tonsilitis kronik

38
Anatomi Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring. Bagian terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur yang lain adalah tonsil

Upload: pratiwi-akbar

Post on 20-Dec-2015

118 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Atk

TRANSCRIPT

Anatomi

Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring. Bagian

terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur yang lain

adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid yang

tersebar dalam fosa Rosenmuller, di bawah mukosa dinding posterior faring dan dekat

orifisium tuba eustachius.

Tonsil Palatina

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil

pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar

posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-

masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil

tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai

fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:

Lateral– m. konstriktor faring superior

Anterior – m. palatoglosus

Posterior – m. palatofaringeus

Superior – palatum mole

Inferior – tonsil lingual

Secara mikroskopik tonsil terdiri atas 3 komponen yaitu jaringan ikat, folikel

germinativum (merupakan sel limfoid) dan jaringan interfolikel (terdiri dari jaringan

limfoid).

Fosa Tonsil

Fosa tonsil atau sinus tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior

adalah otot palatoglosus, batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring

superior. Pilar anterior mempunyai bentuk seperti kipas pada rongga mulut, mulai dari

palatum mole dan berakhir di sisi lateral lidah. Pilar posterior adalah otot vertikal yang ke

atas mencapai palatum mole, tuba eustachius dan dasar tengkorak dan ke arah bawah

meluas hingga dinding lateral esofagus, sehingga pada tonsilektomi harus hati-hati agar

pilar posterior tidak terluka. Pilar anterior dan pilar posterior bersatu di bagian atas pada

palatum mole, ke arah bawah terpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan

dinding lateral faring.

Kapsul Tonsil

Bagian permukaan lateral tonsil ditutupi oleh suatu membran jaringan ikat, yang

disebut kapsul. Walaupun para pakar anatomi menyangkal adanya kapsul ini, tetapi para

klinisi menyatakan bahwa kapsul adalah jaringan ikat putih yang menutupi 4/5 bagian

tonsil.

Plika Triangularis

Diantara pangkal lidah dan bagian anterior kutub bawah tonsil terdapat plika

triangularis yang merupakan suatu struktur normal yang telah ada sejak masa embrio.

Serabut ini dapat menjadi penyebab kesukaran saat pengangkatan tonsil dengan jerat.

Komplikasi yang sering terjadi adalah terdapatnya sisa tonsil atau terpotongnya pangkal

lidah.

Pendarahan

Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang A. karotis eksterna, yaitu 1) A.

maksilaris eksterna (A. fasialis) dengan cabangnya A. tonsilaris dan A. palatina asenden;

2) A. maksilaris interna dengan cabangnya A. palatina desenden; 3) A. lingualis dengan

cabangnya A. lingualis dorsal; 4) A. faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian

anterior diperdarahi oleh A. lingualis dorsal dan bagian posterior oleh A. palatina

asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh A. tonsilaris. Kutub atas tonsil

diperdarahi oleh A. faringeal asenden dan A. palatina desenden. Vena-vena dari tonsil

membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui

pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal.

Aliran getah bening

Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening

servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah M.

Sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus

torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh

getah bening aferen tidak ada.

Persarafan

Tonsil bagian atas mendapat sensasi dari serabut saraf ke V melalui ganglion

sfenopalatina dan bagian bawah dari saraf glosofaringeus.

Imunologi Tonsil

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit, 0,1-0,2% dari

keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. Proporsi limfosit B dan T pada tonsil

adalah 50%:50%, sedangkan di darah 55-75%:15-30%. Pada tonsil terdapat sistim imun

kompleks yang terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan APCs

(antigen presenting cells) yang berperan dalam proses transportasi antigen ke sel limfosit

sehingga terjadi sintesis imunoglobulin spesifik. Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T,

sel plasma dan sel pembawa IgG.

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan

proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1)

menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama

produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.

Tonsil Faringeal (Adenoid)

Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid

yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur

seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya.

Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal

sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding

belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding

atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba

eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya

adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan

mengalami regresi.

