tugas akhir akpem ok

31
PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PADA RSUD TUGUREJO SEMARANG LATAR BELAKANG Pada tanggal 28 Agustus 2008 telah dimulai babak baru pembaruan pengelolaan organisasi di instansi pemerintah dengan telah diundangkannya Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang merupakan turunan Undang- Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, di mana dalam Undang-undang tersebut pasal 58 ayat (1) dan (2) dinyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku kepala pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh, yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 dijelaskan bahwa untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan dan kinerja, setiap entitas pelaporan akuntansi wajib menyelenggarakan sistem pengendalian internal sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang terkait. Dalam penjelasan umum PP 60 Tahun 2008, dinyatakan bahwa Undang-undang di bidang keuangan negara membawa implikasi perlunya sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan. Hal ini baru dapat dicapai jika seluruh tingkat pimpinan menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas keseluruhan kegiatan di instansi masing-masing. Dengan demikian maka penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efisien dan efektif. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi

Upload: zulherizal-zainal

Post on 30-Jun-2015

402 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS AKHIR AKPEM ok

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

PADA RSUD TUGUREJO SEMARANG

LATAR BELAKANG

Pada tanggal 28 Agustus 2008 telah dimulai babak baru pembaruan pengelolaan organisasi

di instansi pemerintah dengan telah diundangkannya Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008

tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang merupakan turunan Undang-Undang

No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, di mana dalam Undang-undang tersebut pasal

58 ayat (1) dan (2) dinyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku kepala pemerintahan mengatur dan

menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh,

yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya juga dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 8 Tahun 2006 dijelaskan bahwa untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan dan

kinerja, setiap entitas pelaporan akuntansi wajib menyelenggarakan sistem pengendalian internal

sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang terkait.

Dalam penjelasan umum PP 60 Tahun 2008, dinyatakan bahwa Undang-undang di bidang

keuangan negara membawa implikasi perlunya sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih

akuntabel dan transparan. Hal ini baru dapat dicapai jika seluruh tingkat pimpinan

menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas keseluruhan kegiatan di instansi masing-masing.

Dengan demikian maka penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus dilaksanakan

secara tertib, terkendali, serta efisien dan efektif. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat

memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah

dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan keuangan negara

secara andal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan. Sistem ini dikenal sebagai Sistem Pengendalian Intern yang dalam penerapannya harus

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan

sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah tersebut.

Salah satu tujuan utama dari SPIP adalah melaporkan pengelolaan keuangan negara secara

andal, bebas dari segala bentuk kecurangan dan salah saji berdasarkan sistem dan prosedur yang

dapat dipertanggungjawabkan. Karena dari pelaporan pengelolaan keuangan (baik laporan

keuangan maupun laporan kinerja) tersebutlah dapat dilihat tingkat keberhasilan dan semua tujuan

dari SPIP.

Page 2: TUGAS AKHIR AKPEM ok

Hasil evaluasi kinerja atas Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK

BLUD) RSUD Tugurejo Semarang tahun buku 2009 yang penulis lakukan dengan tim, menunjukkan

permasalahan utama adalah validitas data yang menjadi sumber penyusunan Laporan Keuangan

maupun Laporan Kinerja. Dari hasil evaluasi diketahui data-data sumber penyusunan laporan yang

dihasilkan manajemen diragukan kevalidannya, karena berbeda-beda pada setiap tingkatan/bidang

yang menjadi sumber data tersebut. Hal tersebut menurut penulis erat kaitannya dengan penerapan

SPIP pada RSUD Tugurejo Semarang yang belum mengacu pada PP 60 Tahun 2008, sebagaimana

hasil pemetaan SPIP yang dilakukan.

Makanya atas permasalahan di atas, penulis coba menguraikan hasil pemetaan/diagnostic

assesment SPIP pada RSUD Tugurejo Semarang terkait dengan hal-hal yang menjadi permasalahan

dalam evaluasi kinerja tersebut. Hasil pemetaan tersebut telah dibahas oleh tim dengan pihak RSUD

Tugurejo Semarang dan telah disepakati untuk melakukan perbaikan-perbaikan.

PERMASALAHAN

Dari laporan audit BPK atas LKPP maupun LKPD terlihat bahwa selama ini BPK dalam

melakukan pengujian dan penilaian efektivitas SPIP secara konseptual mendasarkan pada framework

SPI berbasis COSO yang terdiri dari lima komponen utama yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian

risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta monitoring.

Berdasarkan hasil survei Tim Pengembangan SPIP pada Deputi Pengawasan Instansi

Pemerintah Bidang Perekonomian BPKP di beberapa Departemen/Kementerian dan LPND, diketahui

belum ada satu Departemen/Kementerian/LPND pun yang menetapkan SPIP yang berlaku di

instansinya secara formal. Namun, mereka menyatakan untuk mewujudkan penyelenggaraan

pemerintahan yang efektif, mereka melaksanakan pengawasan melekat yang diatur dalam Instruksi

Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan dan Instruksi Presiden No.

1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat, yang telah disempurnakan

melalui Keputusan Menteri PAN No. 30 Tahun 1994 tentang petunjuk Pelaksanaan Pengawasan

Melekat yang diperbaharui dengan Keputusan Menteri PAN No. KEP/46/M.PAN/2004. Terminologi

pengawasan melekat (waskat) dalam aturan tersebut disepadankan dengan pengendalian

manajemen atau pengendalian intern. Unsur-unsur pengawasan melekat yang dimaksud adalah:

pengorganisasian, personil, kebijakan, perencanaan, prosedur, pencatatan, pelaporan, supervisi dan

reviu intern.

Namun demikian penerapan SPIP yang mengacu pada Internal Control versi COSO bukanlah

suatu pekerjaan yang mudah. Dari pengamatan tampak bahwa masih banyak tantangan yang harus

dihadapi baik dalam membangun ‘hard control’, maupun ‘soft control’ yang memadai. Saat ini,

pengembangan ‘hard control’ SPIP banyak yang masih sebatas formalitas belaka. Salah satu contoh

Page 3: TUGAS AKHIR AKPEM ok

adalah penerapan manajemen kinerja di sektor publik. Pengembangan manajemen kinerja yang

dirintis melalui Inpres Nomor 7 Tahun 1999 masih menemui banyak kendala. Walaupun saat ini

sudah banyak instansi pemerintah yang mampu menyusun LAKIP, namun belum dimanfaatkan

sebagai alat dalam pengukuran kinerja dan perbaikan kebijakan publik.

