tr ewing sarcoma.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1921, James Ewing menggambarkan suatu tumor tulang hemoragis-
vaskuler yang tersusun dari sel bulat, kecil tanpa disertai pembentukan osteoid yang
biasanya terjadi di bagian tengah tulang panjang atau tulang pipih. Tumor ini mulanya
diperkirakan timbul dari sel endotelial, namun bukti yang diperoleh baru-baru ini
menunjukan bahwa kemungkinan tumor ini berasal dari jaringan saraf primitif.
Tumor ganas tulang yang tidak berasal dari system hematopoetik adalah
osteosarkoma, kondrosarkoma, fibrosarkoma dan sarcoma Ewing. Sarkoma Ewing
merupakan tumor ganas terbanyak kedua setelah osteosarkoma. Tumor ini tersusun atas
sel bulat, lunak yang terjadi seringkali pada tiga dekade pertama dari kehidupan.
Kebanyakan terletak pada tulang panjang, meskipun berbagai tulang lain dapat pula
terlibat. Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, prosedur
pemeriksaan penunjang baik invasif maupun non invasif.
Sarkoma Ewing ini sangatlah ganas dengan rendahnya tingkat kesembuhan walaupun
dengan pembedahan ablatif baik disertai radiasi ataupun tidak. Namun demikian terapi
radiasi pada daerah primer dan daerah metastase yang dikombinasi dengan kemoterapi
menggunakan doxorubicine, cyclophosphamide, vincristine dan dactynomycin dilaporkan
dapat meningkatkan kelangsungan hidup penderita sekalipun dengan metastase. Memang
terapi multimodalitas diyakini akan meningkatkan proporsi long-term disease-free
survival dari kurang 15 % menjadi lebih dari 50 % pada 2 – 3 dekade belakangan ini.
1 | S a r c o m a E w i n g
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, penanganan, dan
prognosis pada Sarcoma Ewing
1.3 Tujuan
Mengetahui dan memahami etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,
penanganan, dan prognosis pada Sarcoma Ewing.
2 | S a r c o m a E w i n g
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Neoplasma
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
terus-menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan
tidak berguna bagi tubuh.
Dalam ilmu patologi anatomic, tumor identik dengan neoplasma. Sedangkan dalam
klinik istilah tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai
pembengkakan; pembengkakan ini dapat disebabkan baik oleh neoplasma, maupun oleh
radang (rubor, calor, dolor, tumor, functionlaesa yang merupakan tanda asasi radang dari
celsus) atau perdarahan, dsb. Neoplasma membentuk tonjolan,tetapi tidak semua tonjolan
disebabkan oleh neoplasma.
Neoplasma ialah penyakit pertumbuhan sel. Regenerasi epitel dan pembentukan
jaringan granulasi juga merupakan kumpulan sel yang sedang tumbuh, tetapi bukan
neoplasma karena pertumbuhannya sesuai dengan jalannya pertumbuhan normal. Seperti
diketahui sel itu mempunyai dua tugas utama yaitu bekerja dan berkembang baik.
Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma, sedangkan berkembang biak bergantung
pada aktivitas intinya. Pada sel neoplasma terjadi perubahan sifat, sehingga sebagian
besar energy digunakan untuk bekembang biak.
Sel dapat dilihat dengan mikroskop cahaya pada potongan jaringan yang telah
dipulas,atau dengan mikroskop electron pada jaringan yang dipotong sangat
tipis,pemeriksaan dengan mikroskop cahaya lebih banyak member keterangan tentang
inti,sedangkan pemeriksaan dengan mikroskop electron lebih banyak member keterangan
tentang sitoplassma.
Dengan mikroskop cahaya sel tumor akan tampak seolah-olah intinya lebih besar,
tetapi ini bukanlah disebabkan oleh bertambahnya ukuran inti melainkan oleh karena
sitoplasma jumlahnya kurang. Selain itu inti hiperkhomatik karena bertambahnya
nucleoprotein yang mengikat hematoksilin pada pemulasannya. Nukleos lebih besar jika
dibandingkan ukuran inti. Akan tampak pula gambaran mitosis pada berbagai
tingkat(prophase,metaphase,anphase,atau telophase). Bahkan pada umor yang lebih ganas
akan tampak mitosis yang abnormal yaitu mitosis multisentrik, misalnya tripolar atau
bentuk atipik lainnya.
