tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu pembangunan sudah pasti diharapkan terjadinya pertumbuhan. Tujuan pembangunan dalam kebijakan pembangunan adalah untuk menyamakan pertumbuhan dan mengurangi kesenjangan antara sektor-sektor pembangunan, Pembangunan berhasil jika pertumbuhan ekonominya tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan untuk mempercepat perubahan struktur perekonomian nasional menuju perekonomian yang seimbang dan dinamis, yang bercirikan industri yang kuat dan pertanian yang tangguh. Pada dasarnya investasi merupakan pembentukan modal yang mendukung peran swasta dalam perekonomian. Menurut Harrod Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi- investasi baru sebagai stok modal seperti penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Penanaman modal asing langsung merupakan investasi yang dilakukan oleh swasta asing ke suatu Negara tertentu. Bentuknya dapat berupa cabang perusahaan multinasional, transnasional, lisensi, joint venture. Investasi oleh penduduk dalam negeri merupakan pengakuisisian suarat-surat berharga luar negeri dan aset fisik. Investasi luar negeri dalam aset keuangan, khususnya lembaga investasi dilakukan untuk mendiversifikasi resiko dan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi daripada penghasilan yang diterima dengan investasi yang sebanding di dalam negeri. Investasi luar negeri langsung

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 14-Apr-2017

229 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam suatu pembangunan sudah pasti diharapkan terjadinya pertumbuhan. Tujuan

pembangunan dalam kebijakan pembangunan adalah untuk menyamakan pertumbuhan dan

mengurangi kesenjangan antara sektor-sektor pembangunan, Pembangunan berhasil jika

pertumbuhan ekonominya tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan untuk

mempercepat perubahan struktur perekonomian nasional menuju perekonomian yang seimbang

dan dinamis, yang bercirikan industri yang kuat dan pertanian yang tangguh.

Pada dasarnya investasi merupakan pembentukan modal yang mendukung peran swasta

dalam perekonomian. Menurut Harrod Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal seperti penanaman modal dalam negeri

maupun penanaman modal asing. Penanaman modal asing langsung merupakan investasi yang

dilakukan oleh swasta asing ke suatu Negara tertentu. Bentuknya dapat berupa cabang

perusahaan multinasional, transnasional, lisensi, joint venture. Investasi oleh penduduk dalam

negeri merupakan pengakuisisian suarat-surat berharga luar negeri dan aset fisik. Investasi luar

negeri dalam aset keuangan, khususnya lembaga investasi dilakukan untuk mendiversifikasi

resiko dan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi daripada penghasilan yang diterima

dengan investasi yang sebanding di dalam negeri. Investasi luar negeri langsung dalam bentuk

fisik di dalam pabrik manufaktur yang baru dan cabang-cabang penjualan yang lebih bagi

pengusaha.

Investasi diharapkan sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian Negara-negara

berkembang. Karena terbatasnya dana yang dimiliki Negara-negara berkembang, untuk

menggerakkan pertumbuhan ekonomi maka peran investasi dari luar negeri sangat diharapkan.

Dengan keadaan kekurangan modal, sulit bagi Negara-negara berkembang melakukan investasi

yang mantap. Sedangkan investasi yang mutlak diperlukan sebab pada dasarnya pertumbuhan

ekonomi dapat ditingkatkan melalui atau lebih banyak mengadakan investasi.

Pengaruh investasi asing mempunyai arti penting terhadap pertumbuhan ekonomi dan

ekspor di Negara-negara berkembang. Sampai saat ini konsep pembangunan dengan

Page 2: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

menggunakan modal asing masih sering menimbulkan pendapat. Foreign Direct Investment

(FDI) dipandang sebagai cara yang lebih efektif untuk mendorong pertumbuhan perekonomian.

Dengan melalui FDI, modal asing dapat memberikan kontribusi yang lebih baik kedalam proses

pembangunan. Mengingat pentingnya investasi asing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,

maka Negara-negara berkembang harus terus berupaya untuk membuat investasi yang kondusif

dengan dengan cara deregulasi dan debirokrasi, dengan penyederhanaan mekanisme perizinan

sehingga dapat menarik minat para investor asing untuk menanamkan modalnya ke Negara-

negara berkembang.

Selama beberapa dasawarsa terakhir ini, bisa dikatakan tidak ada pihak atau lembaga lain

yang mampu menyamai peranan, arti penting, dan pengaruh perusahaan

Multinasional/Transnasional dalam pertumbuhan perdagangan internasional dan arus-arus

permodalan global yang telah tumbuh sedemikian pesatnya. Raksasa-raksasa bisnis yang

kebanyakan berasal dari kawasan Amerika Utara, Eropa, Jepang, Cina, Korea, India.

