transplantasi ginjal

40
Transplantasi ginjal (Cangkok ginjal) Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan" sebuah ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur pembedahan. Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup) atau yang baru saja meninggal (donor kadaver). Ginjal ‘cangkokan’ ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi kedua ginjal yang sudah rusak. Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada pada posisinya semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi. CaraTransplantasi Prosedur bedah transplantasi ginjal biasanya membutuhkan waktu antara 3 sampai 6 jam. Ginjal baru ditempatkan pada rongga perut bagian bawah (dekat daerah panggul) agar terlindung oleh tulang panggul. Pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh darah balik (vena) dari ginjal ‘baru’ ini dihubungkan ke arteri dan vena tubuh. Dengan demikian, darah dapat dialirkan ke ginjal sehat ini untuk disaring. Ureter (saluran kemih) dari ginjal baru dihubungkan ke kandung kemih agar urin dapat dialirkan keluar.

Upload: barbieazrina

Post on 27-Jun-2015

1.770 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Transplantasi ginjal

Transplantasi ginjal (Cangkok ginjal)

Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan" sebuah

ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur pembedahan.

Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup) atau yang baru saja

meninggal (donor kadaver). Ginjal ‘cangkokan’ ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi

kedua ginjal yang sudah rusak.

Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada pada posisinya

semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau

tekanan darah tinggi.

CaraTransplantasi

Prosedur bedah transplantasi ginjal biasanya membutuhkan waktu antara 3 sampai 6 jam.

Ginjal baru ditempatkan pada rongga perut bagian bawah (dekat daerah panggul) agar

terlindung oleh tulang panggul. Pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh darah balik (vena) dari

ginjal ‘baru’ ini dihubungkan ke arteri dan vena tubuh. Dengan demikian, darah dapat

dialirkan ke ginjal sehat ini untuk disaring. Ureter (saluran kemih) dari ginjal baru

dihubungkan ke kandung kemih agar urin dapat dialirkan keluar.

Page 2: Transplantasi ginjal

Pasca Transplantasi Ginjal

Transplantasi Ginjal dinyatakan berhasil jika ginjal tersebut dapat bekerja sebagai

‘penyaring darah’ sebagaimana layaknya ginjal sehat sehingga tidak lagi memerlukan

tindakan Dialisis (cuci darah).

Mencegah Reaksi Penolakan (Rejeksi) terhadap Ginjal 'Baru'

Karena ginjal ‘baru’ ini bukan merupakan ginjal yang berasal dari tubuh pasien sendiri,

maka ada kemungkinan terjadi reaksi tubuh untuk menolak ‘benda asing’ tersebut.

Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu

mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan segera

sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat imunosupresan

bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga

mengurangi risiko terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap

ginjal cangkokan.

Efek Samping Imunosupresan

Obat imunosupresan dapat membuat sistem imun (daya tahan tubuh terhadap penyakit)

menjadi lemah sehingga mudah terkena infeksi. Efek samping lainnya dari imunosupresan:

wajah menjadi bulat, berjerawat, atau tumbuh bulu-bulu halus pada wajah, juga dapat

menyebabkan peningkatan berat badan. Beritahu dokter jika Anda mengalami efek-efek

samping seperti ini untuk segera ditangani secara tepat.

Transplantasi organ adalah transplantasi atau pemindahan seluruh atau sebagian organ

dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh

yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak

befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ

dapat merupakan orang yang masih hidup ataupun telah meninggal.

Organ yang ditransplantasikan disebut Graft. Ada 5 macam Graft:

- Allograft. Terjadi pada 2 orang yang sama spesisnya

- Isograft. Terjadi pada kembar identik

- Autograft. Terjadi dengan bahan tubuh sendiri. Contohnya operasi plastik.

- Xenograft. Transplantasi organ yang berasal dari orang lain ataupun binatang spesies lain.

Page 3: Transplantasi ginjal

- Syhthetic graft. Transplantasi bahan buatan untuk menggantikan atau menambah fungsi

aslinya.

1. Apa yang menyebabkan penderita harus menerima transplantasi organ?

Seseorang harus menerima transplantasi organ jika organ orang tersebut mengalami

kerusakan atau tidak berfungsi lagi. Apabila hal tersebut terjadi, maka jalan terbaik adalah

dengan mentransplantasikan organ ke dalam tubuh penderita agar penderita dapat tetap

hidup.

2. Bagaimana cara Transplantasi organ tersebut?

Transplantasi Ginjal

Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara memanfaatkan sebuah

ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur pembedahan.

Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup) atau yang baru saja

meninggal (donor kadaver). Ginjal ‘cangkokan’ ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi

kedua ginjal yang sudah rusak.

Ginjal baru dapat diperoleh dari donor yang baru saja meninggal dunia, atau dari donor

hidup. Donor hidup bisa keluarga, bisa juga bukan – biasanya pasangan atau teman. Jika

anda tidak memiliki donor hidup, anda akan dimasukkan ke dalam daftar tunggu untuk

memperoleh ginjal dari donor meninggal. Masa tunggu tersebut dapat berlangsung bertahun-

tahun.

Petugas transplantasi akan mempertimbangkan tiga faktor untuk menentukan kesesuaian

ginjal dengan penerima (resipien). Faktor tersebut akan menjadi tolak ukur untuk

memperkirakan apakah sistim imun tubuh penerima akan menerima atau menolak ginjal baru

tersebut.

- Golongan darah. Golongan darah penerima (A,B, AB, atau O) harus sesuai dengan

golongan darah donor. Faktor golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian yang

paling penting.

- Human leukocyte antigens (HLAs). Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari ibu

dan 3 dari ayah. Sesama anggota keluarga biasanya mempunyai HLAs yang sesuai. Resipien

masih dapat menerima ginjal dari donor walaupun HLAs mereka tidak sepenuhnya sesuai,

asal golongan darah mereka cocok, dan tes lain tidak menunjukkan adanya gangguan

kesesuaian.

Page 4: Transplantasi ginjal

- Uji silang antigen. Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang organ.

Sejumlah kecil darah resipien dicampur dengan sejumlah kecil darah donor. Jika tidak terjadi

reaksi, maka hasil uji disebut uji silang negatif, dan transplantasi dapat dilakukan.

Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada pada posisinya

semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau

tekanan darah tinggi.

Prosedur bedah transplantasi ginjal biasanya membutuhkan waktu antara 3 sampai 6

jam. Ginjal baru ditempatkan pada rongga perut bagian bawah (dekat daerah panggul) agar

terlindung oleh tulang panggul. Pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh darah balik (vena) dari

ginjal ‘baru’ ini dihubungkan ke arteri dan vena tubuh. Dengan demikian, darah dapat

dialirkan ke ginjal sehat ini untuk disaring. Ureter (saluran kemih) dari ginjal baru

dihubungkan ke kandung kemih agar urin dapat dialirkan keluar.

Karena ginjal ‘baru’ ini bukan merupakan ginjal yang berasal dari tubuh pasien sendiri,

maka ada kemungkinan terjadi reaksi tubuh untuk menolak ‘benda asing’ tersebut. Untuk

mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi

atau imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat imunosupresan

bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya

reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.

3. Berapa biaya yang dibutuhkan?

Biaya yang dibutuhkan sangat besar mengingat diperlukannya tenaga ahli dan peralatan yang

cukup rumit. Di Indonesia, biaya untuk mentransplantasikan ginjal tersebut berkisar antara

80 juta sampai dengan 250 juta rupiah.

4. Bagaimana cara menanggulangi kegagalan transplantasi organ?

Cara menanggulangi kegagalan transplantasi organ dapat dilakukan dengan beberapa cara:

- mencari donor yang memiliki golongan darah dan HLAs yg sesuai dengan resipien.

