tugas akhir: pengontrolan peralatan listrik melalui jalur telepon (maret, 2005)

115
PENGONTROLAN PERALATAN LISTRIK MELALUI JALUR TELEPON BERBASIS KOMPUTER SKRIPSI diajukan untuk melengkapi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: R O M A D H A N I NIM : 9941510102

Upload: romadhani-xtalplanet

Post on 30-Jun-2015

4.994 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas Akhir Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala Banda Aceh - Aceh

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

PENGONTROLAN PERALATAN LISTRIK MELALUI JALUR TELEPON

BERBASIS KOMPUTER

SKRIPSI

diajukan untuk melengkapi sebagian persyaratan akademikguna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh:

R O M A D H A N INIM : 9941510102

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

Page 2: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Maret, 2005

ii

Page 3: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

PENGONTROLAN PERALATAN LISTRIK

MELALUI JALUR TELEPON

BERBASIS KOMPUTER

Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada

Jurusan Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala, sejauh yang saya ketahui bukan

merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau

dipakai untuk mendapatkan gelar Sarjana di lingkungan Universitas Syiah Kuala

maupun di perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber

informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Banda Aceh, 26 Maret 2005

Penulis,

R o m a d h a n iNIM: 9941510102

iii

Page 4: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

PENGONTROLAN PERALATAN LISTRIK

MELALUI JALUR TELEPON

BERBASIS KOMPUTER

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan akademik pada Jurusan Teknik

Elektro, guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Universitas

Syiah Kuala.

Skripsi ini telah disidangkan di hadapan dosen penguji pada tanggal 26 Maret

2005 dan dinyatakan telah memenuhi syarat suatu skripsi.

Banda Aceh, 28 Maret 2005

Disetujui oleh,

Dosen Pembimbing Co. Pembimbing

Hubbul Walidainy, ST., M.T. Ir. Syahrizal, M.T.NIP. 132 282 989 NIP. 132 133 744

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Teknik ElektroFakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Dr. Ir. Yuwaldi Away, M.ScNIP. 131 878 532

iv

Page 5: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

“… ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkauyang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku

dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai,berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku.

Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya akutermasuk orang-orang yang berserah diri. (Qs: Al-Ahqaaf-15)”

Ibu dan Ayah,Berapa jauh jalan kau tempuh…Berapa lama usia kau jalani…

Berapa banyak peluh kau tumpahkan…Seberapa pedih kau tanggung derita…Apakah pamrih yang kau harap…? Atau malah perih kau dapat…?

Seribu pertanyaan tak ingin kau jawabBukan engkau tak tahu jawabannya

Tapi inginkan aku mencari jawaban sendiriSemua demi aku, anakmu

Ibu dan Ayah,Kini aku telah sampai pada altar pertama cita-citakuTiada kebanggan lain selain melihat anakmu berhasil

Dan aku yakin,Inilah jawaban atas semua pertanyaan.

Persembahanku untuk orang-orang tercinta; Ayahanda Salikin & Ibunda Sani,Kakanda Saliyem, Misriati, SanoEdi, Muryuwati, Subagiar, Sukino, serta Adinda

Sarni atas semua dukungan moril dan materiil.

Special Thanks for my beloved Sister;An emptyness that you’ve fill, gave me a new shapeA shape that never create on the emptyness ordered

Making sure that is a black emptynessYou make me sure that black become sweet in the fill side

An empty is an… heartThe load is an… love

You’re that sweet… Risha Ayu Hayruma

Romadhani

v

Page 6: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini, serta shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Besar

Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya ke alam yang terang benderang

seperti saat sekarang ini.

Tugas Akhir dengan judul “Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui

Jalur Telepon Berbasis Komputer” ini ditulis untuk memenuhi salah satu

persyaratan akademik guna mencapai derajat Strata-1 Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya, penghormatan dan kebanggaan untuk Ayahanda Salikin dan Ibunda

Sani. Terimakasih untuk Kakanda Subagiar, Sukino, Saliyem, Misriati, Sano Edi,

Muryuwati, dan tak lupa untuk Adinda Sarni yang turut memberikan dukungan

moril dan materiil sehingga Tugas Akhir ini dapat terlaksana dengan baik.

Dalam pelaksanaan dan penulisan Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan

terimakasih kepada Bapak Hubbul Walidainy, ST., M.T. selaku pembimbing

utama dan Alm. Bapak Iskandar A. Harsadi, ST selaku Co-pembimbing, serta

Bapak Ir. Syahrizal, M.T selaku Co-pembimbing pengganti.

Terimakasih penulis haturkan kepada semua pihak yang secara langsung

maupun tidak langsung telah membantu dalam menyelesaikan penulisan Tugas

Akhir ini.

1. Bapak Dr. Ir. Yuwaldi Away, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik Unsyiah yang merangkap sebagai dosen penguji.

2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik Unsyiah yang merangkap sebagai dosen pembimbing.

3. Bapak Zulhelmi, ST, selaku Kepala Laboratorium Elektronika Fakultas

Teknik Unsyiah yang merangkap sebagai dosen penguji.

4. Bapak Ismahadi, selaku Laboran Lab. Elektronika Fakultas Teknik

Unsyiah.

vi

Page 7: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

5. Dosen-dosen dan karyawan Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Unsyiah.

6. Rekan-rekan mahasiswa angkatan ’98; Azis Maulana (Thanks for your

device), Cut ampon, Irwanda. ST, Roni, Iswandi. ST, Mutia. Angkatan ’99;

Maulida (thanks for your catridge), Asmalya (Thanks for your computer),

Rijalulfikri (for your book), Khairuman, M. Nasir, Budi Amri. Angkatan ’00;

Ahmad Fauzi (thanks for making my PCB), Nurul Afdal, Rahmad Sadli, Sri

Marlina S, Cut Marlia S & Haidi Alfitrah (thanks for making my device

picture). Angkatan ’01; Amalia, Rosna Gunadum, Nuriar Rosa (thanks all for

your support, I’ll never forget it). Alm. M. Taufiq Hidayat dan Alm. Sona

Sagita yang telah menjadi korban Tsunami tanggal 26 Desember 2004.

Teman-teman yang turut membantu; Ray C Ayadhi, Cut KIS, Mursada, Mulia

Rahman, Eko Ferdian, such and the gank in TP FAPERTA.

7. Seluruh teman-teman yang telah membantu terlaksananya penulisan Tugas

akhir ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan.

Banda Aceh, 28 Maret 2005

Penulis,

R o m a d h a n iNIM. 9941510102

vii

Page 8: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

ABSTRAK

Mengontrol peralatan listrik dapat dilakukan dari jarak dekat maupun jarak jauh dengan memanfaatkan suatu media transmisi. Peralatan listrik yang umum digunakan adalah lampu listrik. Pengontrolan berupa menghidupkan dan mematikan lampu dapat menggunakan media transmisi jalur telepon. Tugas Akhir ini membahas perancangan sistem yang dapat digunakan untuk mengontrol delapan buah lampu listrik dengan memanfaatkan nada DTMF. Sistem yang dirancang terdiri dari pendeteksi nada dering, pengangkat telepon, dekoder nada DTMF, dan rangkaian penggerak untuk menghidupkan lampu. Sistem ini juga dilengkapi dengan program perekam telepon. Pendeteksi nada dering digunakan untuk mendeteksi adanya panggilan pada pesawat telepon penerima. Pengangkat telepon digunakan untuk menerima panggilan yang sedang berlangsung dan memutuskan panggilan jika telepon pengirim telah ditutup. Dekoder DTMF digunakan untuk mengubah nada DTMF menjadi data 4 bit. Sedangkan rangkaian penggerak digunakan sebagai saklar untuk menghubungkan lampu listrik dengan jaringan PLN. Mematikan dan menghidupkan lampu dilakukan dengan menekan nomor lampu yang dituju pada keypad pesawat telepon pengirim pada saat panggilan telah diterima. Perekam pesan dan program penggerak dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0.

viii

Page 9: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

ABSTRACT

Electronic equipment can be done by using some transmition medium. Some of the device that commonly used is a lamp. The controlling idea is turn on and off a lamp from a distance through a media as phone line transmition. This Thesis discuss on designing a system that used to control lamp using DTMF. The system are consist of the ringing tone detector, phone answering, DTMF decoder, and a driving circuit for turning the lamp on. The system is also complete by a program for phone recording. A ringing tone detector commonly used to detect a call on a phone set. The phone answering use for receiving a call and closing the call when the phone sender is closed. DTMF decoder use to reverting DTMF tone to a 4 bit data. While that, the driver circuit use as a switch that connect the lamps to the electric source. Turning the lamp on or off are done by pushing the lamps number on the keypad of the phone set when it receive a call. The message recorder and driver program are made by using programming languages such as Ms. Visual Basic 6.0.

ix

Page 10: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ......................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

ABSTRAK …….............................................................................................. vii

ABSTRACT .................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................... 2

1.4 Metodologi Penelitian ............................................................. 2

1.5 Sistematika Penulisan Laporan ............................................... 3

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN ...................................................... 5

2.1 Dual Tone Multi Frequency (DTMF) ..................................... 5

2.2 Teori Dasar Pesawat Telepon ................................................. 7

2.2.1 Catu Daya Pesawat Telepon ......................................... 7

2.2.2 Nada Dering (Ringing Tone)......................................... 8

2.2.3 Duplex Coil.................................................................... 9

2.3 Penerima/Dekoder DTMF MT8870 ........................................ 10

2.4 Parallel Printer Port (LPT1) .................................................... 13

2.5 Dioda dan Light Emiting Diode (LED) .................................. 15

2.5.1 Bahan Semikonduktor .................................................. 15

2.5.2 Semikonduktor tipe-N dan tipe-P.................................. 15

x

Page 11: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

2.5.3 Dioda Persambungan .................................................... 16

2.5.4 Forward Bias dan Reverse Bias .................................... 17

2.5.5 Light Emiting Diode (LED) ......................................... 18

2.6 Transistor dan Phototransistor ................................................ 19

2.6.1 Transistor ...................................................................... 19

2.6.2 Phototransistor............................................................... 21

2.7 Switching................................................................................. 21

2.8 Microsoft Visual Basic 6.0....................................................... 22

2.8.1 Lingkungan Visual Basic .............................................. 23

2.8.2 Teknologi ActiveX........................................................ 26

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT .............................. 28

3.1 Diagram Blok Sistem .............................................................. 28

3.2 Perancangan Perangkat Keras (Hardware) ............................. 29

3.2.1 Pengkondisi Sinyal Dering ........................................... 30

3.2.2 Penerima/Dekoder DTMF MT8870 ............................. 31

3.2.3 Relay Pengangkat Telepon ........................................... 32

3.2.4 Penggerak danRelay Beban .......................................... 33

3.2.5 Pengawatan untuk Jalur Suara Masuk dan Keluar........ 34

3.3 Perancangan Perangkat Lunak (Software)............................... 36

3.3.1 Diagram Alir (Flowchart).............................................. 36

3.3.2 Perancangan Tampilan (Layout View).......................... 39

BAB 4 PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 41

4.1 Pengujian Sistem ..................................................................... 41

4.1.1 Pengujian Pengkondisi Sinyal Dering .......................... 41

4.1.2 Pengujian Dekoder DTMF ........................................... 43

4.1.3 Pengujian Sinyal Suara ................................................. 45

4.2 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan .................................... 46

4.2.1 Pengujian Sistem Pengontrolan .................................... 47

4.2.2 Pengujian Sistem Perekaman ........................................ 48

4.3 Pembahasan ............................................................................. 48

xi

Page 12: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

BAB 5 PENUTUP ....................................................................................... 52

5.1 Kesimpulan ............................................................................. 52

5.2 Saran ....................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54

LAMPIRAN A. SKEMA RANGKAIAN LENGKAP ................................ 55

LAMPIRAN B. FOTO ALAT ...................................................................... 56

LAMPIRAN C. LIST PROGRAM PENGGERAK ................................... 57

LAMPIRAN D. DATA SHEET MT8870 .................................................... 70

xii

Page 13: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Spektrum frekuensi nada DTMF ................................................ 5

Gambar 2.2. Susunan kombinasi nada DTMF pada tombol ........................... 6

Gambar 2.3. Sinyal paduan 697 Hz dan 1209 Hz untuk tombol ‘1’ ............... 7

Gambar 2.4. Pencatuan daya pesawat telepon sederhana ................................ 8

Gambar 2.5. Skema pesawat telepon DTMF ................................................... 9

Gambar 2.6. Duplex Coil ................................................................................. 9

Gambar 2.7. Konfigurasi pin IC MT8870 ....................................................... 10

Gambar 2.8. Diagram Fungsional MT8870 ..................................................... 11

Gambar 2.9. Diagram konektor DB-25 untuk LPT1........................................ 14

Gambar 2.10. Simbol dioda persambungan ..................................................... 16

Gambar 2.11. Bias pada dioda.......................................................................... 17

Gambar 2.12. Simbol LED............................................................................... 18

Gambar 2.13. Skema dan simbol transistor...................................................... 19

Gambar 2.14. Simbol Phototransistor............................................................... 21

Gambar 2.15. Rangkaian Switching ................................................................ 22

Gambar 3.1. Diagram blok sistem ................................................................... 28

Gambar 3.2. Rangkaian pengkondisi sinyal dering ......................................... 30

Gambar 3.3. Rangkaian dekoder DTMF MT8870 .......................................... 31

Gambar 3.4. Rangkaian penghubung jalur telepon ......................................... 32

Gambar 3.5. Pengawatan saklar gagang pada telepon Panaphone .................. 32

Gambar 3.6. Pemasangan relay untuk sistem pengangkatan telepon .............. 33

Gambar 3.7. Rangkaian penggerak dan relay beban lampu ............................ 34

Gambar 3.8. Pengawatan untuk jalur suara ..................................................... 35

Gambar 3.9. Diagram alir program penggerak ................................................ 37

Gambar 3.10. Tampilan Program .................................................................... 39

Gambar 3.11. Tampilan form About ............................................................... 40

Gambar 4.1. Rangkaian penguji sinyal dering ................................................. 42

Gambar 4.2. Pengujian rangkaian pengkondisi sinyal dering ......................... 43

xiii

Page 14: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Gambar 4.3. Pengujian dekoder DTMF .......................................................... 44

Gambar 4.4. Pengujian Data Dekoder ............................................................. 44

Gambar 4.5. Pengujian sinyal suara ................................................................ 45

Gambar 4.6. Pengaturan Volume Control pada proses pengujian suara ......... 46

xiv

Page 15: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kode yang dihasilkan MT8870 terhadap nada tombol ................... 12

Tabel 2.2. Konfigurasi Pin Konektor port paralel ........................................... 14

Tabel 4.1. Tegangan keluaran penguji sinyal dering terhadap

posisi saklar pilih ............................................................................ 42

Tabel 4.2. Hasil pengujian dekoder DTMF ..................................................... 45

xv

Page 16: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Listrik merupakan salah satu kebutuhan utama di saat ini. Hal ini dapat

dilihat dari banyaknya alat bantu pekerjaan manusia yang menggunakan listrik,

sehingga hampir semua kegiatan manusia bergantung kepada listrik. Peralatan

listrik itu sendiri sangat beragam bentuk dan fungsinya. Salah satu faktor yang

menyebabkan semakin beragamnya peralatan listrik yang ada saat ini diakibatkan

oleh kemajuan elektronika yang sangat pesat. Hampir semua peralatan listrik

mempunyai sistem elektronika di dalamnya, sehingga dapat dikatakan listrik

hampir tidak dapat dipisahkan dari elektronika. Sistem elektronika ini antara lain

berfungsi sebagai pengontrol.

