tpli bab 4-pengaruh industri pada air

48
TPLI - BAB IV 1 Total air di bumi ( 100 % ) Air tawar ( 3 % ) Air tawar yang tersedia ( 0,5 % ) Air tawar dengan kualitas yang memadai bagi konsumsi manusia ( 0,003 % ) Gb. Persentase ketersediaan air tawar di bumi dengan kualitas yang memadai bagi konsumsi manusia (Miller, 1992)

Upload: riska-hikmawati

Post on 25-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

teknologi penyehatan lingkungan industri

TRANSCRIPT

TPLI - BAB IV 1

Total air di bumi ( 100 % )

Air tawar ( 3 % )

Air tawar yang tersedia ( 0,5 % )

Air tawar dengan kualitas yang memadai

bagi konsumsi manusia ( 0,003 % )

Gb. Persentase ketersediaan air tawar di bumi

dengan kualitas yang memadai bagi konsumsi

manusia (Miller, 1992)

TPLI - BAB IV 2

I. SIKLUS HIDROLOGI

1. Presipitasi : Proses turunnya air dari atmosfir ke

permukaan bumi.

contoh : hujan, salju

2. Aliran air di bumi :

a. Aliran di atas permukaan tanah

b. Aliran di bawah permukaan tanah

c. Aliran air di dalam badan air

contoh : Sungai, danau, laut

3. Perlokasi : Proses masuknya air ke dalam tanah

4. Penguapan : proses masuknya air dari permukaan

bumi / tanah ke atmosfir

contoh :

evaporasi penguapan air permukaan bumi (laut,

danau, sungai, dll)

transpirasi proses penguapan air dari tumbuh-

tumbuhan

Respirasi proses pernapasan manusia dan hewan

5. Kondensasi : Proses pembentukan awan

TPLI - BAB IV 3

Hidrologi :

Ilmu yang mempelajari phenomena air pada semua tahap

yang dilaluinya, yakni yang menyangkut penyebaran

dan adanya air pada :

a. Atmosfir

b. Permukaan bumi

c. Di dalam tanah

d. Lapisan batu-batuan, serta hubungan semua

phenomena ini dengan hidup dan kehidupan manusia

TPLI - BAB IV 4

Siklus Kontak Air :

Siklus pergerakan air yang ada hubungannya dengan

manusia, yakni :

a. Pemakaian

b. Penyediaan

c. Pembuangan air bekas

d. Aliran air alam

SUMBER AIR BEKAS PAKAI

PENYEDIAAN AIR

MINUM

PEMAKAIAN PRIMER &

SEKUNDER :

Untuk minum,

penyiapan

makanan & minuman,

mandi, cuci, dll

ALUR PERAIRAN ALAM

PEMAKAIAN TERSIER :

berenang, perikanan,

rekreasi, pelayarn, dll

( Pengelolaan dan Distribusi Air )

SUMBER AIR UNTUK DIPAKAI

( Air bekas, Pelarut sisa, Pengolahan air bekas

)

TPLI - BAB IV 5

Penggolongan air menurut peruntukannya

( PP No. 20 Th 1990 ) :

Gol ongan A : Air yang dapat digunakan sebagai

air minum secara langsung, tanpa pengolahan

terlebih dahulu

Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai

air baku air minum

Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk

keperluan perikanan dan peternakan

Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk

keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri,

dan pembangkit listrik tenaga air

Pencemaran air adalah :

Masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat,

energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan

atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan

manusia, sehingga kualitas air turun sampai tingkat

tertentu yang menyebabkan air tidak dapat

berfungsi lagi sesuai peruntukannya

TPLI - BAB IV 6

II. SUMBER AIR

1. Air dari Atmosfir : Hujan, embun, salju,

2. Air Permukaan Tanah : Danau, Sungai, Laut

3. Air Tanah : sumur

Air Hujan

Air hujan merupakan penyublinan awan / uap air

menjadi air murni, ketika turun dan melalui udara akan

melarutkan benda-benda yang terdapat di udara

Jadi setelah mencapai permukaan bumi, air hujan

sudah tidak murni lagi

Benda-benda yang terlarut dari udara :

a. Gas :

CO2 dalam air hujan membentuk H2 CO3

S2O3 dalam air hujan membentuk H2 SO4

N2O5 dalam air hujan membentuk H2 NO3

b. Jasad renik

c. Debu

TPLI - BAB IV 7

Air Tanah

Sifat Air tanah

Air hujan yang mencapai permukaan bumi akan

menyerap ke dalam tanah, dan akan menjadi air tanah.

Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan

tersebut, akan menembus beberapa lapisan tanah,

sambil merubah sifatnya

Lapisan Tanah Atas : ( Top Soil )

Banyak aktivitas mikroba, sehingga banyak terdapat gas

CO2, Gas CO2 akan bereaksi dengan air :

CO2 + H2O H2CO3

Bila pada lapisan ini mengandung batu kapur ( CaCO3 ),

maka akan terjadi reaksi :

H2CO3 + CaCO3 Ca (HCO3 )2

Ca (HCO3 )2 larut dalam air

TPLI - BAB IV 8

Lapisan Tanah Bawah : ( Sub Soil )

Reaksi-reaksi di atas masih terjadi di lapisan tanah ini,

tetapi lebih sedikit, karena aktivitas mikroba tidak

sebanyak pada top soil

Lapisan Batu Kapur : ( lime Stone )

Lapisan ini banyak terdapat batu-batuan, maka bila air

hujan sudah mengangung H2CO3, akan terkjadi reaksi :

H2CO3 + CaCO3 Ca (HCO3 )2

H2CO3 + MgCO3 Mg (HCO3 )2

TPLI - BAB IV 9

Pembentukan Air Tanah

Top Soil :

Zona dengan aktivitas bakteri intensif banyak CO2

Sub Soil :

Zona dengan aktivitas bakteri sedikit CO2 sedikit

CO2 + H2O H2CO3

H2CO3 + CaCO3 Ca (HCO3 )2

dsb

H2CO3 + CaCO3 Ca (HCO3 )2

dsb

H2CO3 + MgCO3 Mg (HCO3 )2

H2CO3 + CaCO3 Ca (HCO3 )2

Zona dengan reaksi kimia intensif :

Lap. BATUAN KAPUR

Ion Ca++ akan menjadi air tanah yang bersifat air sadah

Ion lain yang dapat menjadi air sadah, yaitu :

Ca++, Sr++, Fe++, Mn ++.

Air yang sadah akan menyebabkan sabun tidak berbusa, dan

bila dipanaskan akan memberikan endapan, seperti kerak

Air Hujan

Limestone

TPLI - BAB IV 10

Macam-macam Sumur

Air tanah dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia

dengan cara membuat sumur

Jenis sumur ; 1. Sumur dangkal

2. Sumur dalam (artesis)

Sumur Dangkal

Letak sumur sebaiknya ditempat yang aliran air

tanahnya tidak tercemar, atau paling sedikit 10 – 15 m

dari sumber pencemar

Sampai kedalaman 3 m tanah diperkirakan masih

mengandung kuman-kuman

3 m sudah dapat dikatakan tanah bersih dari kuman.

Oleh karena itu dinding dalam yang melapisi sumur

sebaiknya dibuat sampai 3 m atau 5 m

Sumur Dalam

Sumur dalam mempunyai permukaan air yang lebih tinggi dari

permukaan air tanah disekelilingnya

Tingginya permukaan air, disebabkan oleh adanya tekanan di

dalam aquifer

Kedalaman sumur sampai ke zona impovious ( - Lapisan

dalam tanah yang tidak tembus )

TPLI - BAB IV 11

Penampang Lintang Sumur Dangkal

1 1

2 3

4 5

6

1 m

1. Bibir Sumur, tinggi 70 cm

2. Lantai yang melandai

3. Saluran air

4. Tanah liat yang dipadatkan

5. Dinding dalam sumur 3 – 5 m atau mencapai air

6. Tanah berpasir, dalam area 10 – 15 m tidak ada

sumber pencemar

TPLI - BAB IV 12

III. PENGARUH AIR PADA KESEHATAN

Pengaruh Tidak Langsung

a. Untuk pembangkit tenaga listrik

b. Untuk industri

c. Untuk irigasi

d. Untuk Perikanan, dll

Pengaruh yang timbul akibat pendayagunaan air dapat :

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya :

Menurunkan kesejahteraan masyarakat, misalnya :

a. Pengotoran badan air oleh zat-zat kimia yang dapat

menurunkan O2 terlarut

b. Zat-zat kimia tidak beracun yang sukar diuraikan secara

alamiah, mengakibatkan kekeruhan, dll

Hal-hal yang mempengaruhi penurunan daya guna air,

secara langsung :

1. Zat-zat pengikat O2

2. Pupuk

3. Material tersuspensi

4. Zat-zat kimia penyebab masalah khusus

5. Panas

TPLI - BAB IV 13

Zat-zat Pengikat O 2

Zat-zat pengikat O2 kebanyakan zat kimia organik.

Zat-zat kimia organik banyak dimanfaatkan oleh mikroba

sebagai sumber energi

Zat-zat kimia Organik + O2 Zat anorganik + gas

mikroba

Kadar O2 terlarut minimal 5 mg/l untuk kelangsungan

hidup ikan di perairan

Kadar O2 terlarut di perairan dipengaruhi oleh proses

aerasi, fotosintesis, respirasi, dan oksidasi limbah

Aerasi adalah proses transfer oksigen dari atmosfir ke

perairan melalui proses difusi.

Transfer O2 dari udara ke dalam air berlangsung apabila

kadar O2 pada air belum mencapai tingkat jenuh (saturasi),

dan sebaliknya

Pada siang hari, proses fotosintesis menghasilkan O2 .

Pada malam hari O2 dimanfaatkan oleh mahluk hidup

untuk respirasi

Zat-zat yang dapat menimbulkan “Demand Oxigen” (BOD /COD )

TPLI - BAB IV 14

0 6 12 18 24

jam

Nil

ai

Oksig

en

Terl

aru

t

O2 Terlarut

O2 Saturasi

Gb. Fluktuasi O2 terlarut di perairan

Limbah organik membutuhkan O2 untuk proses

dekomposisi (penguraian). Oleh karena itu semakin

banyak limbah organik, maka kelarutan O2 di perairan

akan berkurang

TPLI - BAB IV 15

Pupuk Tanaman

Pupuk-pupuk yang digunakan untuk pertanian tidak

semuanya terpakai, sebagian larut ke dalam perairan

Karena pupuk tersebut juga bermanfaat bagi

tumbuhan air, maka terjadilah pertumbuhan yang

berlebihan di dalam perairan

Suburnya tumbuhan perairan dapat menutupi

permukaan perairan. Hal ini akan mengurangi

masuknya cahaya ke dalam perairan, sehingga O2

yang larut juga berkurang, akibatnya air menjadi

semakin anaerobik, anyir, dan bau

Material Tersuspensi

Materi tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik

pada kualitas air, karena menyebabkan kekeruhan

dan mengurangi masuknya cahaya ke dalam perairan

Pengendapan materi tersuspensi (lumpur) dalam

perairan, mengakibatkan pendangkalan, dan

mengganggu aliran air

Apabila zat-zat tersebut sampai di muara sungai dan

bereaksi dengan air yang asin, maka baik koloid

maupun zat yang terlarut dapat mengendap di muara

dan membentuk delta-delta

TPLI - BAB IV 16

Zat-zat Kimia Penyebab Masalah Khusus

Termasuk zat organik dan anorganik, misalnya ;

1. Phenol + Khlor ( terdapat dalam desinfektan untuk

pengolahan limbah ) Khlorophenol

( menimbulkan bau )

2. Zat-zat kimia masuk ke dalam tubuh ikan bau

dan rasa daging ikan tidak enak

3. Zat-zat organik + Khlor senyawa karsinogenik

Panas

Air buangan pabrik yang masih panas akan menaikan

temperatur di perairan, akibatnya berbagai reaksi

biokimia di dalam perairan akan berlangsung lebih

cepat. Pada saat yang bersamaan daya larut O2

berkurang, sehingga perairan menjadi bau

Naiknya temperatur akan menyebabkan :

