tugas akhir - pemodelan sistem - by nurdin ok

Upload: lutfy-abdulah

Post on 09-Jul-2015

389 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

TUGAS AKHIRPEMODELAN UNTUK KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN

MODEL DINAMIKA CADANGAN KARBON DI ATAS TANAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL PERDAGANGAN KARBON PADA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MENGGUNAKAN RIL (Reduce Impact Logging)(Studi Kasus HPH PT Suka Jaya Makmur, Provinsi Kalimatan Barat)

Disusun oleh : Nurdin Sulistiyono / IPH / E.161100041 Pembimbing : Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS Dr. Herry Purnomo, MCom

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

0

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

PENDAHULUAN

Latar Belakang REDD sebagai mekanisme baru muncul dalam agenda UNFCCC pada COP XIII di Bali. Dalam pelaksanaannya, kegiatan Aforestasi dan Reforestasi (A/R) CDM sangat sedikit memiliki peluang untuk diimplementasikan dalam proyek-proyek di sector kehutanan. Volume perdagangan karbon dari kegiatan A/R CDM hanya 0.002%, dan sisanya dari kegiatan CDM energi (IFCA 2007). Hal ini disebabkan oleh kompleksnya aturan dan prosedur perhitungan kredit penurunan emisi, dan sifat kredit yang dihasilkan tidak permanen seperti halnya kredit penurunan emisi dari proyek energi. REDD merupakan sebuah skema pengurangan emisi melalui penghindaran atau penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan. REDD tidak secara total langsung menghentikan aktivitas pemanfaatan hutan maupun rencana konversi hutan untuk penggunaan ekonomi lainnya. Kredit REDD diperoleh dari hasil simpanan emisi karbon yang mampu ditahan, dan dinamakan sebagai baseline. Baseline merepresentasikan laju emisi dari masa lalu dan proyeksinya ke masa yang akan datang sesuai dengan arah pengembangan strategis nasional. REDD

merepresentasikan suatu cara untuk memperoleh nilai baru dari sumber daya alam karbon yang dapat dikelola dengan mengubah keputusan strategis, sehingga nilai karbon tersimpan dapat lebih tinggi daripada arah strategi yang semula ditetapkan (Ministry of Forestry 2008). Cara kerja REDD Pengurangan emisi atau deforestasi yang dihindari diperhitungkan sebagai kredit. Jumlah kredit karbon yang diperoleh dalam waktu tertentu dapat dijual di pasar karbon. Sebagai alternatif, kredit yang diperoleh dapat diserahkan ke lembaga pendanaan yang dibentuk untuk menyediakan kompensasi finansial bagi negara negara peserta yang melakukan konservasi hutannya. Pemicu deforestrasi saat ini disebabkan oleh terjadinya pembalakan yang merusak dan konversi hutan untuk penggunaan lainnya, seperti padang penggembalaan ternak, lahan pertanian, dan perkebunan.

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

1

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

Pemanenan kayu konvensional merupakan teknik pemanenan kayu yang selama ini dipergunakan dalam pengelolaan hutan yang ditandai dengan sifat-sifat perencanaan yang kurang, penggunaan teknik pemanenan yang kurang tepat dan kurang terkontrol, serta kurang/tidak menerapkan teknik pemanenan kayu yang berpedoman pada TPTI. Teknik penebangan secara konvensional telah

mengakibatkan tingkat kerusakan pada tegakan tinggal. Kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur di hutan alam tropis dapat menimbulkan perubahan terhadap ekosistem hutan yang cukup besar. Dampak dari kegiatan pemanenan kayu di hutan alam, antara lain mengakibatkan kerusakan vegetasi hutan (tegakan tinggal dan tumbuhan bawah) dan kerusakan tanah. Hasil makalah (Davis, 2000; Elias, 2006; Keong, et al, 2006; Muhdi et al, 2006; Ramos et al, 2006; Butler, 2007) menyimpulkan bahwa dampak dari kegiatan pemanenan kayu dengan sistem TPTI mengakibatkan kerusakan tegakan tinggal sebesar 24 45% dan keterbukaan areal sebesar 20-35%. Disamping itu kegiatan pemanenan kayu berperan dalam menurunkan cadangan karbon di atas permukaan tanah minimal 50%. Di hutan tropis asia penurunan cadangan karbon akibat aktifitas pemanenan kayu berkisar antara 22-67% (Lasco, 2002; Butler, 2007). Penerapan Reduce Impact Logging (RIL) akan mampu menurunkan tingkat kematian tegakan tinggal akibat penebangan. RIL adalah suatu pendekatan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap pemanenan kayu. RIL memerlukan wawasan ke depan dan ketrampilan yang baik dari operator serta adanya kebijakan tentang lingkungan yang mendukungnya. Elias et al (2008) Alasan penerapan RIL adalah : 1. 2. 3. 4. Pengurangan resiko lingkungan dan sosial Ekonomi Pasar produk kehutanan Kebijakan dan penerapan yang tepat

Melalui penerapan RIL pada pengelolaan hutan produksi maka diharapkan tingkat kematian tegakan tinggal akibat tebangan dapat ditekan. Disamping itu

dengan adanya perdagangan karbon melalui mekanisme REDD+ melalui mekanisme adaptasi, penebangan menggunakan RIL pada pengelolaan hutan produksi berpotensi mendapatkan dana kompensasi dari besarnya karbon yang dapat disimpan oleh tegakan tinggal. Pertanyaan yang muncul adalah apakah dengan skema perdaganganLaporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

2

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

karbon yang sekarang berlaku layak secara finansial bagi pengelolaan hutan produksi menggunakan RIL?. Makalah ini mencoba memberikan gambaran mengenai dinamika struktur tegakan, cadangan karbon serta kelayakan finansial RIL dalam mekanisme perdagangan karbon pada HPH PT Suka Jaya Makmur, Provinsi Kalimantan Barat melalui simulasi sitem dinamik. Data dasar yang dipakai dalam pemodelan ini adalah menggunakan data penelitian Lidiawati, (2002) yang berjudul Analisis finansial pemanenan kayu dengan teknik reduced impact timber harvesting, Studi Kasus HPH PT Suka Jaya Makmur, Provinsi Kalimantan Barat.

