triyasafif 5254 3 bab2
DESCRIPTION
Triyasafif Bab2TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
2.1.1 Landasan Teori
2.1.1.1 Kepuasan Kerja Karyawan
Kepuasan kerja karyawan merupakan ukuran sampai seberapa jauh
perusahaan dapat memenuhi harapan karyawan yang berkaitan dengan berbagai
aspek dalam pekerjaan dan jabatannya (Kuswandi, 2004: 14).
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku pada dirinya (Muhammad, 2001: 14).
Hal senada juga dinyatakan oleh Kuswandi (2004: 5), yang menyebutkan
bahwa kepuasan tidak lain menyangkut “berbuat yang terbaik” sesuai dengan
persepsi karyawan, sehingga untuk mengukur kepuasan karyawan dengan benar
harus memakai dasar yang tepat dalam melakukan penelitian, yaitu mengetahui
dengan tepat apa kebutuhan yang dianggap paling penting bagi mereka (prioritas
utama karyawan).
Pengaruh faktor-faktor kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan terlihat
pada kepentingan para manajer pada kepuasan kerja karyawan yang cenderung
berpusat pada efeknya terhadap kinerja karyawan. Para peneliti telah mengenali
hal ini, maka kita mendapatkan banyak sekali studi yang dirancang untuk menilai
dampak kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan (Suprijadi, 2001: 18).
6
Wesiati Setyaningsih (2003: 66), berdasarkan penelitian menyatakan
bahwa kinerja karyawan dapat ditingkatkan apabila ada kepuasan kerja yang
dirasakan karyawan. Dwi Maryani dan Bambang Supomo (2001), menyatakan
bahwa karakteristik pekerjaan, sikap dan kemampuan atasan, dukungan dan kerja
sama rekan sekerja merupakan faktor yang penting yang mendorong pekerja
untuk meningkatkan kinerjanya.
2.1.1.1.1 Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan itu sendiri dapat mempengaruhi kepuasan kerja (Bagus, 2001).
Karyawan cenderung menggunakan keahlian dan kemampuan yang mereka
miliki.
Faktor pekerjaan itu sendiri merupakan salah satu faktor penting bagi
kepuasan kerja karyawan karena menyangkut sejauh mana suatu pekerjaan
menyediakan kesempatan bagi seseorang untuk memperoleh tanggung jawab
dalam suatu tugas tertentu dan tantangan perkerjaan yang menarik (Khairul, 2002:
23). Pekerjaan yang memberikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan minat
dan ketertarikan karyawan seperti yang mereka inginkan cenderung lebih dapat
mamberikan kepuasan bagi mereka daripada pekerjaan yang memberikan tugas
dan tanggung jawab yang tidak sesuai dengan hal tersebut.
Pengaruh faktor pekerjaan itu sendiri terhadap kinerja karyawan
dinyatakan oleh Kuswandi (2004: 4), bahwa orang akan bekerja lebih untuk apa
yang disukai dan kurang untuk apa yang kurang disukai, sehingga orang yang
menyukai pekerjaannya akan lebih produktif. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa karyawan yang menyenangi pekerjaannya akan lebih produktif daripada
karyawan yang tidak menyukai pekerjaannya.
7
2.1.1.1.2 Gaji atau Upah
Gaji atau upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha
kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, dan
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar persetujuan
atau perundang-undangan, serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja
antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik karyawan itu sendiri
maupun keluarganya (Sonny, 2003: 141).
Menurut Jiwo Wungu dan Hartanto Brotoharsojo (2003: 86), gaji atau
salary adalah komponen imbalan jasa atau penghasilan yang pemberiannya
didasarkan pada berat ringannya tugas jabatan yang diduduki oleh pegawai. Gaji
merupakan komponen penghasilan utama yang langsung berkaitan dengan jabatan
atau direct compensation dan dalam penentuan berat ringannya tugas jabatan
dilingkup perusahaan memerlukan kajian mendalam melalui kegiatan penilaian
jabatan (job evaluation).
Senada dengan pengertian diatas, Susilo Martoyo (1996: 118), menyatakan
bahwa upah atau gaji karyawan adalah suatu bentuk pemberian kompensasi yang
bersifat financial dan merupakan yang utama dari bentuk-bentuk kompensasi yang
ada bagi karyawan.
Jika upah dan gaji merupakan suatu imbalan yang nilainya dapat diukur
berdasarkan apa yang dapat dibeli atau yang memiliki arti (seperti pengakuan,
martabat, status dan lain-lain), dan jika prestasi individual dapat diukur dan dan
dapat dikendalikan, maka membuat hubungan yang kuat antara peningkatan upah
dan prestasi merupakan strategi memotivasi yang bermanfaat (Mobley, 1996 : 75).
