tonsilitis kronik

9
Tonsilitis Kronik I. DEFINISI Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil laringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsila faucial), tonsila lingual (tonsila pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s tonsil). Peradangan pada tonsila palatine biasanya meluas ke adenoid dan tonsil lingual. Penyebaran infeksi terjadi melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak. 1,2 Tonsilitis kronik merupakan peradangan pada tonsil yang persisten yang berpotensi membentuk formasi batu tonsil. 3 Terdapat referensi yang menghubungkan antara nyeri tenggorokan yang memiliki durasi 3 bulan dengan kejadian tonsilitis kronik. Tonsilitis kronis merupakan salah satu penyakit yang paling umum dari daerah oral dan ditemukan terutama di kelompok usia muda. Kondisi ini karena peradangan kronis pada tonil II. ETIOLOGI Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptanya secara aerogen yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus masuk ke tonsil maupun secara foodborn

Upload: raufina-yunica

Post on 23-Oct-2015

99 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tonsilitis Kronik

Tonsilitis Kronik

I. DEFINISI

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari

cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di

dalam rongga mulut yaitu: tonsil laringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsila faucial),

tonsila lingual (tonsila pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding

faring/ Gerlach’s tonsil). Peradangan pada tonsila palatine biasanya meluas ke

adenoid dan tonsil lingual. Penyebaran infeksi terjadi melalui udara (air borne

droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak. 1,2

Tonsilitis kronik merupakan peradangan pada tonsil yang persisten yang

berpotensi membentuk formasi batu tonsil.3 Terdapat referensi yang menghubungkan

antara nyeri tenggorokan yang memiliki durasi 3 bulan dengan kejadian tonsilitis

kronik. Tonsilitis kronis merupakan salah satu penyakit yang paling umum dari

daerah oral dan ditemukan terutama di kelompok usia muda. Kondisi ini karena

peradangan kronis pada tonil

II. ETIOLOGI

Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptanya

secara aerogen yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian

nasofaring terus masuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu melalui mulut masuk

bersama makanan.4 Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari

Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil, atau kerusakan

ini dapat terjadi bila fase resolusi tidak sempurna.

Beberapa organisme dapat menyebabkan infeksi pada tonsil, termasuk

bakteri aerobik dan anaerobik, virus, jamur, dan parasit. Pada penderita tonsilitis

kronis jenis kuman yang paling sering adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A

(SBHGA). Streptokokus grup A adalah flora normal pada orofaring dan nasofaring.

Namun dapat menjadi pathogen infeksius yang memerlukan pengobatan. Selain itu

infeksi juga dapat disebabkan Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, S.

Pneumoniae dan Morexella catarrhalis.5

Page 2: Tonsilitis Kronik

III. PATOMEKANISME

Tonsillitis berawal dari penularan yang terjadi melalui droplet dimana

kuman menginfiltrasi lapisan epitel. Adanya infeksi berulang pada tonsil

menyebabkan pada suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman sehingga

kuman kemudian bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh

dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (fokal infeksi) dan suatu saat kuman dan

toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada saat keadaan umum tubuh

menurun. Bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superkistal bereaksi dimana

terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Karena

proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid

diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar.

Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga

menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di

sekitar fossa tonsilaris. Pada anak disertai dengan pembesaran kelenjar limfa

submadibularis.1

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

Sejauh ini belum ada penelitian lengkap mengenai keterlibatan faktor

genetik maupun lingkungan yang berhasil dieksplorasi sebagai faktor risiko penyakit

Tonsilitis Kronis. Pada penelitian yang bertujuan mengestimasi konstribusi efek

faktor genetik dan lingkungan secara relatif penelitiannya mendapatkan hasil bahwa

tidak terdapat bukti adanya keterlibatan faktor genetik sebagai faktor predisposisi

penyakit Tonsilitis Kronis. 6

Beberapa Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronik yaitu:1

1. Rangsangan menahun (kronik) rokok dan beberapa jenis makanan

2. Higiene mulut yang buruk

3. Pengaruh cuaca

4. Kelelahan fisik

5. Pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat

V. GEJALA KLINIK

Manifestasi klinik sangat bervariasi. Tanda-tanda bermakna adalah nyeri

tenggorokan yang berulang atau menetap dan obstruksi pada saluran cerna dan

saluran napas. Gejala-gejala konstitusi dapat ditemukan seperti demam, namun tidak

mencolok.7

Page 3: Tonsilitis Kronik

Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak

rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Terasa ada yang

mengganjal di tenggorokan, tenggorokan terasa kering dan napas yang berbau.1 Pada