3 | S a r c o m a E w i n g
2.2 Definisi Sarcoma
Sarcoma adalah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini berkembang
pada struktur pendukung tubuh. Ada dua jenis sarcoma, yaitu sarcoma pada tulang dan
jaringan lunak. Sarcoma dapat berkembang pada dimanapun tulang, namun dapat juga
berkembang pada jaringan lunak disekitar tulang. Sarcoma pada jaringan lunak dapat
berkembang pada otot, lemak, pembuluh darah atau dimana pun pada jaringan lunak yang
mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.
2.3 Ciri-ciri tumor ganas
1. Tumor ganas tumbuhnya infiltrasi, yaitu tumbuh bercabang-cabang menyebuk
kedalam jaringan sehat disekitarnya, menyerupai jari-jari kepiting (cancer). Maka
tumor ganas sering juga disebut kanker.
Karena itu tumor ganas biasanya sukar digerakan dari dasarnya.
Sedangkan tumor jinak tumbuhnya ekpansif, yaitu mendesak jaringan sehat
disekitarnya dan jaringan sehat yang terdesak ini membuat simpai = kapsel dari
tumor; maka dikatakan tumor jinak umumnya bersimpai atau berkapsel. Karena tidak
ada pertumbuhan infiltratif maka biasanya tumor jinak mudah digerakkan dari
dasarnya.
2. Residif (kambuh)
Setelah diangkat atau diberi pengobatan dengan penyinaran sering tumor ganas itu
tumbuh lagi. Keadaan ini disebabkan karena terdapat sel-sel tumor yang tertinggal,
yang kemudian tumbuh dan menjadi besar membentuk tumor pada tempat yang sama.
Hal ini berbeda dengan tumor jinak karena tumor jinak bersimpai, maka bila diangkat
mudah dikeluarkan seluruhnya, sehingga tidak aada jaringan yang tertinggal dan tidak
menimbulkan residif.
3. Metastasis (anaksebar)
Tumor ganas sanggup mengadakan anaksebar ditempat lain melalui peredaran darah
atau cairan getah bening. Sedangkan tumor jinak tidak mengadakan anaksebar.
4. Tumor ganas tumbuhnya cepat, maka secara klinik tumornya cepat membesar, dan
mikroskopik banyak ditemukan mitosis baik mitosis normal (bipolar), maupun mitosis
abnormal (atipik). Sebuah sel membelah menjadi dua dengan membentuk bipolar
spindle. Pada tumor ganas terjadi pembelahan yang multipel pada saat yang
bersamaan sehingga dari sebuah sel dapat etrjadi tiga atau empat anak sel.
4 | S a r c o m a E w i n g
Pembelahan yang abnormal ini akan memberikan gambaran mikroskopis mitosis yang
atipik seperti mitosis tripolar atau multipolar.
Sedangkan tumor jinak tumbuhnya lambat, sehingga tumornya tidak cepat membesar,
dan pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan gambaran mitosis yang
abnormal. Adanya gambaran mitosis sugestif tumor itu ganas.
5. Perubahan-perubahan pada inti sel
Pembelahan sel diatur oleh inti sel, yaitu nukleoprotein dalam khromatin. Oleh karena
itu untuk menentukan keganasan harus memperhatikan adanya perubahan-perubahan
pada inti sel. Inti sel tampaknya lebih besar, menyebabkan perbandingan inti terhadap
sitoplasma antara 1:1, atau 1:2. Perbandingan inti terhadap sitoplasma pada sel normal
kira-kira 1:4. Perubahan ini bukan disebabkan oleh karena ukuran inti yang bertambah
melainkan karena jumlahnya sitoplasma sel berkurang. Inti sel tumor jinak masih
menyerupai inti sel jaringan asalnya, bentuknya teratur dan uniform.
6. Anaplasi
Tumor terdiri atas 2 komponen yaitu parenchym yang terdiri atas sel-sel tumor yang
berproliferasi dan stroma yang terdiri atas jaringan ikat dan pembuluh. Stroma
mendukung parenchym dan memberi makanan melalui pembuluh darah.