1. Menambah penguapan O2 terlarut

2. Mengganggu proses reproduksi ikan

3. Organisme makanan ikan mati

4. Sifat toksisitas zat kimia meningkat

5. Reaksi biokimia lebih cepat

TPLI - BAB IV 17

Pengaruh Langsung

Pengaruh air secara langsung pada kesehatan

tergantung pada kualitas air

Terjadinya pengaruh langsung, karena air berfungsi

sebagai penyalur / penyebar penyakit ataupun

sebagai sarang insekta penyebar penyakit

Kualitas air berubah karena kapasitas air untuk

membersihkan dirinya telah terlampaui, akibat dari :

Meningkatnya kebutuhan akan air

Meningkatnya jumlah air buangan

Zat-zat yang dapat berpengaruh langsung pada

kesehatan :

Zat-zat yang persisten

Zat radioaktif

Penyebab penyakit

TPLI - BAB IV 18

Sumber Alamiah :

Udara ; Mineral terlarut ; Tumbuhan / hewan busuk ;

Tumbuhan air ; Air hujan ; dll

Sumber Pertanian :

Erosi ; Kotoran hewan ; Pupuk ; Pestisida ; Air Irigasi

Air Buangan :

Pemukiman ; Industri ; Air hujan kota ; Kapal /

perahu, dll ; Pengolahan limbah, dll

Waduk :

Lumpur ; Tumbuhan air ; dll

Lain-lain :

Konstruksi ; Pertambangan ; Air tanah ; Sampah ; dll

Sumber Pengotor Air

TPLI - BAB IV 19

Zat-zat yang persisten

Zat-zat yang persisten yaitu zat yang tidak dapat diuraikan

untuk jangka waktu lama, dalam kondisi perairan normal.

Contoh : Detergen, DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroetan)

Zat Radioaktif

Nukleaus atau inti atom mengandung proton (bermuatan +)

dan neutron (bermuatan netral), serta dikelilingi oleh

orbit elektron yang bermuatan negatif.

Biasanya proton,neutron, dan elektron berada dalam

kondisi keseimbngan. Atom dari suatu unsur kimia yang

sama memiliki jumlah neutron yang bervariasi, yang

dikenal dengan istilah isotop.

Beberapa isotop (radioisotop atau radionuklida) bersifat

tidak stabil. Untuk mencapai kestabilan, isotop melepas

radiasi atau gelombang elektromagnitik.

Radiasi dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :

TPLI - BAB IV 20

1. Alpha partikel

2. Beta partikel

3. Radiasi Gamma (Sinar X)

4. Radiasi Neutron

Kemampuan penetrasi radiasinya cukup kecil, dan

akan mengalami kehilangan energi pada jarak yang

pendek. Akan tetapi jika memasuki tubuh mahluk

hidup melalui pernafasan, radiasi ini dapat merusak

jaringan tubuh, karena akan mengalami ionisasi

Radiasi dapat menembus jaringan tubuh manusia,

namun tertahan oleh air, kaca, dan logam. Radiasi

juga berbahaya bagi mahluk hidup.

Kemampuan penetrasi cukup kuat

Zat radioaktif dalam jumlah sedikit , dapat menimbulkan

masalah apabila terjadi biomagnifikasi di dalam

organisme akuatik. Besar / kecil masalah

tergantung :

1. Kadar magnifikasi

2. Peran organisme dalam rantai makanan

3. Waktu paruh zat radioaktif

TPLI - BAB IV 21

Tubuh

manusia

Alumunium

Timbal

Beton

Alpha

Beta

Gamma

(sinar X)

Neutron

Gb. Kemampuan penetrasi beberapa jenis radiasi

gelombang elektromagnetik radioaktif (Mason,

1993)

TPLI - BAB IV 22

Penyebab Penyakit

Penyebab penyakit dapat dikelompokan menjadi dua :

1. Penyebab hidup, yang menyebabkan penyakit

menular

2. Penyebab tidak hidup, yang menyebabkan

penyakit tidak menular

Penyakit Menular

Peran air dalam terjadinya penyakit menular :

