transformative dialogue - spd-indonesia.com filelemahnya penegakan regulasi atau aturan main,...
TRANSCRIPT
Transformative Dialogue
PEMBIAYAAN GELAP DAN KORUPSI
POLITIK DI PEMILU 2019: Ongkos Mahal Demokrasi Indonesia? Ashley Hotel Jakarta, 28 Januari 2019
A. Pengantar Pemilu 2019 memiliki dua poin krusial dalam sejarah demokratisasi Indonesia. Pertama,
sebagai pemilu yang pertama kali dilakukan secara serentak untuk memilih eksekutif dan
legislatif. Rekayasa sistem politik beserta kompleksitas masalah melalui keserentakan pemilu
merupakan preseden pertama kali, dan akan menentukan demokratisasi Indonesia pada
masa-masa mendatang. Kedua, Pemilu 2019 menjadi rangkaian kelima dari pelaksanaan
pemilu demokratis di Indonesia sejak transisi demokrasi 1998. Namun, meskipun berbagai
pemilu yang telah dinilai demokratis oleh banyak pihak telah diselenggarakan secara berkala,
isu transparansi dan akuntabilitas pembiayaan pemilu serta potensi korupsi politik yang
mengikutinya tetap belum mampu ditangani dengan baik.
Transparansi dan akuntabilitas pembiayaan pemilu sebagai ajang kontestasi politik sangat
beririsan dengan maraknya praktek korupsi karena berbagai hal, seperti yang disampaikan
Falguera et.al (2014) dan Bryan dan Baer (2005), seperti (i) biaya politik yang makin mahal
akibat oleh semakin berkembangnya fenomena profesionalisasi politik dan kampanye; (ii)
semakin rendahnya dukungan finansial dari kelompok akar rumput terhadap para politisi yang
berimplikasi pada ketergantungan peserta pemilu kepada donatur swasta dan negara; (iii)
maraknya praktek pembiayaan gelap, dimana sumber penerimaan menjadi tidak jelas; (iv)
keinginan kelompok bisnis dalam memberikan dukungan pembiayaan untuk kampanye
kepada para calon dengan kompensasi dan harapan akan adanya keuntungan kepada
kelompok-kelompok bisnis itu manakala calon-calon tersebut berhasil mendapatkan jabatan-
jabatan publik; (v) ketidaksetaraan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan; serta (vi)
lemahnya penegakan regulasi atau aturan main, terutama oleh lembaga penyelenggara
pemilu dan para pemangku kepentingan terkait, termasuk dalam pengelolaan keuangan di
internal partai-partai politik.
Dalam konteks pembiayaan kampanye, terdapat satu fakta bahwa terdapat peningkatan
pembiayaan kampanye dalam pelaksanaan pemilu legislatif (pileg) Indonesia. Studi kasus
yang dilakukan Mellaz (2015, 82) dari dua kali pelaksanaan pileg di Indonesia, terjadi
peningkatan lebih dari tiga kali lipat pengeluaran atau pembiayaan kampanye yang dilaporkan
partai politik. Pada Pileg 2009, hasil laporan audit dana kampanye, partai politik mengeluarkan
biaya belanja sebesar lebih dari Rp 834 milyar. Sedangkan pada Pileg 2014 lalu, pengeluaran
atau belanja partai politik sebesar Rp 3,16 trilyun. Pada pemilu 2019, kecenderungan
peningkatan pembiayaan kampanye akan tetap terjadi pada Pemilu 2019 mengingat
perangkat teknis sistem pemilu yang digunakan tidak banyak berubah. Namun, kita layak
Page | 2
khawatir akan resiko pembiayaan gelap dan korupsi politik yang akan terjadi jika melihat
Laporan Awal Dana Kampanye (LADK) Pemilu 2019 yang disampaikan oleh partai politik.
Nilai yang disampaikan jauh di bawah standar pembiayaan kampanye partai dan kandidat
untuk pemilu. Total yang disampaikan dalam LADK seluruh parpol hanya 233.7 Milyar.
Jumlah ini hanya 18.85% dari total keseluruhan dari LADK Pileg 2014 yang mencapai
Rp. 1.24 trilyun. Yang menjadi pertanyaan adalah dari mana partai politik akan
membiayai kegiatan kampanye mereka?
Temuan awal ini memperkuat dugaan akan masifnya praktek korupsi politik dalam proses
demokrasi di Indonesia. Kajian yang dilakukan oleh Indonesian Corruption Watch (ICW)
terkait Pilpres 2009 dan Pilpres 2019, mendeskripsikan terjadinya beberapa praktek
manipulasi dana kampanye pilpres yang dilakukan oleh para paslon, baik di sisi penerimaan,
pembelanjaan, dan pelaporan. Kelemahan regulasi dan praktek manipulasi yang dilakukan
oleh para paslon ini memiliki dampak adanya perselingkuhan antara politisi dan pemodal yang
berasal dari kelompok bisnis. Perselingkuhan ini sangat rentan mendorong terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan dari seorang presiden dan wakil presiden terpilih, di mana
simbiosis diantara politisi, birokrat dan pengusaha telah mengaburkan perbedaan antara
wilayah publik dan privat dan menyediakan fondasi bagi praktek-praktek gelap dalam
pembiayaan politik.
Laporan yang disusun oleh Koalisi Bersihkan Indonesia bertajuk “Coalruption: Elit Politik
Dalam Pusaran Bisnis Batu Bara” memaparkan bentuk riil dari simbiosis tersebut. Laporan
tersebut mengupas adanya keterkaitan erat antara korupsi di sektor pertambangan dan
kompetisi politik baik di Pilkada maupun Pemilu. Laporan ini mensinyalir bahwa sejumlah elite
di kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden yang berlaga pada Pemilu 2019
tersangkut erat dengan bisnis pertambangan, terutama batubara. Pembiayaan kampanye
yang diduga bisa berasal dari sector pertambangan akan melahirkan korupsi baru di masa
mendatang. Pihak yang memenangkan pemilu diduga kuat akan membalas budi lewat bagi-
bagi konsesi tambang.
