tugas antropologi

Upload: febri-andianto

Post on 22-Jul-2015

139 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Pemimpin

Sebelum kita bahas kepemimpinan dan etika sebagai penciptaan dan kelangsungan budaya yang baik ,kita kaji dulu latar belakang kepemimpinan. Pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus yang memimpin dan mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk melakukan usaha bersama dalam pencapaian sasaran sasaran tertentu. Kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin ( dalam bahas inggris lead ) yang berarti tuntun. Berarti di dalanya ada dua pihak, yaitu yang di pimpin ( anggota organisasi ) dan yang memimpin ( pimpinan ).Setelah di tambah aawalan pe- menjadi pemimpin ( leader ) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komonikasi ,sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Kata kepemimpinan ( leadership ) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama.

Dengan adanya kekuatan saling mempengaruhi diantara semua anggota kelompok dan pemimpinnya, maka timbulah dinamika kelompok dalam wujud bermacam macam usaha dan tingkah laku yang kompleks. Dalam kekompleksan tingkah laku ini, jelas diperlukan pemimpin dan kepemimpinan.

1

Tugas seorang pemimpin dalam kelompok atau organisasi adalah sebagai berikut :

1.

Memelihara struktur kelompok atau organisasi , menjamin interaksi yang lancar, dan memudahkan pelaksanaan tugas tugas . menyesuaikan ideologi, ide, pikiran, dan ambisi anggota anggota kelompok dengan pola keinginan pemimpin.

2.

3.

memberikan rasa aman dan status yang jelas kepada setiap anggota, sehingga setiap anggota bersedia memberikan partisipasi penuh.

4.

memanfaatkan dan mengoptimalkan kemampuan, bakat, dan produktifitas semua anggota kelompok untuk berkarya dan berprestasi. menegakkan peraturan, larangan, disiplin dan norma norma kelompok agar tercapai kepaduan kelompok , meminimalisasi konflik dan perbedaan- perbedaan . merumuskan nilai nilai kelompok , dan memilih tujuan tujuan kelompok sambil menentukan sarana dan cara Cara operasional guna mencapainya.

5.

6.

7.

mampu memenuhi harapan, keinginan, dan kebutuhan para anggota, sehingga para anggota merasa puas. Juga membantu para angota kelompok beradaptasi terhadap tuntutan tuntutan eksternal di tengah masyarakat , serta memecahkan kesulitan kesulitan hidup anggota kelompok setiap hari.

2

B. Permasalahan tipe dan gaya kepemimpinan

Mengenai permasalan tipe dan gaya kepemimpinan kita harus memahami pentingnya berbagai tipe dan gaya kepemimpinan yang ada untuk melihat mana yang paling ideal dan sesuai dengan etika kehidupan berbudaya dan baik sebagai penciptaan dan kelangsungan budaya yang baik. Tipe dan gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut : 1.Tipe dan gaya otokratik : Pemimpin tipe ini sulit menerima masukan dari nanggota kelompoknya .Bagi pemimpin tipe ini dirinyalah yang paling benar meskipun keliru.Memberi masukan atau koreksi dan sran kepada pemimpin tipe otokratik adalah hal yang sangat sulit. Masukan atau saran lebih dipandang sebagai bentuk aksi pembangkangan , bukanlah dilihat sebagai bentuk input yang membangun .siapaun yang berani mengkritik dianggap sebagai musuh yang harus dibungkam atau bila perlu di singkirkan atau di hanguskan. Namun model kepemimpinan otokratik tidak sepenuhnya buruk .terkadang tipe ini lebih efektif dalam kondisi tertentu.Tipe otokratik akan efektif dalam kondisi atau situasi : 1. Menghadapi anggota kelompok yang belum terlatih, yang tidak mengetahui apa yang menjadi tugas dan prosedur yang harus diikuti. 2. 3. Efektif hanya diberikan melaui perintah dan instruksi yang detail. Ada keterbatasan waktu dalam mengambil keputusan.

Namun tipe otokratik jangan diterapkan kondisi: 1. 2. 3. Anggota kelompok menjadi tertekan, ketakutan dan tidak rasional. Anggota kelompok mengharapkan pendapatnya didengar. Anggota kelompok semakin tyergantung kepada atasan dalam menentukan keputusan.

3

2.Tipe dan gaya Birokratik : Tipe ini sangat bergantung kepada hal formal berlandaskan pada aturan main ( kebijakan ).tipe ini akan frustasi jika ada permasalahan atau situasi yang membutuhkan terobosan baru.TIpe ini biasanya akan membawa permasalan kepada pemimpin atasnya jika mendapatkan permasalah yang tidak terdapat dalam aturan yang sudah ditetapkan.Model tipe ini lebih tepat dikatakan sebagai petugas pelaksana lapangan. Tipe Birokratik akan efektif dalam kondisi atau situasi : 1. 2. 3. Anggota kelompok menjalankan rutinitas keseharian. Anggota kelompok perlu memahami prosedur standart tertentu. Anggota kelompok melaksanakan pelatihan keamanan atau keselamatan yang sedang diberlakuakan. Namun tipe birokratik jangan diterapkan kondisi: 1. Bentuk kebiasaan yang sulit dirubah, khususnya bila sudah tidak diperlukan lagi. 2. Anggota kelompok sudah kehilangan minat terhadap pekerjaan yang dilakukan dan terhadap rekan sekelompoknya. 3. Para anggota kelompok melakuakan pekerjaan sebatas apa yang diharapkan dan tidak pernah berbuat lebih.

3.Tipe dan gaya Demokratik Tipe seperti ini sering memberikan semangat kepada anggota , dan terus memberi informasi termasuk sharing dalam mengambil keputusan dan tanggung jawab.tipe ini mengatakan kepada bawahan bahwa anggota satu bagian dari sistem dan ikut pula dalam proses pengambilan keputusan.Tipe ini biasanya akan menghasilkan kuantitas dan kualitas yang bagus untuk jangka waktunyang cukup panjang. Angota kelompok akan menaruh rasa hormat yang tinggi kepada pemimpin.

4

Tipe demokratik akan efektif dalam kondisi atau situasi : 1. mengembangkan rencana guna membantu anggota kelompok melakukan evaluasi terhadap kinerja mereka sendiri. 2. Lebih menekankan pada kesadaran atau semangat untuk mencapai prestasi. 3. mendorong semangat anggota untuk bertumbuh pekerjaaan dan mempromosikan jenjang lebih tinggi. Namun tipe Demokratik jangan diterapkan kondisi: 1. Ketika pemimpin sendiri merasa tertekan atau terancam dengan model tipe demokratik. 2. Ketika tidak ada waktu untuk menampung semua masukan dari anggota.

4.Tipe dan gaya Liberal Tipe seperti ini adalah tipe yang tidak pernah memberi arahan terkait pekerjaaan yang bharus dikerjakan.dan memberikan kebebasan dan kekuasaan sehingga anggota kelompok harus menentukan sendiri tujuan yang harus dicapai mengambil keputusan sendiri dan mengatasi sendiri permasalahan yang terjadi. Tipe liberal akan efektif dalam kondisi atau situasi : 1. 2. 3. Anggota yang memiliki keahlian dan pengalaman.. Anggota merasa bangga dengan pekerjaan mereka. Anggota memiliki brasa percaya diri dan dapat dipercaya serta berpengalaman. Namun tipe liberal jangan diterapkan kondisi: 1. Anggota kurang aman dan nyaman ketika tidak ada pemimpin ketika harus mengambil keputusan. 2. Ketika pemimpin tidak memahami tugas dan tanggung jawab nya dan berharap anggota akan mengerjakannya.

5

C. Latar Belakang Etika

Etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran ajaran dan pandangan pandangan moral dalam kehidupan manusia sebagai individu yang bersosial dengan kelompok. Etika berusaha untuk mengerti mengapa , atau atas dasar apa kita harus hidup menurut norma norma tertentu. Etika mau menyediakan orientasi , meskipun tidak setiap individu memerlukan orientaasi itu.Tanpa etika ilmiahpun kebanyakan orang atau individu akan sedikit beretika, namun orang tidak begitu saja mempercayai pada pandangan lingkungannya.Setiap individu akan merasakan kebutuhan suatu orientasi kritis di bidang moral. Alasan mengapa etika sangat diperlukan pada kehidupan adalah sebagai berikut :

1. Kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik,juga dalam bidang moralitas. Setiap hari kita bertemu dengan orang orang dari suku, daerah dan agama

yang berbeda- beda kesatuan tatanan normatif sudah tidak ada lagi. Kita berhadapan dengan sekian banyak pandangan moral yang sering saling bertentangan.Sehingga untuk mencapai suatu pendirian dalam pergolakan pandangan pandangan moral yang berbeda refleksi dan pandangan kritis etika diperlukan. 2. KIta hidup dalam masa tranformasi masyarakat yang tanpa tanding. Dengan semua yang mengenai segi kehidupan yaitu adanya modernisasi. Dengan transformasi modernisasi yaitu ekonomi, sosial, intelektual dan budaya itu sehingga nilai nilai budaya yang tradisional ditentang semua. Dalam situasi modernisasi ini etika

membantu agar kita jangan kehilangan orientasi , dapat membedakan antara apa yang hakiki dan apa saja yang boleh berubah. Dengan demikian etika membantu kita tetap sanggup untuk mengambil sikap - sikap yang dapat kita pertanggung jawabkan.

6

3. Dengan adanya proses perubahan sosial budaya dan moral dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk menawarkan ideologi ideologi baru sebagai obat penyelamat. Etika dapat membantu kita sanggup untuk menghadapi ideologi - ideologi itu dengan kritis dan obyektif dan untuk dapat membentuk penilaian sendiri, agar kita tidak dapat terlalu mudah terpancing. Dengan etika membantu kita agar jangan naif atau ekstrem . Kita jangan terlalu cepat memeluk segala pandangan yang baru, tetapi juga jangan menolak nilai nilai karena baru dan belum terbiasa. 4. Etika diperlukan kaum Agama dalam menentukan dasar kemantapan iman kepercayaan mereka dan sekaligus mau berpartisipasi tanpa ragu dan takut serta tidak menutup diri dalam kehidupan masyarakat yang sedang berubah. Etika diperlukan dalam masalah interpretasi terhadap perintah atau hukum yang terdapat dalam wahyu dari Tuhan. Dan juga mengenai masalah masalah moral yang baru yang tidak langsung dibahas dalam wahyu dari Tuhan seperti contohnya : Bayi tabung. Etika adalah usaha manusia untuk mempergunakan akal budi dan daya fikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana dia harus hidup kalau dia mau menjadi lebih baik.

