tor sid matasiri lt 17

29
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN SURVEY, INVESTIGASI DAN DESAIN PELABUHAN Kementerian Negara/Lembaga : (022) Kementerian Perhubungan Unit Organisasi : (04) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Provinsi : (01) DKI Jakarta Kode/Nama Satker : (412772) Kantor Pusat Ditjen Perhubungan Laut Program : (04.08.11) Program Pembangunan Transportasi Laut Sasaran Program : Meningkatnya Keandalan Prasarana dan Sarana Transpotasi Laut Kegiatan : (0109) Survey/Studi Kelayakan/Penyusunan Masterplan/DED/SID Sub. Kegiatan : (00041) Survey, Pemetaan, Masterplan, Studi Kelayakan dan Penata gunaan Lahan MAK : (536111) Belanja Modal Fisik Lainnya. 1. LATAR BELAKANG (WHY) a. Dasar Hukum Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara antara lain mengamanatkan penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan perspektif kerangka pengeluaran jangka menengah, penerapan anggaran secara terpadu dan penerapan anggaran berbasis kinerja. Untuk menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara oleh Pemerintah maka setiap Kementerian Negara / Lembaga wajib menyusun Rencana Kerja Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA-KL), yang merupakan kompilasi dari Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja (RKA- SK) yang disusun oleh Satuan Kerja. RKA-SK secara teknis berupa program kegiatan yang memuat uraian sasaran yang hendak dicapai dan dilengkapi dengan data dukung berupa Kerangka Acuan Kerja (Terms of Reference – TOR), perhitungan pembiayaan, justifikasi, dan dokumentasi yang memadai. Maksud dari penyusunan Kerangka

Upload: rivai-lufain

Post on 16-Nov-2015

128 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

term of refference pengawasan

TRANSCRIPT

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)PEKERJAAN SURVEY, INVESTIGASI DAN DESAIN PELABUHAN

Kementerian Negara/Lembaga : (022) Kementerian Perhubungan

Unit Organisasi

: (04) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut

Provinsi

: (01) DKI JakartaKode/Nama Satker

: (412772) Kantor Pusat Ditjen Perhubungan Laut

Program

: (04.08.11) Program Pembangunan Transportasi Laut

Sasaran Program

: Meningkatnya Keandalan Prasarana dan Sarana

Transpotasi Laut

Kegiatan

: (0109) Survey/Studi Kelayakan/Penyusunan Masterplan/DED/SID

Sub. Kegiatan : (00041) Survey, Pemetaan, Masterplan, Studi Kelayakan dan Penata gunaan Lahan

MAK

: (536111) Belanja Modal Fisik Lainnya.

1. LATAR BELAKANG (WHY)

a. Dasar HukumUndang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara antara lain mengamanatkan penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan perspektif kerangka pengeluaran jangka menengah, penerapan anggaran secara terpadu dan penerapan anggaran berbasis kinerja.Untuk menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara oleh Pemerintah maka setiap Kementerian Negara / Lembaga wajib menyusun Rencana Kerja Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA-KL), yang merupakan kompilasi dari Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja (RKA-SK) yang disusun oleh Satuan Kerja. RKA-SK secara teknis berupa program kegiatan yang memuat uraian sasaran yang hendak dicapai dan dilengkapi dengan data dukung berupa Kerangka Acuan Kerja (Terms of Reference TOR), perhitungan pembiayaan, justifikasi, dan dokumentasi yang memadai. Maksud dari penyusunan Kerangka Acuan Kerja ini adalah sebagai penjelasan/keterangan atas program kerja untuk memperoleh alokasi anggaran dalam DIPA.Selanjutnya Undang-Undang RI no. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mengindikasikan perlunya penyediaan infrastruktur pelabuhan sebagai tempat perpindahan intra- dan antarmoda transportasi. Pembangunan pelabuhan tersebut harus direncanakan secara tepat, memenuhi persyaratan teknis kepelabuhan, kelestarian lingkungan, dan memperhatikan keterpaduan infrastruktur dan antarmoda transportasi.Di samping itu, Peraturan Menteri Perhubungan No. KM. 31 Tahun 2006 tentag Pedoman dan Proses Perencanaan di lingkungan Kemetnterian Perhubungan mengamanatkan adanya pelaksanaan Survey Investigasi dan Desain (SID) sebagai salah satu syarat pembangunan suatu infrastruktur transportasi termasuk dalam hal ini pelabuhan.

b. Gambaran Umum

Indonesia sebagai Negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil. Di antara pulau-pulau tersebut masih terdapat daerah yang terisolasi, terpencil, tertinggal dan belum berkembang serta belum terjangkau sarana transportasi laut namun belum memiliki infrastruktur yang dibutuhkan.Transportasi laut sebagai bagian dari system transportasi nasional terus dikembangkan dalam rangka mewujudkan prinsip Wawasan Nusantara untuk mempersatukan seluruh wilayah territorial Indonesia. Transportasi merupakan kegiatan yang vital dalam mendukung perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkatnya kualitas system dan jaringan transportasi, akan meningkat pula interaksi di antara pelaku ekonomi yang pada gilirannya dapat memajukan perekonomian di seluruh wilayah Negara. Oleh karena itu, pembangunan pelabuhan sebagai infrastruktur utama pada sub sector perhubungan laut, akan terus dilaksanakan untuk menunjang pergerakan penumpang, petikemas, general cargo, pelayaran perintis, pelayaran local maupun pelayaran rakyat. Dalam rangka mempersiapkan pembangunan pelabuhan yang baik dan memnuhi syarat untuk operasional kapal-kapal dengan selamat, aman dan lancer, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan perlu mengadakan studi dalam bentuk Survey, Investigasi dan Desain (SID) pada lokasi-lokasi yang potensial untuk dilakukan pembagunan pelabuhan. Kegiatan SID dilaksanakan dalam rangka pembangunan pelabuhan baru maupun mengembangkan dan peningkatan fasilitas yang telah ada.2. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

a. Uraian Kegiatan

1) Survey Reconnaissance2) Survey Hidrografi dan Topografi

3) Survey dan Penyelidikan Tanah

4) Desain Perencanaan Konstruksi

b. Ruang Lingkup Kegiatan1) Survey Reconnaissance

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam pelaksanaan reconnaissance yakni pengmatan lokasi, untuk mengetahui : Layak atau tidaknya lokasi tersebut dibangun dan dikembangkan bila ditinjau dari aspek teknis, operasional, keselamatan pelayaran, social, ekonomi dan manfaat.

Posisi geografis dari lokasi yang potensial untuk dibangun pelabuhan.

Luas area yang perlu dijadikan obyek survey hidrografi maupun topografi dan dilakukan pengukuran dengan hand load guna mengetahui kedalaman pada beberapa tempat yang diperlukan. Kondisi lingkungan, menyangkut keberadaan daerah konservasi (daerah perlindungan lingkungan lainnya) di wilayah perairan maupun daratan (hutan lindung, hutan bakau, dsb), kondisi social masyarakat, dan factor-faktor lain yang mempengeruhi pembangunan dan operasional pelabuhan di masa yang akan dating.

