tugas 2 complete
TRANSCRIPT
PENYIMPANGAN PRINSIP KEJUJURAN DALAM ETIKA BISNIS
(STUDI KASUS : GELANG KESEHATAN POWER BALANCE)
Dosen : Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala Hubeis
Disusun Oleh:
Aditia Soelaksono P.056101321.46
Aslih Srilillah P.056101371.46
Nurul Hidayah P.056101491.46
Oktri Putrianti P.056101531.46
Ricfandi Tofan Gustino P.056101531.46
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
I.PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi dunia dan semakin pudarnya hambatan perdagangan
baik antar wilayah regional maupun global berdampak pada seluruh sektor
perekonomian tak terkecuali sektor bisnis. Perkembangan bisnis baik di sektor barang
maupun jasa mengakibatkan ketatnya persaingan dalam mempertahankan maupun
meningkatkan pasar yang ingin dicapai. Pelaku bisnis dalam mencapai tujuannya
harus melakukan berbagai cara agar usahnya tidak tenggelam dalam percaturan bisnis
global yang cukup keras seperti berinovasi terhadap produk yang dihasilkan agar
lebih diminati oleh pasar. Dalam upaya memenangkan persaingan yang ada,
perusahaan seringkali melakukan berbagai cara termasuk cara-cara yang merugikan
orang lain. Selain dari sisi tekanan persaingan, prinsip mendapatkan keuntungan yang
maksimum juga berperan dalam menyebabkan perusahan melakukan tindakan-
tindakan yang merugikan pihak lain.
Berkembangnya teknologi informasi dapat membantu suatu produk cepat
tumbuh dan berkembang atau bahkan sebaliknya karena rusaknya kredibilitas
perusahaan yang mengermbangkan produk tersebut karena penyimpangan yang
dilakukan dalam proses bisnis mereka. Kebebasan langkah dalam pengambilan
keputusan inovatif yang digunakan dalam rangka pengembangan bisnis harus
beriringan dengan ideologi, etika, dan menjunjung tinggi hukum yang ada dalam
berbisnis yang baik selain itu seorang pebisnis harus menganut prinsip-prinsip bisnis
dalam menjalankan bisnisnya. Keinginan untuk memenangkan persaingan dan
mendapatkan keuntungan yang maksimum yang berujung pada tindakan-tindakan
kecurangan bisnis, merupakan tindakan yang melanggar prinsip-prinsip etika bisnis
yang ada dalam masyarakat.
Tindakan yang melanggar etika ini sebenarnya justru akan merugikan
perusahaan itu sendiri, munculnya kasus pelanggaran etika yang menyebabkan
hancurnya bisnis pelaku dan tuntutan bisnis beretika menyadarkan pelaku bisnis
untuk dapat menjalankan bisnisnya sesuai dengan etika. Tindakan - tindakan bisnis
yang tidak beretika tentu saja akan melanggar prinsip-prinsip yang terkandung
didalamnya, salah satu prinsip yang terkandung dalam etika bisnis adalah prinsip
kejujuran (Keraf,1998). Seorang pelaku bisnis yang berorientasi pada keuntungan
semata akan melakukan berbagai cara dami berkembangnya usaha yang dijalankan
seperti melakukan penipuan kepada konsumennya.
Salah satu kasus pelanggaran prinsip kejujuran dilakukan oleh perusahaan asal
Australia dengan produknya yaitu gelang yang bermerek Power Balance, perusahaan
ini mengklaim bahwa produk gelang yang diproduksinya bermanfaat bagi tubuh si-
pemakai di mana dapat meningkatkan koordinasi, kekuatan, kelenturan, dan daya
tahan tubuh karena pengaruh hologram yang didisain dapat beresonansi dengan
medan biologis tubuh yang terdapat pada gelang tersebut. Sukses dengan klaimnya
sebagai gelang keseimbangan, permintaan produk ini mengalami peningkatan yang
cukup signifikan baik dinegara Australia sendiri hingga ke mancanegara termasuk
Indonesia (metrotvnews.com).