Sungguh patut disayangkan, dalam Debat Pilpres putaran pertama yang membahas isu
korupsi, kedua kandidat capres/cawapres seolah mengabaikan krusialnya isu korupsi politik
di Indonesia. Beberapa pernyataan dari Joko Widodo sebagai petahana, seperti tidak
keberatannya beliau terhadap politisasi jabatan publik serta resiko “conflict of interest” dalam
pengambilan keputusan publik, justru mendatangkan kekhawatiran karena merefleksikan
komitmen yang rendah dari pemerintahan yang tengah berjalan terhadap pemberantasan
korupsi. Sementara itu, lensa yang digunakan Prabowo untuk memahami akar permasalahan
korupsi juga sangat sempit dan mereduksi kompleksitas masalah. Jawaban yang diberikan
dalam debat menunjukkan bagaimana Prabowo memandang masalah korupsi bersifat
individual dan bukan masalah sistemik yang berkelindan dengan lembaga-lembaga politik di
Indonesia.
B. Tujuan Berapa besar poetnsi pembiayaan gelap yang bakal terjadi? Sejauh apa regulasi yang ada
bisa meminimalisasi praktek korupsi politik sebelum, semasa dan setelah pemilu 2019?
Dalam konteks tersebut, sejumlah potret data, fakta, dan sinyalemen bahwa adanya
kerterkaitan erat antara pembiayaan kampanye pada pemilu 2019 dengan pengelolaan sektor
pertambangan, layak diketengahkan ke hadapan publik untuk menjadi sebuah diskursus
serius. Berdasarkan hal tersebut Sindikasi Pemilu dan Demokrasi (SPD) bekerjasama dengan
Koalisi Bersihkan Indonesia (Greenpeace, ICW, Auriga, JATAM) atas dukungan Yayasan Tifa
menginisiasi adanya diseminasi Publik dengan mengusung tema “Pembiayaan Gelap dan
Korupsi Politik di Pemilu 2019: Ongkos Mahal Demokrasi Indonesia?”.
Page | 3
Tujuan dari diskusi publik ini adalah:
1. Mendiskusikan isu krusial pembiayaan kampanye Pemilu 2019 khususnya mengenai
sumber-sumber pendanaan kampanye baik kandidat legislatif dan presiden, ataupun
partai politik secara keseluruhan.
2. Mengidentifikasi keterkaitan antara sumber pembiayaan kampanye pada Pemilu 2019
dengan korupsi politik yang terkait dengan kebijakan tata kelola pertambangan,
khususnya batu bara.
3. Memberikan rekomendasi kebijakan pada penyelenggara pemilu dan pemangku
kepentingan lainnya dalam melakukan pengawasan, pemantauan, dan penegakan
hukum terhadap sumber pembiayaan kampanye yang diduga berasal dari sektor
pertambangan.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Hari/Tanggal : Senin, 28 Januari 2019 Waktu : Pukul 10.00 WIB - selesai Tempat : Ashley Hotel Jakarta
Jl. KH. Wahid Hasyim No.73-75, Gondangdia, Jakarta 10350 Telp.021- 3100355
D. Narasumber, Penanggap dan Moderator Pemapar kunci (keynote speaker) - Bapak Fritz Edward Siregar, SH, LL.M PhD. - Anggota
Bawaslu RI Divisi Hukum
Pemapar tematik
1. Dr. Mada Sukmajati, MPP, Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM
2. August Mellaz, Direktur Eksekutif Sindikasi Pemilu Demokrasi
3. Tata Mustasya, Kepala Kampanye Iklim dan Energi, Greenpeace Asia Tenggara
4. Merah Johansyah, Koordinator Jaringan Advokasi Tambang Mining (JATAM)
Penanggap - Dr. Adinda Tenriangke Muchtar, Direktur Eksekutif The Indonesian Institute
Moderator – Rini Kustiasih, KOMPAS
E. Susunan Acara
Waktu Acara
09.00-09.30 Registrasi dan kopi pagi
09.30 – 09.40 Pengantar diskusi Darmawan Triwibowo – Yayasan Tifa
09.40-10.00 Paparan kunci dan pembukaan “Bawaslu dan masalah transparansi dan akuntabilitas pembiayaan pemilu” Bapak Fritz Edward Siregar, SH, LL.M PhD. - Anggota Bawaslu RI Divisi Hukum
10.00 – 11.00 Paparan tematik “Sengkarut pembiayaan gelap dalam proses demokrasi di Indonesia” 1. Dr. Mada Sukmajati, MPP, Departemen Politik dan Pemerintahan
Fisipol Universitas Gadjah Mada 2. August Mellaz, Direktur Eksekutif Sindikasi Pemilu Demokrasi
Page | 4
“Kelindan korupsi politik dalam industri ekstraktif di masa Pemilu” 1. Tata Mustasya, Kepala Kampanye Iklim dan Energi, Greenpeace Asia
Tenggara 2. Merah Johansyah, Koordinator Jaringan Advokasi Tambang Mining
(JATAM)
11.00 – 11.20 Tanggapan - Dr. Adinda Tenriangke Muchtar, Direktur Eksekutif The Indonesian Institute
11.20 – 12.20 Diskusi terbuka - Rini Kustiasih, KOMPAS
12.20 – 12.30 Rangkuman dan rumusan rekomendasi - Rini Kustiasih, KOMPAS
12.30 - ...
Makan siang
MASALAHTRANSPARANSI-AKUNTABILITAS
PEMBIAYAAN PEMILUFritz Edward Siregar, S.H., LL.M., Ph.D.
Sanksi terkait Dana KampanyePENERIMAAN MELEBIHI BATASPasal 525
Pihak pemberi yang memberi melebih batas dipidana
penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak
Rp 500 juta
MENERIMA DANA KAMPANYE YANG DILARANGPasal 527
Peserta pemilu yang menerima dari sumber terlarang
dipidana paling lama 3 tahun dan denda paling banyak
Rp 36 juta
LAPORAN PALSUPasal 496 dan 497
Peserta memberi laporan tidak benar dipidana penjara
paling lama 1 tahun penjara dan denda paling banyak
Rp 12 juta
Setiap orang- penjara 2 tahun dan denda Rp 24 juta
MELEBIHI BATAS WAKTU PELAPORANPasal 338
Peserta pemilu yang tidak menyampaikan LADK
sesuai jadwal - pembatalan sebagai peserta
LPPDK - sanksi tidak ditetapkan menjadi calon terpilih
3 Faktor isu Transparansi & Akuntabilitas
High Cost of Politics
Inefficient
Money Politics
1. keterbatasan regulasi yang ada,
2. lemahnya penegakan regulasi, dan
3. masih lemahnya kemauan politik (political will) dari semua pemangku
kepentingan.