Jalan akses menuju lokasi pelabuhan atau kemungkinan pembangunan jalan akses di masa mendatang.

Disamping itu, dilakukan pula pengumpulan data-data sekunder meliputi kondisi pelabuhan yang ada (informasi teknis dan operasional), makro ekonomi, jaringan transportasi, demografi, meteorology (lokasi terdekat) dan Rencana Umum Tata Ruang (dari pemerintah daerah setempat). Perencanaan pengembangan pelabuhan dilengkapi dengan alternative lokasi yang memungkinkan.

2) Survey Hidrografi dan Topografi

Wilayah survey hidrologi seluas + 40 Ha dan topografi seluas + 15 Ha (luas dapat berubah sesuai dengan hasil survey reconnaissance) untuk mendapatkan gambaran tentang;

Konfigurasi dasar laut/sungai.

Profil/potongan melintang pantai, laut dan sungai.

Bangunan-bangunan yang termasuk dalam kategori rintangan navigasi (kapal tenggelam, letak karang dll).

Kedudukan pasang surut. Kedudukan dan arah arus.

Arah gelombang dominan, tinggi gelombang dan periode gelombang.

Kondisi air laut (kadar suspense dan kadar garam/salinitasi).

Proses erosi dan sedimentasi.

Kondisi topografii daerah survey.

3) Survey dan Penyelidikan Tanah

Pekerjaan penyelidikan tanah berupa penelitian di lapangan dan di laboratorium adalah untuk mengetahui struktur dan jenis tiap lapisan tanah di bawah permukaan, dimana hasil pekerjaan penyelidikan tanah ini dimaksudkan sebagai data yang akan dipergunakan untuk melaksanakan konstruksi yang akan dibangun di lokasi bersangkutan. Hasil tersebut harus memadai sebagai bahan analisa perencanaan dan perhitungan yang meliputi : Perencanaan system pondasi Analisa daya dukung (bearing capality) untuk pondasi dangkal dan pondasi dalam.

Analisa penurunan tanah (settlement).

Analisa perbaikan (soil improvement).

Perencanaan retaining wall dan analisa slip circle.

Kegiatan yang dilakukan pada saat survey penyelidikan tanah antara lain :

Boring

: 3 titik

Uji lapangan

: Undisturbed dan Disturbed

Uji laboratorium

: Undisturbed dan Disturbed

4) Desain Perencanaan Konstruksi

Lingkup Pekerjaan pembuatan desain meliputi perhitungan konstruksi, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Bill of Quantity (BQ). Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) serta gambar rencana.a). Dermaga

Untuk perencanaan dermaga, data-data di bawah ini akan digunakan sebagai dasar untuk penetapan alternatif sistem konstruksi dengan pertimbangan biaya pembangunan dan umur rencana bangunan yang paling menguntungan. Beban yang bekerja pada bangunan atas dermaga yaitu beban-beban di bawah ini :

Berat sendiri konstruksi dermaga.

Beban hidup di atas dermaga.

Beban akibat sandar dan tambat kapal dengan memperhatikan jenis kapal yang direncanakan untuk singgah.

Beban gempa.

Beban karena pengaruh cuaca (terutama angin).

Beban akibat arus dan gelombang.

b). Fasilitas Pelabuhan lainnya yang dibutuhkan

Fasilitas pelabuhan selain dermaga/trestle/causeway yang di butuhkan untuk menunjang kelancaran arus barang dan penumpang, antara lain :

Terminal penumpang

Gudang

Jalan

Lapangan penumpukkan

Kantor pelabuhan

Pagar, dll.

c). Data kedalaman laut, pasang surut dan bobot kapal digunakan sebagai besaran untuk perencanaan ;

Posisi aluran dan letak dermaga yang paling menguntungkan, panjang trestle/ causeway. Elevasi dermaga, konstruksi fender dan penyangganya, elevasi trestle/causeway maupun areal timbunan dan talud.

Klasifikasi tinggi pasang surut;

a. Pasang surut kecil

: < 1,50 meter

b. Pasang surut sedang: 1,50 meter s/d 2,50 meter

c. Pasang surut besar

: > 2,50 meter

Klasifikasi dimensi kapal untuk perencanaan dermaga;

d). Data kondisi tanah digunakan untuk perencanaan beberapa besaran di bawah ini :

Daya dukung tanah untuk pondasi langsung yaitu gravity structure, areal penimbunan dan lain-lain. Daya dukung tiang pancang untuk penyangga konstruksi trestle, dermaga, dolphin dan lain-lain.

Perhitungan consolidation settlement untuk pondasi langsung timbunan dan lain-lain.

e). Penyusunan Dokumen Tender dan Gambar Pelaksanaan

Gambar-gambar konstruksi Rencana kerja dan syarat-syarat

Spesifikasi umum dan khusus

Bill of Quantity (BQ) Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Analisa Harga Satuan

Perhitungan konstruksi

Sistem pelaksanaan dan peralatan yang sesuai dengan keadaan alam dan teknis di lokasi pembangunan.

f). Rencana konstruksi dermaga harus mengacu pada standarisasi dermaga prototipe yang telah ditetapkan.

c. Kebutuhan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Teknis

Kualifikasi minimal dari persnil yang dipersyaratkan untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut :I. Tenaga Ahli

1). Ahli Perencanaan Pelabuhan (Team Leader)Sarjana Teknik sipil dengan pengalaman minimal 5 (lima) tahun di bidang adalah Perencanaan Pelabuhan.

2). Ahli Struktur Utama

Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 5 (lima) tahun di bidang perencanaan struktur pelabuhan atau bangunan air.3). Ahli Mekanika Tanah

Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 5 (lima) tahun di bidang perencanaan struktur pelabuhan atau bangunan air.4). Ahli Pondasi Utama

Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 5 (lima) tahun di bidang perencanaan struktur pelabuhan atau bangunan air.5). Ahli Spesifikasi dan Dokumen Tender

Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun dlaam penyusunan spesifikasi teknis dan engineering estimate konstruksi dermaga, trestle, causeway, prasarana sandar/tambat kapal dan fasilitas darat untuk dokumen tender.6). Ahli Geodesi

Sarjana Teknip Sipil dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun dalam penyusunan mengerjakan perancangan prasarana pelabuhan (dermaga, jalan, gudang, lapangan penumpukan, dll) dan menguasai system operasional pelabuhan).7). Ahli Laboratorium

Sarjana Teknip Sipil dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun di laboratorium mekanika tanah8). Ahli Struktur Yunior

Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidang perencanaan struktur pelabuhan atau bangunan air.9). Ahli Pondasi YuniorSarjana Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidang perencanaan struktur pelabuhan atau bangunan air.II. Tenaga Pendukung Teknis

