tugas 3 penyelesaian sengketa dalam hukum bisnis serta pembuktiannya

10
LINGKUNGAN BISNIS DAN HUKUM KOMERSIAL Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis Serta Pembuktiannya Nama :Dian Permata Sari NIM : 1406515021

Upload: sinagadian

Post on 12-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Penyelesaian Sengketa Hukum

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas 3 Penyelesaian Sengketa Dalam Hukum Bisnis Serta Pembuktiannya

LINGKUNGAN BISNIS DAN HUKUM KOMERSIAL

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis Serta Pembuktiannya

Nama :Dian Permata Sari NIM : 1406515021

MAGISTER AKUNTASI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS INDONESIA

JULI 2015

Page 2: Tugas 3 Penyelesaian Sengketa Dalam Hukum Bisnis Serta Pembuktiannya

Statement of Authorship

“Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah

murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami

gunakan tanpa menyebut sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada

mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

Saya memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau

dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Mata Ajaran : Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial

Judul Makalah/Tugas : Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya

Tanggal : 22 Juli 2015

Dosen : Yunus Husein

Nama : Dian Permatasari

NPM : 1406515021

Tanda Tangan:

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya Page 2

Page 3: Tugas 3 Penyelesaian Sengketa Dalam Hukum Bisnis Serta Pembuktiannya

Penyelesaian Perkara dengan Litigasi dan Non-Litigasi

Penyelesaian perkara dengan litigasi dilakukan melalui jalur pengadilan, oleh karena itu

penyelesaian perkara dengan litigasi cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk

persidangan dan biaya perkara yang mahal. Selain itu dalam litigasi ada potensi ketidakjujuran

ataupun kurang netral, sehingga juga dapat memacu terjadinya pertikaian. Penyelesaian

perkara dengan litigasi dapat berupa kasus perdata maupun pidana.

Penyelesaian perkara dengan non-litigasi berarti menyelesaikan masalah di luar pengadilan

(diatur dalam UU No.14 tahun 1970). Penyelesaian perkara dengan non-litigasi membutuhkan

waktu yang relative lebih singkat dan biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan

penyelesaian perkara dengan litigasi. Penyelesaian non-litigasi bersifat netral, rahasia lebih

terjaga, sesuai dengan kebutuhan, dilakukan dengan sukarela dan menjaga hubungan baik

diantara pihak-pihak yang bertikai. Penyelesaian perkara dengan non-litigasi pada umumnya

dilakukan untuk kasus-kasus perdata.

Dapat disimpulkan, bahwa penyelesaian perkara dengan non-litigasi lebih efisien.

Penyelesaian Sengketa Non-Litigasi (UU No. 30 tahun 1999)

1. Arbitrase

Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum

yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak

yang bersengketa. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa

di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan

perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Sengketa

yang tidak dapat diadakan perdamaian menurut peraturan perundang-undangan tidak

dapat diselesaikan melalui arbitrase.

Perjanjian arbitrase dapat dibuat sebelum timbul dan setelah timbul sengketa. Dalam

arbitrase terdapat beberapa asas, yaitu :

o Penyelesaian sengketa di luar pengadilan

o Kebebasan berkontrak yang bertanggung Jawab. Berdasarkan asas ini, para

pihak mengadakan perjanjian tertulis

o Para pihak bebas menentukan hukum materil, acara, tempat, dan jadwal

pemeriksaan sengketa

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya Page 3

Page 4: Tugas 3 Penyelesaian Sengketa Dalam Hukum Bisnis Serta Pembuktiannya

o Kekuatan mengkikat perjanjian (Pacta Sunt Servanda)

o Ruang lingkup terletak dalam bidang perdagangan

o Keputusan bersifat final dan binding (tidak ada hak banding dan kasasi)

o Bersifat rahasia (confidensial)

o Proses cepat

o Biaya murah

o Para pihak bebas menentukan arbiter, jadwal sidang

o Putusan dapat diseksekusi

o Keputusan arbitrase berkekuatan mutlak

2. Alternative Penyelesaian Sengketa (APS)

- Penyelesaian sengketa melalui APS diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh

para pihak dalam waktu paling lama 14 hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu

kesepakatan tertulis

- Apabila sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan dalam pertemuan langsung

dalam 14 hari, sengketa tersebut diselesaikan dengan bantuan seseorang atau lebih

penasihat ahli melalui seorang mediator dengan kesepakatan tertulis para pihak

yang bersengketa

- Apabila dalam 14 hari penyelesaian sengketa dengan bantuan penasihat ahli atau

mediator tidak dapat diselesaikan, maka penyelesaian sengketa dapat dilakukan

dengan menghubungi Lembaga Arbitrase atau Lembaga Alternatif Penyelesaian

Sengketa denggan menunjuk seorang mediator. Penyelesaian sengketa ini

memegang teguh kerahasiaan dan dalam 30 hari harus tercapai kesepakatan dalam

bentuk tertulis yang ditandatangani oleh semua pihak yang terkait

- Apabila penyelesaian sengketa dengan mediator yang ditunjuk oleh Lembaga

Arbitrase atau Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak tercapai, maka para

pihak dapat mengajukan penyelesaian melalui Lembaga Arbitrase atau Arbitrase ad-

hoc.