1. Air sebagai penyebar mikroba patogen

2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit

3. Jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi,

sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya

dengan baik

4. Air sebagai sarang hospes penyakit

TPLI - BAB IV 23

1. Air sebagai penyebar mikroba patogen

Penyakit hanya dapat menyebar, apabila mikroba

penyebabnya masuk ke dalam sumber air yang dipakai

masyarakt, untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari

Beberapa penyakit bawaan air (water born diseases) dan

agennya

Virus : Diare , Hepatitis A, Polio

Bakteri : Cholera, Diare / Desentri ,

Thypus abdominalis , Paratyphus ,

Dysentrie

Protozoa Dysentrie amoeba, dll

Metazoa Ascariasis, dll

TPLI - BAB IV 24

2. Air sebagai sarang vektor penyakit

Vektor : spesies yang menjadi tempat tinggal mikroba

Penyebab penyakit dalam tubuh vektor, dapat :

Berubah bentuk

Berubah fase pertumbuhan

Tidak mengalami perubahan apa-apa

Pada umumnya vektor yang bersarang di air adalah nyamuk

Beberapa penyakit bawaan nyamuk :

Vektor Penyakit Agent

Culicines fatigans Filariasis Filaria B/M

Aedes aegypti Dengue Virus dengue

Anopheles Malaria Protozoa

TPLI - BAB IV 25

3. Penyakit yang disebabkan kurangnya persediaan

air bersih

Penyakit yang tergolong dalam kelompok ini :

Penyakit Trachoma , penyakit yang menyerang

selaput lendir, dan selaput bening mata, sifatnya akut,

maupun kronis. Penyebab virus Trachoma

Segala macam penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur, dan bakteri, termasuk penyakit scabies (kudis)

yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei (Tungau)

4. Penyakit yang Hospes sementaranya ada di air

Penyakit yang tergolong dalam kelompok ini :

Peny. Cacing Schistosomiasis / Bilharziasis,

Penyakit yang disebabkan oleh cacing daun yang bersarang di

dalam pembuluh darah balik sekitar usus dan kandung kemih.

Penyebab Schistosoma

Peny. Dracontiasis

Penyebab cacing Dracunculus medinensis

TPLI - BAB IV 26

Penyakit Tidak Menular

Penyebab penyakit-penyakit ini dapat dikelompokan

sebagai :

1. Zat-zat kimia :

2. Zat-zat fisis :

Keracunan air raksa / Mercury (Hg)

Cadmiun (Cd)

Cobalt (Co)

Panas

Zat Radioaktif

TPLI - BAB IV 27

Keracunan air raksa / Mercury (Hg)

Dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayi, juga kematian, dikenal dengan sebagai peny.

Minamata

Berawal dari kejadian di kota pesisir Minamata,

Jepang, pada tahun 1953 – 1960, pabrik plastik

(polivinil klorida) yang menggunakan mercury

sebagai katalis.

Di dalam air mercuri diubah menjadi Methyl Mercury

oleh bakteri. Methyl Mercury mengkontaminasi ikan

antara 27 – 102 ppm, yang kemudian dikonsumsi

penduduk

Dengan adanya proses biological magnification

(akumulasi biologi), mk kadar Hg di dalam ikan dan

manusia semakin meningkat.

TPLI - BAB IV 28

Keracunan Cadmium (Cd)

Terjadi di kota Toyoma, Jepang.

Keracunan ini menyebabkan terjadinya pelunakan

tulang, sehingga tulang-tulang punggung terasa

sangat nyeri.

Berdasarkan penelitian Penduduk Toyoma,

mengkonsumsi beras, yang berasal dari tanaman

yang sudah tercemar Cadmium

Keracunan Cobalt (Co)

Terjadi di Nebraska, USA

Keracunan ini dapat berupa gagal jantung,

kerusakan kelenjar gondok, tekanan darah tinggi,

dan pergelangan kaki membengkak.

TPLI - BAB IV 29

IV. PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR

PENDUDUK

BERTAMBAH

KEBUTUHAN HIDUP

MASYARAKAT

MENINGKAT

LAJU PEMANFAATAN

SUMBER AIR

MENINGKAT

INDUSTRIALISASI

MENINGKAT

SUMBER AIR

TAWAR & BERSIH

SEMANKIN LANGKA

PENGOTORAN AIR

BERTAMBAH CEPAT

DIPERLUKAN PENGELOLAAN SUMBER AIR BAIK

DALAM PEMANFAATAN MAUPUN KUALAITAS

TPLI - BAB IV 30

Penyediaan Air Minum

Tujuan : mencegah penyakit bawaan air

Penyediaan air bersih meliputi ,

a. Kualitas

b. Kuantitas

c. Memenuhi standard yang berlaku

Pengolahan air minum tergantung pada kualitas

air bakunya, dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks. misalnya :

Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak

diperlukan pengolahan

Apabila ada kontaminasi kuman, maka

desinfeksi saja sudah cukup

Apabila kualitas air baku buruk, maka

pengolahannya semakin lengkap, yaitu melalui

proses koagulasi, sedimentasi ( pengendapan),

filtrasi (penyaringan), dan desinfeksi atau

diperlukan pra pengolahan.

