ts suppositoria lengkap

22
Suppositoria Suppositoria Suppositoria Suppositoria 1 SUPPOSITORIA I. DEFINISI Menurut Farmakope Indonesia ed. IV supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh (FI ed. IV, hal 16). II. TEORI SEDIAAN Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar supositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul, dan ester asam lemak polietilen glikol. Bahan dasar supositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat terapetik. Lemak coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena itu menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat diobati. Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk beberapa antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik, lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, agar diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun obat bentuk nonionik dapat dilepas dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air, seperti gelatin tergliserinasi dan polietilen glikol, bahan dasar ini cenderung sangat lambat larut sehingga menghambat pelepasan. Bahan pembawa berminyak seperti lemak coklat jarang digunakan dalam sediaan vagina, karena membentuk residu yang tidak dapat diserap, Sedangkan gelatin tergliserinasi jarang digunakan melalui rektal karena disolusinya lambat. Lemak coklat dan penggantinya (lemak keras) lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperti pada sediaan untuk hemoroid internal. a. Supositoria Lemak Coklat Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat dengan minyak dalam keadaan lebur dan membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin di dalam cetakan. Sejumlah zat pengeras yang sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah kecenderungan beberapa obat, (seperti kloralhidrat dan fenol) melunakkan bahan dasar. Yang penting, supositoria meleleh pada suhu tubuh. Perkiraan bobot supositoria yang dibuat dengan lemak coklat, dijelaskan dibawah ini. Supositoria yang dibuat dari bahan dasar lain, bobotnya lebih berat dari pada bobot yang disebutkan dibawah ini. Supositoria rektal. Supositoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g. Supositoria vaginal. Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Supositoria dengan bahan lemak coklat harus disimpan dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu dibawah 30 derajat (suhu kamar terkendali) b. Pengganti Lemak Coklat Supositoria dengan bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari berbagai minyak nabati, seperti minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang dimodifikasi dengan

Upload: silvia-aryani

Post on 08-Feb-2016

402 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

sediaan supossitoria

TRANSCRIPT

Page 1: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

1

SUPPOSITORIA

I. DEFINISI

Menurut Farmakope Indonesia ed. IV supositoria adalah sediaan padat dalam

berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra. Umumnya

meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh (FI ed. IV, hal 16).

II. TEORI SEDIAAN

Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa

zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar supositoria yang umum digunakan

adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen

glikol berbagai bobot molekul, dan ester asam lemak polietilen glikol.

Bahan dasar supositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat

terapetik. Lemak coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan

tubuh, oleh karena itu menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat diobati.

Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk beberapa antiseptik. Jika diharapkan

bekerja secara sistemik, lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, agar

diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun obat bentuk nonionik dapat dilepas

dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air, seperti gelatin tergliserinasi dan polietilen

glikol, bahan dasar ini cenderung sangat lambat larut sehingga menghambat pelepasan.

Bahan pembawa berminyak seperti lemak coklat jarang digunakan dalam sediaan vagina,

karena membentuk residu yang tidak dapat diserap, Sedangkan gelatin tergliserinasi jarang

digunakan melalui rektal karena disolusinya lambat. Lemak coklat dan penggantinya (lemak

keras) lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperti pada sediaan untuk hemoroid internal.

a. Supositoria Lemak Coklat

Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur bahan

obat yang dihaluskan ke dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang

dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat dengan minyak dalam keadaan lebur

dan membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin di dalam cetakan. Sejumlah zat

pengeras yang sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah kecenderungan beberapa obat,

(seperti kloralhidrat dan fenol) melunakkan bahan dasar. Yang penting, supositoria

meleleh pada suhu tubuh.

Perkiraan bobot supositoria yang dibuat dengan lemak coklat, dijelaskan dibawah ini.

Supositoria yang dibuat dari bahan dasar lain, bobotnya lebih berat dari pada bobot yang

disebutkan dibawah ini.

Supositoria rektal. Supositoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau

kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g.

Supositoria vaginal. Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih

kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur

dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi.

Supositoria dengan bahan lemak coklat harus disimpan dalam wadah tertutup baik,

sebaiknya pada suhu dibawah 30 derajat (suhu kamar terkendali)

b. Pengganti Lemak Coklat

Supositoria dengan bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari berbagai minyak

nabati, seperti minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang dimodifikasi dengan

Page 2: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

2

esterifikasi, hidrogenasi, dan fraksionasi hingga diperoleh berbagai komposisi dansuhu

lebur (misalnya minyak nabati terhidrogenasi dan lemak padat). Produk ini dapat

dirancang sedemikian hingga dapat mengurangi terjadinya ketengikan. Selain itu sifat

yang diinginkan seperti interval yang sempit antara suhu melebur dan suhu memadat dan

jarak lebur juga dapat dirancang umtuk penyesuaian berbagai formulasi dan keadaan

iklim.

c. Supositoria Gelatin Tergliserinasi

Bahan obat dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin tergliserinasi, dengan

menambahkan sejumlah tertentu kepada bahan pembawa yang terdiri dari lebih kurang

70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air.

Supositoria ini harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu

dibawah 35 derajat.

d. Supositoria dengan Bahan Dasar Polietilen Glikol

Beberapa kombinasi polietilen glikol mempunyai suhu lebur lebih tinggi dari suhu

badan telah digunakan sebagi bahan dasar supositoria. Karena pelepasan dari bahan dasar

lebih ditentukan oleh disolusi dari pada pelelehan, maka masalah dalam pembuatan dan

penyimpanan jauh lebih sedikit dibanding masalah yang disebabkan oleh jenis pembawa

yang melebur. Tetapi polietilen glikol dengan kadar tinggi dapat memperpanjang waktu

disolusi sehingga menghambat pelepasan. Pada etiket supositoria polietilen glikol harus

tertera petunjuk “basahi dengan air sebelum digunakan”, meskipun dapat disimpan tanpa

pendinginan, supositoria ini harus dikemas dalam wadah tertutup rapat.

e. Supositoria dengan Bahan Dasar Surfaktan

Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia mendekati polietilen glikol dapat

digunakan sebagai bahan pembawa supositoria. Contoh surfaktan ini adalah ester asam

lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat digunakan

dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan pembawa supositoria lain untuk

memperoleh rentang suhu lebur yang lebar dan konsistensi. Salah satu keuntungan utama

pembawa ini adalah dapat terdispersi dalam air. Ettapi harus hati-hati dalam penggunaan

surfaktan, karena dapat meningkatkan kecepatan absorpsi obat atau dapat berinteraksi

dengan molekul obat yang menyebabkan penurunan aktivitas terapetik.

f. supositoria kempa atau supositoria sisipan

Supositoria vaginal da[at dibuat dengan cara mengempa massa srbuk menjadi bentuk

yang sesuai. Dapat juga dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak.

(FI ed. IV hal 16-17)

II.1. TUJUAN PENGGUNAAN

2.1.1 Efek Lokal

Pada umumnya untuk pengobatan wasir, konsipasi, infeksi dubur. Zat aktif yang biasa

digunakan adalah

� Anastetik lokal (benzokain, tetrakain)

� Adstringen (ZnO, Bi-subgalat, Bi-subnitrat)

� Vasokonstriktor (efedrin HCL)

� Analgesik (turunan salisilat)

� Emollient (balsam peru untuk wasir)

� Konstipasi (glisin bisakodil)

Page 3: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

3

� Antibiotika untuk infeksi

2.1.2. Efek Sistemik

� Meringankan penyakit asma (teofilin, efedrin, amonifilin)

� Analgetik dan antiinflamasi (turunan salisilat, parasetamol)

� Anti arthritis, radang persendian (fenilbutason, indometasin)

� Hipnotik & sedatif (turunan barbiturat)

� Trankuilizer dan anti emetik (fenotiazin, klorpromazin)

� Khemoterapetik (antibiotik, sulfonamida)

(Lachman, Teory and Practice of Industrial Pharmacy, hal 24)

II.2. KARAKTERISASI DOSIS

1. Umumnya dosis pada pemberian rektal besarnya 2121 − kali dosis oral.

2. Dosis yang benar tergantung pada kecepatan pelepasan obat dari supo. Ini berarti basis

supo dan jumlah obat harus dipertimbangkan secara bersamaan.

