toxin adalah racun yang mengendap dan menumpuk dalam tubuh

Upload: reynie-arvilla-anastasia-wantania

Post on 18-Jul-2015

1.741 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1.Toxin adalah racun yang mengendap dan menumpuk dalam tubuh. Diyakini bahwa sumber segala penyakit adalah dari toxin tersebut, bahkan menurut penelitian : 90 % penyakit berasal dari toxin yang menumpuk dalam usus manusia

Dari mana TOXIN itu ? Dari makanan dan minuman sehari-hari yang mengandung bahan-bahan pewangi, pewarna, pengawet, perasa, racun binatang perusak, antibiotik dan pupuk kimia. Pencemaran udara seperti asap pabrik dan kendaraan bermotor, pemakaian obat serangga, dll. Konsumsi obat-obatan yang berbahaya dan berlebihan Ramuan yang berbahaya Kebiasaan merokok, minuman keras dan minum kopi berlebihan Kurang memakan sayuran dan buah-buahan Cara memasak yang kurang benar

Bagaimana TOXIN membahayakan tubuh ?Kandungan toxin dalam tubuh manusia dalam jangka waktu yang lama dapat MEMUSNAHKAN 3 ALAT PEMBERSIHAN TOXIN UTAMA, yaitu : Sistem penyaringan dan ginjal Sistem Pencernaan / usus Sistem endokrin kelenjar pituitary, kelenjar adrenal dan kelenjar gondok Sistem dalam tubuh manusia biasanya bekerja keras untuk melawan dan membersihkan toxin dalam tubuh. Jika hasilnya tidak sempurna pada sistem penyaringan tersebut, maka akan memperlihatkan beberapa tanda timbulnya penyakit. Sakit adalah kegagalan tubuh manusia menyingkirkan buangan-buangan, lendir/mucus, serta toxin yang menghalangi fungsi-fungsi normal tubuh manusia. Bahan buangan beracun (toxin) bukan saja menghancurkan fungsi-fungsi pencernaan, tetapi juga mengikuti peredaran darah ke berbagai bagian organ tubuh, lalu merusakkan sistem sirkulasi (pembuluh-pembuluh darah), organ-organ penyaring (sistem hati dan ginjal), dan organ-organ pengeluaran/ekskresi (sistem gastrousus). Kita sakit atau menampakkan tanda-tanda sakit adalah akibat kegagalan tubuh kita dalam mengeluarkan zat-zat racun (toxin) dari dalam tubuh kita!!!

Apa saja yang dapat ditimbulkan dari penumpukan TOXIN ?Penyakit kulit termasuk jerawat, alergi dan ashma, bronchitis, batuk dan pilek, penyakit hati, kencing manis, jantung dan tekanan darah (tinggi & rendah), pengerasan saluran darah yang berpengaruh pada tekanan darah, stroke, pembekuan darah, kantung empedu dan batu ginjal, sakit persendian dan tulang linu, tumor dan kanker, demam, perut kembung, kerusakan gigi, sembelit, terlalu gemuk dan kurus.

Bagaimana cara mengeluarkan TOXIN ?

Yaitu dengan PROGRAM DETOXIFIKASI. Aturan DETOX lengkap ala Melilea dapat dilihat pada brosur. Mengapa ada fase PUASA ? Puasa artinya mengganti makan nasi dan lauk dengan GFO. GFO adalah pengganti makan karena kandungan gizinya sudah sangat lengkap, jadi GFO bukan suplemen. Kebiasaan mengemil diganti dengan makan buah-buahan yang disarankan dan minum susu kedelai Melilea. Disarankan puasa supaya proses membersihkan tubuh dari toxin dapat berjalan sempurna dan efektif.

Bagaimana keluarnya TOXIN ? Dari usus : keluar melalui kotoran, mengambang berwarna kuning keemasan, atau hijau gelap, coklat dan bahkan kehitaman, bisa berbentuk memanjang atau putus-putus. Dari ginjal : keluar melalui urine, awalnya keruh lama kelamaan bening. Dari paru-paru : keluar melalui nafas, juga bisa berupa cairan/dahak keluar dari hidung dan mulut. Dari kulit : keluar melalui pori-pori berupa keringat dan melalui pembuluh darah. Dari mata : berupa kotoran atau cairan. Dari hati : keluar melalui proses di dalam tubuh. Pada penyakit tertentu akan disertai keluarnya darah, nanah, cairan dan toxin dari bagian tubuh lainnya. Misalnya : Kanker otak keluar melalui mulut dan telinga. Kanker rahim keluar melalui vagina. Ashma keluar cairan/dahak (bisa berwarna kuning dan kehijauan) dari mulut.

DAMPAK POSITIF DETOXIFIKASI : Badan lebih fit, sehat hingga sembuhnya penyakit.Yang terjadi adalah :

Jangka pendek : 3 - 6 hari : Pembuangan terus menerus, buang air besar terus menerus dan pembuangan atas penyumbatan yang berlebihan pada usus besar. Rasa perut yang tidak enak dan angin yang berlebihan. Hal tersebut biasa terjadi pada proses penghilangan toxin dari tubuh. Bila PH tubuh banyak mengandung asam atau bila pernah menderita akibat penyakit yang diidap sebelumnya, maka tubuh akan mengalami sakit dan nyeri. Kotoran akan terapung dipermukaan air, hal tersebut menunjukkan perbaikan sistem pencernaan dan kondisi tubuh.

Jangka waktu menengah : 6 - 45 hari : Kandungan air pada usus besar lebih rendah dan berkurangnya toxin yang terdapat pada kotoran. Mencegah agar toxin-toxin tidak diserap ke dalam tubuh dan mengurangi beban pada hati. Toxin-toxin yang terdapat di bagian-bagian tubuh serta saluran darah secara bertahap akan berkurang. Jumlah oksigen akan bertambah dan tubuh akan merasa lebih bertenaga. Kesehatan akan meningkat dan akan memperlihatkan wajah yang berseri dan bercahaya.