4 Strategi
LADKLPSDK LPPDK
PROSES AUDIT LDK
TEKNIS PENGAWASAN
LADK
LPSDK
LPPDK
PROSES AUDIT LDK
Kepatuhan waktu laporan dan laporan diunggah dalam laman KPU dan papan pengumuman
Laporan sesuai format dan mengecek-menelusuri sumber sumbangan sesuai dengan jumlah maksimal
Penelusuran laporan melihat kesamaan penyumbang yang dilaporkan dengan identitas penyumbangnya
Memastikan Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak berafiliasi dengan parpol atau caleg tertentu dan tidak memiliki cacat integratif menurut asosiasi.
LAPORAN DANA KAMPANYE HANYA USAHA MENGGUGURKAN SYARAT DALAM PERATURAN TERBATASNYA S ISTEM AUD IT (KEPATUHAN DAN JANGKA WAKTU MELAH IRKAN MAN IPULAS I INCOME , SPEND ING DAN REPORT ING)
Analisis PembiayaanPenelusuran identitas penyumbang - PPATK
Penguatan Kemampuan Audit Pengawas
Bawaslu ke depannya?
Terima Kasih
Membongkar Partaikrasi di Indonesia
Oleh: Mada Sukmajati
Partaikrasi di Italia
Porta dan Vannucci (2002) dominasi parpol yg sangat besar dalampemerintahan, kebijakan, bisnis, media komunikasi dan kelompok-kelompok masyarakat sipil. Partai-partai massa ini diorganisir oleh para politisi profesional sehingga memerlukan pembiayaan parpol yang sangat tinggi. Dalam perkembangannya, partai-partai massa inikemudian bertransformasi menjadi partai kartel, yaitu parpol-parpolyang melakukan kolusi dalam rangka menjadi bagian dari negara untukmengakses sumber daya negara. Dalam tahapan ini, parpolmengembangkan praktek-praktek korupsi politik secara luas.
Partaikrasi
PembiayaanPolitik
PembiayaanKampanyeKorupsi Politik
Partaikrasi di Indonesia
Pembiayaan Politik 1: Pemilihan Ketua Umum• Kasus Partai Demokrat
• Kasus Golkar:Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, Akbar Tandjung tidakmenampik adanya politik uang dalam pemilihan calon ketua umumpartainya. Menurutnya, politik uang tersebut mulai terjadi pada saatdigelarnya konvensi calon presiden pada 2004. "Visi misi NucholisMadjid saat itu terbaik. Kita tidak hanya butuhkan visi misi tetapi butuh'gizi'. Disitu mulai terjadi tanda-tanda politik uang.”
(http://www.tribunnews.com/nasional/2017/12/08/kbar-tanjung-tak-menampik-stigma-politik-uang-dalam-pemilihan-ketua-umum-golkar)
Pembiayaan Politik 2: Pencalonan
• Jenderal Kardus (Pilpres)"Ada politik transaksional yang berada di dalam ketidaktahuan kami, yang sangatmengejutkan," kata Andi Arief di rumah Ketua Umum Partai Demokrat SusiloBambang Yudhoyono (SBY), Kamis dinihari, 9 Agustus 2018. Ketika dikonfirmasiwartawan tentang maksud transaksional itu adalah informasi tentang Prabowoyang memilih Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden karena telah menyetorduit Rp 500 miliar ke Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera, Andi tidak membantahnya. "Saya Andi Arief tidak pernah membuat isu dalam karierpolitik saya," ujarnya. Andi mengatakan kemenangan dalam pemilihan presiden(pilpres) 2019 mendatang tidak ditentukan uang, melainkan figur calon. Selakujenderal, kata Andi, Prabowo harusnya mengerti perhitungan itu. "Itu yang membuat saya menyebutnya jadi jendral kardus. Jendral kardus itu jendral yang enggak mau mikir artinya. Uang adalah segalanya," ucapnya. Andi menegaskan, dalam koalisi bersama Gerindra, partainya tidak pernah berkhianat. Demokrat, iamelanjutkan, juga tidak pernah menawarkan calon wakil presiden kepada Prabowo. Karena itu, Andi mengaku kecewa dengan adanya politik transaksional itu.
• Mahar politik (Pilkada)Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur La Nyalla Mattalitti mengakutelah dimintai uang Rp 40 miliar oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Ia mengatakan uang tersebut diduga sebagai mahar politik terkaitdengan pencalonan dirinya sebagai Gubernur Jawa Timur dalam pemilihankepala daerah serentak pada Juni 2018. "Saya dimintai uang Rp 40 miliar. Uang itu harus diserahkan sebelum tanggal 20 Desember agar bisadirekomendasikan," katanya kepada Tempo, Kamis, 11 Januari 2018.
Ia menuturkan permintaan itu disampaikan Prabowo pada 9 Desember 2017, sekitar pukul 15.00, di Hambalang, Sentul, Jawa Barat. Saat itu, Prabowomengundang La Nyalla ke rumahnya di Hambalang. Saat ditemui, Prabowoditemani dua ajudannya, yakni Prasetyo dan Sugiono.
(https://nasional.tempo.co/read/1049593/la-nyalla-ungkap-kronologi-permintaan-mahar-rp-40-m-oleh-prabowo/full&view=ok)
Pembiayaan Politik 3: Pengelolaan Keuangan Parpol
• Pengelolaan parpol yg oligarkhis dan Keuangan yg bergantung padadonator/pengusaha (Mietzner, 2015)
• Pengelolaan keuangan di internal parpol yg tidak transparan danakuntabel
• Tidak adanya parpol yg mampu secara signifikan melembagakan iurananggota
• Semakin bergantungnya parpol pada subsidi negara parpol kartel(Slater, 2004 dan Ambardi, 2009)
• Demokrasi di internal parpol mjd tantangan terbesar
Problematika dalam Pembiayaan Kampanye(Falguera et al, 2014 dan Bryan dan Baer, 2005)
• Biaya politik yang mahal. Hal ini salah satunya disebabkan oleh semakin berkembangnya fenomenaprofesionalisasi politik dan kampanye.