3. Karena pembawa dapat merubah kecepatan absorbsi obat jumlah obat yang diberikan

dalam supo tergantung pada pembawa dan sifat fisik obat.

II.3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORPSI REKTAL

Dosis obat yang digunakan melalui rektum mungkin lebih besar atau lebih kecil

daripada obat yang dipakai secara oral, tergantung kepada faktor-faktor seperti keadaan tubuh

pasien, sifat fisika kimia obat dan kemampuan obat melewati penghalang fisiologi untuk

absorpsi dan sifat basis supositoria serta kemampuannya melepaskan obat supaya siap untuk

diabsorpsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat dalam rektum pada pemberian

obat dalam bentuk supositoria yaitu :

i) Faktor fisiologis

Antara lain ada tidaknya feses dalam rektum, sirkulasi darah di rektum, beberapa

kondisi patologik seperti diare sehingga terjadi dehidrasi pada tubuh, pH cairan rektal,

juga selaput lendir pada dinding rektum. Untuk memberikan efek yang optimal rektum

harus dikosongkan dulu. Cairan rektal memiliki kapasitas dapar yang rendah, sehingga

zat aktif yang ada di dalamnya ditentukan oleh pH sekelilingnya. Bila diatur pH kritis

untuk memperoleh efisiensi absorpsi yang optimal maka dibutuhkan penambahan dapar

ke dalam formula. Selaput lendir bisa menghambat absorpsi terutama bila selaput lendir

tersebut kental dan tebal. Penempatan supositoria di dalam rektum, bila terlalu dalam

akan menuju vena hemoroidal atas.

ii) Faktor fisikokimia

Antara lain koefisien partisi lemak-air dari zat aktif, kecepatan hancurnya basis,

kecepatan disolusi zat aktif dalam cairan rektal, keadaan zat aktif dalam supositoria (jika

terlarut, maka dalam basis biasanya proses pelepasan dan disolusi zat aktif menjadi lebih

lambat), kelarutan zat aktif dalam cairan rektal, ukuran partikel zat aktif.

iii) Adanya zat tambahan khusus ke dalam basis

Misalnya surfaktan, dapat merubah tegangan permukaan selaput mukosa pada rektal

sehingga absorpsi zat berkhasiat menjadi lebih baik. Surfaktan dapat memperbesar

Page 4: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

4

kelarutan suatu zat berkhasiat sehingga diabsorpsi lebih cepat, tapi juga dapat membentuk

suatu kompleks senyawa baru yang lambat diabsorpsi.

iv) Faktor aliran darah

Makin banyak pembuluh darah di sekitar supositoria maka absorpsi obat akan

semakin cepat. Tetapi luas permukaan absorpsi terbatas di daerah kolon dan tidak ada

perbedaan luas permukaan yang mencolok di daerah kolon, baik di pinggir, di tengah

maupun di dalam daerah kolon. Setelah obat diabsorpsi dari usus halus obat dialirkan

melalui vena hepatic portal ke hati. Hati memetabolisme obat tersebut, dapat berupa

modifikasi atau mengurangi efek obat tersebut. di lain pihak jumlah yang lebih banyak

dari obat yang sama dengan di atas akan diabsorpsi melalui anorektal. Vena haemoroid

halus yang mengelilingi kolon dan rectum masuk vena kava inferior sehingga tidak

masuk ke hati. Vena haemoroid menuju ke vena portal dan bermuara di hati. Tetapi lebih

dari setengah pemberian melalui rectal diabsorpsi langsung ke sirkulasi tubuh. Sirkulasi

limfa juga membantu absorpsi obat melalui rectal dan mengalihkannya dari hati. Rectal

tidak mempunyai daya kapasitas buffer. Menurut Schumber, asam dan basa lemah lebih

cepat diabsorpsi daripada asam/basa kuat dan yang terionisasi kuat lainnya.

II.4. BASIS SUPOSITORIA

Basis supositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yang dikandungnya.

Salah satu persyaratan pertama bagi suatu basis supositoria adalah basis yang selalu padat

dalam suhu ruangan tetapi akan melunak, melebur atau melarut dengan mudah pada suhu

tubuh sehingga obat yang dikandungnya dapat sepenuhnya diperoleh segera setelah

dimasukkan (H.C. Ansel, 1989). Menurut Farmakope Indonesia IV, basis supositoria yang

umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi,

campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol.

Basis supositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat terapeutik.

Yang perlu diperhatikan untuk basis supositoria adalah :

a. Asal dan komposisi kimia

b. Rentang pelelehan

c. Titik pemadatan

d. Bilangan sabun (saponifikasi)

e. Bilangan iodida

f. Bilangan air (jumlah air yang dapat diserap dalam 100 g lemak)

g. Bilangan asam

Syarat basis yang ideal antara lain :

a. melebur pada temperatur rektal

b. tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan sensitisasi

c. dapat dicampur dengan berbagai obat

d. tidak berbentuk metastabil

e. mudah dilepas dari cetakan

f. memiliki sifat pembasahan dan emulsifikasi

g. bilangan airnya tinggi

h. stabil baik secara fisika ataupun kimia.

Page 5: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

5

i. tidak mempengaruhi efektivitas obat

j. memberi bentuk yang sesuai untuk memudahkan pemakaiannya

k. mempengaruhi pelepasan bahan aktif. Pelepasan yang cepat dibutuhkan apabila bahan

aktif untuk tujuan sistemik, dan pelepasan yang lebih lambat apabila bahan aktif

untuk tujuan lokal.

l. cara fabrikasi mudah

Tipe basis supositoria yaitu :

a. Basis supositoria yang meleleh (Basis berlemak)

- Keuntungan :

• Tidak berbahaya

• Mudah dibentuk

• Tidak reaktif

• Melebur pada suhu tubuh

- Kerugian :

• Dapat tengik

• Melebur pada udara panas

• Mencair jika bereaksi dengan obat-obat tertentu

• Memberntuk polimorfisa jika dipanaskan berlebihan

- Sifat-sifat :

• Trigliserida yang terdiri dari olea palmito stearin dan oleo distearin

• Lemak, padat, berwarna kuning keputihan agak getas dengan bau coklat

• Melebur pada 30-350 C

• Bilangan iod 34-38

• Bilangan asam < 4

• Mudah tengik dan meleleh harus disimpan di tempat sejuk dan kering

terhindar dari cahaya.

- Bentuk polimorfisa

• Bentuk α melebur pada 24oC diperoleh dengan pendinginan secara tiba-

tiba sampai 0oC.

• Bentuk β deperoleh dari cairan oleum cacao yang diaduk pada suhu 18-

230 C titik leburnya 28-31

oC

• Bentuk β stabil diperoleh dari Bentuk β melebur pada 34-35oC diikuti

dengan kontraksi volume

• Bentuk γ-1 melebur pada suhu 18oC diperoleh dari oleum cacao dingin

dengan suhu 20oC sebelum dipadatkan ke dalam wadah yang didinginkan

pada suhu 0oC.

