tradisi buka palang pintu pada pernikahan …

137
TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT BETAWI (Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : Lita Jamallia 1110015000053 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H

Upload: others

Post on 25-Dec-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN

MASYARAKAT BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd)

Oleh :

Lita Jamallia

1110015000053

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H

Page 2: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 3: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 4: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 5: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 6: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

i

ABSTRAK

Lita Jamallia (NIM: 1110015000053). Tradisi Buka Palang Pintu Pada

Pernikahan Masyarakat Betawi (Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta

Selatan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi buka palang pintu pada

pernikahan masyarakat Betawi di Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta

Selatan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 dan berakhir pada

bulan Oktober 2014.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan

teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling sebanyak 10 orang.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara, observasi dan

dokumentasi. Sedangkan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan

data yaitu menggunakan teknik trianggulasi metode dan trianggulasi sumber.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa adat pernikahan masyarakat

Betawi di Tanjung Barat sudah tidak mengikuti adat Betawi aslinya. Namun

tradisi buka palang pintu yang dilaksanakan sebelum akad pernikahan masih

digunakan oleh sebagian besar masyarakat Betawi di Tanjung Barat. Beberapa

masyarakat Betawi yang tidak menggunakan tradisi ini, dikarenakan dana yang

dikeluarkan cukup besar. Tradisi buka palang pintu yang berkembang saat ini

hanya digunakan sebagai simbol kesenian dalam acara adat pernikahan

masyarakat Betawi. Isi dalam tradisi buka palang pintu di Tanjung Barat meliputi

seni rebana, seni silat, seni pantun, dan pembacaan irama sikeh. Makna yang

penting dari tradisi buka palang pintu bagi masyarakat Betawi yaitu calon suami

harus mengerti agama, dapat melindungi istri dan keluarganya dari bahaya,

berguna bagi nusa dan bangsa serta sebagai penghormatan untuk calon mempelai

perempuan.

Kata Kunci: Tradisi, Buka Palang Pintu, Pernikahan, Masyarakat, Betawi.

Page 7: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

ii

ABSTRACT

Lita Jamallia (NIM: 1110015000053). Betawi’s Marriage Tradition of ‘Buka

Palang Pintu’ (Case Study on Tanjung Barat area of South Jakarta)

The goal of this research is to understand better about Tradition of Buka

Palang Pintu during opening ceremony of Betawi’s Marriage especially at

Tanjung Barat, Jagakarsa, South Jakarta. The research is conducted on June until

October 2014.

Descriptive Cumulative method is taken during this research and using

purposive sampling with 10 persons. Interviewing, Observating and taking

documentation are used as the research instruments. And the validation of data

sampling is using triangulation method, souce triangulation.

The result of this research showed Betawi’s Marriage tradition at Tanjung

Barat is a little bit different from its origin. Some of them still perform Buka

Palang Pintu opening ceremony of main wedding and some are not due to the cost

is considered too expensive for them. Most of the time, performing the tradition of

Buka Palang Pintu is considered only as symbolic art act during Betawi’s

marriage ceremony. The composition of Buka Palang Pintu performance are

musical art of rebana, martial art of silat, art of pantun (poet battle) and singing

sikeh. The explicit meaning of the performance itself is a reminder for marriage

couple, especially for male bride (the future husband), to understand the value

and obligation of his religion, protecting his future wife and family from any

dangerous threat and serving to community and country, also to offer compliment

to female bride.

Keywords: Tradition, Performance of Palang Pintu , Marriage, People, Betawi.

Page 8: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Solawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda besar

Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, yang telah memberikan

tauladan kepada seluruh umat muslim

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Dalam penulisan skripsi ini, tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis jumpai, namun syukur Alhamdulillah

berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas

disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik yang langsung maupun

tidak langsung, segala kesulitan dapat teratasi dengan sebaik-baiknya yang pada

akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh sebab itu, sudah sepantasnya pada kesempatan kali ini penulisan

ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D.

2. Ketua Jurusan Pendidikan IPS Dr. Iwan Purwanto, M.Pd dan

Sekertaris jurusan, sekaligus dosen pembimbing Drs. H. Syaripulloh,

M.Si yang telah tulus dan ikhlas memberikan bimbingan, kemudahan,

bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh dosen IPS, Drs. H. Nurochim, M.M selaku pembimbing

akademik, Moch. Noviadi Nugroho, M.Pd, Dr. Muh. Arif, M.Pd, Dr.

Teuku Ramli Zakaria, MA, Dr. Ulfah Fajarini, M.Si, Cut Dhien

Nourwahida, MA dan semua dosen yang telah memberikan banyak

sekali ilmu serta motivasi di dalam dunia pendidikan.

4. Kedua orang tua tercinta, ibunda Siti Masitoh dan ayahanda

Jamaluddin yang telah mendukung dan memberikan seluruh perhatian

dan kasih sayang yang tidak terhingga, serta kepada adikku ( Dody Al-

Faiez) yang selalu memberikan semangat.

Page 9: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

iv

5. Kepada masyarakat Betawi Tanjung Barat dan kepada pendiri palang

pintu bapak H. Zainuddin, Fauzan, dan Akmaluddin. Terimakasih atas

ilmu, dukungan dan motivasinya.

6. Teman-teman seperjuangan 2010. Keluarga Sosio-Antro, Ekonomi,

dan Geografi. Semoga persahabatan kita terus terjalin dan kelak kita

dapat berguna bagi nusa dan bangsa.

7. Kepada sahabat dan kerabat, Usniyah, Rima, Maya, Dine, Anita,

Febrianto, Ibnu, Ardi, Pupuy, Marini, Desti Ika, Ajeng, Wina, Nur,

Saza Kamilah, ka Maro, papa dan mama Ilham dan seluruh keluarga

CRMC, teman-teman HMJ IPS terimakasih do’a dan bantuannya,

semoga persahabatan kita dapat terus terjalin dengan baik dan tak

lekang oleh waktu.

8. Anak-anak remaja amanah, Muhammad Rohaefi, Arif, Yudha, Anggi,

Uci, Dian, Tira, Nurul, Syifa, Rika, ka Reza, Mira dan lainnya,

terimakasih atas support dan do’anya.

9. Ucapan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Muhammad Ahsanul

umam, seseorang yang spesial yang selalu mensupport dan memotivasi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terimakasih atas do’a dan bantuannya.

Mudah-mudahan amal baik dari semua pihak yang telah membimbing dan

membantu penulis mendapat balasan yang berlimpah ruah dari ALLAH SWT,

Amiin. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca

pada umumnya. Jazakumullah Khairon Katsiiron.

Jakarta, November 2014

Penulis

Page 10: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRACT ....................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 8

C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 8

D. Perumusan Masalah ....................................................................... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Masyarakat Betawi ......................................................................... 10

1. Definisi Masyarakat ................................................................. 10

2. Masyarakat sebagai tempat antar hubungan sosial .................. 12

a. Kelompok primer dan sekunder ......................................... 12

b. In Group dan Out Group .................................................... 12

c. Gemeinschaft dan Gesellschaft .......................................... 12

d. Formal Group dan Informal Group .................................... 12

e. Comunity ............................................................................ 13

f. Masyarakat desa dan Masyarakat Kota ............................. 13

Page 11: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

vi

g. Kerumunan dan Publik ...................................................... 13

3. Masyarakat Betawi .................................................................. 14

B. Pernikahan ...................................................................................... 19

1. Pengertian Pernikahan ............................................................. 19

2. Dasar Hukum Perkawinan ...................................................... 23

3. Rukun Pernikahan ................................................................... 24

4. Manfaat Menikah .................................................................... 25

5. Pernikahan masyarakat Betawi ............................................... 25

C. Tradisi Buka Palang Pintu .............................................................. 30

1. Pengertian Tradisi .................................................................... 30

2. Buka Palang Pintu ................................................................... 31

D. Penelitian Relevan ......................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 38

B. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 39

C. Metode Penelitian ................................................................................. 39

D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 41

1. Data Primer ................................................................................... 41

2. Data Sekunder ............................................................................... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 42

1. Observasi ....................................................................................... 42

2. Wawancara .................................................................................... 43

3. Dokumentasi ................................................................................. 44

F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 44

G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ................................. 46

H. Teknik Pengolahan dan analisis Data ................................................... 48

1. Reduksi Data ................................................................................. 48

2. Penyajian Data ............................................................................... 48

3. Verifikasi ....................................................................................... 49

Page 12: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ...................................................................................... 50

1. Letak Geografis Wilayah dan Kependudukan ............................... 50

2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Tanjung Barat ..................... 52

a. Kesehatan ................................................................................ 52

b. Rumah Ibadah ......................................................................... 54

c. Pendidikan ................................................................................ 53

d. Tempat Olahraga ...................................................................... 56

3. Kebudayaan dan Agama Yang dianut Masyarakat Tanjung Barat 56

B. Pembahasan ......................................................................................... 57

1. Sejarah Awal Tradisi Buka Palang Pintu di Tanjung Barat ........... 57

2. Tahapan prosesi buka palang pintu pada acara pernikahan

masyarakat Betawi di Tanjung Barat ............................................. 59

3. Pandangan tentang tradisi buka palang pintu menurut

masyarakat Tanjung Barat ............................................................. 65

4. Nilai-Nilai edukatif yang dapat diambil dari buka palang pintu..........69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................... 71

B. Saran ..................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 13: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Tokoh dan Masyarakat

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Pendiri Palang Pintu

Page 14: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Pedoman Observasi

LAMPIRAN 2 Pedoman Wawancara

LAMPIRAN 3 Hasil Observasi

LAMPIRAN 4 Hasil Transkip Wawancara

LAMPIRAN 5 Dokumentasi

LAMPIRAN 6 Surat Permohonan Izin Penelitian

LAMPRAN 7 Surat Izin Penelitian Dari Kelurahan Tanjung Barat

LAMPIRAN 8 Lembar Uji Referensi

LAMPIRAN 9 Biodata Penulis

Page 15: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

x

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 4.1 Peta wilayah kelurahan Tanjung Barat.

GAMBAR 4.2 Pengiringan calon pengantin laki-laki dengan anggota

marawis di RT 04/01, kelurahan Tanjung Barat.

GAMBAR 4.3 Calon pengantin laki-laki diiringi jawara atau anggota

pencak silat di RT 04/01, kelurahan Tanjung Barat.

GAMBAR 4.4 Calon Pengantin Laki-laki diiringi oleh ondel-ondel dan

kembang kelapa di RT 03/06, kelurahan Tanjung Barat.

GAMBAR 4.5 Pembacaan salam dan dialog pantun.

GAMBAR 4.6 Menunjukkan jurus pukulan untuk membuka palang pintu.

GAMBAR 4.7 Menunjukkan alat yang digunakan toya dan golok.

GAMBAR 4.8 Pembacaan Sikeh.

GAMBAR 4.9 Menunjukkan pihak laki-laki dipersilahkan masuk oleh

pihak perempuan.

Page 16: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan satu negara kepulauan di Asia Tenggara yang

wilayahnya sangat luas, meliputi berbagai macam pulau-pulau dari Sabang

sampai Marauke, dengan penduduknya yang terdiri atas berbagai macam

suku bangsa (etnis) dengan bahasa, adat istiadat dan budaya yang berbeda-

beda. Adat istiadat serta budaya tersebut merupakan peninggalan nenek

moyang dan masih dilakukan sampai saat ini.

Indonesia memiliki beragam budaya sebagai hasil dari akulturasi

sejumlah kebudayaan, yang meliputi kurun waktu masa lalu, masa kini, dan

masa datang, tercermin fakta yang tidak dapat dipungkiri, yaitu Indonesia

adalah bangsa multi etnik dan multi budaya. Hal tersebut merupakan

keunggulan yang tidak dimiliki bangsa atau negara di dunia ini.

Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia, dan menjadi pusat dari

sistem nasional Indonesia dengan segala pranata-pranata dan

pengorganisasiannya.1 Jakarta merupakan pusat pemerintahan negara

Indonesia dan juga merupakan pusat administrasi pemerintahan nasional

Indonesia, tempat bermukimnya perwakilan-perwakilan negara dan badan-

badan serta perusahaan-perusahaan asing. Sebagai ibu kota negara Indonesia,

Jakarta menjadi muara mengalirnya pendatang baru dari seluruh penjuru

Nusantara dan dunia.

Jakarta berkembang dari interaksi antar-berbagai ragam kebudayaan

etnis di kawasan Nusantara dengan hampir seluruh kebudayaan tinggi dunia,

yaitu India, Cina, Islam, dan Eropa.2 Sebagai jantung Negara Republik

Indonesia, Jakarta sekarang bukan hanya sebagai pusat kegiatan perdagangan

1 Parsudi Suparlan, Masyarakat & Kebudayaan Perkotaan Perspektif Antropologi

Perkotaan, (Jakarta: YPKIK, 2004), h. 160. 2 Tawalinuddin Haris, Kota dan Masyarakat Jakarta, (Jakarta: Wedatama Widya Sastra,

2007), h. 1.

Page 17: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

2

interinsuler yang berarti jenis pertukaran barang dan jasa antar pulau, tetapi

merupakan bagian dari jaringan industri dan perdagangan internasional.

Jakarta kemudian dihuni oleh orang-orang Sunda, Jawa, Bali, Maluku,

Melayu, serta orang-orang Cina, Belanda, Arab, Portugis dan dari beberapa

daerah lainnya.3 Masyarakat kota Jakarta bukanlah masyarakat terasing atau

terpencil, tetapi sebuah masyarakat yang anggota-anggotanya adalah warga

asli dan pendatang dari seluruh penjuru tanah air serta dari berbagai penjuru

dunia. Warga Jakarta terdiri atas penduduk tetap, pendatang musiman, dan

para pengunjung yang datang untuk urusan bisnis atau dinas.

Jakarta yang merupakan perpaduan kelompok etnis dari seluruh

Nusantara, membawa adat-istiadat, gagasan-gagasan baik antar suku maupun

antar bangsa dan tradisi budaya, memberikan kota metropolitan ini

mempunyai aura tersendiri, penuh dengan kreativitas dan semangat di tengah

budaya modern. Berbagai macam masyarakat yang terdapat di Jakarta, terdiri

dari laki-laki dan perempuan yang tidak dapat dipungkiri secara alamiah

mengalami ketertarikan satu dengan lainnya.

Ketertarikan tersebut menimbulkan rasa cinta serta kasih sayang yang

terdapat di hati sanubari setiap insan dan keinginan hidup bersama adalah

tujuan yang utama. Hidup bersama di Indonesia harus melalui perkawinan

atau pernikahan. Acara perkawinan adalah hal yang paling menarik dan tak

pernah terlupakan di dalam kehidupan bagi pribadi seseorang.

Perkawinan adalah hal yang fitrah bagi manusia, sudah tertanam dan

terpatri dalam hati dan perasaan manusia baik laki-laki maupun wanita.

Keduanya saling membutuhkan guna saling menghiasi dan membagi perasaan

suka maupun duka. Hidup ini akan terasa kurang sempurna tanpa kehadiran

orang lain, menjalin kasih sayang bersama, membangun mahligai rumah

tangga yang bahagia dan lestari.4

3 Yahya Andi Saputra, Nurzain, Profile Seni Budaya Betawi (Jakarta: Dinas Pariwisata &

Kebudayaan Prov. DKI Jakarta, 2009), h. 3. 4 Musifin As’Ad, Perkawinan dan Masalahnya, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), h.

18.

Page 18: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

3

Dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1947 tentang perkawinan Bab 1

pasal 1 ditegaskan bahwa, perkawinan ialah “ikatan lahir bathin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa”.5

Perkawinan merupakan perbuatan yang dilakukan sejak zaman Nabi

Adam AS dan dilakukan manusia secara turun temurun sampai saat ini. Hal

itu dikarenakan perkawinan merupakan salah satu pokok kebutuhan manusia

yang dituntut secara naluri. Selain itu perkawinan merupakan jalan mencari

kebutuhan dan ketentraman jiwa.

Allah menciptakan manusia terdiri atas laki-laki dan perempuan

secara alamiah mempunyai daya tarik antara satu sama lain untuk dapat hidup

bersama, bersatu-padu dengan saling berpasang-pasangan untuk membentuk

suatu ikatan lahir dan bathin dalam suatu perkawinan yang syah dengan

tujuan menciptakan suatu keluarga atau rumah tangga yang rukun, membina

kebahagiaan bersama, sejahtera dan abadi.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ar-rum ayat 21:

نكم لكم من أن فسكم أزواجا لت ومن آيته أن خلق ها وجعل ب ي مودة ورحة إن ف ذلك سكنوا إلي رو لآيت لقوم ي ت فك

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kebesaran karunia-Nya (Allah)

dikaruniakannya bagimu dari jenismu sendiri pasangan hidup (istri /

suami) agar kamu merasa tentram dengannya...” (Q.S. Ar-Rum: 21).6

Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa perkawinan merupakan

sunatullah yang menyatukan dua insan manusia yang terdiri dari laki-laki dan

perempuan agar merasa tentram dan damai dalam menjalani kehidupan serta

5 Djoko Prakoso, Asas-Asas Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara

Jakarta, 1987), h. 3. 6 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Perkata, Terjemah Inggris,

(Bekasi: Cipta Bagus Sagara, 2012), h. 406.

Page 19: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

4

bertujuan untuk mempunyai keturunan yang memang menjadi kebutuhan

hidup agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam peristiwa perkawinan selalu terjalin dengan harmonis

ketentuan-ketentuan menurut hukum, agama, dan adat istiadat sebagai

lembaga tak tertulis. Upacara adat dalam perkawinan sering dilaksanakan

oleh masyarakat meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana sekali.

Pada perkawinan adat pengantin Jawa menurut Thomas Wiyasa,

“pemuda Jawa pada umumnya bebas untuk memilih jodoh, namun ada juga

yang dijodohkan atau dipilih oleh orang tua dengan yang masih ada hubungan

keluarga, dinamakan nuntumake balung pisah artinya menyatukan kembali

tulang-tulang yang sudah terpisah”.7 Maksudnya adalah menyatukan kembali

hubungan keluarga yang jauh.

Selanjutnya tata upacara perkawinan adat Sunda, pada waktu

persiapan perkawinan mempunyai keistimewaan dan keunikan. Tercermin

sifat positif, yaitu selalu mempergunakan cara bermusyawarah dalam setiap

pengambilan keputusan, serta sifat lemah lembut tutur bahasanya.

Perkawinan adat sunda merupakan perpaduan antara unsur sifat, karakter,

kepercayaan dan agama, yang saling menopang sehingga tercipta manusia

yang berbudi luhur.8

Sebagai suatu kelompok etnis, Orang Betawi memang memiliki

berbagai corak dan ragam budayanya yang meliputi berbagai sektor

kehidupan, salah satunya adalah upacara atau tata cara perkawinan. Peristiwa

perkawinan merupakan momentum yang dianggap penting dalam lingkungan

individu anggota masyarakatnya.

Oleh karena itu perkawinan Betawi menurut Muhasim adalah “salah

satu peristiwa sangat penting dalam kehidupan masyarakat, terutama pada

masyarakat Betawi. Itu dilihat dari persiapan mulai dari acara sebelum

7 Thomas Wiyasa, Upacara Perkawinan Adat Jawa, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,

1995), h. 14. 8 Thomas Wiyasa, Upacara Perkawinan Adat Sunda, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,

1994), h. 10.

Page 20: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

5

perkawinan ataupun setelah perkawinan diatur sedemikian rupa”.9

Perkawinan menandai suatu saat peralihan dari usia remaja ketingkat hidup

yang lebih dewasa dan bertanggung jawab yaitu dengan membentuk keluarga.

Upacara perkawinan menempati posisi yang sakral dalam rangkaian

proses yang dijadikan falsafah bagi masyarakat Betawi. Dalam tatanan

masyarakat Betawi yang religius, proses kelahiran, perkawinan, dan kematian

merupakan satu rangkaian yang harus dilewati dan dilengkapi dengan

serangkaian upacara atau prosesi adat.

Suku Betawi adalah “salah satu suku bangsa Indonesia yang

berdiam di wilayah DKI Jakarta, dan wilayah sekitarnya yang

termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat. Suku bangsa ini biasa disebut

Orang Betawi’, Melayu Betawi, atau Orang Jakarta (atau Jakarte

menurut logat setempat). Nama Betawi itu berasal dari kata Batavia,

nama yang diberikan oleh Belanda pada jaman penjajahan dulu”.10

Sumber lain menyebutkan bahwa, kata Betawi bukan berasal dari

Batavia, karena Batavia merupakan musuh dari leluhur orang Betawi

semenjak penjajahan Belanda. Orang Betawi bukanlah produk dari

pemerintahan kolonial. Ada golongan bangsawan, ada golongan alim ulama

dan intelektual abangan; dan ada juga golongan pedagang dan pekerja.11

Orang Betawi dibagi menjadi dua sebutan berdasarkan wilayah, yaitu Betawi

Kota dan Betawi Ora.

Orang Betawi Kota, merasa dirinya sebagai orang Jakarta asli.

Sedangkan orang Betawi yang terdesak ke daerah pinggiran sampai ke

perbatasan kota disebut Orang Betawi Ora. Sebenarnya justru Orang Betawi

Ora inilah yang dapat dikatakan orang Betawi Asli, karena mereka masih

menjalankan adat kebiasaan turun-temurun dengan ketat dan konsekuen.12

9 Muhasim, “Tradisi Kudangan Perkawinan Betawi Dalam Perspektif Hukum Islam,”

Skripsi pada Gelar Sarjana Hukum Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2009, h. 3,

tidak dipublikasikan. 10

Rosyadi, Profil Budaya Betawi, (Bandung: Alqaprint Jatinangor, 2006), cet. Ke-1, h.

212. 11

Gita Widya Laksmini, Jakarta Batavia; esai sosio-kultural, (Jakarta: Banana, KITLV,

2007), h. 219. 12

Budiaman, Folklor Betawi, (Jakarta: Dinas Kebudayaan Propinsi. DKI Jakarta, 2000),

h. 18.

Page 21: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

6

Orang Betawi merupakan kelompok sosial kultural baru dengan ciri-

ciri memegang adat-istiadat dengan teguh serta terikat kepada agama Islam

secara ketat dan sangat fanatik sikapnya terhadap agama yang dianutnya.

Hampir seluruh adat kebiasaan orang Betawi diwarnai oleh unsur agama

Islam, sehingga sulit untuk memisahkan antara tradisi yang menurut adat dan

yang berdasarkan agama.13

Menurut Suparlan, “Agama Islam sebagai pedoman utama dalam

kehidupan masyarakat Betawi, yang dapat dikatakan sebagai konfigurasi atau

wujud dari kebudayaan Betawi”.14

Akan tetapi tidak semua masyarakat

Betawi taat kepada perintah Allah yang telah diajarkan agama Islam,

dikarenakan masyarakat Betawi terbagi beberapa golongan seperti alim ulama

dan masyarakat abangan.

Kebudayaan masyarakat Betawi juga banyak dipengaruhi oleh

kebudayaan-kebudayaan asing yang datang ke Jakarta. Kesenian Betawi lahir

dari perpaduan berbagai unsur etnis dan suku bangsa yang ada di Betawi.

Seni Betawi tidak terhindar dari proses perpaduan pengaruh Eropa,

Tionghoa, Arab, Melayu, Sunda.15

Karena Jakarta menjadi muara

mengalirnya pendatang baru dari seluruh penjuru nusantara dan dunia.

Jakarta juga disebut panci pelebur melting pot di mana banyak

kebudayaan dan kesenian dari berbagai penjuru dunia dan nusantara bertemu,

saling mempengaruhi, melebur dan menjadi identitas baru, masyarakat

Betawi atau Orang Betawi.16

Proses melting pot tersebut terjadi karena peranan kebudayaan umum-

lokal yang menjembatani serta mengakomodasikan perbedaan-perbedaan

kebudayaan, dan membawa serta menggunakan hasil-hasil akulturasi yang

berlaku di tempat-tempat umum-lokal sehingga menjadi pedoman hidup yang

13

Ibid., h. 18 14

Suparlan, op. cit., h. 147. 15

Yahya Andi, op. cit., h. 5. 16

Ibid., h. 4.

Page 22: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

7

berlaku dalam kehidupan suku bangsa atau etnik, yaitu dalam kehidupan

keluarga dan kekerabatan.17

Pada pernikahan masyarakat Betawi, sebelum akad pernikahan

dilakukan prosesi buka palang pintu yang merupakan serangkaian acara untuk

membuka penghalang yang dijaga oleh jawara. Buka palang pintu merupakan

tradisi yang diwariskan dari generasi sebelumnya kepada generasi penerus.