Seiring meningkatnya penjualan produk tersebut muncul fakta yang sangat
mencengangkan dari para konsumen yang telah membelinya dengan harga tinggi.
Manfaat yang diklaim oleh perusahaan penghasil gelang kesehatan tersebut ternyata
tidak dirasakan oleh para konsumen hingga dilakukannya penelitian ilmiah terhadap
khasiat gelang tersebut dan akhirnya terbukti bahwa perusahaan tersebut melakukan
pembohongan publik dan melanggar undang-undang tahun 1974. Pihak perusahaan
juga mengakui tidak dapat membuktikan secra klinis khasiat gelang tersebut dan
akhirnya komisi perdagangan Australia (Australian Competition and Consumer
Commission (ACCC)) menyatakan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan
penipuan. Laporan terakhir yang diperoleh menyebutkan bahwa saat ini perusahaan
tersebut mengalami kebangkrutan karena harus mengembalikan uang yang telah
dikeluarkan konsumen terkait pembelian gelang kesehatan tersebut.
Reputasi dan kredibilitas merupakan modal utama perusahaan dalam
menghadapi persaingan yang dinamis dan menraih keunggulan kompetitif.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki pemimpin yang menerapkan standar etika dan
moral yang tinggi terbukti memiliki reputasi yang baik di mata masyarakat, sehingga
perusahaan tersebut lebih sukses dalam jangka panjang. Kunci utama kesuksesan
perusahaan tersebut adalah reputasinya sebagai pengusaha yang memegang teguh
integritas dan kepercayaan pihak lain. Para pengusaha dan praktisi bisnis harus
belajar untuk berpikir dalam jangka panjang karena dalam beretika dalam bisnis tidak
akan memberikan keuntungan segera. Peran masyarakat, terutama melalui
pemerintah, badan-badan pengawasan, LSM, media, dan konsumen yang kritis sangat
dibutuhkan untuk membantu dalam meningkatkan etika bisnis berbagai perusahaan.
Salah satu prasyarat dalam menjalankan kebebasan berbisnis adalah rule of
law yang ada di setiap negara dan harus dipahami dan dipatuhi oleh para pelaku
bisnis karena notabenenya pelaku bisnis juga merupakan bagian dari masyarakat yang
tinggal di suatu daerah atau negara. Oleh karena itu tanpa adanya konsep kebebasan
berbisnis dan konsep sosial tentang keadailan yang dipahami secara menyeluruh
maka sekelompok orang yang berkuasa dapat membahayakan hak-hak masyarakat
luas bahkan dapat menimbulkan pertentangan dan konflik antar kelompok.
I.2. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan
penulisan paper ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai pelaksanaan
etika bisnis yang dilakukan oleh pelaku usaha berdasarkan prinsip-prinsip etika bisnis
terutama prinsip kejujuran.
I.3. Ruang Lingkup Penulisan
Penulisan paper ini hanya membahas penerapan etika bisnis yang diterapkan
oleh pelaku bisnis (perusahaan) berdasarkan prinsip bisnis kejujuran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi dan Konsep Etika Bisnis
Etika berasal dari kata ethos yang dalam bahasa Yunani berarti kebiasaan
(custom) atau karakter (character). Pengertian etika yang terdapat dalam kamus
Webster yaitu “the distinguishing character, sentiment, moral nature, or guiding
beliefs of a person, group, or institution” (karakter istimewa, sentimen, tabiat moral,
atau keyakinan yang membimbing seseorang, kelompok, atau institusi). Definisi lain
dari etika yaitu studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk, harus, benar,
salah dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan seseorang
untuk mengaplikasikannya atas apa saja (Badroen et al, 2006). Uno (2004) dalam
Komenaung (2006) membedakan pengertian etika dengan etiket. Etiket (sopan
santun) berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang
baik antara sesama menusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti
falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila,
dan agama.
Jika kata etika dikaitkan dengan kata bisnis akan menjadi etika bisnis. Definisi
etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu pengertian yang sama,
yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara
ekonomi/sosial, serta penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan
tujuan kegiatan bisnis (Solomon, 1993). Ada juga yang mendefinisikan etika bisnis
sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus
diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi
aktivitas bisnis yang dijalankan (Dalimunthe, 2004 dalam Komenaung, 2006).
