tradisi keagamaan dalam membentuk karakter...
TRANSCRIPT
i
TRADISI KEAGAMAAN DALAM MEMBENTUK
KARAKTER RELIGIUS PADA SISWA DI SMPN 1 GRABAG
DAN SMPN 2 NGABLAK KAB. MAGELANG TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Oleh :
AGUS AKHMAD MARDJUKI
NIM : MI.12.019
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2016
ii
TRADISI KEGAMAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER
RELIGIUS PADA SISWA DI SMPN 1 GRABAG DAN SMPN 2
NGABLAK KAB. MAGELANG TAHUN 2014-2015
oleh
AGUS AKHMAD MARDJUKI
NIM. M1.12.019
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
Sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 11 September 2015
Dr. H. M. ZULFA, M. Ag.
PEMBIMBING I
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
iii
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama : Agus Akhmad mardjuki
NIM : M1.12.019
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi : Pendidikan
Tanggal Ujian :
Judul Tesis : Tradisi Keagamaan Dalam Membentuk Karakter Religius
Pada Siswa Di SMPN 1 Grabag Dan SMPN 2 Ngablak
KAB. Magelang Tahun 2014-2015
Panitia Munaqosah Tesis
1. Ketua Penguji : (Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag.)
2. Sekretaris : (Dr. Winarno, M.Pd.)
3. Penguji I : (Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.)
4. Penguji II : (Dr. H.M. Zulfa, M.Ag.)
5. Penguji III : (Dr. Asfa Widiyanto, M.A.)
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan
hasil karya sendiri dan sepengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan
tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis
oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah
pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, September 2016
Yang membuat pernyataan
Agus Akhmad mardjuki
v
MOTTO
1. Likulli syai‟in ziinatun filwaro, waziinatul mar‟i tamamul adabi
(Setiap manusia memiliki perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah
akhlak mulia)
2. Innamal umamul akhlaku mabaqiat fain dzahabat akhlaquhum dzahabu
(Bangsa itu dikatakan ada apabila memiliki akhlak, dan apabila akhlak itu
hilang maka musnahlah bangsa itu).
vi
Abstraksi
Agus Akhmad Mardjuki, “Tradisi Kegamaan dalam Membentuk Karakter
Religius Pada Siswa di SMP N 1 Grabag dan SMP N 2 Ngablak Kab. Magelang
Tahun 2014/2015. Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pascasarjana IAIN Salatiga, Pembimbing: Prof. Dr. H M Zulfa.
Kata kunci: Tradisi Keagamaan, Karakter Religius, Peran Guru PAI
Beberapa waktu terakhir ini, realitas kehidupan sangat memprihatinkan.
Mulai dari tawuran pelajar, tindak kriminal yang kian merajalela, juga kasus
kekerasan seksual yang menimpa anak-anak dibawah umur. dalam dunia
pendidikan.Diberitakan juga bagaimana siswi yang diperkosa setelah dibuat
mabuk.
Pendidikan berupaya menghasilkan manusia yang sehat dan cerdas dengan
kepribadian yang kuat dan religius serta mampu menjunjung tinggi budaya luhur
bangsa. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang harus dikedepankan untuk
menjadikan seseorang mengenal nilai-nilai kebaikan dan sadar untuk
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan tidak boleh hanya
sebagai proses transfer of knowledge, akan tetapi juga transfer of values.
Sehingga materi yang diperoleh bisa dipraktikkan dalam kehidupan riil di
masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan metode
pengamatan, wawancara, dan observasi dan dokumentasi. Penelitian ini bertujuan
mengetahui tradisi keagamaan, usaha guru PAI dalam pembentukan karakter,
faktor pendukung dan penghambatnya di SMPN 1 Grabag dan SMPN 2 Ngablak.
Guru PAI dalam pembentukan karakter siswa melalui pembiasaan sholat
berjamaah, tadarus Al Qur’an dan asmaul husna, peringatan (Peringatan Hari
Besar Islam (PHBI), infak jum’at
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tradisi keagamaan mampu
menumbuhkan karakter religius siswa, sehingga siswa memiliki kepribadian luhur
dan berakhlak mulia. Tertanam jiwa disiplin, sabar, jujur, ikhlas, tawadhu’
toleransi dan taat. Peran guru PAI sangat penting dalam mewujudkan karakter
religius pada siswa, diantaranya memberikan keteladanan, motivasi, penumbuhan
kesadaran dan sanksi siswa yang melanggar, itu semua merupakan faktor
pendukung demi terwujudnya program kegiatan tersebut.
vii
Abstraction
Mardjuki, Agus Akhmad. The tradition of religious in Shaping Character
Religious Students of SMP N 1 Grabag and SMP N 2 Ngablak Kab. Magelang
Year 2014/2015. Thesis Graduate Program IAIN Salatiga
Supervisor: Prof. Dr .H. M. Zulfa
Keywords: Religious Traditions, religious character, the role of PAI teachers
Some times in past, the realities of concerned life. Likeof student brawls, rampant
crime, also cases of sexual violence that afflicts young children in education.
Reported also how the student who was raped after being made drunk .
This study used qualitative methods, the method of observation, interviews,
observation, and documentation. Education must produce healthy and intelligent
man with a strong personality and religious and able to uphold the noble culture
of the nation. Education is a learning process that must be put forward to make a
person know the values of kindness and consciously to practice it in daily life .
Education can not be just a process of transfer of knowledge, but also the transfer
of values. So that the material obtained can be practiced in real life in the sosiety.
This study aimed to know the religious traditions, PAI teachers' efforts in shaping
the character, supporting and inhibiting factors in SMPN 1 Grabag and SMPN 2
Ngablak. PAI teacher in shaping the character of students through habituation
pray ,reading Qur'an and the Asmaul Husna, admonitions( Days of the Islamic
(PHBI ), and Fridaydonation.
From this research was found that religious traditionsable to support thereligious
character of students, so that students have the personality disciplined, patient,
honest, sincere, respect, tolerance and obedience. PAI teacher's role is very
important in realizing the religious character of the students, including providing
exemplary, motivational,growing the awareness and sanction students in violation
and there are supporting factors and inhibitors, for the realizing of the activity
programs.
viii
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur alhamdulillah ke hadlirat Allah S.W.T., atas
rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan
dengan baik sesuai yang direncanakan. Tesis ini mengungkap tradisi keagamaan
dalam membentuk karakter religius siswa pada SMPN 1 Grabag dan SMPN 2
Ngablak tahun 2014/2015.
Dalam penulisan dan penyusunan tesis ini, penulis sangat menyadari akan
keterbatasan dan kekurangan ilmu pengetahuan, kendatipun sudah berusaha
semaksimal mungkin, namun ada pepatah "Tiada gading yang tak retak". Untuk
itu, hanya kritik dan saran penulis harapkan, untuk kebaikan di masa yang akan
datang.
Secara umum ucapan terima kasih tak terhingga kepada semua pihak yang
telah memberikan motivasi dan bantuan moril maupun materiil, sehingga
penulisan tesis untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan Islam dapat
terwujud. Demikian pula pada kesempatan yang berbahagia ini, secara khusus
penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada:
1. Ayah dan Ibuku (Bapak Muh. Usupdan Ibu Anisah. Alm, yang memberikan
pendidikan ketika kecil hingga dewasa serta doa restunya.
2. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, selaku Ketua IAIN Salatiga beserta staf, yang
telah membantu kelancaran selama penulis belajar di Pascasarjana IAIN
Salatiga
3. Bapak Dr. H. Zakiyudin Baidhawy, M.Ag. selaku Direktur Program
Pascasarjana beserta staf, yang telah membantu kelancaran selama penulis
studi.
4. Bapak Prof. Dr. H.M. Zulfa selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu, mengarahkan, dan memberi motivasi kepada penulis secara efektif
dan efesien, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Bapak Sugiyarto S.Pd, M.Pd. selaku Kepala SMPN 1 dan Bapak Budi Sayuto,
S.Pd. MPd selaku Kepala SMPN 2 Ngablak Kab. Magelang yang telah
memberikan ijin penelitian.
ix
6. Anak-anak dan istriku, Asfiyatun S.Ag yang telah memberikan motivasi,
do’a dan mendampingi kuliah S2 sampai penulisan Tesis ini dapat terwujud
dan selesai dalam waktu yang sama
7. Rekan-rekan Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan dorongan
dan motivasi sehingga tesis ini dapat selesai.
Atas segala amal kebaikan dari semua pihak, penulis tidak bisa
membalasnya kecuali hanya berdo’a jaza kumullahu khoiron katsiro semoga Allah
SWT., mencatat sebagai amal ibadah. Amin.
Salatiga, September 2016
Penulis
Agus Akhmad Mardjuki
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Kajian Pustaka .............................................................................. 7
E. Metode Penelitian ......................................................................... 13
F. Sistematika Pembahasan................................................................ 17
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 18
A. Tradisi Keagamaan ........................................................................ 18
1. Pengertian Tradisi Keagamaan .................................................. 19
2. Dasar dan Bentuk Tradisi Keagamaan ....................................... 20
3. Strategi Keagamaan ................................................................. 27
4. Metode Keagamaan .................................................................. 32
5. Faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter .................... 37
B. Karakter Religius .......................................................................... 38
1. Pengertian Karakter .................................................................. 38
2. Karakter Religius dalam Pendidikan Islam ................................ 42
3. Metode Membangun Karakter ................................................. 48
C. Materi Pembelajaran PAI dalam Pembentukan Karakter Religius
Siswa ............................................................................................. 50
BAB III DATA HASIL PENELITIAN ........................................................ 57
A. Profil Tempat Penelitian ................................................................ 57
1. SMPN 1Grabag ........................................................................ 57
2. SMPN 2 Ngablak ...................................................................... 64
xi
B. Tradisi Keagamaan…………………………………….………… ..... 68
C. Pembentukan Karakter Religius. ...................................................... 74
D. Tradisi Keagamaan dalam Membentuk Karakter Relegius.................80
E. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembentukan Karakter.. ........... 84
BAB IV ANALISA DATA ............................................................................ 89
A. Tradisi Keagamaan dalam Membentuk Karakter Relegius................. 89
B. Usaha Guru PAI dalam Pembentukan Karakter Religius………… ... 90
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembentukan Karakter.. ........... 92
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 95
A. Simpulan ....................................................................................... 95
B. Saran-saran ................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
xii
DAFTAR TABEL
1 Tabel 1 Profil SMP Negeri 1 Grabag dan SMP N 2 Ngablak 60
2 Tabel 2 Data Siswa dalam lima tahun terakhir 64
3 Tabel 3 Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha 65
4 Tabel 4 Data Siswa dan Guru 67
5 Tabel 5 Perbandingan Kegiatan antara SMN 1 Grabag dan SMP N
2 Ngablak Kab. Magelang
72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa waktu terakhir ini, realitas kehidupan sangat
memprihatinkan, mulai dari tawuran pelajar, tindak kriminal yang kian
merajalela, juga kasus kekerasan seksual yang menimpa anak-anak dibawah
umur. Dalam dunia pendidikan. seperti diberitakan media online,
Tribunnews, sebanyak 11 pelajar SMP ditangkap akibat tawuran.1
Diberitakan juga bagaimana siswi yang diperkosa setelah dibuat mabuk oleh
3 pelajar.2
Fenomena sosial yang menyedihkan di atas seharusnya menjadi
renungan dan evaluasi bagi pendidikan kita selama ini. Pendidikan berupaya
mampu menghasilkan manusia yang sehat dan cerdas dengan (1) kepribadian
yang kuat dan religius serta mampu menjunjung tinggi budaya luhur bangsa,
(2) kesadaran akan demokrasi, (3) kesadaran moral hukum yang tinggi, dan
(4) kehidupan makmur dan sejahtera.3
Oleh sebab itu, pendidikan adalah proses pembelajaran yang harus
paling depan dan bertanggung jawab untuk menjadikan seseorang mengenal
nilai-nilai kebaikan dan sadar untuk mengamalkannya dalam kehidupan
1Tribunews.com, 11 Pelajar ditangkap saat tawuran.Diakses 6 Januari 2015.
2News.okezone.com, Mabuk, Tiga Pemuda Gilir Siswi SMP.Diakses 6 Januari 2015.
3 Jalal F. dan Supriyadi D, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah,
Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa, 2001, 67.
1
2
sehari-hari. Pendidikan tidak boleh hanya sebagai proses transfer of
knowledge, akan tetapi juga transfer of values. Sehingga materi yang
diperoleh bisa dipraktikkan dalam kehidupan riil di masyarakat. Transfer
nilai-nilai ini dilakukan dengan tradisi keagamaan yang dipraktikkan di
sekolah. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan indikator budaya agama
seseorang, yakni: (1) komitmen terhadap perintah dan larangan agama, (2)
bersemangat mengkaji ajaran agama, (3) aktif dalam kegiatan agama, (4)
menghargai simbol-simbol agama, (5) akrab dengan kitab suci, (6)
mempergunakan pendekatan agama dalam menentukan pilihan, (7) ajaran
agama dijadikan sebagai sumber pengembangan ide.4
Penelitian ini hendak mengungkapkan bagaimana proses pendidikan
karakter religius ditanamkan dalam diri siswa di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 1 Grabag dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2
Ngablak Kabupaten Magelang. Penelitian difokuskan pada peran tradisi
keagamaan di sekolah dan Guru PAI dalam pembentukan karakter siswa
disekolah tersebut.
Di era globalisasi ini, organisasi merupakan hal penting dan sangat
dibutuhkan dalam kondisi lingkungan masyarakat, diantaranya untuk menata,
mengatur dan mengkoordinasi suatu kehidupan. Lain dari itu Organisasi
merupakan institusi yang dapat memberi nafas pada kehidupan. struktur
organisasi memungkinkan masyarakat untuk mengejar tujuan yang tidak bisa
4 Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius (Jakarta: Paramadina, 1997), 128-136.
3
dicapai oleh individu-individu secara sendiri-sendiri.5Organisasi adalah
kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasi secara sadar dengan sebuah batasan
yang relatif dapat diidentifikasi, tersusun atas dua orang atau lebih yang
berfungsi atas dasar yang relatif secara terus menerus untuk mencapai suatu
tujuan atau seperangkat tujuan bersama.
Kerjasama yang terpadu antara Guru PAI dengan guru mata pelajaran
lainnya diharapkan mampu mewujudkan harapan terciptanya siswa-siswi
yang memiliki karakter keagamaan yang tinggi sehingga mampu
mewujudkannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Pentingnya pendidikan karakter diantaranya berfungsi sebagai
pembentukan dan pengembangan potensi peserta didik agar berpikiran baik
dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Dengan
demikian pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan guru, yang
mampu mempengaruhi dan membentuk watak peserta didik yang dilakukan
secara sadar dan terencana bukan hanya sifatnya secara kebetulan, yang mana
sisi substansi dan tujuannya sama dengan pendidikan budi pekerti yang bisa
membawa perubahan individu sampai ke akar-akarnya ke arah yang baik dan
benar.
Bidang studi Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di SMP Negeri 1
Grabag dan SMPN 2 Ngablak kabupaten Magelang, di samping sebagai ilmu
teoritis juga sekaligus sebagai ilmu praktis yang harus diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan
5 Gibson dan Donnely, Organisasi: Perilaku,Struktur dan Proses. Terjemahan Nunuk
Adiarni dan editor Lyndon S. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996, 70.
4
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimanai ajaran agama Islam, diringi dengan tuntutan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan
bangsa.6 Cakupan materi yang harus dipelajari begitu banyak, sedangkan jam
pelajaran yang tersedia sangat terbatas, mengingat kenyataan ini agar siswa
dapat mencapai keberhasilan belajar, maka siswa tersebut dituntut
keaktifannya.
Sesuai dengan pernyataan diatas bahwa akhlak merupakan faktork yang
tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan
pribadi atau kehidupan bermasyarakat. Akhlak merupakan sikap pribadi
seseorang yang dapat menghantarkan dirinya kepada pribadi yang baik dan
terpuji, sehingga orang menilai secara lahiriyah ditentukan bagaimana orang
itu bersikap sehari-hari.
Meskipun di sekolah anak sudah mendapat pelajaran bidang studi
Pendidikan Agama Islam yang kaya akan nilai-nilai islam, akan tetapi masih
ada anak didik yang akhlak, pergaulan, serta sikap atau perilakunya kurang
baik. Fenomena yang demikian ini dirasakan oleh para guru, karyawan serta
orang tua sendiri. Dengan melihat kenyataan di atas maka penulis tertarik
untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai permasalahan tersebut.
Berdasarkan latar belakang permasalahan, penulis mengambil judul dalam
tesis ini yaitu, TRADISI KEGAMAAN DALAM MEMBENTUK
6 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 130.
5
KARAKTER RELIGIUS PADA SISWA DI SMPN 1 GRABAG DAN
SMPN 2 NGABLAK KAB. MAGELANG TAHUN 2014/2015
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Tradisi Keagamaan yang ada di SMP Negeri 1
Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak tahun pelajaran 2014/2015?
2. Bagaimana usaha guru PAI dalam membentuk karakter religius
tersebut pada SMP Negeri 1 Grabag Magelang dan SMP Negeri
2 Ngablak?
3. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam
pembentukan karakter religius tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut
1. Untuk mengetahui tradisi keagamaan dalam membentuk karakter
religius pada siswa SMP Negeri 1 Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak
tahun pelajaran 2014/2015.
2. Untuk mengetahui usaha guru PAI dalam membentuk karakter religius
pada siswa di SMP Negeri 1 Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak tahun
pelajaran 2014/2015
6
3. Untuk mengetahui faktor penunjang dan faktor penghambat
dalam membentuk karakter religius pada siswa di SMP Negeri 1
Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak tahun pelajaran 2014/2015.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu karya ilmiah
yang dapat menambah khazanah keilmuan di dunia pendidikan.
2. Kegunaan Praktis
a. Memberikan sumbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
terhadap Guru PAI dalam membentuk karakter siswa dalam
mewujudkan output siswa yang berimtaq dan berakhlak mulia di
SMP Negeri 1 Grabag kabupaten Magelang tahun 2014/20115.
b. Hasil penelitian ini nantinya bisa menjadi acuan bagi tenaga
pendidik terutama guru mata pelajaran PAI mengenai efektifitas
pembelajaran PAI dalam meningkatkan iman dan taqwa (imtaq)
dan akhlak siswa.
c. Hasil penelitian ini mampu memberikan bahan masukan bagi
sekolah untuk meningkatkan pemebentukan karakter siswa dan
prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Grabag kabupaten
Magelang tahun 2014/2015.