Awal tradisi buka palang pintu tidak tertulis, melainkan hanya cerita

turun-temurun dari generasi terdahulu. Pada saat ini buka palang pintu

menurut Zahrudin Ali Al Batawi adalah “salah satu bagian dari serangkaian

acara prosesi perkawinan adat Betawi yang lebih dikenal dengan istilah

palang pintu. Palang pintu menjadi ujung tombak budaya Betawi, palang

pintu merupakan campuran beberapa seni budaya seperti silat, pantun, dialek

logat betawi dan humoris.”18

Dalam bidang seni tradisi, dinamika perkembangan Kota Jakarta

menyebabkan berkurangnya kegiatan berkesenian, seperti seni lenong, seni

suara (cokek), samrah, gambang kromong, tanjidor, pantun Betawi, cerita

sahibul hikayat.

Seni Betawi saat ini sulit berkembang meskipun pelaku seni masih

hidup dan kurang berkreatifitas dalam berkesenian. Hasil observasi oleh

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) telah menghimpun data

kesenian Betawi, yang dilakukan pada tahun 2010 hingga 2012 menunjukkan

bahwa beberapa kesenian Betawi terancam punah, seperti rebana biang dan

blantek. Selain itu seniman Betawi sudah menua dan belum sempat

diwariskan kepada seniman generasi muda di bawahnya. Kondisi itu

dikhawatirkan akan menghilangnya kekayaan budaya Betawi tersapu oleh

perkembangan kehidupan metropolitan Jakarta.19

Percepatan perubahan Jakarta yang tidak pernah berhenti, jumlah

pendatang yang tidak pernah surut, budaya asing yang terus menggempur,

17

Suparlan, op. cit., h.162. 18

Zahrudin Ali Al Batawi, 1500 Pantun Betawi, (Jakarta: Nus Printing, 2012), h. 39. 19

Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI, Ragam Seni Budaya Betawi, (Jakarta:

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2012), h. 2.

Page 23: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

8

telah membuat tradisi kebudayaan Betawi kian jarang terlihat. Akhirnya

sebagian generasi muda yang belum sempat diwariskan kurang mengetahui

tradisi kesenian Betawi, salah satunya tradisi buka palang pintu pada

perkawinan masyarakat Betawi.

Berdasarkan uraian di atas agar masyarakat mengenal kesenian

budaya Betawi, maka peneliti tertarik untuk mendalami salah satu tradisi

kebudayaan Betawi pada acara prosesi adat pernikahan masyarakat Betawi

yang ada di Indonesia dengan bentuk sebuah skripsi, yaitu dengan judul

“Tradisi Buka Palang Pintu Pada Pernikahan Masyarakat Betawi (studi

kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

dapat diidentifikasi beberapa masalah, sebagai berikut:

1. Berkurangnya kegiatan berkesenian, seperti seni lenong, cokek, samrah,

gambang kromong, tanjidor, pantun, cerita sahibul hikayat.

2. Pelaku seni yang masih hidup sulit berkembang dan kurang berkreatifitas

dalam berkesenian.

3. Beberapa kesenian Betawi terancam punah, seperti rebana biang dan

blantek.

4. Seniman Betawi sudah menua dan belum sempat diwariskan kepada

seniman generasi muda.

5. Kekhawatiran akan menghilangnya kekayaan budaya Betawi yang belum

sempat diwariskan, salah satu contohnya adalah tradisi buka palang

pintu.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat begitu luasnya masalah mengenai seni tradisi budaya

Betawi yang dikhawatirkan terancam hilang, serta begitu luasnya cakupan

kebudayaan Betawi maka dalam penulisan skripsi ini hanya dibatasi

Page 24: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

9

mengenai tradisi pada prosesi adat pernikahan masyarakat Betawi yaitu buka

palang pintu yang masih dilakukan oleh masyarakat Betawi di Tanjung Barat.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan yang

dirumuskan dalam kajian skripsi ini adalah:

Bagaimana tradisi buka palang pintu pada pernikahan masyarakat Betawi di

Tanjung Barat?.

E. Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian, tujuan merupakan salah satu alat kontrol yang

dapat dijadikan sebagai petunjuk sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai

yang diinginkan. Tujuan dari penelitian dan penulisan skripsi ini adalah untuk

mengetahui tradisi buka palang pintu pada perayaan pernikahan masyarakat

Betawi di Tanjung Barat.

F. Manfaat Penelitian

1. Segi Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu rujukan

atau referensi tambahan dalam mempelajari dan mengamati tradisi adat

Betawi khususnya dalam perihal perkawinan bagi jurusan Sosiologi-

Antropologi, Ilmu Pendidikan Sosial di Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan.

2. Segi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah

wawasan bagi para mahasiswa khususnya jurusan Sosiologi-Antropologi

dan jurusan lainnya. Serta menambah pengetahuan masyarakat tentang

seni budaya Betawi khususnya Tradisi Buka Palang Pintu pada acara

perkawinan masyarakat Betawi .

Page 25: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Masyarakat Betawi

1. Definisi Masyarakat.

Definisi masyarakat dalam kamus bahasa Indonesia adalah

“sekumpulan orang yang hidup bersama pada suatu tempat atau wilayah

dengan ikatan aturan tertentu, segolongan orang-orang yang mempunyai

kesamaan tertentu”.1

Masyarakat dalam arti luas adalah “keseluruhan hubungan-hubungan

dalam hidup bersama dengan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa atau

keseluruhan dari semua hubungan dalam hidup bermasyarakat”. Sedangkan

masyarakat dalam arti sempit adalah “sekelompok manusia yang dibatasi oleh

aspek-aspek tertentu seperti : teritorial, bangsa, dan golongan”.2

Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata

Latin socius, berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri berasal dari kata Arab

syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi. Masyarakat adalah sekumpulan

manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi.3

Menurut J.L. Gillin dan J.P. Gillin merumuskan masyarakat bahwa :

“the largest grouping in which common costums, traditions, attitudes

and feelings of unity are operative”.4

Jelasnya masyarakat merupakan kelompok manusia dan mempunyai

kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan yang sama dengan motivasi kesatuan.

Menurut Drs. JBAF Mayor Polak menyebut “masyarakat adalah

wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektifa-

1Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,

(Jakarta:Pusat Bahasa, 2008), h. 924. 2Hartomo dan Arnicun Aziz, MKDU Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), h.

89. 3Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 116.

4Ibid., h. 118.

Page 26: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

11

kolektifa serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-

kelompok lebih baik atau sub kelompok”.5

Pendapat Prof. M.M. Djojodiguno, “masyarakat adalah suatu

kebulatan dari pada segala perkembangan dalam hidup bersama antara

manusia dengan manusia”. Hasan Sadily berpendapat, “masyarakat adalah

suatu keadaan badan atau kumpulan manusia yang hidup bersama

mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain”.6

R. Linton seorang ahli antropologi mengemukakan bahwa

“masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup

dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan

berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas

tertentu”. 7

Seorang sosiologi dari bangsa Belanda S.R. Steinmetz, berpendapat

“masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi

pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil, yang mempunyai

hubungan yang erat dan teratur”.8

Setelah beberapa pendapat para tokoh tentang masyarakat, maka

dirumuskan definisi masyarakat yaitu kesatuan hidup manusia yang

mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, memiliki tatanan kehidupan, norma-

norma, mempunyai perasaan yang sama dan saling berinteraksi menurut suatu

sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan terikat oleh suatu rasa

identitas bersama yang ditaati dalam lingkungannya.

Berdasarkan definisi-definisi masyarakat di atas diambil kesimpulan

bahwa masyarakat harus mempunyai unsur yaitu:

a. Harus ada pengumpulan manusia yang banyak, bukan perkumpulan

hewan.

b. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah

tertentu.

5 Abu Ahmadi, op. cit., h. 96.

6 Ibid., h. 97.

7 Ibid., h. 106.

8 Ibid

Page 27: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

12

c. Adanya aturan-aturan atau Undang-undang yang mengatur untuk menuju

kepada kepentingan dan tujuan bersama. 9

2. Masyarakat sebagai tempat antar hubungan sosial

Setiap masyarakat, jumlah kelompok dan kesatuan sosial tidak hanya

satu, di samping itu individu sebagai warga masyarakat dapat menjadi bagian

dari berbagai kelompok atau kesatuan sosial yang hidup dalam masyarakat

tersebut.

Dalam hubungannya dengan penggolongan-penggolongan maka

kelompok beraneka ragam bentuk dan kriterianya yaitu:

a. Kelompok primer dan sekunder

Kelompok primer adalah kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri

saling kenal mengenal antara anggota-anggotanya serta bekerja sama dan

bersifat pribadi. Sedangkan kelompok sekunder dicirikan dalam

masyarakat modern yang terdapat amat banyak kelompok serta tidak

saling mengenal antar hubungan langsung.10

b. In Group dan Out Grup

In group atau kelompok dalam adalah setiap kelompok yang

dipergunakan oleh seseorang untuk mengidentifikasikan dirinya sendiri

biasanya memakai istilah kami dan Out Grup atau kelompok luar adalah

semua berada di luar kelopok dalam, dan juga diartikan sebagai lawan dari

kelompok dalam biasanya memakai istilah mereka.11

c. Gemeinschaft dan Gesellschaft

Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana terdapat

unsur pengikat berupa hubungan batin yang murni yang bersifat alamiah

dan kekal. Gesellschaft dapat diartikan sebagai bentuk ikatan bersama

berupa ikatan lahir yang bersifat pokok dalam jangka waktu tertentu.12

d. Formal Group dan Informal Group

9 Hartomo dan Arnicun Aziz, op. cit., h. 90.

10 Ibid., h. 94

11 Ibid., h. 96.

12 Ibid., h. 97.

Page 28: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

13

Formal Group adalah suatu kelompok sosial yang di dalamnya

terdapat tata aturan yang tegas yang sengaja dibuat dalam rangka untuk

mengatur antar hubungan para anggotanya. Sedangkan Informal Group

adalah kelompok sosial yang tidak mempunyai struktur dan organisasi

pasti atau permanen.13

e. Comunity

Comunity adalah kelompok yang memperhitungkan

keanggotaannya berdasarkan hubungan anggotanya dengan lingkungan

setempat (lokal). Comunity merupakan kelompok teritorial terkecil yang

dapat menampung semua aspek kehidupan sosial dan memiliki aspek

sosial yang lengkap.14

f. Masyarakat desa dan Masyarakat Kota

Perbedaan antara masyarakat desa dan kota adalah tidak tetap,

karena yang dimaksud dengan pedesaan itu tidak akan pernah memiliki

sifat pedesaan secara terus menerus.15

Suatu masyarakat, baik di dalam

sebuah negara, kota, ataupun desa memiliki empat ciri khusus, yaitu (1)

interaksi antar warga; (2) adat-istiadat, norma-norma, hukum serta aturan-

aturan yang mengatur semua pola tingkah laku warga; (3) kontinuitas

dalam waktu; (4) rasa identitas yang kuat yang mengikat semua warga.

Itulah sebabnya suatu negara, kota, atau desa dapat kita sebut masyarakat

(misalnya masyarakat Indonesia, masyarakat Filipina, Masyarakat kota

Jakarta, dan sebagainya).16

g. Kerumunan dan Publik

Kerumunan atau crowd yaitu kehadirannya bersifat fisik dan

ditentukan oleh waktu tertentu, sehingga kerumunan merupakan kelompok

sosial yang bersifat sementara. Sedangkan publik yaitu kelompok yang

13

Ibid., h. 98 14

Ibid. 15

Ibid. 16

Koentjaraningrat, op. cit., h.118.

Page 29: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

14

tidak pernah berkumpul dan melakukan hubungan melalui media tidak

langsung.17

3. Masyarakat Betawi

Setelah dipaparkan pengertian masyarakat selanjutnya akan dibahas

mengenai masyarakat Betawi menurut beberapa sumber dan para tokoh, Suku

Betawi biasa disebut orang Betawi atau orang Jakarta atau Jakarte menurut

logat orang Jakarta. Jakarta sebagai satu tempat yang terletak di pinggir

pantai atau pesisir, dalam proses perjalanan waktu akhirnya menjadi sebuah

kota pelabuhan selama lebih dari 400 tahun yang lalu. Disebut orang Betawi

karena orang Betawi merupakan hasil dari pembauran budaya para pendatang

yang telah melahirkan suatu kebudayaan baru bagi penghuni kota Jakarta.18

Orang Betawi atau orang Betawi asli adalah penduduk pribumi daerah

Jakarta yang sudah tidak jelas lagi asal keturunannya. Merupakan perpaduan

atau hasil asimilasi antara penduduk pribumi yang sudah lama menghuni

daerah Jakarta dengan suku pendatang sebagai penghuni baru antara lain

orang Banten, orang Jawa, orang Bugis, orang Makasar dan kemudian terjadi

pula asimilasi antara penduduk pribumi dengan kaum pendatang yaitu bangsa

asing seperti orang Cina, orang Belanda, orang Portugis, orang India, dan

orang Arab.19

Betawi berasal dari Batavia sebagai nama kota Jakarta yang didirikan

oleh Gurbernur Jendral Jan Pieterszoon Coen. Batavia berasal dari nama suku

bangsa Belanda jaman purba. Pada awalnya kota ini bernama Sunda Kelapa,

selanjutnya menjadi Jayakarta, setelah itu bernama Batavia. Jayakarta

didirikan tanggal 22 Juni 1527. Pendiri Jayakarta adalah Fatahillah. Fatahillah

merupakan utusan dari kesultanan Demak dan diperintahkan menaklukkan

Sunda Kelapa.20

17

Hartomo dan Arnicun Aziz, op. cit., h. 100. 18

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1988). 19

Budiaman, op. cit., h. 17. 20

Ridwan Saidi, Maman S. Mahyana, Ragam Budaya Betawi, (Jakarta : Dinas

Kebudayaan dan Permuseuman, 2002), h. 9.

Page 30: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

15

Sejarah terbentuknya masyarakat Betawi di Jakarta berjalan sangat

panjang, sepanjang sejarah terbentuknya kota Jakarta. Pada umumnya orang

Betawi sendiri tidak mengetahui mite atau legenda yang menceritakan asal-

usul tentang masyarakat Betawi itu sendiri.21

Mengenai etnis atau orang Betawi banyak pendapat para pakar

diantaranya :

Menurut Van der Aa, “munculnya orang Betawi dari segi bahasa

pergaulan pada abad ke-18 adalah dialek Portugis, yang tidak lagi dikenal

pada abad ke-19, dan sebagai gantinya timbul bahasa semacam bahasa

Melayu Betawi, orang-orang yang menggunakan bahasa inilah yang

kemudian disebut orang Betawi”.22

Sedangkan menurut Lance Castel dan Milone memiliki titik tolak

yang sama dalam mencari asal-usul orang Betawi, orang Betawi terbentuk

dari beberapa kelompok etnik yang percampurannya dimulai sejak zaman

kerajaan Sunda, Pajajaran, dan pengaruh Jawa yang dimulai dengan ekspansi

Kerajaan Demak, pencampuran etnik tersebut dilanjutkan dengan pengaruh-

pengaruh yang masuk setelah abad ke-16, dimana VOC turut mempunyai

andil dalam proses terbentuknya identitas orang Betawi.23

Kemudian, Lance Castel sejarawan asal Australia juga berpendapat

bahwa masyarakat Betawi adalah “keturunan budak serta citra masyarakat

Betawi tidak terlalu tinggi sampai sekarang”, akan tetapi pendapatnya

dibantah oleh Ridwan Saidi yang berpendapat bahwa, “masyarakat Betawi

bukanlah keturunan budak, melainkan memiliki nenek moyang yang sejajar

dengan suku-suku lainnya di Indonesia. Masyarakat Betawi adalah suku asli

yang menempati di beberapa daerah, seperti Rawa Belong, Tanah Abang,

Menteng, bahkan Condet”.24

Kadar toleransi masyarakat Betawi yang tinggi

21

Ensiklopedi Jakarta Culture & Heritage (Budaya & Warisan Sejarah), (Jakarta : Dinas

Kebudayaan dan Permuseuman, 2005), h. iii. 22

Ibid., h. v. 23

Ibid. 24

Ridwan Saidi, Babad Tanah Betawi, ( Jakarta: PT Gria Media Prima, 2002), h. 153.

Page 31: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

16

memungkinkan masalah yang demikian sensitif dapat disikapi secara ilmiah

dengan tertib sehingga nilai-nilai kebenaran pada akhirnya dapat ditemukan.

Sumber lain juga menyebutkan bahwa, kata Betawi bukan berasal dari

Batavia, karena Batavia merupakan musuh dari leluhur orang Betawi

semenjak penjajahan Belanda. Orang Betawi bukanlah produk dari

pemerintahan kolonial. Ada golongan bangsawan, ada golongan alim ulama

dan intelektual abangan; dan ada juga golongan pedagang dan pekerja.25

Betawi adalah penduduk pibumi sejak Jakarta bernama Batavia bahkan lama

sebelum itu, yang kemudian berkembang hingga sekarang sebagai penduduk

Jakarta dan sebagian terdesak ke daerah pinggiran. Betawi merupakan nama

suku bangsa di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, termasuk propinsi Jawa

Barat.

Menurut Ridwan Saidi, “masyarakat dan budaya Betawi sudah ada

dari semula jadi dari sononye”, etnis Betawi sudah ada sejak abad-abad

pertama tahun Masehi yaitu dari sebelum kedatangan orang-orang Cina,

Hindu, Islam, Eropa dan orang-orang Nusantara di luar daerah Jakarta, karena

Betawi itu sendiri sudah ada paling sedikit sejak 15 abad tahun yang lalu,

pendapat ini diperkuat oleh temuan-temuan arkaelogis, seperti gerabah-

gerabah dan alat-alat produksi di Kelapa Dua, Condet, dan Kali Ciliwung.26

Sedangkan Menurut Suryomihardjo “etnis Betawi muncul dari proses kawin-

mawin berbagai etnis di Jakarta”.27

Orang Betawi dalam gerakan kebangsaan telah mempunyai organisasi

yang didirikan pada tahun 1923 disebut Pemoeda Kaoem Betawi serta sudah

terlibat aktif dalam Sumpah Pemuda dan Kongres Pemuda II.28

Mengenai

asal-usul etnis Betawi, para pakar mengaitkan dengan pertumbuhan dan

perkembangan penduduk kota Batavia dan berdasarkan pada arsip

pemerintahan kolonial Belanda. Pendapat para pakar tidak akan dibantah,

25

Gita Widya Laksmini, loc. cit. 26

Ridwan Saidi, Warisan Budaya Betawi, (Jakarta: LSIP dan Pemda DKI Jakarta, 2000),

h. 13. 27

Abdul Chaer, Folklor Betawi Kebudayaan & Kehidupan Orang Betawi, (Jakarta :

Masup Jakarta, 2012), h. 8. 28

Ibid., h. 6.

Page 32: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

17

dibenarkan atau dikomentari karena sejak abad-abad silam, selain terjadi

proses pembentukan satu etnik di wilayah Jakarta dan sekitarnya telah ada

satu etnik yang merasa dirinya adalah orang Melayu atau Orang Islam dan

kelak disebut orang Betawi, yang memiliki bahasa budaya, adat-istiadat dan

tradisi-tradisi tersendiri.29

Di Jakarta terdapat tiga (3) tipologi kampung yaitu :

1. Kampung kota : terletak dekat pusat-pusat kegiatan kota yang biasanya

kepadatan sangat tinggi.

2. Kampung pinggiran : berada di daerah pinggiran kota tetapi masih

termasuk ke dalam batas wilayah dan kegiatan kota, berkepadatan antara

rendah dan sedang tapi kadang-kadang ada yang tinggi.

3. Kampung pedesaan : kebanyakan berada di luar batas wilayah dan

kegiatan perkotaan, berkepadatan rendah dan kebanyakan bertumpu pada

kegiatan pertanian dan perkebunan.30

Wilayah budaya Betawi dibagi menjadi dua bagian yaitu Betawi

tengah atau Betawi kota dan Betawi pinggiran. Perbedaan antara wilayah

Betawi Kota dan pinggiran yaitu di wilayah Betawi tengah sejak abad ke-19

terdapat prasarana pendidikan formal seperti sekolah-sekolah dan pendidikan

keagamaan. Sedangkan di wilayah Betawi pinggiran hampir tidak terdapat

prasarana pendidikan formal.31

Masyarakat Betawi Tengah pada umumnya lebih maju dari pada

Masyarakat Betawi pinggiran. Masyarakat Betawi kota merupakan

pendukung kesenian yang bernafaskan Islam seperti berbagai macam rebana,

gambus, dan kasidahan. Sedang di daerah piggiran berkembang kesenian

tradisional seperti topeng, wayang, ajeng, tanjidor.32

Mata pencarian orang Betawi dapat dibedakan antara yang tinggal di

kota dan di pinggiran. Orang Betawi yang hidup di tengah kota biasanya

hidup sebagai pedagang, pegawai pemerintah, buruh, tukang, atau pegawai

29

Ibid., h. 5. 30

Ensiklopedi, Jakarta Culture & Heritage (Budaya & Warisan Sejarah), op. cit., h. viii. 31

Ibid., h. ix. 32

Ibid., h. x.

Page 33: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

18

swasta. Sedangkan di daerah pinggiran sebagian besar adalah petani, yaitu

petani buah-buahan, petani sawah, dan memelihara ikan.

Menurut Ridwan Saidi, “Betawi merupakan mosaik kebudayaan yang

memiliki tekstur Islami tanpa kehilangan nuansa tradisionalnya. Selama

ratusan tahun orang Betawi mempunyai sifat toleransi yang sangat tinggi

sampai dengan tahun 1970 di Jakarta tidak pernah terjadi huru-hara rasial,

etnis atau bentrokan antara agama”.33

Ciri yang membedakan antara orang Betawi dengan kelompok lain,

orang Betawi mempunyai pengalaman historis yang sama, dengan ciri

kebudayaan yaitu bahasa, religi, dan kosmologi, upacara sepanjang lingkar

hidup serta kesenian.34

Faktor yang mengikat orang Betawi sebagai satu

kesatuan kelompok etnik yaitu adanya kesamaan dan keseragaman bahasa

dan Agama Islam. Hal itu mengikatkan rasa kesatuan lebih erat meskipun

berbeda berdasarkan wilayah-wilayah pemukimannya.

Islam merupakan agama yang dijadikan pedoman hidup bagi

masyarakat Betawi. Masyarakat Betawi dilihat dari segi keagamaan dapat

dibuat tipologinya menjadi dua golongan berdasarkan patuh dan tidak patuh

dalam menjalankan perintah agama yaitu rukun Islam dan rukun Iman.

Golongan pertama disebut mualim, dalam arti mereka menjalankan

prinsip-prinsip dasar agama dan rukun Islam dengan baik dan teratur, yang

mencakup syahadat, salat, zakat, puasa dan pergi menunaikan ibadah Haji

bagi yang mampu. Golongan kedua adalah “orang biasa yang tidak terlalu

taat menjalankan prinsip-prinsip agama Islam. Dalam beberapa hal orang

biasa yang tidak taat dapat disejajarkan dalam masyarakat abangan di

Jawa”.35

Menurut Saidi, “Sifat yang paling menonjol dari orang Betawi,

seleranya yang tinggi terhadap humor. Tidak ada orang Betawi baik muda

atau tua, baik perempuan maupun laki-laki yang tidak bisa melucu. Bias-bias

33

Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi Asal Muasal, Kebudayaan, Dan Adat Istiadatnya,

(Jakarta : PT. Gunara Kata, 2001), h. 219. 34

Ensiklopedi Jakarta Culture & Heritage (Budaya & Warisan Sejarah), op. cit., h. x. 35

Ibid., h. xv.

Page 34: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

19

humor terasa dalam memberi nasihat yang mestinya serius dalam setiap

bentuk komunikasi orang Betawi”.36

Menurut Suparlan, “masyarakat Betawi

sering dinilai sebagai pribadi yang ramah, terbuka, baik hati, suka menolong

sesama, senang mengobrol, senang humor, dan berbagai ciri kemanusiaan

yang menyenangkan”.37

B. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Arti kawin dalam kamus bahasa Indonesia berarti “perjodohan laki-

laki dengan perempuan menjadi suami-istri; nikah; beristri atau bersuami”.38

Sedangkan nikah adalah “perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk

bersuami istri dengan resmi”.39

Arti nikah dalam Tesaurus Alfabetis Bahasa

Indonesia berarti “berbaur, beristri, berjodoh, berkawin, berkeluarga,

bersemenda, bersuami, berumah tangga, duduk, janji, kawin, menempuh

hidup baru, mengikat, naik ke pelaminan”.40

Dapat disimpulkan bahwa

pengertian perkawinan atau pernikahan mempunyai arti yang sama, hanya

penyebutan kata saja yang berbeda dalam masyarakat.