- setelah pembedahan, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan

segera sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat imunosupresan bekerja dengan jalan

menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi penolakan tubuh

terhadap ginjal cangkokan.

Penolakan umumnya terjadi pada setiap proses transplantasi organ. Penolakan biasanya bisa

diatasi dengan menambah dosis atau jumlah obat immunosupresan. jika penolakan tidak

Page 5: Transplantasi ginjal

dapat diatasi, berarti pencangkokkan telah gagal.

ginjal yang ditolak bisa dibiarkan di dalam tubuh resipien, kecuali jika:

- demam terus menerus

- air kemih mengandung darah

- tekanan darah tetap tinggi.

jika pencangkokkan gagal, maka harus segera kembali dilakukan dialisa.

upaya pencangkokkan berikutnya bisa dilakukan setelah penderita benar-benar pulih dari

pencangkokkan yang pertama.

Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran berkembang dengan

pesat. Salah satunya adalah kemajuan dalam teknik transplantasi organ. Transplantasi organ

merupakan suatu teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi

dengan organ dari individu yang lain. Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali

berupa ginjal dari donor kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di

bidang transplantasi maju dengan pesat. Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan

pengawetan organ, penemuan obat- obatan anti penolakan yang semakin baik sehingga

berbagai organ dan jaringan dapat ditransplantasikan. Dalam beberapa kepustakaan

disebutkan bahwa transplantasi organ sudah dilakukan sejak tahun 600 SM, dimana saat itu

Susruta dari India telah melakukan transplantasi kulit.

Ilmu transplantasi modern semakin berkembang dengan ditemukannya metode-

metode pencangkokan, misalnya:

a. Pencangkokan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernard,

walaupun kemudian resipiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari,

b. Pencangkokan ginjal,

c. Pencangkokan hati,

d. Pencangkokan sumsum tulang,

Sampai saat ini penelitian tentang transplantasi masih terus dilakukan. Permintaan

untuk transplantasi organ terus mengalami peningkatan melebihi ketersediaan organ donor

yang ada. Sebagai contoh di China, pada tahun 1999 tercatat hanya 24 transplantasi hati,

namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78. Sedangkan tahun 2003 angkanya bertambah

hingga 356. Jumlah tersebut semakin meningkat pada tahun 2004 yaitu 507 kali transplantasi.

Tidak hanya hati, jumlah transplantasi keseluruhan organ di China memang meningkat sangat

Page 6: Transplantasi ginjal

drastis. Setidaknya telah terjadi tiga kali lipat melebihi Amerika Serikat. Ketidakseimbangan

antara jumlah pemberi organ dengan penerima organ hampir terjadi di seluruh dunia4.

1. Transplantasi Organ di Indonesia

Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang kesehatan banyak cara yang dapat

ditempuh untuk memperoleh kesembuhan. Pada kasus-kasus tertentu, transplantasi organ

merupakan jalan yang dapat ditempuh untuk memperoleh kesembuhan. Transplantasi adalah

perpindahan sebagian atau seluruh jaringan atau organ dari satu individu pada individu itu

sendiri atau pada individu lainnya baik yang sama maupun berbeda spesies.

Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 23

tahun 1992 tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan

Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis

serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Hal ini tentu saja menimbulkan suatu

pertanyaan tentang relevansi antara Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang dimana

Peraturan Pemerintah diterbitkan jauh sebelum Undang-Undang 2.

Donor adalah orang yang menyumbangkan alat dan atau jaringan tubuhnya kepada

orang lain untuk tujuan kesehatan. Donor organ dapat merupakan organ hidup ataupun telah

meninggal. Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima jaringan atau organ dari

orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri. Transplantasi organ dapat

dikategorikan sebagai ‘life saving’ sedangkan transplantasi jaringan dikategorikan sebagai

‘life enhancing’

Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan tubuh, maka

transplantasi dapat dibedakan menjadi :

a. Transplantasi dengan donor hidup

Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ tubuh seseorang ke

orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa mengancam kesehatan. Donor

hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ yang bersifat regeneratif, misalnya kulit, darah

dan sumsum tulang, serta organ-organ yang berpasangan misalnya ginjal. Sebelum

memutuskan menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko yang dihadapi

baik resiko di bidang medis, pembedahan maupun resiko untuk kehidupannya lebih lanjut

sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah dipindahkan. Jika dilakukan pada orang

Page 7: Transplantasi ginjal

yang sama dimana donor dan resipien adalah orang yang sama, maka tindakan ini tidak

mempunyai implikasi hukum. Namun akan berbeda jika donor dan resipien adalah orang

yang berbeda, karena tindakan ini melibatkan orang lain yang juga memiliki hak, maka

dengan sendirinya akan memiliki implikasi hukum dan diperlukan undang-undang yang

mengatur.

b. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah

Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ atau jaringan dari

tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis organ yang biasanya didonorkan

adalah organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea,

ginjal dan pankreas. Seperti halnya dengan transplantasi dengan donor hidup yang melibatkan

dua orang yang berbeda, tindakan ini juga berimplikasi hukum. Biasanya organ terbaik donor

jenazah berasal dari jenazah orang yang masih berusia muda dan tidak mengidap penyakit,

maka donor jenazah terbaik biasanya merupakan korban dari kecelakaan, bunuh diri, maupun

pembunuhan. Yang pada beberapa negara secara hukum berada pada kekuasaan dokter

forensik untuk penyidikan. Di negara tersebut mulai dikembangkan pengambilan organ atau

jaringan tubuh dari donor jenazah di ruang autopsi dilakukan oleh dokter forensik dengan

prosedur aseptik sehingga lebih praktis dan menghemat biaya. Untuk pengambilan organ atau

jaringan tubuh ini dokter forensik bisa dibantu atau diawasi oleh dokter dari bidang lain

sesuai dengan organ yang akan diambil. Sebelum pengambilan organ dilakukan informed

consent pada jenazah-jenazah tersebut, jika jenazah diketahui identitasnya maka informed

consent didapatkan dari keluarga atau ahli warisnya. Namun jika tidak diketahui identitasnya,

maka jenazah tersebut dianggap milik negara sehingga dokter forensik dapat mengambil

organ atau jaringan tubuh untuk kemudian diserahkan pada bank organ dan jaringan tubuh8.

Sedangkan ditinjau dari sudut penerima organ atau resipien, maka transplantasi dapat

dibedakan menjadi:

a. Autotransplantasi

Autotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh

orang itu sendiri2. Biasanya transplantasi ini dilakukan pada jaringan yang berlebih atau pada

jaringan yang dapat beregenerasi kembali. Sebagai contoh tindakan skin graft pada penderita

luka bakar, dimana kulit donor berasal dari kulit paha yang kemudian dipindahkan pada

bagian kulit yang rusak akibat mengalami luka bakar8.

b. Homotransplantasi

Page 8: Transplantasi ginjal

Homotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke

tubuh orang lain2. Misalnya pemindahan jantung dari seseorang yang telah dinyatakan

meninggal pada orang lain yang masih hidup.

c. Heterotransplantasi

Heterotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke

tubuh orang lain2. Contohnya pemindahan organ dari babi ke tubuh manusia untuk

mengganti organ manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi baik.

Ada beberapa pasal :

Pasal 32 ayat (3) berbunyi: Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan

ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan11.