Badroen et al. (2006) mendefinisikan etika bisnis sebagai seperangkat prinsip dan
norma dimana para pelaku bisnis harus memiliki komitmen dalam bertransaksi,
berperilaku, dan berelasi guna mencapai tujuan bisnisnya.
II.2. Prinsip-prinsip Umum dalam Berbisnis
Prinsip-prinsip etika bisnis yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik
sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita sebagai manusia. Artinya
prinsip-prinsip etika bisnis tersebut sangat erat kaitannya dengan sistem nilai yang
dianut oleh masyarakat, misalnya prinsip etika bisnis yang berlaku di Cina akan
sangat dipengaruhi oleh sistem nilai masayrakat Cina, sistem nilai masyarakaty Eropa
akan mempengaruhi prinsip-prinsip etika bisnis yang berlaku di Eropa, dan
sebagainya. Namun, prinsip etika yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya adalah
penetapan dari prinssip etika pada umumnnya.
Tanpa mengabaikan kekhasan sistem nilai dari setiap masyarakat bisnis, Keraf
(1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut:
1. Prinsip otonomi, yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya
baik untuk dilakukan
2. Prinsip kejujuran, dimana terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang dapat
ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bertahan lama dan berhasil kalau
tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa
dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja
intern dalam suatu perusahaan.
3. Prinsip keadilan, menuntut agar setiap orang diperlakukan sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle), menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip integritas moral, terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap
menjaga nama baik pimpinan, karyawan, maupun perusahaannya.
II.2.1. Prinsip Kejujuran dalam Etika Bisnis
Prinsip kejujuran sangat relevan dan mutlak diperlukan dalam dunia bisnis.
Kejujuran merupakan kunci keberhasilan para pelaku bisnis untuk mempertahankan
bisnisnya dalam jangka panjang di dalam dunia bisnis yang penuh persaingan. Keraf
menyatakan setidaknya ada tiga alasan mengapa prinsip kejujuran sangat relevan
dalam dunia bisnis. Pertama, kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak bisnis. Kejujuran sangat penting artinya bagi masing-masing
pihak yang mengadakan perjanjian dalam menentukan relasi dan kelangsungan bisnis
masing-masing pihak selanjutnya. Karena, jika salah satu pihak melakukan
kecurangan dalam memenuhi syarat-syarat perjanjian dan kontrak tentunya pihak
lainnya tidak mau lagi melakukan kerjasama dengan pihak yang curang tersebut.
Dampak dari perbuatan yang dilakukan, pihak tersebut justru membangun
kehancuran bagi bisnisnya sendiri. Hal ini mempunyai efek berganda yang ekspansif
(multiplier expansive) yang luar biasa. Perkembangan teknologi informasi yang cepat
dan maju saat ini, semua informasi dalam waktu singkat akan menyebar dan semua
pelaku bisnis akan mengetahui bahwa pihak yang melakukan kecurangan tersebut
harus dihindari dalam bisnis selanjutnya sehingga karena tidak ada lagi pengusaha
yang mau bekerjasama dengan pihak yang melakukan kecurangan tersebut maka
cepat atau lambat bisnis pihak tersebut akan segera hancur.
Kedua, kejujuran relevan dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan
harga yang sebanding. Dalam bisnis modern yang penuh dengan persaingan,
kepercayaan konsumen adalah hal paling penting bagi pelaku biusnis. Para pengusaha
selalu berusaha untuk membangun dan menjaga kepercayaan konsumen. Sekali saja
para pengusaha tersebut menipu konsumen, konsumen akan dengan mudah
mengganti produk yang biasa mereka konsumsi ke produk lainnya. Meskipun hanya
satu orang yang ditipu tapi akan berdampak besar karena orang yang ditipu akan
memberitahukan serta mengajak keluarga dan rekan-rekannya untuk tidak
menggunakan produk tersebut sehingga dalam waktu singkat akan terjadi pengaruh
berganda yang sangat signifikan terhadap perusahaan tersebut.
