tsara arbiaty kramawiredja 2014

4
Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 t ingkat empati yang dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS) Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut: Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien •Mengacuhkan pendapat pasien •Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti “Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik operasi saja sekarang.” Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu • “A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, Membalikkan badan, menyiapkan alat, dan lain-lain Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit •Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja” •Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini? Level 3: Dokter menghargai pendapat pasien •“Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stress ?” Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien •“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga” Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and experience) dengan pasien. •“Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir” Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit. http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu%20Kedokteran %20Terintegrasi%20-%20PBL/Materi%20Semester%201%20-%202007/MANUAL %20KOMUNIKASI.pdf TUJUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Upload: dewandaru-i-a-b

Post on 07-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

fk

TRANSCRIPT

Page 1: Tsara Arbiaty Kramawiredja 2014

Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS) Levels).Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut: Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien•Mengacuhkan pendapat pasien •Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti “Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik operasi saja sekarang.”

Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu• “A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, Membalikkan badan, menyiapkan alat, dan lain-lainLevel 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit•Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”•Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?Level 3: Dokter menghargai pendapat pasien•“Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stress ?”Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien•“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga”Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and experience) dengan pasien.•“Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat,khawatir”

Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.

http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu%20Kedokteran%20Terintegrasi%20-%20PBL/Materi%20Semester%201%20-%202007/MANUAL%20KOMUNIKASI.pdf

TUJUAN KOMUNIKASI INTERPERSONALTujuan komunikasi interpersonal sebagaimana dikemukakan DeVito (1992: 13-14)nampaknya bisa gayut dengan kehidupan para pengawas/penilik, yaitu:

1. Untuk mempelajari secara lebih baik dunia luar, seperti berbagai objek, peristiwa dan orang lain. Meskipun informasi tentang dunia luar itu kita kenal umumnya melalui massmedia, tetapi hal itu pada akhirnya seringkali didiskusikan, dipelajari, diinternalisasi melalui komunikasi interpersonal. Nilai - nilai, sistem kepercayaan, dan sikap – sikap nampaknya lebih banyak dipengaruhi oleh pertemuan interpersonal daripada dipengaruhi media bahkan sekolah. Oleh karena itu komunikasi interpersonal sebenarnya memberi

Page 2: Tsara Arbiaty Kramawiredja 2014

peluang kepada kita untuk belajar tentang diri kita sendiri. Sangat mungkin hal itu menarik perhatian atau mengejutkan dan bahkan amat berguna karena yang dibicarakan perasaan kita, pemikiran kita dan perilaku kita sendiri. Selanjutnya, melalui komunikasi interpersonal kita mengevaluasi keadaan diri kita untuk kemudian kita membandingkannya dengan kondisi sosial orang lain. Cara seperti ini menghasilkan self-concept yang makin berkembang dan mendorong perluasan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya melakukan perubahan/inovasi.

2. Untuk memelihara hubungan dan mengembangkan kedekatan atau keakraban. Melalui komunikasi interpersonalkita berkeinginan untuk menjalin rasa cinta dan kasih sayang. Di samping cara demikian mengurangi rasa kesepian atau rasa depresi, komunikasi interpersonal bertujuan membagi dan meningkatkan rasa bahagia yang pada akhirnya mengembangkan perasaan positif tentang diri kita sendiri. Kita diajari tidak boleh iri, dengki, dendam, saling fitnah dan saling bunuh; kita semua akan mati dan dikuburkan orang lain.

3. Untuk mempengaruhi sikap - sikap dan perilaku orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sering mengajak dan membujuk seseorang untuk menetapkan cara - cara tertentu yang lebih menguntungkan, untuk mendengarkan musik atau isi suatu rekaman, untuk mengambil kursus tertentu, untuk menggunakan obat atau ramuan tertentu, untuk bersama-sama terlibat dalam kegiatan dan sebagainya. Upaya mempengaruhi pihak lain menjadi demikian penting bagi pengawas/penilik kependidikan yang memang tugasnya melakukan pembinaan.

4. Untuk menghibur diri atau bermain. Kita bisa mendengarkan pelawak, pembicaraan, dan musik. Kita juga bisa menghibur orang lain, mengutarakan lelucon menceriterakan kisah-kisah yang menarik. Tujuan demikian menjadi penting manakala orang-orang sudah demikian serius dan beranjak stres dalam melaksanakan pekerjaan.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/195908141985031-JOHAR_PERMANA/Tek_Kom_Inter_Pers_Modul.pdf

1. Pengertian EmpatiStein (2002) mengatakan bahwa empati dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyadari, memahami dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain. Empati adalah “menyelaraskan diri” peka terhadap apa, bagaimana dan latar belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan dan memikirkannya. Bersikap empati artinya mampu membaca orang lain dari sudut pandang emosi.

http://arsip.uii.ac.id/files//2012/08/05.2-bab-2131.pdf

Page 3: Tsara Arbiaty Kramawiredja 2014

SAJI, Langkah-langkah Komunikasi Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi, yaitu SAJI(Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999). S = Salam A = Ajak Bicara J = Jelaskan I = Ingatkan Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut. Salam : Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengannya.

Ajak Bicara : Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali informasi.

Jelaskan : Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.

Ingatkan : Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting.

file:///C:/Users/KEDOKT~1/AppData/Local/Temp/KOMUNIKASI%20DOKTER-PASIEN.pdfkars.or.id