Derajat Pembesaran Tonsil

T0 : Post tonsilektomi

T1 : Tonsil berada dalam fossa tonsil

T2 : Tonsil sudah melewati fossa tonsil tapi masih berada diantara garis

khayal yang terbentuk antara fossa tonsil dan uvula ( Paramedian line )

T3 : Tonsil sudah melewati Paramedian line dan menyentuh uvula

Tonsilitis Akut

Definisi dan Etiologi

Tonsilitis akut adalah radang akut pada tonsil akibat infeksi kuman.Tonsillitis

akut ini lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta hemolitikus,

pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes. Virus terkadang juga

menjadi penyebab penyakit ini. Tonsillitis ini seringkali terjadi mendadak pada anak-

anak dengan peningkatan suhu 1-4 derajat celcius.Tonsilitis akut paling sering terjadi

pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun. Penyebarannya melalui droplet

infection, yaitu alat makan dan makanan.

Patofisiologi

Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan

epitel, kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi,

terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklea.

Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan membengkak dan membentuk

eksudat yang akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan mengisi kripta yang

terlihat sebagai kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus

sendiri terdiri atas kumpulan leukosit polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel

tonsil yang terlepas. Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis

folikularis. Tonsilitis akut dengan detritus yang menyatu lalu membentuk kanal-kanal

disebut tonsilitis lakunaris.

Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembran) yang

menutupi tonsil. Adanya pseudomembran ini menjadi alasan utama tonsilitis akut

didiagnosa banding dengan angina Plaut Vincent, angina agranulositosis, tonsilitis difteri.

Diagnosis

Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok. Kemudian

berubah menjadi rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan. Makin lama rasa

nyeri ini semakin bertambah nyeri sehingga anak menjadi tidak mau makan. Nyeri hebat

ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri pada telinga

(otalgia) tersebut tersebar melalui nervus glossofaringeus (IX).

Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai

menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu

makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien terdengar seperti

orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini disebut plummy voice.

Mulut berbau busuk (foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri

telan yang hebat (ptialismus).

Pemeriksaan tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan terdapat

detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau

pseudomembran. Ismus fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan

arkus posterior juga tampak udem dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di

belakang angulus mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan.

Komplikasi

Meskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses

peritonsil, abses parafaring dan pada anak sering menimbulkan otitis media akut.

Komplikasi lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama oleh kuman Streptokokus

beta hemolitikus berupa sepsis dan infeksinya dapat tersebar ke organ lain seperti

bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut & glomerulonefritis akut), jantung (miokarditis

& endokarditis), sendi (artritis) dan vaskuler (plebitis).

Pemeriksaan

Tes Laboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam

tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam reumatik,

glomerulnefritis.

Pemeriksaan penunjang

Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

Terapi

Tonsilitis akut pada dasarnya termasuk penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-

limiting disease) terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh yang baik. Pasien

dianjurkan istirahat dan makan makanan yang lunak. Berikan pengobatan simtomatik

berupa analgetik, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan. Berikan

antibiotik spektrum luas misalnya sulfonamid. Ada yang menganjurkan pemberian

antibiotik hanya pada pasien bayi dan orang tua.

TONSILITIS MEMBRANOSA

Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis membranosa

beberapa diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septic, serta Angina Plaut Vincent.

TONSILITIS DIFTERI

Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae yaitu suatu bakteri

gram positis pleomorfik penghuni saluran pernapasan atas yang dapat menimbulkan

abnormalitas toksik yang dapat mematikan bila terinfeksi bakteriofag.

Patofisiologi

Bakteri masuk melalui mukosa lalu melekat serta berkembang biak pada

permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang

merembes ke sekeliling lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalu pembuluh

darah dan limfe. Toksin ini merupakan suatu protein yang mempunyai 2 fragmen

yaitu aminoterminal sebagai fragmen A dan fragmen B, carboxyterminal yang

disatukan melalui ikatan disulfide.

Manifestasi klinis

Tonsillitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5 tahun.

Penularan melalui udara, benda atau makanan uang terkontaminasai dengan masa in

kubasi 2-7 hari. Gejala umum dari penyaki ini adalah terjadi kenaikan suhu subfebril,

nyeri tnggorok, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, dan nadi lambat.