Tujuan Adapun tujuan dari simulasi pemodelan ini adalah: 1. Mendapatkan gambaran tentang struktur dinamika tegakan pada pemanen menggunakan RIL dengan Convensional Logging (CL). 2. Mendapatkan gambaran simulasi sistim dinamis tentang potensi kandungan karbon pada pemanen menggunakan RIL dengan CL. 3. Mendapatkan gambaran simulasi sistim dinamis pada saat REDD+ diberlakukan pada pemanen menggunakan RIL. 4. Menenetukan model kelayakan REDD+ pada saat menggunakan RIL.

Hipotesis Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka hipotesis yang akan diuji pada simulasi pemodelan kali ini adalah: 1. Penerapan RIL akan meningkatkan cadangan karbon permukaan yang disimpan dalam tegakan hutan produksi. 2. Penggunaan RIL berpotensi dapat meningkatkan pendapatan pengelolaan hutan produksi pada mekanisme perdagangan karbon Batasan Model Model simulasi sistim dinamis yang dibangun pada makalah ini mempunyai beberapa batasan antara lain : a. Model hanya menghitung stok karbon di atas permukaan tanah b. Model dijalankan pada hutan produksi bekas tebangan, dalam hal ini HPH PT Suka Jaya Makmur.Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

3

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

METODE KONSEPTUAL Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan konsep dan tujuan model sistem yang akan dianalisis. Setelah itu ditentukan komponen-komponen sistem yang berkaitan dengan pencapaian tujuan model tersebut. Komponen-komponen tersebut diidentifikasi keterkaitannya dan merepresentasikan model tersebut dengan diagram kotak-panah (box-arrow). Pembatasan dan defenisi komponen-komponen dalam sistem sebagai berikut: 1. Daur adalah interval waktu (dalam tahun) antara dua penebangan yang berurutan di tempat yang sama dalam sistem sivikultur polisiklik. 2. Struktur tegakan (struktur tegakan horisontal) adalah banyaknya pohon per satuan.luas (per hektar) pada setiap kelas diameter. 3. Ingrowth didefinisikan sebagai besarnya tambahan terhadap banyaknya pohon per hektar pada kelas diameter terkecil selama periode waktu tertentu. 4. Upgrowth adalah besarnya tambahan jumlah pohon per hektar terhadap kelas diameter tertentu yang berasal dari kelas diameter dibawahnya dalam periode waktu tertentu. 5. Tingkat kematian logging adalah banyaknya pohon hektar yang mati pada setiap kelas diameter dalam periode waktu tertentu akibat penebangan. 6. Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme (tumbuhan) per satuan unit area pada suatu waktu. Biomassa biasanya dinyatakan dalam ukuran berat kering, dalam gram atau kalori, dengan unit satuan biomassa adalah kg per hektar (kg/ha) atau ton per hektar. Biomassa yang diukur pada simulasi kali ini adalah biomassa atas permukaan tanah (above ground biomass). 7. Karbon tersimpan adalah kandungan karbon yang tersimpan dalam keseluruhan total biomassa tegakan yang ada. 8. CL (Conventional Logging) adalah sistim pemanenan kayu secara konvensional. 9. RIL (Reduce Impact Logging) adalah sistim pemanenan kayu dengan cara meminimalisir jumlah kerusakan tegakan tinggal. 10. REL (Reference Emission Level) adalah tingkat kandungan karbon total yang digunakan sebagai base line dalam penghitungan penambahan stok karbon. Dalam model ini REL adalah kandungan karbon dengan sisitim CL.Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

4

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

11. Additionality adalah besarnyan tambahan stok karbon pada saat RIL jika dibandingkan dengan stok karbon dengan sisitim CL. 12. Plan Vivo Standart adalah standar penghitungan biaya yang diperlukan dalam REDD, biaya ini terdiri dari biaya validasi, verifikasi dan upah sertifikat CO2. 13. NPV (Net Present Value) adalah yaitu selisih antara manfaat (benefit) dengan biaya (cost) yang telah didiskonto. 14. Total Penerimaan merupakan pemasukan bersih dari hasil pemanenan kayu RIL dan perdagangan karbon melalui skema REDD. 15. Kelayakan finansial adalah besarnya NPV pada saat RIL dan REDD dijalankan dibandingkan dengan NPV CL.

Hubungan antar sub model Sub model dinamika struktur tegakan RIL dan CL menjelaskan dinamika jumlah pohon per hektar dan besarnya jumlah tebangan pada RIL dan CL. Sub model Pendapatan RIL dan CL menjelaskan besarnya jumlah pendapatan dari penebangan kayu berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan pada RIL dan CL. Sub model pendugaan stok karbon REL menjelaskan dinamika besarnya stok karbon CL. Sub model pendugaan additionality karbon menjelaskan besarnya tambahan stok karbon pada saat RIL dijalankan. Sub model pendapatan REDD menjelaskan besarnya nilai ekonomi yang akan didapatkan dari besarnya tambahan stok karbon menggunakan plan vivo standart. Sub model pendapatan carbon trade denagn skema REDD

menjelaskan besarnya nilai ekonomi yang akan didapatkan pada saat REDD dijalankan. Sub model kelayakan proyek REDD menjelaskan kelayakan REDD bila dibandingkan dengan CL. Gambar 1 berikut menjelaskan hubungan antar sub model yang dipakai dalam makalah ini.