1). Bor Master (1 orang)Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam pekerjaan boring

2). Surveyor (2 orang)

Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam survey pemetaan

3). Laborant ( 2 orang)

Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam pengujian laboratorium mekanika tanah

4). Draftman (2 orang)

Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam menggambar desain konstruksi menggunakan program computer.3. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud Kegiatan

Pekerjaan survey, investigasi dan desain dimaksudkan untuk potensi ekonomi9 wilayah, status lahan, profil dan sifat-sifat tanah serta kondisi bathimetri di lokasi kajian dalam rangka pembuatan desain konstruksi dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya secara ekonomis sesuai persyaratan teknis dalam suatu tata letak yang menunjang operasional pelayaran dan bongkar-muat barang dan penumpang dengan ukuran kapal yang sesuai dengan wilayah pelayanan.Fasilitas pelabuhan lainnya dapat berupa; gudang, lapangan penumpukkan, talud, kantor, terminal penumpang, jalan, reservoir/instalasi air, ganset/instalasi listrik, dll.b. Tujuan Kegiatan1) Untuk mendapatkan informasi mengenai lokasi pelabuhan, fasilitas existing, volume kegiatan pelabuhan, kondisi lingkungan, potensi daerah hinterland dan rencana pengembangan.2) Mendapatkan gambaran potensi daerah dan manfaat pembangunan fasilitas pelabuhan.

3) Mendapatkan gambaran mengenai kondisi hidrografi dan topografi lahan dari lokasi pembangunan dan pengembangan pelabuhan.

4) Mengetahui struktur dan jenis tiap lapisan tanah dibawah permukaan sebagai dasar perhitungan daya dukung tanah terhadap konstruksi yang akan dibangun.

5) Membuat desain teknis untuk pembangunan pelabuhan dan fasilitas lainnya serta dokumen tender yang dibutuhkan dlam pelaksanaan konstruksi.4. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN

a. Indikator Keluaran (Kualitatif)

1. Berdasarkan data-data teknis dari hasil survey dilapangan dan hasil uji laboratorium serta data-data meteorologi, akan diperoleh kesimpulan/kesan teknis terhadap alternatif loksi dan posisi dermaga, sehingga dapat ditentukan lokasi yang paling menguntungkan dari segi teknis operasional dan keselamatan pelayaran.2. Pembangunan dan pengembangan pelabuhan akan meningkatkan pelayanan jasa pelabuhan dan transportasi laut kepada masyarakat disekitar lokasi.

3. Peningkatan aktivitas transportasi di wilayah setempat akan mendukung perekonomian lokal maupun nasional.b. Keluaran (Kuantitatif)

Hasil pekerjaan survey hidrografi, topografi, penyelidikan tanah dan pembuatan desain dilaporkan secara tertulis kepada Pengguna Jasa dalam bentuk buku yang dijilid dengan baik dan disusun secara sistematis beserta softcopy-nya dalam bentuk CD atau DVD.1) Laporan Pendahuluan (Hasil Reconnaissaince Survey)

Laporan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku. Isi laporan meliputi : Kondisi sistem transportasi dalam rangka pencapaian lokasi pekerjaan, meliputi access road dan status lahan pelabuhan.

Kondisi Lapangan secara garis besar dan data-data teknis yang ada kaitannya dengan rencana pelaksanaansurvey.

Rencana kerja, tahapan dan metode survey disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Tanggapan terhadap KAK termasuk ruang lingkup pekerjaan dikaitkan dengan hasil peninjauan dn kondisi lapangan.

Rekomendasi sementara alternatif lokasi lengkap dengan hasil check sounding secara garis besar, pengamatan visual dan rencana tata letak fasilitas pelabuhan serta dilengkapi dengan fasilitas yang ada.

Hasil wawancara dengan pejabat setempat.

Berita acara pelaksanaan reconnaissance survey Foto-foto memanjang dari laut ke pantai

Desain kriteria: ukuran kapal yang sandar dan arus kunjungan kapal

2) Laporan Antara (Interim Report)

Laporan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku. Isi laporan meliputi : Prosedur pekerjaan lapangan, uraian teknis bila ada penyimpangan-penyimpangan. Pengambilan titik-titik tetap dan elevasinya terhadap LWS.

Spesifikasi peralatan-peralatan pokok.

Penetapan koordinat, levelling, penentuan azimuth matahari, konstanta harmonis berikut AT dan LWS.

Data arus, grafik kecepatan arus yang memperlihatkan hubungannya dengan pasang surut, peta arah dan kecepatan arus, suspensi dan salinitas.

Grafik pasang surut lengkap dengan DT, AT dan LWS. Data meteorologi (curah hujan minimum 5 tahun terakhir dan data angin)

Gambar situasi (hasil survey hydrografi/topografi) dilengkapi dengan koordinat dan posisi pengamatan arus.

Gambar profil melintang dan memanjang.

Semua gmabar harus dilengkapi dengan tanggal pelaksanaan, nama dan tanda tangan pelaksana, penggambar dan penanggung jawab, disarankan dibuat dengan menggunakan komputer.

Salah satu dari bar-check yang sudah dilaksanakan.

Lembar busur Snellius (bila menggunakan sistem snellius)

Evaluasi dan rekomendasi sementara dari hasil survey.

Semua berita acara dari semua tahapan dan penyelesaian pekerjaan lapangan. Semua data asli hasil pengukuran dibundel tersendiri dan diserahkan/diperlihatkan kepada Pengguna Jasa saat pembahsan laporan dengan TIM Evakuasi Teknis.

Data sekunder.

3) Draft Laporan Akhir (Draft Final Report) Survey

Setelah seluruh pekerjaan lapangan dan pekerjaan laboratorium selesai. Penyedia Jasa Konsultansi diminta menyampaikan Draft Laporan Akhir Survey sebanyak 10 (sepuluh) buku yang merupakan penyempurnaan Laporan Antara (seperti tersebut sebelumnya), ditambah dan dilengkapi dengan : Bor-log yang memperlihatkan hubungan antara kedalaman dan SPT, soil description berdasarkan contoh (sample) yang diperoleh dari spon sampler, sample dan lain-lain dengan memasukkan hasil dan besaran dari percobaan laboratorium. Hasil pekerjaan sounding berupa grafik-grafik dan tabel-tabel yang menggambarkan besaran-besaran tahapan ujung (end resistance), tahapan geser setempat (local friction) dan jumlah tahanan geser (total friction).

Hasil percobaan laboratorium lengkap dengan lampiran-lampiran garfik, tabel dan lain-lain untuk penentuan index and physical properties. Evaluasi atas hasil pekerjaan lapangan laboratorium.

Posisi /koordinat titik-titik boring diplotkan dalam gambar hydrografi/topografi. Stratigrafi tanah (soil profile).

