transaksi derivatif

Upload: davidmarganti

Post on 12-Jul-2015

342 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TRANSAKSI DERIVATIF PADA PASAR MODAL DALAM TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN sugiri permana, MH1ABSTRAK Transaksi derivatif berkembang pada pasar perdagangan uang dan khsususnya pada jual beli valuta asing yang awalnya dilatar belakangi adanya fluktuatif nilai mata uang. Dalam perkembangan saat ini, transaksi derivative ternyata banyak juga berkembang di Pasar Modal. Perdagangan saham di pasar sekunder mulai terlihat ketika perdagangan saham sudah melewati masa penawaran umum di pasar perdana, dan saham-saham tersebut telah tercatat di bursa efek untuk diperdagangkan. Transaksi yang terjadi di Pasar Modal terjadi di pasar primer dan pasar skunder. Pada transaksi yang terjadi di pasar sekunder lebih banyak terjadi transaksi derivative, yakni sebagai turunan dari transaksi lainnya (saham, obligasi dll). Tulisan ini mencoba untuk mengetahui transaksi derivative dari sudut pandang hukum perjanjian, baik berdasarkan hukum perdata maupun hukum Islam. Dari sisi hukum perdata, transaksi derivative tidak memenuhi criteria syarat perjanjian, karena obyek perjanjian dilakukan sebelum saham (atau bentuk lainnya) berada pada tangan penjual dan bahkan terkadang dalam satu hari dapat diperjual belikan lebih dari dua kali. Dalam hukum perjanjian Islam, kelemahan transaksi derivative bukan hanya dilihat dari segi obyeknya saja, tetapi dari tujuan transaksi yang lebih banyak nilai spekulatif atau gharar, sehingga bentuk transaksi ini bertentangan dengan Islam. Larangan hukum Islam terhadap transaksi derivative sangat ditentukan oleh jenis transaksi tersebut. Meskipun pembahasan ini melarang transaksi derivative di pasar modal, namun dengan berbagai kebutuhan dan nilai-nilai pragmatis, transaksi dapat saja diaplikasikan dalam bentuk transaksi perekonomian lainnya khususnya dalam bentuk transaksi yang melibatkan dua mata uang yang berbeda maupun dalam improvisasi bentuk salam, dengan ketentuan tetap memperhatikan syarat-syarat umum perjanjian.

1 Hakim Pengadilan Agama Tanggamus

1

Keynotes : transaksi, derivatif, pasar modal, hukum, perjanjian. A. Pendahuluan Perdagangan dunia dalam jumlah jutaan dolar setiap tahunnya, ternyata 95 % lebih terjadi pada pasar uang dalam bentuk derivasi keuangan dan kurang dari 5 % saja perdagangan tersebut terjadi pada sector riil. Hal ini pulalah yang ikut menyebabkan krisis global ekonomi dunia. Demikian halnya yang terjadi pada Lehman Brothers yang mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sd 10 persen. Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street mengalami kerugian besar, bahkan surat kabar New York Times menyebutnya sebagai kerugian paling buruk sejak peristiwa serangan 11 September 2001. Mengingat dampak yang cukup besar dari transaksi derivatif, pada pertengahan Mei 2009 Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengusulkan aturan baru untuk memperketat pengawasan transaksi derivatif. Aturan instrumen keuangan itu dipercaya akan menjadi kunci utama pemulihan dari krisis finansial global. Aturan baru tersebut bertujuan mencegah adanya kekacauan finansial setelah ambruknya institusi keuangan raksasa AS seperti Lehman Brothers dan unit asuransi American International Group (AIG) tahun lalu. Pengalaman pahit yang pernah dialami oleh perekonomian Indonesia terjadi pada tahun 1997. Ekonomi Indonesia menjadi terpuruk karena keuangan Negara dalam jumlah ratusan trilun dipergunakan untuk menyelamatkan perbankan nasional yang

2

terancam bangkrut akibatnya banyaknya pelaku ekonomi besar yang bermain dalam transaksi derivatif. Transaksi derivatif berkembang pada pasar perdagangan uang dan khsususnya pada jual beli valuta asing yang awalnya dilatar belakangi adanya fluktuatif nilai mata uang. Kemerosotan besar perekonomian Indonesia pada tahun 1997, sebagian

disebabkan karena para pengusaha nasional dan perbankan nasional berlomba-lomba untuk meminjam uang dari luar negeri dalam US$ atau mata uang asing lainnya, sehingga jumlah pinjaman luar negeri dalam waktu singkat membumbung tinggi secara tidak terkendali dan ternyata melampoi ambang kemampuan untuk membayar kembali hutang luar negeri tersebut. Transaksi derivatif juga tidak hanya terjadi pada lingkungan perbankan saja, tetapi juga terjadi di Pasar Modal di pasar sekunder. Transaksi short selling, merupakan bentuk yang sederhana untuk mengidentifikasi transaksi derivatif di pasar modal. Mengingat dampak yang ditimbulkan dari transaksi ini yang cukup besar, penulis mencoba memperhatikan lebih dalam lagi mengenai transaksi derivatif yang dilakukan di pasar modal dalam tinjauan hukum perjanjian. B. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan metode kualitatif. Pendekataan studi pustaka dilakukan untuk mengetahui transaksi derivatif yang terjadi di pasar modal dan berbagai kaidah hukum yang berkenaan dengan perjanjian baik yang berasal dari fiqh maupun hukum perdata. Analisa dilakukan dengan cara menilai transaksi derivatif yang terjadi di pasar modal dengan hukum-hukum perjanjian yang berasal dari hukum perdata maupun hukum Islam (fiqh).

3

Penelitian

ini

juga

akan

mempertimbangkan

penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Michael Saleh Gasner, dalam Swiss Derivatif Review, Islamic Finance : Short in Gamling long in Trade dan Ali Salehabadi dan Mohammad Aram, dalam Islamic Justification of derivatif instrument.

C. Pasar Modal Menurut Sofyan S. Harahap kegiatan pasar modal berhubungan dengan perdagangan surat berharga yang telah ditawarkan kepada umum, yang akan atau telah diterbitkan oleh emiten sehubungan dengan penanaman modal atau pinjaman uang dalam jangka panjang, menengah termasuk instrumen derivatifnya2. Sedangkan secara yuridis pengertian pasar modal dapat ditemukan pada Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 butir 13 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal berada dalam pengawasan Bapepam yang bertanggung jawab terhadap Menteri Keuangan. Dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa penyelenggaraan bursa efek dilakukan atas dasar izin usaha dari Bapepam yang bertugas untuk membina, mengatur dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal. Pengawasan bursa efek oleh Bapepam yang bertanggung jawab langsung terhadap

2 Sofyan Harahap, Pasar Modal Syariah (Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam), Jakarta, Pustaka Quantum, 2001.