Sistem hormon akan mengatur sendiri sehingga bila terjadi ketidak-seimbangan hormon akan segera dapat ditemukan. Berkulit kemerahan, segar dan bercahaya, perubahan warna kulit (pigmentasi) dan bintik-bintik akan hilang. Bila menderita darah tinggi dan penyakit hati atau penyakit-penyakit lain yang menahun/kronis, keadaan tersebut akan membaik dan gejala-gejala akan mereda.

Jangka waktu panjang : 45 hari dan seterusnya : Memusnahkan toxin-toxin dalam tubuh. Untuk jangka panjang, tubuh akan membentuk perlawanan sendiri terhadap penyakitpenyakit yang sebelumnya menyerang. Meningkatkan dan memperkuat sistem kekebalan yang mampu memberikan kesehatan yang baik, gairah hidup dan awet muda.

2.Menurut ilmu imunologi, alergen adalah senyawa yang dapat menginduksi imunoglobulin E (IgE) [1] melalui paparan berupa inhalasi (dihirup), ingesti (proses menelan), kontak, ataupun injeksi. Respon tubuh terhadap suatu alergen terjadi melalui proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa [1] faktor, yaitu sifat inang, lingkungan, dan sifat fisik dari alergen. Sebagian besar alergen merupakan protein yang dapat merangsang respon imun tubuh melalui reaksi enzimatik atau aktivasi reseptor [2] [2] pada sel epitelium mukosa secara langsung. Beberapa contoh antigen spesifik adalah: Aeroalergen

Protein atau glikoprotein yang tersebar di udara dan bersumber dari berbagai macam sumber, [2] sepertispora kapang, serbuk sari tumbuhan, bulu hewan, dan kotoran tungau serta kecoa. Alergen makanan

Beberapa contoh makanan yang biasanya menimbulkan alergi pada anak-anak [2] adalah telur, susu,kedelai, gandum, dan kacang. Alergen lateks

Alergi yang disebabkan oleh karet lateks sering ditemukan pada pekerja industri karet, petugas [2] kesehatan, dan orang yang menjalani operasi di saat bayi. Alergen farmasi[2]

Contohnya penisilin dan sefalosporin. Alergen bisa serangga

Sengatan serangga dapat menimbulkan alergi pada sebagian orang.

[2]

4. Antioksidan manggis dapat melindungi kekebalan tubuh, dengan cara memperkuat system kekebalan tubuh. Karena mengandung flavonoid dan flavones yang dapat meningkatkan kemampuan antioksidan lain, termasuk vitamin C dan E sebagai pelindung tubuh.

Inflamasi atau peradangan merupakan proses perlindungan sel darah putih bersama senyawa kimia lain dalam melindungi tubuh dari infeksi oleh benda asing, seperti bakteri dan virus.

Lebih mudahnya, inflamasi adalah respons jaringan tubuh terhadap kerusakan. Saat terjadi inflamasi biasanya diikuti dengan peningkatan sel darah putih dengan cepat. Seiring dengan proses tersebut, timbul beberapa gejala, diantaranya terjadi peningkatan suhu tubuh, kemerahan di daerah yang mengalami peradangan, serta pembengkakan dan rasa sakit akibat peningkatan konsentrasi aliran darah. Akibat umum inflamasi adalah radang sendi, alergi, dan sakit kepala.

Jenis reaksi inflamasi bermacam-macam. Ada inflamasi pada tulang sehingga menimbulkan rasa sakit, kekakuan, pembengkakan, dan rasa panas. Ada pula reaksi inflamasi oleh udara yang disebabkan alergi, misalnya asma. Inflamasi ini menyebabkan kesulitan untuk bernapas secara normal.

Xamthone Plus Anti Inflamasi Dan Alergi Antioksidan Manggis Menyembuhkan Peradangan

Sejak berabad-abad yang lalu, manggis telah dimanfaatkan penduduk Asia Tenggara untuk mengobati inflamasi dengan cara diminum seperti teh.

Antioksidan manggis mencegah pembengkakan dan memperbaiki komunikasi antar sel-sel tubuh untuk melawan serangan dan perkembangan bibit penyakit (bakteri atau virus), serta mempercepat penyembuhan dan pemulihan.

Hasil penelitian di Universitas Madras, India, menunjukkan bahwa xanthone dalam kulit manggis memiliki sifat antiinflamasi pada tikus percobaan.

Penelitian oleh Universitas Tohoku, Sendai, Jepang menunjukkan bahwa gamma-mangostin pada kulit manggis mampu mencegah aktivitas enzim cyclooxygenase(COX), yaitu enzim penanda sebagai indicator adanya inflamasi dalam tubuh.

Penelitian anti inflamasi dari kulit buah manggis dilakukan dengan menggunakan mangostin dari ekstrak etanol 40 persen, mempunyai aktivitas penghambatan yang kuat terhadap pelepasan histamine dan sintesis prostaglandin E2 sebagai mediator inflamasi. Ekstrak methanol kulit buah manggis mempunyai efek meredam radikal bebas yang kuat.

Xamthone Plus Anti Inflamasi Dan Alergi Hambat Reaksi Alergi dengan Xanthone

Reaksi alergi merupakan proses inflamasi yang disebabkan gangguan system kekebalan tubuh. Saat ada alergen yang menyerang tubuh, system kekebalan merasakan alergen sebagai bahan berbahaya meskipun sebenarnya tidak. Tubuh bereaksi dengan mengeluarkan histamin untuk melawan bahan tersebut. Hal ini akan memicu munculnya inflamasi dan gejala alergi. Sebagai contoh, sakit kepala yang disebabkan oleh pilek, flu, dan sinusitis, atau migraine yang disebabkan inflamasi arteri di leher dan kepala.

Salah satu kemampuan xanthone adalah mencegah pelepasan histamine dan sintesis prostaglandin E2. Keduanya merupakan senyawa yang dilepaskan saat terjadi alergi. Prostaglandin adalah faktor inflamasi arteri di leher dan kepala.