D. Perumusan Prinsip- Prinsip Etika

Perumusan prinsip prinsip etika menurut Supriyadi dalam bukunya Modul Diklat Prajabatan Golongan III : Etika Birokrasi , Jakarta LAN- RI dikemukakan ada 6 prinsip prinsip etika sebagai berikut : 1. Prinsip Keindahan ( beauty ). Pri nsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan.Banyak filsuf mengemukakan bahwa hidup dan kehidupan manusia sendiri merupakan keindahan dan dengan demikian etika manusia berkaitan atau memperhatikan nilai nilai keindahan .

7

Itulah sebabnya seseorang memerlukan penampilan yang serasi dan indah serta enak di pandang dalam berpakaian dan menggunakannya dalam waktu yang tepat. Tidak etis atau beretika jika seseorang menemui tamunya dengan berpakaian tidur .Etika dala pengelolaan ruang di kantor yang dilandasi dengan nilai niklai keindahan diwujudkan dengan pengelolaan tata ruang , furniture dan hiasan hiasan dinding serta aksesoris lainnya sehingga membuat orang bersemangat dalam bekerja.

2. Prinsip persamaan ( Equality )

Hakekat kemanusiaan

menghendaki adanya persamaan antara manusia

yang satu dengan yang lainnya. Setiap manusia yang terlahir di bumi ini serta memiliki hak dan kewajiban masing masing, pada dasarnya adalah sama atau sederajat. Konsekwensinya dari ajaran persamaan ras juga menuntut persamaaan diantara keaneka ragaman etis , watak, karakter, atau pandangan hidup masing masing etnis di dunia ini memang berlainan, namun kedudukannya sebagai suatu kelompok masyarakat adalah sama. Tuhan juga telah menciptakan manusia dengan jenis kelamin pria dan wanita, dengan bentuk fisik yang berlainan, tetapi secara hakiki diantara keduannya membutuhkan persamaan dalam pengakuan atas hak hak azasi mereka dan kedudukan di hadapan Tuhan adalah sama.

3. Prinsip Kebaikan ( Goodness)

Apabila orang menginginkan kebaikan dari suatu ilmu pengetahuan maka akan mengandalkan obyektifitas ilmiah, kemanfaatan pengetahuan, rasionalitas. Jika menginginkan kebaikan tatanan sosial , maka yang diperlukan adalah sikap sikap sadar hukum , saling menghormati ,dan perilaku yang baik. Jadi lingkup dari ide atau prinsip kebaikan adalah bersifat unifersal .

8

4. Prinsip Keadilan ( justice )

Suatu definisi keadilan yang hingga saat ini masih sangat relefan untuk merumuskan keadilan ( justice ) adalah dari zaman romawi kuno yaitu : justitia est contants et perpetua voluntas jus suum cuique tribuendi keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya.

5. Prinsip Kebebasan ( liberty ) Secara sederhana kebebasan dapat dirumuskan sebagai keleluasaan untuk bertindak atau tidak bertindak berdasarkan pilihan yang tersedia bagi seseorang. Kebebasan muncul dari doktrin bahwa setiap orang memiliki hidupnya sendiri serta memiliki hak untuk bertindak menurut pilihannya sendiri, kecuali pilihannya tindakan melanggar kebebasan yang sama dari mengandung pengertian : 1. Kemampuan untuk menentukan sendiri. 2. Kesanggupan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan. 3. Syarat - syarat yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan pilihannya beserta konsekuensi dari pilihan tersebut. tersebut

orang lain. Sehingga kebebasan manusia

Oleh karena itu , tidak ada kebebasan tanpa tanggung jawab . Dan begitu pula tidak ada tanggung jawab tanpa kebebasan . semakin besar kebebasan yang dimiliki oleh seseorang , semakin besar pula tanggung jawab yang dipikulnya.

6.

Prinsip Kebenaran ( truth ) .

Ide kebenaran biasanya dipakai dalam pembicaraan mengenai logika ilmiah, sehingga kita mengenal kriteria kebenaran dari berbagai cabang ilmu misalkan : matematika, fisika, biologi , sejarah dan juga filsafat.

9

Namun ada pula kebenaran mutlak yang dapat dibuktikan dengan keyakinan bukan dengan fakta yang ditelaah oleh teologi dan ilmu agama. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan kepada masyarakat agar masyarakat merasa yakin akan kebenaran itu . Untuk itu kita perlu menjebatani antara kebenaran dalam pemikiran dengan kebenaran dalam kenyataan atau kebenaran yang dibuktikan . Betapapun doktrin etika tidak selalu dapat diterima oleh orang awam apabila kebenaran yang terdapat didalamnya belum dapat dibuktikan. Etika secara umum dapat diartikan sebagai nilai nilai normatif atau pola perilaku seseorang atu kelompok, badan , lembaga organisasi sebagai sesuatu kelaziman yang dapat diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara konseptual , etika merupakan bagian dari disiplin ilmu filsafat yang berfokus pada nilai nilai yang diyakini dan dianut oleh manusia dan pembenarannya termasuk nilai nilai hidup dan hukum hukum yang mengatur tingkah laku manusia. . Sehingga secara konseptual istilah etika memiliki kecenderungan dipandang

sebagai suatu sistem nilai apa yang baik dan apa yang buruk bagi manusia dan masyarakat dalam implementasinya . penggunaan istilah etika banyak dikembangkan oleh sistem organisasi sebagai norma norma yang mengatur dan mengukur profesionalisme seseorang. Terbentuknya etika sebagai nilai nilai filosofis yang berlaku dan diyakini dalam pergaulan hidup manusia didalam lingkungannya , secara umum dilandasi prinsip prinsip yang diarahkan untuk menjamin terciptanya keindahan , persamaan , kebaikan , keadilan kebebasan dan kebenaran bagi setiap orang.

10

BAB II Analisis Kebudayaan

A. Manusia dan KebudayaanDua kekayaan manusia yang paling utama adalah akal dan budi . Dengan akal budinya manusia mampu mencipta, berkarsa dan berasa .Sehingga dengan aka budi tersebut manusia mampu mencipta benda-benda baru untuk memenuhi hajat hidupnya; Baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dan akan menimbulkan dan muncul tuntutan hidup yang lebih daripada makhluk lain. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Sebelumnya kita kaji dan definisikan dulu tentang arti kebudayaan. Kebudayaan berasal dari kata : Budaya yang berarti Daya dari budi yang berupa cipta,

karsa dan rasa. Sehingga Kebudayaan berarti Hasil dari cipta, rasa dan karsa . Sedangkan menurut dari bahasanya berasal dari Kebudayaan Berasal Dari Kata Sansekerta BUDDHAYAH , yang merupakan bentuk jamak dari kata BUDDHI yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budhi atau akal Kebudayaan juga ada dari sumber bahasa Culture, merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin colere yang berarti mengolah atau mengerjakan (Mengolah tanah atau bertani). Dari asal arti tersebut yaitu colere kemudian culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam.

11

Memanusiawikan

manusia

melalui

pemahaman

konsep

keadilan,

penderitaan, cinta kasih, tanggung jawab, pengabdian, pandangan hidup, keindahan dan kegelisahan sebagai konsep menuju kebudayaan.. Manusia dan Cinta Kasih Cinta secara sederhana bisa dikatakan sebagai paduan rasa simpati antar dua makhluk. Samapai dengan sekarang ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa cinta itu tidak lebih dari sekedar perasaan menyenangkan yang untuk mengalaminya orang harus terjatuh ke dalamnya. Sikap semacam itu pada hakikatnya berdasar pada pendapat-pendapat berikur: Banyak orang melihat masalah cinta ini pertama-tama sebagai masalah dicintai dan bukan masalah mencintai Masalah cinta adalah masalah objek dan bukan masalah bakat Mencampuradukan antara pengalaman mula pertama jatuh cinta dan keadaan tetap berada dalam cinta. Cinta mempunyai hubungan pengertian dengan kasih sayang, kemesraan (perasaan simpati yang akrab), belas kasihan, dan aktivitas pemujaan (wujud cinta manusia pada Tuhan) . Kasih Sayang, adalah perasaan sayang, perasaan cinta, atau perasaan suka kepada seseorang.

12

Berbagai bentuk kasih sayang: Bentuk kasih sayang dimana orang tua bersikap aktif sementara anak bersikap pasif (dampaknya anak takut, kurang berani menyatakan pendapat, minder, tidak percaya diri) Kasih sayang dimana orang tua bersikap pasif sementara si anak bersikap aktif. Bentuk kasih sayang dimana orang tua bersikap pasif sementara sianak juga bersikap pasif. Manusia dan Keindahan Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Keindahan bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal. Keindahan dalam arti luas, mengandung pengertian ide kebaikan Keindahan dalam arti estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Keindahan dalam arti yang terbatas, keindahan hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.

Ciri-ciri keindahan menyangkut kualitas hakiki dari segala benda yang mengandung kesatuan (unity), keseimbangan (balance), keselarasan (harmoni), symetry, dan

pertentangan (Kontras). Jadi keindahan adalah tersusun dari keselarasan dan pertentangan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata.

13

Manusia dan Penderitaan Penderitaan dari kata derita. Kata derita berasal dari kata bahasa sansakerta dhara artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat lahir atau bathin. Penderitaan penyebabnya dapat berasal dari dalam dan dari luar diri manusia Manusia dan Keadilan. Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap diri sendiri, atau ibu-bapak dan kaum kerabatmu Manusia dan Pandangan Hidup Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan normanorma agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.

14

Perumusan Kebudayaan

15

B. Kajian Teori Kebudayaan

Menurut pendapat dari para ahli kebudayaan diuraiakan sebagai berikut : 1. Menurut E.B.Tylor (Primitive Culture) Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaankebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 2. Menurut R. Linton (The Cultural Background of Personality) Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu. 3. Menurut Melville J. Herskovits Kebudayaan adalah Man made part of the environment (bagian dari lingkungan manusia) 4. Menurut Dawson (Age of The Gods) Kebudayaan adalah cara hidup bersama (culture is common way of life) 5. Menurut J.V.H. Deryvendak Kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam berlaku dalam suatu masyarakat tertentu 6. Menurut Prof Dr. Koentjaraningrat Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.