4

Menteri Keuangan. Kewenangan Bapepam untuk memberikan persetujuan terhadap peraturan bursa efek beserta perubahannya. Instrument yang diperdagangkan di pasar modal meliputi surat pengakuan hutang dan surat berharga komersial seperti saham, obligasi, right, warrant, option dll. Berikut dibawah ini dijelaskan pengertian instrument perdagangan di atas : Saham adalah selembar catatan yang berisi pernyataan yang kepemilikan menerbitkan. Obligasi adalah tanda pengakuan hutang atas pinjaman oleh emiten untuk jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun dengan imbalan bunga serta pembayarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Option merupakan produk turunan derivatif dari efek saham dan obligasi. Ada dua istilah dalam option yaitu call option dan put option. Call option memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham pada harga yang telah ditentukan, sedangkan put option pemegang saham mempunyai hak untuk menjual saham pada saat yang telah ditentukan. Warrant juga merupakan produk derivatif dari saham biasa yang bersifat jangka panjang dan memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham atas nama dan dengan harga tertentu. Right adalah hak yang diberikan kepada pemilik saham biasa untuk membeli tambahan penerbitan saham baru. Hak tersebut biasanya dicantumkan dalam anggaran dasar perusahaan dengan tujuan pemilik saham yang lama dapat mempertahankan mengendalikan perusahaan serta mencegah penurunan nilai kekayaan pemilik saham lama. sejumlah modal kepada perusahaan

5

Klasifikasi transaksi di pasar modal dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 1. Transaksi spot. Transaksi ini adalah pembelian secara langsung di mana pembeli membayar dengan harga tunai dan menerima surat berharga dari penjual sesuai dengan prosedur dalam bursa. Transaksi spot atau surat berharga dikeluarkan oleh perusahaan, proyek, lembaga atau pemerintah. 2. Transaksi margin on trading. Transaksi ini adalah pembeli membayar sebagian harga secara tunai, kemudian perantara mencari pinjaman kepada bank untuk melunasi sisa harga dengan syarat surat berharga tersebut dijadikan jaminan bagi pialang untuk melunasi harga pinjaman. Transaksi ini biasanya terjadi di pasar sekunder. Ada beberapa hal yang menimbulkan spekulasi dalam transaksi tersebut : - Kondisi di mana sisa harga transaksi yang belum dibayar oleh pembeli harus dibayar dengan imbalan berupa bunga. - Surat berharga yang menjadi objek transaksi dijadikan jaminan pada pialang yang mengambil manfaat dari keuntungannya. - Adanya dua transaksi secara bersamaan dalam satu transaksi yaitu jual beli dan hutang - Transaksi ini hanya menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak yang lain. - Adanya praktik perjudian atas surat berharga 3. Transaksi short selling. Transaksi ini merupakan suatu bentuk transaksi jual beli di mana penjualan terhadap surat berharga yang belum dimiliki pada waktu transaksi. Perdagangan saham di pasar perdana merupakan transaksi antara emiten dan investor sebelum saham-saham tersebut

6

diperdagangkan di pasar sekunder, dalam jangka waktu yang ditentukan oleh Bapepam. Harga saham merupakan harga pasti yang tidak bisa ditawar dan merupakan kesepakatan antara perusahaan penjamin emisi dan emiten. Jenis perdagangan yang pertama adalah perdagangan saham yang dilakukan pada pasar primer, sedangkan jenis perdagangan yang kedua dan ketiga dilakukan di pasar sekunder. D. Transaksi Derivatif di Pasar Sekunder Transaksi derivatif merupakan produk pasar financial

internasional, yang awalnya banyak berkembang pada kegiatan perbankan. Hal ini terjadi karena dalam era pasar bebas dan era globalisasi perekonomian dunia yang sulit dihindari lagi. Era globalisasi dimana intensitas perdagangan antar Negara telah semakin tinggi dan juga ditunjang oleh sistim informasi dan komunikasi yang semakin canggih mendorong semakin berkembangnya produk pasar uang internasional termasuk di antaranya transaksi derivatif. Transaksi derivatif telah menjadi suatu kebutuhan dunia usaha dan memberikan manfaat yang besar bagi pelaku pasar, khususnya dalam mengatasi gejolak kurs valuta asing (exchange rate) meskipun disadari memiliki resiko yang tinggi.3 Transaksi derivatif selain mempunyai manfaat terhadap

perlindungan suatu transaksi dengan mata uang tertentu, ternyata kemudian berjalan dan berkembang mengikuti perkembangan tren perbankan internasional pada umumnya, sehingga pada gilirannya transaksi derivatif tidak hanya digunakan dalam rangka hedging melainkan juga sebagai tren berspekulasi dana (cara untunguntungan kalau tidak dikatakan judi).3 Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR

7

Beberapa pendapat para ahli mengemukakan tentang definisi transaksi derivatfi, salah satunya dikemuakan oleh Muhammad Djumhana, transaksi derivatif merupakan suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasari seperti suku bunga, nilai tukar, komoiditi ekuiti dan indeks baik yang diikuti dengan pergerakan ataupun tanpa pergerakan dana/instrumen.4 Menurut pendapat John Stephens yang dikutip oleh Andrea Uzzia Sitanggang memberikan pemahaman tentang transaksi derivatif, disebut derivatif karena nilainya diperoleh dari nilai instrumen atau ada dan berharga adalah karena dan dari instrumen atau komoditi yang mendasarinya.5 Meminjam istilah di perbankan, berdasarkan surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor : 28/119/KEP/DIR tanggal Desember 1995, 29 transaksi derivatif adalah suatu kontrak atau

perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasari seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, equityi dan indeks lainnya. Dari beberapa literatur dapat dilihat berbagai jenis transaksi derivatif dengan segala variasinya seperti : 1. Futures 2. Forwards 3. Options 4. Swaps Future adalah suatu perjanjian untuk menjual membeli suatu jumlah aset tertentu dengan harga tertenu yang ditetapkan sekarang4 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya, 2000), hal. 346 5 Andrey Uzzia Sitanggang. Aspek-aspek Hukum Transaksi Derivatif Dalam Perbankan, (Jakarta, 2002), hal. 7