8
Ada beberapa saran yang menurut Barb Wing dan Janice Berry (2002:
106) dapat dilaksanakan dalam hal gaji bagi karyawan, yaitu:
• Berikan gaji yang adil dan sesuai,
• Jelaskan kepada karyawan tentang gambaran kondisi keuangan
perusahaan dan seberapa besar anggaran gaji bisa disediakan,
• Pertimbangkan masa kerja karyawan di perusahaan, tingkat
kemampuan, dan tingkat kesulitan pekerjaan.
• Gaji sebaiknya cukup bersaing, sehingga karyawan tidak terpicu untuk
meninggalkan perusahaan atau mencari-cari kesempatan promosi agar
mendapat gaji lebih besar.
• Hindarkan untuk mengkaitkan hasil penilaian karya dengan gaji, karena
hal ini hanya akan menimbulkan masalah”ketidak adilan”.
• Bila perusahaan mencapai sasaran, berikan sebagian keuntungan kepada
karyawan yang berkonstribusi terhadap keberhasilan perusahaan. Ada
baiknya memberikan sebagian saham kepada karyawan untuk
meningkatkan rasa memiliki.
Ada beberapa cara perhitungan atau dasar pertimbangan penyusunan gaji
atau upah (Susilo, 1996: 118), yaitu:
• Upah menurut prestasi kerja
• Upah menurut lama kerja
• Upah menurut senioritas
• Upah menurut kebutuhan
Dilihat dari beberapa pernyataan tersebut diatas dapat dilihat betapa
perusahaan harus berhati-hati dalam menentukan gaji bagi karyawan mereka.
9
2.1.1.1.3 Supervisi
Bagus Andrianto (2001), menyatakan bahwa sebagian besar karyawan
mengharapkan sikap pimpinan sebagai teman dan bersahabat, memberikan
penghargaan atas pakerjaan, bijaksana dalam bertindak, mendorong bawahan
untuk maju, mendengar pendapat bawahan dan memberi perhatian secara pribadi
kepada karyawan. Kepuasan kerja akan meningkat apabila atasan dapat
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan supervisi untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan
terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab para bawahan merupakan satu
faktor penting bagi kepuasan karyawan (Khairul, 2001: 23).
Pengaruh faktor supervisi terhadap kinerja karyawan terlihat dari
pernyataan bahwa kinerja karyawan akan mengalami peningkatan apabila
kepuasan karyawan juga meningkat, yang salah satunya dipengaruhi oleh faktor
supervisi yang baik (Bagus, 2001). Dari pernyataan tersebut sangat jelas terlihat
apabila supervisor dapat bersikap sebagai seseorang yang bersahabat dan dapat
membantu para bawahannya, maka sikap tersebut akan mendukung terciptanya
kepuasan kerja yang lebih baik pula.
2.1.1.1.4 Promosi Pekerjaan
Promosi berarti penaikan jabatan, menerima kekuasaan dan tanggung
jawab yang lebih besar dari kekuasaan dan tanggung jawab sebelumnya
(Manullang, 1974: 98). Promosi merupakan salah satu motivasi bagi para
karyawan untuk menunjukan prestasi-prestasi yang lebih besar.
Menurut Jiwo Wungu dan Hartanto Broto Harsojo (2003: 120), promosi
adalah perpindahan seorang pegawai dari satu jabatan lain yang lebih tinggi dari
10
segi penghasilan, fungsi dan tugas, tanggung jawab, persyaratan jabatan ataupun
level organisasi.
Senada dengan beberapa pendapat diatas, Alex S. Nitisemito (1991: 134),
menyatakan bahwa promosi adalah proses kegiatan pemindahan karyawan, dari
satu jabatan kepada jabatan lain yang lebih tinggi.
Ada beberapa sebab mengapa dalam suatu badan usaha perlu dilakukan
tindakan promosi bagi para karyawan mereka:
• Untuk mempertinggi semangat kerja para pegawai
• Untuk menjamin kestabilan kepegawaian
• Untuk memajukan pegawai agar karyawan yang cakap dan
memberikan prestasi besar dapat terus dikembangkan
• Untuk memperkecil biaya yang dikeluarkan untuk labour turn over.
Promosi mempunyai arti yang penting bagi setiap perusahaan, sebab
dengan promosi berarti kestabilan perusahaan dan moral karyawan dapat
lebih terjamin.
