tokoh - tokoh pendidikan

Upload: wendi-hardi

Post on 15-Oct-2015

208 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang Sejak dahulu hingga sekarang pendidikan adalah hal penting di dunia. Dari mulai kecil, anak sudah mulai di didik oleh orang tuanya di lingkungan sekitar. Begitu pula dengan sekolah, sekolah adalah suatu lembaga yang sangat berperan penting dalam pendidikan anak dan kemampuan anak. Pendidikan tidak muncul begitu saja dalam hal ini banyak orang atau ahli berperan penting dalam dunia pendidikan diseluruh dunia. Tokoh pendidikan inilah yang membuat, mencetuskan,dan mencerdaskan anak-anak diseluruh dunia dengan karya-karyanya. kita tidak boleh melupakan hasil jerih payah beliau, kita harus menerapkan semuanya dimasyarakat. B. Rumusan Masalah1. Siapakah tokoh-tokoh ilmu pendidikan yang berpengaruh dari luar negeri?2. Siapakah tokoh-tokoh ilmu pendidikan yang berpengaruh di Indonesia?C. Tujuan

Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa luas pengetahuan kita tentang tokoh-tokoh pendidikan yang berpengaruh baik di luar negeri maupun di dalam negeri.

Serta sebagai bahan materi untuk penampilan diskusi kelompok 9 yang dibimbing oleh Bapak Drs. Azman, M.Si. dalam mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu PendidikanBAB IIPEMBAHASAN

A. Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh dari Luar Negeri1. PestalozziJohann Heinrich Pestalozzi lahir di Zurich, Switzerland pada tanggal 12 Januari 1746. Ayahnya meninggal ketika dia berumur lima tahun, dan ibunya membesarkannya bersama adiknya sendiri. Pestalozzi mulai mengenyam pendidikan formal pada umur sembilan tahun, tetapi dia sukses menempuh pendidikan dengan tepat waktu. Dia belajar di Universitas Zurich di mana dia bertemu dengan Johann Kasper Lavater yang mempengaruhi dia dalam dunia politik. Kematian Lavater merubah pandangan dia dan akhirnya dia memutuskan untuk mencurahkan hidupnya pada pendidikan (Heafford, 1967).Johann Heinrich Pestalozzi adalah seorang ahli dan pembaharu pendidikan Swiss yang memberikan pengaruh besar pada pembangunan sistem pendidikan di Eropa dan Amerika bahkan sampai sekarang. Tidak hanya karena dia seorang guru yang inovatif, tetapi dia juga mempunyai komitmen untuk melakukan reformasi sosial, dan juga melaksanakan proyek-proyek kemanusiaan yang melibatkan anak-anak yatim selama perang. Metode pendidikannya menekankan pada pentingnya memberikan cinta dan kasih sayang, menciptakan lingkungan kekeluargaan dimana anak dapat tumbuh dan berkembang dengan alami menjadi a whole person dengan keseimbangan intelektual, fisik, dan kemampuan teknis, dan dengan pertumbuhan emosional, moral, etika, serta agama. Melalui asosiasinya dengan para reformis, Pestalozzi menjadi sadar akan masalah-masalah sosial, yang membantu dia dalam mengembangkan tiga hal, yaitu tujuan pendidikan, metode pendidikan dan disiplin dalam kelas.