Mengontrol suatu peralatan listrik dapat dilakukan dari jarak dekat atau

jarak jauh, tergantung dari tujuan dan fungsinya. Pengontrolan jarak dekat yang

paling sederhana adalah dengan mematikan atau menghidupkan peralatan listrik

menggunakan saklar mekanik, hal ini telah umum digunakan dalam instalasi

listrik.

Lampu merupakan alat listrik yang sudah sangat umum, akan tetapi tidak

umum bila lampu menyala atau mati di saat yang tidak tepat. Misalnya lampu

masih menyala pada siang hari atau belum menyala pada malam hari. Mematikan

dan menghidupkan lampu cukup dengan menggunakan saklar biasa, tetapi lain

halnya jika seseorang tidak berada di tempat, misalnya ketika sedang bepergian.

Untuk itu diperlukan suatu sistem yang dapat digunakan untuk mematikan dan

menghidupkan lampu listrik dari jarak jauh.

Pengontrolan jarak jauh dapat dilakukan dengan berbagai media

perambatan, misalnya melalui kabel, gelombang radio, cahaya, suara, dan

sebagainya. Jalur telepon merupakan media alternatif yang cukup baik untuk

pengontrolan jarak jauh, karena luas wilayah kontrol meliputi daerah yang

tersedia jalur telepon.

1

Page 17: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Dengan alasan tersebut, penulis hendak merancang suatu alat kontrol

lampu listrik jarak jauh melalui jalur telepon berbasis komputer, sistem ini juga

akan dilengkapi dengan program penjawab telepon yang akan merekam setiap

pesan masuk yang tidak terjawab.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, untuk dapat membuat suatu

sistem yang mampu mengontrol peralatan listrik dari jarak jauh dengan

menggunakan jalur telepon, masalah yang harus ditemukan solusinya adalah:

a. Merancang pengkondisi sinyal dering untuk mendeteksi adanya panggilan.

b. Merancang sistem pengangkat telepon untuk menerima telepon secara

otomatis.

c. Membuat dekoder yang dapat mengkodekan nada DTMF (Dual Tone Multi

Frequency) ke dalam data 4 bit.

d. Merancang rangkaian penggerak untuk pensaklaran lampu.

e. Membuat program penggerak, termasuk program penjawab dan perekam

telepon.

1.3 Tujuan

Perancangan ini bertujuan untuk merealisasikan suatu alat yang dapat

menghidupkan dan mematikan lampu listrik dari jarak jauh melalui jalur telepon,

mengangkat dan menjawab telepon secara otomatis, serta dapat merekam pesan

yang masuk berbasiskan komputer.

1.4 Metodologi Penelitian

Dalam perancangan ini, dilakukan beberapa tahapan pelaksanaan sebagai

berikut.

2

Page 18: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

1. Studi literatur

Tahapan ini mempelajari dasar teori yang menunjang, yaitu dasar teori

tentang nada DTMF, dekoder nada DTMF, pesawat telepon, port LPT1, serta

teori dasar komponen-komponen yang digunakan.

2. Perancangan perangkat keras dan perangkat lunak

Pada tahapan ini dirancang masing-masing blok pembangun sistem,

pengujian pada project board. Perangkat lunak dirancang dengan

menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0.

3. Pembuatan alat

Tahapan ini meliputi tata letak komponen, dilanjutkan dengan membangun

sistem secara keseluruhan pada Printed Circuit Board (PCB), setelah

sebelumnya diuji pada papan project board.

4. Pengujian alat

Pengujian dilakukan per sub sistem, meliputi pengujian pendeteksi nada

dering, dekoder DTMF, serta penggerak relay beban lampu. Kemudian

dilanjutkan dengan menguji sistem secara keseluruhan dengan menggunakan

perangkat lunak yang telah dibuat.

1.5 Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini terdiri atas beberapa bagian

yang terangkum ke dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pendahuluan berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan laporan.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Berisi tinjauan pustaka dari berbagai sumber yang mencakup teori dasar

nada DTMF, pesawat penerima telepon, dekoder nada DTMF, komunikasi

data paralel dengan terminal LPT1, teori dasar komponen yang digunakan,

dan pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0.

3

Page 19: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

Bagian ini membahas perancangan sistem yang dibuat secara umum,

terdiri atas diagram blok sistem, perancangan hardware (perangkat keras),

dan perancangan software (perangkat lunak).

BAB 4 PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dijelaskan langkah-langkah pengujian sistem yang

telah selesai dibuat, baik pengujian per bagian maupun pengujian secara

keseluruhan.

BAB 5 PENUTUP

Penutup berisikan kesimpulan dari hasil perancangan ini serta saran-saran

yang dapat digunakan untuk pengembangan sistem yang telah dibuat.

4

Page 20: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Dual Tone Multi Frequency (DTMF)

Suatu metode tradisional untuk melakukan pemanggilan telepon adalah

dengan memutar piringan angka guna mengirimkan sederetan pulsa ke sentral

telepon. Sentral akan mengenali deretan pulsa ini sebagai nomor telepon yang

akan dituju, kemudian sentral akan mengirimkan sinyal dering ke telepon tujuan

tersebut. Cara ini tidak saja lambat, tetapi pulsa tersebut akan mengalami banyak

distorsi pada saluran yang cukup panjang.

Metode yang dipakai saat ini memanfaatkan kombinasi nada untuk

mengkodekan nomor tujuan. Nada ini dikenal dengan Dual Tone Multi Frequency

(DTMF). DTMF merupakan penjumlahan dari dua kelompok nada, yakni

kelompok nada rendah dengan frekuensi 697-941 Hz dan kelompok nada tinggi

dengan frekuensi 1209-1633 Hz. Masing-masing kelompok mempunyai empat

nada tunggal, nada-nada tungggal ini dipilih sedemikian rupa, sehingga frekuensi

harmonik yang mungkin timbul tidak akan mengganggu frekuensi lainnya.

Spektrum frekuensi nada DTMF diperlihatkan pada Gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1. Spektrum frekuensi nada DTMF (MITEL 1997)

Masing-masing nada tunggal pada DTMF standar hanya boleh mempunyai

penyimpangan frekuensi sebesar ± 1,5 % + 2 Hz. Sebagai contoh, nada tunggal

5

Page 21: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

697 Hz akan mempunyai pita frekuensi dari 685 Hz sampai 709 Hz. Pita frekuensi

a, b, c, dan d pada Gambar 2.1 merupakan frekuensi harmonik kedua dari

kelompok nada rendah yang mungkin timbul, pita frekuensi a, b, c, dan d tidak

akan mengganggu pita frekuensi kelompok nada tinggi karena letaknya di luar

pita frekuensi nada tinggi.

Kelompok nada tinggi mempunyai penguatan sebesar 2 dB dari kelompok

nada rendah. Hal ini disebabkan kelompok nada tinggi lebih mudah mengalami

pelemahan di sepanjang jalur telepon dibandingkan dengan kelompok nada

rendah, sehingga penguatan ini akan mengimbangi pelemahan yang terjadi.

Penjumlahan dari dua kelompok nada DTMF menghasilkan 16 kombinasi

nada. Kombinasi ini mewakili karakter 0-9, *, #, serta karakter tambahan A, B, C,

dan D seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2 berikut ini (MITEL 1997).

Gambar 2.2. Susunan kombinasi nada DTMF pada tombol (MITEL 1997)

Jika dilakukan penekanan pada salah satu tombol, akan dihasilkan

perpaduan dari dua kelompok nada yang mewakili tombol tersebut. Sebagai

contoh, penekanan terhadap tombol ‘1’ akan menghasilkan paduan frekuensi 697

Hz dengan 1209 Hz. Frekuensi paduan untuk tombol ‘1’ diperlihatkan oleh

osiloskop seperti pada Gambar 2.3 di bawah ini (Paul 2004).

6

Page 22: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Gambar 2.3. Sinyal paduan 697 Hz dan 1209 Hz untuk tombol ‘1’(Paul 2004)

2.2 Teori Dasar Pesawat Telepon

Pesawar telepon merupakan pesawat komunikasi full-duplex, artinya

komunikasi yang dapat melayani dua pembicaraan sekaligus dalam waktu yang

bersamaan. Prinsip dari pesawat telepon adalah mengubah gelombang suara

menjadi gelombang listrik yang dilakukan oleh mikrofon, dan mengirimkan

gelombang listrik tadi ke penerima, untuk kemudian diubah menjadi gelombang

suara lagi yang dilakukan oleh speaker.

2.2.1 Catu Daya Pesawat Telepon

Agar pesawat telepon dapat bekerja diperlukan sumber arus searah (DC),

tegangan ini dikirim dari sentral telepon. Tegangan ini dikirim melalui jalur

telepon setelah melalui induktor dan tahanan (sekitar 2000 sampai 4000 ohm).

Sentral telepon lama menggunakan tahanan sekitar 400 ohm. Gambar 2.4 berikut

ini merupakan skema pencatuan daya pesawat telepon.

7

Page 23: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Gambar 2.4. Pencatuan daya pesawat telepon sederhana. (Engdahl 1998)

Saat on-hook (gagang tertutup), antara TIP dan RING terdapat beda

tegangan sebesar 48V. Pada saat off-hook (gagang diangkat), terjadi hubungan

tertutup dan arus akan mengalir. Adanya pembebanan pada pesawat telepon

mengakibatkan tegangan jatuh. Beda tegangan antara TIP dan RING saat off-hook

berkisar 4-8 volt, ini merupakan tegangan normal agar pesawat telepon dapat

bekerja (Engdahl 1998).

2.2.2 Nada Dering (Ringing Tone)

Untuk mengetahui adanya panggilan, sentral telepon mengirimkan sinyal

dering melalui jalur telepon. Sinyal ini berupa arus bolak-balik (AC) dengan

tegangan 40 – 150 volt, dengan frekuensi 20 – 40 Hz. Sinyal dikirim tiap 2 dan 4

detik. Nada dering hanya dikirim saat telepon dalam keadaan on-hook. Gambar

2.5 menunjukkan skema pesawat telepon yang telah disederhanakan (Engdahl

2000).

Ringer (pendering) dipasang sebelum saklar gagang, jadi ringer selalu

dalam keadaan terhubung dengan jalur telepon. Pendering tidak sensitif terhadap

tegangan DC catu daya pada jalur, jadi pendering hanya berbunyi saat sinyal

dering dikirim. Dalam keadaan on-hook ketika sinyal dering dikirimkan, telepon

belum bekerja. Ketika gagang diangkat, saklar gagang terhubung dan terjadi loop

8

Page 24: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

tertutup pada jalur telepon, sentral mendeteksi loop tertutup ini dan mematikan

sinyal dering serta menghubungkan telepon ke telepon pemanggil (Brain 2002).

Gambar 2.5. Skema pesawat telepon DTMF (Brain 2002)

2.2.3 Duplex Coil

Duplex coil merupakan kumparan yang mengizinkan sinyal-sinyal

mikrofon dan speaker melalui jalur yang sama tanpa saling mengganggu. Tanpa

duplex coil diperlukan empat jalur untuk satu telepon, masing-masing dua untuk

jalur mikrofon dan speaker. Gambar 2.6 berikut ini memperlihatkan skema

pemasangan speaker dan mikrofon pada duplex coil.

Gambar 2.6. Duplex Coil (Simanjuntak 1993)

Kumparan a, b, dan c merupakan duplex coil yang dililit bersama dalam

satu inti besi tunggal. Belitan a dan b mempunyai tap tengah yang terhubung

langsung dengan mikrofon. Saat berbicara mikrofon menghasilkan arus, arus ini

9

Page 25: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

melewati belitan a dan b dengan seragam tetapi berbeda fase 1800 satu sama lain

terhadap tap tengah, belitan c menerima induksi arus mikrofon dari belitan a dan

b, tetapi karena a dan b berbeda fase 1800 induksi pada c akan saling meniadakan,

sehingga tidak ada arus yang mengalir pada belitan c.

Jika sinyal suara dari telepon pengirim masuk, sinyal ini melewati belitan

a dan b dengan seragam, tetapi pada tap tengah sinyal ini berbeda fase 1800 satu

sama lain sehingga tidak ada arus yang masuk ke mikrofon. Sedangkan pada

belitan c timbul arus induksi akibat sinyal yang mengalir melalui belitan a dan b.

Duplex coil saat ini banyak digantikan dengan penggeser fase elektronik yang

berfungsi sama (Simanjuntak 1993).

2.3 Penerima/Dekoder DTMF MT8870

Dekoder DTMF mempunyai fungsi mengkodekan nada DTMF menjadi

logika biner 4 bit. Fungsinya merupakan kebalikan dari generator nada DTMF

yang mengkodekan keenambelas tombol dalam enambelas pasang nada. Dekoder

ini memeriksa nada yang masuk dan mengubahnya menjadi logika biner.

IC (Integrated Circuit) dekoder DTMF MT8870 merupakan produk dari

MITEL. IC ini dikemas dalam bentuk DIP (Dual In-line Package) 18 pin.

Gambar 2.7 menunjukkan konfigurasi pin pada IC MT8870.

Gambar 2.7. Konfigurasi pin IC MT8870 (MITEL 1997)

10

Page 26: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Secara umum, prinsip dekoder nada DTMF adalah memecahkan nada

menjadi komponen nada tunggalnya dan kemudian diubah menjadi kode logika.

Pemecahan nada gabungan menjadi nada tunggal dapat memakai sekumpulan

Band Pass Filter (BPF), yaitu filter yang hanya melewatkan frekuensi-frekuensi

tertentu. Dekoder DTMF generasi awal memakai filter LC , filter aktif, serta

teknik Phase Locked Loop (PLL) untuk mendekodekan nada DTMF ini.

Dekoder DTMF Generasi kedua menggunakan teknologi CMOS

(Common Metal Oxide Semiconductor) untuk mengkodekan masing-masing nada

yang sebelumnya telah dipisahkan oleh BPF analog. Dekoder DTMF generasi

ketiga menggunakan teknologi Thick Film Hybrid yang menempatkan BPF analog

aktif dan CMOS dalam satu kemasan. Dekoder generasi keempat ditandai dengan

diterapkannya teknologi filter switched capacitor, teknologi inilah yang masih

dipakai hingga sekarang.