Gejala local berupa nyeri tenggorok, tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor

makin lama makin meluas dan menyatu membentuk membran semu. Membran ini

melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul pendarahan. Jika menutupi

laring akan menimbulkan serak dan stridor inspirasi, bila menghebat akan terjadi

sesak nafas. Bila infeksi tidak terbendung kelenjar limfa leher akan membengkak

menyerupai leher sapi. Gejala eksotoksin akan menimbulkan kerusakan pada jantung

berupa miokarditis sampai decompensation cordis .

Komplikasi

Laryngitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole, kelumpuhan

otot mata, otot faring laring sehingga suara parau, kelumpuhan otot pernapasan, dan

albuminuria.

Diagnosis

Diagnosis tonsillitis difteri harus dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis

karena penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa penderita. Pemeriksaan

preparat langsung diidentifikasi secara fluorescent antibody technique yang

memerlukan seorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi C, diphteriae dengan

pembiakan pada media Loffler dilanjutkan tes toksinogenesitas secara vivo dan vitro.

Cara PCR (Polymerase Chain Reaction) dapat membantu menegakkan diagnosis tapi

pemeriksaan ini mahal dan masih memerlukan penjagn lebih lanjut untuk

menggunakan secara luas.

Pemeriksaan

Tes Laboratorium

Dilakukan dengan cara preparat langsung kuman(dari permukaan bawah

membrane semu). Medium transport yang dapat dipaki adalah agar Mac conkey

atauLoffler.

Tes Schick (tes kerentanan terhadap diphteria)

Pengobatan

Tujuan dari pengobatan penderita diphtheria adalah menginaktivasi toksin

yang belum terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang

terjadi minimal, mengeliminasi C.diphteria untuk mencegah penularan serta

mengobati infeksi penyerta dan penyulit diphtheria. Secara umum dapat dilakukan

dengan cara istirahat selama kurang lebih 2 minggu serta pemberian cairan.

Secara khusus dapat dilakukakan dengan pemberian :

1. Antitoksin : serum anti diphtheria (ADS),Anti difteri serum diberikan

segera tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis 20.000-100.000 unit

tergantung dari umur dan beratnya penyakit itu.

2. Anti microbial : untuk menghentikan produksi toksin, yaitu penisilin

prokain 50.000-100.000 KI/BB/hariselama 7-10 hari, bila alergi diberikan

eritromisin 40 mg/kg/hari.

3. Kortikosteroid : diberikan kepada penderita dengan gejala obstruksi

saluran nafas bagian atas dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik.

Pencegahan

Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan pada

diri anak serta memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada anak-anak. Selain itu

juga diberikan imunisasi yang terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier.

Kekebalan aktif diperoleh dengan cara inapparent infection dan imunisasi dengan toksoid

diphtheria. Kekebalan pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap

diphtheria (sampai 6 bulan) dan suntikan antitoksin (2-3 minggu).

TONSILITIS SEPTIK

Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitiku yang terdapat dala

susu sapi sehingga dapat timbul epidemic. Oleh karena itu perlu adanya pasteurisasi

sebelum mengkonsumsi susu sapi tersebut.

ANGINA PLAUT VINCENT

EtiologiPenyakit ini disebabkan karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C

serta kuman spirilum dan basil fusi form.

Manifestasi klinisPenyakit ini biasanya ditandai dengan demam sampai 39o celcius, nuyeri

kepala, badan lemah, dan terkadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa nyeri di

mulut, hipersalivasi, gigi, dan gusi berdarah.

Pemeriksaan

Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane putih keabuan di atas

tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau dan kelenjar

submanibula membesar.

Pengobatan

Memperbaiki hygiene mulut, antibiotika spectrum lebar selama 1 minggu,

juga pemberian vitamin C dan B kompleks.

PENYAKIT KELAINAN DARAH

Tidak jarang tanda pertama leukimia akut, angina agranulositosis dan infeksi

mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Kadang-kadang

terdapat perdarahan selaput lendir mulut dan faring dan pembesaran kelenjar

submandibula.