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

5

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

Gambar 1. Hubungan antar sub model

SPESIFIKASI MODEL KUANTITATIF Data yang digunakan untuk menduga parameter-parameter model dinamika struktur tegakan dalam makalah ini berasal dari data simulasi : 1. Data Jumlah Pohon per hektar (N/ha) Data jumlah pohon per hektar pada setiap kelas diameter yang dipakai dalam pemodelan ini menggunakan data hasil penelitan Lidiawati (2002). 2. Persamaan Ingrowth Persamaan ingrowth menggunakan persamaan Krisnawati (2001) yakni Y = 3,98 + 0,0269 N/ha 0,33 LBDS, dimana Y adalah jumlah pohon, N/ha adalah jumlah pohon per hektar, LBDS adalah luas bidang dasar (m2/ha).Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

6

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

3. Persamaan Upgrowth Persamaan ingrowth menggunakan persamaan Krisnawati (2001) yakni Y = 0,214 0,00235 LBDS + 0,00925 Dbh 0,00012 Dbh2, dimana Y adalah jumlah pohon, LBDS adalah luas bidang dasar (m2/ha), Dbh adalah diameter setinggi dada (cm). 4. Persamaan Mortality Nilai mortality rate pada convensional logging untuk kelas diameter 10-19, 20-29, 30-39, 40-49, 50-59 pohon diasumsikan sebesar 8 %, sedangkan untuk kelas diameter 60 up sebesar 5%. Sedangkan pada RIL untuk kelas diameter 10-19, 20-29, 30-39, 40-49, 50-59 pohon diasumsikan sebesar 4 %, sedangkan untuk kelas diameter 60 up sebesar 3%. Asumsi ini berdasarkan hasil

penelitian Davis, (2000); Elias, (2006); Keong, et al, (2006); Muhdi et al, (2006); Ramos et al, (2006); Butler, (2007) menyimpulkan bahwa dampak dari kegiatan pemanenan kayu mengakibatkan kerusakan tegakan tinggal sampai 45% untuk seluruh tegakan atau seluruh kelas diameter. 5. Persamaan Penduga Biomassa Pohon Berdasarkan hasil penelitian Basuki et al (2009) menyatakan perhitungan biomassa pohon di atas permukaan tanah untuk hutan alam mengikuti persamaan : Ln Y = -1.498 + 2.234*lnDbh Dimana : Y Dbh : Kandungan Biomassa (ton/pohon) : diameter setinggi dada (cm)

6. Besarnya Kandungan karbon Tersimpan Besarnya faktor konversi kandungan karbon yang tersimpan untuk tiap pohon menggunakan faktor konversi Daniel, 2002 yaitu 47 % dari total biomassa. Sedangkan besarnya karbon tersimpan (ton/ha) adalah hasil kali biomassa dengan faktor konversi kandungan karbon. 7. Pendapatan Kayu Pendapatan dari penebangan kayu didapatkan dari perkalian jumlah penebangan dengan volume kayu dan harga kayu (diasumsikan harga kayu Rp. 1.000.000/ m3) dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan RIL dan CL (data biaya berdasarkan Lidiawati, 2002).Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

7

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

8. Biaya perdagangan karbon dengan skema plan vivo standart Besarnya biaya ini terdiri dari biaya validasi sebesar US$ 12500 per waktu validasi (5 th), biaya verifikasi sebesar US$ 30000 per waktu verifikasi (5 th) dan upah sertifikat CO2 sebesar US$ 0,30 per karbon yang terjual. Sumber : Kementerian Kehutanan (2009). 9. Pendapatan Karbon Pendapatan dari karbon pada skema REDD didapatkan dari perkalian addittionality karbon dengan volume kayu dan harga karbon yang berlaku di pasar (Saat ini harga karbon US$ 5 20 / ton, kurs rupiah 1 US$ = Rp. 8.500). 10. Persamaan NPV (Net Present Value) dirumuskan dalam persamaan :NPV t 1 n

Bt Ct (1 i )t

Dimana : NPV Bt Ct t i = = = = = Nilai sekarang netto (Rp/th) Penerimaan yang diperoleh pada tahun t (Rp/th) Biaya yang dikeluarkan pada tahun t (Rp/th) jangka waktu analisis tingkat suku bunga (discount rate) pada makalah ini diasumsikan tingkat suku bungan 10 %. 11. Kelayakan Perdagangan karbon Kelayakan REDD dikatakan layak jika pendapatan RIL dan REDD dengan pendapatn CL > 1, dan dikatakan tidak layak jika jika pendapatan RIL dan REDD dengan pendapatn CL 1.

HASIL SIMULASI MODEL

Simulasi Dinamis Struktur Tegakan (N/ha) Hasil simulasi sistim dinamis model struktur dinamika tegakan N/ha serta jumlah pohon yang ditebang pada saat CL dan RIL dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 berikut ini.

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

8

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

9

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 1611000411: NHA 1: 2: 300 100 2: KD60up

1

2

1: 2:

150 50

1

2 1 2 1 2 1: 2: 0 0 0 Page 1 26 53 Tahun 79 105 1:33 PM Mon, Jun 20, 2011

Gambar 2. Simulasi sistim dinamis jumlah pohon N/ha dan kelas diameter pohon 60 up dengan daur 20 th pada saat CL dijalankan

1: NHA 1: 2: 300 100

2: KD60up

1

2

1: 2:

150 50

1

2

1 2 1 2 1: 2: 0 0 0 Page 1 26 53 Tahun 79 105 1:39 PM Mon, Jun 20, 2011

Gambar 3.

