toyib

22
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH AL-QUR’AN PEMBERIAN ASI DUA TAHUN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN SAINS SERTA TAWARAN SOLUSI PENCEGAHAN GIZI BURUK BALITA MELALUI PROGRAM TOYIB (TWO YEARS INTENSIVE BREASTFEEDING) NASIONAL Diusulkan oleh: Dwi Wahyudi 1313024028 Angkatan 2013 Ahmad Saroji 1313022006 Angkatan 2013 i

Upload: dwi-wahyudi

Post on 02-Feb-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: TOYIB

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH AL-QUR’AN

PEMBERIAN ASI DUA TAHUN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN SAINS SERTA TAWARAN SOLUSI PENCEGAHAN GIZI BURUK

BALITA MELALUI PROGRAM TOYIB (TWO YEARS INTENSIVE BREASTFEEDING) NASIONAL

Diusulkan oleh:

Dwi Wahyudi 1313024028 Angkatan 2013Ahmad Saroji 1313022006 Angkatan 2013

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2015

i

Page 2: TOYIB

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... iDAFTAR ISI ................................................................................................... iiDAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iiiRINGKASAN .................................................................................................. iv PENDAHULUAN

Latar Belakang ............................................................................................ 1Tujuan dan Manfaat .................................................................................... 3

GAGASANKondisi kekinian pencetus gagasan............................................................. 3Solusi umum yang pernah diterapkan.......................................................... 6Solusi berlandaskanal-quran untuk pencegahan gizi buruk pada balita ...................................................................................................................... 6Seberapa jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui gagasan yang diajukan...................................................................................................................... 7Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan gagasan dan uraian peran atau kontribusi masing-masingnya ................................................................................................... 7Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan ................................................................... 8

KESIMPULANGagasan yang Diajukan............................................................................... 8Teknik Implementasi.................................................................................... 8Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh ........................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9

ii

Page 3: TOYIB

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Konsep YOTIB .............................................................................. hal 7.

iii

Page 4: TOYIB

RINGKASAN

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Kristiyanasari, 2009). Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%) (Nency, 2005).

Tujuan dari penulisan gagasan ini adalah menganalisis perspektif Al-Qur’an dan sains mengenai pemberian ASI selama dua tahun, mengetahui solusi efektif untuk meminimalisir gizi buruk di Indonesia, dan merumuskan langkah strategis program TOYIB (TWO YEARS INTENSIVE BREASTFEEDING) bagi masyarakat Indonesia.

Dalam Islam, anjuran untuk menyusui anak selama dua tahun termaktub dalam surat Al-Baqarah (2):233: “Para ibu bendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya....”Ayat ini turun (asbabunnuzul) sebagai petunjuk atas beberapa peristiwa yang dianggap melecehkan posisi bayi pada zaman jahiliyyah. Sehingga dibutuhkan penegasan (petunjuk) atas perilaku kasih sayang kepada seorang anak lewat penyusuan (Asad, 1999). Prof. Dr. Hamka dalam tafsir Al-Azhar berpendapat bahwa di ayat ini bertemu pula apa yang dialami oleh ilmu ketabiban modern, bahwasanya air susu ibu lebih baik dari susu yang lain. Di sebut pula di sini bahwa masa penyusuan yang baik disempurnakan dua tahun. (Hamka, 1984).

Penelitian Dewey KG, Pediatric Clinics of North American, tahun 2001, ASI masih boleh diberikan pada anak usia dua tahun karena masih mengandung: 43% protein, 36% kalsium, 75% vitamin A, dan 60% vitamin C. Sebaiknya menyapih bayi dilakukan pada bayi berusaha sekitar 2 tahun, karena pada usia ini kebutuhan gizi sudah relatif cukup dan dapat dipenuhi dari makanan luar.

Dengan TOYIB diharapkan jumlah ibu yang memberikan ASI hingga usia anak dua tahun akan meningkat, dengan peningkatan itu maka jumlah balita penderita gizi buruk juga berkurang.