Untuk melaksanakan promosi, maka harus ditetapkan syarat-syaratnya
terlebih dahulu. Ada beberapa syarat umum yang diperlukan dalam rangka
promosi untuk jabatan tertentu (Alex, 1991: 135), yaitu:
• Pengalaman
• Tingkat pendidikan
• Loyalitas
• Kejujuran
• Tanggung jawab
• Kepandaian bergaul
11
• Prestasi kerja
• Inisiatif dan kreatif
Jiwo Wungu dan Hartanto Brotoharsojo (2003: 120) mengemukakan
bahwa terdapat beberapa model promosi jabatan, yang secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua model, yaitu:
• Merit based promotion, yaitu promosi jabatan berdasarkan prestasi
kerja dalam jabatannya terdahulu.
• Seniority Based promotion, yaitu promosi jabatan yang didasarkan
atas waktu atau lamanya masa kerja seorang pegawai.
Melayu Hasibuan (2003: 113) menjelaskan bahwa ada beberapa tujuan
promosi, yaitu:
1. untuk memberikan pengakuan, jabatan,dan imbalan jasa yang semakin
besar kepada karyawan yang berprestasi tinggi.
2. Dapat menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi, status sosial
yang semakin tinggi, dan berpenghasilan yang semakin besar.
3. Untuk merangsang agar karyawan lebih bergairah bekerja, berdisiplin
tinggi dan memperbesar produktivitas kerja
4. Untuk menjamin stabilitas kepegawaian dan direalisasikannya
promosi kepada karyawan dengan dasar dan pada waktu yang tepat
serta penilaian yang jujur.
5. Kesempatan promosi dapat menimbulkan keuntungan yang berantai
dalam perusahaan karena timbulnya lowongan berantai.
12
6. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan
kreativitas dan inovasinya yang lebih baik demi keuntungan optimal
perusahaan.
7. Untuk menambah pengetahuan serta pengalaman kerja para karyawan
dan ini merupakan daya dorong bagi karyawan lain.
8. Untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabatnya berhenti. Agar
suatu jabatan tidak lowong, maka dipromosikan karyawan lainnya.
9. Karyawan yang dipromosikan kepada jabatan yang tepat, maka
semangat, kesenangan dan ketenangannya dalam bekerja semakin
meningkat sehingga produktivitasnya juga meningkat.
Pada dasarnya tindakan promosi haruslah berdasarkan hasil yang tertulis
pada daftar penilaian kecakapan karyawan yang bersangkutan, tetapi ada kalanya
berdasarkan senioritas. Hal ini dapat dilakukan apabila terdapat dua orang atau
lebih yang memiliki kecakapan sama yang memenuhi persyaratan untuk
mendapatkan promosi, maka yang dipilih adalah yang lebih senior diantara
mereka.
Pengaruh faktor promosi terhadap kinerja karyawan terlihat ketika ada
kesempatan setiap karyawan dipromosikan berdasar asas keadilan dan
objektivitas, karyawan akan terdorong bekerja giat, bersemangat, berdisiplin, dan
berprestasi kerja sehingga sasaran perusahaan secara optimal dapat tercapai.
Sebaliknya jika kesempatan untuk dipromosikan lebih kecil atau tidak ada, maka
gairah kerja, disiplin kerja, dan prestasi kerja karyawan akan menurun (Melayu,
2330: 107).
13
2.1.1.1.5 Rekan Kerja
Kepuasan kerja karyawan dapat meningkat apabila didukung oleh rekan
sekerja yang ramah dan mendukung. Bagi banyak orang, bekerja juga dapat
mengisi kebutuhan akan interaksi sosial, hal ini disebabkan mereka ingin
mendapatkan lebih daripada uang atau prestasi yang berwujud dalam kerja
(Ermono, 2001).
Khairul Bahrun (2002: 23), berpendapat bahwa rekan kerja yang secara
sosial dapat mendukung tugas-tugas rekan kerja lainnya dan cakap secara teknis
menurut pandangan rekan kerjanya merupakan salah satu faktor penting bagi
terciptanya kepuasan kerja karyawan. Para karyawan cenderung lebih terpuaskan
apabila memiliki rekan kerja yang dapat bekerja sama dengan mereka.
Pengaruh faktor rekan kerja terhadap kinerja karyawan dinyatakan oleh
Muhammad Rukhyat Noor (2001), bahwa faktor rekan kerja memiliki pengaruh
terhadap kinerja karyawan yang dapat bekerja sama dan menyesuaikan diri
dengan rekan kerjanya akan lebih produktif dari pada karyawan yang tidak dapat
melakukannya.