Selain itu keterbatasan SDM juga menjadi hambatan yang cukup berpengaruh. Salah satu

contoh adalah saat ini terdapat kurang lebih 21.700 satuan kerja yang membutuhkan tenaga

akuntansi agar dapat menyusun Laporan Keuangan. Hal ini menjadi masalah karena pemerintah

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Demikian juga pada

aspek lain seperti pengembangan sistem informasi yang handal membutuhkan SDM di bidang

Information and Comunication Technology yang cukup besar.

Sampai saat inipun, sebagai peraturan yang relatif tergolong baru, SPIP sebagaimana PP 60

tahun 2008 tersebut masih belum tersosialisasikan dengan baik ke seluruh satuan kerja pemerintah,

baik pusat maupun daerah. Hal tersebut juga penulis temui ketika melakukan evaluasi kinerja pada

RSUD Tugurejo Semarang atas tahun buku 2009, saat melakukan penelaahan SPIP sebagai salah satu

bagian yang mendasari penilaian kinerja. Penulis dengan anggota tim sebelum menilai penerapan

unsur-unsur SPIP, didahului dengan melakukan pemetaan terhadap pemahaman PP 60 tahun 2008

tentang SPIP tersebut, karena hanya bagian SPI saja yang pernah mendapatkan sosialisasi. Laporan-

laporan yang dihasilkan oleh RSUD Tugurejo Semarang belum andal, karena tidak didukung dengan

data yang valid, yang salah satu penyebabnya menurut penulis adalah lemahnya SPIP pada RSUD

Tugurejo Semarang. Permasalahan yang penulis temukan pada saat evaluasi kinerja tersebut, antara

lain:

Keandalan sistem informasi

Berdasarkan evaluasi terhadap keberadaan SIM RSUD Tugurejo Semarang, sejak tahun 2003,

pada dasarnya RSUD Tugurejo Semarang telah memiliki dan mengembangkan SIM-RS terkait

kegiatan operasional yang meliputi: sistem operasi rekam medik, billing system, jasa pelayanan

dan kinerja. RSUD belum memiliki SIM-RS terkait sistem informasi akuntansi (masih manual).

Dalam implementasinya, proses input data medis dan non medis di setiap bagian/instalasi

terkait belum dapat dilakukan dengan konsisten. Terkait data medik khususnya di Instalasi

Rawat Jalan dan Instalasi Penunjang (Radiologi, Laboratorium), SIM-RS masih terbatas

menginformasikan jumlah kunjungan pasien berdasarkan registrasi/pendaftaran dan belum

memuat validasi jumlah riil kunjungan pasien yang dilakukan tindakan. Di samping itu, proses

rekonsiliasi data terkait data SIM-RS belum dilakukan dengan tertib oleh masing-masing

bagian/instalasi.

Hal ini antara lain disebabkan:

Page 4: TUGAS AKHIR AKPEM ok

- Masih terbatasnya jumlah SDM/administratur yang menangani SIM-RS.

- Belum optimalnya aplikasi SIM-RS sebagai media untuk merekam semua data

transaksi/kegiatan rumah sakit.

- Kurangnya koordinasi antar bagian/instalasi dalam menginput data dan proses rekonsiliasi

dengan tertib dan konsisten.

Kondisi tersebut mengakibatkan informasi yang dihasilkan oleh SIM-RS belum akurat dan masih

berbeda dengan data riil di masing-masing bagian/instalasi sehingga SIM-RS belum dapat

digunakan sebagai basis pengambilan keputusan oleh manajemen.

Ketaatan Terhadap Peraturan

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja RSUD Tugurejo Semarang tahun 2009, diketahui bahwa

penyusunan RSB, RBA, Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja tahun 2009 belum sesuai dengan

pedoman yang berlaku, dengan uraian sebagai berikut:

a. RSB/RBA

- RSB/RBA yang disusun belum memuat informasi mengenai target/rencana pencapaian

indikator-indikator yang telah ditetapkan pada SPM, pedoman penyusunan RBA, dan

indikator penting lainnya.

- RSB/RBA kurang dikomunikasikan/disosialisasikan kepada masing-masing bidang/bagian

terkait, yang antara lain ditandai dengan masih terjadinya perbedaan penyajian

target/rencana utilitas dalam laporan kegiatan/kinerja masing-masing bidang/bagian.

b. Laporan Keuangan

- Belum ada pedoman dan kebijakan akuntansi sesuai Standar Akuntansi Keuangan dalam

proses penyusunan laporan keuangan BLUD.

- Proses penyusunan laporan keuangan belum dilakukan secara sistematis berdasarkan

dokumen sumber atas transaksi/kejadian yang terjadi, namun masih berdasarkan

kompilasi Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dari bagian/bidang terkait. Dalam hal ini,

Bagian Akuntansi tidak didukung copy/tembusan dokumen sumber.

- Dalam proses terjadinya transaksi/kejadian, belum terdapat mekanisme verifikasi yang

memadai antara bagian keuangan/bendahara, bagian akuntansi dan bagian/bidang

terkait.

- Belum semua penerimaan dicatat sebagai pendapatan BLUD sebagaimana Pasal 61

Permendagri 61 Tahun 2007.

c. Laporan Kinerja

- Laporan kinerja yang disusun belum memuat informasi mengenai pencapaian indikator-

indikator yang telah ditetapkan pada Standar Pelayanan Minimal (SPM), indikator-

Page 5: TUGAS AKHIR AKPEM ok

indikator capaian kinerja rumah sakit berdasarkan perencanaan (RSB/RBA) yang telah

ditetapkan, dan informasi penting lainnya.

- Belum semua bidang/bagian menyusun laporan kegiatan/kinerja yang mendukung

informasi Laporan Kinerja RSUD (konsolidasi). Bahkan khususnya terkait data medis,

laporan yang disajikan masing-masing bidang/bagian masih berbeda-beda.

