tradisi keagamaan dalam membentuk karakter...

129
i TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER RELIGIUS PADA SISWA DI SMPN 1 GRABAG DAN SMPN 2 NGABLAK KAB. MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : AGUS AKHMAD MARDJUKI NIM : MI.12.019 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan Islam PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 03-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

i

TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK

KARAKTER RELIGIUS PADA SISWA DI SMPN 1 GRABAG

DAN SMPN 2 NGABLAK KAB. MAGELANG TAHUN

PELAJARAN 2014/2015

Oleh :

AGUS AKHMAD MARDJUKI

NIM : MI.12.019

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

Untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2016

Page 2: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

ii

TRADISI KEGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER

RELIGIUS PADA SISWA DI SMPN 1 GRABAG DAN SMPN 2

NGABLAK KAB. MAGELANG TAHUN 2014-2015

oleh

AGUS AKHMAD MARDJUKI

NIM. M1.12.019

Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Sebagai pelengkap persyaratan untuk

gelar Magister Pendidikan Islam

Salatiga, 11 September 2015

Dr. H. M. ZULFA, M. Ag.

PEMBIMBING I

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Page 3: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

iii

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

Nama : Agus Akhmad mardjuki

NIM : M1.12.019

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Konsentrasi : Pendidikan

Tanggal Ujian :

Judul Tesis : Tradisi Keagamaan Dalam Membentuk Karakter Religius

Pada Siswa Di SMPN 1 Grabag Dan SMPN 2 Ngablak

KAB. Magelang Tahun 2014-2015

Panitia Munaqosah Tesis

1. Ketua Penguji : (Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag.)

2. Sekretaris : (Dr. Winarno, M.Pd.)

3. Penguji I : (Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.)

4. Penguji II : (Dr. H.M. Zulfa, M.Ag.)

5. Penguji III : (Dr. Asfa Widiyanto, M.A.)

Page 4: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan

hasil karya sendiri dan sepengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan

tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis

oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah

pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”

Salatiga, September 2016

Yang membuat pernyataan

Agus Akhmad mardjuki

Page 5: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

v

MOTTO

1. Likulli syai‟in ziinatun filwaro, waziinatul mar‟i tamamul adabi

(Setiap manusia memiliki perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah

akhlak mulia)

2. Innamal umamul akhlaku mabaqiat fain dzahabat akhlaquhum dzahabu

(Bangsa itu dikatakan ada apabila memiliki akhlak, dan apabila akhlak itu

hilang maka musnahlah bangsa itu).

Page 6: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

vi

Abstraksi

Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

Religius Pada Siswa di SMP N 1 Grabag dan SMP N 2 Ngablak Kab. Magelang

Tahun 2014/2015. Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pascasarjana IAIN Salatiga, Pembimbing: Prof. Dr. H M Zulfa.

Kata kunci: Tradisi Keagamaan, Karakter Religius, Peran Guru PAI

Beberapa waktu terakhir ini, realitas kehidupan sangat memprihatinkan.

Mulai dari tawuran pelajar, tindak kriminal yang kian merajalela, juga kasus

kekerasan seksual yang menimpa anak-anak dibawah umur. dalam dunia

pendidikan.Diberitakan juga bagaimana siswi yang diperkosa setelah dibuat

mabuk.

Pendidikan berupaya menghasilkan manusia yang sehat dan cerdas dengan

kepribadian yang kuat dan religius serta mampu menjunjung tinggi budaya luhur

bangsa. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang harus dikedepankan untuk

menjadikan seseorang mengenal nilai-nilai kebaikan dan sadar untuk

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan tidak boleh hanya

sebagai proses transfer of knowledge, akan tetapi juga transfer of values.

Sehingga materi yang diperoleh bisa dipraktikkan dalam kehidupan riil di

masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan metode

pengamatan, wawancara, dan observasi dan dokumentasi. Penelitian ini bertujuan

mengetahui tradisi keagamaan, usaha guru PAI dalam pembentukan karakter,

faktor pendukung dan penghambatnya di SMPN 1 Grabag dan SMPN 2 Ngablak.

Guru PAI dalam pembentukan karakter siswa melalui pembiasaan sholat

berjamaah, tadarus Al Qur’an dan asmaul husna, peringatan (Peringatan Hari

Besar Islam (PHBI), infak jum’at

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tradisi keagamaan mampu

menumbuhkan karakter religius siswa, sehingga siswa memiliki kepribadian luhur

dan berakhlak mulia. Tertanam jiwa disiplin, sabar, jujur, ikhlas, tawadhu’

toleransi dan taat. Peran guru PAI sangat penting dalam mewujudkan karakter

religius pada siswa, diantaranya memberikan keteladanan, motivasi, penumbuhan

kesadaran dan sanksi siswa yang melanggar, itu semua merupakan faktor

pendukung demi terwujudnya program kegiatan tersebut.

Page 7: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

vii

Abstraction

Mardjuki, Agus Akhmad. The tradition of religious in Shaping Character

Religious Students of SMP N 1 Grabag and SMP N 2 Ngablak Kab. Magelang

Year 2014/2015. Thesis Graduate Program IAIN Salatiga

Supervisor: Prof. Dr .H. M. Zulfa

Keywords: Religious Traditions, religious character, the role of PAI teachers

Some times in past, the realities of concerned life. Likeof student brawls, rampant

crime, also cases of sexual violence that afflicts young children in education.

Reported also how the student who was raped after being made drunk .

This study used qualitative methods, the method of observation, interviews,

observation, and documentation. Education must produce healthy and intelligent

man with a strong personality and religious and able to uphold the noble culture

of the nation. Education is a learning process that must be put forward to make a

person know the values of kindness and consciously to practice it in daily life .

Education can not be just a process of transfer of knowledge, but also the transfer

of values. So that the material obtained can be practiced in real life in the sosiety.

This study aimed to know the religious traditions, PAI teachers' efforts in shaping

the character, supporting and inhibiting factors in SMPN 1 Grabag and SMPN 2

Ngablak. PAI teacher in shaping the character of students through habituation

pray ,reading Qur'an and the Asmaul Husna, admonitions( Days of the Islamic

(PHBI ), and Fridaydonation.

From this research was found that religious traditionsable to support thereligious

character of students, so that students have the personality disciplined, patient,

honest, sincere, respect, tolerance and obedience. PAI teacher's role is very

important in realizing the religious character of the students, including providing

exemplary, motivational,growing the awareness and sanction students in violation

and there are supporting factors and inhibitors, for the realizing of the activity

programs.

Page 8: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

viii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur alhamdulillah ke hadlirat Allah S.W.T., atas

rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan

dengan baik sesuai yang direncanakan. Tesis ini mengungkap tradisi keagamaan

dalam membentuk karakter religius siswa pada SMPN 1 Grabag dan SMPN 2

Ngablak tahun 2014/2015.

Dalam penulisan dan penyusunan tesis ini, penulis sangat menyadari akan

keterbatasan dan kekurangan ilmu pengetahuan, kendatipun sudah berusaha

semaksimal mungkin, namun ada pepatah "Tiada gading yang tak retak". Untuk

itu, hanya kritik dan saran penulis harapkan, untuk kebaikan di masa yang akan

datang.

Secara umum ucapan terima kasih tak terhingga kepada semua pihak yang

telah memberikan motivasi dan bantuan moril maupun materiil, sehingga

penulisan tesis untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan Islam dapat

terwujud. Demikian pula pada kesempatan yang berbahagia ini, secara khusus

penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Ayah dan Ibuku (Bapak Muh. Usupdan Ibu Anisah. Alm, yang memberikan

pendidikan ketika kecil hingga dewasa serta doa restunya.

2. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, selaku Ketua IAIN Salatiga beserta staf, yang

telah membantu kelancaran selama penulis belajar di Pascasarjana IAIN

Salatiga

3. Bapak Dr. H. Zakiyudin Baidhawy, M.Ag. selaku Direktur Program

Pascasarjana beserta staf, yang telah membantu kelancaran selama penulis

studi.

4. Bapak Prof. Dr. H.M. Zulfa selaku dosen pembimbing yang telah banyak

membantu, mengarahkan, dan memberi motivasi kepada penulis secara efektif

dan efesien, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Bapak Sugiyarto S.Pd, M.Pd. selaku Kepala SMPN 1 dan Bapak Budi Sayuto,

S.Pd. MPd selaku Kepala SMPN 2 Ngablak Kab. Magelang yang telah

memberikan ijin penelitian.

Page 9: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

ix

6. Anak-anak dan istriku, Asfiyatun S.Ag yang telah memberikan motivasi,

do’a dan mendampingi kuliah S2 sampai penulisan Tesis ini dapat terwujud

dan selesai dalam waktu yang sama

7. Rekan-rekan Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan dorongan

dan motivasi sehingga tesis ini dapat selesai.

Atas segala amal kebaikan dari semua pihak, penulis tidak bisa

membalasnya kecuali hanya berdo’a jaza kumullahu khoiron katsiro semoga Allah

SWT., mencatat sebagai amal ibadah. Amin.

Salatiga, September 2016

Penulis

Agus Akhmad Mardjuki

Page 10: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iii

MOTTO .......................................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

D. Kajian Pustaka .............................................................................. 7

E. Metode Penelitian ......................................................................... 13

F. Sistematika Pembahasan................................................................ 17

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 18

A. Tradisi Keagamaan ........................................................................ 18

1. Pengertian Tradisi Keagamaan .................................................. 19

2. Dasar dan Bentuk Tradisi Keagamaan ....................................... 20

3. Strategi Keagamaan ................................................................. 27

4. Metode Keagamaan .................................................................. 32

5. Faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter .................... 37

B. Karakter Religius .......................................................................... 38

1. Pengertian Karakter .................................................................. 38

2. Karakter Religius dalam Pendidikan Islam ................................ 42

3. Metode Membangun Karakter ................................................. 48

C. Materi Pembelajaran PAI dalam Pembentukan Karakter Religius

Siswa ............................................................................................. 50

BAB III DATA HASIL PENELITIAN ........................................................ 57

A. Profil Tempat Penelitian ................................................................ 57

1. SMPN 1Grabag ........................................................................ 57

2. SMPN 2 Ngablak ...................................................................... 64

Page 11: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

xi

B. Tradisi Keagamaan…………………………………….………… ..... 68

C. Pembentukan Karakter Religius. ...................................................... 74

D. Tradisi Keagamaan dalam Membentuk Karakter Relegius.................80

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembentukan Karakter.. ........... 84

BAB IV ANALISA DATA ............................................................................ 89

A. Tradisi Keagamaan dalam Membentuk Karakter Relegius................. 89

B. Usaha Guru PAI dalam Pembentukan Karakter Religius………… ... 90

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembentukan Karakter.. ........... 92

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 95

A. Simpulan ....................................................................................... 95

B. Saran-saran ................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

Page 12: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

xii

DAFTAR TABEL

1 Tabel 1 Profil SMP Negeri 1 Grabag dan SMP N 2 Ngablak 60

2 Tabel 2 Data Siswa dalam lima tahun terakhir 64

3 Tabel 3 Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha 65

4 Tabel 4 Data Siswa dan Guru 67

5 Tabel 5 Perbandingan Kegiatan antara SMN 1 Grabag dan SMP N

2 Ngablak Kab. Magelang

72

Page 13: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa waktu terakhir ini, realitas kehidupan sangat

memprihatinkan, mulai dari tawuran pelajar, tindak kriminal yang kian

merajalela, juga kasus kekerasan seksual yang menimpa anak-anak dibawah

umur. Dalam dunia pendidikan. seperti diberitakan media online,

Tribunnews, sebanyak 11 pelajar SMP ditangkap akibat tawuran.1

Diberitakan juga bagaimana siswi yang diperkosa setelah dibuat mabuk oleh

3 pelajar.2

Fenomena sosial yang menyedihkan di atas seharusnya menjadi

renungan dan evaluasi bagi pendidikan kita selama ini. Pendidikan berupaya

mampu menghasilkan manusia yang sehat dan cerdas dengan (1) kepribadian

yang kuat dan religius serta mampu menjunjung tinggi budaya luhur bangsa,

(2) kesadaran akan demokrasi, (3) kesadaran moral hukum yang tinggi, dan

(4) kehidupan makmur dan sejahtera.3

Oleh sebab itu, pendidikan adalah proses pembelajaran yang harus

paling depan dan bertanggung jawab untuk menjadikan seseorang mengenal

nilai-nilai kebaikan dan sadar untuk mengamalkannya dalam kehidupan

1Tribunews.com, 11 Pelajar ditangkap saat tawuran.Diakses 6 Januari 2015.

2News.okezone.com, Mabuk, Tiga Pemuda Gilir Siswi SMP.Diakses 6 Januari 2015.

3 Jalal F. dan Supriyadi D, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah,

Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa, 2001, 67.

1

Page 14: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

2

sehari-hari. Pendidikan tidak boleh hanya sebagai proses transfer of

knowledge, akan tetapi juga transfer of values. Sehingga materi yang

diperoleh bisa dipraktikkan dalam kehidupan riil di masyarakat. Transfer

nilai-nilai ini dilakukan dengan tradisi keagamaan yang dipraktikkan di

sekolah. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan indikator budaya agama

seseorang, yakni: (1) komitmen terhadap perintah dan larangan agama, (2)

bersemangat mengkaji ajaran agama, (3) aktif dalam kegiatan agama, (4)

menghargai simbol-simbol agama, (5) akrab dengan kitab suci, (6)

mempergunakan pendekatan agama dalam menentukan pilihan, (7) ajaran

agama dijadikan sebagai sumber pengembangan ide.4

Penelitian ini hendak mengungkapkan bagaimana proses pendidikan

karakter religius ditanamkan dalam diri siswa di Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Negeri 1 Grabag dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2

Ngablak Kabupaten Magelang. Penelitian difokuskan pada peran tradisi

keagamaan di sekolah dan Guru PAI dalam pembentukan karakter siswa

disekolah tersebut.

Di era globalisasi ini, organisasi merupakan hal penting dan sangat

dibutuhkan dalam kondisi lingkungan masyarakat, diantaranya untuk menata,

mengatur dan mengkoordinasi suatu kehidupan. Lain dari itu Organisasi

merupakan institusi yang dapat memberi nafas pada kehidupan. struktur

organisasi memungkinkan masyarakat untuk mengejar tujuan yang tidak bisa

4 Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius (Jakarta: Paramadina, 1997), 128-136.

Page 15: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

3

dicapai oleh individu-individu secara sendiri-sendiri.5Organisasi adalah

kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasi secara sadar dengan sebuah batasan

yang relatif dapat diidentifikasi, tersusun atas dua orang atau lebih yang

berfungsi atas dasar yang relatif secara terus menerus untuk mencapai suatu

tujuan atau seperangkat tujuan bersama.

Kerjasama yang terpadu antara Guru PAI dengan guru mata pelajaran

lainnya diharapkan mampu mewujudkan harapan terciptanya siswa-siswi

yang memiliki karakter keagamaan yang tinggi sehingga mampu

mewujudkannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Pentingnya pendidikan karakter diantaranya berfungsi sebagai

pembentukan dan pengembangan potensi peserta didik agar berpikiran baik

dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Dengan

demikian pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan guru, yang

mampu mempengaruhi dan membentuk watak peserta didik yang dilakukan

secara sadar dan terencana bukan hanya sifatnya secara kebetulan, yang mana

sisi substansi dan tujuannya sama dengan pendidikan budi pekerti yang bisa

membawa perubahan individu sampai ke akar-akarnya ke arah yang baik dan

benar.

Bidang studi Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di SMP Negeri 1

Grabag dan SMPN 2 Ngablak kabupaten Magelang, di samping sebagai ilmu

teoritis juga sekaligus sebagai ilmu praktis yang harus diwujudkan dalam

kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan

5 Gibson dan Donnely, Organisasi: Perilaku,Struktur dan Proses. Terjemahan Nunuk

Adiarni dan editor Lyndon S. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996, 70.

Page 16: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

4

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimanai ajaran agama Islam, diringi dengan tuntutan

untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan

kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan

bangsa.6 Cakupan materi yang harus dipelajari begitu banyak, sedangkan jam

pelajaran yang tersedia sangat terbatas, mengingat kenyataan ini agar siswa

dapat mencapai keberhasilan belajar, maka siswa tersebut dituntut

keaktifannya.

Sesuai dengan pernyataan diatas bahwa akhlak merupakan faktork yang

tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan

pribadi atau kehidupan bermasyarakat. Akhlak merupakan sikap pribadi

seseorang yang dapat menghantarkan dirinya kepada pribadi yang baik dan

terpuji, sehingga orang menilai secara lahiriyah ditentukan bagaimana orang

itu bersikap sehari-hari.

Meskipun di sekolah anak sudah mendapat pelajaran bidang studi

Pendidikan Agama Islam yang kaya akan nilai-nilai islam, akan tetapi masih

ada anak didik yang akhlak, pergaulan, serta sikap atau perilakunya kurang

baik. Fenomena yang demikian ini dirasakan oleh para guru, karyawan serta

orang tua sendiri. Dengan melihat kenyataan di atas maka penulis tertarik

untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai permasalahan tersebut.

Berdasarkan latar belakang permasalahan, penulis mengambil judul dalam

tesis ini yaitu, TRADISI KEGAMAAN DALAM MEMBENTUK

6 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 130.

Page 17: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

5

KARAKTER RELIGIUS PADA SISWA DI SMPN 1 GRABAG DAN

SMPN 2 NGABLAK KAB. MAGELANG TAHUN 2014/2015

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Tradisi Keagamaan yang ada di SMP Negeri 1

Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak tahun pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimana usaha guru PAI dalam membentuk karakter religius

tersebut pada SMP Negeri 1 Grabag Magelang dan SMP Negeri

2 Ngablak?

3. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam

pembentukan karakter religius tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut

1. Untuk mengetahui tradisi keagamaan dalam membentuk karakter

religius pada siswa SMP Negeri 1 Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak

tahun pelajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui usaha guru PAI dalam membentuk karakter religius

pada siswa di SMP Negeri 1 Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak tahun

pelajaran 2014/2015

Page 18: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

6

3. Untuk mengetahui faktor penunjang dan faktor penghambat

dalam membentuk karakter religius pada siswa di SMP Negeri 1

Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak tahun pelajaran 2014/2015.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu karya ilmiah

yang dapat menambah khazanah keilmuan di dunia pendidikan.

2. Kegunaan Praktis

a. Memberikan sumbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan

terhadap Guru PAI dalam membentuk karakter siswa dalam

mewujudkan output siswa yang berimtaq dan berakhlak mulia di

SMP Negeri 1 Grabag kabupaten Magelang tahun 2014/20115.

b. Hasil penelitian ini nantinya bisa menjadi acuan bagi tenaga

pendidik terutama guru mata pelajaran PAI mengenai efektifitas

pembelajaran PAI dalam meningkatkan iman dan taqwa (imtaq)

dan akhlak siswa.

c. Hasil penelitian ini mampu memberikan bahan masukan bagi

sekolah untuk meningkatkan pemebentukan karakter siswa dan

prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Grabag kabupaten

Magelang tahun 2014/2015.