Menurut Duval dan Miller ahli antropologi mendefinisikan

perkawinan sebagai berikut :

“Marriage is a socially recognized relationship between a man and a

women that provides for sexual relation, legitimized childbearing and

establishing a division of labour between spouses”.41

Pernikahan adalah hubungan yang diakui secara sosial antara seorang

laki-laki dan seorang wanita yang memberikan hubungan seksual, keturunan,

dan membagi peran antara suami-istri.

36

Ridwan Saidi. loc. cit. 37

Tim Peneliti Kebudayaan Betawi, Langgam Budaya Betawi, (Depok: Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya UI, 2011), cet. Ke-1, h.185 38

Kamus Bahasa Indonesia, op. cit., h. 653. 39

Ibid., h. 1003. 40

Pusat Bahasa, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia, (Bandung : PT Mizan Pustaka,

2009), h. 399. 41

Duvall dan Miller, Marriage and Family Development, (New York: Harper & Row

Publisher., 1985), p. 6.

Page 35: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

20

Menurut Tahir Mahmood mendefinisikan pernikahan lebih lengkap

sebagai berikut :

“Marriage is a relationship of body and soul between a man and a

women as husband and wife for the purpose of establishing a happy and

lasting family founded on belief in God Almighty” .42

Pernikahan sebagai sebuah ikatan lahir dan batin antara seorang pria

dan wanita masing-masing menjadi suami dan istri dalam rangka memperoleh

kebahagiaan hidup dan membangun keluarga dalam sinaran Ilahi.

Pernikahan merupakan suatu cara untuk menempuh kehidupan

bersama antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang melibatkan

berbagai pihak demi melangsungkan ketentraman jiwa serta kebahagiaan

hidup. Pernikahan tidak hanya mengandalkan kekuatan cinta dari pemikiran

sederhana dan dominasi emosional akan tetapi dibutuhkan pemikiran yang

rasional dan dasar yang kokoh yang tercantun dalam Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 yang tertulis sebagai berikut:

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seseorang pria dan

seseorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa”.43

Perkawinan menurut pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974, di

atas dapat diperinci dan diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur perkawinan

sebagai berikut:

1. Dalam perkawinan ikatan lahir batin yang dimaksudkan ialah bahwa

perkawinan harus berjalan kedua-duanya sehingga akan terjalin ikatan

lahir dan ikatan batin yang merupakan pondasi yang kuat serta mempunyai

ikatan lahir dan batin yang sangat dalam. Antara suami dan istri harus

saling menjaga cinta-kasih dan kesetiannya.

2. Perkawinan dilakukan oleh dua jenis kelamin yang berbeda, artinya di

Indonesia tidak boleh perkawinan satu jenis seperti: laki-laki dengan laki-

42

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

(Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 42 43

Prakoso, loc. cit.

Page 36: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

21

laki atau perempuan dengan perempuan. Hal tersebut dikenal dengan

istilah gay, homoseksual, atau lesbi.

3. Perkawinan di Indonesia bedasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan

kata lain merupakan perkawinan menurut ajaran agama-agama yang

dianut. Maka dari itu pernikahan yang dilangsungkan tidak boleh di luar

ajaran agama masing-masing pemeluknya.

4. Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia, kekal dan sejahtera.44

Hal ini dimaksudkan perkawinan

mempunyai tujuan kebahagiaan untuk selama-lamanya dan tidak diakhiri

dengan perceraian, oleh karena itu hak dan kewajiban masing-masing

suami istri harus dipenuhi dan berjalan dengan mestinya.45

Kemudian dalam pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Perkawinan juga

disebutkan, hidup bersama tanpa diikat dalam tali perkawinan dan tidak

melalui tatacara perkawinan yang telah ditentukan Undang-Undang

Perkawinan itu tidak dibenarkan, yang istilah sekarang disebut dengan

kumpul kebo.46

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, disimpulkan bahwa

perkawinan sebagai ikatan yang bersifat kontrol sosial antara pria dan wanita

yang di dalamnya diatur mengenai hak dan kewajiban, kebutuhan afeksional,

kebersamaan emosional, juga aktivitas seksual, ekonomi dengan tujuan untuk

membentuk keluarga secara sah serta mendapatkan kebahagiaan dan kasih

sayang berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.

Perkawinan menurut istilah ilmu fiqh adalah nikah. Nikah menurut

bahasa mempunyai arti sebenarnya haqiqat dan arti kiasan (majaaz). Arti

yang sebenarnya dari nikah ialah “dham, yang berarti menghimpit, menindih,

atau berkumpul. Sedangkan arti dari kiasannya adalah watha yang berarti

setubuh atau aqad yang berarti mengadakan perjanjian pernikahan”.47

44

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, op. cit., h. 51. 45

Prakoso, loc. cit. 46

Andjar Any, Upacara Adat Perkawinan Lengkap, (Surakarta: PT Pabelan Surakarta,

1986), h. 11. 47

Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: PT Bulan

Bintang, 1987), h. 1.

Page 37: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

22

Dari segi ibadat, “perkawinan dalam agama Islam berarti telah

melaksanakan sebagian dari ibadat dan orang-orang yang telah sanggup

melaksanakan pernikahan telah menyempurnakan sebagian dari agama Islam

karena dengan menikah akan memelihara diri dari perbuatan-perbuatan yang

di larang Allah”.48

Dalam segi hukum, pernikahan merupakan “suatu perjanjian yang

kuat”. Perkawinan tidak dapat dilangsungkan tanpa adanya persetujuan dari

pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan terikat

oleh hak-hak dan kewajiban, serta ketentuan-ketentuan dalam persetujuan

dapat diubah sesuai dengan persetujuan masing-masing pihak dan tidak

melanggar batas yang ditentukan oleh agama.49

Berdasarkan syariat, nikah berarti akad antara pihak laki-laki dan

wali perempuan yang karenanya hubungan badan menjadi halal. Akad nikah

merupakan “suatu perjanjian perikatan yang dilakukan pihak calon suami dan

pihak calon istri untuk mengikatkan diri mereka dengan tali perkawinan”.50

Secara sederhana akad atau perikatan terjadi jika dua orang calon mempelai

mempunyai kemauan atau kesanggupan yang dipadukan dalam satu ketentuan

dan dinyatakan dengan kata-kata yang menyangkut hubungan suami dan istri.

Akad nikah adalah ikatan yang kuat antara suami dan istri, sesuai

dengan firman Allah:

....

Artinya: “Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian

yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu” (QS. An-Nisa: 21).51

Dengan perikatan tersebut, kedua pihak suami ataupun pihak istri

telah sepakat melangsungkan perkawinan serta bersedia mengikuti ketentuan-

48

Ibid., h. 5. 49

Ibid., h. 7. 50

Ibid., h. 76. 51

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Perkata, Terjemah

Inggris, (Bekasi: Cipta Bagus Sagara, 2012), h. 81.

Page 38: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

23

ketentuan agama untuk melaksanakan janjinya yang berhubungan dengan

ketetapan suami istri.

Perkawinan dalam Islam, secara luas adalah:

1. Merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan emosi dan seksual yang sah

dan benar;

2. Suatu mekanisme untuk mengurangi ketegangan;

3. Cara untuk memperoleh keturunan yang sah;

4. Menduduki fungsi sosial;

5. Mendekatkan hubungan antara keluarga dan solidaritas kelompok;

6. Merupakan perbuatan menuju ketaqwaan;

7. Merupakan suatu bentuk ibadah, yaitu menjalankan perintah Allah

dengan mengikuti sunnah Rasulullah.52

2. Dasar Hukum Perkawinan

Hukum nikah terdiri dari wajib, sunnah, makruh, atau haram sesuai

dengan keadaan orang yang akan kawin.53

a. Wajib

Orang yang yang diwajibkan kawin adalah orang yang mempunyai

kesanggupan untuk kawin serta dikhawatirkan terhadap dirinya akan

melakukan perbutan yang dilarang Allah. Contoh : orang bujang yang

sudah mampu kawin dan takut dirinya dan agamanya menjadi rusak,

sedang tidak ada jalan untuk menyelamatkan diri kecuali dengan menikah.

b. Sunnah

Orang yang disunahkan kawin adalah orang yang mempunyai

kesanggupan untuk kawin dan sanggup memelihara diri dari kemungkinan

melakukan perbuatan terlarang. Contoh : bagi orang yang hendak dan

baginya mempunyai biaya sehingga dapat memberikan nafkah kepada

istrinya dan keperluan-keperluan lain yang mesti dipenuhi.

c. Makruh

52

Abdur Rahman, Perkawinan Dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), h.

6. 53

Kamal Muchtar, op. cit., h. 23.

Page 39: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

24

Orang yang makruh untuk melangsungkan perkawinan adalah

orang yang tidak mempunyai kesanggupan untuk kawin. Pada hakekatnya

orang yang tidak mempunyai kesanggupan untuk kawin, dibolehkan untuk

melangsungkan perkawinan, akan tetapi dikhawatirkan tidak dapat

mencapai tujuan perkawinan serta dianjurkan sebaiknya untuk tidak

melakukan perkawinan. Contoh : bagi orang yang tidak mampu untuk

melaksanakan pernikahan karena tidak mampu memberikan belanja

kepada istrinya atau kemungkinan lemah syahwat.

d. Haram

Orang yang diharamkan untuk kawin adalah mereka yang

mempunyai kesanggupan untuk menikah, tetapi menimbulkan

kemudlaratan terhadap pihak lain. Contoh : bagi orang yang merasa

dirinya tidak mampu bertanggung jawab dan akan menelantarkan istri dan

anak.

3. Rukun Pernikahan

Menurut agama Islam, Rukun Nikah ada lima yaitu :

1. Calon Istri.

2. Calon Suami.

3. Wali.

4. Dua orang saksi.

5. Ijab – kabul.

Orang yang diperbolehkan menjadi wali adalah : ayah, kakek, saudara

lelaki seayah-seibu (kandung), saudara laki-laki seayah (lain ibu), anak laki-

lakinya saudara laki-laki kandung (keponakan), saudara laki-laki ayah

(paman) sekandung atau sebapak (lain ibu) dan anak laki-laki dari paman.

Selain itu syarat yang harus dipenuhi sebagai wali antara lain : laki-

laki, beragama, sudah dewasa (akil baliq), sehat jasmani dan rohani, adil dan

tidak pasik pada waktu akad, tidak ihram dan tidak dirampas hak wilayatnya

terhadap hartanya karena pemboros. Jika wali tidak ada karena meninggal,

Page 40: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

25

berhalangan atau sebab-sebab lain, boleh memakai wali hakim seperti yang

sudah ditentukan Menteri Agama.54

4. Manfaat Menikah

Menikah mempunyai manfaat yang sangat besar diantaranya sebagai

berikut:

1. Tetap terjaganya keturunan manusia, memperbanyak jumlah kaum

muslimin dan menggetarkan orang kafir dengan adanya generasi yang

berjuang di jalan Allah.

2. Menjaganya kehormatan dan kemaluan dari berbuat zina yang

diharamkan yang merusak masyarakat.

3. Terlaksananya kepemimpinan suami atas istri dalam memberikan

nafkah dan penjagaan kepadanya.

4. Mendapatkan ketenangan dan kelembutan hati bagi suami dan istri

serta ketentraman jiwa.

5. Menjaga masyarakat dari akhlak yang keji seperti berzina yang

menghancurkan moral serta menghilangkan kehormatan.

6. Terjaganya nasab dan ikatan kekerabatan antara yang satu dengan yang

lainnya dan terbentuknya keluarga yang mulia yang penuh kasih

sayang, ikatan yang kuat dan tolong-menolong dalam kebenaran.

7. Mengangkat derajat manusia dari kehidupan seperti binatang menjadi

pribadi yang mulia.55

5. Pernikahan masyarakat Betawi

Bagi masyarakat Betawi, pernikahan merupakan hal yang penting bagi

kehidupan karena masyarakat Betawi tidak dapat dipisahkan dengan nilai-

nilai ke-Islaman dan mengikuti petunjuk Al-Qur‟an maupun sunnah Rasul

sebagai acuan dalam bertindak, khususnya dalam hal ini adalah perihal

perkawinan. Perkawinan antar suku bukan hal yang tabu bagi orang Betawi,

tetapi yang paling penting adalah apa agama calon menantu. Jika Islam tidak

54

Andjar Any, op. cit., h. 29. 55

Al-„Allamah Shalih Fauzan, “Bekal-Bekal Pernikahan Menurut Sunah Nabi”, Suvenir

Pernikahan Al-Akh Syafruddin dengan Al-Ukht Fany, Jakarta, 7 September 2007, h. 3.

Page 41: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

26

masalah si calon menantu datang dari daerah manapun, atau bahkan

berkebangsaan apapun.

Pada masyarakat dan budaya Betawi, perkawinan mempunyai tujuan

mulia yang wajib dipenuhi oleh setiap warga masyarakat yang sudah dewasa

dan memenuhi syarat. Masyarakat Betawi mayoritas beragama Islam, jadi

pengertian perkawinan dalam masyarakat Betawi tidak jauh berbeda dengan

pengertian dalam agama Islam.

Perkawinan Betawi biasanya dilakukan dengan suatu upacara karena

melalui upacara akan nampak kesakralan suatu perkawinan. Upacara dalam

suatu perkawinan menunjukkan maksud dan tujuan dari kedua individu yang

akan menjadi suami istri dalam kehidupan sehari-hari

Adat dan upacara pada masyarakat Betawi diuraikan dengan berbagai

tahapan dan proses awal. Tahapan-tahapan diawali dengan “perjumpaan dan

pendekatan, lamaran sampai dengan aqad nikah serta pesta yang

melengkapinya”.56

Setelah akad nikah seorang pemuda dan seorang gadis

resmi menjadi suami dan istri.

Adapun tahap-tahap yang harus dilalui dalam rangka upacara

perkawinan masyarakat Betawi adalah sebagai berikut :

a. Melamar

Melamar adalah tingkat yang paling awal dari urutan upacara adat

perkawinan Betawi. Bagi orang Betawi istilah melamar adalah ngelamar yang

merupakan pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga laki-laki

kepada pihak keluarga wanita. Pada saat itu juga keluarga pihak laki-laki

mendapat jawaban persetujuan atau penolakan.57

Pada waktu melamar hal-hal yang dipersiapkan untuk dibawa adalah

pisang raja dua atau tiga sisir, roti tawar empat buah, hadiah pelengkap dan

buah-buahan dua sampai tiga macam yang semuanya ditempatkan di wadah

56

Cucu Sulaicha, Rachmat Ali, Ade Kosmaya, Pengantin Betawi, ( Jakarta: Dinas

Kebudayaan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 2000), h. 12. 57

Yahya Andi Saputra, S.M. Ardan, Siklus Betawi : upacara dan adat istiadat, ( Jakarta:

LKB, 2000), h. 36.

Page 42: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

27

terbuka serta para utusan dua wakil orang tua laki-laki dari bapak maupun

ibu.58

b. Masa bertunangan

Setelah lamaran diterima oleh pihak gadis tahap berikutnya adalah

pengesahan pertunangan. Tahap ini ditandai dengan adanya suatu acara

pengantar kue-kue dan buah-buahan dari pihak laki-laki kepada pihak

perempuan. Pada masa ini kedua belah pihak bebas bertemu akan tetapi

mempunyai batasan pada sopan santun dan norma susila.59

Masa bertunangan

ini berlangsung sampai saat perkawinan tiba.

c. Menentukan hari perkawinan

Setelah masa bertunangan, pihak laki-laki telah siap dengan biaya

untuk upacara perkawinannya, maka ditentukan hari perkawinan. Pada

umumnya ditentukan saat perkawinan dicari hari dan bulan yang baik.

Dibicarakan juga apa yang diminta oleh keluarga si gadis sebagai

persyaratannya, berapa jumlah uang mas kawin, dan peralatan yang

diperlukan.60

d. Mengantar Peralatan

Pihak laki-laki Mengantar peralatan yang sudah ditentukan pada

pembicaraan terdahulu, biasanya seperti peralatan rumah tangga, perhiasan

emas, pakaian lengkap, dan uang mas kawin. Tidak lupa mengantar uang

pelangkah jika si gadis mempunyai kakak yang belum menikah. Semua

peralatan dibawa dan diarak oleh pihak laki-laki dengan terbuka, sehingga

orang-orang dapat melihat barang apa saja yang dibawa.61

e. Menyerahkan uang sembah

Tiga hari sebelum hari perkawinan tiba, si pemuda dengan diantar

oleh seorang keluarganya pergi ke rumah calon mertua untuk menyerahkan

uang kepada si gadis sendiri, yang disebut uang sembah. Adapun maksudnya

58

Budiaman. op. cit., h.73. 59

Ibid., h. 74. 60

Ibid., h. 75. 61

Ibid.

Page 43: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

28

adalah sebagai pembuka hubungan antara si pemuda dengan gadis yang akan

menjadi calon istrinya.62

f. Serahan

Serahan adalah suatu upacara mengantar bahan-bahan yang

diperlukan untuk keperluan pesta pada keesokan harinya oleh pihak pemuda.

Serahan ini merupakan kewajiban bagi pihak keluarga pengantin laki-laki

untuk membantu peralatan pesta yang akan berlangsung di rumah keluarga

pengantin wanita.63

g. Nikah

Pada hari pernikahan si pemuda diantar oleh beberapa orang

keluarganya dan berangkat menjemput menuju ke rumah si gadis untuk

bersama-sama pergi ke penghulu melakukan akad nikah. Akan tetapi

pengantin wanita tidak boleh terlihat oleh pengantin laki-laki. Sesampainya di

depan penghulu, akad nikah pun dilakukan dengan disaksikan oleh keluarga

dan kedua belah pihak.64

Ketika berlangsungnya ijab-kabul dilakukan dalam

suasana yang tenang karena pernikahan merupakan peristiwa yang penting

dan merupakan persetujuan serta perjanjian yang suci.

h. Ngarak pengantin

Dari rumah pengantin laki-laki diarak ke rumah pengantin wanita oleh

keluarga, kaum kerabat dan teman-teman. Di dahului oleh barisan rebana dan

nyanyian dengan berjalan kaki. Sesampai di depan pintu dilakukan prosesi

adat buka palang pintu. Setelah pintu itu dibuka, pengantin bertemu dan

duduk dipelaminan. 65

i. Main nganten-ngantenan

Sehari setelah upacara pernikahan maka pada sore harinya laki-laki

pergi ke rumah istrinya dengan membawa kiras, yaitu beras tiga liter dan

seekor ayam. Kewajiban istri untuk memasak menyediakan makanan tetap

62

Ibid. 63

Ibid., h. 76. 64

Ibid., h. 77. 65

Ibid.

Page 44: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

29

dilakukan. Kejadian ini berlangsung sampai dua atau tiga hari tanpa si istri

mau menegur si suami.66

j. Main marah-marahan

Setelah saat-saat main nganten-ngantenan berlangsung, selama itu

pula si suami pulang pergi ke rumah istri tanpa menginap. Karena ceritanya si

istri masih tetap marah kepada suaminya. Bila malam itu istrinya belum juga

mau bicara maka suami kembali lagi kerumahnya.67

k. Menyerahkan uang penegor.

Suatu malam suami datang kembali untuk merajuk istrinya agar mau

bicara atau tertawa. Jika dengan cara ini masih tidak berhasil juga maka

suami akan memberikan uang kepada istrinya yang disebut uang penegor.

Jika uang penegor cukup dan membuat istri mau tersenyum atau bicara. Maka

resmilah menjadi suami istri dan suami menginap di rumah orang tua istri.68

l. Pesta penutup

Setelah empat atau lima hari pengantin baru tinggal di rumah orang

tua istrinya, maka dibuatlah rencana untuk keberangkatan ke rumah orang tua

suami. Maksud keberangkatan adalah untuk menyelenggarakan pesta penutup

atau yang umum dikenal dengan istilah “Ngunduh Mantu”.69

Pada pernikahan orang Betawi dewasa ini, upacara perkawinan sudah

jarang dilakukan secara lengkap dengan menampilkan semua bagian tahapan

pernikahannya karena kenyataanya saat ini, adat perkawinan Betawi sudah

tidak lagi mengikuti adat masyarakat Betawi asli dan sudah mengalami

perubahan-perubahan dari adat aslinya.

Hal-hal yang sudah sangat jarang dilakukan dalam upacara pernikahan

Betawi pada saat ini adalah main nganten-ngantenan, main marah-marahan,

menyerahkan uang penegor dan pesta penutup. Alasan ditiadakan karena

sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya

66

Ibid. 67

Ibid., h. 78. 68

Ibid., h. 79. 69

Ibid.

Page 45: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

30

pada saat ini.70

Akan tetapi didalam upacara perkawinan selalu diusahakan

agar sebagian prosesi adat dapat dilaksanakan contohnya palang pintu.

C. Tradisi Buka Palang Pintu

1. Pengertian Tradisi

Secara definisi istilah tradisi menurut kamus umum bahasa Indonesia

dipahami sebagai segala sesuatu yang turun-temurun dari nenek moyang.71

Tradisi merupakan pewarisan norma-norma, kaidah-kaidah, dan kebiasaan-

kebiasaan. Tradisi tersebut bukanlah suatu yang tidak dapat diubah, tradisi

justru dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam

keseluruhannya. Kerena manusia yang membuat tradisi maka manusia juga

yang dapat menerimanya, menolaknya, dan mengubahnya.72

Tradisi dalam kamus Antropologi sama dengan adat istiadat yakni

kebiasaan yang bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli

yang meliputi mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturan-

aturan yang saling berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem atau

peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala konsepsi sistem budaya

dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia

dalam kehidupan sosial.73

Sedangkan dalam kamus sosiologi, diartikan

sebagai kepercayaan dengan cara turun-temurun yang dapat dipelihara.74

Sedikit menyinggung teori, tokoh sosiologi, Emile Durkheim The

Division of Labor in Society, mengemukakan bahwa “solidaritas organik

suatu masyarakat perkotaan dibentuk dan dipelihara oleh keberadaan suatu

sistem nilai kebersamaan yang secara historis dibangun melalui tradisi”.75

Secara tidak disadari, sistem nilai kebersamaan itu memadu perilaku warga

masyarakat pada suatu arah tertentu yang menyatukan warga masyarakat

70

Ibid., h. 73. 71

W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai Pustaka, 1976), h. 1088. 72

Van Peursen, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Kanisius, 1976), h. 11. 73

Ariyono dan Aminuddin, Kamus Antropologi, (Jakarta : Akademika Pressindo, 1985),

h. 4. 74

Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h. 459. 75

Ahmad Fedyani Saifuddin, Catatan Refleksi Antropologi Sosial Budaya, (Jakarta:

Institut Antropologi Indonesia, 2011), cet. ke-1, h. 29.

Page 46: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

31

yang beraneka ragam. Kekuatan yang menyatukan itulah yang disebut

representasi kolektif. Representasi kolektif muncul dari interaksi sosial dan

hanya bisa dipelajari secara langsung .

Tradisi juga dapat dikatakan sebagai suatu kebiasaan yang turun-

temurun dalam sebuah masyarakat, Tradisi merupakan kesadàràn kolektif

sebuah masyarakat dengan sifatnya yang luas tradisi bisa meliputi segala

kompleks kehidupan, sehingga tidak mudah disisihkan dengan perincian yang

tepat dan pasti, terutama sulit diperlukan serupa atau mirip, karena tradisi

bukan obyek yang mati, melainkan alat yang hidup untuk melayani manusia

yang hidup.76

Seseorang individu dalam suatu masyarakat mengalami proses belajar

dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam

masyarakatnya. Nilai budaya yang menjadi pedoman tingkah laku bagi warga

masyarakat adalah warisan turun-temurun yang telah mengalami proses

penyerahan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses ini

menyebabkan nilai-nilai budaya tertentu menjadi tradisi yang biasanya terus

dipertahankan oleh masyarakat.

2. Buka Palang Pintu

Tradisi buka palang pintu adalah suatu kebiasaan turun-temurun yang

masih dipertahankan dalam masyarakat Betawi, biasanya tradisi ini dilakukan

diacara pernikahan, meskipun tidak semua masyarakat Betawi melakukan

tradisi buka palang pintu di acara pernikahannya.