16

7. Menurut Menurut Ki Hajar Dewantara Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat 8. Menurut Sultan Takdir Alisyahbana Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berfikir 9. Menurut Dr. Moh. Hatta Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa 10. Menurut Mangunsarkoro Kebudayaan adalah segala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas-luasnya . 11.Menurut Drs. Sidi Gazalba Kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu 12. Menurut Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Sehingga Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. kebudayaan itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia; kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar; dan kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

17

Unsur-unsur Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat ada beberapa unsur yang terdapat dalam kebudayaan adalah sebagai berikut : 1. Sistem religi . Yang meliputi : - sistem kepercayaan , - sistem nilai dan pandangan hidup, - komunikasi keagamaan, - upacara keagamaan. 2. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial . Yang meliputi : - Kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, - sistem

kenegaraan, - sistem kesatuan hidup , - perkumpulan . 3. Sistem pengetahuan . Yang meliputi pengetahuan tentang : - flora dan fauna , - waktu, ruang dan bilangan , - tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia . 4. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi . Yang berbentuk meliputi : - Lisan - tulisan 5. Kesenian . Yang meliput i: - seni patung/pahat , - relief , - lukis dan gambar, rias , - vokal, - musik , - bangunan , - kesusastraan, - drama . 6. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi . Yang meliputi : - berburu dan mengumpulkan makanan, - bercocok tanam, - peternakan ,- perikanan, - perdagangan .

18

7.

Sistem peralatan hidup atau teknologi . Yang meliputi : - produksi, distribusi, transportasi, - peralatan komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah, - pakaian dan perhiasan , - tempat berlindung dan perumahan senjata . Menurut Melville J. Herskovits ada beberapa unsur yang terdapat dalam

kebudayaan adalah sebagai berikut : 1. Alat-alat teknologi 2. Sistim ekonomi 3. Keluarga 4. Kekuasaan Politik

Menurut Bronislaw Malonowski ada beberapa unsur yang terdapat dalam kebudayaan adalah sebagai berikut : 1. Sistim norma-norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat agar menguasai alam sekelilingnya 2. 3. Organisasi ekonomi Alat-alat dan lembaga lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan ; perlu diingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama 4. Organisasi Kekuasaan Menurut C. Kluckhohn dalam Universal Categories Of Culture (Ulasan pendapat para sarjana tentang unsur- unsur kebudayaan) : 1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi dll) 2. Mata pencaharian hidup dan sistim ekonomi (pertanian, peternakan, sistim produksi, sistim distribusi) 3. Sistim kemasyarakatan (sistim kekerabatan, organisasi politik, sistim hukum, sistim perkawinan)

19

4. 5. 6. 7.

Bahasa (lisan maupun tertulis) Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak) Sistim pengetahuan Religi (sistim kepercayaan)

C. Analisis Perubahan Kebudayaan

Proses kebudayaan melalui internalisasi, sosialisasi, enkulturasi, difusi, akulturasi dan asimilasi. Perubahan kebudayaan merupakanj suatu proses dari Realita dalam masyarakat terdapat 2 kekuatan berkenaan dengan perubahan kebudayaan, yaitu konservatisme dan keinginan akan perubahan . Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan adalah sebagai berikut : 1. Discovery dan invention a. Discovery dan invention adalah pangkal tolak dalam studi mengenai

pertumbuhan dan perubahan kebudayaan, karena hanya dengan proses inilah unsur yang baru dapat ditambahkan kepada keseluruhan kebudayaan manusia. b. Menurut Linton, Discovery adalah setiap penambahan pada

pengetahuan dan invention adalah penerapan yang baru dari pengetahuan. c. Basic invention, Basic invention dapat diterangkan sebagi suatu

peristiwa yang meliputi pemakaian prinsip baru atau kombinasi dari prinsip

20

baru. Basic disini mempunyai arti, bahwa ia membuka kemungkinan akan adanya kemajuan dan menjadi dasar dari berbagai invention. d. Improving invention . Artinya adalah memperbaiki penemuan yang

telah ada 2. Difusi kebudayaan a. Difusi kebudayaan adalah proses penyebaran unsur kebudayaan dari

satu individu ke individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. b. Penyebaran dari individu ke individu lain dalam batas satu masyarakat

disebut difusi intramasyarakat. c. Sedangkan penyebaran dari masyarakat ke masyarakat disebut difusi

intermasyarakat. d. 3. Difusi mengandung tiga proses yang dibeda-bedakan: Proses penyajian unsur baru kepada suatu masyarakat Penerimaan unsur baru Proses integrasi

Akulturasi Akulturasi dapat dikemukakan menurut pendapat para ahli adalah sebagai

berikut : a. Redfield, Linton, Herskovits : Mengemukakan bahwa akulturasi meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola

kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau pada kedua-duanya.

21

b. Gillin dan Gillin dalam bukunya Cultural Sociologi, Mengemukakan bahwa akulturasi adalah proses dimana masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya menglami perubahan oleh kontak yang lama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai kepada percampuran yang komplit dan bulat dari dua kebudayaan itu. c. Dr. Koentjaraningrat, Mengemukakan bahwa akulturasi adalah proses yang timbul bila

suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa , sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaa sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri. Bentuk-bentuk kontak kebudayaan yang dapat menimbulkan proses akulturasi: Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat, atau antar bagian-bagian saja dalam masyarakat, atau dapat pula terjadi antar individu-individu dari dua kelompok. Antar golongan yang bersahabat dan golongan yang bermusuhan Antar masyarakat yang menguasai dan masyarakat yang dikuasai Antar masyarakat yang sama besarnya atau antar masyarakat yang berbeda besarnya Antara aspek-aspek yang material dan yang non material dari kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang komplek, dan antar kebudayaan yang komplek dengan yang komplek pula.

22

4.

Asimilasi Asimilasi adalah satu proses sosial yang telah lanjut dan yang ditandai oleh

makin kurangnya perbedaan atara individu-individu dan anatar kelompok-kelompok, dan makin eratnya persatuan aksi, sikap dan proses mental yang berhubungan dengan kepentingan dan tujuan yang sama. Ada beberapa faktor-faktor yang memudahkan asimilasi adalah sebagai berikut : a. b. c. d. Faktor toleransi Faktor adanya kemungkinan yang sama dalam bidang ekonomi Faktor adanya simpati terhadap kebudayaan yang lain. Faktor perkawinan campuran

Sehingga akan menciptakan fungsi Kebudayaan yaitu Melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar manusia dan sebagai wadah dari segenap perasaan manusia . Dan juga mewujudkan Sifat Hakekat kebudayaan yaitu : Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perikelakuan manusia Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban , tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan

23

Selain itu kebudayaan juga dapat dilihat atau diwujudkan dalam wujud kebudayaan yaitu : Wujud gagasan , Wujud Perilaku (Aktivitas) , Wujud Hasil budaya yang mana dapat di uraikan sebagai berikut : Wujud Gagasan Budaya dalam wujud gagasan/ide ini bersifat abstrak dan tempatnya ada dalam alam pikiran tiap warga pendukung budaya yang bersangkutan sehingga tidak dapat diraba atau difoto. Sistem gagasan yang telah dipelajari oleh setiap warga pendukung budaya sejak dini sangat menentukan sifat dan cara berpikir serta tingkah laku warga pendukung budaya tersebut. Gagasan-gagasan inilah yang akhirnya menghasilkan berbagai hasil karya manusia berdasarkan sistem nilai, cara berfikir dan pola tingkah laku. Wujud budaya dalam bentuk sistem gagasan ini biasa juga disebut sistem nilai budaya. Wujud Perlaku (Aktivitas) Budaya dalam wujud perilaku berpola menurut ide/gagasan yang ada. Wujud perilaku ini bersifat konkrit dapat dilihat dan didokumentasikan (difoto dan difilm). Contoh: Petani sedang bekerja di sawah, orang sedang menari dengan lemah gemulai, orang sedang berbicara dan lain-lain. Masing-masing aktivitas tersebut berada dalam satu sistem tindakan dan tingkah laku. Wujud Benda Hasil Budaya Semua benda hasil karya manusia tersebut bersifat konkrit, dapat diraba dan difoto. Kebudayaan dalam wujud konkrit ini disebut kebudayaan fisik. Contoh: bangunanbangunan megah seperti piramida, tembok cina, menhir, alat rumah tangga seperti kapak perunggu, gerabah dan lain-lain.

24

BAB III Etika kepemimpinan budaya yang baik

A. Manifestasi Etika budaya Kepemimpinan

Sebagaimana dikemukakan di atas kepemimpinan , etika dan kebudayaan , budaya organisasi kepemimpinan terdiri atas berbagai unsur atau elemen yang tidak semuanya dapat diamati dengan mudah. Kotter dan Heskett (1997) peneliti dari Harvard Business School mencoba menentukan faktor mana yang membuat beberapa budaya kepemimpinan organisasi lebih sukses dan lebih baik dari pada yang lain. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa etika dan budaya mempunyai dampak yang kuart terhadap prestasi kerja kepemimpinan . Etika budaya kepemimpinan organisasi merupakan faktor yang lebih penting dalam menentukan sukses atau gagalnya seorang pemimpin . Karena itu dalam studi terhadap budaya organisasi kepemimpinan manifestasi kebudayaan. terlebih dahulu harus dikenali .

Kotter da Heskett (1997) mengidentifikasi bahwa budaya organisasi kepemimpinan muncul dalam dua tingkatan, yaitu tingkatan yang tidak terlihat dan yang terlihat. Tingkatan yang tidak terlihat berupa nilai-nilai yang dianut bersama oleh anggota kelompok cenderung bertahan meskipun anggotanya sudah berganti. Nilai-nilai ini sangat sukar untuk berubah dan anggota organisasi sering kali tidak menyadari karena banyaknya nilai. Tingkatan yang terlihat berupa pola perilaku dan gaya kelompok atau karyawan suatu organisasi, dimana orang-orang yang baru masuk terdorong untuk mengikutinya.