Pasal 34 Ayat (1): Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di

sarana kesehatan tertentu.

hukum perdata di Indonesia, seseorang dikatakan sudah cukup umur jika sudah berumur 21

tahun atau sudah menikah. Namun Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tidak mengatur

organ apa saja yang boleh disumbangkan. Di beberapa negara transplantasi organ di batasi

pada ginjal saja dengan pertimbangan ginjal meupakan organ vital yang dapat

menyelamatkan nyawa dan orang bisa hidup dengan satu ginjal saja. Sementara untuk organ

lain yang tidak berfungsi menyelamatkan nyawa tidak dibenarkan diambil sebagai donor

hidup meskipun individu tersebut bersedia.

Sedangkan untuk komersialisasi organ dan atau jaringan tubuh manusia lainnya diatur

dalam Pasal 16 dan 17.

Pasal 16 berbunyi: Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu

kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi2.

Pasal 17 berbunyi: Dilarang memperjualbelikan alat dan atau jaringan tubuh manusia2.

Sedangkan pada Pasal 18 diatur tentang pengiriman organ dan atau jaringan tubuh manusia

dari dan ke luar negeri.

Sangsi Yang Berkaitan Dengan Transplantasi Organ

Adanya ketimpangan yang cukup besar antara ketersediaan dengan kebutuhan organ

memungkinkan timbulnya berbagai pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku. Masalah

komersialisasi organ, kurangnya informed consent, serta pelaksana yang tidak berkompeten

dan membahayakan kesehatan donor.

Page 9: Transplantasi ginjal

Pasal 80 Ayat (3) berbunyi: Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan

dengan tujuan komersil dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh atau

transfusi darah sebagaimana dimaksud Pasal 33 Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 300.000,00(tiga ratus

ribu rupiah).

Jika ditinjau dari sudut orang yang akan melakukan transplantasi, maka berdasarkan

UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, tercantum hukuman bila melakukan transplantasi

tanpa keahlian ataupun dengan unsure kesengajaan seperti yang diatur dalam Pasal 81 Ayat

(1), yang berbunyi: Barang siapa yang tanpa keahlian dengan sengaja: a. melakukan

transplantasi organ dan atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 Ayat (1)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak

Rp 140.000.000,00 (seratus empat puluh juta rupiah).

Sedangkan pada Pasal 81 Ayat (2) berbunyi: Barang siapa dengan sengaja mengambil organ

dari donor tanpa memperhatikan kesehatan donor dan atau tanpa persetujuan donor dan ahli

waris atau keluarganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 Ayat (2): dipidana dengan

pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp

140.000.000,00 (seratus empat puluh juta rupiah).

Jika sampai terjadi kematian karena tindakan seperti yang diatur dalam pasal-

pasal tersebut diatas, maka UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengatur dalam

Pasal 83 yang berbunyi: Ancaman pidana sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 80, 81.

1. Sebelum melakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, seseorang yang memutuskan

menjadi donor harus mengetahui dan mengerti resiko yang dihadapi baik resiko di bidang

medis, pembedahan maupun resiko untuk kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan

jaringan atau organ yang telah dipindahkan.

2. Bagi donor jenazah sebelum pengambilan organ dilakukan informed consent pada jenazah

tersebut, jika diketahui identitasnya maka informed consent didapatkan dari keluarga atau ahli

warisnya. Jika tidak diketahui identitasnya, maka jenazah tersebut dianggap milik negara

Page 10: Transplantasi ginjal

sehingga dokter forensik dapat mengambil organ atau jaringan tubuh untuk kemudian

diserahkan pada bank organ dan jaringan tubuh.

Berbagai hasil muktamar dan fatwa lembaga-lembaga Islam internasional yang

berkomperten membolehkan praktek transplantasi jenis ini diantaranya konperensi OKI

(Malaysia, April 1969 M ) dengan ketentuan kondisinya darurat dan tidak boleh

diperjualbelikan, Lembaga Fikih Islam dari Liga Dunia Islam (Mekkah, Januari 1985 M.),

Majlis Ulama Arab Saudi (SK. No.99 tgl. 6/11/1402 H.) dan Panitia Tetap Fawa Ulama dari

negara-negara Islam seperti Kerajaan Yordania dengan ketentuan harus memenuhi persyaratan;

1. Harus dengan persetujuan orang tua mayit / walinya atau wasiat mayit

2. Hanya bila dirasa benar-benar memerlukan dan darurat.

Disamping itu banyak fatwa ulama bertaraf internasional yang membolehkan praktek

tersebut diantaranya: Abdurrahman bin Sa’di ( 1307-1367H.), Ibrahim Alyakubi ( dalam

bukunya Syifa Alqobarih ), Jadal Haq (Mufti Mesir dalam majalah Al-Azhar vol. 7 edisi

Romadhon 1403), DR. Yusuf Qordhowi (Fatawa Mu’ashiroh II/530 ), DR. Ahmad

Syarofuddin ( hal. 128 ), DR. Rouf Syalabi ( harian Syarq Ausath, edisi 3725, Rabu

8/2/1989 ), DR. Abd. Jalil Syalabi (harian Syarq Ausath edisi 3725, 8/2/1989M.), DR.

Mahmud As-Sarthowi (Zar’ul A’dho, Yordania), DR. Hasyim Jamil (majalah Risalah

Islamiyah, edisi 212 hal. 69).

Alasan mereka membolehkannya berdasarkan pada; a. ayat al-Qur’an yang

membolehkan mengkonsumsi barang-barang haram dalam kondisi benar-benar darurat. (QS.

Al-Baqarah:173, Al-Maidah:3, Al-An’am:119,145, b. anjuran al-Qur’an untuk merawat dan

meningkatkan kehidupan (QS. Al-Maidah: 32.c. ayat-ayat tentang keringanan dan

kemudahan dalam Islam (QS.2:185, 4:28, 5:6, 22:78), d. hal itu sebagai amal jariyah bagi

donatur yang telah mati dan sangat berguna bagi kemanusiaan. e. Allah sangat menghargai

dan memuji orang-orang yang berlaku ‘itsaar’ tanpa pamrih dan dengan tidak sengaja

membahayakan dirinya atau membinasakannya.(QS. 95:9) f. Kaedah-kaedah umum hukum

Islam yang mengharuskan dihilangkannya segala bahaya.

Masalah penanaman jaringan/organ yang diambil dari tubuh binatang , maka dapat

kita lihat dua kasus yaitu;

Page 11: Transplantasi ginjal

Kasus Pertama: Binatang tersebut tidak najis/halal, seperti binatang ternak (sapi, kerbau,

kambing ). Dalam hal ini tidak ada larangan bahkan diperbolehkan dan termasuk dalam

kategori obat yang mana kita diperintahkan Nabi untuk mencarinya bagi yang sakit.

Kasus Kedua : Binatang tersebut najis/ haram seperti, babi atau bangkai binatang dikarenakan

mati tanpa disembelih secara islami terlebih dahulu. Dalam hal ini tidak dibolehkan kecuali

dalam kondisi yang benar-benar gawat darurat. dan tidak ada pilihan lain. Dalam sebuah

riwayat atsar disebutkan: “Berobatlah wahai hamba-hamba Allah, namun janganlah berobat

dengan barang haram.” Dalam kaedah fiqh disebutkan “Adh Dharurat Tubihul Mahdhuraat”

(darurat membolehkan pemanfaatan hal yang haram) atau kaedah “Adh Dhararu Yuzaal”

(Bahaya harus dihilangkan) yang mengacu surat Al Maidah: 3. “Adh Dharurat Tuqaddar

Biqadarihaa” (Peertimbangan kondisi darurat harus dibatasi sekedarnya) Al Baqarah: 173

(Majma’ Annahr : II/535, An-Nawawi dalam Al-Majmu’ : III/138 ).

