tugas akhir: pengontrolan peralatan listrik melalui jalur telepon (maret, 2005)
DESCRIPTION
Tugas Akhir Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala Banda Aceh - AcehTRANSCRIPT
PENGONTROLAN PERALATAN LISTRIK MELALUI JALUR TELEPON
BERBASIS KOMPUTER
SKRIPSI
diajukan untuk melengkapi sebagian persyaratan akademikguna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Oleh:
R O M A D H A N INIM : 9941510102
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
Maret, 2005
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
PENGONTROLAN PERALATAN LISTRIK
MELALUI JALUR TELEPON
BERBASIS KOMPUTER
Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Jurusan Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala, sejauh yang saya ketahui bukan
merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau
dipakai untuk mendapatkan gelar Sarjana di lingkungan Universitas Syiah Kuala
maupun di perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Banda Aceh, 26 Maret 2005
Penulis,
R o m a d h a n iNIM: 9941510102
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
PENGONTROLAN PERALATAN LISTRIK
MELALUI JALUR TELEPON
BERBASIS KOMPUTER
Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan akademik pada Jurusan Teknik
Elektro, guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Universitas
Syiah Kuala.
Skripsi ini telah disidangkan di hadapan dosen penguji pada tanggal 26 Maret
2005 dan dinyatakan telah memenuhi syarat suatu skripsi.
Banda Aceh, 28 Maret 2005
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing Co. Pembimbing
Hubbul Walidainy, ST., M.T. Ir. Syahrizal, M.T.NIP. 132 282 989 NIP. 132 133 744
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik ElektroFakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Dr. Ir. Yuwaldi Away, M.ScNIP. 131 878 532
iv
“… ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkauyang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku
dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai,berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya akutermasuk orang-orang yang berserah diri. (Qs: Al-Ahqaaf-15)”
Ibu dan Ayah,Berapa jauh jalan kau tempuh…Berapa lama usia kau jalani…
Berapa banyak peluh kau tumpahkan…Seberapa pedih kau tanggung derita…Apakah pamrih yang kau harap…? Atau malah perih kau dapat…?
Seribu pertanyaan tak ingin kau jawabBukan engkau tak tahu jawabannya
Tapi inginkan aku mencari jawaban sendiriSemua demi aku, anakmu
Ibu dan Ayah,Kini aku telah sampai pada altar pertama cita-citakuTiada kebanggan lain selain melihat anakmu berhasil
Dan aku yakin,Inilah jawaban atas semua pertanyaan.
Persembahanku untuk orang-orang tercinta; Ayahanda Salikin & Ibunda Sani,Kakanda Saliyem, Misriati, SanoEdi, Muryuwati, Subagiar, Sukino, serta Adinda
Sarni atas semua dukungan moril dan materiil.
Special Thanks for my beloved Sister;An emptyness that you’ve fill, gave me a new shapeA shape that never create on the emptyness ordered
Making sure that is a black emptynessYou make me sure that black become sweet in the fill side
An empty is an… heartThe load is an… love
You’re that sweet… Risha Ayu Hayruma
Romadhani
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini, serta shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya ke alam yang terang benderang
seperti saat sekarang ini.
Tugas Akhir dengan judul “Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui
Jalur Telepon Berbasis Komputer” ini ditulis untuk memenuhi salah satu
persyaratan akademik guna mencapai derajat Strata-1 Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya, penghormatan dan kebanggaan untuk Ayahanda Salikin dan Ibunda
Sani. Terimakasih untuk Kakanda Subagiar, Sukino, Saliyem, Misriati, Sano Edi,
Muryuwati, dan tak lupa untuk Adinda Sarni yang turut memberikan dukungan
moril dan materiil sehingga Tugas Akhir ini dapat terlaksana dengan baik.
Dalam pelaksanaan dan penulisan Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Hubbul Walidainy, ST., M.T. selaku pembimbing
utama dan Alm. Bapak Iskandar A. Harsadi, ST selaku Co-pembimbing, serta
Bapak Ir. Syahrizal, M.T selaku Co-pembimbing pengganti.
Terimakasih penulis haturkan kepada semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu dalam menyelesaikan penulisan Tugas
Akhir ini.
1. Bapak Dr. Ir. Yuwaldi Away, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Unsyiah yang merangkap sebagai dosen penguji.
2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Unsyiah yang merangkap sebagai dosen pembimbing.
3. Bapak Zulhelmi, ST, selaku Kepala Laboratorium Elektronika Fakultas
Teknik Unsyiah yang merangkap sebagai dosen penguji.
4. Bapak Ismahadi, selaku Laboran Lab. Elektronika Fakultas Teknik
Unsyiah.
vi
5. Dosen-dosen dan karyawan Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Unsyiah.
6. Rekan-rekan mahasiswa angkatan ’98; Azis Maulana (Thanks for your
device), Cut ampon, Irwanda. ST, Roni, Iswandi. ST, Mutia. Angkatan ’99;
Maulida (thanks for your catridge), Asmalya (Thanks for your computer),
Rijalulfikri (for your book), Khairuman, M. Nasir, Budi Amri. Angkatan ’00;
Ahmad Fauzi (thanks for making my PCB), Nurul Afdal, Rahmad Sadli, Sri
Marlina S, Cut Marlia S & Haidi Alfitrah (thanks for making my device
picture). Angkatan ’01; Amalia, Rosna Gunadum, Nuriar Rosa (thanks all for
your support, I’ll never forget it). Alm. M. Taufiq Hidayat dan Alm. Sona
Sagita yang telah menjadi korban Tsunami tanggal 26 Desember 2004.
Teman-teman yang turut membantu; Ray C Ayadhi, Cut KIS, Mursada, Mulia
Rahman, Eko Ferdian, such and the gank in TP FAPERTA.
7. Seluruh teman-teman yang telah membantu terlaksananya penulisan Tugas
akhir ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan.
Banda Aceh, 28 Maret 2005
Penulis,
R o m a d h a n iNIM. 9941510102
vii
ABSTRAK
Mengontrol peralatan listrik dapat dilakukan dari jarak dekat maupun jarak jauh dengan memanfaatkan suatu media transmisi. Peralatan listrik yang umum digunakan adalah lampu listrik. Pengontrolan berupa menghidupkan dan mematikan lampu dapat menggunakan media transmisi jalur telepon. Tugas Akhir ini membahas perancangan sistem yang dapat digunakan untuk mengontrol delapan buah lampu listrik dengan memanfaatkan nada DTMF. Sistem yang dirancang terdiri dari pendeteksi nada dering, pengangkat telepon, dekoder nada DTMF, dan rangkaian penggerak untuk menghidupkan lampu. Sistem ini juga dilengkapi dengan program perekam telepon. Pendeteksi nada dering digunakan untuk mendeteksi adanya panggilan pada pesawat telepon penerima. Pengangkat telepon digunakan untuk menerima panggilan yang sedang berlangsung dan memutuskan panggilan jika telepon pengirim telah ditutup. Dekoder DTMF digunakan untuk mengubah nada DTMF menjadi data 4 bit. Sedangkan rangkaian penggerak digunakan sebagai saklar untuk menghubungkan lampu listrik dengan jaringan PLN. Mematikan dan menghidupkan lampu dilakukan dengan menekan nomor lampu yang dituju pada keypad pesawat telepon pengirim pada saat panggilan telah diterima. Perekam pesan dan program penggerak dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0.
viii
ABSTRACT
Electronic equipment can be done by using some transmition medium. Some of the device that commonly used is a lamp. The controlling idea is turn on and off a lamp from a distance through a media as phone line transmition. This Thesis discuss on designing a system that used to control lamp using DTMF. The system are consist of the ringing tone detector, phone answering, DTMF decoder, and a driving circuit for turning the lamp on. The system is also complete by a program for phone recording. A ringing tone detector commonly used to detect a call on a phone set. The phone answering use for receiving a call and closing the call when the phone sender is closed. DTMF decoder use to reverting DTMF tone to a 4 bit data. While that, the driver circuit use as a switch that connect the lamps to the electric source. Turning the lamp on or off are done by pushing the lamps number on the keypad of the phone set when it receive a call. The message recorder and driver program are made by using programming languages such as Ms. Visual Basic 6.0.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
ABSTRAK …….............................................................................................. vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................... 2
1.4 Metodologi Penelitian ............................................................. 2
1.5 Sistematika Penulisan Laporan ............................................... 3
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN ...................................................... 5
2.1 Dual Tone Multi Frequency (DTMF) ..................................... 5
2.2 Teori Dasar Pesawat Telepon ................................................. 7
2.2.1 Catu Daya Pesawat Telepon ......................................... 7
2.2.2 Nada Dering (Ringing Tone)......................................... 8
2.2.3 Duplex Coil.................................................................... 9
2.3 Penerima/Dekoder DTMF MT8870 ........................................ 10
2.4 Parallel Printer Port (LPT1) .................................................... 13
2.5 Dioda dan Light Emiting Diode (LED) .................................. 15
2.5.1 Bahan Semikonduktor .................................................. 15
2.5.2 Semikonduktor tipe-N dan tipe-P.................................. 15
x
2.5.3 Dioda Persambungan .................................................... 16
2.5.4 Forward Bias dan Reverse Bias .................................... 17
2.5.5 Light Emiting Diode (LED) ......................................... 18
2.6 Transistor dan Phototransistor ................................................ 19
2.6.1 Transistor ...................................................................... 19
2.6.2 Phototransistor............................................................... 21
2.7 Switching................................................................................. 21
2.8 Microsoft Visual Basic 6.0....................................................... 22
2.8.1 Lingkungan Visual Basic .............................................. 23
2.8.2 Teknologi ActiveX........................................................ 26
BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT .............................. 28
3.1 Diagram Blok Sistem .............................................................. 28
3.2 Perancangan Perangkat Keras (Hardware) ............................. 29
3.2.1 Pengkondisi Sinyal Dering ........................................... 30
3.2.2 Penerima/Dekoder DTMF MT8870 ............................. 31
3.2.3 Relay Pengangkat Telepon ........................................... 32
3.2.4 Penggerak danRelay Beban .......................................... 33
3.2.5 Pengawatan untuk Jalur Suara Masuk dan Keluar........ 34
3.3 Perancangan Perangkat Lunak (Software)............................... 36
3.3.1 Diagram Alir (Flowchart).............................................. 36
3.3.2 Perancangan Tampilan (Layout View).......................... 39
BAB 4 PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 41
4.1 Pengujian Sistem ..................................................................... 41
4.1.1 Pengujian Pengkondisi Sinyal Dering .......................... 41
4.1.2 Pengujian Dekoder DTMF ........................................... 43
4.1.3 Pengujian Sinyal Suara ................................................. 45
4.2 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan .................................... 46
4.2.1 Pengujian Sistem Pengontrolan .................................... 47
4.2.2 Pengujian Sistem Perekaman ........................................ 48
4.3 Pembahasan ............................................................................. 48
xi
BAB 5 PENUTUP ....................................................................................... 52
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 52
5.2 Saran ....................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54
LAMPIRAN A. SKEMA RANGKAIAN LENGKAP ................................ 55
LAMPIRAN B. FOTO ALAT ...................................................................... 56
LAMPIRAN C. LIST PROGRAM PENGGERAK ................................... 57
LAMPIRAN D. DATA SHEET MT8870 .................................................... 70
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Spektrum frekuensi nada DTMF ................................................ 5
Gambar 2.2. Susunan kombinasi nada DTMF pada tombol ........................... 6
Gambar 2.3. Sinyal paduan 697 Hz dan 1209 Hz untuk tombol ‘1’ ............... 7
Gambar 2.4. Pencatuan daya pesawat telepon sederhana ................................ 8
Gambar 2.5. Skema pesawat telepon DTMF ................................................... 9
Gambar 2.6. Duplex Coil ................................................................................. 9
Gambar 2.7. Konfigurasi pin IC MT8870 ....................................................... 10
Gambar 2.8. Diagram Fungsional MT8870 ..................................................... 11
Gambar 2.9. Diagram konektor DB-25 untuk LPT1........................................ 14
Gambar 2.10. Simbol dioda persambungan ..................................................... 16
Gambar 2.11. Bias pada dioda.......................................................................... 17
Gambar 2.12. Simbol LED............................................................................... 18
Gambar 2.13. Skema dan simbol transistor...................................................... 19
Gambar 2.14. Simbol Phototransistor............................................................... 21
Gambar 2.15. Rangkaian Switching ................................................................ 22
Gambar 3.1. Diagram blok sistem ................................................................... 28
Gambar 3.2. Rangkaian pengkondisi sinyal dering ......................................... 30
Gambar 3.3. Rangkaian dekoder DTMF MT8870 .......................................... 31
Gambar 3.4. Rangkaian penghubung jalur telepon ......................................... 32
Gambar 3.5. Pengawatan saklar gagang pada telepon Panaphone .................. 32
Gambar 3.6. Pemasangan relay untuk sistem pengangkatan telepon .............. 33
Gambar 3.7. Rangkaian penggerak dan relay beban lampu ............................ 34
Gambar 3.8. Pengawatan untuk jalur suara ..................................................... 35
Gambar 3.9. Diagram alir program penggerak ................................................ 37
Gambar 3.10. Tampilan Program .................................................................... 39
Gambar 3.11. Tampilan form About ............................................................... 40
Gambar 4.1. Rangkaian penguji sinyal dering ................................................. 42
Gambar 4.2. Pengujian rangkaian pengkondisi sinyal dering ......................... 43
xiii
Gambar 4.3. Pengujian dekoder DTMF .......................................................... 44
Gambar 4.4. Pengujian Data Dekoder ............................................................. 44
Gambar 4.5. Pengujian sinyal suara ................................................................ 45
Gambar 4.6. Pengaturan Volume Control pada proses pengujian suara ......... 46
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kode yang dihasilkan MT8870 terhadap nada tombol ................... 12
Tabel 2.2. Konfigurasi Pin Konektor port paralel ........................................... 14
Tabel 4.1. Tegangan keluaran penguji sinyal dering terhadap
posisi saklar pilih ............................................................................ 42
Tabel 4.2. Hasil pengujian dekoder DTMF ..................................................... 45
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik merupakan salah satu kebutuhan utama di saat ini. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya alat bantu pekerjaan manusia yang menggunakan listrik,
sehingga hampir semua kegiatan manusia bergantung kepada listrik. Peralatan
listrik itu sendiri sangat beragam bentuk dan fungsinya. Salah satu faktor yang
menyebabkan semakin beragamnya peralatan listrik yang ada saat ini diakibatkan
oleh kemajuan elektronika yang sangat pesat. Hampir semua peralatan listrik
mempunyai sistem elektronika di dalamnya, sehingga dapat dikatakan listrik
hampir tidak dapat dipisahkan dari elektronika. Sistem elektronika ini antara lain
berfungsi sebagai pengontrol.