7
E. Kajian Pustaka
Penelitian mengenai pendidikan karakter bukanlah hal baru. Terlebih
semenjak pemerintah mensosialisasikan pendidikan karakter di institusi
pendidikan di Indonesia. Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat beberapa
penelitian yang memiliki tema yang hampir sama dengan tema yang penulis
angkat. Berikut ini di antaranya:
Pertama, tesis karya Rahmad Kamal yang berjudul, “Pendidikan Nilai
Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang 1”. Penelitian
Rahmad Kamal ini ditekankan pada akhlak al-karimah yang diaplikasikan ke
dalam beberapa aspek, yaitu: (a) kurikulum (b) budaya (c) program
pengembangan diri. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai-nilai
karakter yang ditanamkan di MIN Malang 1 tidak terlepas dari 18 karakter
yang dikembangkan kemendiknas dalam buku pedoman pendidikan budaya
dan karakter bangsa yang diterbitkan pada tahun 2010, yang meliputi: nilai
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
persahabatan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab. Perbedaan antara tesis Rahmad Kamal
dengan penelitian yang penulis angkat adalah Rahmad Kamal memfokuskan
penelitiannya pada peran Guru dan implementasi akhlakul karimah yang
ditanamkan di MIN Malang 1, sedangkan penelitian penulis hendak
mengetahui peran guru PAI dalam pembentukan nilai karakter religius pada
siswa.
8
Kedua, tesis yang ditulis oleh Junaidi mengenai peran Guru PAI dalam
penanaman Nilai-nilai agama pada anak. Junaidi memulai penelitian dengan
dilatarbelakangi beberapa hal. Pertama, tujuan pendidikan semata kecerdasan
intelektual dan kurang menyentuh nilai-nilai akhlak dari peserta didik.
Kedua, pendidikan agama lebih dititikberatkan pada hafalan, bukan pada
perlunya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini
dilakukan di SD N Demangan Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) tujuan pendidikan di SD Demangan Yogyakarta adalah berusaha
mencetak siswa yang cerdas berprestasi, berakhlak dan bermartabat serta
mengembangkan benih-benih keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME.
(2) kompetensi pembelajaran PAI di SD N Demangan Yogyakarta meliputi:
menghafal surah pendek, pengenalan rukun iman, dan kisah-kisah tokoh
dalam sejarah perkembangan Islam. Penelitian Junaidi ini hanya difokuskan
pada peran guru dan tidak melibatkan unsur siswa sebagaimana yang hendak
penulis lakukan dalam penelitian ini.
Ketiga, tesis Mustofa mengenai peran Organisasi OSWAH dalam
menegakkan disiplin santriwati di Pesantren Putri Al-Mawaddah Ponorogo.
OSWAH adalah suatu wadah pendidikan yang bersifat ekstrakulikuler dan
merupakan suatu wahana pembinaan mental, sikap dan kepribadian sekaligus
sebagai sarana pendidikan dalam latihan berorganisasi bagi segenap
santriwati sebagai bekal terjun ke masyarakat. OSWAH berperan aktif dalam
menegakkan disiplin dan pengajaran, serta sunnah-sunnah pesantren yang
dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab. OSWAH dalam
9
menjalankan mottonya “Siap Dipimpin Dan Siap Memimpin” melibatkan
seluruh santriwati al-Mawaddah. OSWAH merupakan motor penggerak dari
pada kehidupan di pesantren putri al-mawaddah, diantaranya adalah
pembinaan bahasa yang dilakukan setiap hari dengan pemberian kosakata
kepada para santriwati sampai pada pemberian sanksi terhadap mereka yang
melanggar bahasa, pembinaan kepramukaan oleh koordinator yang juga
merupakan bagian dari OSWAH. Dalam aplikasinya diharapkan OSWAH
dapat melaksanakan tugas sebagai pembantu pimpinan dalam menegakkan
disiplin pesantren.
Dari ketiga hasil penelitian di atas, penulis hendak memadukan peran
sekolah (diwakili guru PAI) dan siswa (diwakili oleh OSIS) dalam upaya
menanamkan karakter religius ini dalam diri siswa melalui tradisi keagamaan
yang dilaksanakan di lingkungan sekolah.
F. Kerangka Pemikiran
1. Tradisi Keagamaan
Tradisi keagamaan adalah penggabungan dua istilah antara tradisi
dan agama. Untuk lebih jelas alangkah baiknya kita ketahui dulu apa
pengertian tradisi. Tradisi yang bahasa Inggrisnya tradition berasal dari
kata latin traditio yakni dari tradire yaitu menyerahkan, menurunkan
atau mengingkari. Tradisi juga berarti intelek (bukan intelegensi),
sedangkan dalam ilmu, tradisi berarti kontunuitas pengetahuan dan
motode-metode penelitian. Menurut Pranowo ( 2002 : 8) yang dikutip
10
oleh Nur Syam Tradisi adalah suatu yang diwariskan atau ditranmisikan
dari masa lalu ke masa kini. Sedangkan menurut Anton Rustanto tradisi
adalah suatu perilaku yang lazim orang lakukan dalam sebuah tatanan
masyarakat tertentu secara turun menurun. Hal ini dilakukan semata-
mata karena sifat dari tradisi adalah kontinuitas, dilakukan terus menerus
sesuai dengan apa yang dilakukan oleh para pendahulu mereka.
Keagamaan jika ditelusuri berasal dari kata agama. Agama ialah
suatu sistem kepercayaan yang disatukan oleh praktik yang berkaitan
dengan hal-hal yang suci, yakni hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang
kepercayaan dan praktik-praktik yang mempersatukan komunitas moral
yang disebut Gereja atau Masjid, Wihara, Pura dan sebagainya. Menurut
Stenbrink (2000: 42) yang dikutip oleh Nur Syam, tradisi keagamaan
ialah kumpulan atau hasil perkembangan sepanjang sejarah; ada unsur
baru yang masuk, ada yang ditinggalkan juga.
Dari beberapa pengertian di atas, secara sederhana dapat penulis
simpulkan bahwa tradisi keagamaan adalah suatu tradisi yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat dengan fenomena pelaksanaan
ajaran agama.
2. Karakter Religius
Pengertian karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti
yang membawakan seseorang lain dengan yang lain.7 Karakter
memberikan gambaran tentang suatu bangsa sebagai penanda,
7 Nur Azman, Kamus Standar Bahasa Indonesia, Bandung, Fokusmedia: 2013, 190.
11
penciri sekaligus pembeda suatu bangsa dengan lainnya. Karakter
memberikan arahan tentang bagaimana bangsa itu menapaki dan
melewati suatu jaman dan mengantarkannya pada suatu derajat
tertentu.Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter
yang mampu membangun sebuah peradaban besar yang kemudian
mempengaruhi perkembangan dunia.8
Kata dasar dari religius adalah religi yang berasal dari
bahasa asing religion sebagai bentuk dari kata benda yang berarti
agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan kodrati di
atas manusia. Sedangkan religius berasal dari kata religious yang
berarti sifat religi yang melekat pada diri seseorang (Thontowi,
2012). Religius sebagai salah satu nilai karakter dideskripsikan
oleh Suparlan (2010) sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain. Karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa
dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dalam
hal ini siswa diharapkan mampu memiliki dan berprilaku dengan
ukuran baik dan buruk yang di dasarkan pada ketentuan dan
ketetapan agama. Pembentukan karakter Religius ini tentu dapat
dilakukan jika seluruh komponen stake holders pendidikan dapat
8Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta, Erlangga:
2012 ,
12
berpartisipasi dan berperan serta, termasuk orang tua dari siswa itu
sendiri (E-learning Pendidikan, 2011).
Thontowi (2012) mengemukakan 6 (enam) komponen
religius, antara lain:
a. Ritual, yaitu perilaku seremonial baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama.
b. Doctrin, yaitu penegasan tentang hubungan individu dengan Tuhan.
c. Emotion, yaitu adanya perasaan seperi kagum, cinta, takut, dan
sebagainya.
d. Knowledge, yaitu pengetahuan tentang ayat-ayat dan prinsip-prinsip
suci.
e. Ethics, yaitu atauran-aturan untuk membimbing perilaku interpersonal
membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk.
f. Community, yaitu penegasan tentang hubungan manusia dengan
makhluk atau individu yang lain.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Secara umum penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif menggunakan pengamatan, wawancara, atau penelaahan
dokumen.9 Karena data yang akan disajikan lebih banyak data
9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010, 9.
13
kualitatif, yakni data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan
dalam bentuk angka.10
Disamping itu Penelitian ini juga termasuk penelitian eksploratif
dengan menggunakan metode naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting). Adapun
paradigma yang melandasinya adalah dari kajian filsafat
pospositifisme/intepretatif konstruktif, yang memandang realitas
sosial dalam hal ini pengintegrasian nilai Islam11
pembelajaran
IPA/IPS, sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis, penuh
makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif.
2. Sumber data
a. Menentukan sumber data yang dapat dipercaya baik dari sumber
observasi maupun wawancara sebagai pendukungnya.
b. Menggali data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan focus
dalam penelitian.
c. Mendokumentasikan data dan informasi yang diperoleh dalam
bentuk catatan lapangan (field note) dan transkrip wawancara
(interview transcript).
Field note pada dasarnya merupakan catatan hasil observasi
partisipatorik yang dilakukan penulis dalam mengamati kegiatan/proses
10 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif , Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996, 29.
11 Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D,
Bandung, Bandung, 2008, 14.
14
yang terjadi dalam kaitannya dengan keterlibatannya dalam
pengembangan kurikulum. Sedangkan interview transcript adalah catatan
hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap subyek penelitian.
Transkrip wawancara ini ditulis dalam gaya bahasa naratif dari pokok
pembicaraan subyek yang tercatat dalam transkrip wawancara. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan praktis sekaligus untuk memudahkan
dalam melakukan analisis data selanjutnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview
Interview dilakukan oleh penulis dengan para guru di
SMP Negeri 1 Grabag Magelang dan SMP Negeri 2
NgablakKabupaten Magelang.Interview dalam penelitian ini
digunakan sebagai metode untuk mencari data tentang tradisi
keagamaan yang diterapkan dalam membentuk karakter di
SMP Negeri 1 Grabag Magelang dan SMP Negeri 2 Ngablak
Kabupaten Magelang. Dalam proses ini, peneliti menerima
kenyataan apa adanya dan seobjektif mungkin.
b. Observasi
Obsevasi yang dilakukan adalah pengamatan secara
terlibat (participant observation). Teknik observasi yang
dilakukan untuk mendapatkan catatan lapangan (field note)
tentang fenomena-fenomena yang terjadi secara nyata di
15
lapangan. Peneliti menerima pernyataan seobyektif mungkin,
namun sekaligus melibatkan diri dalam konsepsi-konsepsi dan
pandangan hidup yang diselidiki melalui pengalaman dan
pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena
yang diselidiki. Secara nyata, peneliti mengamati segala
fenomena yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran di
SMP Negeri 1 Grabag Magelang dan SMP Negeri 2 Ngablak
Kabupaten Magelang.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan alat pengumpulan data
dengan sumber data berupa silabus, kurikulum, jadwal
kegiatan dan pengampunya.
d. Teknis Analisis
Data Analisis data dilakukan sejak data
dikumpulkan.Bersamaan dengan pengumpulan data dilakukan
reduksi data. Reduksi data dilakukan dengan cara
indentifikasi data, klarifikasi data, dan kodefikasi data.
kemudian data dideskripsikan dan dianalisis secara seksama.
Untuk menjaga validitas data yang diperoleh, peneliti
melakukan trianggulasi data dengan menggunakan sumber
data lain. Trianggulasi data dilakukan dengan cara mengambil
data dari subjek lain (selain yang ditetapkan dalam penelitian)
sebagai data verifikasi. Trianggulasi juga mungkin dilakukan
16
dengan mendiskusikan hasil analisis data dengan pakar atau
teman sejawat.
Berdasarkan sifat data yang dikumpulkan, maka metode
analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif. Analisa
ini dilakukan dengan cara menghubungkan data sehingga
akan diketahui adanya relasi kausalitas (hubungan sebab
akibat), korelasi (hubungan saling mempengaruhi) dan relasi
linear (adanya pengaruh data yang satu terhadap data yang
lainnya). Pola pikir yang digunakan dalam analisa ini adalah
pola induksi, yaitu proses berpikir yang diawali dengan
pengamatan yang khusus untuk kemudian diambil kesimpulan
yang bersifat umum.12
H. Populasi dan Sampel
Peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Grabag
Magelang dan SMP Negeri 2 Ngablak Kabupaten Magelang.
I. Sistematika Pembahasan
Bagian awal terdiri dari halaman sampul, halaman judul, halaman
persetujuan, halaman pengesahan, pernyataan keaslian tulisan, halaman
motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
12 Amsal Bahtiar, Filsafat Agama, Jakarta, Logis Wacana Ilmu, 1997, hlm. 3
17
gambar, daftar lampiran, pedoman transliterasi, dan abstrak yang memuat
seluruh isi dari tesis secara singkat dan padat.
Bagian isi terdiri dari lima bab dan masing-masing bab berisi sub-bab.
Bab I. Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah yang berisi
landasan-landasan yang memunculkan permasalahan-permasalahan yang
akan diteliti. Permasalahan-permasalahan ini nantinya berupa pertanyaan-
pertanyaan. Fokus penelitian ini akan dijelaskan pada tujuan penelitian
sebagai arah dalam melakukan penelitian. Kegunaan penelitian merupakan
kontribusi hasil penelitian baik secara teoritis maupun praktis. Kerangka
pemikiran merupakan sub-bab berikutnya yang berisi penjelasan dari variabel
penelitian yang masih ambigu. Penelitian terdahulu merupakan penelitian
yang bisa dijadikan pertimbangan dan perbandingan dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan. Sistematika pembahasan sebagai sub-bab terakhir
merupakan penjelasan yang berupa urutan-urutan yang akan dibahas.
Bab II. Landasan teori, membahas tentang pengertian tradisi
keagamaan, dasar dan bentuk keagamaan, pengertian pendidkkan
karakter, metode pendidikan karakter, faktor yang mempengaruhi
peembentukan karakter, penegrtian karakter, macam-macam karakter
dalam pendidikan islam, metode membangun karakter, materi PAI
dalam memebntuk karakter relegius,
Bab III. Data hasil Penelitian. Bab ini berisi tentang profil tempat
penelitian, visi dan misi, tujuan, motto, tradisi keagamaan, tabel.
18
Bab IV Analisa data.Bab ini terdiri dari analisis tentang tradisi
keagamaan dalam membentuk karakter siswa, meliputi perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, analisis pencapaian karakter keagamaan dan langkah-
langkahnya.
Bab V. Penutup. Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran.
Kesimpulan memuat uraian singkat terkait fokus penelitian. Saran merupakan
masukan bagi instansi pihak yang terkait dengan penelitian ini.
Bagian akhir berisi daftar rujukan, lampiran-lampiran, dan biodata
peneliti. Daftar rujukan memuat referensi-referensi yang digunakan peneliti
untuk menyelesaikan penelitian ini. Lampiran-lampiran memuat dokumen-
dokumen yang mendukung penelitian ini, time schedule penulisan tesis, daftar
pertanyaan untuk wawancara, dan daftar observasi. Biodata peneliti berupa
biografi peneliti secara lengkap.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tradisi Keagamaan
1. Pengertian Tradisi keagamaan
Tradisi keagamaan adalah penggabungan dua istilah antara tradisi
dan agama. Untuk lebih jelas alangkah baiknya kita ketahui dulu apa
pengertian tradisi. Tradisi yang bahasa Inggrisnya tradition berasal dari
kata latin traditio yakni dari tradire yaitu menyerahkan, menurunkan atau
mengingkari. Tradisi juga berarti intelek (bukan intelegensi), sedangkan
dalam ilmu, tradisi berarti kontinuitas pengetahuan dan motode-metode
penelitian.
Tradisi adalah suatu yang diwariskan atau ditranmisikan dari masa
lalu ke masa kini. Sedangkan menurut Anton Rustanto tradisi adalah
suatu perilaku yang lazim orang lakukan dalam sebuah tatanan
masyarakat tertentu secara turun menurun. Hal ini dilakukan semata-mata
karena sifat dari tradisi adalah kontinuitas, dilakukan terus menerus
sesuai dengan apa yang dilakukan oleh para pendahulu mereka.1
Setelah mengetahui pengertian tradisi, selanjutnya melangkah pada
pengertian keagamaan. Keagamaan jika ditelusuri berasal dari kata
agama. Agama ialah suatu sistem kepercayaan yang disatukan oleh
1 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Rosda Karya, 2001, hal. 294.
19
20
praktik yang berkaitan dengan hal-hal yang suci, yakni hal-hal yang
diperbolehkan dan dilarang kepercayaan dan praktik-praktik yang
mempersatukan komunitas moral yang disebut Gereja atau Masjid,
Wihara, Pura dan sebagainya. Sementara menurut Stenbrink, tradisi
keagamaan ialah kumpulan atau hasil perkembangan sepanjang sejarah;
ada unsur baru yang masuk, ada yang ditinggalkan juga.2
Dari beberapa pengertian di atas, secara sederhana dapat penulis
simpulkan bahwa tradisi keagamaan adalah suatu tradisi yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat dengan fenomena pelaksanaan
ajaran agama.
2. Dasar dan Bentuk Tradisi Keagamaan
Dasar dan bentuk Tradisi keagamaan sering ditemui sulit berubah
karena sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,
tampaknya tradisi keagamaan sudah terbentuk sebagai norma 3yang
dibakukan dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Dalam pendidikan
tradisi keagamaan merupakan unsur sosial yang telah mengakar dalam
kehidupan masyarakat dan sulit berubah. Pada umumnya, pada
masyarakat pedesaan, tradisi keagamaan erat kaitannya dengan mitos dan
agama. Mitos lahir dari tradisi yang sudah mengakar kuat di suatu
masyarakat, sementara agama dipahami berdasarkan kultur setempat
sehingga mempengaruhi tradisi.
2 Baidhawi, Zakiyuddin, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta:
Airlangga, 2005,58.