- Penyampaian laporan kegiatan/kinerja secara berkala (bulanan, triwulan, semester,

tahunan) belum dilakukan dengan tertib.

Selain itu manajemen juga belum menerapkan pengisian daftar hadir/absensi kepada seluruh

pegawai, dimana pegawai yang bertugas pada shift 2 dan 3 tidak mengisi daftar hadir.

KAJIAN TEORI

Pengertian Sistem Pengendalian Intern menurut PP 60 tahun 2008 tentang SPIP adalah:

“Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan

secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai

atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan

keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan.”

Secara konseptual SPIP mengadopsi konsep sistem pengendalian intern yang dikembangkan

oleh The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commissions (COSO). Menurut

Laporan The Commitee of Sponsoring Organization s of The Treadway Commission (1992), definisi

Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas Dewan Komisaris,

Manajemen dan Pegawai, yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar atas (a)

keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) ketaatan terhadap

hukum dan peraturan yang berlaku. Dalam membangun proses tersebut, komponen-komponen

yang melengkapinya meliputi (a) Lingkungan Pengendalian, (b) Penilaian Risiko, (c) Aktivitas

Pengendalian, (d) Informasi dan Komunikasi, dan (e) Monitoring.

Dalam definisi tersebut, Pengendalian Intern berupa sebuah proses yang melibatkan seluruh

komponen manajemen dan stakeholder organisasi. Unsur-unsur yang dikembangkan tidak hanya

‘hard control’ nya, seperti perencanaan, pencatatan, pelaporan, organisasi, pengawasan internal dan

sebagainya, namun juga mengembangkan seperti perilaku, etika, nilai-nilai luhur, komunikasi yang

baik serta komitmen untuk membangun integritas.

Pengertian Sistem Pengendalian Intern menurut PP SPIP mengarahkan pada 4 tujuan yang

ingin dicapai dengan dibangunnya SPIP. Keempat tujuan tersebut adalah:

a. Kegiatan yang efektif dan efisien

Kegiatan Instansi Pemerintah dikatakan efektif bila telah ditangani sesuai rencana dan hasilnya

telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pengendalian harus dirancang

Page 6: TUGAS AKHIR AKPEM ok

agar efektif menjaga tercapainya tujuan. Istilah efisien biasanya dikaitkan dengan pemanfaatan

aset untuk mendapatkan hasil. Kegiatan Instansi Pemerintah dikatakan efisien bila mampu

menghasilkan produksi yang berkualitas tinggi (pelayanan prima) dengan bahan baku (sumber

daya) yang sesuai standard.

b. Laporan keuangan yang dapat diandalkan.

Tujuan ini didasarkan pada pemikiran utama bahwa informasi sangat penting bagi Instansi

Pemerintah untuk pengambilan keputusan. Agar keputusan yang diambil tepat sesuai dengan

kebutuhan, maka informasi yang disajikan harus andal/layak dipercaya, dengan pengertian

menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Laporan yang tersaji tidak memadai dan tidak benar

akan menyesatkan dan dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah serta merugikan

organisasi.

c. Pengamanan aset negara.

Aset negara diperoleh dengan membelanjakan uang yang berasal dari masyarakat terutama dari

penerimaan pajak dan bukan pajak yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan negara.

Pengamanan aset negara menjadi perhatian penting pemerintah dan masyarakat karena

kelalaian dalam pengamanan aset akan berakibat pada mudahnya terjadi pencurian,

penggelapan, dan bentuk manipulasi lainnya. Kejadian terhadap aset tersebut dapat merugikan

Instansi Pemerintah yang pada gilirannya akan merugikan masyarakat sebagai pengguna jasa.

Upaya pengamanan asset ini, antara lain dapat ditunjukkan dengan kegiatan pengendalian

seperti pembatasan akses penggunaan aset, data dan informasi, penyediaan petugas keamanan,

dan sebagainya.

d. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Setiap kegiatan dan transaksi merupakan suatu perbuatan hukum oleh sebab itu transaksi atau

kegiatan yang dilaksanakan harus taat terhadap kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pelanggaran terhadap aspek hukum dapat mengakibatkan

tindakan pidana maupun perdata berupa kerugian, misalnya berupa tuntutan oleh aparat

maupun masyarakat.

Sesuai PP SPIP, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terdiri dari 5 unsur, yaitu:

Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam Instansi Pemerintah yang dapat membangun

kesadaran semua personil akan pentingnya pengendalian dalam Instansi dalam menjalankan

aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya sehingga meningkatkan efektivitas sistem

pengendalian intern. Lingkungan Pengendalian merupakan sikap manajemen di semua

tingkatan (baik operasional, manajerial maupun strategis) terhadap operasi secara umum dan

penerapan konsep pengendalian secara khusus. Lingkungan Pengendalian menjadi pondasi bagi

Page 7: TUGAS AKHIR AKPEM ok

keempat komponen Pengendalian Intern lainnya. Ketiadaan atau kelemahan satu atau lebih

unsur pada Lingkungan Pengendalian akan menyebabkan sistem tidak dapat bekerja secara

efektif, meskipun keempat komponen tersebut kuat.

Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam

pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah yang meliputi kegiatan identifikasi, analisis,

dan mengelola risiko yang relevan bagi proses atau kegiatan Instansi. Penilaian risiko terkait

dengan aktivitas bagaimana entitas mengidentifikasikan dan mengelola risiko sehingga entitas

dapat meminimalisasi terjadinya kegagalan dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui proses

risk assessment ini maka setiap entitas dapat mengantisipasi setiap kejadian yang dapat

menghambat pencapaian tujuan organisasi secara optimal.

Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta

penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan

mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Aktivitas pengendalian meliputi seluruh

tingkatan dan fungsi organisasi yang tercermin dari adanya persetujuan, otorisasi, verifikasi,

rekonsiliasi, review atas kinerja, keamanan aset dan pemisahan fungsi.