Page 19: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

7

E. Kajian Pustaka

Penelitian mengenai pendidikan karakter bukanlah hal baru. Terlebih

semenjak pemerintah mensosialisasikan pendidikan karakter di institusi

pendidikan di Indonesia. Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat beberapa

penelitian yang memiliki tema yang hampir sama dengan tema yang penulis

angkat. Berikut ini di antaranya:

Pertama, tesis karya Rahmad Kamal yang berjudul, “Pendidikan Nilai

Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang 1”. Penelitian

Rahmad Kamal ini ditekankan pada akhlak al-karimah yang diaplikasikan ke

dalam beberapa aspek, yaitu: (a) kurikulum (b) budaya (c) program

pengembangan diri. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai-nilai

karakter yang ditanamkan di MIN Malang 1 tidak terlepas dari 18 karakter

yang dikembangkan kemendiknas dalam buku pedoman pendidikan budaya

dan karakter bangsa yang diterbitkan pada tahun 2010, yang meliputi: nilai

religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,

rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

persahabatan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,

peduli sosial, dan tanggung jawab. Perbedaan antara tesis Rahmad Kamal

dengan penelitian yang penulis angkat adalah Rahmad Kamal memfokuskan

penelitiannya pada peran Guru dan implementasi akhlakul karimah yang

ditanamkan di MIN Malang 1, sedangkan penelitian penulis hendak

mengetahui peran guru PAI dalam pembentukan nilai karakter religius pada

siswa.

Page 20: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

8

Kedua, tesis yang ditulis oleh Junaidi mengenai peran Guru PAI dalam

penanaman Nilai-nilai agama pada anak. Junaidi memulai penelitian dengan

dilatarbelakangi beberapa hal. Pertama, tujuan pendidikan semata kecerdasan

intelektual dan kurang menyentuh nilai-nilai akhlak dari peserta didik.

Kedua, pendidikan agama lebih dititikberatkan pada hafalan, bukan pada

perlunya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini

dilakukan di SD N Demangan Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa: (1) tujuan pendidikan di SD Demangan Yogyakarta adalah berusaha

mencetak siswa yang cerdas berprestasi, berakhlak dan bermartabat serta

mengembangkan benih-benih keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME.

(2) kompetensi pembelajaran PAI di SD N Demangan Yogyakarta meliputi:

menghafal surah pendek, pengenalan rukun iman, dan kisah-kisah tokoh

dalam sejarah perkembangan Islam. Penelitian Junaidi ini hanya difokuskan

pada peran guru dan tidak melibatkan unsur siswa sebagaimana yang hendak

penulis lakukan dalam penelitian ini.

Ketiga, tesis Mustofa mengenai peran Organisasi OSWAH dalam

menegakkan disiplin santriwati di Pesantren Putri Al-Mawaddah Ponorogo.

OSWAH adalah suatu wadah pendidikan yang bersifat ekstrakulikuler dan

merupakan suatu wahana pembinaan mental, sikap dan kepribadian sekaligus

sebagai sarana pendidikan dalam latihan berorganisasi bagi segenap

santriwati sebagai bekal terjun ke masyarakat. OSWAH berperan aktif dalam

menegakkan disiplin dan pengajaran, serta sunnah-sunnah pesantren yang

dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab. OSWAH dalam

Page 21: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

9

menjalankan mottonya “Siap Dipimpin Dan Siap Memimpin” melibatkan

seluruh santriwati al-Mawaddah. OSWAH merupakan motor penggerak dari

pada kehidupan di pesantren putri al-mawaddah, diantaranya adalah

pembinaan bahasa yang dilakukan setiap hari dengan pemberian kosakata

kepada para santriwati sampai pada pemberian sanksi terhadap mereka yang

melanggar bahasa, pembinaan kepramukaan oleh koordinator yang juga

merupakan bagian dari OSWAH. Dalam aplikasinya diharapkan OSWAH

dapat melaksanakan tugas sebagai pembantu pimpinan dalam menegakkan

disiplin pesantren.

Dari ketiga hasil penelitian di atas, penulis hendak memadukan peran

sekolah (diwakili guru PAI) dan siswa (diwakili oleh OSIS) dalam upaya

menanamkan karakter religius ini dalam diri siswa melalui tradisi keagamaan

yang dilaksanakan di lingkungan sekolah.

F. Kerangka Pemikiran

1. Tradisi Keagamaan

Tradisi keagamaan adalah penggabungan dua istilah antara tradisi

dan agama. Untuk lebih jelas alangkah baiknya kita ketahui dulu apa

pengertian tradisi. Tradisi yang bahasa Inggrisnya tradition berasal dari

kata latin traditio yakni dari tradire yaitu menyerahkan, menurunkan

atau mengingkari. Tradisi juga berarti intelek (bukan intelegensi),

sedangkan dalam ilmu, tradisi berarti kontunuitas pengetahuan dan

motode-metode penelitian. Menurut Pranowo ( 2002 : 8) yang dikutip

Page 22: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

10

oleh Nur Syam Tradisi adalah suatu yang diwariskan atau ditranmisikan

dari masa lalu ke masa kini. Sedangkan menurut Anton Rustanto tradisi

adalah suatu perilaku yang lazim orang lakukan dalam sebuah tatanan

masyarakat tertentu secara turun menurun. Hal ini dilakukan semata-

mata karena sifat dari tradisi adalah kontinuitas, dilakukan terus menerus

sesuai dengan apa yang dilakukan oleh para pendahulu mereka.

Keagamaan jika ditelusuri berasal dari kata agama. Agama ialah

suatu sistem kepercayaan yang disatukan oleh praktik yang berkaitan

dengan hal-hal yang suci, yakni hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang

kepercayaan dan praktik-praktik yang mempersatukan komunitas moral

yang disebut Gereja atau Masjid, Wihara, Pura dan sebagainya. Menurut

Stenbrink (2000: 42) yang dikutip oleh Nur Syam, tradisi keagamaan

ialah kumpulan atau hasil perkembangan sepanjang sejarah; ada unsur

baru yang masuk, ada yang ditinggalkan juga.

Dari beberapa pengertian di atas, secara sederhana dapat penulis

simpulkan bahwa tradisi keagamaan adalah suatu tradisi yang

berkembang di tengah-tengah masyarakat dengan fenomena pelaksanaan

ajaran agama.

2. Karakter Religius

Pengertian karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti

yang membawakan seseorang lain dengan yang lain.7 Karakter

memberikan gambaran tentang suatu bangsa sebagai penanda,

7 Nur Azman, Kamus Standar Bahasa Indonesia, Bandung, Fokusmedia: 2013, 190.

Page 23: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

11

penciri sekaligus pembeda suatu bangsa dengan lainnya. Karakter

memberikan arahan tentang bagaimana bangsa itu menapaki dan

melewati suatu jaman dan mengantarkannya pada suatu derajat

tertentu.Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter

yang mampu membangun sebuah peradaban besar yang kemudian

mempengaruhi perkembangan dunia.8

Kata dasar dari religius adalah religi yang berasal dari

bahasa asing religion sebagai bentuk dari kata benda yang berarti

agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan kodrati di

atas manusia. Sedangkan religius berasal dari kata religious yang

berarti sifat religi yang melekat pada diri seseorang (Thontowi,

2012). Religius sebagai salah satu nilai karakter dideskripsikan

oleh Suparlan (2010) sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk

agama lain. Karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa

dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dalam

hal ini siswa diharapkan mampu memiliki dan berprilaku dengan

ukuran baik dan buruk yang di dasarkan pada ketentuan dan

ketetapan agama. Pembentukan karakter Religius ini tentu dapat

dilakukan jika seluruh komponen stake holders pendidikan dapat

8Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta, Erlangga:

2012 ,

Page 24: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

12

berpartisipasi dan berperan serta, termasuk orang tua dari siswa itu

sendiri (E-learning Pendidikan, 2011).

Thontowi (2012) mengemukakan 6 (enam) komponen

religius, antara lain:

a. Ritual, yaitu perilaku seremonial baik secara sendiri-sendiri maupun

bersama-sama.

b. Doctrin, yaitu penegasan tentang hubungan individu dengan Tuhan.

c. Emotion, yaitu adanya perasaan seperi kagum, cinta, takut, dan

sebagainya.

d. Knowledge, yaitu pengetahuan tentang ayat-ayat dan prinsip-prinsip

suci.

e. Ethics, yaitu atauran-aturan untuk membimbing perilaku interpersonal

membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk.

f. Community, yaitu penegasan tentang hubungan manusia dengan

makhluk atau individu yang lain.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Secara umum penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif menggunakan pengamatan, wawancara, atau penelaahan

dokumen.9 Karena data yang akan disajikan lebih banyak data

9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2010, 9.

Page 25: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

13

kualitatif, yakni data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan

dalam bentuk angka.10

Disamping itu Penelitian ini juga termasuk penelitian eksploratif

dengan menggunakan metode naturalistik karena penelitiannya

dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting). Adapun

paradigma yang melandasinya adalah dari kajian filsafat

pospositifisme/intepretatif konstruktif, yang memandang realitas

sosial dalam hal ini pengintegrasian nilai Islam11

pembelajaran

IPA/IPS, sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis, penuh

makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif.

2. Sumber data

a. Menentukan sumber data yang dapat dipercaya baik dari sumber

observasi maupun wawancara sebagai pendukungnya.

b. Menggali data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan focus

dalam penelitian.

c. Mendokumentasikan data dan informasi yang diperoleh dalam

bentuk catatan lapangan (field note) dan transkrip wawancara

(interview transcript).

Field note pada dasarnya merupakan catatan hasil observasi

partisipatorik yang dilakukan penulis dalam mengamati kegiatan/proses

10 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif , Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996, 29.

11 Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D,

Bandung, Bandung, 2008, 14.

Page 26: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

14

yang terjadi dalam kaitannya dengan keterlibatannya dalam

pengembangan kurikulum. Sedangkan interview transcript adalah catatan

hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap subyek penelitian.

Transkrip wawancara ini ditulis dalam gaya bahasa naratif dari pokok

pembicaraan subyek yang tercatat dalam transkrip wawancara. Hal ini

didasarkan atas pertimbangan praktis sekaligus untuk memudahkan

dalam melakukan analisis data selanjutnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Interview

Interview dilakukan oleh penulis dengan para guru di

SMP Negeri 1 Grabag Magelang dan SMP Negeri 2

NgablakKabupaten Magelang.Interview dalam penelitian ini

digunakan sebagai metode untuk mencari data tentang tradisi

keagamaan yang diterapkan dalam membentuk karakter di

SMP Negeri 1 Grabag Magelang dan SMP Negeri 2 Ngablak

Kabupaten Magelang. Dalam proses ini, peneliti menerima

kenyataan apa adanya dan seobjektif mungkin.

b. Observasi

Obsevasi yang dilakukan adalah pengamatan secara

terlibat (participant observation). Teknik observasi yang

dilakukan untuk mendapatkan catatan lapangan (field note)

tentang fenomena-fenomena yang terjadi secara nyata di

Page 27: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

15

lapangan. Peneliti menerima pernyataan seobyektif mungkin,

namun sekaligus melibatkan diri dalam konsepsi-konsepsi dan

pandangan hidup yang diselidiki melalui pengalaman dan

pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena

yang diselidiki. Secara nyata, peneliti mengamati segala

fenomena yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran di

SMP Negeri 1 Grabag Magelang dan SMP Negeri 2 Ngablak

Kabupaten Magelang.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan alat pengumpulan data

dengan sumber data berupa silabus, kurikulum, jadwal

kegiatan dan pengampunya.

d. Teknis Analisis

Data Analisis data dilakukan sejak data

dikumpulkan.Bersamaan dengan pengumpulan data dilakukan

reduksi data. Reduksi data dilakukan dengan cara

indentifikasi data, klarifikasi data, dan kodefikasi data.

kemudian data dideskripsikan dan dianalisis secara seksama.

Untuk menjaga validitas data yang diperoleh, peneliti

melakukan trianggulasi data dengan menggunakan sumber

data lain. Trianggulasi data dilakukan dengan cara mengambil

data dari subjek lain (selain yang ditetapkan dalam penelitian)

sebagai data verifikasi. Trianggulasi juga mungkin dilakukan

Page 28: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

16

dengan mendiskusikan hasil analisis data dengan pakar atau

teman sejawat.

Berdasarkan sifat data yang dikumpulkan, maka metode

analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif. Analisa

ini dilakukan dengan cara menghubungkan data sehingga

akan diketahui adanya relasi kausalitas (hubungan sebab

akibat), korelasi (hubungan saling mempengaruhi) dan relasi

linear (adanya pengaruh data yang satu terhadap data yang

lainnya). Pola pikir yang digunakan dalam analisa ini adalah

pola induksi, yaitu proses berpikir yang diawali dengan

pengamatan yang khusus untuk kemudian diambil kesimpulan

yang bersifat umum.12

H. Populasi dan Sampel

Peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Grabag

Magelang dan SMP Negeri 2 Ngablak Kabupaten Magelang.

I. Sistematika Pembahasan

Bagian awal terdiri dari halaman sampul, halaman judul, halaman

persetujuan, halaman pengesahan, pernyataan keaslian tulisan, halaman

motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar

12 Amsal Bahtiar, Filsafat Agama, Jakarta, Logis Wacana Ilmu, 1997, hlm. 3

Page 29: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

17

gambar, daftar lampiran, pedoman transliterasi, dan abstrak yang memuat

seluruh isi dari tesis secara singkat dan padat.

Bagian isi terdiri dari lima bab dan masing-masing bab berisi sub-bab.

Bab I. Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah yang berisi

landasan-landasan yang memunculkan permasalahan-permasalahan yang

akan diteliti. Permasalahan-permasalahan ini nantinya berupa pertanyaan-

pertanyaan. Fokus penelitian ini akan dijelaskan pada tujuan penelitian

sebagai arah dalam melakukan penelitian. Kegunaan penelitian merupakan

kontribusi hasil penelitian baik secara teoritis maupun praktis. Kerangka

pemikiran merupakan sub-bab berikutnya yang berisi penjelasan dari variabel

penelitian yang masih ambigu. Penelitian terdahulu merupakan penelitian

yang bisa dijadikan pertimbangan dan perbandingan dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan. Sistematika pembahasan sebagai sub-bab terakhir

merupakan penjelasan yang berupa urutan-urutan yang akan dibahas.

Bab II. Landasan teori, membahas tentang pengertian tradisi

keagamaan, dasar dan bentuk keagamaan, pengertian pendidkkan

karakter, metode pendidikan karakter, faktor yang mempengaruhi

peembentukan karakter, penegrtian karakter, macam-macam karakter

dalam pendidikan islam, metode membangun karakter, materi PAI

dalam memebntuk karakter relegius,

Bab III. Data hasil Penelitian. Bab ini berisi tentang profil tempat

penelitian, visi dan misi, tujuan, motto, tradisi keagamaan, tabel.

Page 30: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

18

Bab IV Analisa data.Bab ini terdiri dari analisis tentang tradisi

keagamaan dalam membentuk karakter siswa, meliputi perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi, analisis pencapaian karakter keagamaan dan langkah-

langkahnya.

Bab V. Penutup. Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran.

Kesimpulan memuat uraian singkat terkait fokus penelitian. Saran merupakan

masukan bagi instansi pihak yang terkait dengan penelitian ini.

Bagian akhir berisi daftar rujukan, lampiran-lampiran, dan biodata

peneliti. Daftar rujukan memuat referensi-referensi yang digunakan peneliti

untuk menyelesaikan penelitian ini. Lampiran-lampiran memuat dokumen-

dokumen yang mendukung penelitian ini, time schedule penulisan tesis, daftar

pertanyaan untuk wawancara, dan daftar observasi. Biodata peneliti berupa

biografi peneliti secara lengkap.

Page 31: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tradisi Keagamaan

1. Pengertian Tradisi keagamaan

Tradisi keagamaan adalah penggabungan dua istilah antara tradisi

dan agama. Untuk lebih jelas alangkah baiknya kita ketahui dulu apa

pengertian tradisi. Tradisi yang bahasa Inggrisnya tradition berasal dari

kata latin traditio yakni dari tradire yaitu menyerahkan, menurunkan atau

mengingkari. Tradisi juga berarti intelek (bukan intelegensi), sedangkan

dalam ilmu, tradisi berarti kontinuitas pengetahuan dan motode-metode

penelitian.

Tradisi adalah suatu yang diwariskan atau ditranmisikan dari masa

lalu ke masa kini. Sedangkan menurut Anton Rustanto tradisi adalah

suatu perilaku yang lazim orang lakukan dalam sebuah tatanan

masyarakat tertentu secara turun menurun. Hal ini dilakukan semata-mata

karena sifat dari tradisi adalah kontinuitas, dilakukan terus menerus

sesuai dengan apa yang dilakukan oleh para pendahulu mereka.1

Setelah mengetahui pengertian tradisi, selanjutnya melangkah pada

pengertian keagamaan. Keagamaan jika ditelusuri berasal dari kata

agama. Agama ialah suatu sistem kepercayaan yang disatukan oleh

1 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Rosda Karya, 2001, hal. 294.

19

Page 32: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

20

praktik yang berkaitan dengan hal-hal yang suci, yakni hal-hal yang

diperbolehkan dan dilarang kepercayaan dan praktik-praktik yang

mempersatukan komunitas moral yang disebut Gereja atau Masjid,

Wihara, Pura dan sebagainya. Sementara menurut Stenbrink, tradisi

keagamaan ialah kumpulan atau hasil perkembangan sepanjang sejarah;

ada unsur baru yang masuk, ada yang ditinggalkan juga.2

Dari beberapa pengertian di atas, secara sederhana dapat penulis

simpulkan bahwa tradisi keagamaan adalah suatu tradisi yang

berkembang di tengah-tengah masyarakat dengan fenomena pelaksanaan

ajaran agama.

2. Dasar dan Bentuk Tradisi Keagamaan

Dasar dan bentuk Tradisi keagamaan sering ditemui sulit berubah

karena sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,

tampaknya tradisi keagamaan sudah terbentuk sebagai norma 3yang

dibakukan dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Dalam pendidikan

tradisi keagamaan merupakan unsur sosial yang telah mengakar dalam

kehidupan masyarakat dan sulit berubah. Pada umumnya, pada

masyarakat pedesaan, tradisi keagamaan erat kaitannya dengan mitos dan

agama. Mitos lahir dari tradisi yang sudah mengakar kuat di suatu

masyarakat, sementara agama dipahami berdasarkan kultur setempat

sehingga mempengaruhi tradisi.

2 Baidhawi, Zakiyuddin, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta:

Airlangga, 2005,58.