Mengontrol suatu peralatan listrik dapat dilakukan dari jarak dekat atau
jarak jauh, tergantung dari tujuan dan fungsinya. Pengontrolan jarak dekat yang
paling sederhana adalah dengan mematikan atau menghidupkan peralatan listrik
menggunakan saklar mekanik, hal ini telah umum digunakan dalam instalasi
listrik.
Lampu merupakan alat listrik yang sudah sangat umum, akan tetapi tidak
umum bila lampu menyala atau mati di saat yang tidak tepat. Misalnya lampu
masih menyala pada siang hari atau belum menyala pada malam hari. Mematikan
dan menghidupkan lampu cukup dengan menggunakan saklar biasa, tetapi lain
halnya jika seseorang tidak berada di tempat, misalnya ketika sedang bepergian.
Untuk itu diperlukan suatu sistem yang dapat digunakan untuk mematikan dan
menghidupkan lampu listrik dari jarak jauh.
Pengontrolan jarak jauh dapat dilakukan dengan berbagai media
perambatan, misalnya melalui kabel, gelombang radio, cahaya, suara, dan
sebagainya. Jalur telepon merupakan media alternatif yang cukup baik untuk
pengontrolan jarak jauh, karena luas wilayah kontrol meliputi daerah yang
tersedia jalur telepon.
1
Dengan alasan tersebut, penulis hendak merancang suatu alat kontrol
lampu listrik jarak jauh melalui jalur telepon berbasis komputer, sistem ini juga
akan dilengkapi dengan program penjawab telepon yang akan merekam setiap
pesan masuk yang tidak terjawab.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, untuk dapat membuat suatu
sistem yang mampu mengontrol peralatan listrik dari jarak jauh dengan
menggunakan jalur telepon, masalah yang harus ditemukan solusinya adalah:
a. Merancang pengkondisi sinyal dering untuk mendeteksi adanya panggilan.
b. Merancang sistem pengangkat telepon untuk menerima telepon secara
otomatis.
c. Membuat dekoder yang dapat mengkodekan nada DTMF (Dual Tone Multi
Frequency) ke dalam data 4 bit.
d. Merancang rangkaian penggerak untuk pensaklaran lampu.
e. Membuat program penggerak, termasuk program penjawab dan perekam
telepon.
1.3 Tujuan
Perancangan ini bertujuan untuk merealisasikan suatu alat yang dapat
menghidupkan dan mematikan lampu listrik dari jarak jauh melalui jalur telepon,
mengangkat dan menjawab telepon secara otomatis, serta dapat merekam pesan
yang masuk berbasiskan komputer.
1.4 Metodologi Penelitian
Dalam perancangan ini, dilakukan beberapa tahapan pelaksanaan sebagai
berikut.
2
1. Studi literatur
Tahapan ini mempelajari dasar teori yang menunjang, yaitu dasar teori
tentang nada DTMF, dekoder nada DTMF, pesawat telepon, port LPT1, serta
teori dasar komponen-komponen yang digunakan.
2. Perancangan perangkat keras dan perangkat lunak
Pada tahapan ini dirancang masing-masing blok pembangun sistem,
pengujian pada project board. Perangkat lunak dirancang dengan
menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0.
3. Pembuatan alat
Tahapan ini meliputi tata letak komponen, dilanjutkan dengan membangun
sistem secara keseluruhan pada Printed Circuit Board (PCB), setelah
sebelumnya diuji pada papan project board.
4. Pengujian alat
Pengujian dilakukan per sub sistem, meliputi pengujian pendeteksi nada
dering, dekoder DTMF, serta penggerak relay beban lampu. Kemudian
dilanjutkan dengan menguji sistem secara keseluruhan dengan menggunakan
perangkat lunak yang telah dibuat.
1.5 Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini terdiri atas beberapa bagian
yang terangkum ke dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pendahuluan berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan laporan.
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Berisi tinjauan pustaka dari berbagai sumber yang mencakup teori dasar
nada DTMF, pesawat penerima telepon, dekoder nada DTMF, komunikasi
data paralel dengan terminal LPT1, teori dasar komponen yang digunakan,
dan pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0.
3
BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT
Bagian ini membahas perancangan sistem yang dibuat secara umum,
terdiri atas diagram blok sistem, perancangan hardware (perangkat keras),
dan perancangan software (perangkat lunak).
BAB 4 PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dijelaskan langkah-langkah pengujian sistem yang
telah selesai dibuat, baik pengujian per bagian maupun pengujian secara
keseluruhan.
BAB 5 PENUTUP
Penutup berisikan kesimpulan dari hasil perancangan ini serta saran-saran
yang dapat digunakan untuk pengembangan sistem yang telah dibuat.
4
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Dual Tone Multi Frequency (DTMF)
Suatu metode tradisional untuk melakukan pemanggilan telepon adalah
dengan memutar piringan angka guna mengirimkan sederetan pulsa ke sentral
telepon. Sentral akan mengenali deretan pulsa ini sebagai nomor telepon yang
akan dituju, kemudian sentral akan mengirimkan sinyal dering ke telepon tujuan
tersebut. Cara ini tidak saja lambat, tetapi pulsa tersebut akan mengalami banyak
distorsi pada saluran yang cukup panjang.
Metode yang dipakai saat ini memanfaatkan kombinasi nada untuk
mengkodekan nomor tujuan. Nada ini dikenal dengan Dual Tone Multi Frequency
(DTMF). DTMF merupakan penjumlahan dari dua kelompok nada, yakni
kelompok nada rendah dengan frekuensi 697-941 Hz dan kelompok nada tinggi
dengan frekuensi 1209-1633 Hz. Masing-masing kelompok mempunyai empat
nada tunggal, nada-nada tungggal ini dipilih sedemikian rupa, sehingga frekuensi
harmonik yang mungkin timbul tidak akan mengganggu frekuensi lainnya.
Spektrum frekuensi nada DTMF diperlihatkan pada Gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1. Spektrum frekuensi nada DTMF (MITEL 1997)
Masing-masing nada tunggal pada DTMF standar hanya boleh mempunyai
penyimpangan frekuensi sebesar ± 1,5 % + 2 Hz. Sebagai contoh, nada tunggal
5
697 Hz akan mempunyai pita frekuensi dari 685 Hz sampai 709 Hz. Pita frekuensi
a, b, c, dan d pada Gambar 2.1 merupakan frekuensi harmonik kedua dari
kelompok nada rendah yang mungkin timbul, pita frekuensi a, b, c, dan d tidak
akan mengganggu pita frekuensi kelompok nada tinggi karena letaknya di luar
pita frekuensi nada tinggi.
Kelompok nada tinggi mempunyai penguatan sebesar 2 dB dari kelompok
nada rendah. Hal ini disebabkan kelompok nada tinggi lebih mudah mengalami
pelemahan di sepanjang jalur telepon dibandingkan dengan kelompok nada
rendah, sehingga penguatan ini akan mengimbangi pelemahan yang terjadi.
Penjumlahan dari dua kelompok nada DTMF menghasilkan 16 kombinasi
nada. Kombinasi ini mewakili karakter 0-9, *, #, serta karakter tambahan A, B, C,
dan D seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2 berikut ini (MITEL 1997).
Gambar 2.2. Susunan kombinasi nada DTMF pada tombol (MITEL 1997)
Jika dilakukan penekanan pada salah satu tombol, akan dihasilkan
perpaduan dari dua kelompok nada yang mewakili tombol tersebut. Sebagai
contoh, penekanan terhadap tombol ‘1’ akan menghasilkan paduan frekuensi 697
Hz dengan 1209 Hz. Frekuensi paduan untuk tombol ‘1’ diperlihatkan oleh
osiloskop seperti pada Gambar 2.3 di bawah ini (Paul 2004).
6
Gambar 2.3. Sinyal paduan 697 Hz dan 1209 Hz untuk tombol ‘1’(Paul 2004)
2.2 Teori Dasar Pesawat Telepon
Pesawar telepon merupakan pesawat komunikasi full-duplex, artinya
komunikasi yang dapat melayani dua pembicaraan sekaligus dalam waktu yang
bersamaan. Prinsip dari pesawat telepon adalah mengubah gelombang suara
menjadi gelombang listrik yang dilakukan oleh mikrofon, dan mengirimkan
gelombang listrik tadi ke penerima, untuk kemudian diubah menjadi gelombang
suara lagi yang dilakukan oleh speaker.
2.2.1 Catu Daya Pesawat Telepon
Agar pesawat telepon dapat bekerja diperlukan sumber arus searah (DC),
tegangan ini dikirim dari sentral telepon. Tegangan ini dikirim melalui jalur
telepon setelah melalui induktor dan tahanan (sekitar 2000 sampai 4000 ohm).
Sentral telepon lama menggunakan tahanan sekitar 400 ohm. Gambar 2.4 berikut
ini merupakan skema pencatuan daya pesawat telepon.
7
Gambar 2.4. Pencatuan daya pesawat telepon sederhana. (Engdahl 1998)
Saat on-hook (gagang tertutup), antara TIP dan RING terdapat beda
tegangan sebesar 48V. Pada saat off-hook (gagang diangkat), terjadi hubungan
tertutup dan arus akan mengalir. Adanya pembebanan pada pesawat telepon
mengakibatkan tegangan jatuh. Beda tegangan antara TIP dan RING saat off-hook
berkisar 4-8 volt, ini merupakan tegangan normal agar pesawat telepon dapat
bekerja (Engdahl 1998).
2.2.2 Nada Dering (Ringing Tone)
Untuk mengetahui adanya panggilan, sentral telepon mengirimkan sinyal
dering melalui jalur telepon. Sinyal ini berupa arus bolak-balik (AC) dengan
tegangan 40 – 150 volt, dengan frekuensi 20 – 40 Hz. Sinyal dikirim tiap 2 dan 4
detik. Nada dering hanya dikirim saat telepon dalam keadaan on-hook. Gambar
2.5 menunjukkan skema pesawat telepon yang telah disederhanakan (Engdahl
2000).
Ringer (pendering) dipasang sebelum saklar gagang, jadi ringer selalu
dalam keadaan terhubung dengan jalur telepon. Pendering tidak sensitif terhadap
tegangan DC catu daya pada jalur, jadi pendering hanya berbunyi saat sinyal
dering dikirim. Dalam keadaan on-hook ketika sinyal dering dikirimkan, telepon
belum bekerja. Ketika gagang diangkat, saklar gagang terhubung dan terjadi loop
8
tertutup pada jalur telepon, sentral mendeteksi loop tertutup ini dan mematikan
sinyal dering serta menghubungkan telepon ke telepon pemanggil (Brain 2002).
Gambar 2.5. Skema pesawat telepon DTMF (Brain 2002)
2.2.3 Duplex Coil
Duplex coil merupakan kumparan yang mengizinkan sinyal-sinyal
mikrofon dan speaker melalui jalur yang sama tanpa saling mengganggu. Tanpa
duplex coil diperlukan empat jalur untuk satu telepon, masing-masing dua untuk
jalur mikrofon dan speaker. Gambar 2.6 berikut ini memperlihatkan skema
pemasangan speaker dan mikrofon pada duplex coil.
Gambar 2.6. Duplex Coil (Simanjuntak 1993)
Kumparan a, b, dan c merupakan duplex coil yang dililit bersama dalam
satu inti besi tunggal. Belitan a dan b mempunyai tap tengah yang terhubung
langsung dengan mikrofon. Saat berbicara mikrofon menghasilkan arus, arus ini
9
melewati belitan a dan b dengan seragam tetapi berbeda fase 1800 satu sama lain
terhadap tap tengah, belitan c menerima induksi arus mikrofon dari belitan a dan
b, tetapi karena a dan b berbeda fase 1800 induksi pada c akan saling meniadakan,
sehingga tidak ada arus yang mengalir pada belitan c.
Jika sinyal suara dari telepon pengirim masuk, sinyal ini melewati belitan
a dan b dengan seragam, tetapi pada tap tengah sinyal ini berbeda fase 1800 satu
sama lain sehingga tidak ada arus yang masuk ke mikrofon. Sedangkan pada
belitan c timbul arus induksi akibat sinyal yang mengalir melalui belitan a dan b.
Duplex coil saat ini banyak digantikan dengan penggeser fase elektronik yang
berfungsi sama (Simanjuntak 1993).
2.3 Penerima/Dekoder DTMF MT8870
Dekoder DTMF mempunyai fungsi mengkodekan nada DTMF menjadi
logika biner 4 bit. Fungsinya merupakan kebalikan dari generator nada DTMF
yang mengkodekan keenambelas tombol dalam enambelas pasang nada. Dekoder
ini memeriksa nada yang masuk dan mengubahnya menjadi logika biner.
IC (Integrated Circuit) dekoder DTMF MT8870 merupakan produk dari
MITEL. IC ini dikemas dalam bentuk DIP (Dual In-line Package) 18 pin.
Gambar 2.7 menunjukkan konfigurasi pin pada IC MT8870.
Gambar 2.7. Konfigurasi pin IC MT8870 (MITEL 1997)
10
Secara umum, prinsip dekoder nada DTMF adalah memecahkan nada
menjadi komponen nada tunggalnya dan kemudian diubah menjadi kode logika.
Pemecahan nada gabungan menjadi nada tunggal dapat memakai sekumpulan
Band Pass Filter (BPF), yaitu filter yang hanya melewatkan frekuensi-frekuensi
tertentu. Dekoder DTMF generasi awal memakai filter LC , filter aktif, serta
teknik Phase Locked Loop (PLL) untuk mendekodekan nada DTMF ini.
Dekoder DTMF Generasi kedua menggunakan teknologi CMOS
(Common Metal Oxide Semiconductor) untuk mengkodekan masing-masing nada
yang sebelumnya telah dipisahkan oleh BPF analog. Dekoder DTMF generasi
ketiga menggunakan teknologi Thick Film Hybrid yang menempatkan BPF analog
aktif dan CMOS dalam satu kemasan. Dekoder generasi keempat ditandai dengan
diterapkannya teknologi filter switched capacitor, teknologi inilah yang masih
dipakai hingga sekarang.
Pada awalnya penerima DTMF memakai filter dan dekoder yang terpisah,
sehingga dua IC harus digunakan untuk mendekodekan nada DTMF menjadi kode
digital. MT8870 adalah penerima DTMF yang mengintegrasikan filter dan
dekoder dalam satu kemasan tunggal. Filter analog sudah sepenuhnya digantikan
oleh filter switched capacitor dari bahan silikon. Gambar 2.8 memperlihatkan
diagram fungsional dari MT8870.
