK
Tugas Mata Kuliah Apresiasi Puisi
Dosen Pembimbing Ira Rahayu, S.Pd., M.Pd.
Oleh
Zaenul Nadif
112050125
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
2013
Sajak perjuangan
Aku Tulis Pamplet IniPengarang: WS. Rendra
Aku tulis pamplet inikarena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labahOrang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekanmenjadi peng – iya – an
Apa yang terpegang hari inibisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahayamenjadi isi kebon binatang
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
Aku tulis pamplet inikarena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.
Aku tidak melihat alasankenapa harus diam tertekan dan termangu.Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.
Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai sampahKegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.Kelesuan.
Aku tulis pamplet inikarena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :ternyata kita, toh, manusia !
Pejambon Jakarta 27 April 1978Potret Pembangunan dalam Puisi
Penyair menulis sajak ini berdasarkan kejadian yang terjadi pada tahun itu. Disini penulis
mengungkapkan nada yang mengkritik sosial dan juga menggugat kekuasaan yang saat itu di
pimpin oleh Soekarno pada saat itu. Penyair menginginkan perjuangan untuk pembangunan
bangsa ini secara transparan.
Puisi-puisi Rendra baru menjadi besar dan dibesarkan, serta mencapai jaman keemasannya, pada
masa Orde Baru, terutama justru pada saat kebebasan berekspresi dibatasi. Sejak saat itulah
puisi-puisinya banyak bernada menggugat kekuasaan, kritik sosial, dan memperdengarkan suara
kelompok orang-orang tertindas (rakyat, buruh-tani, perempuan pembantu, pelacur, pencopet),
termasuk anak-anak muda yang kecewa pada bimbingan (pembatasan) para orangtua. Beberapa
puisi Rendra ditulis sangat panjang, di antaranya adalah Nyanyian Angsa. Rendra kadang juga
menulis beberapa puisinya berdasarkan ide dan pesan narasi dalam naskah-naskah drama yang
dipentaskannya. Dibandingkan dengan Chairil Anwar dan Taufiq Ismail, Rendra lebih urakan
dan blak-blakan dalam menuliskan puisinya.
Dalam Aku Tulis Pamplet Ini dan Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia kita bisa melihat bagaimana Rendra
menggugat pada kekuasaan. “Aku tulis pamplet ini/karena lembaga pendapat umum/ditutupi jaring
labah-labah//Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,/dan ungkapan diri ditekan/menjadi peng - iya –
an//”, begitu alasan Rendra dalam Aku Tulis Pampleti Ini. Puisinya yang bernada kritik sosial antara lain
dapat ditemui pada Potret Keluarga, Sajak Sebatang Lisong, dan Pesan Pencopet Kepada Pacarnya.
Berikut kritik sosial Rendra terhadap Kesenian Salon yang dikutip dari puisi Sajak Sebatang Lisong, “aku
bertanya/tetapi
Sebuah Jaket Berlumur DarahOleh Taufik Ismail
Sebuah jaket berlumur darahKami semua telah menatapmuTelah berbagi duka yang agungDalam kepedihan berahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kitaDi bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasanBerlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarangSeraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan'
Berikrar setia kepada tiraniDan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk ituKami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunanMenunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-manaMelalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhanteriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakamanMereka berkata
Semuanya berkataLanjutkan Perjuangan
1966
4.2.17 Analisis Puisi Sebuah Jaket Berlumur Darah Karya Taufik IsmailSebuah Jaket Berlumur DarahSebuah jaket berlumur darahKami semua telah menatapmuTelah pergi duka yang agung 75 85. Dalam kepedihan bertahun-tahunSebuah sungai membatasi kitaDi bawah terik matahari JakartaAntara kebebasan dan penindasanBerlapis senjata dan sangkur bajaAkan mundurkah kita sekarangSeraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’Berikara setia kepada tiraniDan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?Spanduk kumal itu, ya spanduk ituKami semua telah menatapmuDan di atas bangunan-bangunanMenunduk bendera setengah tiangPesan itu telah sampai kemana-manaMelalui kendaraan yang melintasAbang-abang beca, kuli-kuli pelabuhanTeriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasaProsesi jenazah ke pemakamanMereka berkataSemuanya berkata2. Analisis Pengalaman Pengalaman yang terdapat dalam puisi di atas di antaranya yaitupengalaman rohani berpikir. Hal tersebut dapat dilihat dalam bait berikut ini. Sebuah jaket berlumur darah Kami semua telah menatapmu Telah pergi duka yang agung Dalam kepedihan bertahun-tahun Dari bait tersebut, terlihat adanya sebuah pengalaman berpikir tentangsuatu pengorbanan yang telah dilakukan sejak lama. Pemikiran pengarangterhadap pengorbanan dan penderitaan yang pernah dialaminya dia ungkapkandalam bait tersebut. Kemudian, terdapat pula pengalaman kegiatan. Pengalamantersebut dapat dilihat dalam penggalan bait berikut ini. 76
86. Sebuah sungai membatasi kita Di bawah terik matahari Jakarta Antara kebebasan dan penindasan Berlapis senjata dan sangkur baja Akan mundurkah kita sekarang Seraya
mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’ Berikara setia kepada tirani Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan? Dari bait tersebut, terlihat adanya pengalaman jasmani.