Informasi dan komunikasi, Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol

atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan

balik. Informasi dan Komunikasi mengandung arti dalam setiap organisasi harus

mengidentifikasikan seluruh informasi yang dibutuhkan dan dikomunikasikan kepada pihak-

pihak yang membutuhkan seuai kewenangannya. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem informasi

yang handal yang dapat memberikan informasi terkait operasional, keuangan serta

perbandingan informasi dalam organisasi. Sistem informasi harus dapat membantu manajemen

dalam menjalankan dan mengendalikan operasinya.

Pemantauan/Monitoring adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian

Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera

ditindaklanjuti. Hal ini dapat berupa monitoring saat kegiatan berjalan (on going), evaluasi

terpisah atau kombinasi keduanya.

Sesuai amanat Pasal (1) dan (2) PP 60 Tahun 2008, Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur,

dan Bupati/Walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah

dengan berpedoman pada SPIP sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut. Berkaitan

dengan kewajiban mengimplementasikan Peraturan Pemerintah tersebut, instansi pemerintah perlu

menetapkan tahapan-tahapan dalam mengimplementasikan peraturan agar SPIP dapat

Page 8: TUGAS AKHIR AKPEM ok

terimplementasi secara efektif dan efisien, karena seperti diketahui selama ini tentunya instansi

pemerintah dalam mengelola kegiatannya pasti juga telah menerapkan suatu sistem pengendalian.

Sebagaimana diungkapkan Badan Pemeriksa Keuangan dalam laporan hasil audit atas LKPP dan LKPD

sampai tahun 2008 yang memberikan opini disclaimer atas LKPP maupun sebagian besar LKPD, di

mana salah satu penyebab utamanya adalah kurang memadainya sistem pengendalian intern

pemerintah. Hal tersebut menunjukkan bahwa selama ini instansi pemerintah telah menerapkan

suatu sistem pengendalian intern walaupun belum terstruktur seperti yang diatur dalam PP 60 tahun

2008.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dalam mengimplementasikan SPIP di instansi

pemerintah terdapat beberapa tahapan yang perlu diperhatikan pimpinan instansi dan lembaga

untuk dapat mengimplementasikan SPIP secara efektif dan efisien, sebagai berikut:

1) Tahapan menumbuhkan kepedulian dan pemahaman

Untuk mengetahui apakah suatu instansi pemerintah telah memiliki pemahaman dan kepedulian

terkait penerapan SPIP secara efektif dan efisien di instansinya terdapat beberapa hal mendasar

yang perlu diperhatikan oleh jajaran pimpinan, yaitu:

(1)apakah instansi pemerintah telah menerapkan sistem pengendalian intern (SPI)?

(2)apakah instansi pemerintah telah paham keinginan yang dicapai dalam penerapan SPI?

(3)apakah instansi pemerintah paham manfaat SPI?

(4)apakah kebijakan dan filosofi pengendalian intern telah dikembangkan oleh pimpinan instansi

pemerintah?

Guna mengetahui hal tersebut jajaran pimpinan instansi pemerintah dapat melakukan survai

tingkat pemahaman SPI kepada seluruh jajaran pimpinan dan staf. Tahapan tersebut dimulai

dengan sosialisasi atau pemaparan mengenai SPIP dan unsur-unsurnya kemudian dilanjutkan

dengan pelaksanaan pemetaan/diagnostic assessment.

2) Tahapan Pemetaan (Diagnostic Assesment)

Diagnostic assessment dilakukan untuk mengetahui kondisi pemahaman seluruh jajaran

organisasi secara lebih mendalam, agar diketahui area-area mana yang membutuhkan

pengembangan dan perbaikan SPIP-nya, serta area mana yang akan diprioritaskan. Hasil

tersebut setelah dibahas dengan instansi pemerintah yang bersangkutan akan menjadi ruang

lingkup bagi pelaksanaan bimbingan teknis SPIP yang selanjutnya dibuatkan desain

pengembangannya.

Tujuan pemetaan/diagnostic assessment penerapan SPIP instansi pemerintah adalah sebagai

berikut:

1. Mendapatkan gambaran keberadaan infrastruktur SPIP instansi pemerintah.

Page 9: TUGAS AKHIR AKPEM ok

2. Mendapatkan gambaran penerapan SPIP instansi pemerintah.

3. Mendapatkan gambaran hal-hal yang harus diperbaiki atau dibangun (area of improvement)

Sasaran pemetaan/diagnostic assessment ini adalah mendapatkan area-area yang memerlukan

pengembangan dan perbaikan sebagai dasar penetapan ruang lingkup pembimbingan teknis SPIP

suatu instansi pemerintah.

Periode yang akan dilakukan pemetaan/diagnostic assessment adalah data pelaksanaan

penerapan SPIP sampai pada waktu dilaksanakannya pemetaan.

Kuesioner yang digunakan dalam pemetaan adalah sebagai berikut:

No Urut

Pernyataan – pernyataan

STS TS S SS

1 2 3 4

I PEMAHAMAN SPIP

A LANGKAH PENERAPAN

1. Pimpinan dan pegawai terkait lainnya sudah memahami langkah-langkah penerapan SPIP. (Langkah-langkah : pemahaman, pemetaan, pembangunan kebijakan dan prosedur, internalisasi, dan perbaikan berkelanjutan).

B. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PIMPINAN

2. Pimpinan sudah memahami bahwa keberhasilan penerapan sistem pengendalian intern adalah tanggung jawabnya

3. Pimpinan sudah memahami bahwa salah satu perannya adalah memberikan keteladanan dalam berintegritas dan beretika

4. Pimpinan sudah memahami bahwa salah satu perannya adalah memberikan arahan kepada jajaran di bawahnya

C. PERAN APIP

5. Pimpinan sudah memahami bahwa APIP harus berperan sebagai early warning terhadap efektivitas sistem pengendalian

6. Pimpinan sudah memahami bahwa APIP harus berperan dalam pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi

II. PEMASYARAKATAN (DISEMINASI)

7. Seluruh pegawai di unit kerja Bapak/Ibu sudah mendapat sosialisasi SPIP

8. Sosialisasi SPIP sudah mendorong kesadaran pimpinan dan pegawai untuk menerapkan SPIP

9. Diklat sudah memberikan manfaat untuk penerapan SPIP

10. Pimpinan unit kerja sudah menunjukkan sikap yang positif dan tanggap dalam memasyarakatkan SPIP

Page 10: TUGAS AKHIR AKPEM ok

kepada seluruh jajarannyaIII. KONDISI UNSUR SPIP

A LINGKUNGAN PENGENDALIAN

11. Pimpinan sudah memiliki komitmen atas etika dan integritas dan mengambil tindakan tegas apabila terdapat pelanggaran terhadap peraturan