8

untuk dilaksanakan pada suatu tanggal yang akan datang maturity date. Jenis transaksi ini penulis kemukakan sebagai pembanding dari jenis transaksi perbankan dalam bentuk forward. Forward secara konsep hampir tidak ada perbedaan antara futures dengan forward tetapi dalam praktek futures lebih dekat kepada perdagangan di bursa komoditi yang telah di atur oleh suatu otoritas bursa. Karenanya ketentuan-ketentuan futures telah disusun dan berlaku dengan baku. Futures juga pada umumnya hanya atas benda-benda beruud dan penyelesaian transaksi dilakukan melalui penyerahan barang secara fisik. Transaksi forward merupakan suatu sarana sebagai usaha untuk menghindarkan atau mengurangi risiko kerugian-kerugian dalam transaksi valuta asing, seperti untuk pelunasan tagihantagihan/pembayaran dalam valuta yang berbeda. Transaksi seperti ini dapat dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Bank Devisa, antara Bank Devisa dan antara pihak lainnya seperti nasabah.6 Option adalah suatu kontrak dua pihak yang memberikan hak bukan kewajiban kepada salah satu pihak apakah membeli call option atau menjual put option atas sejumlah valuta tertentu ditukar dengan sejumlah valuta lainnya dengan nilai tukar yang telah ditentukan dalam kontrak dengan membayar sejumlah premi. Swap adalah suatu perjanjian di mana masing-masing pihak yang terlibat dalam perjanjian saling setuju dan mengikatkan diri untuk melakukan pembayaran secara berkala antara pihak yangs satu dengan pihak lainnya dengan merujuk pada suku bungan yang berbeda interest rate swaps atau dengan nilai mata uang yang berbeda.6 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya, 2000), hal 343

9

Di pasar modal, transaksi derivatif terjadi pada pasar sekunder. Derivatif yang terdapat di Bursa Efek adalah derivatif keuangan (financial derivatif). Derivatif keuangan merupakan instrumen derivatif, di mana variabel-variabel yang mendasarinya adalah instrumeninstrumen keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang (currency), tingkat suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan lainnya. Instrumen-instrumen derivatif sering digunakan oleh para pelaku pasar (pemodal dan perusahaan efek) sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai (hedging) atas portofolio yang mereka miliki.7 Perdagangan saham di pasar sekunder mulai terlihat ketika perdagangan saham sudah melewati masa penawaran umum di pasar perdana, dan saham-saham tersebut telah tercatat di bursa efek untuk diperdagangkan. Harga saham di pasar sekunder sangat ditentukan teori supply and demand dan kondisi perusahaan menerbitkan saham (emiten). Harga saham di pasar sekunder berada di luar kontrol emiten sehingga perputaran uang tidak lagi mengalir ke perusahaan yang menerbitkan saham melainkan berpindah dari pemegang saham ke pemegang saham lainnya. Harga saham di pasar sekunder adalah harga jual saham dari satu investor ke investor lainnya. Keuntungan yang diperoleh dinamakan capital gain (selisih antara harga jual dan harga beli). Harga saham bisa berfluktuasi, tergantung pada permintaan pasar terhadap saham tersebut. Kondisi tersebut menjadikan investor kebingungan dalam melakukan berbagai spekulasi. Adanya unsur permainan yang dilakukan oleh para spekulan untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat. Unsur permainan harga saham dapat dilakukan dengan cara bisa netting dan bisa pula short selling. Netting adalah pembelian7 www.bapepam.com

10

saham pada awal perdagangan dimulai dan langsung dijual pada hari itu juga. Harga yang ditawarkan bisa lebih tinggi dan bisa lebih rendah tetapi tanpa harus mengeluarkan modal. Short selling adalah menjual saham pada harga tertentu dan membeli saham pada hari yang sama pada saat harga saham turun. Situs resmi Bapepam, merilis adanya jenis transaksi derivatif yang terjadi pada Pasar Modal yaitu : 1. Kontrak Opsi Saham (KOS) OPTION adalah kontrak resmi yang memberikan Hak (tanpa adanya kewajiban) untuk membeli atau menjual sebuah asset pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Option pertama kali secara resmi diperdagangkan melalui Chicago Board Exchange (CBOE) pada tahun 1973. KOS (Kontrak Opsi Saham) adalah Efek yang memuat hak beli (call option) atau hak jual (put option) atas Underlying Stock (saham perusahaan tercatat, yang menjadi dasar perdagangan seri KOS) dalam jumlah dan Strike Price (harga yang ditetapkan oleh Bursa untuk setiap seri KOS sebagai acuan dalam Exercise) tertentu, serta berlaku dalam periode tertentu. Call Option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang opsi (taker) untuk membeli sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut. Sebaliknya, Put Option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang opsi (taker) untuk menjual sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang menjadi dasar kontrak tersebut. Opsi tipe Amerika memberikan kesempatan kepada pemegang opsi (taker) untuk meng-exercise haknya setiap saat hingga waktu jatuh tempo. Sedangkan Opsi Eropa hanya memberikan kesempatan kepada taker untuk meng-exercise haknya pada saat waktu jatuh tempo.

11

Adapun karakteristik opsi saham yang diperdagangkan di BEI adalah sebagai berikut: Tipe KOS Satuan Perdagangan Masa Berlaku Pelaksanaan Hak (exercise) Penyelesaian Pelaksanaan Hak Margin Awal WMA (weighted moving average) Call Option Dan Put Option 1 Kontrak = 10.000 opsi saham 1,2 dan 3 bulan Metode Amerika (Setiap saat dalam jam tertentu di hari bursa, selama masa berlaku KOS) Secara tunai pada T+ 1, dengan pedoman: call option = WMA strike price put option = strike price WMA Rp 3.000.000,- per kontrak adalah rata-rata tertimbang dari saham acuan opsi selama 30 menit dan akan muncul setelah 15 menit berikutnya adalah harga tebus (exercise price) untuk setiap seri KOS yang ditetapkan 7 seri untuk call option dan 7 seri untuk put option berdasarkan closing price saham acuan opsi saham diberlakukan apabila: Automatic exercise 110% dari strike call option, jika WMA price 90% dari strike price put option, jika WMA Senin : Sesi 1: 09.30 12.00 WIB Kamis Sesi 2: 13.30 16.00 WIB Jumat : Sesi 1: 09.30 11.30 WIB Sesi 2: 14.00 16.00 WIB Senin Kamis : 10.01 12.15 dan 13.45 16.15 WIB Jumat : 10.01 11.45 dan 14.15 16.15 WIB diperdagangkan secara lelang berkelanjutan (continuous auction market)