Pembentukan polimorfisa ini tergantung dari derajat pemanasan. Proses

pendinginan dan keadaan selama proses. Pembentukan kristal non stabil

dapat dihindari dengan cara :

• jika massa tidak melebur sempurna sisa-sisa krsital mencegah

pembentukan krsital non stabil.

Page 6: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

6

• Sejumlah kristal stabil ditambahkan ke dalam leburan untuk mempercepat

perubahan dari bentuk non stabil ke bentuk stabil.

• Leburan dijaga pada temperature 28-32oC selama 1jam atau 1hari.

- Hal-hal yang harus diperhatikan :

• Gunakan panas minimal pada proses peleburan

• Jangan memperlama proses pemanasan

• Jika melekat pada cetakan gunakan lubrikan

• Titik pemadatan oleum cacao terletak 12-13oC dibawah titik leburnya

untuk itu massa harus dijaga tetap cair pada suhu tubuh tersebut.

• Penambahan tween 65 sebanyak 5-10% akan meningkatkan absorpsi air

sehingga membentuk zat yang tidak larut/terdispersi dalam oleum cacao

• Kestabilan suspensi dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan-bahan

seperti Al-monostearat atau silica yang memberikan leburan oleum cacao

bersifat tiksotropik.

• Untuk obat-obat yang dapat menurunkan titik lebur oleum cacao

digunakan campuran malam atau spermaceti (lemak ikan paus).

b. Basis supositoria larut air

Basis yang penting dari kelompok ini adalah basis gelatin tergliserinasi dan

basis polietilen glikol. Basis gelatin tergliserinasi mengandung air 10%, gliserin 70%,

dan gelatin 20%. Basis ini terlalu lunak untuk dimasukkan dalam rektal sehingga

hanya digunakan melalui vagina dan uretra. Polietilen glikol merupakan polimer dari

etilen oksida dan air, dibuat menjadi bermacam-macam panjang rantainya. Polietilen

glikol tersedia dalam berbagai macam berat molekul mulai dari 400 sampai 8000.

Pemberian nomor menunjukkan berat molekul rata-rata dari masing-masing

polimernya. Polietilen glikol yang memiliki berat molekul rata-rata 200-700 berupa

cairan bening tidak berwarna dan yang mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari

1000 berupa lilin putih, padat dan kepadatannya bertambah dengan bertambahnya

berat molekul. Basis polietilen glikol dapat dicampur dalam berbagai perbandingan

untuk mendapatkan basis dengan titik leleh dan kecepatan disolusi yang diinginkan

dan untuk mengkompensasi turunnya titik leleh oleh zat aktif. Supositoria dengan

polietilen glikol tidak melebur ketika terkena suhu tubuh, tetapi perlahan-lahan

melarut dalam cairan tubuh. Oleh karena itu basis ini tidak perlu diformulasi supaya

melebur pada suhu tubuh.

PEG Titik Leleh (oC)

1000 38-41

1500 38-41

1540 43-46

4000 53-55

6000 58-61

Page 7: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

7

Keuntungan PEG :

- Tidak berbentuk polimorfisa

- Stabil dan tahan terhadap mikroba

PEG baik untuk pentobarbital, secobarbital, aminofilin, kloralhidrat, asam tanat,

klorbutanol. Tidak bercampur dengan fenol, resorsinol, balsam peru, tannin, kampora,

parasetamol, barbiturate-Na, asam salisilat, kamfer mengkristal dalam PEG. Asam

salisilat konsentrasi tinggi PEG akan melunak sedangkan aspirin membentuk komplek

dengan PEG.

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk formula PEG :

- Cetakan harus kering karena PEG larut air

- Massa leburan harus dibiarkan dingin sebelum dituang

- Tidak memerlukan lubrikan karena tidak lengket pada cetakan.

c. Basis surfaktan

Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis hidrofilik sehingga dapat

digunakan tanpa penambahan zat tambahan lain. Surfaktan juga dapat dikombinasikan

dengan basis lain.

Keuntungan :

- Dapat disimpan pada suhu tinggi

- Mudah penanganannya

- Dapat bercampur dengan obat

III. FORMULASI SUPOSITORIA

III.1. Metode Pembuatan

(Lachman, “Theory and Practice of Industrial Pharmacy”, 260-262)

3.1.1. Cetak dengan tangan (manual)

Metode ini merupakan metode paling sederhana, praktis dan ekonomis untuk

memproduksi sejumlah kecil supositoria. Caranya adalah dengan menggerus basis sedikit

demi sedikit dengan bahan obat dalam mortir hingga homogen. Kemudian massa supositoria

yang mengandung bahan aktif digulung menjadi bentuk silinder lalu dipotong-potong sesuai

dengan diameter dan panjangnya. Bahan obat dicampurkan dalam bentuk serbuk halus atau

dilarutkan dalam air. Untuk mencegah melekatnya basis pada tangan maka digunakan talk.

3.1.2. Pencetakan kompresi dinding

Dibuat dengan cara mencetak massa yang dingin ke dalam cetakan dengan bentuk

yang diinginkan. Alat kompresi ini terdapat dalam berbagai kapasitas yaitu 1, 2, dan 5 gram.

Prinsipnya: suatu roda tangan beredar menekan piston terhadap massa supositoria sehingga

massa bisa dimasukkan ke dalam cetakan. Metode ini dapat mencegah sedimentasi padatan

yang larut dalam basis supositoria. Kerugiannya: untuk mencetak tipe lemak terjadi

Page 8: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

8

pemasukan udara sehingga dapat mengacaukan pengontrolan bobot dan adanya oksidasi

basis/zat aktif.

3.1.3. Pencetakan dengan cara penuangan

Metode ini sering digunakan untuk pembuatan skala industri. Teknik ini juga sering

disebut teknik pelelehan. Cara ini dapat dipakai untuk membuat supositoria dengan hampir

semua pembawa. Cetakannya dapat digunakan untuk membuat 6 sampai 600 supositoria.

Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode ini adalah melelehkan basis dalam penangas

air, menghaluskan zat aktif, mencampurkan zat aktif dengan basis dalam penangas hingga

homogen, membasahi cetakan dengan lubrikan untuk mencegah melekatnya supositoria pada

dinding cetakan, menuang hasil leburan menjadi supositoria, selanjutnya pendinginan

bertahap (pada awalnya di suhu kamar, lalu pada lemari pendingin suhu -10°C), dan

melepaskan supositoria dari cetakan. Cetakan yang umum digunakan sekarang terbuat dari

baja tahan karat, aluminium, tembaga atau plastik. Cetakan yang dipisah-pisah dalam sekat-

sekat, umumnya dapat dibuka secara membujur. Pada waktu leburan dituangkan, cetakan

ditutup dan dibuka lagi bila akan mengeluarkan supositoria yang sudah dingin. Tergantung

pada formulasinya, cetakan supositoria mungkin memerlukan pelumas/lubrikan sebelum

leburan dimasukkan ke dalamnya, supaya memudahkan terlepasnya supositoria dari cetakan.

Bahan-bahan yang mungkin menimbulkan iritasi terhadap membran mukosa seharusnya tidak

digunakan sebagai pelumas cetakan supositoria. Contoh langkah pembuatan supositoria

dengan teknik pelelehan:

• Basis dilelehkan dalam penangas air untuk menghindari pemanasan yang berlebih

(untuk oleum cacao < 40°C).

• Zat aktif dihaluskan.

• Campur zat aktif dengan basis dalam penangas hingga homogen.

• Cetakan dibasahi dulu dengan gliserin untuk mencegah melekat pada dinding

cetakan.