Penelitian lain juga membuktikan bahwa alpha-mangostin dapat menghambat pelepasan reseptor pembuat histamine, sedangkan gamma-mangostin dapat menghambat pelepasan reseptor penghambat serotonin. Serotonin merupakan neurotransmitter di otak yang bila jumlahnya kurang dapat memicu terjadinya penyakit Parkinson atau tremor.

Melindungi Tubuh dari Berbagai Penyakit yang Disebabkan oleh Peradangan

Xanthone juga mampu meringankan wasir atau sembelit, karena dapat meredakan sakit dan pembengkakan akibat peradangan. Antioksidan manggis dapat menghilangkan penyakit kulit kering bersisik kronis (neurodermatitis). Kandungan antiperadangannya dapat mengurangi sisik dan gatal akibat penyakit kulit.

Penyakit carpal tunnel syndrome juga dapat diringankan oleh antioksidan manggis. Rasa sakit akibat peradangan pada penyakit yang terjadi pada pergelangan tangan dan jari akibat tekanan yang terus-menerus pada bagian tersebut (biasanya disebabkan terlalu sering memakai keyboard dan mouse computer) dapat berkurang oleh xanthone.

Salah satu keajaiban zat pembunuh bakteri, xanthone, yang terdapat pada buah manggis adalah mengatasi gangguan pernapasan. Asma tergolong penyakit mematikan akibat kerusakan system pernapasan. Buah manggis menjadi obat alternative yang ideal untuk menyembuhkannya, karena memiliki kemampuan melawan infeksi dan mengandung zat-zat yang mengurangi alergi.

5. Karsinogen adalah zat yang menyebabkan penyakit kanker. Zat-zat karsinogen menyebabkankanker dengan mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh, dan hal ini mengganggu proses-proses biologis. Karsinogenik adalah sifat mengendap dan merusak terutama pada organ paru-paru karena zat-zat yang terdapat pada rokok. Sehingga paru-paru menjadi berlubang dan menyebabkan kanker. Pengobatannya yaitu dengan menghentikan konsumsi nikotin dan menggunakan obat tradisional. Karsinogen kimiawi yang pertama kali diidentifikasi adalah senyawa hidrokarbon aromatik polisiklik.[

Karsinogen (carcinogene) adalah bahan yang dapat memicu terjadinya kanker atau keganasan. Karsinogen dapat memengaruhi DNA atau suatu protein yang berperan pada pengaturan siklus pembelahan sel, seperti protooncogene atau tumor supressorgene. Pada umumnya karsinogen dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu bahan kimia, radiasi, dan virus. Ketiga kelompok ini selalu ada di alam, dan diperkirakan akan mengalami peningkatan yang tajam selaras dengan perkembangan budaya atau perilaku manusia.

Bahan Kimia Penyakit kanker merupakan penyakit yang misterius karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, pada tahun 1908 penyakit ini mulai dipelajari karena saat itu dilaporkan bahwa angka kejadian kanker sangat tinggi pada pekerja industri kimia, tetapi pada saat itu belum diketahui dengan jelas hubungan antara chemical-mutagenesis dan carcinogenesis. Dalam perjalanan waktu bare diketahui bahwa bahan kimia dapat memicu terjadinya suatu keganasan karena dapat menimbulkan mutasi pada DNA. Terjadinya penyakit keganasan dikelompokkan menjadi dua fase, yaitu initiation phase dan promotion phase. Hal ini dapat dijelaskan apabila bahan yang bersifat karsinogenik masuk ke dalam tubuh, maka di dalam tubuh bahan ini langsung mengalami proses detoksifikasi untuk kemudian diekskresi. Selain itu, bahan karsinogenik tersebut terlebih dahulu dimetabolisme dalam tubuh. Kemudian, hasil metabolismenya didetoksifikasi dan berikutnya diekskresi. Apabila proses ini ini tidak dapat dilakukan oleh tubuh, maka hasil metabolit dari bahan karsinogenik ini akan mengadakan ikatan

dengan rantai DNA, sehingga DNA menjadi cacat (defect). Sebagai akibat dari adanya kecacatan DNA, tubuh berusaha untuk melakukan perbaikan DNA yang dikenal dengan DNA repair. Bila perbaikan DNA ini tidak berhasil, sel yang bersangkutan (sel yang memiliki DNA abnormal) tersebut akan dieksekusi atau dimusnahkan. Apabila proses eksekusi ini tidak mampu dilakukan oleh tubuh, maka sel tersebut memiliki DNA cacat yang bersifat permanen. Kondisi ini dikenal dengan initiation phase. Selanjutnya, sel yang memiliki DNA cacat tersebut akan mengalami proliferasi dan diferensiasi, serta berkembang menjadi malignant (ganas). Kondisi ini dikenal dengan promotion phase. Beberapa contoh dari bahan kimia yang kerjanya langsung memicu terjadinya kanker (DirectActing Carcinogenesis) adalah sebagai berikut. 1. Alkylating Agents: a. dimethyl sulfate; b. B-Propiolactotte; c. ethylmethane sulfonate (EMS). 2. Polycyclic dan Heterocyclic Aromatic Hydrocarbons: a. benz(a)anthracene; b. benzo(a)pyrene; c. dibenz(a,h)anthracerie. 3. Aromatic Amines: a. 2-Naphtylamine (p-naphthylanzine); b. benzidine; c. dimethylarninoazobenzene. Pada dasarnya mayoritas bahan kimia yang bersifat karsinogenik memiliki sifat yang sarna, yaitu memicu terjadinya suatu mutasi gen.Bahan kimia yang bersifat sebagai alkylating agents, artinya bila individu terpapar oleh bahan kimia tersebut, maka DNA pada sel dart individu yang bersangkutan akan mengalami Alkylation di mana terjadi metilasi pada pasangan basa nukleotidanyayaitu Guanin mengalami metilasi menjadi 06-methyl guanine atau menjadi bulky group addition. Daftar Pustaka Patobiologi Molekuler Kanker Oleh I Ketut Sudiana