Oleh karena itu menipu konsumen merupakan cara bisnis yang baik dalam
memperoleh keuntungan. Ketiga, kejujuran juga relevan dalam hubungan kerja
internal dalam suatun perusahaan. Suatu perusahaan tidak akan bisa bertahan jika
hubungan kerja di dalam perusahaan tidak dilandasi oleh prinsip kejujuran. Pemilik
perusahaan selalu menipu karyawan dengan memotong gaji mereka tanpa alasan yang
jelas atau sebaliknya karyawan selalu melakukan perbuatan yang merugikan
perusahaan dengan mengambil barang-barang milik perusahaan. Perusahaan akan
hancur jika suasan kerja penuh dengan tipu-menipu seperti itu. Dapat dikatakan,
prinsip kejujuran justru merupakan inti dan kekuatan dari perusahaan. Ketiga alasan
tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa prinsip kejujuran adalah prinsip yang
sangat penting dan diperlukan bagi para pelaku bisnis yang menginginkan bisnisnya
sukses dan bertahan lama.
II.3. Penyebab Pebisnis Tidak Beretika dalam Berbisnis
Dari sekian banyak faktor etika yang telah dipertanyakan kepada para
pemimpin perusahaan, kejujuran adalah tiang utamanya. Jujur dapat diartikan sebagai
dapat dipercaya. Berbisnis berarti melakukan suatu hubungan ekonomi dengan
stakeholder maupun shareholder. Pebisnis yang berhasil haruslah
mempertimbangkan kepentingan stakeholder, artinya dalam perspektif sebuah
perusahaan, etika memiliki hubungan yang dekat dengan trust (kepercayaan) bagi dan
terhadap stakeholder-nya (Rudito dan Famiola, 2007). Sedangkan Steiner dan Steiner
(2006) menyebutkan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi agar bisnis
menjadi terpercaya dan beretika, yaitu kepemimpinan, strategi dan formasi, budaya
perusahaan, dan karakter individu.
1. Kepemimpinan
Peran manajer dalam menjalankan suatu perusahaan adalah sangat sentral, sebab
para manajer merupakan orang yang akan mengambil keputusan-keputusan
penting dalam menjalankan seluruh aktivitas perusahaan. Kepemimpinan yang
beretika menggabungkan antara pengambilan keputusan yang beretika dan
perilaku yang beretika, serta mengupayakan agar organisasi memahami dan
menerapkannya dalam kode-kode etik. Hal ini tampak dalam konteks individu
dan organisasi.
2. Strategi dan Formasi
Sebuah fungsi penting dari manajemen adalah kreatif dalam menghadapi
tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaan sulit untuk mencapai
tujuan perusahaan. Sebuah perusahaan yang buruk akan memiliki kesulitan besar
untuk menyelaraskan target yang ingin dicapai dengan standar-standar etika,
karena keseluruhan strategi perusahaan yang disebut excellence harus mampu
melaksanakan seluruh kebijakan-kebijakan perusahaan guna mencapai tujuan
perusahaan dengan cara yang jujur.
3. Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah suatu kumpulan nilai-nilai, norma-norma, ritual, dan
pola tingkah laku yang menjadi karakteristik perusahaan. Setiap budaya
perusahaan akan memiliki dimensi etika yang didorong tidak hanya oleh
kebijakan formal perusahaan, tapi juga karena kebiasaaan sehari-hari yang
berkembang dalam organisasi perusahaan tersebut, sehingga kemudian dipercaya
sebagai perilaku yang biasa ditandai mana perilaku yang pantas dan mana yang
tidak pantas. Budaya-budaya perusahaan inilah yang membantu terbentuknya
nilai dan moral di tempat kerja, juga moral yang digunakan untuk melayani para
stakeholder-nya. Aturan-aturan dalam perusahaan dapat dijadikan salah satu cara
untuk membangun budaya perusahaan yang baik. Hal ini juga terkait dengan visi
dan misi perusahaan.