Leukimia akut

Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi

dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak

ditutupi membran semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat di

tenggorok.

Angina agranulositosis

Penyebab ialah akibat keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa, dan

arsen. Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa mulut dan faring dan di sekitar

ulkus tampak gejala radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan di genitalia dan

saluran cerna.

Infeksi mononukleosis

Pada penyakit ini terjadi tonsilo faringitis ulsero membranosa bilateral.

Membran semu yang menutupi ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan.

Terdapat pembesaran kelenjar limfe leher ketiak dan regio inguinal. Gambaran

darah khas yaitu terdapat leukosit mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas

yang lain ialah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah

merah domba ( reaksi Paul Bunnel )

TONSILITIS MEMBRANOSA TUBERKULOSA

Batasan

Tuberkulosis pada faring terdapat tiga bentuk,yaitu tuberkulosis milier

akut,ulkus tuberkulosis kronik,lupus vulgaris

Diagnosis dan patofisisolgi

1.Tuberkulosis milier akut

manifestasi penyakit berhubungan dengan penyebaran mikroba

atau kuman dalam aliran darah

di temukan erupsi tuberkel di daerah fausius,palatum mole,dasra

lidah atau mukosa pipi.

permukaan timbul rasa tidak enak,bila erupsi meluas membentuk

ulkus barulah timbul rasa sakit sekali dan disfagia

terdapat kecendrungan untuk berdarah dan keluar air liur yang

banyak serta tampak lendir kental melekat di daerah yang berulkus

keadaan umum penderita memburuk dan suhu badab meningkat

2.Ulkus tuberkulosis kronik

selalu berhubungan dengan tbc paru yang lanjut dengan sputum

mengandung kuman tbc

terjadi ulserasi pada faring dan lidah biasanya ulkus terletak pada

ujung lidah.ulkus mempunyai sifat dangkal,tepi tidak teratur

dengan dasar yang bersih dan pertumbuhan yang lambat

ujung saraf masih utuh sehinnga timbul nyeri dengan gejala yang

berhubungan dengan disfagia akut

3.Lupus vulgaris

lokasi tersering di bagian depan septum nasi,kanka inferior,dapat

menyebar ke muka atau faring

pada tenggorok mengenai palatum molle dan fausius jarang pada

tonsil bentuk erupsi berupa ”apple jeli nodules”berwarna abu-abu

dan lebih padat.mukosa jadi keras dan molibilitas hilang dan nodul

akan pecah

menyebabkan permukaan mukosa rusak dan tampak daerah

granuler.

bila palatum durum terkena maka tulang akan terbuka,tetapi tulang

tidak terkena proses penyakit

proses penyakit ini berlangsung kronik dengan kecendrungan

menyembuh di sebagian tempat.

TONSILITIS MEMBRANOSA SIFILIS

Etiologi

Treponema palidum

Diagnosis

sifilis primer : Bibir,mulut,tonsil,pipi.gambaran klinis berupa

ulserasi

sifilis sekunder : Infektif!,minggu ke 6-8.sakit di tenggorok dan

timbul bercak pada palatum

Sifilis tersier : Terbentuknya ulkus pada tonsil,faring,palatum

Terapi: pengobatan kausal dengan penicillin

TONSILITIS PADA MONOLIASIS,AKTINOMIKOSIS DAN BLASTOMIKOSIS

Moniliasis

Etiologi : Candida albicans

Diagnosis :1. Biasanya dijumpai pd anak setelah mendpt terapi AB lokal

/sistemik

2. Penderita dapat tanpa gejala/hanya sedikit rasa tidak enak/nyeri

tenggorok

3.Gambaran lokal berupa membran tipis yg multipel diatas

mukosa faring, palatum, lidah & mulut. Membran ini dengan

mudah dpt diangkat tanpa terjadi perdarahan.

Terapi :1.Nystatin lokal/sistemik

2.Pengolesan larutan gentian violet 1%

Aktinomikosis

Diagnosis :1.Jarang terjadi di faring

2.Gambaran ulkus yg dalam dengan rongga berisi semacam granul

Belerang

3.Ditegakkan dgn adanya kultur koloni parasit yg terdapat di dlm

granula belerang

Terapi :Penisilin dosis tinggi, jangka panjang sampai 2 bulan sesudah

sembuh secara klinis

Blastomikosis

Diagnosis :1.Jarang terjadi pada faring, tetapi mrpkn infeksi jamur yang

serius.