25

Budaya organisasi kepemimpinan

dapat diklasifikasikan

menjadi dua yaitu yang tampak (tangible) dan tidak tampak (intangible). Aspek yang tidak tampak dari sebuah budaya meliputi nilai-nilai, keyakinan, dan ideologi yang berkaitan dengan pertanyaan Apakah yang seharusnya dilakukan seorang pemimpin ? Jawabannya diwujudkan dalam hal-hal tangible (yang tampak) baik dalam bentuk kalimat (lisan atau tulisan), perilaku yang ditampilkan, bangunan, fasilitas serta benda-benda yang digunakan (Caldwell & Spinks, 1993).

Untuk mendeskripsikan budaya organisasi kepemimpinan , pertama kali yang harus dilakukan adalah mengamati perwujudan (manifestasi) budaya tersebut, baru kemudian menangkap maknanya. Untuk itu Hodge dan Anthony (1988) mengidentifikasi manifestasi budaya organisasi kepemimpinan sebagai berikut:

No. Manifestasi 1 Ritus

Deskripsi Kepemimpinan

(tata Rangkaian kegiatan yang terencana, relatif rumit dan dramatis yang

cara upacara melibatkan berbagai bentuk ekspresi budaya dalam suatu peristiwa, keagamaan) yang dilaksanakan melalui interaksi social, biasanya untuk

mendatangkan/kepentingan/kebaikan bagi yang hadir. 2 Seremonial Suatu system dari beberapa ritus yang terangkai dalam suatu peristiwa. 3 Ritual (berkenaan dengan ritus) Rangkaian teknik dan perilaku yang mendetail dan terstandar yang mengelola keinginan/kegelisahan, tetapi ada kalanya menghasilkan (perasaan) mendalam sebagai akibat dari hal-hal teknis yang dipentingkan dalam pelaksanaan. 4 Mitos Suatu cerita dramatis tentang kejadian imajinasi, biasanya digunakan untuk menjelaskan asal mula atau transformasi (perubahan). Atau

26

juga suatu kepercayaan yang tidak dipertanyakan tetang manfaat pelaksanaan teknik atau perilaku tertentu yang tidak didukung oleh fakta yang terlihat. 5 Hikayat Cerita sejarah yang menggambarkan keberhasilan yang unik dari suatu kelompok dan pemimpinnya. 6 Legenda Cerita turun temurun mengenai kejadian yang sangat hebat yang didasarkan pada sejarah tetapi telah dicampuradukkan dengan khayalan/fiksi. 7 Kisah Cerita yang didasarkan atas kejadian sebenarnya tetapi sering pula merupakan campuran antara kebenaran dengan khayalan.

8

Dongeng rakyat

Cerita yang sepenuhnya khayalan.

9

Simbol

Setiap obyek, tindakan, kejadian kualitas atau hubungan yang memberikan sarana bagi penyampaian makna.

10

Bahasa

Salah satu bentuk atau kebiasaan di mana anggota suatu kelompok menggunakan suatu vokal dan tulisan untuk menyampaikan

makna/maksud antara satu dengan yang lain. 11 Isyarat Gerak bagia tubuh yang digunakan untuk mengekspresikan

makna/maksud. 12 Latar fisik Segala sesuatu yang mengitari orang-orag secara fisik dan dengan segera memberikan rangsangan perasaan, ketika mereka

melaksanakan kegiatan sebagai ekspresi budaya. 13 Artifak Obyek material (benda) yang dibuat oleh orang untuk memfasilitasi pengekspresian budaya.

27

B. Kepemimpinan Penciptaan dan kelangsungan budaya yang baik

Perpindahan dari sistem sentralistik ke otonomi berdampak kepada perubahan sistem kemandirian pengelolaan yang signifikan. Tujuan dari bahasan ini berusaha untuk mengungkap lebih jelas lagi, tentang karakteristik utama budaya organisasi dan peranan pemimpin dalam penciptaan dan keberlangsungannya, dan saran-saran strategis bagi pemimpin dalam menjalankan tugas yang diembannya dalam pengelolaan organisasi. Tujuan ini berimplikasi bahwa budaya pengelolaan organisasi sekarang berbeda dengan cara budaya organisasi di masa yang lalu. Menurut hasil observasi ada dua hal yang menyebabkan: Pertama, perubahan mengarah kepada nilai-nilai inti dan keyakinan sebagai penentu budaya yang sudah ada di organisasi . Kedua, implikasi kebudayaan itu tidak selamanya sesuai dengan pertimbangan di masa yang lalu. Sebaliknya pencapaian sistem organisasi organisasi seharusnya menjadi subyek utama. Pencapaian ini sangat diwarnai oleh kekuatan budaya yang didasari nilai dan keyakinan yang sudah ada. Kunci inti dalam pengelolaan etika budaya mandiri sangat

ditentukan oleh beberapa pola baru tingkah laku kepemimpinan yang sudah dimiliki. Permasalahannya terletak pada etika, efisiensi, dan pertanggungjawaban. Etika merupakan seleksi ilustrasi secara detil bagaimana budaya organisasi dapat dirubah ke dalam integritas organisasi. Kesimpulannya ada implikasi kepemimpinan dan etika dalam pengelolaan organisasi kebudayaan mandiri yang baik yaitu sebagai berikut : 1. Menggambarkan dan Menganalisis Budaya Suatu organisasi Secara sederhana, budaya suatu organisasi merupakan cara melakukan hal-hal yang ada disekitar organisasi. Seseorang tidak mencari untuk dan kemudian mendapatkan budaya dari organisasi , melainkan pengalaman seseorang berjalan dalam aktifitas sehari-hari.

28

Budaya

organisasi

bukan

merupakan

fenomena

baru,

melainkan penggalian kembali hal-hal penting tentang budaya sebagai faktor pertimbangan terbaik di organisasi. Peranan pemimpin didalam penciptaan dan pelanjutan suatu budaya adalah mengembangkan fokus berdasarkan perbuatan-perbuatan kepemimpinan di masa yang akan datang melalui sesuatu yang penting dan aktifitas-aktifitas manajerial. Budaya sebagai cara kita melakukan sesuatu disekitar itu justru merupakan titik awalnya. Kita melakukan sesuatu di organisasi karena kita mempunyai nilai-nilai dan keyakinan khusus tentang apa yang semestinya dilakukan di organisasi itu. Disini ditemukan dasar-dasar budaya yang tidak dapat diperhitungkan, tetapi banyak juga ditemukan manifestasi budaya berupa sesuatu yang sudah jelas, seperti: bentuk-bentuk yang kita gunakan, tingkah laku yang kita miliki, dan pembangunan fasilitasfasilitas lain maupun simbol-simbol yang dibangun secara bersama. Dasar-dasar budaya organisasi kepemimpinan ditentukan

melalui jawaban-jawaban untuk menanyakan hal-hal sebagai berikut: Apa yang menjadi tujuan pendirian organisasi? Apa peran organisasi dalam mencapai tujuan ini? Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap apa yang berharga dari pemimpin demi program organisasi? Apa yang menghubungkan diantara organisasi dengan masyarakat, dan diantara masyarakat dan pemerintah? Apakah yang harus dikembangkan organisasi berkaitan dengan kebutuhan anggotanya? Perilaku dan hubungan apakah yang memungkinkan perbedaan diantara masyarakat dan organisasi? Nilai-nilai, filosofi dan ideologi sebagai refleksi dalam

menjawab pertanyaan ini apakah sudah digambarkan dalam berbagai cara. Dalam bahasa verbal hal ini termasuk dalam pernyataan tujuan, bahasa yang digunakan dalam

keseharian, metafora, cerita-cerita yang terorganisir, dan orang-orang yang berjasa dan tatanan organisasi.

29

Nilai-nilai, filosofis dan ideologi dimanifestasikan juga dalam tingkah laku, ritual, seremonial, pendekatan, prosedur operasional, norma dan aturan , reward dan sanksi, dukungan psikologis dan sosial, serta pola interaksi masyarakat. Manifestasi dalam materi tersebut termasuk sarana dan prasarana, bentuk bangunan fisik, visi dan pakaian seragam kerja. Disisi lain ada pertimbangan lain yang mungkin dapat membantu kita untuk menentukan kekuatan dari suatu budaya kepemimpinan organisasi. Yang penting ada pengembangan kelompok atau individu yang berbeda dalam hal nilai-nilai dan kepercayaan yang disepakati untuk melihat manifestasinya dalam bentuk seperti yang sudah tercantum di atas. Hal penting lainnya, adalah tingkat konsistensi antara nilai dan kepercayaan dan manifestasi mereka yang berbeda-beda. Jawaban-jawaban yang sama dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dilihat konsistensi yang berhubungan dengan nilai-nilai dan kepercayaan yang diwujudkan dalam bentuk kata-kata, tingkah laku, atau sesuatu yang berhubungan dengan materi. Sebuah kebudayaan yang lemah diindikasikan dengan gambaran nilai-nilai dan kepercayaan serta ketidakajegan dalam mewujudkannya. Sementara kekuatan budaya suatu organisasi bisa

digambarkan dengan mengacu kepada persamaan keyakinan bahwa semua anggota seharusnya menerima pendidikan yang dapat meningkatkan potensi mereka secara individual. Budaya yang kuat akan mencerminkan komitmen seluruh anggota organisasi terhadap nilai yang diwujudkan dalam tujuan yang jelas berdasarkan: kebutuhan organisasi yang ditargetkan untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan yang sesungguhnya; Standart Operation Prosesur ( SOP) yang dapat menunjukkan

cara-cara tertentu secara operasional; penggunaan bahasa yang dapat menyatukan semua anggota tanpa membedakan satu sama lain; tutur kata yang memfokuskan pada persamaan nilai; cerita yang terstruktur yang menekankan pada keberhasilan organisasi dalam menghadapi tantangan tertentu di masa lalu; orang-orang yang berjasa secara

30

organisasional termasuk anggota yang berhasil dalam mengatasi kesulitan tertentu, dan pemimpin yang mampu memberikan kontribusi secara proporsional. Perwujudan tingkah laku budaya organisasi dapat dilihat dalam wujud: keberhasilan pada kebutuhan organisasi; penerapan pendekatan-pendekatan tertentu; dan aturan, prosedur, reward, sanksi yang berlaku dan dukungan untuk mencapai tujuan. Kerangka kerja yang memungkinkan untuk mengembangkan budaya organisasi dapat diawali dengan spesifikasi dari nilai dan kepecayaan yang dimaksudkan untuk menekankan pada peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi, dengan memperhatikan komitmen yang sudah disepakati dalam organisasi. Kemudian diikuti dengan gambaran dan analisis dari berbagai perwujudan kepercayaan dan nilai-nilai tersebut, dengan memperhatikan ketidak ajegan diantara organisasi. Beberapa acuan dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan berdasarkan karakteristik budaya tertentu disebut dengan Self-Managing organication.