Simulasi sistim dinamis jumlah pohon N/ha dan kelas diameter pohon 60 up dengan daur 20 th pada saat RIL dijalankan

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

10

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa pada saat penebangan dimana CL dijalankan, tren jumlah pohon N/ha sampai pada rotasi 20 tahun ke dua mengalami penurunan dan kemudian relatif stabil sampai pada akhir waktu simulasi yakni 105 th. Demikian juga untuk jumlah pohon N/ha pada saat RIL dijalankan seperti pada Gambar 3, menunjukkan tren yang sama, bedanya pada saat RIL dijalankan jumlah N/ha lebih besar dibandingkan N/ha pada saat CL dijalankan. Untuk jumlah pohon pada kelas diameter 60 up yang siap untuk ditebang, pada saat CL dan RIL dijalankan mempunyai pola yang sama, yakni sampai pada rotasi 20 th ke dua mengalami kenaikan, setelah itu mengalami penurunan dan seterusnya cenderung stabil sampai akhir waktu simulasi, bedanya jumlah pohon kelas diameter 60 up pada RIL lebih banyak daripada CL. Hal ini disebabkan karena pada saat RIL dijalankan jumlah kematian akibat penebangan lebih sedikit dibandingkan CL sehingga secara total akan mempengaruhi N/ha dan jumlah pohon yang ditebang.

Simulasi Dinamis Kandungan Karbon Hasil simulasi sistim dinamis kandungan karbon pada saat CL dan RIL dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5 berikut ini.

1: REL 1: 2: 300 1

2: CStockRIL

1 1: 2: 150 0 2 1 2 2 2

1 1

1: 2:

0 -1 0 26 53 Tahun 79 105 2:20 PM Mon, Jun 20, 2011

Page 4

Gambar 4.

Simulasi sistim dinamis REL dan yang menggambarkan stok kandungan karbon (ton/ha) dengan daur 20 th pada saat CL dijalankan 11

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

1: REL 1: 2: 1 300

2: CStockRIL

2

1: 2:

0 150

1

1

2

1

1

2

2

1: 2:

-1 0 0 26 53 Tahun 79 105 2:21 PM Mon, Jun 20, 2011

Page 4

Gambar 5.

Simulasi sistim dinamis REL dan yang menggambarkan stok kandungan karbon (ton/ha) dengan daur 20 th pada saat RIL dijalankan

Gambar 4 di atas menunjukan hasil simulasi dinamis REL (reference emission level) pada saat CL dijalankan sampai pada rotasi 20 tahun ke dua mengalami penurunan dan kemudian mengalami tren kenaikan sampai pada akhir waktu simulasi yakni 105 th. Sedangkan C stok RIL menunjukan nilai 0 (nol). Gambar 5 juga menunujukan tren yang sama pada saat RIL dijalankan, C stok RIL menunjukan tren penurunan sampai pada rotasi 20 tahun ke dua dan kemudian mengalami tren kenaikan sampai pada akhir waktu simulasi 105 th. Sedangkan REL menunjukan nilai 0 (nol). Bila dibandingkan kandungan karbon pada saat RIL (Gambar 5) dan kandungan karbon pada saat CL (Gambar 4), maka besarnya kandungan karbon pada saat RIL akan lebih tinggi jika dibandingkan kandungan karbon pada saat CL. Selisih inilah yang dinamakan additionality yang bisa dikompensasikan dalam bentuk uang dalam skema perdagangan karbon melalui REDD. Perbaikan teknik pemanenan dari CL ke RIL merupakan bentuk adaptasi teknologi yang lebih ramah lingkungan. Berdasarkan hasil simulasi besarnya additionality pada saat tahun ke 1 sebesar 170,21 ton/ha, kemudian naik pada tahun ke 20 sebesar 224,04 ton/ha. Namun tren besarnya additionality ini mengalami penurunan sampai akhir waktu simulasi yakni 66,02 ton/ha pada tahun ke 105.

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

12

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

Simulasi Dinamis NPV CL, NPV RIL, NPV REDD dan NPV RIL REDD Hasil simulasi sistim dinamis NPV CL, NPV RIL, NPV REDD dan NPV RIL REDD pada saat CL dan RIL dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7 berikut ini.

1: NPV CL 1: 2: 3: 4: 60000000 1

2: NPV RIL

3: NPV REDD

4: NPV RIL REDD

1: 2: 3: 4:

30000000 0 2 3 4 2 3 4 2 3 4 2 3 4

1: 2: 3: 4:

0 -1 0 1 26 1 53 Tahun 1 79 1 105 4:50 PM Mon, Jun 20, 2011

Page 3

Gambar 6.

Simulasi sistim dinamis NPV CL, NPV RIL, NPV REDD dan NPV RIL REDD yang menggambarkan tingkat pendapatan dengan daur 20 th dan harga karbon US$ 5 pada saat CL dijalankan2: NPV RIL 3: NPV REDD 4: NPV RIL REDD

1: NPV CL 1: 2: 3: 4: 1 60000000 20000000 100000000

1: 2: 3: 4:

0 30000000 10000000 50000000

1 4

1

1 2

1

4 1: 2: 3: 4: -1 0 0 0 0 Page 3 4 2 3 26 2 3 53 Tahun 79 3 4 2 3 105 4:52 PM Mon, Jun 20, 2011

Gambar 7.