• Massa didinginkan secukupnya dan dituang ke dalam cetakan.

• Diamkan dulu di suhu kamar, lalu masukkan ke dalam kulkas bagian bawah (bukan

freezer), dan terakhir masukkan ke dalam freezer.

3.1.4. Pencetakan dengan mesin otomatis

3.1.5. Pencetakan langsung kemas

III.2. Pendekatan untuk melakukan formulasi suppositoria

(Lachman, “Theory and Practice of Industrial Pharmacy”, 262-263)

1. Apakah untuk tujuan sistemik atau lokal?

2. Di mana lokasi pemberian supositoria? Vaginal atau rektal?

3. Bagaimana efek yang diinginkan? Cepat atau lambat?

a. Supositoria untuk tujuan sistemik

• Basis yang digunakan ekonomis.

• Zat aktif harus terdispersi baik dalam basis dan dalam cairan tubuh.

• Jika zat aktif larut air, gunakan basis lemak dengan kadar air rendah.

Page 9: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

9

• Jika zat aktif larut lemak, gunakan basis larut air. Dapat ditambahkan surfaktan

untuk mempertinggi kelarutannya.

• Untuk meningkatkan homogenitas zat aktif dalam basis sebaiknya digunakan

pelarut yang melarutkan zat aktif atau zat aktif dihaluskan sebelum dicampur

dengan basis.

• Zat aktif yang larut sedikit dalam air atau pelarut lain yang tercampur dalam basis,

dilarutkan dulu sebelum dicampur dengan basis.

• Zat aktif yang langsung dapat dicampur dengan basis, terlebih dahulu diayak

dengan ayakan 100 mesh.

b. Supositoria untuk efek lokal

• Untuk hemoroid, anestetika lokal dan antiseptik.

• Basis tidak diabsorpsi, melebur dan melepaskan obat secara perlahan-lahan.

• Efek lokal umumnya terjadi selama ½ hingga 4 jam.

• Jika zat aktif larut dalam lemak, digunakan basis lemak.

• Jika zat aktif larut air, digunakan basis larut air.

III.3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi supo

(Lachman, “Disperse System”, 537-547)

3.3.1. Pemilihan Obat/Zat Aktif

Suatu zat aktif dapat dberikan dalam bentuk supositoria jika:

1. Dapat diabsorpsi baik melalui mukosa rektal untuk mencapai kadar dalam darah

untuk terapetik.

2. Absorpsi zat aktif melalui rute oral buruk atau menyebabkan iritasi mukosa saluran

pencernaan.

3. Zat aktif berupa polipeptida kecil yang dapat mengalami proses enzimatis pada

saluran pencernaan bagian atas (sehingga tidak berguna jika diberikan melalui rute

oral).

4. Zat aktif tidak tahan terhadap pH saluran pencernaan bagian atas.

5. Zat aktif digunakan untuk terapi lokal gangguan di rektum atau vagina.

Sifat dari zat aktif yang mempengaruhi pengembangan produk supositoria:

1. Sifat fisik

• Zat aktif dapat berupa cairan, pasta atau solida.

• Penurunan ukuran partikel dapat meningkatkan bioavailabilitas obat (melalui

peningkatan luas permukaan) dan meningkatkan kinetika disolusi pada ampula

rektal.

• Penurunan ukuran partikel dapat menyebabkan pengentalan campuran zat

aktif/eksipien, yang menyebabkan aliran menjadi jelek saat pengisian

supositoria ke cetakan, dan juga memperlambat resorpsi zat aktif.

• Adanya zat aktif berupa kristal kasar (apakah karena keadaan zat aktif saat

ditambahkan ke dalam basis atau karena pembentukan kristal) dapat

menyebabkan iritasi permukaan mukosa rektal yang sensitif.

2. Densitas bulk

Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara densitas zat aktif dengan eksipien

akan menyulitkan homogenitas produk. Usaha yang dapat dilakukan untuk

mengatasi hal ini yaitu dengan menurunkan ukuran partikel atau meningkatkan

viskositas produk. Peningkatan viskositas produk dapat dicapai dengan penambahan

Page 10: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

10

bahan pengental, atau dengan menurunkan suhu campuran agar mendekati titik

solidifikasi sehingga fluiditasnya turun.

3. Kelarutan (solubilitas)

• Peningkatan kelarutan zat aktif dalam basis meningkatkan homogenitas produk,

tetapi menyulitkan/mengurangi pelepasan zat aktif jika terjadi kecenderungan

yang besar dari zat aktif untuk tetap berada dalam basis.

• Afinitas zat aktif terhadap basis/eksipien dapat diatur dengan derajat misibilitas

dari kedua komponen supositoria.

3.3.2. Pemilihan Basis

Peran utama basis supositoria:

a. Menjadikan zat aktif tertentu dapat dibuat dalam bentuk supositoria dengan tepat

dalam karakteristik fisikokimia dan kebutuhan dari pembuat.

b. Basis digunakan untuk mengatur penghantaran medikasi pada tempat absorpsinya.

Karakteristik basis yang menentukan pada selama produksi:

a. Kontraksi

Sedikit kontraksi pada saat pendinginan volume supositoria diinginkan untuk

memudahkan pengeluaran dari cetakan.

b. Ke-inert-an (inertness)

Tidak boleh ada interaksi kimia antara basis dengan bahan aktif.

c. Solidifikasi

Interval antara titik leleh dengan titik solidifikasi harus optimal: jika terlalu pendek

maka penuangan lelehan ke dalam cetakan akan sulit; jika terlalu panjang waktu

solidifikasi menjadi lama sehingga laju produksi supositoria menurun.

d. Viskositas

Jika viskositas tidak cukup, komponen terdispersi dari campuran akan membentuk

sedimen, mengganggu integritas dari produk akhir.

Karakteristik basis yang menentukan selama penyimpanan:

a. Ketidakmurnian (Impurity)

Kontaminasi bakteri/fungi harus diminimalisir dengan basis yang non-nutritif

dengan kandungan air minimal.

b. Pelembekan (softening)

Supositoria harus diformulasi agar tidak melembek atau meleleh selama transportasi

atau penyimpanan.

c. Stabilitas

Bahan yang dipilih tidak teroksidasi saat terpapar udara, kelembapan atau cahaya.

Karakteristik basis yang menentukan selama penggunaan:

a. Pelepasan

Pemilihan basis yang tepat memberikan penghantaran yang optimal dari bahan aktif

ke tempat target.

b. Toleransi

Supositoria akhir toksisitasnya harus minimal, dan tidak menyebabkan iritasi

jaringan mukosa rektal yang sensitif.

Kriteria pemilihan basis berdasarkan karakteristik fisikokimianya:

Page 11: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

11

a. Rentang suhu leleh

Spesifikasi suhu leleh basis supositoria (terutama basis lemak) menyatakan suatu

rentang suhu leleh daripada suatu titik leleh tunggal. Hal ini karena terdapat suatu

rentang suhu antara bentuk stabil dan tidak stabil, suatu hasil dari polimorfisme

bahan tersebut. Penambahan cairan ke dalam basis umumnya cenderung

menurunkan suhu leleh dari supositoria akhir, sehingga disarankan penggunaan

basis dengan suhu leleh lebih tinggi. Sedangkan, penambahan sejumlah besar

serbuk fine akan meningkatkan viskositas produk, sehingga diperlukan basis dengan

suhu leleh yang lebih rendah.

b. Bilangan iodin

Rancidifikasi (oksidasi) basis supositoria dapat menjadi masalah. Karena

sensitivitas dari jaringan mukosa rektal, dan potensinya terpapar basis supositoria

yang meleleh, maka antioksidan yang memiliki potensi mengiritasi tidak dianjurkan

digunakan dalam supositoria. Untuk mencegah penggunaannya, sebaiknya

digunakan basis dengan bilangan iodin kurang dari 3 (dan lebih diutamakan kurang

dari 1).

c. Indeks hidroksil

Bahan yang memiliki indeks hidroksil rendah juga memberikan stabilitas yang lebih

baik dalam kasus di mana zat aktif sensitif terhadap adanya radikal hidroksil.