Parenchym yaitu sel-sel tumor, pada keadaan ganas dengan membelah diri akan
mengalami perubahan-perubahan, sehingga mungkin tidak menyerupai sel-sel
asalnya.
Derajat morfologi sel tumor menyerupai sel-sel normal disebut diferensiasi. Bila lebih
menyerupai sel-sel normalnya disebut berdiferensiasi baik, dan bila lebih banyak
berbeda dengan sifat sel-sel normalnya disebut berdiferensiasi buruk. Kehilangan
diferensiasi disebut dediferensiasi atau anaplasi. Makin anaplastik suatu tumor, makin
ganas tumor itu. Pada anaplasi terjadi penyimpangan sifat sel-selnya, juga susunan
dan bentuknya. Pada tumor jinak sel-selnya masih menyerupai sel-sel jaringan
asalnya maka tumor jinak dikatakan berdiferensiasi baik.
7. Kehilangan polaritas
Sel-sel epitel yang normal biasanya membentuk susunan tertentu, misalnya epidermis
mempunyai susunan yang terdiri atas lapis basal, lapis spinosum, lapis granulosum
dsb. Jadi ada polaritas.
5 | S a r c o m a E w i n g
Pada tumor ganas susunan yang teratur ini akan hilang sehingga letak sel yang satu
terhadap yang lain tidak teratur lagi. Pada tumor junak tidak ditemuka “loss of
polarity”.
8. Tumor ganas jika tidak diobati akan menyebabkan meninggalnya si penderita
walaupun letaknya misalnya hanya dikaki atau tangan. Hal ini berbeda dengan tumor
jinak yang biasanya tidak menyebabkan kematian bila letaknya tidak pada alat tubuh
yang vital.
2.4 Penyebaran Tumor Ganas
Dibedakan penyebaran setempat dan penyebaran jauh atau metastasis. Penyebaran
setempat merupakan penjalaran sel-sel tumor dari tumor induk kejaringan sehat
sekitarnya. Masa sel tumor berhubungan dengan tumor induknya.
Penyebaran jauh atau metastasis merupakan pelepasan sel-sel tumor dari tumor induk
yang kemudian diangkut oleh aliran darah atau cairan getah bening ketempat jauh,
membentuk pertumbuhan baru yang disebut anaksebar. Masa tumor anaksebar tidak
berhubungan dengan massa tumor induk.
Kejadian pada penyebaran tumor ganas:
1) Adanya pelepasan sel-sel tumor yang dapat hidup autonom
2) Adanya jalan penyebaran
3) Adanya lingkungan yang memberikan kemungkinan untuk hidupnya sel-sel tumor
pada tempat yang baru.
1) Pelepasan sel-sel tumor yang dapat hidup autonom
Pada tumor ganas terjadi pelepasan sel-sel tumor dari tumor induk, karena
kohesi sel-sel tumor ganas berkurang akibat merendahnya kadar kalsium pada dinding
sel, atau karena meningginya tekanan mekanik yang disebabkan oleh bertambahnya
isi tumor akibat proliferasi sel tumor yang terus menerus.
Sel-sel tumor ini mengeluarkan enzim-enzim seperti collagenase, hyaluronidase,
mucinase yang mempengaruhi jaringan sekitarnya. Sel-sel tumor bergerak masuk
kedalam ruang-ruang antar sel atau menembus sitoplasma sel-sel otot seran lintang
membentuk pertumbuhan yang bersifat infiltratif, pada jaringan sehat sekitarnya, atau
menembus pembuluh limfe. Adanya pelepasan sel tumor dari tumor induknya tidak
6 | S a r c o m a E w i n g
cukup jelas menerangkan terbentuknya anaksebar. Pada tumor ganas sel-selnya
sanggup hidup secara autonom ditempat yang jauh dari tumor induknya karena sel
tumor ganas tidak mengandung faktor antigen, sehingga tidak dibentuk zat anti untuk
menahan invasi sel tumor.