Pada awalnya penerima DTMF memakai filter dan dekoder yang terpisah,

sehingga dua IC harus digunakan untuk mendekodekan nada DTMF menjadi kode

digital. MT8870 adalah penerima DTMF yang mengintegrasikan filter dan

dekoder dalam satu kemasan tunggal. Filter analog sudah sepenuhnya digantikan

oleh filter switched capacitor dari bahan silikon. Gambar 2.8 memperlihatkan

diagram fungsional dari MT8870.

Gambar 2.8. Diagram Fungsional MT8870 (MITEL 1997)

11

Page 27: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Sinyal masukan diambil langsung dari jalur telepon setelah melewati

kapasitor coupling. Op-amp internal merupakan buffer bagi sinyal masukan,

selain alasan fleksibelitas karena penguatan dapat diatur. Tahapan selanjutnya

adalah mencegah frekuensi harmonik yang mungkin muncul dengan Low Pass

Filter (LPF). Frekuensi nada panggilan 350 dan 440 Hz ditolak pada tahapan ke

tiga. Dua buah BPF membagi nada komposit menjadi komponen kelompok nada

atas dan kelompok nada bawah. Komparator mengubah gelombang sinus menjadi

gelombang segi empat. Gelombang segi empat ini diteruskan ke rangkaian

pendeteksi digital yang akan menghitung periode rata-rata dari dua gelombang

segi empat yang masuk. Sebagai detak referensi, rangkaian ini memerlukan

osilator eksternal yang dapat diperoleh dengan sebuah kristal 3,579 MHz.

Konverter akan mengubah keluaran pendeteksi digital menjadi kode biner 4 bit

dari 0000 hingga 1111 yang mewakili keenambelas tombol. Data biner ini

dikeluarkan pada terminal Q1-Q4. Tabel 2.1 memperlihatkan kode biner yang

dihasilkan oleh MT8870 terhadap nada tombol.

Tabel 2.1. Kode yang dihasilkan MT8870 terhadap nada tombol. (MITEL 1997)

frendah (Hz)

ftinggi (Hz)

Tombol TOE Q1 Q2 Q3 Q4

697697697770770770852852852941941941697770852941

-

1209133614771209133614771209133614771209133614771633163316331633

-

1234567890*#ABCD

Sembarang

11111111111111110

0000000111111110Z

0001111000011110Z

0110011001100110Z

1010101010101010Z

12

Page 28: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

TOE mengizinkan Q1-Q4 untuk mengeluarkan data apabila TOE diberi

logika tinggi. Pemberian logika rendah pada TOE mengakibatkan Q1-Q4

memiliki impedansi tinggi (Z), ini artinya TOE merupakan Enabled keluaran.

Steering Logic diperlukan untuk mengatur pewaktuan dan pengendalian sinyal

yang dikodekan, seperti mendeteksi apakah sinyal sahih atau tidak. Lembaran data

pada lampiran menerangkan secara lengkap tentang hal ini (MITEL 1997).

2.4 Parallel Printer Port (LPT1)

IBM-PC menyertakan tiga adaptor antarmuka dalam produknya, termasuk

di dalamnya Parallel Printer Port untuk jenis mikrokomputer PC/XT/AT, port ini

disebut dengan LPT1. LPT1 dirancang khusus untuk printer yang menggunakan

antarmuka port paralel. Bukan hanya itu, LPT1 dapat digunakan sebagai jalur I/O

umum untuk devais atau aplikasi yang kompatibel dengannya (Harries 1998).

Standar lama LPT1 yang dikeluarkan tahun 1981 mempunyai tiga mode

operasi, yaitu mode Centronics (kompatibilitas), mode Nibble, dan mode Byte.

Standar baru yang dikeluarkan tahun 1994 tetap mempertahankan ketiga mode di

atas dengan tambahan dua mode, yaitu mode EPP (Enhanced Parallel Port) dan

mode ECP (Extended Capability Port). Mode kompatibilitas digunakan untuk

transfer data dari komputer ke printer dengan handshaking, EPP dan ECP dapat

meningkatkan kecepatan pengaturan handshaking tersebut. Mode Nibble

merupakan mode menerima data 4 bit dari devais lain ke komputer. Sedangkan

mode Byte menggunaakan fitur bidirectional parallel untuk menerima 1 byte (8

bit) data dari devais lain ke komputer.

IEEE 1284 merupakan standar yang menentukan tiga konektor berbeda

yang digunakan pada port paralel. 1284 tipe A adalah konektor DB-25, yaitu

konektor 25 pin yang umum dipakai untuk LPT1. 1284 tipe B adalah konektor

Centronics, merupakan konektor 36 pin yang umum ditemukan pada printer. 1284

tipe C merupakan konektor Centronics dalam ukuran yang lebih kecil. Tabel 2.2

berikut menunjukkan konfigurasi pin-pin konektor tersebut. Sedangkan Gambar

2.9 menunjukkan diagram bentuk konektor DB-25 betina.

13

Page 29: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Tabel 2.2. Konfigurasi Pin Konektor port paralel (Budiharto 2004)

Pin DB25

Pin Centronics

Signal Arah I/O Register Invert

1 1 nStrobe In/Out Control Yes2 2 Data 0 Out Data3 3 Data 1 Out Data4 4 Data 2 Out Data5 5 Data 3 Out Data6 6 Data 4 Out Data7 7 Data 5 Out Data8 8 Data 6 Out Data9 9 Data 7 Out Data10 10 nAck In Status11 11 Busy In Status Yes12 12 Paper-Out/End In Status13 13 Select In Status14 14 nAuto-Linefeed In/Out Control Yes15 32 nError/nFault In Status16 31 nInitialize In/Out Control17 36 nSelect-Printer/In In/Out Control Yes

18-25 19-30 Ground Gnd -

Gambar 2.9. Diagram konektor DB-25 untuk LPT1 (Harries 1996)

Port paralel mempunyai 3 alamat, yaitu 3BCH-3BFH (956-959 desimal),

378H-37FH (888-895 desimal), dan 278H-27FH (632-639 desimal), masing-

masing untuk LPT0, LPT1, dan LPT2. LPT0 merupakan alamat dasar yang

14

Page 30: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

diperkenalkan sejak munculnya port paralel pada kartu video, namun kemudian

alamat ini tidak pernah digunakan lagi. Alamat yang umumnya digunakan saat ini

adalah 378H sebagai alamat port printer dan 278H untuk alamat port paralel

lainnya (Budiharto 2004).

2.5 Dioda dan Light Emitting Diode (LED)

Komponen elektronika yang hanya mengizinkan arus mengalir pada satu

arah disebut dioda. Dioda dipergunakan secara luas untuk penyearah tegangan

bolak-balik (AC) ke tegangan searah (DC).

LED merupakan dioda pemancar cahaya, yaitu komponen semikonduktor

yang akan mengeluarkan energi cahaya bila dikenakan bias maju kepadanya. LED

masih memiliki sifat umum dioda, tetapi dengan fungsi yang berbeda. Berikut

akan dijelaskan teori dasar pembentukan dioda dan LED.

2.5.1 Bahan Semikonduktor

Semikonduktor merupakan bahan yang tidak bisa digolongkan ke dalam

bahan isolator juga tidak dapat digolongkan ke dalam bahan konduktor. Contoh

bahan semikonduktor adalah atom silikon dan germanium. Atom silikon dan

germanium murni memiliki empat elektron valensi. Pada suhu nol mutlak,

elektron valensi tidak memperoleh energi untuk melepaskan diri menjadi elektron

bebas. Semakin naik suhu atom, semakin banyak energi yang diperoleh atom

untuk melepaskan elektron valensi menjadi elektron bebas. Tetapi pada suhu

ruangan sekalipun atom silikon hanya mempunyai sedikit elektron bebas, keadaan

ini membuat silikon bukan isolator yang baik dan bukan konduktor yang baik.

Dengan alasan itu, silikon dan germanium disebut semikonduktor.

2.5.2 Semikonduktor tipe-N dan tipe-P

Suatu cara untuk menambah jumlah elektron bebas adalah dengan

membuat kelebihan pasangan elektron valensi dalam ikatan kovalen atom-

atomnya. Suatu atom donor dengan lima elektron valensi ditambahkan (dopping)

untuk membuat ikatan kovalen kelebihan satu elektron. Hal ini membuat bahan

15

Page 31: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

semikonduktor mempunyai banyak elektron bebas pada suhu ruangan. Bahan

semikonduktor seperti ini disebut dengan semikonduktor tipe-N (tipe negatif).

Hole adalah suatu kekosongan elektron pada suatu lintasan atom. Hole

terjadi apabila sebuah elektron meninggalkan lintasannya menjadi elektron bebas.

Silikon murni pada suhu ruangan juga tidak menghasilkan banyak hole. Cara

untuk menambah jumlah hole adalah dengan membuat kekurangan pasangan

elektron valensi dalam ikatan kovalennya. Suatu atom donor dengan tiga elektron

valensi ditambahkan untuk membuat ikatan kovalen kekurangan satu elektron.

Hal ini membuat bahan semikonduktor memiliki banyak hole. Semikonduktor ini

disebut dengan semikonduktor tipe-P (tipe positif).

2.5.3 Dioda Persambungan

Komponen baru terbentuk apabila separuh semikonduktor tipe-P dan

separuh semikonduktor tipe-N menyatu dalam sebuah kristal. Persambungan atau

junction adalah daerah pertemuan tipe-P dan tipe-N. Kristal P-N seperti ini

dinamakan dioda. Gambar 2.10 (a) adalah diagram dioda persambungan,

sedangkan Gambar 2.10 (b) merupakan simbol umum dioda persambungan.

Gambar 2.10. Simbol dioda persambungan(a) Diagram dioda persambungan. (b) Simbol dioda persambungan(Malvino 1994)

Elektron pada tipe-N berdifusi ke segala arah, termasuk ke daerah P,

elektron bebas yang meninggalkan N menciptakan ion positif, apabila elektron

bebas itu memasuki P maka akan mengisi kekosongan hole, sehingga menjadi ion

16

Page 32: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

negatif. Satu elektron bebas yang berdifusi akan menciptakan sepasang ion. Pada

Gambar ion ditandai dengan lingkaran bermuatan.

Depletion layer (lapisan kosong) tercipta akibat ion positif dan negatif

memenuhi daerah persambungan. Lapisan ini mengosongkan daerah sekitar

persambungan dari elektron bebas dan hole. Beda potensial pada lapisan kosong

disebut potential barrier. Pada suhu kamar potential barrier adalah sekitar 0,7 V

untuk dioda silikon dan 0,3 V untuk dioda germanium (Malvino 1994).

2.5.4 Forward Bias dan Reverse Bias

Dioda yang diberi sumber tegangan pada kedua kutubnya dinamakan

dioda yang dibias. Forward bias (bias maju) terjadi apabila kutub N dioda dikenai

tegangan negatif dan kutub P dikenai tegangan positif, seperti yang diperlihatkan

pada Gambar 2.11 (a). Reverse bias (bias mundur) terjadi apabila kutub N dikenai

tegangan positif dan kutub P dikenai tegangan negatif, Gambar 2.11 (b)

menunjukkan skema dioda pada bias mundur.

Gambar 2.11. Bias pada dioda(a) Dioda dalam forward bias (b) Dioda dalam reverse bias(Malvino 1994)

Dioda dalam keadaan bias maju akan menghasilkan arus yang besar, sebab

elektron dari sumber menambahkan energi pada N untuk menembus lapisan

pengosongan dan mengisi elektron valensi pada P untuk kemudian kembali ke

sumber. Bias mundur pada dioda akan memaksa elektron bebas dalam daerah N

berpindah dari junction ke terminal positif sumber, hole dalam daerah P juga

17

Page 33: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

bergerak menjauhi junction ke arah terminal negatif. Akibatnya lapisan kosong

menjadi semakin lebar. Pelebaran lapisan kosong akan terhenti saat potensial

lapisan kosong sama dengan potensial sumber. Akibat pelebaran lapisan kosong,

hampir tidak ada arus yang melewati dioda. Fungsi ini menjadikan dioda sebagai

penghantar satu arah, yaitu saat dioda dalam keadaan bias maju (Malvino 1994).

2.5.5 Light Emiting Diode (LED)

Elektron bebas pada dioda memiliki tingkat energi yang lebih tinggi

dibanding hole. Saat bias maju, elektron bebas melintasi junction dan jatuh ke

hole. Saat itu elektron jatuh dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi

yang lebih rendah, dalam proses ini suatu energi dilepas oleh elektron tersebut

dalam bentuk panas dan cahaya. Silikon dan germanium merupakan bahan tidak

tembus cahaya, sehingga dioda dengan bahan ini tidak dapat memperlihatkan efek

pemancaran cahaya. Dengan menggunakan unsur lain seperti galium, arsen, dan

fosfor, dioda dapat memancarkan cahaya merah, hijau, kuning, biru, jingga, atau

inframerah (tak tampak). Dioda jenis ini dinamakan Light Emiting Diode (LED),

atau dioda pemancar cahaya. Gambar 2.12 berikut ini memperlihatkan simbol

LED.

Gambar 2.12. Simbol LED (Malvino 1994)

LED digunakan secara luas sebagai lampu indikator, display (penampil)

pada seven-segment (misalnya layar kalkulator), dan lain sebagainya. Sedangkan

LED yang memancarkan cahaya inframerah umumnya digunakan sebagai media

transfer data yang tidak memerlukan cahaya tampak, misalnya remote control,

alarm, optocoupler, dan lain sebagainya (Malvino 1994).

18

Page 34: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

2.6 Transistor dan Phototransistor

Transistor merupakan komponen aktif yang dapat menguatkan tegangan

dan arus, transistor menggantikan tabung-tabung hampa yang digunakan secara

luas sejak tahun 1951. Phototransistor adalah transistor yang sensitif terhadap

cahaya. Digunakan secara luas untuk sensor cahaya, optocoupler (gabungan LED

dan phototransistor), dan lain sebagainya.

2.6.1 Transistor

Transistor dapat diandaikan suatu gabungan dari dua buah dioda dalam

satu kristal. Sebuah transistor NPN (negatif-positif-negatif) terdiri atas dua

semikonduktor tipe-N dan sebuah semikonduktor tipe-P berada diantaranya.

Gambar 2.13 (a )dan (b) masing-masing menunjukkan diagram transistor dan

simbol transistor. Transistor PNP (positif-negatif-positif) merupakan komplemen

dari transistor NPN, berfungsi sama tetapi dalam penggunaannya dibias terbalik.

Gambar 2.13. Skema dan simbol transistor(a) Skema transistor NPN dan PNP(b) Simbol transistor NPN dan PNP(Malvino 1994)

Emitor (e) di-dopping sangat banyak, berfungsi untuk mengemisikan atau

menginjeksikan elektron ke dalam basis. Basis (b) di-dopping sangat sedikit, basis

melewatkan sebagian besar elektron-elektron yang diinjeksikan emitor ke

19

Page 35: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

kolektor. Kolektor (c) mempunyai tingkat dopping menengah, diantara tingkat

dopping basis dan emitor.