• Semakin rendahnya dukungan finansial dari kelompok akar rumput terhadap para politisi. Hal ini kemudianberimplikasi pada ketergantungan peserta pemilu kepada donatur swasta dan negara.
• Maraknya praktek pembiayaan gelap, dimana sumber penerimaan menjadi tidak jelas.
• Keinginan kelompok bisnis dalam memberikan dukungan pembiayaan untuk kampanye kepada para calondengan kompensasi dan harapan akan adanya keuntungan kepada kelompok-kelompok bisnis itu manakalacalon-calon tersebut berhasil mendapatkan jabatan-jabatan publik.
• Ketidaksetaraan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan.
• Dominasi atas sumberdaya negara oleh beberapa calon saja.
• Lemahnya penegakan regulasi atau aturan main, terutama oleh lembaga penyelenggara pemilu dan para pemangku kepentingan terkait.
• Reformasi pembiayaan pemilu sangat didominasi oleh para pembuat kebijakan yang sekaligus merupakanpeserta pemilu itu sendiri sehingga regulasi dibuat sedemikian rupa sehingga akan menguntungkan secaralangsung bagi para pembuat regulasi tersebut.
Pembiayaan Kampanye di Indonesia: Penerimaan
• Sumber pembiayaan pemilu semakin bergantungpada para calon secara individual. Hal ini tercermindalam pembiayaan di pileg dan pilkada.
• Sebaliknya, peran partai politik dalam pembiayaankampanye, baik sebagai peserta pemilu dalamkonteks pileg, maupun sebagai pengusung calondalam konteks pilpres dan pilkada, ternyatasemakin menurun.
• Besaran jumlah dan variasi sumbangan dari pihakketiga dalam konteks pilpres, pileg dan pilkadasemakin beragam. Dari sumbangan pihak ketigadalam konteks pilpres dan pilkada, terdapatfenomena sumber pendanaan gelap yang kemudian dapat berpotensi untuk mendorongberbagai bentuk praktek- praktek korupsi politik
Pembiayaan Kampanye di Indonesia: Pengeluaran
• Para calon yang mengalokasikan pembelanjaan untuk biaya iklan di media massa, terutama media massa elektronik, semakin banyak. Hal ini sangat terkait denganfenomena profesionalisasi pengelolaan kampanye di Indonesia.
• Salah satu item pengeluaran terbesar dalam pengeluaran kampanye pileg dan pilkadaadalah untuk pembelian suara atau politik uang.
• Para calon telah mengalokasikan dana pengeluaran ketika mereka mengikuti proses kandidasi di internal partai politik untuk mendapatkan tiket dari partai-partai politikpengusung
• Di pilkada, meskipun negara telah memberikan subsidi untuk pembiayaan kampanyepilkada, namun hal ini tidak lantas mengurangi pengeluaran oleh para calon.
• Ada satu item pengeluaran yang sebenarnya menjadi beban para calon, tapi tidakdimaknai sebagai alokasi pengeluaran, yaitu yang oleh beberapa narasumber disebutdengan biaya sosial yang terwujud dalam berbagai bentuk. Karena tidak dimaknaisebagai pembiayaan kampanye, maka biaya sosial ini juga tidak dianggap sebagai sebuahitem yang wajib dilaporkan kepada KPU.
Pembiayaan Kampanye di Indonesia: Pengelolaan
• Para peserta pemilu membuat dua sistem pengelolaan laporan keuanganuntuk tujuan yang berbeda, yaitu sistem pengelolaan yang “formal” untukkebutuhan pelaporan dana kampanye kepada KPU dan sistem pengelolaanyang “informal” untuk kebutuhan internal dari peserta pemilu dan timsuksesnya sendiri. Dengan sistem pengelolaan seperti ini, maka apa yang ada dalam laporan dana kampanye secara “formal” tidak mencerminkanrealitas sebenarnya yang terjadi di lapangan.
• Masih lemahnya regulasi dan desain sistem laporan dana kampanye. Hampir semua peserta pemilu juga berusaha untuk menyiasati laporanpenerimaan dan pengeluaran dana kampanye yang mereka kelola.
• Demikian jg dengan pelaporan dana kampanye dari sisi penyelenggarapemilu yg tidak sepenuhnya menjunjung tinggi prinsip transparansi danakuntabilitas
Korupsi PolitikDimensi Korupsi Politik Korupsi Birokrasi
Skala Korupsi besar (grand corruption) Korupsi kecil (petty corruption)
Aktor Pembuat kebijakan yang dipilihmelalui pemilu atau pejabat melalui
penunjukan politik
Birokrasi
Motivasi Mempertahankan kekuasaan, status, dan kekayaan
Mendapatkan akses kepada sumberdaya negara
Arena Pembuatan kebijakan publik (hulu) Implementasi kebijakan publik (hilir)
Bentuk Suap Pencurian langsung
Sifat Politis Administratif
Maraknya Korupsi Politik
• Korupsi Hambalang• Korupsi KTP-elektronik• Korupsi berjamaah di DPRD Provinsi Sumut• Korupsi berjamaah di DPRD Kota Malang• Korupsi politik oleh kepala daerah
Dana Awal dan Sumbangan Kampanye Pilpres 2019
Dana Awal dan Sumbangan Kampanye Pileg 2019
Reformasi Pembiayaan Politik
• Reformasi UU Parpol utk mendorong demokrasi di internal parpol• Mendorong proses transparansi dan partisipasi politik dalam proses
pencalonan• Memperkuat regulasi dan implementasi dalam pelaporan dana kampanye
menuju pemilu yang berintegritas• Merumuskan standarisasi pembiayaan kampanye dari sisi penerimaan dan
pengeluaranmengurangi politik berbiaya tinggi• Merubah sistem pemilu (?)• Transformasi strategi kampanye dari politik non-programatik (politik, uang,
politik identitas, berita bohong dan ujaran kebencian) ke politikprogramatik
• Sinergi antar pemangku kepentingan penyelenggara pemilu, PPATK, danKPK
Transformative Dialogue, 28 Januari 2019
Pembiayaan Kampanye Pemilu 2019
August Mellaz
Lembaga ini diharapkan mampu menjawab persoalan-persoalan kepemiluan, demokratisasi, dan berbagai variabel lain yang mengikutinya. Kemunculannya dimaksudkan sebagai kanal pemikiran yang secara konsisten menyediakan ide-ide alternatif dan gagasan mendalam. Sehingga ada kontribusi positif dalam debat wacana dan tukar gagasan tentang seputar pemilu dan demokrasi di Indonesia
SINDIKASI PEMILU DAN DEMOKRASI (SPD)
PremisDuverger’s law
Setiap sistem pemilu memiliki dua apsek:
1. Efek Mekanik
2. Efek Psikologis
Pemahaman terhadap sistem pemilu yang dipergunakan, berpengaruh terhadap pengguna, tidak saja bagaimana merespon efek elektoral, dan Selanjutnya secara psikologis memengaruhi perilaku pemilih dalam menentukan pilihannya dalam pemilu.