2) Penyebaran jauh atau metastasis biasanya melalui :
a. Pembuluh darah
b. Pembuluh limfe
c. Transplantasi langsung
a) Melalui pembuluh darah
Disebut pula penyebaran secara hematogen. Cara penyebaran ini spesifik pada
sarcoma. Pembuluh vena dindingnya tipis, sehingga mudah ditembus oleh sel-
sel tumor. Sel-sel ini sebagai embolus akan diangkut oleh aliran darh vena,
kemudian dapat tersangkut pada hati atau paru-paru membentuk anaksebar.
Dapat pula sel-sel tumor yang berasal dari tumor dalam rongga perut, masuk
kedalam pembuluh limfe, kemudian melalui duktus thoracicus, akhirnya
masuk kedalam darah vena (duktus thoracicus bermuara divena jugularis
sinistra). Arteri dindingnya tebal, sukar ditrmbus oleh sel-sel tumor, sehingga
jarang penyebaran melalui cara ini.
b) Penyebaran melalui pembuluh limfe
Disebut juga sebagai penyebaran sebagai limfogen. Biasanya terjadi pada
karsinoma. Dapat juga terjadi pada sarcoma. Sel-sel tumor yang telah
menembus pemuluh limfe diangkut oleh aliran cairan getah bening sebagai
embolus, dan kemudian akan tersangkut pada kelenjar getah bening regional.
Pada tempat ini biasanya pada sinus dibawah simpai (subcapsularis) sel-sel
tumor membentuk anaksebar. Anaksebar mungkin menyebabkan
terbendungnya aliran cairan getah bening, sehingga terjadi aliran retrograd dan
dapat menimbulkan penyebaran yang retrograd.
c) Penyebaran dengan transplantasi langsung
Cara penyebaran ini terjadi pada tumor-tumor yang terletak dalam rongga-
rongga serosa seperti rongga perut dan rongga pleura. Disebut pula sebagai
“transcoelomic spread”. Sebagai contoh pada tumor ganas lambung sel-selnya
7 | S a r c o m a E w i n g
kan menembus serosa yang kemudian karena gaya berat sel tumor akan jatuh
ke dalam rongga pelvis. Bersamaan dengan fibrin sel-sel tumor akan melekat
pada serosa ovarium atau rectum membentuk anaksebar.
3) Lingkungan yang memberikan kemungkinan untuk tumbuhnya sel-sel tumor
Setelah sel-sel tumor dapat tumbuh autonom terlepas dan tersangkut pada suatu alat
tubuh, keadaan tempat baru itu harus cocok untuk pertumbuhannya. Kalau tidak maka
sel-sel tumor itu akan mati dan tidak membentuk anaksebar. Sebagai contoh embolus
tumor yang besar pada aliran darah arteri akan tersangkut pada arteriol dan sering
tidak tumbuh (membentuk anaksebar). Dinding arteriol yang tebal ini tidak cocok
untuk pertumbuhan sel-sel tumor dalam hal pembentukan anaksebar.
2.5 Definisi dan Etiologi
Ewing’s sarcoma adalah suatu tumor ganas yang tersusun atas sel bulat, kecil dimana
sel kanker dapat ditemukan pada tulang maupun jaringan lunak. Biasanya penyakit ini
menyerang tulang panjang seperti pelvis, femur, humerus, dan tulang rusuk. Ewing’s
sarcoma juga dapat bermetastasis ketempat lain seperti sumsum tulang, paru-paru, ginjal,
hati, kelenjar adrenal, dan jaringan lunak lainnya. Walaupun ewing’s sarcoma termasuk
salah satu kanker tulang, namun dapat juga terjadi pada jaringan lunak yang lebih dikenal
dengan nama ekstraosseus Ewing Sarcoma.
Walaupun Ewing’s Sarcoma jarang terjadi, namun penyakit ini dapat menimbulkan
keganasan sekunder (kambuh), terutama pada pasien yang menjalani radioterapi. Ewing
sarcoma dapat menyebar ketika sel tumor memasuki darah dan mengikuti sirkulasi darah
menuju ke bagian tubuh lain sehingga sel tumor akan membentuk tumor sekunder
(matastasis) ditempat lain. Sel tumor juga dapat menyebar melalui sistem limfatik (dalam
hal ini termasuk kelenjar limfa diseluruh tubuh). Tumor juga dapat menyebar dengan cara
pertumbuhan langsung dari tumor primer membentuk “skip metastases” (metastasis
disekitar kanker terhenti sementara, jauh dari lokasi kanker, telah ditemukan sel kanker
dengan progonosis yang buruk) walaupun hal ini jarang terjadi.