Adapun dari segi Donor juga harus diperhatikan berbagai pertimbangan skala prioritas yaitu ;

1. menanam jaringan/organ imitasi buatan bila memungkinkan secara medis.

2. Mengambil jaringan/organ dari tubuh orang yang sama selama memungkinkan karena

dapat tumbuh kembali seperti, kulit dan lainnya.

3. Mengambil dari organ/jaringan binatang yang halal, adapun binatang lainnya dalam

kondisi gawat darurat dan tidak ditemukan yang halal.

4. Mengambil dari tubuh orang yang mati dengan ketentuan seperti penjelasan di atas.

5. Mengambil dari tubuh orang yang masih hidup dengan ketentuan seperti diatas disamping

orang tersebut adalah mukallaf ( baligh dan berakal ) harus berdasarkan kesadaran,

pengertian, suka rela dan tanpa paksaan.

Disamping itu donor harus sehat mental dan jasmani yang tidak mengidap penyakit menular

serta tidak boleh dijadikan komoditas.

 

MEMBERIKAN DONOR KEPADA ORANG NON-MUSLIM

 

Page 12: Transplantasi ginjal

Mendonorkan organ tubuh itu seperti menyedekahkan harta. Hal ini boleh

dilakukan terhadap orang muslim dan nonmuslim, tetapi tidak boleh diberikan kepada orang

kafir harbi yang memerangi kaum muslim. Misalnya, menurut pendapat saya, orang kafir

yang memerangi kaum muslim lewat perang pikiran dan yang berusaha merusak Islam.

Demikian pula tidak diperbolehkan mendonorkan organ tubuh kepada orang

murtad yang keluar dari Islam secara terang-terangan. Karena menurut pandangan

Islam, orang murtad berarti telah mengkhianati agama dan umatnya sehingga ia berhak

dihukum bunuh. Maka bagaimana kita akan menolong orang seperti ini untuk hidup?

Apabila ada dua orang yang membutuhkan bantuan donor, yang satu muslim dan satunya

lagi nonmuslim, maka yang muslim itulah yang harus diutamakan. Allah berfirman:

 

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi

penolong bagi sebagian yanglain ..." (atTaubah:71)

 

Bahkan seorang muslim yang saleh dan komitmen terhadap agamanya lebih utama untuk

diberi donor daripada orang fasik yang mengabaikan kewajiban-kewajibannya kepada Allah.

Karena dengan hidup dan sehatnya muslim yang saleh itu berarti si pemberi donor telah

membantunya melakukan ketaatan kepada Allah dan memberikan manfaat kepada sesama

makhluk-Nya. Hal ini berbeda dengan ahli maksiat yang mempergunakan nikmat-

nikmat Allah hanya untuk bermaksiat kepada-Nya dan menimbulkan mudarat kepada orang

lain.

 

Apabila si muslim itu kerabat atau tetangga si donor, maka dia lebih utama daripada yang

lain, karena tetangga punya hak yang kuat dan kerabat punya hak yang lebih kuat lagi,

sebagaimana firman Allah:

 

"... Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak

terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah ..." (al-Anfal: 75)

 

Juga diperbolehkan seorang muslim mendonorkan organ tubuhnya kepada orang tertentu,

sebagaimana ia juga boleh mendermakannya kepada suatu yayasan seperti bank yang

khusus menangani masalah ini (seperti bank mata dan sebagiannya; Penj.), yang merawat

dan memelihara organ tersebut dengan caranya sendiri, sehingga sewaktu-waktu dapat

dipergunakan apabila diperlukan.

Page 13: Transplantasi ginjal

 

TIDAK DIPERBOLEHKAN MENJUAL ORGAN TUBUH

 

Perlu saya ingatkan disini bahwa pendapat yang

memperbolehkan donor organ tubuh itu tidak berarti

memperbolehkan memperjualbelikannya. Karena jual beli itu

--sebagaimana dita'rifkan fuqaha-- adalah tukar-menukar

harta secara suka rela, sedangkan tubuh manusia itu bukan

harta yang dapat dipertukarkan dan ditawar-menawarkan

sehingga organ tubuh manusia menjadi objek perdagangan dan

jual beli. Suatu peristiwa yang sangat disesalkan terjadi di

beberapa daerah miskin, di sana terdapat pasar yang mirip

dengan pasar budak. Di situ diperjualbelikan organ tubuh

orang-orang miskin dan orang-orang lemah --untuk konsumsi

orang-orang kaya-- yang tidak lepas dari campur tangan

"mafia baru" yang bersaing dengan mafia dalam masalah

minum-minuman keras, ganja, morfin, dan sebagainya.

 

Tetapi, apabila orang yang memanfaatkan organ itu memberi

sejumlah uang kepada donor --tanpa persyaratan dan tidak

ditentukan sebelumnya, semata-mata hibah, hadiah, dan

pertolongan-- maka yang demikian itu hukumnya jaiz (boleh),

bahkan terpuji dan termasuk akhlak yang mulia. Hal ini sama

dengan pemberian orang yang berutang ketika mengembalikan

pinjaman dengan memberikan tambahan yang tidak

dipersyaratkan sebelumnya. Hal ini diperkenankan syara' dan

terpuji, bahkan Rasulullah saw. pernah melakukannya ketika

beliau mengembalikan pinjaman (utang) dengan sesuatu yang

lebih baik daripada yang dipinjamnya seraya bersabda:

 

"Sesungguhnya sebaik-baik orang diantara kamu

ialah yang lebih baik pembayaran utangnya." (HR

Ahmad, Bukhari, Nasa'i, dan Ibnu Majah dari Abu

Hurairah)

Page 14: Transplantasi ginjal

 

BOLEHKAH MEWASIATKAN ORGAN TUBUH SETELAH MENINGGAL DUNIA?

 

Apabila seorang muslim diperbolehkan mendonorkan sebagian

organ tubuhnya yang bermanfaat untuk orang lain serta tidak

menimbulkan mudarat pada dirinya sendiri, maka bolehkah dia

berwasiat untuk mendonorkan sebagian organ tubuhnya itu

setelah dia meninggal dunia nanti?

 

Menurut pandangan saya, apabila seorang muslim diperbolehkan

mendonorkan organ tubuhnya pada waktu hidup, yang dalam hal

ini mungkin saja akan mendatangkan kemelaratan --meskipun

kemungkinan itu kecil-- maka tidaklah terlarang dia

mewasiatkannya setelah meninggal dunia nanti. Sebab yang

demikian itu akan memberikan manfaat yang utuh kepada orang

lain tanpa menimbulkan mudarat (kemelaratan/ kesengsaraan)

sedikit pun kepada dirinya, karena organ-organ tubuh orang

yang meninggal akan lepas berantakan dan dimakan tanah

beberapa hari setelah dikubur. Apabila ia berwasiat untuk

mendermakan organ tubuhnya itu dengan niat mendekatkan diri

dan mencari keridhaan Allah, maka ia akan mendapatkan pahala

sesuai dengan niat dan amalnya. Dalam hal ini tidak ada satu

pun dalil syara' yang mengharamkannya, sedangkan hukum asal

segala sesuatu adalah mubah, kecuali jika ada dalil yang

sahih dan sharih (jelas) yang melarangnya. Dalam kasus ini

dalil tersebut tidak dijumpai.

 

Umar r.a. pernah berkata kepada sebagian sahabat mengenai

beberapa masalah, "Itu adalah sesuatu yang bermanfaat bagi

saudaramu dan tidak memberikan mudarat kepada dirimu,

mengapa engkau hendak melarangnya?" Demikianlah kiranya yang

dapat dikatakan kepada orang yang melarang masalah

mewasiatkan organ tubuh ini.