Background Pileg 2019
Basis Kompetisi dan Aktor (Pileg 2019)
DAPIL Pemilu 2009 Pemilu 2014 Pemilu 2019 Caleg (DCT)
DPR 77 77 80 7.968
DPRD Provinsi
217 259 272 Puluhan ribu
DPRD Kab/Kota
1.851 2.102 2.206 Ratusan ribu
DPD 128 128 134 807
August Mellaz, sumber data diolah
Respon Aktor Terhadap Efek Duverger’s Law
Pemahaman calon terhadap bagaimana mekanikal sistem pemilu bekerja:
• Proporsional daftar terbuka, dapil berwakil banyak, dan penentuan calon terpilih berdasarkan perolehan suara terbanyak.
Selanjutnya berdampak secara psikologis terhadap orientasi caleg:
1. Personal vote
2. Candidate-Centered Politics, dan
3. Meningkatkan pembiayaan kampanye yang ditanggung pribadi caleg
850000000000
1700000000000
2550000000000
3400000000000
LADK LPSDK LPPDK
3.116.800.000.000
2.192.228.457.323
1.247.192.258.528
Pembiayaan Kampanye Pileg 2014
Sumber: August Mellaz (Buku Pembiayaan Pemilu di Indonesia)
Personal Vote dan Candidate-Centered Politics
Sumber Penerimaan (LPSDK 2014):
1.Caleg 82,65%(Rp 1,8 T)2.Perseorangan 8,34% (Rp 182 M)3.Partai Politik 7,60% (Rp 166 M)4.Badan Usaha 1,15% (25 M)5.Kelompok 0,26% (5,7 M)
Total LPSDK Pileg 2014 Rp 2,1 T
Belanja Pileg 2014Belanja kampanye Pileg 2014 menunjukkan, makin menguatnya sisi personal atau orientasi kompetisi pemilu berbasis caleg dibandingkan parpol.
Sebagai perbandingan (LPPDK Pileg 2014 tidak dapat diakses). LADK Pileg 2014 Rp 1,2 trilyun digunakan sebagai acuan. Belanja kampanye yang mencerminkan sisi personal caleg menyedot sebesar 80,93 persen dari total belanja.
Orientasi belanja kampanye terdiri dari:
• Candidate-center, seperti pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye, pemasangan alat peraga, dan kegiatan lain yang merupakan aktivitas caleg
• Party-center, seperti rapat umum, iklan kampanye, dan pengeluaran modal sebesar 19,07 persen.
Bagaimana Pileg 2019?Teoritis tidak berubah. Alasan:
• Sistem dan mekanikal pemilu tidak berubah.
• Dengan demikian, orientasi kompetisi Pileg 2014 tetap berbasis pada sisi popularitas dan personalitas caleg.
• Untuk bisa terpilih, maka setiap caleg tetap akan berupaya meningkatkan popularitasnya dan dengan demikian akan meningkatkan aktivitas kampanye yang secara personal dibiayai caleg.
• Satu variabel yang muncul, tersedotnya semua konsentrasi dan perhatian pada isu Pilpres 2019, sehingga isu Pileg 2019 menjadi tak terdengar.
Pembiayaan Pileg 2019 dan Pertanyaan Lanjutan
Dana Kampanye Pileg 2019 vs 2014
550.000.000.000
1.100.000.000.000
1.650.000.000.000
2.200.000.000.000
LADK LPSDK
1.247.192.258.528
2.192.228.457.323
237.638.252.893
427.151.741.325
PILEG 2019 PILEG 2014Sumber: August Mellaz Data diolah
LPSDK: Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye
Sumber: August Mellaz, data diolah
Biaya Kampanye Pileg 2019
Dari total laporan senilai Rp 427.151.741.325 oleh 16 partai politik. Total sumbangan penerimaan dari caleg berjumlah Rp 337.856.293.303 atau 79,10 persen dari total.
79,10 persen penerimaan dari caleg, secara konsisten menunjukkan orientasi personal di Pileg 2019 sama kuatnya dengan Pileg 2014. Partai politik sebagai entitas peserta pemilu, hanya berkontribusi sebesar 20,9 persen, dan kurang dari satu persen lainnya berasal dari sumbangan perseorangan.
Total nilai LPSDK Pileg 2019 (19,48 persen) atau seperlima dari LPSDK Pileg 2014. Menimbulkan tanda tanya besar, oleh karena jarak yang sangat tinggi antara dana kampanye Pileg 2019 dibanding 2014.
Pembiayaan kampanye Pileg 2019, teoritis akan lebih besar dibanding Pileg 2014, mengingat kompetitifnya sistem pemilu dan menguatnya orientasi personal (caleg). Perlu kesadaran bersama dalam konteks pengawasan pembiayaan kampanye pileg, utamanya mencegah potensi penggunaan sumber-sumber pembiayaan yang bersifat ilegal dalam kampanye dan jelang hari pemungutan suara.
Mengingat dimensi kompetisi dari pileg yang luas (ribuan dapil) dan melibatkan banyak banyak aktor (caleg). Perlu menjadi perhatian bagi para pihak, seperti KPU dan Bawaslu, PPATK, KPK, dan pihak-pihak lain.