Dibuat grafik hubungan antara kedalaman (Z) dengan ;a) Qu (Unconfoned compression Test)b) Qc (Dutch Cone Penetrometer Test)

c) N (Standar Penetration Test)

d) Yn (Unit Weight/bulk density)

e) D (Unit Dry)

f) Wn (Water content)

g) Grain Size Analysis

h) Specific Gravity (Gs)

i) Cv (Coefficient of Consolidation cm2/min)

j) Cc (Cpmpreson index)

Grafik hubungan antara ;

a) Qc (Dutch cone penetrometer test) dengan qu (Unconfined compression test)b) Qc (Dutch cone penetrometer test) dengan N (standard penetration test)

c) Qc (Dutch cone penetrometer test) dengan N (standard penetration test)

d) Lp (Plasticity Index)

e) Average consolidation pressure (kg/cm2) dengan Cv (Coefficient of consolidation cm2/min).

Hubungan antara derajat konsolidasi (u%) dengan waktu penurunan (time settlement).

Klarifikasi tanah (triangular chart classification).

Rekomendasi dan kesimpulan yang meliputi ;a) Rencana sistem pondasib) Analisa daya dukung tanah (bearing capacity untuk deep dan shallow foundation)

c) Analisa soil improvementd) Apabila hasil-hasil laboratorium tidak sesuai dengan lapangan atau dijumpai kejanggalan-kejanggalan dalam hasil lapangan/laboratorium maka Penyedia Jasa Konsultansi dapat merekomendasikan tambahan pekerjaan penyelidikan tanah sebelum pekerjaan konstruksi dimulai.

Data sekunder yang dibutuhkan.

4) Draft Laporan Akhir Desain (Draft Final Report-Design)

Laporan dibaut sebanyak 5 (lima) buku, meliputi :

Analisa sistem konstruksi dermaga beserta seluruh sarana pendukungnya dan fasilitas pelabuhan lainnya yang dibutuhkan berdasarkan hasil survey.

Sistem pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan system struktur ang digunakan.

Kebutuhan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan.

Gambar-gambar detail konstruksi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.

Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS). Spesifikasi umum dan khusus.

Bill of Quantity (BQ)

Rencana Anggaran Biaya (RAB).

Analisa Harga Satuan.

Perhitungan Konstruksi.

5) Laporan Akhir (Final Report) Survey dan

Laporan Akhir Survey dibuat sebanyak 5 (lima) buku merupakan penyempurnaan Draft Laporan Akhir survey.

6) Laporan Akhir Desain (Final Report-Design)

Laporan Akhir Survey dibuat sebanyak 5 (lima) buku merupakan penyempurnaan Draft Laporan Akhir Desain.

7) Laporan Ringkasan Eksekutif (Executive Summary)

Laporan Ringkasan Executive (dibuat sebanyal 5 (lima) buku) yang meliputi antara lain :

Ringkasan hasil Reconnaissance Survey.

Ringkasan hasil survey hydrografi, topografi dan penyelidikan tanah yang menyajikan parameter-parameter penting dengan jelas.

Ringkasan peta stratigrafi tanah (dibuat dalam satu lembar).

Rekomendasi system pondasi dan ringkasan hasil perhitungan daya dukung.

Lay-out desain pelabuhan.8) Softcopy dari seluruh laporan

Seluruh data yang diperoleh dan laporan selama pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk softcopy dihimpun dalam 1 (satu) CD atau DVD dan diserahkan kepada Pengguna Jasa pada saat akhir pekerjaan bersama-sama dengan Laporan Akhir.

5. LOKASI PELAKSANAAN KEGAIATAN (WHERE)

Kegiatan SID akan dilakukan pada 10 (sepuluh) lokasi pelabuhan yang dianggap potensial untuk dibangun atau dikembangkan dan akan ditetapkan berdasarkan usulan dari pemerintah daerah, unit pelaksana teknis ataupun direktorat teknis terkait skala prioritas.6. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGAIATAN (WHO)a. Pelaksana Kegiatan

Kegiatan SID pelabuhan akan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konsultansi yang diseleksi melalui proses pengadaan sesuai Peraturab Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Instansi Pemerintah beserta perubahan-perubahannya.

b. Penanggungjawab Kegiatan

Penanggungjawab kegiatan dan Pengguna Jasa diwakili oleh sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Menteri Perhubungan.

c. Penerima Manfaat

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementrian Perhubungan.7. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN (WHEN)Untuk pelaksanaan pekerjaan ini, Penyedia Jasa Konsultansi diberikan waktu 150 (seratus lima puluh) hari kalender terhitung sejak kontrak ditandatangani.8. METOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN (HOW)

a. Pekerjaan Pemeruman (Sounding)

1) Koordinat titik-titik dalam peta hidrografi ahrus menggunakan koordinat geografis (disarankan menggunakan GPS), atau dapat menggunakan koordinat local (x.y) atau UTM (dengan persetujuan Pengguna Jasa).

2) Pengukuran-pengukuran sudut dalam penentuan titik referensi dan beacon maupun azimuth menggunakan theodolit Wild T2.

3) Semua perhitungan agar dilampirkan dalam laporan.

4) Pengukuran jarak basis lebih dari 200m diukur dengan alat ukur optic (theodolit Wild T2), untuk jarak basis kurang dari 200m boleh memakai alat pengukuran panjang pita baja (meetbond).5) Kedalaman diukur dengan alat perum gema (echosounder) dengan ketelitian yang tinggi dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa. Alat perum gema yang dimaksud adalah alat gema yang menggunakan kertas pencatat kedalaman dan bukan sinar, dengan skala 1cm pada kertas pencata = 1m kedalaman.

6) Setiap hari Penyedia Jasa Konsultansi harus melakukan bar-check terhadap alat echosounder yang dipakai sebelum dan sesudah pekerjaan sounding. Salah satu hasil bar-check dilampirkan dalam laporan (bar-check untuk setiap beda kedalaman 1m, jarak kedalaman minimal 5x=5m, lebih dalam lebih teliti).7) Bidang satuan yang dipakai sebagai dasar pengukuran dan data-data pengamatan pasang-surut yang asli di lapangan harus dibawa untuk diperlihatkan kepada TIM Evaluasi saat pembahasan Laporan Antara.

8) Bidang surutan yang dipakai adalah 0,00 m-LWS.9) Semua kertas echosounder hasil pengukuran dan data-data sudut asli di lapangan harus dibawa untuk diperlihatkan kepada TIM Evaluasi saat pembahasan Laporan Antara.10) Posisi Pemeruman

Posisi sounding ditentukan dengan salah satu dari cara-cara sebagai berikut :

a) Cara Snellius dengan menggunakan 2 buah sextant

Dalam Laporan Antara harus dilampirkan data-data lapangan dengan urutan sebagai berikut : Titik-titik yang dipakai dan rencana lembar-lembar busur (arch-sheet).

Perhitungan lembar-lembar busur yang sudah dicek.

