tradisi pembacaan qashidah burdah terhadap …digilib.uin-suka.ac.id/7343/2/bab i, v, daftar...
TRANSCRIPT
TRADISI PEMBACAAN QASHIDAH BURDAH
TERHADAP ORANG SAKIT DI DESA SERA TIMUR
KECAMATAN BLUTO KABUPATEN SUMENEP
PROPINSI JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
Disusun Oleh :
A. Faidi
NIM. : 07120028
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
iv
MOTTO
به عهيك عدول اندمع وانسقم# فكيف تنكرحبا بعد ما شهدت
مثم انبهارعهى خديك وانعنم# وأثبت انىجد خطي عبرةوضنى
Bagaimana mungkin kau ingkari cinta
Sedang air mata dan tubuhmu yang melemah
Telah menjadi saksi paling jujur
Untuk cinta di hatimu.
#
Kerinduan menyisakan dua garis :
Tangis di matamu dan kurus di tubuhmu
Bagai mawar kuning dan merah
Yang melekat di kedua pipimu.
(Imam al-Bushiry)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Almamaterku tercinta Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan
kepercayaan bagiku untuk menjadi salah satu awak kapal untuk
mengarungi samudera ilmu pengetahuan
Bapak dan Ibu yang telah mengajarkanku mengenai ketabahan
dan kekokohan dalam mengarungi kehidupan yang penuh
rintangan dan cobaan.
Seorang perempuan yang selalu setia menemaniku dalam
perjalanan studiku. Keberhasilan seseorang selalu saja tidak
terlepas dari keberadaan perempuan hebat yang berdiri di
sebelahnya. Aimmatun Nisak (Achan), kaulah perempuan satu-
satunya (selain keluargaku) yang selalu setia berdiri di
sebelahku dalam melintasi musim-musim yang tidak pernah
kita bayangkan sebelumnya.
vi
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرمحن الرحيم يهداهلل من. اهلل ىدانا أن لوال لنهتدي كنا وما هلذا ىدانا الذي هلل احلمد
لو الشريك وحده إالاهلل الإلو أن شهدأ .لو ىادي ف يملض ومن لو فممض وأصحابو ألو وعلى حممد على والسفم والصفة. ورسولو عبده حممدا أن شهدأو
.أمجعني
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayahnya kepada kita semua. Anugerah terbesar yang penulis dapatkan adalah
anugerah kesehatan. Anugerah kesehatan tersebut dapat dikatakan sebagai anugerah
utama bagi penulis dalam proses penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa mengalir deras kepada baginda Nabi Muhammad SAW sebagai manusia
pilihan yang telah menggiring umat manusia menuju zaman ilmu pengetahuan yang
penuh barokah ini.
Proses mencari ilmu bagi penulis pada dasarnya merupakan sebuah
pengembaraan dalam mencari berbagai serpihan-serpihan diri yang berada di luar
diri penulis. Dengan pembelajaran yang telah kita dapatkan, baik dari bangku-
bangku kuliah maupun di luar kelas, merupakan bekal utama kita dalam menjawab
teka-teki hidup yang tidak pernah terlunaskan. Ilmu pengetahun adalah tongkat bagi
kita untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan rintangan dan tantangan. Meski
demikian, Ilmu yang telah penulis dapatkan selama ini tentunya belum cukup untuk
menjawab teka-teki kehidupan yang terus berjalan, sebab ilmu pengetahuan
bukanlah sebuah jawaban akhir, akan tetapi ilmu pengetahuan lebih merupakan
sebagai alat dalam sebuah pencarian panjang.
vii
Demikian juga, penulisan skripsi ini bukanlah sebuah jawaban akan realitas
kebudayaan yang muncul di lapangan, akan tetapi merupakan sebuah upaya penulis
dalam mempelajari berbagai realitas kebudayaan yang muncul di kalangan
masyarakat. Skripsi ini merupakan deskripsi sederhana dari adanya sebuah fenomena
kebudayaan, yakni tradisi pembacaan Qashidah Burdah yang muncul di kalangan
masyarakat, khususnya masyarakat Sera Timur. Meski demikian, penulis berharap
karya sederhana ini dapat memperkaya khazanah keilmuan penulis khususnya dan
masyarakat pada umumnya terutama mengenai kebudayaan islam.
Penulis mengakui bahwa penulisan skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan
tanpa adanya campur tangan dari berbagai pihak yang telah bersedia
menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam penulisan ini. Dengan demikian,
tanpa mengurangi rasa ta’zhim dan hormat, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini yang di antaranya adalah;
1. Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Dr. Maharsi, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Dr. Imam Muhsin, M.Ag. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
kritik, saran dan masukannya dalam penulisan ini.
4. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, yang telah
memberikan sebagian ilmunya dan membantu penulis dalam menjawab berbagai
persoalan yang tidak dapat penulis hadapi sendiri.
viii
5. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memeras keringat dan air mata demi
memperjuangkan nasib penulis agar dapat melanjutkan kuliah. Bapak dan ibu,
inilah hasil keringat kalian.
6. Gus Zainal (Alm) dan Bunda Maya Oktavia, terima kasih telah mengajari penulis
untuk senantiasa tersenyum dalam menghadapi berbagai kegetiran hidup di tanah
perantauan.
7. Teman-teman KUTUB, bersama kalianlah penulis dapat belajar menjadi
seseorang yang mandiri, kreatif dan produktif.
8. Sahabat-sahabat PMII Rayon “Civil Comunity” Fakultas Adab dan Ilmu Budaya,
terima kasih telah mengajari penulis untuk menjadi seorang organitoris dengan
berdasarkan pada asas kekeluargaan dan kebersamaan.
9. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam penulisanan skripsi ini, yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Tenaga, harta, waktu dan pikiran yang telah kalian berikan kepada penulis
semoga mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Yogyakarta, 28 November 2012
Penulis
A. Faidi
NIM. 07120028
ix
TRADISI PEMBACAAN QASHIDAH BURDAH DI DESA SERA TIMUR
KECAMATAN BLUTO KABUPATEN SUMENEP PROPINSI JAWA TIMUR
Abstrak
Tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit yang dilaksanakan
di Desa Sera Timur berbeda dengan tradisi pembacaan Qashidah Burdah yang
dilaksanakan di berbagai belahan dunia. Perbedaan yang dimaksudkan di sini
terletak pada tujuan pelaksanaan yang lebih sepesifik dan terfokus, yakni untuk
menyembuhkan penyakit. Hal demikian mengindikasikan bahwa tradisi pembacaan
Qashidah Burdah yang dilaksanakan di Desa Sera Timur tersebut memiliki
spesifikasi makna dan fungsi yang yang tidak dapat ditemukan di daerah-daerah lain.
Dengan demikian, alasan itulah yang menjadikan penulis beranggapan bahwa
penelitian ini begitu penting untuk dilakukan.
Penelitian ini mengambil titik fokus pada tiga persoalan yang penulis tuangkan
dalam rumusan masalah yaitu; Bagaimana latar belakang munculnya tradisi
pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit di Desa Sera Timur? Apa makna
tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit bagi masyarakat Sera
Timur? Apa fungsi tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit bagi
masyarakat Sera Timur?
Landasan teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teori
fungsionalisme. Teori fungsionalisme di sini dijadikan sebagai kerangka berfikir
penulis dalam melihat berbagai fenomena yang muncul di lapangan terutama dengan
memposisikan tradisi Qashidah Burdah tersebut sebagai salah satu media
pemenuhan kebutuhan masyarakat Sera Timur.
Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa kemunculan tradisi
pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit di Desa Sera Timur dilatar
belakangi oleh adanya kepercayaan turun-temurun (latar belakang historis) dan
diperkuat pula oleh adanya pengalaman-pengalaman ajaib (latar belakang sosiologis)
yang dialami masyarakat Sera Timur ketika melaksanakan tradisi Qashidah Burdah
tersebut. Masyarakat Sera Timur memaknai tradisi Qashidah Burdah tersebut
sebagai media pengobatan aletrnatif yang dilaksanakan ketika berbagai media
pengobatan yang lain (medis dan dukun) sudah tidak dapat memberikan
kesembuhan. Tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit ini memiliki
beberapa fungsi yakni fungsi sosial-perekonomian (media pengobatan ini jauh lebih
murah ketimbang berbagai media pengobatan yang lain), fungsi sosial-keagamaan
(dapat memperkokoh ketauhidan, ketabahan, dan tawakkal kepada Allah SWT), dan
fungsi sosial-kebudayaan (sebagai media melestarikan sikap tolong-menolong,
kekeluargaan, dan solidaritas sosial).
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terutama
dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahun serta dapat menjadi salah satu
refrensi dalam menunjang perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
ilmu antropologi kebudayaan.
Keyword : Tradisi pembacaan Qashidah Burdah, orang sakit, makna, fungsi dan
pengaruh.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... ii
HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
PEDOMAN LITERASI.................................................................................... xiv
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 9
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 10
E. Landasan Teori .......................................................................... 13
F. Metode Penelitian ...................................................................... 16
G. Sistematika Pembahasan ........................................................... 23
BAB II : GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA SERA TIMUR
KECAMATAN BLUTO KABUPATEN SUMENEP PROPINSI JAWA
TIMUR ............................................................................................ 24
A. Kondisi Geografis Desa Sera Timur ........................................ 24
xi
B. Kondisi Sosial-Budaya .............................................................. 27
C. Kondisi Sosial-Perekonomian ...................................................... 34
D. Kondisi Sosial-Keagamaan ....................................................... 41
BAB III : PEMBACAAN QASHIDAH BURDAH TERHADAP ORANG SAKIT
DI DESA SERA TIMUR ................................................................ 46
A. Qashidah Burdah di Mata Masyarakat Desa Sera Timur ......... 46
B. Latar Belakang Munculnya Tradisi Pembacaan Qashidah
Burdah ...................................................................................... 52
1. Latar Belakang Historis ........................................................ 53
2. Latar Belakang Sosiologis ................................................... 55
C. Tujuan Tradisi Pembacaan Qashidah Burdah ........................... 58
D. Pelaksanaan Pembacaan Qashidah Burdah .............................. 61
1. Persiapan ............................................................................... 61
2. Prosesi Pelaksanaan .............................................................. 68
BAB IV : MAKNA, FUNGSI DAN PENGARUH TRADISI PEMBACAAN
QASHIDAH BURDAH TERHADAP ORANG SAKIT DI DESA SERA
TIMUR ........................................................................................... 74
A. Makna Tradisi Pembacaan Qashidah Burdah ........................... 75
B. Fungsi Tradisi Pembacaan Qashidah Burdah ........................... 77
C. Pengaruh Tradisi Pembacaan Qashidah Burdah ....................... 82
BAB V : PENUTUP ....................................................................................... 86
A. Kesimpulan ................................................................................ 86
B. Saran-saran ................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Tahun 2010 .................... 25
Tabel 2. DaftarKeluarga Sejahtera Desa Sera Timur Tahun 2010 ............. 37
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Sera Timur Berdasarkan Pendidikannnya Tahun
2010................................................................................................................ 42
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Informan
Lampiran 2. Surat-Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3. Foto-Foto Kegiatan Pembacaan Qashidah Burdah
Lampiran 4. Naskah Qashidah Burdah
Lampiran 5. Curriculum Vitae
xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Arab Latin Arab Latin Arab Latin
q ق z ز a/‘ ء
k ك s س b ب
l ل sy ش t ت
m م sh ص ts ث
n ن dh ض j ج
w و th ط h ح
h هـ zh ظ kh خ
y ي a’/‘ ع d د
gh غ dz ذ
f ف r ر
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Qashidah Burdah merupakan salah satu karya sastra Arab klasik karangan
Imam al-Bushiry1 yang ditulis pada abad ke-13 Masehi, yakni pada masa transisi
perpindahan kekuasaan dari Dinasti Ayyubiyah ke Dinasti Mamluk.2 Pergolakan
politik yang terjadi telah mengakibatkan kemerosotan akhlak hingga melanda ke
seantero negeri. Para pejabat negara hanya disibukkan dengan agenda perebutan
kekuasaan. Dalam masa-masa yang suram inilah Qashidah Burdah digubah oleh
Imam al-Bushiry sebagai bentuk reaksi terhadap kondisi politik, sosial, budaya
dan agama yang sedang mengalami masa kegelapan. Penulisan Qashidah Burdah
tersebut bertujuan untuk mengingatkan umat Islam agar mencontoh Nabi
Muhammad SAW dalam mengendalikan hawa nafsu dan kembali pada ajaran al-
Qur’an dan Hadist.