Batu bara, demokrasi mahal, dan ijon politik
Batu bara, ongkos demokrasi, dan korupsi politik
Tanggung jawab pengelola tambang batu bara yang terabaikan dan lolos dari hukum
Hanya 338 dari 856 pemegang izin pertambangan
komersial yang memiliki surat jaminan
reklamasi.
Hanya 96 dari 856 pemegang izin telah
membayar uang muka jaminan pasca-penambangan.
632 tambang batu bara telah berubah menjadi genangan air raksasa
(42% berlokasi di Kutai Kartanegara).
Jumlah korban akibat tambang batu bara mencapai 31 orang (Desember 2018)
Bagaimana korupsi terjadi dalam sektor ini?
Korupsi sebagai penyebab impunitas
• Proses penerbitan izin usaha pertambang
Desentralisasi mendorong korupsi
• Peraturan desentralisasi memberikan
Korupsi dan politik Indonesia
• Para kandidat atau parpol mengumpul
Bagaimana korupsi di industri pertambangan batu bara terjadi?
Di Indonesia, risiko korupsi terbesar terjadi pada saat pemberian izin pertambangan dan penentuan lokasi tambang. Beberapa bentuk praktik korupsi yang sering terjadi:
KEPUTUSAN UNTUK
MELAKUKAN EKSTRAKSI
PEMBERIAN HAK
PERTAMBANGAN DAN MIGAS
OPERASI EKSTRAKSI
DAN REGULASI
PENGUMPULAN
PENDAPATAN
PENGELOLAAN
PENDAPATAN
PEMBELANJAAN
PENDAPATAN DAN PROYEK
INVESTASI SOSIAL
Rantai nilai industri ekstraktif/pertambangan. Risiko korupsi dapat terjadi di berbagai titik dalam rantai ini.
Sumber: Resource Governance Institute dalam OECD (2016)
1. Pertukaran pengaruh (trading in
influence)
2. Korupsi politik atau campur tangan
politik (political capture or
interference)
3. Korupsi peraturan (regulatory capture)
Pemilik badan usaha yang sebenarnya tidak diketahui.
Menyembunyikan beneficial owner yang memungkinkan pemilik usaha untuk bertindak monopoli atau kartel.
Tidak secaraperusaekstramengowner
SIAPAKAH BENEFICIAL OWNER SEBENARNYA?
Bisnis batu bara yang politis
PEP adalah seseorang yang memegang atau pernah memegang
peran publik, atau merupakan anggota keluarga, maupun kerabat
dekat dari pejabat public tsb.
PEP dapat menyalahgunakan atau mengabaikan peraturan, regulasi dan kebijakan untuk memastikan
bisnis batu bara dapat terus berlanjut dan menghasilkan
keuntungan.
Terdapat 15 subsidi untuk industri batu bara Indonesia dalam bentuk
pemindahan tanggung jawab, pendapatan hilang pemerintah (revenue foregone), pengadaan barang dan jasa di bawah nilai
pasar, dan dukungan pendapatan atau harga.
Permainan para POLITICALLY EXPOSED PERSONS (PEP) dalam pertambangan batu bara
CHURCHILL VS NUSANTARA GROUP
Churchill bersengketa mengenai izin pertambangan dengan Nusantara Group milik Prabowo Subianto yang didukung oleh Isran Noor, gubernur Kaltim.
Mitra lokal Churchill, Ridiatama, mengeksploitasi hubungannya dengan pejabat daerah untuk memalsukan dokumen izin pertambangan.
Namun, Nusantara Group terbukti memiliki koneksi politik yang lebih kuat untuk memperpanjang izinnya dan mencabut izin Churchill.
PT BUMI RESOURCES DAN ABURIZAL BAKRIE
BP dan Rio Tinto, pemilik PT Kaltim Prima Coal, mendapatkan perlindungan politik dengan berpihak pada Aburizal Bakrie. Bakrie pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator dalam Kabinet Presiden SBY, lalu menjadi Ketua Umum Partai Golkar pada tahun 2009.
BP dan Rio Tinto menjual KPC kepada PT Bumi Resources milik Bakrie untuk melindungi mereka dari serangan Gubernur Kaltim serta aktor politik lainnya yang menggunakan isu nasionalisme dan lokalisme.
Beberapa tokoh PEP di balik batu bara
Sandiaga Salahudin Uno (Adaro Energy, pemegang saham)• Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta (2017-2018), Calon Wakil Presiden
Pemilihan Presiden 2019, Mantan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
Raden Pardede (Adaro Energy, Komisaris Independen) • Wakil Koordinator Tim Asistensi Menteri Keuangan RI (2000 -2004); Ketua
Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Indonesia (2004-2005); staff khusus Menteri Koordinator Perekonomian (2004-2005); Wakil Direktur PT Perusahaan Pengelola Aset (2004-2008)
Theodore Permadi Rahmat (Adaro Energy, Wakil Presiden Komisaris)• anggota Dewan Ekonomi Nasional (1999-2000)
Letnan Kolonel (Purn.) Palgunadi Tatit Setyawan (Adaro Energy, Komisaris Independen)• Presiden Komisaris PT Jakarta Propertindo (2010-2013)
DR. H. Darmono, S.H., M.M (Berau Coal, Komisaris) • Wakil Jaksa Agung RI (2009-2013); pelaksana tugas Jaksa Agung RI (2010)
Laksamana (Purn.) DR. Marsetio (Berau Coal, Komisaris Independen)• Mantan Kepala Staf Angkatan Laut RI (2012-2014)
Enam perusahaan pengahasil batu bara terbesar yang menghasilkan lebih dari 50 persen produksi batu bara di Indonesia (2015):
PEP yang terlibat dalam pengoperasian usaha pertambangan batu bara di Kaltim.
Bumi Resources (Kaltim Prima Coal dan Arutmin Indonesia)
Adaro Energy
Kideco Jaya Agung
ITM
Berau Coal
Tambang Batubara Bukit Asam
Kalimantan Timur: bukti korupsi batu bara yang nyata di Indonesia
Kaltim menduduki rangking ke-9 dari 10 provinsi dengan kasus korupsi terbanyak pada tahun 2015 (KPK).