3.3.3. Pemilihan Ajuvan

Ajuvan digunakan untuk:

1. Meningkatkan penggabungan (inkorporasi) dari serbuk zat aktif

Peningkatan jumlah serbuk kandungan aktif dapat mengganggu integritas

supositoria dengan menyebabkan peningkatan viskositas lelehan, sehingga

menghambat alirannya ke dalam cetakan. Ajuvan yang digunakan untuk mengatasi

hal ini yaitu: Mg karbonat, minyak netral (gliserida asam lemak jenuh C-8 hingga

C-12 dengan viskositas rendah) 10% dari bobot supositoria, dan air (1-2%).

2. Meningkatkan hidrofilisitas

Penambahan bahan peningkat hidrofilisitas digunakan untuk mempercepat disolusi

supositoria di rektum, sehingga meningkatkan absorpsi, jika digunakan dengan

konsentrasi rendah. Tetapi, jika digunakan dalam konsentrasi besar malah

menurunkan absorpsi. Bahan peningkat hidrofilisitas juga dapat menyebabkan

iritasi lokal.

Contoh bahan ini yaitu:

a. surfaktan anionik, misalnya: garam empedu, Ca oleat, setil stearil alkohol

plus 10% Na alkil sulfat, Na dioktilsulfosuksinat, Na lauril sulfat (1%), Na

stearat (1%), dan trietanol amin stearat (3-5%);

b. surfaktan nonionik dan amfoterik, misalnya: ester asam lemak dari sorbitan

(Span, Arlacel), ester asam lemak dari sorbitan teretoksilasi (Tween), ester

dan eter teretoksilasi (polietilenglikol 400 miristat, Myrj, eter

polietilenglikol dari alkohol lemak), minyak natural termodifikasi (Labrafil

M2273, Cremophor EL, lesitin, kolesterol);

c. gliserida parsial, misalnya: mono- dan digliserida mengandung asam lemak

tergliserolisasi (Atmul 84), mono- dan digliserida (gliserin monostearat dan

gliserin monooleat), monogliserida asam stearat dan palmitat, mono- dan

digliserida dari asam palmitat dan stearat.

3. Meningkatkan viskositas

Page 12: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

12

Pengaturan viskositas dari lelehan supositoria selama pendinginan diperlukan untuk

mencegah sedimentasi. Bahan yang digunakan yaitu: asam lemak dan derivatnya

(Al monostearat, gliseril monostearat, asam stearat), alkohol lemak (setil, miristat

dan stearil alkohol), serbuk inert (bentonit, silika koloidal).

4. Meningkatkan suhu leleh

Contoh bahan yang digunakan: asam lemak dan derivatnya (gliserol stearat dan

asam stearat), alkohol lemak (setil alkohol dan setil stearat alkohol), hidrokarbon

(parafin), dan malam (malam lebah, setil alkohol, dan malam carnauba).

5. Meningkatkan kekuatan mekanis

Pecahnya supositoria merupakan masalah yang ditemui saat digunakan basis

sintetik. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan ajuvan seperti: polisorbat, minyak

jarak (castor oil), monogliserida asam lemak, gliserin, dan propilenglikol.

6. Mengubah penampilan

Pewarna dapat digunakan untuk berbagai alasan seperti menjamin keseragaman

(uniformitas) warna produk dari lot ke lot, untuk membedakan produk, dan

menyembunyikan kerusakan saat pembuatan seperti eksudasi atau kristalisasi

permukaan. Bahan hidrosolubel, liposolubel dan insolubel dapat digunakan untuk

mewarnai supositoria.

7. Melindungi dari degradasi

Agen antifungi dan antimikroba digunakan jka supositoria mengandung bahan asal

tanaman atau air. Digunakan asam sorbat atau garamnya jika pH larutan berair dari

zat aktif kurang dari 6. p-hidroksibenzoat atau garam natriumnya juga dapat

digunakan. Tetapi, potensi bahan-bahan ini menyebabkan iritasi rektal perlu

dipertimbangkan.

Antioksidan seperti BHT, BHA, tokoferol dan asam askorbat digunakan untuk

mencegah ketengikan (rancidity) pada formulasi supositoria yang menggunakan

lemak coklat (cocoa butter).

Sequestering agents seperti asam sitrat dan kombinasi antioksidan digunakan untuk

mengkompleks logam yang mengkatalisis reaksi redoks. Contohnya: campuran tiga

bagian BHT, BHA, dan propilgalat dengan satu bagian asam sitrat memberikan

hasil memuaskan pada penggunaan 0,01%.

8. Mengubah absorpsi

Pada kasus di mana absorpsi obat di rektal amat terbatas, perlu ditambahkan bahan

untuk meningkatkan uptake obat tersebut. Sejumlah bahan telah digunakan untuk

meningkatkan bioavailabilitas dari zat aktif dalam supositoria. Sebagai contoh,

penambahan enzim depolimerisasi (mukopolisakarase) telah dipelajari untuk

meningkatkan penetrasi beberapa zat aktif.

IV. MASALAH DALAM FORMULASI SUPO

A. Sumber: Art of Compunding

Masalah-masalah dalam peracikan sediaan Suppositoria

dengan contoh kasus Theobroma Oil

Untuk masalah yang sering timbul dalam peracikan dan pembuatan suppositoria dengan

menggunakan theobroma sebagai zat aktif dapat diatasi dengan cara :

1. Penambahan senyawa yang dapat menurunkan titik leleh dari theobroma oil.

2. Penambahan senyawauntuk dapat menaikkan titik leleh dari theobroma oil.

3. Penambahan senyawa yang dapat bercampur.

Page 13: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

13

4. Penambahan pelarut.

5. Masalah ketika senyawa aktif yang akan dibuat berada dalam jumlah dosis yang besar

(large volume of medicinal)

1. Penambahan senyawa yang dapat menurunkan titik leleh

Titik leleh dari theobroma oil dapat diturunkan dengan penambahan volatile oil dan

senyawa larut minyak tertentu seperti kamper, kloral hidrat, kreosot, fenol, dan salol.

Besarnya penurunan titik leleh bergantung pada jenis senyawa itu sendiri dan jumlah

senyawa yangditambahkan.

Jermstad & Frethein menemukan bahwa kurang dari 18% dari spermaceti dapat

menurunkan titik leleh dari theobroma oil (juga dapatmeningkatkan titik leleh dari lemak

coklat), tetapi pada penambahan 20% tidak terjadi penurunan titik leleh yang lebih lanjut,

sedangkan pada penambahan 28% spermaceti dapat menaikkan titik leleh melebihi suhu

tubuh.

Selain itu wax jug dapat digunakan untuk menurunkan titik leleh. Kurang dari 3%

wax dapat menurunkan titik leleh theobroma oil, sedangkan pada penambahan 5% dapat

menaikan titik leleh diatas suhu tubuh. Wax yang digunakan sebaiknya 4%. Penggunaan

wax 3-5% dapat meningkatkan absorpsi dari air oleh basis suppo tanpa secara signifikan

menaikkan titikleleh dari suppo. Lebih dari 50% larutan dapat dicampurkan dengan basis

yang terdiri atas 5% wax dan 95% theobroma oil.