21
Dasar tradisi keagamaan memang lahir dari suatu ajaran yang
bersifat normatif. Dari sudut pandang sosiologis, tradisi merupakan suatu
pranata sosial, karena tradisi dijadikan kerangka acuan norma dalam
masyarakat Kerangka acuan norma ini ada yang bersipat sekunder dan
primer. Yang sekunder, pranata itu bercorak rasional, terbuka dan umum,
kompetitif dan konflik yang menekankan legalitas, seperti pranata
politik, pranata pemerintahan, ekonomi dan pasar, berbagai pranata
hukum dan keterkaitan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Pranata ini dapat diubah struktur dan peranan hubungan antar
peranannya maupun norma-norma yang berkaitan dengan itu.
Tampaknya, pranata sekunder ini bersipat fleksibel, mudah berubah
sesuai dengan situasi yang diinginkan oleh pendukungnya. Sedangkan
pranata primer berhubungan dengan kehormatan dan harga diri, jati diri
serta kelestarian masyarakatrnya, karena, pranata ini merupakan
kerangka acuan norma yang mendasar dan hakiki dalam kehidupan
manusia itu sendiri
Oleh karena itu, pranata ini tidak dengan mudah dapat berubah
begitu saja. Mengacu kepada penjelasan di atas, tradisi keagamaan
termasuk ke dalam pranata primer. Karena pranata keagamaan ini
mengandung unsur-unsur yang berkaitan dengan Ketuhanan atau
keyakinan, tindakan keagamaan, perasaan-perasaan yang bersifat mistik,
penyembahan kepada yang suci, dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang
hakiki. Dalam hubungan dengan masalah kebudayaan yang sudah
22
menjadi tradisi inilah, maka tradisi keagamaan sulit berubah, karena
selain didukung oleh masyarakat, juga memuat sejumlah unsur-unsur
yang memiliki nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan keyakinan
masyarakat. Demikian juga tradisi keagamaan mengandung nilai-nilai
yang sangat penting yang berkaitan dengan agama yang dianut oleh
masyarakat atau pribadi-pribadi pemeluk tersebut. Dalam aspek
pendidikan di Indonesia, tradisi keagamaan begitu kental sehingga dapat
ditemui pada materi pelajaran yang mengandung banyak tradisi
keagamaan. Secara sederhana penulis memaknai bahwa tradisi
keagamaan adalah hal-hal yang mengandung ajaran agama, dalam hal ini
agama Islam. Dapat kita temui dan lihat beberapa institusi pendidikan
yang berbasis pesantren atau agama banyak memakai tradisi keagamaan,
misalnya memasukkan materi Yasinan atau tahlilan ke dalam materi atau
bahan ajar pendidikan.
Menurut Zakiah Daradjat, sikap siswa terhadap agama dapat
dibedakan menjadi empat, yaitu:4
a) Percaya turut-turutan
Yaitu percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama
karena ia terdidik dalam lingkungan beragama, karena orangtuanya
orang beragama, teman-teman dan masyarakat sekelilingnya rajin
menjalankan ibadah dan ajaran agama. Maka ia ikut percaya dan
melaksanakan ajaran agama sekedar mengikuti suasana dan
4 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1989, 23.
23
lingkungan dimana ia hidup.
b) Percaya dengan kesadaran
Sekitar usia 16 tahun, siswa mulai meninjau dan meneliti
kembali cara beragama pada masa kecil. Ia tidak puas dengan
pengertian atau pemahaman tentang ajaran agama yang diterimanya
ketika kecil. Ia ingin menjadikan agama sebagai hal baru untuk
membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama sekedar
ikut-ikutan
c) Percaya tapi ragu-ragu
Kebimbangan terhadap ajaran agama yang pernah diterima
tanpa kritik semasa kecilnya merupakan tanda bahwa kesadaran
agama mulai tumbuh pada siswa yang bertepatan dengan masa
remaja. Biasanya kebimbangan itu muncul setelah pertumbuhan
kecerdasan mencapai kematangannya, sehingga ia dapat mengkritik,
menerima atau menolak apa yang saja yang dijelaskan kepadanya.
Dapat dikatakan bahwa pada masa remaja akhir, keyakinan
beragama lebih diwarnai oleh pikiran, berbeda dengan pada masa
permulaan remaja dimana perasaan yang lebih menguasai keyakinan
agamanya.
d) Tidak percaya sama sekali
Salah satu perkembangan yang terjadi adalah mengingkari
adanya Tuhan dan menggantinya dengan keyakinan lain atau
mungkin pula hanya tidak mempercayai adanya Tuhan secara
24
mutlak. Seperti diketahui, semakin bertambah kemampuan
seseorangan dalam mengetahui sebab-akibat sesuatu, maka semakin
kurang kembalinya kepada Tuhan dalam menerangkan sesuatu yang
tidak dikenalnya.
Kenyataan ini tentu saja dapat penulis katakan bahwa pendidikan
dan tradisi keagamaan sangat erat dan begitu sulit untuk
dipisahkan.Kembali pada dasar tradisi keagamaan itu, jika kita melihat
rujukan dalil naqli tentang dasar tradisi keagamaan sangat bervariatif
dalam menginterpretasikannya.Misalkan kebiasaaan membaca yasin pada
saat-saat tertentu.Jika dilihat dasar membaca yasin memang ada anjuran
dalam Islam karena yasin adalah bagian dari ayat al-Qur’an, sedangkan
bagi kaum muslimin sangat dianjurkan untuk membaca al-Qur’an dan
memahaminya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Faathir : 29-30:
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang
kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-
terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan
menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri (Al-Faathir: 29-30)
Kemudian dalam hadits nabi yang diriwayatkan oleh A’isyah :
Artinya: Orang yang membaca al-Qur‟an dan pandai dalam
membacanya ia bersama para malaikat yang mulia. Dan yang membaca
25
al-Qur‟an dengan mengeja dan ia membacanya dengan sulit, ia
mendapatkan dua pahala( Hadits Muttafaq alaih dan lafal ini dari
Muslim) .
Dari al-Nu’man bin Basyir ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Yang
paling utama dari ibadah ummatku adalah membaca al-Qur‟an”.
Dari Ibnu Abbas, ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
”Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya tidak ada al-Qur‟an sama
sekali, tak ubahnya seperti rumah yang rusak.” ( Diriwayatkan oleh at-
Tirmidzi, Ahmad bin Hanbal, al-Hakim, dan al—Darimi ).
Pendidikan merupakan suatu yang sangat urgen dalam setiap
negara.Indonesia telah merubah dan menyempurnakan kurikulum hingga
sekarang. Awalnya menggunakan KTSP sekarang telah menggunakan
Pendidikan Karakter.
Berlatar belakang bahwa nilai, norma, dan mental bangsa mulai surut,
maka di situlah muncul ide untuk memperbaiki karakter bangsa Indonesia
melalui pendidikan karakter. selain itu menurut Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa “pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect),
dan tubuh anak. Jadi sedah jelas, bahwa pendidikan merupakan kunci utama
untuk menumbuh kembangkan karakter bangsa menjadi baik.
Di bawah ini akan dijelaskan tentang pengertian Pendidikan Karakter
menurut para Ahli:
26
a. Menurut Suyanto
Pendidikan karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
b. Menurut Kertajaya
Pendidikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu
benda atau individu.Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada
kepribadian benda atau individe tersebut, serta merupakan “mesin”
yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berucap,
dan merespon sesuatu.
c. Menurut Kamus Psikologi
Menurut kamus psikologi pendidikan karakter adalah kepribadian
ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang,
dan berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
d. Menurut Thomas Lickona
Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk
membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan,
dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Dalam kerangka perwujudan fungsi idealnya kualitas SDM, sistem
pendidikan Islam haruslah senantiasa mengorientasikan diri untuk
menjawab kebutuhan dan tantangan dalam masyarakat sebagai konsekuensi
logis dari perubahan. Pendidikan Islam, baik pada sekolah dan perguruan
27
tinggi umum maupun pada sekolah keagamaan (madrasah) dan perguruan
tinggi agama Islam, semakin kukuh sebagai bagian integral dari pendidikan
nasional. Dalam kerangka pendidikan demokratis, guru bukan lagi satu-
satunya pemegang monopoli dalam proses pembelajaran, namun ia tetap
merupakan narasumber penting pembelajaran peserta didik. Tetapi pada saat
yang sama, kini ia harus lebih siap mendengar, lebih siap memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menyatakan pikiran dan ekspresi
diri mereka. Bahkan lebih dari itu, guru sepatutnya senantiasa mendorong
dan merangsang para peserta didik untuk bicara, mengekpresikan apa yang
hidup dalam diri mereka, dan kalau perlu mempersoalkan berbagai substansi
pembelajaran yang mereka terima secara kritis.5
3. Stategi Keagamaan
Keagamaan adalah suatu fenomena sosial keagamaan yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia,
manusia dengan alam sekitar sesuai dan sejalan dengan ajaran agama
yang mencakup tata keimanan, tata kepribadian, dan tata kaidah atau
norma yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem
yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi
bagian-bagiannya.6
Oleh karena itu penanaman nilai-nilai agama adalah proses
menanamkan konsep penghargaan tertinggi yang diberikan masyarakat
5 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Jakarta, UIN Jakarta Press: 2012, 57.
6 Arifin, Filsafat Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Bumi Aksara: 1993, 141.
28
kepada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keragaman yang
bersifat suci menjadi pedoman tingkah laku keagamaan masyarakat. Ada
tiga aspek yang harus diperhatikan dalam menetapkan tujuan penanaman
nilai-nilai keagamaan kepada anak yaitu aspek usia, aspek fisik, dan
aspek psikis anak. Rasa keagamaan dan nilai-nilai keagamaan akan
tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
psikis maupun fisik anak. Perhatian anak terhadap nilai-nilai dan
pemahaman agama akan muncul manakala mereka sering melihat dan
terlibat dalam upacara keagamaan, dekorasi dan keindahan rumah
ibadah, rutinitas, ritual orang tua dan lingkungan sekitar ketika
menjalankan peribadatan.
Sedangkan menurut penulis penanaman nilai keagamaan adalah
suatu proses edukatif berupa kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan
sabar, terencana dan dapat dipertanggung jawabkan untuk memelihara,
melatih, membimbing, mengarahkan, dan meningkatkan pengetahuan
keagamaan, kecakapan sosial, dan praktek serta sikap keagamaan anak
selanjutnya dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut dapat diungkapkan bahwa dalam rangka pembangunan
manusia seutuhnya (insan kamil) dan masyarakat Indonesia seluruhnya
(masyarakat pancasila), maka pendidikan agama berfungsi:7
a. Dalam aspek individual adalah untuk membentuk manusia yang
percaya dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
7 Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta, Gema Windu Panca
Perkasa: 2000, 22.
29
b. Dalam aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara adalah untuk:
1) Melestarikan Pancasila dan melakukan ketentuan UUD 1945.
2) Melestarikan asas pembangunan nasional, khususnya asas
perikehidupan dan keseimbangan.
3) Melestarikan modal dasasr pembangunan nasional yakni modal
ruhaniyah dan mental berupa kepercayaan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membimbing warga Negara Indonesia menjadi warga Negara
yang sekaligus umat yang taat menjalankan agamanya.
Dengan demikian maka hasil yang diharapkan dari kegiatan
pendidikan agama pada anak jenjang ini adalah menumbuhkan rasa agama
dalam kepribadian anak dan terbentuknya dasar moral yang baik, serta
mulai terbina sikap positif terhadap agama. Kegiatan pendidikan agama
pada masa ini dikembangkan lebih banyak bersifat pengenalan, latihan dan
pembiasaan.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran nilai
agama, yaitu strategi tradisional, strategi bebas, strategi reflektif dan strategi
transinternal.8
Pertama, pembelajaran menggunakan strategi tradisional, yaitu
dengan jalan memberikan nasihat atau doktrinasi. Dengan kata lain, strategi
ini ditempuh dengan jalan memberitahukan secara langsung nilai mana yang
8 Muhaimin, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004, 172.
30
baik dan yang kurang. Dengan strategi ini guru memiliki peran yang
menentukan, karena kebaikan atau kebenaran datang dari Allah SWT, dan
siswa tinggal menerima kebaikan atau kebenaran itu tanpa harus
mempersoalkan hakikatnya. Penerapan strategi tersebut akan menjadikan
peserta didik hanya mengetahui atau menghafalkan jenis-jenis nilai tertentu
yang kurang baik, dan belum tentu melaksanakannya. Sedangkan guru atau
pendidik kadang-kadang hanya berlaku sebagai juru bicara nilai, dan ia pun
belum tentu melaksanakannya. Karena itu, tekanan strategi ini lebih bersifat
kognitif, sementara segi efektifnya kurang dikembangkan.
Kelemahan lainnya terletak pada aspek pengertian peserta didik
terhadap nilai itu sendiri yang bersifat paksaan dan paksaan akan lebih
efektif bila dengan hukuman atau penggunaan hukuman atau ganjaran yang
bersifat material hal ini jelas kurang menguntungkan untuk pembelajaran
nilai yang seharusnya mengembangkan kesadaran internal pada peserta
didik.
Kedua, pembelajaran dengan menggunakan strategi bebas merupakan
kebalikan dari strategi tradisional, dalam arti guru atau pendidik tidak
memberitahukan kepada peserta didik justru diberi kebebasan sepenuhnya
untuk memilih dan menentukan nilai mana yang akan diambilnya, karena
nilai yang baik bagi orang lain belum tentu baik pula bagi peserta didik itu
sendiri. Dengan demikian peserta didik memiliki kesempatan yang seluas-
luasnya untuk memilih dan menentukan nilai mana yang baik dan tidak
baik, dan peserta didik dan guru sama-sama terlibat secara aktif.
31
Stategi tersebut juga mempunyai kelemahan antara lain peserta didik
belum tentu memilih nilai-nilai mana yang baik dan kurang baik, karena
masih memerlukan bimbingan dari pendidik untuk memilih nilai yang cocok
digunakan bagi orang-orang dewasa dan pada objek-objek nilai
kemanusiaan.
Ketiga, pembelajaran dengan menggunakan strategi reflektif adalah
dengan jalan mondar-mandir antara menggunakan pendekatan teoritik ke
pendekatan empiric, atau mondar mandir antara pendekatan deduktif dan
induktif.Dalam penggunaan strategi tersebut dituntut adanya konsistensi
dalam penerapan criteria untuk mengadakan analisis terhadap kasus-kasus
empiric yang kemudian dikembalikan kepada konsep teoritiknya dan juga
diperlukan konsisten penggunaan aksioma-aksioma terapan pada kasus-
kasus yang lebih khusus dan operasional.Strategi ini lebih relevan dengan
tuntutan perkembangan berfikir peserta didik dan tujuan pembelajaran nilai
untuk menumbuhkan kesadaran rasional dan keluasaan wawasan terhadap
nilai tersebut.9
Keempat, pembelajaran dengan strategi transiternal merupakan cara
untuk membelajarkan nilai dengan jalan melakukan transformasi nilai,
dilanjutkan dengan transaksi dan transinternalisasi. Dalam hal ini guru dan
peserta didik sama-sama terlibat dalam proses komunikasi aktif, tetapi juga
melibatkan komunikasi batin (kepribadian) antara keduanya.
9 Muhaimin, 173.
32
4. Metode Keagamaan
Pendidikan Agama Islam pada kenyataannya lebih sulit disbanding
dengan pendidikan lainnya, karena pendidikan agama menyangkut
masalah perasaan dan lebih menitik beratkan pada pembentukan
kepribadian peserta didik.Oleh karena itu para guru di bidang agama
dituntut untuk usaha sedemikian rupa sehingga dapat membawa peserta
didik ke arah tujuan pendidikan.Oleh karena itu usaha yang tidak pernah
guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai
salah satu komponen yang ikut ambil bagian keberhasilan kegiatan
belajar mengajar.Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal
yang aneh, tapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh seorang
guru.
Beberapa pakar pendidik telah merumuskan beberapa metode
penanaman nilai-nilai keagamaan yang berpengaruh terhadap anak,
antara lain:
a. Metode keteladanan
Metode keteladanan adalah metode pembelajaran dengan
cara memperlihatkan keteladanan, baik yang langsung melalui
penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah,
perilaku pendidik dan tenaga pendidik lain yang mencerminkan
akhlak terpuji maupun secara langsung melalui sejumlah ilustrasi
33
kisah-kisah keteladanan.10
Teladan yang baik haruslah diikuti oleh
pikiran dan tingkah laku secara bersamaan. Biasanya seorang anak
atau siswa akan menfigurkan seseorang dan akan dijadikannya
sebagai pedoman dan tak jarang figure yang mereka idolakan
adalah yang dekat dengannya.11
Seorang pendidik merupakan
contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan
santunnya akan melekat pada diri dan perasaannya baik dalam
bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, indrawi
maupun spiritual.12
b. Metode pembiasaan
Pendidikan dengan pembiasaan dan latihan merupakan salah
satu penunjang pokok kependidikan dan merupakan slah satu
penunjang pokok kependidikan dan merupakan salah satu sarana
dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan
moralnya. Hal ini berangkat dari perhatian temu muka, memberi
peringatan dan motivasi, serta berbagai petunjuk dan pengarahan.13
Dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak hendaknya
semakin banyak diberikan latihan pembiasaan nilai-nilai
keagamaan yang dilakukan oleh anak dan semakin bertambah usia
anak, hendaklah semakin banyak pula penjelasan dan pengertian
10 Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, 154.
11 Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2005, 39.
12 Abdullah Nasih Ulwah, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, 1.
13 Abdullah Nasih Ulwah, 65.
34
tentang nilai-nilai agama itu sesuai dengan perkembangan
kecerdasan anak. Karena pembiasaan agama itu akan memasukkan
unsur-unsur yang positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.
Semakin banyak pengalaman agama, maka semakin anak
membiasakan diri dalam kehidupan yang dijalani sehari-hari.
Pembiasaan yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat di
ingatan dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan
mudah. Dengan demikian metode pembiasaan sangat baik dalam
rangka mendidik akhlak anak.
c. Metode bercerita
Secara tradisional, bercerita dipandang sebagai hiburan di
perpustakaan atau selama waktu tambahan khusus di
kelas.Bercerita harus di pandang sebagai alat pengajaran yang vital
karena strategi ini telah digunakan oleh semua kebudayaan di
seluruh dunia selama ratusan tahun. Apabila akan menggunakan
metode bercerita di kelas, seorang guru harus menggabungkan
konsep, gagasan dasar, dan tujuan pengajaran menjadi sebuah
cerita yang dapat guru sampaikan secara langsung kepada siswa.14
Ada beberapa teknik yang dapat dipergunakan antara lain sebagai
berikut:
1) Membaca langsung dari buku
2) Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku
14 Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara, Bandung: Kaifa, 2003, 101.