2.

Budaya yang Baik di Dalam Self-Managing Organication

Inti budaya diasumsikan dengan nilai-nilai, kepercayaan tentang hal-hal penting dalam tujuan dan kebutuhan organisasi. Tujuan ini diarahkan untuk pencapaian prestasi terbaik sangat ditentukan oleh peran pemimpin yang kreatif dan yang dapat menjaga kelestarian budaya yang baik di dalam self-managing organication yang dapat menguji apakah budaya itu baik. Di bawah ini merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan landasan. kepemimpinan antara lain: perbedaan asumsi, nilai dan keyakinan yang baik. Intinya harus ada pembagian dan kejelasan di dalam kepemimpinan organisasi.

31

Nilai-nilai kunci yang dimaksud adalah kualitas, efektivitas, dan kesamaan. Kualitas organisasi yang dimaksud mempengaruhi pencapaian tujuan yang diinginkan sebagai solusi dalam setiap organisasi dan sistemnya. Tujuan-tujuan yang dimaksud seharusnya mengacu kepada:

a. b. c. d.

Dasar (pedoman yang selamanya akan selalu diikuti) Dasar yang baru, yang meliputi pemecahan masalah, kreativitas, Seni, yang meliputi musik, drama, tari, cerita, puisi, lagu, dan lain-lain. Pengembangan spiritual, yang meliputi tujuan hidup dan hubungan antar sesama

serta lingkungan; e. f. Pengembangan kepribadian; Pengembangan fisik.

Nilai kunci kedua, adalah efektivitas. pemimpinyang baik adalah pemimpin yang tujuannya tercapai secara efektif . Tetapi pemimpin yang baik adalah pemimpin yang lebih baik dari pemimpin efektif. Didalamnya harus memuat kesamaan, semua tujuan tercapai, dengan kerangka kerja yang searah dengan isu kebijakan tentang kesamaan baik di dalam tingkat lokal maupun nasional. Nilai kunci ketiga, kebersamaan yang mengutamakan efisiensi dan pemberdayaan. Organisasi yang baik adalah organisasi yang mengutamakan efisiensi dalam hal pengaturan prioritas, monitoring, dan mengadakan perubahan yang signifikan dengan berdasar kepada kesamaan. Efisiensi merupakan sesuatu yang terseleksi dengan baik, sekalipun demikian setiap kesamaan mempunyai resiko yang semestinya

dipertimbangkan sebagai suatu kebutuhan organisasi. Jadi pengelolaan organisasi secara mandiri (a self-managing organication ) merupakan kemampuan untuk menjadikan efisien dalam pengertian positif.

32

Kepemimpinan

yang baik akan menempatkan nilai-nilai itu

pada pemberdayaan stafnya sendiri, anggota organisasi dan lebih luas lagi kepada masyarakat. Pemberdayaan yang dimaksud meliputi pengambilan keputusan, implementasi keputusan, dan mengakuisisi pengetahuan maupun ketrampilan yang dimiliki mereka. Terdapat lima nilai yang menunjukkan pada suatu budaya yang baik sebagai acuan sebuah nilai, menurut formulasi Fantini: Excellence = 1.Quality +2. Effectiveness + 3.Equity +4. Efficiency +5.Empowerment.

Pengelolaan mandiri (self-managing) merupakan kemampuan kepemimpinan organisasi dalam merespon isu-isu kualitas, menetapkan kerangka kerja untuk pencapaian efisiensi dalam mengalokasikan sumber-sumber, dan menspesifikasikan aturan bagi masyarakat dalam proses keterlibatannya memutuskan sesuatu.

4.

Manifestasi Nyata dari Nilai-nilai dan Keyakinan

Pada pembahasan ini budaya organisasi kepemimpinan merupakan sesuatu yang dialami dalam manifestasi nyata dari nilai-nilai dan keyakinankeyakinan di dunia, tingkah laku dan materi. Kekuatan sebuah budaya itu adalah komitmen yang kuat diantara individu dan kelompok dalam masyarakat organisasi itu, baik pada tingkat tinggi maupun konsistensi diantara perbedaan manifestasi budaya. Nilai-nilai kunci dalam budaya yang baik pada pengelolan kepemimpinan organisasi pemberdayaan. Kesemua mandiri adalah kualitas, efektifitas, kesamaan, efisiensi, dan aspek ini merupakan cara-cara nyata yang dapat

dimanifestasikan dalam etika, dan apa yang dilakukan diluar ini adalah pengecualian. Ilustrasi itu digambarkan dalam manifestasi persamaan yang nyata. Gambaran ilustrasi itu dapat dilihat pada dua sisi, yaitu nilai-nilai kualitas dan pemberdayaan:

33

Mengutamakan

kualitas,

seorang

pemimpin

mempunyai

gambaran tujuan khusus, terlihat dalam sebuah organisasi khususnya dalam penyediaan waktu khusus yaitu hubungannya dengan tempat-tempat organisasi lain. Mengutamakan pemberdayaan, seorang pemimpin organisasi yang baik akan menempatkan nilai-nilai itu pada pemberdayaan stafnya sendiri, anggota organisasi dan lebih luas lagi pada masyarakat. Pemberdayaan yang dimaksud adalah keterlibatannya dalam membuat keputusan dan mengimplementasikan keputusan itu, serta mengakuisisi pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimilikinya.

5.

Budaya Pengelolaan Mandiri (Self-Management)

Berbicara berbicara masalah budaya yang baik.

masalah budaya

pengelolaan mandiri

berarti

Selain itu juga berbicara masalah pemberdayaan, dengan ciriciri umum sebuah organisasi atau sebagai suatu sistem, yang lebih lanjut dikembangkan dalam bentuk tanggung jawab atau responsibilitas desentralisasi. Ada beberapa pertanyaan yang harus diperhatikan berkenaan dengan sistem itu: Adakah budaya untuk mengelola secara mandiri? Apakah terdapat asumsi-asumsi, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan dasar yang melekat pada budaya itu? Bagaimanakah budaya itu dimanifestasikan dalam pemahaman nyata? Aturan apakah yang dapat diterapkan seorang pemimpin dalam gambaran sebuah budaya untuk mengelola mandiri? Pemahaman sederhana, kebiasaan melakukan sesuatu dalam lingkungan sekitar berpengaruh terhadap pengelolaan organisasi mandiri baik pada tingkat pusat maupun didalam sistem pengelolaan organisasi mandiri, yang berbeda biasanya

terletak pada sistem pengelolaan yang lebih bersifat sentralistik.

34

Manifestasi budaya nyata dari budaya pengelolaan mandiri meliputi berbagai dokumen yang terdapat di organisasi secara kolaboratif seperti: piagam, misi, visi, kebijakan-kebijakan, perencanaan-perencanaan, anggaran-anggaran, dan

rencana kerja Setiap pemimpin akan mempunyai simbol yang berbeda seperti: tingkah laku yang tampak, rewards yang diberikan, nilai-nilai dan keyakinan yang melekat pada budaya itu sendiri. Semua itu menjadi rutinitas dan cara yang kita lakukan dalam keseharian. Para anggota organisasi atau kelompok akan tersosialisasi di dalam cara ini.

6.

Inti dari Budaya Pengelolaan kepemimpinan Mandiri

Manifestasi nyata dari budaya pengelolaan kepemimpinan mandiri adalah seperangkat asumsi, nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan mengenai cara suatu organisasi yang akan dikelolanya. Intinya berkaitan dengan hubungan baik (relationships): hubungan antara organisasi dengan pemerintah, antara organisasi dengan masyarakatnya, antara pemimpin organisasi dengan staf organisasi, dan antara semua anggota organisasi yang ada disekitarnya. Pemimpin pada sistem organisasi merupakan pioner

pendekatan dari setiap kegiatan yang telah dilakukannya. Menurut Michael Strembitsky in Edmonton: yang terbaik dalam melakukan fungsi dan manajemen organisasi adalah action atau aksi. Penekanan prinsip lain adalah pemberdayaan (empowerment), keduanya adalah sebagai suatu akhir dan proses: bahwa seorang pemimpin merupakan komitmen terhadap seluruh masyarakat organisasi yang berkaitan dengan kesempatan untuk menentukan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan keseharian kegiatankegiatan organisasi, penyesuaian terhadap perhatian mereka, keahlian atau mengarahkan

35

outcomes. Pemberdayaan itu meliputi dirinya sendiri, dan manifestasi akhir didalam pengorganisasian Partisipasi di dalam proses pembuatan keputusan merupakan satu manifestasi nyata dari unsur inti; selain itu adalah hubungan masyarakat dengan informasi, pengetahuan, dan ketrampilan yang berhubungan dengan keberhasilan dan kepuasan. Kepercayaan (trust) merupakan dasar sikap didalam

pengelolaan mandiri. Pemimpin pada organisasi dituntut untuk memiliki tingkat kepercayaan pada anggota yang dapat mengkontribusikan prestasi dari tujuan-tujuan organisasi yang akan memberikan kesempatan, tanggung jawab, dan responsibilitas dari pengelolaan kepemimpinan mandiri. Dasar keempat dalam kebudayaan pengelolaan mandiri adalah penggabungan (associated) dengan istilah synergy, bentuk misteri lain yang bersifat umum, organisasi umum, kebersamaan kelompok kerja biasanya akan lebih baik dalam pencapaian prestasi dibandingkan dengan kerja individu secara terpecah belah. Sebab dalam budaya pengelolaan kepemimpinan mandiri sangat bergantung pada komitmen dari tingkah laku pemimpin. Manifestasi nyata merupakan cara yang dilakukan

disekitarnya meliputi kesiapan formasi dari tim problem solving, pekerjaan kelompok, dan pemecahan isu-isu kunci dari waktu ke waktu. Terakhir adalah penerimaan tanggung jawab (acceptance of responsibility). Tanggung jawab yang dimaksud adalah tanggung jawab sepenuhnya, bila dibandingkan dengan tanggung jawab pada ketentuan sentralistik. Tanggung jawab yang dimaksud adalah berbeda fase dan modelnya di dalam pengelolaan kepemimpinan mandiri. Pemimpin melakukannya bersifat komplementer sesuai dengan situasi dan tanggung jawabnya.