Daftar seluruh pasang sudut dari tiap posisi fixed sounding (dalam daftar rapih).

b) Cara perpotongan dua jarak dengan menggunakan alat elektronik (MRS III dan sejenisnya).

c) Cara gabungan jalur arah dan jarak dengan menggunakan pengukur sudut elektronik.

Untuk cara-cara dalam butir a), b) dan c) dalam Laporan Antara harus dilampirkan data-data lapangan dengan urutan sebagai berikut : Sketsa titik-titik lengkap dengan pembagian lembarnya (sheet).

Daftar sudut-sudut dan jarak-jarak lengkap dengan formula/cara perhitungan (dalam daftar rapih).

d) Cara gabungan Raai dan potongan/cutting (dipergunakan untuk areal yang tidak luas).e) Untuk proyek-proyek baru dengan luas > 100Ha, harus digunakanalat positioning dengan GPS atau DGPS.

11) Bila terdapat areal didekat garis pantai yang tidak dapat di-sounding, maka kedalamannya harus diukur dengan bandul pengukur hand-load atau disipat datar (leveling) dari darat.

12) Selama pekerjaan sounding, kecepatan kapal harus tetap dipertahankan konstan (maksimum 4 knot) dan berada dalam dalam jalur, dengan posisi echosounder tetap diaktifkan.

13) Haluan perum diusahakan tegak lurus pantai atau dermaga, sedangkan untuk pengontrolan kedalaman pada jalur sounding dilakukan dengan cara sounding silang minimal 3 jalur.b. Pengamatan Pasang Surut

1) Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adlaah untuk menentukan kedudukan air tertinggi, duduk tengah dan air terendah yang dicapai maupun kedudukan LWS.2) Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum selama 15 ahri terus menerus menggunakan alat pencatat otomatis (automatic, tide gauge). Pencatatan dimulai pukul 00.00 waktu setempat pada hari pertama dan terakhir pada pukul 24.00 hari ke-15 (atau 24 jam x 15 hari).3) Kertas rekaman dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim Evaluasi Teknis saat pembahasan Laporan antara dengan Tim Evaluasi Teknis.

4) Untuk perhitungan-perhitungan konstanta harmonis, duduk tengah, air tinggi yang dapat dicapai maupun LWS mempergunakan metode Admiralty agar disampaikan dengan urutan sebagai berikut :

Rumus umum yang dipakai dalam perhitungan. Perhitungan konstanta harmonis dan elevasi duduk tengah (DT) atau MSL. Perhitungan elevasi 0,0 LWS dan air tinggi yang dapat dicapai.

Sketsa urutan tiap elevasi air untuk 0,00 LWS, DT, AT yang dapat dicapai berdasarkan perhitungan.

5) Data hasil perhitungan dengan metode Admiralty harus dibandingkan dengan hasil perhitungan menggunakan metode Least Square. Untuk menambah tingkat akurasi dari hasil perhitungan dengan kedua metode tersebut, dapat digunakan data Naotide sebagai rujukan.

6) Elevasi LWS harus dipindahkan ke bangunan gudang atau dermaga yang ada pada bagian yang aman, terlindung dan mudah terlihat.

7) Data air tertinggi atau muka air banjir yang pernah terjadi harus dicatat dengan jelas (bila data ada).

c. Pengukuran Arus

1) Pengamatan kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2 lokasi2) Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus menerus dengan interval waktu 30 menit, menggunakan alat current meter dan floater yang dilakukan pada saat pasang tertinggi (Spring Tide) dan pada saat pasang terendah (Neap Tide) pada bulan yang sama.

3) Posisi pengamatan arus adalah 0,2d; 0,6d; dan 0,8d dari permukaan air, diaman d = kedalaman di lokasi pengamatan arus.4) Apabila memungkinkan, hasil simulasi arus dengan menggunakan perangkat lunak agar ditampilkan pada saat pembahasan laporan dengan Tim Evaluasi.5) Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta hydrografi dan hasil pengamatan arus dilampirkan pada laporan dalam bentuk :

Grafik hubungan antara pergerakan pasang surut dan kecepatan arus.

Peta arah arus

d. Pengambilan Contoh Air

1) Pengambilan Contoh Air dilakukan denan water sampler pada posisi pengamatan arus pada kedalaman 0,2d; 0,6d; dan 0,8d.

2) Pengambilan Contoh Air dilakukan pada saat Spring Tide dan Neap Tide pada bulan yang sama.3) Contoh air kemudian diuji di laboratorium dalam hal kadar endapat/sedimen dan kadar garam/salinitas. Satuan kadar garam dalam 0/0 dan satuan sedimen dalam mg/l.e. Pembuatan Bench Mark (BM)

Bench Mark (BM) dibangun minimum 2 (dua) buah pada posisi yang aman dan saling terlihat dengan ketinggian berdasarkan LWS dan jarak antara kedua BM minimal 100cm. BM tersebut dibuat dari beton dengan ukuran 40x40x150 cm3 yang ditanam sedalam 100cm dari permukaan tanah dan di plot dalam peta.Penempatan BM harus mempertimbangkan rencana pengembangan pelabuhan, sehingga BM dapat bermanfaat untuk jangka waktu lama dan mudah pengawasannya. BM berfungsi sebagai titik awal pemetaan, dicat dengan warna biru muda dan pada bagian atas ditulis BM.1 HUBLA dan BM2 HUBLA serta tanggal pembuatan. Steelah survey selesai, BM harus diserahkan kepada pejabat setempat dengan Berita Acara.f. Pekerjaan Topografi

1) Pengamatan azimuth matahari (pengukuran azimuth) dilakukan pada salah satu BM.2) Pengukuran dengan menggunakan system triangulasi;

Dipakai titik BM sebagai basis.

Pengukuran jarak basis dengan alat elektronik atau optis (T2 dan intervarbasis) atau sejenis.

Pengukuran sudut dilakukan dengan 4 (empat) seri biasa-luar biasa. Selisih sudut antara tipa bacaan titik boleh lebih dari pada 10 detik.

3) Pengukuran Poligon

Pengukuran Poligon sepanjang titik-titik polygon dengan jarak antara titik-titik polygon maksimum 50m dan radius survey dari tiap polygon adalah 75m. Pengukuran harus dimulai dari titik ikat awal dan pengukuran polygon harus tertutup (dimulai dari titik ikat awal dan berakhir pada titik yang sama atau ditutup pada titik lain yang sudah diketahui koordinatnya sehingga kesalahan-kesalahan sudut maupun jarak dapat dikontrol).

4) PengukuranSipat Datar

Pengukuran sipat datar dilakukan sepanjang titik-titik polygon diikatkan pada Bench Mark.

Pengukuran sipat datar dari Bench Mark ke Bench Mark dengan alat waterpass dilakukan dengan teliti, dengan kesalahan penutup tidak boleh lebih dari (3 Vd) mm dimana d= jaral jalur pengukuran (dalam km).