Buka palang pintu adalah “salah satu bagian dari serangkaian acara

prosesi adat perkawinan Betawi, yang lebih dikenal dengan istilah Palang

Pintu”.77

Acara ini dilakukan ketika mempelai pria dengan rombongannya

datang kerumah mempelai wanita untuk duduk melaksanakan akad nikah.

Palang Pintu secara bahasa terdiri dari dua kata “palang dan pintu.

Palang dalam bahasa Betawi adalah Penghalang supaya orang lain atau

76

Rendra, Mempertimbangkan Tradisi, (Jakarta: PT Gramedia, 1984), h. 3. 77

Bachtiar, Buku Panduan Perosesi Adat Perkawinan Betawi Buke Palang Pintu,

(Jakarta: Sanggar Si Pitung Rawabelong, 2013), cet. Ke-1, h. 3.

Page 47: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

32

sesuatu tidak bisa lewat, pintu adalah pintu”.78

Jadi dapat diartikan Palang

Pintu adalah Tradisi Betawi untuk membuka penghalang orang lain untuk

masuk ke daerah tertentu dimana suatu daerah mempunyai jawara (sebagai

penghalang/palang) dan biasa dipakai pada acara perkawinan atau bebesanan.

Petasan dipasang sebagai tanda calon pengantin pria mau bersiap

berangkat. Diawali dengan upacara pemberangkatan calon pengantin laki-laki

dengan iringan pembacaan do‟a dan Sholawat Dustur, kemudian calon

pengantin laki-laki mencium tangan kepada orang tua serta keluarga,

memohon do‟a restu dan keberkahannya. Ketika pengantin mulai berjalan

dari depan pintu rumah menuju ke rumah calon pengantin perempuan diiringi

dengan rebana khas betawi yaitu rebana ketimpring.79

Pada saat calon pengantin laki-laki dan para pengiringnya sudah

mendekati tempat kediaman calon pengantin perempuan maka disambut

dengan bunyi petasan serenceng. Setelah sampai di halaman rumah mempelai

wanita, pihak laki-laki ditahan oleh beberapa orang pihak tuan rumah yang

menutup pintu masuk.80

Pihak calon pengantin laki-laki dihadang oleh tuan rumah yang juga

telah menyiapkan jawara-jawaranya yang disebut palang pintu. Maka

terjadilah dialog dengan bahasa pantun serta sedikit disisipi dengan humor.81

Di dalam acara buka palang pintu ini ada berbalas pantun, adu jago silat, dan

baca sike atau yalil.82

Pertama-tama pihak rombongan laki-laki dan pihak perempuan

bebalas pantun yang pada intinya pihak rombongan laki-laki harus mampu

membuka palang pintu atau jagoan yang sudah disiapkan pihak perempuan.

Setelah berbalas pantun, sang jawara menunjukkan jurus pukulan yang orang

betawi menyebutnya maen pukul maknanya adalah perjaka Betawi yang ingin

78

Barong Minah, “Palang Pintu”, http://senisetu.wordpress.com/about/ . Di akses pada 12

Desember 2013. 79

Bachtiar. loc. cit. 80

Cucu Sulaicha, Rachmat Ali, op. cit., h. 21. 81

Bachtiar. loc. cit. 82

Yahya Andi Saputra, S.M. Ardan, op. cit., h. 51.

Page 48: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

33

berumah tangga harus siap secara lahiriyah untuk melindungi istri dan

keluarganya semua halangan fisik.83

Setelah maen pukulan dan dimenangkan pihak laki-laki, pihak

perempuan meminta dikumandangkan sike artinya adalah solawat kepada

Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi sike yang dikumandangkan harus merdu.

Sebagai tanda bahwa calon suami tidak diragukan lagi kemampuan dan

pengetahuan agamanya atau orang Betawi menyebut bisa mengaji dan ibadah

simbol agamis bukan Islam KTP. Setelah sike dikumandangkan dan syarat-

syarat telah dipenuhi, maka rombongan calon pengantin laki-laki di

persilahkan masuk dengan diiringi rebana ketimpring.84

Adapun perlengkapan dari tradisi palang pintu antara lain berikut

penjelasannya:

a. Rebana ketimpring

Menurut H. Sueb, “Orang dulu tidak mau repot-repot. Mungkin

karena rebananya kecil, suaranya juga kecil, bunyinya pring-pring lalu di beri

nama ketimpring,”. Begitulah asal-muasal (proses) pembentukan nama

ketimpring yang mengiringi orkes rebana.85

Sebutan rebana ketimpring mungkin karena adanya tiga pasang

kerincingan, yakni semacam kecrek yang dipasang pada badannya. Badan

rebana terbuat dan kayu yang menurut istilah setempat biasa disebut

kelongkongan. Rebana ketimpring “biasanya terdiri dari tiga buah rebana

berukuran sama, dengan garis tengah kurang lebih antara 20-25 cm. Tiga

buah rebana itu ada yang disebut rebana tiga, rebana empat, dan rebana

lima”.86

Posisi Rebana Ketimpring ada di belakang pengantin, selain

mengarak pengantin, terkadang Rebana Ketimpring ikut juga berpartisipasi di

dalam pembacaan Maulid.87

b. Kembang kelape

83

Ibid., h. 57. 84

Ibid., h. 58. 85

Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI, Ragam Seni Budaya Betawi, op. cit., h. 56. 86

Muhadjir, Peta Seni Budaya Betawi, (Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 1986),

h. 40. 87

Bachtiar, op. cit., h. 13.

Page 49: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

34

Merupakan salah satu simbol benda yang banyak bermanfaat dan

serba guna. Pohon kelapa adalah salah satu pohon yang berguna dan tidak

terbuang percuma dari mulai daun, batang, hingga buahnya bisa bermanfaat

dan berguna. Sepasang kembang kelapa, “sebagai simbol dan harapan mudah-

mudahan calon pengantin seperti pohon kelapa, banyak manfaatnya berguna

bagi keluarga nusa dan bangsa. Sepasang kembang kelapa posisinya mengapit

pengantin berada di sebelah kiri dan kanan”.88

c. Petasan

Petasan bagian dari budaya Betawi yang hampir tidak bisa di

pisahkan. Petasan berfungsi sebagai alat informasi atau pengabaran kepada

tetangga. Petasan yang digunakan pada acara buka palang pintu berbentuk

renceng dengan panjang 2-4 meter serta memiliki beberapa petasan yang

berukuran seukuran gelas mug dan dinyalahkan ketika calon pengantin pria

hendak beranjak jalan dan sampai di rumah calon mempelai wanita.89

d. Sirih dare

Daun sirih sebanyak empat belas lembar (tujuh lembar di kiri dan

tujuh lembar di kanan) dilipat terbalik membentuk bungkusan kacang rebus,

ujung batangnya tidak dibuang, di tengah-tengah diberi sekuntum mawar

merah. Dimasukkan ke dalam karton berbentuk segi tiga yang dilapisi kertas

emas. Sirih dare ini diberikan sebagai persembahan penganten pria kepada

mempelai putri untuk mengajaknya duduk bersanding. Merupakan lambang

cinta kasih suami kepada istrinya. Sirih dare dibawa oleh calon pengantin

laki-laki ketika prosesi acara buka palang pintu, sirih dare dijepit oleh kedua

belah tangan si pengantin pria dengan posisi tangan seperti memberi

hormat.90

e. Pantun

Pantun digunakan di dalam acara adat perkawinan Betawi, ketika

terjadi dialog antara Juru bicara Palang Pintu tuan rumah dengan juru bicara

88

Ibid., h. 14. 89

Ibid., h. 15. 90

Ibid., h. 16.

Page 50: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

35

dari calon pengantin pria.91

Saidi dalam bukunya bejudul Profil Orang

Betawi menyebutkan “sejumlah pola pantun Betawi. Umumnya, pola pantun

Betawi mengikuti pola umum yang ada, yakni 4 baris yang terdiri atas 2 baris

sampiran dan dua baris isi”.92

Pantun salah satu bagian dari kehidupan

masyarakat Betawi. Dialog pantun dikumandangkan dengan sangat meriah

dan mengundang tawa hadirin. Isi pantun biasanya tanya jawab seputar

maksud dan tujuan pihak pria.

e. Sikeh

Sikeh adalah “satu jenis lagu atau irama yang ada di dalam ilmu

membaca Al-qur‟an, sikeh bisa juga diartikan sebagai simbol bisa mengaji

dan taat pada agama bukan hanya KTPnya saja yang Islam”. 93

Dengan bisa

mengaji, Insyaallah bisa mengajarkan keluarganya menjadi keluarga Sakinah

Mawaddah Warohmah.

f. Silat Betawi

Silat Betawi atau yang lebih dikenal dengan maen pukulan Betawi

sangat akrab dengan kehidupan orang Betawi. Pelajaran silat lebih kepada

menjaga diri dan membela diri. Di dalam acara adat perkawinan betawi

“Buka Palang Pintu sebagai simbol keberanian serta tanggung jawab di dalam

melindungi keluarganya dari gangguan-gangguan yang tidak diinginkan juga

diharapkan dengan bisa silat juga dapat bermanfaat bagi orang banyak”.94

Silat atau maen pukulan Betawi yang hidup di masyarakat sekarang

ini juga dapat dibagi dalam dua kategori yang lebih besar, yaitu “maen

pukulan Betawi yang dipakai sebagai bela diri dan maen pukulan Betawi

yang diperuntukan bagi kesenian tradisional Betawi lainnya, seperti palang

pintu dan lenong”.95

91

Ibid., h. 17. 92

Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI, Ragam Seni Budaya Betawi, op. cit., h. 13. 93

Bachtiar. loc. cit. 94

Bachtiar, op. cit., h. 19. 95

Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI, Ragam Seni Budaya Betawi, op. cit., h. 104.

Page 51: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

36

D. Penelitian Relevan

1. Dalam penelitiannya Chaerul Anwar. Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat

Betawi Pada Makan Muallim KH. M. Syafi‟i Hadzami Kampung Dukuh

Jakarta Selatan. Skripsi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2007. Metode penelitian dilakukan dengan metode

deskriptif kualitatif. Tradisi Ziarah Kubur di fokuskan pada masyarakat

Betawi, Objek ziarah kubur pada makam Muallim KH. M. Syafi‟i

Hadzami, terletak di Kampung Dukuh Jakarta Selatan. Masyarakat Betawi

adalah masyarakat yang cenderung senang berzizrah kubur, cara berziarah

kubur dilakukan secara individu atau rombongan, hal yang di baca yaitu

surat Yasiin dan Tahlil.96

2. Dalam penelitiannya Sri Murni. Orang Betawi Kampung Bojong: Usaha

Mereka Mempertahankan Identitasnya Sebagai Kelompok Etnik. Skripsi.

Jurusan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas

Indonesia. Kampung Bojong (RW 06), Kelurahan Pondok Kelapa,

Kecamatan Duren Sawit, yang termasuk dalam wilayah administratif

Jakarta Timur merupakan salah satu lokasi wilayah pengembangan Timur

Kota Jakarta. Tanah-tanah yang digunakan untuk pembangunan berasal

dari sawah-sawah dan tanah-tanah milik orang Betawi. Penyesuaian

menghadapi lingkungan yang sedang berubah ini terus berlangsung., suatu

kemajuan dalam pola pikir orang Betawi di Kampung Bojong ini adalah

pandangan mereka terhadap pendidikan tinggi bagi anak-anak mereka

kelak. Nilai-nilai budaya orang Betawi yang banyak dipengaruhi oleh

agama Islam tetap dipertahankan sebagai ciri orang Betawi selain Bahasa

Betawi. Agama Islam sekaligus pula menjadikan mereka terikat satu

dengan yang lainnya dalam sebuah keluarga besar yang bersaudara. Semua

96

Chaerul Anwar. Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat Betawi Pada Makam Muallim KH.

M. Syafi’i Hadzami Kampung Dukuh Jakarta Selatan. Skripsi. Komunikasi dan Penyiaran Islam,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007,

tidak dipublikasikan.

Page 52: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

37

ini adalah usaha Orang Betawi dalam mempertahankan indentitas mereka

sebagai kelompok etnik.97

97

Sri Murni. Orang Betawi Kampung Bojong: Usaha Mereka Mempertahankan

Identitasnya Sebagai Kelompok Etnik. Skripsi. Jurusan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik. Universitas Indonesia, Jakarta, h.v, tidak dipublikasikan.

Page 53: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan

Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan. Alasan

memilih lokasi ini karena mayoritas masyarakat yang ada di wilayah

Tanjung Barat adalah masyarakat Betawi yang masih menggunakan

palang pintu pada acara pernikahannya.

2. Waktu Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari

tahap perencanaan, persiapan penelitian yang dilanjutkan dengan

pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian, dan diakhiri

dengan laporan penelitian. Proses penelitian ini dimulai sejak bulan Juni

2014 dan berakhir pada bulan Oktober 2014. Agar penelitian ini sesuai

dengan terget yang telah ditetapkan, maka peneliti membuat jadwal

sebagai berikut :

No Kegiatan BULAN

JUN JUL AGUS SEPT OKT NOV

1 Penyusunan

2 Observasi

3 Menentukan dan

Menyusun

Instrumen

Penelitian

4 Pengumpulan

Data

5 Analisis Data

dan Pengolahan

Data

6 Penyusunan

Laporan

7 Bimbingan

Akhir Skripsi

Page 54: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

39

8 Sidang Skripsi

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiono “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Sugiyono menambahkan bahwa, sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.”1

Berdasarkan karakteristik yang telah dijelaskan, populasi dalam

penelitian ini adalah masyarakat Betawi di Kelurahan Tanjung Barat, Jakarta

Selatan. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Sugiono juga menyebutkan bahwa, purposive sampling adalah “teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.2 Dalam penelitian ini

penentuan purposive sampling dilakukan kepada 3 orang pendiri buka palang

pintu di Tanjung Barat yang dipertimbangkan berkompeten karena sudah

lama menekuni profesi sebagai palang pintu, 1 tokoh masyarakat yaitu orang

yang dituakan sekaligus ketua rw 01 dan juga orang Betawi asli, 6 orang

masyarakat Betawi yang menggunakan palang pintu pada pernikahannya,

dipilih 6 orang masyarakat Betawi sudah melalui pertimbangan untuk

membantu menguatkan data mengenai perkembangan tradisi buka palang

pintu di wilayah Tanjung Barat, dan 1 kepala pemerintah daerah setempat

yaitu Lurah Tanjung Barat.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang menggambarkan bagaimana

keadaan yang sebenarnya dari fenomena yang diteliti. Metode penelitian

berisi jenis penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian.

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),

(Bandung : ALFABETA, 2009), cet.ke-7, h. 297. 2 Ibid., h. 300.

Page 55: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

40

Menurut Lincon dan Guba, penelitian kualitatif disebut “Naturalistik

Inquiry dengan penggunaan pendekatan kualitatif dikarenakan cara

pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dalam latar atau setting

alamiah, artinya tanpa memanipulasi subjek yang diteliti”.3

Melalui pendekatan kualitatif, berusaha mengamati orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan subjek penelitian, berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang program tertentu serta

berusaha melihat fenomena di lingkungan penelitian, dan berusaha

memahami bahasa dan memberi makna terhadap rangkaian peristiwa yang

dilihat dan didengar.4

Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi realitas sosial yang bersifat

unik, kompleks, dan ganda. Artinya penelitian kualitatif merupakan

pendekatan yang tepat untuk mengungkapkan fenomena di suatu lingkungan.

Penelitian kualitatif bermakna membicarakan metodologi penelitian yang di

dalamnya mencakup pandangan-pandangan filsafati mengenai relitas dan

objek yang dikaji. Di antara metode yang digunakan dalam penelitian

kualitatif ini adalah metode deskriptif.

Menurut Bugin, “Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan,

meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas

sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penilaian, dan berupaya

menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri karakter, sifat, model,

tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu”.5

Metode deskriptif tidak hanya menggambarkan kondisi objek

penelitian, tetapi juga menganalisis, mengkualifikasi serta

menginterpretasikan berdasarkan metode, teori, dan kemampuan.

Kemampuan dan pengalaman sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian

yang menggunakan metode deskriptif.6

3Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK), (Jakarta :

FITK, 2013), h. 61. 4 Ibid., h. 62.

5 Ibid.

6 Ibid., h. 63.

Page 56: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

41

Unsur-unsur penelitian Kualitatif meliputi analisis yang terbuka

dengan fokus penelitian yang dapat berubah dan banyak perhatian terhadap

penggunaan wawancara mendalam. Sedangkan menurut Sanapiah Faishal

“Studi Kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang

penelaahannya kepada satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam,

mendetail dan komprehensif”.7

D. Prosedur Pengumpulan Data

Data merupakan sebuah hal yang sangat penting dan menjadi dasar

keabsahan atau kevalidan dan kekuatan dalam penelitian. Data merupakan

bahan yang belum diolah atau dapat disebut juga bahan mentah yang

berkaitan dengan fakta.

Sumber dan jenis-jenis data terbagi menjadi :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil

wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap

berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di

lapangan. Sumber informan berjumlah 11 orang, dalam penelitian ini

dilakukan kepada 3 orang pendiri buka palang pintu di Tanjung Barat yang

dipertimbangkan berkompeten karena sudah lama menekuni profesi

sebagai palang pintu, 1 tokoh masyarakat yaitu orang Betawi asli yang

dituakan sekaligus ketua rw 01, 6 orang masyarakat Betawi yang

menggunakan palang pintu pada pernikahannya, dipilih 6 orang

masyarakat Betawi sudah melalui pertimbangan untuk membantu

menguatkan data mengenai perkembangan tradisi buka palang pintu di

wilayah Tanjung Barat, dan 1 kepala pemerintah daerah setempat yaitu

Lurah Tanjung Barat.

2. Data sekunder

7 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,

2007), h. 22.

Page 57: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

42

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian, namun

berbeda dengan data primer, data sekunder adalah data yang diperoleh dari

data-data yang sudah ada dan sebagai data pendukung primer. Data

sekunder didapat dari berbagai sumber dan literatur seperti bahan bacaan,

bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian. Adapun data sekunder

dalam skripsi ini adalah buku monografi kelurahan Tanjung Barat untuk

mengetahui jumlah penduduk, majalah, prestasi penghargaan buka palang

pintu serta berbagai literatur yang relevan dengan objek kajian penelitian.

Kedua jenis data yang didapat yakni data primer dan data sekunder

dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data yang terencana namun

hanya berbeda dalam sumber data saja. Pengumpulan data merupakan cara

yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai dengan

rumusan masalah. Dalam pengumpulan data sangat dibutuhkan teknik

yang tepat dan relevan dengan data yang dicari.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian deskripsi

kualitatif ini adalah observasi atau pengamatan, langkah ini digunakan

demi melengkapi data dengan cara terjun langsung ke masyarakat lalu

mengamati kondisi masyarakat, mengamati prosesi buka palang pintu pada

pernikahan masyarakat Betawi di Tanjung Barat. Observasi adalah “cara

pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat

standar lain untuk keperluan meneliti”.8 Maksud dari observasi ini adalah

mencari data yang valid yang hendak diteliti di lokasi penelitian dengan

mengamati langsung ke acara pernikahan masyarakat Betawi yang

menggunakan prosesi buka palang pintu dan orang-orang yang

berkecimpung dalam prosesi buka palang pintu.

8 Pedoman Skripsi, op. cit., h. 66.

Page 58: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

43

Pengumpulan data dengan menggunakan observasi ini merupakan

langkah awal dari dua teknik pengumpulan data selanjutnya dalam

penelitian ini. Hubungan antara ketiganya diperlukan dalam proses

pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data. Karena kevalidan dan

keajegan data yang didapatkan dari lapangan sangat ditentukan oleh ketiga

teknik pengumpulan data ini.

2. Interview atau wawancara

Setelah proses observasi selesai, maka langkah selanjutnya adalah

kegiatan wawancara. Wawancara ini diperuntukan untuk menggali lebih

jauh lagi informasi, wawancara dengan 6 orang warga Betawi yang

menggunakan prosesi buka palang pintu pada pernikahannya, kepala

pemerintahan Tanjung Barat, tokoh masyarakat serta orang yang

berkecimpung dalam palang pintu yang berada pada wilayah Kelurahan

Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Menurut Deddy

Mulyana wawancara adalah “bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan

tertentu”.9

Pandangan lainnya yang sangat mendukung ialah pendapat dari M.

Nazir “yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, dengan

bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan penjawab atau

responden dengan situasi dan fenomena yang terjadi, menggunakan alat

yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”.10

Hal ini

menandakan dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang

lebih mendalam tentang narasumber dalam menginterpretasikan situasi

dan fenomena tradisi buka palang pintu yang terjadi di Tanjung Barat,

dalam hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi saja.

9 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

2004), h. 180. 10

M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), cet-3, h. 234.

Page 59: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

44

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan “sumber non manusia, sumber ini

adalah sumber yang cukup bermanfaat, sumber yang stabil dan akurat

sebagai cermin situasi atau kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis

secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan”.11

Dokumen

merupakan “catatan peristiwa yang sudah berlalu bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”.12

Dalam penelitian

ini, dokumentasi yang dilakukan berupa foto prosesi buka palang pintu di

acara pernikahan, foto rumah adat Betawi yang ada di Tanjung Barat,

buku monografi kelurahan, sertifikat juara palang pintu dan bahan bacaan

tentang palang pintu.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi intrumen atau alat penelitian

adalah peneliti sendiri. Menurut Cholid Narbuko, “peneliti kualitatif sebagai

human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

analisis data, menafsirkan dan membuat kesimpulan temuannya.”13

Dalam hal

ini peneliti sebagai human instrument dalam penelitian kualitatif bertujuan

untuk mengetahui fenomena sosial namun dalam penelitian bukan hanya

mengetahui fenomena saja tetapi pada prinsipnya penelitian adalah

melakukan pengukuran dan alat ukur dalam penelitian tersebut dinamakan

instrumen penelitian.

Penggunaan instrumen penelitian bertujuan sebagai alat bantu yang

dipilih dan digunakan dalam kegiatannya mengumpulkan data atau informasi

agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah dalam

menganalisis data hasil wawancara tersebut. Instrumen penelitian ini

menggunakan pedoman observasi dan wawancara untuk mengetahui tradisi

buka palang pintu pada pernikahan masyarakat Betawi di Tanjung Barat.

11 Pedoman skripsi, op. cit., h. 67.

12 Sugiono, op. cit., h. 329.

13 Ibid., h. 306

Page 60: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

45

Adapun kisi-kisi instrument penelitian ini yaitu :

1. Pedoman wawancara

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Wawancara Kepada Tokoh dan Masyarakat Betawi

No Indikator Sub Indikator Nomor

Butir Soal Jumlah

1. Pengetahuan

Mengetahui makna buka palang

pintu

1

1

2. Ekspektasi

a. Memberikan pandangan

mengenai tahapan prosesi

buka palang pintu di

Tanjung Barat.

b. Memberikan pendapat

tentang perkembangan

tradisi buka palang pintu di

Tanjung Barat

2, 4, 5

3

3. Pelestarian

Memberikan pendapat tentang

kesadaran memakai prosesi adat

buka palang pintu pada

pernikahan

3

1

Jumlah 5

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Wawancara Kepada Pendiri Palang Pintu

No Indikator Sub Indikator Nomor

Butir Soal Jumlah

1. Pengetahuan

a. Mengetahui makna buka

palang pintu

b. Sejarah buka palang pintu di

Tanjung Barat

c. Syarat untuk menjadi palang

pintu

d. Tahapan prosesi buka palang

pintu

e. Makna dari setiap tahapan

f. Alat dan perlengkapan yang

digunakan

1, 2, 5, 7, 8,

9

6

2. Ekspektasi

a. Cara mempertahankan

tradisi palang pintu

b. Pandangan perkembangan

tradisi palang pintu

c. Harga setiap penampilan

10, 11, 13,

14

4

Page 61: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

46

No Indikator Sub Indikator Nomor

Butir Soal Jumlah

3. Pelestarian

a. Awal menekuni profesi

palang pintu dan alasannya

b. Pelatihan palang pintu

3, 4, 6, 12

4

Jumlah 14

2. Pedoman Observasi

a. Jumlah penduduk

b. Kondisi dari segi sosial dan ekonomi masyarakat setempat

c. Kebudayaan masyarakat Tanjung Barat

d. Pernikahan Masyarakat Betawi di Tanjung Barat.

e. Tradisi Buka Palang Pintu

f. Tahap-tahap buka palang pintu

g. Syarat perlengkapan buka palang pintu.

h. Makna buka palang pintu bagi masyarakat Betawi

i. Pandangan masyarakat terhadap Tradisi Buka Palang Pintu.

j. Pelaku palang pintu.