12. Seluruh pejabat dan pegawai sudah memiliki kompetensi yang memadai sesuai dengan bidang tugasnya

13. Pimpinan, dalam membuat keputusan, sudah berdasarkan risiko dan menerapkan manajemen berbasis kinerja

14. Delegasi wewenang dan tanggung jawab sudah berjalan efektif

15. Inspektorat Jenderal/Utama atau Inspektorat Kementerian Lembaga/Pemda (APIP) sudah memfokuskan kegiatannya pada area-area kunci yang berisiko dalam pencapaian tujuan stratejik organisasi

B PENILAIAN RISIKO

16. Penetapan tujuan kegiatan sudah selaras dengan rencana strategis organisasi dan melibatkan seluruh pejabat dan personil kunci dalam unit kerja.

17. Unit Kerja Bapak/Ibu sudah melakukan identifikasi risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan

18. Pimpinan sudah melakukan analisis risiko serta menentukan dampaknya terhadap pencapaian tujuan

C KEGIATAN PENGENDALIAN

19. Kegiatan pengendalian sudah dikaitkan dengan proses penilaian risiko dan dilaksanakan untuk kegiatan pokok di unit kerja Bapak/Ibu

20. Kegiatan pengendalian sudah dilakukan terhadap pelaporan keuangan, pengamanan aset, ketaatan, dan pengendalian yang berorientasi pada operasi termasuk untuk mengantisipasi kinerja yang tidak berjalan sesuai jalur (off-track).

21 Unit kerja saudara sudah menyusun SOP untuk setiap kegiatan

D INFORMASI DAN KOMUNIKASI

22. Informasi yang diperoleh sudah membantu manajemen dalam mengendalikan organisasi dan melaksanakan tanggungjawab pengendalian intern secara efektif

23. Pimpinan memiliki komitmen yang kuat untuk pengembangan sistem informasi secara berkelanjutan dengan menyediakan dana dan sumber daya manusia secara layak

24. Unit kerja Bapak/Ibu sudah membangun sistem komunikasi yang efektif yang mengalir dari atas ke bawah (top – down), sejajar (lateral) dan dari bawah ke atas (bottom – up)

Page 11: TUGAS AKHIR AKPEM ok

E PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN

25. Sistem pengendalian intern sudah dipantau secara terus-menerus oleh semua tingkatan manajemen dan pegawai.

26. Mekanisme penyelesaian tindak lanjut hasil audit dan reviu sudah berjalan secara efektif

IV KONDISI PENCAPAIAN TUJUAN SPIP

A Keandalan Laporan Keuangan

27

Laporan atau catatan keuangan pada unit kerja saudara sudah dapat diandalkan:

Ya

Masih perlu ditingkatkan

28

Apabila jawaban adalah masih perlu ditingkatkan, penyebabnya adalah (boleh memilih lebih dari satu jawaban) :

□ Keterbatasan SDM (kuantitas maupun kualitas) dalam penyusunan laporan keuangan

□ Peraturan mengenai pengelolaan keuangan negara yang tidak sinkron satu sama lain

□ Sistem informasi keuangan yang belum memadai

□ Kurangnya komitmen pimpinan dalam menghasilkan laporan keuangan yang andal

□ Lainnya : ..............................................................

B Pengamanan Aset Negara

29

Pengamanan aset pada unit kerja saudara sudah berjalan secara tertib, akuntabel, dan dengan nilai yang wajar

Ya

Masih perlu ditingkatkan

30

Apabila jawaban adalah masih perlu ditingkatkan, penyebabnya adalah (boleh memilih lebih dari satu jawaban) :

□ Kebijakan dan prosedur yang ada tidak dijalankan sebagaimana diharapkan

□ Belum dilakukannya inventarisasi dan penilaian asset

□ Keterbatasan SDM (kuantitas maupun kualitas) dalam pengelolaan asset

□ Kurangnya komitmen pimpinan dalam pengelolaan aset

□ Lainnya : ..................................

Page 12: TUGAS AKHIR AKPEM ok

C Efektivitas dan Efisiensi Kegiatan Instansi Pemerintah

31 Kegiatan instansi saudara sudah terselenggara secara efektif dan efisien

Ya

Masih perlu ditingkatkan

32

Apabila jawaban adalah masih perlu ditingkatkan, penyebabnya adalah (boleh memilih lebih dari satu jawaban) :

□ Tujuan instansi saudara belum dikomunikasikan secara jelas kepada seluruh pegawai

□ Penggunaan sumber daya belum optimal

□ Belum ditetapkannya Standar Pelayanan Minimal

□ Belum menerapkan Manajemen berbasis kinerja

□ Lainnya : ...........

D Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-undangan

33

Pelaksanaan tugas dan fungsi di unit kerja saudara sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Ya

Masih perlu ditingkatkan

34

Apabila jawaban adalah masih perlu ditingkatkan, penyebabnya adalah (boleh memilih lebih dari satu jawaban) :

□ Belum adanya komitmen pimpinan untuk menerapkan peraturan yang berlaku

□ Peraturan yang bersangkutan belum disosialisasikan kepada seluruh pegawai

□ Peraturan yang ada tidak sinkron satu sama lain

□ Reward and punishment system tidak dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen

□ Lainnya :………..

Mohon dipilih (ranking) urutan pencapaian tujuan SPIP, sesuai dengan PP 60/2008, yang ingin segera diwujudkan di instansi Saudara

35 ( ) Efektivitas dan Efisiensi Kegiatan

36 ( ) Keandalan Pelaporan Keuangan

37 ( ) Pengamanan Aset Negara

38 ( ) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

Isian kuesioner di atas ditabulasi dengan menggunakan program sederhana berbasiskan excel.