Prinsip dan Tujuan PendidikanTujuan pendidikan bukan untuk menanamkan pengetahuan, namun untuk membentangkan kemampuan alami dan mengembangkan kemampuan yang tersembunyi dalam setiap orang. Dengan kata lain, pendidik perlu memfokuskan pada human being, pada anak, dan bukan pada pendidikan itu sendiri.Pendapat Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro dalam makalah " Sketsa Pendidikan Humanis Religius"(2008) tentang prinsip-prinsip pendidikan humanis sangat sejalan dengan pandangan Pestalozzi adalah sebagai berikut: Tujuan pendidikan dan proses pendidikan berasal dari anak (siswa). Oleh karenanya kurikulum dan tujuan pendidikan menyesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan prakarsa anak. Siswa adalah aktif bukan pasif. Anak memiliki keinginan belajar dan akan melakukan aktivitas belajar apabila mereka tidak difrustasikan belajarnya oleh orang dewasa atau penguasa yang memaksakan keinginannya. Peran guru adalah sebagai penasehat, pembimbing, teman belajar bukan penguasa kelas. Tugas guru membantu siswa belajar, sehingga siswa memiliki kemandirian dalam belajar. Guru berperan sebagai pembimbing dan yang melakukan kegiatan mencari dan menemukan pengetahuan bersama siswa. Tidak boleh ada pembelajaran yang bersifat otoriter, dimana guru sebagai penguasa dan murid menyesuaikan. Sekolah sebagai bentuk kecil dari masyarakat luas. Pendidikan seharusnya tidak sekedar dibatasi sebagai kegiatan di dalam kelas dengan dibatasi empat dinding sehingga terpisah dari masyarakat luas. Karena pendidikan yang bermakna adalah apabila pendidikan itu dapat dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat Aktivitas belajar harus berfokus pada pemecahan masalah, bukan sekedar mengajarkan mata pelajaran. Pemecahan masalah adalah bagian dari kegiatan kehidupan oleh karenanya pendidikan harus membangun kemajuan siswa untuk memcahkan masalah. Kegiatan pendidikan bukan sebagai pemberian informasi atau data dari guru pada siswa yang terbatas sebagai aktivitas mengumpulkan dan mengingat kembali pengetahuan statis. Iklim sekolah harus demokratis dan kooperatif. Karena kehidupan di masyarakat selalu hidup bersama orang lain, maka setiap orang harus mempu membangun kooperasi dengan orang lain. Namun dalam realita pendidikan tradisional sering siswa dilarang untuk berbicara, berpindah tempat, atau kerjasama dengan siswa lain. Iklim demokratis dalam kelas adalah dibutuhkan agar siswa dapat hidup secara demokratis di masyarakat.Metode Pendidikan

Pestalozzi menekankan bahwa pendidikan harus berpusat pada anak, bukan pada kurikulum ataupun guru. Karena pengetahuan terletak di dalam human being, tujuan pembelajaran adalah untuk menemukan cara untuk membentangkan pengetahuan yang tersembunyi. Pestalozzi mendukung bahwa pengalaman langsung adalah metode yang paling baik. Dia juga mendukung spontanitas dan aktivitas pribadi; hal ini berlawanan dengan metode yang berbasis kurikulum, metode berpusat pada guru yang dulu berlaku.Kehidupan KelasPestalozzi menganjurkan agar kehidupan kelas seharusnya seperti kehidupan keluarga. Atmosfer kelas harus mempunyai suasana loving and caring. Sebagaimana yang terjadi dalam keluarga, harus ada kerjasama, saling mencintai satu sama lain, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Untuk menciptakan kehidupan ruang kelas yang baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru, antara lain: Pelajaran dilaksanakan dengan rambu-rambu kurikulum. Siswa diberi motivasi agar mempunyai harapan tinggi dan diarahkan agar berorientasi pada pelajaran. Pelajaran jelas dan terfokus, apabila siswa tidak memahami, maka guru mengulang kembali sampai siswa paham. Waktu di kelas digunakan untuk belajar dan tidak terlalu banyak mengurusi masalah kedisiplinan. Kehidupan kelas diciptakan agar siswa senang dan melaksanakan kegiatan dengan sukses dan efisien. Kegiatan rutin dilaksanakan dengan efisien danInteraksi antara guru dan murid positif. Insentif dan reward bagi siswa dilakukan untuk meningkatkan prestasiApabila kehidupan ruang kelas bisa baik maka diharapkan tujuan instruksional bisa dicapai. Akhirnya terwujud perubahan siswa melalui proses yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa, sehingga siswa bisa hidup dalam masyarakat.2. Maria MontessoriMaria Montessori lahir di Chiaravalle, Ancona, Italia, 31 Agustus 1870meninggal di Noordwijk, Belanda, 6 Mei 1952 pada umur 81 tahun adalah seorang pendidik, ilmuwan, dokter Italia. Ia mengembangkan sebuah metode pendidikan anak-anak dengan memberi kebebasan bagi mereka untuk melakukan kegiatan dan mengatur acara harian. Metode ini kelak dikenal dengan Metode MontessorMetode ini menyatakan bahwa anak memiliki kemampuan sendiri untuk belajar sesuai dengan tingkat kematangannya dan anak belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Ada saat dimana anak akan sangat peka terhadap lingkungannya, saat tersebut dinamakan Montessori sebagai Sensitive periods.