Strike Price

Jam Perdagangan KOS

Jam Pelaksanaan Hak Premium

2. KONTRAK BERJANGKA INDEKS (LQ 45 FUTURES)

12

Kontrak Berjangka atau Futures adalah kontrak untuk membeli atau menjual suatu underlying (dapat berupa indeks, saham, obligasi, dll) di masa mendatang. Kontrak indeks merupakan kontrak berjangka yang menggunakan underlying berupa indeks saham. LQ Futures menggunakan underlying indeks LQ45, LQ45 telah dikenal sebagai benchmark saham-saham di Pasar Modal Indonesia. Di tengah perkembangan yang cepat di pasar modal Indonesia, indeks LQ45 dapat menjadi alat yang cukup efektif dalam rangka melakukan tracking secara keseluruhan dari pasar saham di Indonesia.

Spesifikasi Kontrak LQ Futures: Underlying Multiplier LQ45 Rp. 500.000 per point indeks 2 kontrak Bulan terdekat (spot month dan 2nd Month) dan 1 kontrak Bulan Kuartal terdekat (Bulan Kuartal adalah Juni dan Desember) Hari Senin s/d Kamis Jam Trading Hari Jumat Last Trading Day Margin Awal : : Sesi 1: 09.15 12.00 WIB Sesi 2: 13.30 16. 15 WIB Sesi 1: 09. 15 11.30 WIB Sesi 2: 14.00 16. 15 WIB

Bulan Kontrak

Setiap Hari Bursa terakhir setiap bulan kontrak IDR 3.000.000/ kontrak

3. Mini LQ Futures

Mini LQ Futures adalah kontrak yang menggunakan underlying yang sama dengan LQ Futures yaitu indeks LQ45, hanya saja Mini LQ Futures memiliki multiplier yang lebih kecil (Rp 100 ribu / poin

13

indeks atau 1/5 dari LQ Futures) sehingga nilai transaksi, kebutuhan marjin awal, dan fee transaksinya juga lebih kecil.

Produk Mini LQ Futures ditujukan bagi investor pemula dan investor retail yang ingin melakukan transaksi LQ dengan persyaratan yang lebih kecil. Dengan demikian Mini LQ dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran investor retail yang baru akan mulai melakukan transaksi di indeks LQ Spesifikasi Kontrak LQ Futures:

Underlying Multiplier Bulan Kontrak Jam Perdaganga n

: LQ45 : Rp. 100.000 per poin indeks : 2 kontrak Bulan terdekat (spot month dan 2nd Month) dan 1 kontrak Bulan Kuartal terdekat (Bulan Kuartal adalah Jun dan Des) : Hari Senin s/d : Sesi 1: 09.15 12.00 WIB Kamis Sesi 2: 13.30 16. 15 WIB Hari Jumat

: Sesi 1: 09. 15 11.30 WIB Sesi 2: 14.00 16. 15 WIB Last Trading : Setiap Hari Bursa terakhir setiap bulan kontrak Day Margin Awal : 4% dari nilai kontrak 4. LQ45 Futures Periodik Kontrak yang diterbitkan pada Hari Bursa tertentu dan jatuh tempo dalam periode Hari Bursa tertentu. Tedapat beberapa tipe kontrak, yaitu : 1. Periodik 2 Mingguan Kontrak periodik 2 Mingguan, yakni kontrak yang jatuh tempo pada Hari Bursa terakhir minggu kedua sejak penerbitan kontrak. 2. Periodik Mingguan (5 Hari Bursa) Kontrak Periodik Mingguan (5 Hari Bursa), yakni kontrak yang jatuh tempo pada Hari Bursa kelima sejak penerbitan kontrak.

14

3. Periodik Harian (2 Hari Bursa) Kontrak periodik Harian (2 Hari Bursa), yakni kontrak yang jatuh tempo pada Hari Bursa kedua sejak penerbitan kontrak. Spesifikasi Kontrak LQ 45 Futures Periodik: Underlying : Indeks LQ45 Multiplier : Rp.500.000,Tipe KBIE Tipe KBIE Kode KBIE a. Kontrak Periodik 2 Mingguan : LQ2WYYMDD b. Kontrak Periodik Mingguan (5 : LQ25DYYMDD Hari Bursa) c. Kontrak Periodik Harian (2 Hari : LQ2DYYMDD Bursa) Jam Perdagangan : Senin-Kamis sesi I : 09.15-12.00 : WIB sesi II : 13.30-16.15 Jum'at WIB sesi I : 09.15-11.30 WIB sesi II : 14.00-16.15 WIB Fraksi Harga 5. Japan (JP) Futures Produk ini memberikan peluang kepada investor untuk melakukan investasi secara global sekaligus memperluas rangkaian dan jangkauan produk derivatif BEI ke produk yang menjadi benchmark dunia. Dengan JP Futures memungkinkan investor menarik manfaat dari pergerakan pasar jepang sebagai pasar saham paling aktif setelah pasar AS. Spesifikasi Kontrak JP Futures: Underlying : Dow Jones Japan Titan 100 Multiplier : Rp 50.000 per poin indeks Bulan : 3 kontrak Bulan Kuartal terdekat (Bulan Kuartal adalah 0,05 poin indeks

:

15

Kontrak

Mar, Jun, Sep dan Des) Hari Senin s/d Sesi 1: 09.15 12.00 WIB Jam Trading : : Sesi 2: 13.30 16.15 WIB Kamis Sesi 1: 09.15 11.30 WIB Hari Jumat : Sesi 2: 14.00 16.15 WIB Last Trading : Hari Kamis kedua setiap Bulan Kontrak Day Margin Awal : 4% dari nilai kontrak

Meskipun

pasar

sekunder

mempunyai

nilai

permainan

spekulasi yang tinggi, namun juga mempunya fungsi yaitu: 1. Memberikan likuiditas pada efek yang menjadi instrument perdagangan. 2. Memungkinkan terbentuknya harga secara wajar terutama apabila pasar ini berfungsi dengan baik. 3. Memungkinkan bagi investor untuk melakukan terutama apabila pasar ini berfungsi dengan baik. 4. Memungkinkan bagi investor untuk melakukan diversifikasi meskipun dengan dana yang sangat terbatas. 5. Secara mako pasar sekunder dapat mengurangi country risk dari penanaman modal asing yang bersifat langsung. 6. Pasar sekunder dapat secara aktif dan efisien dijadikan sebagai salah satu leading indicator dalam memahami arah perekonomian. Di sisi lain praktik perdagangan saham di pasar sekunder juga membawa dampak negatif bagi para investor. Adanya praktik spekulasi yang dilakukan oleh para spekulan menyebabkan harga berfluktuasi sehingga merugikan masyarakat umum. Samuelson dan Nordhaus mengungkapkan kegiatan spekulatif dalam pasar modal muncul karena adanya harapan terpenuhi dengan sendirinya8.8 Naroen Haroen, Perdagangan Saham di Bursa Efek, Tinjauan Hukum Islam, Jakarta, Kalimah, 2000.