Apabila berdasarkan hasil survei menunjukkan adanya keberagaman pemahaman dan atau

sebagian besar anggota organisasi masih memiliki pemahaman di level 3 (setuju), 2 (tidak setuju)

Page 13: TUGAS AKHIR AKPEM ok

atau 1 (sangat tidak setuju), pimpinan instansi perlu mengambil tindakan untuk segera

melakukan sosialisasi ke seluruh jajaran anggota organisasi agar memiliki kesamaan pemahaman

dalam penerapan SPI.

3) Tahapan Membangun desain SPIP

Dalam tahapan ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

(1) pimpinan instansi pemerintah wajib menegaskan/mendefinisikan proses-proses untuk

penerapan SPI;

(2) pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi tujuan strategis dari penerapan SPI;

(3) pimpinan instansi pemerintah wajib mengembangkan metodologi untuk mengevaluasi

pencapaian tujuan strategis penerapan SPI.

Dalam mendesain sistem pengendalian intern yang akan diterapkan di instansi pemerintah

terkait pimpinan instansi pemerintah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta

mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas fungsi instansi pemerintah

tersebut.

4) Tahapan Menjalankan dan mereview SPIP

Tahapan berikut setelah instansi pemerintah mendisain dan mengembangkan sistem

pengendalian internnya adalah mengimplementasikan sistem pengendalian tersebut. Untuk

mengetahui apakah sistem pengendalian intern telah dapat dijalankan dengan baik diperlukan

suatu review atau monitoring atas implementasinya. Berkaitan dengan tahapan menjalankan dan

mereview SPI, Pimpinan instansi pemerintah harus memetakan faktor-faktor penghambat

efektivitas penerapan SPI dan mengevaluasi apakah desain sistem yang dibangun dapat efektif

mewujudkan tercapainya tujuan organisasi.

5) Tahapan Peningkatan Keandalan Sistem

Dalam tahapan ini hal yang harus diperhatikan oleh pimpinan instansi pemerintah adalah

menerapkan SPI bukanlah suatu tujuan melainkan suatu proses yang dibangun untuk

memberikan keyakinan yang memadai atas pencapaian tujuan instansi pemerintah yang

ditetapkan. Hal tersebut menekankan bahwa SPI merupakan satu hal yang dinamis dan menuntut

adanya continous improvement seiring dengan tujuan instansi pemerintah yang juga selalu

mengalami pengembangan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai

amanah undang-undang dasar.

Untuk melakukan pengembangan SPI, instansi pemerintah perlu mempertimbangkan aspek

biaya-manfaat (cost and benefit), sumber daya manusia, kejelasan kriteria pengukuran efektivitas

dan perkembangan teknologi informasi, serta dilakukan secara komprehensif.

Page 14: TUGAS AKHIR AKPEM ok

Dalam mengembangkan SPIP pimpinan instansi pemerintah perlu memahami karakteristik

konsep SPIP sehingga dalam pengembangannya dapat mewujudkan tujuan dari pengendalian

tersebut. Karakteristik Konsep SPI dalam SPIP yang perlu dipahami antara lain sebagai berikut:

a. holistik atau integral. SPI dijabarkan dalam lima komponen utama yang saling terintegrasi, yaitu

lingkungan pengendalian (control environment), penilaian risiko (risk assessment), aktivitas

pengendalian (control activities),informasi dan komunikasi (information and communication)

serta pemantauan (monitoring), di mana efektivitas penerapan sistem sangat dipengaruhi oleh

komponen-komponen tersebut dengan tingkatan yang berbeda-beda (non liniear), dan

Kelemahan dalam satu komponen dapat memengaruhi efektivitas komponen pengendalian

intern lainnya;

b. proses. Sistem pengendalian intern adalah suatu proses bukan tujuan. SPI merupakan suatu

proses yang apabila dijalankan dengan baik akan dapat memberikan keyakinan memadai bahwa

tujuan organisasi akan dapat dicapai. Jadi, evaluasi terhadap efektivitas penerapannya

dilakukan terhadap proses, bukan outcome-nya.

c. tujuan organisasi sebagai pengarah (A business Objective – Driven Approach). Dalam

membangun sistem pengendalian intern pimpinan instansi pemerintah wajib memerhatikan

langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Menetapkan tujuan organisasi yang ingin dicapai;

(2) Mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin timbul/menghambat pencapaian tujuan;

(3) Menjabarkan bagaimana jajaran pimpinan akan mengendalikan risiko-risiko yang

teridentifikasi;

(4) Mendesain sistem yang dapat diterapkan untuk menghindari atau memperkecil dampak

yang mungkin timbul dari terjadinya risiko yang tidak dapat dihindari dalam usaha

pencapaian tujuan.

d. Memiliki dua tingkatan pengendalian. SPI terdiri dari dua tingkatan pengendalian yaitu:

(1) pengendalian tingkat organisasi (the entity level), di mana pengendalian ini apabila tidak

diterapkan dengan baik akan mempengaruhi secara keseluruhan terhadap pencapaian

tujuan pengendalian.

(2) pengendalian tingkat aktivitas (the business process activity level), merupakan tingkatan

penerapan pengendalian yang apabila tidak diterapkan dengan baik hanya berdampak

pada kegiatan atau transaksi tersebut.

e. fleksibel, adaptif, dan tidak ada satu model dapat diterapkan untuk semua jenis organisasi (no

“one-size-fits-all” approach). SPI bukan merupakan hal yang kaku. Dalam penerapannya

Page 15: TUGAS AKHIR AKPEM ok

memperhatikan ukuran, karakteristik, kompleksitas, tingkat kebutuhan, tujuan organisasi, dan

cost-benefit-nya.

f. Memberikan keyakinan yang memadai bukan jaminan absolut (Reasonable Assurance). SPI

hanya memberikan keyakinan yang memadai bukan jaminan absolut atas tercapainya tujuan

pengendalian, yaitu:

(1) efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan;

(2) keandalan pelaporan keuangan;

(3) pengamanan aset negara;

(4) ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

g. Bergantung pada faktor manusia (The People Factor). Efektivitas penerapan sistem

pengendalian intern sangat dipengaruhi oleh orang sebagai pelaksananya yaitu jajaran

pimpinan dan staf di unit organisasi tersebut. Dokumentasi penerapan pengendalian intern

memang penting, namun yang lebih penting adalah efektivitas peran dari tiap – tiap pegawai di

instansi pemerintah untuk menerapkan SPI secara bertanggung jawab sesuai dengan tingkatan

tanggung jawabnya.

h. Memiliki keterbatasan. Efektivitas penerapan SPI pada instansi pemerintah tidak akan tercapai,

apabila terjadi:

(1) kesalahan manusia (human error);

(2) pengabaian oleh pihak manajemen (management overidde);

(3) kolusi (collusion).