Gambar 2.8. Diagram Fungsional MT8870 (MITEL 1997)
11
Sinyal masukan diambil langsung dari jalur telepon setelah melewati
kapasitor coupling. Op-amp internal merupakan buffer bagi sinyal masukan,
selain alasan fleksibelitas karena penguatan dapat diatur. Tahapan selanjutnya
adalah mencegah frekuensi harmonik yang mungkin muncul dengan Low Pass
Filter (LPF). Frekuensi nada panggilan 350 dan 440 Hz ditolak pada tahapan ke
tiga. Dua buah BPF membagi nada komposit menjadi komponen kelompok nada
atas dan kelompok nada bawah. Komparator mengubah gelombang sinus menjadi
gelombang segi empat. Gelombang segi empat ini diteruskan ke rangkaian
pendeteksi digital yang akan menghitung periode rata-rata dari dua gelombang
segi empat yang masuk. Sebagai detak referensi, rangkaian ini memerlukan
osilator eksternal yang dapat diperoleh dengan sebuah kristal 3,579 MHz.
Konverter akan mengubah keluaran pendeteksi digital menjadi kode biner 4 bit
dari 0000 hingga 1111 yang mewakili keenambelas tombol. Data biner ini
dikeluarkan pada terminal Q1-Q4. Tabel 2.1 memperlihatkan kode biner yang
dihasilkan oleh MT8870 terhadap nada tombol.
Tabel 2.1. Kode yang dihasilkan MT8870 terhadap nada tombol. (MITEL 1997)
frendah (Hz)
ftinggi (Hz)
Tombol TOE Q1 Q2 Q3 Q4
697697697770770770852852852941941941697770852941
-
1209133614771209133614771209133614771209133614771633163316331633
-
1234567890*#ABCD
Sembarang
11111111111111110
0000000111111110Z
0001111000011110Z
0110011001100110Z
1010101010101010Z
12
TOE mengizinkan Q1-Q4 untuk mengeluarkan data apabila TOE diberi
logika tinggi. Pemberian logika rendah pada TOE mengakibatkan Q1-Q4
memiliki impedansi tinggi (Z), ini artinya TOE merupakan Enabled keluaran.
Steering Logic diperlukan untuk mengatur pewaktuan dan pengendalian sinyal
yang dikodekan, seperti mendeteksi apakah sinyal sahih atau tidak. Lembaran data
pada lampiran menerangkan secara lengkap tentang hal ini (MITEL 1997).
2.4 Parallel Printer Port (LPT1)
IBM-PC menyertakan tiga adaptor antarmuka dalam produknya, termasuk
di dalamnya Parallel Printer Port untuk jenis mikrokomputer PC/XT/AT, port ini
disebut dengan LPT1. LPT1 dirancang khusus untuk printer yang menggunakan
antarmuka port paralel. Bukan hanya itu, LPT1 dapat digunakan sebagai jalur I/O
umum untuk devais atau aplikasi yang kompatibel dengannya (Harries 1998).
Standar lama LPT1 yang dikeluarkan tahun 1981 mempunyai tiga mode
operasi, yaitu mode Centronics (kompatibilitas), mode Nibble, dan mode Byte.
Standar baru yang dikeluarkan tahun 1994 tetap mempertahankan ketiga mode di
atas dengan tambahan dua mode, yaitu mode EPP (Enhanced Parallel Port) dan
mode ECP (Extended Capability Port). Mode kompatibilitas digunakan untuk
transfer data dari komputer ke printer dengan handshaking, EPP dan ECP dapat
meningkatkan kecepatan pengaturan handshaking tersebut. Mode Nibble
merupakan mode menerima data 4 bit dari devais lain ke komputer. Sedangkan
mode Byte menggunaakan fitur bidirectional parallel untuk menerima 1 byte (8
bit) data dari devais lain ke komputer.
IEEE 1284 merupakan standar yang menentukan tiga konektor berbeda
yang digunakan pada port paralel. 1284 tipe A adalah konektor DB-25, yaitu
konektor 25 pin yang umum dipakai untuk LPT1. 1284 tipe B adalah konektor
Centronics, merupakan konektor 36 pin yang umum ditemukan pada printer. 1284
tipe C merupakan konektor Centronics dalam ukuran yang lebih kecil. Tabel 2.2
berikut menunjukkan konfigurasi pin-pin konektor tersebut. Sedangkan Gambar
2.9 menunjukkan diagram bentuk konektor DB-25 betina.
13
Tabel 2.2. Konfigurasi Pin Konektor port paralel (Budiharto 2004)
Pin DB25
Pin Centronics
Signal Arah I/O Register Invert
1 1 nStrobe In/Out Control Yes2 2 Data 0 Out Data3 3 Data 1 Out Data4 4 Data 2 Out Data5 5 Data 3 Out Data6 6 Data 4 Out Data7 7 Data 5 Out Data8 8 Data 6 Out Data9 9 Data 7 Out Data10 10 nAck In Status11 11 Busy In Status Yes12 12 Paper-Out/End In Status13 13 Select In Status14 14 nAuto-Linefeed In/Out Control Yes15 32 nError/nFault In Status16 31 nInitialize In/Out Control17 36 nSelect-Printer/In In/Out Control Yes
18-25 19-30 Ground Gnd -
Gambar 2.9. Diagram konektor DB-25 untuk LPT1 (Harries 1996)
Port paralel mempunyai 3 alamat, yaitu 3BCH-3BFH (956-959 desimal),
378H-37FH (888-895 desimal), dan 278H-27FH (632-639 desimal), masing-
masing untuk LPT0, LPT1, dan LPT2. LPT0 merupakan alamat dasar yang
14
diperkenalkan sejak munculnya port paralel pada kartu video, namun kemudian
alamat ini tidak pernah digunakan lagi. Alamat yang umumnya digunakan saat ini
adalah 378H sebagai alamat port printer dan 278H untuk alamat port paralel
lainnya (Budiharto 2004).
2.5 Dioda dan Light Emitting Diode (LED)
Komponen elektronika yang hanya mengizinkan arus mengalir pada satu
arah disebut dioda. Dioda dipergunakan secara luas untuk penyearah tegangan
bolak-balik (AC) ke tegangan searah (DC).
LED merupakan dioda pemancar cahaya, yaitu komponen semikonduktor
yang akan mengeluarkan energi cahaya bila dikenakan bias maju kepadanya. LED
masih memiliki sifat umum dioda, tetapi dengan fungsi yang berbeda. Berikut
akan dijelaskan teori dasar pembentukan dioda dan LED.
2.5.1 Bahan Semikonduktor
Semikonduktor merupakan bahan yang tidak bisa digolongkan ke dalam
bahan isolator juga tidak dapat digolongkan ke dalam bahan konduktor. Contoh
bahan semikonduktor adalah atom silikon dan germanium. Atom silikon dan
germanium murni memiliki empat elektron valensi. Pada suhu nol mutlak,
elektron valensi tidak memperoleh energi untuk melepaskan diri menjadi elektron
bebas. Semakin naik suhu atom, semakin banyak energi yang diperoleh atom
untuk melepaskan elektron valensi menjadi elektron bebas. Tetapi pada suhu
ruangan sekalipun atom silikon hanya mempunyai sedikit elektron bebas, keadaan
ini membuat silikon bukan isolator yang baik dan bukan konduktor yang baik.
Dengan alasan itu, silikon dan germanium disebut semikonduktor.
2.5.2 Semikonduktor tipe-N dan tipe-P
Suatu cara untuk menambah jumlah elektron bebas adalah dengan
membuat kelebihan pasangan elektron valensi dalam ikatan kovalen atom-
atomnya. Suatu atom donor dengan lima elektron valensi ditambahkan (dopping)
untuk membuat ikatan kovalen kelebihan satu elektron. Hal ini membuat bahan
15
semikonduktor mempunyai banyak elektron bebas pada suhu ruangan. Bahan
semikonduktor seperti ini disebut dengan semikonduktor tipe-N (tipe negatif).
Hole adalah suatu kekosongan elektron pada suatu lintasan atom. Hole
terjadi apabila sebuah elektron meninggalkan lintasannya menjadi elektron bebas.
Silikon murni pada suhu ruangan juga tidak menghasilkan banyak hole. Cara
untuk menambah jumlah hole adalah dengan membuat kekurangan pasangan
elektron valensi dalam ikatan kovalennya. Suatu atom donor dengan tiga elektron
valensi ditambahkan untuk membuat ikatan kovalen kekurangan satu elektron.
Hal ini membuat bahan semikonduktor memiliki banyak hole. Semikonduktor ini
disebut dengan semikonduktor tipe-P (tipe positif).
2.5.3 Dioda Persambungan
Komponen baru terbentuk apabila separuh semikonduktor tipe-P dan
separuh semikonduktor tipe-N menyatu dalam sebuah kristal. Persambungan atau
junction adalah daerah pertemuan tipe-P dan tipe-N. Kristal P-N seperti ini
dinamakan dioda. Gambar 2.10 (a) adalah diagram dioda persambungan,
sedangkan Gambar 2.10 (b) merupakan simbol umum dioda persambungan.
Gambar 2.10. Simbol dioda persambungan(a) Diagram dioda persambungan. (b) Simbol dioda persambungan(Malvino 1994)
Elektron pada tipe-N berdifusi ke segala arah, termasuk ke daerah P,
elektron bebas yang meninggalkan N menciptakan ion positif, apabila elektron
bebas itu memasuki P maka akan mengisi kekosongan hole, sehingga menjadi ion
16
negatif. Satu elektron bebas yang berdifusi akan menciptakan sepasang ion. Pada
Gambar ion ditandai dengan lingkaran bermuatan.
Depletion layer (lapisan kosong) tercipta akibat ion positif dan negatif
memenuhi daerah persambungan. Lapisan ini mengosongkan daerah sekitar
persambungan dari elektron bebas dan hole. Beda potensial pada lapisan kosong
disebut potential barrier. Pada suhu kamar potential barrier adalah sekitar 0,7 V
untuk dioda silikon dan 0,3 V untuk dioda germanium (Malvino 1994).
2.5.4 Forward Bias dan Reverse Bias
Dioda yang diberi sumber tegangan pada kedua kutubnya dinamakan
dioda yang dibias. Forward bias (bias maju) terjadi apabila kutub N dioda dikenai
tegangan negatif dan kutub P dikenai tegangan positif, seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 2.11 (a). Reverse bias (bias mundur) terjadi apabila kutub N dikenai
tegangan positif dan kutub P dikenai tegangan negatif, Gambar 2.11 (b)
menunjukkan skema dioda pada bias mundur.
Gambar 2.11. Bias pada dioda(a) Dioda dalam forward bias (b) Dioda dalam reverse bias(Malvino 1994)
Dioda dalam keadaan bias maju akan menghasilkan arus yang besar, sebab
elektron dari sumber menambahkan energi pada N untuk menembus lapisan
pengosongan dan mengisi elektron valensi pada P untuk kemudian kembali ke
sumber. Bias mundur pada dioda akan memaksa elektron bebas dalam daerah N
berpindah dari junction ke terminal positif sumber, hole dalam daerah P juga
17
bergerak menjauhi junction ke arah terminal negatif. Akibatnya lapisan kosong
menjadi semakin lebar. Pelebaran lapisan kosong akan terhenti saat potensial
lapisan kosong sama dengan potensial sumber. Akibat pelebaran lapisan kosong,
hampir tidak ada arus yang melewati dioda. Fungsi ini menjadikan dioda sebagai
penghantar satu arah, yaitu saat dioda dalam keadaan bias maju (Malvino 1994).
2.5.5 Light Emiting Diode (LED)
Elektron bebas pada dioda memiliki tingkat energi yang lebih tinggi
dibanding hole. Saat bias maju, elektron bebas melintasi junction dan jatuh ke
hole. Saat itu elektron jatuh dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi
yang lebih rendah, dalam proses ini suatu energi dilepas oleh elektron tersebut
dalam bentuk panas dan cahaya. Silikon dan germanium merupakan bahan tidak
tembus cahaya, sehingga dioda dengan bahan ini tidak dapat memperlihatkan efek
pemancaran cahaya. Dengan menggunakan unsur lain seperti galium, arsen, dan
fosfor, dioda dapat memancarkan cahaya merah, hijau, kuning, biru, jingga, atau
inframerah (tak tampak). Dioda jenis ini dinamakan Light Emiting Diode (LED),
atau dioda pemancar cahaya. Gambar 2.12 berikut ini memperlihatkan simbol
LED.
Gambar 2.12. Simbol LED (Malvino 1994)
LED digunakan secara luas sebagai lampu indikator, display (penampil)
pada seven-segment (misalnya layar kalkulator), dan lain sebagainya. Sedangkan
LED yang memancarkan cahaya inframerah umumnya digunakan sebagai media
transfer data yang tidak memerlukan cahaya tampak, misalnya remote control,
alarm, optocoupler, dan lain sebagainya (Malvino 1994).
18
2.6 Transistor dan Phototransistor
Transistor merupakan komponen aktif yang dapat menguatkan tegangan
dan arus, transistor menggantikan tabung-tabung hampa yang digunakan secara
luas sejak tahun 1951. Phototransistor adalah transistor yang sensitif terhadap
cahaya. Digunakan secara luas untuk sensor cahaya, optocoupler (gabungan LED
dan phototransistor), dan lain sebagainya.
2.6.1 Transistor
Transistor dapat diandaikan suatu gabungan dari dua buah dioda dalam
satu kristal. Sebuah transistor NPN (negatif-positif-negatif) terdiri atas dua
semikonduktor tipe-N dan sebuah semikonduktor tipe-P berada diantaranya.
Gambar 2.13 (a )dan (b) masing-masing menunjukkan diagram transistor dan
simbol transistor. Transistor PNP (positif-negatif-positif) merupakan komplemen
dari transistor NPN, berfungsi sama tetapi dalam penggunaannya dibias terbalik.
Gambar 2.13. Skema dan simbol transistor(a) Skema transistor NPN dan PNP(b) Simbol transistor NPN dan PNP(Malvino 1994)
Emitor (e) di-dopping sangat banyak, berfungsi untuk mengemisikan atau
menginjeksikan elektron ke dalam basis. Basis (b) di-dopping sangat sedikit, basis
melewatkan sebagian besar elektron-elektron yang diinjeksikan emitor ke
19
kolektor. Kolektor (c) mempunyai tingkat dopping menengah, diantara tingkat
dopping basis dan emitor.
Kolektor merupakan bagian terbesar dari tiga bagian tersebut, sebab
kolektor harus mendisipasikan panas lebih banyak dibanding emitor dan basis.
Dalam pemakaian, dioda e-b dibias maju dan dioda c-e dibias mundur.