Untuk menyukseskan program TOYIB (TWO YEARS INTENSIVE BREASTFEEDING) diperlukan langkah strategis yaitu memasukkannya ke dalam materi SUSCATIN (Kursus Calon Pengantin), sosialisasi TOYIB melalui Posyandu dan Puskesmas, dan pemerintah merevisi Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.

iv

Page 5: TOYIB

1

PENDAHULUAN

Latar BelakangASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Kristiyanasari, 2009).

Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%) (Nency, 2005).

Penelitian Hafrida (2004) menunjukkan, anak-anak dengan keadaan gizi yang lebih baik berkaitan erat dengan perilaku pemberian ASI, dimana mereka yang sudah tidak diberi ASI lagi ternyata keadaan gizinya lebih rendah. Di samping itu, ketahanan hidup bayi yang pernah mendapat ASI adalah 984 per 1000, sedangkan ketahanan hidup yang tidak mendapat ASI hanyalah 455 per 1000.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 dan 2002, menunjukkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% pada 1997 menjadi 39,5% pada 2002. Sementara itu, penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari tiga kali lipat selama lima tahun dari 10,8% pada 1997 menjadi 32,5 % pada 2002. (Wiguna, 2007).

Studi-studi di banyak negara berkembang mengungkap bahwa penyebab utama terjadinya gizi kurang dan hambatan pertumbuhan pada anak-anak usia balita berkaitan dengan rendahnya pemberian ASI. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita sebagian besar dipengaruhi oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut (Siregar, 2004).

Salah satu faktor kegagalan ASI eksklusif yaitu ibu bekerja. Hasil penelitian Afriana (2004) menunjukkan 32,59% ibu berhenti menyusui karena alasan bekerja. Dari hasil Riskesdas 2013 ibu yang bekerja 89,6% memberikan prelakteal susu formula pada bayinya. Faktor yang mempengaruhi kegagalan ASI eksklusif pada ibu bekerja adalah sikap, fasilitas, dan dukungan pengasuh. Ibu yang bekerja memiliki sikap positif berpeluang 5,168 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang memiliki sikap negatif. Sikap negatif yang menghambat ibu memberikan ASI eksklusif yaitu ibu memiliki persepsi merasa sulit memberikan ASI saat bekerja (Abdullah, 2012). Praktik ASI eksklusif pada

Page 6: TOYIB

2

ibu bekerja sangat sulit dilakukan karena pada ibu pekerja, terutama di sektor formal, karena keterbatasan waktu dan ketersediaan fasilitas untuk menyusui di tempat kerja. Sehingga banyak ibu yang bekerja beralih ke susu formula dan menghentikan memberi ASI secara eksklusif (Kemenkes. 2011).

Islam, sebagai agama sekaligus pedoman kehidupan, memberikan untuk menyusui anak secara sempurna selama dua tahun, sebagaimana termaktub dalam Q.S Al-Baqarah Ayat (2):233:

�م� �ت ي ن� أ اد ر أ �من� ل �ن� ي ام�ل ك �ن� ي حو�ل و�الده�ن�

أ ض�ع�ن �ر� ي �دات� �وال والل�ف� �ك ت ال وف� �مع�ر� �ال ب �ه�ن� وت وك�س� ق�ه�ن� ر�ز� ه� ل �ود� �مو�ل ال وعلى ضاعة الر�

وعلى د�ه� �ول ب ه� ل �ود. مو�ل وال د�ها �ول ب �دة. وال �ضار� ت ال عها و�س� �ال إ ف�س. نفال او�ر8 ش وت �ه�ما م�ن اض8 ر ت عن� ف�صاال ادا ر

أ �ن� فإ �ك ذل �ل� م�ث �وار�ث� ال�م� �ك ي عل اح ن ج� فال �م� و�الدك

أ ض�ع�وا ر� ت س� ت ن� أ �م� د�ت ر

أ �ن� وإ �ه�ما ي عل اح ن ج��ما ب �ه الل ن�

أ م�وا واع�ل �ه الل �ق�وا وات وف� �مع�ر� �ال ب �م� �ت ي آت ما �م� �م�ت ل س �ذا إص�ير. ب �ون ع�مل ت

“Para ibu bendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tabun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tabun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketabuilah bahwa Allah Mahamelihat apa yangkamu kerjakan.”