Simulasi sistim dinamis NPV CL, NPV RIL, NPV REDD dan NPV RIL REDD yang menggambarkan tingkat pendapatan dengan daur 20 th dan harga karbon US$ 5 pada saat RIL dijalankan

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

13

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

Pada Gambar 6 dapat kita lihat besarnya pendapatan dalam bentuk NPV pada saat CL dijalankan, dimana tren NPV mengalami kenaikan sampai pada tahun ke 40, kemudian mengalami fluktuasi sampai akhir tahun simulasi. Pendapatan NPV CL maksimum akan dicapai pada tahun ke 40 dimana NPV CL sebesar Rp. 54.376.365,58 per hektar. Tren yang sama untuk NPV RIL seperti pada Gambar 7 di atas, nilai NPV RIL akan maksimum pada tahun ke 40 yakni sebesar Rp. 58.085.866,84 per hektar. Disini dapat kita lihat bahwa besarnya NPV RIL lebih besar dibandingkan NPV CL, hal ini disebabkan jumlah kayu yang ditebang pada RIL untuk tahun ke 40 lebih besar dibandingkan CL. Disamping itu besarnya kenaikan biaya dengan menerapkan RIL relatif sedikit yakni sebesar Rp. 3.582,96 per m3, dimana total biaya CL sebesar Rp. 471.575,57 per m3 sedangkan total biaya RIL Rp. 475.158,53 per m3. NPV REDD ini dihitung setiap 5 tahun sekali yakni pada saat verifikasi dan validasi sesuai standar plan vivo. Besarnya NPV REDD pada saat RIL dijalankan seperti yang tampak pada Gambar 7 tampak mengalami kenaikan untuk satu kali daur (20 tahun), namun antar daur mengalami penurunan sampai daur ke 3 (60 th), kemudian relatif stabil sampai akhir waktu simulasi. Hasil simulasi NPV pada

masing-masing tipe tebangan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Hasil simulasi NPV pada saat CL dan RIL untuk daur 20 th NPV (Rp/ha) Tahun0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 CL 15,220,338.19 RIL 15,219,805.61 REDD 9,791,544.60 9,567,934.06 10,482,907.72 10,868,319.03 11,087,024.04 7,243,761.10 7,418,616.54 7,530,615.32 7,606,804.93 3,000,559.56 3,399,426.86 3,681,044.02 3,853,771.76 1,901,362.92 2,650,742.26 3,357,589.99 3,971,325.94 3,297,658.10 4,014,848.83 4,564,347.88 4,917,427.86 REDDSTOCK 0 9,791,544.60 19,359,478.66 29,842,386.38 40,710,705.41 11,087,024.04 18,330,785.14 25,749,401.68 33,280,017.01 7,606,804.93 10,607,364.49 14,006,791.35 17,687,835.38 3,853,771.76 5,755,134.68 8,405,876.93 11,763,466.93 3,971,325.94 7,268,984.04 11,283,832.87 15,848,180.74

RIL REDstok 15,219,805.61

45,800,987.92

46,777,050.40

87,487,755.81

54,376,365.58

58,085,866.84

91,365,883.84

25,697,633.68

29,749,583.94

47,437,419.32

17,166,498.20

15,742,036.11

27,505,503.04

25,175,594.42

25,448,139.34

41,296,320.08

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

14

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat kita lihat bahwa besarnya NPV CL lebih besar daripada NPV RIL pada tahun ke 0 dan 80, sedangkan pada tahun ke 20, 40, 60 dan 100 NPV RIL lebih besar daripada NPV CL. Hal ini memperlihatkan secara agregat RIL lebih menguntungkan dibandingkan CL. Apabila mekanisme

perdagangan karbon dijalankan melalui mekanisme REDD, maka keuntungan tambahan dapat diperoleh melalaui kenaikan stok karbon yang dapat dikompensasi. Pada Tabel 1 di atas besarnya akumulasi stok karbon pada akhir tahun daur (th ke-20, 40, 60, dan 80) terlihat menurun, kemudian naik lagi pada akhir daur th ke 100. Nilai ini merupakan additionality value dengan diberlakukannya REDD. Sehingga total pendapatan pada saat menggunakan RIL dan REDD nilainya adalah seperti yang tercantum dalam kolom RIL REDDstok. Nilai total ini berfluktuasi tergantung dari selisih karbon stok pada saat RIL dengan CL.

KESIMPULAN

Kesimpulan Dari Model Model Dinamika Cadangan Karbon Di Atas Tanah Dan Kelayakan Finansial Perdagangan Karbon Pada Pengelolaan Hutan Produksi Menggunakan Ril di HPH PT Suka Jaya Makmur, Provinsi Kalimatan Barat adalah : 1. Manfaat yang diperoleh dengan memberlakukan RIL lebih baik secara ekologi dan ekonomi dibandingkan CL. 2. Kenaikan biaya akibat penerapan RIL masih lebih rendah dibandingkan dengan manfaat ekonomi dan ekologi yang akan diperoleh. 3. Peningkatan cadangan karbon permukaan yang disimpan dalam tegakan hutan produksi pada RIL lebih besar dibandingkan CL 4. Penerapan RIL berpotensi meningkatkan tambahan pendapatan pada saat REDD diberlakukan.