Seharusnya tidak ada arus yang mengalir pada dioda c-e, tetapi emitor
menginjeksikan elektronnya ke basis. Basis yang penuh dengan elektron hasil
injeksi emitor terdifusi ke lapisan pengosongan kolektor. Pada lapisan ini,
elektron bebas didorong oleh medan lapisan pengosongan ke dalam daerah
kolektor. Akhirnya elektron ini dapat mengalir ke kawat luar kembali ke sumber
tegangan. Besarnya arus yang mengalir pada emitor kira-kira sama dengan besar
arus yang mengalir ke kolektor. Tepatnya, arus kolektor merupakan penjumlahan
arus emitor dengan arus basis.
Hampir semua transistor, kurang dari 5% dari elektron yang diinjeksikan
emitor berekombinasi dengan lubang basis untuk menghasilkan arus basis.
Hubungan antara arus basis (IB) dengan arus kolektor (IC) disebut dengan beta dc
(βdc). βdc merupakan hasil bagi arus kolektor dengan arus basis. Karena itu, βdc
transistor lebih besar dari 20, biasanya antara 50 sampai 100, beberapa transistor
mempunyai βdc = 1000. Notasi βdc sering ditulis hFE pada data-sheet. βdc
menunjukkan seberapa besar penguatan transistor tersebut.
Kenaikan arus pada basis menyebabkan kenaikan arus pada kolektor,
perbandingan arus basis dan kolektor telah dinyatakan di atas dengan βdc. Ini
berarti kenaikan arus basis yang kecil menyebabkan kenaikan arus yang besar
pada kolektor. Ada suatu saat arus kolektor tak lagi naik walau arus basis tetap
naik, hal ini dinamakan transistor dalam keadaan saturasi. Saat ini, arus kolektor
maksimal, sebab antara kolektor dan emitor seakan merupakan hubungan singkat.
Transistor pada saat saturasi sengaja digunakan untuk keperluan saklar elektronik
(Malvino 1994).
20
2.6.2 Phototransistor
Sebuah transistor dengan basis dibiarkan terbuka sementara kolektor
dibias mundur dan emitor dibias maju, mempunyai arus kolektor yang sangat
kecil. Arus ini dihasilkan oleh pembawa arus bocor permukaan dan pembawa
minoritas (hole pada tipe-P dan elektron pada tipe-N). Dengan membuka sedikit
sambungan (junction) kolektor untuk diberi cahaya, dapat dibuat sebuah
phototransistor. Gambar 2.14 merupakan simbol dari phototransistor.
Gambar 2.14. Simbol Phototransistor(a) Phototransistor dengan hubungan basis(b) Phototransistor dengan basis terbuka(Malvino 1994)
Arus kecil pada kolektor yang dihasilkan oleh pembawa minoritas
menghasilkan arus balik pada basis (IR). Arus balik ini berfungsi sebagai suatu
sumber arus diantara kolektor dan basis. Penghubung basis yang terbuka (Gambar
2.14 b) membuat semua arus balik diperkuat. Arus yang diperkuat mengalir pada
kolektor, yang disebut arus kolektor (ICEO). Arus kolektor ini merupakan hasil kali
dari βdc dengan IR. Intensitas cahaya mempengaruhi harga IR. Semakin tinggi
intensitas cahaya yang jatuh ke persambungan, semakin besar harga IR, sehingga
ICEO juga bertambah. Sifat ini membuat phototransistor digunakan sebagai sensor
cahaya yang peka (Malvino 1994).
2.7 Switching
Switching atau pensaklaran diperlukan untuk menyesuaikan tegangan
logika TTL (Transistor Transistor Logic) yang berasal dari terminal LPT1 ke
21
tegangan jala-jala. Beban yang akan dikontrol bekerja pada tegangan jala-jala,
sebesar 220 volt, sedangkan tegangan logika TTL hanya berkisar dari 0-5 volt.
Untuk itu diperlukan relay, yaitu saklar yang digerakkan oleh tegangan. Relay
terdiri atas elektromagnetik dan saklar. Apabila elektromagnetik diaktifkan oleh
tegangan, saklar NO (normally open) akan terhubung dan saklar NC (normally
closed) akan terputus. Tegangan kerja relay berkisar pada 5-24 volt, tergantung
dari jenisnya.
Relay seharusnya tidak dihubungkan langsung dengan LPT1, sebab arus
keluaran dari TTL tidak akan cukup untuk menggerakkan elektromagnetik pada
relay. Untuk itu digunakan transistor sebagai buffer, transistor akan menghasilkan
arus kerja relay yang berkisar pada 100 mA, dibandingkan dengan arus keluaran
TTL yang hanya berkisar pada 3 mA pada logika high. Transistor juga
difungsikan sebagai saklar, yang beroperasi pada titik kerja saturasi. Gambar 2.15
memperlihatkan rangkaian switching (Engdahl 1996).
Gambar 2.15. Rangkaian Switching (Engdahl 1996)
2.8 Microsoft Visual Basic 6.0
Visual Basic merupakan aplikasi bahasa pemrograman komputer yang
interaktif, dan merupakan pengembangan terakhir dari bahasa BASIC (Beginners
22
All-purpose Simbolic Code). Berbeda dari BASIC yang berbasis DOS (Disk
Operating System), Visual Basic berjalan diatas Microsoft Windows. Tanpa
menghilangkan sintaks-sintaks yang umum dipakai pada BASIC, Visual Basic
disempurnakan dengan menambah kaidah-kaidah pemrograman yang cukup
handal.
Microsoft Visual Basic 6.0 mempunyai beberapa versi, versi yang berada
di pasaran saat ini diantaranya:
a. Standard Edition / Learning Edition
Ini adalah versi standar yang sudah mencakup berbagai dasar dari Visual Basic
6.0 untuk mengembangkan aplikasi.
b. Professional Edition
Versi ini memberikan berbagai sarana ekstra yang dibutuhkan oleh
programmer profesional. Seperti kontrol-kontrol tambahan, dukungan untuk
pemrograman internet, kompiler untuk membuat file Help, serta sarana untuk
mengembangkan database dengan lebih baik.
c. Enterprise Edition
Versi ini dikhususkan untuk para programmer yang ingin mengembangkan
aplikasi remote computing atau client/server. Versi ini biasanya digunakan
untuk membuat aplikasi pada jaringan.
2.8.1 Lingkungan Visual Basic
Visual Basic dari Microsoft memiliki tampilan yang mirip dengan
tampilan bahasa pemrograman visual lainnya, seperti Visual C++, Visual FoxPro,
Microsoft Acces, dan lain sebagainya. Lingkungan kerja Visual Basic memiliki
bagian-bagian utama, yaitu:
1. Control Menu.
Control Menu merupakan menu yang memanipulasi ukuran jendela tampilan
Visual Basic. Control Menu merupakan menu dasar yang terdapat pada hampir
setiap aplikasi Windows.
23
2. Menu
Menu berisi semua perintah Visual Basic. Isi menu ini merupakan perintah
umum yang terdapat pada hampir semua aplikasi Windows.
3. Toolbar
Toolbar merupakan jendela yang berisi banyak icon yang masing-masing
mewakili perintah tertentu. Toolbar khusus untuk Visual Basic ini tidak
terdapat pada semua aplikasi Windows.
4. Form Windows
Forms merupakan daerah kerja utama tempat melaksanakan rancangan
program visual. Di sini tempat meletakkan semua objek interaktif, dan
merupakan interface visual pemrogram dengan komputer.
5. ToolBox
Toolbox merupakan jendela yang berisi semua objek atau kontrol yang
diperlukan dalam membangun sebuah aplikasi. Lewat toolbox inilah pengguna
berinteraksi dengan komputer, semua komponen kontrol nantinya diletakkan
pada form windows.
6. Project Explorer
Project Explorer mengandung semua file pada aplikasi Visual Basic. File ini
dalam bentuk proyek, yaitu keseluruhan file Visual Basic yang berisi
rancangan form, modul, class, dan lain sebagainya.
7. Properties Windows
Properties mengandung semua informasi mengenai objek yang terdapat pada
aplikasi Visual Basic yang sedang dibuat. Pengaturan objek dapat diperluas
melalui properties-nya, pengaturan objek seperti mengubah warna, nama,
ukuran, dan lain sebagainya dapat dilakukan di sini.
8. Layout Windows
Layout adalah tampilan yang menunjukkan preview suatu aplikasi yang sedang
dibuat. Seperti letak form, dan ukuran form terhadap layar komputer dapat
dilihat tanpa harus menjalankan (running) program yang sedang dibuat.
24
9. Code Windows
Code Windows merupakan salah satu bagian yang penting dalam pemrograman
Visual Basic, semua perintah yang diberikan ke objek ditulis pada jendela ini.
Tanpa ada perintah yang ditulis, suatu objek tidak akan melakukan apa-apa
pada saat dijalankan.
Pada Toolbox terdapat kumpulan semua objek pembangun aplikasi, objek
dapat dipilih sesuai dengan rancangan yang diinginkan. Objek ini berkaitan satu
dengan lainnya melalui Code Windows. Objek yang sering digunakan dalam
pemrograman Visual Basic diantaranya:
a. Command Button
Command button merupakan icon tombol, sesuai dengan namanya, fungsinya
adalah untuk memberikan perintah tertentu pada aplikasi atau objek lainnya
apabila tombol itu ditekan oleh mouse. Untuk berhubungan dengan objek atau
aplikasi lain, terlebih dahulu diberikan kode perintah yang sesuai pada jendela
kode.
b. Label
Label merupakan teks yang ditampilkan pada Form. Ukuran, warna, atau jenis
huruf teks Label dapat diubah pada jendela properti. Fungsi Label tidak hanya
untuk menuliskan teks pada Form, lebih dari itu digunakan sebagai teks
variabel, Label akan menampilkan hasil perintah dalam bentuk teks dari objek
yang berhubungan dengannya.
c. TextBox
Textbox merupakan suatu input string, dapat berupa angka atau huruf. Textbox
dapat dihubungkan ke objek yang akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan
input yang diberikan padanya. Selain itu Textbox dapat menampilkan hasil
perintah objek lain dalam bentuk teks.
d. ComboBox
Combo Box merupakan komponen kontrol yang menampilkan daftar input
secara kombo. Combobox dapat bersifat fixed (tetap), artinya daftar input
yang ada padanya tidak dapat ditambah apabila program berjalan. Combobox
25
juga dapat bersifat variable (berubah), artinya daftar input dapat ditambah
pada saat program sedang berjalan tanpa menghilangkan daftar input yang
sudah ada. Fixed atau variable suatu Combobox diatur pada propertinya.
e. Timer
Timer digunakan apabila suatu perintah ingin dilaksanakan berulang-ulang.
Waktu tunda pengulangan perintah dapat diatur pada properti Timer. Perintah
yang ingin diulang dihubungkan dengan Timer, dimulai dengan pengaktifan
timer yang menandai pengulangan dimulai, aplikasi tersebut akan diulang
sampai Timer dinonaktifkan oleh satu perintah lain. Fungsi Timer sangat
penting untuk mengambil suatu data yang realtime atau data yang berubah
sepanjang waktu (Kurniadi 2000).
2.8.2 Teknologi ActiveX
Sebuah program besar seperti program multimedia, idealnya harus terdiri
atas beberapa modul. Modul-modul ini harus hidup pada program lain, misalnya
program game membutuhkan modul untuk memutar film dan suara. Modul ini
harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk aplikasi game lainnya.
Penukaran teknologi seperti ini akan menjadi lebih mudah dan praktis, daripada
harus membuat sendiri modul terpisah untuk setiap aplikasi yang mungkin
diselesaikan dalam waktu yang relatif lama.
ActiveX diciptakan atas dasar ide ini. ActiveX adalah sebuah modul yang
memiliki sub-sub yang dapat diakses program lain. Program itu nantinya yang
akan mengatur jalannya ActiveX. Sebuah aplikasi untuk memainkan suara
misalnya, memerlukan ActiveX untuk memainkan suara dengan sub-subnya yaitu
Play, Stop, Pause, Record dan lainnya.
Selain itu, ActiveX juga mempunyai atribut, yaitu sebuah variabel string
yang menyimpan lokasi dimana letak file suara yang hendak dimainkan atau
dimana suara hendak disimpan. Dengan ini, program yang yang memanfaatkan
ActiveX hanya cukup mengisi atribut yang menyimpan alamat file suara,
kemudian memanggil sub-Play untuk memainkannya.
26
ActiveX dibagi menjadi dua bagian, yaitu ActiveX yang memiliki user
interface dan yang tidak. ActiveX yang memiliki user interface memiliki kontrol-
kontrol seperti tombol, teks, dan lainnya. Contohnya seperti ActiveX Multi Media
Control yang memiliki tombol Play, Stop, Pause, Record, Save dan lain
sebagainya.
ActiveX dapat dikontrol melalui Visual Basic. Dengan mengambil kontrol
ActiveX yang dibutuhkan, Visual basic dapat digunakan untuk memainkan lagu,
memutar film, membuat aplikasi teks editor, grafik, dan lain sebagainya (Nalwan
2004)
27
BAB 3
PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT
3.1 Diagram Blok Sistem
Gambar 3.1 berikut ini menunjukkan diagram blok sistem rancangan
secara umum.
Gambar 3.1. Diagram blok sistem
Saat terjadi proses dialling, sentral telepon mengirimkan sinyal dering
berupa sinyal AC dengan tegangan 50-100 volt. Tegangan ini kemudian dideteksi
oleh pengkondisi sinyal dering hingga menghasilkan tegangan logika rendah (≈ 0
volt), sinyal ini kemudian diteruskan ke terminal S3 pada port LPT1 komputer.
Program pada komputer akan mengenali sinyal ini sebagai sinyal dering.
Komputer akan mengeluarkan logika tinggi melalui terminal C0 untuk
mengaktifkan Hook Relay (Relay pengangkat telepon), dan mengirimkan logika
28
tinggi ke terminal C3 untuk mengaktifkan relay penghubung jalur yang akan
menghubungkan dekoder DTMF dan relay tukar dengan jalur telepon, serta
meng-enable keluaran dekoder DTMF. Pada saat ini, program komputer akan
memberitahu penelepon bahwa ia terhubung ke perekam dan dapat segera
meninggalkan pesannya.
Untuk melakukan pengontrolan lampu, penelepon harus memasukkan
password pada keypad di pesawat teleponnya pada saat telepon penerima telah
diangkat. Jika password benar maka akan terdengar nada tertentu yang
menunjukkan penelepon telah terhubung ke sistem penggontrol lampu. Pada saat
ini penelepon dapat menghidupkan atau mematikan lampu tertentu. Jika ingin
menghidupkan lampu tertentu, penelepon harus menekan tombol bintang disertai
nomor lampu yang dituju. Jika ingin mematikan lampu tertentu, penelepon harus
menekan tombol pagar disertai nomor lampu yang dituju. Sebagai contoh jika
ingin menghidupkan lampu 2, penelepon harus menekan tombol * dan tombol 2.