Sebenarnya, penyebab ewings sarcoma masih belum dapat dipastikan namun,
beberapa peneliti menemukan bahwa penyakit ini disebabkan karena perubahan sel
kromosom pada DNA yang akhirnya menyebabkan timbulnya penyakit ini. Ewings
8 | S a r c o m a E w i n g
sarcoma termasuk penyakit dengan kelainan genetic akibat kesalahan rekombinasi
kromosom yang dapat menyebabkan sel normal berubah menjadi sel ganas. Ewing’s
sarcoma terjadi akibat translokasi kromosom 11 dan 12, dimana gen EWS pada
kromosom 22 berpindah ke gen FLII pada kromosom 11 dan menyatu. Perpindahan ini
dinamakan translokasi 11; 22[t(11; 22)]. Translokasi ini menghasilkan potongan baru
pada DNA.
Walaupun terjadi translokasi kromosom, penyakit ini tidak diturunkan dari orang tua
kepada anaknya. Pasien yang menderita Ewing’s sarcoma tidak mendapatkan penyakit
tersebut dari orang tuanya dan tidak akan menurunkan resiko menderita kanker ini pada
anaknya. Demikian pula dengan saudara sedarah dari pasien yang menderita Ewing’s
sarcoma tidak memiliki resiko menderita Ewing’s sarcoma. EWS/FLI sebagai master
regulator. Seperti kanker lain, Ewing’s sarcoma tidak menular dan tidak dapat bepindah
ke tubuh orang lain.
Ewing;s sarcoma dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda, dengan insiden
tertinggi pada usia sekitar 10-20 tahun. Penyakit ini merupakan penyakit kedua paling
sering dari kelompok kanker tulang pada anak-anak dan remaja. Sekitar 10% anak-anak
yang menderita Ewing’s sarcoma akan menunjukkan kelainan pada gen 11 dan 12, yang
biasanya membantu dalam mendiaknosa penyakit ini. Penyakit ini jarang terjadi pada
anak di bawah umur 5 tahun dan dewasa diatas umur 30 tahun namun lebih jarang lagi
pada dewasa diatas 40 tahun.
Penyakit ini lebih banyak menyerang pria dari pada wanita dengan perbandingan 3:2.
Sekitar 250 anak-anak dan remaja di US menderita penyakit Ewing’s sarcoma setiap
tahunnya. Frekuensi Ewing’s sarcoma di AS tergantung juga pada usia pasien, dengan
rasio 0,3 kasus persatu juta anak untuk usia lebih muda dari 3 tahun dan 4,6 kasus persatu
juta anak untuk remaja usia sekitar 15-19 tahun. Penyakit ini juga lebih banyak
menyerang orang Kaukasoid dari pada orang Asia dan orang AS berkulit hitam.
9 | S a r c o m a E w i n g
2.6 Patofisiologi
Dengan mikroskop cahaya, sarcoma Ewing tampak sebagai massa difuse dari sel
tumor yang homogen. Seringkali terdapat populasi bifasik dengan sel yang besar, terang
dan kecil, gelap. Tanda vaskularisasi dan nekrosis koagulasi yang luas merupakan
gambaran yang khas. Tumor akan menginfiltrasi tulang dan membuat destruksi kecil.
Tepi tumor biasanya infiltratif dengan pola fili dan prosesus seperti jari yang kompak
disertai adanya sel basofil yang biasanya berhubungan erat dengan survival penderita
yang buruk.
Sarcoma Ewing merupakan tumor maligna dengan gambaran histologis agak uniform
terdiri atas sel kecil padat, kaya akan glikogen dengan nukleus bulat tanpa nukleoli yang
prominen atau outline sitoplasma yang jelas. Jaringan tumor secara tipikal terbagi atas
pita – pita ireguler atau lobulus oleh septum fibrosa, tapi tanpa hubungan interseluler
serabut retikulin yang merupakan gambaran limfoma maligna. Mitosis jarang didapatkan,
namun perdarahan dan area nekrosi sering terjadi.