2. Penambahan senyawa yang dapat menurunkan titik leleh

Silver nitrat dan lead acetate dapat digunakan untuk meningkatkan titik leleh dari

theobroma oil diatas suhu badan. Penambahan sejumlah kecil peanut oil dapat menurunkan

titik leleh dibawah suhu badan. Seperti penjelasan diatas penggunaan spermaceti dapat

meningkatkan titik leleh dari theobroma oil.

Contoh resep dengan penggunaan spermaceti untuk meningkatkan titk leleh lemak coklat :

R/ Chloralis hidrat gr XXX

Cetacei gr XX

Ol. Theobroma gr liv

M Ft Suppo no VI

3. Penggunaan Cairan yang dapat bercampur

Contoh cairan yang dapat bercampur dengan theobroma oil adalah alkohol

4. Penggunaan pelarut

Ketika pilular extract digunakan dalam formulasi suppositoriamaka sebaiknya ekstrak

dihaluskan dan dibuat menjadi semisolid dengan penambahan sedikit alkohol encer. Pada

ekstrak yang berbentuk serbuk/powder tidak membutuhkan penambahan pelarut bahkan

umumnya sangat baik digunakan dalam formulasi suppo mengandung ekstrak.

Beberapa senyawa seperti dyes dan proteinsilver juga harus dihaluskan atau

dilarutkan dengan mengunakansedikit air atau alkohol encer.

Jumlah pelarut yangdigunakan dalamformulasi harus sesedikit mungkin. Hydrous

wool fat sangat berguna sebagai ajuvan padasuppositoria yang mengandung ekstrak dalam

jumlah besar atau cairan karena dapat mengabsorbsi cairan yang juga terjadi pada

ekstrak(ekstrak umumnya higroskopis)..

Untuk ekstrak Belladonna dapat dihaluskan dengan beberapa tetes alkohol 65%.

Morfin sulfat dapat dilarutkan dalam 1 ml air hangat dan dengan sedikit penambahan lanolin

untuk meningkatkan distribusi ekstrak beladonnadalamsuppositoria.

Page 14: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

14

5. Suppositoria dengan Jumlah Zat aktif yang besar

Pada suppo dengan volumebesar akibat jumlah zat aktif akan sangat sulit untuk

membuat massa suppo bersifat plastis dengan metode apapun. Untuk memperbaiki sifat

reologinya dapat ditolong dengan penambahan sejumlah kecil wool fat. Selain itu juga dapat

dilakukan dengan penambahan lanolin.

B. Sumber : Pharmaceutical Dosage Form : Disperse System Vol 2

Penambahan Ajuvan Untuk Mengatasi Masalah Dalam Formulasi

Penambahan ajuvan sangat diperlukan untuk meningkatkan homogenitas dari produk akhir,

meningkatkan kelarutan dari zat aktif, penanganan terhadap zat aktif yang sulit untuk dibuat

menjadi suppo, memfasilitasi produksi (dalam artian membuat produksi menjadi lebih

mudah).

1. Meningkatkan incorporasi dari senyawa aktif

Zat aktif dapat mempengaruhi integrasi produk akhir suppo dengan meningkatkan

viskositas dari lelehan secara berlebihan,akibatnya menurunkan penetrasi zat aktif untuk

diabsorpsi. Untuk mengatasi ini dapat dilakukan dengan penambahan ajuvan kedalam basis

antara lain :

- Magnesium Carbonat : dapat mempermudah inklorporsi gliserin pada produksi

kipidic suppositoria basis demikian juga untuk ekstrak kering terutama yang

bersifat higroskopis.

- Minyak Netral : Minyak dengan viskositas rendah yang jenuh C-8 sampai C-12 dari

asam lemak gliserida ( Labrafac Lipo, Labrafac Hydro, Neobee, Miglyol, dan dan

Syndermin) digunakan pada level 10% dari berat suppo. Senyawa aktif sebaiknya

dihaluskan dengan mencampurkan dengan minyak. Penggunaan minyak ini juga

dapat memodifikasi titik leleh dan viskositas.

- air : formulasi dengan 1-2% air (tergantung dari daya absorpsi basis) dapat

digunakan untuk serbuk kering.

2. Meningkatkan Hidrofilisitas

Hal ini penting untuk meningkatkan dissolusi dari zat aktif . Umumnya ajuvan ini jika

digunakan pada konsentrasi rendah dapat meningkatkan absorpsi sedang jika digunakan pada

konsentrasi tinggi dapat menurunkannya.

- Surfaktan anionik : Bile salts, kalsium oleat, cetylstearil alkohol plus sodium alkil

sulfat, sodium dioktilsulfosuksinat, sodium lauril sulfat 1%, sodium stearat 1%, dan

trietanolamin stearat 3-5%.

- Surfaktan Nonionik dan ampoterik : asam lemak ester dari sorbitan, asam lemak

ester dari etoksilated sorbitan (Tween), etoksilatedester dan eter (polietilenglikol 400

miristat, polietilen 400 stearat),naturalmodified oil (polioksietilenpalm oil

terhidrogenasi, castor oil teretoksilasi)

- gliserida parsial : mono dan digliseridamengandung asam lemak gliserol, stearat

dan asam palmitat monogliserida.

3. Meningkatkan viskositas

Control viskositas penting untuk menghindari sedimentasi.Selain itu juga dapat mengontrol

titik leleh :

- asam lemak dan turunannya : aluminium monosterat, gliseril monostearat, dan

asam stearat.

- Lemak alkohol : cetyl, miristat, dan steril alkohol

- Serbuk netral : bentonit, silika koloidal

Page 15: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

15

4. Mengatur Titik Leleh

- Menurunkan titk leleh : basa prokain, fenol, kloral, minyak atsiri

- Basis semisintetik yang memiliki temperatur tinggi : asam lemak dan turunannya, lemak

alkohol, dan wax

5. Meningkatkan kekuatan mekanik

Hal ini penting untuk mengatasi suppo yang pecah atau retak-retak terutama ketika

basis sintetik digunakan. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan : polisorbat, castor oil,

asam lemak monogliserida, gliserin, dan propilen glikol.

6. Merubah penampilan (meningkatkan penampilan)

Dapat dengan penambahan pewarna

7. Untuk melindungi terhadap degradasi

Dapat dengan penambahan pengawet terutama jika menggunakan material yang yang

berasal dari tanaman, antioksidan spt BHA, BHT

8. Memodifikasi absorpsi

Contohnya dengan inkorporasi depolymerizing enzymes (mucopolysaccharases) pada

beberapa zat aktif.

MASALAH DALAM PEMBUATAN ATAU PRODUKSI

Polimorfisme

Umumnya terjadi pada basis lemak. Semisintetik dan natural gliserida

memperlihatkan sifat termal yang kompleks. Perubahan polimorfisme akibat peningkatan

suhu menghasilkan manifestasi yang timbul berupa peningkatan titik leleh selama

penyimpanan, peningkatan kekerasan suppo yang sejalan dengan penyimpanan. Selain

polimorfisme hal ini dapat juga diakibatkan oleh penambahan lecitin. Oleh karena itu

penyebab terjadinya polimorfisme perlu diperhatikan untuk menghindari bentuk polimorfis

yang merugikan yang terjadi akibat selama proses produksi.