MUTAGEN Mutagen adalah bahan-bahan yang dapat menyebabkan mutasi yaitu 1. Mutagen kimia Bahan-bahanyang dapat menyebabkan mutasi antara lain formaldehida, kolkisin, akridin, etil metan sulfat (EMS), etil etan sulfanoat (EES), asam nitrit, hydrogen peroksida, kafein, bahan pengawet dan lain-lain. 2. Mutagen fisika Bahan-bahan fisika yang dapat menyebabkan mutasi antara lainsuhu, sinar ultraviolet, sinar x, sinar gamma, partikel a dna b, neutron dan radiasi kosmis. 3. Mutagen biologi

Bahan-bahan biologi yang dapat meyebabkan mutasi antara lain virus dan bakteri. Selain itu ada mutagen biologi yang sering menyebabkan yaitu elemn loncat adalah rangkaian nukleotida atau DNA yang dapat berpindah tempat. Sumber : Suwarno, Panduan Pembelajaran Biologi Untuk SMA Dan MA,Pusat Perbukuan Depdiknas. Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2009670-mutagen/#ixzz1qx1w2wb1 6. Herbalogi Herbalogi berasal dari kata Herba yang berarti tumbuhan dan logi atau logos yang berarti ilmu. Dengan demikian Herbalogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkait dengan tumbuh-tumbuhan. Dalam dunia pengobatan herbalogi dipahami sebagai sebuah konsep atau metode pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari herba (tanaman obat). Konsep Pengobatan Herbal 1.Pendekatan yang dipakai bersifat holistic. Tubuh manusia dipandang memiliki suatu system harmoni yang selalu seimbang; tidak berfungsinya satu bagian tubuh menyebabkan ketidakseimbangan dibagian tubuh yang lain. Jika tubuh tidak mampu melakukan penyeimbangan kembali seperti keadaan semula, maka akan tibul suatu penyakit. Salah satu tujuan dari pengobatan herbal adalah membantu tubuh mengembalikan keharmonisan atau keseimbangan tubuh. 2.Selain dari faktor eksternal, pengobatan herba memahami bahwa dari dalam diri manusia terdapat kekuatan penyembuh yang datang dari faktor Spiritual, emosional, mental, dan fisikal. Kekuatan penyembuh tersebut dalam dunia medis modern dikenal dengan Sistem Imun. 3.Sistem Imun menjadi penentu utama sehat atau sakitnya seseorang. Herbalogi menaruh perhatian besar terhadap masalah imunity tersebut. Sehingga tujuan pengobatan adalah diarahkan untuk Improve and maintain body immune system against external pathogen and pressure. 4.Menggunakan semurni-murninya bahan dari herba sebagai obat, tanpa tambahan zat kimia sintetis. Perbedaan Pengobatan Herbal dengan Pengobatan Kimia Sintetis Konsep Pengobatan Herbal sangat berbeda dengan konsep pengobatan Modern (yang biasanya menggunakan Kimia Sintetis sebagai obat). Misalnya dalam pengobatan kimia sintetis penyebab penyakit adalah virus, bakteri, dan pathogen (mikro organisme pembawa penyakit); sedangkan dalam pengobatan herbal, penyebab penyakit adalah lemahnya system imun. Berikut adalah table perbedaan antara kedua konsep pengobatan tersebut: Pengobatan Kimia Sintetis Pengobatan Herbal * Berasal dari Barat * Berasal dari Timur * Menggunakan bahan kimia sintetis * Menggunakan bahan alamiah/organik * Daya keterserapan 50% - 70% * Daya keterserapan 90% * Bersifat antibiotic (racun bakteri) * Bersifat probiotik * Menurunkan system imun * Meningkatkan system imun * Mengobatai gejala / Symptomatic * Holistic / mengobati sumber penyakit * Menimbulkan efek samping * Tidak ada efek samping * Khasiat lebih cepat tetapi destruktif * Khasiat lambat tetapi konstruktif * Kebanyakan mengandung zat haram * Halal karena murni dari tumbuhan

7.

Pangan fungsional adalah makanan dan bahan pangan yang dapat memberikan manfaat tambahan [1] di samping fungsi gizi dasar pangan tersebut dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Pangan fungsional dimungkinkan memiliki sifat fungsional untuk seluruhpopulasi atau kelompok khusus yang didefinisikan secara jelas sebagai contoh khusus untuk usia tertentu atau untuk [2] golongan yang memiliki sifatgenetik tertentu. Selain itu, pangan fungsional juga

mencakup produkyang dibuat secara khusus untuk meningkatkan [3] penampilan fisik maupunkognitif. Contoh dari produk tersebut yaitu minuman olahraga, minumanpengganti elektrolit, serta makanan dalam bentuk batangan yang ditujukan untuk meningkatkan fungsi fisiologis saat berolahraga.

Definisi Pangan fungsional merupakan pangan alami (sebagai contoh, buah-buahan dan sayur-sayuran) atau pangan olahan yang mengandung komponen bioaktif sehingga dapat memberikan dampak [3] positif pada fungsi metabolisme manusia. Dalam dokumen konsensus Scientific Concepts of Functional Foods in Europe yang dikeluarkan oleh European Commission Concerted Action on Functional Food Science in Europe (FUFOSE) mendefinisikan pangan dapat dikatakan memiliki sifat fungsional jika terbukti dapat memberikan satu atau lebih manfaat terhadap target fungsi tubuh (selain fungsi gizi normalnya) dengan cara yang relevan dapat memperbaiki status kesehatan dan kebugaran serta [2] menurunkan risiko penyakit.