 

Page 15: Transplantasi ginjal

Ada yang mengatakan bahwa hal ini menghilangkan kehormatan

mayit yang sangat dipelihara oleh syariat Islam, yang

Rasulullah saw. sendiri pernah bersabda:

 

"Mematahkan tulang mayit itu seperti mematahkan

tulang orang yang hidup."1

 

Saya tekankan disini bahwa mengambil sebagian organ dari

tubuh mayit tidaklah bertentangan dengan ketetapan syara'

yang menyuruh menghormatinya. Sebab yang dimaksud dengan

menghormati tubuh itu ialah menjaganya dan tidak merusaknya,

sedangkan mengoperasinya (mengambil organ yang dibutuhkan)

itu dilakukan seperti mengoperasi orang yang hidup dengan

penuh perhatian dan penghormatan, bukan dengan merusak

kehormatan tubuhnya.

 

Sementara itu, hadits tersebut hanya membicarakan masalah

mematahkan tulang mayit, padahal pengambilan organ ini tidak

mengenai tulang. Sesungguhnya yang dimaksud hadits itu ialah

larangan memotong-motong tubuh mayit, merusaknya, dan

mengabaikannya sebagaimana yang dilakukan kaum jahiliah

dalam peperangan-peperangan --bahkan sebagian dari mereka

masih terus melakukannya hingga sekarang. Itulah yang

diingkari dan tidak diridhai oleh Islam.

 

Selain itu, janganlah seseorang menolak dengan alasan ulama

salaf tidak pernah melakukannya, sedangkan kebaikan itu

ialah dengan mengikuti jejak langkah mereka. Memang benar,

andaikata mereka memerlukan hal itu dan mampu melakukannya,

lantas mereka tidak mau melakukannya. Tetapi banyak sekali

perkara yang kita lakukan sekarang ternyata belum pernah

dilakukan oleh ulama salaf karena memang belum ada pada

zaman mereka. Sedangkan fatwa itu sendiri dapat berubah

sesuai dengan perubahan zaman, tempat, tradisi, dan kondisi,

Page 16: Transplantasi ginjal

sebagaimana ditetapkan oleh para muhaqqiq. Meskipun

demikian, dalam hal ini terdapat ketentuan yang harus

dipenuhi yaitu tidak boleh mendermakan atau mendonorkan

seluruh tubuh atau sebagian banyak anggota tubuh, sehingga

meniadakan hukum-hukum mayit bagi yang bersangkutan, seperti

tentang kewajiban memandikannya, mengafaninya,

menshalatinya, menguburnya di pekuburan kaum muslim, dan

sebagainya.

 

Mendonorkan sebagian organ tubuh sama sekali tidak

menghilangkan semua itu secara meyakinkan.

JUAL BELI ORGAN TUBUH DALAM PRESPEKTIF   ISLAM

Dalam terminologi arab jual beli merupakan berasal dari kaidah “ tamlikul maalin bi maalin “

yang artinya menukar harta dengan harta dalam syariat Islam kaidah tersebut berarti menukar

harta dengan harta atas dasar suka sama suka “ tamlikul maalin bimaalin ma’at tarodji “.

Dalam al-Qur’an di nyatakan bahwa allah SWT. telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. Ayat tersebut mengindikasiakn bahwa dalam jual beli ada batasan-

batasan yang tidak boleh dilampaui oleh manusia, yang salah satunya adalah jual beli yang

mengandung unsur riba serta jual beli yang dalam pandangan syariat masuk dalam golongan

jual beli barang yang masih samar atau hashot.

Berangkat dari pra wacana di atas, ada suatu hal yang harus kita perhatikan dalam jual beli

yaitu adanya sikap saling merelakan atau ridlo. Imam Syafi’I berpendapat bahwa dalam jual

beli aspek yang paling penting yang harus ada adalah sikap salaing meridlohi. Dengan adanya

sikap saling meridlohi tersebut dapat di ketahui apakah jual beli tersebut sah ataukah tidak.

Pada zaman sekarang ini banyak kita temukan bahwa masyarakat sekarang cenderung untuk

meninggalkan nilai-nilai agama dalam aktivitas sehari-harinya. Fenomena tersebut semakin

hari semakin menjadi jadi. Dalam benak masing-masing orang yang ada adalah bagaima kita

menghasilkan uang atau materi yang banyak dengan jalan yang sangat mudah atau tanpa

memperdulikan rambu-rambu yang telah di tetapkan oleh agama Islam. Salah satu bentuk

kongkrit dari fenomena ini adalah demi mendapatkan uang orang bisa menjual darah atau

ginjalnya.

Page 17: Transplantasi ginjal

Oleh sebab itu, dalam pembahasan yang sangat singkat ini akan di kupas pandangan Islam

tentang hukum menjual organ tubuh seperti darah dan ginjal.

B. Pandangan Islam terhadap jual beli organ tubuh manusia.

Islam sebagai agama yang paling terakhir mengariskan seluruh aturan kehidupan yang

tertuang dalam al-Qur’an dan Al-Hadist. Akan tetapi aturan-aturan yang digariskan dalam al-

Qur’an dan Al-Hadist dalam bentuk yang sangat parsial dan sangat gelobal. Tidak terlepas

pada urusan jual beli Islam juga mengaturnya akan tetapi aturan-aturan yang terdapat dalam

Al-Qur’an tersebut lagi-lagi sangatlah gelobal untuk menjawab permasalahan umat yang dari

hari kehari semakin kompleks.

Salah satu bentuk permasalahan jual beli yang tidak di syariatkan oleh Islam adalah jual beli

tentang organ tubuh manusia. Al-Quran hanya menjelaskan bahwa Allah SWT. telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Dalam kaidah bahasa arab ketika lafadz itu

berbentuk mufrot dan di masuiki “Al” maka kata tersebut merupakan kata yang “am “. Oleh

sebab itu lafadz Al-Bai’ tersebut merupakan lafadz yang masih umum artinya tidak semua

jual beli dihalalkan oleh Allah SWT. namun ada yang di haramkan seperti jual beli yang

mengandung unsur riba , jual beli barang yang tidak halal , jual beli barang yang najis dan

lain-lain.

Berangkat dari hal ini ada sebuah pertanyaan apakah organ tubuh manusia seperti ginjal dan

darah termasuk dalam bagian barang yang halal ataukah haram untuk di perjual

belikan.dalam sebuah hadist yang di riwayatkan oleh Jabir Bin Abdillah menyatakan bahwa

Rosulullah SAW. melarang menjual kelebihan air dan menjualm Mani ( seperma ) unta. Dari

hadist tersebut dapat kita pahami bahwa seperma merupakan bagian dari organ tubuh hewan

yang haram untuk di perjual belikan . hal ini di sebabkan seperma merupakan bukanlah

barang yang halal untuk di perjual belikan.

Walaupun yang di bahas dalam hadist tersebut merupakan larangan menjual seperma

binatang, namun ada sebuah kesamaan yang dapat kita jadikan sebagai acuan untuk

menetapkan hukum dari menjual organ tubuh manusia. Yaitu barang yang di jual tersebut

sama-sama haram untuk di perjual belikan. Dengan menggunakan metode Qiyas yang di

dasarkan atas kesamaan Ilat yang di miliki antara kedua masalah tersebut. Maka dapat kita

simpulkan bahwa organ tubuh baik manusia maupun hewan adalah benda yang haram untuk

di perjual belikan.