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

15

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

DAFTAR PUSTAKA

Basuki TM, van Laake PE, Skidmore AK and Hussin YA. 2009. Allometric Equation For Estiamting Above-Ground Biomass in Tropical Low Land Dipterocarp Forest. Forest Ecology and Management 257: 1684-1694 Butler, R.A. 2007. Reduces Impact Logging: Sustainable Logging and Improved Forest Management. Tropical Forest. Mongabay.com [10 Juni 2011]. Davis, A.J. 2000. Does Reduced- Impact Logging Help reserve Biodeversity in Tropical Rainforest? A ase Study form Borneo Using Dung Beetles (Coleoptera; Scarabaeoidea) as Indicators. Environmental Entomology, Vol 29, No.3, June 2000: 467-475. Elias., Grahame, A., Kuswata, K., Machfudh., Art, K. 2008. Reduced Impact Logging Guidelines for Indonesia. ITTO, Dephutbun, CIFOR, CIRAD, INHUTANI II, WCS. Bulungan. Elias. 2006. Financial analysis of RIL Implementation in the forest concession area of PT Suka Jaya Makmur, West Kalimantan and Its future implementation option. Proceeding in the ITTO MoF Regional Workshop on RIL implementation in Indonesia with Refrence to Asia-Pacific Region; Review and Experiences, held in Bogor, Indonesia, February 15 16, 2006. IFCA, 2007. Consolidation Report : Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation in Indonesia, Published by FORDA Indonesia. Kementerian Kehutanan RI. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 36/Menhut-II/2009 Tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon Pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung. Keong, G.B., Shaari, A.A.N., dan Ahmad, Z. 2006. The logfisher Its development and application in a new ground-based reduced impact logging system in Peninsular, Malaysia. Proceeding in the ITTO MoF Regional Workshop on RIL implementation in Indonesia with Reference to Asia-Pacific Region; Review and Experiences, held in Bogor, Indonesia, February 15 16 2006. Krisnawati, H. 2001. Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur dengan Pendekatan Dinamika Struktur Tegakan (Kasus Hutan Alam Bekas Tebangan). Institut Pertanian Bogot. Tesis. Tidak dipublikasikan. Lidiawati, I. 2002. Analisis finansial pemanenan kayu dengan teknik reduced impact timber harvesting. Studi Kasus HPH PT Suka Jaya Makmur, Provinsi Kalimantan Barat. Institut Pertanian Bogor. Tesis. Tidak dipublikaikan. Ramos, C.A., O. Carvalho and B.D. Amaral. 2006. Short-term effects of reducedimpact logging on eastern Amazon fauna. Forest Ecology and Management, Vol.2322, No.1-3 : 26-35.Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

16

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

Lampiran 1. Sub-Sub Model yang dibangun 1. Sub Model Dinamika Struktur Tegakan RIL dan CL

Dinamika Struktur Tegakan RIL dan CL RIL NHA RIL LBDSTot

D6 RIL D2 D1 D3 D4 D5

TingkatKematianLogging1 NHA

TingkatKematianLogging2

TingkatKematianLogging3

TingkatKematianlogging6 TingkatKematanlogging4 TingkatKematianlogging5 Daur

KD1019 Upg1 Ingrowth

KD2029 Upg2

KD3039 Upg3

KD4049 Upr4

KD5059 Upg5

KD60up PenebanganCL

VolumeTebangan

LBDSTot

PenebanganCL

LBDSTot

PendugaanVolumeTebangan

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

16

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

2. Sub Model Pendapatan RIL dan CL

Pendapatan RIL dan CL PenanamanTK NPV CL 2 Pengurangan NPV CL PersemaianPembibitan LitBang PerlindunganHutan RIL KontruksiJalanSarad RehabilitasiPemanenan Penebangan ITT HargaKay uB Daur Penjarangan PAK PerencanaanOperasionalPemanenan PenandaanJalanSarad

VolumeTebangan

TambahanNPV CL PenanamanPengay aan Biay aPembinaanHutanR

PemeliharaanIsdIII

NETBC Penerimaan

BiayaPembinaanHutanR

BiayaPemanenanR Daur

WinchingPeny aradan ITSP BinaDesa Inv estasi KewajibanKpdPemerintah

Pengeluaran NPV CL

Biay aPemanenanR PengupasanPembagianBatang

TambahanNPV RIL Daur

NPV RIL 2

Pengurangan NPV RIL PWH

InspeksiBlok

MuatBongkar Biay aTotR RIL SukuBunga NPV RIL RIL Daur Manajemen PenebanganCL PerakitanTongkang Pengangkutan