Page 33: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

21

Dasar tradisi keagamaan memang lahir dari suatu ajaran yang

bersifat normatif. Dari sudut pandang sosiologis, tradisi merupakan suatu

pranata sosial, karena tradisi dijadikan kerangka acuan norma dalam

masyarakat Kerangka acuan norma ini ada yang bersipat sekunder dan

primer. Yang sekunder, pranata itu bercorak rasional, terbuka dan umum,

kompetitif dan konflik yang menekankan legalitas, seperti pranata

politik, pranata pemerintahan, ekonomi dan pasar, berbagai pranata

hukum dan keterkaitan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.

Pranata ini dapat diubah struktur dan peranan hubungan antar

peranannya maupun norma-norma yang berkaitan dengan itu.

Tampaknya, pranata sekunder ini bersipat fleksibel, mudah berubah

sesuai dengan situasi yang diinginkan oleh pendukungnya. Sedangkan

pranata primer berhubungan dengan kehormatan dan harga diri, jati diri

serta kelestarian masyarakatrnya, karena, pranata ini merupakan

kerangka acuan norma yang mendasar dan hakiki dalam kehidupan

manusia itu sendiri

Oleh karena itu, pranata ini tidak dengan mudah dapat berubah

begitu saja. Mengacu kepada penjelasan di atas, tradisi keagamaan

termasuk ke dalam pranata primer. Karena pranata keagamaan ini

mengandung unsur-unsur yang berkaitan dengan Ketuhanan atau

keyakinan, tindakan keagamaan, perasaan-perasaan yang bersifat mistik,

penyembahan kepada yang suci, dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang

hakiki. Dalam hubungan dengan masalah kebudayaan yang sudah

Page 34: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

22

menjadi tradisi inilah, maka tradisi keagamaan sulit berubah, karena

selain didukung oleh masyarakat, juga memuat sejumlah unsur-unsur

yang memiliki nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan keyakinan

masyarakat. Demikian juga tradisi keagamaan mengandung nilai-nilai

yang sangat penting yang berkaitan dengan agama yang dianut oleh

masyarakat atau pribadi-pribadi pemeluk tersebut. Dalam aspek

pendidikan di Indonesia, tradisi keagamaan begitu kental sehingga dapat

ditemui pada materi pelajaran yang mengandung banyak tradisi

keagamaan. Secara sederhana penulis memaknai bahwa tradisi

keagamaan adalah hal-hal yang mengandung ajaran agama, dalam hal ini

agama Islam. Dapat kita temui dan lihat beberapa institusi pendidikan

yang berbasis pesantren atau agama banyak memakai tradisi keagamaan,

misalnya memasukkan materi Yasinan atau tahlilan ke dalam materi atau

bahan ajar pendidikan.

Menurut Zakiah Daradjat, sikap siswa terhadap agama dapat

dibedakan menjadi empat, yaitu:4

a) Percaya turut-turutan

Yaitu percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama

karena ia terdidik dalam lingkungan beragama, karena orangtuanya

orang beragama, teman-teman dan masyarakat sekelilingnya rajin

menjalankan ibadah dan ajaran agama. Maka ia ikut percaya dan

melaksanakan ajaran agama sekedar mengikuti suasana dan

4 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1989, 23.

Page 35: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

23

lingkungan dimana ia hidup.

b) Percaya dengan kesadaran

Sekitar usia 16 tahun, siswa mulai meninjau dan meneliti

kembali cara beragama pada masa kecil. Ia tidak puas dengan

pengertian atau pemahaman tentang ajaran agama yang diterimanya

ketika kecil. Ia ingin menjadikan agama sebagai hal baru untuk

membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama sekedar

ikut-ikutan

c) Percaya tapi ragu-ragu

Kebimbangan terhadap ajaran agama yang pernah diterima

tanpa kritik semasa kecilnya merupakan tanda bahwa kesadaran

agama mulai tumbuh pada siswa yang bertepatan dengan masa

remaja. Biasanya kebimbangan itu muncul setelah pertumbuhan

kecerdasan mencapai kematangannya, sehingga ia dapat mengkritik,

menerima atau menolak apa yang saja yang dijelaskan kepadanya.

Dapat dikatakan bahwa pada masa remaja akhir, keyakinan

beragama lebih diwarnai oleh pikiran, berbeda dengan pada masa

permulaan remaja dimana perasaan yang lebih menguasai keyakinan

agamanya.

d) Tidak percaya sama sekali

Salah satu perkembangan yang terjadi adalah mengingkari

adanya Tuhan dan menggantinya dengan keyakinan lain atau

mungkin pula hanya tidak mempercayai adanya Tuhan secara

Page 36: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

24

mutlak. Seperti diketahui, semakin bertambah kemampuan

seseorangan dalam mengetahui sebab-akibat sesuatu, maka semakin

kurang kembalinya kepada Tuhan dalam menerangkan sesuatu yang

tidak dikenalnya.

Kenyataan ini tentu saja dapat penulis katakan bahwa pendidikan

dan tradisi keagamaan sangat erat dan begitu sulit untuk

dipisahkan.Kembali pada dasar tradisi keagamaan itu, jika kita melihat

rujukan dalil naqli tentang dasar tradisi keagamaan sangat bervariatif

dalam menginterpretasikannya.Misalkan kebiasaaan membaca yasin pada

saat-saat tertentu.Jika dilihat dasar membaca yasin memang ada anjuran

dalam Islam karena yasin adalah bagian dari ayat al-Qur’an, sedangkan

bagi kaum muslimin sangat dianjurkan untuk membaca al-Qur’an dan

memahaminya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Faathir : 29-30:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah

dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang

kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-

terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,

Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan

menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Mensyukuri (Al-Faathir: 29-30)

Kemudian dalam hadits nabi yang diriwayatkan oleh A’isyah :

Artinya: Orang yang membaca al-Qur‟an dan pandai dalam

membacanya ia bersama para malaikat yang mulia. Dan yang membaca

Page 37: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

25

al-Qur‟an dengan mengeja dan ia membacanya dengan sulit, ia

mendapatkan dua pahala( Hadits Muttafaq alaih dan lafal ini dari

Muslim) .

Dari al-Nu’man bin Basyir ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Yang

paling utama dari ibadah ummatku adalah membaca al-Qur‟an”.

Dari Ibnu Abbas, ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

”Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya tidak ada al-Qur‟an sama

sekali, tak ubahnya seperti rumah yang rusak.” ( Diriwayatkan oleh at-

Tirmidzi, Ahmad bin Hanbal, al-Hakim, dan al—Darimi ).

Pendidikan merupakan suatu yang sangat urgen dalam setiap

negara.Indonesia telah merubah dan menyempurnakan kurikulum hingga

sekarang. Awalnya menggunakan KTSP sekarang telah menggunakan

Pendidikan Karakter.

Berlatar belakang bahwa nilai, norma, dan mental bangsa mulai surut,

maka di situlah muncul ide untuk memperbaiki karakter bangsa Indonesia

melalui pendidikan karakter. selain itu menurut Ki Hajar Dewantara

menyatakan bahwa “pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan

bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect),

dan tubuh anak. Jadi sedah jelas, bahwa pendidikan merupakan kunci utama

untuk menumbuh kembangkan karakter bangsa menjadi baik.

Di bawah ini akan dijelaskan tentang pengertian Pendidikan Karakter

menurut para Ahli:

Page 38: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

26

a. Menurut Suyanto

Pendidikan karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang

menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik

dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.

b. Menurut Kertajaya

Pendidikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu

benda atau individu.Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada

kepribadian benda atau individe tersebut, serta merupakan “mesin”

yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berucap,

dan merespon sesuatu.

c. Menurut Kamus Psikologi

Menurut kamus psikologi pendidikan karakter adalah kepribadian

ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang,

dan berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.

d. Menurut Thomas Lickona

Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk

membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan,

dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.

Dalam kerangka perwujudan fungsi idealnya kualitas SDM, sistem

pendidikan Islam haruslah senantiasa mengorientasikan diri untuk

menjawab kebutuhan dan tantangan dalam masyarakat sebagai konsekuensi

logis dari perubahan. Pendidikan Islam, baik pada sekolah dan perguruan

Page 39: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

27

tinggi umum maupun pada sekolah keagamaan (madrasah) dan perguruan

tinggi agama Islam, semakin kukuh sebagai bagian integral dari pendidikan

nasional. Dalam kerangka pendidikan demokratis, guru bukan lagi satu-

satunya pemegang monopoli dalam proses pembelajaran, namun ia tetap

merupakan narasumber penting pembelajaran peserta didik. Tetapi pada saat

yang sama, kini ia harus lebih siap mendengar, lebih siap memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk menyatakan pikiran dan ekspresi

diri mereka. Bahkan lebih dari itu, guru sepatutnya senantiasa mendorong

dan merangsang para peserta didik untuk bicara, mengekpresikan apa yang

hidup dalam diri mereka, dan kalau perlu mempersoalkan berbagai substansi

pembelajaran yang mereka terima secara kritis.5

3. Stategi Keagamaan

Keagamaan adalah suatu fenomena sosial keagamaan yang

mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia,

manusia dengan alam sekitar sesuai dan sejalan dengan ajaran agama

yang mencakup tata keimanan, tata kepribadian, dan tata kaidah atau

norma yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem

yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi

bagian-bagiannya.6

Oleh karena itu penanaman nilai-nilai agama adalah proses

menanamkan konsep penghargaan tertinggi yang diberikan masyarakat

5 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Jakarta, UIN Jakarta Press: 2012, 57.

6 Arifin, Filsafat Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Bumi Aksara: 1993, 141.

Page 40: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

28

kepada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keragaman yang

bersifat suci menjadi pedoman tingkah laku keagamaan masyarakat. Ada

tiga aspek yang harus diperhatikan dalam menetapkan tujuan penanaman

nilai-nilai keagamaan kepada anak yaitu aspek usia, aspek fisik, dan

aspek psikis anak. Rasa keagamaan dan nilai-nilai keagamaan akan

tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan

psikis maupun fisik anak. Perhatian anak terhadap nilai-nilai dan

pemahaman agama akan muncul manakala mereka sering melihat dan

terlibat dalam upacara keagamaan, dekorasi dan keindahan rumah

ibadah, rutinitas, ritual orang tua dan lingkungan sekitar ketika

menjalankan peribadatan.

Sedangkan menurut penulis penanaman nilai keagamaan adalah

suatu proses edukatif berupa kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan

sabar, terencana dan dapat dipertanggung jawabkan untuk memelihara,

melatih, membimbing, mengarahkan, dan meningkatkan pengetahuan

keagamaan, kecakapan sosial, dan praktek serta sikap keagamaan anak

selanjutnya dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut dapat diungkapkan bahwa dalam rangka pembangunan

manusia seutuhnya (insan kamil) dan masyarakat Indonesia seluruhnya

(masyarakat pancasila), maka pendidikan agama berfungsi:7

a. Dalam aspek individual adalah untuk membentuk manusia yang

percaya dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

7 Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta, Gema Windu Panca

Perkasa: 2000, 22.

Page 41: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

29

b. Dalam aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara adalah untuk:

1) Melestarikan Pancasila dan melakukan ketentuan UUD 1945.

2) Melestarikan asas pembangunan nasional, khususnya asas

perikehidupan dan keseimbangan.

3) Melestarikan modal dasasr pembangunan nasional yakni modal

ruhaniyah dan mental berupa kepercayaan dan ketaqwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4) Membimbing warga Negara Indonesia menjadi warga Negara

yang sekaligus umat yang taat menjalankan agamanya.

Dengan demikian maka hasil yang diharapkan dari kegiatan

pendidikan agama pada anak jenjang ini adalah menumbuhkan rasa agama

dalam kepribadian anak dan terbentuknya dasar moral yang baik, serta

mulai terbina sikap positif terhadap agama. Kegiatan pendidikan agama

pada masa ini dikembangkan lebih banyak bersifat pengenalan, latihan dan

pembiasaan.

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran nilai

agama, yaitu strategi tradisional, strategi bebas, strategi reflektif dan strategi

transinternal.8

Pertama, pembelajaran menggunakan strategi tradisional, yaitu

dengan jalan memberikan nasihat atau doktrinasi. Dengan kata lain, strategi

ini ditempuh dengan jalan memberitahukan secara langsung nilai mana yang

8 Muhaimin, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2004, 172.

Page 42: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

30

baik dan yang kurang. Dengan strategi ini guru memiliki peran yang

menentukan, karena kebaikan atau kebenaran datang dari Allah SWT, dan

siswa tinggal menerima kebaikan atau kebenaran itu tanpa harus

mempersoalkan hakikatnya. Penerapan strategi tersebut akan menjadikan

peserta didik hanya mengetahui atau menghafalkan jenis-jenis nilai tertentu

yang kurang baik, dan belum tentu melaksanakannya. Sedangkan guru atau

pendidik kadang-kadang hanya berlaku sebagai juru bicara nilai, dan ia pun

belum tentu melaksanakannya. Karena itu, tekanan strategi ini lebih bersifat

kognitif, sementara segi efektifnya kurang dikembangkan.

Kelemahan lainnya terletak pada aspek pengertian peserta didik

terhadap nilai itu sendiri yang bersifat paksaan dan paksaan akan lebih

efektif bila dengan hukuman atau penggunaan hukuman atau ganjaran yang

bersifat material hal ini jelas kurang menguntungkan untuk pembelajaran

nilai yang seharusnya mengembangkan kesadaran internal pada peserta

didik.

Kedua, pembelajaran dengan menggunakan strategi bebas merupakan

kebalikan dari strategi tradisional, dalam arti guru atau pendidik tidak

memberitahukan kepada peserta didik justru diberi kebebasan sepenuhnya

untuk memilih dan menentukan nilai mana yang akan diambilnya, karena

nilai yang baik bagi orang lain belum tentu baik pula bagi peserta didik itu

sendiri. Dengan demikian peserta didik memiliki kesempatan yang seluas-

luasnya untuk memilih dan menentukan nilai mana yang baik dan tidak

baik, dan peserta didik dan guru sama-sama terlibat secara aktif.

Page 43: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

31

Stategi tersebut juga mempunyai kelemahan antara lain peserta didik

belum tentu memilih nilai-nilai mana yang baik dan kurang baik, karena

masih memerlukan bimbingan dari pendidik untuk memilih nilai yang cocok

digunakan bagi orang-orang dewasa dan pada objek-objek nilai

kemanusiaan.

Ketiga, pembelajaran dengan menggunakan strategi reflektif adalah

dengan jalan mondar-mandir antara menggunakan pendekatan teoritik ke

pendekatan empiric, atau mondar mandir antara pendekatan deduktif dan

induktif.Dalam penggunaan strategi tersebut dituntut adanya konsistensi

dalam penerapan criteria untuk mengadakan analisis terhadap kasus-kasus

empiric yang kemudian dikembalikan kepada konsep teoritiknya dan juga

diperlukan konsisten penggunaan aksioma-aksioma terapan pada kasus-

kasus yang lebih khusus dan operasional.Strategi ini lebih relevan dengan

tuntutan perkembangan berfikir peserta didik dan tujuan pembelajaran nilai

untuk menumbuhkan kesadaran rasional dan keluasaan wawasan terhadap

nilai tersebut.9

Keempat, pembelajaran dengan strategi transiternal merupakan cara

untuk membelajarkan nilai dengan jalan melakukan transformasi nilai,

dilanjutkan dengan transaksi dan transinternalisasi. Dalam hal ini guru dan

peserta didik sama-sama terlibat dalam proses komunikasi aktif, tetapi juga

melibatkan komunikasi batin (kepribadian) antara keduanya.

9 Muhaimin, 173.

Page 44: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

32

4. Metode Keagamaan

Pendidikan Agama Islam pada kenyataannya lebih sulit disbanding

dengan pendidikan lainnya, karena pendidikan agama menyangkut

masalah perasaan dan lebih menitik beratkan pada pembentukan

kepribadian peserta didik.Oleh karena itu para guru di bidang agama

dituntut untuk usaha sedemikian rupa sehingga dapat membawa peserta

didik ke arah tujuan pendidikan.Oleh karena itu usaha yang tidak pernah

guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai

salah satu komponen yang ikut ambil bagian keberhasilan kegiatan

belajar mengajar.Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal

yang aneh, tapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh seorang

guru.

Beberapa pakar pendidik telah merumuskan beberapa metode

penanaman nilai-nilai keagamaan yang berpengaruh terhadap anak,

antara lain:

a. Metode keteladanan

Metode keteladanan adalah metode pembelajaran dengan

cara memperlihatkan keteladanan, baik yang langsung melalui

penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah,

perilaku pendidik dan tenaga pendidik lain yang mencerminkan

akhlak terpuji maupun secara langsung melalui sejumlah ilustrasi

Page 45: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

33

kisah-kisah keteladanan.10

Teladan yang baik haruslah diikuti oleh

pikiran dan tingkah laku secara bersamaan. Biasanya seorang anak

atau siswa akan menfigurkan seseorang dan akan dijadikannya

sebagai pedoman dan tak jarang figure yang mereka idolakan

adalah yang dekat dengannya.11

Seorang pendidik merupakan

contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan

santunnya akan melekat pada diri dan perasaannya baik dalam

bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, indrawi

maupun spiritual.12

b. Metode pembiasaan

Pendidikan dengan pembiasaan dan latihan merupakan salah

satu penunjang pokok kependidikan dan merupakan slah satu

penunjang pokok kependidikan dan merupakan salah satu sarana

dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan

moralnya. Hal ini berangkat dari perhatian temu muka, memberi

peringatan dan motivasi, serta berbagai petunjuk dan pengarahan.13

Dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak hendaknya

semakin banyak diberikan latihan pembiasaan nilai-nilai

keagamaan yang dilakukan oleh anak dan semakin bertambah usia

anak, hendaklah semakin banyak pula penjelasan dan pengertian

10 Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, 154.

11 Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2005, 39.

12 Abdullah Nasih Ulwah, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar,

Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, 1.

13 Abdullah Nasih Ulwah, 65.

Page 46: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

34

tentang nilai-nilai agama itu sesuai dengan perkembangan

kecerdasan anak. Karena pembiasaan agama itu akan memasukkan

unsur-unsur yang positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.

Semakin banyak pengalaman agama, maka semakin anak

membiasakan diri dalam kehidupan yang dijalani sehari-hari.

Pembiasaan yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat di

ingatan dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan

mudah. Dengan demikian metode pembiasaan sangat baik dalam

rangka mendidik akhlak anak.

c. Metode bercerita

Secara tradisional, bercerita dipandang sebagai hiburan di

perpustakaan atau selama waktu tambahan khusus di

kelas.Bercerita harus di pandang sebagai alat pengajaran yang vital

karena strategi ini telah digunakan oleh semua kebudayaan di

seluruh dunia selama ratusan tahun. Apabila akan menggunakan

metode bercerita di kelas, seorang guru harus menggabungkan

konsep, gagasan dasar, dan tujuan pengajaran menjadi sebuah

cerita yang dapat guru sampaikan secara langsung kepada siswa.14

Ada beberapa teknik yang dapat dipergunakan antara lain sebagai

berikut:

1) Membaca langsung dari buku

2) Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku

14 Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara, Bandung: Kaifa, 2003, 101.