[sunting]Tiga

sifat penting pangan[4]

Pangan, secara umum dapat dikatakan memiliki tiga sifat penting : 1. Fungsi utama : sebagai asupan zat gizi yang sangat esensial untuk keberlangsungan hidup manusia. 2. Fungsi kedua : sebagai sensori atau pemuasan sensori seperti rasa yang enak, rasa, dan tekstur yang baik. 3. Fungsi ketiga :secara fisiologis menjadi regulasi bioritme, sistem saraf, sistem imunitas, dan pertahanan tubuh. Pangan fungsional dapat digolongkan ke dalam pangan yang termasuk pada fungsi [rujukan?] ketiga. Contoh dari pangan fungsional dapat berupa pangan konvensional yang difortifikasi, [4] diperkaya, disuplementasi, atau ditambahkan nilai manfaatnya. Substansi yang terdapat di dalamnya dapat berupa zat gizi esensial untuk memelihara fungsi normal tubuh dan pertumbuhan, serta komponen bioaktif yang dapat memberikan hasil postif pada [4] kesehatan maupun efek fisiologis yang dikehendaki.

Sejarah

Logo resmi FOSHU yang disahkan oleh Kementrian Kesehatan, Pekerjaan, danKesejahteraan di Jepang.[5]

Konsep pangan fungsional pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 1984 dengan istilah FOSHU yang merupakan singkatan dalam bahasa Inggris Food for Special Dietary Uses yang berarti [4] pangan yang dikhususkan untuk diet tertentu. Hal ini dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya populasi orang tua di Jepang yang berpotensi terhadap peningkatan penyakit kronis seperti [4] penyakit kardiovaskuler, diabetes,hipertensi, osteoporosis, dan kanker. Berlatar belakang hal tersebut, maka Kementerian PendidikanJepang pada tahun 1984 mencanangkan proyek [4] pengembangan dan penelitian yang memfokuskan pada sifat fungsional pada pangan. Proyek tersebut merupakan proyek penelitian mengenai pangan fungsional yang pertama kali di dunia dengan melibatkan berbagai peneliti dari latar belakang disiplin ilmu seperti ilmu [4] gizi, farmakologi, psikologi, dan kedokteran.

Jumlah produk pangan yang disetujui untuk mendapatkan klaim dan logo FOSHU oleh Kementerian Kesehatan, Pekerjaan, dan Kesejahteraan di Jepang.[6]

Hingga akhir tahun 2007, Jepang sudah memberikan label FOSHU pada 755 produk pangan. Klaim kesehatan untuk produk FOSHU di Jepang diklasifikasikan menjadi delapan kelompok yang memberikan efek kesehatan untuk kondisi IG (Indeks Glikemik), tekanan darah, serum kolesterol, [4] glukosa darah, absorpsi mineral, kesehatan gigi, lemak netral pada darah, serta kesehatan tulang. [sunting]Syarat

[4]

Mendapatkan Logo FOSHU di Jepang

Untuk mendapatkan logo FOSHU, pangan yang diproduksi dan beredar di Jepang harus memenuhi [5] syarat sebagai berikut : 1. Keefektifan pangan tersebut sudah terbukti secara nyata pada tubuh manusia. 2. Tidak terdapat hal khusus mengenai keamanan pangan (tes toksisitas hewan, pemberitahuan efek samping jika dikonsumsi secara berlebihan. 3. Menggunakan ingredien pangan yang sesuai (contohnya, tidak berlebihan dalam menggunakan garam). 4. Terdapat jaminan sesuai dengan spesifikasi produk yang tertulis pada saat dikonsumsi. 5. Terdapat metode kontrol kualitas, seperti spesifikasi produk dan ingredien, proses, serta metode analisis. [sunting]Syarat

umum

Suatu pangan dapat dikategorikan menjadi pangan fungsional jika memiliki tiga syarat utama yang [7] harus dipenuhi yaitu : 1. Merupakan makanan atau minuman (bukan kapsul, tablet, atau serbuk) yang mengandung senyawa bioaktif tertentu yang berasal dari bahan alami.

2. Harus merupakan bahan yang dikonsumsi dari bagian diet sehari-hari. 3. Memiliki fungsi tertentu setelah dikonsumsi, seperti meningkatkan mekanisme pertahanan biologis, mencegah dan memulihkanpenyakit tertentu, mengontrol fisik dan mental, serta memperlambat proses penuaan dini. [sunting]Syarat

di Jepang

Di Jepang, Kementerian Kesehatan, Pekerjaan, dan Kesejahteraan menyatakan bahwa suatu pangan [8] bisa disebut sebagai pangan fungsional jika memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Pangan tersebut harus dapat meningkatkan fungsi diet dan kesehatan. 2. Nilai positif gizi dan kesehatan harus terbukti kuat dengan hasil penelitian secara empiris. 3. Anjuran konsumsi dari pangan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari ahli gizi dan kesehatan. 4. Pangan dan komponen ingredien yang terkandung di dalamnya harus aman sesuai dengan diet seimbang. 5. Ingredien pangan yang terdapat didalamnya harus terkarakterisasi secara jelas dalam hal sifat fisik dan kimia, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (metode yang digunakan untuk menganalisa dari sifat tersebut harus disertakan dengan jelas) 6. Ingredien pangan yang terdapat didalamnya tidak boleh menurunkan nilai gizi dari pangan tersebut. 7. Pangan tersebut harus dikonsumsi sesuai dengan asupan dan cara yang normal. 8. Pangan tersebut tidak boleh dalam bentuk tablet, kapsul, atau serbuk. 9. Ingredien pangan yang terdapat didalamnya harus berasal dari komponen alami. [sunting]Klasifikasi

Penggolongan Pangan Fungsional

Pangan fungsional dapat diklasifikasikan dengan menggunakan berbagai prinsip sesuai dengan badan atau aturan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Berikut merupakan beberapa pengklasifikasian pangan fungsional menurut badan atau aturan yang berlaku di negara yang bersangkutan serta justifikasi ilmiah yang menyertainya. Berdasarkan Beberapa Prinsip yang Dikemukakan Juvan et al. (2005): === 1. Berdasarkan golongan dari pangan tersebut (produk susu dan turunannya, minuman, produk sereal, produk kembang gula, minyak, dan lemak). 2. Berdasarkan penyakit yang akan dihindari atau dicegah (diabetes, osteoporosis, kanker kolon). 3. Berdasarkan efek fisiologis (imunologi, ketercernaan, aktivitas anti-tumor). 4. Berdasarkan kategori komponen bioaktif (mineral, antioksidan, lipid, probiotik). 5. Berdasarkan sifat organoleptik dan fisikokimia (warna, kelarutan, tekstur). 6. Berdasarkan proses produksi yang digunakan (kromatografi, enkapsulasi, pembekuan). [sunting]Klasifikasi[9]

Komponen Ingredien Pangan yang Mendapatkan Klaim FOSHU di Jepang[5]Fungsi spesifik terhadap kesehatan Komponen ingredien utama

Pangan untuk memodifikasi kondisi saluran

Oligosakarida, laktosa, bifidobakteria, bakteri asam laktat, serat pangan, dekstrin yang tercerna,

pencernaan (gastrointestinal)

polidekstrol, guar gum, biji pelapis psillium, dsb.)