Semua ketinggian harus mnegacu pada LWS. Pengukuran sipat datar dilakukan dengan cara double stand (pulang pergi). Selisih bacaan setiap stand maksimum 2 mm dan selisih hasil ukuran total antara pergi dan pulang tidak boleh lebih dari (8 Vd) mm dimana d= jarak kalur pengukuran (dalam km).

5) Pengukuran Situasi dan Detail

Bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan desain harus diambil posisinya.

Setiap ujung dermaga existing harus diambil posisinya dan jarak antara ujung-ujung dermaga yang bersebelahan juga diukur (guna pengecekan).

6) Buku ukur harus diperlihatkan kepada Pengguna Jasa.

g. Pekerjaan Pemetaan

1) Metode PemetaanPerhitungan dalam pembuatan peta hidrografi disajikan dalam lintang/bujur (apabila didapatkan BM berkoordinat geografis) dengan metode. Allipsoide: bessel 1841

Proyeksi: mercator

Skala peta: untuk kolam pelabuhan 1:1.000, untuk alur pelayaran 1:2.500

Meridian utama yang dipakai adalah Jakarta Baru

Dalam hal tidak didapatkan titik tetap, koordinat geografis bisa menggunakan sistem lokal (X,Y) atau UTM (dengan persetujuan Pengguna Jasa)

Peta menggunakan kertas ukuran A1 dan bila luas daerah yang disurvey melebihi ukuran di atas, peta dibagi dalam beberapa lembar. Peta harus dibuat dengan skala besar yang memperlihatkan area survey secara keseluruhan.

Peta hidrografi dan topografi dibuat di atas kertas kalkir dengan posisi selalu menghadap Utara.

Penulisan angka-angka kedalaman pada masing-masing jalur maksimum 10cm untuk skala 1:1.000 dan maksimum 25m untuk skala 1:2.500 Jarak antara lajur sounding adalah 25m, kecuali untuk daerah disekitar rencana dermaga digunakan jarak antara 10m.

2) Ruang Lingkup Pemetaan

Peta yang akan disajikan harus memperhatikan/menggambarkan keadaan-keadaan penting seperti :

Daerah dangkal

Karang tenggelam maupun timbul

Kerangka kapal tenggelam

Rintangan-rintangan yang masuk dalam ketegori rintangan navigasi

Garis kedalaman/ketinggian (kontur)

a. Untuk hidrografi, kontur yang ditarik adalah 0,1,2,3,4,5,6,7,8,10,15,20 dst

b. Untuk topografi, kontur yang ditarik adalah : 1,2,3 dst (interval 1 meter)

Garis pantai dibuat lebih tebal, agar terlihat beda antara daratan dan perairan

Derah ketinggian antara 0,00 m-LWS dan garis pantai supaya diberikan angka-angka ketinggian (hal ini perlu mendapat perhatian khusus)

Pada peta dicantumkan nilai LWS (muka surutan) terhadap MSL (duduk tengah) dan HWS (muka air tertinggi), serta hubungan antara pasang surut dan BM

Simbol-simbol yang dipakai dalam penggambaran seperti: karang, pantai berpasir, kerangka kapal dan lain-lain harus mengacu kepada peta yang diterbitkan Dishidros TNI-AL atau Bakosurtanal.

3) Gambar Potongan

Untuk lokasi tertentu (alternatif rencana dermaga dan trestle) diharuskan membuat gambar-gambar potongan melintang setiap jarak 25m dengan skala vertikal 1:100 dan skala horizontal 1:500 atau 1:1.000 sejumlah minimum 3 profil setiap alternatif (kecuali bila ada ketentuan lain dalam aanwijzing). Dalam gambar harus terlihat posisi potonan profil.

h. Pekerjaan BoringPekerjaan lapangan disyaratkan mengikuti prosedur ASTM. Pengeboran dilaksanakan sampai kedalaman -30 meter dari dasar alut dengan pengambilan contoh tanah dan pelaksanaan SPT setiap interval 2 meter (SPT pertama kali dilaksanakan pada kedalaman -1 meter dari dasar laut).

Pelaksanaan SPT diberhentikan setelah SPT >60 sebanyak 3 (tiga) kali untuk penurunan berturut-turut setinggi 30 cm sampai dengan ketebalan minimal 5 meter, sedangkan pengeborannya sendiri tetap dilakukan sampai -30 meter dari dasar laut.

Apabila sampai pada kedalaman -30 meter dari dasar laut belum dijumpai lapisan tanah keras (SPT>60) maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada Pengguna Jasa untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.

Apabila sangat diperlukan, kedalaman pengeboran daapt ditambah atau dikurangi dengan persetujuan Pengguna Jasa. Penambahan/pengurangan akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah kurang.

1) Metode Pelaksanaan Pengeboran

Sebelum pelaksanaan pengeboran dimulai, semua peralatan yuang akan dipergunakan dalam pekerjaan tersebut harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu di tempat sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan lancer. Pengeboran dilakukan dengan alat bor yang mempunhyai kemampuan dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Mampu menembus tanah keras dengan nilai N-60

Kemampuan alat bor dapat mencapai kedalaman 100 m

Mesin diesel kapasitas 80 PK

Water pump dengan kapasitas (50 s/d 60 liter/menit)

Casing dengan diameter minimum 97 mm

Drilling rod (4,05 cm)

Tabung sample panjang 50 cm dan diameter 7,5 cm

Mata bor klep

Tabung SPT

Piston dan piston rod untuk keperluan pengambilan undisturbed sample

Kapasitas pompa harus cukup besar sehingga terjamin bahwa sisa pengeboran yang keluar dari lubang harus selalu diamati agar diketahui bila ditemui perubahan laposan tanah yang dinor dengan melihat perubahan jenis tanah yang dibor dengan melihat perubahan jenis tanah yang keluar. Lubang bor yang terjadi sewaktu pengeboran harus dilindingi dengan casing agar tidak terjadi kelongsoran sehingga diperoleh hasil pengeboran yang baik dan teliti. Pada setiap tambahan kedalaman tertentu, casing harus diturunkan sampai dasar lubang dengan menambah sambungan pada bagian atas casing. Untuk tanah lunak (soft soil) system pengeboran harus dilaksanakan dengan casing system yaitu mengebor dengan casing yang berputar (drilling rod) dan ujung casing diberi mata bor.

2) Data dan Hasil Pekerjaan Lapangan

Dasi setiap pengeboran harus dilakukan pencatatan pelaksanaan pekerjaan terutama masalah teknis lapangan yang ditemui. Hasil pekerjaan lapangan tersebut dituangkan ke dalam bor-log yang menggambarkan :

Elevasi muka tanah terhadap Datum

Number of blows pada standard penetration test dan kedalamannya (dalam angka dan grafik)

Kedalaman tanah dimana undisturbed sample diambil

Elevasi lapisan batas atas dan bawah dari setiap perubahan lapisan tanah yang ditemui selama pengeboran

Deskripsi dari jenis tanah untuk tiap interval kedalaman

Hal-hal lain (khusus) yang ditemui/terjadi pada saat pengeboran dilaksanakan

Penjelasan teknis dari penyimpangan-penyimpangan atau kejanggalan yang terjadi selama pengeboran.