Sensitive periodsc adalah suatu masa dimana anak-anak akan sangat mudah menguasai tugas-tugas tertentu. Apabila anak dicegah untuk menikmati pengalaman-pengalaman yang dipandu secara alamiah itu, maka kemampuan-kemampuan yang harusnya dicapai pada masa peka itu tidak akan dimiliki dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya

Ciri khas sekolah Montessori dibanding sekolah konvensional, diantaranya: Kemandirian dan Konsentrasi

Montessori percaya bahwa anak-anak dapat belajar dengan sendirinya jika mereka menemukan hal yang menarik bagi mereka. Guru-guru di sekolah Montessori hanya sebagai fasilitator dengan menyediakan material-material. Pilihan Bebas

Pilihan bebas biasanya membawa anak-anak kepada pengerjaan tugas-tugas yang paling berkesan bagi anak. Guru percaya kalau anak-anak akan memilih dengan bebas tugas-tugas yang sesuai dengan kebutuhan batiniah mereka pada saat itu. Selain itu tugas guru juga memperkenalkan tugas baru yang disesuaikan dengan kesiapan anak-anak. Hukuman dan Penghargaan

Montessori berpendapat bahwa otoritas dari luar justru akan mengganggu proses belajar mandiri anak, anak-anak akan belajar dengan dorongan sempurna sesuai dengan kapasitasnya jika mereka menemukan material-material yang sesuai. Mempersiapkan untuk mempelajari keterampilan

Keterampilan yang lebih sulit membutuhkan beberapa keahlian untuk dikuasai, Montessori mengembangkan material-material yang memungkinkan anak mempelajari suatu keterampilan secara bertahap. Membaca dan Menulis

Anak-anak akan diajari membaca dan menulis secara bertahap, anak akan diajari menulis pada saat berada di masa peka terhadap bahasa. anak-anak tidak akan diberikan buku sebelum bisa membaca, hal ini untuk menghindari rasa frustasi membaca buku. Menekan prilaku yang tidak diharapkan