PEMBAHASAN

Dari hasil survey terhadap 73 responden (12,23% pegawai RSUD) yang terdiri dari: 21 orang

pejabat struktural (87,50% pejabat struktural eselon II,III,IV) dan 52 orang fungsional/pegawai

(9,08% fungsional/pegawai) untuk memetakan penerapan SPIP pada RSUD Tugurejo Semarang,

didapatkan hasil sebagai berikut:

Secara umum kondisi penerapan SPIP di RSUD Tugurejo Semarang sudah cukup memadai, namun

masih berada pada area kuning (area improvement), dimana masih memerlukan perbaikan-

perbaikan. Lihat gambar 1 dan grafik 1

PEMAHAMAN SPIP PEMASYARAKATAN (DISEMINASI)

KONDISI UNSUR SPIP 1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

2.70

1.83

2.61

Page 16: TUGAS AKHIR AKPEM ok

HIJAU

KUNING

MERAH

Gambar 1Grafik 1

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00 2.38 2.70

1.83

2.61

Simpulan Umum

SIMPULAN UMUMPEMAHAMAN SPIPPEMASYARAKATAN (DISEMINASI) KONDISI UNSUR SPIP

a. Aspek pemahaman SPIP

Secara umum persepsi pegawai RSUD Tugurejo Semarang atas aspek pemahaman SPIP cukup

memadai, terutama terkait peran dan tanggung jawab pimpinan maupun APIP/SPI dalam

penerapan sistem pengendalian intern. Pegawai masih kurang memahami langkah-langkah

penerapan SPIP, yang dimulai dari: pemahaman SPIP, pemetaan SPIP, pembangunan kebijakan

dan prosedur, internalisasi, dan perbaikan berkelanjutan. Lihat gambar 2.

PEMAHAMAN SPIP PEMASYARAKATAN (DISEMINASI)

KONDISI UNSUR SPIP 1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

2.70

1.83

2.61

LANGKAH PENERAPAN PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PIMPINAN

PERAN APIP 1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

2.47

2.99

2.64

Page 17: TUGAS AKHIR AKPEM ok

HIJAU

KUNING

MERAH

Gambar 2

b. Aspek Pemasyarakatan SPIP

Secara umum persepsi pegawai RSUD Tugurejo Semarang atas aspek pemasyarakatan

(sosialisasi/diseminasi) SPIP masih belum memadai. Hal ini terutama disebabkan sebagian besar

pimpinan dan pegawai belum mengetahui ketentuan penerapan SPIP sebagaimana dimaksudkan

oleh PP 60 Tahun 2008.

Oleh karena itu, diperlukan adanya komitmen pimpinan dalam memasyarakatkan SPIP kepada

seluruh pegawai dan mendorong kesadaran kesadaran seluruh pegawai untuk menerapkannya.

Lihat gambar 3.

LANGKAH PENERAPAN PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PIMPINAN

PERAN APIP 1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

2.47

2.99

2.64

Seluruh pegawai su-dah mendapat sosial-

isasi SPIP

Sosialisasi mendorong Penerapan SPIP

Diklat memberi man-faat untuk penerapan

SPIP

Pimpinan menun-jukkan sikap positif

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

1.56 1.77

1.88 2.10

Page 18: TUGAS AKHIR AKPEM ok

HIJAU

KUNING

MERAH

Gambar 3

c. Aspek Penerapan Unsur SPIP

Secara umum persepsi pegawai RSUD Tugurejo Semarang atas aspek penerapan unsur SPIP

belum memadai, masih menunjukkan potensi adanya kelemahan penerapan unsur-unsur SPIP

sebagai berikut:

1) Lingkungan Pengendalian

Penerapan unsur lingkungan pengendalian meliputi: komitmen atas etika dan integritas,

kompetensi pejabat dan pegawai, keputusan berdasarkan resiko dan manajemen berbasis

kinerja, pendelegasian wewenang dan fokus kegiatan APIP belum memadai. Personil SPI masih

merangkap kegiatan pelayanan Rumah Sakit.

2) Penilaian Resiko

Penetapan tujuan kegiatan belum sepenuhnya selaras dengan RSB dan belum melibatkan

seluruh pejabat dan personil kunci, manajemen belum mengidentifikasikan semua resiko yang

dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi dalam bentuk daftar resiko dan

dampaknya bagi organisasi.

3) Kegiatan Pengendalian

Seluruh pegawai su-dah mendapat sosial-

isasi SPIP

Sosialisasi mendorong Penerapan SPIP

Diklat memberi man-faat untuk penerapan

SPIP

Pimpinan menun-jukkan sikap positif

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

1.56 1.77

1.88 2.10

Page 19: TUGAS AKHIR AKPEM ok

Kegiatan pengendalian belum dilakukan terhadap pelaporan keuangan dan kinerja,

pengamanan aset, ketaatan dan operasional dalam rangka mengantisipasi tidak tercapainya

kinerja yang telah ditetapkan.

4) Informasi dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi belum sepenuhnya dijadikan sebagai alat untuk mengendalikan

organisasi. Pengolahan data menghasilkan informasi yang berbeda-beda dan tidak akurat.