Kolektor merupakan bagian terbesar dari tiga bagian tersebut, sebab

kolektor harus mendisipasikan panas lebih banyak dibanding emitor dan basis.

Dalam pemakaian, dioda e-b dibias maju dan dioda c-e dibias mundur.

Seharusnya tidak ada arus yang mengalir pada dioda c-e, tetapi emitor

menginjeksikan elektronnya ke basis. Basis yang penuh dengan elektron hasil

injeksi emitor terdifusi ke lapisan pengosongan kolektor. Pada lapisan ini,

elektron bebas didorong oleh medan lapisan pengosongan ke dalam daerah

kolektor. Akhirnya elektron ini dapat mengalir ke kawat luar kembali ke sumber

tegangan. Besarnya arus yang mengalir pada emitor kira-kira sama dengan besar

arus yang mengalir ke kolektor. Tepatnya, arus kolektor merupakan penjumlahan

arus emitor dengan arus basis.

Hampir semua transistor, kurang dari 5% dari elektron yang diinjeksikan

emitor berekombinasi dengan lubang basis untuk menghasilkan arus basis.

Hubungan antara arus basis (IB) dengan arus kolektor (IC) disebut dengan beta dc

(βdc). βdc merupakan hasil bagi arus kolektor dengan arus basis. Karena itu, βdc

transistor lebih besar dari 20, biasanya antara 50 sampai 100, beberapa transistor

mempunyai βdc = 1000. Notasi βdc sering ditulis hFE pada data-sheet. βdc

menunjukkan seberapa besar penguatan transistor tersebut.

Kenaikan arus pada basis menyebabkan kenaikan arus pada kolektor,

perbandingan arus basis dan kolektor telah dinyatakan di atas dengan βdc. Ini

berarti kenaikan arus basis yang kecil menyebabkan kenaikan arus yang besar

pada kolektor. Ada suatu saat arus kolektor tak lagi naik walau arus basis tetap

naik, hal ini dinamakan transistor dalam keadaan saturasi. Saat ini, arus kolektor

maksimal, sebab antara kolektor dan emitor seakan merupakan hubungan singkat.

Transistor pada saat saturasi sengaja digunakan untuk keperluan saklar elektronik

(Malvino 1994).

20

Page 36: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

2.6.2 Phototransistor

Sebuah transistor dengan basis dibiarkan terbuka sementara kolektor

dibias mundur dan emitor dibias maju, mempunyai arus kolektor yang sangat

kecil. Arus ini dihasilkan oleh pembawa arus bocor permukaan dan pembawa

minoritas (hole pada tipe-P dan elektron pada tipe-N). Dengan membuka sedikit

sambungan (junction) kolektor untuk diberi cahaya, dapat dibuat sebuah

phototransistor. Gambar 2.14 merupakan simbol dari phototransistor.

Gambar 2.14. Simbol Phototransistor(a) Phototransistor dengan hubungan basis(b) Phototransistor dengan basis terbuka(Malvino 1994)

Arus kecil pada kolektor yang dihasilkan oleh pembawa minoritas

menghasilkan arus balik pada basis (IR). Arus balik ini berfungsi sebagai suatu

sumber arus diantara kolektor dan basis. Penghubung basis yang terbuka (Gambar

2.14 b) membuat semua arus balik diperkuat. Arus yang diperkuat mengalir pada

kolektor, yang disebut arus kolektor (ICEO). Arus kolektor ini merupakan hasil kali

dari βdc dengan IR. Intensitas cahaya mempengaruhi harga IR. Semakin tinggi

intensitas cahaya yang jatuh ke persambungan, semakin besar harga IR, sehingga

ICEO juga bertambah. Sifat ini membuat phototransistor digunakan sebagai sensor

cahaya yang peka (Malvino 1994).

2.7 Switching

Switching atau pensaklaran diperlukan untuk menyesuaikan tegangan

logika TTL (Transistor Transistor Logic) yang berasal dari terminal LPT1 ke

21

Page 37: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

tegangan jala-jala. Beban yang akan dikontrol bekerja pada tegangan jala-jala,

sebesar 220 volt, sedangkan tegangan logika TTL hanya berkisar dari 0-5 volt.

Untuk itu diperlukan relay, yaitu saklar yang digerakkan oleh tegangan. Relay

terdiri atas elektromagnetik dan saklar. Apabila elektromagnetik diaktifkan oleh

tegangan, saklar NO (normally open) akan terhubung dan saklar NC (normally

closed) akan terputus. Tegangan kerja relay berkisar pada 5-24 volt, tergantung

dari jenisnya.

Relay seharusnya tidak dihubungkan langsung dengan LPT1, sebab arus

keluaran dari TTL tidak akan cukup untuk menggerakkan elektromagnetik pada

relay. Untuk itu digunakan transistor sebagai buffer, transistor akan menghasilkan

arus kerja relay yang berkisar pada 100 mA, dibandingkan dengan arus keluaran

TTL yang hanya berkisar pada 3 mA pada logika high. Transistor juga

difungsikan sebagai saklar, yang beroperasi pada titik kerja saturasi. Gambar 2.15

memperlihatkan rangkaian switching (Engdahl 1996).

Gambar 2.15. Rangkaian Switching (Engdahl 1996)

2.8 Microsoft Visual Basic 6.0

Visual Basic merupakan aplikasi bahasa pemrograman komputer yang

interaktif, dan merupakan pengembangan terakhir dari bahasa BASIC (Beginners

22

Page 38: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

All-purpose Simbolic Code). Berbeda dari BASIC yang berbasis DOS (Disk

Operating System), Visual Basic berjalan diatas Microsoft Windows. Tanpa

menghilangkan sintaks-sintaks yang umum dipakai pada BASIC, Visual Basic

disempurnakan dengan menambah kaidah-kaidah pemrograman yang cukup

handal.

Microsoft Visual Basic 6.0 mempunyai beberapa versi, versi yang berada

di pasaran saat ini diantaranya:

a. Standard Edition / Learning Edition

Ini adalah versi standar yang sudah mencakup berbagai dasar dari Visual Basic

6.0 untuk mengembangkan aplikasi.

b. Professional Edition

Versi ini memberikan berbagai sarana ekstra yang dibutuhkan oleh

programmer profesional. Seperti kontrol-kontrol tambahan, dukungan untuk

pemrograman internet, kompiler untuk membuat file Help, serta sarana untuk

mengembangkan database dengan lebih baik.

c. Enterprise Edition

Versi ini dikhususkan untuk para programmer yang ingin mengembangkan

aplikasi remote computing atau client/server. Versi ini biasanya digunakan

untuk membuat aplikasi pada jaringan.

2.8.1 Lingkungan Visual Basic

Visual Basic dari Microsoft memiliki tampilan yang mirip dengan

tampilan bahasa pemrograman visual lainnya, seperti Visual C++, Visual FoxPro,

Microsoft Acces, dan lain sebagainya. Lingkungan kerja Visual Basic memiliki

bagian-bagian utama, yaitu:

1. Control Menu.

Control Menu merupakan menu yang memanipulasi ukuran jendela tampilan

Visual Basic. Control Menu merupakan menu dasar yang terdapat pada hampir

setiap aplikasi Windows.

23

Page 39: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

2. Menu

Menu berisi semua perintah Visual Basic. Isi menu ini merupakan perintah

umum yang terdapat pada hampir semua aplikasi Windows.

3. Toolbar

Toolbar merupakan jendela yang berisi banyak icon yang masing-masing

mewakili perintah tertentu. Toolbar khusus untuk Visual Basic ini tidak

terdapat pada semua aplikasi Windows.

4. Form Windows

Forms merupakan daerah kerja utama tempat melaksanakan rancangan

program visual. Di sini tempat meletakkan semua objek interaktif, dan

merupakan interface visual pemrogram dengan komputer.

5. ToolBox

Toolbox merupakan jendela yang berisi semua objek atau kontrol yang

diperlukan dalam membangun sebuah aplikasi. Lewat toolbox inilah pengguna

berinteraksi dengan komputer, semua komponen kontrol nantinya diletakkan

pada form windows.

6. Project Explorer

Project Explorer mengandung semua file pada aplikasi Visual Basic. File ini

dalam bentuk proyek, yaitu keseluruhan file Visual Basic yang berisi

rancangan form, modul, class, dan lain sebagainya.

7. Properties Windows

Properties mengandung semua informasi mengenai objek yang terdapat pada

aplikasi Visual Basic yang sedang dibuat. Pengaturan objek dapat diperluas

melalui properties-nya, pengaturan objek seperti mengubah warna, nama,

ukuran, dan lain sebagainya dapat dilakukan di sini.

8. Layout Windows

Layout adalah tampilan yang menunjukkan preview suatu aplikasi yang sedang

dibuat. Seperti letak form, dan ukuran form terhadap layar komputer dapat

dilihat tanpa harus menjalankan (running) program yang sedang dibuat.

24

Page 40: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

9. Code Windows

Code Windows merupakan salah satu bagian yang penting dalam pemrograman

Visual Basic, semua perintah yang diberikan ke objek ditulis pada jendela ini.

Tanpa ada perintah yang ditulis, suatu objek tidak akan melakukan apa-apa

pada saat dijalankan.

Pada Toolbox terdapat kumpulan semua objek pembangun aplikasi, objek

dapat dipilih sesuai dengan rancangan yang diinginkan. Objek ini berkaitan satu

dengan lainnya melalui Code Windows. Objek yang sering digunakan dalam

pemrograman Visual Basic diantaranya:

a. Command Button

Command button merupakan icon tombol, sesuai dengan namanya, fungsinya

adalah untuk memberikan perintah tertentu pada aplikasi atau objek lainnya

apabila tombol itu ditekan oleh mouse. Untuk berhubungan dengan objek atau

aplikasi lain, terlebih dahulu diberikan kode perintah yang sesuai pada jendela

kode.

b. Label

Label merupakan teks yang ditampilkan pada Form. Ukuran, warna, atau jenis

huruf teks Label dapat diubah pada jendela properti. Fungsi Label tidak hanya

untuk menuliskan teks pada Form, lebih dari itu digunakan sebagai teks

variabel, Label akan menampilkan hasil perintah dalam bentuk teks dari objek

yang berhubungan dengannya.

c. TextBox

Textbox merupakan suatu input string, dapat berupa angka atau huruf. Textbox

dapat dihubungkan ke objek yang akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan

input yang diberikan padanya. Selain itu Textbox dapat menampilkan hasil

perintah objek lain dalam bentuk teks.

d. ComboBox

Combo Box merupakan komponen kontrol yang menampilkan daftar input

secara kombo. Combobox dapat bersifat fixed (tetap), artinya daftar input

yang ada padanya tidak dapat ditambah apabila program berjalan. Combobox

25

Page 41: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

juga dapat bersifat variable (berubah), artinya daftar input dapat ditambah

pada saat program sedang berjalan tanpa menghilangkan daftar input yang

sudah ada. Fixed atau variable suatu Combobox diatur pada propertinya.

e. Timer

Timer digunakan apabila suatu perintah ingin dilaksanakan berulang-ulang.

Waktu tunda pengulangan perintah dapat diatur pada properti Timer. Perintah

yang ingin diulang dihubungkan dengan Timer, dimulai dengan pengaktifan

timer yang menandai pengulangan dimulai, aplikasi tersebut akan diulang

sampai Timer dinonaktifkan oleh satu perintah lain. Fungsi Timer sangat

penting untuk mengambil suatu data yang realtime atau data yang berubah

sepanjang waktu (Kurniadi 2000).

2.8.2 Teknologi ActiveX

Sebuah program besar seperti program multimedia, idealnya harus terdiri

atas beberapa modul. Modul-modul ini harus hidup pada program lain, misalnya

program game membutuhkan modul untuk memutar film dan suara. Modul ini

harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk aplikasi game lainnya.

Penukaran teknologi seperti ini akan menjadi lebih mudah dan praktis, daripada

harus membuat sendiri modul terpisah untuk setiap aplikasi yang mungkin

diselesaikan dalam waktu yang relatif lama.

ActiveX diciptakan atas dasar ide ini. ActiveX adalah sebuah modul yang

memiliki sub-sub yang dapat diakses program lain. Program itu nantinya yang

akan mengatur jalannya ActiveX. Sebuah aplikasi untuk memainkan suara

misalnya, memerlukan ActiveX untuk memainkan suara dengan sub-subnya yaitu

Play, Stop, Pause, Record dan lainnya.

Selain itu, ActiveX juga mempunyai atribut, yaitu sebuah variabel string

yang menyimpan lokasi dimana letak file suara yang hendak dimainkan atau

dimana suara hendak disimpan. Dengan ini, program yang yang memanfaatkan

ActiveX hanya cukup mengisi atribut yang menyimpan alamat file suara,

kemudian memanggil sub-Play untuk memainkannya.

26

Page 42: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

ActiveX dibagi menjadi dua bagian, yaitu ActiveX yang memiliki user

interface dan yang tidak. ActiveX yang memiliki user interface memiliki kontrol-

kontrol seperti tombol, teks, dan lainnya. Contohnya seperti ActiveX Multi Media

Control yang memiliki tombol Play, Stop, Pause, Record, Save dan lain

sebagainya.

ActiveX dapat dikontrol melalui Visual Basic. Dengan mengambil kontrol

ActiveX yang dibutuhkan, Visual basic dapat digunakan untuk memainkan lagu,

memutar film, membuat aplikasi teks editor, grafik, dan lain sebagainya (Nalwan

2004)

27

Page 43: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

BAB 3

PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

3.1 Diagram Blok Sistem

Gambar 3.1 berikut ini menunjukkan diagram blok sistem rancangan

secara umum.

Gambar 3.1. Diagram blok sistem

Saat terjadi proses dialling, sentral telepon mengirimkan sinyal dering

berupa sinyal AC dengan tegangan 50-100 volt. Tegangan ini kemudian dideteksi

oleh pengkondisi sinyal dering hingga menghasilkan tegangan logika rendah (≈ 0

volt), sinyal ini kemudian diteruskan ke terminal S3 pada port LPT1 komputer.

Program pada komputer akan mengenali sinyal ini sebagai sinyal dering.

Komputer akan mengeluarkan logika tinggi melalui terminal C0 untuk

mengaktifkan Hook Relay (Relay pengangkat telepon), dan mengirimkan logika

28

Page 44: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

tinggi ke terminal C3 untuk mengaktifkan relay penghubung jalur yang akan

menghubungkan dekoder DTMF dan relay tukar dengan jalur telepon, serta

meng-enable keluaran dekoder DTMF. Pada saat ini, program komputer akan

memberitahu penelepon bahwa ia terhubung ke perekam dan dapat segera

meninggalkan pesannya.