3) Undistrubed Sampling

Untuk setiap interval kedalaman 2 meter diambil undisturbed sample dan untuk pertama kalinya diambil sample pada kedalaman -3 m dari muka tanah yang bersangkutan. Tabung contoh tanah (tube sample) yang disyaratkan adalah seamless tube sampler ukuran OD 3 inch dan ID 2 7/8 inch (ID=Internal Diameter, OD=Outer Diameter), tebal tabug 1/16 inch, dengan panjang 50 cm. Tabung yang dipakai tipe fixed-piston sampler terbut dari baja atau kuningan.

Tebal tabung baja 1,5 + 0,1 mm dan ID 75 + 0,5 mm

Bila akan dipakai ID yang lain dari harga di atas harus dipenuhi persyaratan Degree of disturbance :

RUMUS

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi pada waktu pengambilan contoh tanah adalah :

Dasar lubang bor di mana akan diambil contoh tanah harus bersih dari sisa pengeboran dengan memompakan air ke dalam lobang bor yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa tanah yang tertinggal, lama mencuci minimum 5 menit sebelum diadalan epngambilan sample/

Ujung bawah casing pada saat itu harus berada pada dasar lubang bor untuk menghindari adanya longsoran-longsoran pada dasar luabgn dan sisa pengeboran (sludge).

Segera setelah luabgn bor bersih, tabung contoh tanah ditekan ke dalam tanah dengan tekanan tenaga manusia. Penekanaan harus dilakukan dengan hati-hati, continous (single movement) dan perlahan agar air yang terdapat dalam tabung diberi kesempatan keluar melalui katup (ball-valve) yang terdapat pada kepala tabung (connector head). Dalam segala hal tidak diperkenankan menekan tabung dengan pukulan.

Sebelum tabung ditarik dari dalam tanah, tabung harus diputar 360o untuk melepaskan tabung bersama isinya dari tanah dan kemudian diangkat keluar dari dalam tabung.

Tanah pada kedua ujung tabung harus dibuang secukupnya dan ruangan itu kemudian diberi paraffin panas sebagai penutup dan pelindung tanah dalam tabung. Tebal paraffin pada bidang bawah minimum 1 cm dan pada bidang atas minimum 3 cm.

Untuk pelaksanaan uji laboratorium, sample dapat dipotong di lapangan dengan hati-hati sesuai degnan panjang yang diperlukan dan tidak boleh merusak keaslian sample sisanya yang belum diuji.

Pengangkutan sample harus dilakukan hati-hati, dijaga dari gundangan dan beda temperatur yang tinggi (panas sinar matahari dll), sedapat mungkin pengujian dilakukan pada laboratorium yang dekat jaraknya dengan loaksi pengeboran (bila terdapat laboratorium yang memenuhi syarat).

Untuk jenis tanah khusus yang sukar diambil undisturbed sampelnya dengan cara biasa, harus digunakan tabung sample yang sesuai : soft cohesive soil dengan alat piston sampel non cohesive soil dengan alat piston sampler atau core cutter sampler, dan hard cemented sil dengan core barrel.

4) Standard Penetration Test (SPT)

Pelaskanaan SPT pertama kali pada kedalaman -1 meter dari ses bed, SPT kedua dan selanjutnya dimulai setelah pengambilan undisturbed sample pada kedalaman -3 meter dari sea bed (interval 2 meter).

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah :

Tabung SPT harus mempunyai ukuran diameter OD 2 inch/profl ID 138 inch. Panjang 24 ich menggunakan split spoon sampler type.

Hammer yang dipakai untuk melakukan penumbukkan seberat 140 obs (63,5 kg), tinggi jatuh bebas hammer adalah 30 inch (75 cm).

Sebelum melakukan percobaan SPT, casing harus diturunkan sampai dasar lubang. Lubang bor kemudian dibersihkan dari sisa pengeboran dari tanah yang ada di dasar lubang bor seperti yang diuraikan pada undisturbed sampling (h.1), (h.2), (h.3)

Perhitungan dilakukan sebagai berikut :

a. Tabung SPT ditekan ke dalam dasar luabng sedalam 15 cm

b. Untuk setiap interval 10 cm dilakukan perhitungan jumlah pukulan untuk memasukkan tabung kedalam tanah sampai dicapai 3 x 10 cm.

Tabung diangkat ke permukaan tanah dan split spoon sampler dibuka. Sludge yang terdapat dalam tabung harus dibuang, kemudian terhadap sample diadakan kelasifikasi. Unified saoil classification dipergunakan utnuk menyusun soil description atau lithology. Tanah tersebut dapat dipakai untuk laboratorium test. Untuk itu sample harus dimasukkan dalam kantong plastic yang ditutup dengan baik dan diberi identitas nomor boring dan kedalamannya.

Percobaan SPT dihentikan setalah didapatkan harga SPT-7/60 sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut (pengeboran tetap dilaksanakan hingga kedalaman -30 meter dari seabed dengan memakai core tube system / diamond bit).

i. Pembuatan Desain1) Umum

Konsultan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dibawah ini sebagai suatu kesatuan pekerjaan dengan menggunakan data-data dari desain dermaga prototype, hasil survey topografi, bathymetri dan penyelidikan tanah serta data-data sekunder, yaitu mencakup :

a) tata letak fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan / direncanakan

b) Posisi alur (access channel), labuh jangkar (anchorage) dan kolam pelabuhan (turning basin)

c) Sistem struktur bangunan atas dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya

d) Bahan bangunan yang akan digunakan dan sumber materaialnya

e) Perencanaan system pondasi

f) Dokumen tender dan gambar-gambar perencanaan standar

g) Sistem pelaksanaan pembangunan dermaga dan fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan dalam hal system struktur, bahan bangunan, system pondasi lapangan terkait dengan peralatan, mobilisasi dan logistic

2) Penentuan Sistem Struktur Bangunan Atas Dermaga dan fasilitas Pelabuhan Lainnya yang dibutuhkan.

Penentuan Sistem Struktur Bangunan Atas Dermaga dan fasilitas Pelabuhan Lainnya yang dibutuhkan.

Sistem struktur bangunan atas dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya didasarkan atas kekuatan/keamanan, kesesuaian bahan bangunan, tingkat kemudahan pelaksanaan dan kebutuhan pelayanan bongkar muat pelabuhan.