TROUBLE SHOOTING GUIDE

Masalah Penyebab Solusi

Splitting, pitting, &

cracking

Kontraksi eksipien yang

sangat kuat

Terlalu besarnya perbedaan

temperatur antara pouring

dan cooling

Gunakan eksipien yang

mengkristal secara lebih

lambat

Kurangi perbedaannya dengan

menurunkan pouring

temperatur jika mungkin atau

meningkatkan cooling

temperatur atau keduanya

Sticking to mold Improper molds atau alveoli

suppo

Prematur removal from

Gunakan peralatan yang

sesuai

Perlama molding period

Page 16: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

16

mold

Kontraksi eksipen yang

lemah sekali

Cooling yang tidak cukup

Gunakan eksipien yang

mengkristal dengan cepat

Turunkan temperatur cooling

Thickening prior to

pouring

Zat aktif larut saat panas

dalam eksipien; proporsi

serbuk zat aktif yng halus

besar

Gunakan massa mengandung

zat anti kristalisasi

Poor Product

Homogeneity

Stirring yang kurang

Temperatur pouring yang

terlalu tinggi

Cooling terlalu lambat

ataulemah

Perbaikan teknik

Kurangi suhu pouring jika

mungkin

Naikkan suhu cooling jika

mungkin

Product Insufficiently

solid

Inklusi ir

Eksipien yang tidak tepat

Cek level stirring dan tipe alat

Gunakan eksipien dengan

resistensi mekanikal yang

tinggi

Surface anomalies ; fat

bloom, whitening

Eksipien meleh pada suhu

diatas 60 derajat C

Penurunan suhu pelelehan,

dan cek sifat dari zat aktif

Exudation Eksipien yang tidak tepat

dalam komposisi dengan

zataktif

Reformulsi larutan cair;

gunakan eksipien

mengandung emulsifier

MASALAH AKIBAT SOLUBILITY

Fase Fisik Zat

Aktif

PADAT CAIR

Kelarutan

dalam

eksipien

Larut Tidak Larut Larut Tidak Larut

Masalah yang

mungkin

muncul

Peningkatan

Titik leleh

Peningkatan

viskositas

Penurunan Titik

leleh

Larutan cair

Gliserin,

glikol, PEG

Ekstrak

alkohol

Rekristalisasi Migrasi Perubahan

kristalisasi

gliserida

Eksudasi tidak

cair Kristalisasi

gliserida

Ukuran partikel

yang sulit

Page 17: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

17

V. PERHITUNGAN SUPOSITORIA

Ada tiga peristilahan dalam sediaan supositoria untuk menyatakan jumlah basis yang dapat

digunakan oleh sejumlah bahan obat ataupun bahan pembantu.

Tiga istilah tersebut adalah :

1. Density factor

2. Displacement Value

3. Replacement Factor

1. Density Factor

Merupakan jumlah gram zat aktif yang setara dengan 1 gram basis.

Contoh :

Supositoria Aspirin

Jumlah supo yang dibuat 12 buah

Jumlah aspirin 5 gram

Dibuat dengan cetakan berkapasitas 30 gram

Basis adalah oleum cacao

Jumlah aspirin total adalah : 12 x 5 = 60 gram

Density factor aspirin adalah 1,1

Jadi 1,1 gram aspirin setara dengan 1 gram oleum cacao

Maka 60 gram aspirin = gramx 5,5411,1

60= oleum cacao

Jadi untuk membuat 12 supo dibutuhkan oleum cacao sebanyak :

(12x30) - 54,5 = 305,5 gram

2. Replacement Factor

Replacement factor adalah jumlah oleum cacao yang dapat digantikan oleh bahan

obat.

Jika f = 0,81 berarti bahwa 0,81 gram oleum cacao dapat digantikan oleh 1 gram

bahan obat.

f dapat diturunkan dari persamaan berikut :

)(

)(100

GxX

GExf

−=

E : Berat supo yang hanya terdiri dari basis

G : Berat supo dengan zat aktif

X : % bahan obat

G.X : Jumlah bahan obat dalam supo

Dalam perhitungan apabila diketahui maka f dapat langsung dikalikan dengan jumlah

bahan obat.

3. Displacement Value

Adalah jumlah zat aktif yang dapat menggantikan oleum cacao.

Contoh perhitungan :

- Buat dan timbang 6 supo olem cacao tanpa bahan obat, misalnya diperoleh

bobot 6,0 gram.

- Buat supo dengan 40% zat aktif diperoleh bobot 8,8 gram

Page 18: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

18

Jumlah Oleum Cacao : gramx 28,58,8100

60=

Jumlah zat aktif : gramx 52,38,8100

40=

Jadi jumlah oleum cacao yang dapat digantikan oleh 3,52 gram zat aktif

adalah :

(6,0-5,28) gram = 0,72 gram

Displacement value zat aktif adalah : )(572,0

52,3dibulatkan=

5 gram Zat aktif dapat menggantikan 1 gram oleum cacao

CONTOH SOAL :

Data kesetaraan zat aktif dengan basis diketahui R/ Aminofilin 10 % density factor : 1,1

Fenobarbital 1 % replacement factor : 0,81

mf supo no VI @ 2 gram

Jawab :

Jika diminta membuat 6 buah supo maka umumnya dibuat berlebih, misalnya 8

buah.

Langkah pengerjaan :

1. Buat dan timbang 8 supo yang terbuat dari oleum cacao saja, misal diperoleh bobo

total 8 supo adalah 16, 8 gram. Maka bobot rata-rata 1 supo adalah 2,1 gram.

( gram1,28

8,16= )

2. Zat aktif ditimbang :

Aminofilin : gramgramxx 68,11,28100

10=

Fenobarbital : gramgramxx 168,01,28100

1=

3. Dihitung kesetaraan zat aktif dengan oleum cacao :

- Aminofilin menggantikan :

60 % oleum cacao : 5,28 gram

40 % zat aktif : 3,52 gram

6 gram 8,8 gram

Page 19: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

19

cacaooleumgramgram 53,11,1

68,1=

- Fenobarbital menggantikan : cacaooleumgramgram 14,081,0

168,0=

4. Jumlah total oleum cacao yang ditimbang :

16,8 gram – (1,53+0,14) = 15,13 gram

5. Buat 8 supo yang terdiri dari oleum cacao dan bahan obat kemudian lakukan

evaluasi terhadapnya dan serahkan 6 supo yang baik.

Data kesetaraan zat aktif dengan basis tidak diketahui R/ Vioform 250 mg

mf supo no VI @ 2 gram

Langkah pengerjaan :

1. Buat dan timbang 8 supo yang terbuat dari oleum cacao saja, misal diperoleh bobot

total adalah 16,8 gram, berarti bobot rata-rata satu supo adalah 2,1 gram.

2. Kemudian dibuat supo orientasi dengan 250 mg Vioform dan oleum cacao 1500

mg. Kedua bahan tersebut dicampurkan dan dituangkan ke dalam cetakan (lubang

cetakan seharusnya belum terisi penuh), sisa volume diisi dengan lelehan oleum

cacao lainnya sampai melua. Supo yang dihasilkan ditimbang misal diperoleh

bobot 2,3 gram.

Maka jumlah oleum cacao adalah : 2,3-0,25 gram = 2,05 gram

Jadi jumlah oleum cacao yang dapat digantiikan oleh 250 mg Vioform adalah (2,1-

2,05) gram = 0,05 gram

Displacement value Vioform adalah : 505,0

25,0=

3. Jumlah vioform yang ditimbang adalah : 0,25 gr x 8 = 1,5 gram

Jumlah oleum cacao yang ditimbang : 2,05 gr x 8 = 16,4 gram

4. Campurkan kedua bahan tadi dan tuang ke dalam 8 lubang cetakan. Lakukan

evaluasi terhadapnya dan serahkan supo yang baik.

VI. PEMBUATAN

• Supositoria dengan basis PEG tidak mempersyaratkan perhatian-perhatian tertentu.