Sinyal dari dekoder DTMF yang terdiri atas 4 bit data dimasukkan ke
terminal S4...S7. Sinyal untuk menghidupkan/mematikan lampu sebanyak 8 bit
dikeluarkan lewat terminal D0...D7. Sinyal data ini dihubungkan ke penggerak
relay sebelum dapat mengontrol lampu. Sinyal-sinyal suara, baik untuk dikirim
maupun diterima dihubungkan melalui line-out dan line-in pada terminal kartu
suara komputer. Sinyal suara ini diambil langsung dari jalur telepon. Untuk
menghindari feedback yang tidak diinginkan, sinyal suara yang masuk dan keluar
diatur bergantian melalui relay yang dikontrol komputer melalui terminal C1
LPT1. Speaker aktif digunakan untuk memonitor suara dan mendengarkan hasil
rekaman. Layout view merupakan tampilan dimana pengguna dapat berinteraksi
dengan sistem secara langsung, misalnya memutar rekaman, mematikan atau
menghidupkan lampu secara langsung. Program penggerak dibuat dengan
menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0
3.2 Perancangan Perangkat Keras (Hardware)
Pada bagian berikut ini akan dijelaskan secara terperinci tentang semua
bagian perangkat keras yang membangun sistem. Perangkat keras ini merupakan
29
bagian dari tiap-tiap blok diagram yang telah dijelaskan sebelumnya. Perancangan
tidak termasuk pesawat telepon dan komputer, kecuali bagian-bagian yang diubah
pada pesawat telepon akan dibahas pada bagian ini.
3.2.1 Pengkondisi Sinyal Dering
Tegangan 50-100 volt AC dikirim melalui jalur telepon ke pesawat
penerima oleh sentral jika ada panggilan. Komputer harus mengenali tegangan ini
sebagai sinyal dering. Untuk itu dibuat suatu pengkondisi sinyal yang harus
mengeluarkan tegangan logika TTL (0 dan 5 volt) sebagai masukan ke terminal
LPT1. Gambar 3.2 merupakan skema rangkaian yang dimaksud.
Gambar 3.2. Rangkaian pengkondisi sinyal dering
Kapasitor 1 µF mencegah tegangan DC masuk ke rangkaian, karena jalur
telepon mengandung tegangan DC. Penyearah jembatan menyearahkan arus
bolak-balik sinyal dering menjadi arus searah positif. Tahanan 10 kΩ dipasang
secara seri untuk membatasi arus, sehingga cukup aman untuk rangkaian. Dioda
zener mempertahankan tegangan agar tidak lebih besar dari 3 volt. Sedangkan
kapasitor 470 µF digunakan untuk meratakan pulsa positif yang dihasilkan
penyearah jembatan.
Optocoupler terdiri atas LED dan phototransistor. Dalam keadaan normal
(LED mati), phototransistor dalam keadaan cuttoff, sehingga terminal A
terhubung ke tegangan 5 volt melalui tahanan 10 kΩ. Sinyal dering yang masuk
akan menyalakan LED dan menyebabkan phototransistor saturasi. Dalam keadaan
30
ini titik A terhubung ke tanah dan mempunyai logika rendah. Keluaran
pengkondisi sinyal ini langsung dihubungkan ke terminal S3 LPT1 pada
komputer.
3.2.2 Penerima/Dekoder DTMF MT8870
Rangkaian yang mengkodekan nada DTMF menjadi data biner 4 bit
menggunakan IC MT8870 diperlihatkan pada Gambar 3.3. Dioda zener 3,3 V
yang dipasang berhadapan berfungsi melindungi IC dari tegangan masuk yang
lebih besar dari 3,3 V yang mungkin terjadi karena masuknya sinyal dering.
Kristal 3,579 MHz diperlukan sebagai referensi bagi osilator internal pada
IC, osilator internal menghasilkan frekuensi bagi penghitung-penghitung digital
untuk keperluan filter pada IC.
Gambar 3.3. Rangkaian dekoder DTMF MT8870
TOE pada IC dihubungkan ke port C3 LPT1, pada saat telepon diangkat
secara otomatis program akan mengeluarkan logika tinggi ke TOE untuk meng-
enable keluaran D0..D3. Dalam keadaan TOE berlogika rendah, keluaran D0...D3
mempunyai impedansi tinggi (D0...D3 tidak terhubung ke S4...S7 LPT1). Port C3
juga mengaktifkan relay penghubung jalur telepon, yang akan menghubungkan
jalur telepon ke rangkaian dekoder DTMF serta ke kartu suara pada komputer. Hal
31
ini untuk melindungi dua alat tersebut dari sinyal dering. Gambar 3.4 berikut ini
adalah rangkaian penghubung yang dimaksud.
Gambar 3.4. Rangkaian penghubung jalur telepon
Terminal IN- dan IN+ pada Gambar 3.3 masing-masing merupakan
masukan membalik dan tak-membalik dari op-amp internal, terminal GS adalah
keluaran op-amp yang dimaksud. Ketiga terminal ini membentuk pengatur
penguatan (gain) untuk sinyal DTMF yang masuk. Terminal IN- digunakan
sebagai masukan DTMF melalui tahanan seri 100 kΩ. Antara terminal GS dan IN-
dipasang tahanan 100 kΩ, ini membentuk rangkaian umpan balik guna mengatur
penguatan. Penguatan yang terjadi sesuai dengan persamaan A = - Rf/Rs sehingga
penguatannya -1, nilai minus menunjukkan bahwa fase sinyal dibalik. Terminal
IN+ dihubungkan ke tegangan referensi internal.
3.2.3 Relay Pengangkat Telepon
Dalam perancangan ini digunakan pesawat penerima telepon merek
Panaphone tipe KX-TS5SI yang mempunyai konfigurasi saklar gagang seperti
pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Pengawatan saklar gagang pada telepon Panaphone
32
Rangkaian elektronika telepon tidak dibahas dalam perancangan ini.
Dengan kedudukan saklar tersebut, dua buah relay jenis SPDT (Single Pole
Double Throw) atau relay satu kutub dua arah yang diaktifkan oleh satu sinyal
logika tinggi dapat dihubungkan paralel dengan saklar gagang seperti pada
Gambar 3.6.
Gambar 3.6. Pemasangan relay untuk sistem pengangkatan telepon
Pada perancangan ini digunakan dua buah relay SPDT yang banyak
terdapat di pasaran, tetapi dapat juga digunakan satu buah relay DPST (Double
Pole Single Throw) atau satu buah relay DPDT (Double Pole Double Throw).
Port C0 LPT1 merupakan masukan dari transistor penggerak C9013
melalui R 5,6 kΩ. Dalam keadaan normal (C0 berlogika rendah), transistor dalam
keadaan cuttoff sehingga relay 1 dan 2 tidak aktif. Dengan masuknya sinyal dering
setelah beberapa saat, program mengirimkan logika tinggi ke port C0 dan
menyebabkan transistor saturasi, relay akan aktif dan menghubungkan kontak-
kontak NO-nya sehingga terjadi off-hook.
3.2.4 Penggerak dan Relay Beban
Beban yang dikontrol dalam sistem ini adalah berupa delapan buah lampu.
Dalam perancangan ini digunakan delapan buah lampu pijar 1 watt / 220 volt.
Suatu relay yang digerakkan oleh transistor dipakai untuk masing-masing lampu,
33
sehingga total relay yang digunakan sebanyak delapan buah. Penggerak dan relay
beban diperlihatkan pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7. Rangkaian penggerak dan relay beban lampu
Dalam Gambar 3.7 hanya diperlihatkan dua buah relay untuk menghemat
tempat, relay lainnya identik.
3.2.5 Pengawatan untuk Suara Masuk dan Keluar
Mesin penjawab yang dirancang merupakan suatu program yang
dijalankan pada komputer, bukan mesin penjawab konvensional yang umum
dijual di pasaran. Karena itu pengawatan untuk suara dapat langsung dipasang
pada line-in dan line-out pada kartu suara komputer. Jalur mikrofon pada headset
dapat langsung dihubungkan ke line-out, sedangkan jalur speaker dihubungkan
langsung ke line-in. Dengan demikian suara yang terdengar di speaker merupakan
masukan untuk kartu suara, sedangkan suara yang dihasilkan kartu suara
merupakan masukan bagi mikrofon di headset.
34
Jika berbicara pada pesawat telepon, suara yang diucapkan di depan
mikrofon akan terdengar juga pada speaker. Pemasangan secara langsung seperti
yang telah dijelaskan di atas dapat mengakibatkan umpan balik positif yang
menimbulkan osilasi yang tidak diinginkan berupa suara suing. Untuk
menghindari hal tersebut, jalur suara dihubungkan hanya pada saat diperlukan,
yaitu sinyal masuk dan sinyal keluar dihubungkan secara bergantian.
Sebuah relay dapat digunakan untuk keperluan itu, seperti yang diperlihat-
kan pada Gambar 3.8 berikut ini.
Gambar 3.8. Pengawatan untuk jalur suara.
Pada rangkaian tersebut jalur suara tidak dihubungkan ke headset, tetapi
langsung dihubungkan ke jalur telepon. Hal ini dikarenakan jalur telepon telah
mengandung sinyal-sinyal suara yang diperlukan, yang merupakan gabungan dari
sinyal dikirim dan sinyal diterima. Kapasitor 0.1 µF mencegah tegangan DC catu
masuk ke jalur suara.
Saat sinyal dering dideteksi, beberapa saat kemudian gagang diangkat
secara otomatis. Pada saat ini port C1 belum mengirimkan logika tinggi. Program
penjawab akan memperdengarkan suara jawaban ke line-out. Suara penjawab
telah direkam sebelumnya dan disimpan dalam file berekstensi WAV. Suara ini
berisi pemberitahuan bawah telepon telah terhubung ke perekam, dan penelepon
35
dapat langsung meninggalkan pesannya setelah terdengar nada mulai. Pada saat
inilah program segera mengirimkan logika tinggi ke terminal C1 LPT1 yang
membuat relay aktif memutuskan line-out dan menghubungkan line-in ke jalur
telepon.
3.3 Perancangan Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak merupakan program penggerak guna terlaksananya fungsi
perangkat keras yang telah dirancang sebelumnya agar bekerja sesuai dengan
fungsinya. Dalam merancang perangkat lunak, dua bagian utama yang harus
dibuat adalah flowchart (diagram alir) dan layout view (tampilan program).
Diagram alir merupakan bagian terpenting, di sini logika program penggerak
secara garis besar ditentukan. Program dibuat dengan Microsoft Visual Basic 6.0.
3.3.1 Diagram Alir (Flowchart)
Diagram alir program secara keseluruhan ditampilkan pada Gambar 3.9 di
halaman berikut ini.
Diagram alir program membentuk sebuah loop tertutup, artinya program
tidak akan selesai pada langkah tertentu melainkan selalu kembali ke awal setelah
selesai melakukan suatu proses. Program akan dihentikan hanya jika pengguna
menekan button “Keluar” pada tampilan program.
Pertamakali dihidupkan, program akan menginisialisasi driver
input/output dalam bentuk file ‘io.dll’. File ini didapat secara terpisah dari paket
Ms. Visual Basic. Driver ini mengizinkan Visual Basic berkomunikasi dengan
devais luar melalui port LPT1. Setelah selesai inisialisasi program segera
menampilkan status lampu saat itu. Sebenarnya status lampu itu lebih tepat
disebut status D0...D7, sebab data diambil bukan dari nyala lampu melainkan
diambil langsung dari bit D0...D7. Jika hendak mengambil status lampu langsung
dari nyala lampu, misalnya menggunakan sensor cahaya, akan diperlukan 8 bit
masukan. Hal ini tidak dimungkinkan mengingat interface yang digunakan adalah
LPT1 yang hanya memiliki 5 bit masukan dan semuanya telah dipergunakan.
36
Gambar 3.9. Diagram alir program penggerak.
37
Program dalam keadaan standby menunggu masuknya sinyal dering. Saat
ada panggilan dan sinyal dering dikirim oleh sentral, program akan mengaktifkan
pengangkat telepon dan segera memperdengarkan suara penjawab ke penelepon.
Sesaat setelah suara penjawab selesai, penelepon dapat segera meninggalkan
pesan yang durasinya dibatasi hingga satu menit. Pada saat ini program juga
menunggu masukan password agar dapat terhubung ke sistem pengontrolan.
Apabila penelepon tidak memasukkan password pengontrolan, perekaman
akan terus berlangsung selama satu menit, walau penelepon telah selesai
meninggalkan pesan dan menutup teleponnya sebelum satu menit, atau bahkan
tidak meninggalkan pesan sama sekali. Hal ini dibuat karena IC MT8870 yang
digunakan sebagai dekoder tidak mempunyai fasilitas untuk mendeteksi
penutupan pesawat telepon pengirim. Setelah satu menit, program akan menutup
telepon penerima dan menghentikan rekaman serta menyimpan rekaman tersebut
dalam file berekstensi WAV.
Penelepon akan terhubung ke sistem pengontrolan jika saat penjawab
telepon aktif menekan password yang telah ditentukan, dalam perancangan ini
digunakan lima digit password, yaitu 12345. Password ini tidak dapat diganti
tanpa mengubah source program. Setelah terhubung ke sistem pengontrolan,
penelepon dapat mematikan atau menghidupkan kedelapan lampu yang
diinginkan. Untuk menghidupkan lampu tertentu, penelepon harus menekan tanda
bintang, diikuti nomor lampu yang dimaksud. Untuk mematikan lampu tertentu,
penelepon harus menekan tanda pagar, diikuti nomor lampu yang dimaksud.
Sebagai contoh jika ingin menghidupkan lampu nomor 3 maka penelepon harus
menekan tombol * lalu tombol 3. Jika kebetulan lampu nomor 3 memang sedang
hidup, program akan mengabaikan perintah menghidupkan lampu nomor 3 dan
menunggu perintah selanjutnya. Untuk menghidupkan semua lampu, tombol yang
harus ditekan penelepon adalah * dan 9, sedangkan untuk mematikan semua
lampu, penelepon harus menekan tombol # dan 9.
Setelah melaksanakan satu perintah di atas, program akan terus menunggu
perintah mematikan atau menghidupkan lampu yang lain dengan cara yang sama,
sampai penelepon menekan tombol 0 yang artinya penelepon mengakhiri
38
hubungan ke pengontrolan. Jika penelepon tidak menekan tombol 0 atau lupa
menekan tombol 0 sementara teleponnya telah ditutup, atau melakukan
pengontrolan lampu tidak dengan cara yang telah disebutkan, maka dalam waktu
10 detik sistem pengontrolan akan ditutup secara otomatis.