16

Maksudnya jika seseorang membeli saham tertentu dengan harapan nilai saham akan naik, maka tindakan ini akan mendorong kenaikan harga-harga saham yang bersangkutan. Keadaan ini membuat orang semakin terdorong untuk membeli lagi dan hal ini menyebabkan kenaikan harga saham lagi. Hanya saja keuntungan seorang investor dalam bermain saham tidak mesti diperoleh melalui capital gain dengan menjual saham pada saat harga jualnya lebih tinggi dari harga yang dibeli sebelumnya. Bisa saja investor melalui melalui para broker melakukan goreng menggoreng saham dengan tujuan menguasai saham perusahaan tertentu yang dibeli dengan harga murah jauh dibawah harga normalnya melalui rekayasa transaksi ataupun dengan melemparkan isu-isu yang berdampak negatif terhadap perusahaan tertentu sehingga harga sahamnya jatuh. Ketika harga saham jatuh maka terjadi kepanjikan di kalangan investor lain khususnya yang lebih awal sehingga mereka melepaskan saham yang mereka pegang ke pasar agar kerugian yang lebih besar dapat dihindari. Dibalik kegiatan spekulatif tersebut pasar sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal menyangkut kinerja perusahaan yang bersangkutan yang meliputi berapa dividen yang dibagi kepada para pemegang saham, prospek usaha dan keuntungan yang akan diraih perusahaan termasuk kinerja buruk perusahaan. E. Perjanjian Dalam KUHPerdata Perjanjian diistilahkan dalam Bahasa Inggris dengan contract, dalam bahasa Belanda dengan verbintenis atau perikatan juga dengan overeenkomst atau perjanjian. Kata kontrak lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian yang tertulis dibandingkan dengan

17

kata perjanjian9.

Kata perjanjian juga sering dikaitkan dengan

perjanjian kerja sama yang dimaksudkan adanya hubungan timbal balik antara satu pihak dengan yang lainnya. Dalam hukum perdata landasan hukum perjanjian dapat ditemukan pada pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata : Suatu persetujuan adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Menurut J Satrio pasal tersebut memberikan dua unsur penting yang terdapat dalam perjanjian, yang pertama unsur perbuatan dan yang kedua unsur mengikatkan diri terhadap orang lain10. Adapun dalam pelaksanaan perjanjian, pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata telah menentukan 4 (empat) syarat dalam menentukan sahnya suatu perjanjian11 : 1. Adanya kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya 2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian 3. Adanya suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan satu persatu tentang syarat syahnya perjanjian : a. Adanya kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya Adanya kata sepakat untuk mengikatkan diri mengandung makna bahwa para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau ada persesuaian kemauan atau saling menyetujui kehendak9Supraba Sekarwati, Perancangan Kontrak (Bandung:Unpad, 2001), hal. 23. 10 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Undangundang, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 24 11 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek, diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet. 8, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1996), hal. 339

18

masing-masing, yang dilahirkan oleh para pihak dengan tidak ada paksaan, kekeliruan dan penipuan (tanpa dwang, dwaling dan bedrog). Persetujuan mana dapat dinyatakan secara tegas maupun secara diam-diam. b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian Cakap (bekwaam) merupakan syarat umum untuk dapat melakukan perbuatan hukum secara sah yaitu harus sudah dewasa, sehat akal pikiran dan tidak dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. Bagi transaksi nasabah sebagai individu penilaian cakap dapat dilihat saat transaksi. Sedangkan dalam transaksi antara bank devisa dilakukan oleh Direktur bank tersebut atau oleh seseorang yang dipercayakan oleh direktur bank. c. Suatu hal tertentu Suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah barang yang menjadi obyek suatu perjanjian. Menurut pasal 1333 BW barang yang menjadi obyek suatu perjanjian ini harus tertentu setidaktidaknya harus ditentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak perlu ditentukan asalkan saja kemudian dapat ditentukan atau diperhitungkan. Selanjutnya dalam pasal 1334 ayat (1) BW ditentukan bahwa barang-barang yang baru akan ada kemudian hari juga dapat menjadi obyek suatu perjanjian. d. Suatu sebab yang halal Suatu sebab yang halal merupakan syarat yang keempat atau terakhir untuk sahnya suatu perjanjian. Mengenai syarat ini pasal 1335 BW menyatakan bahwa suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang tidak mempunyai kekuatan hukum. Pasal 1337 BW 19

menentukan bahwa suatu sebab dalam perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.F. Perjanjian Dalam Hukum Islam

Perjanjian dalam Bahasa Arab diistilahkan dengan muhadah ittifa atau akad. Dalam Al Quran sendiri setidaknya ada 2 (dua) istilah yang berkaitan dengan perjanjian12, yaitu kata akad (alaqdu) dan kata ahd (al-ahdu) Al Quran memakai kata pertama dalam perikatan atau perjanjian, sedangkan kata yang kedua dalam berarti masa, pesan penyempurnaan dan janji atau perjanjian. Oleh karenanya kata akad disamakan dengan istilah perikatan atau verbintenis sedangkan kata al-ahdu dapat dikatakan dengan istilah perjanjian atau overenkomst yang diartikan ssebagai suatu pernyataan dari seseorang untuk mengerjakan atau mengerjakan sessuatu.13 Dalam tradisi hukum islam, berkenaan dengan perjanjian dikenal adanya asas-asas perjanjian dan rukun syarat perjanjian. Menurut Fathurrahman Djamil, setidaknya ada 6 macam asas yang harus ada dalam suatu kontrak, sebagai berikut: 14 1. Kebebasan (Al-Hurriyyah) Pihak-pihak yang melakukan kontrak mempunyai kebebasan untuk melakukan suatu perjanjian, baik tentang obyek perjanjian maupun syarat-syaratnya, termasuk menetapkan cara-cara penyelesaian sengketa apabila terjadi dikemudian hari. 2. Persamaan dan Kesetaraan (Al-Musawah)12 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2001), hal 247. 13 Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, hal. 19. 14Fathurrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syari'ah, dalam Mariam Dams Baadrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Adtya Bakhti, 2001), hal. 249-251.