Ini adalah bimbingan dari Allah Ta’ala bagi para ibu supaya mereka menyusui anak-anaknya dengan sempurna, yaitu dua tahun penuh. Dan setelah itu tidak ada lagi penyusuan. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: liman araada ay yutimmar radlaa-‘ata (“Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.”) Kebanyakan para imam berpendapat bahwa tidak diharamkan penyusuan yang kurang dari dua tahun. Jadi, apabila ada bayi yang berusia lebih dari dua tahun masih menyusui, maka yang demikian itu tidak diharamkan.

Karya tulis ini akan membahas secara komprehensif perspektif Al-Qur’an dan sains mengenai pemberian ASI selama dua tahun serta pengajuan solusi preventif

Page 7: TOYIB

3

gizi buruk melalui program kampanye TOYIB (TWO YEARS INTENSIVE BREASTFEEDING).

Tujuan dan ManfaatTujuan yang hendak dicapai dari penulisan Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an ini adalah sebagai berikut:1. Menganalisis perspektif Al-Qur’an dan sains mengenai pemberian ASI

selama dua tahun.2. Mengetahui solusi efektif untuk meminimalisir gizi buruk di Indonesia.3. Merumuskan langkah strategis program TOYIB bagi masyarakat Indonesia.

Manfaat yang ingin diperoleh dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:1. Bagi Penulis

a. Melatih kemampuan dalam menganalisis masalah b. Melatih kemampuan dalam menawarkan alternatif solusi permasalahan

yang terjadi dalam masyarakat.2. Bagi masyarakat

a. Bahan informasi sebagai landasan mengambil keputusan dalam kehidupan apabila mengalami kondisi yang berkaitan.

b. Menjadi salah satu wacana yang memperkaya khasanah pengetahuan masyarakat.

3. Bagi PemerintahMembantu pemerintah untuk merumuskan kebijakan terkait upaya menanggulangi masalah Gizi Buruk.

GAGASAN

Kondisi Kekinian Pencetus GagasanPerspektif Islam terhadap pemberian ASI selama dua tahunDalam Islam, anjuran untuk menyusui anak selama dua tahun termaktub dalam surat Al-Baqarah (2):233:“Para ibu bendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya....”

Ayat ini turun (asbabunnuzul) sebagai petunjuk atas beberapa peristiwa yang dianggap melecehkan posisi bayi pada zaman jahiliyyah. Sehingga dibutuhkan penegasan (petunjuk) atas perilaku kasih sayang kepada seorang anak lewat penyusuan (Asad, 1999). Prof. Dr. Hamka dalam tafsir Al-Azhar berpendapat bahwa di ayat ini bertemu pula apa yang dialami oleh ilmu ketabiban modern, bahwasanya air susu ibu lebih baik dari susu yang lain. Di sebut pula di sini bahwa masa penyusuan yang baik disempurnakan dua tahun. (Hamka, 1984).

Page 8: TOYIB

4

Muhammad Nasib Ar-Rifa’i dalam tafsir Ibnu Katsir berpendapat bahwa anjuran Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 233 merupakan bimbingan bagi para ibu, hendaknya mereka menyusui anak-anaknya secara sempurna, yaitu selama dua tahun. Setelah itu tiada lagi penyusuan. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Bagi orang yang hendak menyempurnakan penyusuan.” Mayoritas imam mengatakan bahwa tidak dilarang penyusuan kecuali yang kurang dari dua tahun. Jadi, apabila bayi yang berusia lebih dari dua tahun menyusu, maka tidak dilarang (tidak diharamkan) (Nasib, 1999).