35
3) Menceritakan dongeng
4) Bercerita dengan menggunakan media boneka
5) Dramatisasi suatu cerita
d. Metode bermain
Bermain merupakan kegiatan yang spontan dan kreatif,
dengan bermain anak menemukan ekspresi sepenuhnya.Bermain
penting bagi anak-anak untuk perkembangan kepribadian. Metode
bermain adalah metode pengajaran yang dilakukan melalui
permainan yang dapat membangkitkan siswa dalam proses
pembelajaran. Melalui kegiatan bermain anak dapat berlatih
menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan
berbagai masalah dan mengembangkan kreatifitasnya, yaitu
melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan, memanfaatkan
imajinasi atau ekspresi diri, kegiatan-kegiatan pemecahan masalah
dan sebagainya.15
e. Metode karya wisata
Karya wisata merupakan salah satu metode melaksanakan
kegiatan pengajaran dengan cara mengamati dunia sesuai dengan
kenyataannya yang ada secara langsung meliputi manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya. Dengan mengamati
secara langsung akan memperoleh kesan yang sesuai dengan
pengamatannya. Dan pengamatan ini diperoleh melalui panca
15 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rieneka Cipta,
2004, 157.
36
indera yakni mata, telinga, lidah, hidung, atau penglihatan,
pendengaran, pengecap, pembauan, pengecap dan peradaban.
Penerapan metode karya wisata sangat baik digunakan untuk
menanamkan jiwa keagamaan pada anak, karena dengan karya
wisata akan didik akal mengetahui dan melihatnya secara langsung
banyaknya dan indahnya ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, selain itu
pengalaman langsung dapat membuat setiap anak lebih tertarik
kepada pelajaran yang disajikan sehingga anak didik lebih ingin
mendalami ikhwal yang diminati dengan mencari informasi dari
buku-buku sumber lainnya serta menumbuhkan rasa cinta kepada
alam sekitar sebagai ciptaan Tuhan. Metode karya wisata berfungsi
pula memberikan hiburan kepada anak didik dan rekreatif.
f. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana
seorang guru atau orang lain sengaja diminta atau murid
memperlihatkan pada seluruh kelas tentang kaifiyah melakuan
sesuatu.
Segi positif yang dimiliki metode demonstrasi adalah:
1) Perhatian akan terpusat kepada apa yang akan
didemonstrsasikan dan memberikan kemungkinan akan
berfikir lebih kritis
2) Akan mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan
karena anak mengamati secara langsung terhadap proses.
37
Segi negatif yang dimiliki oleh metode demonstrasi adalah:
1) Dalam melaksanakan metode demonstrasi biasanya
memerlukan waktu yang banyak
2) Metode ini sukar dilaksanakan apabila anak belum siap untuk
melaksanakannya.
g. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyampaian pelajaran oleh
seorang guru dentan jalan mengajukan pertanyaan kepada murid
atau anak didik menjawab, yang diharapkan terjadi dialog antara
guru dan murid. Metode Tanya jawab bermaksud memotivasi anak
didik untuk bertanya selama proses belajar mengajar. Isi
pertanyaan tidak mesti haus mengenai pelajaran yang sedang
diajarkan, tetapi bisa mengenai petanyaan yang lebih luas yang
berkaitan dengan pelajaran.
5. Faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter
Faktor-faktor yang mempengaruhi karakter peserta didik secara
umum yaitu16
:
a. Faktor internal (pembawaan)
Watak peserta didik didik adalah luwes, lentur, bisa dibentuk
dan diubah. Proses pembentukan identitas sifat dan watak dinamakan
sosialisasi. Susah dan mudahnya proses ini tergantung pada usia dan
cara yang digunakan untuk sampai kepada tujuan.
16 Ahmad Izzan, Tafsir Pendidikan, Tangerang: Pustaka Aufa Media, 103
38
b. Faktor lingkungan
Lingkungan tempat peserta didik hidup diyakini besar
pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian dan karakter
peserta didik. Factor lingkungan tersebut meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, dalam masyarakat luas. Keluarga merupakan
lingkungan yang pertama dan utama dialami seorang peserta didik.
Situasi keluarga akan turut menentukan bagaimana karakter peserta
didik dibentuk. Sedangkan sekolah merupakan lingkungan tampat
bertemu peserta didik dengan teman-teman yang lain. Pertemuan
mereka datang dari berbagai budaya dan social yang berbeda-beda.
Seorang peserta didik secara psikologis berada pada masa pencarian
identitas, akan mengikuti gaya hidup temannya yang lain yang
dianggap cocok dengan dirinya. Adanya pengaruh factor lingkungan
ini dapat didasarkan pada QS.asy-Syams ayat 7-10.
B. Karakter Religius
1. Pengertian Karakter
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur,
kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.
39
Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut
dengan berkarakter mulia.17
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Dekdiknas adalah
“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,
tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, dan berwatak.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang
potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya
diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup
sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
pemberani, dapat dipercaya, jujur, menempati janji, adil, rendah hati, malu
berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun,
ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif,
visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai
waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta
keindahan (estetis, sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki
kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga
mampu bertidak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakter adalah
realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional,
sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang
berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya,
17 Majid, Abdul, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012, hal. 11.
40
sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada
umumnya dengan mengoptimalkan potensi (Pengetahuan) dirinya dan
disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).18
Karakter memberikan gambaran tentang suatu bangsa, sebagai
penanda, ciri sekaligus pembeda suatu bangsa dengan bangsa lainnya.
Karakter memberikan arahan tentang bagaimana bangsa itu menapaki dan
melewati suatu jaman dan mengantarkannya pada suatu derajat tertentu.
Bangsa yang besar memiliki karakter yang mampu membangun sebuah
peradaban besar yang kemudian mempengaruhi perkembangan dunia.
Demikianlah yang terjadi dalam sebuah perjalanan sejarah.Nabi
Muhammad SAW sebagai manusia sempurna yang pernah di muka telah
memberikan contoh keteladanan bagaimana membangun karakter bangsa
dan mempengaruhi dunia. Sehingga Michael H. Hart penulis buku 100
tokoh yang mempengaruhi di dunia menempatkan Nabi Muhammad SAW
sebagai manusia yang paling berpengaruh sepanjang sejarah kemanusiaan,
karena mampu mengubah karakter masyarakat dari realitas masyarakat
yang sangat tidak beradab, suka menyembah patung, suatu produk
manusia yang disembahnya sendiri, suka berjudi, suka membunuh anak
perempuannya karena dianggap melemahkan citra diri keluarga besar
(suku), memberikan penghargaan atas wanita dengan cara yang sangat
18 Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa; Pedoman
Sekolah, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kemendiknas, 2010, hal.
8-9.
41
murah dan keji, memperjualbelikan manusia dengan sistem perbudakan
menjadi beradab dan bermoral.19
Semua realitas itu kemudian diubah dengan cara yang sangat indah
dan cerdas melalui keteladanan dan dibangun karakter masyarakatnya,
kemudian mampu mempengaruhi karakter bangsanya sehingga dapat
diakui dalam percaturan sebuah kawasan (jazirah) bahkan hingga mampu
mengubah sejarah perjalanan dunia.
Dalam membentuk karakter seorang peserta didik menurut Abudin
Nata dan Fauzan yang dikutip oleh Ahmad Izzan bahwa dalam
membentuk karakter seorang peserta didik tentunya harus memerlukan
bimbingan dari orang yang lebih dewasa.Hal ini dapat dipahami dari
kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap orang yang baru
lahir.20
Hal senada dengan firman Allah SWT yang artinya: “Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu apa pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan
hati agar kamu bersyukur.”
Berdasarkan ayat di atas, bahwa peserta didik mempunyai
karakteristik. Diantara karakteristik tersebut adalah sebagai berikut21
:
1. Peserta didik menjadikan Allah SWT sebagai motivator utama
dalam menuntut ilmu.
19Akh Muwafik Shaleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta,
Erlangga:2002, 2.
20 Ahmad Izzan, Tafsir Pendidikan, Jakarta, Pustaka Aufa Media: 2012, 94.
21 Ahmad, hal 94
42
2. Senantiasa mendalami pelajaran secara maksimal, yang
ditunjang dengan persiapan dan kekuatan mental, ekonomi fisik
dan psikis.
3. Senantiasa mengadakan perjalanan (rihlah; comparative study)
dan melakukan riset dalam rangka menuntut ilmu karena ilmu
itu tidak hanya dalam satu majelis, tetapi dapat dilakukan
ditempat dan majelis-majelis lainnya.
4. Memiliki tanggung jawab.
5. Ilmu yang dimilikinya dapat dimanfaatkan
Beberapa aspek anak didik yang perlu diperhatikan dalam dunia
pendidikan adalah pertama aspek pedagogis yaitu memandang manusia
sebagai animal educandum, binatang yang dapat didik. Kedua, aspek
sosiologis dan kultural, memandang manusia sebagai homo socius, yaitu
makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau yang memiliki
ghanizah (instinct) untuk hidup bermasyarakat. Ketiga, aspek tauhid;
memandang manusia sebagai makhluk yang berketuhanan.
2. Karakter Religius dalam Pendidikan Islam
Perlu diketahui macam-macam karakter peserta didik dalam
pendidikan Islam. Macam-macam karakter peserta didik yang paling
penting dalam pendidikan Islam yaitu:
a. Sabar
Sabar menurut Imam Al-Ghazali terdiri dari pengetahuan,
keadaan, dan amal. Pengetahuan didalamnya seperti pohon,
43
keadaan seperti ranting-ranting, dan amal seperti buah.
Kesabaran terbesar adalah sabar dalam menahan diri
melampiaskan syahwat dan berlarut-larut dalam melakukannya,
dan juga seseorang peserta didik harus memiliki kesabaran bila
diganggu seseorang dalam perkataan dan perbuatan.
b. Jujur
Salah satu sifat seorang peserta didik yang dapat menentukan
kepercayaan orang lain, baik guru maupun teman sasama adalah
kejujuran. Jujur dapat ditandai dengan sikap terbuka atas apa
yang sebenarnya ada atau terjadi pada dirinya. Sifat jujur dapat
menumbuhkan rasa percaya diri. Dalam pandangan pendidikan
Islam, kejujuran seorang peserta didik merupakan asas yang
menjiwai segala hubungan dengan seorang guru. Sifat jujur yang
terpelihara dengan baik dalam diri seorang peserta didik akan
menjadikan seorang guru menaruh percaya pada peserta didik
tersebut.
c. Ikhlas
Ikhlas adalah perbuatan membersihkan dan memurnikan sesuatu
yang bersih dari campuran yang mencemarinya. Seorang pelajar
harus ikhlas dan membersihkan hati sebagai prasarat untut
menuntut ilmu.Menurut al-Nawwawi bahwa bersihnya hati
untuk ilmu bersihnya bumi untuk tanaman. Dengan demikian,
44
seorang peserta didik perlu membersihkan hatinya agar dapat
menyerap ilmu pengetahuan secara baik.
d. Tawadhu’
Tawadhu’ yaitu mengakui kebenaran dari orang lain dan rujuk
dari kesalahan menuju kebenaran. Oleh sebab itu seorang murid
harus bersifat tawadhu’ terhadap ilmu dan guru, karena dengan
sikap tawadhu’ itulah ilmu dapat tercapai.
e. Qana’ah
Qana’ah yaitu menerima segala sesuatu apa adanya dan merasa
cukup. Sifat qana’ah berkaitan erat dengan cara penerimaan dan
kondisi psikologis seorang peserta didik terhadap apa yang
diperolehnya.
f. Toleran
Sifat toleran seorang pelajar yaitu menghindari perbedaan yang
dapat menimbulkan perpecahan demi meraih lezatnya
persaudaraan. Oleh karena itu sifat toleran dapat menimbulkan
persaudaraan yang terpelihara dan terhindar dari saling
bermusuhan. Seorang peserta didik yang toleran terhadap orang
lain berarti ia membangun persaudaraan yang menjadi jalan bagi
kelancaran belajar bersama.
45
g. Ta’at
Ilmu hakikatnya cahaya Allah SWT dan hal itu hanya diberikan
kepada hambanya yang patuh dan tunduk terhadap ajaran dan
perintah-Nya. Perbuatan maksiat merupakan wujud dari
ketidaktaatan seseorang. Hal ini berkaitan dengan ketaatan pada
aturan-aturan Allah SWT. Di samping itu seorang peserta didik
yang sedang mencari ilmu, memerlukan pertolongan dan
bimbingan dari seorang guru. Peserta didik tidak boleh dibiarkan
begitu saja untuk tumbuh dan berkembang dengan sendirinya.
Dengan demikian seorang peserta didik yang ingin mendapatkan
ilmu yang benar itu memerlukan bimbingan, pengarahan, dan
pertunjukan dari guru terpercaya. Berdasarkan alasan ini, maka
muncul etika pergaulan yang baik yang harus dilakukan oleh
peserta didik ketika berhubungan dengan gurunya. Bagian inilah
yang pada gilirannya memunculkan perlunya ketaatan pada
seorang guru.
h. Tawakal
Tawakal adalah pengandalan hati kepada Tuhan yang Maha
Pelindung karena segala sesuatu keluar dari ilmu dan kekuasaan
serta kehendakNya, sedangkan selain Allah tidak dapat
membahayakan dan tidak dapat member manfaat. Seorang
peserta didik harus memiliki tawakal dan melakukan proses
46
belajar supaya dapat memanfaatkan waktu baik di siang hari
maupun di malam hari, baik ketika diam atau dalam perjalanan.
i. Khauf dan raja’
Takut (khauf) dan harapan (raja’) termasuk kedudukan para
penempuh jalan Allah dan keadaan para pencari ridha Allah
SWT sifat yang ditunggu apabila menimbulkan kesedihan di
hati dinamakan rasa takut (khauf), dan jika menimbulkan
kegembiraan maka dinamakan harapan (raja’).Rasa takut dan
harapan adalah dua kendala untuk memimpin orang yang
melihat indahnya kebenaran di dalam hatinya.Maka siapa yang
melihat keindahan itu dengan hatinya, ia pun terbebas dari rasa
takut atau harapan.
j. Syukur
Dalam istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia kata syukur
diartikan sebagai rasa terima kasih kepada Allah. Jadi sifat
syukur berkaitan erat dengan cara berterima kasih.
Membangun karakter bangsa menjadi tanggung jawab bersama
semua pihak dan komponen dari bangsa ini untuk ikut terlibat
menyingsingkan lengan baju membangun karakter yang kuat dan khas.
Semua potensi bangsa haruslah bangkit dan bersatu padu untuk
melakukan sebuah gerakan dan tindakan dalam membangun karakter
bangsa agar negeri ini bangkit dan meraih cita-cita besarnya sehingga
mampu sejajar dengan bangsa-bangsa besar lain di dunia dan mampu
47
memberikan kontribusi bahkan menjadi pusat peradaban. Unsur
masyarakat yang harus terlibat membangun karakter generasi, antara
lain22
:
1. Keluarga harus ikut terlibat membangun karakter generasinya
melalui kepedulian dan keteladanan orang tua dengan cara
memperkenalkan sejak dini dan mendampingi generasi. Kita
mengenal arti baik dan buruk dari keluarga melalui apa yang
sering dilihat, didengar dalam keluarga, ucapan, tindakan yang
ditampilkan khususnya orang tua. Ada sebuah ungkapan “al
ummu madrasatul „ula” ibu adalah tempat pendidikan pertama
dalam kehidupan seorang manusia.
2. Kalangan pelaku lembaga pendidikan di manapun tingkat dan
stratanya khususnya sejak pendidikan dasar, yaitu PAUD, TK,
SD, kemudian tingkat yang lebih atasnya SMP hingga
perguruan tinggi oleh pendidik (guru, dosen, dsb) juga harus
terlibat membangun karakter melalui penanaman nilai dan
penguatan nilai-nilai karakter itu dengan cara mengajarkannya
dan mendidiknya
3. Organisatoris (termasuk dalam organisatoris adalah para
pekerja, karyawan, aktivis organisasi, pemimpin organisasi
apapun organisasinya, organisasi professional, pemerintahan
22 Akh Muwafik Shaleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta,
Erlangga:2002, 10.
48
ataupun lembaga dan instutusi lainnya): mempraktikkannya
dan memberikan contoh teladan yang baik.
3. Metode Membangun Karakter
Metode membangun karakter diantaranya23
:
a. Melalui keteladanan
Dari sekian banyak metode membangun dan menanamkan
karakter, metode inilah yang paling kuat.Karena keteladanan
memberikan gambaran secara nyata bagaimana seseorang harus
bertindak.Keteladanan berarti kesediaan setiap orang untuk
menjadi contoh dan miniature yang sesungguhnya dari sebuah
perilaku.
b. Melalui simulasi praktek (experiential learning)
Dalam proses belajar, setiap informasi akan diterima dan
diproses melalui beberapa jalur dalam otak dengan tingkat
penerimaan yang beragam. Terdapat enam jalur menuju otak,
antara lain melalui apa yang dilihat, didengar, dikecap, disentuh,
dicium, dan dilakukan. Bahkan Confucius, 2400 tahu lalu
mengatakan: What I Hear, What I Forget, What I See, What I
Remember, What I Do, What I Understanding.
c. Menggunakan metode ikon dan afirmasi (menempel dan
menggantung)
23 Akh Muwafik Shaleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta,
Erlangga:2002, 12
49
Memperkenalkan sebuah sikap positif dapat pula dilakukan
dengan memprovokasi semua jalur menuju otak kita khususnya
dari apa yang kita lihat melalui tulisan atau gambar yang
menjelaskan sikap positif tertentu. Misalnya dengan tulisan
afirmasi dan ikon-ikon positif yang ditempelkan atau digantungkan
ditempat yang mudah untuk kita lihat.
d. Menggunakan metode repeat power
Yaitu dengan mengucapkan secara berulang-ulang sifat atau
nilai positif yang ingin dibangun.Metode ini dapat pula disebut
dengan metode Dzikir Karakter. Metode ini merupakan salah satu
cara untuk mencapai sukses dengan menanamkan sebuah pesan
positif pada diri kita secara terus menerus tentang apa yang ingin
kita raih
e. Metode 99 sifat utama
Metode ini adalah melakukan penguatan komitmen nilai-nilai
dan sikap positif dengan mendasarkan pada 99 Sifat Utama
(Asma’ul Husna) yaitu pada setiap harinya setiap orang memilih
salah satu sifat Allah (Asma’ul Husna) secara bergantian kemudian
menuliskan komitmen perilaku aplikatif yang sesuai dengan sifat
tersebut yang akan dipraktikkan pada hari itu.
f. Membangun kesepakatan nilai keunggulan
Baik secara pribadi atau kelembagaan menetapkan sebuah
komitmen bersama untuk membangun nilai-nilai positif yang akan
50
menjadi budaya sikap atau budaya kerja yang akan ditampilkan dan
menjadi karakter bersama. Hal ini haruslah menjadi sebuah
kesepakatan bersama.
g. Melalui penggunaan metafora
Yaitu dengan menggunakan metode pengungkapan cerita
yang diambil dari kisah-kisah nyata ataupun kisah inspiratif lainnya
yang disampaikan secara rutin kepada setiap orang dalam institusi
tersebut (siswa, guru, karyawan dll) dan penyampaian kisah
motivasi inspiratif tersebut dapat pula selalu diikutsertakan pada
setiap proses pembelajaran atau sesi penyampaian motivasi pagi
sebelum memulai pekerjaan.