2.Gambaran pada faring berupa ulkus yang dangkal dan terbentuk

jaringan granulasi.

Terapi :1.Larutan Amphotericin 1 ml/ 4 kali sehari dan larutan hrs kontak

dengan lesi

2.Sistemik : Bila ditempat lain terdapat lesi.

TONSILITIS MEMBRANOSA PADA SKARLATINA, MORBILI, CACAR AIR

Skarlatina

Etiologi :

Penyebaran toksin yang dikeluarkan oleh kuman Streptokokus dari

infeksi faring dan tonsil.

Diagnosis :

1. Anamnesis

a. Masa inkubasi 2 – 7 hari / perjalanan penyakit mendadak.

b. Suhu badan meningkat, badan sakit, mengigil disertai rasa sakit

kepala dan muntah – muntah

c.Tenggorik timbul rasa sakit dan KGB regional membesar disertai

rasa sakit.

2. Pemeriksaan :

a. Pada stadium awal faring hiperemis / pada tonsil terdapat

pengelupasan berwarna kuning yang mudah diangkat.

b. Lidah mula2 ditutupi oleh semacam bulu kuning didaerah papil

lidah ( strawberry dan Cream tongue ) kemudaian menjadi

strwabery tongue / raspberry setelah bulu hilang.

Terapi :

1. Penderita hrs diisolasi

2. Pengobatan dengan penisilin

3. Perlu tindakan operasi tonsil, adenoid, sinus paranasal, telinga yg tlh

terinfeksi untuk ,menghilangkan infeksi dan untuk mencegah terjadinya

carier.

Morbili

Etiologi : Virus dalam sekret nasofaring dan darah selama prodromal dan

24 jam setelah timbul bercak – bercak.

Diagnosis : 1.Timbul waktu epidemi dengan masa inkubasi 10 – 12 hari

2.Terutama pada anak dengan komplikasi pneumonia.

3.Gejala meliputi rinitis catharalis, diare, muntah – muntah dan

mungkin timbul laringitis

Pemeriksaan : 1.Tampak mukosa pipi kemerahan dengan bintik Koplik yaitu

bercak sebesar kepela paku berwarna putih di daerah mukosa

pipi, berhadapan dengan gigi molar bawah dan dikelilingi

eritema.

2.Setelah 4 / 5 hari timbul gambaran kulit yang khas morbili (

Morbiliform Rash ) dan bintik koplik menghilang.

3.Tampak faringitis memebranosa dan pada anak gizi buruk akan

terjadi gangren mulut.

Terapi :1. Perbaiki keadaan mulut.

2. Simptomatik : antipiretik, sedatif, obat batuk

Cacar Air

Diagnosis : Lesi pada mukosa faring dan pipi berupa vesikel

Terapi : Analgetik, obat kumur

TONSILITIS KRONIS

Etiologi

bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut , namun

terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif.

Faktor prediposisi

Rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higine mulut

yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak

adekuat.

Patofisiologi

Karena proses rang berulang maka epitel mukosa dan jarinagn limfoid terkikis,

sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut yang

akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi

oleh detritus.proses ini meluas sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya

menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini

disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula.

Manisfetasi klinis

Adanya keluhan pasien di tenggorokan seperti ada penghalang atau mengganjal,

tenggorokan terasa kering, pernapasan berbau. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil

membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi oleh detritus.

Komplikasi

Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi kedaerah sekitarnya berupa

rhinitis kronis, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi lebih jauh

terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, arthritis, miositis,

nefritis, uveitis, iridosiklitus, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis.

Pemeriksaan

Terapi

a. Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur atau

obat isap.

b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa tidak berhasil.

Faktor penunjang

Kultur dan uji resistensi kuman dari sedian apus tonsil.