Akan tetapi yang menjadi permasalahan sekarang adalah ketika seseorang tersebut

memberikan salah satu organ tubuh yang di milikinya atas dasar kerelaan atau bukan atas

dasar materi / menjual seperti donor darah yang mendapatkan imbalan jasa, apakah hal

Page 18: Transplantasi ginjal

tersebut termasuk dalam menjual organ tubuh yang hukumnya adalah haram.

Persoalan tersebut sama halnya dengan ketika kita pinjam uang pada orang lain dan sewaktu

kita mengembalikan uang tersebut kita beri kelebihan atau imbalan sebagai rasa terima kasih

kita. Dalam pandangan syariat hal terserbut di perbolehkan dsan bahkan di anjurakan.

Sebagaimana yang terdapat dalam hadist Rosulallah SAW. yang di riwayatkan oleh Abu

Huroirah yang mengatakan bahwa Rosulullah bersabda “ penukaran emas dengan emas dan

penukaran perak dengan perak haruslah setimbang , janganlah di krangi dan janganlah di

tambah.” Hadist tersebut mengindikasikan bahwa yang termasuk dalam kategori riba adalah

ketika tambahan tersebut di muat dalam akad tersebut. Dengan demikian apabila tambahan

tersebut tidak di syratkan dalam akadnya maka hal tersebut tidak termasuk dalam riba, akan

tetapi dalam kategori ucapan terima kasih saja.

Dengan demikian pada persoalan di atas di mana seseorang yang memberikan darahnya

kepada orang lain atas dasar suka rela dan tidak mengharapkan imbalan apapun maka hal

tersebut di pelbolehkan atau halal hukumnya. Walaupun setelah itu ia mendapatkan balas jasa

dari orang lain, akan tetapi balas jasa tersebut sebagai ucapan terima kasih.

Dalam sayriat Isalam yang di larang adalah jika sewaktu memberikan darah tersebut atas

dasar menjual belikan maka hal tersebut termasuk dalam menjual barang-barang yang haram,

sehingga hukumnya pun menjadi haram dalam sebuah hadist di jelaskan barang siapa yang

memakan harta yang di dapat dari cara yang haram maka baginya adalah siksa neraka.

C. Kesimpulan

Dari ulasan singkat tersebut dapat kita simpulkan bahwa jual beli organ tubuh manusia

seperti darah dan ginjal adalah perbuatan yang di larang oleh agama. Dengan kata lain jual

beli organ tubuh manusia adalah haram. Hal ini di dasarkan pada hadist Rosulullah yang

mnyatakan bahwa Rosulullah melarang menjual seperma binatang.

Akan tetapi memberikan organ tubuh pada orang lain itu menjadi boleh dan halal bila di

dasarkan atas niat yang ikhlas tidak mengharapkan imbalan apapun juga. Maka hal tersebut di

perbolehkan oleh syariat Islam. Sebagaimana yang terjadi pada saat kiat mengembalikan

uang hutang yang lebih namun hal tersebu atas dasar ucapan terima kasih.

1.apa yg dimaksud transplantasi ginjal?

2.adakah dampak bagi kesehatan orang yg melakukan transplantasi ginjal?

Page 19: Transplantasi ginjal

3.adakah pengaruh bagi kesehatan orang lain yg hidup dengan 1 ginjal?

4.syarat apa yg harus dipenuhi bagi pendonor ginjal

5.bagaimana sikap moral kalian terhadap jual beli ginjal seperti kasus diatas?

Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Penanya

1. Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan" sebuah ginjal

sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur yang sesuai.

2. Biasanya terjadi penolakan imun sistem dalam tubuh, karena transplantasi ginjal tersebut

dianggap sebagai "benda asing" oleh tubuh resipien.

3. Tidak pengaruh apa-apa. Ibarat sampai kita berumur 80 tahun, cuma satu ginjal yang

berfungsi. Jadi tak masalah hidup dengan satu ginjal dan tidak berarti kerja ginjal menjadi

dua kali lebih berat. Asal kita semua membarengi dengan pola hidup sehat.

4. Orang itu harus bertubuh sehat dan mempunyai ginjal yang sehat pula (tidak kelainan).

5. Transplantasi jaringan tubuh hanya boleh dilakukan tenaga-tenaga kesehatan yang

memang berkompeten dan juga memiliki syarat persetujuan dari donor maupun ahli waris.

Jadi menurut saya, selama jual beli ginjal tersebut tergolong tidak ilegal dan dilakukan oleh

para ahli medis, sah-sah saja koq.

Saat ini dunia makin materialistis, sehingga apapun bisa diperdagangkan, tidak terkecuali

organ tubuh manusia. Di Indonesia, diperkirakan ada 70.000 penderita gagal ginjal kronis

yang membutuhkan cangkok ginjal. Jumlah pasien itu tidak sebanding dengan jumlah donor

yang merelakan organnya dipakai orang lain setelah sang donor meninggal. Timpangnya

jumlah permintaan organ tubuh dibandingkan

dengan jumlah pasien inilah yang kemudian menyuburkan praktek illegal jual-beli organ

tubuh manusia. Di dalam KUHP, tidak ada satu pasal pun yang dapat menjadi payung hukum

Page 20: Transplantasi ginjal

yang menjelaskan secara detail mengenai tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia

sehingga menyebabkan kesulitan dalam menindak kasus-kasus perdagangan organ tubuh

manusia yang terjadi. Adapun permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah

perspektif penegakan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana perdagangan organ tubuh

manusia

Pendekatan yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan secara yuridis

normatif. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara mempelajari bahan-bahan

pustaka yang berupa literatur dan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang

akan dibahas. Sumber data yang terdapat di dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder

yang diperoleh melalui studi kepustakaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, penegakan hukum terhadap tindak

pidana perdagangan organ tubuh belum sesuai dengan yang diharapkan karena baik di dalam

KUHP, UU. No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan maupun di dalam RKUHP tahun 2004,

tidak ada satu pasal pun yang formulasi isi pasalnya memberikan karakteristik mengenai

tindakan apa saja yang dikategorikan sebagai praktek jual-beli organ tubuh manusia. Di

KUHP sendiri yang tidak mengatur mengenai tindak pidana perdagangan organ tubuh

manusia, pelaku dapat dikenakan Pasal 359 KUHP, Pasal 360 ayat (1) KUHP, dan Pasal 362

KUHP. Di dalam UU. No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pelaku tindak pidana

perdagangan organ tubuh dapat dikenai Pasal 33, Pasal 34, dan Pasal 80 ayat (3). RKUHP

tahun 2004 yang belum disahkan sampai sekarang pelaku tindak pidana perdagangan organ

tubuh dapat dikenai Pasal 394 RKUHP tentang transplantasi organ tubuh.

Saran yang dapat diberikan penulis adalah faktor-faktor yang menjadi kendala didalam

hukum pidana yaitu rumusan pasal-pasal yang bisa diterapkan terhadap pelaku tindak pidana

perdagangan organ tubuh manusia jangan terlalu universal, perlu adanya pengaturan secara

khusus dalam undang-undang khususnya untuk Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (RKUHP) harus ada batasan pengertian, hakikat, dan ruang lingkup tindak pidana

perdagangan organ tubuh manusia sehingga tidak menjadi bias di dalam penerapannya.