Dr. De Sacy, seorang ahli Bahasa Arab di Universitas Sorbone, mengatakan
bahwa Qashidah Burdah merupakan puisi terbaik sepanjang masa.3 Selain karena
keindahan syair-syairnya, Qashidah Burdah juga menjadi salah satu karya sastra
1 K.H. Khairi, Islam & Budaya Masyarakat, ( Yogyakarta : Fajar Pustaka : 2008), hlm. 223.
2Fadlil Munawwar Mashur, Resepsi Kasidah Burdah Al-Bushiry Dalam Masyarakat
Pesantren, dalam HUMANIORA Volume 18. No.2 (Yogyakarta : Fakultas Sastra UGM, 2006),
hlm. 102. 3 http://majalah-alkisah.com/index.php/pustaka-online/235--burdah-imam-al-bushiri-
kasidah-cinta-untuk-sang-nabi, update 13 April 2012,19:23 WIB
2
populer selama berabad-abad4 yang mendapat sambutan dalam sejarah
perkembangan sastra dunia sepanjang zaman.5
Tolchah Mansoer memaparkan bahwa Qashidah Burdah telah memiliki
pengaruh yang begitu besar terhadap perkembangan kesusastraan arab pasca Al-
Bushiry. Menurut Tolchah, terhitung puluhan penyair yang menggubah sebuah
Qashidah serupa dengan Qashidah Burdah al-Bushiry. Tolchah juga
menambahkan, setiap gubahan puisi tentang pujian kepada Nabi yang dibuat
sesudah al-Bushiry sebagian besar mengikuti wazan dan qafiyah (sajak), serta
senafas dengan Qashidah Burdah al-Bushiry. Dalam hal ini, karya yang paling
terkenal adalah ”kasyful ghimmah fi madhi sayyidil ummah” yang di gubah oleh
Mamud Samy al-Barudiy.6
Qashidah Burdah telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa
seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Indonesia/Melayu, Inggris,
Prancis, Jerman dan, Itali.7 Penerjemahan Qashidah Burdah ke dalam Bahasa
Indonesia telah banyak dilakukan, sebut saja di antaranya adalah buku yang
berjudul Sajak-Sajak al-Burdah (1974) oleh Dr. Muhammad Tholchah Mansur,
dan Kasidah Burdah Imam al-Bushiry : Terjemahan, Penjelasan, Faidah &
Khasiat (2011) oleh K.H. M. Syarwani Abdan. Selain itu, Qashidah Burdah juga
4 Sayyed Husain Nashr, Menjelajah Dunia Modern, terjemahan dari A Young Muslim’s
Guide to the Modern World. (Bandung : Mizan : 1944), hlm. 114. 5Cyril Gasse, Ensiklopedi Islam, terjmahan dari The Concise Encyclopaedia of Islam,
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada : 1996), hlm. 65 6 Tolchah Mansoer, Sajak-Sajak Burdah Imam Muhammad al-Bushiri : Terjemahn,
Saduran, Pendhuluan, (Yogyakarta : Adab Pres : 2006), hlm. 31-42 7 Philip K. Hitti, History of the Arabs, (Yogyakarta : Serambi :2007 ), hlm. 698.
3
pernah diterjemahkan ke dalam Bahasa Jawa oleh K.H. Bisyri Musthafa dengan
judul Tiryaqul al-Aghyar fi Tarjamati Burdat al-Mukhtar.8
Semakin maraknya penerjemahan Qashidah Burdah ke dalam Bahasa
Indonesia tersebut menyebabkan Qashidah Burdah semakin dikenal oleh
masyarakat muslim di Indonesia baik kalangan akademis maupun masyarakat
awam. Dalam praktek keseharian, tidak jarang penulis temukan di berbagai
Pesantren Salaf 9 yang hingga saat ini masih menjadikan Qashidah Burdah
sebagai salah satu kitab yang wajib dikaji oleh para santri. Bahkan, Qashidah
Burdah telah menjadi kurikulum pesantren sebagai bagian dari pengajian kitab-
kitab Islam klasik dan bagian dari proses belajar-mengajar dalam kehidupan
pesantren. Dengan demikian, tidak salah bila kita temukan berbagai pendapat
yang mangatakan bahwa Qashidah Burdah saat ini telah menjadi sebuah karya
sastra Islam klasik yang bernuansa keagamaan khas pesantren.10
Kata Burdah berasal dari kata yang mengandung banyak arti yaitu (البردة)
selimut, sorban, selendang, atau kain wol hitam yang biasa dipergunakan untuk
berselimut.11
Sedangkan versi yang lain mengatakan bahwa kata Burdah memiliki
arti baju (jubah) kebesaran khalifah yang merupakan atribut utama khalifah yang
dapat membedakan antara khalifah dengan para pejabat negara lainnya, teman-
teman, dan masyakat pada umumnya. Sedangkan secara istilah, Burdah adalah
8 Ibid, hlm. 223.
9 Pesantren Salaf adalah sebutan bagi pesantren yang mengkaji kitab-kitab kuning (kitab
kuna). Kebanyakan orang beranggapan bahwa Pesantren Salaf begitu identik dengan Pesantren
Tradisionalis yang mana hubungan antara Kiai dan Santri bisa dikatakan cukup dekat secara
emosional. Hal demikian terjadi disebabkan karena para Kiai sering kali terjun langsung dalam
menangani para Santri (www.wikipwedia.com/pesantren-salaf, update 02 Mei 2012 09:43 WIB) 10
Fadlil Munawwar Manshur, Resepsi Kasidah Burdah Al-Bushiry, hlm. 111. 11
K.H. Khairi, Islam & Budaya Masyarakat, hlm. 230.
4
sebuah nama Qashidah12
yang digubah oleh Imam al-Bushiry dengan jumlah bait
sebanyak 160 bait.13
Terlepas dari pengertian Burdah, baik secara bahasa maupun istilah,
penamaan Burdah terhadap sebuah Qashidah yang digubah oleh Imam al-Bushiry
mempunyai nilai historis yang cukup tinggi. Bahkan, landasan historis itulah yang
sering kali dijadikan acuan utama dalam berbagai acara pebacaan Qashidah
Burdah, termasuk tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit oleh
masyarakat Sera Timur, dengan tujuan agar mendapatkan syafa’at dari Allah SWT
melalui Qashidah Burdah seperti halnya yang terjadi pada Imam al-Bushiry.
Alkisah, Imam al-Bushiry pada masa itu menderita penyakit yang cukup
parah. Selama beberapa tahun lamanya Imam al-Bushiry didera penyakit lumpuh.
Dalam masa-masa kritis itulah Imam al-Bushiry berinisiatif untuk menggubah
sebuah Qashidah terhadap Nabi Muhammad SAW dengan tujuan memohon
syafa’at kepada Allah SWT agar disembuhkan dari penyakit yang sedang
dideritanya. Setelah selesai Qashidah Burdah dibuat, kemudian Imam al-Bushiry
membacanya secara terus-menerus sambil menangis, berdo’a lalu tertidur. Dalam
tidurnya itulah kemudian Imam al-Bushiry bermimpi bertemu dengan Nabi
Muahammad SAW dan memberikannya surban (Burdah) kemudian diletakkan
pada tubuh Imam al-Bushiry yang sakit. Ketika terbangun dari tidurnya, al-
Bushiry merasakan keajaiban yang begitu luar biasa, penyakit yang dideritanya
12
Qashidah adalah syair Arab yang dinyanyikan dan biasanya terdiri dari tujuh bait atau
lebih. Bait-bait Burdah karya Imam al-Bushiry begitu representatif untuk dikategorikan sebagai
Qashidah. Selain karena banyaknya jumlah bait juga karena karya tersebut telah memenuhi kaidah
nahwu, sharaf, balaghah stilistik serta terikat dengan wazan syi’ir dan qafiah (Khairi : Islam dan
Budaya Masyarakat, hlm. 229) 13
Khairi, Islam & Budaya Masyarakat, hlm. 230.
5
selama bertahun-tahun tiba-tiba sembuh total. Keajaiban yang dialami Imam al-
Bushiry tersebutlah yang menjadi alasan utama terhadap penamaan Qashidah
Burdah itu sendiri. Bahkan, keajaiban yang terjadi pada al-Bushiry tersebut
berkembang dari zaman ke zaman hingga muncul kepercayaan bahwa Qashidah
Burdah memiliki kekuatan supranatural.
Dalam lintasan sejarah, kedalaman cinta al-Bushiry pada Nabi Muhammad
Saw, yang tertuang dalam setiap bait Qashidah Burdah serta keajaiban yang
dialami Imam al-Bushiry telah mampu menginspirasi dan memberikan pengaruh
sepiritual yang sangat berarti bagi umat Islam di lima benua, yaitu benua Asia,
Afrika, Eropa, Amerika, dan Australia.14
Bahkan, begitu banyak masyarakat
muslim yang percaya bahwa Qashidah Burdah memiliki kekuatan supranatural
yang dapat menolak bala’ serta mampu mengobati berbagai macam penyakit.
Kepercayaan sebagian umat Islam akan adanya kekuatan supranatural yang
terdapat dalam Qashidah Burdah tersebut. Pada tahap selanjutnya, kepercayaan
tersebut memunculkan berbagai bentuk ekspresi religius yang dikemas dalam
bentuk tradisi keagamaan seperti halnya tradisi pembacaan Qashidah Burdah
terhadap orang sakit yang dilaksanakan oleh masyarakat Sera Timur.
Tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit yang
dilaksanakan di Desa Sera Timur tersebut merupakan salah satu contoh adanya
beragam ekspresi religius yang muncul di berbagai belahan dunia. Masing-masing
wilayah tertentu pastilah mempunyai tata cara pelaksanaan upacara yang berbeda
dari wilayah-wilayah lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut dikarenakan adanya
14
Fadlil Munawwar Manshur, Resepsi Kasidah Burdah Al-Bushiry, hlm. 108
6
pengaruh struktur sosial yang melingkupinya serta adanya perbedaan maksud dan
tujuan dari pelaksanaan tradisi pembacaan Qashidah Burdah.
Bagi masyarakat Sera Timur, tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap
orang sakit memiliki makna, fungsi dan pengaruh tersendiri bila dibandingkan
dengan tradisi pembacaan Qashidah Burdah yang dilaksanakan di tempat-tempat
lain di berbagai belahan dunia, khususnya di Indonesia. Meski demikian, tidak
mustahil bila dalam setiap pelaksanaan tradisi pembacaan Qashidah Burdah di
berbagai daerah memunculkan pola-pola umum yang hampir serupa satu sama
lain. Pola-pola umum yang terdapat dalam berbagai tradisi pembacaan Qashidah
Burdah di berbagai daerah terletak pada esensi atau tujuan dari pelaksanaan tradisi
pembacaan Qashidah Burdah. Tradisi pembacaan Qashidah Burdah yang muncul
dalam banyak warna dan beraneka ragam, dapat dikatakan kesemuanya bertujuan
untuk mendapatkan syafa’at dari Allah SWT. Dengan demikian, maka perbedaaan
tradisi pembacaan Qashidah Burdah yang dilaksanakan di berbagai daerah
terletak pada teknik (tata cara) dan sepesifikasi tujuan dari pelaksanaan tradisi
pembacaan Qashidah Burdah tersebut.
Masyarakat Sera Timur yang mayoritas penduduknya adalah kaum
Nahdliyyin,15
memaknai tradisi pembacaan Qashidah Burdah sebagai bentuk dari
sikap tawakkal kepada Allah SWT, yakni tradisi pembacaan Qashidah Burdah
dijadikan sebagai jalan terakhir dari ikhtiar manusia. Tradisi pembacaan Qashidah
Burdah tidak akan dilaksanakan apabila penyakit yang diderita masih dapat
15
Nahdliyyin adalah sebutan bagi warga Nahdlatul Ulama’ (NU)
7
diobati melalui pengobatan medis maupun melalui Dukun.16
Ketika pengobatan
secara medis maupun melalui Dukun sudah dianggap tidak mampu, maka tradisi
pembacaan Qashidah Burdah dianggap sudah pantas dilaksanakan. Dengan
demikian, pembacaan Qashidah Burdah di sini dapat dikatakan sebagai jalan
terakhir untuk keluar dari berbagai musibah, yakni dengan cara mengembalikan
segala urusan kepada Allah SWT.