C. Materi Pembelajaran PAI Dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa
Pembentukan karakter Religius ini tentu dapat dilakukan jika seluruh
komponen stake holders pendidikan dapat berpartisipasi dan berperan serta,
termasuk orang tua dari siswa itu sendiri.24
Kementrian Lingkungan Hidup (dikutip oleh Thontowi, 2012)
menjelaskan 5 (lima) aspek religius dalam Islam, yaitu:
1. Aspek iman, menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan Tuhan,
malaikat, para nabi dan sebagainya.
2. Aspek Islam, menyangkut frekuensi, intensitas pelaksanaan ibadah yang
telah ditetapkan, misalnya sholat, puasa dan zakat.
2416 Elearning Pendidikan. 2011. Membangun Karakter Religius Pada Siswa Sekolah
Dasar. dalam, (http://www.elearningpendidikan.com), diakses 11 April 2014.
51
3. Aspek ihsan, menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran
Tuhan, takut melanggar larangan dan lain-lain.
4. Aspek ilmu, yang menyangkut pengetahuan seseorang tentang ajaran-
ajaran agama.
5. Aspek amal, menyangkut tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat,
misalnya menolong orang lain, membela orang lemah, bekerja dan
sebagainya.
Kemudian secara universal, Thontowi mengemukakan 6 (enam)
komponen religius, antara lain:25
a. Ritual, yaitu perilaku seromonial baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama.
b. Doctrin, yaitu penegasan tentang hubungan individu dengan Tuhan.
c. Emotion, yaitu adanya perasaan seperi kagum, cinta, takut, dan
sebagainya.
d. Knowledge, yaitu pengetahuan tentang ayat-ayat dan prinsip-prinsip suci.
e. Ethics, yaitu atauran-aturan untuk membimbing perilaku interpersonal
membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk.
f. Community, yaitu penegasan tentang hubungan manusia dengan makhluk
atau individu yang lain.
Menurut perspektif Thontowi religius memiliki 5 (lima) dimensi
utama. Kelima dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
25 Thontowi, Amsia, Kewarganegaraan dalam Ketahanan Nasional. Lampung: KDT,
2012.
52
1) Dimensi Ideologi atau keyakinan, yaitu dimensi dari keberagamaan yang
berkaitan dengan apa yang harus dipercayai, misalnya kepercayaan
adanya Tuhan, malaikat, surga, dsb. Kepercayaan atau doktrin agama
adalah dimensi yang paling mendasar.
2) Dimensi Peribadatan, yaitu dimensi keberagaman yang berkaitan dengan
sejumlah perilaku, dimana perilaku tersebut sudah ditetapakan oleh
agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan, pengakuan dosa, berpuasa,
shalat atau menjalankan ritual-ritual khusus pada hari-hari suci.
3) Dimensi Penghayatan, yaitu dimensi yang berkaitan dengan perasaan
keagamaan yang dialami oleh penganut agama atau seberapa jauh
seseorang dapat menghayati pengalaman dalam ritual agama yang
dilakukannya, misalnya kekhusyukan ketika melakukan sholat.
4) Dimensi Pengetahuan, yaitu berkaitan dengan pemahaman dan
pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran agama yang dianutnya.
5) Dimensi Pengamalan, yaitu berkaitan dengan akibat dari ajaran-ajaran
agama yang dianutnya yang diaplikasikan melalui sikap dan perilaku
dalam kehidupan sehari-hari.
Karena demikian mendasar kehidupan dan fungsi agama dalam
kehidupan manusia maka agama dapat dijadikan nilai dasar bagi pendidikan,
termasuk pendidikan karakter, sehingga melahirkan model pendekatan
pendidikan berbasis agama. Pendidikan karakter yang berbasis pada agama
merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai berdasarkan agama
yang membentuk pribadi, sikap, dan tingkah laku yang utama atau luhur
53
dalam kehidupan. Dalam agama islam, pendidikan karakter
memilikikesamaan dengan pendidikan akhlak. Istilah akhlak bahkan sudah
masuk dalam bahasa Indonesia yaitu akhlak. Akhlak (dalam bahasa Arab: al-
akhlak) menurut Ahmad Muhammad Al-Hufy dalam “Min Akhlak al-Nabiy”,
ialah “azimah (kemauan) yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-
ulang sehingga menjadi adat (membudaya) yang mengarah pada kebaikan
atau keburukan”. Karena itu, dikenalkan adanya istilah “akhlak yang mulia
atau baik” (akhlak al-karimah) dan “akhlak yang buruk” (al-akhlak al-syuu).
Ajaran tentang akhlak dalam Islam sangatlah penting sebagaimana
ajaran tentang aqidah (keyakinan), ibadah, dan mu‟ amalah (kemasyarakat).
Nabi akhiru zaman, Muhammad s.a.w, bahkan diutus untuk menyempurnakan
akhlak manusia, “innamaa buitstu li-utannima makaarim al-akhlak”.
Menyempurnakan akhlak manusia berarti meningkatkan akhlak yang sudah
baik menjadi lebih baik dan mengikis akhlak yang buruk agar hilang serta
diganti oleh akhlak yang mulia.Itulah kemuliaan hidup manusia sebagai
makhluk Allah yang utama. Betapa pentingnya membangun akhlak sehingga
melekat dengan kerisalahan Nabi.26
Karakteristik pembelajaran PAI dan Budi Pekerti pada setiap satuan
pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.
Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang
sasaran pembelajaran yang harus dicapai.Standar Isi memberikan kerangka
26 Hadedar Nashir, “Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya”, Yogyakarta:
Multi Presindo, 2013, hlm 22-24
54
konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari
tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran
PAI dan Budi Pekerti mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga
ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis)
yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui
aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karaktersitik
kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi
karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), dan tematik internal (dalam suatu mata pelajaran) perlu
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya
kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya (project
based learning), dan berbasis Adapun karakteristik mata pelajaran PAI dan
Budi Pekerti adalah27
:
a) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan mata
pelajaran yang dikembangkan dari materi pokok pendidikan
27 Lampiran III, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 58 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.
55
agama Islam (al-Qur’an dan Hadis, aqidah, akhlak, fiqih dan
sejarah peradaban Islam).
b) Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI dan Budi Pekerti
merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu komponen
yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang
bertujuan untuk pengembangan moral dan kepribadian peserta
didik. Maka, semua mata pelajaran yang memiliki tujuan tersebut
harus seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.
c) Diberikannya mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti bertujuan untuk
terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada
Allah Swt., berbudi pekerti yang luhur (berakhlak yang mulia),
dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, terutama
sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya, sehingga dapat
dijadikan bekal untuk memelajari berbagai bidang ilmu atau mata
pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negatif
yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut.
d) PAI dan Budi Pekerti adalah mata pelajaran yang tidak hanya
mengantarkan peserta didik dapat menguasai berbagai kajian
keislaman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana peserta didik
mampu menguasai kajian keislaman tersebut sekaligus dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah
masyarakat. Dengan demikian, PAI dan Budi Pekerti tidak hanya
56
menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting
adalah pada aspek afektif dan psikomotornya.
e) Secara umum mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti didasarkan
pada ketentuan-ketentuan yang ada pada dua sumber pokok ajaran
Islam, yaitu al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw., juga
melalui metode ijtihad (dalil aqli), para ulama dapat
mengembangkannya dengan lebih rinci dan mendetail dalam
kajian fiqih dan hasil-hasil ijtihad lainnya.
Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti adalah
terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia (budi pekerti
yang luhur), yang merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad saw di
dunia. Hal ini tidak berarti bahwa pendidikan Islam tidak memperhatikan
pendidikan jasmani, akal, ilmu, ataupun segi-segi praktis lainnya, tetapi
pendidikan Islam memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti juga
segi-segi lainnya. Untuk mengarah kerarah akhlak mulia tanamkan lebih dulu
pada diri anak maupun orangtua dengan rasa iman, islam, ihsan, ilmu dan
amal sehingga dalam langkah kehidupan memiliki ketenangan dalam jiwanya.
57
BAB III
DATA HASIL PENELITIAN
A. Profil Tempat Penelitian
1. SMP Negeri I Grabag Kabupaten Magelang
Data tentang profil, visi misi, kondisi pendidik dan siswa, sarana
prasarana, perangkat pembelajaran penulis dapatkan dati Tata Usaha
SMP Negeri 1 Grabag Kabupaten Magelang.
a. Profil SMP Negeri 1 Grabag Kabupaten Magelang
SLTP Negeri 1 Grabag terletak di desa Grabag,
Kecamatan Grabag 20 km dari kota Magelang menuju ke
arah timur laut. Tepatnya di dusun Gowak Desa Grabag,
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Desa Grabag
terletak antara 1100
18’15’’BT-110019’50’’BT dan
702’25’’LS7
022’20’’LS’. Topografi wilayah ini berada pada
ketinggian 673 m dari permukaan atas laut. Tingkat
kesuburan tanah cukup, sehingga bagus untuk lahan
pertanian, baik pertanian lahan basah maupun pertanian
lahan kering. Dengan tingkat kemajuan petaninya yang
beragam, cara bertani penduduk pun beragam pula. Dari
model petani tradisional sampai petani yang relatif modern.
Dengan tingkatan petani buruh sampai petani tanah. Macam
tanaman lahan basah adalah padi dan tanaman lahan kering
palawija sedang tanaman industri di antaranya cengkih, kopi
57
58
dan tembakau saat musim kemarau, kayu albasiah dan lain-
lain. Wilayah pertanian sebagian besar terletak di wilayah
pinggiran desa, terutama bagi antara, barat berupa
persawahan, dan sebagian selatan, sedangkan untuk wilayah
timur dan sebagian selatan lebih banyak berupa kebun dan
tegalan wilayah tengah desa merupakan konsentrasi
pemukiman penduduk.
Letak Desa Grabag relatif berada di tengah wilayah
kecamatan Grabag. Desa Grabag dilingkungi oleh desa-desa
yang merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Grabag.
Batas-batas desa Grabag adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Sidogede dan Desa Kartoharjo
Sebelah timur : Desa Kleteran
Sebelah selatan : Desa Sumurarum
Sebelah barat : Desa Banyusari
SMP Negeri 1 Grabag Kabupaten Magelang didirikan
pada tahun 1957, dengan nama SMP Persatuan bermula dari
prakarsa guru-guru alumnus SGA Negeri Semarang yang
mengajar di SD Negeri di wilayah Grabag bersama dengan
Bapak Mintarno. Karena masih merupakan sekolah baru
terbentuk maka sarana prasarana masih sangat bersahaja dan
belum memiliki gedung sendiri. Sebagai tempat kegiatan
59
belajar mengajar meminjam meminjam gedung SD Negeri
Grabag 1 Kecamatan Grabag. Guru pengajarnya kebanyakan
guru-guru yang belum memiliki kualifikasi sebagai guru
SMP. Beberapa waktu kemudian karena berbagai alasan,
tempat belajarnya pindah ke gedung margatama atau gedung
balai desa Grabag.
Berkat kerjasama tokoh masyarakat dan masyarakat
melalui kegiatan gotong royongakhirnya SMP Persiapan
Grabag berhasil membangun be berapa ruang kelas dengan
menempati tanah bekas pasar yang terletak di sebelah barat
gedung Margatama. Dua tahun berikutnya, tepatnya tahun
1959 statusnya meningkat menjadi SMP Bantuan Negeri dan
mendapat droping guru-guru yang lebih profesional di
bidangnya dari pemerintah cq Departemen P dan K. Berkat
kemajuan yang dicapai sekolah, maka pada tanggal 14
September 1963 dengan Surat Keputusan No. 61/SK/B.
III/1963, pemerintah mengubah status sekolah menjadi
sekolah negeri sampai sekarang.
Setelah lebih dari lima dasa warsa berlalu, pada tahun
2005 setelah melalui verifikasi dari berbagai aspek,
Departemen Pendidikan Surat Keputusan Direktur
Pendidikan Lanjutan SMP Negeri 1 Grabag sebagai Sekolah
Standar Nasional (SSN). Sebuah predikat yang sangat berat
60
diemban dan menuntut banyak konsekuensi. Segala sesuatu
yang berada di dalamnya harus memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP).
Tabel 1. Profil SMP N 1 Grabag
1. Nama Sekolah : SMP NEGERI 1 GRABAG
2. No. Statistik Sekolah : 201030818010
3. Status Sekolah : Negeri / Swasta *) coret yang tidak
perlu
4. Kualifikasi
Akreditasi
: A ( Amat Baik) Nilai : 89
5. Alamat Sekolah
a. Jalan : Raya No. 100 Grabag-Magelang
b. Kecamatan : Grabag
c. Kabupaten/Kota : Magelang
d. Propinsi : Jawa Tengah
6. Telepon : 0293 3148066
7. Faksimili : 0293 3148071
8. Alamat e-Mail : [email protected]
9. Alamat Web :
Jumlah Guru dan Siswa SMPN 1 Grabag Magelang
a) Kesesuaian penugasan guru dengan Ijazahnya :Jumlah guru yang
tugas mengajarnya sesuai dengan Ijazahnya= 31 orang
Jumlah guru yang tugas mengajarnya tidak sesuai dengan Ijazahnya =
3 orang
61
b) Beban tugas mengajar guru: Jumlah guru dengan beban tugas
mengajar 24 jam atau lebih = 27 orang
Jumlah guru dengan beban tugas mengajar kurang dari 24 jam 7 orang
c) Sertifikasi Profesi Jumlah guru yang memiliki sertifikat profesi
pendidik= 29 orang
Jumlah guru yang belum memiliki sertifikat profesi pendidik 5 orang
b. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Grabag Kabupaten Magelang
1) Visi SMP N 1 Grabag adalah:
“BERIMTAQ, DISIPLIN, CERDAS, TERAMPIL DAN
BERBUDAYA”
Visi ini menjiwai warga sekolah untuk selalu
menjadikannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai
tujuan sekolah.
Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah yang
tergambar pada uraian berikut :
a) Berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi
kekinian
b) Sesuai dengan norma dan harapan masyarakat
c) Ingin mencapai keunggulan/komperatif
d) Mendorong semangan komitmen seluruh warga sekolah
e) Mendorong adanya perubahan yang lebih baik
f) Mendorong warga sekolah yang religius
62
2) Misi SMP N 1 Grabag
a) Wajib melaksanakan tata tertib bagi semua komponen
sekolah dengan disertai pemberian sanksi dan penghargaan.
b) Melaksanakan KBM secara tertib dan teratur yang senantiasa
mengacu pada peningkatan prestasi sekolah serta
meningkatkan budaya baca.
c) Memberikan bekal keterampilan yang bermutu dan
bermanfaat.
d) Menumbuhkan penghayatan dan pelaksanaan ajaran agama
dan budi pekerti dalam rangka membentuk insan yang
bertakwa dan berbudi pekerti luhur.
e) Melaksanakan kegiatan pengembangan bakat, minat dan
potensi secara efektif
f) Menerapkan management partisipatif dengan melibatkan
seluruh komponen yang ada demi terciptanya kondisi
transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan.
c. Tujuan SMPN 1 Grabag
Tujuan tersebut secara bertahap akan dimonitoring, dievaluasi,
dan dikendalikan setiap kurun waktu 1 (satu) tahun sebagai berikut:
1) Tercapainya tingkat kelulusan 100% dengan rata-rata nilai 8,5
63
2) Meningkatnya presentase lulusan yang diterima di sekolah
negeri (SMA/SMK/MA) sekurang-kurangnya 80% dari
lulusan.
3) Menjuarai berbagai kompetesi OSN, O2SN, FL2N
4) Terlaksananya program tadarus Al-Quran oleh siswa yang
beragama Islam dan pendalaman Kitab Suci bagi siswa
nonmuslim.
5) Terlaksananya program berbagai kegiatan keagamaan seperti:
Sholat Dhuhur berjamaah, Bimbingan baca tulis Al-Quran,
Pesantren kilat/Ramadhan, dan peringatan hari besar
keagamaan
6) Terlaksananya program 7 K (Keamanan, Ketertiban,
Keindahan, Kebersihan, Kenyamanan, Kerindangan,
Kekeluargaan) sehingga sekolah menjadi kondusif
7) Terlaksananya program 5 S (salam, salim, senyum, sapa, dan
santun)
8) Terlaksananya pelayanan yang optimal kepada semua pihak
yang memerlukan berdasarkan SAS (Sistem Administrasi
Sekolah)
9) Tersedianya media pembelajaran standar yang diperlukan.
10) Terjadinya kerja sama antar warga/keluarga besar sekolah
dan lingkungan sekitar.
64
d. Motto SMP Negeri 1 Grabag
“Sopan Dalam Bersikap”
“Unggul Dalam Prestasi
“Trampil Dalam Bertindak”
2. SMP Negeri 2 Ngablak Kabupaten Magelang
a. Profil SMPNegeri Ngablak 2 Kabupaten Magelang
PROFIL SEKOLAH
1. Nama Sekolah
Alamat
Jalan/Kec./Kab./Kota
No. Telp.
: SMP NEGERI 2 NGABLAK
: Dusun Pondokan, Desa Madyogondo,
Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang
: ( 0293 ) 5808330
2. Nama Yayasan (bagi
swasta)
Alamat Yayasan & No.