3.3.2 Perancangan Tampilan (Layout View)
Bagian kedua dari perancangan perangkat lunak adalah perancangan
tampilan program. Tampilan ini digunakan untuk memberi beberapa perintah
langsung ke komputer sekaligus menunjukkan beberapa status yang terjadi saat
itu. Tampilan dibuat agar pengguna mudah berinteraksi dengan program. Gambar
3.10 adalah tampilan program yang telah dibuat. Tampilan dibuat dalam bentuk
form tunggal berisi empat frame (bingkai) dengan fungsi yang berbeda.
Gambar 3.10. Tampilan Program
Bingkai pertama adalah “Waktu Angkat”, digunakan untuk memasukkan
variabel waktu pengangkatan telepon, default-nya diberikan selama lima detik.
Bingkai “Rekaman” menunjuk-kan status rekaman dan tiga buah tombol perintah,
39
yaitu perintah memutar rekaman, berhenti memutar, dan menghapus rekaman.
Status rekaman menunjukkan apakah ada rekaman baru yang masuk atau tidak,
juga menunjukkan apakah rekaman telah dihapus.
Bingkai “Status Lampu” menunjukkan keadaan lampu saat itu, apakah
lampu hidup atau mati. Penunjukkan status ini tidak diambil dari kondisi lampu
yang sebenarnya, tetapi dari terminal yang mengontrol kedelapan lampu tersebut
yaitu port D0...D7 LPT1.
Bingkai “Kontrol Lampu” berisi tombol-tombol perintah menghidupkan
atau mematikan lampu melalui form. Kelompok tombol ‘Menghidupkan Lampu’
digunakan untuk menghidupkan lampu, demikian juga kelompok tombol
‘Mematikan Lampu’ digunakan untuk mematikan lampu sesuai dengan nomor
yang ditekan. Tombol ‘Menghidupkan Semua Lampu’ digunakan untuk menghi-
dupkan semua lampu. Tombol ‘Mematikan Semua Lampu’ digunakan untuk
mematikan semua lampu.
Suatu status tambahan yaitu ‘Mode’ pada bagian kiri bawah form
menampilkan status yang sedang dikerjakan oleh program, seperti mendeteksi
dering, terhubung ke perekam, telepon ditutup, dan lain-lain.
Command ‘About’ menampilkan copyright pembuat program seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 3.11 berikut ini.
Gambar 3.11. Tampilan form About
40
BAB 4
PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Sistem
Pengujian sistem merupakan bagian penentuan bagi keberhasilan sistem
yang telah dirancang sebelumnya. Suatu sistem dikatakan berhasil jika pengujian
yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Walaupun dalam
berbagai kasus pengujian sistem sering didapat hasil yang menyimpang, sistem
dikatakan cukup berhasil bila penyimpangan itu dalam batas yang bisa ditolerir.
Pengujian dilakukan dengan dua metode, yaitu pengujian sub-sistem dan
pengujian sistem secara keseluruhan. Dalam pengujian sub-sistem, suatu blok
sistem tertentu diuji terpisah dari sistem keseluruhan. Pengujian per sub-sistem
memberikan kemudahan dalam mencari gangguan yang mungkin terjadi jika sub-
sistem itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pengujian secara keseluruhan
akan memberikan keluwesan, tetapi jika terjadi gangguan memerlukan waktu
yang lama untuk menemukan penyebabnya. Karena itu dalam perancangan ini
kedua metode tersebut akan digunakan. Jika pengujian semua sub-sistem berhasil
akan dilanjutkan ke pengujian sistem secara keseluruhan untuk mengetahui
kinerja keseluruhan, sekaligus menentukan keberhasilan perancangan yang telah
dibuat.
4.1.1 Pengujian Pengkondisi Sinyal Dering
Pengkondisi sinyal dering merupakan bagian pertama dari sistem, sebab
dari sub-sistem inilah diagram alir program dimulai. Suatu rangkaian pengkondisi
sinyal yang telah dibahas sebelumnya diuji responnya terhadap sinyal dering.
Sinyal dering mempunyai tegangan AC antara 50 sampai 100 volt dengan
frekuensi 20 Hz sampai 60 Hz. Untuk itu, dibuat suatu alat uji yang dapat
mengeluarkan tegangan tersebut. Frekuensi keluaran alat uji ini tidak dapat diatur,
frekuensi yang dihasilkan mengikuti frekuensi jala-jala, yaitu sekitar 50 Hz.
Gambar 4.1 merupakan alat penguji yang dimaksud.
41
Gambar 4.1. Rangkaian penguji sinyal dering
Transformator step-down merupakan transformator penurun tegangan
yang biasa digunakan untuk adaptor tegangan. Transformator ini menurunkan
tegangan jala-jala dari 220 V ke 12 V. Melalui saklar pilih tegangan ini kembali
dinaikkan oleh transformator step-up. Transformator step-up merupakan
transformator yang sama dengan transformator step-down dengan pemasangan
yang dibalik. Terminal 110 V pada transformator step-up dipilih sebagai keluaran
dari rangkaian penguji ini.
Terminal skunder transformator step-down merupakan terminal yang dapat
dipilih melalui saklar pilih, yaitu terminal 3, 6, 9, dan 12 volt sebagai masukan
untuk transformator step-up. Pemilihan ini dimaksudkan untuk mendapatkan
range tegangan dering. Berikut ini tabel pengukuran yang didapat dengan
merubah posisi saklar pilih dari 3 V ke 12 V.
Tabel 4.1. Tegangan keluaran penguji sinyal dering terhadap posisi saklar pilih
Posisi Saklar Pilih(V)
Tegangan Keluaran (V)
36912
25507495
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tegangan keluaran rangkaian penguji
paling rendah adalah 25 V, dan paling tinggi 95 V. Ini menunjukkan bahwa
42
rentang tegangan telah mencukupi untuk mewakili sinyal dering dengan level
paling rendah ke level paling tinggi.
Selanjutnya diadakan pengujian terhadap rangkaian pengkondisi sinyal
dering dengan menggunakan tegangan dering buatan ini. Terminal keluaran
rangkaian penguji dihubungkan dengan masukan rangkaian pengkondisi sinyal
dering seperti pada Gambar 4.2
Gambar 4.2. Pengujian rangkaian pengkondisi sinyal dering
Dengan mengubah-ubah posisi saklar pilih mulai dari 3 V sampai dengan
12 V, terminal A-B yang dihubungkan ke port S3 LPT1 tetap mengeluarkan
tegangan logika rendah. Hal ini menunjukkan bahwa rangkaian pengkondisi
sinyal tetap bekerja dengan tegangan dering yang minimum hingga maksimum.
4.1.2 Pengujian Dekoder DTMF
Rangkaian dekoder DTMF yang telah dibahas sebelumnya diuji dengan
menggunakan pesawat telepon dan tegangan catu tiruan menggunakan catu daya
dan tahanan seperti pada Gambar 4.3 berikut.
43
Gambar 4.3. Pengujian dekoder DTMF
Ketika diukur dalam keadaan on-hook, tegangan antara Tip dan Ring
sekitar 12 V, dan dalam keadaan off-hook sekitar 3 V. Tegangan 3 V pada saat off-
hook sudah mencukupi untuk membuat pesawat telepon bekerja dengan baik.
Masukan dekoder DTMF langsung diparalelkan dengan terminal TIP dan
RING, sedangkan data keluaran dihubungkan ke peraga LED seperti pada Gambar
4.4 berikut.
Gambar 4.4. Pengujian Data Dekoder
Penekanan terhadap tombol keypad telepon akan merubah nyala LED
sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh dekoder. Tabel 4.2 merupakan hasil
yang diperoleh dari pengujian ini.
Berdasarkan tabel 4.2, LED yang menyala menunjukkan logika tinggi (1),
LED yang mati menunjukkan logika rendah (0). Hasil pengujian sesuai dengan
data-sheet yang disertakan oleh MITEL pada IC dekoder MT8870, seperti yang
ditunjukkan pada tabel 2.1. Pengujian terbatas dari tombol 1 sampai tombol #,
44
tidak termasuk tombol A, B, C, dan D karena tombol tersebut hanya terdapat pada
telepon dengan fungsi khusus.
Tabel 4.2. Hasil pengujian dekoder DTMF
Penekanan Tombol Telepon
LED 1 LED 2 LED 3 LED 4
1234567890*#
MatiMatiMatiMatiMatiMatiMati
HidupHidupHidupHidupHidup
MatiMatiMati
HidupHidupHidupHidupMatiMatiMatiMati
Hidup
MatiHidupHidupMatiMati
HidupHidupMatiMati
HidupHidupMati
HidupMati
HidupMati
HidupMati
HidupMati
HidupMati
HidupMati
4.1.3 Pengujian Sinyal Suara
Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa sinyal suara yang
dikandung oleh jalur telepon dapat digunakan sebagai masukan perekam, dan
sinyal suara yang dikirim juga dapat terdengar baik di pesawat telepon.
Dalam pengujian ini, pesawat telepon, catu daya, dekoder, line-out, serta
line-in dihubungkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5 berikut ini
Gambar 4.5. Pengujian sinyal suara
45
Pengujian dimulai dengan memberikan logika rendah pada terminal S3
LPT1 sebagai sinyal dering yang sedang masuk. Lima detik kemudian komputer
mengangkat telepon secara otomatis dan memperdengarkan suara penjawab. Pada
saat ini suara dari speaker headset didengar. Pengaturan volume suara dapat
dilakukan pada Volume Control pada komputer. Pengaturan volume yang tepat
pada saat bar volume dan wave berada di posisi tengah, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 4.6.
Setelah penjawab selesai, perekaman dimulai. Saat ini perekaman diuji
dengan cara berbicara pada mikrofon headset telepon. Dengan pengaturan bar
volume line-in yang tepat, suara akan jelas terdengar pada saat rekaman diputar.
Pengaturan volume line-in yang tepat pada saat bar volume line-in berada pada
posisi tengah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Pengaturan Volume Control pada proses pengujian suara
4.2 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan
Bagian ini membahas tentang pengujian sistem secara keseluruhan.
Bagian-bagian sub-sistem yang telah dibahas di atas dirangkai sehingga
membentuk sistem yang lengkap. Skema rangkaian sistem selengkapnya
diperlihatkan pada Skema Rangkaian Lengkap pada Lampiran A.
46
Pengujian dilakukan pada jaringan PABX di Fakultas Teknik Elektro
Universitas Syiah Kuala. Waktu tunda diatur selama lima detik pada form, dengan
kondisi nyala lampu di-set secara acak. Pengujian diawali dengan memanggil
telepon penerima menggunakan pesawat telepon di tempat lain. Nada dering yang
terdengar mempunyai durasi selama satu detik dengan waktu tunda tiap empat
detik. Status ‘Mode’ yang diamati baru mendeteksi adanya nada dering setelah
dua kali terdengar nada dering. Saat itu hitungan waktu angkat baru dimulai, yaitu
selama lima detik.
Pengujian juga dilakukan dengan memanggil pesawat telepon penerima
dengan menggunakan handphone (telepon selular). Pengujian dengan
menggunakan handphone tidak berbeda jauh dibanding pengujian dengan
menggunakan pesawat telepon biasa, kecuali respon penekanan tombol terasa
agak lambat.
4.2.1 Pengujian Sistem Pengontrolan
Pada saat telepon telah diangkat secara otomatis, terdengar nada dan suara
jawaban yang menyatakan bahwa penelepon terhubung ke perekam. Pada saat ini
dimasukkan password untuk masuk ke sistem pengontrol lampu, yaitu 12345.
Sesaat setelah memasukkan password terdengar nada yang menandakan password
benar dan penelepon telah terhubung ke sistem pengontrol. Pengujian
pengontrolan lampu dilakukan dengan mencoba menghidupkan lampu secara
berurutan dari lampu-1 hingga lampu-8, dan mematikan lampu secara berurutan
setelah itu. Pengujian selanjutnya mencoba mematikan dan menghidupkan lampu
secara acak. Pengujian ini tidak mengalami hambatan dan berjalan sebagaimana
yang diharapkan.
Pengujian selanjutnya mencoba menghidupkan dan mematikan lampu
tidak dengan cara di atas, tetapi menekan nomor-nomor lampu secara langsung
setelah terhubung ke sistem pengontrolan. Percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui apakah sistem merespon penekanan ini. Dalam pengujian ini, telepon
secara otomatis ditutup setelah 10 detik tanpa merespon tombol-tombol nomor
yang ditekan. Penekanan tombol 0 akan menutup telepon.
47
4.2.2 Pengujian Sistem Perekaman
Pada saat telepon telah diangkat dan terdengar suara jawaban, pesan
ditinggalkan setelah terdengar nada mulai berbicara. Pesan dapat ditinggalkan
dengan durasi selama 30 detik, setelah 30 detik telepon akan ditutup secara
otomatis. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali untuk mengetahui apakah
rekaman yang lama dihapus oleh rekaman yang baru, atau rekaman yang baru
ditambahkan ke rekaman yang lama tanpa menghapusnya. Untuk mendengarkan
hasil rekaman, tombol ‘Putar’ pada form ditekan dan suara dapat didengar melalui
speaker aktif. Pada percobaan ini rekaman-rekaman yang lama tidak dihapus oleh
rekaman yang baru, tetapi ditambahkan di depan sehingga program
memperdengarkan rekaman yang paling baru kemudian berurutan
memperdengarkan rekaman-rekaman yang lebih lama.
4.3 Pembahasan
Waktu tunda untuk mengangkat telepon tidak akurat seperti yang
diinginkan. Sistem baru mendeteksi adanya sinyal dering setelah dua periode nada
dering terdengar. Penyebab dari hal ini disebabkan oleh sinyal dering yang tidak
kontinu, sinyal dering dengan durasi selama satu detik dikirim setiap empat detik.
Kapasitor dengan nilai 470 μF pada sub-sistem pengkondisi sinyal dering
memerlukan waktu beberapa saat untuk mengisi muatan hingga penuh, waktu
pengisian tergantung dari tegangan dering yang masuk, durasi sinyal dering, serta
periode pengiriman sinyal dering. Jika kapasitor belum penuh, kapasitor bertindak
sebagai konduktor yang dapat mengalirkan tegangan dering ke ground. Tegangan
dering selama dua periode akan membuat kapasitor penuh sehingga dapat
mengaktifkan optocoupler dan sistem mendeteksi adanya sinyal dering.