TPLI - BAB IV 31

Kandungan

Air

Proses

Penghilangan

Bahan

yang

digunakan

Keterangan

Residu Filtrasi

Sedimentasi

Koagulan

(Tawas)

Koagulan

untuk

mempercepat

proses

Mikroba

Patogen

Desinfectant Kaporit

Ozon

Bahan bersifat

oksidator

Gas-gas

terlarut

(H2S, CO2)

Aerasi Proses aerasi

dapat

digunakan

untuk

memisahkan

Fe dan Mn

yang larut

dalam air

Proses penjernihan air minum

TPLI - BAB IV 32

Kualitas Air Minum

Kualitas Air minum yang ideal seharusnya :

Jernih

Tidak berwarna

Tidak berasa

Tidak berbau

Tidak mengandung kuman patogen dan mikroba

yang dapat membahayakan kesehatan manusia

Tidak mengandung zat kimia yang dapat

mengubah fungsi tubuh

Tidak korosif

Tidak meninggalkan endapan pada seluruh

jaringan distribusi

TPLI - BAB IV 33

Parameter Air Minum :

Fisis / fisik

Kimia

Biologi

Radiologi

Standard Air Minum

Yaitu :

Suatu peraturan yang memberi petunjuk tentang

konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya

diperbolehkan ada di dalam air minum agar tujuan

penyediaan air minum dapat dicapai

Penyakit bawaan bukan saja disebabkan oleh air minum,

tetapi juga oleh :

1. Air buangan yang tidak dikelola dengan baik, sehingga

masih mengandung penyakit bawan air

2. Air minum, yang terdapat di saluran distribusi dan

tempat-tempat penampungan yang tidak bersih dan

mudah terkontaminasi

TPLI - BAB IV 34

1. Parameter Fisik

Bau menunjukkan kualitas air

Jumlah zat padat terlarut (Total Dissolved Solid)

Kekeruhan

Rasa

Warna

Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba

terlindung oleh zat tersuspensi. Hal ini akan

membahayakan kesehatan, apabila mikrobanya

patogen

TDS biasanya terdiri atas zat organik, zat

anorganik, garam,dan gas terlarut. Semakin

tinggi TDS kesadahan semakin naik

Air yang tidak tawar menunjukkan kehadiran berbagai

zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efeknya

tergantung penyebab timbulnya rasa tersebut

Dapat disebabkan oleh adanya tanin, asam humat,

serta buangan industri

TPLI - BAB IV 35

Suhu air normal ( + 3 oC, dari suhu udara ), mencegah :

1. Tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran

yang dapat membahayakan kesehatan

2. Menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran

3. Mikroba patogen tidak mudah berkembang biak

Suhu

2. Parameter Biologi / Mikrobiologi

Koliform tinja dan total koliform, merupakan indikator

untuk berbagai mikroba (parasit, bakteri, dan virus)

Pada pemeriksaan air minum dengan menggunakan

prosedur “Membrane Filter Technique”, maka :

90 % dari contoh air yang diperiksa selama 1 bulan,

harus bebas dari E coli.

Dari yang mengandung E coli, jumlah kuman ini tidak

boleh 3 untuk setiap 50 cc air

Tidak boleh 4 untuk setiap 100 cc air

Tidak boleh 7 untuk setiap 200 cc air

Tidak boleh 13 untuk setiap 500 cc air

TPLI - BAB IV 36

3. Parameter Radiologi / Radioaktif

Efek radioaktif dapat menimbulkan kerusakan sel

yang terpapar. Kerusakan berupa kematian sel dan

perubahan komposisi genetik

Kerusakan tergantung intensitas sinar, frekuensi, dan

luas pemaparan.