Memberikan peluang ekonomi yang unik sekaligus memunculkan berbagai tantangan serta

berbagai masalah yang serius bagi Negara-negara berkembang yang menjadi tuan rumah.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan permasalahan investasi asing di Negara-negara berkembang serta dampak dan

peranan Transnasional Corporation bagi Negara-negara di dunia, ada beberapa pertanyaan yang

diajukan sebagai perumusan masalah dengan tujuan agar pembahasan dapat terfokus pada

masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penulis membatasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Pengertian dan jenis investasi asing & Transnasional Corporation (TNC)

2. Manfaat investasi asing & kehadiran TNC bagi Negara tuan rumah

3. Pro Kontra Investasi Asing dan TNC

4. Perkembangan Investasi Asing dan TNC di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN2.1 Investasi Asing

Page 3: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

2.1.1 Definisi Investasi Asing

Investasi asing merupakan aliran arus modal yang berasal dari luar negeri yang mengalir ke

dalam negeri baik yang melalui investasi langsung (Direct Investment) maupun investasi tidak

langsung (portofolio)

Untuk membangun suatu perekonomian suatu Negara harus memiliki Social Overhead

Capital yaitu proyek-proyek raksasa yang diperlukan untuk memperlancar bisnis dan

perdagangan seperti jalan raya, rel kereta api, proyek irigasi dan bendungan, serta sarana

kesehatan umum. Semua ini memerlukan investasi yang sangat besar yang cenderung bersifat

sekaligus. Tidak ada seorang pun atau perusahaan kecil yang mampu membangun suatu system

jalan raya. Tidak ada perusahaan yang bisa berharap mendapatkan laba jika dana yang

diperlukan tidak mampu disediakan oleh pemerintah. Disinilah manfaat proyek investasi skala

besar yang kesemuanya itu berasala dari luar negeri yang dapat menyebar ke seluruh

perekonomian.

2.1.2 Jenis Investasi Asing

1. Investasi modal swasta asing secara langsung (foreign direct investment)

Foreign Direct Investment (FDI) atau dapat juga disebut investasi di sektor riil adalah

investasi yang langsung ditanamkan di industri atau bidang usaha tertentu seperti pertambangan,

property, pertanian, dan lain sebagainya. Investasi di sektor riil sangat penting karena dapat

member manfaat ekonomi yang besar bagi Indonesia melalui penyerapan tenaga kerja,

pengurangan kemiskinan, peningkatan kualitas SDM, pertumbuhan industri, dan penggarapan

berbagai sumber daya ekonomi.

Sayangnya jumlah FDI di Negara berkembang masih sangat kecil apabila dibandingkan

dengan investasi tidak langsung (portofolio) padahal investasi di sektor riil inilah yang dapat

memberikan manfaat ekonomi dan finansial yang strategis bagi Negara yang di investasikan.

Gambar I: Total Investasi Dunia 1980-2008 (Billion $)Sumber: World Investment Report (WIR) 2009, UNCTAD

Gambar II: Negara Penerima Investasi Asing terbesar di Dunia ($ billion)Sumber: World Investment Report 2009 (UNCTAD)

2. Investasi Portofolio (portfolio investment)

Investasi tidak langsung banyak dilakukan dalam bentuk saham korporasi, surat obligasi,

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Surat Utang Negara (SUN). dana dari investasi portofolio

Page 4: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

umumnya bersifat jangka pendek (hot money) dan dapat ditarik kembali oleh investor (arus

balik) setiap saat apabila ada Negara lain yang menawarkan keuntungan lebih besar. Oleh karena

itu, ada kemungkinan pemerintah akan mengalami guncangan ekonomi apabila suatu waktu dana

tersebut ditarik kembali oleh investor dalam jumlah besar. Selain itu, investasi portofolio juga

sulit menjangkau kesejahteraan rakyat. Jadi, meskipun mampu mendorong nilai rupiah, tidak ada

peningkatan yang berarti di sektor riil.

Contoh bentuk investasi portofolio

Saham

Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan

saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan

perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para

investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan

usaha). Dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut,

maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan

berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Obligasi

Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan

yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada

periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak

pembeli obligasi tersebut. Menurut jenisnya obligasi dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Government Bond (Obligasi Pemerintah)

Government Bond adalah obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah yang digunakan

untuk pendanaan dalam utang pemerintah. Pembayaran kuponnya bersifat semi-annual. Di

Indonesia pemerintah mengeluarkan obligasi pemerintah diantaranya adalah Obligasi Ritel

Indonesia (ORI), Obligasi Syariah, dan SUN (surat utang negara). SUN adalah surat berharga

yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin

pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara tersebut sesuai dengan masa berlakunya.

b. Corporate Bond (Obligasi Swasta)

Page 5: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

Obligasi Swasta atau Obligasi perusahaan adalah suatu instrumen utang jangka panjang

yang pada umumnya berjangka waktu sekurangnya satu tahun sejak tanggal penerbitannya.