2.1.1.2 Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan adalah tingkat dimana karyawan mencapai persyaratan-
persyaratan pekerjaan (Henry, 1997: 327) Kinerja karyawan adalah faktor yang
mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi konstribusi kepada organisasi,
yang antara lain:
• Kuantitas output,
• Kualitas output,
• Jangka waktu output,
14
• Kehadiran di tempat kerja,
• Sikap kooperatif.
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
oleh karyawan (Mathis dan John H. Jackson, 2002: 78).
Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia (Budiono, 2005: 273), kinerja
berarti prestasi yang dicapai. Kinerja atau sering disebut prestasi kerja merupakan
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang tenaga kerja
dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Dengan kata lain kinerja merupakan catatan out come yang dihasilkan dari fungsi
suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama periode waktu tertentu. Kinerja
dapat di perbaiki apabila karyawan mengetahui apa yang diharapkan dari mereka,
kapan mereka berperan serta dalam proses menetapkan harapan tersebut, dan
kapan mereka dinilai dengan hasil-hasilnya.
Ada enam kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur standar kinerja
yang dilakukan karyawan secara individual (Bernardin, 1993), yaitu:
• Kualitas
• Kuantitas
• Ketepatan waktu
• Efektifitas
• Kemandirian
• Komitmen kerja
15
2.1.2 Penelitian Terdahulu
Berbagai faktor kepuasan kerja memiliki pengaruh yang sangat signifikan
terhadap kinerja karyawan, hal ini telah diungkapkan berbagai penelitian yang
telah dilakukan. Penelitian Muhammad Rukhyat Noor (2001) tentang pengaruh
kepuasan kerja terhadap kinerja di PT. Seafar General Foods, Kendal,
menyimpulkan faktor-faktor kepuasan kerja secara parsial dan simultan
berpengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Penelitian Bagus
Andrianto (2001) tentang keterikatan komitmen, kepuasan kerja, dan dan kinerja
pada PT. Industri Jamu Jago menghasilkan kesimpulan bahwa variabel komitmen
dan kepuasan kerja secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap variabel
kinerja karyawan. Penelitian Wesiati Setyaningsih (2003) tentang pengaruh
kepercayaan kepada atasan, kepuasan kerja ,dan komitmen organisasi terhadap
kinerja karyawan pada pegawai Pemkot Semarang menyimpulkan bahwa dilihat
secara parsial dan simultan, kepuasan kerja karyawan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja karyawan. Dari berbagai penelitian diatas yang telah
dilakukan dapat diambil suatu kesimpulan bahwa faktor-faktor kepuasan kerja
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan, baik secara
parsial maupun simultan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Untuk mempermudah pemahaman penelitian diatas disusun kerangka
pemikiran sebagai berikut:
16
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor
Kepuasan Kerja Karyawan
Pekerjaan itu sendiri(X1)
Gaji / Upah (X2)
Promosi Pekerjaan (X4)
Supervisi (X3)
Rekan Kerja (X5)
1.1 Hipotesis
Hipotesis adalah: suatu teori sementara
uji.
Berdasarkan landasan teori dan pene
hipotesis sebagai berikut:
H1: Pekerjaan itu sendiri berpengaruh
karyawan. Ketika pekerjaan itu s
diharapkan kinerja karyawan j
signifikan.
H1
Kinerja Karyawan (Y)
6
H4
H5H2
yang kebenarannya masi
litian terdahulu dapat
positif signifikan terhad
endiri mengalami kenaik
uga mengalami kenaik
H
H3
h perlu di
dirangkai
ap kinerja
an, maka
an yang
17
H2: Gaji berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan.
Ketika gaji mengalami kenaikan, maka diharapkan kinerja
karyawan juga mengalami kenaikan yang signifikan.
H3: Supervisi berpengaruh positif signifikan terhadap karyawan. Ketika
kepuasan kerja mengalami kenaikan karena supervisi yang baik,
maka diharapkan kinerja karyawan juga mengalami kenaikan yang
signifikan.
H4: Promosi pekerjaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
karyawan. Ketika promosi pekerjaan mengalami kenaikan, maka
diharapkan kinerja karyawan juga mengalami kenaikan yang
signifikan.
H5: Rekan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
karyawan. Ketika rekan kerja mengalami kenaikan, maka
diharapkan kinerja karyawan juga mengalami kenaikan yang
signifikan.
H6: Semua faktor kepuasan kerja secara simultan berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja karyawan. Ketika semua faktor kepuasan
kerja bersama-sama mengalami kenaikan, maka diharapakan kinerja
karyawan juga mengalami kenaikan yang signifikan.
18