IC MT8870 tidak dilengkapi dengan pendeteksi penutupan pesawat
telepon pengirim, sehingga sistem tidak dapat mengetahui apakah telepon
pengirim telah ditutup atau belum. Dengan demikian, apabila penelepon
memanggil pesawat telepon penerima, dan menutup kembali teleponnya setelah
penjawab telepon aktif, maka sistem tidak membatalkan aktivitasnya, tetapi dalam
waktu 30 detik secara otomatis sistem akan menutup telepon.
48
Demikian juga saat proses dialling sedang dilaksanakan, satu-satunya
sinyal dari sentral yang dapat diteksi oleh sistem adalah sinyal dering. Sinyal
dering ini akan berhenti apabila telepon diangkat. Apabila telepon diangkat secara
manual pada saat sedang terjadi proses dialling, sistem seharusnya dapat
membatalkan pendeteksian sinyal dering dan menonaktifkan fungsi Timer
pengangkat telepon yang ada pada perangkat lunaknya. Ide yang diambil
sebelumnya adalah dengan mendeteksi matinya sinyal dering pada saat telepon
diangkat secara manual. Jika sinyal dering yang dikirim oleh sentral merupakan
sinyal kontinu, tidak ada kesulitan untuk menerapkan ide ini pada sistem. Tetapi
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sinyal dering yang dikirim oleh
sentral merupakan sinyal yang terputus dalam periode waktu tertentu. Apabila ide
di atas diterapkan pada sistem, kesulitan akan muncul karena sinyal dering yang
terputus diantara dua periode itu mempunyai efek yang sama dengan sinyal dering
yang terputus pada saat telepon diangkat. Sistem akan mengartikan bahwa telepon
telah diangkat secara manual pada saat dering terputus diantara dua periode, dan
hal ini tidak dikehendaki.
Penggunaan kapasitor juga tidak menyelesaikan masalah di atas, sebab
kapasitor berkapasitas besar memerlukan waktu pengisian yang lama dengan
waktu pembuangan yang lama. Artinya, disamping waktu tunda pengangkatan
telepon tidak akurat seperti yang telah dibahas sebelumnya, efek waktu
pembuangan pada kapasitor yang lama akan membuat sistem tetap mendeteksi
adanya sinyal dering, walaupun sinyal dering telah terputus karena telepon telah
diangkat.
Penggunaan kapasitor berkapasitas kecil juga tidak efektif diterapkan,
sebab pemilihan nilai kapasitor yang tepat untuk konstanta waktu yang tepat
merupakan pilihan yang kritis untuk menyelesaikan masalah ini. Kapasitor harus
dapat menyimpan tegangan yang cukup sampai periode dering selanjutnya, jika
tidak efeknya akan sama dengan putusnya sinyal dering akibat telepon telah
diangkat. Hal inilah yang menjadi masalah, sebab standarisasi periode pengiriman
sinyal dering berbeda-beda untuk tiap sentral .
49
Masalah di atas dapat diatasi jika sistem yang kita buat dapat mendeteksi
sinyal call progress yang dikirim dari sentral. Sistem yang dibuat sekarang tidak
dapat mendeteksi sinyal call progress tersebut. Oleh karena itu sistem tetap akan
mendeteksi sinyal dering walaupun telepon telah diangkat secara manual, dan
segala aktivitas yang berhubungan dengannya tidak akan dibatalkan.
Perangkat lunak yang dibuat mengandung beberapa sub-routin atau fungsi
yang selalu dipanggil oleh routin utamanya. List perangkat lunak selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran B pada halaman 54.
Fungsi BitStatus digunakan untuk mengambil data per bit pada port LPT1,
data yang diambil tidak dipengaruhi oleh keadaan bit lain pada port yang sama.
Misalnya dalam proses mendeteksi sinyal dering, data yang diambil adalah logika
rendah dari pengkondisi sinyal dering, data ini diambil lewat port S3 LPT1, data 1
bit ini tidak akan dipengaruhi oleh kondisi bit-bit yang lain pada port Status.
Fungsi OutPort merupakan kebalikan dari fungsi BitStatus, fungsi ini
mengeluarkan data per bit tanpa mempengaruhi keadaan bit lain pada port yang
sama. Misalnya mengeluarkan logika tinggi pada port D8 LPT1 untuk
menghidupkan lampu 8 tidak akan mempengaruhi keadaan bit yang lain pada port
Data.
Fungsi HidupLampu digunakan untuk mengirimkan logika tinggi ke port
D0...7 guna menghidupkan lampu 1 sampai 8 sesuai sesuai dengan data yang
dikirim. Pada fungsi HidupLampu terjadi pengecekan kondisi nyala lampu,
apabila lampu yang dituju memang sudah menyala, maka perintah menghidupkan
lampu akan diabaikan dan fungsi kembali memanggil routin utama.
Fungsi MatiLampu digunakan untuk mengirimkan logika rendah ke port
D0...7 guna mematikan lampu 1 sampai 8 sesuai sesuai dengan data yang dikirim.
Pada fungsi, seperti halnya fungsi HidupLampu, pada fungsi MatiLampu ini juga
terjadi pengecekan kondisi nyala lampu, apabila lampu yang dituju memang sudah
mati, maka perintah mematikan lampu akan diabaikan dan fungsi kembali
memanggil routin utama.
Fungsi KirimSuara digunakan untuk mengirimkan suara ke jalur telepon,
fungsi ini selalu dipanggil saat pengiriman status lampu yang sedang dikontrol
50
maupun saat pesawat telepon diangkat secara otomatis. Status lampu yang sedang
dikontrol dikirim dalam bentuk rekaman suara.
Sistem yang dibuat tidak dapat memberitahu status nyala lampu secara
keseluruhan. Cara yang dapat digunakan untuk mengetahuinya adalah dengan
mematikan atau menghidupkan semua lampu, untuk kemudian menghidupkan
atau mematikannya satu per satu sesuai dengan kebutuhan.
Sistem yang telah dibuat hanya berfungsi sebagai switching. Peralatan
yang akan dikontrol tidak hanya sebatas lampu listrik, tetapi semua peralatan
listrik yang dapat difungsikan dengan cara switching. Misalnya motor-motor
pompa air, kulkas, atau motor untuk menggerakkan pintu gerbang, dan lain
sebagainya.
51
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perancangan yang telah selesai dilaksanakan dan pengamatan
yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara teknis jalur telepon dapat digunakan untuk media pengontrolan jarak
jauh dengan memanfaatkan nada DTMF yang tersedia pada setiap pesawat
telepon tekan.
2. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, sistem pengontrolan dapat diaktifkan
baik dari pesawat telepon biasa maupun dari handphone (telepon selular).
3. Pengujian dengan menggunakan handphone mempunyai respon penekanan
tombol yang lebih lambat dibandingkan dengan menggunakan pesawat
telepon.
4. Hasil rekaman yang didapat mempunyai kualitas suara yang cukup baik.
Ukuran file penyimpanan rekaman tergantung pada kapasitas hardisk yang
dipakai. Rekaman dengan durasi 1 menit menghasilkan file berukuran 650 Kb.
5. Jika program ditutup, lampu yang dikontrol akan tetap berada pada kondisi
terakhir, selama aliran listrik yang mensuplai komputer tidak terputus.
5.2 Saran
Saran-saran yang dapat digunakan untuk pengembangan sistem ini lebih
lanjut adalah sebagai berikut:
1. IC MT8870 yang digunakan sebagai dekoder DTMF tidak dapat mendeteksi
penutupan telepon pengirim dan dengan menggunakan IC jenis MT8888
masalah ini dapat diatasi.
2. Perancangan ini menggunakan port LPT1 sehingga terminal keluaran dan
masukan terbatas. Dengan keluaran dekoder DTMF sebanyak 4 bit, lampu
yang dapat dikontrol adalah sebanyak 24 = 16 buah. Dengan memanfaatkan
PPI (Programmable Pheripheral Interface) yang mempunyai terminal
masukan dan keluaran yang lebih banyak hal ini dapat dilaksanakan. Untuk
52
keperluan khusus, lampu yang dikontrol dapat lebih banyak lagi dengan
menggunakan multiplekser sesudah dekoder DTMF.
3. Perekaman akan menghasilkan sebuah file yang kontinu, hal ini kurang efektif
bila rekaman yang masuk sangat banyak. Dengan modifikasi program, file
yang dihasilkan dapat dibuat sebanyak rekaman yang masuk.
53
DAFTAR PUSTAKA
Brain, Marshall 2002 'How Telephones Work' viewed 29 Agustus 2004, <http://electronics.howstuffworks.com>
Budiharto, Widodo 2004, Interfacing Komputer dan Mikrokontroler, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta
Engdahl, Tomi 1996, ‘Simple Circuit and Program to Show How to Use PC Parallel Port Output Capabilities’, viewed 12 Mei 2004,<http://www.hut.fi/misc/electronics/circuits>
Engdahl, Tomi 1998 'Telephone line audio interface circuits' viewed 23 Agustus 2004, <http://splat.foo.is/electronics/teleinterface.htm>
Engdahl, Tomi 2000 'Telephone ringing circuits' viewed 29 Agustus 2004, <http://ourworld.compuserve.com/homepages/Bill_Bowden/page11.htm>
Harries, Ian 1996, ‘IBM-PC Parallel Printer Port Programming Considerations’, viewed 17 Mei 2004, <http://www.doc.ic.ac.uk/~ih/doc/par/doc.htm>
Harries, Ian 1998, ‘Interfacing to the IBM-PC Parallel Printer Port’, viewed 17 Mei 2004, <http://www.doc.ic.ac.uk/~ih/doc/par/doc/intro.htm>
Kurniadi, Adi 2000, Pemrograman Microsoft Visual Basic 6, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta
Malvino., Barmawi 1994, Prinsip-Prinsip Elektronika Jilid 1, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta
MITEL 1997, Aplication of the MT8870 Integrated DTMF Receiver
Nalwan, Agustinus 2004, Membuat Program Profesional secara Cepat dengan VB, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta
Paul, 'DTMF Generator/Decoder' viewed 22 Agustus 2004, <http://www.boondog.com//tutorials/dtmf/dtmf.htm>
Simanjuntak, Tiur LH 1993, Dasar-dasar Telekomunikasi, Penerbit Alumni, Bandung.
54
1 2 3 4
A
B
C
D
4321
D
C
B
ATitle
Number RevisionSize
Legal
Date: 22-Dec-2004 Sheet of File: G:\CLIENT\TUGAS_AK.SCH Drawn By:
10k470uF/25V
3,3V PC817
1uF/120V
TIP
RING
10k
+5V
100k
100k0.1uF
0.1uF
370k
3,579 Mhz
+5V
VDD18
VSS9
TOE10
Q414
Q313
Q212
Q111
St/GT17
1111
IN-2
GS3
Vref4
IN+1
OSC27
OSC18
MT8870
Relay
C9013
+5V
5,6k
Relay
C9013
12V
5,6k1uF/25V
Line-in soundcard
Line-out soundcard
Ground
Relay
Relay
C9013
+12VKe saklar gagang telepon
5,6k
F N
Jala-jala PLN
11421531641751861972082192210231124122513
LPT1 Komputer
DB25
8x R 5,6k 8x C9013 8x Dioda 8x Relay 8x Lampu 1W/220V
SKEMATIK LENGKAP RANGKAIAN PENGONTROL LAMPU LISTRIK
ROMADHANI
LAMPIRAN A. SKEMA RANGKAIAN LENGKAP
55
+12 V
+12 V
+12 V
+12 V
+12 V
+12 V
+12 V
+12 V
LAMPIRAN B. FOTO ALAT
56
LAMPIRAN C. LIST PROGRAM PENGGERAK
Public Declare Sub PortOut Lib "io.dll" (ByVal Port As Integer, ByVal Value As Byte)
Public Declare Function PortIn Lib "io.dll" (ByVal Port As Integer) As Byte''Deklarasi "io.dll" untuk inisialisasi port LPT1
Public Declare Function DeleteFile Lib "kernel32.dll" Alias "DeleteFileA" (ByVal lpFileName As String) As Long''Deklarasi "kernel32.dll" untuk mengambil fungsi hapus file
Function BitStatus(PortAddress, BitYouWant) As Integer''fungsi mendeteksi data per bit pada port LPT1 If PortAddress = 888 Then NumOfBits = 8 ElseIf PortAddress = 889 Then NumOfBits = 5 ElseIf PortAddress = 890 Then NumOfBits = 4 End If ReDim PortBits(NumOfBits) As Integer PortNum = PortIn(PortAddress) For i = 1 To NumOfBits PortBits(i) = PortNum Mod 2 PortNum = Fix(PortNum / 2) Next i BitStatus = PortBits(BitYouWant)End Function
Sub OutPort(PortAddress, OutNum)''sub mengeluarkan data per bit ke port LPT1 PortState = PortIn(PortAddress) PortNum = PortState + OutNum PortOut PortAddress, PortNum If OutNum = 0 Then Call PortOut(PortAddress, 0)End Sub
Private Sub Command1_Click() FrmAbout.ShowEnd Sub
Private Sub Form_Load() ComboDelay.AddItem "1" ComboDelay.AddItem "5" ComboDelay.AddItem "10" ComboDelay.AddItem "15" ComboDelay.AddItem "20" ComboDelay.AddItem "25" ComboDelay.AddItem "30" ComboDelay.AddItem "35" ComboDelay.AddItem "40" ComboDelay.AddItem "45" ComboDelay.AddItem "60" Label3.Caption = "Belum ada aktivitas panggilan"
57
Call PortOut(890, 11) ''reset port Control (out) Timer1.Enabled = TrueEnd Sub
Private Sub Timer1_Timer() 'timer pendeteksi dering Dim DeteksiDering As Byte DeteksiDering = BitStatus(889, 4) If DeteksiDering = 0 Then Label3.Caption = "Mendeteksi Sinyal Dering..." Delay Timer6.Enabled = True Timer1.Enabled = False End IfEnd Sub
Sub Delay()''fungsi untuk menghitung delay angkat untuk timer 2 Dim IntervalDelay As Long IntervalDelay = ComboDelay * 1000 Timer2.Interval = IntervalDelay Timer2.Enabled = TrueEnd Sub
Private Sub Timer2_Timer()''timer pengaktif pengangkat telepon Timer6.Enabled = False Timer3.Enabled = True Timer2.Enabled = False Call PortOut(890, 2) ''menghubungkan dekoder DTMF ke jalur telepon ''dan mengaktifkan relay pengangkat teleponEnd Sub
Private Sub Timer3_Timer() 'timer penjawab telepon TimerPass1.Enabled = True Label3.Caption = "Penjawab Telepon Aktif!!!" MMControl1.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\Pembuka.wav" MMControl1.Command = "Open" MMControl1.DeviceType = "WaveAudio" MMControl1.Command = "Play" Timer4.Interval = 4500 Timer4.Enabled = True Timer3.Enabled = FalseEnd Sub
Private Sub Timer4_Timer() 'timer untuk proses merekam TimerTundaTutup.Interval = 10000 TimerTundaTutup.Enabled = True CommandPlay.Enabled = True MMControl1.Command = "Stop" MMControl1.Command = "Close" Call PortOut(890, 0) ''menukar posisi jalur ke line-in MMControl2.DeviceType = "WaveAudio" MMControl2.RecordMode = mciRecordInsert