Setelah usia dua tahun, air susu ibu bukan lagi sumber makanan bagi si anak namun ia telah berpindah kepada makanan yang lain. Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata: “Apabila seorang anak yang menyusu telah sempurna usianya dua tahun maka berarti telah sempurna penyusuannya. Setelah itu jadilah air susu kedudukannya seperti makanan yang lainnya sehingga penyusuan setelah dua tahun tidak teranggap dalam masalah kemahraman.” (Abdurrahman, 2006).

Dalam pembahasan tentang “Penyusuan Tidak memahramkan kecuali menyusui bayi kurang dari dua tahun”, Tirmidzi meriwayatkan dari Ummu Salamah, dia berkata: Rasulullah SAW, bersabda : Artinya: “Tidak diharamkan dari penyusuan kecuali yang dapat mengenyangkan perut pada masa penyusuan dari payudara dan yang terjadi sebelum penyapihan.” (HR. Tirmidzi). Hal itu diperkuat dengan apa yang diriwayatkan ad-Daruquthni, dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw. bersabda: “Tidak menjadikan mahram karena penyusuan, kecuali yang dilakukan kurang dari dua tahun.” Kemudian ad-Daruquthni mengatakan: “Hadits tersebut tidak disandarkan pada Ibnu Uyainah kecuali oleh al-Haitsam bin Jamil, dan ia adalah seorang yang dapat dipercaya dan seorang hafizh.” Berkenaan dengan hal ini, penulis (Ibnu Katsir) katakan: “Hadits ini terdapat dalam kitab al-Muwattha’, Imam Malik meriwayatkan dari Tsaur bin Yazid, dari Ibnu Abbas, secara marfu’. Juga diriwayatkan oleh ad-Darawardi dari Tsaur, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dan ia menambahkan: “Dan penyusuan setelah dua tahun itu tidak mempunyai pengaruh apa pun. (Anonim, 2015).

Perspektif sains terhadap pemberian ASI selama dua tahunMenurut WHO dan UNICEF di Geneva pada tahun 2001, tidak ada keharusan anak disapih pada usia dua tahun. Benar bila ibu menyusui bayi secara eksklusif di enam bulan pertama kehidupannya. Kemudian ASI dapat dilanjutkan secara bersamaan dengan MP-ASI hingga anak berusia dua tahun. Tapi tidak ada keharusan kapan harus menyapih. Penelitian Dewey KG, Pediatric Clinics of North American, tahun 2001, ASI masih boleh diberikan pada anak usia dua tahun karena masih mengandung: 43% protein, 36% kalsium, 75% vitamin A, dan 60% vitamin C. Sebaiknya menyapih bayi dilakukan pada bayi berusaha sekitar 2

Page 9: TOYIB

5

tahun, karena pada usia ini kebutuhan gizi sudah relatif cukup dan dapat dipenuhi dari makanan luar. Apabila penyapihan dilakukan pada usia yang terlalu tua atau terlambat menyebabkan anak merasa menderita dan susah untuk melupakan kenyamanan menyusu ASI, sehingga proses penyapihan lebih sulit. Efek penyapihan akan lebih terasa bagi anak yang berusia lebih tua daripada anak pada usia tersebut. (Judarwanto, 2013).

Dari penelitian Dawey, dapat dirinci kandungan ASI untuk mencukupi kebutuhan harian anak sebagai berikut bila ibu menyusui terus saat bayi berusia 13 hingga 23 bulan, kandungan nutrisi dari 448 mL air susu ibu (ASI) adalah: 29% dari kebutuhan energi dalam sehari 43% dari kebutuhan protein dalam sehari 36% dari kebutuhan kalsium dalam sehari 75% dari kebutuhan vitamin A dalam sehari 76% dari kebutuhan folat dalam sehari 94% dari kebutuhan vitamin B12 dalam sehari 60% dari kebutuhan C dalam sehari (Dewey, 2001).