Singkatnya, penyelesaian di luar pengadilan dapat dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi,

mediasi, konsiliasi dan arbitrase. Frans Hendra Winarta dalam bukunya menguraikan sebagai

berikut :

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya Page 4

Page 5: Tugas 3 Penyelesaian Sengketa Dalam Hukum Bisnis Serta Pembuktiannya

a. Konsultasi : merupakan tindakan yang personal antara suatu pihak tertentu dengan

pihak lain yang merupakan pihak konsultan, dimana pihak konsultan memberikan

pendapatnya kepada klien sesuai dengan keperluan dan kebutuhan kliennya.

b. Negosiasi : merupakan upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa melalui proses

pengadilan dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang

harmonis dan kreatif

c. Mediasi : merupakan cara penyelesaian sengketa dengan proses perundingan untuk

memperoleh kesepakatan para pihak dibantu oleh mediator

d. Konsiliasi : merupakan cara penyelesaian sengketa dimana penengah akan bertindak

menjadi konsiliator dengan kesepakatan para pihak dengan mengusahakan solusi yang

dapat diterima

e. Penilaian ahli : penyelesaian sengketa dilakukan dengan penilaian ahli untuk suatu hal

yang bersifat teknis dan sesuai dengan bidang keahliannya.

Kebenaran Material dan Formal

o Kebenaran Formil

Merupakan kebenaran yang diperoleh hanya berdasarkan apa yang dikemukakan oleh para

pihak bersengketa. Dalam perkara pidata pembuktian ditujukan untuk mendapatkan

kebenaran formil, keyakinan hakim tidak diperlukan, yang paling diperlukan adalah alat-alat

bukti yang sah untuk mengambil keputusan. Namun, dalam perkara perdata tidak ada

larangan untuk mencari dan menemukan kebenaran materil.

o Kebenaran Materiil

Merupakan kebenaran berdasarkan anggapan para pihak bersengketa. Keyakinan dari

hakim atas kebenaran tersebut diperlukan. Hakim bersifat aktif dalam mencari kebenaran

menurut fakta yang sebenarnya. Dalam perkara pidana pembuktian ditujukan untuk

mendapatkan kebenaran materil.

Pembuktian Tuntutan dan Claim

Dalam sebuah perkara, apabila ada pihak yang menyatakan bahwa ia memiliki hak atau

menyebutkan suatu perbuatan untuk menguatkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang

lain, maka yang harus membuktikan tuntutan atas klaim atas hak tersebut adalah pihak itu

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya Page 5

Page 6: Tugas 3 Penyelesaian Sengketa Dalam Hukum Bisnis Serta Pembuktiannya

sendiri. Yang harus dibuktikan kebenarannya adalah segala sesuatu yang tidak disetujui oleh

tergugat. Hal ini diatur dalam HIR Pasal 163.

Sebagai contoh, Tuan A mengatakan bahwa ia memiliki sebidang tanah dan ia mengajukan

gugatan kepada Tuan B karena dianggap telah mengambil hak atas sebidang tanahnya

tersebut. Apabila Tuan B menyangkal dan mengatakan bahwa tanah tersebut bukan milik Tuan

A, melainkan miliknya, maka Tuan B harus membuktikan perkataanya tersebut dengan bukti

yang sah secara hukum.

Satu Saksi Bukan Saksi

Kesaksian seorang saksi juga merupakan salah satu bukti yang diperkenankan dalam segala

hal yang tidak dikecualikan dalam UU. Hal ini tertuang dalam Pasal 1985 KUH Perdata.

Lebih lanjut lagi, dalam pasal 1905 KUH Perdata tertulis bahwa keterangan seorang saksi

saja tanpa disertai dengan pembuktian lain tidak dapat dipercaya. Selain itu, HIR pasal 301

mengatur kesaksian yang diberikan oleh saksi harus mengenai perbuatan yang didengar, dilihat

atau dialami oleh saksi itu sendiri, sehingga apabila hanya ada seorang saksi yang bersaksi

tanpa disertai dengan pembuktian lain, maka tidak ada yang dapat memastikan kebenaran

mengenai perbuatan yang didengar, dilihat atau dialami oleh saksi tersebut.

Keterangan seorang saksi memang tidak dapat memberikan pembuktian yang sah, namun

apabila kesaksian tersebut dapat dihubungkan dengan alat bukti yang lain, maka saksi tersebut

dapat mempuanyai kekuatan. Hal ini juga didukung oleh KUHAP pasal 183 yang berbunyi

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali dengan sekurang-kurangnya

dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benar-benar

terjadi dan bahwa terdakwalah yang melakukannya”.

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya Page 6

Page 7: Tugas 3 Penyelesaian Sengketa Dalam Hukum Bisnis Serta Pembuktiannya

DAFTAR REFERENSI

UU No.30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

Herzien Inlandsch Reglement (H.I.R) / Reglemen Indonesia yang Diperbaharui (R.I.B)

Kitab Undang-Undang (KUH) Perdata

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Slide Bapak Yunus Husen “Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktian”

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Fakultas Ekonomi Universitas Indoesia Program Studi

Maksi-PPAk

Frans Hendra Winarta. 2012. Hukum Penyelesaian Sengketa. Jakarta : Sinar Grafika.

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya Page 7