Melalui gambaran singkat di atas, perbedaan tradisi pembacaan Qashidah
Burdah yang dilaksanakan di Desa Sera Timur dengan berbagai tradisi pembacaan
Qashidah Burdah yang dilaksanakan di daerah-daerah lain terletak pada tata cara
pelaksanaan tradisi pembacaan Qashidah Burdah itu sendiri. Perbedaan tata cara
pelaksanaan dari sebuah tradisi tersebut menunjukkan adanya perbedaan makna,
fungsi dan, pengaruh terhadap masyarakat setempat.
Di daerah-daerah lain, pembacaan Qashidah Burdah sering kali di
laksanakan dengan tujuan memohon syafaat dari Allah SWT agar terhindar dari
wabah penyakit serta mara bahaya. Hal demikian menunjukkan bahwa tradisi
pembacaan Qashidah Burdah di sini dijadikan sebagai upaya pencegahan akan
adanya berbagai wabah dan mara bahaya yang dapat menimpa manusia.
Sedangkan dalam tradisi pembacaan Qashidah Burdah yang dilaksanakan di Desa
Sera Timur sendiri mempunyai tujuan yang sifatnya lebih spesifik, yakni untuk
mendapatkan syafa’at dari Allah SWT agar diberi kemudahan untuk keluar dari
16
Kata “Dukun” di atas tidaklah sama dengan arti dukun pada umumnya yang seringkali
mengandung konotasi “negatif”. Dukun menurut perspektif masyarakat setempat adalah orang-
orang tertentu, baik itu dari kalangan Kiai (pemuka agama) maupun dari kalangan masyarakat
umum, yang mempunyai keahlian supranatural dan dapat mengobati berbagai penyakit secara
magis. Penyebutan Dukun terhadap seseorang datang dari masyarakat setempat yang sering kali
menggunakan jasa dukun dalam penyembuhan berbagai macam penyakit (hasil wawancara dengan
sebagian warga Sera Timur).
8
wabah penyakit yang sedang di derita. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
tradisi pembacaan Qashidah Burdah di sini oleh masyarakat setempat dijadikan
sebagai alternatif terakhir ketika berbagai upaya yang dilakukan sudah tidak dapat
membuahkan hasil.
Salah satu keunikan lain yang terdapat dalam tradisi pembacaan Qashidah
Burdah tersebut adalah adanya keyakinan masyarakat yang begitu mendalam
bahwa dalam jangka waktu tiga hari setelah Qashidah Burdah dibacakan, maka
sang penderita sakit akan mengalami dua kemungkinan yakni sembuh total atau
menemui ajal. Adanya batasan waktu yang diyakini oleh masyarakat setempat
tentunya diidentifikasi berdasar pada pengalaman masyarakat setempat setelah
bertahun-tahun melaksanakan tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap
orang sakit. Meski demikian, juga ada sebagian yang beranggapan bahwa batasan
waktu yang ditentukan tersebut tidaklah mutlak, karena mereka percaya bahwa
segala ketentuan berada dibawah kuasa Allah SWT.
Beberapa keunikan yang telah dipaparkan di atas serta adanya kepercayaan
yang begitu kental terhadap syafa’at Qashidah Burdah itulah yang menjadi
pendorong utama bagi penulis untuk mengadakan penelitian lebih mendalam
mengenai tradisi Qashidah Burdah terhadap orang sakit yang dilaksanakan oleh
masyarakat Sera Timur tersebut. Hal demikian penulis lakukan demi mendapatkan
pemahaman yang kompleks mengenai tradisi pembacaan Qashidah Burdah
tersebut, khususnya mengenai keunikan, makna, fungsi dan pengaruhnya terhadap
masyarakat setempat.
9
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada
penggalian makna, fungsi dan pengaruh dari pelaksanaan tradisi pembacaan
Qashidah Burdah terhadap orang sakit yang dilaksanakan oleh masyarakat Sera
Timur, tentunya dilihat dari konteks sosial-budaya, sosial-ekonomi, sosial-
keagamaan serta melalui tata cara pelaksanaan dari tradisi pembacaan Qashidah
Burdah tersebut.
Agar kajian ini tidak melebar dan lebih terarah maka penulis di sini
membatasi pembahasan pada tiga pokok permasalahan yang dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana latar belakang munculnya tradisi pembacaan Qashidah Burdah
terhadap orang sakit di Desa Sera Timur Kecamatan Bluto Kabupaten
Sumenep Propinsi Jawa Timur?
2. Apa makna tradisi pembacaan Qashidah Burdah bagi masyarakat Desa
Sera Timur Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Propinsi Jawa Timur?
3. Apa fungsi dan pengaruh tradisi pembacaan Qashidah Burdah bagi
masyarakat Desa Sera Timur Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep
Propinsi Jawa Timur?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya tradisi pembacaan Qashidah
Burdah terhadap orang sakit di Desa Sera Timur Kecamatan Bluto
Kabupaten Sumenep Propinsi Jawa Timur
10
2. Untuk mengetahui makna tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap
orang sakit bagi masyarakat Desa Sera Timur Kecamatan Bluto Kabupaten
Sumenep Propinsi Jawa Timur
3. Untuk mengetahui fungsi dan pengaruh tradisi pembacaan Qashidah
Burdah terhadap orang sakit bagi masyarakat Desa Sera Timur Kecamatan
Bluto Kabupaten Sumenep Propinsi Jawa Timur.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah
1. Sebagai sumber khasanah ilmu pengetahun antropologi budaya
2. Sebagai sumbangan keilmuan guna menunjang perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang antropologi budaya
3. Untuk memperkenalkan tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap
orang sakit pada kalangan akademisi dan masyarakat pada umumnya
D. Tinjauan Pustaka
Sejauh ini, dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik
yang berbentuk buku, artikel, dan skripsi, secara keseluruhan masih belum ada
yang mengangkat tema mengenai tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap
orang sakit seperti yang ada di Desa Sera Timur tersebut. Sebagian besar
penelitian-penelitian terdahulu membahas Qashidah Burdah sebagai sebuah karya
sastra arab.
Penelitian oleh Syihabuddin yang berjudul “Analisis Sruktur Kasidah
Burdah, Intertektualitas, dan Fungsinya Bagi Masyarakat”.17
Hasil penelitian ini
17
http://www.google.com, update 12 Maret 2012, pukul 21:45 WIB
11
lebih memfokuskan kajiannya mengenai struktur naskah Qashidah Burdah baik
berkenaan dengan teks maupun makna yang terkandung dalam naskah Qashidah
Burdah itu sendiri. Selain itu, penelitian ini juga menyinggung tentang fungsi
Qashidah Burdah (sebagai sebuah karya sastra) dengan mengadakan
perbandingan fungsi dan pengaruhnya bagi masyarakat Arab dengan masyarakat
kalangan pesantren khususnya di Kecamatan Cicalengka Bandung Jawa Barat,
terutama terkait dengan perkembangan kesusastraan di dua daerah tersebut.
Hasil penelitian Fadlil Munawwar Manshur dengan judul “Resepsi
Kasidah Burdah Al-Busyiri Dalam Masyarakat Pesantren” yang dimuat dalam
jurnal HUMANIORA Volume 18 nomor 2 Juni 2006. Objek dalam penelitian ini
adalah keberadaan Qashidah Burdah di tengah masyarakat pesantren yang ada di
Jawa Barat. Penelitian ini mengkaji Qashidah Burdah sebagai sebuah karya sastra
yang memberikan pengalaman kesastraan tersendiri bagi pembaca serta memberi
resonansi-resonansi baru di antara pembacanya. Adapun yang menjadi titik tekan
dalam penelitian ini adalah pembaca dari Qashidah Burdah itu sendiri. Fadlil
Munawwar dalam makalah ini memaparkan bahwa pembaca sebuah karya sastra
mempunyai peran yang begitu urgen terhadap keberadaan karya sastra itu sendiri.
Sebuah karya sastra bukanlah apa-apa tanpa partisipasi aktif dari pembaca.
Dengan demikian, adanya sebuah tanggapan dan resepsi terhadap sebuah karya
sastra menjadi sebuah keniscayaan.
Buku karya KH. M. Syarwani Abdan yang berjudul “Qoshidah Burdah
Imam al-Busyiri, Terjemahan, Penjelasan, Faidah & Khasiat”. Buku ini
merupakan bentuk terjemahan Qosidah Burdah yang dilengkapi dengan
12
penjelasan dan penafsiran mengenai makna yang terkandung dalam setiap bait
Qashidah Burdah. Selain itu, secara umum buku ini juga berupaya mengkaji
mengenai khasiat dan faedah Qashidah Burdah bagi umat Islam di seluruh dunia.
Artikel ilmiah yang ditulis oleh Drs. K.H. Khairi, M.Ag. yang berjudul
“Estetika Qasidah Burdah Karya Al-Bushairy” yang terkumpul dalam buku
berjudul “Islam dan Budaya Masyarakat” (2008). Tulisan ini lebih merupakan
penelitian Qashidah Burdah sebagai sebuah karya sastra yang menjadikan fokus
kajiannya pada nilai estetika yang terkandung dalam Qashidah Burdah ditinjau
dari dua sisi yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik, keindahan Qashidah
Burdah dapat dilihat dari terpenuhinya kriteria dan ketentuan menurut standar
umum sebuah karya sastra. Selain itu, keindahan Qashidah Burdah juga dapat
ditemukan melalui keindahan lafadz dan makna yang terkandung di dalmnya.
Sedangkan secara ekstrinsik, Khairi memaparkan bahwa keindahan Qashidah
Burdah terletak pada kesesuaian dan korelasi antara suasana yang ada pada diri
penyair dengan kandungan makna yang terkandung dalam Qashidah Burdah itu
sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Qashidah Burdah bukanlah
sebuah puisi yang ditulis hanya berdasarkan imajinasi liar penyair, akan tetapi
setiap baris dari syair tersebut ditulis dengan penjiwaan yang begitu mendalam.
Karya-karya terdahulu seperti tersebut di atas kebanyakan membahas
Qashidah Burdah bukan sebagai sebuah tradisi, tetapi menilik Qashidah Burdah
sebagai sebuah karya sastra Islam klasik yang mepunyai keindahan struktur
bahasa dan makna yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, belum ada
kajian yang secara spesifik membahas tentang tradisi pembacaan Qashidah
13
Burdah. Oleh sebab itulah penulis beranggapan bahwa penelitian ini penting
untuk dilakukan. Selain karena belum ada kajian tentang tema tersebut, penelitian
ini juga penting untuk menambah khazanah keilmuan terkait dengan berbagai
fenomena kebudayaan, khususnya tradisi pembacaan Qashidah Burdah yang
akhir-akhir ini kian menyebar di berbagai pelosok nusantara.
E. Landasan Teori
Teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsional-
struktural Herbert Spencer (1985). Teori fungsional-struktural dijadikan sebagai
sebuah kerangka berfikir dalam melakukan pengkajian terhadap tradisi
pembacaan Qashidah Burdah yang dilaksanakan oleh masyarakat Sera Timur,
terutama terkait dengan makna, fungsi dan pengaruh tradisi tersebut terhadap
masyarakat Sera Timur. Dengan demikian, penggunaan teori fungsional-
struktural sebagai sudut pandang dalam penelitian etnografi ini menjadi sangat
relevan.
Teori fungsional-struktural merupakan suatu konsep berfikir yang lebih
menekankan pada pemenuhan fungsi dari berbagai elemen yang terkandung dalam
suatu struktur sosial demi terciptanya stabilitas sosial. Menurut penganut
fungsional-struktural, masyarakat dianalogikan sebagai sebuah organisme hidup
yang di dalamnya terdapat berbagai organ yang saling terkait antara satu dengan
yang lainnya.