Perencanaan

PemeliharaaanJalan

Daur

SukuBunga

PemeliharaanAlatBangunan

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

17

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

3. Sub Model Pendugaan Stok Karbon REL

Pendugaan Stok Karbon REL KD1019 KD2029 KD3039 KD4049 KD5059 KD60up

D1019

D2029

D3039 D4049

D5059

D60up

BiomassaKD1019 BiomassaKD2029

BiomassaKD3039 BiomassaKD4049

BiomassaKD5059

BiomassaKD60up

BiomasaTotal

Conv ersiC

REL

RIL

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

18

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

4. Sub Model Pendugaan Addtionality Karbon

Pendugaan Additionality Carbon

CStockRIL

RIL

BiomasaTotal

ConversiC

REL Additionality

5. Sub Model plan vivo standard

Pendugaan REDD Income dengan PlanViv o Standard

Timeof ValidationAndVerif ication Additionality Cost

CostOf Ef ectiv ity

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

19

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

6. Sub Model Pendugaan Pndapatan Perdagangan Karbon dengan REDD

Income Carbon Trade dengan Skema REDD

Additionality CostOfEfectivity C Price

SukuBunga

TimeofValidationAndVerification

NPV REDD

Benef itC NPVREDDStock RIL

NPVREDDStock

TambahanNPVPeriode

REDDStock NPV RIL REDD NPV RIL Daur

7. Sub Model Kelayakan Proyek REDD

Kelay akan Proy ek REDD

NPV RIL REDD

UjiKelay akan

Daur

NPV CL

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

20

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

Lampiran 2. Equation Model

Dinamika Struktur Tegakan CL KD1019(t) = KD1019(t - dt) + (Ingrowth - Upg1 - TingkatKematianLogging1) * dtINIT KD1019 = 95 INFLOWS: Ingrowth = 3.98+0.03*NHA-0.3*LBDSTot OUTFLOWS: Upg1 = (0.214-0.00235*LBDSTot+0.00925*d1-0.00012*(d1)^2)*KD1019 TingkatKematianLogging1 = if RIL=0 and PenebanganCL>0 then 0.08*KD1019 else if RIL=1 and PenebanganCL>0 then 0.04*KD1019 else 0 KD2029(t) = KD2029(t - dt) + (Upg1 - Upg2 - TingkatKematianLogging2) * dtINIT KD2029 = 42 INFLOWS: Upg1 = (0.214-0.00235*LBDSTot+0.00925*d1-0.00012*(d1)^2)*KD1019 OUTFLOWS: Upg2 = (0.214-0.00235*LBDSTot+0.00925*d2-0.00012*(d2)^2)*KD2029 TingkatKematianLogging2 = if RIL=0 and PenebanganCL>0 then 8/100*KD2029 else if RIL=1 and PenebanganCL>0 then 4/100*KD2029 else 0 KD3039(t) = KD3039(t - dt) + (Upg2 - Upg3 - TingkatKematianLogging3) * dtINIT KD3039 = 40 INFLOWS: Upg2 = (0.214-0.00235*LBDSTot+0.00925*d2-0.00012*(d2)^2)*KD2029 OUTFLOWS: Upg3 = (0.214-0.00235*LBDSTot+0.00925*d3-0.00012*(d3)^2)*KD3039 TingkatKematianLogging3 = if RIL=0 and PenebanganCL>0 then 8/100*KD3039 else if RIL=1 and PenebanganCL>0 then 4/100*KD3039 else 0 KD4049(t) = KD4049(t - dt) + (Upg3 - Upr4 - TingkatKematanlogging4) * dtINIT KD4049 = 22 INFLOWS: Upg3 = (0.214-0.00235*LBDSTot+0.00925*d3-0.00012*(d3)^2)*KD3039 OUTFLOWS: Upr4 = (0.214-0.00235*LBDSTot+0.00925*d4-0.00012*(d4)^2)*KD4049 TingkatKematanlogging4 = if RIL=0 and PenebanganCL>0 then 8/100*KD4049 else if RIL=1 and PenebanganCL>0 then 4/100*KD4049 else 0 KD5059(t) = KD5059(t - dt) + (Upr4 - TingkatKematianlogging5 - Upg5) * dtINIT KD5059 = 16 INFLOWS: Upr4 = (0.214-0.00235*LBDSTot+0.00925*d4-0.00012*(d4)^2)*KD4049 OUTFLOWS: TingkatKematianlogging5 = if RIL=0 and PenebanganCL>0 then 8/100*KD5059 else if RIL=1 and PenebanganCL>0 then 4/100*KD5059 else 0 Upg5 = (0.214-0.00235*LBDSTot+0.00925*d5-0.00012*(d5)^2)*KD5059 KD60up(t) = KD60up(t - dt) + (Upg5 - PenebanganCL - TingkatKematianlogging6) * dtINIT KD60up = 26Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

21

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

INFLOWS: Upg5 = (0.214-0.00235*LBDSTot+0.00925*d5-0.00012*(d5)^2)*KD5059 OUTFLOWS: PenebanganCL = if mod(time,Daur)=0 then KD60up else 0 TingkatKematianlogging6 = if RIL=0 and PenebanganCL>0 then 6/100*KD60up else if RIL=1 and PenebanganCL>0 then 3/100*KD60up else 0 D1 = 0.15 D2 = 0.25 D3 = 0.35 D4 = 0.45 D5 = 0.55 D6 = 0.65 Daur = 0 LBDSTot = ((0.25)*3.14*(D1)^2)*KD1019+ ((0.25)*3.14*(D2)^2)*KD2029+ ((0.25)*3.14*(D3)^2)*KD3039+ ((0.25)*3.14*(D4)^2)*KD4049+ ((0.25)*3.14*(D5)^2)*KD5059+ ((0.25)*3.14*(D6)^2)*KD60up NHA = KD1019+KD2029+KD3039+KD4049+KD5059+KD60up PendugaanVolumeTebangan = 0.25*3.14*(60/100)^2*20*0.7 VolumeTebangan = PenebanganCL*PendugaanVolumeTebangan

Pendapatan RIL dan CL NPV_CL_2(t) = NPV_CL_2(t - dt) + (TambahanNPV_CL - Pengurangan_NPV_CL) * dtINIT NPV_CL_2 = 0 INFLOWS: TambahanNPV_CL = NPV_CL OUTFLOWS: Pengurangan_NPV_CL = if mod (time,Daur)=0 then NPV_CL_2 else 0 NPV_RIL_2(t) = NPV_RIL_2(t - dt) + (TambahanNPV_RIL Pengurangan_NPV_RIL) * dtINIT NPV_RIL_2 = 0 INFLOWS: TambahanNPV_RIL = NPV_RIL OUTFLOWS: Pengurangan_NPV_RIL = if mod (time,Daur)=0 then NPV_RIL_2 else 0 BiayaPemanenanR = if PenebanganCL>0 then InspeksiBlok+ITSP+KontruksiJalanSarad+MuatBongkar+PenandaanJalanSar ad+Penebangan+Pengangkutan+PengupasanPembagianBatang+PerakitanTon gkang+PerencanaanOperasionalPemanenan+RehabilitasiPemanenan+Winchin gPenyaradan else 0 BiayaPembinaanHutanR = ITT+LitBang+PAK+PemeliharaanIsdIII+PenanamanPengayaan+PenanamanT K+Penjarangan+PerlindunganHutan+PersemaianPembibitan BiayaTotR = if mod(time,10)=0 then BinaDesa+Investasi+KewajibanKpdPemerintah+Manajemen+PemeliharaaanJ alan+PemeliharaanAlatBangunan+Perencanaan+PWH else 0Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