Page 47: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

35

3) Menceritakan dongeng

4) Bercerita dengan menggunakan media boneka

5) Dramatisasi suatu cerita

d. Metode bermain

Bermain merupakan kegiatan yang spontan dan kreatif,

dengan bermain anak menemukan ekspresi sepenuhnya.Bermain

penting bagi anak-anak untuk perkembangan kepribadian. Metode

bermain adalah metode pengajaran yang dilakukan melalui

permainan yang dapat membangkitkan siswa dalam proses

pembelajaran. Melalui kegiatan bermain anak dapat berlatih

menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan

berbagai masalah dan mengembangkan kreatifitasnya, yaitu

melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan, memanfaatkan

imajinasi atau ekspresi diri, kegiatan-kegiatan pemecahan masalah

dan sebagainya.15

e. Metode karya wisata

Karya wisata merupakan salah satu metode melaksanakan

kegiatan pengajaran dengan cara mengamati dunia sesuai dengan

kenyataannya yang ada secara langsung meliputi manusia, hewan,

tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya. Dengan mengamati

secara langsung akan memperoleh kesan yang sesuai dengan

pengamatannya. Dan pengamatan ini diperoleh melalui panca

15 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rieneka Cipta,

2004, 157.

Page 48: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

36

indera yakni mata, telinga, lidah, hidung, atau penglihatan,

pendengaran, pengecap, pembauan, pengecap dan peradaban.

Penerapan metode karya wisata sangat baik digunakan untuk

menanamkan jiwa keagamaan pada anak, karena dengan karya

wisata akan didik akal mengetahui dan melihatnya secara langsung

banyaknya dan indahnya ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, selain itu

pengalaman langsung dapat membuat setiap anak lebih tertarik

kepada pelajaran yang disajikan sehingga anak didik lebih ingin

mendalami ikhwal yang diminati dengan mencari informasi dari

buku-buku sumber lainnya serta menumbuhkan rasa cinta kepada

alam sekitar sebagai ciptaan Tuhan. Metode karya wisata berfungsi

pula memberikan hiburan kepada anak didik dan rekreatif.

f. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana

seorang guru atau orang lain sengaja diminta atau murid

memperlihatkan pada seluruh kelas tentang kaifiyah melakuan

sesuatu.

Segi positif yang dimiliki metode demonstrasi adalah:

1) Perhatian akan terpusat kepada apa yang akan

didemonstrsasikan dan memberikan kemungkinan akan

berfikir lebih kritis

2) Akan mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan

karena anak mengamati secara langsung terhadap proses.

Page 49: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

37

Segi negatif yang dimiliki oleh metode demonstrasi adalah:

1) Dalam melaksanakan metode demonstrasi biasanya

memerlukan waktu yang banyak

2) Metode ini sukar dilaksanakan apabila anak belum siap untuk

melaksanakannya.

g. Metode Tanya jawab

Metode Tanya jawab adalah cara penyampaian pelajaran oleh

seorang guru dentan jalan mengajukan pertanyaan kepada murid

atau anak didik menjawab, yang diharapkan terjadi dialog antara

guru dan murid. Metode Tanya jawab bermaksud memotivasi anak

didik untuk bertanya selama proses belajar mengajar. Isi

pertanyaan tidak mesti haus mengenai pelajaran yang sedang

diajarkan, tetapi bisa mengenai petanyaan yang lebih luas yang

berkaitan dengan pelajaran.

5. Faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter

Faktor-faktor yang mempengaruhi karakter peserta didik secara

umum yaitu16

:

a. Faktor internal (pembawaan)

Watak peserta didik didik adalah luwes, lentur, bisa dibentuk

dan diubah. Proses pembentukan identitas sifat dan watak dinamakan

sosialisasi. Susah dan mudahnya proses ini tergantung pada usia dan

cara yang digunakan untuk sampai kepada tujuan.

16 Ahmad Izzan, Tafsir Pendidikan, Tangerang: Pustaka Aufa Media, 103

Page 50: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

38

b. Faktor lingkungan

Lingkungan tempat peserta didik hidup diyakini besar

pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian dan karakter

peserta didik. Factor lingkungan tersebut meliputi lingkungan

keluarga, sekolah, dalam masyarakat luas. Keluarga merupakan

lingkungan yang pertama dan utama dialami seorang peserta didik.

Situasi keluarga akan turut menentukan bagaimana karakter peserta

didik dibentuk. Sedangkan sekolah merupakan lingkungan tampat

bertemu peserta didik dengan teman-teman yang lain. Pertemuan

mereka datang dari berbagai budaya dan social yang berbeda-beda.

Seorang peserta didik secara psikologis berada pada masa pencarian

identitas, akan mengikuti gaya hidup temannya yang lain yang

dianggap cocok dengan dirinya. Adanya pengaruh factor lingkungan

ini dapat didasarkan pada QS.asy-Syams ayat 7-10.

B. Karakter Religius

1. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau

menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan

dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur,

kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.

Page 51: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

39

Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut

dengan berkarakter mulia.17

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Dekdiknas adalah

“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,

tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian,

berperilaku, bersifat, dan berwatak.

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang

potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya

diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup

sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban,

pemberani, dapat dipercaya, jujur, menempati janji, adil, rendah hati, malu

berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun,

ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif,

visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai

waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta

keindahan (estetis, sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki

kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga

mampu bertidak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakter adalah

realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional,

sosial, etika, dan perilaku).

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang

berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya,

17 Majid, Abdul, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2012, hal. 11.

Page 52: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

40

sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada

umumnya dengan mengoptimalkan potensi (Pengetahuan) dirinya dan

disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).18

Karakter memberikan gambaran tentang suatu bangsa, sebagai

penanda, ciri sekaligus pembeda suatu bangsa dengan bangsa lainnya.

Karakter memberikan arahan tentang bagaimana bangsa itu menapaki dan

melewati suatu jaman dan mengantarkannya pada suatu derajat tertentu.

Bangsa yang besar memiliki karakter yang mampu membangun sebuah

peradaban besar yang kemudian mempengaruhi perkembangan dunia.

Demikianlah yang terjadi dalam sebuah perjalanan sejarah.Nabi

Muhammad SAW sebagai manusia sempurna yang pernah di muka telah

memberikan contoh keteladanan bagaimana membangun karakter bangsa

dan mempengaruhi dunia. Sehingga Michael H. Hart penulis buku 100

tokoh yang mempengaruhi di dunia menempatkan Nabi Muhammad SAW

sebagai manusia yang paling berpengaruh sepanjang sejarah kemanusiaan,

karena mampu mengubah karakter masyarakat dari realitas masyarakat

yang sangat tidak beradab, suka menyembah patung, suatu produk

manusia yang disembahnya sendiri, suka berjudi, suka membunuh anak

perempuannya karena dianggap melemahkan citra diri keluarga besar

(suku), memberikan penghargaan atas wanita dengan cara yang sangat

18 Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa; Pedoman

Sekolah, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kemendiknas, 2010, hal.

8-9.

Page 53: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

41

murah dan keji, memperjualbelikan manusia dengan sistem perbudakan

menjadi beradab dan bermoral.19

Semua realitas itu kemudian diubah dengan cara yang sangat indah

dan cerdas melalui keteladanan dan dibangun karakter masyarakatnya,

kemudian mampu mempengaruhi karakter bangsanya sehingga dapat

diakui dalam percaturan sebuah kawasan (jazirah) bahkan hingga mampu

mengubah sejarah perjalanan dunia.

Dalam membentuk karakter seorang peserta didik menurut Abudin

Nata dan Fauzan yang dikutip oleh Ahmad Izzan bahwa dalam

membentuk karakter seorang peserta didik tentunya harus memerlukan

bimbingan dari orang yang lebih dewasa.Hal ini dapat dipahami dari

kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap orang yang baru

lahir.20

Hal senada dengan firman Allah SWT yang artinya: “Dan Allah

mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui

sesuatu apa pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan

hati agar kamu bersyukur.”

Berdasarkan ayat di atas, bahwa peserta didik mempunyai

karakteristik. Diantara karakteristik tersebut adalah sebagai berikut21

:

1. Peserta didik menjadikan Allah SWT sebagai motivator utama

dalam menuntut ilmu.

19Akh Muwafik Shaleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta,

Erlangga:2002, 2.

20 Ahmad Izzan, Tafsir Pendidikan, Jakarta, Pustaka Aufa Media: 2012, 94.

21 Ahmad, hal 94

Page 54: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

42

2. Senantiasa mendalami pelajaran secara maksimal, yang

ditunjang dengan persiapan dan kekuatan mental, ekonomi fisik

dan psikis.

3. Senantiasa mengadakan perjalanan (rihlah; comparative study)

dan melakukan riset dalam rangka menuntut ilmu karena ilmu

itu tidak hanya dalam satu majelis, tetapi dapat dilakukan

ditempat dan majelis-majelis lainnya.

4. Memiliki tanggung jawab.

5. Ilmu yang dimilikinya dapat dimanfaatkan

Beberapa aspek anak didik yang perlu diperhatikan dalam dunia

pendidikan adalah pertama aspek pedagogis yaitu memandang manusia

sebagai animal educandum, binatang yang dapat didik. Kedua, aspek

sosiologis dan kultural, memandang manusia sebagai homo socius, yaitu

makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau yang memiliki

ghanizah (instinct) untuk hidup bermasyarakat. Ketiga, aspek tauhid;

memandang manusia sebagai makhluk yang berketuhanan.

2. Karakter Religius dalam Pendidikan Islam

Perlu diketahui macam-macam karakter peserta didik dalam

pendidikan Islam. Macam-macam karakter peserta didik yang paling

penting dalam pendidikan Islam yaitu:

a. Sabar

Sabar menurut Imam Al-Ghazali terdiri dari pengetahuan,

keadaan, dan amal. Pengetahuan didalamnya seperti pohon,

Page 55: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

43

keadaan seperti ranting-ranting, dan amal seperti buah.

Kesabaran terbesar adalah sabar dalam menahan diri

melampiaskan syahwat dan berlarut-larut dalam melakukannya,

dan juga seseorang peserta didik harus memiliki kesabaran bila

diganggu seseorang dalam perkataan dan perbuatan.

b. Jujur

Salah satu sifat seorang peserta didik yang dapat menentukan

kepercayaan orang lain, baik guru maupun teman sasama adalah

kejujuran. Jujur dapat ditandai dengan sikap terbuka atas apa

yang sebenarnya ada atau terjadi pada dirinya. Sifat jujur dapat

menumbuhkan rasa percaya diri. Dalam pandangan pendidikan

Islam, kejujuran seorang peserta didik merupakan asas yang

menjiwai segala hubungan dengan seorang guru. Sifat jujur yang

terpelihara dengan baik dalam diri seorang peserta didik akan

menjadikan seorang guru menaruh percaya pada peserta didik

tersebut.

c. Ikhlas

Ikhlas adalah perbuatan membersihkan dan memurnikan sesuatu

yang bersih dari campuran yang mencemarinya. Seorang pelajar

harus ikhlas dan membersihkan hati sebagai prasarat untut

menuntut ilmu.Menurut al-Nawwawi bahwa bersihnya hati

untuk ilmu bersihnya bumi untuk tanaman. Dengan demikian,

Page 56: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

44

seorang peserta didik perlu membersihkan hatinya agar dapat

menyerap ilmu pengetahuan secara baik.

d. Tawadhu’

Tawadhu’ yaitu mengakui kebenaran dari orang lain dan rujuk

dari kesalahan menuju kebenaran. Oleh sebab itu seorang murid

harus bersifat tawadhu’ terhadap ilmu dan guru, karena dengan

sikap tawadhu’ itulah ilmu dapat tercapai.

e. Qana’ah

Qana’ah yaitu menerima segala sesuatu apa adanya dan merasa

cukup. Sifat qana’ah berkaitan erat dengan cara penerimaan dan

kondisi psikologis seorang peserta didik terhadap apa yang

diperolehnya.

f. Toleran

Sifat toleran seorang pelajar yaitu menghindari perbedaan yang

dapat menimbulkan perpecahan demi meraih lezatnya

persaudaraan. Oleh karena itu sifat toleran dapat menimbulkan

persaudaraan yang terpelihara dan terhindar dari saling

bermusuhan. Seorang peserta didik yang toleran terhadap orang

lain berarti ia membangun persaudaraan yang menjadi jalan bagi

kelancaran belajar bersama.

Page 57: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

45

g. Ta’at

Ilmu hakikatnya cahaya Allah SWT dan hal itu hanya diberikan

kepada hambanya yang patuh dan tunduk terhadap ajaran dan

perintah-Nya. Perbuatan maksiat merupakan wujud dari

ketidaktaatan seseorang. Hal ini berkaitan dengan ketaatan pada

aturan-aturan Allah SWT. Di samping itu seorang peserta didik

yang sedang mencari ilmu, memerlukan pertolongan dan

bimbingan dari seorang guru. Peserta didik tidak boleh dibiarkan

begitu saja untuk tumbuh dan berkembang dengan sendirinya.

Dengan demikian seorang peserta didik yang ingin mendapatkan

ilmu yang benar itu memerlukan bimbingan, pengarahan, dan

pertunjukan dari guru terpercaya. Berdasarkan alasan ini, maka

muncul etika pergaulan yang baik yang harus dilakukan oleh

peserta didik ketika berhubungan dengan gurunya. Bagian inilah

yang pada gilirannya memunculkan perlunya ketaatan pada

seorang guru.

h. Tawakal

Tawakal adalah pengandalan hati kepada Tuhan yang Maha

Pelindung karena segala sesuatu keluar dari ilmu dan kekuasaan

serta kehendakNya, sedangkan selain Allah tidak dapat

membahayakan dan tidak dapat member manfaat. Seorang

peserta didik harus memiliki tawakal dan melakukan proses

Page 58: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

46

belajar supaya dapat memanfaatkan waktu baik di siang hari

maupun di malam hari, baik ketika diam atau dalam perjalanan.

i. Khauf dan raja’

Takut (khauf) dan harapan (raja’) termasuk kedudukan para

penempuh jalan Allah dan keadaan para pencari ridha Allah

SWT sifat yang ditunggu apabila menimbulkan kesedihan di

hati dinamakan rasa takut (khauf), dan jika menimbulkan

kegembiraan maka dinamakan harapan (raja’).Rasa takut dan

harapan adalah dua kendala untuk memimpin orang yang

melihat indahnya kebenaran di dalam hatinya.Maka siapa yang

melihat keindahan itu dengan hatinya, ia pun terbebas dari rasa

takut atau harapan.

j. Syukur

Dalam istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia kata syukur

diartikan sebagai rasa terima kasih kepada Allah. Jadi sifat

syukur berkaitan erat dengan cara berterima kasih.

Membangun karakter bangsa menjadi tanggung jawab bersama

semua pihak dan komponen dari bangsa ini untuk ikut terlibat

menyingsingkan lengan baju membangun karakter yang kuat dan khas.

Semua potensi bangsa haruslah bangkit dan bersatu padu untuk

melakukan sebuah gerakan dan tindakan dalam membangun karakter

bangsa agar negeri ini bangkit dan meraih cita-cita besarnya sehingga

mampu sejajar dengan bangsa-bangsa besar lain di dunia dan mampu

Page 59: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

47

memberikan kontribusi bahkan menjadi pusat peradaban. Unsur

masyarakat yang harus terlibat membangun karakter generasi, antara

lain22

:

1. Keluarga harus ikut terlibat membangun karakter generasinya

melalui kepedulian dan keteladanan orang tua dengan cara

memperkenalkan sejak dini dan mendampingi generasi. Kita

mengenal arti baik dan buruk dari keluarga melalui apa yang

sering dilihat, didengar dalam keluarga, ucapan, tindakan yang

ditampilkan khususnya orang tua. Ada sebuah ungkapan “al

ummu madrasatul „ula” ibu adalah tempat pendidikan pertama

dalam kehidupan seorang manusia.

2. Kalangan pelaku lembaga pendidikan di manapun tingkat dan

stratanya khususnya sejak pendidikan dasar, yaitu PAUD, TK,

SD, kemudian tingkat yang lebih atasnya SMP hingga

perguruan tinggi oleh pendidik (guru, dosen, dsb) juga harus

terlibat membangun karakter melalui penanaman nilai dan

penguatan nilai-nilai karakter itu dengan cara mengajarkannya

dan mendidiknya

3. Organisatoris (termasuk dalam organisatoris adalah para

pekerja, karyawan, aktivis organisasi, pemimpin organisasi

apapun organisasinya, organisasi professional, pemerintahan

22 Akh Muwafik Shaleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta,

Erlangga:2002, 10.

Page 60: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

48

ataupun lembaga dan instutusi lainnya): mempraktikkannya

dan memberikan contoh teladan yang baik.

3. Metode Membangun Karakter

Metode membangun karakter diantaranya23

:

a. Melalui keteladanan

Dari sekian banyak metode membangun dan menanamkan

karakter, metode inilah yang paling kuat.Karena keteladanan

memberikan gambaran secara nyata bagaimana seseorang harus

bertindak.Keteladanan berarti kesediaan setiap orang untuk

menjadi contoh dan miniature yang sesungguhnya dari sebuah

perilaku.

b. Melalui simulasi praktek (experiential learning)

Dalam proses belajar, setiap informasi akan diterima dan

diproses melalui beberapa jalur dalam otak dengan tingkat

penerimaan yang beragam. Terdapat enam jalur menuju otak,

antara lain melalui apa yang dilihat, didengar, dikecap, disentuh,

dicium, dan dilakukan. Bahkan Confucius, 2400 tahu lalu

mengatakan: What I Hear, What I Forget, What I See, What I

Remember, What I Do, What I Understanding.

c. Menggunakan metode ikon dan afirmasi (menempel dan

menggantung)

23 Akh Muwafik Shaleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta,

Erlangga:2002, 12

Page 61: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

49

Memperkenalkan sebuah sikap positif dapat pula dilakukan

dengan memprovokasi semua jalur menuju otak kita khususnya

dari apa yang kita lihat melalui tulisan atau gambar yang

menjelaskan sikap positif tertentu. Misalnya dengan tulisan

afirmasi dan ikon-ikon positif yang ditempelkan atau digantungkan

ditempat yang mudah untuk kita lihat.

d. Menggunakan metode repeat power

Yaitu dengan mengucapkan secara berulang-ulang sifat atau

nilai positif yang ingin dibangun.Metode ini dapat pula disebut

dengan metode Dzikir Karakter. Metode ini merupakan salah satu

cara untuk mencapai sukses dengan menanamkan sebuah pesan

positif pada diri kita secara terus menerus tentang apa yang ingin

kita raih

e. Metode 99 sifat utama

Metode ini adalah melakukan penguatan komitmen nilai-nilai

dan sikap positif dengan mendasarkan pada 99 Sifat Utama

(Asma’ul Husna) yaitu pada setiap harinya setiap orang memilih

salah satu sifat Allah (Asma’ul Husna) secara bergantian kemudian

menuliskan komitmen perilaku aplikatif yang sesuai dengan sifat

tersebut yang akan dipraktikkan pada hari itu.

f. Membangun kesepakatan nilai keunggulan

Baik secara pribadi atau kelembagaan menetapkan sebuah

komitmen bersama untuk membangun nilai-nilai positif yang akan

Page 62: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

50

menjadi budaya sikap atau budaya kerja yang akan ditampilkan dan

menjadi karakter bersama. Hal ini haruslah menjadi sebuah

kesepakatan bersama.

g. Melalui penggunaan metafora

Yaitu dengan menggunakan metode pengungkapan cerita

yang diambil dari kisah-kisah nyata ataupun kisah inspiratif lainnya

yang disampaikan secara rutin kepada setiap orang dalam institusi

tersebut (siswa, guru, karyawan dll) dan penyampaian kisah

motivasi inspiratif tersebut dapat pula selalu diikutsertakan pada

setiap proses pembelajaran atau sesi penyampaian motivasi pagi

sebelum memulai pekerjaan.