4. Karakter Individu
Menurut Irwin (2001) dalam Rudito dan Famiola (2007), perilaku etika seseorang
dalam suatu organisasi akan sangat penting dipengaruhi oleh nilai-nilai, norma-
norma, moral dan prinsip yang dianutnya dalam menjalankan kehidupannya,
kemudian bisa dianggap sebagai kualitas individu tersebut. Semua kualitas
individu ini nantinya akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh dari luar
yang kemudian menjadi prinsip yang dijalani dalam hidupnya dalam bentuk
perilaku. Faktor-faktor tersebut merupakan pengaruh budaya, pengaruh organisasi
tempatnya bekerja, dan pengaruh kondisi politik serta perekonomian global
dimana individu tersebut tinggal.
2.4 Manfaat Etika Bisnis bagi Perusahaan :
Etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki dsaya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang tinggi,diperlukan suatu landasan
yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik,
system prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta
etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Karena itu,
tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia, indivdu-
individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan
tanggung jawab moral : individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
perusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan
perilaku mereka. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh
pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan
bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan
bertindak secara bermoral. Etika bisnis mempunyai prinsip dalam kaitan ini
berhubungan dengan berbagai upaya untuk menggabungkan berbagai nilai-nilai dasar
(basic values) dalam perusahaan, agar berbagai aktivitas yang dilaksanakan dapat
mencapai tujuan.
Adapun manfaat etika bisnis bagi perusahaan adalah (Abiyasa, 2011):
1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan
sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan besar yang
karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu sama lainnya. Dengan adanya
etika bisnis, secara intern semua karyawan terikat dengan standard etis yang
sama, sehingga akan mefigambil kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus
sejenis yang timbul.
2. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang etika.
(penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan dalam
melindungi lingkungan hidup).
3. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan
untuk mengatur diri sendiri (self regulation).
5. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat berupa
meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan
harga saham, maka dapat menarik minat para investor untuk membeli saham
perusahaan tersebut.
6. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan.
7. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang dapat
menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka panjang maupun jangka menengah
karena :
o Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik
intern perusahaan maupun dengan eksternal.
o Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
o Melindungi prinsip kebebasan berniaga
o Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan
akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat
kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan
beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan
maupun nilai perusahaan.
III. PEMBAHASAN
III.1. Produk Power Balance
Gelang keseimbangan yang dikenal dengan Power Balance merupakan contoh
kasus yang diangkat dalam penulisan paper ini. Produk tersebut diciptakan oleh
pebisnis Australia asal California, Josh Rodarmel dan kakaknya Troy sekitar tahun
2009. Mereka mengklaim bahwa gelang yang mereka ciptakan mampu mendorong
performa energi natural yang terdapat dari dalam stiker hologram gelang tersebut.
Bahkan dalam sebuah wawancara televisi yang ditayangkan secara nasional di
Australia, Josh menjelaskan bahwa tubuh manusia memiliki frekuensi tertentu.
Frekuensi yang dimiliki oleh manusia tersebut dapat dipengaruhi oleh frekuensi-
frekuensi buruk dari yang telah dihasilkan dari frekuensi ini ada yang berdampak
buruk seperti frekuensi handphone, televisi, radio dan sebagainya. Hal tersebut
menyebabkan penyembuhan alami yang dilakukan oleh tubuh menjadi terhampar dan
bahkan gagal.
Gambar 1. Josh & Troy Roadarmel
Rodarmel mengklaim produk gelang Power Balance yang mereka ciptakan
akan mampu mengembalikan frekuensi yang baik sehingga akan mampu
menyeimbangkan tubuh penggunanya. Gelang tersebut memiliki efek yang berbeda-
beda bagi pengguna. Bagi seorang atlet yang mengenakan gelang tersebut akan
merasa lebih bertenaga dan seimbang. Selain itu otot-otot mereka yang akan lebih
cepat pulih. Pemasaran yang menyasar para atlit dengan pemulihan otot dan tenaga,
telah mampu meningkatkan penjualan gelang Power Balance secara cepat.