G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitan kualitatif, pemeriksaan atau pengecekan keabsahan

data sangat berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian deskriptif

kualitatif ini tidak mempunyai ukuran yang baku dalam ukuran pemeriksaan

atau pengecekan keabsahan data. Dalam penelitian kualitatif ini ada beberapa

kriteria yang digunakan untuk melakukan pengukuran itu.

Devania Anesya menguraikan bahwa, ada empat kriteria dalam

penelitian kualitatif yang digunakan untuk mengukur keabsahan data.

Page 62: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

47

Keempat kriteria ini antara lain : “kriteria yang pertama yaitu kepercayaan

(credibility), kriteria kedua yaitu keteralihan (transferability), kriteria ke tiga

yaitu ketergantungan (dependability) dan kriteria yang terakhir yaitu

kepastian (confirmability)”.14

Credibility, dependability, dan confirmability menunjukan tingkat

kejelasan penelitian ini berdasarkan fenomena-fenomena yang ada dari

penelitian. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami

dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari

berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang

yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang

handal. Oleh karena itu diperlukan metode Trianggulasi.15

Dalam hal ini peneliti menggunakan dua metode trianggulasi, yakni

pertama Trianggulasi metode, menggunakan teknik pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Sebagaimana

dikenal, dalam penelitian kualitatif menggunakan metode dokumentasi,

wawancara, dan observasi. Trianggulasi sumber berarti, untuk mendapatkan

data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.16

Pengujian trianggulasi dengan strategi trianggulasi metode dan

triangulasi sumber dilakukan untuk mencapai keabsahan data dari penelitian

deskriptif kualitatif ini dengan credibility, transferability, confirmability.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan ketiga teknik pengumpulan data diatas

yakni studi dokumentasi, wawancara, dan observasi sebagai penguji

trianggulasi metodenya. Dengan demikian, proses ini akan menghasilkan

penelitian yang bisa di pertanggung jawabkan validitasnya. Hal ini dilakukan

agar penelitian ini menunjukkan keajegan penelitian kualitatif pada

umumnya.

14

Devania Anesya, Teknik Analisis Data,

http://frenndw.wordpress.com/2011/03/15/teknik-analisis-data/ diakses pada tanggal 2 Oktober

2014. 15

http://mudjiaraharjo.com/materi-kuliah/20.html , diakses pada tanggal 2 Oktober 2014. 16

Sugiono, op. cit., h. 373.

Page 63: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

48

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah semua data yang diinginkan diperoleh, langkah selanjutnya

menggunakan data untuk penelitian. Data kemudian ditelaah dan dianalisis,

atau lebih dikenal dengan istilah analisis data. Analisis data adalah cara

mengolah data yang telah terkumpul untuk kemudian dapat memberikan

interpretasi dan pengelolaan. Data ini digunakan untuk menjawab masalah

yang telah dirumuskan.

Analisis data bertujuan untuk menyusun data dengan cara yang

bermakna sehingga dapat dipahami dan mudah ditafsirkan. Penganalisaan

data merupakan suatu proses yang dimulai sejak pengumpulan data di

lapangan, kemudian data yang terkumpul diperiksa kembali dan

diklasifikasikan sehingga dapat diolah untuk dapat dianalisis. Data yang

dianalisis berdasarkan analisis logika induktif yakni analisis yang bergerak

dari hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal-hal yang lebih bersifat umum.

Adapun teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting serta dicari tema dan polanya. Dengan

demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya jika diperlukan. Proses reduksi data dalam penelitian ini adalah

merangkum hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi sesuai dengan

rumusan masalah, fokus penelitian dan pertanyaan penelitian.17

Selama

proses tersebut berlangsung, peneliti menentukan hal pokok untuk

disajikan. Melalui proses reduksi, maka akan memperlihatkan sebuah data

yang jelas dan terperinci.

2. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat

17

Sugiono, op. cit., h. 338.

Page 64: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

49

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart, matriks dan sejenisnya agar mudah dipahami. Bentuk yang

paling sering digunakan dalam penyajian data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif.18

Namun untuk teks naratif

tertentu ada yang dialihkan menjadi bentuk gambar, bagan, dan tabel.

Penggunaan gambar, bagan, dan tabel bisa memperkuat data deskriptif dan

mempermudah pembaca dalam memahami isi penelitian ini.19

3. Conclusion Drawing Atau Verification (Verifikasi)

Langkah ke tiga dalam penelitian kualitatif adalah penerikan

kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten selama pengumpulan data maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.20

18

Ibid., h. 341. 19

Pedoman skripsi, op. cit., h. 71. 20

Sugiono, op. cit., h. 345.

Page 65: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Letak Geografis Wilayah dan Kependudukan

Tanjung Barat merupakan sebuah kelurahan yang terletak di

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kelurahan ini memiliki kode

wilayah 31.74.09.1005 dan kode pos 12530. Sebelumnya Kelurahan

Tanjung Barat termasuk dalam wilayah Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta

Selatan. Akan tetapi ada perubahan pada tanggal 18 Desember 1990

Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1990 yang

antara lain berisi pemekaran wilayah Kecamatan Pasar Minggu menjadi

dua yaitu Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa. Peraturan

Pemerintah ini dimuat dalam Lembaran Negara No. LN 1990/87.1

Letak wilayah Tanjung Barat sangatlah strategis untuk dijadikan

pemukiman karena akses jalan termasuk mudah dilalui jalan tol, jalur KRL

dan ujung timur flyover TB. Simatupang. Pada saat ini lurah Tanjung

Barat bernama Aryan Syafari yang terpilih lewat proses lelang jabatan

Lurah dan Camat yang diprakarsai Gubernur Joko Widodo dan Wakil

Gubernur Basuki Tjahaya Purnama.

Gambar 4.1 Peta wilayah kelurahan Tanjung Barat

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Tanjung_Barat,_Jagakarsa,_Jakarta_Selatan diakses pada

tanggal 23 Oktober 2014 Pukul 14.30

Page 66: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

51

Wilayah Tanjung Barat secara geografis memiliki luas wilayah

seluas 364,64 Ha dengan jumlah penduduk pada bulan September 2014

tercatat laki-laki sebanyak 20.637 jiwa dan perempuan sebanyak 20.836

jiwa. Total keseluruhan jumlah penduduk adalah sebanyak 41.473 jiwa.2

Selain itu daerah ini secara administrasi berbatasan dengan

beberapa wilayah lainnya, antara lain :

a. Utara Kelurahan Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu garis

batas terpanjangnya adalah di Jl. Poltangan mulai dari

Gereja HKBP Poltangan lurus ke arah timur hingga Kali

Ciliwung

b. Selatan Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta

Selatan. Garis batas terpanjangnya adalah Jl. Guru

c. Barat Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, garis

batas terpanjangnya adalah kali Baru Barat, mulai dari

patung macan AMD (TB Simatupang) di utara hingga gang

Waru (Jl. Joe) di Selatan

d. Timur Kali Ciliwung. Sisi timur Kelurahan Tanjung Barat

sebenarnya berbatasan dengan 3 kelurahan yaitu Kampung

Gedong, Cijantung, Kampung Baru, 1 Kecamatan yaitu

Pasar Rebo dan 1 kota yaitu Jakarta Timur yang semuanya

berada di seberang timur kali Ciliwung

Kelurahan Tanjung Barat terdiri dari 6 RW dan 66 RT yang

meliputi cakupan wilayah sebagai berikut :

a. Utara: Poltangan, Beringin Besar, Remidi, Perikanan, Swadaya, Gunuk

Ciliwung, Kober, Nangka Utara, Lebak Sari.

b. Selatan: Rancho, TBI, Muara, Gintung, Buni, Bacang, Sonton, Kancil,

Gang Guru, Jayanti, Gang Seratus, Kampung Bulak/Jambu, Tanjung

Mas, Nangka Selatan.

2 Sumber: Dinas Kependudukan DKI Jakarta, Data statistik Kelurahan Tanjung Barat

bulan September 2014

Page 67: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

52

c. Barat: Gang Waru, Gang Langgar, Stasiun Tanjung Barat, Baung,

AMD, Stoplas, Kolong (Jalan Baru).

2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Tanjung Barat

Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Tanjung Barat semakin

meningkat dengan adanya sarana-sarana yang dimiliki seperti terdapat

sarana rumah ibadah, puskesmas, klinik, apotik, TK, SD/MI, PAUD, TPA,

Perguruan tinggi, pondok pesantren, mini market, area terbuka hijau,

sarana kebersihan serta adanya perumahan.

Berikut ini adalah beberapa paparan sarana yang dimiliki di

kelurahan Tanjung Barat antara lain :

a. Kesehatan

Dalam bidang kesehatan khususnya di Tanjung Barat terdapat

banyak praktek dokter serta bidan, pada umumnya dokter dan bidan

praktek pagi hingga malam hari, ada juga beberapa apotik dan klinik

yang melayani hingga 24 jam. Berikut ini adalah nama-nama

puskesmas, klinik dan apotik :

1. Puskesmas PGI Jl. Nangka Utara 18 RT 009/03 Telp. 021-7804115

(dekat LPMP)

2. Klinik Kirei Jl. Nangka Selatan No. 5 Telp. 021-97603103 (dekat

Gedung Telkomsel)

3. Klinik Avicenna Jl. Jalan Swadaya, Poltangan

4. Klinik & Apotik Permata Medika Jl. Tanjung Barat Lama Utara

No. 111 B, Perlintasan kereta Beringin Besar

5. Klinik Citra, Kompleks Tanjung Mas Raya Bl B-1/37 Telp. 021-

78838769

6. Klinik Gigi Agatha Jl. TB Simatupang (dekat MI Al Falah)

7. Klinik Gigi Jl. Nangka Utara (dekat LPMP)

8. Klinik & Apotik Zamzama, Jl. TB Simatupang No. 8, Putaran

Rancho, Telp. 021-7810840

9. Klinik Az Zahra Jl. Rancho Indah (dekat SD Negeri 03)

Page 68: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

53

10. Apotik Tanjung Barat Jl. Rancho Indah, Telp. 021-7813148,

Putaran Rancho

11. Apotik & Klinik Gigi Naya Farma Jl. Nangka Selatan No. 2, depan

Masjid Al Murthado

12. Apotik Generik Jl. Sonton Tanjung Barat Selatan, utara Masjid Al

Munawaroh

13. Apotik Roxy Poltangan Jl. Raya Poltangan No.31 Telp. 021-

78848245 Fax. 021-78848246

14. Toko obat di Jl. Rancho Indah, Poltangan, Tanjung Barat Selatan

(gang 100).

b. Rumah Ibadah

Ada sarana rumah ibadah yang terdapat di beberapa lokasi di

Tanjung Barat diantaranya adalah, Masjid, Mushola, dan Gereja.

Berikut ini adalah nama-nama rumah ibadah antara lain :

1. Masjid Al Arraf, Gang Delima, Poltangan

2. Masjid Baiturrahman, Jl. Swadaya, Poltangan

3. Mushala An Nurriyah, Jl. Nangka Utara (Truba Jaya)

4. Masjid As Sa'adah, Jl. Poltangan Ujung

5. Masjid Al Barokah, Lebak Sari

6. Masjid An Nur, Gg. Jayadi, Tanjung Barat Lama Utara

7. Masjid Al Murthado, Jl. Al Murthado, Nangka Selatan

8. Masjid Al Kautsar, di kompleks perumahan Tanjung Barat Indah

(TBI)

9. Masjid Nurul Hidayatushalihin, Jl. Rancho Indah/Putaran Rancho

10. Masjid Al Khairiyah, Jl. Rancho Indah Dalam/Belakang kantor

Kelurahan

11. Masjid Al Hikmah, Jl. H. Nawi, Nangka Selatan

12. Masjid Al Barkah, Jl. Moh. Minul, Bacang

13. Masjid Asy Syuhada, Jl. Tanjung Barat Selatan (Gg. Seratus)

14. Mushala Al Ji'ronah, Jl. Tanjung Barat Selatan (Gg. Seratus)

Page 69: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

54

15. Mushala Nurul Hidayah, Jl. H. Alwi, Tanjung Barat Selatan

(Kampung Bulak)

16. Masjid Al Munawaroh, Jl. Sonton, Tanjung Barat Selatan (Gg.

Seratus)

17. Masjid Nurul Huda, Jl. Masjid Nurul Huda, Nangka Selatan

18. Masjid Nurul Islam, Jl. Masjid Nurul Islam, Nangka Selatan

19. Masjid Nurul Huda, Muara (utara Tol)

20. Masjid Al Badriyah, Muara (selatan Tol)

21. Masjid Al Ikhsan, Muara (selatan Tol)

22. Masjid Aisyiah, Muara (selatan Tol)

23. Masjid Husnul Khatimah, Tanjung Mas Raya Estate

24. Masjid As Syariyah Jl. AMD VIII, Gang Baung

25. Masjid Nurul Badriyah Jl. Baung (depan)

26. Masjid Ar Rohman Jl. Raya Lenteng Agung, Gang Waru

27. Masjid Al Ajilin, Jl. Guru Muhyin

28. Mushala Al Furqon, Jl. Gintung

29. Mushala As Sufi, Jl. Gintung

30. Masjid Ibnu Sabil, Gintung Dalam

31. Gereja HKBP, Jl. Poltangan

32. Gereja Pasundan, Jl. Nangka Utara

33. Gereja Advent, Jl. Tanjung Barat Lama Utara, Remidi.

c. Pendidikan

Dalam bidang pendidikan masyarakat di Tanjung Barat dapat

dengan mudah bersekolah merasakan bangku pendidikan karena

terdapat semua tingkatan sekolah mulai dari TK hinga perguruan tinggi

swasta, antara lain :

1. Universitas Tama Jagakarsa, Jl. T.B. Simatupang No. 152, Remidi

2. Universitas Indraprasta (UNINDRA), Jl. Nangka Utara No.58C

Telp./Fax.: 7818718

Page 70: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

55

3. STIA YAPPANN Jakarta, Jl. Tanjung Barat Raya No. 1 Telp.

7806049,

4. STIAMI Jakarta, Jl. TB Simatupang, putaran Rancho

5. Pondok Pesantren Al I'tishom, Sonton

6. Pondok Pesantren Ibnu Sabil Jl. Ranco Indah Dalam No.68A Rt.

009/02

7. Politeknik Bunda Kandung, Jl. Tanjung Barat Selatan (Gg. Seratus)

8. SMA Kharismawita II, Jl. Swadaya II No. 30

9. MA Nurussa’adah, Jl. Poltangan Raya No. 25 Telp. 021-90235154

10. SMK Taman Quraniyah, Jl. Melati No. 100

11. SMK Kharismawita II, Jl. Swadaya II No. 30

12. SMK Kahuripan, Jl. Nangka Utara No. 17

13. SMP Negeri 239, Jl. TB Simatupang, Nangka Utara

14. SMP Taman Quraniyah, Jl. Melati No. 100

15. MTs Nurussa’adah, Jl. Poltangan Raya No. 25

16. SD Negeri 01, Nangka Utara

17. SD Negeri 03, Rancho Indah Dalam

18. SD Negeri 04, Muara

19. SD Negeri 05, Rancho Indah

20. SD Negeri 07, Jl. Masjid Al Murthado, Nangka Selatan

21. SD Negeri 08, Jl. Masjid Al Murthado, Nangka Selatan

22. SD Negeri 09, Swadaya 2, SD Negeri 10, Swadaya 2

23. SDS Islam Nurussaadah, Jl. Poltangan Raya No. 25

24. SDS Islam Al Falah, Jl. Nangka Selatan No. 3

25. SDS Islam Al Fakhiriyah, Jl. Rancho Indah Dalam

26. SDS Islam Taman Quraniyah, Jl. Melati No. 100

27. SDS Islam Sa'adatun Rahim, Waru

28. SDS Advent, Remidi

29. SD Teladan, Jl. Raya Lenteng Agung, Waru

30. SDIT Al Biruni, Jl. Guru Muhyin

Page 71: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

56

31. Bimbel Quin, Jl. TB Simatupang No. 47 Telp. 021-7818756,

putaran Rancho

32. Kumon, Ruko Tanjung Mas Raya B1-7 Telp. 021-78833485

33. Toko Buku Leksika, Jl. Raya Tanjung Barat No. 101 Telp. 021-

7806566 Fax. 021-7818486.

d. Tempat Olahraga/Area Terbuka Hijau

Masyarakat di Tanjung Barat dapat berolahraga yang letaknya

di Lapangan sepak bola Sukatani Jl. Nangka Utara (Poltangan Ujung),

Lapangan sepak bola di depan kantor Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan,

Fasum olahraga Tanjung Mas, Fasum olahraga Tanjung Barat Indah,

Lapangan futsal Tibi Jl. Raya Tanjung Barat Lama Utara No. 85

Beringin Besar, telp. 021-7806606, Area terbuka hijau di sekitar fasum

olahraga komplek Tanjung Mas, pemancingan Kober, pemancingan

jalan Buni, area parkir stasiun Tanjung Barat.3

Dengan seiring banyaknya sarana-sarana yang terdapat di

Tanjung Barat dapat terlihat perlahan kondisi sosial dan ekonomi

masyarakat di Tanjung Barat semakin meningkat dan terus

berkembang. Perekonomian masyarakat di Tanjung Barat relatif kelas

menengah hingga atas seperti karyawan swasta, akrtis, PNS, ABRI,

pengusaha, dan pensiunan. Namun ada juga beberapa kelas bawah

terlihat dari mata pencaharian seperti, buruh, dan pedagang.4

3. Kebudayaan dan Agama Yang di Anut Masyarakat Tanjung Barat

Budaya masyarakat di Tanjung Barat merupakan percampuran

budaya dari bebagai macam ras dan etnis yang memiliki ragam budaya

yang unik dan kaya, dikarenakan semakin banyaknya para pendatang di

wilayah Tanjung Barat. Ada berbagai macam suku-suku yang ada di

Tanjung Barat diantaranya adalah Suku Betawi, Jawa, Sunda, Minang,

3 http://id.wikipedia.org/wiki/Tanjung_Barat,_Jagakarsa,_Jakarta_Selatan diakses pada

tanggal 25 Oktober 2014 Pukul 15.30 4 Monografi Kelurahan Tanjung Barat Juli s/d Desember Tahun 2010, h. 4.

Page 72: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

57

Batak, Aceh. Tetapi pada umumnya suku di Tanjung Barat lebih dominan

adalah orang Betawi.5

Budaya Betawi di Kelurahan Tanjung barat ini masih kental dan

atmosfer Betawi memang masih mudah dijumpai. Seperti dari sisi bahasa

yang dominan digunakan adalah bahasa pergaulan sehari-hari yaitu bahasa

Betawi. Serta pada acara-acara keagamaan khususnya agama Islam seperti

pengajian, akekah, khatam Qur’an, sunatan, nuju bulan, tahlilan, santunan

anak yatim, maulid, haul, ruwah, pembacaan riwayat Nabi (Barzanji) di

acara-acara keagamaan tertentu, terlihat juga dari makanan karena aneka

makanan khas Betawi banyak di temukan di wilayah Tanjung Barat.

Jika menelusuri jalan-jalan di Tanjung Barat juga akan mudah

ditemukan rumah tradisional atau rumah adat Betawi, seperti rumah

Bapang atau rumah Kebaya (dengan ciri khas dekorasi gigi balang pada

listplangnya) serta rumah Gudang. Selain itu pada acara pernikahan juga

sering ditampilkan upacara adat Betawi seperti upacara Buka Palang Pintu.

Agama yang dianut masyarakat kelurahan Tanjung Barat adalah

mayoritas beragama muslim. Selain itu beragama Kristen, Hindu, Budha.

Meskipun ada perbedaan, masyarakat di Tanjung Barat hidup

berdampingan dengan damai dan tentram serta saling menghargai dan

menghormati antar umat beragama.

B. Pembahasan

1. Sejarah Awal Tradisi Buka Palang Pintu di Tanjung Barat

Berbicara mengenai sejarah awal tradisi buka palang pintu di

Tanjung Barat pertama harus di ketahui bahwa tradisi adalah warisan turun

temurun yang masih dipertahankan oleh masyarakat, Buka Palang Pintu

atau orang Betawi Tanjung Barat sering menyebutnya dengan palang pintu

pada intinya sama dengan daerah Betawi lainnya. Menurut Zainuddin

pendiri palang pintu mengatakan bahwa :

5 Laporan Penduduk Pendatang Baru, Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa,

Jakarta Selatan Bulan September 2014.

Page 73: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

58

“Palang pintu merupakan simbol tradisi khas Betawi turun temurun

pada acara pra akad nikah ataupun bebesanan. Prosesi tersebut

untuk membuka penghalang atau palang yang disebut jawara agar

dapat masuk ke rumah mempelai calon wanita untuk duduk

melaksanakan acara akad nikah. Makna buka palang pintu juga

sebagai penghormatan untuk calon mempelai perempuan, karena

seni budaya Betawi identik dengan agama Islam dan Rosulullah

mengajarkan kita mengangkat drajat kaum wanita, karena wanita

harus dihormati dan dihargai”.6

Sejarah awal tradisi buka palang pintu di Tanjung Barat yang

didapat hanya melalui cerita turun temurun dari sesepuh terdahulu.

Menurut Akmaluddin salah satu pendiri palang pintu yaitu, “Dahulu pada

awalnya engkong-engkong kite adalah jawara Betawi di Tanjung Barat

karena banyak yang belajar silat dan untuk menikah mereka melakukan

palang pintu secara nyata”.7 Hal ini serupa dengan pendapat Fauzan Aulia

yang mengatakan bahwa :

“Sejarahnya udah dari zaman dulu, zamannya engkong-engkong

saya bercerita, yang namanya mau nikah atau mau ngelamar harus

bisa ngalahin jawara-jawara lain pesaingnya karena di Tanjung

Barat banyak jawara-jawara yang jago silat, jika kita mau ke

tetangga sebelah atau sebrang untuk mendapatkan wanita atau

calon bininye kudu berantem dulu ngalahin pesaingnya, terus oleh

calon mertua ditanya lagi “bawa apaan kemari?, bisa apaan? nah

terus si engkong itu ngalahin lawan-lawannya yang demenin

perempuannya juga, dan juga bawa-bawaan, menunjukkan jika dia

punya duit dan bisa ngaji ke calon mertuanya”.8

Sejarah yang telah dipaparkan diatas adalah cerita yang didapat

dari generasi ke generasi bahwa masyarakat Betawi di Tanjung Barat harus

mempunyai keahlian yang pertama, harus bisa mengaji dan kedua harus

bisa bela diri (adu kekuatan ilmu silat), hal tersebut adalah persyaratan

yang harus dipenuhi untuk meminang perempuan dalam melakukan acara

pernikahan. Tradisi buka palang pintu terlihat sangat sederhana tetapi

6 Hasil wawancara dengan pendiri palang pintu, Zainuddin Pada Senin, 20 Oktober 2014

Pukul 18.30 WIB. 7 Hasil wawancara dengan pendiri palang pintu, Akmaluddin Pada Kamis, 16 Oktober

2014 Pukul 20.00 WIB. 8 Hasil wawancara dengan pendiri palang pintu, Fauzan Pada Senin, 17 Oktober 2014

Pukul 19.30 WIB.

Page 74: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

59

mempunyai makna serta dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat

Betawi.

Pada saat ini buka palang pintu di Tanjung Barat berbeda dengan

tradisi terdahulu, dahulu tradisi buka palang pintu dipandang menyulitkan

pihak pria dan sekarang hanya sebagai simbol saja, untuk pertunjukkan

seni tradisional Betawi khususnya di acara prosesi adat pernikahan,

sebagai bentuk warisan wawasan sekaligus menjadi sumber pengetahuan

guna mengenal lebih mendalam tentang keanekaragaman yang dimiliki

oleh masyarakat Betawi. Hal ini serupa dengan pendapat sesepuh dan juga

ketua RW 01, Muhammad Naseh, “dengan adanya palang pintu kita bisa

melihat dan mengenang kakek dan nenek kita dulu seperti itu ketika

berebut untuk menikahi gadis dengan cara berantem atau silat beneran

dengan menggunakan golok beneran”.9

2. Tahapan Prosesi Buka Palang Pintu Pada Acara Pernikahan

Masyarakat Betawi di Tanjung Barat

Pada acara pernikahan masyarakat Betawi di Tanjung Barat,

tahapan prosesi adat buka palang pintu juga sama dengan daerah Betawi

lainnya, seperti di Jakarta Utara, Timur, Barat, dan Pusat. Adapun

perlengkapan yang digunakan adalah rebana ketimpring, petasan, kembang

kelapa, sirih dare, seragam anggota, golok dan toya (tongkat panjang).