Untuk melakukan pengontrolan lampu, penelepon harus memasukkan

password pada keypad di pesawat teleponnya pada saat telepon penerima telah

diangkat. Jika password benar maka akan terdengar nada tertentu yang

menunjukkan penelepon telah terhubung ke sistem penggontrol lampu. Pada saat

ini penelepon dapat menghidupkan atau mematikan lampu tertentu. Jika ingin

menghidupkan lampu tertentu, penelepon harus menekan tombol bintang disertai

nomor lampu yang dituju. Jika ingin mematikan lampu tertentu, penelepon harus

menekan tombol pagar disertai nomor lampu yang dituju. Sebagai contoh jika

ingin menghidupkan lampu 2, penelepon harus menekan tombol * dan tombol 2.

Sinyal dari dekoder DTMF yang terdiri atas 4 bit data dimasukkan ke

terminal S4...S7. Sinyal untuk menghidupkan/mematikan lampu sebanyak 8 bit

dikeluarkan lewat terminal D0...D7. Sinyal data ini dihubungkan ke penggerak

relay sebelum dapat mengontrol lampu. Sinyal-sinyal suara, baik untuk dikirim

maupun diterima dihubungkan melalui line-out dan line-in pada terminal kartu

suara komputer. Sinyal suara ini diambil langsung dari jalur telepon. Untuk

menghindari feedback yang tidak diinginkan, sinyal suara yang masuk dan keluar

diatur bergantian melalui relay yang dikontrol komputer melalui terminal C1

LPT1. Speaker aktif digunakan untuk memonitor suara dan mendengarkan hasil

rekaman. Layout view merupakan tampilan dimana pengguna dapat berinteraksi

dengan sistem secara langsung, misalnya memutar rekaman, mematikan atau

menghidupkan lampu secara langsung. Program penggerak dibuat dengan

menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0

3.2 Perancangan Perangkat Keras (Hardware)

Pada bagian berikut ini akan dijelaskan secara terperinci tentang semua

bagian perangkat keras yang membangun sistem. Perangkat keras ini merupakan

29

Page 45: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

bagian dari tiap-tiap blok diagram yang telah dijelaskan sebelumnya. Perancangan

tidak termasuk pesawat telepon dan komputer, kecuali bagian-bagian yang diubah

pada pesawat telepon akan dibahas pada bagian ini.

3.2.1 Pengkondisi Sinyal Dering

Tegangan 50-100 volt AC dikirim melalui jalur telepon ke pesawat

penerima oleh sentral jika ada panggilan. Komputer harus mengenali tegangan ini

sebagai sinyal dering. Untuk itu dibuat suatu pengkondisi sinyal yang harus

mengeluarkan tegangan logika TTL (0 dan 5 volt) sebagai masukan ke terminal

LPT1. Gambar 3.2 merupakan skema rangkaian yang dimaksud.

Gambar 3.2. Rangkaian pengkondisi sinyal dering

Kapasitor 1 µF mencegah tegangan DC masuk ke rangkaian, karena jalur

telepon mengandung tegangan DC. Penyearah jembatan menyearahkan arus

bolak-balik sinyal dering menjadi arus searah positif. Tahanan 10 kΩ dipasang

secara seri untuk membatasi arus, sehingga cukup aman untuk rangkaian. Dioda

zener mempertahankan tegangan agar tidak lebih besar dari 3 volt. Sedangkan

kapasitor 470 µF digunakan untuk meratakan pulsa positif yang dihasilkan

penyearah jembatan.

Optocoupler terdiri atas LED dan phototransistor. Dalam keadaan normal

(LED mati), phototransistor dalam keadaan cuttoff, sehingga terminal A

terhubung ke tegangan 5 volt melalui tahanan 10 kΩ. Sinyal dering yang masuk

akan menyalakan LED dan menyebabkan phototransistor saturasi. Dalam keadaan

30

Page 46: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

ini titik A terhubung ke tanah dan mempunyai logika rendah. Keluaran

pengkondisi sinyal ini langsung dihubungkan ke terminal S3 LPT1 pada

komputer.

3.2.2 Penerima/Dekoder DTMF MT8870

Rangkaian yang mengkodekan nada DTMF menjadi data biner 4 bit

menggunakan IC MT8870 diperlihatkan pada Gambar 3.3. Dioda zener 3,3 V

yang dipasang berhadapan berfungsi melindungi IC dari tegangan masuk yang

lebih besar dari 3,3 V yang mungkin terjadi karena masuknya sinyal dering.

Kristal 3,579 MHz diperlukan sebagai referensi bagi osilator internal pada

IC, osilator internal menghasilkan frekuensi bagi penghitung-penghitung digital

untuk keperluan filter pada IC.

Gambar 3.3. Rangkaian dekoder DTMF MT8870

TOE pada IC dihubungkan ke port C3 LPT1, pada saat telepon diangkat

secara otomatis program akan mengeluarkan logika tinggi ke TOE untuk meng-

enable keluaran D0..D3. Dalam keadaan TOE berlogika rendah, keluaran D0...D3

mempunyai impedansi tinggi (D0...D3 tidak terhubung ke S4...S7 LPT1). Port C3

juga mengaktifkan relay penghubung jalur telepon, yang akan menghubungkan

jalur telepon ke rangkaian dekoder DTMF serta ke kartu suara pada komputer. Hal

31

Page 47: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

ini untuk melindungi dua alat tersebut dari sinyal dering. Gambar 3.4 berikut ini

adalah rangkaian penghubung yang dimaksud.

Gambar 3.4. Rangkaian penghubung jalur telepon

Terminal IN- dan IN+ pada Gambar 3.3 masing-masing merupakan

masukan membalik dan tak-membalik dari op-amp internal, terminal GS adalah

keluaran op-amp yang dimaksud. Ketiga terminal ini membentuk pengatur

penguatan (gain) untuk sinyal DTMF yang masuk. Terminal IN- digunakan

sebagai masukan DTMF melalui tahanan seri 100 kΩ. Antara terminal GS dan IN-

dipasang tahanan 100 kΩ, ini membentuk rangkaian umpan balik guna mengatur

penguatan. Penguatan yang terjadi sesuai dengan persamaan A = - Rf/Rs sehingga

penguatannya -1, nilai minus menunjukkan bahwa fase sinyal dibalik. Terminal

IN+ dihubungkan ke tegangan referensi internal.

3.2.3 Relay Pengangkat Telepon

Dalam perancangan ini digunakan pesawat penerima telepon merek

Panaphone tipe KX-TS5SI yang mempunyai konfigurasi saklar gagang seperti

pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Pengawatan saklar gagang pada telepon Panaphone

32

Page 48: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Rangkaian elektronika telepon tidak dibahas dalam perancangan ini.

Dengan kedudukan saklar tersebut, dua buah relay jenis SPDT (Single Pole

Double Throw) atau relay satu kutub dua arah yang diaktifkan oleh satu sinyal

logika tinggi dapat dihubungkan paralel dengan saklar gagang seperti pada

Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Pemasangan relay untuk sistem pengangkatan telepon

Pada perancangan ini digunakan dua buah relay SPDT yang banyak

terdapat di pasaran, tetapi dapat juga digunakan satu buah relay DPST (Double

Pole Single Throw) atau satu buah relay DPDT (Double Pole Double Throw).

Port C0 LPT1 merupakan masukan dari transistor penggerak C9013

melalui R 5,6 kΩ. Dalam keadaan normal (C0 berlogika rendah), transistor dalam

keadaan cuttoff sehingga relay 1 dan 2 tidak aktif. Dengan masuknya sinyal dering

setelah beberapa saat, program mengirimkan logika tinggi ke port C0 dan

menyebabkan transistor saturasi, relay akan aktif dan menghubungkan kontak-

kontak NO-nya sehingga terjadi off-hook.

3.2.4 Penggerak dan Relay Beban

Beban yang dikontrol dalam sistem ini adalah berupa delapan buah lampu.

Dalam perancangan ini digunakan delapan buah lampu pijar 1 watt / 220 volt.

Suatu relay yang digerakkan oleh transistor dipakai untuk masing-masing lampu,

33

Page 49: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

sehingga total relay yang digunakan sebanyak delapan buah. Penggerak dan relay

beban diperlihatkan pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7. Rangkaian penggerak dan relay beban lampu

Dalam Gambar 3.7 hanya diperlihatkan dua buah relay untuk menghemat

tempat, relay lainnya identik.

3.2.5 Pengawatan untuk Suara Masuk dan Keluar

Mesin penjawab yang dirancang merupakan suatu program yang

dijalankan pada komputer, bukan mesin penjawab konvensional yang umum

dijual di pasaran. Karena itu pengawatan untuk suara dapat langsung dipasang

pada line-in dan line-out pada kartu suara komputer. Jalur mikrofon pada headset

dapat langsung dihubungkan ke line-out, sedangkan jalur speaker dihubungkan

langsung ke line-in. Dengan demikian suara yang terdengar di speaker merupakan

masukan untuk kartu suara, sedangkan suara yang dihasilkan kartu suara

merupakan masukan bagi mikrofon di headset.

34

Page 50: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Jika berbicara pada pesawat telepon, suara yang diucapkan di depan

mikrofon akan terdengar juga pada speaker. Pemasangan secara langsung seperti

yang telah dijelaskan di atas dapat mengakibatkan umpan balik positif yang

menimbulkan osilasi yang tidak diinginkan berupa suara suing. Untuk

menghindari hal tersebut, jalur suara dihubungkan hanya pada saat diperlukan,

yaitu sinyal masuk dan sinyal keluar dihubungkan secara bergantian.

Sebuah relay dapat digunakan untuk keperluan itu, seperti yang diperlihat-

kan pada Gambar 3.8 berikut ini.

Gambar 3.8. Pengawatan untuk jalur suara.

Pada rangkaian tersebut jalur suara tidak dihubungkan ke headset, tetapi

langsung dihubungkan ke jalur telepon. Hal ini dikarenakan jalur telepon telah

mengandung sinyal-sinyal suara yang diperlukan, yang merupakan gabungan dari

sinyal dikirim dan sinyal diterima. Kapasitor 0.1 µF mencegah tegangan DC catu

masuk ke jalur suara.

Saat sinyal dering dideteksi, beberapa saat kemudian gagang diangkat

secara otomatis. Pada saat ini port C1 belum mengirimkan logika tinggi. Program

penjawab akan memperdengarkan suara jawaban ke line-out. Suara penjawab

telah direkam sebelumnya dan disimpan dalam file berekstensi WAV. Suara ini

berisi pemberitahuan bawah telepon telah terhubung ke perekam, dan penelepon

35

Page 51: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

dapat langsung meninggalkan pesannya setelah terdengar nada mulai. Pada saat

inilah program segera mengirimkan logika tinggi ke terminal C1 LPT1 yang

membuat relay aktif memutuskan line-out dan menghubungkan line-in ke jalur

telepon.

3.3 Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak merupakan program penggerak guna terlaksananya fungsi

perangkat keras yang telah dirancang sebelumnya agar bekerja sesuai dengan

fungsinya. Dalam merancang perangkat lunak, dua bagian utama yang harus

dibuat adalah flowchart (diagram alir) dan layout view (tampilan program).

Diagram alir merupakan bagian terpenting, di sini logika program penggerak

secara garis besar ditentukan. Program dibuat dengan Microsoft Visual Basic 6.0.

3.3.1 Diagram Alir (Flowchart)

Diagram alir program secara keseluruhan ditampilkan pada Gambar 3.9 di

halaman berikut ini.

Diagram alir program membentuk sebuah loop tertutup, artinya program

tidak akan selesai pada langkah tertentu melainkan selalu kembali ke awal setelah

selesai melakukan suatu proses. Program akan dihentikan hanya jika pengguna

menekan button “Keluar” pada tampilan program.

Pertamakali dihidupkan, program akan menginisialisasi driver

input/output dalam bentuk file ‘io.dll’. File ini didapat secara terpisah dari paket

Ms. Visual Basic. Driver ini mengizinkan Visual Basic berkomunikasi dengan

devais luar melalui port LPT1. Setelah selesai inisialisasi program segera

menampilkan status lampu saat itu. Sebenarnya status lampu itu lebih tepat

disebut status D0...D7, sebab data diambil bukan dari nyala lampu melainkan

diambil langsung dari bit D0...D7. Jika hendak mengambil status lampu langsung

dari nyala lampu, misalnya menggunakan sensor cahaya, akan diperlukan 8 bit

masukan. Hal ini tidak dimungkinkan mengingat interface yang digunakan adalah

LPT1 yang hanya memiliki 5 bit masukan dan semuanya telah dipergunakan.

36

Page 52: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Gambar 3.9. Diagram alir program penggerak.

37

Page 53: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Program dalam keadaan standby menunggu masuknya sinyal dering. Saat

ada panggilan dan sinyal dering dikirim oleh sentral, program akan mengaktifkan

pengangkat telepon dan segera memperdengarkan suara penjawab ke penelepon.

Sesaat setelah suara penjawab selesai, penelepon dapat segera meninggalkan

pesan yang durasinya dibatasi hingga satu menit. Pada saat ini program juga

menunggu masukan password agar dapat terhubung ke sistem pengontrolan.

Apabila penelepon tidak memasukkan password pengontrolan, perekaman

akan terus berlangsung selama satu menit, walau penelepon telah selesai

meninggalkan pesan dan menutup teleponnya sebelum satu menit, atau bahkan

tidak meninggalkan pesan sama sekali. Hal ini dibuat karena IC MT8870 yang

digunakan sebagai dekoder tidak mempunyai fasilitas untuk mendeteksi

penutupan pesawat telepon pengirim. Setelah satu menit, program akan menutup

telepon penerima dan menghentikan rekaman serta menyimpan rekaman tersebut

dalam file berekstensi WAV.

Penelepon akan terhubung ke sistem pengontrolan jika saat penjawab

telepon aktif menekan password yang telah ditentukan, dalam perancangan ini

digunakan lima digit password, yaitu 12345. Password ini tidak dapat diganti

tanpa mengubah source program. Setelah terhubung ke sistem pengontrolan,

penelepon dapat mematikan atau menghidupkan kedelapan lampu yang

diinginkan. Untuk menghidupkan lampu tertentu, penelepon harus menekan tanda

bintang, diikuti nomor lampu yang dimaksud. Untuk mematikan lampu tertentu,

penelepon harus menekan tanda pagar, diikuti nomor lampu yang dimaksud.

Sebagai contoh jika ingin menghidupkan lampu nomor 3 maka penelepon harus

menekan tombol * lalu tombol 3. Jika kebetulan lampu nomor 3 memang sedang

hidup, program akan mengabaikan perintah menghidupkan lampu nomor 3 dan

menunggu perintah selanjutnya. Untuk menghidupkan semua lampu, tombol yang

harus ditekan penelepon adalah * dan 9, sedangkan untuk mematikan semua

lampu, penelepon harus menekan tombol # dan 9.