2.7 Klasifikasi dan Stadium Ewing’s Sarcoma
Ewing’s sarcoma terbagi atas 2 kelompok yaitu ewing’s tumor pada tulang dan
ekstraosseus Ewing’s sarcoma. Ewing sarcoma pada tulang biasanya ditemukan pada
tulang lengan, kaki, dada, tubuh, punggung atau kepala. Tumor ini pada tulang ini terbagi
lagi menjadi 3 jenis, yaitu klasik ewing sarcoma (Ewing’s sarcoma), primitif
neuroektodermal tumor (PNET) dan Askin tumor (PNET pada dinding dada).
Ekstraosseus Ewing’s sarcoma adalah tumor yang tumbuh pada jaringan lunak. Tumor
jenis ini ditemukan pada tubuh, lengan, kaki, kepala dan leher.
Sel kanker menyebar kebagian tubuh lain melalui 3 cara, yaitu melalui jaringan (sel
kanker menginvasi kejaringan normal sekitar), melalui sistem kelenjar limfa (sel kanker
menginvasi ke kelenjar limfa dan menyebar melalui kelenjar limfa kebagian tubuh lain),
dan melalui darah (sel kanker menginvasi ke vena dan kapiler dan menyebar melalui
pembuluh darah kebagian tubuh lain).
Ketika sel kanker berpisah dari tumor primer dan menyebar melalui kelenjar limfa
atau pembuluh darah kebagian tubuh lain, tumor sekunder dapat timbul. Tumor sekunder
(metastase) ini merupakan tumor yang sama dengan tumor primer. Contohnya, jika sel
10 | S a r c o m a E w i n g
kanker payudara menyebar ketulang, maka sel kanker pada tulang sebenarnya adalah sel
kanker payudara. Tumor pada tulang itu adalah metastasis dari kanker payudara, bukan
kanker tulang.
Menurut lokalisasi, Ewing’s sarcoma dibagi atas 4 stadium, yaitu:
a. Stadium 1 : sel kanker ditemukan dimata, kepala dan/leher, atau dekat organ seks
(kelamin) dan kandung kemih.
b. Stadium 2 : sel kanker terletak disatu tempat (selain stadium 1), lebih kecil dari 2
inchi, dan belum menyebar kekelenjar limfa.
c. Stadium 3 : sel kanker terletak disatu tempat (selain stadium 1), lebih besar dari 2
inchi, dan telah menyebar ke kelenjar limfa di dekat sel kanker.
d. Stadium 4 : sel kanker telah menyebar dan ditemukan dilebih dari satu tempat
ketika pertama sekali penyakit ini didiagnosa.
e. Recurrent : sel kanker timbul kembali (rekuren) setelah penyakit disembuhkan.
Penyakit ini dapat timbul ditempat dimana ia pertama sekali timbul maupun
ditempat lain.
Stadium Ewing’s sarcoma yang digunakan untuk menentukan perawatan dan
memberikan indikasi mengenai kemungkinan prognosa baik atau buruk dibagi atas 5
tahap, yaitu:
1) Stadium 1A – tumor tingkat rendah (ringan) ditemukan hanya pada lapisan
keras tulang.
2) Stadium 1B – tumor tingkat rendah (ringan) ditemukan memperluas diri
disekitar jaringan lunak.
3) Stadium 2A – tumor tingkat tinggi (berat) ditemukan hanya pada lapisan
keras tulang.
4) Stadium 2B – tumor tingkat tinggi (berat) ditemukan memperluas diri
disekitar jaringan lunak.
5) Stadium 3 – tumor tingkat rendah (ringan) atau tinggi (berat) yang telah
bermetastasis.
Beberapa diagnosa banding dari Ewing’s sarcoma adalah chondrosarcoma,
osteosarcoma, osteomyelitis, lymphoma, dan eosinophilic granuloma.
11 | S a r c o m a E w i n g
2.8 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sarkoma Ewing dapat berupa manifestasi local maupun sistemik.