Terhadap kebijakan transplantasi organ tubuh manusia ke depannya dapat lebih diperjelas

lagi yaitu dengan adanya suatu undang-undang khusus mengenai transplantasi organ yang

formulasi pasalnya telah mengikuti standar internasional sehingga dapat menjaring semua

perbuatan yang dikategorikan dalam tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia

Page 21: Transplantasi ginjal

Transplantasi Organ dalam Pandangan   Islam

Posted on Desember 27, 2008 by kuliahbidan

Di antara banyak pertanyaan etis terkait dengan pencangkokan organ seperti yang

sedang hangat – hangat saat ini, ada penekanan yang berbeda di antara komunitas yang

berbeda-beda dari sisi sosial-ekonomi maupun keagamaan. Di AS, misalnya, isu-isu utama

yang dibahas terutama berkisar pada kelompok pertanyaan kedua, mengenai perolehan dan

distribusi organ. Di negara berkembang, sementara penggunaan teknologi ini jauh di

belakang negara maju, banyak isu muncul terkait dengan organ trafficking , sementara

distribusi organ tak menjadi isu.

Pada bagian ini akan dibahas satu contoh respon terhadap pencangkokan organ dari

para pemikir Muslim. Terkait dengan karakter agama Islam maupun konteks sosial Muslim,

tak mengherankan jika tak semua pertanyaan di atas tidak mendapatkan penekanan yang

sama. Secara umum, kelompok-kelompok kegamaan, khususnya Islam, memberikan soratan

cukup mendasar pada persoalan boleh tidaknya—dari sudut pandang nilai-nilai keagamaan—

melakukan pencangkokan organ.

Literatur Islam mengenai isu ini didominasi oleh pendekatan fikih (hukum/

jurisprudensi). Dan persoalan utama yang mendominasi fikih biasanya terbatas pada masalah

halal-haram , meskipun tidak selalu demikian. Dalam Islam, pertanyaan penting mengenai

apakah pencangkokan organ diperbolehkan oleh agama dijawab dengan merujuk pada

sumber tekstual utama (Qur’an dan hadis) maupun kitab-kitab hukum fikih.

Dari segi metodologi, untuk menjawab masalah-masalah kontemporer ulama mencari

kasus-kasus yang dibahas dalam kitab-kitab lama itu, atau kasus-kasus yang analog

dengannya. Pengambilan keputusan seperti ini dibimbing oleh seperangkat prinsip umum,

yang disebut usul fikih (prinsip-prinsip fikih). Di antaranya, ada prinsip pertimbangan

manfaat dan mudarat (keburukan) dari suatu keputusan; prinsip mendahulukan menghindari

keburukan; prinsip bahwa manfaat yang amat besar dapat mengatasi keburukan-keburukan

inheren yang lebih kecil; prinsip darurat (sesuatu yang dalam keadaan normal tak

diperbolehkan, tapi dalam keadaan darurat diperbolehkan); prinsip maslahah atau

kesejahteraan publik; dan sebagainya.

Page 22: Transplantasi ginjal

Dalam hal pencangkokan organ, keputusan-keputusan legal-etis bisa dicari dengan

melihat bagaimana kitab-kitab klasik itu memandang penggunaan bagian-bagian tubuh

manusia untuk tujuan penyembuhan. Kadang-kadang, seperti akan ditunjukkan contohnya di

bawah, upaya ini dilakukan dengan tak memperhatikan konteksnya dengan baik, tapi hanya

melihat kasus dimana organ tubuh manusia diperlakukan meski dalam konteks yang amat

jauh berbeda dengan konteks pencangkokan. Meskipun pendekatan ahistoris semacam ini

telah sering dikritik, tapi masih juga kerap digunakan.

Sebagaimana halnya dalam kasus-kasus lain, karena karakter fikih dalam Islam, pendapat

yang muncul tak hanya satu, tapi beragam, dan satu dengan lainnya bahkan terkadang saling

bertolak belakang, meski menggunakan sumber-sumber yang identik. Di sini akan

disampaikan beberapa pandangan yang cukup populer mengenai isu ini.

Pandangan yang menentang pencangkokan organ diajukan atas dasar setidaknya tiga alasan:

1. Kesucian hidup/tubuh manusia : setiap bentuk agresi terhadap tubuh manusia dilarang,

karena ada beberapa perintah yang jelas mengenai ini dalam Al-Qur’an. Dalam kaitan

ini ada satu hadis (ucapan) Nabi Muhammad yang terkenal yang sering dikutip untuk

menunjukkan dilarangnya manipulasi atas tubuh manusia, meskipun sudah menjadi

mayat: “Mematahkan tulang mayat seseorang adalah sama berdosa dan melanggarnya

dengan mematahkan tulang orang itu ketika ia masih hidup.”

2. Tubuh manusia adalah amanah : hidup, diri, dan tubuh manusia pada dasarnya adalah

bukan miliknya sendiri, tapi pinjaman dari Tuhan dengan syarat untuk dijaga, karena

itu manusia tak memiliki hak mendonorkannya pada orang lain.

3. Tubuh tak boleh diperlakukan sebagai benda material semata: pencangkokan dilakukan

dengan mengerat organ tubuh seseorang untuk dicangkokkan pada tubuh orang lain; di

sini tubuh dianggap sebagai benda material semata yang bagian-bagiannya bisa

dipindah-pindah tanpa mengurangi ke-tubuh-an seseorang.

Sedangkan pandangan yang mendukung pencangkokan organ memiliki beberapa dasar,

sebagai berikut

1. Kesejahteraan publik (maslahah) : pada dasarnya manipulasi organ memang tak

diperkenankan, meski demikian ada beberapa pertimbangan lain yang bisa

Page 23: Transplantasi ginjal

mengalahkan larangan itu, yaitu potensinya untuk menyelamatkan hidup manusia, yang

mendapat bobot amat tinggi dalam hukum Islam. Dengan alasan ini pun, ada beberapa

kualifikasi yang mesti diperhatikan: Pencangkokan organ boleh dilakukan jika tak ada

alternatif lain untuk menyelamatkan nyawa; derajat keberhasilannya cukup tinggi ada

persetujuan dari pemilik organ asli (atau ahli warisnya); penerima organ sudah tahu

persis segala implikasi pencangkokan ( informed consent )

2. Altruisme : ada kewajiban yang amat kuat bagi Muslim untuk membantu manusia lain,

khususnya sesama Muslim; pendonoran organ secara sukarela merupakan bentuk

altruisme yang amat tinggi (tentu ini dengan anggapan bahwa si donor tak menerima

uang untuk tindakannya), dan karenanya dianjurkan. Sekali lagi, untuk ini pun ada

beberapa syarat:

¨ Ada persetujuan dari donor;

¨ Nyawa donor tak terancam dengan pengambilan organ dari tubuhnya;

¨ Pencangkokan yang akan dilakukan berpeluang berhasil amat tinggi.

¨ organ tak diperoleh melalui transaksi jual-beli,

Ada satu implikasi yang menarik dari sini. Jika syarat ini dikombinasikan dengan

kebolehan (dan dalam kasus tertentu kewajiban) melakukan pencangkokan organ, maka

mendonorkan organ bagi Muslim hukumnya adalah wajib-sosial ( fardh kifayah ), yaitu,

dalam suatu komunitas Muslim, adalah kewajiban bagi salah seorang Muslim untuk

mendonorkan organnya jika ada orang lain yang membutuhkan! (Sekali lagi, tentu dengan

memenuhi pembatasan-pembatasan di atas.)

Belakangan ini, di antara lembaga-lembaga pemberi fatwa di dunia Muslim,

pandangan yang dominan adalah pandangan yang mendukung bolehnya pencangkokan organ.