Gambar tonsilitis kronis :

TONSILEKTOMI

Latar Belakang

Tonsilektomi merupakan prosedur yang paling sering dilakukan dalam sejarah

operasi. Kontroversi mengenai tonsilektomi dilaporkan lebih banyak bila dibandingkan

dengan prosedur operasi manapun. Konsensus umum yang beredar sekarang menyatakan

bahwa tonsilektomi telah dilakukan dalam jumlah yang tidak tepat (seharusnya) pada

anak-anak pada tahun-tahun yang lalu. Besarnya jumlah ini karena keyakinan para dokter

dan orangtua tentang keuntungan tonsilektomi dan bukan berdasarkan bukti ilmiah atau

studi klinis. Pada dekade terakhir, tonsilektomi tidak hanya dilakukan untuk tonsilitis

berulang, namun juga untuk berbagai kondisi yang lebih luas termasuk kesulitan makan,

kegagalan penambahan berat badan, overbite, tounge thrust, halitosis, mendengkur,

gangguan bicara dan enuresis.

Saat ini walau jumlah operasi tonsilektomi telah mengalami penurunan bermakna,

namun masih menjadi operasi yang paling sering dilakukan. Pengeluaran pelayanan

medik untuk prosedur ini diperkirakan adalah setengah triliun dolar pertahun.

Pada pertengahan abad yang lalu, mulai terdapat pergeseran dari hampir tidak

adanya kriteria yang jelas untuk melakukan tonsilektomi menuju kriteria yang lebih tegas

dan jelas. Selama ini telah dikembangkan berbagai studi untuk menyusun indikasi formal

yang ternyata menghasilkan perseteruan berbagai pihak terkait. Dalam penyusunannya

ditemukan kesulitan untuk memprediksi kemungkinan infeksi di kemudian hari sehingga

dianjurkan terapi dilakukan dengan pendekatan personal dan tidak berdasarkan peraturan

yang kaku. American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery telah

mengeluarkan rekomendasi resmi mengenai tindakan tonsilektomi yang merupakan

kesepakatan para ahli.

Saat ini, selain hasil analisa klinis, isu di bidang ekonomi mulai muncul dalam

pertimbangan pemilihan suatu tindakan, karena mulai munculnya aturan yang ketat

dalam pembayaran pelayanan kesehatan oleh pembayar pihak ketiga. Pembayar pihak

ketiga mensyaratkan adanya indikasi yang jelas dan terdokumentasi sebelum suatu

prosedur dilakukan. Selain itu, beberapa pembayar pihak ketiga juga mensyaratkan

adanya second opinion. Walaupun fenomena ini tidak membatalkan operasi yang telah

disepakati pasien (orangtua) dan dokter, namun ternyata dapat membantu dalam proses

seleksi operasi tonsilektomi sehingga benar-benar dilakukan untuk kandidat yang tepat.

Tonsilektomi telah dilakukan oleh dokter THT, dokter bedah umum, dokter

umum dan dokter keluarga selama lebih dari 50 tahun terakhir. Namun, dalam 30 tahun

terakhir, kebutuhan akan adanya standarisasi teknik operasi menyebabkan pergeseran

pola praktek operasi tonsilektomi. Saat ini di Amerika Serikat tonsilektomi secara

ekslusif dilakukan oleh dokter THT.

Tingkat komplikasi, seperti perdarahan pascaoperasi berkisar antara 0,1-8,1% dari

jumlah kasus. Kematian pada operasi sangat jarang. Kematian dapat terjadi akibat

komplikasi bedah maupun anestesi. Tantangan terbesar selain operasinya sendiri adalah

pengambilan keputusan dan teknik yang dilakukan dalam pelaksanaannya

Definisi Tonsilektomi

Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan seluruh tonsil palatina.

Tonsiloadenoidektomi adalah pengangkatan tonsil palatina dan jaringan limfoid di

nasofaring yang dikenal sebagai adenoid atau tonsil faringeal.

EpidemiologiTonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, namun hal ini

bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap memerlukan

keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaannya. Di AS

karena kekhawatiran komplikasi, tonsilektomi digolongkan pada operasi mayor. Di

Indonesia, tonsilektomi digolongkan pada operasi sedang karena durasi operasi pendek

dan teknik tidak sulit.