Pangan yang berhubungan dengan level kolesterol darah

Kitosan, protein kedelai, natrium alginat yang terdegradasi

Pangan yang berhubungan dengan level gula darah

Dekstrin yang tidak tercerna, albumin gandum, polyphenol dari jambu dan teh, L-arabiosa, dsb.

Pangan yang berhubungan dengan tekanan darah

Laktotripeptida, kasein dodekaneptida, asam geniposidik, peptide sarden, dsb.

Pangan yang berhubungan dengan kesehatan gigi

Paratinosa, maltitiosa, erithritol, dsb.

Pangan yang berhubungan dengan kondisi Natrium alginat yang dapat terdegradasi, serat saluran pencernaan (gastrointestinal) serta pangan dari dedak biji psyllium, dsb. hubungannya dengan kolesterol dan triasilgliserol

Pangan yang berhubungan dengan absorpsi mineral

Kalsium sitrat malat, kasein fosfopeptida, besi hem, frakuto-oligosakarida, dsb.

Pangan yang berhubungan dengan osteogenesis Isoflavon kedelai, protein berbasis susu, dsb.

Pangan yang berhubungan dengan triasilgliserol [sunting]Pangan

Asam lemak rantai sedang, dsb.

Fungsional di Eropa

Sejak tahun 2007, Parlemen dan Dewan Uni Eropa telah mengesahkan peraturan baru untuk bidang [10] klaim gizi dan kesehatan terhadap pangan. Peraturan tersebut diharapkan dapat memberikan keyakinan dan perlindungan kepada konsumen mengenai kesalahpahaman ataupun klaim yang [10] kurang benar. Selain itu diharapkan dapat menciptakan iklim kompetisi yang sehat serta inovasi [10] yang semakin berkembang antar perusahaan pangan fungsional di Uni Eropa. Hingga tahun 2004, terdapat 304 produk pangan dengan 503 komponen ingredien fungsional yang [11] teridentifikasi memiliki sifat fungsional yang beredar di pasar Uni Eropa. Terdapat 168 perusahaan yang setidaknya minimum memproduksi satu jenis produk pangan fungsional di Uni Eropa dengan rincian sekitar setengah dari jumlah tersebut berkantor pusat di Jerman, selebihnya berkantor pusat [11] di Inggris, Spanyol, Belanda, Perancis, Italia, Austria, Finlandia, Belgia, dan Denmark. Lebih jauh lagi terdapat sekitar 26 perusahaan Amerika, 11 perusahaan Jepang, dan 30 perusahaan di luar Uni [11] Eropa yang memasarkan produk pangan fungsionalnya di Uni Eropa. Dalam pengajuan paten

pangan fungsional, setidaknya terdapat sepuluh perusahaan di Uni Eropa dengan lima belas [11] pengajuan paten. Perusahaan yang mengajukan paling banyak paten (5 buah) dalam kurun waktu 2001 adalah Societ des produits Nestl s.a. yang merupakan perusahaan berbasis di Swiss yang [11] bukan termasuk anggota negara Uni Eropa. Produk pangan fungsional di pasar Uni Eropa tahun 2004 menurut sektor pangan.[11]

Sektor pangan

Jumlah produk Persentase

Produk susu dan turunannya (termasuk yoghurt) 209

54,3

Minuman

116

30,1

Sereal

13

3,4

Produk kembang gula

12

3,1

Lemak dan suplemen lemak

12

3,1

Makanan bayi

9

2,3

Produk bakeri

6

1,6

Produk pangan jadi

5

1,3

Lain-lain

3

0,8

Total keseluruhan

385

100,0[11]

Produk pangan fungsional di pasar Uni Eropa tahun 2004 menurut ingredien pangan.

Jenis ingredien

Jumlah produk Persentase

Kultur bakteri (terutama probiotik) 173

44,9

Sakarida (terutama prebiotik)

78

20,3

Ekstrak tanaman

53

13,8

Terpene

41

10,6

Lain-lain

37

9,6

Serat

35

9,1

Fenol

33

8,6

Peptida

30

7,8

Lipid

23

6,0

Total keseluruhan

503

130,6

Keterangan : Total keseluruhan pangan lebih dari 100 persen, hal ini dikarenakan suatu produk kadang-kadang mengandung dua atau lebih ingredien bioaktif

Jumlah perusahaan pangan fungsional serta lokasi kantor pusatnya di Uni Eropa pada tahun [11] 2004.

Negara Jumlah perusahaan pangan fungsional

Jerman

82

Inggris

22,5

Spanyol 20

Belanda 9,5

Perancis 7

Italia

7

Austria

5

Finlandia 4

Belgia

3

Denmark 3

Lainnya

5

Keterangan : Untuk jumlah perusahaan yang kurang dari tiga maka digolongkan dalam lain-lain, selain itu salah satu perusahaan (Unilever) memiliki kantor pusat di Belanda dan Inggris.