22

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

BinaDesa = 1500 HargaKayuB = 1000000 InspeksiBlok = 34.63 Investasi = 74274 ITSP = if RIL=0 then 1601.8 else if RIL=1 then 2095.79 else 0 ITT = if mod(time,Daur+1)=0 then 7500 else 0 KewajibanKpdPemerintah = 110000 KontruksiJalanSarad = if RIL=0 then 0 else if RIL=1 then 9821.71 else 0 LitBang = 1500 Manajemen = 45225 MuatBongkar = 4050 NETBC = Penerimaan-Pengeluaran NPV_CL = if mod(time,Daur)=0 and RIL=0 then ((NETBC)/(1+SukuBunga)^Daur) else 0 NPV_RIL = if mod(time,Daur)=0 and RIL=1 then ((NETBC)/(1+SukuBunga)^Daur) else 0 PAK = if mod(time,Daur+2)=0 then 8000 else 0 PemeliharaaanJalan = 14580 PemeliharaanAlatBangunan = 8949 PemeliharaanIsdIII = 6000 PenanamanPengayaan = if mod(time,Daur+4)=0 then 9000 else 0 PenanamanTK = if mod(time,Daur+3)=0 then 1500 else 0 PenandaanJalanSarad = 233.69 Penebangan = if RIL=0 then 1871.44 else if RIL=1 then 1924.54 else 0 Penerimaan = HargaKayuB*VolumeTebangan Pengangkutan = 68282 Pengeluaran = BiayaPemanenanR+BiayaPembinaanHutanR+BiayaTotR PengupasanPembagianBatang = 1350 Penjarangan = if mod(time,Daur+5)=0 then 8500 else 0 PerakitanTongkang = 14796 Perencanaan = 12595 PerencanaanOperasionalPemanenan = if RIL=0 then 0 else if RIL=1 then 306.12 else 0 PerlindunganHutan = 1500 PersemaianPembibitan = if mod(time,Daur+2)=0 then 22000 else 0 PWH = 29700 RehabilitasiPemanenan = 1581.84 SukuBunga = 0.10 WinchingPenyaradan = if RIL=0 then 17067.64 else if RIL=1 then 8359.21 else 0

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

23

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

Pendugaan Stok Karbon (RIL REL) BiomasaTotal = BiomassaKD1019+BiomassaKD2029+BiomassaKD3039+BiomassaKD4049+ BiomassaKD5059+BiomassaKD60up BiomassaKD1019 = LOGN((-1.498 + 2.234*(LOGN(D1019))))*KD1019 BiomassaKD2029 = LOGN((-1.498 + 2.234*(LOGN(D2029))))*KD2029 BiomassaKD3039 = LOGN((-1.498 + 2.234*(LOGN(D3039))))*KD3039 BiomassaKD4049 = LOGN((-1.498 + 2.234*(LOGN(D4049))))*KD4049 BiomassaKD5059 = LOGN((-1.498 + 2.234*(LOGN(D5059))))*KD5059 BiomassaKD60up = LOGN((-1.498 + 2.234*(LOGN(D60up))))*KD60up ConversiC = 0.47 D1019 = 15 D2029 = 25 D3039 = 35 D4049 = 45 D5059 = 60 D60up = 70 REL = if RIL=0 then BiomasaTotal*ConversiC else 0

Skenario RIL RIL = 0 Pendugaan Additionality Additionality = CStockRIL-REL CStockRIL = if RIL=1 then BiomasaTotal*ConversiC else 0

Pendugaan REDD Income dengan PlanVivo Standard Cost[Validation] = if mod(time,0)=TimeofValidationAndVerification then 12500 else 0 Cost[Verification] = if mod(time,0)=TimeofValidationAndVerification then 30000 else 0 Cost[C_Certification] = 0.3 CostOfEfectivity = (Cost[Validation]+Cost[Verification]+(Cost[C_Certification]*Additionality))* 8500 TimeofValidationAndVerification = 5

Laporan Tugas Mata Kuliah Pemodelan Untuk Kehutanan dan Lingkungan

24

Nurdin Sulistiyono / IPH / E. 161100041

Income Carbon Trade NPVREDDStock(t) = NPVREDDStock(t - dt) + (TambahanNPVPeriode REDDStock) * dtINIT NPVREDDStock = 0 INFLOWS: TambahanNPVPeriode = NPV_REDD OUTFLOWS: REDDStock = if mod (time,Daur)=0 then NPVREDDStock else 0 BenefitC = if RIL=1 then (C_Price*Additionality)-CostOfEfectivity else 0 C_Price = 0 NPV_REDD = if Mod(time,TimeofValidationAndVerification)=0 then BenefitC/(1+SukuBunga)^TimeofValidationAndVerification else 0 NPV_RIL_REDD = NPVREDDStock+NPV_RIL

Kelayakan Proyek REDD UjiKelayakan = if mod(time,Daur)=0 and NPV_CL>NPV_RIL_REDD then 0 else if mod(time,Daur)=0 and NPV_CL