Di Indonesia, data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau

tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun, data yang didapatkan dari RSUPNCM selama

5 tahun terakhir (1999-2003) menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi

tonsilektomi. Fenomena ini juga terlihat pada jumlah operasi tonsiloadenoidektomi

dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) dan terus menurun sampai tahun

2003 (152 kasus).10 Sedangkan data dari rumah sakit Fatmawati dalam 3 tahun terakhir

(2002-2004) menunjukkan kecenderungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi dan

penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi.

Indikasi Tonsilektomi

Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat perbedaan

prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada saat ini. Dulu tonsilektomi

diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan berulang. Saat ini, indikasi yang lebih

utama adalah obstruksi saluran napas dan hipertrofi tonsil.

Untuk keadaan emergency seperti adanya obstruksi saluran napas, indikasi

tonsilektomi sudah tidak diperdebatkan lagi (indikasi absolut). Namun, indikasi relatif

tonsilektomi pada keadaan non emergency dan perlunya batasan usia pada keadaan ini

masih menjadi perdebatan. Sebuah kepustakaan menyebutkan bahwa usia tidak

menentukan boleh tidaknya dilakukan tonsilektomi.

Indikasi Absolut

a. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat,

gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner

b. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase

c. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam

d. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi

Indikasi Relatif

a. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik

adekuat

b. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi

medis

c. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik

dengan pemberian antibiotik β-laktamase resisten

d. Pada keadaan tertentu seperti pada abses peritonsilar (Quinsy), tonsilektomi dapat

dilaksanakan bersamaan dengan insisi abses.

e. Saat mempertimbangkan tonsilektomi untuk pasien dewasa harus dibedakan

apakah mereka mutlak memerlukan operasi tersebut atau hanya sebagai kandidat.

Dugaan keganasan dan obstruksi saluran nafas merupakan indikasi absolut untuk

tonsilektomi. Tetapi hanya sedikit tonsilektomi pada dewasa yang dilakukan atas

indikasi tersebut, kebanyakan karena infeksi kronik. Akan tetapi semua bentuk

tonsilitis kronik tidak sama, gejala dapat sangat sederhana seperti halitosis, debris

kriptus dari tonsil (“cryptic tonsillitis”) dan pada keadaan yang lebih berat dapat

timbul gejala seperti nyeri telinga dan nyeri atau rasa tidak enak di tenggorok

yang menetap. Indikasi tonsilektomi mungkin dapat berdasarkan terdapat dan

beratnya satu atau lebih dari gejala tersebut dan pasien seperti ini harus

dipertimbangkan sebagai kandidat untuk tonsilektomi karena gejala tersebut dapat

mempengaruhi kualitas hidup walaupun tidak mengancam nyawa.

f. Kontraindikasi

g. Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai kontraindikasi, namun bila

sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan tetap

memperhitungkan imbang “manfaat dan risiko”. Keadaan tersebut adalah:8

h. Gangguan perdarahan

i. Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat

j. Anemia

k. Infeksi akut yang berat

Pencegahan

a. Sering cuci tangan adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya berbagai jenis

infeksi, termasuk juga tonsilitis. Seringlah cuci tangan anda, dan beri dorongan

pada anak-anak anda untuk melakukan hal yang sama.

b. Bila anda menggunakan sabun dan air: Basahi tangan anda dengan air hangat

yang mengalir dan gunakan sabun cair atau sabun batangan yang bersih. Gosok

hingga berbusa.Gosok dengan kuat selama setidaknya 15 detik. Ajarkan pada

anak-anak anda untuk mencuci tangannya selama mereka menyanyi lagu ABS,

“Row, Row, Row Your Boat” atau “Selamat ulang tahun” hingga selesai.Gosok

semua permukaan tangan, termasuk bagian belakang tangan, pergelangan tangan,

diantara jari-jari dan dibawah kuku jari anda.

c. Bilas dengan bersih.

d. Keringkan tangan dengan menggunakan handuk yang bersih.

e. Gunakan handuk tersebut untuk mematikan keran air.

f. Bila sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan yang berbahan dasar

alkohol. Tuang sekitar ½ sendok teh bahan pembersih tersebut ke tangan anda.