14
Spencer (1895), seperti yang dikutip oleh Margaret M. Poloma (2007: 24),18
menegnalogikan struktur sosial dengan struktur biologi manusia. Seperti halnya
struktur biologi, struktur sosial juga terdiri dari beberapa elemen yang saling
terkait antara satu dengan yang lain. Terkait dengan hal itu, Spencer
mengungkapkan beberapa alasan mengenai adanya pola yang sama antara struktur
sosial dengan organisme hidup seperti halnya berikut :
1. Kesamaan masyarakat dan organisme hidup adalah keduanya sama-sama
mengalami pertumbuhan
2. Semakin besar ukurannnya, baik struktur sosial maupun organisme hidup,
maka semakin banyak pula bagian-bagian yang terkandung di dalamnya.
3. Bagian-bagian yang ada dalam struktur sosial maupun organisme hidup
memiliki fungsinya masing-masing.
4. Perubahan yang dialami suatu bagian tertentu dalam struktur sosial
maupun organisme hidup akan memberikan pengaruh terhadap bagian
yang lainnya.
5. Meskipun bagian-bagian dalam struktur sosial maupun organisme hidup
merupakan satu kesatuan yang saling terkait, akan tetapi bagian-bagain
tersebut merupakan sebuah struktur mikro yang dapat dikaji secara
terpisah.
Hal tersebut di atas menunjukakan bahwa struktur sosial merupakan satu-
kesatuan dari berbagai elemen layaknya sebuah organisme hidup. Perlu dipahami,
keberadaan berbagai elemen tersebut menunjukkam adanya perbedaan struktur
18
Margaret M. poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 24.
15
dan fungsi masing-masing elemen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
setiap elemen memiliki pengaruh serta fungsinya masing-masing yang dapat
menentukan tercapainya stabilitas dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.
Menurut Brinkerhoff dan White (1989), yang dikutip oleh Herien
Puspitawati (2009), ada tiga asumsi utama yang dianut oleh para penganut
fungsional-struktural yaitu evolusi, harmoni dan, stabilitas.19
Dari tiga hal
tersebut, stabilitas lebih di utamakan ketimbang dua hal yang lainnya demi
menentukan sejauh mana suatu kelompok masyarakat dapat bertahan. Suatu
kelompok masyarakat tertentu akan stabil apabila setiap elemen yang ada di
dalamnya bergerak sesuai struktur dan fungsinya masing-masing.
Dengan demikian, penggunaan teori fungsional-struktural sebagai
kerangka berfikir dalam penelitian ini menjadi sangat relevan. Melalui sudut
pandang fungsional-struktural, penulis memposisikan tradisi pembacaan
Qashidah Burdah sebagai salah satu elemen yang memiliki fungsi dan pengaruh
terhadap realitas sosial di sekitarnya khususnya bagi masyarakat Sera Timur.
Selain itu, melalui teori fungsional-struktural tersebut penulis berusaha
mengungkap dialektika yang terjalin antara tradisi pembacaan Qashidah Burdah
terhadap orang sakit dengan realitas sosial di sekitarnya yakni kondisi geografis,
sosial-budaya, sosial-ekonomi dan, sosial-keagamaan.
19
Herien Puspitawati, Teori Struktural Fungsional dan Aplikasinya Dalam Kehidupan
Keluarga, (Bogor : Bahan Ajar ke-3 M.K. Pengantar Ilmu Keluarga I.K.K. 211 Institut Pertanian
Bogor : 2009), hlm. 1.
16
F. Metode Penelitian
Dalam kaitannya dengan penelitian yang telah dilakukan, penulis di sini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian etnografis. Hal ini
penulis lakukan untuk mendeskripsikan realitas di lapangan yang begitu
kompleks. Seperti layaknya dalam penelitian kualitatif, kompleksitas data di
lapangan menjadi begitu penting bagi penulis karena penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan gambaran yang kompleks mengenai sebuah tradisi,
mengungkap makna yang tersembunyi, serta mengembangkan teori dengan cara
melakukan studi pada situasi alamiah (naturalistik) dari sebuah realitas di
lapangan.
1. Metode Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder,
dimana keduanya bersifat saling melengkapi satu sama lain. Data primer di sini
merupakan data yang penulis peroleh dari lapangan dengan pengamatan,
wawancara mendalam dan dokumentasi. Adapun data sekunder dalam penelitian
ini adalah data yang penulis peroleh dari hasil penelusuran berbagai dokumen,
jurnal, majalah, buku, koran yang berhubungan dengan tema dan fokus
penelitiaan ini.
Adapun metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi ini merupakan sebuah metode pengamatan langsung
terhadap masyarakat Desa Sera Timur Kecamatan Bluto Kabupaten
17
Sumenep Jawa Timur. Menurut Bugin (2007 : 115-117), ada beberapa
metode observasi yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu : (1)
observasi partisipasi, (2) observasi tidak terstruktur, dan (3) observasi
kelompok.20
Karena penelitian ini dilakukan oleh perseorangan, maka
metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
observasi partisipasi dan observasi tidak terstruktur.
Metode observasi pastisipasi dapat diartikan sebagai metode
pengumpulan data melalui pangamatan dan penginderaan di mana
penulis terlibat langsung dalam keseharian informan.21
Dengan
menggunakan metode observasi partisipasi tersebut, penulis dapat
mamahami pola pikir dan pola kehidupan masyarakat yang diteliti.
Adapun yang dimaksud dengan metode observasi tidak terstruktur
adalah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman
observasi yang bersifat mutlak22
seperti halnya yang sering dilakukan
dalam penelitian kuantitatif. Maksud dari penggunaan metode tersebut
agar dalam penelitian yang direncanakan, penulis dapat
mengembangkan pengamatan penulis berdasarkan perkembangan
proses penelitian di lapangan.
b. Wawancara
Wawancara (interview) adalah cara untuk mendapatkan data
melalui pembicaraan secara teratur, demi kepentingan sebuah
20
M. Burhan Bugin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group : 2007), hlm. 115-117. 21
Ibid., hlm. 115. 22
Ibid, hlm. 116.
18
penelitian.23
Wawancara dalam penelitian ini merupakan metode
utama untuk mendapatkan data primer yang menjadi sumber utama.
Dalam penelitian ini, setidaknya ada dua metode wawancara yang
penulis gunakan yaitu; wawancara mendalam (in-depth interview) dan
wawancara terarah (guided interview). Teknik wawancara mendalam
di sini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi (keterangan,
pendirian, dan pendapat secara lisan)24
dari informan yang telah dipilih
secara acak. Adapun yang dimaksud dengan wawancara terarah
merupakan sebuah metode yang menggunakan kerangka acuan yang
telah ditentukan. metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang
sesuai dengan tujuan penelitian.
Selain itu, dalam rangka menciptakan suasana yang efektif dalam
proses berjalannnya wawancara, penulis menentukan tahapan-tahapan
sebagai berikut ; 1) memperkenalkan diri, 2) menjelaskan maksud
kedatangan, 3) menjelaskan materi wawancara, dan 4) mengajukan
pertanyaan.25
c. Dokumenter
Dalam pengumpulan data tertulis, yakni data sekunder atau data
yang secara tidak langsung menunjang penelitian ini, digunakan
metode dokumenter. Metode dokementer merupakan sebuah metode
yang dilakukan dengan penyelidikan terhadap penguraian dan
23
Sarjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta : Raja Grafindo : 1993), hlm. 15. 24
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta :
Prenada Media : 2005), hlm. 69. 25
Hadi Sabari Yunus, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar : 2010), hlm. 358.
19
penjelasan mengenai tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap
orang sakit yang terjadi pada masa lalu melalui dokumen, buku, jurnal,
surat kabar, dan pustaka lainnya.
2. Analisis Data
Analisis data merupakan tahapan penelitian yang cukup penting demi
memperoleh keabsahan data. Analisis data dapat juga diartikan sebagai upaya
menyusun data, kategorisasi, klasifikasi, dan penyederhanaan data yang telah
diperoleh dari lapangan melalui observasi, wawancara, dan dokumenter. Dalam
hal ini, proses penyusunan, klasifikasi, kategorisasi dan penyederhanaan
dilakukan melalui konsep matang yang telah ditentukan demi keefektifan sebuah
analisis data.
Adapun langkah-langkah analisis data yang penulis lakukan setidaknya
ada empat langkah sebagai berikut :26
a. Data dikumpulkan berdasarkan kerangka berfikir (teori) yang
digunakan
b. Data diseleksi agar ditemukan data yang relevan dengan fokus
pembahasan
c. Data disusun (dikonstruk) sesuai dengan alur penelitian.
d. Data ditafsir (interpretasi) sesuai dengan konteks yang dikembangkan.
3. Keabsahan Data
26
Radjasa Mu’tasim, Metode Analisis Data, dalam M. Amin Abdullah Dkk., Metodologi
Penelitian Agama : Pendekatan Multi Disipliner, (Yogyakarta : Lembaga Penelitian UIN Sunan
Kalijaga : 2006), hlm. 219.
20
Sebagai upaya penulis untuk menghindari data yang kurang kredibel maka
langkah yang selanjutnya adalah pengujian data. Adapun langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut :27
a) Kredibilitas. Metode yang pertama yang penulis lakukan adalah
menguji kredibilitas data. Adapun langkah-langkah yang penulis
lakukan dalam tahapan ini adalah sebagai berikut :
1. Memperpanjang masa pengamatan. Metode ini dimaksudkan
meningkatkan kredibilitas data yang dikumpulkan, dapat
mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari
responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden
terhadap penulis dan juga kepercayaan diri penulis sendiri.
2. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci.
3. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data dengan cara
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
4. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat
27
Bugin, B., Analisis data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Premada Media Group ; 2003),
hlm. 78.
21
5. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan
dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-
pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengapliakasikannya
pada data, serta dengan mengajukan pertanyan-pertanyaan tentang
data.
b) Transferabilitas. Metode ini merupakan sebuah langkah untuk
menentukan apakah penelitian ini dapat diterapkan pada situasi lain.
c) Dependability. Metode ini adalah tahapan untuk menentukan apakah
hasil penelitian ini mengacu pada konsistensi penulis dalam
mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep
ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
d) Konfirmabilitas. Metode ini merupakan langkah terakhir dalam
menentukan keabsahan data yakni sebagai upaya untuk menguji apakah
hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya yang mana hasil
penelitian ini sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan
dalam laporan lapangan. Metode dilakukan dengan cara mendiskusikan
hasil penelitian dengan orang lain yang tidak ikut dan tidak
berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan
objektifitas data.
4. Laporan Penelitian
Langkah terakhir dari sebuah penelitian adalah laporan hasil penelitian.
Laporan ini bertujuan untuk menyajikan informasi yang telah penulis peroleh
dari lapangan. Dengan demikian, bahwa tahapan terakhir ini merupakan sebuah
22
tahapan yang sangat menentukan dalam mencapai tujuan penelitian, yakni untuk
mengetahui fungsi, makna, dan pengaruh Qashidah Burdah terhadapap
masyarakat Desa Sera Timur.
Menurut Akhmad Patiroy, laporan penelitian bukan sekedar bentuk
pertanggungjawaban terhadap lembaga (pemberi dana) atau instansi yang
berkepentingan dengan laporan penelitian tersebut, tetapi lebih dari itu
merupakan alat evaluasi bagi kredibilitas dan profesionalitas seorang penulis
dalam memaparkan temuan penelitiannya melalui suatu prosedur, metode, teknik
penelitian yang benar serta teori ilmu pengetahuan yang diaplikasikan.28
G. Sistematika Pembahasan
Sebagai upaya agar laporan hasil penelitian ini dapat dipahami dengan
mudah, maka penulis menyusun laporan tersebut berdasarkan pada sistematika
pembahasan sebagai berikut :
BAB I adalah pendahuluan. Dalam bab ini penulis mamaparkan secara
umum mengenai segala sesuatu yang menjadi landasan utama dalam proses
keberlangsungan penelitian ini yang meliputi latar belakang masalah, batasan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan. Hal demikian merupakan sebuah upaya
yang penulis lakukan untuk menentukan dan merumuskan arah penelitian yang
dilakukan demi tercapainya tujuan dari penelitian tersebut.
28
Akhmad Patiroy, Teknik Penelitian Laporan, dalam M. Amin Abdullah Dkk.,
Metodologi Penelitian Agama : Pendekatan Multi Disipliner, (Yogyakarta : Lembaga Penelitian
UIN Sunan Kalijaga : 2006), hlm. 225.