36

7.

Beberapa Pola Tingkah Laku yang Mencerminkan Inti Pengelolaan Mandiri Asumsi, nilai, dan keyakinan inti (core assumptions, values

and beliefs) dimanifestasikan dalam cara yang berbeda dalam berbagai manifestasi nyata dari budaya pengelolaan kepemimpinan mandiri. Sekalipun demikian, intinya dapat memecahkan sesuatu permasalahan yang akan diagendakan dalam action atau aksi, dalam suatu sistem yang akan dikerjakan. Pola tingkah laku yang dimaksud biasanya lebih bersifat ideal bagi organisasi namun tetap memungkinkan dan dapat dilakukan, bahkan secara terminologi baru sangat dibutuhkan oleh berbagai organisasi , kelompok ataupun instansi. Tiga bagian inti dalam permasalahan ini adalah marketing, efficiency, and accountability. Ketiga konsep ini mempunyai kesamaan dengan sektor bisnis, hanya saja berbeda orientasi. Pemasaran kepemimpinan (marketing). Konsep pemasaran untuk

biasanya agak lemah dan hangat kuku (lukewarm). Padahal dalam

pandangan kontemporer, konsep pemasaran relevan dengan pengelolaan kepemimpinan mandiri. Menurut Kotler dan koleganya digambarkan kedalam lima posisi atau konsep filosofis tentang pendekatan pemasaran, yaitu konsep filosofis, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, dan konsep pemasaran secara sosial. Pada umumnya bagi pemimpin lemah dan menggambarkan respon negatif khususnya dalam konsep penjualan dan konsep pemasaran, dan hampir dipastikan konsumen tidak mau membeli dan tidak terstimulus untuk tertarik.

Asumsinya

bahwa

kunci

untuk

pencapaian

tujuan

kepemimpinan organisasi sangat ditentukan dari kebutuhan dan keinginan target pasar dan penyesuaian pasar dalam memberikan kepuasan yang lebih efektif dan efisien bagi kompetitor.

37

Menurut Kotler dan koleganya pemasaran tradisional sangat ditentukan oleh lingkungan sekitar yang buruk (environmental deterioration), kekurangan sumber (resource shortage), pertumbuhan penduduk yang meledak, inflasi dunia yang meluas, dan melalaikan pelayanan sosial dan konsep pemasaran sosial dalam lingkungan kekinian. Konsep pemasaran sosial meliputi kunci tugas dari pemimpin organisasi yang menentukan kebutuhan, keinginan dan ketertarikan pada target pasar, dan memberikan kepuasan yang lebih efektif dan efisien kepada kompetitor sebagai konsumen atau masyarakat yang baik, baik secara nasional maupun internasional karena perbedaan kebutuhan, keinginan, dan ketertarikan. Implikasi budaya baik dalam pengelolaan kepemimpinan mandiri untuk pemimpin merupakan suatu kemampuan untuk memahami dan

mengartikulasikan pandangan dan kerja yang menggantungkan dengan kolega dan masyarakat lainnya. Permasalahan atau penghalang umumnya yang muncul terletak pada pemasaran, penentuan alternatif dalam proses untuk aktifitas yang direncanakan, baik menyangkut kebutuhan organisasi maupun komunikasi informasi yang krusial. Keseluruhan hal ini penting untuk diintegrasikan dalam upaya pemasaran dalam lingkungan keseharian. Sehingga yang di maksud pemasaran adalah bagaimana cara dari seorang pemimpin dapat merangkul atau menarik perhatian dari anggotanya ataupun masyarakat. Efisiensi (efficiency). Efisiensi merupakan persamaan untuk yang terbaik. Pengalaman biasanya diperoleh melalui para pemimpin melalui isi dari pendidikan dalam keterlibatan mengambil suatu keputusan di organisasi. Efisiensi merupakan penggabungan dari pemotongan hal-hal yang tidak rasional dalam kontek lingkup rasionalisme ekonomi dan pengaruh pada bagian tertentu. Efisiensi berhubungan dengan pencapaian persamaan dan efektifitas secara multi dan kompleks dan memperioritaskan sesuatu dalam keterbatasan.

38

Implikasinya bagi pemimpin, bahwa efisiensi merupakan hal penting dalam pencapaian prestasi terbaik, dan disisi lain merupakan manifestasi yang tidak nyata dalam budaya terbaik dan diwujudkan dalam tujuan efektif dan mempunyai kesamaan, dan harus diwujudkan dalam cara-cara yang nyata melalui proses manajemen pada organisasi dengan memperhatikan perioritasnya, sumber-sumber alokasi kelangkaan, proses monitoring dan hasil, dengan cara meminimalisir resiko. Efisiensi dalam cara dan iluistrasi ini merupakan bagian dari budaya. Tanggung jawab (accountability). Manifestasi nyata pada budaya adalah tanggung jawab, yang diarahkan untuk dijadikan keinginan dalam menerima informasi tentang proses dan hasil dari pengelolaan kepemimpinan mandiri, dan membagi informasi ini dengan orang lain, yang akhirnya informasi ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pencapaian harapan kepemimpinan organisasi yang dicerminkan dalam bentuk:

penghargaan, misi, kebijakan-kebijakan, perioritas, dan lain-lain. Bagi pemimpin aspek ini merupakan fase evaluasi dari model pengelolaan manajemen kepemimpinan mandiri. Oleh karena catatan tentang evaluasi itu meliputi pemahaman tentang identifikasi kebutuhan, prioroitas, formulasi perencanaan, dan pengalokasian sumber-sumber yang secara proses dapat diterima dan dipertanggungjawabkan secara nyata.

8.

Perubahan Budaya organisasi: Integritas Pemasaran dengan Kepemimpinan. Konsep pemasaran merupakan ilustrasi kepemimpinan

budaya didalam pengelolaan organisasi kepemimpinan mandiri. Kesempatan untuk menilai kemampuan pemasaran organisasi merupakan capasity for entrepreneurship. Kemungkinan yang terjadi dengan konsep pemasaran dan kemandirian (entrepreneurship). Menurut Kotler dan koleganya: akan menjadikan kepemimpinan yang kreatif, percaya diri, dan dapat mengkontribusikan sesuatu kepada masyarakat. Campbell and Crowther: bahwa dengan keberadaan dan komitmennya akan menemukan sumber-sumber kreatif dalam menciptakan gagasan-gagasan baru, dan action yang akan meningkatkan kualitas kepemimpinan, dan kehidupan umumnya, baik di organisasi maupun di masyarakat.

39

Dampak lain dari Kebudayaan Pemasaran. Mempunyai nilai tambah dalam pendekatan yang diterapkan pada pengelolaan mandiri maupun untuk kepemimpinan pengelolaan mandiri, sehingga dapat menghasilkan sesuatu yyang lebih jauh terutama dalam upaya integritas organisasi. Pada permasalahan ini setiap orang akan

mengikutsertakan pengukuran dirinya sendiri ke dalam ketertarikannya pada organisasi. Disini akan terjadi pemahaman kontektual yang lebih luas, pengembangan integritas kepemimpinan, peningkatan kualitas kepemimpinan, dan melibatkan pemimpin dalam proses dan penciptaan kesempatan maupun kreatifitas kepemimpinan organisasi. Merekomendasikan Pimpinan agar tidak menggunakan lagi secara berlama-lama, dan Eksekutif Pusat diadopsi sebagai label yang dibutuhkan. Dimensi kebudayaan ini merupakan bukti, khususnya dalam pemahaman nilai dan keyakinan, struktur organisasi dan proses, bahasa dan metafor. Kebutuhan ini ditentukan dalam kerangka kerja sentralisasi, dan esensinya adalah perubahan di dalam bahasa tunggal dunia, maupun arahan berupa dukungan, pertemuan ilmiah, objektifitas dari sistem kebijakan yang dibuat, fungsi dan administrasi yang sangat mendukung sepenuhnya kepada kepemimpinan kearah penciptaan kebudayaan yang baik. Implikasi Bagi Pemimpin Sepuluh acuan strategis untuk menciptakan kesempatan menjadi pimpinan yang kreatif dan mampu melangsungkan budaya yang baik dalam kontek pengelolaan kepemimpinan mandiri, sebagai berikut: 1. Pimpinan organisasi dapat menggambarkan dan menganalisis budaya

organisasinyanya. 2. Dalam menciptakan dan menjaga kelangsungan budaya yang baik, pimpinan

organisasi dapat melakukannya dengan orang lain dalam lingkup masyarakat , terutama dalam menentukan unsur-unsur yang baik dan relevan dengan keberadaan organisasi, dan dapat mengidentifikasi maupun memecahkan kembali sesuatu yang tidak sesuai diantara berbagai manifestasi budaya di organisasi itu.

40

3.

Berkreasi atau merubah budaya organisasi dari waktu ke waktu. Budaya tidak dapat

diformulasikan diimplementasikan seperti sebuah kebijakan atau prosedur. Budaya organisasi tidak termasuk iklim organisasi yang dapat diamati secara alamiah. Disana terdapat komitmen dan action diantara individu dan kelompok pada masyarakat secara terus menerus. 4. Mengkreasi dan mempertahankan kelangsungan sebuah budaya organisasi ternyata

lebih sulit dalam kenyataannya. Kesulitan itu sangat bergantung kepada pengalaman masing-masing orang, karena semua orang mempunyai alasan masing-masing. 5. Pimpinan organisasi dapat melihat lebih luas lagi gambaran tentang megatrends

sehingga dapat mengapresiasikannya pada budaya organisasi yang sangat banyak berkembang dan menjadi kekuatan di masyarakat secara luas. 6. Pada saat orang sudah memiliki pandangan tentang sesuatu yang baik berarti yang

bersangkutan sudah mulai menentukan tujuan dalam kualitas kepemimpinan ; budaya pengelolaan organisasi mandiri harus berhubungan dengan kebutuhan untuk mengelola perubahan secara berkesinambungan. 7. Mengembangkan budaya organisasi disebut juga dengan pelatihan bagi pimpinan

yang lebih tinggi, pengarahan yang memberikan masalah teknis, fase memanusiakan dan mendidik pimpinan. Bila nilai dan keyakinan itu sudah menyatu dengan budaya organisasi berarti aktifitasnya sudah tergambar dalam keseharian sebagai hasil bagi organisasi, proses yang harus ditempatkan untuk memastikan keterlibatan yang tepat bagi anggota masyarakat dalam proses pembuatan keputusan. 8. Adanya kejelasan seluruh fase budaya kepemimpinan yang tidak dapat dilatih

melalui orang atau kelompok kecil masyarakat. Secara prinsip bahwa kepemimpinan itu merupakan hasil adaptasi dari pemberdayaan orang lain.