Telp.
: -
: -
3. Nama Kepala Sekolah
No. Telp/HP
: BUDI SAYUTO, S.Pd
: 085868331555
4. Kategori Sekolah : SBI / SSN / Rintisan SSN / Reguler * )
5. Tahun didirikan/ Th.
Beroperasi
: 1996 / 1996
6. Kepemilikan
Tanah/Bangunan
a. Luas Tanah/ Status
b. Luas Bangunan
: Milik Pemerintah / Yayasan / Pribadi /
Menyewa/ Menumpang *)
: 6.640 M2/ SHM/HGB/Hak Pakai/Akte Jual-
Beli/Hibah *)
: 1.160 M2
7. No. Rekening Rutin
Sekolah
: 0048-01-026284-50-1, Nama Bank BRI
Cabang Magelang
65
Tabel 2. Data Siswa dalam 5 (Lima) tahun terakhir
Tahun
Ajaran
Jml
Pendaftar
(Calon
Siswa
Baru)
Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah
( Kls I + II + III )
Jml
Siswa
Juml
ah
Rom
b.Be
l
Jml
Sisw
a
Jumla
h
Romb.
Bel
Jml
Siswa
Jumlah
Romb.
Bel
Jml
Siswa
Jumlah
Romb
.Bel
Th.
201020
11
80 org 72 org 3 rbl 65
org 3 rbl 62 org 3 rbl 199 org 9 rbl
Th.
2011/2
012
69 org 62 org 3 rbl 71
org 3 rbl 67 org 3 rbl 200 org 9 rbl
Th.
2012/2
013
69 org 68 org 3 rbl 61
org 3 rbl 68 org 3 rbl 197 org 9 rbl
Th.
2013/2
014
67 org 63 org 3 rbl 64
org 3 rbl 63 org 3 rbl 190 org 9 rbl
Th.
2014/2
015
68 org 68 org 3 rbl 62
org 3 rbl 64 org 3 rbl 194 org 9 rbl
66
Tabel 3. Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha
Tenaga Pendidik/ TU Jumlah Keterangan
Tenaga Pendidik/ Guru 21 org
17 org Status Guru PNS
1 org. GTT Status PNS2 org. GTT
Murni
Pustakawan - org
Laboran
(IPA/Bahasa/Komputer) - org
Diampu Guru Mapel
Staf Tata Usaha 5 org 1 org KTU, 1 Org Staf Adm PNS, 3
Org Staf Adm TTT
Dalam wawancara dengan Bapak Wahdatudin S.Ag sebagai
koordinator bidang kesiswaan dan wawancara siswa dan beberapa Osis
diantaranya: Nur fadilatun nikmah (ketua Osis), Nur Diyati (Bendahara),1
Lola Oktaviningtyas (sekretaris) dan anggota Osis lainnya ada 26 Siswa
anggota Osis yang terbagi dalam 9 Seksi kami mendapatkan data sekolah
SMPN 2 Ngablak sebai berikut:2
SMPN 2 Ngablak merupakan sekolah yang letak geografisnya
didataran tinggi gunung Ngandong kab Magelang, merupakan perbatasan
antara Kec Grabag dengan Kec Ngablak, siswa-siswinya dari kelangan
1 Wawancara dengan ketua osis dan anggota, Data Kegiatan Sekolah, pada 11 Februari
2016.
2 Wawancara dengan Bapak Wahdatudin S.Ag sebagai koordinator bidang kesiswaan dan
wawancara siswa pada 11 Februrari 2016.
67
keluarga buruh dan petani, Dan merupakan daerah pinggiran yang mana
bila tidak beridiri sekolah ditempat btersebut tentulah mereka porang tua
tidak menyekolahkan putra putri ke jenjang sekolah tingkat menengah.
b. Visi dan Misi SMP Negeri Ngablak 2 Kabupaten Magelang
1) Visi SMP Negeri Ngablak 2
“ Unggul dalam pengetahuan, ketrampilan dan aktivitas keagamaan”
2) Misi SMP Negeri Ngablak 2
(a) Menyelenggarakan pendidikan yang memadukan nilai-nilai luhur
pesantren dan keunggulan pendidikan modern dalam
memposisikan diri sebagai jawaban terhadap tuntutan kebutuhan
masa depan
(b) Memfasilitasi kegiatan belajar secara profesional, proporsional
dan optimal
(c) Meningkatkan prestasi siswa dibidang kegamaan, pengetahuan
umum, teknologi informasi, komputer dan bahasa
Kondisi siswa dan kegiatan keagamaan disekolah tersebut sangat
banyak, namun keberhasilan dalam pembelajrannya sulit anak
menerapkannya, yang menyebabkannya antara lain :
a. Kurang tanggapnya orangtua siswa dirumah untuk mememandu
dan mendidiknya dirumah.
b. Lingkungan masyarakat yang mengutamakan asal anak mau
bekerja dan membantu orang tua.
c. Tidak adanya kiat belajar kejenjang yang lebih tinggi
68
d. Rata-rata SDM orang tua yang hanya tamat SD, sehingga tidak
mampu memacu belajar anak.
Tabel 4. Siswa Menurut Asal Wilayah Berdasar Tingkat Dan Jenis Kelamin
Siswa
Tingkat
I (7)
Tingkat
II (8)
Tingka
t III (9) Jumlah
L P L P L P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(7
) (8)
(9
) (10)
Dalam Daerah
34
19
42
26
31
3
3 107
7
8 185
Luar Daerah
-
-
-
-
-
- -
- -
Jumlah 34 19 42 26 31
3
3 107
7
8 185
Keterangan
Dalam daerah berarti asal siswa masih sama 1 wilayah kabupaten/Kota dengan sekolah
Luar daerah berarti asal siswa berbeda wilayah kabupaten/Kota dengan sekolah
B. Tradisi Keagamaan
1. Kegiatan Tradisi Keagamaan SMP Negerii 1 Grabag dan SMPN 2
Ngablak Kabupaten Magelang
a. Sholat berjamaah
SMPN 1 Grabag Siswa secara serentak bersama-sama
melaksanakan sholat berjamaah dzuhur di masjid Al Muqorrobien
Kauman Grabag, yang berlokasididepan SMPN 1 Grabag dengan
cukup hanya menyeberang jalan.Sejumlah siswa yang beragama Islam
berkisar 550 siswa siswi yang didampingi oleh Bapak dan ibu guru,
bapak satpam yang membantu menyeberangkan anak dan
mengawasinya. Dalam kegiatan ini menjadi sorotan masyarakat luas
69
yang merasa haru, bangga dan gembira melihat ada rasa kebersamaan
tersebut. Sholat berjamaah dilakukan sesuasai masyarakat umum,
karena kondisi waktu yang tidak mesti sama.
Dalam menjaga kedisplinan dan kerapian dibagi tugas ada
yang menjadi Jasus (polisis siswa) yang ikut mengontrol di masing-
masing kelas, Jadwal Sholat berjamaah Dzuhur yaitu: Pukul 12.10 –
12.50 pada hari Senin-Kamis Hari Jum’at sebagian anak kelas 7
mengkitu sholat Jum’at di masjid Al Muqorrobien kauman Grabag,
dan lainnya pulang. Karena jam 13.30 ada kegiatan kepramukaan.
Hari sabtu adanya kegiatan extra BTQ, dan extra-extra lainnya.
Sehingga waktu sholat tidak terlaksana sperti hari senin-kamis.
Seusai salam dilanjutkan dengan wirid dan do’a bersama-
sama, dan sebagian siswa juga melaksanakan sholat sunat rowatib
ba’diyah. Setelah kembali kesekolah melanjutkan aktifitas KBM
sampai usai jam pelajaran.
SMPN 2 Ngablak pelaksanaan sholat dzuhur berjamaah Siswa
secara bergilir, hari senin kelas VII, Selasa kelas VIII, dan rabu kelas
IX karena semua melihat kondisi atau fasilitas air yang kadang tidak
memungkinkan, Jadwal sholat Pukul 12.10 – 12.50 pada hari Senin-
Kamis dan pukul 12.20 – 13.00 pada hari sabtu.
70
b. Melaksanakan kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam),
SMPN 1 Grabag dan SMPN 2 Ngablak sama melaksanakan kegiatan
diantaranya ceramah Maulud Nabi, Tahun Baru Islam, Nuzulul
Qur’an, Isro’ Mi’roj.
Dalam kegiatan ini semua siswa SMPN 1 Grabag berkumpul di
masjid Al Muqorrobien Kauman Grabag, mengikuti ceramah oleh
tutor asatidz dari luar sekolah. Anak mengumpulkan catatan isi
uraian ceramah tersebut kemudian dilaporkan kepada guru PAI.
Adapun SMPN 2 pelaksanaannya di Aula sekolah.
c. Melaksanakan Ibadah Sosial
Beberapa kegiatan yang dalakukan oleh SMPN 1 Grabag
1. Mengadakan Pengumpulan dan Penyaluran Zakat Fitrah,
infak, shodaqoh, Santunan anak yatim dan Dhu”afak dan
penyembelihan hewan Qurban dan solidaritas bantuan bencana
alam.
2. Mengadakan Infak jum’at yang dilakukan oleh pengurus
OSIS masuk dimasing-masing kelas dengan cara mengisi
kotak amal, Hasil uang infaq tersebut dapat digunakan untuk
menambah sarana prasarana ibadah, membangun Mushola,
melengkapi mukena, sarung, tempat wudhu, dan lain-lain,
dibuktikan dengan buku kas infaq jum’at.
Infaq sosial (sukarela) untuk belasungkawa dilakukan bila ada
keluarga besar SMP, Orangtua siswa yang yang meninggal
71
Osis bergerak melakukan kegiatan mengelilingkan kotak amal
seperti infaq Jum’at, hasil uang tersebut diantar ke keluarga
musibah bersama osis sebagai perwakilan dan turut
mendoakannya, kegaiatan ini didampingi oleh guru Agama dan
guru Bimbingan dan Konseling (BK), dan wali kelas. SMPN 2
Ngablak melaksanakan kegiatan yang sama.
d. Pesantren Kilat (Romadhon)
SMPN 1 Grabag pelaksanaan Pesantren Kilat pada bulan Romadhon
seluruh siswa kelas VII, VIII, dan IX. Dalam kegiatan ini selain ada
kerjasama dengan IKPM Gontor yakni para santri Putra dan juga
santri Gontor Putri, selain dari merekajuga sering diisi oleh bapak
Ibu guru yang mampu memberikan materi keagamaan. Dan juga
menghadirkan asatidz, tutor dari luar selain dari IKPM.
SMPN 2 Ngablak Pelaksaan ini sering dengan kunjungan di masjid
dan mushola dilingkungan terdekat dan diberi ceramah keagamaan
oleh kyai setempat. Dengan maksud menambah mempererat
persaudaraan dengan lingkungan masyarakat.
e. Doa Bersama dengan bimbingan peningkatan ilmu iman dan taqwa,
SMPN 1 Grabag setiap tahun dengan menghadirkan motivator
tingkat kabupaten Magelang, yaitu Ust Saiful Bahri S.Ag alumnus
PM Gontor Ponorogo, dan Ust Drs. Amrondari Gunung Pring
Magelang utamanya dihadirkan pada saat akan menghadapi Ujian
kelas IX.
72
SMPN 2 Ngablak menghadirkan siswa dan wali murid, Kyai dan
tokoh masyarakat terdekat dansebagai pemimpin do’a dan tausyiyah.
f. Sholat dhuha
Dilaksanakan sebagian bergilir antar kelas, di masjid Al
Muqorrobien dan mushola SMP. Dan diperbolehkan melaksanakan
sendiri sebelum masuk atau ketika istirahat. SMPN 2 Ngablak
banyak anak yang melaksanakan sendiri-sendiri sat sebelum masuk
dan ketika istirhat.
g. Berdo’a Sebelum dimulai pembelajaran.
SMPN 1 Grabag sebelum KBM didahului dengan bacaan Asmaul
Husna, dari kelas 7-9 diruang kelas masing-masing dipandu dengan
petugas di kantor Guru/TU menggunakan sentral pengeras suara,
SMPN 2 Ngablak mengawali kegiatan dengan cara berdo’a serentak
di halaman sekolah bersama Bapak/ Ibu guru. kagiatan yang
dijabarkan diatas benar- dan sudah menjadi tradisi di sekolah ini.
Dan dikuatkan oleh pengurus Osis masa bakti 2015/2016.
h. Pengumpulan dan Penyaluran Zakat Fitrah
Selain penyaluran zakat juga melaksanakan Santunan anak yatim
dan Dhu”afak dilanjutkan sampai penyaluran terselesaikan, yakni
diantar dan dibagikan lewat takmir masjid dan mushola dibantu
dengan dengan tokoh agama dilingkungan terdekat.
Dari uraian diatas daapat dilihat table berikut ini baik kesamaan
maupun ada yang tidak sama.
73
Tabel 5. Perbandingan Kegiatan Antara SMP N 1 Grabag dan SMP N 2 Ngablak
No Jenis kegiatan SMPN 1 SMPN 2 Waktu Ket
1 Tadarus/Asmaul husna Semua
kelas
Berdoa 07.00-07.10 Sebelum KBM
Sholat Duha Bergilir Perkelas
Bergilir
09.50-10.10
Istirahat Pertama
SholatBerjamaah Dzuhur Semua
Siswa
Perkelas 13.30- 15-04.00
Istirahat
Kedua
Berdo’a seusai KBM &
berjabat tangan
BTQ, tilawah’ dan Tartil
Perkelas Perkelas 13.30-15.00
Setiap Hari
Infak Jumaat dan Infak
sosial
Semua
Siswa
Semua
Siswa
Jum’at Pagi Seminggu sekali
Peringatan PHBI, Qurban,
zakat, isro Mi’roj, Nuzulul
Qur’an
Semua
Siswa
Semua
osis
Waktu
Menyesuaikan
Pesantren Romadhon Semua
Siswa
Semua
Siswa
Waktu
Menyesuaikan
Lomba Mapsi dan
Klas meeteng
Semua
Siswa
Kelas VII
Dan
KelasVIII
74
Hafalan Wirid dan Do’a Peserta
Yang
Ikut
Peserta
Kelas VII
Shoalat Jenazah Semua
Siswa
Perkelas
OSIS Bila ada yang
meninggal
C. Pembentukan Karakter Religius di SMP Negeri 1 Grabag dan SMP
Negeri 2 Ngablak Kab. Magelang
Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada akhir semester gasal, yang
menjadi responden adalah kepala sekolah, para guru dan siswa di SMP Negeri
1 Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak Kabupaten Magelang
1. Pembentukan karakter religius
Menurut Eru Setyaningsih Sri Suparti, Budianto dan Sri Hastuti dalam
membentuk karakter religius dengan membiasakan anak sholat
berjamaah sehingga terbiasa disiplin (tepat waktu), menurut Asriyah
dan Asmara Eka Istiadi memberi tugas menghafal surat-surat pendek
yang ada dalam al-Quran dan hadits yang shoheh, membaca al-Quran
atau Asmaul husna sebelum pelajaran dimulai, mengucapkan salam
antar teman dan dengan guru, shalat berjamaah pada waktu dzuhur.
Sedangkan menurut Siti Mahmudah dengan pemberian contoh,
75
mengembangkan pembiasaan3 Gatot Supriyanto dan Baruni Widawati,
ada jadwal sholat yang harus dilaksanakan oleh siswa, doa pagi,
mengajak sholat jum’at jika ada kegiatan hari jum’at sampai sore, Siti
Rodliyah membiasakan siswa berdoa diawal dan akhir pelajaran,
pembiasaan sholat dzuhur berjamaah di sekolah.Indarsih anak
membiasakan sikap jujur, disiplin, sabar dan taat, berbagai ragam
kegiatan keagamaan dilaksanakan.4
2. Kebijakan yang diambil dalam membentuk karakter religius
Berdasarkan wawancara penulis dengan para guru tentang kebijakan
yang dapat diambil dalam membentuk karakter apabila anak tidak
mematuhi peraturan/sholat berjamaah anak akan diberi sanksi yang
ditetapkan. Memberi sanksi kepada anak-anak yang tidak mentaati
peraturan yang telah ditetapkan, diingatkan dan dinasehati, melatih
qurban di hari raya Idul Qurban, membayar zakat saat idul fitri,
mengembangkan pembiasaan sholat berjamaah, membaca al-Qura’an
dan mengucapkan salam , menyetujui usulan guru-guru yang mengarah
ke terbentuknya karakter religius, memasukkan jadwal sholat dzuhur
berjamaah dalam jadwal pelajaran, memberi kebebasan melaksanakan
ibadah di lingkungan sekolah
3 Wawancara denagn Eru Setyaningsih dkk, Membentuk Karakter Relegius, Sabtu, 20
Februari, jam 12.00-12.30
4Wawancara dengan Gatot Supiryanto dkk, Ragam Kegiatan Keagamaan yang
Dilaksanakan, Sabtu 20 Februari 2016 pukul 12.30-12.45
76
3. Upaya Kepala sekolah dalam mendukung pembentukan karakter
religius dengan memberi sarana yang menunjang yang sesuai
kemampuan sekolah. Dengan mengadakan shalat dzuhur berjamaah di
masjid agung yang ada di dekat sekolah, memperingati hari besar
agama, menetapkan kebijakan kegiatan pembiasaan, merespon dan
menyetujui usulan guru PAI yang masih sesuai dengan keuangan
sekolah, memberikan kemudahan dalam mendanai setiap keagamaan,
pembiasaan membaca al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai, memberi
dukungan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan pembentukan
karakter religius
4. Program sekolah dalam upaya pembentukan kararkter religius siswa
Yaitu apabila bulan Ramadhan mengadakan buka bersama, pesantren
kilat dan memperingati hari besar agama (Isra’Mi’raj).Melakukan
shalat berjamaah dhuhur, melatih qurban di hari raya qurban,
melakukan tadarus bersama, membaca al-Qur’an sebelum masuk
pelajaran. Meningkatkan kegiatan keagamaan, pembiasaan berjabat
tangan dengan sesama warga sekolah, kegiatan ekstra BTQ
5. Kerjasama antara guru selain PAI dengan guru PAI dalam membentuk
karakter religius yaitu dengan kerjasama dalam memantau siswa dalam
shalat berjamaah, mendukung semua kegiatan yang diadakan sekolah,
kerjasama dalam membimbing anak demi terciptanya karakteristik
religi, berbagi tugas dan mengawasi kegiatan siswa, mencatat nama
anak yang tidak sholat dan melaporkan ke guru PAI, menegur anak
77
yang nakal dan melaporkan kepada guru PAI, bekerjasama yang baik
dengan guru BK, PKn dan wali kelasnya, membimbing/mengawasi
siswa saat sholat berjamaah, membantu dan ikut terlibat pada
pelaksanaan peringatan hari besar agama,
6. Perencanaan pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius
Diantaranya siswa diminta bertanggung jawab atas sholatnya baik
jamaah di sekolah maupun di rumah, mengajarkan al-Qur’an dan
hadits, pembelajaran PAI sangat memberikan pengaruh terhadap
pembentukan karakter religius dengan menyisipkan pembiasaan-
pembiasaan ibadah dalam setiap kegiatan siswa dipantau dengan buku
kegiatan
7. Pelaksanaan pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius
berjalan dengan baik, dengan beberapa cara diantaranya dengan guru
berceramah, memberi contoh dan siswa melaksanakan (bagi yang
disiplin), menghafal surat-surat pendek, menghafal hadits sholeh,
melaksanakan pembelajaran praktik yang bekaitan dengan pelajaran
agama dan melaksanakan semua kompetensi keagamaan. Meskipun
sudah ada pembinaan dan pemberian contoh masih ada siswa yang
kurang patuh sehingga pelaksanaan pembelajaran menjadi berjalan
kurang lancar.
8. Metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI dalam membentuk
karakter religius melaksanakan adalah sholat berjamaah, zakat fitrah,
qurban, pemberian tugas laporan secara harian, menyiapkan daftar
78
hadir sholat berjamaah secara individu maupun kelompok, metode
pembiasaan.
9. Faktor pendukung pembelajaran PAI dalam membentuk karakter
religius diantaranya menyediakan buku-buku bacaan yang ada di
perpustakaan yang berkaitan dengan agama, anak-anak bertanggung
jawab melaksanakan sholat dzuhur berjamaah, guru mendampingi dan
memberi contoh dan bimbingan, sarana prasarana, lingkungan sekolah,
guru yang berkomitmen tinggi, adanya masjid di depan sekolah,
adanya kerjasama semua warga sekolah, kerjasama antar guru,
kerjasama antar siswa, dana/pembiayaan yang tersedia.kebijakan
sekolah yang memberi dukungan dalam segala kegiatan yang berkaitan
dengan pembentukan karakter religius siswa
10. Faktor penghambat pembelajaran PAI dalam membentuk karakter
religius diantaranya banyak anak yang kurang disiplin/tidak mengikuti
shalat berjamaah, swiswa diminta menghafal surat Al Qur’an atau ayat
sampai waktu yang ditentukan masih ada siswa yang belum hafal,
solusinya diberi motivasi dan bimbingan,kurang sarana/fasilitas
(Mushola), keterbatasan waktu tatap muka antar siswa dengan guru
solusinya waktu pembelajaran PAI ditambah
11. Upaya guru selain PAI dalam membentuk karakter religius siswa
Sebelum mulai pelajaran semua guru menyempatkan memberi amanat
sekitar 5 menit, sebelum memulai pelajaran dan selesai memerintahkan
berdoa. Guru memberi motivasi, bimbingan dan contoh melaksanakan
79
jamaah di masjid, mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan
mengucapkan salam dan berdoa, menegur siswa yang nakal, merokok
berkelahi, bolos, memberi sanksi, memberikan pengarahan, berperan
aktif memberikan pembiasaan yang baik dalam kegiatan di sekolah,
misalnya mengucapkan salam sebelum masuk kelas
12. Kondisi riil karakter religius siswa
Bermacam-macam/beraneka ragam ada yang disiplin, tertib, ada yang
semaunya sendiri, baik namun perlu bimbingan dan motivasi serta
contoh nyata dari orang tua, belum seluruh siswa berkararkter religius
karena masih ada yang belum melaksanakan sholat secara rutin, belum
memuaskan dan belum sesuai dengan yang diharap aktifkan. Realitas
karakteristik siswa tidak akan serta merta terbentuk apabila tidak ada
dukungan dan peran aktif dari keluarga dan sekolah, hampir 75% siswa
sudah memiliki karakter tersebut.
Dalam pengamatan penulis terhadap 108 siswa kelas VII berdasarkan
buku kegiatan ibadah siswa di SMP Negeri 1 Grabag didapatkan:
a. Laki-laki
Yang melaksanakan shalat subuh 57%, dzuhur 78%, ashar 70 %,
magrib 78 %, isya’ 67%, tahajud 4%, Duha 6%, membaca al-
Quran 65%, membantu orang tua 50%, infaq sodaqoh 20%
80
b. Perempuan
Yang melaksanakan shalat subuh 77%, dzuhur 84%, ashar 75 %,
magrib 83 %, isya’ 59%, tahajud 6%, Duha 5%, membaca al-
Quran 64%, membantu orang tua 87%, infaq sodaqoh 23%
Menurut hasil di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa
belum melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim sepenuhnya
(100%) baik yang laki-laki maupun perempuan. Angka yang paling
tinggi terdapat pada stholat magrib laki-laki 78% dan perempuan 83%
dan dzuhur laki-laki 78% dan perempuan 84%. Untuk waktu dzuhur
siswa berada di sekolah, ada pantauan dari para guru sehingga siswa
tetap melaksanakan sholat.Sedangkan waktu magrib siswa sudah dalam
pengawasan orang tua masing-masing.Dengan demikian bahwa
kesadaran siswa dalam menjalankan ibadah masih kurang, masih butuh
pendampingan, belum bisa untuk melaksanakan atas dasar kebutuhan
pribadinya masing-masing.Mereka masih menggantungkan perintah dari
orangtua maupun dari gurunya.
D. Tradisi Keagamaan dalam membentuk Karakter Religius di SMP Negeri
2 Ngablak Kabupaten Magelang
1. Tradisi guru PAI dalam membentuk karakter religious
Menurut Wahdatudin guru PAI selalu membimbing membina siswa
untuk belajar dan melaksanakan kehidupan beragama. Emi Indarwati
Filul dan Sri Endang Ambarwati dengan memberi salam, berdoa
81
sebelum pelajaran, sholat berjamaah, berjabat tangan dengan guru, Tita
arfania dan M. Maflach senyum dan selalu berjabat tangan dengan
rekan guru, mengucapkan salam. Sedangkan menurut Subowo, Siti
Hajar, Budi santoso dan Doni Setya Ardiyanto tradisi guru PAI dalam
membentuk karakter religius menyesuaikan tradisi dan kondisi
lingkungan.5
2. Kebijkan yang diambil dalam membentuk karakter religious dengan
membiasakan siswa untuk ibadah, semua program yang direncanakan
mengacu pada pembentukan karakter religious, melaksanakan program
yang direncanakan dalam pembentukan karakter religi, sesuai kegiatan
sekolah dan sekitar
3. Upaya Kepala sekolah dalam mendukung pembentukan karakter
religius dengan mendukung serta menfasilitasi, disediakan sarana
prasarana, pembiasaan dan memberi motivasi.
4. Program sekolah dalam upaya pembentukan karakter religius siswa
sholat berjamaah, peringatan hari besar agama, infak jum’at.
5. Kerjasama antara guru selain PAI dengan guru PAI dalam membentuk
karakter religius dengan saling membantu, membantu program yang
dibuat oleh guru PAI juga membantu dalam melaksanakannya,
penilaian akhlak mulia dan budi pekerti/kepribadian,
6. Perencanaan pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius
disesuaikan dengan kondisi, sesuai dengan kurikulum yang digunakan,
5 Wawancara dengan Wahdatun, Pembiasaan tradisi Keagamaan, pada hari Jum’at 4
Maret 2016 pukul 09.00-10.00
82
tertuang dalam prota promes, RPP dan agenda pembelajaran.
Disamping itu pembelajaran juga dilaksanakan berdasarkan latar
belakang siswa.
7. Pelaksanaanpembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius,
sangat baik disamping teori juga praktek pembelajaran secara
sistematik, dilaksanakan sesuai dengan kurikulum dan disesuaikan
dengan kondisi sekolah
8. Metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI dalam membentuk
karakter religius yaitu diskusi, pemodelan, inkuiri, ceramah,
demonstrasi praktek (aplikatif), diskusi, pembinaan, pembiasaaan,
pengamatan dan pembimbingan secara teratur.
9. Faktor penghambat pembelajaran PAI dalam membentuk karakter
religius kurang kesadaran siswa untuk shalat berjamaah, kurang sarana
terutama air wudu, siswa dirumah kurang adanya motivasi orang tua.
10. Faktor pendukung pembelajaran PAI dalam membentuk karakter
religius seluruh siswa beragama Islam, ada ruang musola dan tempat
wudu,adanya sarana tempat ibadah, guru yang kompeten, semangat,
lingkungan yang mendukung, dan dukungam guru selain PAI
11. Upaya guru selain PAI dalam membentuk karakter religius siswa
dengan melatih siswa mandiri, dalam menyampaikan pembelajaran
diselingi dengan kehidupan kerohanian, pembinaan dengan memberi
contoh ucapan, tindakan dan perilaku, penilaian akhlak mulia dan
kepribadian, memberi sanksi bagi siswa yang melanggar aturan.
83
12. Kondisi riil karakter religius siswa
Pengetahuan agama baik,namun aplikasinya kurang, karakter
sebagian besar siswa baik dan cukup potensial untuk dikembangkan.
Dalam pengamatan penulis terhadap 73 siswa kelas VII
berdasarkan buku kegiatan ibadah siswa di SMP Negeri Ngablak di
dapatkan:
a. Laki-laki
Yang melaksanakan shalat subuh 47%, dzuhur 56%, ashar 63%,
magrib 67 %, isya’ 48%, tahajud 0%, Duha 0%, membaca al-
Quran 51%, membantu orang tua 71%, infaq sodaqoh 13%
b. Perempuan
Yang melaksanakan shalat subuh 54%, dzuhur 53%, ashar 54 %,
magrib 67 %, isya’ 51%, tahajud 0%, 0,46 5%, membaca al-
Quran 57%, membantu orang tua 66%, infaq sodaqoh 26%
Menurut hasil di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa
belum melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim sepenuhnya
(100%) baik yang laki-laki maupun perempuan. Angka yang paling
tinggi terdapat pada magrib laki-laki 67% dan perempuan 67% dan ashar
laki-laki 63 % dan perempuan 54%. Untuk waktu Ashar dan magrib
siswa sudah dalam pengawasan orang tua masing-masing.Dengan
demikian bahwa kesadaran siswa dalam menjalankan ibadah masih
kurang, masih butuh pendampingan, belum bisa untuk melaksanakan
84
atas dasar kebutuhan pribadinya masing-masing. Mereka masih
menggantungkan perintah dari orangtua.
E. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pembentukan Karakter
Religius
1. Faktor pendukung pembentukan karakter religious
Penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan mengetahui, mendalami
makna karaker dan pentingnya membangun karakter baik dari tingkatan
pendidikan paling bawah sampai dengan tingkat pendidikan yang paling
atas adalah membentuk individu yang berkarakter baik atau unggul, ia
berusaha melakukukan yang segala hal yang baik terhadaap Tuhan YME,
dirinya, sesamanya, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia
internasional pada umumnya.
Pendidikan karakter memiliki keasamaan dengan pendidikan akhlak,
dan ajaran tentang akhlak dalam islam sangtalah penting sebagaimana
ajaran tentang aqidah (keyakinan), ibadah dan muamalah
(kemasyarakaataan), tujuan pendidikan yang utama diantaranya membentuk
insane kamil yang beradab. Berdasarkan wawancara guru PAI dengan guru
mata pelajaran PKN dan guru mata pelajaran umum lainnya SMP N 1
85
Grabag,6 ditemukan faktor-faktor yang mendukung proses pembentukan
karakter religius di sekolah, anatara lain:
a) Dukungan penuh dari Kepala Sekolah dengan memberi sarana
penunjang sesuai kemampuan sekolah dengan memberikan motivasi
dan langkah tradisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
disekolah, sehingga bisa melakukan pembiasaaan dengan baik.
b) Kerjasama yang baik antara Guru PAI dengan guru-guru mata
pelajaran lain dalam membentuk karakter religius pada siswa. Sekolah
mempunyai tujuan yang diunggulkan selain akademis adalah penilain
kepribadian dan akhlak mulia. Hal ini menjadi salah satu syarat utama
dalam standar kenaikan kelas maupun sstandar kelulusan
c) Perencanaan Pembelajaran PAI Memberikan konseptual tentang
sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan memberikan konseptual
kegiatan belajar dan pembelajaran, memberikan sasaran pembelajaran
dalam standar kelulusan dengan mengembangkan ranah sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan.
2. Faktor Penghambat Dalam Pembentukan karakter
Setelah adanya ketegasan dan standar pencapaian nilai akademis,
perlu adanya standar pencapaian nilai kepribadian dan akhlak mulia. Di
sekolah sering terjadi ditemukannya kasus diantaranya prestasi akademis
anak bagus namun segi kepribadian dan akhlak mulia kurang. Mungkin
6 Indarsih, wawancara tentang Faktor Pendukung Pembentuk Karakter Religius, Rabu 10
Agustus 2016.
86
karena usia perkembangan anak atau sebab lain, Disini penulis
menyebutkan diantara penghambat pembentukan karakter yang diperoleh
dari data siswa disekolah SMPN 1 Grabag maupun di SMPN 2 Ngablak.
1. Usia perkembangan anak yang belum bisa membentengi diri dari
sifat-sifat tercela sehingga ketika keluar dari rumah dengan tiada
suatu pantauan, anak mudah dalam pemanfaatan waktu hanya
untuk bermain diluar, dan tidak masuk sekolah tanpa alasan yang
jelas.
2. Pergaulan yang disebabkan salah memilih kawan bermain, yang
dimaksud anak yang baik bisa berubah menjadi pemalas, tidak
jujur, tidak percaya diri, sombong, dan sulit diatur dan
dikendalikan, sehingga sekolah perlu mnginformasikan kepada
orangtua / wali siswa
3. Kurang perhatiannya dari orang tua kepada anak, sehingga lalai
akan tugas belajarnya. Banyak faktor karena latarbelakang orang
tua broken home. Anak tidak merasa nyaman dirumah, sehingga
pilih tinggal dirumah orang lain.
4. Orang tua hanya mengutakan nilai akademis tanpa berfikir anak
memiliki karakter yang baik, artinya sebagi orang islam tidak
mempedulikan anak sholat, membaca Al Qu’an, berinterkasi yang
baik dengan lingkungan. Sehingga anak diajarkan menutup diri
dengan lingkungan.
87
5. Karakter yang tidak baik yang dimiliki oleh diri anak sejak kecil
(bandel), pesimis, sombong, padahal orang tua sudah
memperhatikan sebaik-baiknya pada diri anak, baik yang
memantau dan mengarahkan akademis maupun pembentukan
karakter. Sering terjadi perubahan baik kalau sudah mendapatkan
kesadaran, bisa melalui guru maupun rekan teman sendiri.
Namun yang berkaitan dengan kondisi tradisi keagamaan dan
pembiasaan di sekolah sebagai penghambat pembentukan karakter siswa
adalah:
1. Kurang adanya pemantauan khusus keanak baik dari kepala
sekolah maupun guru. Yaitu ketika siswa pagi datang kepala
sekolah dan guru sudah berda dipintu gerbang bersalaman dengan
siswa sambil memperhatikan kerapian, kebersihan, perilaku anak
akan beda dengan yang dibiarkan.
2. Tindakan, sanksi belum menjadikan jera bagi bagi si pelanggar,
maka lebih baik penanganan sisswa dilakukan dengan diberinya
nasehat, dan keteladanan. Sehingga anak mampu membawa dirinya
lebih baik dan bertanggung jawab.
3. Masih adanya segelintir anak tidak memperhatikan lingkungan
disekolah, mungkin kurangnya kesadaran anaak, ketika setelah
istirahat didapatkan bungkus jajanan yang tidak dimasukkan pada
tempat sampah yang tersedia.
88
4. Nilai ibadah di rumah belum sebagimana yang diharapkan, karena
ibadah anak dalam menjalankan sholat berjama’ah masih jaramg,
adanya waktu sholat yang diabaikan sehingga anak tidak
melaksanakan sholat. Hal ini sangat berbeda dengan anak yang
dirumah ibadahnya cukup baik, tentu di sekolah akan lebih baik
dan lebih ta’at.
5. Nilai kepribadian anak disekolah masih ada yang kurang bersosial,
diantaranya ketika ada tugas kelompok, ada yang menolak bila
tidak bersama dengan teman yang disenanginya. Sikap toleransi ini
masih belum melekat pada diri anak.
Adapun solusinya dari segala yang menjadi penghambat dalam
pembentukan karakter siswa, sekolah melaksanakan pertemuan dengan
wali/orang tua siswa sambil memberikan nilai ulangan raport yang secara
umum semua orangtua/wali siswa diundang hadir disekolah. Namun
secara khusus anak yang melanggar dalam bentuk tindakan tidak baik
misalnya asusila, berkelahi dan sebaginya dilakukan dengan panggalilan
segera dan dicari jalan keluar yang lebih tepat. Atau mungkin ada anak
yang tidak masuk tanpa alasan yang jelas akan didatangi oleh guru sebagi
tindakan home visit.
89
BAB IV
ANALISA DATA
A. Tradisi Keagamaan dalam membentuk Karakter Religius di SMP Negeri
1 Grabag Kabupaten Magelang dan SMP N 2 Ngablak
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMP N 1 Grabag1 tentang
tradisi keagamaan yang diterapkan dalam membentuk karakter siswa, hampir
mempunyai kesamaan program antara SMPN 1 Grabag dan SMP 2 Ngablak,
semua kegiatan dilakukan secara teratur dan baik.
Setiap pagi sebelum belajar siswa SMPN 1 Grabag diawali membaca
al Qur’an dan Asma’ul Husna. Kegiatan ini membantu siswa memahami
nama-nama Allah yang baik dan meneladaninya. SMPN 2 Ngablak setiap
pagi dimulai dengan berdoa bersama sambil menundukkan kepala.
Sebagaimana diungkapkan Kepala Seolah SMP N 2 Ngablak,berdoa sebelum
pelajaran menanamkan ketergantungan kepada Allah.2
Dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak diberikan latihan
pembiasaan nilai-nilai keagamaan, semakin banyak pengertian tentang nilai-
nilai agama dapat menambah kecerdasan anak. Karena pembiasaan agama itu
akan memasukkan unsur-unsur yang positif dalam pribadi anak yang sedang
tumbuh.