Gambar 2. Power Balance dikenakan oleh atlet dunia
Dalam tempo kurang dari tiga tahun, Power Balance telah menjual produknya
sebanyak 2,5 juta diseluruh dunia. Kalangan selebritis bahkan politikus banyak yang
mengenakan Power Balance tersebut sehingga sudah merupakan suatu trend dan
budaya tersendiri dengan menggunakan produk dari Power Balance tersebut baik itu
yang berupa gelang ataupun kalung.
Tidak pernah ada manusia yang tak perduli akan kesehatannya, produk
Roadarmel tersebut menyasar akan tujuan kesehatan yang akan dicapai jika
konsumennya mengenakan produk Power Balance tersebut. Promosi yang mereka
lakukan telah mendapatkan respon dari para atlit yang menggunakan Power Balance,
dari sana para atlit yang juga merupakan selebritis dunia seperti David beckham,
Cristian Ronaldo sudah merupakan sebuah ikon yang akan ditiru oleh para
penggemarnya. Kalangan Selebritis mulai menggunakan Power Balance dikarenakan
lingkungan dan budaya mereka yang menganggap Power Balance sebagai trend.
Kalangan politikus dan masyarakat kebanyakan sudah mulai melupakan alasan dasar
dari kegunaan produk Power Balance tersebut. Trend telah bergeser dari fungsi suatu
barang menjadi sebuah fashion. Akan tetapi tanpa disadari produsen tetap menjual
produk tersebut sebagai sebuah produk kesehatan bukan produk fashion seperti yang
telah mereka janjikan selama ini.
III.2. Pelanggaran Prinsip Kejujuran dalam Berbisnis
Dalam kurun waktu yang sangat singkat Power Balance telah menjadi sebuah
ikon baru, penjualan yang mencapai lebih dari 2,5 juta diseluruh dunia merupakan
sebuah bukti akan kedasyatan dari trend kebudayaan yang diciptakan oleh Power
Balance. Mereka selama ini mengiklankan produk kesehatan yang merupakan sebuah
gelang dan kalung kesehatan yang mampu merubah atau mengembalikan frekuensi
negatif menjadi positif sehingga menguntungkan penggunannya merasa lebih sehat
dengan proses pengembalian sel-sel serta otot tubuh secara lebih sehat dan lebih
cepat.
Power Balance lebih dipromosikan melalui atlet-atlet terkenal dunia yang
dibayar dan viral marketing yang gencar dan menarik sehingga mempengaruhi
persepsi pelanggan yang melihat iklan-iklan tersebut ketimbang melalui bukti ilmiah.
Kondisi tersebut mengakibatkan perusahaan ini mendapat banyak kritik, dan
kebanyakan adalah tuduhan bahwa mereka mengeluarkan iklan palsu karena banyak
keluhan bahwa konsumen yang telah membeli produk tersebut tidak merasakan
adanya perubahan setelah mengenakan gelang tersebut.
Akhirnya pada November tahun 2010, Australian Competition and Consumer
Commision (ACCC) mengumumkan bahwa mereka tidak menemukan adanya
indikasi sesuai apa yang janjikan dalam iklan Power Balance. Tidak adanya bukti
ilmiah bahwa gelang tersebut berkhasiat juga tidak mampu dibuktikan oleh Power
Balance sendiri. Tekanan yang dilakukan oleh ACCC untuk membuktikan secara
ilmiah tidak dapat disanggupi oleh Power Balance. Hingga akhirnya pada Desember
2010, Power Balance secara resmi menyampaikan permintaan maaf terkait klaim
produk yang mereka ciptakan.
CEO Power Balance Australia, Tom O'Dowd, mengatakan, "Awalnya kami
mengklaim bahwa produk kami meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan
fleksibilitas, dan kami tidak memiliki percobaan acak yang telah diuji sejawat secara
ilmiah ataupun tingkatan bukti yang kami butuhkan untuk mendukung klaim
tersebut". Ketua ACCC, Graeme Samuel menyatakan, "Kami sangat kecewa bahwa
begitu banyak orang yang telah membayar ratusan ribu, bahkan sampai jutaan dolar,
untuk membeli gelang ini". Power Balance diharuskan mengeluarkan sejumlah iklan
di media Australia yang berisi pengakuan dan penawaran pengembalian.