Setelah melaksanakan satu perintah di atas, program akan terus menunggu

perintah mematikan atau menghidupkan lampu yang lain dengan cara yang sama,

sampai penelepon menekan tombol 0 yang artinya penelepon mengakhiri

38

Page 54: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

hubungan ke pengontrolan. Jika penelepon tidak menekan tombol 0 atau lupa

menekan tombol 0 sementara teleponnya telah ditutup, atau melakukan

pengontrolan lampu tidak dengan cara yang telah disebutkan, maka dalam waktu

10 detik sistem pengontrolan akan ditutup secara otomatis.

3.3.2 Perancangan Tampilan (Layout View)

Bagian kedua dari perancangan perangkat lunak adalah perancangan

tampilan program. Tampilan ini digunakan untuk memberi beberapa perintah

langsung ke komputer sekaligus menunjukkan beberapa status yang terjadi saat

itu. Tampilan dibuat agar pengguna mudah berinteraksi dengan program. Gambar

3.10 adalah tampilan program yang telah dibuat. Tampilan dibuat dalam bentuk

form tunggal berisi empat frame (bingkai) dengan fungsi yang berbeda.

Gambar 3.10. Tampilan Program

Bingkai pertama adalah “Waktu Angkat”, digunakan untuk memasukkan

variabel waktu pengangkatan telepon, default-nya diberikan selama lima detik.

Bingkai “Rekaman” menunjuk-kan status rekaman dan tiga buah tombol perintah,

39

Page 55: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

yaitu perintah memutar rekaman, berhenti memutar, dan menghapus rekaman.

Status rekaman menunjukkan apakah ada rekaman baru yang masuk atau tidak,

juga menunjukkan apakah rekaman telah dihapus.

Bingkai “Status Lampu” menunjukkan keadaan lampu saat itu, apakah

lampu hidup atau mati. Penunjukkan status ini tidak diambil dari kondisi lampu

yang sebenarnya, tetapi dari terminal yang mengontrol kedelapan lampu tersebut

yaitu port D0...D7 LPT1.

Bingkai “Kontrol Lampu” berisi tombol-tombol perintah menghidupkan

atau mematikan lampu melalui form. Kelompok tombol ‘Menghidupkan Lampu’

digunakan untuk menghidupkan lampu, demikian juga kelompok tombol

‘Mematikan Lampu’ digunakan untuk mematikan lampu sesuai dengan nomor

yang ditekan. Tombol ‘Menghidupkan Semua Lampu’ digunakan untuk menghi-

dupkan semua lampu. Tombol ‘Mematikan Semua Lampu’ digunakan untuk

mematikan semua lampu.

Suatu status tambahan yaitu ‘Mode’ pada bagian kiri bawah form

menampilkan status yang sedang dikerjakan oleh program, seperti mendeteksi

dering, terhubung ke perekam, telepon ditutup, dan lain-lain.

Command ‘About’ menampilkan copyright pembuat program seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 3.11 berikut ini.

Gambar 3.11. Tampilan form About

40

Page 56: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

BAB 4

PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Sistem

Pengujian sistem merupakan bagian penentuan bagi keberhasilan sistem

yang telah dirancang sebelumnya. Suatu sistem dikatakan berhasil jika pengujian

yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Walaupun dalam

berbagai kasus pengujian sistem sering didapat hasil yang menyimpang, sistem

dikatakan cukup berhasil bila penyimpangan itu dalam batas yang bisa ditolerir.

Pengujian dilakukan dengan dua metode, yaitu pengujian sub-sistem dan

pengujian sistem secara keseluruhan. Dalam pengujian sub-sistem, suatu blok

sistem tertentu diuji terpisah dari sistem keseluruhan. Pengujian per sub-sistem

memberikan kemudahan dalam mencari gangguan yang mungkin terjadi jika sub-

sistem itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pengujian secara keseluruhan

akan memberikan keluwesan, tetapi jika terjadi gangguan memerlukan waktu

yang lama untuk menemukan penyebabnya. Karena itu dalam perancangan ini

kedua metode tersebut akan digunakan. Jika pengujian semua sub-sistem berhasil

akan dilanjutkan ke pengujian sistem secara keseluruhan untuk mengetahui

kinerja keseluruhan, sekaligus menentukan keberhasilan perancangan yang telah

dibuat.

4.1.1 Pengujian Pengkondisi Sinyal Dering

Pengkondisi sinyal dering merupakan bagian pertama dari sistem, sebab

dari sub-sistem inilah diagram alir program dimulai. Suatu rangkaian pengkondisi

sinyal yang telah dibahas sebelumnya diuji responnya terhadap sinyal dering.

Sinyal dering mempunyai tegangan AC antara 50 sampai 100 volt dengan

frekuensi 20 Hz sampai 60 Hz. Untuk itu, dibuat suatu alat uji yang dapat

mengeluarkan tegangan tersebut. Frekuensi keluaran alat uji ini tidak dapat diatur,

frekuensi yang dihasilkan mengikuti frekuensi jala-jala, yaitu sekitar 50 Hz.

Gambar 4.1 merupakan alat penguji yang dimaksud.

41

Page 57: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Gambar 4.1. Rangkaian penguji sinyal dering

Transformator step-down merupakan transformator penurun tegangan

yang biasa digunakan untuk adaptor tegangan. Transformator ini menurunkan

tegangan jala-jala dari 220 V ke 12 V. Melalui saklar pilih tegangan ini kembali

dinaikkan oleh transformator step-up. Transformator step-up merupakan

transformator yang sama dengan transformator step-down dengan pemasangan

yang dibalik. Terminal 110 V pada transformator step-up dipilih sebagai keluaran

dari rangkaian penguji ini.

Terminal skunder transformator step-down merupakan terminal yang dapat

dipilih melalui saklar pilih, yaitu terminal 3, 6, 9, dan 12 volt sebagai masukan

untuk transformator step-up. Pemilihan ini dimaksudkan untuk mendapatkan

range tegangan dering. Berikut ini tabel pengukuran yang didapat dengan

merubah posisi saklar pilih dari 3 V ke 12 V.

Tabel 4.1. Tegangan keluaran penguji sinyal dering terhadap posisi saklar pilih

Posisi Saklar Pilih(V)

Tegangan Keluaran (V)

36912

25507495

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tegangan keluaran rangkaian penguji

paling rendah adalah 25 V, dan paling tinggi 95 V. Ini menunjukkan bahwa

42

Page 58: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

rentang tegangan telah mencukupi untuk mewakili sinyal dering dengan level

paling rendah ke level paling tinggi.

Selanjutnya diadakan pengujian terhadap rangkaian pengkondisi sinyal

dering dengan menggunakan tegangan dering buatan ini. Terminal keluaran

rangkaian penguji dihubungkan dengan masukan rangkaian pengkondisi sinyal

dering seperti pada Gambar 4.2

Gambar 4.2. Pengujian rangkaian pengkondisi sinyal dering

Dengan mengubah-ubah posisi saklar pilih mulai dari 3 V sampai dengan

12 V, terminal A-B yang dihubungkan ke port S3 LPT1 tetap mengeluarkan

tegangan logika rendah. Hal ini menunjukkan bahwa rangkaian pengkondisi

sinyal tetap bekerja dengan tegangan dering yang minimum hingga maksimum.

4.1.2 Pengujian Dekoder DTMF

Rangkaian dekoder DTMF yang telah dibahas sebelumnya diuji dengan

menggunakan pesawat telepon dan tegangan catu tiruan menggunakan catu daya

dan tahanan seperti pada Gambar 4.3 berikut.

43

Page 59: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Gambar 4.3. Pengujian dekoder DTMF

Ketika diukur dalam keadaan on-hook, tegangan antara Tip dan Ring

sekitar 12 V, dan dalam keadaan off-hook sekitar 3 V. Tegangan 3 V pada saat off-

hook sudah mencukupi untuk membuat pesawat telepon bekerja dengan baik.

Masukan dekoder DTMF langsung diparalelkan dengan terminal TIP dan

RING, sedangkan data keluaran dihubungkan ke peraga LED seperti pada Gambar

4.4 berikut.

Gambar 4.4. Pengujian Data Dekoder

Penekanan terhadap tombol keypad telepon akan merubah nyala LED

sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh dekoder. Tabel 4.2 merupakan hasil

yang diperoleh dari pengujian ini.

Berdasarkan tabel 4.2, LED yang menyala menunjukkan logika tinggi (1),

LED yang mati menunjukkan logika rendah (0). Hasil pengujian sesuai dengan

data-sheet yang disertakan oleh MITEL pada IC dekoder MT8870, seperti yang

ditunjukkan pada tabel 2.1. Pengujian terbatas dari tombol 1 sampai tombol #,

44

Page 60: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

tidak termasuk tombol A, B, C, dan D karena tombol tersebut hanya terdapat pada

telepon dengan fungsi khusus.

Tabel 4.2. Hasil pengujian dekoder DTMF

Penekanan Tombol Telepon

LED 1 LED 2 LED 3 LED 4

1234567890*#

MatiMatiMatiMatiMatiMatiMati

HidupHidupHidupHidupHidup

MatiMatiMati

HidupHidupHidupHidupMatiMatiMatiMati

Hidup

MatiHidupHidupMatiMati

HidupHidupMatiMati

HidupHidupMati

HidupMati

HidupMati

HidupMati

HidupMati

HidupMati

HidupMati

4.1.3 Pengujian Sinyal Suara

Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa sinyal suara yang

dikandung oleh jalur telepon dapat digunakan sebagai masukan perekam, dan

sinyal suara yang dikirim juga dapat terdengar baik di pesawat telepon.

Dalam pengujian ini, pesawat telepon, catu daya, dekoder, line-out, serta

line-in dihubungkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5 berikut ini

Gambar 4.5. Pengujian sinyal suara

45

Page 61: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Pengujian dimulai dengan memberikan logika rendah pada terminal S3

LPT1 sebagai sinyal dering yang sedang masuk. Lima detik kemudian komputer

mengangkat telepon secara otomatis dan memperdengarkan suara penjawab. Pada

saat ini suara dari speaker headset didengar. Pengaturan volume suara dapat

dilakukan pada Volume Control pada komputer. Pengaturan volume yang tepat

pada saat bar volume dan wave berada di posisi tengah, seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 4.6.

Setelah penjawab selesai, perekaman dimulai. Saat ini perekaman diuji

dengan cara berbicara pada mikrofon headset telepon. Dengan pengaturan bar

volume line-in yang tepat, suara akan jelas terdengar pada saat rekaman diputar.

Pengaturan volume line-in yang tepat pada saat bar volume line-in berada pada

posisi tengah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Pengaturan Volume Control pada proses pengujian suara

4.2 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan

Bagian ini membahas tentang pengujian sistem secara keseluruhan.

Bagian-bagian sub-sistem yang telah dibahas di atas dirangkai sehingga

membentuk sistem yang lengkap. Skema rangkaian sistem selengkapnya

diperlihatkan pada Skema Rangkaian Lengkap pada Lampiran A.

46

Page 62: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Pengujian dilakukan pada jaringan PABX di Fakultas Teknik Elektro

Universitas Syiah Kuala. Waktu tunda diatur selama lima detik pada form, dengan

kondisi nyala lampu di-set secara acak. Pengujian diawali dengan memanggil

telepon penerima menggunakan pesawat telepon di tempat lain. Nada dering yang

terdengar mempunyai durasi selama satu detik dengan waktu tunda tiap empat

detik. Status ‘Mode’ yang diamati baru mendeteksi adanya nada dering setelah

dua kali terdengar nada dering. Saat itu hitungan waktu angkat baru dimulai, yaitu

selama lima detik.

Pengujian juga dilakukan dengan memanggil pesawat telepon penerima

dengan menggunakan handphone (telepon selular). Pengujian dengan

menggunakan handphone tidak berbeda jauh dibanding pengujian dengan

menggunakan pesawat telepon biasa, kecuali respon penekanan tombol terasa

agak lambat.

4.2.1 Pengujian Sistem Pengontrolan

Pada saat telepon telah diangkat secara otomatis, terdengar nada dan suara

jawaban yang menyatakan bahwa penelepon terhubung ke perekam. Pada saat ini

dimasukkan password untuk masuk ke sistem pengontrol lampu, yaitu 12345.

Sesaat setelah memasukkan password terdengar nada yang menandakan password

benar dan penelepon telah terhubung ke sistem pengontrol. Pengujian

pengontrolan lampu dilakukan dengan mencoba menghidupkan lampu secara

berurutan dari lampu-1 hingga lampu-8, dan mematikan lampu secara berurutan

setelah itu. Pengujian selanjutnya mencoba mematikan dan menghidupkan lampu

secara acak. Pengujian ini tidak mengalami hambatan dan berjalan sebagaimana

yang diharapkan.

Pengujian selanjutnya mencoba menghidupkan dan mematikan lampu

tidak dengan cara di atas, tetapi menekan nomor-nomor lampu secara langsung

setelah terhubung ke sistem pengontrolan. Percobaan ini dilakukan untuk

mengetahui apakah sistem merespon penekanan ini. Dalam pengujian ini, telepon

secara otomatis ditutup setelah 10 detik tanpa merespon tombol-tombol nomor

yang ditekan. Penekanan tombol 0 akan menutup telepon.

47

Page 63: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

4.2.2 Pengujian Sistem Perekaman

Pada saat telepon telah diangkat dan terdengar suara jawaban, pesan

ditinggalkan setelah terdengar nada mulai berbicara. Pesan dapat ditinggalkan

dengan durasi selama 30 detik, setelah 30 detik telepon akan ditutup secara

otomatis. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali untuk mengetahui apakah

rekaman yang lama dihapus oleh rekaman yang baru, atau rekaman yang baru

ditambahkan ke rekaman yang lama tanpa menghapusnya. Untuk mendengarkan

hasil rekaman, tombol ‘Putar’ pada form ditekan dan suara dapat didengar melalui

speaker aktif. Pada percobaan ini rekaman-rekaman yang lama tidak dihapus oleh

rekaman yang baru, tetapi ditambahkan di depan sehingga program

memperdengarkan rekaman yang paling baru kemudian berurutan

memperdengarkan rekaman-rekaman yang lebih lama.

4.3 Pembahasan

Waktu tunda untuk mengangkat telepon tidak akurat seperti yang

diinginkan. Sistem baru mendeteksi adanya sinyal dering setelah dua periode nada

dering terdengar. Penyebab dari hal ini disebabkan oleh sinyal dering yang tidak

kontinu, sinyal dering dengan durasi selama satu detik dikirim setiap empat detik.

Kapasitor dengan nilai 470 μF pada sub-sistem pengkondisi sinyal dering

memerlukan waktu beberapa saat untuk mengisi muatan hingga penuh, waktu

pengisian tergantung dari tegangan dering yang masuk, durasi sinyal dering, serta

periode pengiriman sinyal dering. Jika kapasitor belum penuh, kapasitor bertindak

sebagai konduktor yang dapat mengalirkan tegangan dering ke ground. Tegangan

dering selama dua periode akan membuat kapasitor penuh sehingga dapat

mengaktifkan optocoupler dan sistem mendeteksi adanya sinyal dering.