Walaupun hukuman dan penghargaan diharapkan tidak ada, tetapi Penghargaan terhadap material pelajaran dan penghargaan terhadap anak lain berusaha dikembangkan secara alamiah, jika seorang anak menggangu anak lain, maka anak itu akan ditinggalkan/tak diacuhkan agar secara tak sadar anak itu belajar menghargai keinginan anak lain untuk tidak diganggu, terkadang guru turut campur dengan mengisolasi anak itu.Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut direktur atau pembimbing). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep.B. Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh di Indonesia1. Ki Hajar DewantaraKi Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Ia mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis.Mendekati proses pendidikan dalam sebuah pemikiran cerdas untuk mendirikan sekolah taman siswanya, jauh sebelum Indonesia mengenal arti kemerdekaan. Konsepsi Taman Siswa pun coba dituangkan Ki Hajar Dewantara dalam solusi menyikapi kegelisahan-kegelisahan rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat itu, sebagaimana digambarkan dalam asas dan dasar yang diterapkan Taman Siswa. Orientasi Asas Dan Dasar Pendidikan Dari Ki Hajar Dewantara diupayakan sebagai asas perjuangan yang diperlukan pada waktu itu menjelaskan sifat pendidikan pada umumnya. Pengaruh pemikiran pertama dalam pendidikan adalah dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur dirinya sendiri. Bila diterapkan kepada pelaksanaan pengajaran maka hal itu merupakan upaya di dalam mendidik murid-murid supaya dapat berperasaan, berpikiran dan bekerja merdeka demi pencapaian tujuannya dan perlunya kemajuan sejati untuk diperoleh dalam perkembangan kodrati. Hak mengatur diri sendiri berdiri (Zelfbeschikkingsrecht) bersama dengan tertib dan damai (orde en vrede) dan bertumbuh menurut kodrat (natuurlijke groei). Ketiga hal ini merupakan dasar alat pendidikan bagi anak-anak yang disebut among metode (sistem-among) yang salah satu seginya ialah mewajibkan guru-guru sebagai pemimpin yang berdiri di belakang tetapi mempengaruhi dengan memberi kesempatan anak didik untuk berjalan sendiri. Inilah yang disebut dengan semboyan Tut Wuri Handayani. Menyinggung masalah kepentingan sosial, ekonomi dan politik kecenderungan dari bangsa kita untuk menyesuaikan diri dengan hidup dan penghidupan ke barat-baratan telah menimbulkan kekacauan. Menurut Kihajar Dewantara Sistem pengajaran yang terlampau memikirkan kecerdasan pikiran yang melanggar dasar-dasar kodrati yag terdapat dalam kebudayaan sendiri. Sementara hal yang menyangkut tentang dasar kerakyatan untuk memepertinggi pengajaran yang dianggap perlu dengan memperluas pengajarannya. dan memiliki pokok asas untuk percaya kepada kekuatan sendiri. Dalam dunia pendidikan mengharuskan adanya keikhlasan lahir-batin bagi guru-guru untuk mendekati anak didiknya. Sesungguhnya semua hal tersebut merupakan pengalaman dan pengetahuan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan barat yang mengusahakan kebahagian diri, bangsa dan kemanusiaan.2. Mohammad SyafeiMohammad Syafei lahir tahun 1893 di Ketapang (Kalimantan Barat) dan diangkat jadi anak oleh Ibarahim Marah Sutan dan ibunya Andung Chalijah, kemudian dibawah pindah ke Sumatra Barat dan menetap Bukit Tinggi. Marah Sutan adalah seorang pendidik dan intelektual ternama. Dia sudah mengajar di berbagai daerah di nusantara, pindah ke Batavia pada tahun 1912 dan aktif dalam Indische Partij.Pendidikan yang ditempuh Moh. Syafei adalah sekolah raja di Bukit tinggi, dan kemudian belajar melukis di Batavia (kini Jakarta), sambil mengajar di Sekolah Kartini. Pada tahun 1922 Moh. Syafei menuntut ilmu di Negeri Belanda dengan biaya sendiri. Di sini ia bergabung dengan "Perhimpunan Indonesia", sebagai ketua seksi pendidikan.Di negeri Belanda ini ia akrab dengan Moh. Hatta, yang memiliki banyak kesamaan dan karakteristik dan gagagasan dengannya, terutama tentang pendidikan bagi pengembangan nasionalisme di Indonesia. Dia berpendapat bahwa agar gerakan nasionalis dapat berhasil dalam menentang penjajahan Belanda, maka pendidikan rakyat haruslah diperluas dan diperdalam. Semasa di negeri Belanda ia pernah ditawari untuk mengajar dan menduduki jabatan di sekolah pemerintah. Tapi Syafei menolak dan kembali ke Sumatara Barat pada tahun 1925. Ia bertekad mendirikan sebuah sekolah yang dapat mengembangkan bakat murid-muridnya dan disesuaikan dengan kebutuhan rakyat Indonesia, baik yang hidup di kota maupun di pedalaman.Mohamad Syafei mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederland School (INS) pada tanggal 31 oktober 1926. Di Kayu Tanam, sekitar 60 km di sebelah Utara Kota Padang. Sekolah ini didirikan di atas lahan seluas 18 hektar dan dipinggir jalan raya Padang Bukit Tinggi. Ia menolak subsidi untuk sekolahnya, seperti halnya Thawalib dan Diniyah, tapi ia membiaya sekolah itu dengan menerbitkan buku-buku kependidikan yang ditulisnya. Sumber keuangan juga berasal dari sumbangan-sumbangan yang diberikan ayahnya dan simpatisan-simpatisan serta dari berbagai acara pengumpulan dana seperti mengadakan pertunjukan teater, pertandingan sepak bola, menerbitkan lotere dan menjual hasil karya seni buatan murid-muridnya. Pengajaran di dalam kelas menggunanakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai pelajaran bahasa asing yang pokok, ditekan pada pelajaran-pelajaran yang akan terpakai oleh murid-murid apabila mereka kelak kembali.Prinsip pertama yang dipegang teguh oleh M. Syafei dalam pendidikannya adalah "belajar, bekerja, dan berbuat". Apabila murid hanya mendengarkan saja ilmu pengetahuan yang diajarkan guru melalui kata-kata yang kadang-kadang tidak dimengerti, tidak akan berguna bagi murid karena mereka tidak tahu dan tidak akan pandai mempergunakan pengetahuan tersebut dalam kehidupannya atau untuk memperbaiki tingkat kehidupannya kelak di kemudian hari sesudah tamat belajar. Murid hanya akan dipenuhi oleh bermacam pengetahuan yang tinggi dan muluk-muluk, tetapi apabila sudah memasuki kehidupan masyarakat yang sesungguhnya mereka akan bingung dan serba tanggung, sebab mereka tidak pandai mempergunakan ilmu yang banyak mereka miliki itu. Dengan demikian ilmu yang telah diperoleh tidak bermanfaat bagi murid, dan orang lain, ibarat sepotong emas yang terbenam di dalam lumpur.Sistem pendidikan yang demikian hanya akan membuat murid menjadi orang suka meniru, karena sudah dibiasakan barang siapa yang pandai menirukan apa yang dikatakan gurunya, dialah yang akan mendapatkan nilai yang tinggi atau dianggap tinggi prestasinya. Orang yang berprestasi demikian di dalam kelas, dalam masyarakat belum tentu berhasil. Pendidikan yang demikian akan melahirkan bangsa yang suka meniru tanpa berpikir dan bangsa itu tidak akan dapat menjadi bangsa yang besar. Bangsa yang demikian tergantung hidupnya terhadap bangsa lain, tidak dapat mengambil inisiatif sendiri. M. Syafei menghendaki supaya pendidikan itu didapat melalui pengalaman yang terus-menerus untuk dapat membentuk kebiasaan. Supaya kebiasaan yang akan diperoleh murid sesuai dengan yang diharapkan, maka pendidikan yang akan dialaminya itulah yang diarahkan. Kurikulum sekolah harus disesuaikan dengan kebiasaan murid yang diharapkan itu. Kebiasaan yang sudah membaku pada diri seorang murid, menyebabkan mereka terbiasa pula berpikir secara terpola, karena kebiasaan yang sudah membaku itu didapatnya melalui pengalaman yang sudah direncanakan terlebih dahulu. Jadi, dengan memberikan pengalaman dengan berulang-ulang akan menimbulkan kebiasaan dan kebiasaan ini akan menimbulkan cara berpikir yang lebih aktif, karena pikirannya sudah biasa dilatih melalui pengalaman yang terarah secara terus-menerus. Dalam sistem pendidikan semacam ini tugas guru hanya sebagai pengontrol saja sesudah memberi tahukan bagaimana proses mengerjakannya, sedangkan dalam proses pengerjaannya seluruhnya tergantung kepada aktivitas murid sendiri. Murid diberikan kebebasan untuk mengerjakan, boleh sama dengan yang diajarkan guru dan boleh juga berbeda sama sekali. Yang penting adalah bahwa proses pengerjaannya harus benar dan tepat. Dengan demikian murid akan terbiasa bekerja secara aktif, efektif, dan efisien mengingat waktu yang diberikan untuk mengerjakan sesuatu terbatas. Dengan sistem yang demikian M. Syafei berusaha menanamkan watak yang teguh dan pendirian yang kuat terhadap murid-muridnya serta merupakan pekerja yang ulet dan pantang menyerah. Hal demikianlah yang menyebabkan tamatan INS selalu berhasil dalam setiap bidang usahanya dalam masyarakat. 3. K.H. Ahmad DahlanK.H. Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868dan meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa ituMenurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat.Pendidikan Islam yang dalam hal ini diwakili oleh pondok pesantren telah tersebar sebelum kedatangan penjajah kolonial Belanda ke Indonesia. Ia merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah dan tinggi. Pendidikan Islam untuk tingkat permulaan diberikan di masjid, langgar, musallah atau surau. Santri diberi kebebasan memilih bidang studi dari guru yang diingininya. Ada santri senior yang diberi wewenang untuk mengajar. sorogan dan bandongan atau weton. Di pondok pesantren tidak ada sistem kelas, tidak ada ujian atau pengontrolan (evaluasi proses belajar) kemajuan santri dan tidak ada batas lamanya belajar [kelas]. Penekanannya pada kemampuan menghafal saja, tidak merangsang santri untuk berdiskusi dengan sesama santri. Cabang-cabang ilmu yang dipelajari terbatas pada ilmu-ilmu agama Islam yang meliputi hadits, musthalah hadits, fikih sunnah/ushul fikih, ilmu tauhid, ilmu tasauf, ilmu mantik, ilmu falaq dan bahasa Arab.Kyai Ahmad Dahlan, melihat kondisi sosial pendidikan umat Islam pada waktu itu, tergerak untuk melakukan aktivitas yang menerapkan sistematika kerja organisasi ala Barat. Melalui pelembagaan amal usahanya, Kyai Ahmad Dahlan melakukan penangkalan kultural (budaya) atas penetrasi pengaruh kolonial Belanda dalam kebudayaan, peradaban dan keagamaan, utamanya adalah intensifnya upaya Kristenisasi yang dilakukan misi zending dari Barat.Usaha-usaha pembaharuan Islam bidang pendidikan yang dilakukan Kyai Ahmad Dahlan dan para pemimpin persyarikatan Muhammadiyah meliputi dua segi yaitu segi cita-cita dan tehnik pendidikan dan pengajaran.Kyai Ahmad Dahlan dianggap sebagai tokoh pembaharuan Islam yang cukup unik,dan dikagumi karena usaha pembaharuan Islamnya merupakan upaya terobosan-terobosan terhadap masalah-masalah umat yang mendesak untuk diatasi. Ia juga tidak memiliki background pendidikan Barat, tetapi gagasannya yang maju membuka lebar-lebar pintu ijtihad, (kesungguhan perubahan dalam Islam) dan melarang pengikutnya bertaklid, (mengikuti tanpa mengetahui alasan dalilnya yang tepat). Format pembaharuan dalam Islam persyarikatan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan Islam, tercermin dan dapat dilihat dari ide-ide dasar yang merupakan cita-cita penyelenggaraan pendidikan, seperti yang dituturkan pendirinya yaitu konsepsi kyai intelek dan intelek kyaiUsaha modernisasi dan pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam yang dilakukan persyarikatan Muhammadiyah pada awal kelahiran organisasi ini, nampak dari pengembangan kurikulum melalui dua jalan yaitu : Mendirikan tempat-tempatpendidikan dimana ilmu agama dan ilmu umum diajarkan bersama-sama. Memberikan tambahan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum yang sekuler.Untuk mengaktualisasikan gagasan besarnya dalam dunia pendidikan tersebut, Ahmad Dahlan langsung mengaplikasikannya sebagai praktisi dalam tindakan dan karya nyata. Jika ditelisik sepak terjang Ahmad Dahlan dalam dunia pendidikan, setidaknya ada poin poin penting dalam konsep pemikiran pendidikannya berkait dengan lembaga pendidikan:Landasan PendidikanPelaksanaan pendidikan hendaknya didasarkan pada landasan yang kokoh. Landasan ini merupakan kerangka filosofis dalam merumuskan konsep dan tujuan ideal pendidikan Islam, baik secara vertikal (Al-Khaliq) maupun horizontal (makhluk). Dalam pandangan Islam, paling tidak ada dua sisi tugas penciptaan manusia, yaitu sebagai abdullah (hamba Allah) dan khalifah fil ardh (pemimpin di bumi). Tujuan PendidikanMenurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Materi pendidikanKurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi: Pendidikan akhlaq, yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur`an dan Sunnah. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh lagi berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelektual serta antara dunia dengan akhirat. Pendidikan kemasyarakatan, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.Model MengajarDalam menyampaikan pelajaran agama, KH. Ahmad Dahlan tidak menggunakan pendekatan yang tekstual melainkan kontekstual. Karena pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi.Ijtihad Sistem PengajaranUpaya mengaktualisasikan gagasan tersebut bukan merupakan hal yang mudah, terutama bila dikaitkan dengan kondisi objektif lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional waktu itu. Proses perumusan kerangka ideal yang demikian, menurut Ahmad Dahlan disebut sebagai proses ijtihad, yaitu mengarahkan otoritas intelektual untuk sampai pada suatu konklusi tentang berbagai persoalan. Dalam konteks ini, pendidikan merupakan salah satu bentuk artikulasi tajdid (modernisasi) yang strategis dalam memahami ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur`an dan Sunnah secara proporsional.