Gosok-gosok kedua tangan anda, sehingga cairan pembersih tersebut melumuri

permukaan tangan anda, hingga cairan tersebut kering.

g. Pencegahan lain yang menggunakan logika juga dapat digunakan. Pada saat batuk

atau bersin gunakan tisu atau lengan anda. Jangan menggunakan gelas minum dan

peralatan makan untuk bersama-sama. Hindari berada dekat dengan orang yang

sedang sakit. Cari tempat penitipan anak yang mempraktekkan kebijakan soal

kebersihan dan meminta agar anak-anak yang sakit tetap berada di rumah.

Perawatan sendiri

Sakit tenggorokan dapat membuat anda menderita sekali. Tip-tip berikut ini mungkin

dapat membantu.

Minum lebih banyak cairan. Cairan yang hangat—seperti sup, kaldu

adalah pilihan yang baik.

Berkumur dengan air garam yang hangat. Campur ½ sendok the garam

dengan 8 ons (sekitar 30ml) air hangat, kumur-kumur kemudian buang air

tersebut.

Gunakan madu dan jeruk. Aduk madu dan jeruk sesuai selera dalam gelas

yang berisi air hangat. Biarkan sebentar hingga dinginnya sesuai dengan

suhu ruangan sebelum anda minum. Madu akan melapisi dan meringankan

tenggorokan anda yang sakit, sedangkan jeruk akan mengurangi lendir

yang terjadi. Catatan: Jangan gunakan madu atau sirup jagung dalam

minuman untuk anak-anak berusia kurang dari 1 tahun.

Menghisap permen pelega tenggorokan atau permen yang keras. Tindakan

ini akan mendorong produksi air liur, yang akan membasahi dan

membersihka tenggorokan anda.

Melembabkan udara disekitar anda. Menambah kelembaban udara

disekitar anda dapat mengurangi iritasi pada tenggorokan yang anda

rasakan dan membuat anda lebih mudah untuk jatuh tertidur. Yakinkan

anda mengganti air yang ada pada alat pelembab udara setiap hari dan

membersihkan alat tersebut setidaknya setiap tiga hari sekali untuk

membantu mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur.

Hindari asap rokok dan polutan udara lainnya. Asap rokok dapat

meneyebabkan iritasi pada tenggorokan yang sakit.

Istirahatkan suara anda. Berbicara dapat menyebabkan iritasi tenggorokan

yang lebih parah dan menyebabkan hilangnya suara anda untuk sementara

waktu (laryngitis).

DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher,fakultas

kedokteran universitas indonesia edisi ke lima.Dr.H.Efiatyarsyad soepardi

SpTHT,Prof.Dr.H.Nurbuati iskandar SpTHT.

Boies fundamentals of otolaryngology,text book or ear,nose and throats desease

6th edision.

www.goggle.com ear,nose and trhoats desease.Balenger JJ desease of the

oropharnyk.

www.emedicine.com tonsilitis, Prof.Dr franklin junior MD,2007 may,center

unit otorhinolaryngology head and neck surgery 15th edision.

www.goggle.com Tonsilektomi,Hatmansjah Bagian Ilmu Penyakit Telinga,

Hidung dan Tenggorokan Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura, Jayapura.

www.goggle.com TONSILEKTOMI Writed by: Dr. Arwansyah Wanri (2007)

Edited by: Harry Wahyudhy Utama, S.Ked Dedicated to: Dr. H. Hanafi

Zainuddin, SpTHT-KL DEPARTEMEN TELINGA, HIDUNG DAN

TENGGOROK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG 2007

www.yahoo.com all about ear,nose and throats desease on tonsilitis.Dr kumar

Phd.University of chamberlain,UK,india center of hospital ear,nose and throats.

Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Tonsillitis)

www.sehatgroup.web.id

www.henysartika.com

T O N S I L I T I S

Di Susun Oleh

WILLIAM

(11-2009-008)

DEPARTEMEN ILMU THT

RUMAH SAKIT

”IMMANUEL”

TANJUNG KARANG – BANDAR LAMPUNG

2010