Manifestasi lokal meliputi : nyeri dan bengkak pada daerah femur atau pelvis, meskipun
tulang lain dapat juga terlibat. Masa tulang dan jaringan lunak didaerah sekitar tumor
sering dan bisa teraba fluktuasi dan terlihat eritema yang berasal dari perdarahan dalam
tumor. Manifestasi sistemik biasanya meliputi : lesu, lemah serta berat badan menurun
dan demam kadang terjadi serta dapat ditemukan adanya masa paru yang merupakan
metastase. Durasi dari munculnya gejala bisa diukur dalam minggu atau bulan dan
seringkali memanjang pada pasien yang mempunyai lesi primer pada aksis tulang. Tanda
dan gejala yang khas adalah nyeri, benjolan nyeri tekan, demam (38-40°c) dan
leokositosis (20.000 sampai 40.000 leukosit/mm3).
2.9 Diagnosis
Riwayat panyakit dan pemeriksaan fisik lengkap harus dilakukan pada semua pasien
yang dicurigai sebagai sarcoma Ewing. Perhatian khusus harus ditempatkan pada hal-hal
berikut ini: Keadaan umum dan status gizi penderita. Pemeriksaan Nodus limfatikus,
meliputi: jumlah, konsistensi, nyeri tekan dan distribusinya baik pada daerah servikal,
supraklavikula, axilla serta inguinal harus dicatat. Pada pemeriksaan dada, mungkin
didapatkan bukti adanya efusi pleura dan metastase paru, misal penurunan atau hilangnya
suara napas, adanya bising gesek pleura pada pemeriksaan paru-paru. Pemeriksaan perut,
adanya hepato-splenomegali, asites dan semua massa abdomen harus digambarkan
dengan jelas. Pemeriksaan daerah pelvis, bisa dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya
massa, atau daerah yang nyeri bila ditekan. Pemeriksaan ekstremitas, meliputi
pemeriksaan skeletal termasuk test ruang gerak sangat diperlukan. Pemeriksaan system
saraf menyeluruh harus dicatat dengan baik.
2.10 Pemeriksaan Penunjang
Tes dan prosedur diagnostik berikut ini harus dilakukan pada semua pasien yang dicurigai
sarcoma ewing:
1) Pemeriksaan darah:
a) Pemeriksaan darah rutin
b) Transaminase serum hepar
c) Alkali fosfatase
12 | S a r c o m a E w i n g
d) Laktat dehidrogenase
Kenaikan kadar enzim ini berhubungan dengan adannya atau berkembangnya
metastase.
2) Pemeriksaan radiologis:
a) Foto rontgen
b) CT scan: pada daerah yang dicurigai neoplasma (misal : pelvis, ekstremitas,
kepala) dan penting untuk mencatat besar dan lokasi masa dan hubungannya
dengan struktur sekitarnya dan adanya metastase pulmoner. Bila ada gejala
neurologis, CT scan kepala juga sebaiknya dilakukan.
3) Pemeriksaan invasif:
a) Biopsi dan aspirasi sumsum tulang. Aspirasi dan biopsi sample sumsum tulang
pada jarak tertentu dari tumor dilakukan untuk menyingkirkan adanya
metastase.
b) Biopsi insisi atau dengan jarum pada massa tumor sangat penting untuk
mendiagnosis Ewing’s sarcoma. Jika terdapat jaringan lunak, biopsi pada
daerah ini biasanya lebih dikemungkinkan.
2.11 Radiologis
Gambaran radiologis sarkoma Ewing: tampak lesi destruktif yang bersifat infiltratif
yang berawal di medulla; pada foto terlihat sebagai daerah-daerah radiolusen. Tumor
cepat merusak korteks dan tampak reaksi periosteal. Kadang-kadang reaksi periostealnya
tampak sebagai garis-garis yang berlapis-lapis menyerupai kulit bawang dan dikenal
sebagai onion skin appearance. Gambaran ini pernah dianggap patognomonis untuk
tuimor ini, tetapi biasa dijumpai pada lesi tulang lain. Tumor dapat meluas sampai ke
jaringan lunak dengan garis-garis osifikasi yang berjalan radier disertai dengan reaksi
periosteal tulang yang memberikan gambaran yang disebut sunray appearance.