Tipe bangunan ats deramga meliputi :

a) Floating type : pontoon (baja, beton)

b) Fixed type : lantai dermaga, balok-balok pendukung lantai, kepala tiang, dudukan fender dan bolder, tipe dan instalasi fender, sarana sandar dan apabila dibutuhkan dilengkapi dengan breasting dolphin atau mooring dolphin

Sistem struktur fasilitas pelabuhan lainnya, antara lain :

a) Struktur monolit (peer, balok)

b) Sistem pracetak (lantai)

c) SIstem dengan menggunakan bahan kayu

Sistem struktur fasilitas pelabuhan lainnya, antara lain :

a) Jalan dan lapangan penumpukan

Bagian Atas

: aspal, coneblock, lapisan perkerasan, dll

Pondasi

: Pasangan batu kosong, urugan pasir/sirtu, dll

Bagian tepi/pinggir: Pasangan batu kosong/spesi, kansteen, dll

b) Gudang dan terminal penumpang

Atap

: Kuda-kuda kayu/baja, atap genteng/seng/baja deck, dll

Dinding

: batu bata, batako, spesi, ring balok beton, dll

Lantai

: beton, keramik, dll

Lain-lain

: pintu, jendela, ventilasi, dll

c) Fasilitas penunjang antara lain : intalasi air bersih, instalasi air kotor, instalasi listrik, pagar, dll.

3) Bahan bangunan yang digunakan.

Bahan bangunan yang digunakan harus dipertimbangkan kesesuaiannya dengan aspek keawetan, kekuatan dan kemudahan pengerjaannya. Macam bahan bangunan yang dapat dipilih mencakup:

a) Bahan alam asli, misalnya batu gunung maupun sungai, kerikil, pasir, kayu dan lain-lain

b) Bahan batuan, misalnya beton (bertulang/tidak bertulang/pratekan), baja, karet dan lain-lain.

4) Informasi lain-lain.

a) Informasi mengenai sumber bahan bangunan termasuk tersedianya air kerja juga menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan.

b) Hal-hal lain yuang spesifik pada daerah/lokasi yang akan dibangun, misalnya adanya benda hanyutan sungai, kemungkinan hilangnya bagian-bagian konstruksi dan lain-lain agar menjadi pertimbangan juga.

5) Perencanaan Sistem Pondasi

Berdasarkan hasil survey soil, hidrografi, pembebanan dan pemilihan system konstruksi fasilitas pelabuhan, kemudian dikerjakan perencanaan system pondasi. Sistem Pondasi yang direncanakan juga harus memperhitungkan bahan bangunan yang akan digunakan dan system pelaksanaannya serta lingkungan pekerjaan (di air laut atau di air tawar). Setiap alternative system pondasi akan mempengaruhi berbagai parameter lainnya, sehingga untuk menetapkan alternative system pondasi perlu dibahas kembali parameter-parameter yang mempengaruhi.

6) Dokumen tender dan gambar pelaksanaan

Dokumen tender terdiri dari :

a) Gambar-gambar konstruksi

b) Rencana kerja dan syarat-syarat

c) Spesifikasi umum dan khusus

d) Bill of Quantity

Termasuk dalam dokumen tender:

a) Sistem pelaksanaan dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan

b) Kesesuaian dengan keadaan alam dan sifat operasional lokasi pembangunan

Persyaratan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, mencakup:

alat pancang apung

a) Mobile crane

b) Ponton (dalam jumlah cukup)

c) Tug boat

d) Work boat

Gambar Pelaksanaan :

Gambar pelaksanaan harus dapat memberi pedoman kepada pelaksana dalam mewujudkan konstruksi yang direncanakan. Pedoman tersebut antara lain menyangkut : posisi konstruksi, dimensi konstruksi, vlume konstruksi, elevasi kontruksi, tahapan konstruksi dll. Seluruh gambar pelaksanaan harus dilengkapi dengan skala, ukuran elevasi berdasarkan lebih kurang 0,00 m LWS, kualitas yang akan dicapai (misalkan : mutu baja, mutu beton), dll. Seluruh gambar pelaksanaan dibuat dengan menggunakan computer (CAD) dan soft copy-nya diserahkan bersama Laporan Akhir kepada Pengguna Jasa. Gambar pelaksanaan meliputi :

a) Gambar lay-out (dilengkapi dengan garis kontur, arah mata angina, skala posisi BM, dll)

b) Gambar denah (misalkan posisi tiang, balok, dll)

c) Gambar potongan memanjang dan melintang

d) Gambar detail

Dalam gambar pelaksanaan dilampirkan data : grafik pasang surut, profil tanah, peta hidrografi dan topografi.

7) Dasar-dasar Perencanaan

a) Sistem Konstruksi

Dari hasil desain dermaga prototype, konsultan perencana harus menetapkan alternative system konstruksi yang sesuai dengan kondisi pelabuhan dimana akan direncakan pembangunan dermaga.

Pilihan alternative yang sesuai harus ditetapkan mencakup :

Sistem konsatruksi bangunan atas

Sistem konstruksi bangunan bawah/pondasi

Bahan bangunan yang a akan digunakan

Metode pelaksanaan konsturksi dan peralatan yang akan digunakan

b) Data peta kedalaman laut dan peta topografi

Data peta kedalaman alut dan peta topografi yang digunakan sebagai dasar perecanaan fasilitas pelabuhan adalah sesuai dengan hasil survey konsultan.

Peta-peta tersebut diatas akan digunakan untuk perencanaan

Tatanan prasarana laut dan darat (general lay-out plan)

Alur dan kolam pelabuhan

Olah gerak kapal

Kebutuhan Sarana Bantu Navibasi Pelayaran (SBNP), dll

c) Data hasil penyelidikan tanah

Data hasil penyelidikan tanah untuk pelabuhan yang akan direncakana sesuai hasil survey yang telah dilakukan. Data hasil penyelidikan tanah digunakan tuntuk merencanakan system pondasi baik pondasi langsung maupun pondasi dalam atau tiang pancang. Data-data tersebut juga dipergunakan utnuk perhitungan konsulodasi dan stabilitas timbunan.

d) Data-data sekunder

Data-data sekunder antara lain: data operasional pelabuhan dan arsitektur daerah setempat. Data operasional pelabuhan untuk merencanakan pengembangan pelabuhan meliputi tata leak bangunan, luas bangunan, jensi bangunan dan arsitektur daerah digunakan untuk merencanakan bentuk bangunan (misalnya bentuk bangunan terminal panumpang yang merupakan ciri khas daerah tersebut).

9. BIAYA PELAKSANAAN KEGIATAN (HOW MUCH)

Kegiatan SID Pelabuhan di 10 (sepuluh) lokasi diperkirakan memerlukan biaya sebesar Rp. 7.000.000.000,- (tujuh milyar rupiah) yang akan dibiayai melalui DIPA Satuan Kerja Kantor Pusat Direktoarat Jeneral PErhubungan Laut Tahun Anggaran 2011.

Sheet1

Dimensi Kapal (DWT) Draft Minimum (m-LWS)Panjang Dermaga (m')

s.d 500450

501 - 1.000570

1.001 - 2.000680

2.001 - 3.000890

3.001 - 4.00010100

4.001 - 5.00011120

> 5.00012140