Dalam dunia kesehatan, juga dikenal istilah Golden Age atau usia emas. Golden Age berada pada masa paling kritis yaitu usia 0 sampai 2 tahun, karena 80% pertumbuhan otak terjadi pada masa usia emas tersebut. Disebut sebagai Usia Emas sebab apabila pada usia 0 – 2 tahun tidak ada penanganan yang baik maka pada usia selanjutnya tidak bisa diperbaiki terutama pada kerusakan otak. (Nikmawati, 2013).

Dalam Desmita (2006), umumnya ahli psikologi perkembangan membatasi periode masa bayi dalam 2 tahun pertama dari periode pascanatal. Masa bayi sebagai periode vital, karena kondisi fisik dan psikologis bayi merupakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya.

White dalam Hurlock (1980) menjelaskan bahwa dasar-dasar yang diletakan selama 2 tahun pertama dari kehidupan merupakan dasar yang paling kritis. Menurut White, sumber kemampuan manusia ditemukan dalam masa kritis antara delapan dan delapan belas bulan. Selanjutnya, diterangkan bahwa pengalaman-pengalam anak selama rentang waktu itu lebih menentukan kemampuan dikemudian hari dari pada sebelum dan sesudahnya.

Gizi buruk di IndonesiaSalah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya angka kematian balita. Salah satu penyebabnya adalah kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi. Keadaan gizi balita akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan

Page 10: TOYIB

6

pembangunan negara yang dikenal dengan istilah human development index (HDI). Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Balita penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga sepuluh persen. Selain itu, penyakit yang dapat diderita balita gizi buruk adalah diabetes (kencing manis) dan penyakit jantung koroner. Dampak paling buruk yang diterima adalah kematian pada umur yang sangat dini. (Samsul, 2011).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 secara Nasional diperkirakan Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kurang sebesar 19,6 %. Jumlah ini jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2007, terjadi peningkatan yaitu dari 18,4 %. Bila dilakukan konversi ke dalam jumlah absolutnya, maka ketika jumlah Balita tahun 2013 adalah 23.708.844, sehingga jumlah Balita Giburkur sebesar 4.646.933 Balita. (Debe, 2014).

Solusi Umum yang Pernah Diterapkan Solusi yang ditawarkan sebelumnya untuk menyelesaikan gizi buruk adalah sebagai berikut: Pemberlakuan Kebijakan Kesehatan PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian

ASI Eksklusif, akan tetapi masih banyak penyelewengan seperti tidak disediakannya ruang laktasi bagi ibu pekerja. Selain itu, banyak ibu yang tidak berani melapor karena takut kehilangan pekerjaan dan dipecat dari pekerjaannya. Sehingga, ibu lebih merelakan anaknya mendapatkan susu formula.

Pelaksanaan Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi), namun pelaksanaannya belum optimal karena masih rendahnya pengetahuan dan perilaku ibu dalam pelaksanaan kadarzi, minimnya sarana dan prasarana yang mendukung program kadarzi, kurangnya pemantauan dan evaluasi serta sosialisasi dari pemerintah terkait dengan program tersebut.

Solusi berlandaskanAl-Quran untuk   pencegahan gizi buruk pada balita Solusi yang ditawarkan guna mencegah kondisi gizi buruk pada balita yaitu dengan program TOYIB (TWO YEARS INTENSIVE BREASTFEEDING). TOYIB merupakan program nasional yang menganjurkan, mengedukasi, serta memberikan dukungan kepada ibu-ibu yang menyusui agar dapat melanjutkan menyusui anaknya hingga mencapai usia dua tahun. Dukungan dapat berupa pemberian nutrisi maupun secara materil.