20

Asas ini memberikan landasan bahwa kedua belah pihak yang melakukan kontrak mempunyai kedudukan yang sama atau setara antara satu dengan yang lain. 3. Keadilan (Al-'Adalah) Pelaksanaan asas ini dalam kontrak dituntut untuk berlaku benar dalam mengungkapkan kehendak dan keadaan, memenuhi perjanjian yang telah disepakati bersama dan memenuhi segala hak dan kewajiban, tidak saling menzalimi dan dilakukannya secara berimbang tanpa merugikan pihak lain yang teriibat dalam kontrak tersebut. 4. Kerelaan (Al-Ridha) Asas ini menyatakan bahwa semua kontrak yang dilakukan oleh para pihak harus didasarkan kepada kerelaan semua pihak yang membuatnya. Kerelaan para pihak yang berkontrak adalah jiwa setiap kontrak yang Islami dan dianggap sebagai syarat terwujudnya semua transaksi. 5. Ash-Shidq (Kejujuran dan Kebenaran) Kejujuran adalah salah satu nilai etika yang paling tinggi dalam islam. Islam mengajarkan umatnya untuk jujur dalam segala hal dan melarang dengan tegas kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun. 6. Tertulis (Al Kitabah) Asas lain dalam melakukan kontrak adalah keharusan untuk melakukannya secara tertulis supaya tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Ketentuan ini didasarkan kepada Al Qur'an surat al Baqarah ayat 282-283. Adapun mengenai syarat dan rukun perjanjian, para ahli hukum Islam berbeda pendapat tentang rukun kontrak, sebagian mereka mengatakan rukun kontrak adalah al-'aqidain, mahallul 'aqad dan al'aqad. Selain ketiga hal ini, ada juga para fuqaha yang menambah

21

rukun kontrak dengan tujuannya (maudhu'ul-'aqd). Menurut Gemala Dewi, dikalangan mazhab Hanafi rukun kontrak hanya satu saja yaitu shigat al-aqd, yakni ijab dan qabul, sedangkan syarat kontrak adalah al-'aqidain (subyek akad) dan mahallul 'aqad (obyek 'aqad)15. 1. Ijab Qabul (Shigat Kontrak) Menurut Wahbah Zuhaili ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar suatu ijab dan qabul dipandang sah serta memiliki akibat hukum yakni pertama : jala'ul ma'na yaitu tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu jelas, sehingga dapat dipahami jenis kontrak yang dikehendaki, kedua: tawafuq yaitu adanya kesesuaian antara ijab dan qabul, dan ketiga : jazmul iradataini yaitu antara ijab dan qabul menunjukkan kehendak para pihak secara pasti, tidak ada keraguan sedikitpun, tidak berada dibawah tekanan dan tidak berada dalam keadaan terpaksa16. 2. Mahal al 'Aqd (Obyek Kontrak) Para ahli hukum Islam (para Fuqaha) sepakat bahwa sesuatu obyek kontrak harus memenuhi empat syarat yakni -Kontrak harus sudah ada secara konkrit ketika kontrak dilangsungkan, kecuali kontrak tertentu yang dibenarkan seperti kontrak salam (pesan barang dengan pembayaran harga sebagian atau seluruhnya lebih dahulu), kontrak ijarah/leasing (sewa menyewa), atau juga dalam bentuk bagi hasil (mudharabah), di mana obyek akad cukup diperkirakan akan ada pada masa yang akan datang Dibenarkan oleh syara'. Kontrak harus dapat diserahkan ketika terjadi kontrak;

15 Gemala Dewi et al, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, diterbitkan atas kerjasama dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum UI Jakarta, dengan Prenada Media Jakarta, Cet. II, tahun 2006, hal. 50 16 Wahbah al Zuhaili, Al Fiqh al Islami wa Adillatuhu, Dar al Fikr al Mu'ashir, Damaskus, Jilid 4, 1997.

22

-

Kontrak harus jelas atau dapat ditentukan (mu'ayyan) dan

harus diketahui oleh kedua belah pihak yang membuat kontrak. Apabila tidak ada kejelasan tentang kontrak yang dibuatnya, maka akan menimbulkan perselisihan dikemudian hari. Disini peranan adat (Uruf) sangat diperlukan. 3. Pihak-Pihak yang Melaksanakan Kontrak (al Aqidain) 4. Tujuan Kontrak (Maudhu'ul 'Aqd) Maudhu'ul 'Aqd (tujuan kontrak) adalah untuk apa suatu kontrak dilakukan (al maqshad al ashli alladzi syariah al 'aqd min ajlih) oleh seseorang suatu dengan orang lain dalam Azhar rangka Basyir17 melaksanakan muamalah. Ahmad

menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu tujuan kontrak dipandang sah dan mempunyai akibat hukum sebagai berikut yaitu : - Tujuan kontrak tidak merupakan kewajiban yang telah ada atas pihak-pihak yang bersangkutan tanpa kontrak yang diadakan, tujuan hendaknya baru ada pada pada saat akad diadakan, misalnya kontrak ijarah (perjanjian kerja) yang diadakan antara suami isteri untuk meiakukan pekerjaan dalam rumah tangga. Kontrak ini tidak sah sebab tujuan kontrak telah menjadi kewajiban isteri untuk meiakukan pekerjaan itu menurut ketentuan agama, meskipun tanpa adanya kontrak tersebut. - Tujuan harus berlangsung adanya hingga berakhirnya pelaksanaan kontrak, misalnya dalam kontrak sewa menyewa rumah dalam jangka waktu dua tahun, tujuannya untuk mengambil manfaat dari kontrak tersebut. Jika manfaat tidak tercapai maka kontrak menjadi rusak sejak tujuannya hilang.17 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat, UII Press Yogyakarta, 2004, hal.99-101