IC MT8870 tidak dilengkapi dengan pendeteksi penutupan pesawat

telepon pengirim, sehingga sistem tidak dapat mengetahui apakah telepon

pengirim telah ditutup atau belum. Dengan demikian, apabila penelepon

memanggil pesawat telepon penerima, dan menutup kembali teleponnya setelah

penjawab telepon aktif, maka sistem tidak membatalkan aktivitasnya, tetapi dalam

waktu 30 detik secara otomatis sistem akan menutup telepon.

48

Page 64: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Demikian juga saat proses dialling sedang dilaksanakan, satu-satunya

sinyal dari sentral yang dapat diteksi oleh sistem adalah sinyal dering. Sinyal

dering ini akan berhenti apabila telepon diangkat. Apabila telepon diangkat secara

manual pada saat sedang terjadi proses dialling, sistem seharusnya dapat

membatalkan pendeteksian sinyal dering dan menonaktifkan fungsi Timer

pengangkat telepon yang ada pada perangkat lunaknya. Ide yang diambil

sebelumnya adalah dengan mendeteksi matinya sinyal dering pada saat telepon

diangkat secara manual. Jika sinyal dering yang dikirim oleh sentral merupakan

sinyal kontinu, tidak ada kesulitan untuk menerapkan ide ini pada sistem. Tetapi

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sinyal dering yang dikirim oleh

sentral merupakan sinyal yang terputus dalam periode waktu tertentu. Apabila ide

di atas diterapkan pada sistem, kesulitan akan muncul karena sinyal dering yang

terputus diantara dua periode itu mempunyai efek yang sama dengan sinyal dering

yang terputus pada saat telepon diangkat. Sistem akan mengartikan bahwa telepon

telah diangkat secara manual pada saat dering terputus diantara dua periode, dan

hal ini tidak dikehendaki.

Penggunaan kapasitor juga tidak menyelesaikan masalah di atas, sebab

kapasitor berkapasitas besar memerlukan waktu pengisian yang lama dengan

waktu pembuangan yang lama. Artinya, disamping waktu tunda pengangkatan

telepon tidak akurat seperti yang telah dibahas sebelumnya, efek waktu

pembuangan pada kapasitor yang lama akan membuat sistem tetap mendeteksi

adanya sinyal dering, walaupun sinyal dering telah terputus karena telepon telah

diangkat.

Penggunaan kapasitor berkapasitas kecil juga tidak efektif diterapkan,

sebab pemilihan nilai kapasitor yang tepat untuk konstanta waktu yang tepat

merupakan pilihan yang kritis untuk menyelesaikan masalah ini. Kapasitor harus

dapat menyimpan tegangan yang cukup sampai periode dering selanjutnya, jika

tidak efeknya akan sama dengan putusnya sinyal dering akibat telepon telah

diangkat. Hal inilah yang menjadi masalah, sebab standarisasi periode pengiriman

sinyal dering berbeda-beda untuk tiap sentral .

49

Page 65: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Masalah di atas dapat diatasi jika sistem yang kita buat dapat mendeteksi

sinyal call progress yang dikirim dari sentral. Sistem yang dibuat sekarang tidak

dapat mendeteksi sinyal call progress tersebut. Oleh karena itu sistem tetap akan

mendeteksi sinyal dering walaupun telepon telah diangkat secara manual, dan

segala aktivitas yang berhubungan dengannya tidak akan dibatalkan.

Perangkat lunak yang dibuat mengandung beberapa sub-routin atau fungsi

yang selalu dipanggil oleh routin utamanya. List perangkat lunak selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran B pada halaman 54.

Fungsi BitStatus digunakan untuk mengambil data per bit pada port LPT1,

data yang diambil tidak dipengaruhi oleh keadaan bit lain pada port yang sama.

Misalnya dalam proses mendeteksi sinyal dering, data yang diambil adalah logika

rendah dari pengkondisi sinyal dering, data ini diambil lewat port S3 LPT1, data 1

bit ini tidak akan dipengaruhi oleh kondisi bit-bit yang lain pada port Status.

Fungsi OutPort merupakan kebalikan dari fungsi BitStatus, fungsi ini

mengeluarkan data per bit tanpa mempengaruhi keadaan bit lain pada port yang

sama. Misalnya mengeluarkan logika tinggi pada port D8 LPT1 untuk

menghidupkan lampu 8 tidak akan mempengaruhi keadaan bit yang lain pada port

Data.

Fungsi HidupLampu digunakan untuk mengirimkan logika tinggi ke port

D0...7 guna menghidupkan lampu 1 sampai 8 sesuai sesuai dengan data yang

dikirim. Pada fungsi HidupLampu terjadi pengecekan kondisi nyala lampu,

apabila lampu yang dituju memang sudah menyala, maka perintah menghidupkan

lampu akan diabaikan dan fungsi kembali memanggil routin utama.

Fungsi MatiLampu digunakan untuk mengirimkan logika rendah ke port

D0...7 guna mematikan lampu 1 sampai 8 sesuai sesuai dengan data yang dikirim.

Pada fungsi, seperti halnya fungsi HidupLampu, pada fungsi MatiLampu ini juga

terjadi pengecekan kondisi nyala lampu, apabila lampu yang dituju memang sudah

mati, maka perintah mematikan lampu akan diabaikan dan fungsi kembali

memanggil routin utama.

Fungsi KirimSuara digunakan untuk mengirimkan suara ke jalur telepon,

fungsi ini selalu dipanggil saat pengiriman status lampu yang sedang dikontrol

50

Page 66: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

maupun saat pesawat telepon diangkat secara otomatis. Status lampu yang sedang

dikontrol dikirim dalam bentuk rekaman suara.

Sistem yang dibuat tidak dapat memberitahu status nyala lampu secara

keseluruhan. Cara yang dapat digunakan untuk mengetahuinya adalah dengan

mematikan atau menghidupkan semua lampu, untuk kemudian menghidupkan

atau mematikannya satu per satu sesuai dengan kebutuhan.

Sistem yang telah dibuat hanya berfungsi sebagai switching. Peralatan

yang akan dikontrol tidak hanya sebatas lampu listrik, tetapi semua peralatan

listrik yang dapat difungsikan dengan cara switching. Misalnya motor-motor

pompa air, kulkas, atau motor untuk menggerakkan pintu gerbang, dan lain

sebagainya.

51

Page 67: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan perancangan yang telah selesai dilaksanakan dan pengamatan

yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara teknis jalur telepon dapat digunakan untuk media pengontrolan jarak

jauh dengan memanfaatkan nada DTMF yang tersedia pada setiap pesawat

telepon tekan.

2. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, sistem pengontrolan dapat diaktifkan

baik dari pesawat telepon biasa maupun dari handphone (telepon selular).

3. Pengujian dengan menggunakan handphone mempunyai respon penekanan

tombol yang lebih lambat dibandingkan dengan menggunakan pesawat

telepon.

4. Hasil rekaman yang didapat mempunyai kualitas suara yang cukup baik.

Ukuran file penyimpanan rekaman tergantung pada kapasitas hardisk yang

dipakai. Rekaman dengan durasi 1 menit menghasilkan file berukuran 650 Kb.

5. Jika program ditutup, lampu yang dikontrol akan tetap berada pada kondisi

terakhir, selama aliran listrik yang mensuplai komputer tidak terputus.

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat digunakan untuk pengembangan sistem ini lebih

lanjut adalah sebagai berikut:

1. IC MT8870 yang digunakan sebagai dekoder DTMF tidak dapat mendeteksi

penutupan telepon pengirim dan dengan menggunakan IC jenis MT8888

masalah ini dapat diatasi.

2. Perancangan ini menggunakan port LPT1 sehingga terminal keluaran dan

masukan terbatas. Dengan keluaran dekoder DTMF sebanyak 4 bit, lampu

yang dapat dikontrol adalah sebanyak 24 = 16 buah. Dengan memanfaatkan

PPI (Programmable Pheripheral Interface) yang mempunyai terminal

masukan dan keluaran yang lebih banyak hal ini dapat dilaksanakan. Untuk

52

Page 68: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

keperluan khusus, lampu yang dikontrol dapat lebih banyak lagi dengan

menggunakan multiplekser sesudah dekoder DTMF.

3. Perekaman akan menghasilkan sebuah file yang kontinu, hal ini kurang efektif

bila rekaman yang masuk sangat banyak. Dengan modifikasi program, file

yang dihasilkan dapat dibuat sebanyak rekaman yang masuk.

53

Page 69: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

DAFTAR PUSTAKA

Brain, Marshall 2002 'How Telephones Work' viewed 29 Agustus 2004, <http://electronics.howstuffworks.com>

Budiharto, Widodo 2004, Interfacing Komputer dan Mikrokontroler, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta

Engdahl, Tomi 1996, ‘Simple Circuit and Program to Show How to Use PC Parallel Port Output Capabilities’, viewed 12 Mei 2004,<http://www.hut.fi/misc/electronics/circuits>

Engdahl, Tomi 1998 'Telephone line audio interface circuits' viewed 23 Agustus 2004, <http://splat.foo.is/electronics/teleinterface.htm>

Engdahl, Tomi 2000 'Telephone ringing circuits' viewed 29 Agustus 2004, <http://ourworld.compuserve.com/homepages/Bill_Bowden/page11.htm>

Harries, Ian 1996, ‘IBM-PC Parallel Printer Port Programming Considerations’, viewed 17 Mei 2004, <http://www.doc.ic.ac.uk/~ih/doc/par/doc.htm>

Harries, Ian 1998, ‘Interfacing to the IBM-PC Parallel Printer Port’, viewed 17 Mei 2004, <http://www.doc.ic.ac.uk/~ih/doc/par/doc/intro.htm>

Kurniadi, Adi 2000, Pemrograman Microsoft Visual Basic 6, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta

Malvino., Barmawi 1994, Prinsip-Prinsip Elektronika Jilid 1, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta

MITEL 1997, Aplication of the MT8870 Integrated DTMF Receiver

Nalwan, Agustinus 2004, Membuat Program Profesional secara Cepat dengan VB, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta

Paul, 'DTMF Generator/Decoder' viewed 22 Agustus 2004, <http://www.boondog.com//tutorials/dtmf/dtmf.htm>

Simanjuntak, Tiur LH 1993, Dasar-dasar Telekomunikasi, Penerbit Alumni, Bandung.

54

Page 70: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

1 2 3 4

A

B

C

D

4321

D

C

B

ATitle

Number RevisionSize

Legal

Date: 22-Dec-2004 Sheet of File: G:\CLIENT\TUGAS_AK.SCH Drawn By:

10k470uF/25V

3,3V PC817

1uF/120V

TIP

RING

10k

+5V

100k

100k0.1uF

0.1uF

370k

3,579 Mhz

+5V

VDD18

VSS9

TOE10

Q414

Q313

Q212

Q111

St/GT17

1111

IN-2

GS3

Vref4

IN+1

OSC27

OSC18

MT8870

Relay

C9013

+5V

5,6k

Relay

C9013

12V

5,6k1uF/25V

Line-in soundcard

Line-out soundcard

Ground

Relay

Relay

C9013

+12VKe saklar gagang telepon

5,6k

F N

Jala-jala PLN

11421531641751861972082192210231124122513

LPT1 Komputer

DB25

8x R 5,6k 8x C9013 8x Dioda 8x Relay 8x Lampu 1W/220V

SKEMATIK LENGKAP RANGKAIAN PENGONTROL LAMPU LISTRIK

ROMADHANI

LAMPIRAN A. SKEMA RANGKAIAN LENGKAP

55

+12 V

+12 V

+12 V

+12 V

+12 V

+12 V

+12 V

+12 V

Page 71: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

LAMPIRAN B. FOTO ALAT

56

Page 72: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

LAMPIRAN C. LIST PROGRAM PENGGERAK

Public Declare Sub PortOut Lib "io.dll" (ByVal Port As Integer, ByVal Value As Byte)

Public Declare Function PortIn Lib "io.dll" (ByVal Port As Integer) As Byte''Deklarasi "io.dll" untuk inisialisasi port LPT1

Public Declare Function DeleteFile Lib "kernel32.dll" Alias "DeleteFileA" (ByVal lpFileName As String) As Long''Deklarasi "kernel32.dll" untuk mengambil fungsi hapus file

Function BitStatus(PortAddress, BitYouWant) As Integer''fungsi mendeteksi data per bit pada port LPT1 If PortAddress = 888 Then NumOfBits = 8 ElseIf PortAddress = 889 Then NumOfBits = 5 ElseIf PortAddress = 890 Then NumOfBits = 4 End If ReDim PortBits(NumOfBits) As Integer PortNum = PortIn(PortAddress) For i = 1 To NumOfBits PortBits(i) = PortNum Mod 2 PortNum = Fix(PortNum / 2) Next i BitStatus = PortBits(BitYouWant)End Function

Sub OutPort(PortAddress, OutNum)''sub mengeluarkan data per bit ke port LPT1 PortState = PortIn(PortAddress) PortNum = PortState + OutNum PortOut PortAddress, PortNum If OutNum = 0 Then Call PortOut(PortAddress, 0)End Sub

Private Sub Command1_Click() FrmAbout.ShowEnd Sub

Private Sub Form_Load() ComboDelay.AddItem "1" ComboDelay.AddItem "5" ComboDelay.AddItem "10" ComboDelay.AddItem "15" ComboDelay.AddItem "20" ComboDelay.AddItem "25" ComboDelay.AddItem "30" ComboDelay.AddItem "35" ComboDelay.AddItem "40" ComboDelay.AddItem "45" ComboDelay.AddItem "60" Label3.Caption = "Belum ada aktivitas panggilan"

57

Page 73: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Call PortOut(890, 11) ''reset port Control (out) Timer1.Enabled = TrueEnd Sub

Private Sub Timer1_Timer() 'timer pendeteksi dering Dim DeteksiDering As Byte DeteksiDering = BitStatus(889, 4) If DeteksiDering = 0 Then Label3.Caption = "Mendeteksi Sinyal Dering..." Delay Timer6.Enabled = True Timer1.Enabled = False End IfEnd Sub

Sub Delay()''fungsi untuk menghitung delay angkat untuk timer 2 Dim IntervalDelay As Long IntervalDelay = ComboDelay * 1000 Timer2.Interval = IntervalDelay Timer2.Enabled = TrueEnd Sub

Private Sub Timer2_Timer()''timer pengaktif pengangkat telepon Timer6.Enabled = False Timer3.Enabled = True Timer2.Enabled = False Call PortOut(890, 2) ''menghubungkan dekoder DTMF ke jalur telepon ''dan mengaktifkan relay pengangkat teleponEnd Sub

Private Sub Timer3_Timer() 'timer penjawab telepon TimerPass1.Enabled = True Label3.Caption = "Penjawab Telepon Aktif!!!" MMControl1.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\Pembuka.wav" MMControl1.Command = "Open" MMControl1.DeviceType = "WaveAudio" MMControl1.Command = "Play" Timer4.Interval = 4500 Timer4.Enabled = True Timer3.Enabled = FalseEnd Sub