23
BAB II berisikan tentang gambaran umum mengenai kondisi masyarakat
Desa Sera Timur Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Terkait
dengan pembahasan mengenai kondisi masyarakat Sera Timur tersebut, maka
penulis di sini mengklasifikasikannya menjadi empat bagian yaitu pembahasan
mengenai kondisi geografis, kondisi sosial-budaya, kondisi sosial-ekonomi dan
kondisi sosial-keagamaan.
BAB III tentang latar belakang dan proses pelaksanaan tradisi pembacaan
Qashidah Burdah terhadap orang sakit di Desa Sera Timur Kecamatan Bluto
Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang
munculnya tradisi pembacaan Qashidah Burdah itu sendiri khususnya terkait
dengan latar belakang historis dan latar belakang sosiologis. Selain itu, bab ini
juga membahas mengenai prosesi pelaksanaan tradisi pembacaan Qashidah
Burdah yang didalamnya membahas tentang persiapan pelaksanaan dan proses
berlangsungnya pelaksanaan tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang
sakit di Desa Sera Timur.
BAB IV merupakan pembahasan pokok dalam penelitian ini. Dalam bab
ini, penulis membahas mengenai makna, fungsi serta pengaruh pelaksanaan tradisi
pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit bagi masyarakat Desa Sera
Timur Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Jawa Timur.
BAB V adalah penutup. Bab ini membahas mengenai inti pokok atau
kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya. Dalam bab ini sebenarnya merupakan
bentuk penegasan kembali dari hasil penelitian yang berisikan tentang
kesimpulan, saran-saran dan bibliografi.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tradisi pembacaan Qashidah Burdah merupakan sebuah tradisi yang
diwariskan secara turun-temurun oleh para nenek moyang. Kemuculan tradisi
pembacaan Qashidah Burdah diawali dengan terjadinya peristiwa ajaib—yaitu
berupa kesembuhan dari penyakit lumpuh—yang dialami Imam al-Bushiry setelah
membacakan Qashidah Burdah dengan penuh penghayatan yang begitu
mendalam hingga meneteskan air mata dan tertidur.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Qashidah Burdah menjadi populer di
kalangan masyarakat umum. Bahkan, karena kejaiban itulah sebagian besar
masyarakat mempercayai bahwa Qashidah Burdah memiliki kekuatan
supranatural yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Kepercayaan terhadap
keajaiban Qashidah Burdah tersebut berkembang dari zaman ke zaman. Bahkan,
sampai saat ini pun kepercayaan tersebut masih nampak begitu kental dikalangan
masyarakat penikmat Qashidah Burdah, termasuk didalamnya adalah masyarakat
Sera Timur.
Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa kemunculan tradisi
pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit di Desa Sera Timur dilatar
belakangi oleh adanya kepercayaan turun-temurun (latar belakang historis) dan
diperkuat pula oleh adanya pengalaman-pengalaman ajaib (latar belakang
sosiologis) yang dialami masyarakat Sera Timur ketika melaksanakan tradisi
Qashidah Burdah tersebut.
87
Masyarakat Sera Timur memaknai tradisi Qashidah Burdah tersebut
sebagai salah satu media tawassul untuk mendapatkan syafaat dari Allah SWT
agar diberikan jalan kemudahan, baik kemudahan dalam bentuk kesembuhan
maupun kemudahan dalam menenui ajal. Selain itu, masyarakat Sera Timur juga
memaknai tradisi tersebut sebagai salah satu media yang dapat mengokohkan
nilai-nilai kekeluargaan dalam masyarakat Sera Timur.
Tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang sakit ini memiliki
beberapa fungsi yakni fungsi sosial-perekonomian, fungsi sosial-keagamaan, dan
fungsi sosial-kebudayaan. Dalam konteks perekonomian, media pengobatan
melalui tsyafaat Qashidah Burdah ini jauh lebih murah ketimbang berbagai
media pengobatan yang lain. Selain itu, masyarakat sekitar juga tidak perlu
memberikan sumbangan yang berbebntuk materi, tetapi mereka cukup
memberikan dukungan moril saja dengan cara menghadiri acara pembacaan
Qashidah Burdah tersebut.
Dalam konteks sosial-agama, tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap
orang sakit berfungsi sebagai salah satu media yang dapat memperkokoh
ketauhidan, ketabahan, dan keikhlasan dalam menghadapi musibah yang berupa
penyakit tersebut. Selain itu, tradisi tersebut juga berfungsi menamkan dan
memupuk sikap tawakkal kepada Allah SWT, yakni masyarakat semakin yakin
bahwa hanya Tuhanlah yang bisa menyelesaikan segala persoalan.
Dalam konteks sosial-kebudayaan, tradisi ini memiliki fungsi sebagai salah
satu wadah yang dapat melestarikan dan menumbuh kembangkan sikap tolong-
88
menolong, kekeluargaan, dan solidaritas sosial yang terdapat dalam diri
masyarakat Sera Timur
Selain itu, keberadaan tradisi pembacaan Qashidah Burdah terhadap orang
sakit juga telah mampu memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap
kehidupan masyarakat Sera Timur, khususnya dalam fenomena munculnya
kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memasyarakatkan Qashidah Burdah itu
sendiri, yaitu adanya berbagai kegiatan pengkajian-pembacaan Qashidah Burdah
di beberapa masjid dan langgar yang ada di daerah Sera Timur. Selain itu, adanya
tradisi tersebut telah mengakibatkan semakin meningkatnya keingin tahuan
masyarakat tentang Qashidah Burdah, yakni semakin banyaknya masyarakat yang
tertarik mengikuti kajian-kajian terhadap isi dari Qashidah Burdah itu sendiri.
B. Saran-Saran
Berangkat dari adanya beberapa kesimpulan mengenai tradisi Qashidah
Burdah terhadap orang sakit yang dilaksanakan oleh masyarakat Sera Timur,
setidaknya ada beberapa kekurangan dari pelaksanaan tradisi tersebut yang perlu
dibenahi dan ditingkatkan, baik yang berkenaan dengan praktek pelaksanaan
maupun reaksi atau pemahaman masyarakat setempat terhadap tradisi pembacaan
Qashidah Burdah itu sendiri.
Dalam lintasan sejarah, pada dasarnya Qashidah Burdah tersebut memiliki
berbagai macam manfa’at dan khasiat. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa
Qashidah Burdah tersebut tidak hanya mampu mengobati berbagai macam
penyakit, akan tetapi Qashidah Burdah tersebut juga memiliki berbagai macam
89
khasiat salah satunya yaitu dapat menolak bala’. Dengan demikian, menjadi
penting untuk mengembangkan pelaksanaan tradisi pembacaan Qashidah Burdah
tersebut dan tidak hanya terfokus pada penyembuhan penyakit semata. Hal
demikian menjadi penting dilakukan demi menghindari adanya pemahaman yang
parsial terhadap keberadaan Qashidah Burdah itu sendiri.
Selain itu, juga perlu adanya upaya pengkajian secara mendalam terhadap
Qashidah Burdah demi menciptakan sebuah pemaham yang lebih mendalam dan
koprehensif mengenai keberadaan Qashidah Burdah itu sendiri. Dengan
demikian, pemahaman-pemahaman yang mendekati pada kemusyrikan—
khususnya di kalangan masyarakat awam—dapat diminimalisir melalui media
pengkajian tersebut.
90
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurrahman, Masykuri, Burdah Imam al-Bushiri : Kasidah Cinta dari Tepi Nil
untuk Sang Nabi, Jawa Timur : Pustaka Sidogiri : 2009
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999.
Bugin, M. Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007.
_____________, Analisis data Penelitian Kualitatif, Jakarta : Premada Media
Group, 2003.
Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Versi Offline 1.1 Freeware
2010.
Hitti, Philip K., History of the Arabs, Yogyakarta : Serambi, 2005.
Khairi, K.H., Estetika Qasidah “Burdah” Karya Al-Busyairi, dalam Islam & Budaya
Masyarakat, Yogyakarta : Fajar Pustaka, 2008.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Mansoer, Tolchah, Sajak-Sajak Burdah Imam Muhammad al-Bushiri : Terjemahn,
Saduran, Pendhuluan,Yogyakarta : Adab Pres : 2006.
Mu’tasim, Radjasa, metode Analisis Data, dalam M. Amin Abdullah Dkk.,
Metodologi Penelitian Agama : Pendekatan Multi Disipliner, Yogyakarta :
Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006.
Patiroy, Akhmad, Teknik Penulisan Laporan, dalam M. Amin Abdullah Dkk.,
Metodologi Penelitian Agama : Pendekatan Multi Disipliner, Yogyakarta :
Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006.
Poloma, Margaret M., Sosiologi kontemporer, Jakarta : P.T. Raja Grafindo, 2007.
Soekanto, Sarjono, Kamus Sosiologi, Jakarta : Raja Grafindo, 1993.
Suyanto, Bagong, Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan,
Jakarta : Prenada Media, 2005.
Wiyata, Latief, Carok : Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura,
Yogyakarta : LKIS : 2006.
Yunus, Hadi Sabari, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2010.
Jurnal dan Makalah
Herien Puspitawati, Teori Struktural Fungsional dan Aplikasinya Dalam Kehidupan
Keluarga, Bogor : Bahan Ajar ke-3 M.K. Pengantar Ilmu Keluarga I.K.K. 211
Institut Pertanian Bogor : 2009.
Mashur, Fadlil Munawwar, Resepsi Kasidah Burdah Al-Bushiry Dalam Masyarakat
Pesantren, dalam HUMANIORA Volume 18. No.2 Juni 2006.
Website
http://majalah-alkisah.com/index.php/pustaka-online/235--burdah-imam-al-bushiri-
kasidah-cinta-untuk-sang-nabi
http://tqnjambi.wordpres.com/2010/11/30/mengenal-burdah
http://id.wikipedia.org/wiki/Tajwid
http://id.wikipedia.org/wiki/Nuzulul_Qur%27
DAFTAR INFORMAN
No. Nama Umur Pekerjaan Alamat
APARAT DESA
1. Hendri Firdaus 35 Kades Dusun Air Mata, Desa
Sera Timur
2. Bpk. Ramla 50 Kadus
Mondhu
Dusun Mondhu, Desa
Sera Timur
3. Bpk. Jawan 65 Kadus
Air Mata
Dusun Air Mata, Desa
Sera Timur
4. Bpk. Mudakki 63 Kadus
Kebunan
Dusun Kebunan, Desa
Sera Timur
TOKOH ULAMA/ KIAI
5. K. Amar 60 Kiai / Guru
ngaji
Dusun Air Mata, Desa
Sera Timur
6. K. Zuhdi 63 Kiai / Guru
Ngaji
Dusun Kebunan, Desa
Sera Timur
7. K.H. Wahab 70 Kiai / Guru
Ngaji
Dusun Kebunan, Desa
Sera Timur
8.