23

- Tujuan kontrak harus dibenarkan oleh syara', jika syarat ini tidak terpenuhi, maka kontrak tidak sah, seperti kontrak riba dan sebagainya. G. Analisa Pembahasan Dengan melihat karakteristik dari transaksi derivatif, dihubungkan dengan hukum perjanjian dalam hukum perdata yang terdapat pada Pasal 1320 KUHPerdata, yang terdiri dari adanya kecakapan dan kesepakatan para pihak, terhadap hal tertentu serta causa yang halal, penulis mempunyai analisa adanya persyaratan yang kurang dalam transaksi derivatif. Dalam perdagangan netting saham (maupun obligasi) belum berada pada tangan si penjual, karena penyelesaian transaksi saham baru dapat di terrealisasi pada dua atau tiga hari berikutnya. Demikian pula pada shortselling, sebelum saham tersebut berada pada tangan penjual, ia telah menjaminkan terlebih dahulu saham tersebut kepada pihak bank. Dalam bentuk transaksi lain, para pialang sering kali melakukan jual beli saham yang secara fisik, maupun yuridis saham tersebut belum berada pada tangannya. Uraian tersebut menunjukkan bahwa, salah satu syarat yang dikehendaki oleh Pasal 1320 yaitu hal tertentu, ternyata tidak terpenuhi. Disadari atau tidak, dalam tatanan hukum bisnis, praktek ekonomi selalu berjalan lebih dahulu dari payung hukum yang mendasarinya. Apabila praktek penjualan derivatif saham (maupun obligasi atau jenis derivatif lainnya) didasarkan pada praktek yang sudah berjalan di pasar modal, sebenarnya KUHPerdata sendiri telah memberikan rambu-rambu tentang bagaimana jual beli yang alamiah yang sebaiknya dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, terjadinya efek negative dari transaksi derivatif adalah suatu yang mungkin terjadi karena secara normative telah menyalahi hukum perjanjian. Dari sisi hukum perjanjian Islam, banyak sekali peyimpangan yang terjadi pada transaksi derivatif, yaitu :

24

1. Mahallul aqdi. Pada saat transaksi derivatif dilakukan, obyek yang ditransaksikan belum sepenuhnya menjadi hak milik pemegang saham, karena baik secara fisik maupun administratif, saham tersebut masih berada pada pihak lain (book entry settlement system). Oleh karena saham tersebut masih berada di pihak lain, maka mahallul aqdi juga tidak dapat diserahkan dan disinilah terjadi jual beli tanpa ada serah terima barang, karena barangnya belum ada atau barangnya masih di pihak lain. Dalam praktek jual beli di pasar sekunder, instrument pasar modal mungkin terjadi diperjual belikan lebih dari 3 kali. Ketika seseorang membeli saham pada suatu hari, maka sebelum administrasinya selesai, saham tersebut sudah berpindah tangan kepada orang lain pada hari yang sama pula. 2. Maudhuul aqdi, atau tujuan kontrak dari transaksi derivasi sangat rentan untuk melakukan spekulasi (gharar) maupun riba. Terjadinya spekulasi pada transaksi derivatif, karena para pelaku dengan sengaja mencari keuntunga dari interval waktu, yang memungkinkan harga saham menjadi naik padahal perjalanan waktu tersebut tidak dapat memastikan apakah dapat meningkatkan harga saham ataukah tidak. 3. Dalam transaksi option, bagi pihak yang tidak mengambil hak sudah dapat dipastikan berapa jumlah uang yang harus dibayar (denda) karena tidak mengambil hak tersebut. Hal ini jelas dilarang dalam transaksi Islam yang menghendaki adanya rasa keadilan dan tidak merugikan pihak lain. Unsur spekulasi dalam transaksi derivative jauh lebih banyak dibandingkan dengan kepentingan untuk melakukan transaksi. Islam secara tegas melarang jual beli yang mempunyai unsure gharar yang dapat dilihat dari dua sisi. Pertama tidak adanya pengetahuan yang jelas terhadap obyek transaksi dan kedua obyeknya tidak ada.

25

Adanya margin trading yang tidak pasti dan nilai instrumen yang selalu mengambang, menunjukkan jelasnya gharar dalam transaksi tersebut. Transaksi derivatif dalam Islam sebenarnya dapat dikatagorikan secara garis besar dalam bentuk transaksi bai salam dan bai istijrar18. Dalam pengertian yang sederhana bai' as salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari sementara pembayaran dilakukan di muka. Pembayaran harga pada salam dilakukan pada saat akad dilakukan19. Sedangkan bai istijrar adalah ndilakukan dikemudian hari dengan cara menjumlahkan semua barang yang telah dibeli (diambil). Para ulama sepakat bahwa bai salam disyariatkan dalam Islam dan menjadi sah ketika syarat-syarat jual beli dan syarat salam terpenuhi. Transaksi derivatif di pasar modal terjadi dengan pembayaran di muka dan penyelesaian transaksi kemudian hari (termasuk administrasi kepemilikan saham). Prakteknya ternyata, meskipun sifatnya hamper mirip dengan salam, akan tetapi ketika jual beli, saham yang diperjual belikan ternyata tidak ada pada tangan si penjual. Sehingga meskipun sifat pembayaran dan penyerahannya sama dengan salam, namun dalam transaksi derivatif barang yang diperjual belikan tidak terdapat pada si penjual. Dengan demikian meskipun Obiyatullah, mempersamakan

transaksi derivatif dengan baisalam, tidak dapat diterapkan dalam transaksi derivatif di pasarr modal. Pemikiran Obiyatullah dapat saja diterapkan pada transaksi derivatif dengan underlying asset yang 18 Online at http://mpra.ub.uni-muenchen.de/12752/, Derivatif Instruments and Islamic Finance: Some Thoughts for a Reconsideration Bacha, Obiyathulla I, INCEIF the Global University in Islamic Finance, 1999, hal. 2119 Latifa M. Algaoud. Perbankan syariah Prinsip, Praktik dan Prospek, (Jakarta: Serambi, 2003) hal. 162.