• Pemanasan berlebihan harus dihindari dan basis yang telah dilelehkan dituang ke

dalam cetakan pada suhu sedikit di atas titik pembekuan untuk:

1. mencegah kristalisasi basis yang dapat menyebabkan supositoria retak.

2. mencegah presipitasi obat yang tidak larut dalam basis ke ujung supositoria dan

mencegah patahnya supositoria.

• Cetakan sebaiknya dilubrikasi. Cetakan yang baru masih memiliki permukaan yang

mengkilat dan dapat melepaskan supositoria secara cepat, tetapi setelah beberapa kali

pemakaian dapat timbul goresan yang dapat menghambat pelepasan supositoria dari

cetakan.

• Lubrikan yang dibutuhkan tergantung dari jenis cetakan.

• Lubrikan terbaik adalah yang tidak bercampur (immisibel) dengan basis.

• Untuk supositoria dengan basis oleum cacao gunakan gliserin dan minyak mineral.

• Untuk supositoria dengan basis campuran PEG gunakan minyak mineral secara tipis.

Page 20: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

20

• Teknik lain untuk memudahkan pengeluaran supositoria akhir dari cetakan adalah

dengan mendinginkan cetakan sebentar di freezer setelah supositoria membeku pada

suhu kamar. Kontraksi tambahan dapat melepaskan supositoria lebih mudah dari

permukaan logam.

VII. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

Pengemasan

• Supositoria gliserin dan gelatin umumnya dikemas dalam wadah gelas ditutup rapat

supaya mencegah perubahan kelembapan dalam isi supositoria.

• Supo yang diolah dengan basis oleum cacao biasanya dibungkus terpisah-pisah atau

dipisahkan satu sama lainnya pada ceah-celah dalam kotak untuk mencegah terjadinya

hubungan antar supo tersebut dan mencegah perekatan.

• Supo dengan kandungan obat yang sedikit pekat biasanya dibungkus satu persatu

dalam bahan tidak tembus cahaya seperti lembaran metal (alufoil). Sebenarnya

kebanyakan supositoria yang terdapat di pasaran dibungkus dengan alufoil atau bahan

plastik satu per satu. Beberapa di antaranya dikemas dalam strip kontinu berisi

supositoria yang dipisahkan dengan merobek lubang-lubang yang terdapat di antara

suppositoria tersebut. Supo ini biasa juga dikemas dalam kotak dorong (slide box)

atau dalam kotak plastik.

Penyimpanan Karena supo tidak tahan pengaruh panas, maka perlu menjaga dalam tempat dingin.

• Suppo yang basisnya oleum cacao harus disimpan di bawah 30 0F dan akan lebih baik

apabila disimpan di bawah lemari es.

• Suppo yang basisnya gelatin gliserin baik sekali bila disimpan di bawah 35 0F.

• Suppo dengan basis polietilen glikol mungkin dapat disimpan pada suhu ruang biasa

tanpa pendinginan.

Suppo yang disimpan dalam lingkungan yang kelembapan nisbinya tinggi mungkin akan

menarik uap air dan cenderung menjadis eperti spon, sebaliknya bila disimpan dalam tempat

yang kering sekali mungkin akan kehilangan kelembapannya sehingga akan menjadi rapuh.

VIII. EVALUASI SUPPOSITORIA

1. Appearance

Tes ini lebih ditekankan pada distribusi zat berkhasiat di dalam basis supo. Supo

dibelah secara longitudinal kemudian dibuat secara visual pada bagian internal dan bagian

eksternal dan harus nampak seragam.

2. Keragaman bobot (BP 2001, A250)

timbang masing-masing suppo sebanyak 20, diambil secara acak. Lalu tentukan bobot

rata-rata. Tidak lebih dari 2 supo yang bobotnya penyimpang dari bobot rata-rata lebih dari %

deviasi, yaitu 5 %.

3. Waktu hancur / disintegrasi (BP 2001, A235)

uji ini perlu dilakukan terhadap supo kecuali supo yang ditujukan untuk pelepasan

termodifikasi atau kerja lokal diperlama. Supo yang digunakan untuk uji ini sebanyak 3 buah.

Page 21: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

21

Supo diletakkan di bagian bawah ‘perforated disc’ pada alat, kemudian dimasukkan ke

silinder yang ada pada alat. Lalu diisi air sebanyak 4 liter dengan suhu 36-37oC dan

dilengkapi dengan stirer. Setiap 10 menit balikkan tiap alat tanpa mengeluarkannya dari air.

Disintegrasi tercapai ketika supo :

a. terlarut sempurna

b. terpisah dari komponen-komponennya, yang mungkin terkumpul di permukaan air

(bahan lemak meleleh) atau tenggelam di dasar (serbuk tidak larut) atau terlarut

(komponen mudah larut) atau dapat terdistribusi di satu atau lebih cara ini.

c. Menjadi lunak, dibarengi perubahan bentuk, tanpa terpisah sempurna menjadi

komponennya, massa tidak lagi memiliki inti padatan yang membuatnya tahan

terhadap tekanan dari pengaduk kaca.

Supo hancur dalam waktu tidak lebih dari 30 menit untuk supo basis lemak dan tidak lebih

dari 60 menit untuk supo basis larut air.

4. Ketegaran supo

caranya masukkan bagian batang supo yang tumpul ke dalam tabung lipstick

kemudian bagian leher supo digantung kantung plastik besar yang diberi kawat halus dan ke

dalam kantung plastik tersebut ditetesi aquadest melalui buret 50 mL sampai supo putus

menjadi 2 bagian. Pada saat itu dicatat jumlah penggunaan aquadest.

Ketegaran supo adalah hasil kali volume aquadest yang tercatat dengan berat jenis aquadest

pada suhu percobaan dalam gram. Percobaan dilakukan dengan 1-2 supo.

5. Penentuan titik leleh

dilakukan dengan 1 supo, caranya :

Sekeping supo dimasukkan dalam pipa yang kedua ujungnya berlubang dan pipa

tersebut dimasukkan ke dalam chamber kosong yang sebagian terendam dalam air. Pasang

termometer utama dan termometer pembantu pada lubang yang telah disediakan untuk

mencatat suhu leleh supo yang diuji. Panaskan air dalam chamber dengan pemanas elektrik.

Suhu yang dicatat pada pada saat kepingan supo yang berada di dalam pipa tepat menetes.

Titik leleh supo :

Tr = T + 0,00015 N (N.t)

Keterangan :

Tr : titik leleh supo yang telah dikoreksi

T : suhu yang tercatat pada termometer utama

t : suhu yang tercatat pada termometer pembantu

N : jumlah skala termoeter pembantu terhitung dari permukaan penangas pada

saat kepingan supo tepat menetes

6. Keseragaman kandungan (BP 2001, A250)

IX. CONTOH-CONTOH SUPO DI PUSTAKA

1. Suppositoria aminofilin ( Fornas )

2. Suppositoria bibaza / anusol ( Fornas )

3. Suppositoria bisakodil ( BP 2001 ; Fornas )

4. Suppositoria klorpromazin ( BP 2001)

5. Suppositoria etamifilin ( BP 2001)

6. Suppositoria flurbiprofen ( BP 2001)

7. Suppositoria gliserol ( BP 2001)

8. Suppositoria indometasin ( BP 2001)

9. Suppositoria metronidazol ( BP 2001)

Page 22: Ts Suppositoria Lengkap

SuppositoriaSuppositoriaSuppositoriaSuppositoria

22

10. Suppositoria morfin ( BP 2001)

11. Suppositoria naproxen ( BP 2001)

12. Suppositoria parasetamol ( BP 2001)

13. Suppositoria pentazosin ( BP 2001)