1 Wawancara dengan Slamet joko Pitono, Kepala Sekolah SMP N 1 Grabag pada 23
Februari 2016, tentang Tradisi Keagamaan di Sekolah.
2 Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP N 2 Ngablak, Budi Sayuto, pada 30 Agustus
2016, tentang Pembiasaan Pembentukan Karakter Siswa.
89
90
Melihat program yang disusun oleh masing-masing sekolah, terdapat
beberapa tradisi keagamaan di SMP N 1 Grabag dan SMP N 2 Ngablak
memiliki kesamaan program kegiatan. Hanya saja dalam penerapannya
terdapat perbedaan sebagaimana bisa dilihat dalam analisa berikutnya.
B. Usaha Guru PAI dalam Pembentukan Karakter Religius
Ungkapan wawancara Kepala Sekolah SMP N 2 Ngablak,3 usaha-
usaha yang dilakukan Guru PAI untuk membentuk karakter religius pada
siswa bisa dianalisis sebagai berikut.
1. Suri tauladan
Metode keteladanan diberikan dengan cara memperlihatkan
keteladanan yang mencerminkan akhlak terpuji atau melalui sejumlah
ilustrasi kisah-kisah keteladanan. Guru PAI menjadi suri tauladan yang
baik bagi semua siswa di lingkungan sekolah. Guru menjadi orang
pertama yang di samping memberi perintah juga yang pertama
melaksanakan. Hal ini telah berjalan baik di SMP Negeri Grabag 1.
Sementara di SMP Negeri 2 Ngablak juga berjalan cukup baik.
2. Motivasi
Motivasi adalah merupakan suatu kekuatan atau dorongan batin
yang mampu memproses dan menggiatkan segala bidang dan tingkah laku
untuk memuaskan diri seseorang dengan adanya kebutuhan yang dapat
terpenuhi dan untuk mencapai segala tujuan yang menjadi harapan.
3 Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP N 2 Ngablak, Budi Sayuto, pada 30 Agustus
2016, tentang Pembiasaan Pembentukan Karakter Siswa.
91
Berdasarkan wawancara dengan Sri Hastuti, guru SMP N 1
Grabag, bahwa para guru telah memberikan motivasi kepada siswa dalam
melaksanakan ibadah.4Untuk itu sebagai Guru PAI harus mampu menjadi
motivator dalam membangkitkan gairah serta semangat siswa dalam
kehidupan sehari-hari agar mampu mengembangkan motivasi agar
semakin giat melaksanakan ajaran agama. Dengan demikian, karakter
religius bisa semakin tumbuh dalam diri siswa.
Upaya memotivasi siswa ini dijalankan dengan bagus oleh Guru
PAI baik di SMP Negeri 1 Grabag maupun SMP Negeri 2 Ngablak. Guru
PAI selalu mengingatkan dan memberi semangat kepada para siswa agar
rajin beribadah dan melakukan amal kebaikan.
3. Menumbuhkan Kesadaran
Wahdatudin,5 guru SMP N 2 Ngablak, menyatakan bahwa peran
guru sangat penting guna menumbuhkan kesadaran beribadah. Guru PAI
tidak bosan-bosannya memberi pengertian bahwa tujuan dari pelaksanaan-
pelaksanaan tradisi keagamaan itu tiada lain adalah untuk kebaikan siswa
sendiri. Proses demikian ini diharapkan memunculkan kesadaran bagi
siswa untuk terus melakukan tradisi keagamaan guna tercapianya karakter
religius dalam diri siswa.
4 Wawancara dengan Wahdatitun dkk dan OSIS, pada hari Jum’at 4 Maret 2016 pukul
10.00-11.00.
5 Hasil wawancara dengan Wahdatudin, Guru SMP N 2 Ngablak, tentang Menumbuhkan
Kesadaran Beribadah, pada tanggal 4 Agusutus 2016.
92
4. Sanksi
Sanksi merupakan alat pendidikan representatif atau disebut juga
alat pendidikan akuratif. Alat pendidikan representatif bertujuan untuk
meyadarkan siswa kembali kepada hal-hal yang benar, yang baik, yang
tertib.
Meskipun sanksi merupakan alat pendidikan yang tidak
menyenangkan akan tetapi dapat menjadi alat motivasi, alat pendorong
untuk mempergiat santriwati. Dalam aplikasinya sanksi dibagi menjadi
tiga tingkatan yaitu, sanksi ringan, sanksi sedang dan sanksi berat.
Sanksi yang berupa teguran sampai pemanggilan orang tua. Aneka
sanksi ini nanti diharapkan meningkatkan kesadaran anak untuk mengikuti
tradisi keagamaan di sekolah dengan sebaik-baiknya. Pemberian sanksi
yang demikian ini berjalan baik di kedua sekolah SMP Negeri 1 Grabag
maupun SMP Negeri 2 Ngablak.
C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pembentukan Karakter
Religius
1. Faktor pendukung pembentukan karakter religius
Berdasarkan wawancara dengan Guru Mata pelajaran PKN SMP N
1 Grabag,6 ditemukan faktor-faktor yang mendukung proses pembentukan
karakter religius di sekolah antara lain dukungan penuh dari Kepala
6 Indarsih, wawancara tentang Faktor Pendukung Pembentuk Karakter Religius, Rabu 10
Agustus 2016.
93
Sekolah dengan memberi sarana penunjang sesuai kemampuan sekolah.
Kerjasama yang baik antara Guru PAI dengan guru-guru lain dalam
membentuk karakter religius pada siswa dan Perencanaan Pembelajaran
PAI yang baik. Secara rinci faktor-faktor pendukung tersebut adalah:
1. Dukungan penuh dari Kepala Sekolah dengan memberi sarana yang
menunjang sesuai kemampuan sekolah.
2. Mudahnya pengalokasian dana untuk kegiatan-kegiatan keagamaan
dari pihak sekolah.
3. Kerjasama yang baik antara Guru PAI dengan guru-guru lain dalam
membentuk karakter religius pada siswa.
4. Perencanaan Pembelajaran PAI yang baik.
2. Faktor Penghambat Pembantukan Karakter Religius
Di samping faktor-faktor pendukung, ditemukan juga beberapa
faktor yang menghambat pembantukan karakter religius tersebut. Faktor-
faktor tersebut yaitu:
1. Kurangnya sarana dan prasarana di Madrasah.
2. Kurang adanya kerjasama antara orang tua dan guru.
3. Pertama, pendelegasian wewenang kepada pihak yang ditunjuk
untuk menangani kegiatan keagamaan belum sepenuhnya berjalan
secara maksimal.
4. Belum sepenuhnya seluruh pemangku jabatan di sekolah
memahami tentang pentingnya penerapan tradisi keagamaan dalam
membentuk karakter siswa.
94
5. Kurang dukungan dari pihak sekolah dan alat ukur keberhasilan
penerapan tradisi keagamaan dalam penerapan pembentukan
karakter disekolah.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Dari analisa tersebut diatas dapat diambil sebagai jawaban dari rumusan
masalah yang telah disajikan adalah:
1. Tradisi keagamaan dalam membentuk karakter religius pada siswa di
SMPN 1 Grabag dan SMPN 2 Ngablak kabupaten Magelang secara
umum memiliki kesamaan program perencanaan melaksanakan sholat
berjamaah, tadarus Al Qur’an, Asmaul Husna, Peringatan PHBI, Infak
jumat, membiasakan mengucapkan salam, dan mengadakan do’a
bersama.semuanyatelah berjalan dengan baikdan tertib, sehingga
tradisi keagamaan yang diterapkan pada kedua sekolah tersebut dapat
membentuk karakter religius siswa memiliki kepribadian disiplin,
sabar jujur, ikhlas, toleransi,tawadhu’ dan ta’at.
2. Usaha yang dilakukan guru PAI bekerja sama dengan guru mata
pelajaran lain dan memberikan beberapa metode, yaitu suri tauladan,
motivasi, menumbuhkan kesadaran dan keikhlasan serta memberikan
sanksi.
3. Faktor pendukung pembentukan karakter religious pada siswa di
SMPN 1 Grabag dan SMPN 2 Ngablak adalah adanya dukungan
penuh dari kepala sekolah dan kerjasama guru PAI dengan guru mata
pelajaran lain dalam proses pembentukan karakter religious pada
95
96
siswa. Adapun yang menjadi faktor penghambat pembentukan
karakter religious adalah kurangnya sarana dan prasarana, belum
sepenuhnya seluruh pemangku jabatan disekolah memahami
pentingnya penerapan tradisi keagamaan dalam membentuk karakter
relegius siswa, kurang adanya pendampingan orang tua siswa dalam
membentuk karakter siswa diluar sekolah.
B. Saran-saran
1. Bagi Penyelenggara Pendidikan
a. Lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan siswa terhadap siswa
yang masih banyak melanggar program tradisi keagamaandi sekolah
dan berperilaku yang kurang terpuji
b. Melengkapi sarana dan prasarana guna mendukung terlaksananya
tradisi keagamaan yang diprogramkan oleh sekolah.
c. Lebih meningkatkan hubungan kerjasama dengan pihak terkait secara
maksimal dan menjalin komunikasi serta kerjasama dengan seluruh
pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di sekolahnya sehingga
program pelaksanaan tradisi keagaamaan disekolah dapat dilaksanakan
secara bersama-sama.
d. Pihak sekolah perlu meningkatkan pemahaman kepada tenaga pendidik
dan kependidikan dilingkup sekolah dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan karakter sesuai yang diinginkan bersama.
97
e. Lebih meningkatkan hubungan dengan orang tua murid dan
masyarakat sehingga akan membantu memperlancar pelaksanakan
tradisi keagamaan yang berefek pada pembentukankarakter siswa yang
dapat diterapkan juga di rumah oleh orang tua.
2. Bagi guru
Demi terwujudnya siswa yang memiliki karakter religius yang baik
guru hendaknya:
a. Menambah wawasan baru tentang pembelajaran yang aktif, kreatif,
inovatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa yang berbasis
pendidikan akhlaq yang mulia.
b. Memberikan teladan dan motivasi yang terus menerus kepada
siswa didiknya.
c. Meningkatkan kerjasama dengan seluruh pihak yang terkait,
terutama dengan wali siswa.
98
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Filsafat Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Armstrong, Thomas, Sekolah Para Juara. Bandung: Kaifa, 2003.
Azman, Nur, Kamus Standar Bahasa Indonesia. Bandung: Fokusmedia, 2013.
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2012.
Bahtiar, Amsal, Filsafat Agama. Jakarta: Logis Wacana Ilmu, 1997.
Baidhawi, Zakiyuddin, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta:
Airlangga, 2005.
Darajat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1989.
Gibson dan Donnely, Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses. Terjemahan
Nunuk Adiarni dan editor Lyndon S. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996.
Hawi, Akmal, Kompetensi Guru PAI. Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2005.
Indarsih, wawancara tentang Faktor Pendukung Pembentuk Karakter Religius.
Rabu 10 Agustus 2016.
Izzan, Ahmad, Tafsir Pendidikan. Jakarta: Pustaka Aufa Media, 2012.
Jalal F. dan Supriyadi D, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah.
Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa, 2001.
Kemendiknas. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa;
Pedoman Sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum Kemendiknas, 2010.
Madjid, Nurcholis, Masyarakat Religius. Jakarta: Paramadina, 1997.
Majid, Abdul, Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rieneka
Cipta, 2004.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Rosda Karya, 2001.
Muhaimin. Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004.
Muhajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996.
99
Nashir, Haedar, Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya. Yogyakarta:
Multi Presindo, 2013.
News.okezone.com, Mabuk, Tiga Pemuda Gilir Siswi SMP. Diakses 6 Januari
2015.
Pitono, Slamet Joko. Kepala Sekolah SMP N 1 Grabag pada 23 Februari 2016,
tentang Tradisi Keagamaan di Sekolah.
Ruslan, Ahmad, Guru PAI SMP N 1 Grabag pada 21 Februari 2016, tentang
Pembentukan Karakter Siswa.
Saleh, Abdul Rahman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: Gema Windu
Panca Perkasa, 2000.
Sayuto, Budi, pada 30 Agustus 2016, tentang Pembiasaan Pembentukan Karakter
Siswa.
Shaleh, Akh Muwafik, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta:
Erlangga, 2002.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.
Thontowi, Amsia, Kewarganegaraan dalam Ketahanan Nasional. Lampung:
KDT, 2012.
Tribunews.com, 11 Pelajar ditangkap saat tawuran. Diakses 6 Januari 2015.
Ulwah, Abdullah Nasih, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992.
Wahdatudin, Guru SMP N 2 Ngablak, tentang Menumbuhkan Kesadaran
Beribadah, pada tanggal 4 Agusutus 2016.
Yulis, Rama, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
100
BIOGRAFI PENULIS
Di bawah ini adalah riwayat hidup pendidikan penulis secara singkat:
Nama : Agus Akhmad Mardjuki
NIM : MI.12.019
Jenis Kelamin : laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 16 Maret 1969
Alamat : Puntingan, 02/01 Grabag, Grabag,
Magelang
Program Study : PAI
Biografi pendidikan:
1. SDN Sumurarum : Lulus Tahun 1983
2. MTsN Grabag : Lulus Tahun 1986
3. MA Wali Songo Ngabar Ponorogo : Lulus Tahun 1990
4. S1IAIRM Ngabar Ponorogo : Lulus Tahun 1995
5. S2 IAIN Salatiga : Lulus Tahun 2016
Demikian riwayat hidup penulis dalam perjalanan pendidikan, semoga dapat
menjadi perkenalan awal untuk menjalin tali persaudaraan. Mohon maklum
adanya.
Magelang, September
2016
Penulis
Agua A.Mardjuki
101
Daftar Pertanyaan
A. Petunjuk Pengisian
1. Datar petanyaan ini disusun untuk digunakan sebagai alat
mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan
Tesis Magister Pendidikan Islam (M. Pd. I) pada Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Judul Tesis yang ditulis Tradisi Keagamaan Dalam Membentuk
Karakter Religius Pada Siswa Di SMPN 1 Grabag dan SMPN 2
Ngablak KAB. Magelang Tahun 2014/2015
3. Kepada yth. Bapak/Ibu/Sdr/sdri, dimohon untuk dapat memberikan
tanggapan terhadap pertanyaan ini, dengan cara menjawab
pertanyaan penulis sampaikan dibawah ini sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya.
4. Atas partisipasi dan bantuannya, Penulis ucapkan banyak terima
kasih.
B. Idenitas Responden
1. Nama :
……………………………………………………………
2. NIP :
……………………………………………………………
3. Jabatan :
……………………………………………………………
4. Tempat Tugas :
…………………………………………………………..
102
5. Alamat :
…………………………………………………………..
103
Indikator
1. Menjelaskan tradisi guru PAI dalam membentuk karakter religius
2. Menyebutkan kebijkan yang diambil dalam membentuk karakter
religius
3. Menyebutkan upaya Kepala sekolah dalam mendukung
pembentukan karakter religius
4. Menjelaskan program sekolah dalam upaya pembentukan karakter
religius siswa
5. Menyebutkan kerjasama antara guru selain PAI dengan guru PAI
dalam membentuk karakter religious
6. Menjelaskan perencanaan pembelajaran PAI dalam membentuk
karakter religius
7. Menjelaskan pelaksanaan pembelajaran PAI dalam membentuk
karakter religius
8. Menyebutkan metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI
dalam membentuk karakter religius
9. Menyebutkan faktor penghambat pembelajaran PAI dalam
membentuk karakter religious dan solusinya
10. Menyebutkan faktor pendukung pembelajaran PAI dalam
membentuk karakter religious
11. Menyebutkan upaya guru selain PAI dalam membentuk karakter
religious siswa
12. Menjelaskan kondisi real karakter religius siswa
104
Daftar Pertanyaan 1. Bagaimanakah tradisi guru PAI dalam membentuk karakter
religius?
Jawab:
.……………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………
2. Sebutkan kebijkan yang diambil dalam membentuk karakter
religius?
Jawab:
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………
3. Bagimanakah upaya Kepala Sekolah dalam mendukung
pembentukan karakter religius?
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………
4. Sebutkan program sekolah dalam upaya pembentukan karakter
religius siswa!
Jawab:
…………………………………………………................................
.........
5. Sebutkan kerjasama yang terjalin antara guru selain PAI dengan
guru PAI dalam membentuk karakter religius?
Jawab: ………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
105
………………………………………………………………………
………………………………………………
6. Jelaskan perencanaan pembelajaran PAI dalam membentuk
karakter religius?
Jawab:
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………
7. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran PAI dalam membentuk
karakter religius?
Jawab:
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
……………………………………………..
8. Sebutkan metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI dalam
membentuk karakter religius
Jawab:
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………...................................
9. sebutkan faktor-faktor yang menjadi penghambat pembelajaran
PAI dalam membentuk karakter religius dan bagaimanakah
solusinya?
Jawab:
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
……………………………………………..
10. Sebutkan faktor yang menjadi pendukung pembelajaran PAI dalam
membentuk karakter religius siswa?
Jawab :
………………………………………………………………………
106
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………….
11. Sebutkan upaya guru selain PAI dalam membentuk karakter
religius siswa!
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………….
12. Bagaimanakah realitas karakter religius siswa ?
Jawab
:……………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………….
107
B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur!
1. Apakah teman sekelasmu mengikuti shalat dzuhur berjamaah?
Jawab:
2. Apa alasan temanmu tidak mengikuti shalat dzuhur berjamaah?
Jawab:
3. Siapakah yang sering tidak mengikuti shalat dzuhur berjamaah?
Jawab:
4. Apakah setelah shalat berjamaah temanmu melaksanakan dzikir
dan doa?
Jawab:
5. Siapakah temanmu yang sering terlambat dalam shalat berjamaah
(masbuq)?
Jawab:
6. Siapakah temanmu yang melaksanakan shalat sunah di sekolah?
Jawab:
7. Siapakah temanmu yang melaksanakan puasa sunah?
Jawab:
8. Siapakah temanmu yang menyapa, berjabat tangan dengan guru?
Jawab:
9. Apakah ada temanmu yang suka menyontek saat ulangan /tes?
Jawab:
108
10. Siapakah temanmu yang aktif melaksanakan kegiatan agama di
sekolah?
Jawab:
109
110
111
112
113
114
115
116
117