• Selama pelaksanaan desentralisasi, kasus-kasus korupsi di Kaltim yang melibatkan anggota DPRD, kepala daerah dan wakil kepala daerah, semakin marak.Kasus ini berkaitan dengan pengelolaan dan eksploitasi sumber daya alam, khususnya batu bara.
• Motivasi utama dari tindakan korupsi adalah untuk membiayai kampanye pejabat.
PEP daerah Kalimantan Timur - menyatukan bisnis dan politik
Syaukani Hasan Rais• Ex. Ketua DPD Golkar Kaltim
dan Ex. Bupati Kutai Kartanegara selama dua periode.
• Menggunakan jabatannya untuk menerbitkan izin pertambangan dalam jumlah drastis yang diduga digunakan untuk mendanai kampanyenya.
• Terbukti melakukan empat tindakan pindana korupsi yang merugikan negara Rp 120 miliar.
Rita Widyasari• Memperoleh warisan jaringan kolusi
dari ayahnya, Syaukani, ketika ia menjabat sebagai Bupati Kutai Kartanegara pada tahun 2010.
• Didukung oleh jaringan Tim 11 yang memfasilitasi proses penyuapan, gratifikasi, dan penggelapan uang.
• Membangun aliansi strategis dengan dua pejabat Golkar nasional dari kubu Aburizal Bakrie, yaitu Azis Syamsudin dan Idrus Marham, yang mendukung kampanye pilkada Rita yang kedua.
Khairudin (mantan anggota DPRD/organisasi pemuda
Golkar) – ketua Tim 11
Azis Syamsudin merupakan komisaris perusahaan
tambang milik ibu Rita, yaitu Sinar Kumala Naga.
Contoh kasus: Toba Sejahtra – bisnis, politik dan konflik kepentinganContoh kasus korupsi politik di mana penyatuan politik dan bisnis di industri batu bara menciptakan beragam dampak negatif sosial dan lingkungan.
Luhut
Rita
Tambangbatu bara
Bakrie
• Bakrie membantu Luhut merintis usaha pertambangan batu baranya pada tahun 2004 lewat jaringan yang dimiliki oleh Bupati Kutai Kartanegara saat itu, Syaukani Hasan Rais.
• Kemenangan Rita Widyasari sebagai bupati Kutai Kartanegara pada 2010 memulihkan hubungan antara keluarganya dengan Luhut. Ia kemudian menerbikan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP-OP) bagi perusahaan-perusahaan milik Luhut.
Peta Grup Bisnis Toba Sejahtra milik Luhut
Contoh kasus: Toba Sejahtra – bisnis, politik dan konflik kepentingan
Peta PEP dalam usaha pertambangan batu bara Toba Sejahtra
Terdapat beberapa PEP dari jaringan Luhut dalam militer dan birokrasi yang terlibat dalam bisnis pertambangan batu bara. Luhut memiliki pengaruh di tiga ranah: militer, Golkar, dan istana presiden.
Dukungan Luhut untuk Jokowi• Para
jenderal di
Konflik kepentingan penunjukan Luhut oleh Jokowi
Toba Sejahtra – mengabaikan kewajiban perlindungan lingkungan dan persoalan sengketa tanah
KASUS LUBANG TAMBANG KASUS SENGKETA TANAH
Kutai Energi
Indomining
Adimitra Baratama Nusantara
Trisensa Mineral Utama
Lubang tambang yang ditelantarkan
KUTAI ENERGI• 4 lubang terbuka di
daerah konsensi Kutai Energi tidak direklamasi.
• Air dari salah satu lubang konsesi mengalir ke Sungai Nangka tanpa disaring.
• Pengujian kualitas air menunjukkan tingkat keasaman dan tingkat kontanimasi logam yang tinggi.
Toba Sejahtra menghindari hukum dengan mengabaikan lubang tambang terbuka serta mencemari air tanah.
Terdapat 23 lubang tambang yang ditelantarakan di Kutai Kartanegara.
Dalam penanganan kasus sengketa tanah yang dialami oleh grup Toba Sejahtra oleh pemerintah daerah Kaltim, terlihat bahwa pengaruh Luhut di Kutai Kartanegara dan Kalimantan Timur sangat kuat.
Kutai Energi vs keluarga (alm.) Hamzah bin Cole• Pengadilan
tidak
PKU I vs Kutai Energi, Trisensa Mineral Utama, dan Adimitra
Memperkuat penegakan
hukum dalam operasi
pertambangan batu bara. Kelemahan
yang ada saat ini adalah
kehadiran PEP dalam
kepemilikan dan
kepemimpinan perusahaan batu bara.
a g alangkah hukum,
termasuk menyusun
regulasi, untuk mencegah
konflik kepentingan di
antara PEP, termasuk
menciptakan perlindungan
yang lebih kuat dari risiko
kolusi dan campur
tangan politik yang
ditimbulkan oleh
“fenomena keluar masuk” di mana orang
i k li
Menyoroti pemilik
manfaat dalam usaha
pertambangan batu bara. Jika
pemilik perusahaan
yang sebenarnya tersamar,
publik tidak mungkin dapat
mengetahui siapa yang
mengendalikan perusahaan
tersebut.
e utupbisnis
pertambangan batu bara di Indonesia. Dampak terhadap
lingkungan dan
komunitas, pembangunan
yang tidak berkelanjutan,
dan konflik sosial yang
timbul akibat pertambangan
batu bara sangat luas dan tidak
dapat dihindari.
