trauma abdomen

25
A. Pengertian Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011). Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006). Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis. 1) Trauma penetrasi a) Trauma Tembak b) Trauma Tumpul 2) Trauma non-penetrasi a) Kompresi b) Hancur akibat kecelakaan c) Sabuk pengaman d) Cedera akselerasi Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi. 1. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor. 2. Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi

Upload: farida-agustiningrum

Post on 22-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

essay

TRANSCRIPT

Page 1: Trauma Abdomen

A. Pengertian

Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah antara

diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011). Trauma abdomen didefinisikan

sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang

diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).

Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis.

1) Trauma penetrasi

a) Trauma Tembak

b) Trauma Tumpul

2) Trauma non-penetrasi

a) Kompresi

b) Hancur akibat kecelakaan

c) Sabuk pengaman

d) Cedera akselerasi

Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi.

1. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan

terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah

dapat menyerupai tumor.

2. Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga

abdomen harus di eksplorasi atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen

yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan

metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen terdiri dari:

1. Perforasi organ viseral intraperitoneum. Cedera pada isi abdomen mungkin di

sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.

2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomenLuka tusuk pada abdomen dapat

menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.

3. Cedera thorak abdomenSetiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap

kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.

Page 2: Trauma Abdomen

B. Etiologi

1. Penyebab trauma penetrasi

a. Luka akibat terkena tembakan

b. Luka akibat tikaman benda tajam

c. Luka akibat tusukan

2. Penyebab trauma non-peneterasi

a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh

b. Hancur (tertabrak mobil)

c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut

d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

C. Patofisiologi

Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi

pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda

iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik

syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda

perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma

abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi

abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.Bila syok telah lanjut

pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat

leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal

perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan

bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan.

Trauma tumpul pada abdomen disebabkan oleh pengguntingan, penghancuran

atau kuatnya tekanan yang menyebabkan rupture pada usus atau struktur abdomen

yang lain.

Luka tembak dapat menyebabkan kerusakan pada setiap struktur didalam abdomen.

Tembakan menyebabkan perforasi pada perut atau usus yang menyebabkan

peritonitis dan sepsis.

Patofisiologi yang terjadi berhubungan dengan terjadinya trauma abdomen adalah :

1. Terjadi perpindahan cairan berhubungan dengan kerusakan pada jaringan,

kehilangan darah dan shock.

2. Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system makroendokrin,

mikroendokrin.

Page 3: Trauma Abdomen

3. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan perdarahan

massif dan transfuse multiple

4. Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh sekresi saluran

pencernaan dan bakteri ke peritoneum

5. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi karena akibat kerusakan

integritas rongga saluran pencernaan.

Limpa :

Merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh

trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau perdarahan masif yang berasal dari

limpa yang ruptur sehingga semua upaya dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di

limpa.

Liver :

Karena ukuran dan letaknya, hati merupakan organ yang paling sering terkena

kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering kali kerusakan disebabkan

oleh trauma tumpul. Hal utama yang dilakukan apabila terjadi perlukaan dihati yaitu

mengontrol perdarahan dan mendrainase cairan empedu.

Esofagus bawah dan lambung :

Kadang-kadang perlukaan esofagus bawah disebabkan oleh luka tembus. Karena

lambung fleksibel dan letaknya yang mudah berpindah, sehingga perlukaan jarang

disebabkan oleh trauma tumpul tapi sering disebabkan oleh luka tembus langsung.

Pankreas dan duodenum :

Walaupun trauma pada pankreas dan duodenum jarang terjadi. Tetapi trauma

pada abdomen yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi disebkan oleh

perlukaan di pankreas dan duodenum, hal ini disebabkan karena letaknya yang sulit

terdeteksi apabila terjadi kerusakan

Page 4: Trauma Abdomen

Patofisiologi

Trauma

(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen

(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen  →   Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus  →   Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan       Nutrisi kurang dari

dan eloktrolit         kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik

D. Tanda dan Gejala/Manifestasi Klinik

Klinis Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis

meliputi:

nyeri tekan diatas daerah abdomen

distensi abdomen

demam

anorexia

mual dan muntah

Page 5: Trauma Abdomen

takikardi

peningkatan suhu tubuh

nyeri spontan.

Pada trauma non-penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi

biasanya terdapat adanya Jejas atau ruptur dibagian dalam abdomen:

Terjadi perdarahan intra abdominal. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi

usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan

peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena) Kemungkinan

bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah rauma.

Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding

abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:

Terdapat luka robekan pada abdomen

Luka tusuk sampai menembus abdomen

Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa perdarahan/memperparah keadaan

keluar dari dalam andomen

Trauma Operasi terjadi perforasi Lapisan abdomen (kontusio,laserasi

Menekan Syaraf Peritonitis Terjadi perdarahan dalam jaringan Lunak dan rongga

abdomen NyeriMotilitas usus Dilakukan tindakan drain Disfungsi usus resiko tinggi

infeksi Refleks usus output cairan lebih. Peningkatan Gg keseimbangan elektrolit

metabolisme Defisit vol Cairan dan elektrolit intake nutrisi kurang Kelemahan fisik

Gangguan Mobilitas

E. Komplikasi klinik

Segera : hemoragi, syok, dan cedera.

Lambat : infeksi

F. Pemeriksaan diagnostik

1. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)

Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra abdomen, tujuan dari DPL

adalah untuk mengetahui lokasi perdarahan intra abdomen. Indikasi untuk melakukan

DPL, antara lain:

o Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya

o Trauma pada bagian bawah dari dada

o Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas

o Pasien cidera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)

Page 6: Trauma Abdomen

o Pasien cedera abdominalis dan cidera medula spinalis (sumsum tulang belakang)

o Patah tulang pelvis

Pemeriksaan DPL dilakukan melalui anus, jika terdapt darah segar dalm BAB

atau sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul) mengenai kolon atau

usus besar, dan apabila darah hitam terdapat pada BAB atau sekitar anus berarti

trauma non-penetrasi (trauma tumpul) usus halus atau lambung. Apabila telah

diketahui hasil Diagnostic Peritonea Lavage (DPL), seperti adanya darah pada

rektum atau pada saat BAB. Perdarahan dinyatakan positif bila sel darah merah lebih

dari 100.000 sel/mm³ dari 500 sel/mm³, empedu atau amilase dalam jumlah yang

cukup juga merupakan indikasi untuk cedera abdomen. Tindakan selanjutnya akan

dilakukan prosedur laparotomi

Kontra indikasi dilakukan Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), antara lain:

o Hamil

o Pernah operasi abdominal

o Operator tidak berpengalaman

2. Skrinning pemeriksaan rongten.

Foto rongsen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan

hemo atau Pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium.

Serta rongten abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau

adanya udara retroperitoneum.

a. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning

Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.

b. Uretrografi.

Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra

c. Sistografi

Ini di gunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,

contohnya pada

1) fraktur pelvis.

2) Trauma non-penetrasi

d. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi

perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.

Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi

menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis.

Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma

Page 7: Trauma Abdomen

pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan

kemungkinan trauma pads hepar.

e. Plain abdomen foto tegak

Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas

retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus

f. Pemeriksaan urine rutin

Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai

hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada

saluran urogenital.

g. VP (Intravenous Pyelogram)

Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan

trauma pada ginjal..

Pemeriksaan khusus

A) Abdominal paracentesis

Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk

menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari

100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga

peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5

menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.

B) Pemeriksaan laparoskopi

Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber

penyebabnya.

C) Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-

sigmoidoskopi.

G. Penatalaksanaan

A. Penanganan awal

Trauma non- penetrasi (trauma tumpul)

a. Stop makanan dan minuman

b. Imobilisasi

c. Kirim kerumah sakit.

Penetrasi (trauma tajam)

Page 8: Trauma Abdomen

a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)

tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis

b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan

kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak

memperparah luka.

c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak

dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang

keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.

d. Imobilisasi pasien

e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum

f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.

g.Kirim ke rumah sakit

B. Penanganan dirumah sakit

a. Segera dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya. Jika

penderita dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan selain

pemberantasan syok (operasi)

b. Lakukan prosedur ABCDE.

c. Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.

d. Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin

yang keluar (perdarahan).

e. Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika

terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps

visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara

bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga

perut)

f. Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang

menunjukkan trauma intra-abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri

diafragma, abdominal free air, evisceration) harus segera dilakukan

pembedahan

g. Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara non-operative

berdasarkan status klinik dan derajat luka yang terlihat di CT

h. Pemberian obat analgetik sesuai indikasi

i. Pemberian O2 sesuai indikasi

j. Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan

Page 9: Trauma Abdomen

k. Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung kedalaman

penetrasi dan keterlibatan intraperitoneal

l. Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi

steril) untuk menunjukkan gangguan peritoneal ; jika peritoneum utuh,

pasien dapat dijahit dan dikeluarkan

m. Luka tikaman dengan injuri intraperitoneal membutuhkan pembedahan

n. Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan dengan

pembedahan

C. Penatalaksanaan Kedaruratan

1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi)

sesuai indikasi.

a) Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat

menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar

dan menimbulkan hemoragi masif.

b) Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem

saraf.

c) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.

d) Gunting baju dari luka.

e) Hitung jumlah luka.

f) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.

2. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera abdomen,

khususnya hati dan limpa mengalami trauma.

3. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan

dilakukan.

a) Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan bendungan luka

dada.

b) Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan cepat dan

memperbaiki dinamika sirkulasi.

c) Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal terjadi terhadap

transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan internal.

d) Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi tempat

perdarahan.

Page 10: Trauma Abdomen

4. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu

mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga

peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.

5. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah

untuk mencegah nkekeringan visera.

a) Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.

b) Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan

muntah.

6. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya

hematuria dan pantau haluaran urine.

7. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital, haluaran urine,

pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila diindikasikan), nilai hematokrit,

dan status neurologik.

8. Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat

ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.

9. Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi peritonium

pada kasus luka tusuk.

a) Jahitan dilakukan disekeliling luka.

b) Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka.

c) Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x menunjukkan apakah

penetrasi peritonium telah dilakukan.

10. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.

11. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma dapat

menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri

eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan

terapeutik (infeksi nosokomial).

12. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,

kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau

hematuria.

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam

nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik

mungkin harus melihat Apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda

lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakuakan prosedur ABC jika

Page 11: Trauma Abdomen

ada indikasi, Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan

napas.

1. Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang Membuka jalan napas

menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan

mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan

tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.

2. Breathing, dengan Ventilasi Yang Adekuat Memeriksa pernapasan

dengan menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk

memastikan apakah ada napas atau tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan status

respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).

3. Circulation,dengan Kontrol Perdarahan Hebat Jika pernapasan

korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan.

Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio

kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi

dada dan 2 kali bantuan napas

Page 12: Trauma Abdomen

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian Data

DasarPemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi

menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.

Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:

1. Aktifitas/istirahat

Subjektit : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,

Objektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera

(trauma).

2. Sirkulasi

Objektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,

hiperventilasi, dll). Normalnya pernapasan normal berkisar antara 8-

20 kali per menit (dewasa), 15 – 30 (anak-anak) dan 25 – 50 (bayi)

3. Integritas ego

Subjektif : menyangkal gejala penting / adanya kondisi takut mati, perasaan ajal

suah dekat, marah pada penyakit / perawatan yang tidak perlu, kuatir

tentang eluarga, kerja, keuangan. Perubahan tingkah laku /

kepribadian (tenangatau dramatis),

Objektif : menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,

perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri.

4. Eliminasi

Objektif : Inkontinensia kandung kemih/usus ataumengalami gangguan fungsi

5. Makanan dan cairan

Subjektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera makan.

Objektif : Mengalami distensi abdomen.   Nyeri tekan di perut,kulit

kering/berkeringat, perubahan berat badan.

6. Neurosensori.

Objektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo, Perubahan kesadaran

bisa sampai koma, perubahan status mental, Kesulitan dalam

menentukan posisi tubuh.

7. Nyeri dan kenyamanan

Subjektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,

biasanya lama.

Objektif : wajah meringi, gelisah, merintih, emosi labil, perilaku berhati-hati.

Page 13: Trauma Abdomen

8. Pernafasan

Objektif : Perubahan pola nafas.

9. Keamanan

Subjektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.

Objektif : Dislokasi gangguan kognitif.Gangguan rentang gerak.

Page 14: Trauma Abdomen

II. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah keperawatan

1 Ds : pasien mengatakan ”

saya tidak nafsu makan”

Do :

- mual

- muntah

- distensi abdomen

- berkeringat

- perdarahan

Kurangnya masukan

cairan dan elektrolit

Kekurangan cairan

dan elekrolit

2 Ds: pasien mengatakan

”saya merasakan sakit pada

daerah luka.

Do :

- wajah meringis

- gelisah,

- Merintih

- Emosi labil

- Perilaku berhati-

hati.