Adapun pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak Power Balance di media
sebagai berikut “dalam iklan, kami menyatakan bahwa gelang tangan Power Balance
meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan fleksibilitas Anda. Kami mengakui
bahwa tidak ada bukti ilmiah kredibel yang mendukung klaim kami dan maka dari itu
kami telah terlibat dalam tindakan yang menyesatkan melanggar s52 dalam Undang-
Undang Praktek Perdagangan 1974. Jika Anda merasa telah disesatkan oleh promosi
kami, kemi meminta maaf dan menawarkan pengembalian uang secar penuh”.
Di Indonesia produk gelang Power Balance ini dijual seharga Rp.
395.000/buah sedangkan kalungnya seharga Rp. 425.000. Di Indonesia Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia turut pula meminta pertanggung jawaban Power
Balance Indonesia. Akan tetapi para pengguna di Indonesia tuntutannya tidak
diakomodir oleh pemerintah padahal sudah memiliki peraturan perundangan dalam
hal perlindungan konsumen. Adapun undang-undang perlindungan konsumen yang
dapat dikenakan terhadap perusahaan Power Balance di Indonesia ialah seperti
berikut ini :
Pasal 4, hak konsumen:
Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa”
Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa”
PT. Kubu Desa selaku distributor Power Balance Indonesia tidak memberi informasi
sebenar-benarnya terhadap konsumen di Indonesia akan efek dari pemakaian produk
Power Balance.
Pasal 7, kewajiban pelaku usaha:
Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan”
Pasal 8:
Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan”
Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari
peredaran”
PT. Kubu Desa walaupun di negara asalnya Power Balance sudah melakukan
penarikan produk karena ketidak mampuannya membuktikan khasiat dari
penggunaan Power Balance akan tetapi di Indonesia belum dilakukan.
Pasal 19 :
Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa
yang dihasilkan atau diperdagangkan”
Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian
uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”
Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari
setelah tanggal transaksi”
Keputusan perundangan tersebut harus disahkan pengadilan di Indonesia dan bagi
para masyarakat mantan konsumennya di Indonesia dapat menuntut ganti rugi jika
peraturan keputusan tersebut sudah disahkan oleh pengadilan.
Meskipun informasi bahwa promosi yang dilakukan perusaah pembuat gelang
Power Balance telah menyesatkan, beberapa penjual di Indonesia masih tetap menjual
produk tersebut dengan alas an gelang yang mereka jual tidak sebagai gelang
kesehatan yang selama ini dipromosikan. Mereka lebih melihat dari sisi fashion
semata karena konsumen yang mereka layani juga tidak mempermasalahkan
kebenaran akan manfaat gelang tersebut. Lain halnya dengan gerai-gerai lain yang
langsung menghentikan penjualan produk tersebut karena takut konsumen yang
mereka layani merasa tertipu.
Pihak distributor yang menangani peredaran produk Power Balance di
Indonesia PT. Kubu Desa tetap menjual gelang yang diklaim membawa manfaat bagi
tubuh si pemakai meskipun pemberitaan media Australia menyebut bahwa gelang
tersebut tidak membawa manfaat apa-apa karena Power Balance Australia hanya
tidak bisa membuktikan secara ilmiah mengapa hologram di gelang bisa mendukung
frase 'Balance, Strength, Flexibilty', yang menjadi slogan iklan produknya.
III.3. Kebangkrutan Power Balance
Mantan konsumennya diseluruh dunia gigih menuntut kesepakatan ganti rugi
yang harus Power Balance berikan. Uang ganti rugi yang diminta oleh para mantan
penggunannya adalah sekitar US$ 57 atau sekitar Rp. 515 Miliar. Uang tersebut
sebagai ganti rugi bagi para penggunanya yang tidak merasakan akan manfaat setelah
menggunakan produk Power Balance seperti apa yang perusahaan mereka iklankan
tersebut.