Istilah surat berharga komersial digunakan bagi instrument utang dengan jangka waktu jatuh

tempo yang lebih pendek.

Tabel I, Total Obligasi Negara dan Korporasi yang diterbitkan (Indonesia, 2007)

Tipe ObligasiJumlah

Emiten/SeriNilai (Milyar Rp)

Obligasi Pemerintah

1. Fixed Rate Bond 39 275.568,04

2. Variable Rate Bond 19 168.625,19

3. Zero Coupon Bond 3 10.500,00

4. ORI 3 18.884,55

5. SPN 1 4.168,80

Total Obligasi Pemerintah 477.746,58

Obligasi Korporasi 102 Emiten

Outstanding Bond 244 Seri 79.065,11

TOTAL 556.811,69Sumber: Bapepam Annual Report 2007

2.2 TransNasional Corporation (TNC)

2.2.1 Evolusi Perusahaan Domestik menuju Global

Setiap perusahaan selalu memiliki orientasi pasar sesuai dengan kemampuan perusahaan

tersebut, namun seiring berjalannya waktu perusahaan tersebut berkembang, dari yang berawal

sebagai perusahaan domestik yang berorientasi pasar dalam negeri, kemudian berkembang

menjadi perusahaan global yang berorientasi pasar dunia.

Berdasarkan tingkat proteksi dari pemerintah menurut Holland (1987), industri domestik

dapat dibedakan menjadi industri bayi (infant), remaja (adolescent), dan dewasa (mature).

Semakin dewasa sebuah perusahaan maka tingkat proteksi yang diberikan oleh pemerintahnya

tersebut akan semakin berkurang.

Gambar III: Tahap pertumbuhan Perusahaan

WaktuIndustri Bayi (infant)

Page 6: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

Industi Remaja (adolescent)Industi Dewasa (mature)

I

Prohibite

ProtectionII

Reduced ProtectionIII Selective Protection

Gambar I Memperlihatkan pada tahap I, agar industri bayi dapat tetap hidup, ia harus

diberi tariff yang cukup tinggi agar impor dari Negara maju tidak mudah masuk. Pada tahap II,

karena industri domestik sudah tumbuh menjadi remaja, pemerintah sedikit demi sedikit

mengurangi tingkat proteksi nominal dan efektif. Pada tahap III, Negara tersebut mulai

menerapkan proteksi yang selektif, baik menurut sektor maupun perusahaan, dan tidak lagi

mengurangi proteksi secara makro atau sektoral seperti tahap II.

Dengan berjalannya waktu, perusahaan domestic yang telah “dewasa” biasanya akan

melakukan internalisasi bisnis. Dalam praktek, perusahaan tersebut dapat tumbuh menjadi

perusahaan internasional, perusahaan multinasional, atau perusahaan global.

2.2.2 Definisi Transnasional Corporation (TNC)

Sampai saat ini belum ada definisi TNC yang bisa diterima secara umum, namun ada

beberapa definisi TNC yang cukup diterima umum, diantara nya:

definisi TNC menurut UNESC (United Nations on Economic and Social Council) yakni

“Semua perusahaan yang mengendalikan aset-aset pabrik, tambang-tambang, alat-alat kantor dan

sejenisnya di dua Negara atau lebih”.

definisi TNC menurut ILO (Internasional Labour Organization) adalah “Sebuah

perusahaan yang memiliki kantor pusat manajemen di salah satu Negara yang dikenal sebagai

Negara asal dan beroperasi di beberapa Negara yang dikenal sebagai Negara tuan rumah”.

TNC menurut Robert L. Hulbroner yakni “perusahaan yang mempunyai cabang dan anak

perusahaan di berbagai Negara”.

Helga herners mendefinisikan TNC sebagai “organisasi yang mempunyai kekuatan,

dimana manajemen nya menyatu, dibawah satu control, dapat mempengaruhi pasar dan dapat

mentransfer teknologi dari Negara maju ke Negara yang ditempati beroperasinya perusahaan

transnasional serta alat untuk membangun suatu Negara”.

Page 7: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

Menurut Juajir Sumardi “perusahaan yang dalam kegiatan operasionalnya melintasi batas-

batas kedaulatan suatu Negara di mana perusahaan tersebut pertama didirikan untuk membentuk

anak perusahaan di Negara lain yang dalam operasionalnya dikendalikan oleh perusahaan

induknya”.