58
MMControl2.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas Akhir\Rekaman.wav"
MMControl2.Command = "open" MMControl2.Command = "record" Label3.Caption = "Sedang merekam pembicaraan"End SubPrivate Sub Timer5_Timer() ''timer pengontrolan lampu Dim VarKontrol As Byte VarKontrol = PortIn(889) MMControl1.Command = "Stop" MMControl1.Command = "close" Label3.Caption = "Pengontrolan Aktif" TimerTundaTutup.Interval = 10000 TimerTundaTutup.Enabled = True If VarKontrol = 63 Then ''jika tekan tanda bintang menghidupkan lampu TimerTundaTutup.Enabled = False Timer7.Enabled = True Timer5.Enabled = False End If If VarKontrol = 79 Then ''jika tekan tanda pagar mematikan lampu TimerTundaTutup.Enabled = False Timer8.Enabled = True Timer5.Enabled = False End If
If VarKontrol = 47 Then ''jika tekan 0 telepon ditutup TimerTundaTutup.Enabled = False TimerTundaTutup.Interval = 1 TimerTundaTutup.Enabled = True End IfEnd Sub
Private Sub Timer6_Timer() 'timer pembatalan panggilan Dim VariabelBatal As Byte VariabelBatal = BitStatus(889, 4) If VariabelBatal = 1 Then 'gagang ditutup panggilan batal Label3.Caption = "Panggilan batal atau telepon telah diangkat" Timer1.Enabled = True Timer2.Enabled = False End IfEnd Sub
Private Sub Timer7_Timer() 'timer menghidupkan lampu Dim VariabelHidup As Byte VariabelHidup = PortIn(889) Label3.Caption = "Perintah menghidupkan lampu..." MMControl3.Command = "stop" MMControl3.Command = "close" TimerTundaTutup.Interval = 10000 TimerTundaTutup.Enabled = True
59
If VariabelHidup = 159 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\Hidup1.wav" Call HidupLampu(1, 1) End If
If VariabelHidup = 175 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\Hidup2.wav" Call HidupLampu(2, 2) End If If VariabelHidup = 191 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\Hidup3.wav" Call HidupLampu(3, 4) End If If VariabelHidup = 207 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\Hidup4.wav" Call HidupLampu(4, 8) End If If VariabelHidup = 223 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\Hidup5.wav" Call HidupLampu(5, 16) End If If VariabelHidup = 239 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\Hidup6.wav" Call HidupLampu(6, 32) End If If VariabelHidup = 255 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\Hidup7.wav" Call HidupLampu(7, 64) End If If VariabelHidup = 15 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\Hidup8.wav" Call HidupLampu(8, 128) End If If VariabelHidup = 31 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\hidupsemua.wav" Call PortOut(888, 255) Timer5.Enabled = True Timer7.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = False CommandSemuaMati.Enabled = True End If
60
If VariabelHidup = 79 Then ''jika tekan tanda pagar ke perintah mematikan Timer8.Enabled = True Timer7.Enabled = False End IfEnd Sub
Private Sub Timer8_Timer()''timer mematikan lampu Dim VariabelMati As Byte VariabelMati = PortIn(889) Label3.Caption = "Perintah mematikan lampu..." MMControl3.Command = "stop" MMControl3.Command = "close" TimerTundaTutup.Interval = 10000 TimerTundaTutup.Enabled = True If VariabelMati = 159 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas
Akhir\Mati1.wav" Call MatiLampu(1, -1) End If If VariabelMati = 175 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas
Akhir\Mati2.wav" Call MatiLampu(2, -2) End If If VariabelMati = 191 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas
Akhir\Mati3.wav" Call MatiLampu(3, -4) End If If VariabelMati = 207 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas
Akhir\Mati4.wav" Call MatiLampu(4, -8) End If If VariabelMati = 223 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas
Akhir\Mati5.wav" Call MatiLampu(5, -16) End If If VariabelMati = 239 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas
Akhir\Mati6.wav" Call MatiLampu(6, -32) End If If VariabelMati = 255 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas
Akhir\Mati7.wav" Call MatiLampu(7, -64) End If
61
If VariabelMati = 15 Then MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas
Akhir\Mati8.wav" Call MatiLampu(8, -128) End If If VariabelMati = 31 Then MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\matisemua.wav" Call PortOut(888, 0) CommandSemuaHidup.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = False Timer5.Enabled = True Timer7.Enabled = False End If
If VariabelMati = 63 Then ''jika tekan tanda bintang ke perintah menghidupkan Timer7.Enabled = True Timer8.Enabled = False End IfEnd Sub
Private Sub TimerPass1_Timer() If PortIn(889) = 159 Then TimerPass2.Enabled = True TimerPass1.Enabled = False End IfEnd Sub
Private Sub TimerPass2_Timer() If PortIn(889) = 175 Then TimerPass3.Enabled = True TimerPass2.Enabled = False End IfEnd Sub
Private Sub TimerPass3_Timer() If PortIn(889) = 191 Then TimerPass4.Enabled = True TimerPass3.Enabled = False End IfEnd Sub
Private Sub TimerPass4_Timer() If PortIn(889) = 207 Then TimerPass5.Enabled = True TimerPass4.Enabled = False End IfEnd Sub
Private Sub TimerPass5_Timer() If PortIn(889) = 223 Then Call PortOut(890, 2) ''kembalikan posisi jalur ke line-out Timer3.Enabled = False
62
Timer4.Enabled = False Timer5.Enabled = True MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\hubungkontrol.wav" MMControl3.DeviceType = "WaveAudio" MMControl3.Command = "Open" MMControl3.Command = "Play" MMControl1.Command = "Stop" MMControl1.Command = "Close" MMControl2.Command = "Stop" MMControl2.Command = "Close" TimerPass5.Enabled = False End IfEnd Sub
Private Sub TimerStatusLampu_Timer()''timer untuk menampilkan status nyala lampu If BitStatus(888, 1) = 1 Then LabelA.ForeColor = &HFF0000 LabelA.Caption = "HIDUP" CmdHidup1.Enabled = False CmdMati1.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelA.ForeColor = &HFF& LabelA.Caption = "MATI" CmdHidup1.Enabled = True CmdMati1.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If BitStatus(888, 2) = 1 Then LabelB.ForeColor = &HFF0000 LabelB.Caption = "HIDUP" CmdHidup2.Enabled = False CmdMati2.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelB.ForeColor = &HFF& LabelB.Caption = "MATI" CmdHidup2.Enabled = True CmdMati2.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If BitStatus(888, 3) = 1 Then LabelC.ForeColor = &HFF0000 LabelC.Caption = "HIDUP" CmdHidup3.Enabled = False CmdMati3.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelC.ForeColor = &HFF& LabelC.Caption = "MATI" CmdHidup3.Enabled = True CmdMati3.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If
63
If BitStatus(888, 4) = 1 Then LabelD.ForeColor = &HFF0000 LabelD.Caption = "HIDUP" CmdHidup4.Enabled = False CmdMati4.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelD.ForeColor = &HFF& LabelD.Caption = "MATI" CmdHidup4.Enabled = True CmdMati4.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If BitStatus(888, 5) = 1 Then LabelE.ForeColor = &HFF0000 LabelE.Caption = "HIDUP" CmdHidup5.Enabled = False CmdMati5.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelE.ForeColor = &HFF& LabelE.Caption = "MATI" CmdHidup5.Enabled = True CmdMati5.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If BitStatus(888, 6) = 1 Then LabelF.ForeColor = &HFF0000 LabelF.Caption = "HIDUP" CmdHidup6.Enabled = False CmdMati6.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelF.ForeColor = &HFF& LabelF.Caption = "MATI" CmdHidup6.Enabled = True CmdMati6.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If BitStatus(888, 7) = 1 Then LabelG.ForeColor = &HFF0000 LabelG.Caption = "HIDUP" CmdHidup7.Enabled = False CmdMati7.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelG.ForeColor = &HFF& LabelG.Caption = "MATI" CmdHidup7.Enabled = True CmdMati7.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If BitStatus(888, 8) = 1 Then LabelH.ForeColor = &HFF0000 LabelH.Caption = "HIDUP" CmdHidup8.Enabled = False
64
CmdMati8.Enabled = True CommandSemuaMati.Enabled = True Else LabelH.ForeColor = &HFF& LabelH.Caption = "MATI" CmdHidup8.Enabled = True CmdMati8.Enabled = False CommandSemuaHidup.Enabled = True End If If PortIn(888) = 255 Then CommandSemuaHidup.Enabled = False End If If PortIn(888) = 0 Then CommandSemuaMati.Enabled = False End IfEnd Sub
Sub HidupLampu(Bit, Data)''Fungsi untuk menghidupkan lampu Call KirimSuara If BitStatus(888, Bit) = 0 Then Call OutPort(888, Data) Timer5.Enabled = True Timer7.Enabled = False Else Timer5.Enabled = True Timer7.Enabled = False End IfEnd Sub
Sub MatiLampu(Bit, Data)''Fungsi untuk mematikan lampu Call KirimSuara If BitStatus(888, Bit) = 1 Then Call OutPort(888, Data) Timer5.Enabled = True Timer8.Enabled = False Else Timer5.Enabled = True Timer8.Enabled = False End IfEnd Sub
Sub KirimSuara() MMControl3.Command = "Open" MMControl3.DeviceType = "WaveAudio" MMControl3.Command = "Play"End Sub
Private Sub TimerTundaTutup_Timer()''timer pewaktu untuk menutup telepon Timer2.Enabled = False Timer3.Enabled = False Timer4.Enabled = False Timer5.Enabled = False Timer6.Enabled = False
65
Timer7.Enabled = False Timer8.Enabled = False Timer1.Enabled = True Label3.Caption = "Telepon ditutup" Call SimpanRekam Call PortOut(890, 11) TimerTundaTutup.Enabled = FalseEnd Sub
Sub SimpanRekam() MMControl2.Command = "stop" MMControl2.Command = "save" MMControl2.Command = "close" Label5.ForeColor = &HFF0000 Label5.Caption = "Ada rekaman baru" Label3.Caption = "Telepon ditutup"End Sub
Private Sub CommandPlay_Click()''command untuk memutar rekaman CommandStop.Enabled = True CommandHapus.Enabled = False MMControl2.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\Rekaman.wav" MMControl2.Command = "Open" MMControl2.DeviceType = "WaveAudio" MMControl2.Command = "Play" CommandPlay.Enabled = False Label5.Caption = "Sedang memutar rekaman..."End Sub
Private Sub CommandStop_Click()''Command untuk menghentikan memutar rekaman CommandHapus.Enabled = True CommandPlay.Enabled = True MMControl2.Command = "stop" MMControl2.Command = "close" CommandStop.Enabled = False Label5.ForeColor = &H0& Label5.Caption = "Tidak ada rekaman baru"End Sub
Private Sub CommandKeluar_Click() Dim KonfirmasiKeluar As Integer KonfirmasiKeluar = MsgBox("Yakin ingin Keluar?", vbYesNo,
"Keluar") If KonfirmasiKeluar = 6 Then Call PortOut(890, 11) ''reset port control End End IfEnd Sub
Private Sub CommandHapus_Click() ''command untuk menghapus rekaman Dim Hapus As Integer Dim X As Byte
66
Hapus = MsgBox("Yakin ingin Menghapus Rekaman?", vbYesNo, "Hapus Rekaman")
If Hapus = 6 Then CommandStop.Enabled = False CommandPlay.Enabled = False CommandHapus.Enabled = False X = DeleteFile("C:\Romadhani\Program Tugas Akhir\Rekaman.wav") If X = 1 Then MsgBox "File Rekaman.wav telah dihapus!", , "Hapus Rekaman" Else MsgBox "File tidak ada, penghapusan gagal.", , "Hapus Rekaman" End If Label5.ForeColor = &HFF& Label5.Caption = "Rekaman telah dihapus" End IfEnd Sub
Private Sub CmdHidup1_Click() If BitStatus(888, 1) = 0 Then Call OutPort(888, 1) End IfEnd Sub
Private Sub CmdHidup2_Click() If BitStatus(888, 2) = 0 Then Call OutPort(888, 2) End IfEnd Sub
Private Sub CmdHidup3_Click() If BitStatus(888, 3) = 0 Then Call OutPort(888, 4) End IfEnd Sub
Private Sub CmdHidup4_Click() If BitStatus(888, 4) = 0 Then Call OutPort(888, 8) End IfEnd Sub
Private Sub CmdHidup5_Click() If BitStatus(888, 5) = 0 Then Call OutPort(888, 16) End IfEnd Sub
Private Sub CmdHidup6_Click() If BitStatus(888, 6) = 0 Then Call OutPort(888, 32) End IfEnd Sub
67
Private Sub CmdHidup7_Click() If BitStatus(888, 7) = 0 Then Call OutPort(888, 64) End IfEnd Sub
Private Sub CmdHidup8_Click() If BitStatus(888, 8) = 0 Then Call OutPort(888, 128) End IfEnd Sub
Private Sub CmdMati1_Click() If BitStatus(888, 1) = 1 Then Call OutPort(888, -1) End IfEnd Sub
Private Sub CmdMati2_Click() If BitStatus(888, 2) = 1 Then Call OutPort(888, -2) End IfEnd Sub
Private Sub CmdMati3_Click() If BitStatus(888, 3) = 1 Then Call OutPort(888, -4) End IfEnd Sub
Private Sub CmdMati4_Click() If BitStatus(888, 4) = 1 Then Call OutPort(888, -8) End IfEnd Sub
Private Sub CmdMati5_Click() If BitStatus(888, 5) = 1 Then Call OutPort(888, -16) End IfEnd Sub
Private Sub CmdMati6_Click() If BitStatus(888, 6) = 1 Then Call OutPort(888, -32) End IfEnd Sub
Private Sub CmdMati7_Click() If BitStatus(888, 7) = 1 Then Call OutPort(888, -64) End IfEnd Sub
68
Private Sub CmdMati8_Click() If BitStatus(888, 8) = 1 Then Call OutPort(888, -128) End IfEnd Sub
Private Sub CommandSemuaHidup_Click() Call PortOut(888, 255) CommandSemuaHidup.Enabled = FalseEnd Sub
Private Sub CommandSemuaMati_Click() Call PortOut(888, 0) CommandSemuaMati.Enabled = FalseEnd Sub
69