- bradipneu

trauma pada daerah

abdomen

Nyeri dan

kenyamanan

3 ds : pasien mengatakan

”keadaan luka saya belum

membaik”

do :

- suhu tubuh

meningkat lebih dari

37,8 oC

- adanya

pembengkakan

- adanya kemerahan

disekitar luka

Tindakan pembedahan,

tidak adekuatnya

pertahanan tubuh

Infeksi

4 Ds : pasien menyatakan

”saya takut penyakit saya

Krisis situasi dan

perubahan status

Ansietas

Page 15: Trauma Abdomen

tak akan sembuh

Do :

- cemas

- bingung

- depresi

- ekspresi wajah

tegang

- ketakutan

- insomnia

kesehatan

5 Ds : pasien mengatakan

”saya masih takut untuk

bergerak”

Do :

- aktifitas terbatas

- gerakan lambat

- gaya berjalan tidak

stabil

- bicara tersendat-

sendat

Kelemahan fisik Gangguan mobilitas

III. Prioritas Masalah

1. Defisit Volume cairan dan elektrolit

2. Nyeri

3. Resiko infeksi

4. Ansietas

5. Gangguan Mobilitas fisik

Page 16: Trauma Abdomen

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan:

2. Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3,

EGC,

3. Edisi 6, EGC ; Jakarta.Mansjoer, Arif. 2001.

4. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.UI : Media

5. Aesculapiushttp://health.groups.yahoo.com/group/indofirstaid/24,04,2008

6. http://indofirstaid.tk/04,24,2008

7. http://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/

04,24,2008

Page 17: Trauma Abdomen

IV. Rencana Keperawatan

No Diagnosa keperawatanRencana keperawatan

Tujuan Intervensi Rasionalisasi

1 Defisit Volume cairan

dan elektrolit

berhubungan dengan

perdarahan

Terjadi

keseimbangan

volume cairan

a. Kaji tanda-tanda vital.

b. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik

dan vitamin

c. Kaji tetesan infus

d. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai

indikasi.

e. Tranfusi darah

o untuk mengidentifikasi defisit volume

cairan

o mengidentifikasi keadaan perdarahan

o awasi tetesan untuk mengidentifikasi

kebutuhan cairan

o cara parenteral membantu memenuhi

kebutuhan nuitrisi tubuh

o menggantikan darah yang keluar

2 Nyeri berhubungan

dengan adanya trauma

abdomen atau luka

penetrasi abdomen.

(Doenges, 2000)

Nyeri Teratasi a. Kaji karakteristik nyeri

b. Beri posisi semi fowler.

c. Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi

d. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

e. Managemant lingkungan yang nyaman

o mengetahui tingkat nyeri klien

o mengurngi kontraksi abdomen

o membantu mengurangi rasa nyeri dengan

mmengalihkan perhatian

o analgetik membantu mengurangi rasa nyeri

o lingkungan yang nyaman dapat memberikan

rasa nyaman klien

3 Resiko infeksi

berhubungan dengan

tindakan pembedahan,

tidak adekuatnya

pertahanan

tubuh

Tidak terjadi infeksi a. Kaji tanda-tanda infeksi

b. Kaji keadaan luka

c. Kaji tanda-tanda vital

d. Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi

e. Kolaborasi pemberian antibiotik

o mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih

dini

o keadaan luka yang diketahui lebih awal

dapat mengurangi resiko infeksi

o suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya

proses infeksi

o teknik aseptik dapat m5enurunkan resiko

infeksi nosokomial

o antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri

dari luar

Page 18: Trauma Abdomen

4 Ansietas berhubungan

dengan krisis situasi

dan perubahan status

kesehatan

ansietas teratasi a. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan

ketrampilan yang berhasil pad lalu

b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan

ansietas dan rasa takut dan bepenanganan

c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan

penjelasan mengenai penyakit.

d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres

e. Dorong dan dukungan orang terdekat

o koping yang baik akan mengurangi ansietas

klien

o mengetahui nsietas, rasa takut klien bisa

mengidentifikasi masalah dan umtuk memberikan

penjelasan kepada klien

o apabila klien tahu tentang prosedur dan

tindakan yang akan dilakukan, klien diharapkan ansietas

berkurang

o lingkungan yang nyaman dapat membuat

klien nyaman dalam menghadapi situasi.

o memotifasi klien

5 Gangguan Mobilitas

fisik berhubungan

dengan kelemahan fisik

(Doenges, 2000)

Dapat bergerak

bebas

a. Kaji kemampuan pasien untuk bergerak

b. Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien

c. Berikan latihan gerak aktif pasif

d. Bantu kebutuhan pasien

e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.

o identifikasi kemampuan klien dalam

mobilisasi

o meminimalisir pergerakan klien

o melatih otot-otot klien

o membantu dalam mengatasi kebutuhan

dasar klien

o terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi

klien