C. Materi Pembelajaran PAI Dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa

Pembentukan karakter Religius ini tentu dapat dilakukan jika seluruh

komponen stake holders pendidikan dapat berpartisipasi dan berperan serta,

termasuk orang tua dari siswa itu sendiri.24

Kementrian Lingkungan Hidup (dikutip oleh Thontowi, 2012)

menjelaskan 5 (lima) aspek religius dalam Islam, yaitu:

1. Aspek iman, menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan Tuhan,

malaikat, para nabi dan sebagainya.

2. Aspek Islam, menyangkut frekuensi, intensitas pelaksanaan ibadah yang

telah ditetapkan, misalnya sholat, puasa dan zakat.

2416 Elearning Pendidikan. 2011. Membangun Karakter Religius Pada Siswa Sekolah

Dasar. dalam, (http://www.elearningpendidikan.com), diakses 11 April 2014.

Page 63: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

51

3. Aspek ihsan, menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran

Tuhan, takut melanggar larangan dan lain-lain.

4. Aspek ilmu, yang menyangkut pengetahuan seseorang tentang ajaran-

ajaran agama.

5. Aspek amal, menyangkut tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat,

misalnya menolong orang lain, membela orang lemah, bekerja dan

sebagainya.

Kemudian secara universal, Thontowi mengemukakan 6 (enam)

komponen religius, antara lain:25

a. Ritual, yaitu perilaku seromonial baik secara sendiri-sendiri maupun

bersama-sama.

b. Doctrin, yaitu penegasan tentang hubungan individu dengan Tuhan.

c. Emotion, yaitu adanya perasaan seperi kagum, cinta, takut, dan

sebagainya.

d. Knowledge, yaitu pengetahuan tentang ayat-ayat dan prinsip-prinsip suci.

e. Ethics, yaitu atauran-aturan untuk membimbing perilaku interpersonal

membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk.

f. Community, yaitu penegasan tentang hubungan manusia dengan makhluk

atau individu yang lain.

Menurut perspektif Thontowi religius memiliki 5 (lima) dimensi

utama. Kelima dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

25 Thontowi, Amsia, Kewarganegaraan dalam Ketahanan Nasional. Lampung: KDT,

2012.

Page 64: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

52

1) Dimensi Ideologi atau keyakinan, yaitu dimensi dari keberagamaan yang

berkaitan dengan apa yang harus dipercayai, misalnya kepercayaan

adanya Tuhan, malaikat, surga, dsb. Kepercayaan atau doktrin agama

adalah dimensi yang paling mendasar.

2) Dimensi Peribadatan, yaitu dimensi keberagaman yang berkaitan dengan

sejumlah perilaku, dimana perilaku tersebut sudah ditetapakan oleh

agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan, pengakuan dosa, berpuasa,

shalat atau menjalankan ritual-ritual khusus pada hari-hari suci.

3) Dimensi Penghayatan, yaitu dimensi yang berkaitan dengan perasaan

keagamaan yang dialami oleh penganut agama atau seberapa jauh

seseorang dapat menghayati pengalaman dalam ritual agama yang

dilakukannya, misalnya kekhusyukan ketika melakukan sholat.

4) Dimensi Pengetahuan, yaitu berkaitan dengan pemahaman dan

pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran agama yang dianutnya.

5) Dimensi Pengamalan, yaitu berkaitan dengan akibat dari ajaran-ajaran

agama yang dianutnya yang diaplikasikan melalui sikap dan perilaku

dalam kehidupan sehari-hari.

Karena demikian mendasar kehidupan dan fungsi agama dalam

kehidupan manusia maka agama dapat dijadikan nilai dasar bagi pendidikan,

termasuk pendidikan karakter, sehingga melahirkan model pendekatan

pendidikan berbasis agama. Pendidikan karakter yang berbasis pada agama

merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai berdasarkan agama

yang membentuk pribadi, sikap, dan tingkah laku yang utama atau luhur

Page 65: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

53

dalam kehidupan. Dalam agama islam, pendidikan karakter

memilikikesamaan dengan pendidikan akhlak. Istilah akhlak bahkan sudah

masuk dalam bahasa Indonesia yaitu akhlak. Akhlak (dalam bahasa Arab: al-

akhlak) menurut Ahmad Muhammad Al-Hufy dalam “Min Akhlak al-Nabiy”,

ialah “azimah (kemauan) yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-

ulang sehingga menjadi adat (membudaya) yang mengarah pada kebaikan

atau keburukan”. Karena itu, dikenalkan adanya istilah “akhlak yang mulia

atau baik” (akhlak al-karimah) dan “akhlak yang buruk” (al-akhlak al-syuu).

Ajaran tentang akhlak dalam Islam sangatlah penting sebagaimana

ajaran tentang aqidah (keyakinan), ibadah, dan mu‟ amalah (kemasyarakat).

Nabi akhiru zaman, Muhammad s.a.w, bahkan diutus untuk menyempurnakan

akhlak manusia, “innamaa buitstu li-utannima makaarim al-akhlak”.

Menyempurnakan akhlak manusia berarti meningkatkan akhlak yang sudah

baik menjadi lebih baik dan mengikis akhlak yang buruk agar hilang serta

diganti oleh akhlak yang mulia.Itulah kemuliaan hidup manusia sebagai

makhluk Allah yang utama. Betapa pentingnya membangun akhlak sehingga

melekat dengan kerisalahan Nabi.26

Karakteristik pembelajaran PAI dan Budi Pekerti pada setiap satuan

pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.

Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang

sasaran pembelajaran yang harus dicapai.Standar Isi memberikan kerangka

26 Hadedar Nashir, “Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya”, Yogyakarta:

Multi Presindo, 2013, hlm 22-24

Page 66: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

54

konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari

tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran

PAI dan Budi Pekerti mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan,

dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga

ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis)

yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan,

menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui

aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,

dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati,

menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karaktersitik

kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi

karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah

(scientific), dan tematik internal (dalam suatu mata pelajaran) perlu

diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry

learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya

kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan

menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya (project

based learning), dan berbasis Adapun karakteristik mata pelajaran PAI dan

Budi Pekerti adalah27

:

a) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan mata

pelajaran yang dikembangkan dari materi pokok pendidikan

27 Lampiran III, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 58 Tahun 2014

tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.

Page 67: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

55

agama Islam (al-Qur’an dan Hadis, aqidah, akhlak, fiqih dan

sejarah peradaban Islam).

b) Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI dan Budi Pekerti

merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu komponen

yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang

bertujuan untuk pengembangan moral dan kepribadian peserta

didik. Maka, semua mata pelajaran yang memiliki tujuan tersebut

harus seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh

mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.

c) Diberikannya mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti bertujuan untuk

terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada

Allah Swt., berbudi pekerti yang luhur (berakhlak yang mulia),

dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama

sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya, sehingga dapat

dijadikan bekal untuk memelajari berbagai bidang ilmu atau mata

pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negatif

yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut.

d) PAI dan Budi Pekerti adalah mata pelajaran yang tidak hanya

mengantarkan peserta didik dapat menguasai berbagai kajian

keislaman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana peserta didik

mampu menguasai kajian keislaman tersebut sekaligus dapat

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah

masyarakat. Dengan demikian, PAI dan Budi Pekerti tidak hanya

Page 68: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

56

menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting

adalah pada aspek afektif dan psikomotornya.

e) Secara umum mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti didasarkan

pada ketentuan-ketentuan yang ada pada dua sumber pokok ajaran

Islam, yaitu al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw., juga

melalui metode ijtihad (dalil aqli), para ulama dapat

mengembangkannya dengan lebih rinci dan mendetail dalam

kajian fiqih dan hasil-hasil ijtihad lainnya.

Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti adalah

terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia (budi pekerti

yang luhur), yang merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad saw di

dunia. Hal ini tidak berarti bahwa pendidikan Islam tidak memperhatikan

pendidikan jasmani, akal, ilmu, ataupun segi-segi praktis lainnya, tetapi

pendidikan Islam memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti juga

segi-segi lainnya. Untuk mengarah kerarah akhlak mulia tanamkan lebih dulu

pada diri anak maupun orangtua dengan rasa iman, islam, ihsan, ilmu dan

amal sehingga dalam langkah kehidupan memiliki ketenangan dalam jiwanya.

Page 69: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

57

BAB III

DATA HASIL PENELITIAN

A. Profil Tempat Penelitian

1. SMP Negeri I Grabag Kabupaten Magelang

Data tentang profil, visi misi, kondisi pendidik dan siswa, sarana

prasarana, perangkat pembelajaran penulis dapatkan dati Tata Usaha

SMP Negeri 1 Grabag Kabupaten Magelang.

a. Profil SMP Negeri 1 Grabag Kabupaten Magelang

SLTP Negeri 1 Grabag terletak di desa Grabag,

Kecamatan Grabag 20 km dari kota Magelang menuju ke

arah timur laut. Tepatnya di dusun Gowak Desa Grabag,

Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Desa Grabag

terletak antara 1100

18’15’’BT-110019’50’’BT dan

702’25’’LS7

022’20’’LS’. Topografi wilayah ini berada pada

ketinggian 673 m dari permukaan atas laut. Tingkat

kesuburan tanah cukup, sehingga bagus untuk lahan

pertanian, baik pertanian lahan basah maupun pertanian

lahan kering. Dengan tingkat kemajuan petaninya yang

beragam, cara bertani penduduk pun beragam pula. Dari

model petani tradisional sampai petani yang relatif modern.

Dengan tingkatan petani buruh sampai petani tanah. Macam

tanaman lahan basah adalah padi dan tanaman lahan kering

palawija sedang tanaman industri di antaranya cengkih, kopi

57

Page 70: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

58

dan tembakau saat musim kemarau, kayu albasiah dan lain-

lain. Wilayah pertanian sebagian besar terletak di wilayah

pinggiran desa, terutama bagi antara, barat berupa

persawahan, dan sebagian selatan, sedangkan untuk wilayah

timur dan sebagian selatan lebih banyak berupa kebun dan

tegalan wilayah tengah desa merupakan konsentrasi

pemukiman penduduk.

Letak Desa Grabag relatif berada di tengah wilayah

kecamatan Grabag. Desa Grabag dilingkungi oleh desa-desa

yang merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Grabag.

Batas-batas desa Grabag adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Desa Sidogede dan Desa Kartoharjo

Sebelah timur : Desa Kleteran

Sebelah selatan : Desa Sumurarum

Sebelah barat : Desa Banyusari

SMP Negeri 1 Grabag Kabupaten Magelang didirikan

pada tahun 1957, dengan nama SMP Persatuan bermula dari

prakarsa guru-guru alumnus SGA Negeri Semarang yang

mengajar di SD Negeri di wilayah Grabag bersama dengan

Bapak Mintarno. Karena masih merupakan sekolah baru

terbentuk maka sarana prasarana masih sangat bersahaja dan

belum memiliki gedung sendiri. Sebagai tempat kegiatan

Page 71: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

59

belajar mengajar meminjam meminjam gedung SD Negeri

Grabag 1 Kecamatan Grabag. Guru pengajarnya kebanyakan

guru-guru yang belum memiliki kualifikasi sebagai guru

SMP. Beberapa waktu kemudian karena berbagai alasan,

tempat belajarnya pindah ke gedung margatama atau gedung

balai desa Grabag.

Berkat kerjasama tokoh masyarakat dan masyarakat

melalui kegiatan gotong royongakhirnya SMP Persiapan

Grabag berhasil membangun be berapa ruang kelas dengan

menempati tanah bekas pasar yang terletak di sebelah barat

gedung Margatama. Dua tahun berikutnya, tepatnya tahun

1959 statusnya meningkat menjadi SMP Bantuan Negeri dan

mendapat droping guru-guru yang lebih profesional di

bidangnya dari pemerintah cq Departemen P dan K. Berkat

kemajuan yang dicapai sekolah, maka pada tanggal 14

September 1963 dengan Surat Keputusan No. 61/SK/B.

III/1963, pemerintah mengubah status sekolah menjadi

sekolah negeri sampai sekarang.

Setelah lebih dari lima dasa warsa berlalu, pada tahun

2005 setelah melalui verifikasi dari berbagai aspek,

Departemen Pendidikan Surat Keputusan Direktur

Pendidikan Lanjutan SMP Negeri 1 Grabag sebagai Sekolah

Standar Nasional (SSN). Sebuah predikat yang sangat berat

Page 72: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

60

diemban dan menuntut banyak konsekuensi. Segala sesuatu

yang berada di dalamnya harus memenuhi standar yang telah

ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

(SNP).

Tabel 1. Profil SMP N 1 Grabag

1. Nama Sekolah : SMP NEGERI 1 GRABAG

2. No. Statistik Sekolah : 201030818010

3. Status Sekolah : Negeri / Swasta *) coret yang tidak

perlu

4. Kualifikasi

Akreditasi

: A ( Amat Baik) Nilai : 89

5. Alamat Sekolah

a. Jalan : Raya No. 100 Grabag-Magelang

b. Kecamatan : Grabag

c. Kabupaten/Kota : Magelang

d. Propinsi : Jawa Tengah

6. Telepon : 0293 3148066

7. Faksimili : 0293 3148071

8. Alamat e-Mail : [email protected]

9. Alamat Web :

Jumlah Guru dan Siswa SMPN 1 Grabag Magelang

a) Kesesuaian penugasan guru dengan Ijazahnya :Jumlah guru yang

tugas mengajarnya sesuai dengan Ijazahnya= 31 orang

Jumlah guru yang tugas mengajarnya tidak sesuai dengan Ijazahnya =

3 orang

Page 73: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

61

b) Beban tugas mengajar guru: Jumlah guru dengan beban tugas

mengajar 24 jam atau lebih = 27 orang

Jumlah guru dengan beban tugas mengajar kurang dari 24 jam 7 orang

c) Sertifikasi Profesi Jumlah guru yang memiliki sertifikat profesi

pendidik= 29 orang

Jumlah guru yang belum memiliki sertifikat profesi pendidik 5 orang

b. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Grabag Kabupaten Magelang

1) Visi SMP N 1 Grabag adalah:

“BERIMTAQ, DISIPLIN, CERDAS, TERAMPIL DAN

BERBUDAYA”

Visi ini menjiwai warga sekolah untuk selalu

menjadikannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai

tujuan sekolah.

Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah yang

tergambar pada uraian berikut :

a) Berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi

kekinian

b) Sesuai dengan norma dan harapan masyarakat

c) Ingin mencapai keunggulan/komperatif

d) Mendorong semangan komitmen seluruh warga sekolah

e) Mendorong adanya perubahan yang lebih baik

f) Mendorong warga sekolah yang religius

Page 74: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

62

2) Misi SMP N 1 Grabag

a) Wajib melaksanakan tata tertib bagi semua komponen

sekolah dengan disertai pemberian sanksi dan penghargaan.

b) Melaksanakan KBM secara tertib dan teratur yang senantiasa

mengacu pada peningkatan prestasi sekolah serta

meningkatkan budaya baca.

c) Memberikan bekal keterampilan yang bermutu dan

bermanfaat.

d) Menumbuhkan penghayatan dan pelaksanaan ajaran agama

dan budi pekerti dalam rangka membentuk insan yang

bertakwa dan berbudi pekerti luhur.

e) Melaksanakan kegiatan pengembangan bakat, minat dan

potensi secara efektif

f) Menerapkan management partisipatif dengan melibatkan

seluruh komponen yang ada demi terciptanya kondisi

transparan, akuntabel, dan demokratis dalam

penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan.

c. Tujuan SMPN 1 Grabag

Tujuan tersebut secara bertahap akan dimonitoring, dievaluasi,

dan dikendalikan setiap kurun waktu 1 (satu) tahun sebagai berikut:

1) Tercapainya tingkat kelulusan 100% dengan rata-rata nilai 8,5

Page 75: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

63

2) Meningkatnya presentase lulusan yang diterima di sekolah

negeri (SMA/SMK/MA) sekurang-kurangnya 80% dari

lulusan.

3) Menjuarai berbagai kompetesi OSN, O2SN, FL2N

4) Terlaksananya program tadarus Al-Quran oleh siswa yang

beragama Islam dan pendalaman Kitab Suci bagi siswa

nonmuslim.

5) Terlaksananya program berbagai kegiatan keagamaan seperti:

Sholat Dhuhur berjamaah, Bimbingan baca tulis Al-Quran,

Pesantren kilat/Ramadhan, dan peringatan hari besar

keagamaan

6) Terlaksananya program 7 K (Keamanan, Ketertiban,

Keindahan, Kebersihan, Kenyamanan, Kerindangan,

Kekeluargaan) sehingga sekolah menjadi kondusif

7) Terlaksananya program 5 S (salam, salim, senyum, sapa, dan

santun)

8) Terlaksananya pelayanan yang optimal kepada semua pihak

yang memerlukan berdasarkan SAS (Sistem Administrasi

Sekolah)

9) Tersedianya media pembelajaran standar yang diperlukan.

10) Terjadinya kerja sama antar warga/keluarga besar sekolah

dan lingkungan sekitar.

Page 76: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

64

d. Motto SMP Negeri 1 Grabag

“Sopan Dalam Bersikap”

“Unggul Dalam Prestasi

“Trampil Dalam Bertindak”

2. SMP Negeri 2 Ngablak Kabupaten Magelang

a. Profil SMPNegeri Ngablak 2 Kabupaten Magelang

PROFIL SEKOLAH

1. Nama Sekolah

Alamat

Jalan/Kec./Kab./Kota

No. Telp.