Di antara lembaga semacam itu yang mendukung pencangkokan organ adalah Akademi Fikih

Islam (lembaga di bawah Liga Muslim Se-Dunia, yang berpusat di Arab Saudi) pada fatwa-

fatwanya pada tahun 1985 dan 1988; Akademi Fikih Islam India (1989); dan Dar al-Ifta’

(lembaga otonom semcam MUI, di bawah Departemen Agama, Mesir, yang biasanya

diketuai oleh ulama dari Universitas al-Azhar). Pencangkokan yang diperbolehkan mencakup

autotransplantasi, allotransplantasi, dan juga heterotransplantasi—dalam urutan keterdesakan

Page 24: Transplantasi ginjal

(situasi darurat) yang lebih tinggi. Meski demikian, diperbolehkannya pencangkokan organ

ini selalu diikuti syarat-syarat sebagaimana disebutkan di atas.

Kasus pencangkokan organ ini termasuk kasus yang agak langka, dimana ada

konsensus yang cukup luas. Meski demikian, ada dua catatan lain yang perlu diberikan.

Pertama , di samping konsensus umum itu, ada beberapa variasi mengenai beberapa hal yang

lebih terinci dan mengenai tingkat keterdesakan (yang paling tinggi menyatakan bahwa

prosedur ini boleh dilakukan hanya dalam kondisi dimana nyawa seseorang benar-benar

terancam dan tak ada jalan lain sama sekali kalau ia masih mau dipertahankan tetap hidup).

Satu contoh dari hal yang spesifik itu adalah adanya fatwa yang menyatakan bahwa

pencangkokan organ hanya boleh diambil dari donor hidup, dan tak boleh membahayakan

nyawa donor—artinya, donor ginjal diperbolehkan, sementara jantung tidak.

Kedua, perlu dicatat bahwa tetap saja ada fatwa-fatwa yang berbeda, meski tak sepopuler

fatwa-fatwa di atas.Yang cukup terkenal di antara penentang pencangkokan organ adalah

mazhab Deoband di Pakistan (dengan ulamanya yang terkenal cukup konservatif, Mufti

Muhammad Syafi’).

Dalam pandangan yang lebih moderat/liberal, keberatan ulama konservatif itu tak

terlalu sulit dijawab. Keberatan utama mereka terkait dengan status tubuh manusia: bahwa

tubuh adalah suci dan tak boleh dihinakan; dan bahwa tubuh bukanlah milik manusia (lihat

tiga alasan yang dibahas di atas). Mengenai yang pertama, argumen yang diambil dari hadis

mengenai larangan mematahkan tulang dapat segera ditolak setelah kita melihat konteks

ucapan Nabi Muhammad itu. Konteksnya adalah peristiwa di mana seorang penggali kubur

yang kasar mematahkan tulang mayat karena kuburan yang sudah digali ternyata terlalu

sempit. Ini jelas perbuatan yang tak menghormati mayat. Sementara dalam pencangkokan

organ, ada tujuan yang jelas, dan tujuan itu amat mulia. Demikian pula, mengambil organ

dengan alasan mulia yang jelas bukanlah tindakan yang melanggar amanah, tapi justru upaya

memenuhi perintah lain Tuhan untuk menyelamatkan hidup sesama manusia.

Tiga catatan kritis atas wacana fikih yang dominan:

Pembahasan terakhir membawa kita ke persoalan yang lebih jauh mengenai apa yang disebut

oleh Moosa (2002) sebagai “kosmologi tubuh”. Moosa menganalisis bahwa perbedaan-

perbedaan fatwa tersebut bersumber dari pandangan mengenai tubuh yang berbeda.

Page 25: Transplantasi ginjal

Kosmologi tubuh konservatif nyaris menutup hak manusia untuk memperlakukan tubuhnya

sendiri untuk tujuan apapun. Ujung-ujungnya adalah pandangan mengenai takdir yang

deterministik. Dalam konteks lain, kosmologi tubuh ini juga mempengaruhi, misalnya,

pandangan negatif terhadap perempuan, karena, di antaranya, darah menstruasi dipandang

sebagai sesuatu yang najis. Padahal, darah menstruasi dapat sepenuhnya dijelaskan sebagai

peristiwa biologis/alamiah sepenuhnya, tanpa perlu diberi signifikansi spiritual. Dalam kasus

yang kedua ini lebih tampak jelas adanya inkoherensi antara pandangan konservatif atas

tubuh dengan pandangan mengenai tubuh yang disampaikan sains. Inilah yang dikeluhkan

oleh Moosa: tak adanya koherensi epistemik antara fikih dengan sains di masa ini, sementara

di masa yang lebih awal, pemahaman fikih selalu dilandasi oleh pemahaman ilmiah yang up

to date .

Ditarik lebih jauh, jika kosmologi tubuh modern diterima, maka mungkin tak perlu ada

pembedaan sama sekali antara organ yang diperoleh dari manusia hidup, manusia mati, atau

bahkan dari binatang, kecuali pembedaan yang sifatnya biologis semata. Demikian pula,

pembedaan antara tubuh Muslim dengan non-muslim juga menjadi sesuatu yang tak relevan.

Sebagai catatan terakhir, bisa kita lihat bahwa di antara tiga kelompok persoalan etis

menyangkut pencangkokan organ (yang dibahas pada bagian I di atas), fikih Islam terlalu

condong pada kelompok pertama, mengenai kebolehan prosedur ini dari sudut pandang

pemahaman keagamaan yang kurang luas. Kelompok masalah etis kedua (perolehan dan

distribusi organ) hanya sedikit tersentuh, itu pun sejauh ada hubungannya dengan kelompok

masalah pertama. Benar bahwa, seperti diungkapkan di atas, kelompok masalah kedua

memang terasa jauh lebih urgen di tempat-tempat dimana pencangkokan organ menjadi

prosedur yang amat sering dilakukan, seperti di AS. Meski demikian, jenis-jenis

pencangkokan organ tertentu, khususnya ginjal, sudah cukup lazim pula dilakukan dalam

komunitas Muslim; namun persoalan etika perolehan dan distribusi organ belum cukup

mendapat perhatian.

Demikian pula, ketakbolehan memperjualbelikan organ diajukan semata-mata dengan

alasan bahwa tubuh seseorang bukan miliknya sendiri. Di luar alasan teologis itu, sebenarnya

ada alasan sosial-ekonomis yang pada saat ini terasa jauh lebih mendesak menyangkut

terjadinya organ trafficking yang terjadi di negara-negara Dunia Ketiga. Yang nyaris absen

dari literatur Islam adalah pembahasan mengenai isu keadilan distributif. Memandang bahwa

keadilan adalah salah satu nilai etis terpenting Islam, nyaris tak adanya pembahasan ini tentu

Page 26: Transplantasi ginjal

patut disesalkan. Perhatian yang lebih serius pada aspek keadilan sosial-ekonomi kiranya

akan mengubah wacana pemfatwaan masalah pencangkokan organ.

Situasi ini terjadi kemungkinan besar karena secara umum tradisi etika dalam Islam

kontemporer tak cukup berkembang, terdominasi oleh wacana fikih yang mau tak mau lebih

berkutat pada persoalan-persoalan legal mengenai halal-haram secara intrinsik. Di sisi lain,

jika dalam kasus pelarangan jual beli organ yang muncul terutama adalah alasan teologis, ini

karena pembuat fatwa pada masa kini pun terlalu terpaku pada wacana di masa yang lebih

awal dan kurang memberikan perhatian pada konteks sosial-ekonomi saat ini. Upaya-upaya

me(re-) konstruksi suatu sistem etika Islam telah dilakukan, namun kita belum melihat

munculnya ragam mazhab-mazhab etika yang cukup kuat untuk mendukung perdebatan etis

mengenai masalah-masalah kontemporer. Ini adalah suatu kelemahan yang banyak

dikeluhkan pemikir Muslim, dan sedang diperbaiki, namun kiranya masih membutuhkan

waktu yang cukup lama.