Pengalamanjasmani tersebut menggambarkan perjalanan pengarang ketika akan ikutberperang. Dalam bait tersebut dijelaskan bahwa pengarang banyak menemuihambatan dan rintangan. Hal
tersebut terlihat dalam larik Sebuah sungaimembatasi kita. Kemudian terlihat pula adanya pengalaman berpikir dalam larikBerikara setia kepada tirani, Dan mengenakan baju kebesaran
sang pelayan?.Dari larik tersebut terlihat adanya pemikiran pengarang tentang kesetiaan dansebuah kepalsuan yang dilakukan para pejabat negara yang berkuasa saat itu. Berdasar pada uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam sajakSebuah Jaket Berlumur Darah karya Taufik Ismali tercermin pengalamankegiatan, pengalaman rohani, yaitu pengalaman berpikir
1
ATAS KEMERDEKAAN
Sapardi Djoko Damono
kita berkata : jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut
di atasnya : langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawala
terjerat juga akhirnya
kita, kemudian adalah sibuk
mengusut rahasia angka-angka
sebelum Hari yang ketujuh tiba
sebelum kita ciptakan pula Firdaus
dari segenap mimpi kita
sementara seekor ular melilit pohon itu :
inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah
Horison
Thn III, No. 8
Agustus 1968
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
AGUSTUS Mansur Samin
Berdirilah hening dalam kehampaan malamjiwa siapa yang patut dikenanghitung dari mulakerna letak kejadian indahadalah hadirnya upcara dukamembangun kepercayaan teguh
Apakah mereka dengan kita bicaramenghitung hari-hari silam kehilangan rupaatas rumah-rumah di lingkaran gelapatas anak-anak di ketiadaan harapdari dulu terduga selalu
Berdrilah hening dalam kehampaan malamucapkan lunak kesanggupan yang bimbang
jangan tangisi, jangan hindari kenyataan inikerna fajar pagi akan membuka langit letihnyamenyediakan tanya untuk kita saling tidak bicara
Di mendung gerimis Agustus inisimpanlah risalah lama melantung kedalamantentang hari-hari gemilang yang akan datangtentang akhir-akhir hutang yang tiada peganganheningkan di sini, jangan dengan separo hati !
Berdirilah hening dalam kehampaan malammelupakan cedera kehilangan rupategakkan pulasuatu bentuk baru di hatimu mengorak jauhsuatu pandangan kudus di pilumu diam bergalaukita pun semua tahu untuk apa mengenang itu.
Mimbar Indonesia,Th XIV, No. 501960
Sajak-sajak http://www.karyapuisi.com/search?q=perjuangan#ixzz2mNgOnG5j
27 Maret 1968: Soeharto resmi menjadi Presiden Indonesia.
Oktober 1965-Maret 1966: Penumpasan PKI, mengakibatkan kira-kira setengah juta jiwa terbunuh.
12 Maret 1967: Soeharto diangkat menjadi Pejabat Presiden Indonesia. Sukarno menjadi tahanan rumah
27 Maret 1968: Soeharto resmi menjadi Presiden Indonesia.