Akan tetapi ada beberapa perbedaan buka palang pintu yang ada di

Tanjung Barat dengan wilayah Jakarta lainnya dari sisi perlengkapan,

seperti dandang (menandakan merebut kekuasaan), sirih dare dan rebana

ketimpring sudah jarang digunakan di Tanjung Barat karena ada beberapa

alasan seperti untuk mempersingkat waktu, dan untuk iringan rebana

ketimpring sudah langka berganti menjadi marawis.

9 Hasil wawacara dengan ketua RW 01 Tanjung Barat, Muhammad Naseh Pada Rabu, 22

Oktober 2014 Pukul 20.00 WIB.

Page 75: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

60

Ada beberapa syarat atau tahapan, yang harus dipenuhi pada acara

buka palang pintu. Pada tahapan pertama pengantin laki-laki dibacakan

solawat Dustur dan solawat Marhaban yang ditujukan kepada Nabi

Muhammad sebagai perantara ke Allah, dan solawat tersebut juga diiringi

dengan rebana ketimpring, tujuan dari solawat tersebut agar selamat, dan

diberikan kelancaran dalam acara pernikahan. Sebenarnya rebana yang

digunakan adalah rebana ketimpring (rebana kecil-kecil) yang paling sah

dan asli.10

Tetapi ada juga yang memakai marawis. Serta pemasangan

petasan bertujuan untuk memeriahkan dan memberitahu bahwa calon

pengantin laki-laki akan datang ke kediaman mempelai wanita.

Gambar 4.2 Pengiringan calon pengantin laki-laki dengan anggota

marawis Palang Pintu “Dia Katah”, foto diambil bertempat di Jalan

H. Alwi Rt 04/01, Kelurahan Tanjung Barat Jakarta Selatan.

10

Hasil wawancara dengan pendiri palang pintu, Zainuddin Pada Senin, 20 Oktober 2014

Pukul 18.30 WIB.

Page 76: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

61

Gambar 4.3 Calon Pengantin laki-laki diiringi oleh jawara atau

anggota pencak silat “Dia Katah”, foto diambil bertempat di Jalan H.

Alwi Rt 04/01, Kelurahan Tanjung Barat Jakarta Selatan.

Gambar 4.4 Calon Pengantin laki-laki juga diiringi oleh ondel-

ondel dan kembang kelapa, foto diambil bertempat di Jalan Nangka

RT 03/06 Kelurahan Tanjung Barat oleh anggota Palang Pintu “Inti

Jaya”

Page 77: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

62

Kembang kelapa tersebut merupakan simbol benda yang

mempunyai makna yaitu pohon kelapa adalah salah satu pohon yang kuat

berguna mulai dari daun, batang, hinga buahnya. Hal tersebut diharapkan

calon mempelai laki-laki berguna bagi keluarga, nusa dan bangsa.

Pada tahap kedua, sesampainya calon pengantin laki-laki ke tempat

mempelai wanita, ada perwakilan yang membuka awal pembicaraan

dengan mengucapkan salam Assalammualaikum yang bermakna

mendo’akan keselamatan dan kedamaian serta bermakna jika ingin ingin

bertamu harus permisi dengan tuan rumah dan salam tersebut juga dijawab

oleh perwakilan dari pihak mempelai wanita.

Gambar 4.5 Pembacaan salam dan dialog pantun

Setelah pembacaan salam, selanjutnya pada tahapan ketiga adalah

saling melempar pantun. Pantun yang digunakan adalah pantun jenaka

dengan bahasa yang sopan dan untuk mencairkan suasana ketegangan

mempelai laki-laki sebelum akad nikah. Pantun mempunyai makna

sebagai simbol bahwa masyarakat Betawi mempunyai selera humor yang

Page 78: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

63

tinggi. Dialog Pantun yang digunakan berisi seputar maksud dan tujuan

kedatangan pihak laki-laki. Contohnya adalah :

“Sampang simping jambu mateng

Siapa disamping, itu tamu baru dateng?”

Lalu di jawab :

“Makan sekuteng di Pasar Jum’at

Pulangnya mampir ke Kramat Jati

Saya ame rombongan deteng dengan segala hormat

Mohon diterima dengan senang hati”.11

Setelah selesai dialog pantun, pada tahapan keempat adalah harus

dipenuhinya syarat membuka palang pintu dengan beradu ilmu silat

menunjukkan jurus pukulan. Silat bukan berarti untuk berkelahi melainkan

untuk bela diri. Orang Betawi di Tanjung Barat sering menyebutnya

dengan “main pukul” yang mempunyai makna agar dapat melindungi

keluarga dan anak-anaknya, membersihkan hati serta menjauhkan diri dari

kesombongan. Jurus silat yang digunakan beraneka macam karena silat

yang digunakan hanya sebagai simbol dan seni pertunjukkan saja.

Gambar 4.6 Menunjukkan jurus pukulan untuk membuka

palang pintu

11

Hasil wawancara dengan pendiri palang pintu, Zainuddin Pada Senin, 20 Oktober 2014

Pukul 18.30 WIB.

Page 79: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

64

Gambar 4.7 Menunjukkan alat yang digunakan adalah Toya

(Tongkat panjang) dan golok.

Pada saat Main pukul atau adu silat, jawara dari pihak laki-laki

harus bisa mengalahkan jawara dari pihak perempuan, dan pada

pertunjukkan tradisi ini pada akhirnya dimenangkan oleh pihak laki-laki.

Simbol silat juga melambangkan keberanian dan juga bermanfaat bagi

banyak orang. Akan tetapi ada satu syarat lagi untuk masuk yaitu :

Gambar 4.8 Pembacaan Sikeh

Page 80: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

65

Syarat atau tahapan kelima yaitu pembacaan sikeh, bahasa

Betawinya adalah pembacaan yalil tetapi untuk bahasa memperindah

bacaan Al-Qur’an disebut sikeh. Pembacaan sikeh mempunyai makna

bahwa orang Betawi selain harus bisa silat, sebagai umat Islam, umat Nabi

Muhammad harus bisa mengaji itu yang dianjurkan oleh Allah dan bukan

hanya Islam KTP saja. Setelah selesai pembacaan sikeh, pihak mempelai

laki-laki dan tamu rombongan dipersilahkan masuk untuk melakukan acara

akad nikah.

Gambar 4.9 Menunjukkan pihak laki-laki dipersilahkan

masuk oleh pihak perempuan.

3. Pandangan Tentang Tradisi Buka Palang Pintu Menurut

Masyarakat Tanjung Barat

Tradisi buka palang pintu pada acara adat pernikahan Betawi

adalah sebuah prosesi yang di dalamnya terdapat unsur kesenian dan

merupakan bentuk budaya pada masyarakat Betawi saat ini, sarat akan

kearifan lokal yang patut dilestarikan tidak hanya sebagai sarana hiburan

namun juga sebagai bahan perenungan sekaligus pendidikan, karena tradisi

buka palang pintu juga dijadikan sebagai siar agama Islam, semua yang

Page 81: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

66

terkandung didalamnya bermanfaat dan perbuatan didalamnya sunnah

berlandaskan ajaran agama Islam. Tidak ada unsur kesyirikan atau

menduakan Allah didalamnya.

Pada saat ini tradisi buka palang pintu menunjukkan kemajuan

yang baik ditinjau dari apresiasi masyarakat di wilayah Tanjung Barat

dengan menggunakan palang pintu pada acara pernikahannya, bukan

hanya masyrakat Betawi saja, menurut Akmaluddin, “dari pihak kelurahan

juga sering memanggil palang pintu untuk menyambut kedatangan tamu

pejabat dan Gubernur yang hadir di Kelurahan Tanjung Barat dan pantun

yang digunakan dalam acara palang pintu diubah untuk acara

penyambutan pejabat”.12

Hal tersebut juga diperkuat dengan pendapat Lurah Tanjung Barat

yang juga mempunyai perhatian terhadap kesenian dan tradisi budaya

Betawi, buka palang pintu, “jika dari pimpinan tingkat kecamatan serta

pimpinan lainnya datang, kita akan menyuguhkan budaya Betawi yang ada

di Tanjung Barat”.13

Dengan dipanggilnya palang pintu dalam acara pernikahan ataupun

menyambut pejabat, hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi

masyarakat Betawi. Menjadi wadah untuk memperkenalkan kepada anak

serta cucu generasi penerus, lingkungan sekitar, dan orang yang menonton

pertunjukan seni tradisi Betawi ini. Serta dapat bertambah pengetahuannya

tentang tradisi Betawi, dan bertujuan untuk memeriahkan acara juga

mempertahankan eksistensi agar budaya tradisional Betawi di Tanjung

Barat tetap terjaga kelestariannya.

Setiap acara pernikahan sebagian besar masyarakat Betawi asli di

Tanjung Barat menggunakan prosesi adat buka palang pintu di

pernikahannya. Namun ada masyarakat pendatang yang juga memakai

tradisi palang pintu karena kekentalan tradisi Betawi yang masih kuat pada

12

Hasil wawancara dengan pendiri palang pintu, Akmaluddin Pada Senin, 16 Oktober

2014 Pukul 20.00 WIB. 13

Hasil wawancara dengan Lurah, Aryan Pada Kamis, 30 Oktober 2014 Pukul 10.00

WIB.

Page 82: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

67

masyarakat Tanjung Barat dan beberapa masyarakat Betawi yang tidak

memakai dikarenakan berbagai macam faktor, dari segi biaya, ketidak

tahuan karena belum sempat diwariskan kepada generasi selanjutnya dan

mungkin juga pada zaman modern ini, masyarakat Betawi melupakan

tradisinya. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Fahdlan aditia

mengatakan bahwa:

“Beberapa Masyarakat Betawi di Tanjung Barat, masih

menggunakan kalau dia orang Betawi asli sini, tapi ada juga orang

luar suku Betawi yang menggunakan karena kekentalan adat

istiadat warga Betawi di Tanjung Barat menggunakan palang pintu.

Selain itu ada juga orang Betawi di Tanjung Barat yang tidak

memakai palang pintu karena pertama era modern, jasa palang

pintu sudah mempunyai jadwal di tempat lain, kedua ketidak

siapan halaman atau tempat untuk mengadakan palang pintu,

ketiga rata-rata faktor ekonomi”.14

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, faktor ekonomi

menjadi alasan utama bagi masyarakat Betawi di Tanjung Barat, karena

untuk memanggil pertunjukkan seni tradisi palang pintu memerlukan

biaya, dan biaya yang dikeluarkan lumayan besar. Menurut H. Diding,

pendiri palang pintu :

“Awalnya tidak mematok harga, akan tetapi, kita mempunyai

anggota yang banyak dan lumayan capek karena harus adu silat,

jatoh dan untuk menghargai pemain rebana, biasanya kita mematok

harga disetiap seni pertunjukkan 1 sampai 3 jutaan. Seni budaya

kita itu indah, seni itu mahal, kalo bukan kita masyarakat Betawi

yang menghargai budaya Betawi siapa lagi.”

Perkembangan tradisi buka palang pintu di Tanjung Barat masih

tetap ada dan masih terus berkembang karena masih terus digunakan oleh

masyarakat Betawi di Tanjung Barat. Pada awalnya, tradisi ini sudah

semakin redup, dan memunculkan kekhawatiran jika tradisi ini akan hilang

tergerus zaman modern. Maka dari itu timbulah inisiatif dan rasa

terpanggil dalam hati pendiri sanggar untuk melestarikan, dengan adanya

sanggar-sanggar yang didirikan oleh pendiri palang pintu di Tanjung

14

Hasil wawancara dengan warga Betawi Tanjung Barat, Fahdlan Aditia Pada Selasa, 21

Oktober 2014 Pukul 10.30 WIB.

Page 83: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

68

Barat. Hal tersebut semakin diperkuat dengan antusias warga yang

melestarikan dengan cara memanggil palang pintu untuk acara di

pernikahannya.

Untuk melestarikan, masyarakat Betawi juga bisa mengikuti

kegiatan sanggar yang didirikan. Tidak ada persyaratan khusus untuk

menjadi anggota palang pintu. Hanya ada kemauan yang kuat sebagai

generasi penerus untuk bisa terus belajar. Anggota terbagi menjadi pemain

silat, pembaca pantun, pembaca solawat dan sikeh serta pemain rebana.

Dengan hal tersebut tradisi budaya Betawi ini akan tetap terus ada dan

terjaga.

Pada zaman dahulu tradisi buka palang pintu dianggap

menyulitkan pihak laki-laki karena harus mengalahkan pesaing yang

menyukai wanita yang akan menjadi calon istri dengan cara adu ilmu silat

dan dilakukan secara benar dan nyata. Tradisi palang pintu pada saat ini

sudah mengalami perubahan, hanya sebagai simbol tradisi pertunjukan

khas Betawi turun temurun pada acara pra akad nikah ataupun bebesanan.

Prosesi palang pintu pada pernikahan digunakan untuk membuka

penghalang atau palang yang disebut jawara yang sudah diatur sedemikian

rupa yang selalu dimenangkan oleh pihak laki-laki agar memudahkan

pihak laki-laki dapat masuk ke rumah mempelai calon wanita untuk duduk

melaksanakan acara akad nikah. Namun perkembangan saat ini palang

pintu di Tanjung Barat selain pada acara pernikahan juga digunakan

sebagai penyambutan pejabat maupun Gubernur yang datang di Kelurahan

Tanjung Barat.

Perubahan tradisi buka palang pintu pada zaman dahulu dengan

yang ada pada saat ini diperkuat oleh teori menurut Koentjaraningrat

bahwa budaya dapat berubah, perubahan budaya adalah “perubahan-

perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan, yakni mencakup

perubahan sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem mata pencaharian,

Page 84: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

69

sistem teknologi, religi, bahasa dan kesenian”.15

Perubahan ini terjadi

akibat ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling

berbeda sehingga menghasilkan suatu keadaan yang harmonis bagi

kehidupan masyarakat, karena budaya Betawi di Tanjung Barat bersifat

adaptif. Tanpa adanya kemampuan berubah, kebudayaan tidak mampu

menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah

Hal tersebut juga diperkuat dengan pendapat ahli Antropologi dan

Arkeologi Gordon Childe dalam sebuah teori universal yang mengatakan

bahwa :

“Keinginan manusia bersifat menyeluruh. Dalam rentang waktu

yang panjang, manusia berubah menuju sistem kebudayaan yang

lebih modern, bahkan hasrat mengubah pola hidup semakin cepat

berganti-ganti. Gordon Childe menyebutnya sebagai revolusi

kebudayaan”.16

Perubahan kebudayaan juga terjadi karena seseorang individu

dalam suatu masyarakat Betawi di Tanjung Barat mengalami proses

belajar dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan agama yang

terdapat di dalam masyarakat. Setiap orang sama-sama memiliki pikiran

atau akal sehat yang merupakan dasar dari semua aktivitas-aktivitas sosial.

Nilai budaya dan agama yang menjadi pedoman tingkah laku bagi

warga masyarakat adalah warisan turun-temurun yang telah mengalami

proses interaksi sosial dan penyerahan dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Proses ini menyebabkan nilai-nilai budaya yang terdapat pada

palang pintu menjadi tradisi yang terus dipertahankan pada pernikahan

masyarakat Betawi di Tanjung Barat.

4. Nilai Edukatif Yang Dapat Diambil Dari Buka Palang Pintu

Nilai-nilai edukatif merupakan nilai-nilai yang bersifat mendidik

dan bermanfaat yang didalamnya mencakup sikap individu dalam

kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan yang berhubungan

dengan Tuhan.

15

Koentjaraningrat, op. cit., h. 165. 16

Beni Ahmad Saebani, Pengantar Antropologi, (Bandung : CV PUSTAKA SETIA,

2012), cet.ke-1, h. 201.

Page 85: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

70

Dalam acara prosesi buka palang pintu terdapat nilai-nilai edukatif

yang dijelaskan sebagai berikut :

Tradisi buka palang pintu mempunyai nilai edukatif yang pertama,

pendidikan kebudayaan, dengan adanya tradisi buka palang pintu

masyarakat dapat mengetahui, mempelajari serta menambah wawasan

tentang budaya yang ada di Jakarta khususnya pada masyarakat Betawi.

Kedua yaitu nilai pendidikan agama Islam. Nilai pendidikan agama

Islam terdapat di dalam pembacaan solawat Dustur atau solawat

Marhaban, pembacaan salam dan pembacaan sikeh. Nilai tersebut

bertujuan agar setiap individu mendekatkan diri kepada ALLAH,

diberikan keselamatan dan kelancaran dalam acara pernikahan. Selain itu,

nilai pendidikan agama juga di terapkan dalam mempelajari silat Betawi

pada palang pintu, dengan demikian setiap individu yang belajar ilmu silat

akan membentuk manusia yang berakhlak mulia, menjauhkan setiap

individu dari sifat kesombongan, memiliki etika, budi pekerti atau moral

yang baik, dan bertujuan untuk melindungi keluarga maupun masyarakat.

Nilai edukatif yang ketiga adalah pendidikan jasmani, karena di

dalam silat terdapat gerakan-gerakan yang indah dalam setiap jurusnya dan

silat termasuk cabang olah raga bela diri. Silat dapat meningkatkan sikap

individu sportif, disiplin, dan hidup sehat.

Keempat yaitu pendidikan bahasa yang terdapat di dalam pantun

pada acara prosesi buka palang pintu. Pantun bernilai bertutur kata baik

dan santun kepada semua orang, hal ini bertujuan agar setiap individu

bersikap sopan dan menghargai orang tua maupun orang lain dalam

kehidupan sosial bermasyarakat.

Page 86: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan mendapatkan bukti empiris mengenai tradisi

buka palang pintu pada pernikahan masyarakat Betawi di kelurahan Tanjung

Barat, kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Berdasarkan uraian yang telah

dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya dan dengan hasil pengumpulan data

yang dipadukan dengan tiga teknik untuk memperkuat validitas, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Tradisi buka palang pintu yang dilaksanakan sebelum akad

pernikahan, masih dipertahankan sebagian besar masyarakat Betawi

khususnya di Tanjung Barat. Pada awalnya tradisi buka palang pintu

dianggap menyulitkan pihak laki-laki namun seiring perkembangan zaman

sudah mengalami pergeseran, dan pada saat ini hanya sebagai simbol

kesenian di dalam acara adat pernikahan.

Tradisi palang pintu masih dipertahankan oleh sebagian besar

masyarakat Betawi karena di dalamnya merupakan warisan budaya yang

diturunkan oleh generasi sebelumnya, tahapan isi dalam tradisi buka palang

pintu di Tanjung Barat meliputi, pembacaan solawat dustur kepada Nabi

Muhammad, SAW yang diiringi dengan rebana dan jawara. Selanjutnya

pembacaan salam, berdialog pantun yang berisi maksud dan tujuan

kedatangan, dilanjutkan adu jurus pukulan (silat) untuk membuka palang

pintu yang pada akhirnya dimenangkan oleh pihak laki-laki dan diakhiri

dengan pembacaan sikeh. Namun ada sebagian kecil masyarakat Betawi di

Tanjung Barat tidak menggunakan prosesi buka palang pintu pada

pernikahannya dikarenakan dana yang dikeluarkan cukup besar.

Dampak positif dari tradisi ini adalah sebagai penghibur tamu

undangan dan bertujuan untuk melestarikan seni tradisi kebudayaan Betawi.

Tradisi ini mempunyai makna disetiap pertunjukannya. Makna yang paling

penting dalam buka palang pintu adalah calon suami dapat melindungi istri

Page 87: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

72

dan keluarganya dari bahaya, berguna bagi nusa dan bangsa serta sebagai

penghormatan untuk calon mempelai perempuan.

B. Saran

Dengan melihat dari pembahasan bab-bab di atas, maka diberikan saran

kepada masyarakat Betawi dan pendiri palang pintu antara lain:

1. Tradisi buka palang pintu haruslah dilestarikan, karena tradisi ini masih

terdapat pada masyarakat Betawi Tanjung Barat, demi menunjang tradisi

Betawi kepada seni kebudayaan nasional.

2. Dalam tradisi buka palang pintu hendaklah jangan berlebihan karena

dapat menghambat berjalannya proses akad disuatu perkawinan yang

akan dilangsungkan.

3. Kepada pendiri palang pintu dan masyarakat Betawi hendaklah

memberikan pemahaman kepada penerus generasi muda agar dalam

melaksanakan tradisi tidak menyimpang dari syari’at Islam.

Page 88: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

73

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991.

Anesya, Devania. Teknik Analisis Data,

http://frenndw.wordpress.com/2011/03/15/teknik-analisis-data/ diakses

pada tanggal 2 Oktober 2014.

Anwar, Chaerul. “Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat Betawi Pada Makam Muallim

KH. M. Syafi‟i Hadzami Kampung Dukuh Jakarta Selatan”, Skripsi.

Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2007. tidak

dipublikasikan.

Any, Andjar. Upacara Adat Perkawinan Lengkap. Surakarta: PT Pabelan

Surakarta, 1986.

Ariyono dan Aminuddin. Kamus Antropologi. Jakarta : Akademika Pressindo,

1985.

As‟Ad, Musifin. Perkawinan dan Masalahnya. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1993.

Bachtiar. Buku Panduan Perosesi Adat Perkawinan Betawi Buke Palang Pintu.

Jakarta: Sanggar Si Pitung Rawabelong, 2013.

Al Batawi, Zahrudin Ali. 1500 Pantun Betawi. Jakarta: Nus Printing, 2012.

Budiaman. Folklor Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan Propinsi. DKI Jakarta,

2000.

Chaer, Abdul. Folklor Betawi Kebudayaan & Kehidupan Orang Betawi. Jakarta :

Masup Jakarta, 2012.

Duvall dan Miller. Marriage and Family Development. New York: Harper & Row

Publisher, 1985.

Ensiklopedi. Jakarta Culture & Heritage (Budaya & Warisan Sejarah). Jakarta :

Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, 2005.

Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1988.

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2007.

Page 89: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

74

Fauzan, Al-„Allamah Shalih. “Bekal-Bekal Pernikahan Menurut Sunah Nabi”.

Suvenir Pernikahan Al-Akh Syafruddin dengan Al-Ukht Fany. Jakarta, 7

September 2007.

Haris, Tawalinuddin. Kota dan Masyarakat Jakarta. Jakarta: Wedatama Widya

Sastra, 2007.

Hartomo dan Arnicun Aziz. MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara,

1993.

Kementrian Agama RI. Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Perkata, Terjemah

Inggris. Bekasi: Cipta Bagus Sagara, 2012.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.

Laksmini, Gita Widya. Jakarta Batavia; esai sosio-kultural. Jakarta: Banana,

KITLV, 2007.

Minah, Barong. “Palang Pintu”, http://senisetu.wordpress.com/about/ diakses

pada tanggal 12 Desember 2013.

Monografi Kelurahan Tanjung Barat. Juli s/d Desember Tahun 2010.

Muchtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: PT Bulan

Bintang, 1987.

Mudjiaraharjo. http://mudjiaraharjo.com/materi-kuliah/20.html diakses pada

tanggal 2 Oktober 2014.

Muhadjir. Peta Seni Budaya Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta,

1986.

Muhasim. “Tradisi Kudangan Perkawinan Betawi Dalam Perspektif Hukum

Islam”, Skripsi pada Gelar Sarjana Hukum Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Jakarta : 2009. tidak dipublikasikan.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2004.

Murni, Sri. “Orang Betawi Kampung Bojong: Usaha Mereka Mempertahankan

Identitasnya Sebagai Kelompok Etnik”, Skripsi. Jurusan Antropologi.

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia, Jakarta.

Nazir, M. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988.

Page 90: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

75

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia.

Jakarta: Prenada Media, 2004.

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK).

Jakarta : FITK, 2013.

Peursen, Van. Strategi Kebudayaan. Jakarta: Kanisius, 1976.

Poerwadarminta. W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai

Pustaka, 1976.

Prakoso, Djoko. Asas-Asas Hukum Perkawinan Di Indonesia. Jakarta: Bina

Aksara Jakarta, 1987.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta

: Pusat Bahasa, 2008.