: SMP NEGERI 2 NGABLAK

: Dusun Pondokan, Desa Madyogondo,

Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang

: ( 0293 ) 5808330

2. Nama Yayasan (bagi

swasta)

Alamat Yayasan & No.

Telp.

: -

: -

3. Nama Kepala Sekolah

No. Telp/HP

: BUDI SAYUTO, S.Pd

: 085868331555

4. Kategori Sekolah : SBI / SSN / Rintisan SSN / Reguler * )

5. Tahun didirikan/ Th.

Beroperasi

: 1996 / 1996

6. Kepemilikan

Tanah/Bangunan

a. Luas Tanah/ Status

b. Luas Bangunan

: Milik Pemerintah / Yayasan / Pribadi /

Menyewa/ Menumpang *)

: 6.640 M2/ SHM/HGB/Hak Pakai/Akte Jual-

Beli/Hibah *)

: 1.160 M2

7. No. Rekening Rutin

Sekolah

: 0048-01-026284-50-1, Nama Bank BRI

Cabang Magelang

Page 77: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

65

Tabel 2. Data Siswa dalam 5 (Lima) tahun terakhir

Tahun

Ajaran

Jml

Pendaftar

(Calon

Siswa

Baru)

Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah

( Kls I + II + III )

Jml

Siswa

Juml

ah

Rom

b.Be

l

Jml

Sisw

a

Jumla

h

Romb.

Bel

Jml

Siswa

Jumlah

Romb.

Bel

Jml

Siswa

Jumlah

Romb

.Bel

Th.

201020

11

80 org 72 org 3 rbl 65

org 3 rbl 62 org 3 rbl 199 org 9 rbl

Th.

2011/2

012

69 org 62 org 3 rbl 71

org 3 rbl 67 org 3 rbl 200 org 9 rbl

Th.

2012/2

013

69 org 68 org 3 rbl 61

org 3 rbl 68 org 3 rbl 197 org 9 rbl

Th.

2013/2

014

67 org 63 org 3 rbl 64

org 3 rbl 63 org 3 rbl 190 org 9 rbl

Th.

2014/2

015

68 org 68 org 3 rbl 62

org 3 rbl 64 org 3 rbl 194 org 9 rbl

Page 78: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

66

Tabel 3. Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha

Tenaga Pendidik/ TU Jumlah Keterangan

Tenaga Pendidik/ Guru 21 org

17 org Status Guru PNS

1 org. GTT Status PNS2 org. GTT

Murni

Pustakawan - org

Laboran

(IPA/Bahasa/Komputer) - org

Diampu Guru Mapel

Staf Tata Usaha 5 org 1 org KTU, 1 Org Staf Adm PNS, 3

Org Staf Adm TTT

Dalam wawancara dengan Bapak Wahdatudin S.Ag sebagai

koordinator bidang kesiswaan dan wawancara siswa dan beberapa Osis

diantaranya: Nur fadilatun nikmah (ketua Osis), Nur Diyati (Bendahara),1

Lola Oktaviningtyas (sekretaris) dan anggota Osis lainnya ada 26 Siswa

anggota Osis yang terbagi dalam 9 Seksi kami mendapatkan data sekolah

SMPN 2 Ngablak sebai berikut:2

SMPN 2 Ngablak merupakan sekolah yang letak geografisnya

didataran tinggi gunung Ngandong kab Magelang, merupakan perbatasan

antara Kec Grabag dengan Kec Ngablak, siswa-siswinya dari kelangan

1 Wawancara dengan ketua osis dan anggota, Data Kegiatan Sekolah, pada 11 Februari

2016.

2 Wawancara dengan Bapak Wahdatudin S.Ag sebagai koordinator bidang kesiswaan dan

wawancara siswa pada 11 Februrari 2016.

Page 79: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

67

keluarga buruh dan petani, Dan merupakan daerah pinggiran yang mana

bila tidak beridiri sekolah ditempat btersebut tentulah mereka porang tua

tidak menyekolahkan putra putri ke jenjang sekolah tingkat menengah.

b. Visi dan Misi SMP Negeri Ngablak 2 Kabupaten Magelang

1) Visi SMP Negeri Ngablak 2

“ Unggul dalam pengetahuan, ketrampilan dan aktivitas keagamaan”

2) Misi SMP Negeri Ngablak 2

(a) Menyelenggarakan pendidikan yang memadukan nilai-nilai luhur

pesantren dan keunggulan pendidikan modern dalam

memposisikan diri sebagai jawaban terhadap tuntutan kebutuhan

masa depan

(b) Memfasilitasi kegiatan belajar secara profesional, proporsional

dan optimal

(c) Meningkatkan prestasi siswa dibidang kegamaan, pengetahuan

umum, teknologi informasi, komputer dan bahasa

Kondisi siswa dan kegiatan keagamaan disekolah tersebut sangat

banyak, namun keberhasilan dalam pembelajrannya sulit anak

menerapkannya, yang menyebabkannya antara lain :

a. Kurang tanggapnya orangtua siswa dirumah untuk mememandu

dan mendidiknya dirumah.

b. Lingkungan masyarakat yang mengutamakan asal anak mau

bekerja dan membantu orang tua.

c. Tidak adanya kiat belajar kejenjang yang lebih tinggi

Page 80: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

68

d. Rata-rata SDM orang tua yang hanya tamat SD, sehingga tidak

mampu memacu belajar anak.

Tabel 4. Siswa Menurut Asal Wilayah Berdasar Tingkat Dan Jenis Kelamin

Siswa

Tingkat

I (7)

Tingkat

II (8)

Tingka

t III (9) Jumlah

L P L P L P L P L+P

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

(7

) (8)

(9

) (10)

Dalam Daerah

34

19

42

26

31

3

3 107

7

8 185

Luar Daerah

-

-

-

-

-

- -

- -

Jumlah 34 19 42 26 31

3

3 107

7

8 185

Keterangan

Dalam daerah berarti asal siswa masih sama 1 wilayah kabupaten/Kota dengan sekolah

Luar daerah berarti asal siswa berbeda wilayah kabupaten/Kota dengan sekolah

B. Tradisi Keagamaan

1. Kegiatan Tradisi Keagamaan SMP Negerii 1 Grabag dan SMPN 2

Ngablak Kabupaten Magelang

a. Sholat berjamaah

SMPN 1 Grabag Siswa secara serentak bersama-sama

melaksanakan sholat berjamaah dzuhur di masjid Al Muqorrobien

Kauman Grabag, yang berlokasididepan SMPN 1 Grabag dengan

cukup hanya menyeberang jalan.Sejumlah siswa yang beragama Islam

berkisar 550 siswa siswi yang didampingi oleh Bapak dan ibu guru,

bapak satpam yang membantu menyeberangkan anak dan

mengawasinya. Dalam kegiatan ini menjadi sorotan masyarakat luas

Page 81: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

69

yang merasa haru, bangga dan gembira melihat ada rasa kebersamaan

tersebut. Sholat berjamaah dilakukan sesuasai masyarakat umum,

karena kondisi waktu yang tidak mesti sama.

Dalam menjaga kedisplinan dan kerapian dibagi tugas ada

yang menjadi Jasus (polisis siswa) yang ikut mengontrol di masing-

masing kelas, Jadwal Sholat berjamaah Dzuhur yaitu: Pukul 12.10 –

12.50 pada hari Senin-Kamis Hari Jum’at sebagian anak kelas 7

mengkitu sholat Jum’at di masjid Al Muqorrobien kauman Grabag,

dan lainnya pulang. Karena jam 13.30 ada kegiatan kepramukaan.

Hari sabtu adanya kegiatan extra BTQ, dan extra-extra lainnya.

Sehingga waktu sholat tidak terlaksana sperti hari senin-kamis.

Seusai salam dilanjutkan dengan wirid dan do’a bersama-

sama, dan sebagian siswa juga melaksanakan sholat sunat rowatib

ba’diyah. Setelah kembali kesekolah melanjutkan aktifitas KBM

sampai usai jam pelajaran.

SMPN 2 Ngablak pelaksanaan sholat dzuhur berjamaah Siswa

secara bergilir, hari senin kelas VII, Selasa kelas VIII, dan rabu kelas

IX karena semua melihat kondisi atau fasilitas air yang kadang tidak

memungkinkan, Jadwal sholat Pukul 12.10 – 12.50 pada hari Senin-

Kamis dan pukul 12.20 – 13.00 pada hari sabtu.

Page 82: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

70

b. Melaksanakan kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam),

SMPN 1 Grabag dan SMPN 2 Ngablak sama melaksanakan kegiatan

diantaranya ceramah Maulud Nabi, Tahun Baru Islam, Nuzulul

Qur’an, Isro’ Mi’roj.

Dalam kegiatan ini semua siswa SMPN 1 Grabag berkumpul di

masjid Al Muqorrobien Kauman Grabag, mengikuti ceramah oleh

tutor asatidz dari luar sekolah. Anak mengumpulkan catatan isi

uraian ceramah tersebut kemudian dilaporkan kepada guru PAI.

Adapun SMPN 2 pelaksanaannya di Aula sekolah.

c. Melaksanakan Ibadah Sosial

Beberapa kegiatan yang dalakukan oleh SMPN 1 Grabag

1. Mengadakan Pengumpulan dan Penyaluran Zakat Fitrah,

infak, shodaqoh, Santunan anak yatim dan Dhu”afak dan

penyembelihan hewan Qurban dan solidaritas bantuan bencana

alam.

2. Mengadakan Infak jum’at yang dilakukan oleh pengurus

OSIS masuk dimasing-masing kelas dengan cara mengisi

kotak amal, Hasil uang infaq tersebut dapat digunakan untuk

menambah sarana prasarana ibadah, membangun Mushola,

melengkapi mukena, sarung, tempat wudhu, dan lain-lain,

dibuktikan dengan buku kas infaq jum’at.

Infaq sosial (sukarela) untuk belasungkawa dilakukan bila ada

keluarga besar SMP, Orangtua siswa yang yang meninggal

Page 83: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

71

Osis bergerak melakukan kegiatan mengelilingkan kotak amal

seperti infaq Jum’at, hasil uang tersebut diantar ke keluarga

musibah bersama osis sebagai perwakilan dan turut

mendoakannya, kegaiatan ini didampingi oleh guru Agama dan

guru Bimbingan dan Konseling (BK), dan wali kelas. SMPN 2

Ngablak melaksanakan kegiatan yang sama.

d. Pesantren Kilat (Romadhon)

SMPN 1 Grabag pelaksanaan Pesantren Kilat pada bulan Romadhon

seluruh siswa kelas VII, VIII, dan IX. Dalam kegiatan ini selain ada

kerjasama dengan IKPM Gontor yakni para santri Putra dan juga

santri Gontor Putri, selain dari merekajuga sering diisi oleh bapak

Ibu guru yang mampu memberikan materi keagamaan. Dan juga

menghadirkan asatidz, tutor dari luar selain dari IKPM.

SMPN 2 Ngablak Pelaksaan ini sering dengan kunjungan di masjid

dan mushola dilingkungan terdekat dan diberi ceramah keagamaan

oleh kyai setempat. Dengan maksud menambah mempererat

persaudaraan dengan lingkungan masyarakat.

e. Doa Bersama dengan bimbingan peningkatan ilmu iman dan taqwa,

SMPN 1 Grabag setiap tahun dengan menghadirkan motivator

tingkat kabupaten Magelang, yaitu Ust Saiful Bahri S.Ag alumnus

PM Gontor Ponorogo, dan Ust Drs. Amrondari Gunung Pring

Magelang utamanya dihadirkan pada saat akan menghadapi Ujian

kelas IX.

Page 84: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

72

SMPN 2 Ngablak menghadirkan siswa dan wali murid, Kyai dan

tokoh masyarakat terdekat dansebagai pemimpin do’a dan tausyiyah.

f. Sholat dhuha

Dilaksanakan sebagian bergilir antar kelas, di masjid Al

Muqorrobien dan mushola SMP. Dan diperbolehkan melaksanakan

sendiri sebelum masuk atau ketika istirahat. SMPN 2 Ngablak

banyak anak yang melaksanakan sendiri-sendiri sat sebelum masuk

dan ketika istirhat.

g. Berdo’a Sebelum dimulai pembelajaran.

SMPN 1 Grabag sebelum KBM didahului dengan bacaan Asmaul

Husna, dari kelas 7-9 diruang kelas masing-masing dipandu dengan

petugas di kantor Guru/TU menggunakan sentral pengeras suara,

SMPN 2 Ngablak mengawali kegiatan dengan cara berdo’a serentak

di halaman sekolah bersama Bapak/ Ibu guru. kagiatan yang

dijabarkan diatas benar- dan sudah menjadi tradisi di sekolah ini.

Dan dikuatkan oleh pengurus Osis masa bakti 2015/2016.

h. Pengumpulan dan Penyaluran Zakat Fitrah

Selain penyaluran zakat juga melaksanakan Santunan anak yatim

dan Dhu”afak dilanjutkan sampai penyaluran terselesaikan, yakni

diantar dan dibagikan lewat takmir masjid dan mushola dibantu

dengan dengan tokoh agama dilingkungan terdekat.

Dari uraian diatas daapat dilihat table berikut ini baik kesamaan

maupun ada yang tidak sama.

Page 85: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

73

Tabel 5. Perbandingan Kegiatan Antara SMP N 1 Grabag dan SMP N 2 Ngablak

No Jenis kegiatan SMPN 1 SMPN 2 Waktu Ket

1 Tadarus/Asmaul husna Semua

kelas

Berdoa 07.00-07.10 Sebelum KBM

Sholat Duha Bergilir Perkelas

Bergilir

09.50-10.10

Istirahat Pertama

SholatBerjamaah Dzuhur Semua

Siswa

Perkelas 13.30- 15-04.00

Istirahat

Kedua

Berdo’a seusai KBM &

berjabat tangan

BTQ, tilawah’ dan Tartil

Perkelas Perkelas 13.30-15.00

Setiap Hari

Infak Jumaat dan Infak

sosial

Semua

Siswa

Semua

Siswa

Jum’at Pagi Seminggu sekali

Peringatan PHBI, Qurban,

zakat, isro Mi’roj, Nuzulul

Qur’an

Semua

Siswa

Semua

osis

Waktu

Menyesuaikan

Pesantren Romadhon Semua

Siswa

Semua

Siswa

Waktu

Menyesuaikan

Lomba Mapsi dan

Klas meeteng

Semua

Siswa

Kelas VII

Dan

KelasVIII

Page 86: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

74

Hafalan Wirid dan Do’a Peserta

Yang

Ikut

Peserta

Kelas VII

Shoalat Jenazah Semua

Siswa

Perkelas

OSIS Bila ada yang

meninggal

C. Pembentukan Karakter Religius di SMP Negeri 1 Grabag dan SMP

Negeri 2 Ngablak Kab. Magelang

Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada akhir semester gasal, yang

menjadi responden adalah kepala sekolah, para guru dan siswa di SMP Negeri

1 Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak Kabupaten Magelang

1. Pembentukan karakter religius

Menurut Eru Setyaningsih Sri Suparti, Budianto dan Sri Hastuti dalam

membentuk karakter religius dengan membiasakan anak sholat

berjamaah sehingga terbiasa disiplin (tepat waktu), menurut Asriyah

dan Asmara Eka Istiadi memberi tugas menghafal surat-surat pendek

yang ada dalam al-Quran dan hadits yang shoheh, membaca al-Quran

atau Asmaul husna sebelum pelajaran dimulai, mengucapkan salam

antar teman dan dengan guru, shalat berjamaah pada waktu dzuhur.

Sedangkan menurut Siti Mahmudah dengan pemberian contoh,

Page 87: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

75

mengembangkan pembiasaan3 Gatot Supriyanto dan Baruni Widawati,

ada jadwal sholat yang harus dilaksanakan oleh siswa, doa pagi,

mengajak sholat jum’at jika ada kegiatan hari jum’at sampai sore, Siti

Rodliyah membiasakan siswa berdoa diawal dan akhir pelajaran,

pembiasaan sholat dzuhur berjamaah di sekolah.Indarsih anak

membiasakan sikap jujur, disiplin, sabar dan taat, berbagai ragam

kegiatan keagamaan dilaksanakan.4

2. Kebijakan yang diambil dalam membentuk karakter religius

Berdasarkan wawancara penulis dengan para guru tentang kebijakan

yang dapat diambil dalam membentuk karakter apabila anak tidak

mematuhi peraturan/sholat berjamaah anak akan diberi sanksi yang

ditetapkan. Memberi sanksi kepada anak-anak yang tidak mentaati

peraturan yang telah ditetapkan, diingatkan dan dinasehati, melatih

qurban di hari raya Idul Qurban, membayar zakat saat idul fitri,

mengembangkan pembiasaan sholat berjamaah, membaca al-Qura’an

dan mengucapkan salam , menyetujui usulan guru-guru yang mengarah

ke terbentuknya karakter religius, memasukkan jadwal sholat dzuhur

berjamaah dalam jadwal pelajaran, memberi kebebasan melaksanakan

ibadah di lingkungan sekolah

3 Wawancara denagn Eru Setyaningsih dkk, Membentuk Karakter Relegius, Sabtu, 20

Februari, jam 12.00-12.30

4Wawancara dengan Gatot Supiryanto dkk, Ragam Kegiatan Keagamaan yang

Dilaksanakan, Sabtu 20 Februari 2016 pukul 12.30-12.45

Page 88: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

76

3. Upaya Kepala sekolah dalam mendukung pembentukan karakter

religius dengan memberi sarana yang menunjang yang sesuai

kemampuan sekolah. Dengan mengadakan shalat dzuhur berjamaah di

masjid agung yang ada di dekat sekolah, memperingati hari besar

agama, menetapkan kebijakan kegiatan pembiasaan, merespon dan

menyetujui usulan guru PAI yang masih sesuai dengan keuangan

sekolah, memberikan kemudahan dalam mendanai setiap keagamaan,

pembiasaan membaca al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai, memberi

dukungan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan pembentukan

karakter religius

4. Program sekolah dalam upaya pembentukan kararkter religius siswa

Yaitu apabila bulan Ramadhan mengadakan buka bersama, pesantren

kilat dan memperingati hari besar agama (Isra’Mi’raj).Melakukan

shalat berjamaah dhuhur, melatih qurban di hari raya qurban,

melakukan tadarus bersama, membaca al-Qur’an sebelum masuk

pelajaran. Meningkatkan kegiatan keagamaan, pembiasaan berjabat

tangan dengan sesama warga sekolah, kegiatan ekstra BTQ

5. Kerjasama antara guru selain PAI dengan guru PAI dalam membentuk

karakter religius yaitu dengan kerjasama dalam memantau siswa dalam

shalat berjamaah, mendukung semua kegiatan yang diadakan sekolah,

kerjasama dalam membimbing anak demi terciptanya karakteristik

religi, berbagi tugas dan mengawasi kegiatan siswa, mencatat nama

anak yang tidak sholat dan melaporkan ke guru PAI, menegur anak

Page 89: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

77

yang nakal dan melaporkan kepada guru PAI, bekerjasama yang baik

dengan guru BK, PKn dan wali kelasnya, membimbing/mengawasi

siswa saat sholat berjamaah, membantu dan ikut terlibat pada

pelaksanaan peringatan hari besar agama,

6. Perencanaan pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius

Diantaranya siswa diminta bertanggung jawab atas sholatnya baik

jamaah di sekolah maupun di rumah, mengajarkan al-Qur’an dan

hadits, pembelajaran PAI sangat memberikan pengaruh terhadap

pembentukan karakter religius dengan menyisipkan pembiasaan-

pembiasaan ibadah dalam setiap kegiatan siswa dipantau dengan buku

kegiatan

7. Pelaksanaan pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius

berjalan dengan baik, dengan beberapa cara diantaranya dengan guru

berceramah, memberi contoh dan siswa melaksanakan (bagi yang

disiplin), menghafal surat-surat pendek, menghafal hadits sholeh,

melaksanakan pembelajaran praktik yang bekaitan dengan pelajaran

agama dan melaksanakan semua kompetensi keagamaan. Meskipun

sudah ada pembinaan dan pemberian contoh masih ada siswa yang

kurang patuh sehingga pelaksanaan pembelajaran menjadi berjalan

kurang lancar.

8. Metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI dalam membentuk

karakter religius melaksanakan adalah sholat berjamaah, zakat fitrah,

qurban, pemberian tugas laporan secara harian, menyiapkan daftar

Page 90: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

78

hadir sholat berjamaah secara individu maupun kelompok, metode

pembiasaan.

9. Faktor pendukung pembelajaran PAI dalam membentuk karakter

religius diantaranya menyediakan buku-buku bacaan yang ada di

perpustakaan yang berkaitan dengan agama, anak-anak bertanggung

jawab melaksanakan sholat dzuhur berjamaah, guru mendampingi dan

memberi contoh dan bimbingan, sarana prasarana, lingkungan sekolah,

guru yang berkomitmen tinggi, adanya masjid di depan sekolah,

adanya kerjasama semua warga sekolah, kerjasama antar guru,

kerjasama antar siswa, dana/pembiayaan yang tersedia.kebijakan

sekolah yang memberi dukungan dalam segala kegiatan yang berkaitan

dengan pembentukan karakter religius siswa

10. Faktor penghambat pembelajaran PAI dalam membentuk karakter

religius diantaranya banyak anak yang kurang disiplin/tidak mengikuti

shalat berjamaah, swiswa diminta menghafal surat Al Qur’an atau ayat

sampai waktu yang ditentukan masih ada siswa yang belum hafal,

solusinya diberi motivasi dan bimbingan,kurang sarana/fasilitas

(Mushola), keterbatasan waktu tatap muka antar siswa dengan guru

solusinya waktu pembelajaran PAI ditambah

11. Upaya guru selain PAI dalam membentuk karakter religius siswa

Sebelum mulai pelajaran semua guru menyempatkan memberi amanat

sekitar 5 menit, sebelum memulai pelajaran dan selesai memerintahkan

berdoa. Guru memberi motivasi, bimbingan dan contoh melaksanakan

Page 91: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

79

jamaah di masjid, mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan

mengucapkan salam dan berdoa, menegur siswa yang nakal, merokok

berkelahi, bolos, memberi sanksi, memberikan pengarahan, berperan

aktif memberikan pembiasaan yang baik dalam kegiatan di sekolah,

misalnya mengucapkan salam sebelum masuk kelas

12. Kondisi riil karakter religius siswa

Bermacam-macam/beraneka ragam ada yang disiplin, tertib, ada yang

semaunya sendiri, baik namun perlu bimbingan dan motivasi serta

contoh nyata dari orang tua, belum seluruh siswa berkararkter religius

karena masih ada yang belum melaksanakan sholat secara rutin, belum

memuaskan dan belum sesuai dengan yang diharap aktifkan. Realitas

karakteristik siswa tidak akan serta merta terbentuk apabila tidak ada

dukungan dan peran aktif dari keluarga dan sekolah, hampir 75% siswa

sudah memiliki karakter tersebut.

Dalam pengamatan penulis terhadap 108 siswa kelas VII berdasarkan

buku kegiatan ibadah siswa di SMP Negeri 1 Grabag didapatkan:

a. Laki-laki

Yang melaksanakan shalat subuh 57%, dzuhur 78%, ashar 70 %,

magrib 78 %, isya’ 67%, tahajud 4%, Duha 6%, membaca al-

Quran 65%, membantu orang tua 50%, infaq sodaqoh 20%

Page 92: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

80

b. Perempuan

Yang melaksanakan shalat subuh 77%, dzuhur 84%, ashar 75 %,

magrib 83 %, isya’ 59%, tahajud 6%, Duha 5%, membaca al-

Quran 64%, membantu orang tua 87%, infaq sodaqoh 23%

Menurut hasil di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa

belum melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim sepenuhnya

(100%) baik yang laki-laki maupun perempuan. Angka yang paling

tinggi terdapat pada stholat magrib laki-laki 78% dan perempuan 83%

dan dzuhur laki-laki 78% dan perempuan 84%. Untuk waktu dzuhur

siswa berada di sekolah, ada pantauan dari para guru sehingga siswa

tetap melaksanakan sholat.Sedangkan waktu magrib siswa sudah dalam

pengawasan orang tua masing-masing.Dengan demikian bahwa

kesadaran siswa dalam menjalankan ibadah masih kurang, masih butuh

pendampingan, belum bisa untuk melaksanakan atas dasar kebutuhan

pribadinya masing-masing.Mereka masih menggantungkan perintah dari

orangtua maupun dari gurunya.

D. Tradisi Keagamaan dalam membentuk Karakter Religius di SMP Negeri

2 Ngablak Kabupaten Magelang

1. Tradisi guru PAI dalam membentuk karakter religious

Menurut Wahdatudin guru PAI selalu membimbing membina siswa

untuk belajar dan melaksanakan kehidupan beragama. Emi Indarwati

Filul dan Sri Endang Ambarwati dengan memberi salam, berdoa

Page 93: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

81

sebelum pelajaran, sholat berjamaah, berjabat tangan dengan guru, Tita

arfania dan M. Maflach senyum dan selalu berjabat tangan dengan

rekan guru, mengucapkan salam. Sedangkan menurut Subowo, Siti

Hajar, Budi santoso dan Doni Setya Ardiyanto tradisi guru PAI dalam

membentuk karakter religius menyesuaikan tradisi dan kondisi

lingkungan.5

2. Kebijkan yang diambil dalam membentuk karakter religious dengan

membiasakan siswa untuk ibadah, semua program yang direncanakan

mengacu pada pembentukan karakter religious, melaksanakan program

yang direncanakan dalam pembentukan karakter religi, sesuai kegiatan

sekolah dan sekitar

3. Upaya Kepala sekolah dalam mendukung pembentukan karakter

religius dengan mendukung serta menfasilitasi, disediakan sarana

prasarana, pembiasaan dan memberi motivasi.

4. Program sekolah dalam upaya pembentukan karakter religius siswa

sholat berjamaah, peringatan hari besar agama, infak jum’at.

5. Kerjasama antara guru selain PAI dengan guru PAI dalam membentuk

karakter religius dengan saling membantu, membantu program yang

dibuat oleh guru PAI juga membantu dalam melaksanakannya,

penilaian akhlak mulia dan budi pekerti/kepribadian,

6. Perencanaan pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius

disesuaikan dengan kondisi, sesuai dengan kurikulum yang digunakan,

5 Wawancara dengan Wahdatun, Pembiasaan tradisi Keagamaan, pada hari Jum’at 4

Maret 2016 pukul 09.00-10.00

Page 94: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

82

tertuang dalam prota promes, RPP dan agenda pembelajaran.

Disamping itu pembelajaran juga dilaksanakan berdasarkan latar

belakang siswa.

7. Pelaksanaanpembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius,

sangat baik disamping teori juga praktek pembelajaran secara

sistematik, dilaksanakan sesuai dengan kurikulum dan disesuaikan

dengan kondisi sekolah

8. Metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI dalam membentuk

karakter religius yaitu diskusi, pemodelan, inkuiri, ceramah,

demonstrasi praktek (aplikatif), diskusi, pembinaan, pembiasaaan,

pengamatan dan pembimbingan secara teratur.

9. Faktor penghambat pembelajaran PAI dalam membentuk karakter

religius kurang kesadaran siswa untuk shalat berjamaah, kurang sarana

terutama air wudu, siswa dirumah kurang adanya motivasi orang tua.

10. Faktor pendukung pembelajaran PAI dalam membentuk karakter

religius seluruh siswa beragama Islam, ada ruang musola dan tempat

wudu,adanya sarana tempat ibadah, guru yang kompeten, semangat,

lingkungan yang mendukung, dan dukungam guru selain PAI

11. Upaya guru selain PAI dalam membentuk karakter religius siswa

dengan melatih siswa mandiri, dalam menyampaikan pembelajaran

diselingi dengan kehidupan kerohanian, pembinaan dengan memberi

contoh ucapan, tindakan dan perilaku, penilaian akhlak mulia dan

kepribadian, memberi sanksi bagi siswa yang melanggar aturan.

Page 95: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

83

12. Kondisi riil karakter religius siswa

Pengetahuan agama baik,namun aplikasinya kurang, karakter

sebagian besar siswa baik dan cukup potensial untuk dikembangkan.

Dalam pengamatan penulis terhadap 73 siswa kelas VII

berdasarkan buku kegiatan ibadah siswa di SMP Negeri Ngablak di

dapatkan:

a. Laki-laki

Yang melaksanakan shalat subuh 47%, dzuhur 56%, ashar 63%,

magrib 67 %, isya’ 48%, tahajud 0%, Duha 0%, membaca al-

Quran 51%, membantu orang tua 71%, infaq sodaqoh 13%

b. Perempuan

Yang melaksanakan shalat subuh 54%, dzuhur 53%, ashar 54 %,

magrib 67 %, isya’ 51%, tahajud 0%, 0,46 5%, membaca al-

Quran 57%, membantu orang tua 66%, infaq sodaqoh 26%

Menurut hasil di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa

belum melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim sepenuhnya

(100%) baik yang laki-laki maupun perempuan. Angka yang paling

tinggi terdapat pada magrib laki-laki 67% dan perempuan 67% dan ashar

laki-laki 63 % dan perempuan 54%. Untuk waktu Ashar dan magrib

siswa sudah dalam pengawasan orang tua masing-masing.Dengan

demikian bahwa kesadaran siswa dalam menjalankan ibadah masih

kurang, masih butuh pendampingan, belum bisa untuk melaksanakan

Page 96: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

84

atas dasar kebutuhan pribadinya masing-masing. Mereka masih

menggantungkan perintah dari orangtua.

E. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pembentukan Karakter

Religius

1. Faktor pendukung pembentukan karakter religious

Penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan mengetahui, mendalami

makna karaker dan pentingnya membangun karakter baik dari tingkatan

pendidikan paling bawah sampai dengan tingkat pendidikan yang paling

atas adalah membentuk individu yang berkarakter baik atau unggul, ia

berusaha melakukukan yang segala hal yang baik terhadaap Tuhan YME,

dirinya, sesamanya, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia

internasional pada umumnya.

Pendidikan karakter memiliki keasamaan dengan pendidikan akhlak,

dan ajaran tentang akhlak dalam islam sangtalah penting sebagaimana

ajaran tentang aqidah (keyakinan), ibadah dan muamalah

(kemasyarakaataan), tujuan pendidikan yang utama diantaranya membentuk

insane kamil yang beradab. Berdasarkan wawancara guru PAI dengan guru

mata pelajaran PKN dan guru mata pelajaran umum lainnya SMP N 1

Page 97: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

85

Grabag,6 ditemukan faktor-faktor yang mendukung proses pembentukan

karakter religius di sekolah, anatara lain:

a) Dukungan penuh dari Kepala Sekolah dengan memberi sarana

penunjang sesuai kemampuan sekolah dengan memberikan motivasi

dan langkah tradisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

disekolah, sehingga bisa melakukan pembiasaaan dengan baik.

b) Kerjasama yang baik antara Guru PAI dengan guru-guru mata

pelajaran lain dalam membentuk karakter religius pada siswa. Sekolah

mempunyai tujuan yang diunggulkan selain akademis adalah penilain

kepribadian dan akhlak mulia. Hal ini menjadi salah satu syarat utama

dalam standar kenaikan kelas maupun sstandar kelulusan

c) Perencanaan Pembelajaran PAI Memberikan konseptual tentang

sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan memberikan konseptual

kegiatan belajar dan pembelajaran, memberikan sasaran pembelajaran

dalam standar kelulusan dengan mengembangkan ranah sikap,

pengetahuan, dan ketrampilan.

2. Faktor Penghambat Dalam Pembentukan karakter

Setelah adanya ketegasan dan standar pencapaian nilai akademis,

perlu adanya standar pencapaian nilai kepribadian dan akhlak mulia. Di

sekolah sering terjadi ditemukannya kasus diantaranya prestasi akademis

anak bagus namun segi kepribadian dan akhlak mulia kurang. Mungkin

6 Indarsih, wawancara tentang Faktor Pendukung Pembentuk Karakter Religius, Rabu 10

Agustus 2016.

Page 98: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

86

karena usia perkembangan anak atau sebab lain, Disini penulis

menyebutkan diantara penghambat pembentukan karakter yang diperoleh

dari data siswa disekolah SMPN 1 Grabag maupun di SMPN 2 Ngablak.

1. Usia perkembangan anak yang belum bisa membentengi diri dari

sifat-sifat tercela sehingga ketika keluar dari rumah dengan tiada

suatu pantauan, anak mudah dalam pemanfaatan waktu hanya

untuk bermain diluar, dan tidak masuk sekolah tanpa alasan yang

jelas.

2. Pergaulan yang disebabkan salah memilih kawan bermain, yang

dimaksud anak yang baik bisa berubah menjadi pemalas, tidak

jujur, tidak percaya diri, sombong, dan sulit diatur dan

dikendalikan, sehingga sekolah perlu mnginformasikan kepada

orangtua / wali siswa

3. Kurang perhatiannya dari orang tua kepada anak, sehingga lalai

akan tugas belajarnya. Banyak faktor karena latarbelakang orang

tua broken home. Anak tidak merasa nyaman dirumah, sehingga

pilih tinggal dirumah orang lain.

4. Orang tua hanya mengutakan nilai akademis tanpa berfikir anak

memiliki karakter yang baik, artinya sebagi orang islam tidak

mempedulikan anak sholat, membaca Al Qu’an, berinterkasi yang

baik dengan lingkungan. Sehingga anak diajarkan menutup diri

dengan lingkungan.

Page 99: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

87

5. Karakter yang tidak baik yang dimiliki oleh diri anak sejak kecil

(bandel), pesimis, sombong, padahal orang tua sudah

memperhatikan sebaik-baiknya pada diri anak, baik yang

memantau dan mengarahkan akademis maupun pembentukan

karakter. Sering terjadi perubahan baik kalau sudah mendapatkan

kesadaran, bisa melalui guru maupun rekan teman sendiri.

Namun yang berkaitan dengan kondisi tradisi keagamaan dan

pembiasaan di sekolah sebagai penghambat pembentukan karakter siswa

adalah:

1. Kurang adanya pemantauan khusus keanak baik dari kepala

sekolah maupun guru. Yaitu ketika siswa pagi datang kepala

sekolah dan guru sudah berda dipintu gerbang bersalaman dengan

siswa sambil memperhatikan kerapian, kebersihan, perilaku anak

akan beda dengan yang dibiarkan.

2. Tindakan, sanksi belum menjadikan jera bagi bagi si pelanggar,

maka lebih baik penanganan sisswa dilakukan dengan diberinya

nasehat, dan keteladanan. Sehingga anak mampu membawa dirinya

lebih baik dan bertanggung jawab.

3. Masih adanya segelintir anak tidak memperhatikan lingkungan

disekolah, mungkin kurangnya kesadaran anaak, ketika setelah

istirahat didapatkan bungkus jajanan yang tidak dimasukkan pada

tempat sampah yang tersedia.

Page 100: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

88

4. Nilai ibadah di rumah belum sebagimana yang diharapkan, karena

ibadah anak dalam menjalankan sholat berjama’ah masih jaramg,

adanya waktu sholat yang diabaikan sehingga anak tidak

melaksanakan sholat. Hal ini sangat berbeda dengan anak yang

dirumah ibadahnya cukup baik, tentu di sekolah akan lebih baik

dan lebih ta’at.

5. Nilai kepribadian anak disekolah masih ada yang kurang bersosial,

diantaranya ketika ada tugas kelompok, ada yang menolak bila

tidak bersama dengan teman yang disenanginya. Sikap toleransi ini

masih belum melekat pada diri anak.

Adapun solusinya dari segala yang menjadi penghambat dalam

pembentukan karakter siswa, sekolah melaksanakan pertemuan dengan

wali/orang tua siswa sambil memberikan nilai ulangan raport yang secara

umum semua orangtua/wali siswa diundang hadir disekolah. Namun

secara khusus anak yang melanggar dalam bentuk tindakan tidak baik

misalnya asusila, berkelahi dan sebaginya dilakukan dengan panggalilan

segera dan dicari jalan keluar yang lebih tepat. Atau mungkin ada anak

yang tidak masuk tanpa alasan yang jelas akan didatangi oleh guru sebagi

tindakan home visit.

Page 101: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

89

BAB IV

ANALISA DATA

A. Tradisi Keagamaan dalam membentuk Karakter Religius di SMP Negeri

1 Grabag Kabupaten Magelang dan SMP N 2 Ngablak

Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMP N 1 Grabag1 tentang

tradisi keagamaan yang diterapkan dalam membentuk karakter siswa, hampir

mempunyai kesamaan program antara SMPN 1 Grabag dan SMP 2 Ngablak,

semua kegiatan dilakukan secara teratur dan baik.

Setiap pagi sebelum belajar siswa SMPN 1 Grabag diawali membaca

al Qur’an dan Asma’ul Husna. Kegiatan ini membantu siswa memahami

nama-nama Allah yang baik dan meneladaninya. SMPN 2 Ngablak setiap

pagi dimulai dengan berdoa bersama sambil menundukkan kepala.

Sebagaimana diungkapkan Kepala Seolah SMP N 2 Ngablak,berdoa sebelum

pelajaran menanamkan ketergantungan kepada Allah.2

Dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak diberikan latihan

pembiasaan nilai-nilai keagamaan, semakin banyak pengertian tentang nilai-

nilai agama dapat menambah kecerdasan anak. Karena pembiasaan agama itu

akan memasukkan unsur-unsur yang positif dalam pribadi anak yang sedang

tumbuh.