13 | S a r c o m a E w i n g
2.12 Penatalaksanaan
Semua pasien dengan sarcoma Ewing, meskipun sudah mengalami metastase
harus diobati dengan sebaik – baiknya. Untuk keberhasilan pengobatan diperlukan
kerja sama yang erat diantara ahli bedah, kemoterapist dan radiotherapist untuk
memastikan pendekatan yang efektif guna mengendalikan lesi primer dan penyebaran
tumor. Protokol pengobatan sarcoma Ewing sekarang ini sering kali dimulai dengan 3
hingga 5 siklus kemoterapi sebelum radiasi. Pemberian radioterapi awal
dipertimbangkan pada pasien dengan kompresi vertebra dan obtruksi jalan napas yang
disebabkan oleh tumor. Pemakaian doxorubicine (adriamycine) dan dactinomycine
yang umumnya dipakai sebagai agen kemoterapi pada sarcoma Ewing, berinteraksi
dengan radiasi, dan potensial menimbulkan toksisitas lokal dan memerlukan
penghentian terapi, dengan konsekuensi negative untuk control lokal. Problem ini
dapat dikurangi dengan melambatkan radiasi untuk beberapa hari sesudah pemberian
obat dan direncanakan pengobatan radiasi secara hati-hati. Dengan terapi pembedahan
saja, long-term survival rate pasien pada kebanyakan seri awal adalah kurang dari 10
%. Kegagalan umumnya disebabkan oleh adanya metastase jauh.
A. Kemoterapi adjuvant terdiri dari :
1) Kemoterapi preoperatif
Kemoterapi inisial (3 – 5 siklus) sekarang merupakan standart pada pasien
dengan indikasi pembedahan.
2) Kemoterapipostoperatif
Kemoterapi tambahan dapat dikombinasikan dengan terapi radiasi jika reseksi
komplit tidak bisa dilakukan.
B. Terapi radiasi adjuvant
1) Radioterapi preoperatif
Karena tingginya tingkat control local dengan radiasi (sendiri dan dengan
kemoterapi), terapi ini tidak digunakan secara luas.
2) Terapi radiasi post operatif
Setelah reseksi bedah yang sesuai untuk Ewing’s sarcoma, penanganan dapat
dilanjutkan dengan terapi radiasi, hanya jika tetap ada sisa mikroskopik yang
besar dan bermakna. Penyebaran local dan metastase sarcoma Ewing. Terapi
radiasi sering digunakan untuk pengobatan metastase, khususnya setelah
kemoterapi sistemik. Radiasi paru bilateral profilaksis telah dicoba, tetapi kurang
14 | S a r c o m a E w i n g
berhasil bila dibandingkan dengan kemoterapi sistemik dalam mencegah
metastase pulmoner tumor.
2.13 Prognosis
Buruk. Mortalitas pada tahun-tahun pertama setelah diagnosis sekitar 95%. Akhir-
akhir ini dengan terapi kombinasi radioterapi, kemoterapi dan operasi, prognosis
menjadi lebih baik.
15 | S a r c o m a E w i n g
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ewing’s sarcoma adalah suatu tumor ganas primer yang jarang terjadi dimana sel
kanker dapat ditemukan pada tulang maupun jaringan lunak. Terjadi pada anak-anak
dan dewasa muda. Biasanya penyakit ini menyerang tulang panjang seperti pelvis,
femur, humerus, dan tulang rusuk. Ewing’s sarcoma juga dapat bermetastasis
ketempat lain seperti sumsum tulang, paru-paru, ginjal, hati, kelenjar adrenal, dan
jaringan lunak lainnya. Untuk prognosis sarcoma Ewing ini buruk. Mortalitas pada
tahun-tahun pertama setelah diagnosis sekitar 95%. Akhir-akhir ini dengan terapi
kombinasi radioterapi, kemoterapi dan operasi, prognosis menjadi lebih baik.
16 | S a r c o m a E w i n g
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, Danil. 2013. Sarcoma Ewing. Akses tanggal 25 September 2013.
<www.scribd.com>
Himawan, Sutisna.1973. Patologi. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Rasjad, Chairuddin.2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. PT. Yarsif Watampone:Jakarta.
Universitas Sumatra Utara. 2011. Sarcoma Ewing. Akses tanggal 23 September 2013.
<http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16850/3/Chapter%20II.pdf>
17 | S a r c o m a E w i n g