Akibat dari tuntutan tersebut situs informasi dunia hiburan di Australia
menginformasikan bahwa produsen Power Balance tersebut akan menderita kerugian
sekaligus dinyatakan kebangkrutannya saat penggantian tersebut dibayarkan. Tidak
hanya itu saja, jaringan distribusi serta outletnya diseluruh dunia beserta investasi
yang telah mereka tanamkan tentu akan mengalami kerugian akibat penutupan usaha
mereka. Ketidakpercayaan terhadap produk tidak saja berimbas kepada perusahaan
akan tetapi juga terhadap pemiliknya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan
Power Balance akan terhenti akibat praktik dari Power balance yang tidak jujur
dikarenakan dari proses penipuan yang telah mereka lakukan terhadap konsumennya
diseluruh dunia.
IV. PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Dari berbagai kasus yang ada menunjukkan bahwa pelanggaran prinsip
beretika bisnis yang jujur telah membawa dampak negative bagi seluruh stakeholder
yang terlibat dan membawa kehancuran bagi kelanjutan usaha itu sendiri. Dalam
contoh kasus yang dibahas, pada saat-saat awal penjualannya, produk Power Balance
(berupa gelang atau kalung) diklaim oleh produsennya dapat merubah frekuensi
buruk menjadi positif dan bukan lagi mengarah kepada produk fashion mendapat
animo yang spositif dan besar dari para konsumen.
Namun, setelah konsumen membeli dan tidak merasakan efek apapun dari
gelang tersebut maka terbongkarlah bahwa apa yang dipromosikan tidak sesuai.
Akhirnya, pada saat perusahaan dituntut untuk membuktikan apa yang telah diklaim
oleh perusahaan, perusahaan sendiri tidak dapat membuktikannya. Hal tersebut
akhirnya berdampak pada adanya tuntutan dari konsumen dalam jumlah yang sedikit
dan akhirnya tuntutan tersebut mengakibatkan kebangkrutan pada perusahaan.
IV.2. Saran
Prinsip kejujuran dalam berbisnis merupakan hal yang sangat krusial dan
sering kali ditemuinya kasus-kasus penipuan dengan berkedok bisnis. Prinsip ini
kadang sering dilupakan oleh para pelaku bisnis karena hanya mengejar keuntungan
semata tanpa memerhatikan dan memikirkan keberlanjutan usaha yang dijalankan dan
kesembangan antar stakeholder yang terlibat dalam bisnis itu sendiri. Telah terbukti
bahwa bisnis-bisnis yang tidak menerapkan prinsip kejujuran berkakhir dengan
kehancuran. Oleh karena itu sebagi insan yang berakhlak dan berbudi pekerti
seharusnya tidak melupakan prinsip-prinsip dalam beretika bisnis.
V. DAFTAR PUSTAKA
Abiyasa, 2011. Manfaat Etika Bagi Perusahaan.
http://rezaabiyasa.wordpress.com/2011/10/12/manfaat-etika-bisnis-bagi-
perusahaan/
http://kelanakota.suarasurabaya.net/?
id=8c4f0f96d577ba4c2aa9f08b8443ae2c201187093. Diakses pada tanggal 14
April 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Power_Balance. Diakses pada tanggal 15 April 2012
http://metrotvnews.com/read/news/2011/01/04/38486. Diakses pada tanggal 15 April
2012
http://news.detik.com/read/2011/01/04/130511/1538829/10/menpora-gelang-power-
balance-untuk-fashion-saja?nd992203605. Diakses pada tanggal 16 April
2012
http://news.detik.com/read/2011/01/04/115221/1538736/10/distributor-di-indonesia-
tetap-jual-gelang-power-balance?nd992203605. Diakses pada tanggal 16
April 2012
Keraf, S. (1998). Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Penerbit Kanisius,
Jakarta.
Rudito, B. dan M. Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggungjawab Sosial
Perusahaan di Indonesia. Penerbit Rekayasa Sains, Bandung.
Steiner, G.A. dan J.A. Steiner. 2006. Business, Government, and Society. Mc Graw-
Hill.