Kematian sel dapat diganti kembali , apabila sel

dapat beregenerasi, dan tidak seluruh sel mati

Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai

penyakit, seperti kanker,dan mutasi

4. Parameter Kimia

Anorganik

Hg, Fe, Mn, F, Cd, Ca, Al, dll

Organik

Benzene, Detergen, dll

TPLI - BAB IV 37

V. PENGENDALIAN KUALITAS HIDROSFIR

Pengelolaan hidrosfir dilakukan dengan mengendalikan

pemanfaatan sumber daya air

Tiga aspek pengelolaan hidrosfir

1. Penghematan dan konservasi

2. Minimisasi pengotoran dan pencemaran

3. Maksimisasi daur ulang dan pemanfaatan kembali

V.1. Standard Desain, Kinerja, dan Prosedural

a. Standard Desain

standard yang menentukan jenis-jenis sistem yang dapat

digunakan, ukuran ataupun karakteristik lain dari unit

sistem, dan karakteristik material dan peralatan yang

dipakai dalam suatu sistem

Sistem penyaluran air limbah harus

terpisah dengan air hujan

Air limbah domestik paling sedkit harus

melalui pengolahan tahap sekunder

Misal: :

TPLI - BAB IV 38

b. Standard Kinerja

Digolongkan menjadi 3 standard :

1. standard Aliran ( Stream )

Menentukan berbagai batasan zat-zat yang boleh

ada dalam suatu aliran air

misal : O2 terlarut minimal 4 mg / lt air

2. standard Efluen

Menentukan batasan zat-zat yang boleh dibuang ke

dalam aliran air terbuka bagi setiap sumber pengotor

Menentukan kualitas air yang dibuang, tetapi tidak

menentukan kuantitas zat terkandung yang boleh

dibuang

3. standard penyisihan

Menentukan persentase sesuatu zat yang harus dapat

dihilangkan oleh suatu sistem

misal : Suatu sistem harus dapat menghilangkan 85

% BOD dari suatu air limbah

TPLI - BAB IV 39

c. Standard Prosedural

Standard yag mengatur prosedur administrasi untuk

mendapat izin usaha, persetujuan suatu proposal, dll

V.2. Pencegahan Pengotoran Air

Untuk mengetahui cara pengendalian air limbah

perlu diketahui :

1. Sumber-sumber pengotoran

2. Jenis pengotor

3. Bentuk zat pengotor

Tahap Pengolahan Air Buangan

Pengolahan Awal ( Preliminary )

Pengolahan yang dilakukan untuk mencegah

komplikasi pengolahan selanjutnya, dan untuk

mengurangi kegiatan pemeliharaan peralatan

TPLI - BAB IV 40

Pengolahan Primer

Pengolahan Sekunder

Pengolahan untuk menghilangkan semua benda

terapung, dan sebagian besar benda tersuspensi

Pengolahan biologis, seperti pengolahan dengan

lumpur aktif, kolam oksidasi, tricking filter, lagoon

storage dan aerasi, dll

Apabila pengolahan tersebut di atas belum cukup,

maka dilakukan pengolahan secara khusus untuk

menghilangkan zat-zat kimia yang berbahaya, zat

organik yang persisten, dll.

TPLI - BAB IV 41

VI. PENCEGAHAN PENYAKIT

Untuk mencegah terjadinya penyakit bawaan air

dilakukan pengelolaan air minum dan air buangan

secara terpadu

Transmisi Penyakit Bawaan Air

Tangan

Alat

Air Cucian

Lalat

Makanan

Ekskreta

(Sumber)

Orang

Peka

Titik intervensi untuk memutuskan rantai penularan

Misalnya : fasilitas sanitasi untuk pembuangan ekskreta,

cuci tangan, kebersihan alat makan, sanitasi makanan. Pemberantasan lalat

TPLI - BAB IV 42

Hal yang diukur Air Buangan

(Rata-rata)

Air Minum

(Rata-rata)

E.coli 10 < 2

Suspended Solid

(Benda terapung)