Program ini berlandaskan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah (2): 233 yang menganjurkan para ibu untuk menyempurnakan penyusuan hingga anak

Page 11: TOYIB

7

berusia dua tahun. Selain itu, program ini juga mengacu pada berbagai studi ilmiah manfaat pemberian ASI selama dua tahun

Seberapa jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui gagasan yang diajukanDengan banyaknya jumlah balita penderita gizi buruk di Indonesia, kami meyakini bahwa dengan program ini kondisi tersebut dapat ditekan angkanya. Dengan program ini diharapkan jumlah ibu yang memberikan ASI hingga usia anak dua tahun akan meningkat, dengan peningkatan itu maka jumlah balita penderita gizi buruk juga berkurang. Hal tersebut mengacu pada fakta-fakta ilmiah yang menyebutkan bahwa kandungan nutrisi pada ASI akan tetap optimal hinga masa menyusui dua tahun. Sehingga, pada masa itu pemberian ASI dengan makanan pendamping ASI akan menciptakan kombinasi yang tepat guna mencukupi kebutuhan gizi harian bayi untuk mencegah gizi buruk sesuai istilah al-Wiqaayah Khair min al-‘Ilaaj (Prevention Better than Cure/ pencegahan lebih baik dari pada pengobatan). Konsep tersebut dapat digambarkan seperti berikut:

+

Gambar 1. Konsep TOYIB

Karena kondisi gizi buruk merupakan masalah multidimensional, maka dibutuhkan dukungan dari berbagai aspek dan stakeholder.

Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikangagasan dan uraian peran atau kontribusi masing-masingnyaGagasan ini dapat terwujud apabila mendapat dukungan dari beberapa pihak, diantaranya:1. Dinas Kesehatan

Berperan dalam membantu sosialisasi, pengedukasian, penyediaan penyuluh lapangan, serta penyedia sarana prasarana pada tataran masyarakat melalui berbagai jaringan yang dimikili, misalnya Puskesmas dan Posyandu.

2. Direktorat Bina Masyarakat (BIMAS) IslamBertindak sebagai pihak yang memberikan batasan lebih luas pada materi kesehatan tentang Kursus Calon Pengantin yang mulai diaplikasikan di Indonesia sejak tahun 2010. Berdasarkan Peraturan Nomor: DJ.II491 Tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) bagian BAB III poin (e)

ASI SELAMA 2 TAHUN MP ASI YANG BAIK GIZI CUKUP

KESADARAN ORANG TUA

Page 12: TOYIB

8

mengenai pentingnya pola keluaga sehat sebaiknya ditambahkan mengenai materi pemberian ASI selama dua tahun.

3. PemerintahDalam hal ini yang berperan membuat Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif sebaiknya merevisi isi peraturan tersebut dari yang semula anjuran untuk memberikan ASI selama enam bulan menjadi dua tahun, kemudian mewajibkan perusahaan maupun institusi menyediakan ruangan laktasi bagi ibu pekerja.

4. Masyarakat Berperan dalam mengawasi keterlaksanaan program.

Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan GagasanUntuk menyukseskan program Toyib (Two Years Intensive Breastfeeding) diperlukan langkah strategis yaitu memasukkannya ke dalam materi Suscatin (Kursus Calon Pengantin) mengenai pentingnya pola keluaga sehat agar orang tua mengetahui lebih dini.

Kemudian sosialisasi Toyib (Two Years Intensive Breastfeeding) melalui Posyandu dan Puskesmas serta penerjunan penyuluh lapangan dari dinas kesehatan. Pada sosialisasi ini juga diadakan bantuan berupa nutrisi bagi ibu menyusui dan penyedian makanan pendamping ASI bagi ibu yang kurang mampu secara ekonomi.

Selain itu, pemerintah merevisi Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif yaitu berupa anjuran pemberian ASI selama dua tahun serta mempertegas aturan penyediaan ruangan laktasi bagi ibu pekerja agar tetap dapat menyediakan ASI bagi anaknya.

KESIMPULAN

Gagasan yang diajukanToyib (Two Years Intensive Breastfeeding) adalah program nasional pemberian ASI selama dua tahun sebagai upaya preventif terhadap kondisi gizi buruk balita. Program ini dilaksanakan oleh ibu yang sedang menyusui dengan dukungan dari berbagai pihak. Hal ini akan membantu mencukupi gizi balita agar terhindar dari gizi buruk sehingga tercipta generasi yang cerdas dan sehat.