K. Mannnan 58 Kiai / Guru
Ngaji
Dusun Mandhu, Desa
Sera Timur
WARGA DUSUN KEBUNAN
9. Radiah 50 Petani Dusun Kebunan, Desa
Sera Timur
10. Bpk. Hani 73 Petani Dusun Kebunan, Desa
Sera Timur
11. Ny. Hj. Rahemah 64 Petani Dusun Kebunan, Desa
Sera Timur
12. H. Mas’odi 53 Petani Dusun Kebunan, Desa
Sera Timur
13 Bpk. Hosri 67 Petani Dusun Kebunan, Desa
Sera Timur
WARGA DUSUN MONDHU
14. H. Fadlal 67 Petani Dusun Mandhu, Desa
Sera Timur
15. Hafidz 58 Petani Dusun Mandhu, Desa
Sera Timur
16. Sunar 46 Petani Dusun Mandhu, Desa
Sera Timur
17. Haniyah 40 Petani Dusun Mandhu, Desa
Sera Timur
18. Sutahrip 62 Petani Dusun Mandhu, Desa
Sera Timur
WARGA DUSUN AIR MATA
19. Dahlan 65 Guru Dusun Air Mata, Desa
Sera Timur
20. Syakir 56 Pedagang Dusun Air Mata, Desa
Sera Timur
21. H. Faisal 46 Petani Dusun Air Mata, Desa
Sera Timur
22. Hakim 65 Petani Dusun Air Mata, Desa
Sera Timur
23. Sa’di 62 Petani Dusun Air Mata, Desa
Sera Timur
� ¨È®�g�U�¨�e�n=��
� Ê¿�e�u�����~�=dE�¦�ÊPlE������.�Ê���e���aE�¦� �Ê¿�e�E�¦��|�Ê°S=YEd��E�¦��=��u�É =����n�¦����?[
�� <�=��j�ÄfAU�ÇÀ¦�g�� �Ag�/�=f=Y����È¢
� Ê¿�eAU�W=�E��������Ã�g� �9S�v��È®�=X� �h��� W��rS=��Ê S=�E�Y������ ���g�¦�X��U���Ì¿È¢
� <��pʤ�����Ê S��E��.r�¦��|�ɼ�g�UE�¦��o��ÌÂÈ¢�ÌÂÈ¢� S=Y�����S=}?}E�¦�=XE�?��ÌÀʤ�����=����vÊ��S��=|� A�A����E~}=Y�j¦�=XE�?��ÌÀʤ���AUE�=�Ê��S���ÈÂ� ��Y=�E������T�aE�¦��.ÀÈ¢���T��n�¦��T�j�a��È¢� Ê¿Ag=q�p���ÈÂ���E�����<�A �jE���������U�S���
� Ǿ=�=q��=��u�9S�v��È®�̼Ag?Y���=��Ã����E�¦�=�����=�
1
� A�=��vE�¦�ÈÂ�ÊÀS�UE�¦�AgE�fÊ��=XE�Ê°È¢�=����.Â� Ì©�eA�=l�S����e�v�U�S� U�a��g�E�?Y�={��=�=|� A�=���j�¦�ÈÂ�At����e�¦�ɾÌÂ�e�u�����=��u��AU
� �����p��.Â�Ç �g�U�u���.q=d��e� ��E�¦�=X�UE[È¢�ÈÂ� A�=��vE�¦�ÈÂ�������e=d��=��u�Ê°S���UE�¦�ȾE[���
� ��=�È°ÈK=|�Ã����È¢������?{��=q�Ã�g�j����v=�� A�=�È��SAU�Ê©¦�.f�.��¦�ɵAg=Y�v�����T�aE�¦�ÈÂ
� Å È°f�v����0ÄÊ°Ef�vE�¦�Ã����E�¦��|���ÊQ=���S��� A�?�=Y���=��=XE}�nE�È¢���=��ÈÂ�����=�ʤ���0����� <gY=Y�j��AU�Ä��gj�=���ÈÂ��Ê�S�a���EY�e�u� A�j�aE���AU���ÊQȦ®�=���ÈÂ�Ê S�.l��E�¦�A��u
� ���v���jÈ¢�?X�j�.����=��� �n�/��¦���=Y�p�a��� A����n��|�ʾ¦�.f�vE�¦�A��u���Ta��E�¦��.Àʤ
� �Ê�=f�u��|�AT���.l�¦�� �n=��?X�����.Y¦���0�ʤ� A����/Y�¦�A��u�< �n?���|��e�v�UÈ¢��T���.l�¦�ÈÂ
2
� Ï� EX=r�v�.Y¦�S���Ê ����j�SAU��YÈ°S���È¢��.ÀÊN=|
� Ê¿�g��E�¦�ÈÂ�AT���.l�¦�Ag�f=�AU�S������ ����� Ã�g��ʾ��� E�¦�ʾ�v}E�¦������/©�e�uÈ¢�=���ÈÂ
� A�=l=Y�a����g��=y��jÌ¢�gAU����=�È¢�{���p� ÉÁ�g�0�ÈÂɦ�S�����0�Ȧ���=��uȦ�?XE�?����=�
� A�=Y=�E�SAU���E����Ê��¦�e�U�¦� gj�?X��=Y=�� S��Y��¦��=y�������ǬS��A ��0®�gAU���0������ A�� �/��S�U�ʾ��=dE�¦�ɬS��A ��/®�g���S��=�
� S��Y����=l��g�j=���nS�v��E�S�U�Ì¿�g=Y�=��=|� A�A��.��¦�È ����=l�Ä���=����È¿S�v�.q�¦��.Àʤ
� �=��u���T=l���E����?Y�ÌÀʤ�ʾE}�0q�S=���iE}�.��¦�ÈÂ� A�q=}E��������qE}=Y�ÌÀʤ�ÈÂ�Ê S�p��g�¦���T�a� �����0���?Y�ÌÀÈ¢�Ì°Ê S�a�ÈÂ�S��¦�����Ì»Ag�nS=|� A�n���ÌÂÈ¢�A��n�����.���=Y�S���Ã����E�¦��.Àʤ
3
� ;W��ÊQS�j�ʾS���uÈ��¦��|�����ÈÂ�S��u¦È°�ÈÂ� A�j?Y�=��=|���u�g��E�¦�X=��a=Y�j¦�����ÌÀʤ��.Â
� 9W=�YS=��Ê �g��E��0��Å �.f=��EX=���j�a���=�� A��j��e�¦��|������j�¦��.ÀÈ¢�Ê°�e�����=��?Z���a������� <t�Ul������.Â�Ç ��� ������iÊQS�j��e�¦�=kEd¦ÈÂ
� A�=d�/Y�¦���������g=l�W�n��Ed����.§�g=|� Ì©=��=Y��¦�e=��<����u������t����e�¦�ʹAgE}=Y�j¦�ÈÂ
� È¿�e�.��¦�=W����a�Ì¿�hE�¦�ÈÂ�Ê¿Ê°S�a��E�¦����� S��A�n�u¦�ÈÂ�ÈÀS=q���.l�¦�ÈÂ��iE}�.��¦�{Ê�S=d�ÈÂ� A�A��.YS=|�� �n�/��¦�ȽS�p��a���S�����ÌÀʤ�ÈÂ
� 9S�=��a�=����.Â�9S��n=d�S����E����tq?Y�=���ÈÂ� A�=��aE�¦�ÈÂ�A��n=dE�¦��e��=��É»Ag�v=Y�=XE�ÈK=|� Ǿ���u�=��AU�Ǿ��=������È��8¦��g}Ez=Y�jÈ¢� A�?��u�Äf�0��9���j=���AU�?X�U�j=���e=��.�
� �AU�É©�g��=YÌQ¦�S���������g��=dE�¦���?Y�g��È¢
4
� A��=Y�j¦���=���Ê���=��S��=|�?X��=�=Y�j¦�S���ÈÂ�� 9W=�|S=��Ê©����E�¦�Ⱦ�U=���/©Ì®�.Â�h=Y�=���ÈÂ
� A��nÈ¢���=���.Â�ǵ�g=|�Ã��j��0¾�nÉ¢����.��
� Ð� ��ʤ�È¿=���.r�¦�����aÈ¢������=W�.��j�?X��=�=r� Ê¿È°��.Â������g��p�¦�ÉÁS���e=��EX=�=YEl¦�ÊÀÈ¢� Ã��=q�ÈÂ�ÉÁÈ S=l�aÈ¢�<T=z�j�������e=l�ÈÂ� Ê¿È®È��¦�È»�gEY����9SaEl=��Ê È°S� aE�¦�=X�a=Y� <T��È ���������/l�¦�ɾS�UA E�¦���EYȮȦȰ�ÈÂ
� A���=l�S�����È¢�S��¦È°S=|��jE}�.����u� ��?YÈ°Â�g�p�S���|�ÉÁ�e��ɱ�Ì©�e�.�È¢�ÈÂ
� A��nvE�¦��=��u�¦ÌÂ�e�v=Y�=���È È°ÌÂ�g��p�¦��.Àʤ� �ú�÷�È È°ÌÂ�Â�Ó�S��E���e�¦��=�ʤ�¦���u�e=Y�={��=��ÈÂ
5
� Ê¿�e�vE�¦�����S��E���e�¦�Ê«�gEd=Y���=��ÉÁ=������.�� A���=�=��.[�¦�ÈÂ�A���=���=�E�¦��e���j��e����a��� A�� �u��.Â�ǧ�g�u�����A���=��Ag=}E�¦�ÈÂ
� �e�aÈ¢�=��=|���S�.��¦��g���¦�S=����AU=�� A��v=��=���ÈÂ���E���=���ʾ��=���|���g�UÈ¢
� ��?Y�uS=}=l��� �g?Y�Äf�.�¦��T��AU�aE�¦������ ��a=YE����ʾ¦����È��¦�������Ǿ������0¾?�Ê�
� �AU�ÈÀ��?�j��=Y�j��E�S=|�Ê��8¦��=�ʤ�S�uÈ®� A��n=}E����Ag��=y�Ǿ�U�aAU�ÈÀ��?�j��=Y�j��� �ê�ô�»��|��.Â��ê�ô�»��=|�������AU�.��¦�ȼS=|� Ê¿�g=��=����.Â�<�E�u��|�ÉÁ��?�¦�e�����=��ÈÂ� �i�=YE����Ê��8¦�ʾ���j�.°�����������/�?��ÈÂ
� A�����e�¦�������9S}ElÈ°�ÌÂÈ¢�Ag�a�UE�¦�������9S|�g=y� A����e�a��eE�u�����e=��ÈÀ��?}�¦ÈÂ�ÈÂ
6
� A�=�aE�¦�W=�E�=l�����ÌÂÈ¢�A�E�vE�¦�W=qE��/����� �þ�«È°���Ï�ÈÂ�ÉÁS=��v������=Y�Äf�.�¦�����=|� A��j�.��¦�ɥʰS�U�9SU���U�a�ÉÁS=}=q�n¦����?[� ��jS�a����|���Ag=l����u�Æ ��h=���
� A��j=�E�����g��=y���|�A��j�aE�¦��g����� =|� A�A����AU=���|�ÃÈ°S�n�.��¦���EY�u�.®¦�S���Ì È®
� A�=�=Y�a¦�ÈÂ���|�9Sa�e���=XÌQl�S��AU���?��a¦��.Â� Ç»�g=l�����=XÌQl�S����Y¦È ��=�ʤ��T�jE�¦�ÈÂ� A�=ru�����=XÌQl�S���ÊÁÊ°�e=���=�ʤ��T�jE�¦�ÈÂ
� ��=���i��=��Ê��8¦�ʾ���jÈ°��ò�Ô�ç��.ÀÊN=|� A�=}AU�;~qS=����E��u�ɧAg�v��=|���e�a
� 9S�=ru���?YS��¡�ÉÁÈ°�e=��EX�U�jS=����=�� A�����g�¦�Ȳʰ¦È®���u�e������a������j¦�����aÈ¢
� �AU�ɾ��?��vE�¦����v=Y�S��AU�S�.�a=Y�������=�
7
� A�A�=����=��ÈÂ��T=Y�g=����=�=|�S=���=��u�9Sn�ga� Ã�g����i��=�=|�ÉÁS=��v�������=|�ÃÈ°��E�¦����uÈ¢
� A�d=}E�����g��=y���|�e�v�UE�¦�ÈÂ�ʧ�g?�E�Ê�� e�v�U�����A���=����vE�Ê���g��Er=Y�Ai���.l�S=�� A���È¢�����É»�g�.q�¦��/¾�=Y��.Â�Å �g�z�n� ��=Y=����a�S��E���e�¦��|�ɽʰ�e���={��=��ÈÂ