1 Wawancara dengan Slamet joko Pitono, Kepala Sekolah SMP N 1 Grabag pada 23

Februari 2016, tentang Tradisi Keagamaan di Sekolah.

2 Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP N 2 Ngablak, Budi Sayuto, pada 30 Agustus

2016, tentang Pembiasaan Pembentukan Karakter Siswa.

89

Page 102: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

90

Melihat program yang disusun oleh masing-masing sekolah, terdapat

beberapa tradisi keagamaan di SMP N 1 Grabag dan SMP N 2 Ngablak

memiliki kesamaan program kegiatan. Hanya saja dalam penerapannya

terdapat perbedaan sebagaimana bisa dilihat dalam analisa berikutnya.

B. Usaha Guru PAI dalam Pembentukan Karakter Religius

Ungkapan wawancara Kepala Sekolah SMP N 2 Ngablak,3 usaha-

usaha yang dilakukan Guru PAI untuk membentuk karakter religius pada

siswa bisa dianalisis sebagai berikut.

1. Suri tauladan

Metode keteladanan diberikan dengan cara memperlihatkan

keteladanan yang mencerminkan akhlak terpuji atau melalui sejumlah

ilustrasi kisah-kisah keteladanan. Guru PAI menjadi suri tauladan yang

baik bagi semua siswa di lingkungan sekolah. Guru menjadi orang

pertama yang di samping memberi perintah juga yang pertama

melaksanakan. Hal ini telah berjalan baik di SMP Negeri Grabag 1.

Sementara di SMP Negeri 2 Ngablak juga berjalan cukup baik.

2. Motivasi

Motivasi adalah merupakan suatu kekuatan atau dorongan batin

yang mampu memproses dan menggiatkan segala bidang dan tingkah laku

untuk memuaskan diri seseorang dengan adanya kebutuhan yang dapat

terpenuhi dan untuk mencapai segala tujuan yang menjadi harapan.

3 Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP N 2 Ngablak, Budi Sayuto, pada 30 Agustus

2016, tentang Pembiasaan Pembentukan Karakter Siswa.

Page 103: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

91

Berdasarkan wawancara dengan Sri Hastuti, guru SMP N 1

Grabag, bahwa para guru telah memberikan motivasi kepada siswa dalam

melaksanakan ibadah.4Untuk itu sebagai Guru PAI harus mampu menjadi

motivator dalam membangkitkan gairah serta semangat siswa dalam

kehidupan sehari-hari agar mampu mengembangkan motivasi agar

semakin giat melaksanakan ajaran agama. Dengan demikian, karakter

religius bisa semakin tumbuh dalam diri siswa.

Upaya memotivasi siswa ini dijalankan dengan bagus oleh Guru

PAI baik di SMP Negeri 1 Grabag maupun SMP Negeri 2 Ngablak. Guru

PAI selalu mengingatkan dan memberi semangat kepada para siswa agar

rajin beribadah dan melakukan amal kebaikan.

3. Menumbuhkan Kesadaran

Wahdatudin,5 guru SMP N 2 Ngablak, menyatakan bahwa peran

guru sangat penting guna menumbuhkan kesadaran beribadah. Guru PAI

tidak bosan-bosannya memberi pengertian bahwa tujuan dari pelaksanaan-

pelaksanaan tradisi keagamaan itu tiada lain adalah untuk kebaikan siswa

sendiri. Proses demikian ini diharapkan memunculkan kesadaran bagi

siswa untuk terus melakukan tradisi keagamaan guna tercapianya karakter

religius dalam diri siswa.

4 Wawancara dengan Wahdatitun dkk dan OSIS, pada hari Jum’at 4 Maret 2016 pukul

10.00-11.00.

5 Hasil wawancara dengan Wahdatudin, Guru SMP N 2 Ngablak, tentang Menumbuhkan

Kesadaran Beribadah, pada tanggal 4 Agusutus 2016.

Page 104: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

92

4. Sanksi

Sanksi merupakan alat pendidikan representatif atau disebut juga

alat pendidikan akuratif. Alat pendidikan representatif bertujuan untuk

meyadarkan siswa kembali kepada hal-hal yang benar, yang baik, yang

tertib.

Meskipun sanksi merupakan alat pendidikan yang tidak

menyenangkan akan tetapi dapat menjadi alat motivasi, alat pendorong

untuk mempergiat santriwati. Dalam aplikasinya sanksi dibagi menjadi

tiga tingkatan yaitu, sanksi ringan, sanksi sedang dan sanksi berat.

Sanksi yang berupa teguran sampai pemanggilan orang tua. Aneka

sanksi ini nanti diharapkan meningkatkan kesadaran anak untuk mengikuti

tradisi keagamaan di sekolah dengan sebaik-baiknya. Pemberian sanksi

yang demikian ini berjalan baik di kedua sekolah SMP Negeri 1 Grabag

maupun SMP Negeri 2 Ngablak.

C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pembentukan Karakter

Religius

1. Faktor pendukung pembentukan karakter religius

Berdasarkan wawancara dengan Guru Mata pelajaran PKN SMP N

1 Grabag,6 ditemukan faktor-faktor yang mendukung proses pembentukan

karakter religius di sekolah antara lain dukungan penuh dari Kepala

6 Indarsih, wawancara tentang Faktor Pendukung Pembentuk Karakter Religius, Rabu 10

Agustus 2016.

Page 105: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

93

Sekolah dengan memberi sarana penunjang sesuai kemampuan sekolah.

Kerjasama yang baik antara Guru PAI dengan guru-guru lain dalam

membentuk karakter religius pada siswa dan Perencanaan Pembelajaran

PAI yang baik. Secara rinci faktor-faktor pendukung tersebut adalah:

1. Dukungan penuh dari Kepala Sekolah dengan memberi sarana yang

menunjang sesuai kemampuan sekolah.

2. Mudahnya pengalokasian dana untuk kegiatan-kegiatan keagamaan

dari pihak sekolah.

3. Kerjasama yang baik antara Guru PAI dengan guru-guru lain dalam

membentuk karakter religius pada siswa.

4. Perencanaan Pembelajaran PAI yang baik.

2. Faktor Penghambat Pembantukan Karakter Religius

Di samping faktor-faktor pendukung, ditemukan juga beberapa

faktor yang menghambat pembantukan karakter religius tersebut. Faktor-

faktor tersebut yaitu:

1. Kurangnya sarana dan prasarana di Madrasah.

2. Kurang adanya kerjasama antara orang tua dan guru.

3. Pertama, pendelegasian wewenang kepada pihak yang ditunjuk

untuk menangani kegiatan keagamaan belum sepenuhnya berjalan

secara maksimal.

4. Belum sepenuhnya seluruh pemangku jabatan di sekolah

memahami tentang pentingnya penerapan tradisi keagamaan dalam

membentuk karakter siswa.

Page 106: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

94

5. Kurang dukungan dari pihak sekolah dan alat ukur keberhasilan

penerapan tradisi keagamaan dalam penerapan pembentukan

karakter disekolah.

Page 107: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

95

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Dari analisa tersebut diatas dapat diambil sebagai jawaban dari rumusan

masalah yang telah disajikan adalah:

1. Tradisi keagamaan dalam membentuk karakter religius pada siswa di

SMPN 1 Grabag dan SMPN 2 Ngablak kabupaten Magelang secara

umum memiliki kesamaan program perencanaan melaksanakan sholat

berjamaah, tadarus Al Qur’an, Asmaul Husna, Peringatan PHBI, Infak

jumat, membiasakan mengucapkan salam, dan mengadakan do’a

bersama.semuanyatelah berjalan dengan baikdan tertib, sehingga

tradisi keagamaan yang diterapkan pada kedua sekolah tersebut dapat

membentuk karakter religius siswa memiliki kepribadian disiplin,

sabar jujur, ikhlas, toleransi,tawadhu’ dan ta’at.

2. Usaha yang dilakukan guru PAI bekerja sama dengan guru mata

pelajaran lain dan memberikan beberapa metode, yaitu suri tauladan,

motivasi, menumbuhkan kesadaran dan keikhlasan serta memberikan

sanksi.

3. Faktor pendukung pembentukan karakter religious pada siswa di

SMPN 1 Grabag dan SMPN 2 Ngablak adalah adanya dukungan

penuh dari kepala sekolah dan kerjasama guru PAI dengan guru mata

pelajaran lain dalam proses pembentukan karakter religious pada

95

Page 108: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

96

siswa. Adapun yang menjadi faktor penghambat pembentukan

karakter religious adalah kurangnya sarana dan prasarana, belum

sepenuhnya seluruh pemangku jabatan disekolah memahami

pentingnya penerapan tradisi keagamaan dalam membentuk karakter

relegius siswa, kurang adanya pendampingan orang tua siswa dalam

membentuk karakter siswa diluar sekolah.

B. Saran-saran

1. Bagi Penyelenggara Pendidikan

a. Lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan siswa terhadap siswa

yang masih banyak melanggar program tradisi keagamaandi sekolah

dan berperilaku yang kurang terpuji

b. Melengkapi sarana dan prasarana guna mendukung terlaksananya

tradisi keagamaan yang diprogramkan oleh sekolah.

c. Lebih meningkatkan hubungan kerjasama dengan pihak terkait secara

maksimal dan menjalin komunikasi serta kerjasama dengan seluruh

pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di sekolahnya sehingga

program pelaksanaan tradisi keagaamaan disekolah dapat dilaksanakan

secara bersama-sama.

d. Pihak sekolah perlu meningkatkan pemahaman kepada tenaga pendidik

dan kependidikan dilingkup sekolah dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan karakter sesuai yang diinginkan bersama.

Page 109: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

97

e. Lebih meningkatkan hubungan dengan orang tua murid dan

masyarakat sehingga akan membantu memperlancar pelaksanakan

tradisi keagamaan yang berefek pada pembentukankarakter siswa yang

dapat diterapkan juga di rumah oleh orang tua.

2. Bagi guru

Demi terwujudnya siswa yang memiliki karakter religius yang baik

guru hendaknya:

a. Menambah wawasan baru tentang pembelajaran yang aktif, kreatif,

inovatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa yang berbasis

pendidikan akhlaq yang mulia.

b. Memberikan teladan dan motivasi yang terus menerus kepada

siswa didiknya.

c. Meningkatkan kerjasama dengan seluruh pihak yang terkait,

terutama dengan wali siswa.

Page 110: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

98

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Filsafat Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.

Armstrong, Thomas, Sekolah Para Juara. Bandung: Kaifa, 2003.

Azman, Nur, Kamus Standar Bahasa Indonesia. Bandung: Fokusmedia, 2013.

Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2012.

Bahtiar, Amsal, Filsafat Agama. Jakarta: Logis Wacana Ilmu, 1997.

Baidhawi, Zakiyuddin, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta:

Airlangga, 2005.

Darajat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1989.

Gibson dan Donnely, Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses. Terjemahan

Nunuk Adiarni dan editor Lyndon S. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996.

Hawi, Akmal, Kompetensi Guru PAI. Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2005.

Indarsih, wawancara tentang Faktor Pendukung Pembentuk Karakter Religius.

Rabu 10 Agustus 2016.

Izzan, Ahmad, Tafsir Pendidikan. Jakarta: Pustaka Aufa Media, 2012.

Jalal F. dan Supriyadi D, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah.

Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa, 2001.

Kemendiknas. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa;

Pedoman Sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat

Kurikulum Kemendiknas, 2010.

Madjid, Nurcholis, Masyarakat Religius. Jakarta: Paramadina, 1997.

Majid, Abdul, Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012.

Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rieneka

Cipta, 2004.

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010.

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Rosda Karya, 2001.

Muhaimin. Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2004.

Muhajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996.

Page 111: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

99

Nashir, Haedar, Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya. Yogyakarta:

Multi Presindo, 2013.

News.okezone.com, Mabuk, Tiga Pemuda Gilir Siswi SMP. Diakses 6 Januari

2015.

Pitono, Slamet Joko. Kepala Sekolah SMP N 1 Grabag pada 23 Februari 2016,

tentang Tradisi Keagamaan di Sekolah.

Ruslan, Ahmad, Guru PAI SMP N 1 Grabag pada 21 Februari 2016, tentang

Pembentukan Karakter Siswa.

Saleh, Abdul Rahman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: Gema Windu

Panca Perkasa, 2000.

Sayuto, Budi, pada 30 Agustus 2016, tentang Pembiasaan Pembentukan Karakter

Siswa.

Shaleh, Akh Muwafik, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta:

Erlangga, 2002.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.

Thontowi, Amsia, Kewarganegaraan dalam Ketahanan Nasional. Lampung:

KDT, 2012.

Tribunews.com, 11 Pelajar ditangkap saat tawuran. Diakses 6 Januari 2015.

Ulwah, Abdullah Nasih, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992.

Wahdatudin, Guru SMP N 2 Ngablak, tentang Menumbuhkan Kesadaran

Beribadah, pada tanggal 4 Agusutus 2016.

Yulis, Rama, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Page 112: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

100

BIOGRAFI PENULIS

Di bawah ini adalah riwayat hidup pendidikan penulis secara singkat:

Nama : Agus Akhmad Mardjuki

NIM : MI.12.019

Jenis Kelamin : laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 16 Maret 1969

Alamat : Puntingan, 02/01 Grabag, Grabag,

Magelang

Program Study : PAI

Biografi pendidikan:

1. SDN Sumurarum : Lulus Tahun 1983

2. MTsN Grabag : Lulus Tahun 1986

3. MA Wali Songo Ngabar Ponorogo : Lulus Tahun 1990

4. S1IAIRM Ngabar Ponorogo : Lulus Tahun 1995

5. S2 IAIN Salatiga : Lulus Tahun 2016

Demikian riwayat hidup penulis dalam perjalanan pendidikan, semoga dapat

menjadi perkenalan awal untuk menjalin tali persaudaraan. Mohon maklum

adanya.

Magelang, September

2016

Penulis

Agua A.Mardjuki

Page 113: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

101

Daftar Pertanyaan

A. Petunjuk Pengisian

1. Datar petanyaan ini disusun untuk digunakan sebagai alat

mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan

Tesis Magister Pendidikan Islam (M. Pd. I) pada Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Judul Tesis yang ditulis Tradisi Keagamaan Dalam Membentuk

Karakter Religius Pada Siswa Di SMPN 1 Grabag dan SMPN 2

Ngablak KAB. Magelang Tahun 2014/2015

3. Kepada yth. Bapak/Ibu/Sdr/sdri, dimohon untuk dapat memberikan

tanggapan terhadap pertanyaan ini, dengan cara menjawab

pertanyaan penulis sampaikan dibawah ini sesuai dengan

kenyataan yang sebenarnya.

4. Atas partisipasi dan bantuannya, Penulis ucapkan banyak terima

kasih.

B. Idenitas Responden

1. Nama :

……………………………………………………………

2. NIP :

……………………………………………………………

3. Jabatan :

……………………………………………………………

4. Tempat Tugas :

…………………………………………………………..

Page 114: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

102

5. Alamat :

…………………………………………………………..

Page 115: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

103

Indikator

1. Menjelaskan tradisi guru PAI dalam membentuk karakter religius

2. Menyebutkan kebijkan yang diambil dalam membentuk karakter

religius

3. Menyebutkan upaya Kepala sekolah dalam mendukung

pembentukan karakter religius

4. Menjelaskan program sekolah dalam upaya pembentukan karakter

religius siswa

5. Menyebutkan kerjasama antara guru selain PAI dengan guru PAI

dalam membentuk karakter religious

6. Menjelaskan perencanaan pembelajaran PAI dalam membentuk

karakter religius

7. Menjelaskan pelaksanaan pembelajaran PAI dalam membentuk

karakter religius

8. Menyebutkan metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI

dalam membentuk karakter religius

9. Menyebutkan faktor penghambat pembelajaran PAI dalam

membentuk karakter religious dan solusinya

10. Menyebutkan faktor pendukung pembelajaran PAI dalam

membentuk karakter religious

11. Menyebutkan upaya guru selain PAI dalam membentuk karakter

religious siswa

12. Menjelaskan kondisi real karakter religius siswa

Page 116: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

104

Daftar Pertanyaan 1. Bagaimanakah tradisi guru PAI dalam membentuk karakter

religius?

Jawab:

.……………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………

2. Sebutkan kebijkan yang diambil dalam membentuk karakter

religius?

Jawab:

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………

3. Bagimanakah upaya Kepala Sekolah dalam mendukung

pembentukan karakter religius?

Jawab :

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………

4. Sebutkan program sekolah dalam upaya pembentukan karakter

religius siswa!

Jawab:

…………………………………………………................................

.........

5. Sebutkan kerjasama yang terjalin antara guru selain PAI dengan

guru PAI dalam membentuk karakter religius?

Jawab: ………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

Page 117: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

105

………………………………………………………………………

………………………………………………

6. Jelaskan perencanaan pembelajaran PAI dalam membentuk

karakter religius?

Jawab:

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………

7. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran PAI dalam membentuk

karakter religius?

Jawab:

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

……………………………………………..

8. Sebutkan metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI dalam

membentuk karakter religius

Jawab:

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………...................................

9. sebutkan faktor-faktor yang menjadi penghambat pembelajaran

PAI dalam membentuk karakter religius dan bagaimanakah

solusinya?

Jawab:

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

……………………………………………..

10. Sebutkan faktor yang menjadi pendukung pembelajaran PAI dalam

membentuk karakter religius siswa?

Jawab :

………………………………………………………………………

Page 118: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

106

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

…………………………………………….

11. Sebutkan upaya guru selain PAI dalam membentuk karakter

religius siswa!

Jawab :

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………….

12. Bagaimanakah realitas karakter religius siswa ?

Jawab

:……………………………………………………………………

………………………………………………………………………

…………………………….

Page 119: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

107

B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur!

1. Apakah teman sekelasmu mengikuti shalat dzuhur berjamaah?

Jawab:

2. Apa alasan temanmu tidak mengikuti shalat dzuhur berjamaah?

Jawab:

3. Siapakah yang sering tidak mengikuti shalat dzuhur berjamaah?

Jawab:

4. Apakah setelah shalat berjamaah temanmu melaksanakan dzikir

dan doa?

Jawab:

5. Siapakah temanmu yang sering terlambat dalam shalat berjamaah

(masbuq)?

Jawab:

6. Siapakah temanmu yang melaksanakan shalat sunah di sekolah?

Jawab:

7. Siapakah temanmu yang melaksanakan puasa sunah?

Jawab:

8. Siapakah temanmu yang menyapa, berjabat tangan dengan guru?

Jawab:

9. Apakah ada temanmu yang suka menyontek saat ulangan /tes?

Jawab:

Page 120: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

108

10. Siapakah temanmu yang aktif melaksanakan kegiatan agama di

sekolah?

Jawab:

Page 121: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

109

Page 122: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

110

Page 123: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

111

Page 124: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

112

Page 125: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

113

Page 126: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

114

Page 127: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

115

Page 128: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

116

Page 129: TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4480/1/Agus... · vi Abstraksi Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter

117