Teknik implementasi

Page 13: TOYIB

9

Teknik yang digunakan yaitu: (1) memasukkan program Toyib (Two Years Intensive Breastfeeding) ke dalam materi Suscatin (Kursus Calon Pengantin) mengenai pentingnya pola keluaga sehat, (2) sosialisasi Toyib (Two Years Intensive Breastfeeding) melalui Posyandu dan Puskesmas serta penerjunan penyuluh lapangan dari dinas kesehatan, (3) pemerintah merevisi Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, (4) Melakukan evaluasi berkala atas aplikasi yang telah dilakukan, keluarga, masyarakat, maupun dinas kesehatan.

Prediksi hasil yang akan diperolehDengan mengimplementasikan gagasan ini, akan diperoleh hasil yaitu menurunnya angka gizi buruk pada balita. Jika Toyib (Two Years Intensive Breastfeeding) diaplikasikan secara luas dan baik akan membantu negara ini keluar dari permasalahan pelik mengenai gizi masyarakatnya. Selain itu, rogram ini mampu menghasilkan kualitas generasi bangsa yang optimal pada Indonesia Emas 2045.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Giri I. 2012. Determinan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di Kementerian Kesehatan Tahun 2012 (tesis). Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Abdurrahman, asy Syaikh bin Nashir as-Sa'di. 2006. Taisir al-Karimir Rahman Fi Tafsiri Kalamil Mannan, Beirut: Mu'asasah ar-Risalah.

Afriana, Nur. 2004. Analisis Praktek Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di Instansi Pemerintah di DKI Jakarta Tahun 2004 (tesis). Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Anonim. 2015. Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah Ayat 233. (https://alquranmulia.wordpress.com/2015/04/27/tafsir-ibnu-katsir-surat-al-baqarah-ayat-233/, online, diakses 10 November 2015).

Debe. 2014. 4,6 Juta Balita Gizi Buruk Kurang di Indonesia Pertanda Ketahanan Pangan Lampu Kuningkah?. (http://www.kompasiana.com/de-be/4-6-juta-balita-gizi-buruk-kurang-di-indonesia-pertanda-ketahanan-pangan-lampu-kuningkah_54f4bf79745513982b6c8ecf, online, diakses 10 November 2015).

Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Page 14: TOYIB

10

Dewey, K.G, 2001. The challenges of promoting optimal infant growth. J.Nutr.

Hafrida. 2004. Studi Positive Deviance pada Keluarga Miskin yang Mempunyai Anak Usia 12-24 Bulan di Kelurahan Belawan Bahari kecamatan Medan Belawan Medan. Medan: Jurnal Penelitian USU.

Hamka, Prof. Dr.. 1984. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Judarwanto. 2013. Cara Paling Jitu Saat Ibu Menyapih Asi. (http://dokterindonesiaonline.com/2013/09/24/cara-paling-jitu-saat-ibu-menyapih-asi/, online, diakses 10 November 2015).

(Kemenkes) Kementerian Kesehatan RI. 2011. Ibu Bekerja Bukan Alasan Menghentikan Pemberian ASI Eksklusif. (http://www.depkes.go.id, online, diakses 10 November 2015).

Kristiyanasari, W. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.

Muhammad Asad. 1999. Mukhtashor TafsirIbnu Katsir. Kairo: Darus Shobuni.

Nasib, Muhammad. 1999. Ringkasan Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani.

Nikmawati, EE. 2013. The Growth and Development Stimulation on Early Childhood. Bandung: UPI Repository.

Samsul. 2011. Dampak Gizi Buruk Bagi Anak-Anak Penerus Bangsa. (http://samsuljoker.blogspot.com/2011/01/dampak-gizi-buruk-bagi-anak-anak.html, online, diakses 10 November 2015).

Siregar, A. 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Medan: Jurnal Gizi Kesehatan Masyarakat USU.

Wiguna, O. 2007. Bayi dan Godaan Susu Formula. (http://www.korantempo.com,online, diakses 10 November 2015).

Yetty, Nency. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang (http://io.ppijepang.org/old/article.php?id=113, online, diakses 10 November 2015).