Sebuah peta jalan harus
dib k
Dalam konteks Pemilu dan
Pilkada, menyusun
regulasi pendanaan politik yang ltransparan dan murah, yang akan memutus lingkaran
setan politik mahal dan
korupsi politik batu bara
Mengakhiri lingkaran setan politik mahal dan korupsi politik batu bara
Tambang Menunggangi Politik Indonesia
K R I S I S S O S I A L - E K O L O G I S D I W I L A Y A H T A M B A N G B E L U M M E N J A D I P E R B I N C A N G A N P A R A K A N D I D A T
0
400
800
1200
1600
Tahun Politik Kaltim 2008
I Z IN TAMBAN G D I TAHUN POL IT IK KALT IM
Tahun PolitikKaltim 2008
Tahun PolitikSamarinda 2005
Tahun PolitikKaltim 2013
2 Izin76 Izin
589 Izin
1.180 Izin
1.271 Izin
1.443 Izin
Sumber : JATAM Kaltim
T A M B A N G M E N U N G G A N G I P O L I T I KD I I N D O N E S I A
7180 IUP atau 82,4 % dari total 8710 IUP berada di 171 wilayah Pilkada 2018
4290 IUP berada di 17 Provinsi Pilkada atau 49,2 % dari seluruh IUP di Indonesia
8725 atau 83 % dari 10.388 (IUP per 2016) seluruh indonesia, tidak menempatkan dana Jamrek, padahal dalam PP 78 Tahun 2010Tentang Reklamasi dan Pasca Tambang,
Padahal terdapat sanksi pencabutan IUP jika tak melakukan reklamasi paling lambat 30 hari kalender setelah tak ada kegiatan usaha pertambangan pada lahan terganggu (pasal 20,21) dan 30 hari kalender sejak rencana reklamasi disetujui menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangannya (pasal 30,31)
Dengan Jumlah Izin Tambang 8710 IUP (Per Maret 2017 ; ESDM ) dengan jumlah lubang yang pasti ditinggalkan lebih dari 1 lubang maka terdapat 18 ribu lubang tambang yang akan ditinggalkan
Mewariskan Kerusakan Tak TerpulihkanBerupa Lubang Tambang dan Ongkos Tak Terbayar
Case of 28 Children Killed in Abandoned Coal Mine Pit, East Kalimantan
http://jatammockup.michaeleko.com/cerita-kami.html
Case in Figures
28 Killed in East Kalimantan Abandoned CoalMining
15 died on the Samarinda Coal Mining Area
14 of the victims were Children Age
No Nama Korban (usia) Lubang Tambang
1 Miftahul Jannah (10th) PT. Hymco Coal
Junaidi (13th)
Ramadhani (11th)
2 Dede Rahmad (6th) PD. PAU / PT. Panca Prima Mining
Emaliya Raya Dinata (6th)
3 Maulana Mahendra (11th) PT. Insani Bara Perkasa
4 M Shendy (11th) -
5 Nadia Zaskia Putri (10th) PT. Energy Cahaya Industritama
6 Muh. Raihan Saputra (10th) PT. Graha Benua Etam
7 Ardi Bin Hasyim (13th) PT. Cahaya Energi Mandiri
8 Muh. Yusuf Subhan (13th) PT. Lana Harita Indonesia
9 Aprilia Wulandari (13th) PT. Transisi Energi Satunama
10 Koko Tri Handoko (16th) CV. Atap Tri Utama
11 Kusmayadi (22th) PT. Panca Bara Sejahtera
12 Muh. Arham (5th) * PT. Insani Bara Perkasa
Korban di Kutai Kartanegara
No Nama dan Usia Lubang Tambang
1 Muhammad Fariqi (14) PT. Kitadin
2 Sanofa M Rian (14) PT. Bara Sigi Mining (BSM)
3 Budi Maulana (11) PT Muliana Jaya
4 Mulyadi (15) PT. Multi Harapan Utama (MHU)
5 Dewi Ratna (9) KSU Wijaya Kusuma
6 Noval Fajar Slamat Riyadi (15) PT. Bukit Baiduri Energi
7 Diky Aditya (15) PT. Bukit Baiduri Energi
8 Wilson Manggala (17) PT. Insani Bara Perkasa
Korban di Penajam Paser Utara
1 Agus Irawan (20) PT. Bumi Energi Kaltim
+ Through citizen law suit, in 2014 lawsuit won by the citizens, there are 13 demands submitted, one of the impact is the moratorium on current coal mining license in East Kalimantan.
+ Organizing mothers, women and families of the coal mines victims, 4 mothers of twenty mothers are currently conducting a restoration movement, organizing the installation of a planting warning board by residents themselves as a sign of disappointment with the law, they also make a 10 thousand signature petition to the Indonesian environment minister as a protest movement.
+ Some of its achievements are now more than half of the thousands of gaping holes in East Kalimantan installed guardrail and warning, though are not yet maximal
+ These mothers have social gatherings every month to meet and strengthen each other also socialize rejection of coal mines in east kalimantan
O L I G A R K I E K S T R A K T I F D I L I N G K A R K A N D I D A T P R E S I D E N 2 0 1 9
There are 229 out of 560 Members of the House of Representatives, are business persons from oil palm, agrofuels plantations, pulp and paper, mining companies.
Link Pemberitaan Media:
https://katadata.co.id/berita/2019/01/28/sejumlah-lsm-soroti-penurunan-dana-kampanye-
pemilu-2019
https://nasional.sindonews.com/read/1374193/12/pentingnya-benahi-internal-partai-politik-
untuk-cegah-korupsi-1548667234
http://m.mediaindonesia.com/read/detail/213293-mahalnya-ongkos-pemilu-picu-maraknya-
pembiayaan-gelap
http://akurat.co/news/id-501013-read-pembiayaan-parpol-yang-tak-transparan-picu-
munculnya-korupsi-politik
https://www.alinea.id/politik/partaikrasi-dinilai-jadi-penyebab-tingginya-kasus-korupsi-oleh-
politikus-b1WZI9hgk
https://nasional.kontan.co.id/news/bawaslu-pengganti-uang-makan-dan-transport-peserta-
kampanye-riskan-politik-uang
https://m.detik.com/news/berita/d-4403539/pembiayaan-parpol-tak-transparan-dinilai-picu-
kader-korupsi
https://rumahpemilu.org/fritz-edward-siregar-politik-uang-di-pemilu-diawasi-di-empat-
tahapan/
https://rumahpemilu.org/mada-sukmajati-partaikrasi-korupsi-politik-dan-agenda-reformasi-
partai/
https://rumahpemilu.org/disparitas-jumlah-dana-kampanye-pemilu-2014-dan-2019-jomplang/
https://www.era.id/read/ZqU0xQ-dana-politik-gelap-masih-ada-di-pemilu-2019
https://www.indopos.co.id/read/2019/01/29/163649/soroti-pengusaha-besar-di-balik-
kampanye-pemilu
http://www.koran-jakarta.com/bawaslu-selalu-ingatkan-kpu-soal-dana-kampanye/
https://rumahpemilu.org/biaya-kampanye-ijon-politik-dan-kerusakan-lingkungan/