Pusat Bahasa. Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia. Bandung : PT Mizan

Pustaka, 2009.

Rahman, Abdur. Perkawinan Dalam Syariat Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta,

1992.

Rendra. Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta: PT Gramedia, 1984.

Rosyadi. Profil Budaya Betawi. Bandung: Alqaprint Jatinangor, 2006.

Saebani Ahmad Beni, Pengantar Antropologi. Bandung : CV PUSTAKA SETIA,

2012.

Saidi, Ridwan. Warisan Budaya Betawi. Jakarta: LSIP dan Pemda DKI Jakarta,

2000.

--------. Profil Orang Betawi Asal Muasal, Kebudayaan, Dan Adat Istiadatnya.

Jakarta : PT. Gunara Kata, 2001.

--------. Babad Tanah Betawi. Jakarta: PT Gria Media Prima, 2002.

--------. Ragam Budaya Betawi. Jakarta : Dinas Kebudayaan dan Permuseuman,

2002.

Saifuddin, Ahmad Fedyani. Catatan Refleksi Antropologi Sosial Budaya. Jakarta:

Institut Antropologi Indonesia, 2011.

Saputra, Yahya Andi., dan S.M. Ardan. Siklus Betawi : upacara dan adat istiadat.

Jakarta: LKB, 2000.

Page 91: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

76

Saputra, Yahya Andi., dan Nurzain. Profile Seni Budaya Betawi. Jakarta: Dinas

Pariwisata & Kebudayaan Prov. DKI Jakarta, 2009.

Soekanto. Kamus Sosiologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D). Bandung : ALFABETA, 2009.

Sulaicha, Cucu., dkk., Pengantin Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan Daerah

Khusus Ibu Kota Jakarta, 2000.

Suparlan, Parsudi. Masyarakat & Kebudayaan Perkotaan Perspektif Antropologi

Perkotaan. Jakarta: YPKIK, 2004.

Tim Peneliti Kebudayaan Betawi. Langgam Budaya Betawi. Depok: Fakultas

Ilmu Pengetahuan Budaya UI, 2011.

Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI. Ragam Seni Budaya Betawi. Jakarta:

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2012.

Wikipedia.http://id.wikipedia.org/wiki/Tanjung_Barat,_Jagakarsa,_Jakarta_Selata

n diakses pada tanggal 23 Oktober 2014.

Wiyasa, Thomas. Upacara Perkawinan Adat Sunda. Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan, 1994.

----------. Upacara Perkawinan Adat Jawa. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995.

Page 92: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

PEDOMAN OBSERVASI

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

1. Jumlah penduduk.

2. Kondisi dari segi sosial dan ekonomi masyarakat Tanjung Barat.

3. Kebudayaan masyarakat Tanjung Barat.

4. Pernikahan masyarakat Betawi di Tanjung Barat.

5. Tradisi Buka Palang Pintu.

6. Tahap-tahap buka palang pintu.

7. Syarat perlengkapan buka palang pintu.

8. Makna buka palang pintu bagi masyarakat Betawi.

9. Pandangan masyarakat terhadap tradisi buka palang pintu.

10. Pelaku palang pintu.

Page 93: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

PEDOMAN WAWANCARA

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

Nama :

Jabatan :

Jenis Kelamin :

A. Pendiri Palang Pintu

1. Makna buka palang pintu.

2. Sejarah buka palang Pintu di Tanjung Barat.

3. Sejak kapan menekuni profesi sebagai palang pintu.

4. Alasan dan tujuan profesi.

5. Syarat untuk menjadi palang pintu.

6. Pelatihan buka palang pintu.

7. Tahapan prosesi buka palang pintu.

8. Makna dari setiap tahapan prosesi buka palang pintu.

9. Alat dan perlengkapan yang digunakan.

10. Cara mempertahankan tradisi buka palang pintu.

11. Panggilan untuk mengisi acara buka palang pintu khususnya pernikahan di

Tanjung Barat.

12. Perkembangan tradisi buka palang pintu di Tanjung Barat.

13. Harga setiap penampilan buka palang pintu.

B. Lurah:

1. Sejak kapan menjabat sebagai Lurah.

2. Pandangan Lurah terhadap tradisi buka palang pintu.

3. Perhatian kelurahan terhadap tradisi buka palang pintu.

Page 94: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

C. Tokoh Masyarakat

1. Pandangan mengenai tradisi buka palang pintu pada pernikahan

masyarakat Betawi di Tanjung Barat

2. Kualitas dan harga penampilan buka palang pintu

3. Perhatian dari kelurahan setempat terhadap tradisi buka palang pintu

D. Masyarakat:

1. Makna buka palang pintu bagi masyarakat Betawi

2. Pandangan masyarakat mengenai prosesi buka palang pintu

3. Alasan memakai buka palang pintu dalam pernikahan

4. Perkembangan tradisi buka palang pintu di Tanjung Barat

Page 95: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

HASIL OBSERVASI

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

1. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk Tanjung Barat ini sebanyak 41.473 jiwa, dengan

rincian jumlah laki-laki sebanyak 20.637 jiwa, jumlah perempuan sebanyak

20.836 jiwa. Data ini berdasarkan bulan September 2014. Kelurahan Tanjung

Barat terdiri dari 6 RW dan 66 RT yang meliputi cakupan wilayah, Utara:

Poltangan, Beringin Besar, Remidi, Perikanan, Swadaya, Gunuk Ciliwung,

Kober, Nangka Utara, Lebak Sari. Selatan: Rancho, TBI, Muara, Gintung,

Buni, Bacang, Sonton, Kancil, Gang Guru, Jayanti, Gang Seratus, Kampung

Bulak/Jambu, Tanjung Mas, Nangka Selatan. Barat: Gang Waru, Gang

Langgar, Stasiun Tanjung Barat, Baung, AMD, Stoplas, Kolong (Jalan Baru).

Letak wilayah Tanjung Barat sangatlah strategis untuk dijadikan pemukiman

karena akses jalan termasuk mudah dilalui jalan tol, jalur KRL dan ujung timur

flyover TB. Simatupang.

2. Kondisi dari segi sosial dan ekonomi masyarakat Tanjung Barat

Dari segi sosial dan ekonomi masyarakat Tanjung Barat terus meningkat

dan berkembang, dilihat dari adanya sarana dan prasarana seperti adanya

sekolah dari TK hingga perguruan tinggi, tempat ibadah, adanya klinik

pengobatan kesehatan, apotik, adanya area terbuka untuk olah raga. Untuk

perekonomian, masyarakat Betawi relatif baik dari kelas atas hingga bawah,

contoh masyarakat kelas atas mempunyai pekerjaan Jendral ABRI, PNS,

Page 96: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

karyawan swasta, pengusaha, pensiunan dan aktris. Untuk masyarakat kalangan

bawah terlihat dari mata pencaharian seperti buruh, dan pedagang.

3. Kebudayaan masyarakat Tanjung Barat

Kebudayaan masyarakat Tanjung Barat sudah mengalami percampuran

dari berbagai macam ras dan etnis. Karena banyak para pendatang berbagai

macam suku seperti, suku Jawa, Sunda, Minang, Batak, Aceh. Namun

kebudayaan Betawi di wilayah Tanjung Barat masih dominan. Contohnya

bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Betawi, jika acara hajatan

disediakan makanan atau kue-kue tradisonal Betawi, rumah adat Betawi juga

masih mudah dijumpai sepanjang jalan kelurahan Tanjung Barat, pada acara

keagamaan khususnya agama Islam, masih kental dengan budaya Betawi

seperti pengajian, Akekah, khatam Qur’an, sunatan, nuju bulan, tahlilan,

santunan yatim, maulid, haul, ruwah, pembacaan Barzanji. Karena masyarakat

Tanjung Barat mayoritas beragama Islam.

4. Pernikahan masyarakat Betawi di Tanjung Barat

Pernikahan masyarakat Betawi di Tanjung Barat berdasarkan agama

Islam. Pernikahan masyarakat Betawi pada saat ini sudah tidak sepenuhnya

mengikuti adat Betawi aslinya, karena perubahan sosial ekonomi yang ada di

masyarakat. Namun ada beberapa tahapan yang masih dilakukan seperti

melamar, menentukan hari perkawinan, serahan, ngarak pengantin. Biasanya

sebelum acara akad nikah ada prosesi buka palang pintu yang masih digunakan

yang sudah menjadi tradisi masyarakat Betawi.

5. Tradisi Buka Palang Pintu

Tradisi buka palang pintu adalah prosesi adat sebelum acara akad

pernikahan dan bertujuan untuk membuka penghalang agar bisa masuk ke

tempat mempelai wanita. Tradisi ini sudah menjadi warisan turun-temurun

Page 97: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

masyarakat Betawi di Tanjung Barat karena tradisi ini merupakan simbol

kesenian yang patut dilestarikan. Acara buka palang pintu biasanya dilakukan

pada perayaan pernikahan masyarakat Betawi Tanjung Barat. Namun saat ini

tradisi palang pintu juga digunakan untuk acara penyambutan pejabat di

Kelurahan Tanjung Barat.

6. Tahap-tahap buka palang pintu

Pertama calon laki-laki sebelum berangkat ke tempat wanita dibacakan solawat

dustur yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW dengan iringan rebana,

serta dampingi oleh jawara dan simbol kembang kelapa, sesampai di tempat

mempelai wanita mengucapkan salam dan membuka dialog pantun,

menunjukkan maksud kedatangan. Setelah itu buka jurus pukulan (silat) harus

bisa mengalahkan jawara dari pihak perempuan, biasanya dimenangkan oleh

pihak laki-laki, dan terakhir pembacaan sikeh.

7. Syarat perlengkapan buka palang pintu

Baju Betawi, peci, golok, toya, kembang kelapa, dan rebana.

8. Makna buka palang pintu bagi masyarakat Betawi

Buka palang pintu mempunyai makna yang sangat besar yaitu dalam

pembacaan salam dan solawat dapat menyiarkan agama Islam dan do’a untuk

keselamatan, dalam silat menggambarkan pihak calon laki-laki harus bisa

menjaga istri, anak dan keluarganya dari bahaya, pembacaan sikeh bermakna

harus bisa menjalankan perintah agama agar menjadi keluarga sakinah

mawaddah warohmah, dan berguna bagi nusa dan bangsa.

9. Pandangan masyarakat terhadap tradisi buka palang pintu

Masyarakat Tanjung Barat khususnya masyarakat Betawi sangat antusias,

dengan adanya palang pintu kesenian Betawi akan tetap ada. Tradisi ini masih

Page 98: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

ada dan berkembang dengan pantun humor yang inovatif. Dan masyarakat

Betawi di Tanjung Barat sebagian besar menggunakan palang pintu pada acara

pernikahannya.

10. Pelaku palang pintu

Pendiri palang pintu yang di temui ada 3 orang yang pertama bapak Fauzan,

Akmaluddin, dan H. Zainuddin. Pendiri palang pintu membuat sanggar ini

bertujuan untuk melestarikan seni tradisi budaya Betawi dan mengajak serta

memperkenalkan masyarakat Betawi tentang palang pintu kepada generasi

selanjutnya.

Page 99: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

TRANSKIP WAWANCARA

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

Nama : Aryan Syafari, SE

Alamat : Perum cilengsi hijau Blok M2/18

Jabatan : Lurah Tanjung Barat

Jenis Kelamin : Laki-laki

1. P : Sejak kapan bapak menjadi Lurah di Tanjung Barat?

L : Sejak bulan Juni 2013, diperoleh secara lelang terbuka oleh bapak

Jokowi.

2. P : Bagaimana pandangan bapak mengenai tradisi buka palang

pintu?

L : Tradisi Palang pintu itu suatu kesenian daerah khususnya di Jakarta ini

dari turun temurun sudah ada. Mereka ini kan artinya mau menunjukkan

ke masyarakat bahwa seseorang kalau mau datang bertamu haru permisi

dan hormat kepada yg dikunjungi. Tradisi ini memang bagus dan patut kita

pertahankan mungkin sampai kedepan jangan sampai hilang karena dari

tradisi palang pintu ini kesenian-kesenian Betawi yang lain itu akan

muncul seperti pencak silatnya, dialog pantun dan ada rebananya. Tradisi

pembuka acara untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengundang

masyarakat banyak. Bukan hanya di acara pernikahan, hajatan sunatan,

festival, pameran suka ada yg saya liat.

3. P : Apakah masyarakat Tanjung Barat ini dominan orang Betawi?

L : Kalau sepengetahuan saya sejak 2013 menjabat di sini memang hampir

sekitar kurang lebih 70% lah masyarakat Tanjung Barat ini Betawi, ada

beberapa masyarakat pendatang yang ada di Kelurahan ini suku nya juga

Page 100: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

Betawi tapi bukan Betawi sini karena ada beberapa tempat pindahan dari

senayan, kuningan.

4. P : Apakah tradisi buka palang pintu mendapatkan perhatian dari

Kelurahan Tanjung Barat?

L : Saya sangat atensi sekali kepada masyarakat yang mempunyai

kelompok untuk pengembangan kesenian daerah khususnya Betawi di

Tanjung Barat, dan perlu saya dukung karena apa, kita ini masyarakat

yang mayoritasnya masyarakat Betawi. Meskipun kita tau sudah banyak

pendatang. Kalo bukan kita aparat terkecil tingkat kelurahan siapa lagi?

Pasti kita suguhkan untuk kesenian Betawi.

Wawacara dengan Lurah dilakukan Kamis, 30 Oktober 2014 Pukul 10.00

WIB di Kelurahan Tanjung Barat

Page 101: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

TRANSKRIP WAWANCARA

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

Nama : H. Zainuddin

Alamat : Jl. Nangka, RT 03/06 No 31, Kelurahan Tanjung Barat,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan

Jabatan : Pendiri Sanggar SOS, Pendiri Sanggar Betawi Inti Jaya,

Ketua RW 06 Tanjung Barat.

Jenis Klelamin : Laki-laki

1. P : Menurut bapak apakah ada perbedaan makna dari palang pintu

dengan buka palang pintu? apa maknanya?

Z : Sebetulnya Buka Palang pintu atau Palang Pintu sama saja hanya

istilah-istilah penyebutan saja, merupakan salah satu budaya Betawi pada

acara pra akad nikah ataupun bebesanan, dan merupakan simbol palang

pintu yang didalamnya ada pesilat, karena orang Betawi dahulu zaman

nenek moyang kita harus bisa main pukul (silat), dan harus bisa mengaji.

Dan sekarang palang pintu hanya sebagai simbol.

2. P : Bagaimana sejarah buka palang pintu di Tanjung Barat?

Z : Dari zaman dahulu di Tanjung Barat sudah ada, Orang Betawi identik

dengan Silat dan mengaji, zaman orang tua kita bukan palang pintu

istilahnya, tapi ngarak penganten dan berebut dandang (kekuasaan) itu

dalam istilah Betawi Pinggir. Maksudnya adalah ngadu ilmu dan ngadu

kekuatan dari pihak laki-laki dengan pihak perempuan, dan masing-

masing daerah punya istilah tersendiri. Dan budaya Betawi itu identik

dengan agama yang kita anut adalah Islam karena Rosulullah mengajarkan

untuk mengangkat drajat kaum wanita. Wanita harus dihormati, jika kita

mau melamar atau menikahi seorang wanita itu harus hormati, jika kita

Page 102: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

menyebrang kampung ada jawaranya kita harus beradaptasi ngadu ilmu

untuk menunjukkan ada kemampuan main pukul. Akan tetapi untuk

sekarang palang pintu hanya sebagai simbol.

3. P : Sejak kapan bapak menekuni profesi sebagai palang pintu?

Z : Pada tahun 1986 sekitar 28 tahun.

4. P : Mengapa bapak memilih untuk menekuni profesi palang pintu?

apa tujuannya?

Z : Karena awalnya orang tua terdahulu sudah tidak ada, dikhawatirkan

Seni Tradisi Betawi ini meredup jika kita tidak terjun langsung

didalamnya, maka saya terpanggil dan termotifasi dalam diri saya untuk

melestarikan seni Budaya Betawi. Dan juga sebagai siar agama Islam.

Karena pengantin laki-laki pada saat mau berangkat di bacakan solawat

dustur, di adzanin, serta dikomatin, karena orang Betawi identik dengan

ngaji dan silat.

5. P : Apakah ada syarat untuk menjadi anggota palang pintu?

Z : Syarat menjadi anggota palang pintu tidak terlalu penting, kalau kita

orang Betawi ada keinginan untuk melestarikan seni budaya kita sendiri

tanpa persyaratan. Adapun pertama ada kemauan dari dalam diri dengan

motifasi diri dengan tujuannya untuk melestarikan seni budaya kita,

dengan cara belajar silat buka jurus, belajar pantun, dan latihan rebana.

6. P : Apakah ada pelatihan untuk buka palang pintu? kapan dan

bagaimana pelatihannya?

Z : Pada awalnya latihan kosidah, dulu ada juga latihan khususnya rutin

setiap malam sabtu seperti latihan rebana, untuk latihan silat, anak yang

bermain silat punya perguruan masing-masing bisa digabungkan dan silat

yang digunakan bebas untuk buka jurus apa saja karena yang ditonjolkan

di palang pintu adalah seni tidak harus berantem, hanya sekedarnya

sebagai pemantes dan persyaratan saja tidak harus tuntas. Akan tetapi

untuk sekarang karena sudah punya jam terbang dimana-mana, sudah hafal

jadi tidak latihan lagi. Jika ada panggilan job untuk diminta palang pintu,

kita berkordinasi dan buat dialog pantun palang pintu.

Page 103: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

7. P : Bagaimana Tahapan prosesi buka palang pintu?

Z : Pada saat pengantin laki-laki berangkat ke tempat kediaman

perempuan sebelumnya dibacakan solawat dustur, pembacaan solawat

marhaban yang diiringi rebana Betawi yaitu rebana ketimpring karena

yang paling sah dan asli adalah rebana ketimpring (rebana kecil-kecil).

Setelah diarak selanjutnya ada pedialog yang mewakili calon mempelai

laki-laki dengan membuka salam (assalamualaikum), dari pihak

perempuan membalas salam (sampang simping jambu mateng, siapa

disamping itu tamu baru dateng), karena masyarakat betawi ceria dan suka

humoris maka disisipkan dialog pantun jenaka, persyaratan selanjutnya

yaitu membuka palang pintu, dengan menunjukkan jurus pukulan, dan

yang terakhir adalah pembacaan sikeh. Bahasa Betawinya adalah

pembacaan yalil tetapi untuk bahasa memperindah bacaan Al-Qur’an

disebut sikeh. Setelah itu baru diluluskan masuk untuk akad nikah.

8. P : Apa makna dari setiap tahapan buka palang pintu?

Z : Makna dari pembacaan sikeh itu adalah sebagai contoh bahwa si calon

laki-laki (raja mude) harus bisa mengaji, silat didalamnya bermakna

sebagai kesiapan si calon laki-laki untuk melindungi calon istrinya dalam

gangguan rumah tangga, pantun dipalang pintu sebagai khasanah

kebudayaan seni pantun karena orang Betawi suka bercanda dan humoris.

9. P : Apakah ada syarat-syarat seperti alat atau perlengkapan untuk

buka palang pintu di pernikahan Betawi?

Z : Pertama adalah rebana ketimpring, golok, toya (tongkat panjang),

seragam untuk memperindah, lalu kembang kelapa (adalah sebagai simbol

seperti lidi, air dan daunnya semua bermanfaat), sirih dare akan tetapi di

kampung Tanjung Barat karena banyak alasan sudah jarang dipakai.

10. P : Menurut bapak, apakah masyarakat Betawi di Tanjung Barat

menggunakan adat buka palang pintu di pernikahannya?

Z : Tergantung masyarakat Betawinya, tidak semua pakai tapi masih

banyak. Akan tetapi ada masyarakat Betawi terpanggil ingin melestarikan

seni budayanya dengan cara menggunakan palang pintu dipernikahannya

Page 104: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

dan memperkenalkan ke orang lain serta anak cucu bahwa Betawi punya

seni budaya, kedua ingin suasana lebih meriah, ada juga yang tidak pakai

karena tidak ada biaya, karena seni itu indah dan seni itu mahal.

11. P : Bagaimana bapak mempertahankan tradisi buka palang pintu ini

khususnya di Tanjung Barat?

Z : Kita terus memberikan sosialisai dan mengajak kepada masyarakat

Betawi untuk melestarikan budaya Betawi. Kita juga punya sanggar

Betawi Inti Jaya dan binaan sanggar SOS.

12. P : Sudah berapa kali bapak diminta untuk membuka palang pintu

khususnya di Tanjung Barat?

Z : Waduh sudah tidak terhitung.

13. P : Bagaimana pandangan bapak mengenai perkembangan tradisi

buka palang pintu di tanjung Barat?

Z : Untuk perkembangan tradisi palang pintu ini bagus, dan masyarakat

Betawi di Tanjung Barat antusias sekali dan masyarakat Betawi hampir

rata-rata jika ingin menikahkan anakknya menggunakan palang pintu

berarti terlihat terpanggil ingin juga melestarikan budayanya.

14. P : Apakah bapak mematok harga jika diminta menjadi palang pintu

di acara pernikahan masyarakat Betawi di Tanjung Barat?

Z : Awalnya tidak, akan tetapi anak-anak butuh dana karena seni itu indah

dan itu mahal. Kalo bukan kita yang hargain seni budaya Betawi siapa lagi

dan rata mematok harga 1 juta sampai 3 juta.

Wawacara dengan responden dilakukan Senin, 20 Oktober 2014 Pukul

18.30 WIB di kediaman Bapak Zainuddin.

Page 105: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

TRANSKRIP WAWANCARA

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

Nama : Akmaluddin Hamzah

Alamat : Jl. Raya Lenteng Agung Gg 100 RT 01/02, No 12,

Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta

Selatan

Jabatan : Pendiri Palang Pintu “Abasiah” di Tanjung Barat

Jenis Klelamin : Laki-laki

1. P : Menurut bapak apakah ada perbedaan makna dari palang pintu

dengan buka palang pintu? apa maknanya?

A : Palang Pintu adalah penghalang atau disebut juga dengan jawara

sedangkan buka palang pintu adalah sebuah prosesi dimana sebagian

jawara menetap di pihak perempuan dan sebagian jawara menetap dipihak

laki-laki dan untuk membukanya pihak lelaki melempar pantun dan

perkelahian serta pada akhirnya dimenangkan oleh pihak laki-laki itu

disebut buka palang pintu.

2. P : Bagaimana sejarah buka palang pintu di Tanjung Barat?

A : Dahulu pada awalnya engkong-engkong kite adalah jawara Betawi di

Tanjung Barat karena banyak yang belajar silat dan untuk menikah mereka

melakukan palang pintu secara nyata, akan tetapi untuk sekarang ini kita

sebagai penerus, palang pintu hanya dijadikan sebagai simbolis agar dapat

melestarikan budaya Betawi.

3. P : Sejak kapan bapak menekuni profesi sebagai palang pintu?

A : Kira-kira 15 Tahun yang lalu sekitar Tahun 1999.

4. P : Mengapa bapak memilih untuk menekuni palang pintu? apa

tujuannya?

A : Pertama untuk melestarikan budaya Betawi dan Kedua untuk

menambah penghasilan karena ada nilai ekonomi.

Page 106: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

5. P : Apakah ada syarat untuk menjadi anggota buka palang pintu?

A : Ada syaratnya yang pertama mengerti budaya betawi, bisa mengaji,

setidaknya mengerti masalah agama, dan bisa bela diri.

6. P : Apakah ada pelatihan untuk buka palang pintu? kapan dan

bagaimana pelatihannya?

A : Ada, pelatihannya. Biasanya diadakan jika ada job atau dihari-hari

libur, kite lagi santai, ya kite latihan. Ada gurunya namanya bang Eka

pelatih silat bayangan Tanjung Barat, kalo pantun kita sama-sama belajar

untuk dilapangan.

7. P : Bagaimana Tahapan prosesi buka palang pintu?

A : Tahapan pertama kita mengiring pengantin laki-laki dengan rebana,

tahapan kedua kita saling mengucap salam ketika sampai di tempat pihak

perempuan, tahapan ketiga kita saling melempar pantun, tahapan keempat

kita adu silat dan dimenangkan oleh pihak laki-laki, dan terakhir

pembacaan sikeh atau solawat untuk mengiringi masuk ke dalam tempat

perempuan.