� A�?��aE�SAU���E��u�¦���.��j=Y�Æ¿S���0��Æ¿��=�� �g=l�U����.�È¢���|�A�E�vE�¦�?x=��U��=|� A�A��0�?��Ê��8¦��ê�ô�»��g��=d����.�È¢�ÈÂ
� S��AU�É¿¦�g�E�¦�ɾ�j��g�¦��=YÈ¢�ÇÄ¡��/¾?��ÈÂ� A�A�AU�ÊÁÊ°���/�����EX=��n�.Y¦�S���.�ÊN=|
� S���U�¦��=�������Ǿ�p=|��i��=l����.�ÊN=|� A�=��/r�¦��|�ʲS�.��Ê��S��È°¦��E�È¢�ÈÀ�gA�Er��� ¦�e�������u�ÊÀ��=�E�¦��|�EX�v=�=q�¦È ʤ���.Y�a
8
� A���É��¦��gÊQS�j�EX���aÈ¢�ÈÂ�����=�S�vE�¦�S��� ;~?�?d���=�¦È±����AU=���ê�ô�¼�¥�Ì¿AgE�È¢
� A�j�.Y���AgElAUE�SAU�Ǿ�=YEl���A��j�aE�SAU� Ç»�g=l��|�Ê°�e�UE�¦��.Â�Ç»�g=q��|�Ag����h�S=�� A������|�Ag����e�¦��.Â�Ç¿�g=���|�Ag�a�UE�¦��.Â
� �Y=�=��� ��|�Æ®�g=|������ÈÂ����.�ÈK=�� A�=l�a��|�ÈÂ�ÉÁS=�E�=Y����a�<g=��j�u��|� Ç»�e�n��|�ÉÀ��?�E���E�¦�ÉL?�ÌL�/��¦�S���.�ÈK=�� A��j=Y�U���ÈÂ���E������êØ�ü�÷���e�v��������� ����?r�uÈ¢�����p�9SU�g?Y�ɾe�v����T�q�=��� A�[=YE����ÈÂ���E������êÌ�¬�ü�øó���U��?q
���
9
� Ñ� ÊÁAg�nE��u�AT�q����u�ÉÁ�eÊ������ÈÀS�UÈ¢� A�=Y=YEd���ÈÂ���E�����Ç ¦�e=Y�U����T�q�S��� �����.�È¢�ɲ�g?}E�¦���|�Ȳ��g=}=Y�Æ¿����
� A�=��0��¦�ÈÂ�ʲ��ÉQ�UE�¦�ʾ��?��aAU�¦ÌÂÉ°fE�É¢��e=�� Æ e�nE���������ÈÂ�Ã�g�j��ÉÀ¦����È¢�È©S�U�ÈÂ� A�ÊQ=Y?�����g��=y�Ã�g�j��ʧS�a�nÈ¢�ʾ��=l=�� {�jÈ¢�����ʲS=}E�È��¦�É �e�S=d�É°S�.��¦�ÈÂ
� Ê¿�e�j�����A����vE�¦���S�j��g���.��¦�ÈÂ����=��u� S��?Y�g���a�U�EX�pS=y�ÌÀÈ¢�É ÈÂS�j�È I�j�ÈÂ
� A�=r����a�r��=zE�SAU�S��ɮʰ¦ÈÂ��.®É°�ÈÂ� Ǿ=��U�����Ê S��E�SAU�S���Ê°S�.��SAU��.ÀÈK=�
� Ê¿�g�p�����Ê°S�.��SAU�S���Ê S��E�SAU��.Â�9S��h�a� ;W�vqS�j�É°¦��E�È��¦�ÈÂ�?{Y��=Y����A E�¦�ÈÂ
� A��=�������.Â�����v��������g��Er����/~�aE�¦�ÈÂ
10
� ��=��AgÊQS=l�UE�¦�ÉÀ=���uÊN=|�¦������n�ÈÂ�¦������u� A�?l=Y���=��Ê°¦=fE�Ê��¦�=W=�Ê°S�U�ÈÂ��t���j��
� ����?��S=��È¿¦��E�È��¦��g�UEdÈ¢�S���e�v�U����� A�?������=��È«����v��E�¦�����?��Ê®��.ÀÈKAU
� <T��?l������ê�çÉ��¦��|�¦��?���S�u�S����e�v�U�ÈÂ� A�=��n�����ʵ̰È��¦��|�S���=~E|�.Â�W��p=�E����� Æ¿Ah��E����A��a��E�¦�~�Ag=q����u�¦�e=y���.Y�a
� Ê¿Ah��E�����gE[ʤ�¦��?}E����A��qS���.l�¦������� W���g�UÈ¢�ɾS=q�UÈ¢�9SU�g��������.�ÈK=�
� Ê¿É°����=Y�a¦�.°������n�aE�SAU��g=��j�u�ÌÂÈ¢� S��A��Eq�UAU�< �AU�j=Y��e�v�U��AU�Ŧf�U=�
� A��=YE����Ê S=l�aÈ¢�����A ��U�j��E�¦�=f�U=���
11
� Ò� Å �eA S�j�É°S� ElÈ��¦��Y���u�eÊ��EXÈ S�� Ê¿�e=��=���U�ǼS�j��=��u����=�ʤ��l��=Y� EX�U=Y=��S���0��ŦgEq�j�Ì©�g=q�j�S���.�ÈK=�
� A�=��.��¦��|��0q=dE�¦�At�e�U�����S���uÌÂ�g?|� Å �gÊQS�j�È°S�j���.�È¢�W��S��=zE�¦�ɾE[�� A��a�Ag�A ��E��0��<i�qÈÂ���g�a����=Y� ��=���.Àʤ��0~=lE���E�¦�Ag��=�E�SAU�?X���jE�È¢� A��j=�E�¦�È È°ÌÂ�g�U����9W�U�j���AUE�=�����
� Ç¿�g=�������.Â�<g��=d�����É°S=zE�¦�Ã���a�S���ÈÂ� A��u���E��u�Ê°S�.}?�E�¦�������Ç»�g=q��/¾?���.Â
� S���g�����=��?~���e��n�¦�ÈÂ�Ê°S=zE�¦��|�ɼ�e��n�S=|� Ê¿È°È¢�����Ê°S=zE�SAU�S���ÈÀ��?���?���������ÈÂ
� �=��u�È©���U=�E��vE�¦�¦���/�=r�ÈÂ�È¿S���aE�¦�¦���/�=r� A��a=Y���=��ÈÂ��]�jE�=Y���=��W���Ag�UE�¦�Ag��=d
12
� W=}�uS�p������u�EX=�EyÈ¢�Ê��8¦�?W��S=��ÊÂ� A�?qÉ��¦�������ǾS�u����u�ÈÂ�Ê ÌÂÉ°��e�¦����� �AU�É©�g� =Y�j¦��.Â�9S����p��g����e�¦�����S�j�S��
� A��p�����=����E�����¦Å°¦��� �?XE��ÈÂ��.��ʤ� ÊÁe�������A��Ê°¦��e�¦����y�?X�j��=YE�¦�=���ÈÂ� A�=�=Y�j���Ag��=d�����Ã�e�.��¦�?X��=�=Y�j¦��.��ʤ� ��=���.Àʤ�ÉÁS��Ì£�/°�������a��E�¦�Ag�E�?Y�=��
� A�?������=��ÊÀS=����vE�¦�X��S=��¦È ʤ�9SUE�=�� �Y����U�/�������ǹ��?��U����a�Ƚ¦È �ÈÂ� A�=�=Y�a���ɾS�a���|��g=�E�����i��=�=|� <T�j=YE���AU����aÈÂ�S���É��8¦�ȽȰS�U=Y� A����.Y��AU�<T��=y��=��u�����U=��=����.Â
� e�aÈ¢��=��u��=}Ed���=�����g?zE�¦���?YS��¡� A�?������=��ʲS�.��¦������U�ɾ�e�vE�¦�S���ÌÂ�eAU� ��?Y�a¦È°�Ai���.��SAU�9SUnÈÂ�̩Ȧ�g�UÈ¢���=�
13
� A����.��¦�W=��U�0°������9SUÊ°È¢�EX=�=�EqÈ¢�ÈÂ� ��?Y���uÈ®�È S�U���.l�¦�=W�.���j�¦�X���aÈ¢�ÈÂ
� A�����e�¦�Ag�n�uÈ��¦��|�Å ��g?y�EX=��a���.Y�a� S��AU�ȬS=qAUE�¦�=XE�d�ÌÂÈ¢�È®S� �ǵʰS�vAU� Ê¿Ag�vE�¦�������9���j�ÌÂÈ¢¦������E�¦�������9SU���j
�� Ó
� Ì©�g��=r����.��Ç©ÌK��¡���}�nÈÂ�ÈÂ����uÈ®� A�=��u��=��u�9����=��Ã�g�E�¦�Ê°S=��È°�����Û� ��r=YE���������.Â�9S��j�a�É®¦È®�h����/°��e�S=|� A�r=YE�����g��=y�Ŧ°�e=���m?�E�����i��=��.Â� �=�ʤ�A �e��E�¦�ɾS��¡�ɾÈÂS=q=Y�S��=|
� A����0l�¦�ʼ=��EdÈ��¦�Ê¿�g=��������|�S��� ;W=[�e�a���A����a��g�¦��������-~�a�É©S��¡
14
� Ê¿�e�E�SAU�Ê»���n����E�¦�?W=}n�;W���e=�� S=��gAUEd?Y������.Â�ÇÀS���hAU�ÌÀAg=YE�=Y���=�
� ʿȰʦ����u��.Â�Ç®S�u����u�ÈÂ�Ê®S�v��E�¦�A��u� Ç �hA �v����.¾?��EX=�S=}=|�S=����e=��EX��¦È®� Ê¿�e=Y���=��ÈÂ�EXÈ S� �Ì Ê¤�������AU�.��¦������� W�U?l����������U���S��=|�Æ©S��=��a��
� A�=��a��������z�U���=����.Â�ǼS=�l�Äf�.�ʦ� ǧ�g�a�����È®S�u��.��ʤ��/q=���ª�¥Ê°���·�S��� A�=���j�¦����E����S����=�ʤ�ÄÊ®S�uÈ��¦�Ã�e�uÈ¢� S��pÊ°S�v���Ã���uÈ®�S��?Y=y=���U�Ì©�.®È°� Ê¿�g�aE�¦�A��u���S� E�¦��e���Ê°����=zE�¦��.®È°� Ç®�e����|�Ag�a�UE�¦�Ê«����=��ÇÀS�v���S��=�
� A����E�¦�ÈÂ�A��j�aE�¦��|�ÊÁAg����� �ȼ��=|��.Â� S���UÊQS� �u���n�a?Y�=���ÈÂ���e�v=Y�S��=|
15
� Ê¿S��j�SAU�Ê°S=[E�Ê��¦��=��u�É¿S�j?Y����ÈÂ� ��=��?XE�?�=|�S���Ê°S=�������u�S��AU�Ì©��g=�� A�n=Y�uS=|�Ê��8¦�ʾ�U�aAU�È©�g}=r��e=�=�
� �=r=��Ê°S=����g�a�������9W=}�d�S��?�EY=Y�ÌÀȤ� A�AU�.l�¦�S��ʮ̰�0Â�����=r=����g�a�Ì©ÌK=}EqÈ¢� �AU�ÉÁ��� ��E�¦���o���U=Y�ɵ���aE�¦�S���.�ÈK=�� A����aE�S=��ÉÁ��É S� ��e=��ÈÂ�Ê S�n�vE�¦����� 9W=�e�v���ÊÀ¦�h��E�S=��ÈÂ�ʶ¦�g��n�S=��ÈÂ
� A�?������=��ʲS�.��¦��|�S��Ag��=y�����?q�j�E�S=|� S���g�E����Ȭ¦�.°�Ç®���j�a�0����U� �v=Y�=��
� A�A�=}E�¦�Ê¼Ê S�aE�¦������u�������.Â�9����S� =Y� e���.°����Ai���.l�¦�È ���p������vE�¦��g�E�?Y��e=�� A�=��j�����Ê S��E�¦����v=q���=}E�¦��g�E�����.Â
��
16
� Ô� ��=Y�aS�j�ÈÀ��?|S�vE�¦���������������g��=d�S��� A��j��g�¦��ê���ûÈ��¦�ÊÀ��?Y���ȼ��=|��.Â�9S��v�j� <gAU=Y�v��Ê��Ã�g�U?�E�¦�?W����¦�����������ÈÂ
� A��=YEz��Ê�����Er�vE�¦�?W���v�0��¦������������.Â� Ç¿�g�a��=�¤�9�����.��Ç¿�g�a�����=X���g�j