5) Pemantauan

Sistem pengendalian intern belum sepenuhnya dipantau secara terus menerus pada setiap

tingkatan manajemen dan pegawai

Hal ini terutama disebabkan struktur dan proses penerapan sistem pengendalian intern yang

telah diterapkan RSUD Tugurejo Semarang belum sebagaimana diamaksudkan dalam PP 60

Tahun 2008. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya perbaikan terhadap semua aspek

penerapan unsur SPIP, baik aspek lingkungan pengendalian, aspek penilaian risiko, aspek aktivitas

pengendalian, aspek informasi dan komunikasi, maupun aspek pemantauan. Lihat gambar 4.

HIJAU

KUNING

MERAH

Gambar 4.

d. Aspek Pencapaian Tujuan SPIP

LINGKUNGAN PENGENDALIAN

PENILAIAN RISIKO

KEGIATAN PENGEN-DALIAN

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PEMANTAUAN PENGENDALIAN

INTERN

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

2.55 2.58 2.85 2.77

2.31

Page 20: TUGAS AKHIR AKPEM ok

Secara umum persepsi pegawai RSUD Tugurejo Semarang atas aspek pencapaian tujuan SPIP

masih perlu ditingkatkan upaya pencapaiannya, sebagai berikut:

1) Keandalan laporan keuangan, masih perlu ditingkatkan. Hal ini terutama disebabkan:

- Keterbatasan SDM, baik kuantitas maupun kualitas, dalam penyusunan laporan keruangan.

- Sistem informasi keuangan yang belum memadai

2) Pengamanan aset negara, masih perlu ditingkatkan. Hal ini terutama disebabkan:

- Keterbatasan SDM, baik kuantitas maupun kualitas, dalam pengelolaan aset.

- Kebijakan dan prosedur yang ada tidak dijalankan sebagaimana yang diharapkan.

3) Efektivitas dan efisiensi kegiatan, masih perlu ditingkatkan. Hal ini terutama disebabkan:

- Penggunaan sumber daya belum optimal

- Belum menerapkan manajemen berbasis kinerja

4) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan masih perlu ditingkatkan. Hal ini terutama

disebabkan: reward and punishment system tidak dilaksanakan secara konsisten dan

konsekuen.

Persepsi pegawai RSUD Tugurejo Semarang atas pencapaian tujuan SPIP, sesuai dengan PP

60/2008, yang ingin segera diwujudkan, berturut-turut adalah: I) Ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan, II) Efektivitas dan efisiensi kegiatan, III) Keandalan pelaporan keuangan,

dan IV) Pengamanan aset negara. Lihat gambar 5.

HIJAU

KUNING

MERAH

Gambar 5.SIMPULAN

Keandalan Laporan Keuangan

Pengamanan Aset Negara

Efektivitas dan Efisiensi Kegiatan

Instansi Pemerintah

Ketaatan Terhadap Peraturan Perun-dang-undangan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

11 11 8

33

Page 21: TUGAS AKHIR AKPEM ok

Dari hasil pemetaan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan SPIP sebagaimana yang

diatur oleh PP 60 tahun 2008 di RSUD Tugurejo Semarang masih butuh perbaikan-perbaikan, karena

sebagian besar masih berada pada area kuning. Adapun hal-hal yang harus menjadi perhatian utama

untuk segera diperbaiki adalah unsur-unsur yang berada pada level merah (lihat lampiran), sebagai

berikut:

1. Melakukan sosialisasi dalam rangka pemasyarakatan PP 60 Tahun 2008 tentang SPIP kepada

seluruh pegawai untuk mendorong kesadaran penerapan SPIP.

2. Membentuk SPI yang mandiri, dengan personil yang khusus bertugas melakukan pegawasan

internal atas kegiatan pada area-area kunci RSUD Tugurejo Semarang, agar tidak terjadi konflik

kepentingan pada personilnya yang juga melakukan kegiatan pelayanan.

3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM terkait penyusunan Laporan Keuangan maupun

Kinerja serta pengelolaan aset negara.

4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada

serta menerapkan manajemen berbasis kinerja.

5. Melaksanakan sistem penghargaan dan hukuman yang konsisten agar seluruh jajaran mentaati

ketentuan dan peraturan perundang-undangan terkait tugas dan fungsi masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: TUGAS AKHIR AKPEM ok

1. Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission. 2002. Internal Control -

Integrated Framework.

2. Institute of Internal Auditors. 2008. Sarbones-Oxley Section 404: A Guide for Management by

Internal Controls Practitioners: 2nd Edition

3. _______. n.d. Internal Auditing Principles and Techniques: 2nd Edition. Altamonte Springs,

Florida: IIA

4. Intosai. nd. Guideline for Internal Control Standards for The Public Sector. Brussels & Vienna:

Intosai

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara.

8. Peraturan BPK RI Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan.

9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/03/2008

tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008

tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Internal Pemerintah

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah

12. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

13. Satgas Pembinaan SPIP. 2009a. Draft Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP: Umum. Jakarta:

BPKP.

14. _______. 2009b. Draft Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP: Penegakan Integritas dan Nilai

Etika. Jakarta: BPKP. 22

15. _______. 2009c. Draft Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP: Komitmen pada Kompetensi.

Jakarta: BPKP.

16. _______. 2009d. Draft Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP: Kepemimpinan yang Kondusif.

Jakarta: BPKP

17. _______. 2009e. Draft Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP: Penilaian Risiko. Jakarta: BPKP.

_______. 2009e. Draft Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP: Penilaian Risiko. Jakarta: BPKP.

18. _______. 2009f. Draft Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP: Sub Unsur Informasi. Jakarta:

BPKP

Page 23: TUGAS AKHIR AKPEM ok

19. _______. 2009g. Draft Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP: Komunikasi yang Efektif. Jakarta:

BPKP.

20. _______. 2009h. Draft Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP: Evaluasi Berkelanjutan. Jakarta:

BPKP.

21. _______. 2009i. Draft Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP: Evaluasi Terpisah. Jakarta: BPKP.

22. Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik. 2007. Sistem

Pengendalian Internal. Bintaro Jaya, Tangerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

23. United States General Accounting Office. 1999. Standard for Internal Control in the Federal

Government

24. Triwibowo.2008.Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.Artikel Warta Pengawasan Volume XV.

25. Agus Riyanto. 2009. Empat Tahap Due To : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.Artikel Warta

Pengawasan, Edisi 58,