41

9.

Pemimpin organisasi dapat diadaptasi dalam cara mereka mengelola simbol-simbol.

Simbol-simbol itu dapat dilihat pada bentuk-bentuk, action dan reward yang mengarah pada perhatian anggota masyarakat berdasarkan permasalahan penting. Kesempatan itu mengarah pada manifestasi budaya nyata, seperti penghargaan terhadap ritual, seremonial, stori, kepahlawanan, artefak-artefak, dan sesuatu yang dapt dikenang (memorabilia). 10. Kesadaran dramatis merupakan sesuatu yang penting dalam melatih budaya

kepemimpinan. Kepemimpinan itu bermacam-macam tergantung tempatnya hanya saja penekanannya terletak pada budaya sebagai manajerial. Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahasa, termasuk metafor, dan seleksi budaya yang lebih luas, dalam pengertian bentuk setiap harinya. Menurut J. Starratt bahwa hal inilah yang akan membedakan perspektif seseorang, dan ini sangat diperlukan oleh setiap orang.

C. Etika profesi dalam Kepemimpinan

Dalam etika kepemimpinan , yang akan dikaji disini adalah etika profesi, yang terbatas. Sehubungan dengan etika profesi tercermin dalam Kode Etik masing-masing profesi terutama bagi seorang pemimpin Perlu dipahami pengertian etika kepemimpinan itu sendiri sebelum membicarakan setiap kode etik masing-masing profesi. Kode berarti tulisan, tanda-tanda, kata-kata yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu. Sedangkan arti kata Etik sebagaimana sudah dijelaskan dimuka. Arti Kode Etik adalah norma-norma dan asas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu. sebagai landasan ukuran tingkah laku (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Disini dapat dipahami kode etik itu berlaku untuk kelompok tertentu, seperti kelompok profesi Polisi, Jaksa Hakim, dan sebagainya, Dan fungsinya untuk mengukur tingkah laku ber kaitan dengan profesinya, bagaimana pelaksanaan profesi dan kepemimpinannya itu baik atau jelek, benar atau salah, sudah yang seharusnya atau tidak.Apa pengertian kode etik menurut istilah, diajukan penjelasan dari :

42

Ig. wursanto, Soebjakto sebagaimana dikutip oleh Ign. Ridwan Widyadharma (1991). Kode Etik merupakan aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh para anggota yang tergabung dalam suatu organisasi (organisasi profesi). Oleh karena itu kode etik profesi merupakan suatu bentuk persetujuan bersama, yang timbul secara murni dari diri pribadi para anggotanya.

Jadi Kode etik merupakan serangkaian ketentuan dan peraturan yang dise-pakati bersama guna mengatur tingkah laku para anggota organisasi. Sedangkan Soebjakto mengemukakan, bahwa etika setiap profesi tercermin dari Kode etiknya. Kode etik tersebut berupa suatu ikatan, suatu aturan (tata), atau norma yang harus diindahkan (kaidah) yang berisi petunjuk-petunjuk kepada para pemimpin maupun anggota organisasinya, tentang larangan-larangan yaitu apa yang tidak boleh diperbuat atau dilak.ukan oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan profesinya, tetapi kadang-kadang juga menyangkut tingkah laku mereka pada umumnya dalam masyarakat. Adapun yang menjadi tujuan diadakannya etika kepemimpinan adalah : profesi

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi 2. Untuk menjaga atau memelihara kesejahteraan para pemimpin dan anggotanya dengan mengadakan larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang akan merugikan kesejahteraan materiil para anggotanya. Manifestasi konkrit dari suatu kode etik adalah terlaksananya pedoman atau tuntunan tingkah laku yang sudah digariskan suatu kode etik pada profesi.kepemimpinan Pelaksanaan suatu profesi yang merupakan karya pelayanan masyarakat, dengan begitu menjadi satu dengan pergaulan hidup masyarakat. Ini rnembawa akibat pelaksanaan etika profesi dalam kode etik tersebut terikat dengan kebudayaan yang berkembang didalam masyarakat.

43

Kebudayaaan

tersebut

dalam

wujud

idiil

merupakan

keseluruhan ide - ide, nilai-nilai yang memberikan arah mengendalikan dan mengatur tata kelakuan manusia dalam masyarakat.

Perwujudannya

ini

termasuk

yang

berupa

etika

pada

umumnya. oleh karena itu etika profesi tidak boleh bertentangan dengan etika pada umumnya, atau etika pada umumnya yang menyangkut profesi mengkristalisasikan diri ke dalam etika profesi (kode etik). Di sarnping itu kebudayaan mernpunyai unsur-unsur, diantaranya ilmu pengetahuan.

Berdasarkan ini : ilmu pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan, maka penerapan dan perkembangan ilmu penegtahuan terikat dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.Hal tersebut di atas dikaitkan dengan pelaksanaan suatu profesi yang dikehendaki oleh etika profesi mensyaratkan adanya penerapan ilrnu tertentu untuk menyelesaikan / rnemecahkan persoalan-persoalan masyarakat, maka penerapan ilmu Itupun terikat dengan nilai-nilai budaya masyarakat.

Jadi pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam pelaksanaan profesi harus tidak bertentangan dengan nilai-nilai (etika) dalam kerangka kebudayaan masyarakat, agar profesi yang bersangkutan mendatangkan kemasyakatan masyarakatnya. Etika profesi pada dasarnya mengandung nilai-nilai yang memberikan tuntunan tingkah laku, demikian juga hukum.

Dengan demikian ketentuan dalam etika kepemimpinan dapat dikualifikasikan sebagai normatif etika yang mengandung ketentuan-ketentuan mengenai :

1.

Kewajiban pada diri sendiri,

2.

Kewajiban pada masyarakat umum,

3.

kewajiban kepada anggotanya

44

4.

Kewajiban kepada rekan,

5.

Kewajiban

pada

orang

ataupun

profesi

yang

dilayani.

Pelaksanaan etika profesi menyangkut masalah hati nurani, maka diperlukan integritas moral dari para pemegang profesi. Untuk itu diperlukan penghayatan dan pengamalan agama. Demikian juga masalah etika berkaitan dengan pandangan hidup dan persoalan-persoalan kesusilaan.

Pandangan hidup ini dalam kerangka Bangsa Indonesia tidak dapat terlepas dengan Falsafah Pancasila, sehingga sila-sila Pancasila harus menaungi tuntunan yang ditentukan dalam etika profesi dan kepemimpinan. Oleh sebab itu pelaksanaan etika profesi merupakan realisasi tingkah laku fungsional profesi yang berketuhanan, berperikemanusiaan, bersemangat persatuan, berkerakyatan dan

berkeadilan. Pendek kata unsur agamis menjadi masukan pelaksanaan etika profesi terutama, yang mendasar menyangkut cita Ketuhanan Yang Maha Esa..

Etika profesi dalam kepemimpinan sangat berkaitan dengan integritas moral, karena kesadaran moral merupakan faktor penentu agar tindakan manusia selalu bermoral, berperilaku susila. Ini akan membawa akibat timbulnya kesadaran untuk menaati norma-norma yang diharapkan sesuai dengan tuntutan profesi.

Etika profesi tersebut dikaitkan dengan apa yang telah disampaikan Bismar Siregar, maka etika profesi pun tidak dapat dilepaskan dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai manifestasi iman yang merupakan esensi sikap keagamaan. terkandung konsep-konsep, ide-ide, dan nilai-nilai, yang ini merupakan konkritisasi dari sistem nilai budaya yang bersifat lebih umum / abstrak, yang termasuk dalam budaya hukum yang telah diuraikan dimuka.

45

Sistem

nilai

budaya

dikatakan

bersifat

lebih

abstrak,

sebagaimana dikemukakan Koentjaraningrat, disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat tentanq apa yang dianggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu. pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat (Koentjaraningrat, 1985 : 190). Sistem nilai budaya tersebut akan menampakkan dalam bentuk yang beraneka-ragam sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Ini tergantung pada gerak saling mempengaruhi antara unsur-unsur budaya, seperti : kesenian, organisasi sosial, ekonomi, agama, manakah yang lebih kuat. Selanjutnya sistem nilai budaya tersebut melalui proses seleksi dengan mempertimbangkan unsur-unsurnya tersebut menjadi nilainilai yang dianut oleh kelompok sesuatu masyarakat menjadi pandangan hidup, yang sifatnya lebih konkret.

Pentingnya budaya, maka perlu dicari alternatif pendekatan yang tidak hanya formal. memanfaatkan suatu pendekatan dalam penegakan hukum yaitu pendekatan kebudayaan. Kebudayaan disini yang berlandaskan Pancasila, yang berarti kebudayaan atas dasar Sila-sila Pancasila, utamanya Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian kebudayaan yang dimaksudkan tidak lain kebudayaan yang tidak meninggal-kan dan justru mencerminkan nilai-nilai agama.