Pangan Fungsional (Functional Food) adalah pangan, baik alami maupun olahan, yang mengandung satu atau lebih senyawa yang memiliki fungsi fisiologis tertentu dan menguntungkan bagi kesehatan berdasarkan kajian ilmiah. Sedangkan menurutInternational Food Information Council, pangan fungsional adalah pangan yang memberikan manfaat kesehatan di luar zat-zat gizi dasar yang terkandung di dalamnya. Salah satu contoh pangan fungsional yang bisa dikembangkan sebagai produk pangan olahan adalah Produk Olahan Manggis sebagai sirup maupun jus yang bisa dikonsumsi sebagai minuman segar sehari-hari. Sirup dan jus buah manggis bisa dikategorikan sebagai pangan fungsional karena berdasarkan riset dapat menjaga kesehatan tubuh, memperkuat sistem kekebalan tubuh, menetralisir radikal bebas, membantu sistem pernafasan. Selain itu jus buah Manggis juga bisa berfungsi sebagai Supplement untuk diet. Dari hasil studi farmakologi dan biokimia dapat diketahui bahwa mangostin yang terkandung dalam buah Manggis secara kompetitif menghambat tidak hanya reseptor histamin H, mediator kontraksi otot lunak tetapi juga epiramin yang membangun tempat reseptor H1, pada sel otot lunak secara utuh. Mangostin merupakan tipe baru dari histamin. Bahan Pangan olahan lain yang patut untuk dikembangkan sebagai produk pangan fungsional adalah bekatul. Bekatul sebagai hasil samping penggilingan padi diperoleh dari

lapisan luar karyopsis beras. Meskipun bekatul tersedia melimpah di Indonesia, pemanfaatannya untuk konsumsi manusia masih terbatas. Hingga saat ini, pemanfaatannya terbatas sebagai pakan. Padahal, nilai gizi bekatul sangat baik, kaya akan vitamin B, vitamin E, asam lemak esensial, serat pangan, protein, oryzanol, dan asam ferulat. Senyawa fitokimia pada bekatul (phytos = tanaman, chemicals = zat kimia) menjadi topik penelitian penting karena dapat memberikan fungsi-fungsi fisiologis dalam pencegahan penyakit degeneratif. Komposisi fitokimia bekatul sangat bervariasi, bergantung pada faktor agronomis, varietas padi, dan proses penggilingannya (derajat sosoh). Fraksi tak tersabunkan dari minyak bekatul terdapat sampai 5 persen dari berat minyak, dengan kandungan utamanya sterol. Sterol yang terdapat dalam jumlah banyak adalah bsitosterol yang jumlahnya 50 persen dari total sterol. Komponen penting lainnya adalah senyawa tokol (tokotrienol dan tokoferol). Tokoferol adalah vitamin E yang bersifat antioksidan yang kuat sehingga penting dalam menjaga kesehatan manusia. Kandungan lainnya yang juga memberikan pengaruh kesehatan sangat menguntungkan adalah oryzanol dan asam ferulat (ferulic acid). Penggunaan bekatul sebagai makanan terbatas karena sifatnya mudah rusak karena aktivitas hidrolitik dan oksidatif dari enzim lipase yang secara alamiah (endogenous) terdapat pada minyak bekatul atau oleh mikroba. Untuk memperoleh bekatul awet bersifat food grade dengan mutu yang tinggi, seluruh komponen penyebab kerusakan harus dikeluarkan atau dihambat, dan pada saat bersamaan kandungan komponen berharga (nutritional) harus tetap dijaga. Dari beberapa metode stabilitas yang telah dilakukan, metode dan perlakuan pemanasan dengan tekanan tinggi dan kadar air, tetap dapat dianggap cara terbaik. Metode ini berdasarkan pemanfaatan kadar air bekatul sebagai perantara (heat transfer), denaturasi enzim, dan sterilisasi. Dua metode yang tergolong proses ini adalah drum berputar dan ekstrusi pindah panas. Keuntungan proses ini tidak membutuhkan aliran uap air dari luar, peralatannya relatif kecil, dan mudah instalasi juga operasinya. Dengan demikian, unit dapat digabungkan dengan unit penggilingan beras dengan sedikit modifikasi. Untuk pangan, bekatul dapat dicampur dengan bahan lain pada pembuatan biskuit, kue, dan lain-lain. Penggunaan bekatul secara komersial di luar negeri baru pengekstrakan bekatul untuk minyak goreng. Pemanfaatan bekatul yang telah diawetkan sebagai makanan sarapan sereal, dengan perbandingan (dalam persen) tepung beras : bekatul dari 90:10 sampai dengan 30:70. Substitusi bekatul padi 15 persen pada tepung terigu dilaporkan memberikan hasil yang optimal terhadap penerimaan cookies dan roti manis. Substitusi ini meningkatkan kandungan serat pangan (hemiselulosa, selulosa, dan lignin) dan niasin pada produk. Dari uraian di atas terlihat bahwa bekatul padi mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional. Potensi ini berkorelasi positif dengan padi/beras sebagai

konsumsi utama masyarakat Indonesia. Pemanfaatan limbah penggilingan padi dapat diolah menjadi bekatul awet, dan kemudian diolah lanjut sebagai pangan fungsional

8. gBerbagi Informasi tentang tata cara pemberian obat. Ada beberapa cara pemberian obat antara lain melalui pemberian obat secara oral, pemberian obat secara sublingual, pemberian obat parenteral dan pemberian obat secara rektal, dsb. Pemberian obat ini pertama-tama sangat bergantung pada sediaan obat, bentuk Sediaan obat yang kita kenal antara lain tablet, kaplet, kapsul, softgel, syrup, vial, ampul dan masih banyak lagi. Berikut ini adalah cara pemberian obat dan bentuk sediaan obatnya:

Pemberian obat secara oral /ditelan, Istilah yang biasa digunakan adalah Oral, bentuk sediaan obat untuk pemberian oral adalah syrup, puyer, kapsul, tablet, kaplet, tablet effervescent. Pemberian obat secara subligual/ diletakkan dibawah Lidah, namun istilah yang biasa digunakan adalah Sublingual, biasanya bentuk sediaan obat untuk pemberian sublingual adalah tablet. Pemberian obat secara Inhaler /dihirup, namun istilah yang biasa digunakan adalah Inhalasi, Bentuk sediaan obat untuk pemberian inhalasi adalah larutan (metered Dose Inhaler) bubuk. Pemberian obat secara rektal /melalui Anus, namun istilah yang biasa digunakan Rektal, bentuk sediaan obatnya Suppositoria (padat) dan Enema (larutan), Melalui Vagina, Istilahnya Per Vaginam, Bentuk Sediaan Obatnya Ovula (padat). Pemberian obat secara parenteral /Suntikan (injeksi) Namun istilah yang paling biasa digunakan adalah Parenteral, Cara pemberian obat secara parenteral dapat dilakukan dengan IM, IV, ID, SC, Intra Tekal, Intra Artikular. Bentuk Sediaan Obatnya adalah Vial, Ampul, dan botol Infus. Pemberian obat secara topikal/ diberikan Setempat, Bentuk sediaan obatnya adalah salep, krim, jelly, Tinctur, Tetes (drops), Plester, Tulle.

Beberapa bentuk sediaan obat

Obat memang biasanya disediakan dalam bentuk yang bermacam-macam, misal untuk Piracetam ada sediaan Piracetam Injeksi, Piracetam Infus, Piracetam dalam sediaan kapsul dan kaplet. Cara Pemberian obat dan bentuk sediaannya sangat erat kaitannya dengan faktor berikut ini:

Sasaran Pengobatan, Untuk daerah yang sulit dijangkau seperti pengobatan infeksi atau penyakit di anus maka diberikan dengan rektal, mata bentuk drops, kulit dengan krim atau salep. Kondisi Pasien, Kemampuan penderita untuk menerima obat, Misalkan saja pasien Gawat Darurat maka biasanya obat diberikan secara injeksi maka bentuk sediaannya ampul, vial, infus karena Pasien Gawat darurat membutuhkan obat kerja cepat dan untuk pemberian dengan cara lainnya tentunya pasien akan sulit menelan bila diberikan secara oral. Zat Aktif Obat, Sifat zat aktif, farmakokinetik dan farmakodinamiknya juga mempengaruhi cara pemberian obat.

Batas Keamanan Kadar Obat, Adalah kadar obat yang menimbulkan efek terapi dan tidak menimbulkan efek toksik. Obat baru bekerja dengan baik setelah obat tersebut mencapai kadar tertentu, sering disebut dengan istilah kadar terapi, dan kadar minimalnya sering disebut dengan istilah Minimum Effective Concentration (MEC).

MEC dan MTC Obat

Dosis Obat Dosis obat yang diberikan harus tidak melampaui MTC (Minimum Toxic Concentration) karena bila melebihi batas MTC justru akan bersifat toksik atau racun bagi tubuh. jadi Pengertian MTC adalah Kadar Minimal obat yang tidak menimbulkan efek racun/toksik atau dengan kata lain MTC adalah Kadar maksimal obat sehingga obat tetap aman bagi tubuh (tidak bersifat toksik) dan agar memberikan efek pengobatan harus diatas MEC (Minimum Effective Concentration). MEC adalah kadar minimal obat agar didapat efek terapi. Selain MEC dan MTC ada juga ED50, LD50, waktu paruh obat (t1/2 atau T50), faktor-faktor diatas turut menentukan dosis obat, apakah diberikan 1 kali sehari, 3 kali sehari dan Jumlah obat yang diberikan. Oleh karena itu untuk mendapatkan efek pengobatan dan kesembuhan sangat disarankan mengikuti anjuran pemakaian obat yang diberikan oleh dokter dan ikuti petunjuknya. (untuk lebih jelasnya tentang MEC dan MTC silahkan lihat gambar diatas

9.jBerikut adalah serba serbi tentang Farmakodinamik. Definisi farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. Selanjutnya akan kita bicarakan lebih mendalam tentang farmakodinamik obat. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat adalah: 1. Meneliti efek utama obat 2. Mengetahui interaksi obat dengan sel 3. Mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimia dan fisiologi yang merupakan respons yang khas untuk obat tersebut. Reseptor Obat Reseptor adalah makromolekul ((biopolimer)khas atau bagiannya dalam organisme yakni tempat aktif obat terikat. Komponen yang paling penting dalam reseptor obat adalah protein. struktur kimia suatu obat berhubungan erat dengan affinitasnya terhadap reseptor dan aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat dapat menimbulkan perubahan yang besar. Interaksi Obat - Reseptor persyaratan untuk obat - reseptor adalah pembentukan kompleks obat reseptor. apakah kompleks ini terbentuk dan seberapa besar terbentuknya tergantung pada affinitas obat terhadap reseptor. kemampuan obat untuk menimbulkan suatu rangsang dan membentuk kompleks dengan reseptor disebut aktivitas intrinsik. Agonis adalah obat yang memilki baik afinitas dan aktivitas intrinsik. Pada teori reseptor obat sering dikemukakan bahwa efek obat hanya dapat terjadi bila terjadi interaksi molekul obat dengan reseptornya. Lebih mudahnya dirumuskan seperti ini. Obat (O) + Reseptor (R) --> Kompleks obat reseptor (OR) ---> Efek Efek Terapeutik Tidak semua obat bersifat betul-betul menyembuhkan penyakit, beberapa obat memang dibuat hanya untuk meniadakan atau meringankan gejala suatu penyakit. Berikut ini adalah tiga jenis terapi obat:

Terapi Kausal, obat yang berfungsi untuk memusnahkan penyebab penyakit, obat inilah yang digunakan untuk menyembuhkan penderita dari penyakit. contoh obat dengan terapi kausal adalah antibiotik, anti malaria dan lain-lain. Terapi simptomatis, obat ini berguna untuk meringankan gejala dari suatu penyakit. contoh obat jenis ini adalah analgesik, antipiritik, anti emetik dan sebagainya.

Terapi subtitusi, obat yang digunakan untuk mengantikan zat yang lazim diproduksi oleh tubuh. misal insulin pada penderita diabetes, hormon estrogen pada pasien hipo fungsi ovarium dan obat-obat hormon lainnya.