� A�=��/r�¦�������Ç«¦È®��|�É°�e�UE�¦�Ã�g�j�S��=�� 9W=�AhE����=XE��0��ÀÈ¢��=�ʤ��=��g=Y��.XAUÈÂ
� Ê¿�g?Y���=��ÈÂ�̽Ȱ�e?Y���=��A����j��=��ȧS=������ S��AU�Ê S��AUE�È��¦��t��� ���EY����e=��ÈÂ
� Ê¿�e=d��=��u�Ç¿ÌÂ�eEd������eE�=Y�ʾ�j��g�¦�ÈÂ� ��A�AU�ȼS�U�0q�¦��t�U��j�¦�ɼAg=YEd=Y�=XE�È¢�ÈÂ� A�=��vE�¦��TaSn���|�=XE�?��<T�������|� �ê�¦�¬�È�ø�Oó�ŦÂÌK=l�Ì �e=Y���=��¦È ʤ���.Y�a
17
� A��=Y�j��Ê������g���=���ÈÂ����?���e�¦������� Ì Ê¤�W=|S�pÊ��SAU�Ç¿S=�����.¾?��=X�p=}=d
� A�=��vE�¦�Ê®�gE}��E�¦�ȾE[��AtE|��g�S�U�=X�Ê®��?�� <gY=Y�j����0ÄÈ¢�Ǿ�n��AU�ɱ��?}=Y�S����=�� A�=Y=YE�����0ÄÈ¢���gjÈÂ�ÊÀ�����vE�¦�A��u
� ǽ�g=YEl����g��=y�Ç°S=d|��.¾?��È©�g?d=|� A��È®�h����g��=y�Ç¿S=�����.¾?��È©�h� �ÈÂ� <T=Y�/°����=X��0�ÉÂ�S���É°¦�eE����.¾� ÈÂ� A��v�0�����=X�Ê�ÌÂÉ¢�S���ɽ¦È°Ì®Ê¤���h�u��.Â� S=�=���.Àʤ�Ê¿=���jÊ��¦��g=l�v���S=�=��Ã�gEl�U
� Ê¿e��E�����g��=y�9S�E�É°�W��S=�vE�¦����� �Y�uS=qÊ��S=��u¦È®�É��8¦���uÈ®�S���=�� A���É��¦�È¿�gE�È¢�S�.�?��ʾ�j��g�¦�Ê¿�gE�ÈKAU
��
18
� Õ� �Y=[�vAU�É S�UE�È¢�Ã�e�vE�¦�ȧ��?�?��EX�u¦È°
� A�=�=zE�¦�������9��E}?y�EX=�=}� È¢�Ç ÈK�U=�=�� ǽ�g=Y�v����0¾?���|�����S=�E����Ⱦ¦È±�S��
� A��pÈÂ��=��u�9S��a=��S=�=�E�SAU�¦��=��a���.Y�a� �AU�ÈÀ��?qAUEz���¦ÌÂÉ®S=�=|�È°¦�g}E�¦�¦ÌÂ�/®ÈÂ
� A��a��g�¦�ÈÂ�ÊÀS�UE�vE�¦��t���EX=�S=l�È =��ElÈ¢� S��=Y��eu�ÈÀÌÂÉ°�e���=���ÈÂ��Ê�S���.��¦��p��=Y� Ê¿�g�aE�¦�Ag��ElÈ��¦��Ê�S���.��������?�=Y���=��S��
� ����=Y�aS�j��.¾�a�;{���p������e�¦�S���.�ÈK=�� Ê¿Ag=��Ã�e�vE�¦�A��a=���=�ʤ�Ç¿�g=���0¾?�AU� W�aAUS�j�ȼ��=|�<i��=d��g�a�U���g� ��� A�q=YE����ʾS=q�UÈ��¦�������Ç«����AU����g=Y
� <Tj=Y�a�����.��0��ǧe=YE�����0¾?������ A��=q�n���AgE}?�E��0��ǾnÌK=Y�j��AU�¦��?q�j���
19
� ��A�AU�����ÈÂ�Ê¿=���jÊ��¦�?W�.���Ì©�e=y���.Y�a� A�a��g�¦�=W=����n�����S��Y�U�g?y�e�v�U������
� ǧȢ�Ag��=dAU�����E�����Ŧe�UÈ¢�9W=���?}E���� A�ÊQ=Y���=��ÈÂ���=Y��=Y���=�=|�Ǿ�v�U�Ag��=d��.Â
� ������Ê®S�n��������E��u�̾�j=|�ɾS�UA E�¦������ Ê¿e=q�n����0¾?���|�����E���áȰ�¦È S���� Ŧe�aÉ¢�̾�j�.Â�Ŧ°�e�U�̾�j�.Â�9S���=��a�̾�j=|� A�=d��E�¦��������̮Ȣ������.��{EY�a�Ⱦ���n?|� ̩ȮȰÈÂ�S����e�v�U�Ŧg���a�Ao�AUE�¦�ÄÊ°e�n��E�È¢
� A����.��¦��������-®���j����.¾?��Ã�evE�¦����� EX=��g=Y�S����0q=dE�¦�Ag���jAU����AUYS=�E�¦�ÈÂ� A�A �vE�����g��=y�<��jA �È»�g�a�������=��E�È¢� ���Ah�����=Y�S���j�����=��ʬ=����j�¦���S=l� A�=���j�¦�����S�����j�SAU�ɱS=Y�����ɮ̰��E�¦�ÈÂ� �����gEl=��Ag�n�.��¦�ɬS��Ê°�����=�ʤ�Äe��?Y
20
� A�=���.¾?��Ê¿S��E�È��¦��|�Ȯ̰��E�¦��Tj�a=Y=|� 9SUÉ°�?X�U=��ʾ��=dE�¦�Ê°����?r��|������.�ÈK=�
� Ê¿�h�aE�¦�Ê ��el�����=���Ê¿�h�aE�¦�Ê ��el������� 9S��g=|���A�jÌK�U�����Ã�evE�¦�ɧ��?�?��Ì©È°S=q
� A����UE�¦�ÈÂ�A����UE�¦������U�ɼ��g=}?Y�S��=|� ��?Y�g�n?��Ê��8¦�ʾ���j�gAU���=�=Y������ÈÂ� A�A =Y�S���S� ¡��|��e�jÉ��¦���=�E�=Y��.Àʤ
� <gn=YE�����g��=y����Ê���.Â����Ã�g=Y���=��ÈÂ� A�j=�E�����g��=y��-Â�e�u�����=���ÈÂ��AU
� �Y�.���ʱ�ga��|���=Y���É¢��.¾�aÈ¢� A�� È¢��|�ʾS�UElÈ��¦��t����.¾�a�Z���.��S=�� Ǿ�e� �����Ê��8¦�É©S���=��EX=��.�� ���=�
� A��n=d�����ÉÀS���g�UE�¦�����n=d���=��ÈÂ���|� Å �hA �v���������É��¦��|�A�E�vE�SAU�ȽS=}=�
� A�?Y��E�¦��|�AT�Ê®ÌK�.Y�¦�ÈÂ�W�����S� E�¦��|
21
� � �AU�ɾ��=Y�jȢ�< �e��AU���?Y���e=d
� Ê¿�edE�¦�ÈÂ�Ag�v�.l�¦��|���p����<g���u�ȧ��?�É� ���U�¦���u��=lEd?Y�S�����¦�e�.�=��Ì Ê¤� A��v�.��¦�������ÆÄ�e���S��A�AU����.�ÈK=�
� S���ÈÂ�A���=Y=�S�aE�¦��|�S�U��n�¦����=y�?X�v=qÈ¢� Ê¿�e�.��¦�ÈÂ�Ê¿S=[��¦��=��u��.��Ȥ�?XE��n�a� S��YÈ°S� Y��|��jE}=��È È°S�j=d�S��=|
� A��j=Y���=��ÈÂ�S��E���e�S�U������e�¦�Ag=YEl=Y���=�� ��A S�vAU���E�����9��A ¡��tAU��������ÈÂ
� A�=��j��|��.Â�<t���U��|����U=zE�¦����.���AU���� <o�=YE���AU�Äe���u�S��=|�9SUE�È �Ê©¡�ÌÀʤ�ÈÂ
� Ê¿Ag�nE���AU����U�a�=���ÈÂ����AU�.��¦������� �Y����j=YAU���E�����9W���Ê ��Ê���.ÀÊN=|
� A����0f�SAU��ê�ô�¼�ó¦��=|ÌÂÈ¢�������.Â�Ŧe����a��
22
� Äe��AU�ŦfEd¡�ÄÊ®S�v����|���?�������.��ÌÀʤ� Ê¿�e=�E�¦�=W�.�ȱ�S���̾?�=|��.��ʤ��.Â�9���p=|
� ����Ê°S=�����A ¦��g�¦�È¿�g�a����ÀÈ¢�ÉÁS=lS�a� Ê¿�g=Y�a����g��=y���E���É°S� E�¦��tA �g���ÌÂÈ¢� ���aÊQ¦�e���ÄÊ°S=�E|È¢�?X���hE�È¢�?fE����ÈÂ� Ê¿Ah=YE�����g��=d��n=��=dÊ�����/Y�e� ÈÂ
� EX�UAg=Y�Ŧe�����E����=�zE�¦�È©��?}�����=��ÈÂ� A�=�È��¦��|�È°S��̱Å��¦�?XAUE����S���aE�¦��.Àʤ� EX=}=q=YE�¦��Y�.�¦�S��E���e�¦�È �g��ȱ�̮ʰɢ���=��ÈÂ� Ê¿�g����=��u��=�E[È¢�S��AU�<g����ɱ�¦�e��
�� ÎÍ
� �AU�É ��?�È¢�������Ê�S���~E�=dE�¦�È¿�gE�È¢�S��� A����vE�¦�ȪʮS�aE�¦�ʾ��?��a��eE�u�Ƚ¦��j
� �AU�����S� �Ê��8¦�Ⱦ���jÈ°�=~�p�����=��ÈÂ
23
� A�=�=YE�����<��jÊNAU���.��a=Y����g=�E�¦�¦È ʤ� S��=Y��g�p�ÈÂ�S��E���e��¦�Ƚʮ��� ������.ÀÊN=|� A�=�=�E�¦�ÈÂ�ʬ���.��¦���E�u������?��u�����ÈÂ� EX��?r�u�W�.�ȱ������q=�E�=Y�=����iE}=��S��
� A����.��S=��ÊÀ¦�gE}?zE�¦��|��gÊQS�U=�E�¦��.Àʤ� S����jE�������a����UÈ°�?W���aÈ°��.¾�v=�
� Ê¿Ag=dE�����g��=y��AUS�ja�̾�v� ¦�ÈÂ������e�.�� ��=���.À¤�A���È°¦��e�¦��|�Ƚe�U�vAU�E{?q�¦ÈÂ� É¿Ah��E����ɾ¦����È��¦����u�e=Y��=Y����Ŧg�U�n� 9W��ÊQ¦È®���E�����Ç�ô�Ï�AT�a�j�0��ÌÀ=fÌQ¦�ÈÂ
� A�A �jE�����.Â��0¾��E���AU����AU�.��¦��=��u� ����=�����vAUS�.Y�¦����?[�AT�a��n�¦�ÈÂ�ʾ��¦�ÈÂ� Ê¿�g=�E�¦�ÈÂ�A�E�aE�¦�ÈÂ��=��/��¦�ÈÂ��=�?Y�¦�ʾ��È¢
� �g���u����u��.Â�<g=��U��AUÈ¢����u�S�p��g�¦����?[� Ê¿�g=�E�¦�ÄÊ �ÈÀS��E[�u����u��.Â������u����u�ÈÂ
24
� S�U�n�� �Ê°�ÊÀS�UE�¦�Ê©S�U=f�u�EX�a�.�È°�S��� A�=z�.��SAU�Ai�vE�¦�ÄÊ®S�a��i�vE�¦�ȧ�gEq¦�ÈÂ
� S��ÊQÊ°S=�Ê���g}Ey¦ÈÂ�S��el�S=�Ê���g}EyS=|� Ê¿�g=�E�¦�ÈÂ�Ê®��� E�¦�¦È �S����g��=dE�¦���?YE�ÈK�j
�
25
FOTO-FOTO KEGIATAN
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : A. Faidi
Tempat/tgl. Lahir : Sumenep, 23 April 1986
Alamat Kos : Jl. Pedak Baru No. 274
Nama Ayah : Suji
Nama Ibu : Radiah
Alamat Rumah : Kebunan, Sera Timur, Bluto, Sumenep, Jawa Timur.
NO HP : 087866153252
B. Riwayat Pendidikan:
MI Tarbiyatus Sibyan, lulus tahun 1999.
MTs An-Nawari, lulus tahun 2002.
MA An-Nawari, lulus tahun 2005.
Masuk UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2007.