46

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan

Etika kepemimpinan merupakan manifestasi dari kebudayaan dengan cara yang kita lakukan berdasarkan kebiasaan di sekitar kita. Cara itu dalam pengelolaan organisasi kepemimpinan yang baik sangat signifikan dan berbeda sekali dengan organisasi yang tidak mempunyai kemampuan dalam mengelola dirinya sendiri. Banyak sekali manifestasi etika budaya yang akan

ditampilkan, nilai-nilai inti yang melekat pada budaya yang baik dalam pengelolaan organisasi kepemimpinan dapat dilihat pada tingkat kualitas, efektifitas, persamaan, efisiensi, dan pemberdayaan. Khususnya nilai-nilai itu akan dimanifestasikan dalam situasi khusus dalam keputusan pada tingkat lokal. Kekuatan budaya itu akan terlihat pada pembagian komitmen dalam mencapai tujuan secara konsisten diantara perbedaan manifestasi nyata dalam nilai-nilai inti. Ciri-ciri umum budaya pengelolaan organisasi kepemimpinan yang baik itu berhubungan dengan asumsi, nilai dan keyakinan yang dihubungkan dengan tambahan lain, pemberdayaan, kepercayaan, sinergi dan bertanggung jawab. Bahkan pola tingkah laku pemimpin itu telah dijadikan bagian dari budaya ini, penekanannya terletak pada aspek etika, efisiensi, dan

pertanggungjawaban. Seleksi terhadap masalah ini, bahwa etika dapat mengilustrasikan pendekatan yang dapat merubah budaya organisasi secara terintegrasi. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari berbagai budaya suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral dari

ke b u d a y a a n I n d o n e s i a . M e s k i b e r a n e k a r a g a m , n a m u n p a d a d a s a r nya terbentuk menjadi satu dan satu kesatuan kebudayaan.

47

Dewasa manifestasi kehidupan

ini

kebudayaan diartikan sebagai

masyarakat dalam arti luas sehingga budaya

meliputi segala kegiatan dan perbuatan umat manusia. Implikasi kepemimpinan diidentifikasikan dalam kesimpulan yang mengarah pada etika profesi dan kemampuan untuk menggambarkan dan menganalisis budaya organisasi; kapasitas untuk bekerja dengan orang lain dalam membangun komitmen tentang budaya organisasi yang sudah dimiliki sebelumnya; menerima pengembangan budaya organisasi; memperkenalkan pengembangan budaya organisasi dan mampu melihat gambaran yang lebih besar; menetapkan struktur dan proses untuk mengelola perubahan kebudayaan secara berkesinambungan dan lebih baik. Pengembangan lebih luas lagi pendekatan-pendekatan untuk kepemimpinan dengan dukungan budaya manajerial; pemberdayaan orang lain dan pencapaian kepemimpinan yang kental; dan kesadaran dramatik dalam melatih kepemimpinan. Kekuatan etika kepemimpinan merupakan sebuah fakta, tidak hanya didalam pencapaian sesuatu yang baik tetapi juga menyangkut sesuatu yang berpengaruh terhadap perubahan kebudayaan berikutnya. Disini terjadi perubahan dan pengayaan kesempatan budaya kepemimpinan di dalam pengelolaan kebudayaan yang beretika. Dengan demikian, prinsip pengembangan dan pengelolaan organisasi kepemimpinan yang baik bersifat dinamis dan fleksibel sangat mengacu pada tingkat kebutuhan lingkungan dan kebudayaan baik secara lokal, nasional, maupun

internasional. Prinsip demokratisasi merupakan pijakan utama dalam kelangsungan dan keberhasilan mengembangkan budaya pengelolaan etika kepemimpinan yang baik. Etika kebudayaan bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli saling memahami, saling menghargai, saling mencintai dan saling menolong di antara sesama manusia.

48

Sejalan dengan itu , perlu menumbuh kembangkan kembali budaya malu , yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan budaya budaya luhur bangsa . Untuk itu juga perlu di tumbuh kembangkan kembali budaya keteladanan yang harus diwujudkan dalam perilaku para pemimpin baik formal maupun informal pada setiap lapisan masyarakat. Dengan etika kepemimpinan menjadikan orientasi dalam jaman di mana nilai nilai dan norma norma tradisional dan kebudayaan semakin dipersoalkan. Sehingga seorang pemimpin tidak bingung dan hanyut dalam proses pancaroba dan perubahan kebudayaan.Dan seorang pemimpin dapat menghadapi masalah masalah moral yang muncul dengan lebih positif, kritis, dan mantap. Pemimpin dituntut untuk memiliki etika yang baik dan luhur dalam melaksanakan kepemimpinannya,bagi seorang pemimpin , hal ini merupakan refleksi etika profesi pemimpin yang tentunya membedakan seorang pemimpin dengan anggota yang dipimpinnya.Etika profesi seorang pemimpin juga merefleksikan moral dan agama serta mengandung kriteria sebagai berikut : Memiliki satu atau beberapa kelebihan dalam pengetahuan, ketrampilan sosial kemahiran teknis serta pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian seorang pemimpin sangat berkompeten dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Keberhasialn kepemimpinan sang pemimpin. Hal ini adalah : apakah sang pemimpin tersebut mampu menggerakkan semua sumber daya ( manusia ,alam, dana, waktu ) yang tercermin dalam kebudayaan yang beretika secara efektif dan efesien serta terpadu dalam proses manajemen . Oleh karena itu kepemimpinan adalah inti dari organisasi , manajemen dan administrasi yang merupakan manifestasi etika kebudayaan. suatu organisasi bergantung kepada

49

Pelaksanaan

suatu

etika

profesi

kepemimpinan

yang

merupakan karya pelayanan masyarakat, dengan begitu menjadi satu dengan pergaulan hidup masyarakat. Ini rnembawa akibat pelaksanaan etika profesi dalam kode etik tersebut terikat dengan kebudayaan yang berkembang didalam masyarakat.

Kebudayaaan

tersebut

dalam

wujud

idiil

merupakan

keseluruhan ide - ide, nilai-nilai yang memberikan arah mengendalikan dan mengatur tata kelakuan manusia dalam masyarakat.

50

B. Saran

Menurut

pendapat

penulis

bahwa

prinsip-prinsip

pengembangan budaya etika kepemimpinan dan pengelolaan organisasi kepemimpinan harus responsif dan kondusif sekali dengan situasi maupun perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi maupun seni (ipteks) serta kebudayaan. Dengan demikian, prinsip pengembangan dan pengelolaan organisasi kepemimpinan bersifat dinamis dan fleksibel sangat mengacu pada tingkat kebutuhan lingkungan dan kebudayaan, baik secara lokal, nasional, maupun internasional. Prinsip demokratisasi merupakan pijakan utama dalam kelangsungan dan keberhasilan mengembangkan budaya pengelolaan etika organisasi kepemimpinan dan budaya yang baik. Aspek kepemimpinan baik metode maupun kemampuan memimpin suatu organisasi sangat berpengaruh dalam multi dimensi perubahan kebudayaan dan etika profesi. Oleh karena itu , tampaknya diperlukan sekali adanya panduan kepemimpinan yang dapat dipergunakan sepanjang jaman dan tidak bertentangan dengan etika dan kebudayaan.Yang berarti dalam kebudayaan lingkungan yang berubah cepat dan radikal panduan kepemimpinan yang tepat dan beretika dapat dipergunakan alat bantu atau panduan bagi pemimpin dalam menjalankan tugasnya sehari hari. Seorang pemimpin harus beretika dan berbudaya yang berorientasi dalam jaman di mana nilai nilai dan norma norma tradisional dan kebudayaan semakin dipersoalkan. Sehingga seorang pemimpin tidak bingung dan hanyut dalam proses pancaroba dan perubahan kebudayaan.Dan seorang pemimpin harus dapat menghadapi masalah masalah moral yang muncul dengan lebih positif, mantap. Seorang pemimpin harus mengetahui dan memahami tentang kebebasan dan tanggung jawab.Bahwa semakin seorang pemimpin memiliki kebebasan yang banyak maka tanggung jawabnyapun akan semakin besar pula. kritis, dan

51

Seorang pemimpin harus bertanggung jawab secara etika , mampu membedakan yang baik dan yang buruk , serta memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. Dengan memiliki etika profesi kepemimpinan , maka seorang pemimpin dituntut

untuk memberikan contoh dan teladan dalam sikap dan tindakannya. Seorang pemimpin harus mempunyai keinginan untuk

mendalami tantangan tantangan etika yang kita hadapi sekarang ini.Dan juga seorang pemimp[in harus mendalami perubahan kebudayaan yang terjadi dan dapat membedakan mana kebudayaan yang baik dan beretika dengan kebudayaan yang tidak beretika dan tidak baik. Etika Budaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang

harus dilakukan berdasarkan kebiasaan di sekitar kita. Nilai-nilai inti yang melekat pada budaya yang baik dalam pengelolaan kepemimpinan mandiri dapat dilihat pada tingkat kualitas, efektifitas, persamaan, efisiensi, dan pemberdayaan. Bahkan pola tingkah laku etika pemimpin itu telah dijadikan bagian dari budaya ini, penekanannya terletak pada aspek pemasaran, efisiensi, dan pertanggungjawaban. Harus ada acuan strategis untuk menciptakan kesempatan menjadi pimpinan yang kreatif dan mampu melangsungkan budaya yang baik dan beretika dalam kontek pengelolaan kepemimpinan mandiri. Kekuatan budaya kepemimpinan merupakan sebuah fakta, tidak hanya didalam pencapaian sesuatu yang baik tetapi juga menyangkut sesuatu yang berpengaruh terhadap perubahan berikutnya. Disini terjadi perubahan dan pengayaan kesempatan budaya kepemimpinan di dalam pengelolaan kepemimpinan mandiri. Kata kunci yang harus diperhatikan dan dicermati serta dihayati adalah : kepemimpinan, kebudayaan, kualitas, efektifitas, persamaan, efisiensi, pemberdayaan dan etika.

52

Sumber Penulisan

Desi Fernanda. Drs.,M.Soc.Sc . ( 2009 ) modul Diklat Prajabatan Golongan III : Etika Organisasi Pemerintah, Jakarta, LAN - RI . Soerjono Soekanto. Prof. Dr. ( 2012 ) Sosiologi Suatu Pengantar, Grafindo Persada Koentjaraningrat. Prof. Dr. ( 2009 ) Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta Franz Magnis suseno . Dr. ( 2010 ) Etika Dasar , Yogyakarta , Kanisius Freddy Numberi, Laksamana Madya TNI ( Purn ). ( 2010 ) Kepemimpinan Sepanjang Zaman, Jakarta, PT. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta , PT. Raja

53