tonsillitis kronik juga sering disertai halitosis dan pembesaran nodul servikal.2 Pada

umumnya terdapat dua gambaran tonsil yang secara menyeluruh dimasukkan kedalam

kategori tonsillitis kronik berupa (a) pembesarantonsil karena hipertrofi disertai

perlekatan kejaringan sekitarnya, kripta melebar di atasnya tertutup oleh eksudat yang

purulent. (b) tonsil tetap kecil, bisanya mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam

dalam “tonsil bed” dengan bagian tepinya hiperemis, kripta melebar dan diatasnya

tampak eksudat yang purulent. 5,8

Gambar . Tonsillitis kronik

Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan

mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan

medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :

T0 : Tonsil masuk di dalam fossa

T1 : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

Page 4: Tonsilitis Kronik

Gambar . Rasio Perbandingan Tonsil Dengan Orofaring

Gambar . (A) Tonsillar hypertrophy grade-I tonsils. (B) Grade-II tonsils. (C)

Grade-IIItonsils. (D) Grade-IV tonsils (“kissing tonsils”)

VI. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan untuk tonsillitis kronik terdiri atas terapi medikamentosa

dan operatif.

1. Medikamentosa

Terapi ini ditujukan pada hygiene mulut dengan cara berkumur atau obat

isap, pemberian antibiotic, pembersihan kripta tonsil dengan alat irigasi gigi atau

oral.1,5 Pemberian antibiotika sesuai kultur. Pemberian antibiotika yang

bermanfaat pada penderita Tonsilitis Kronis Cephaleksin ditambah metronidazole,

klindamisin ( terutama jika disebabkan mononukleosis atau abses), amoksisilin

dengan asam klavulanat ( jika bukan disebabkan mononukleosis).4

Page 5: Tonsilitis Kronik

2. Operatif

Untuk terapi pembedahan dilakukan dengan mengangkat tonsil

(tonsilektomi). Tonsilektomi dilakukan bila terapi konservatif gagal.

Dengan tindakan tonsilektomi. Pada penelitian Khasanov et al mengenai

prevalensi dan pencegahan keluarga dengan Tonsilitis Kronis didapatkan data

bahwa sebanyak 84 ibu-ibu usia reproduktif yang dengan diagnosa Tonsilitis

Kronis, sebanyak 36 dari penderita mendapatkan penatalaksanaan tonsilektomi.4

I. KOMPLIKASI

Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya

berupa rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara percontinuitatum. Komplikasi

jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endocarditis, artritis,

myositis, nefritis, uvetis iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis.1

Beberapa literature menyebutkan komplikasi tonsillitis kronis antara lain:4

a) Abses peritonsil.

b) Abses parafaring.

c) Abses intratonsilar.

d) Tonsilolith (kalkulus tonsil).

e) Kista tonsilar.

f) Fokal infeksi dari demam rematik dan glomerulonephritis.

II. PROGNOSIS

Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat dan

pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita

Tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotika diberikan untuk mengatasi infeksi,

antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang

lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu yang singkat.

Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderita mengalami

infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan

sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, Tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi

serius seperti demam rematik atau pneumonia.4

Page 6: Tonsilitis Kronik

DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmarjono, Kartoesoediro S. Tonsilitis kronik. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher ed Keenam. FKUI Jakarta: 2007.

p212-25.

2. Udayan KS. Tonsillitis and peritonsillar Abscess. [online]. 2011 .[Accessed, 2013 Des 14).

Available from URL: http://emedicine.medscape.com/

3. John PC, William CS. Tonsillitis and Adenoid Infection. [online].2011 .[Accessed,

2013 Des 14). Available from: URL: http://www.medicinenet.com

4. Amalia, Nina. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis D RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2009. 2011.pdf

5. Boies AH. Rongga Mulut dan Faring. In: Boies Buku Ajar Penyakit THT.

Jakarta: ECG, 1997. p263-340

6. Ellen Kvestad, Kari Jorunn Kværner, Espen Røysamb, et all. Heritability of

Reccurent Tonsillitis. [online].2005.[Accessed, 2013 Des 15). Available from:

URL: http://www. Archotolaryngelheadnecksurg.com

7. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Tonsil dan Adenoid. In: Ilmu

Kesehatan Anak Edisi 15 Volum 2. Jakarta: ECG,2000. p1463-4

8. Hassan R, Alatas H. Penyakit Tenggorokan. In: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak

jilid 2. Jakarta :FKUI, 2007.p930-33.