26

jelas, atau

sengaja untuk hedging, misalkan untuk pembayaran

dengan mata uang asih. Adapun mempersamakan transaksi derivatif dengan bai istijrar, amatlah tidak tepat dan bahkan hanya akan menunjukkan titik kelemahan dervatif itu sendiri. Hal ini disebabkan bai istijrar itu sendiri dilarang oleh sebagian ulama dan hanya dimungkinkan ketika benarbenar terjadi stabilitas harga dan transaksi yang jelas. Dalam hal ini penulis cenderung setuju untuk mendukung pendapat Michael Saleh Gasner20. Ia menegaskan perlunya impropisasi aplikasi derivatif dalam transaksi ekonomi Islam dengan mengacu pada ketentuan adanya kebolehan transaksi dengan pembayaran atau penyerahan barang di kemudian hari dan adanya larangan transaksi dengan pembayaran dan penyerahan yang samasama dilakukan di kemudian hari. Dengan bersandar pada ketentuan ini, maka transaksi derivatif dimungkinkan dilakukan untuk kebutuhan tertentu dengan tetap mengindahkan aturan-aturan Islam. Hal ini senada dengan pendapat Ali Salehabadi dan Mohammad Aram yang memberikan justifikasi terhadap transaksi derivatif dalam dunia usaha terlebih lagi yang berkaitan dengan ekspor impor yang melibatkan pertukaran nilai mata uang. Ia mempersamakan pula beberapa bentuk transaksi derivatif (option) dengan jual beli urbun, yang memberi hak untuk membeli atau menjual.21 Namun demikian ia tetap tidak menghendaki adanya jual beli tanpa underlying asset, karena transaksi tersebut tetap tidak berdasar pada kaidah Islam.

20 www.islamicfinance.de Michael Saleh Gasner, Swiss Derivatif Islamic Finance : Short in Gamling long in Trade,

Review,

21 Ali Salehabadi dan Mohammad Aram, Islamic Justification of derivatif instrument, International Journar of Islamic Financial Service.

27

Secara umum derivative option dipandang sebagai produk derivatif yang mempunyai prospek untuk disahkan dan memperoleh konsensus fuqaha. Option diqiyaskan atau diasosiasikan dengan bai urbun dan khiyar syart22, namun menurut Dixit dan Pndyck bai urbun merupakan real option, dimana keputusan untuk mengeksekusi option tergantung pada variabel ril yang mempengaruhi hasil yang diperoleh pembeli bukan pada mutual harga gain, aset, kedua maupun sehingga pihak Vogel option ini memungkinkan Dan menurut memperoleh dan Hayes

keuntungan, sementara call option bersifat zero sum game. Obaidullah menunjukkan bahwa bai urbun dapat dirujuk untuk call option. Jika pembeli tidak melakukan exercise kontrak, maka uang mukanya dipegang oleh penjual.

H. Kesimpulan Dengan melihat urian di atas sampailah pada beberapa kesimpulan dibawah ini: 1. Transaksi yang terjadi di Pasar Modal terjadi di pasar primer dan pasar skunder. Pada transaksi yang terjadi di pasar sekunder lebih banyak terjadi transaksi derivative, yakni sebagai turunan dari transaksi lainnya (saham, obligasi dll). 2. Dari sisi hukum perdata, transaksi derivative tidak memenuhi criteria syarat perjanjian, karena obyek perjanjian dilakukan sebelum saham (atau bentuk lainnya) berada pada tangan penjual

22 Achsien, Iggi H. Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas Konsep dan Praktek Manajemen Portofolio Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000. hal 71

28

dan bahkan terkadang dalam satu hari dapat diperjual belikan lebih dari dua kali. 3. Dalam hukum perjanjian Islam, kelemahan transaksi derivative bukan hanya dilihat dari segi obyeknya saja, tetapi dari tujuan transaksi yang lebih banyak nilai spekulatif atau gharar, sehingga bentuk transaksi ini bertentangan dengan Islam. 4. Larangan hukum Islam terhadap transaksi derivative sangat ditentukan oleh jenis transaksi tersebut. Meskipun pembahasan ini melarang transaksi derivative di pasar modal, namun dengan berbagai kebutuhan dan nilai-nilai pragmatis, transaksi dapat saja diaplikasikan dalam bentuk transaksi perekonomian lainnya khususnya dalam bentuk transaksi yang melibatkan dua mata uang yang berbeda maupun dalam improvisasi bentuk salam, dengan ketentuan tetap memperhatikan syarat-syarat umum perjanjian.

I.

Daftar Pustaka Achsien, Iggi H. Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas Konsep dan Praktek Manajemen Portofolio Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000. Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat, UII Press Yogyakarta, 2004. Ali Salehabadi dan Mohammad Aram, Islamic Justification of derivatif instrument, International Journar of Islamic Financial Service. Andrey Uzzia Sitanggang. Aspek-aspek Hukum Transaksi Derivatif Dalam Perbankan, (Jakarta, 2002). Anshori, Abdul Ghofur, 2006. Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Jogjakarta: Citra Media. 29

Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 1994. Dawam Berdasarkan Rahardjo, Ensiklopedi Kunci, Al-Qur-an, Paramadina Tafsir Sosial Konsep-konsep bekerjasama

dengan Jurnal Ulumul Qur'an, (Jakarta, 2002). Fathurrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syari'ah, dalam Mariam Dams Baadrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Adtya Bakhti, 2001). Gemala Dewi et al, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, diterbitkan atas kerjasama dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum UI Jakarta, dengan Prenada Media Jakarta, Cet. II, tahun 2006. Hasballah Thaib, Hukum Benda Menurut Islam, Fakultas Hukum Universitas Dharmawangsa, Medan, 1992. http://mpra.ub.uni-muenchen.de/12752/, Derivatif Instruments and Islamic Finance: Some Thoughts for a Reconsideration Bacha, Obiyathulla I, INCEIF the Global University in Islamic Finance, 1999. J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Undangundang, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek, diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet. 8, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1996). Latifa M. Algaoud. Perbankan syariah Prinsip, Praktik dan Prospek, (Jakarta: Serambi, 2003). Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2001). Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya, 2000). Naroen Haroen, Perdagangan Saham di Bursa Efek, Tinjauan Hukum Islam, Jakarta, Kalimah, 2000.

30

Sofyan Harahap, Pasar Modal Syariah (Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam), Jakarta, Pustaka Quantum, 2001. Supraba Sekarwati, Perancangan Kontrak (Bandung:Unpad, 2001). Wahbah al Zuhaili, Al Fiqh al Islami wa Adillatuhu, Dar al Fikr al Mu'ashir, Damaskus, Jilid 4, 1997. www.bapepam.com www.islamicfinance.de Michael Saleh Gasner, Swiss Derivatif Review, Islamic Finance : Short in Gamling long in Trade, Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR

31