4. Rahmah El YunusiahRahmah El-Yunusiah adalah anak bungsu dari lima bersaudara, lahir dari pasangan Muhammad Yunus bin Imanuddin dan Rafiah, pada 29 Desember 1900 /1Rajab 1318 H, di Bukit Surungan, Padang Panjang. Pada 1 November 1923 dia mendirikan sekolah untuk kaum perempuan dengan nama Madrasah Diniyah lil al-Banat yang dipimpin selama 46 tahun. Ia juga mendirikan Diniyah School Putri di Kwitang dan Tanah Abang pada 2 dan 7 September 1935, di Jatinegara dan Rawasari, Jakarta, pada 1950. Tidak saja untuk pendidikan dasar, tapi berlanjut sampai perguruan tinggi.

Rahmah memandang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Perempuan adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Atas dasar itu, untuk meningkatkan kualitas dan memperbaiki kedudukan perempuan diperlukan pendidikan khusus kaum perempuan yang diajarkan oleh kaum perempuan sendiri. Dalam hal ini perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan kaum perempuan, baik di bidang intelektual, kepribadian ataupun keterampilan.

Cita-cita pendidikan Rahmah diwujudkannya dengan mendirikan Diniyah Putri pada 1923. Melalui lembaga pendidikan ini Rahmah el-Yunusiyah, memperluas misi kaum modernis untuk menyediakan sarana pendidikan bagi kaum perempuan yang akan menyiapkan mereka menjadi warga yang produktif dan muslim yang baik. Ia menciptakan wacana baru di Minangkabau dan meletakkan tradisi baru dalam pendidikan bagi kaum perempuan di kepulauan Indonesia. Diniyah Putri adalah akademi agama pertama bagi putri yang didirikan di Indonesia.

Rahmah merasa bahwa pendidikan bersama (campuran) membatasi kemampuan kaum perempuan untuk menerima pendidikan yang cocok dengan kebutuhan mereka. Rahmah ingin menawarkan kepada anakanak perempuan pendidikan sekuler dan agama yang setara dengan pendidikan yang tersedia bagi kaum lakilaki, lengkap dengan program pelatihan dalam hal keterampilan yang berguna sehingga kaum perempuan dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif. Tujuan pendidikan perempuan menurut Rahmah adalah meningkatkan kedudukan kaum perempuan dalam masyarakat melalui pendidikan modern yang berlandaskan prinsipprinsip Islam. Ia percaya bahwa perbaikan posisi kaum perempuan dalam masyarakat tidak dapat diserahkan kepada pihak lain, hal ini harus dilakukan oleh kaum perempuan sendiri. Melalui lembaga seperti itu, ia berharap bahwa perempuan bisa maju, sehingga pandangan lama yang mensubordinasikan peran perempuan lambat laun akan hilang dan akhirnya kaum perempuan pun akan menemukan kepribadiannya secara utuh dan mandiri dalam mengemban tugasnya sejalan dengan petunjuk agama. Rahmah selalu memohon petunjuk kepada Allah perihal citacitanya itu, sebagaimana tertuang dalam doanya yang ditulis di buku catatannya:

Cita citanya dalam bidang pendidikan perempuan adalah agar semua perempuan Indonesia memperoleh kesempatan penuh menuntut ilmu pengetahuan yang sesuai dengan fitrah wanita sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan seharihari dan mendidik mereka sanggup berdiri sendiri di atas kekuatan kaki sendiri, yaitu menjadi ibu pendidik yang cakap dan aktif serta bertanggung jawab kepada kesejahteraan bangsa dan tanah air, dimana kehidupan agama mendapat tempat yang layak Rahmah merumuskan cita-cita pendidikanya menjadi tujuan Perguruan Diniyah Putri yang didirikannya, yaitu: Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan ajaran Islam dengan tujuan membentuk putri yang berjiwa Islam dan Ibu Pendidik yang cakap, aktif serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air dalam pengabdian kepada Allah subhanahu wa taala.

Gagasan Rahmah untuk mendirikan pendidikan bagi kaum perempuan sempat dirundingkannya dengan temantemannya di Persatuan Murid-murid Diniyah School (PMDS) yang ia pimpin, merekapun menyetujui dan mendukung gagasan itu. Maka pada tanggal 1 November 1923, sekolah itu di buka dengan nama Madrasah Diniyah lil alBanat, dipimpin oleh Rangkayo Rahmah elYunusiyah, yang oleh muridmuridnya dari angkatan tiga puluhan akrab dipanggil Kak Amah. Murid angkatan pertama terdiri dari kaum ibu muda berjumlah 71 orang, dengan menggunakan Mesjid Pasar Usang sebagai tempat belajar. Pada waktu itu proses belajar berlangsung dengan sistem halaqah, dan hanya mempelajari ilmuilmu agama dan gramatika bahasa Arab.

Tampaknya pikiran Rahmah el-Yunusiyah setengah abad yang lalu sejalan dengan pendapat kaum wanita dewasa ini yaitu: membangun masyarakat tanpa mengikutsertakan kaum wanita adalah sebagai seekor burung yang ingin terbang dengan satu sayap saja. Mendidik seorang wanita berarti mendidik seluruh manusiaBAB III

PENUTUPA. Kesimpulan

Tujuan pendidikan di Indonesia tertuang dalam UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang." Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia."Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam dunia pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri sama-sama bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar mereka menjadi generasi yang berilmu dan berpengetahuan.B. Saran

Untuk melengkapi pengetahuan pembaca dalam mengetahui tokoh-tokoh pendidikan sebaiknya silahkan membaca sumber yang kami ambil dikarenakan masih banyaknya tokoh-tokoh pendidikan yang berpengaruh baik itu di dalam maupun di luar negeri.

DAFTAR PUSTAKAhttp://syafieh.blogspot.com/2013/02/pemikiran-pendidikan-rahmah-el-yunusia.htmlhttp://www.anekamakalah.com/2012/06/ki-hajar-dewantara-tokoh-pendidikan.htmlhttp://www.pendidikan-diy.go.id/dinas_v4/?view=v_artikel&id=27http://mazkah-co.blogspot.com/2012/03/biografi-dr-maria-montessori.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Johann_Heinrich_Pestalozzihttp://newindonesiaonline.wordpress.com/2012/08/31/dr-maria-montessori-ilmuwan-dan-pendidik-anak/http://nanayuli.wordpress.com/2010/01/05/pestalozzi/http://www.anneahira.com/tokoh-tokoh-pendidikan-indonesia.htmhttp://asepyana666.blogspot.com/2013/02/pendidikan-menurut-mohammad-syafei.htmlhttp://asipansa.blogspot.com/2013/03/makalah-tokoh-pendidikan-kh-ahmad-dahlan.html