Private Sub Timer4_Timer() 'timer untuk proses merekam TimerTundaTutup.Interval = 10000 TimerTundaTutup.Enabled = True CommandPlay.Enabled = True MMControl1.Command = "Stop" MMControl1.Command = "Close" Call PortOut(890, 0) ''menukar posisi jalur ke line-in MMControl2.DeviceType = "WaveAudio" MMControl2.RecordMode = mciRecordInsert

58

Page 74: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

MMControl2.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas Akhir\Rekaman.wav"

MMControl2.Command = "open" MMControl2.Command = "record" Label3.Caption = "Sedang merekam pembicaraan"End SubPrivate Sub Timer5_Timer() ''timer pengontrolan lampu Dim VarKontrol As Byte VarKontrol = PortIn(889) MMControl1.Command = "Stop" MMControl1.Command = "close" Label3.Caption = "Pengontrolan Aktif" TimerTundaTutup.Interval = 10000 TimerTundaTutup.Enabled = True If VarKontrol = 63 Then ''jika tekan tanda bintang menghidupkan lampu TimerTundaTutup.Enabled = False Timer7.Enabled = True Timer5.Enabled = False End If If VarKontrol = 79 Then ''jika tekan tanda pagar mematikan lampu TimerTundaTutup.Enabled = False Timer8.Enabled = True Timer5.Enabled = False End If

If VarKontrol = 47 Then ''jika tekan 0 telepon ditutup TimerTundaTutup.Enabled = False TimerTundaTutup.Interval = 1 TimerTundaTutup.Enabled = True End IfEnd Sub

Private Sub Timer6_Timer() 'timer pembatalan panggilan Dim VariabelBatal As Byte VariabelBatal = BitStatus(889, 4) If VariabelBatal = 1 Then 'gagang ditutup panggilan batal Label3.Caption = "Panggilan batal atau telepon telah diangkat" Timer1.Enabled = True Timer2.Enabled = False End IfEnd Sub

Private Sub Timer7_Timer() 'timer menghidupkan lampu Dim VariabelHidup As Byte VariabelHidup = PortIn(889) Label3.Caption = "Perintah menghidupkan lampu..." MMControl3.Command = "stop" MMControl3.Command = "close" TimerTundaTutup.Interval = 10000 TimerTundaTutup.Enabled = True

59

Page 75: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

If VariabelHidup = 159 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\Hidup1.wav" Call HidupLampu(1, 1) End If

If VariabelHidup = 175 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\Hidup2.wav" Call HidupLampu(2, 2) End If If VariabelHidup = 191 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\Hidup3.wav" Call HidupLampu(3, 4) End If If VariabelHidup = 207 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\Hidup4.wav" Call HidupLampu(4, 8) End If If VariabelHidup = 223 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\Hidup5.wav" Call HidupLampu(5, 16) End If If VariabelHidup = 239 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\Hidup6.wav" Call HidupLampu(6, 32) End If If VariabelHidup = 255 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\Hidup7.wav" Call HidupLampu(7, 64) End If If VariabelHidup = 15 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\Hidup8.wav" Call HidupLampu(8, 128) End If If VariabelHidup = 31 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\hidupsemua.wav" Call PortOut(888, 255) Timer5.Enabled = True Timer7.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = False CommandSemuaMati.Enabled = True End If

60

Page 76: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

If VariabelHidup = 79 Then ''jika tekan tanda pagar ke perintah mematikan Timer8.Enabled = True Timer7.Enabled = False End IfEnd Sub

Private Sub Timer8_Timer()''timer mematikan lampu Dim VariabelMati As Byte VariabelMati = PortIn(889) Label3.Caption = "Perintah mematikan lampu..." MMControl3.Command = "stop" MMControl3.Command = "close" TimerTundaTutup.Interval = 10000 TimerTundaTutup.Enabled = True If VariabelMati = 159 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas

Akhir\Mati1.wav" Call MatiLampu(1, -1) End If If VariabelMati = 175 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas

Akhir\Mati2.wav" Call MatiLampu(2, -2) End If If VariabelMati = 191 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas

Akhir\Mati3.wav" Call MatiLampu(3, -4) End If If VariabelMati = 207 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas

Akhir\Mati4.wav" Call MatiLampu(4, -8) End If If VariabelMati = 223 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas

Akhir\Mati5.wav" Call MatiLampu(5, -16) End If If VariabelMati = 239 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas

Akhir\Mati6.wav" Call MatiLampu(6, -32) End If If VariabelMati = 255 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas

Akhir\Mati7.wav" Call MatiLampu(7, -64) End If

61

Page 77: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

If VariabelMati = 15 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas

Akhir\Mati8.wav" Call MatiLampu(8, -128) End If If VariabelMati = 31 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\matisemua.wav" Call PortOut(888, 0) CommandSemuaHidup.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = False Timer5.Enabled = True Timer7.Enabled = False End If

If VariabelMati = 63 Then ''jika tekan tanda bintang ke perintah menghidupkan Timer7.Enabled = True Timer8.Enabled = False End IfEnd Sub

Private Sub TimerPass1_Timer() If PortIn(889) = 159 Then TimerPass2.Enabled = True TimerPass1.Enabled = False End IfEnd Sub

Private Sub TimerPass2_Timer() If PortIn(889) = 175 Then TimerPass3.Enabled = True TimerPass2.Enabled = False End IfEnd Sub

Private Sub TimerPass3_Timer() If PortIn(889) = 191 Then TimerPass4.Enabled = True TimerPass3.Enabled = False End IfEnd Sub

Private Sub TimerPass4_Timer() If PortIn(889) = 207 Then TimerPass5.Enabled = True TimerPass4.Enabled = False End IfEnd Sub

Private Sub TimerPass5_Timer() If PortIn(889) = 223 Then Call PortOut(890, 2) ''kembalikan posisi jalur ke line-out Timer3.Enabled = False

62

Page 78: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Timer4.Enabled = False Timer5.Enabled = True MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\hubungkontrol.wav" MMControl3.DeviceType = "WaveAudio" MMControl3.Command = "Open" MMControl3.Command = "Play" MMControl1.Command = "Stop" MMControl1.Command = "Close" MMControl2.Command = "Stop" MMControl2.Command = "Close" TimerPass5.Enabled = False End IfEnd Sub

Private Sub TimerStatusLampu_Timer()''timer untuk menampilkan status nyala lampu If BitStatus(888, 1) = 1 Then LabelA.ForeColor = &HFF0000 LabelA.Caption = "HIDUP" CmdHidup1.Enabled = False CmdMati1.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelA.ForeColor = &HFF& LabelA.Caption = "MATI" CmdHidup1.Enabled = True CmdMati1.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If BitStatus(888, 2) = 1 Then LabelB.ForeColor = &HFF0000 LabelB.Caption = "HIDUP" CmdHidup2.Enabled = False CmdMati2.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelB.ForeColor = &HFF& LabelB.Caption = "MATI" CmdHidup2.Enabled = True CmdMati2.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If BitStatus(888, 3) = 1 Then LabelC.ForeColor = &HFF0000 LabelC.Caption = "HIDUP" CmdHidup3.Enabled = False CmdMati3.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelC.ForeColor = &HFF& LabelC.Caption = "MATI" CmdHidup3.Enabled = True CmdMati3.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If

63

Page 79: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

If BitStatus(888, 4) = 1 Then LabelD.ForeColor = &HFF0000 LabelD.Caption = "HIDUP" CmdHidup4.Enabled = False CmdMati4.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelD.ForeColor = &HFF& LabelD.Caption = "MATI" CmdHidup4.Enabled = True CmdMati4.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If BitStatus(888, 5) = 1 Then LabelE.ForeColor = &HFF0000 LabelE.Caption = "HIDUP" CmdHidup5.Enabled = False CmdMati5.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelE.ForeColor = &HFF& LabelE.Caption = "MATI" CmdHidup5.Enabled = True CmdMati5.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If BitStatus(888, 6) = 1 Then LabelF.ForeColor = &HFF0000 LabelF.Caption = "HIDUP" CmdHidup6.Enabled = False CmdMati6.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelF.ForeColor = &HFF& LabelF.Caption = "MATI" CmdHidup6.Enabled = True CmdMati6.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If BitStatus(888, 7) = 1 Then LabelG.ForeColor = &HFF0000 LabelG.Caption = "HIDUP" CmdHidup7.Enabled = False CmdMati7.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelG.ForeColor = &HFF& LabelG.Caption = "MATI" CmdHidup7.Enabled = True CmdMati7.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If BitStatus(888, 8) = 1 Then LabelH.ForeColor = &HFF0000 LabelH.Caption = "HIDUP" CmdHidup8.Enabled = False

64

Page 80: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

CmdMati8.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelH.ForeColor = &HFF& LabelH.Caption = "MATI" CmdHidup8.Enabled = True CmdMati8.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If PortIn(888) = 255 Then CommandSemuaHidup.Enabled = False End If If PortIn(888) = 0 Then CommandSemuaMati.Enabled = False End IfEnd Sub

Sub HidupLampu(Bit, Data)''Fungsi untuk menghidupkan lampu Call KirimSuara If BitStatus(888, Bit) = 0 Then Call OutPort(888, Data) Timer5.Enabled = True Timer7.Enabled = False Else Timer5.Enabled = True Timer7.Enabled = False End IfEnd Sub

Sub MatiLampu(Bit, Data)''Fungsi untuk mematikan lampu Call KirimSuara If BitStatus(888, Bit) = 1 Then Call OutPort(888, Data) Timer5.Enabled = True Timer8.Enabled = False Else Timer5.Enabled = True Timer8.Enabled = False End IfEnd Sub

Sub KirimSuara() MMControl3.Command = "Open" MMControl3.DeviceType = "WaveAudio" MMControl3.Command = "Play"End Sub

Private Sub TimerTundaTutup_Timer()''timer pewaktu untuk menutup telepon Timer2.Enabled = False Timer3.Enabled = False Timer4.Enabled = False Timer5.Enabled = False Timer6.Enabled = False

65

Page 81: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Timer7.Enabled = False Timer8.Enabled = False Timer1.Enabled = True Label3.Caption = "Telepon ditutup" Call SimpanRekam Call PortOut(890, 11) TimerTundaTutup.Enabled = FalseEnd Sub

Sub SimpanRekam() MMControl2.Command = "stop" MMControl2.Command = "save" MMControl2.Command = "close" Label5.ForeColor = &HFF0000 Label5.Caption = "Ada rekaman baru" Label3.Caption = "Telepon ditutup"End Sub

Private Sub CommandPlay_Click()''command untuk memutar rekaman CommandStop.Enabled = True CommandHapus.Enabled = False MMControl2.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas

Akhir\Rekaman.wav" MMControl2.Command = "Open" MMControl2.DeviceType = "WaveAudio" MMControl2.Command = "Play" CommandPlay.Enabled = False Label5.Caption = "Sedang memutar rekaman..."End Sub

Private Sub CommandStop_Click()''Command untuk menghentikan memutar rekaman CommandHapus.Enabled = True CommandPlay.Enabled = True MMControl2.Command = "stop" MMControl2.Command = "close" CommandStop.Enabled = False Label5.ForeColor = &H0& Label5.Caption = "Tidak ada rekaman baru"End Sub

Private Sub CommandKeluar_Click() Dim KonfirmasiKeluar As Integer KonfirmasiKeluar = MsgBox("Yakin ingin Keluar?", vbYesNo,

"Keluar") If KonfirmasiKeluar = 6 Then Call PortOut(890, 11) ''reset port control End End IfEnd Sub

Private Sub CommandHapus_Click() ''command untuk menghapus rekaman Dim Hapus As Integer Dim X As Byte

66

Page 82: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Hapus = MsgBox("Yakin ingin Menghapus Rekaman?", vbYesNo, "Hapus Rekaman")

If Hapus = 6 Then CommandStop.Enabled = False CommandPlay.Enabled = False CommandHapus.Enabled = False X = DeleteFile("C:\Romadhani\Program Tugas Akhir\Rekaman.wav") If X = 1 Then MsgBox "File Rekaman.wav telah dihapus!", , "Hapus Rekaman" Else MsgBox "File tidak ada, penghapusan gagal.", , "Hapus Rekaman" End If Label5.ForeColor = &HFF& Label5.Caption = "Rekaman telah dihapus" End IfEnd Sub

Private Sub CmdHidup1_Click() If BitStatus(888, 1) = 0 Then Call OutPort(888, 1) End IfEnd Sub

Private Sub CmdHidup2_Click() If BitStatus(888, 2) = 0 Then Call OutPort(888, 2) End IfEnd Sub

Private Sub CmdHidup3_Click() If BitStatus(888, 3) = 0 Then Call OutPort(888, 4) End IfEnd Sub

Private Sub CmdHidup4_Click() If BitStatus(888, 4) = 0 Then Call OutPort(888, 8) End IfEnd Sub

Private Sub CmdHidup5_Click() If BitStatus(888, 5) = 0 Then Call OutPort(888, 16) End IfEnd Sub

Private Sub CmdHidup6_Click() If BitStatus(888, 6) = 0 Then Call OutPort(888, 32) End IfEnd Sub

67

Page 83: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Private Sub CmdHidup7_Click() If BitStatus(888, 7) = 0 Then Call OutPort(888, 64) End IfEnd Sub

Private Sub CmdHidup8_Click() If BitStatus(888, 8) = 0 Then Call OutPort(888, 128) End IfEnd Sub

Private Sub CmdMati1_Click() If BitStatus(888, 1) = 1 Then Call OutPort(888, -1) End IfEnd Sub

Private Sub CmdMati2_Click() If BitStatus(888, 2) = 1 Then Call OutPort(888, -2) End IfEnd Sub

Private Sub CmdMati3_Click() If BitStatus(888, 3) = 1 Then Call OutPort(888, -4) End IfEnd Sub

Private Sub CmdMati4_Click() If BitStatus(888, 4) = 1 Then Call OutPort(888, -8) End IfEnd Sub

Private Sub CmdMati5_Click() If BitStatus(888, 5) = 1 Then Call OutPort(888, -16) End IfEnd Sub

Private Sub CmdMati6_Click() If BitStatus(888, 6) = 1 Then Call OutPort(888, -32) End IfEnd Sub

Private Sub CmdMati7_Click() If BitStatus(888, 7) = 1 Then Call OutPort(888, -64) End IfEnd Sub

68

Page 84: Tugas Akhir: Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui Jalur Telepon (Maret, 2005)

Private Sub CmdMati8_Click() If BitStatus(888, 8) = 1 Then Call OutPort(888, -128) End IfEnd Sub

Private Sub CommandSemuaHidup_Click() Call PortOut(888, 255) CommandSemuaHidup.Enabled = FalseEnd Sub

Private Sub CommandSemuaMati_Click() Call PortOut(888, 0) CommandSemuaMati.Enabled = FalseEnd Sub

69