300 – 400 ppm 0 – 3 ppm

Zat yang

mengendap

3 -12 ppm 0 ppm

Oksigen yang

terlarut

0 – 2 ppm 5 – 9 ppm

BOD 300 ppm 0 – 3 ppm

Batas Ambang Derajat Pengotoran Air

Buangan dan Air Minum

TPLI - BAB IV 43

VI.1. Pengolahan Air Buangan / Air Limbah

Tujuan :

1. Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari

ancaman terjangkitnya penyakit

2. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman

3. Menyediakan air bersih

Bentuk Pengolahan Air Limbah

1. Menyalurkan air limbah, jauh dari tempat

pemukiman, Air limbah dapat tanpa diolah

2. Menyalurkan air limbah, ke alam, Air limbah

harus diolah dahulu.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi, bila air

limbah dibuang tanpa diolah sebelumnya :

1. Tidak sampai mengotori sumber air minum

2. Tidak menjadi tempat berkembang biaknya

berbagai bibit penyakit dan vektor

3. Tidak mengganggu kesenangan hidup, misalnya

estetika dan bau

4. Tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya

merusak tempat rekreasi, berenang, dll.

TPLI - BAB IV 44

Air yang biasa dibuang tanpa diolah sebelumnya,

biasanya dilakukan oleh rumah tangga.

Dua cara yang lazin ditempuh, yaitu :

1. Sistem Riol dibuat permanen :

2. Septic Tank :

Yaitu suatu unit penampungan dan penyaluran air

limbah di dalam tanah yang dibuat permanen

Yaitu suatu jaringan pembuangan air limbah yang

dimulai dari daerah perumahan, masuk ke daerah

pemukiman, kemudian dialirkan ke tempat pembuangan

terakhir (kali,sungai, danau, dan laut)

Sistim ini baik, selama riol tidak tersumbat, air tidak

dipergunakan untuk air minum, dan air limbah tidak

mengandung zat kimia yang berbahaya

TPLI - BAB IV 45

Prinsip Septic Tank

1. Sumur Penampung

2. Sumur Rembesan / Resapan

Pada sumur ini, padatan dipisahkan dari cairannya.

Padatan dan “Scum” (partikel padat yang mengapung)

akan diurai oleh bakteri anaerobik

Cairan yang sudah terpisah dari padatan masuk ke

dalam sumur rembesan

Dinding dasarnya dibuat porous (rembes air). Ukuran

bangunan tergantung pada daya rembes tanah

Semakin kecil permeabilitas tanah, maka semakin luas

sumur.

TPLI - BAB IV 46

MAN - HOLE

VENTILATOR

DARI

KAKUS

/

CLOSET

MENUJU

SUMUR

REMBESAN LUMPUR TINJA

Gambar. Penampang memajang sumur penampungan

Septic Tank

TPLI - BAB IV 47

Air yang tidak diolah, jika didiamkan dalam suatu

tempat yang terbuka, dapat menjernihkan disri

sendiri ( self purification )

Tahapan proses pemurnian air sbb :

1. Degradasi

2. Dekomposisi

3. Recovery

4. Cleaner Water

Wujud awal dari air limbah air tampak kotor

Mulai terjadi penguraian zat-zat yang terdapat dalam air

limbah, dengan bantuan sinar matahari dan udara (O2 ).

Pada proses ini terbentuk gas-gas dan endapan

Air mulai jernih, dan terlihat adanya kehidupan,

misalnya tumbuhnya plankton

Air sudah bersih dan jernih. Kehidupan air sudah

normal, sudah terlihat ikan

TPLI - BAB IV 48

Syarat yang diperlukan agar proses Self Purification

berhasil, yaitu :

1. Faktor Fisik :

Cahaya matahari dapat membunuh bakteri

Gelombang air dapat menambah aerasi, dan

pengenceran

Sedimentasi ( pengendapan)

Suhu, zat organik, seperti plankton lebih mudah

tumbuh pada suhu hangat

2. Faktor Kimia :

Tidak ada bahan beracun, krn bhn beracun akan

mempersulit pencernihan

Koagulan, akan mempercepat pengendapan.

Oksigen, akn mempermudah proses oksidasi

3. Faktor Biologis :

Mikroba yang ada dalam air limbah dapat

memakan. Mikrobai yang dapat berkembang

adalah mikroba yang dapat beradapatasi.

Plankton akan mematabolisme zat-zat yang

mengapung di permukaan air limbah