8. P : Apa makna dari setiap tahapan buka palang pintu?

A : Makna dari setiap tahapan seperti rebana yaitu ucapan-ucapan seperti

solawat, secara tidak langsung itu adalah do’a untuk mengiringi pengantin

agar sesuai rencana, mengucapkan salam untuk keselamatan, selanjutnya

pantun itu adalah bumbu agar terkesan lebih jenaka, dan untuk hiburan,

untuk bela diri pencak silatnya bermakna untuk menunjukkan dapat

melindungi calon istri, anak-anak serta keluarganya, membersihkan hati

serta menjauhkan kesombongan. Silat yang digunakan adalah Silat

Bayangan Tanjung Barat intinya adalah langkah tiga, langkah tauhid

kesempurnaan yang memiliki jantung hati yang dikupas rasa dan raga

menjadi energi yang dasyat seperti rasa Allah dan Al-Qur’an, dan terakhir

adalah pembacaan solawat atau sikeh bermakna kita sebagai umat Islam,

umat Nabi Muhammad bisa mengaji itu yang di anjurkan oleh Allah.

9. P : Apakah ada syarat-syarat seperti alat atau perlengkapan untuk

buka palang pintu di pernikahan Betawi?

Page 107: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

A : Ada seperti kostum, golok, Toya (tongkat/kayu panjang), pengeras

suara dan rebana.

10. P : Menurut bapak, apakah masyarakat Betawi di Tanjung Barat

menggunakan adat buka palang pintu di pernikahannya?

A : Iya, itu adat masyarakat Betawi di Tanjung Barat. Karena yang saya

alami dari 15 Tahun saya mendirikan buka palang pintu, pada umumnya

masyarakat Betawi di Tanjung Barat menggunakan jasa palang pintu yang

saya dirikan, mereka senang dan bangga dengan budaya Betawi.

11. P : Bagaimana bapak mempertahankan tradisi buka palang pintu ini

khususnya di Tanjung Barat?

A : Salah satunya share di akun Facebook, kita menawarkan jasa kepada

orang yang punya acara nikahan, dan kita sering latihan, tempat kita

latihan dekat dengan jalan jadi orang yang lewat menjadi tau, semua kita

lakukan demi tradisi ini tetap berjalan.

12. P : Sudah berapa kali bapak diminta untuk membuka palang pintu

khususnya di Tanjung Barat?

A : Banyak sekali, jika diperkirakan sekitar 90 kali.

13. P : Bagaimana pandangan bapak mengenai perkembangan tradisi

buka palang pintu di tanjung Barat?

A : Masih bagus dan alhamdulillah di Tahun 2014 masih tetap eksis.

Acara palang pintu ini pada khususnya untuk pernikahan akan tetapi jika

ada tamu seperti pejabat penting atau gubernur yang hadir ke wilayah kita,

acara buka palang pintu digunakan dengan pantun yang kita ubah.

14. P : Apakah bapak mematok harga jika diminta menjadi palang pintu

di acara pernikahan masyarakat Betawi di Tanjung Barat?

A : Iya, karena anggota kita banyak sekitar 10 orang termasuk yang main

rebana, silat dan pantun.

Wawacara dengan responden dilakukan bertahap Senin, 31 Maret Pukul

19.30 dan Kamis, 16 Oktober 2014 Pukul 20.00 WIB di kediaman Bapak

Akmaluddin.

Page 108: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

TRANSKRIP WAWANCARA

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

Nama : Fauzan Aulia

Alamat : Jl. Hj. Alwi, RT 004/001 No 43, Kelurahan Tanjung Barat,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan

Jabatan : Pendiri Palang Pintu “Dia Katah” di Tanjung Barat

Jenis Klelamin : Laki-laki

1. P : Menurut bapak apakah ada perbedaan makna dari palang pintu

dengan buka palang pintu? apa maknanya?

F : Kalo bedanya gak ada, itu kan cuma kata-kata orang nyebut kalo disini

disebutnya palang pintu, tapi ada juga dari mana-mana nyebutnya buka

palang pintu. Maknanya adalah sebuah prosesi budaya Betawi, mempelai

laki-laki datengin perempuan itu nandain bahwa dia tuh udah bisa

segalanya, dia jago berantem, bawa-bawaan, terus bisa solawat, bisa ngaji,

bisa pantun kalo kata saya begitu.

2. P : Bagaimana sejarah buka palang pintu di Tanjung Barat?

F : Sejarahnya udah dari zaman dulu, zamannya engkong-engkong saya

bercerita, yang namanya mau nikah atau mau ngelamar harus bisa

ngalahin jawara-jawara lain pesaingnya karena di Tanjung Barat banyak

jawara-jawara yang jago silat, jika kita mau ke tetangga sebelah atau

sebrang untuk mendapatkan wanita atau bininye kudu berantem dulu

ngalahin pesaingnya, terus ditanya lagi “elu bawa apaan kemari?, elu bisa

apaan?” nah terus si engkong itu ngalahin lawan-lawannya yang demenin

perempuannya juga, dan juga bawa-bawaan, nunjukin kalo dia punya duit

dan bisa ngaji ke calon mertuanya. Dari situ orang-orang zaman sekarang

Page 109: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

ngambil contoh dan sampai sekarang dipake tapi di setting dulu, buat

pantunnya, silatnya dan semuanya.

3. P : Sejak kapan bapak menekuni profesi sebagai palang pintu?

F : Wah ada kali 10 tahunan yang lalu.

4. P : Mengapa bapak memilih untuk menekuni palang pintu? apa

tujuannya?

F : Jadi begini, saya dari dulu kan sama orang tua saya udah turun temurun

di ajarin silat dan tidak ada paksaan untuk belajar silat dari kecil sampe

gede. Nah ampe gede kita bingung karena zaman sekarang bukan lagi

zaman berantem, kita pikirin gimana nih silat bisa dijadiin duit, terus

sekarang saya liat temen-temen kita, makin kesini bukannya demen sama

kebudayaan Betawi tapi malah demen kebudayaan luar. Orang Betawi

kaya ga mau ngaku orang Betawi, Nah akhirnya saya bikin sanggar untuk

melestarikan supaya orang pada tau kita punya budaya Betawi ini.

5. P : Apakah ada syarat untuk menjadi anggota palang pintu?

F : Oh ada, yang pertama harus ada kemauan, setelah itu latihan silat,

ajarin ngaji, baca solawat, pantun, dan main rebana dah.

6. P : Apakah ada pelatihan untuk buka palang pintu? kapan dan

bagaimana pelatihannya?

F : Ada, seminggu dua kali, latihan pantun, silat, latihan solawat, main

rebana ketimpring tapi sekarang pake marawis, setiap latihan itu kita

berbarengan, ada yang latihan solawat, ada yang main silat, ada juga

belajar pantun,.

7. P : Bagaimana tahapan prosesi buka palang pintu?

F : Awalnya gini, pengantin pria diiringi oleh rebana ketimpring tapi

karena sudah langka maka kita pake marawis, terus diiring oleh pemain

silat, pemain pantun, dan orang baca solawat jalan sampai ke mempelai

wanita, begitu nyampe pemain marawis berhenti dari pihak laki-laki

mengucap salam serta berbalas pantun, setelah itu ada syarat di tantangin

berantem adu silat, ternyata sudah bisa dikalahin oleh pihak laki-laki ada

Page 110: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

syarat lagi yaitu disuruh baca solawat atau ngaji disebut pembacaan sikeh

atau yalil, dan akhirnya di persilahkan masuk.

8. P : Apa makna dari setiap tahapan buka palang pintu?

F : Makna dari kembang kelapa yaitu orang yang bermanfaat, rebana

untuk mengiringi dan dalam main rebana sambil dibacakan solawat,

karena rata-rata orang Betawi kebanyakan orang Islam dan kalo mau

kemana-mana diharusin baca solawat, makna dari pantun adalah lucu-

lucuan, selanjutnya makna dari silat itu bahwa pihak laki-laki hebat bisa

silat dan bisa melindungin calon istrinya dan keluarganya, makna dari

solawat/sikeh/yalil ngunjukin bahwa punya agama bisa mengaji.

9. P : Apakah ada syarat-syarat seperti alat atau perlengkapan untuk

buka palang pintu di pernikahan Betawi?

F : Pertama ada anggota kira-kira 20 orang yang terdiri dari 2 orang

pedialog pantun, 6 orang pemain silat, 1 orang pembaca solawat, 2 orang

yang membawa kembang kelapa, dan sisanya pemain marawis,

perlengkapannya pake seragam untuk silat dan marawis, golok, dan jas

untuk pemain pantun.

10. P : Menurut bapak, apakah masyarakat Betawi di Tanjung Barat

menggunakan adat buka palang pintu di pernikahannya?

F : Sebagian besar masih pake, tapi kadang-kadang ada juga yang tidak

pake, karena besannya kejauhan biar simpel jadi tidak pake.

11. P : Bagaimana bapak mempertahankan tradisi buka palang pintu ini

khususnya di Tanjung Barat?

F : Latihan silat dan diberitahu bukan sekedar bela diri tapi untuk

komersil, terus pas latihan suka di shoot dan di masukkan di youtube

sosial media dan diberikan alamatnya jika berminat memakai jasa kita.

12. P : Sudah berapa kali bapak diminta untuk membuka palang pintu

khususnya di Tanjung Barat?

F : Sudah tidak terhitung dah, ribet ngitungnya.

13. P : Bagaimana pandangan bapak mengenai perkembangan tradisi

buka palang pintu di tanjung Barat?

Page 111: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

F : Makin lama makin banyak, sekitar 60% lah. Masih eksis.

14. P : Apakah bapak mematok harga jika diminta menjadi palang pintu

di acara pernikahan masyarakat Betawi di Tanjung Barat?

F : Oh iya, karena kita jatoh, terus seragam kita buat tidak cuma-cuma,

saya patok harga sekitar 3,5 juta sampai 5 juta. Tapi fleksibel kalo sama

teman kita ga patokin harga.

Wawacara dengan responden dilakukan Jum’at, 17 Oktober 2014 Pukul

18.30 WIB di kediaman Bapak Fauzan.

Page 112: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

TRANSKIP WAWANCARA

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

Nama : H. Muhammad Naseh

Alamat : Jl. Famili RT 05/01, No.41, Kelurahan Tanjung Barat,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Jabatan : Ketua RW 01 (Mantan Dewan Kelurahan), Tokoh

masyarakat, Betawi asli

Jenis Kelamin : Laki-laki

1. P : Sejak kapan bapak menjadi Ketua RW di Tanjung Barat?

N : Baru seminggu ini.

2. P : Bagaimana pandangan bapak mengenai tradisi buka palang pintu

pada acara pernikahan masyarakat Betawi di Tanjung Barat?

N : Sangat bagus membudayakan kesenian Betawi yang sudah jarang,

dengan adanya palang pintu kita bisa melihat dan mengenang kakek dan

nenek kita dulu seperti itu malah dulu ketika berebut buat nikahin gadis

berantem silat beneran dan bawa golok beneran.

3. P : Apakah masyarakat Betawi di Tanjung Barat masih

menggunakan tradisi buka palang pintu pada acara pernikahannya?

N : Masih banyak, ada juga di gedung-gedung.

4. P : Apakah kualitas palang pintu menentukan harga atas

penempilannya?

N : Iya, tapi sebenernya enggak mematok harga, cuma kita menghargai

mereka kan capek, jatoh jungkir balik main pencak silat.

5. P : Apakah tradisi buka palang pintu mendapatkan perhatian dari

Kelurahan Tanjung Barat?

Page 113: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

N : iya dapet perhatian, kerena kalo ada acara-acara dikelurahan dan

lomba-lomba terus kalo kedatangan tamu atau pejabat dari pusat atau

provinsi itu di sambut pake palang pintu Betawi kita. Kesenian kita

dilestarikan sudah jadi kebanggaan kesenian Betawi di Tanjung Barat.

Wawacara dengan responden dilakukan Rabu, 22 Oktober 2014 Pukul

20.00 WIB di kediaman Bapak H. Muhammad Naseh

Page 114: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

TRANSKRIP WAWANCARA

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

Nama : Fahdlan Aditia

Alamat : Jl. H. Alwi Rt 004/001, No. 9, Kelurahan Tanjung Barat,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Jabatan : Warga Asli Betawi Tanjung Barat

Jenis Klelamin : Laki-laki

1. P : Apa makna buka palang pintu bagi anda?

F : Makna palang pintu adalah seni budaya betawi yang turun temurun

dilaksanakan dalam acara adat pernikahan dimana para jawara atau pesilat

melakukan atraksi silat palang pintu yang bermakna menghibur para tamu

undangan dan para hajat serta bermakna siar agama yang berisikan

shalawat serta salam.

2. P : Bagaimana pandangan anda mengenai prosesi buka palang pintu

di Tanjung Barat?

F : Pandangan saya tentang palang pintu yaitu mendapat respon positif

serta tanggapan dari masyarakat yang bagus dengan adanya berbagai

sanggar di setiap wilayah terutama Tanjung Barat membuat palang pintu

semakin diminati.

3. P : Apakah anda memakai buka palang pintu di acara pernikahan?

Mengapa anda memakai buka palang pintu pada acara pernikahan?

F : Iya saya pake, karena saya masih orang Tanjung Barat dan orang

Betawi, alasannya karena masih sebuah tradisi adat Betawi di Tanjung

Barat dan kota Jakarta lainnya karena untuk menghibur dan melestarikan

palang pintu.

Page 115: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

4. P : Apakah masyarakat Betawi di Tanjung Barat memakai prosesi

buka palang pintu di pernikahannya?

F : Masih menggunakan kalo dia orang Betawi tapi ada juga orang luar

Betawi yang menggunakan karena kekentalan adat istiadatnya warga

Betawi di Tanjung Barat menggunakan palang pintu. Selain itu ada juga

orang Betawi di Tanjung Barat yang tidak memakai palang pintu karena

pertama jasa palang pintu sudah mempunyai jadwal di tempat lain, kedua

ketidaksiapan halaman atau tempat untuk mengadakan palang pintu, ketiga

bisa juga faktor ekonomi.

5. P : Menurut anda bagaimana perkembangan tradisi buka palang

pintu di Tanjung Barat?

F : Perkembangan palang pintu di Tanjung Barat masih terlihat eksis atau

ada disetiap acara pernikahan.

Wawacara dengan responden dilakukan Selasa, 21 Oktober 2014 Pukul

10.30 WIB di kediaman Ketua RT 004 Bapak Jamaluddin.

Page 116: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

TRANSKRIP WAWANCARA

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

Nama : Hairul Sakur

Alamat : Jl. H. Alwi Rt 004/001, No. 19, Kelurahan Tanjung Barat,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Jabatan : Warga Asli Betawi Tanjung Barat

Jenis Klelamin : Laki-laki

1. P : Apa makna buka palang pintu bagi anda?

H : Maknanya salah satu budaya Betawi, tujuannya memperkenalkan

budaya Betawi dalam acara pernikahan yaitu palang pintu agar masyarakat

mengenal inilah budaya Betawi.

2. P : Bagaimana pandangan anda mengenai prosesi buka palang pintu

di Tanjung Barat?

H : Biasanya ada sambut pantun diiringi marawis dan pencak silat.

3. P : Apakah anda memakai buka palang pintu di acara pernikahan?

Mengapa anda memakai buka palang pintu pada acara pernikahan?

H : Iya , salah satunya untuk memeriahkan dan memperkenalkan adat

Betawi.

4. P : Apakah masyarakat Betawi di Tanjung Barat memakai prosesi

buka palang pintu di pernikahannya?

H : Sebagian besar yang saya liat yang saya alami ada banyak yang pake

palang pintu di acara pernikahan, ada juga yang ga pake karena masalah

biaya terus juga ada yang belum tau.

5. P : Menurut anda bagaimana perkembangan tradisi buka palang

pintu di Tanjung Barat?

H : Saya rasa cukup bagus dan masih tetap ada.

Wawacara dengan responden dilakukan Kamis, Jum’at 21 Oktober 2014

Pukul 19.00 WIB di kediaman Bapak Hairul Sakur.

Page 117: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

TRANSKRIP WAWANCARA

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

Nama : Tri Mulyono

Alamat : Jl. H. Alwi Rt 004/001, No.17 C, Kelurahan Tanjung Barat,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Jabatan : Warga Pendatang asal Garut, menetap di Tanjung Barat

Jenis Klelamin : Laki-laki

1. P : Apa makna buka palang pintu bagi anda?

T : Setau saya palang pintu mungkin satu pengenalan tradisi dari nenek

moyang kita, memperkenalkan adat istiadat kepada lingkungan sekitar.

2. P : Bagaimana pandangan anda mengenai prosesi buka palang pintu

di Tanjung Barat?

T : Menurut saya bagus, tujuannya positif yaitu memperkenalkan tradisi

tradisi leluhur kita.

3. P : Apakah anda memakai buka palang pintu di acara pernikahan?

Mengapa anda memakai buka palang pintu pada acara pernikahan?

T : Iya saya pake karena istri saya orang Betawi asli Tanjung Barat.

Untuk mempersatukan perbedaan kita juga mesti menghargai satu sama

lain. Saya juga tinggal lama di Jakarta dan tidak menutup kemungkinan

anak-anak saya menggunakan tradisi ini.

4. P : Apakah masyarakat Betawi di Tanjung Barat memakai prosesi

buka palang pintu di pernikahannya?

T : Masih cukup banyak. Ada juga yang tidak memakai karena zaman

makin lama makin berubah maju dan tradisi ini mulai terkikis juga

membutuhkan dana.

Page 118: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

5. P : Menurut anda bagaimana perkembangan tradisi buka palang

pintu di Tanjung Barat?

T : Untuk sementara ini belum signifikan perkembangannya cuma sedikit

demi sedikit ada kemajuannya dan masih eksis.

Wawacara dengan responden dilakukan Selasa, 21 Oktober 2014 Pukul

20.00 WIB di kediaman Bapak Tri Mulyono.

Page 119: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

TRANSKRIP WAWANCARA

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

Nama : Ubaydillah

Alamat : Jl. Jambu 2 Rt 003/001, No. 19, Kelurahan Tanjung Barat,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Jabatan : Warga Asli Betawi Tanjung Barat

Jenis Klelamin : Laki-laki

1. P : Apa makna buka palang pintu bagi anda?

U : Maknanya sebuah prosesi adat yang sudah ada, diantaranya bagaimana

kita diajarkan orang tua kita menjadi tamu dan menyambut tamu

melakukan permisi dengan mengucapkan salam dan itupun dengan muka

ceria dan kesenangan hati. Insyaallah menjadikan keberkahan untuk kita

semua.

2. P : Bagaimana pandangan anda mengenai prosesi buka palang pintu

di Tanjung Barat?

U : Didalamnya ada pantun-pantun yang nanti akhirnya dibacakan solawat

sehingga membuat gemetar hati bagi yang mendengarnya. Ada juga silat

bermain pukul didalamnya dan pasti pihak perempuan kalah.

3. P : Apakah anda memakai buka palang pintu di acara pernikahan?

Mengapa anda memakai buka palang pintu pada acara pernikahan?

U : Ya saya pakai palang pintu, saya ingin mencoba sedikit melestarikan

budaya Betawi memang tradisi Betawi dan juga banyak makna yang

diambil di palang pintu sehingga acara itu terlihat lebih siar ramai

sehingga menambah keakraban antara kedua belah pihak antara calon laki-

laki dan calon wanita.

Page 120: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

4. P : Apakah masyarakat Betawi di Tanjung Barat memakai prosesi

buka palang pintu di pernikahannya?

U : ada yang pake ada yang tidak.

5. P : Menurut anda bagaimana perkembangan tradisi buka palang

pintu di Tanjung Barat?

U : Saya liat berkembang karena bulan lalu ada perlombaan di RW 03.

Masih eksis dan ada.

Wawacara dengan responden dilakukan Kamis, Selasa, 21 Oktober 2014

Pukul 19.00 WIB di kediaman Bapak Ubaydillah.

Page 121: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

TRANSKRIP WAWANCARA

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

Nama : Zakaria

Alamat : Jl. H. Alwi Rt 004/001, No.17 B, Kelurahan Tanjung Barat,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Jabatan : Warga asli Betawi di Tanjung Barat

Jenis Klelamin : Laki-laki

1. P : Apa makna buka palang pintu bagi anda?

Z : Maknanya mengenalkan tradisi kita pada orang yang belum tau.

Meneruskan tradisi turun temurun dan sebagai tontonan agar menghibur.

2. P : Bagaimana pandangan anda mengenai prosesi buka palang pintu

di Tanjung Barat?

Z : Menurut saya agak kurang kan hanya bagi orang yang mau aja

walaupun warga Betawi terkadang ada yang enggak pake palang pintu

juga, mungkin mereka sedikit melupakan tradisinya sendiri atau orang

tuanya tidak mengajarkan ke anaknya.

3. P : Apakah anda memakai buka palang pintu di acara pernikahan?

Mengapa anda memakai buka palang pintu pada acara pernikahan?

Z : iya memakai.

4. P : Apakah masyarakat Betawi di Tanjung Barat memakai prosesi

buka palang pintu di pernikahannya?

Z : ada, tapi ada beberapa yang tidak memakai.

5. P : Menurut anda bagaimana perkembangan tradisi buka palang

pintu di Tanjung Barat?

Z : Ada sedikit-sedikit mulai mengenal dan mulai dilestarikan.

Wawacara dengan responden dilakukan Selasa, 21 Oktober 2014 Pukul

21.10 WIB di kediaman Bapak Zakaria.

Page 122: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

TRANSKRIP WAWANCARA

TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT

BETAWI

(Studi Kasus di Tanjung Barat Jakarta Selatan)

Nama : Zakiah

Alamat : Jl. H. Alwi Rt 004/001, No. 43, Kelurahan Tanjung Barat,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Jabatan : Warga Asli Betawi Tanjung Barat

Jenis Klelamin : Perempuan

1. P : Apa makna buka palang pintu bagi anda?

Z : Maknanya adalah sebuah tradisi Betawi didalam pernikahan disitu

pihak perempuan akan dikalahkan oleh pihak laki-laki, kalo pihak

perempuan sudah dikalahkan berati sudah diterima oleh pihak perempuan.

2. P : Bagaimana pandangan anda mengenai prosesi buka palang pintu

di Tanjung Barat?

Z : Cukup maju untuk saat ini, dengan jurus silatnya yang bermacam-

macam itu sudah mulai maju.

3. P : Apakah anda memakai buka palang pintu di acara pernikahan?

Mengapa anda memakai buka palang pintu pada acara pernikahan?

Z: Iya , satu alasannya karena tradisi dan kebetulan suami saya pendiri

palang pintu, kedua untuk melestartikan budaya Betawi, serta

memperkenalkan budaya Betawi ke orang lain karena tamu di acara

pernikahan saya tidak semua orang Betawi.

4. P : Apakah masyarakat Betawi di Tanjung Barat memakai prosesi

buka palang pintu di pernikahannya?

Z : Kebanyakan pake, kira-kira 75% lah dan berarti mencirikan besannya

orang Betawi.

Page 123: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

5. P : Menurut anda bagaimana perkembangan tradisi buka palang

pintu di Tanjung Barat?

Z : Perkembangannya lumayan banyak, karena suka diadakan perlombaan

dan cukup maju.

Wawacara dengan responden dilakukan Kamis, Jum’at 17 Oktober 2014

Pukul 20.00 WIB di kediaman Ibu Zakiah.

Page 124: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Wawancara dengan Lurah Tanjung Barat

Wawancara dengan bapak H.

Muhamad Naseh (Tokoh

Masyarakat/ketua RW 01)

Wawancara dengan pendiri palang pintu

“Abasiah” Bapak Akmaluddin

Latihan marawis di kediaman bapak

Akmaluddin

Wawancara dengan pendiri palang pintu

“Inti Jaya” bapak Zainuddin

Wawancara dengan pendiri palang

pintu “dia katah” Bapak Fauzan

Page 125: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

Wawancara dengan bapak Tri Mulyono

(warga RT 04)

Wawancara dengan bapak Fahdlan

Aditia (Warga RT 04)

Wawancara dengan bapak Zakaria (warga

RT 04)

Wawancara dengan bapak Hairul

Sakur (warga RT 04)

Wawancara dengan ibu Zakiah (warga RT

04)

Wawancara dengan bapak Ubaydillah

(warga RT 03)

Page 126: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …

DOKUMENTASI FOTO

Tanjung Barat masih kental dengan budaya Betawi

Page 127: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 128: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 129: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 130: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 131: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 132: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 133: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 134: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 135: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 136: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …
Page 137: TRADISI BUKA PALANG PINTU PADA PERNIKAHAN …