Tabel II: Top 10 Perusahaan Transnasional berdasarkan aset tahun 2008 (Million $)

No Perusahaan Negara AsalAsset

(Foreign)Asset (Total)

1 General Electric United States 400.400 797.769

2Vodafone Group

PlcUnited Kingdom 204.920 222.593

3

Royal

Dutch/Shell

Group

Netherlands/United

Kingdom222.324 282.401

4British Petroleum

Company PlcUnited Kingdom 187.544 228.238

5 Exxon Mobil United States 161.245 228.052

6Toyota Motor

CorpJapan 183.303 320.243

7 Total France 141.442 164.662

8Electricite De

FranceFrance 128.644 278.759

9Ford Motor

CompanyUnited States 102.588 222.977

10 E.ON AG Germany 141.168 218.573

Sumber: World Investment Report (WIR) 2009, UNCTAD

Tabel III: Top 10 Perusahaan Transnasional berdasarkan penjualan tahun 2008

(Million $)

No Perusahaan Negara AsalSales

(Foreign)Sales (Total)

Page 8: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

1 Exxon Mobil United States 321.964 459.579

2

Royal

Dutch/Shell

Group

Netherlands/United

Kingdom261.393 458.361

3 Wal-Mart Stores United States 98.465 401.244

4British Petroleum

Company PlcUnited Kingdom 283.876 365.700

5Chevron

CorporationUnited States 153.854 273.005

6 Total France 189.784 250.489

7Mitsubishi Motor

CorporationJapan 46.762 246.712

8 ConocoPhillips United States 74.346 240.842

9Toyota Motor

CorporationJapan 143.886 226.221

10 General Electric United States 97.500 182.515

Sumber: World Investment Report (WIR) 2009, UNCTAD

2.2.3 Sejarah Transnasional Corporation

Modal telah beroperasi secara internasional sejak hari-hari pertama kapitalisme.

Perdagangan modal, yang digunakan dalam perdagangan jarak jauh, menandai munculnya cara

produksi kapitalis di Eropa. Kemudian perdagangan memainkan peranan utama dalam

munculnya kapitalisme industri pada abad ke-18 di Inggris. Pada abad ke 19, masalah keuangan

juga menjadi mendunia ketika Inggris, dan dalam tingkat yang lebih rendah Perancis dan Jerman,

menginvestasikan dananya ke luar negeri pada surat-surat obligasi pemerintah dan saham-saham

dalam perusahaan kereta api, tram, dan barang-barang publik. Dibandingkan dengan investasi

asing yang berkaitan dengan TNC, ini terutama sekali merupakan investasi portofolio dan pada

Page 9: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

saat pecahnya Perang Dunia I, 90% dari semua investasi asing adalah investasi portofolio.

Namun demikian, pada akhir abad ke 19 kita bisa melihat awal dari intenasionalisasi modal

produktif dan asal mula daripada beberapa TNC penting sekarang ini. Ini merupakan hasil dari

pengembangan cara produksi kapitalis. Sejak pertengahan abad ke 19 perkembangan

transportasi, pergudangan dan komunikasi telah membuka jalan menuju terciptanya suatu

perekonomian internasional yang terpadu. Hal-hal tersebut termasuk pembangunan jalan-jalan

kereta api, kapal-kapal pendinginan dan pengaturan temperature, dan penemuan telegrap.

Pada saat yang sama, konsentrasi dan sentralisasi modal mengarah kepad apeningkatan

ukuran perusahaan di Negara-negara kapitalis maju dan perubahan-perubahan penting dalam

organisasi perusahaan kapitalis. Hal ini dijelaskan oleh hymer (1979) untuk Amerika Serikat.

Pada tahun 1870an cirri dari suatu perusahaan di Amerika Serikat adalah suatu perusahaan

dengan fungsi tunggal yang dikendalikan oleh seorang entrepreneur atau suatu kelompok kecil

keluarga. Pada awal abad ke 20, cirri tersebut digantikan oleh perusahaan-perusahaan besar yang

mempunyai beberapa fungsi dan mengoperasikan beberapa pabrik. Organisasi yang

dikembangkan untuk menjalankan dan mengendalikan perusahaan-perusahaan di Amerika

Serikat tersebut juga cocok untuk mengoperasikan pabrik-pabrik dan cabang-cabangnya di

bagian dunia lain dan oleh karena itu lahirlah TNC. Di Eropa, depresi besar pada tahun 1873-

1896 merangsang pertumbuhan beberapa industri barang konsumen karena harga-harga bahan

makanan turun, dan peningkatan tarif sejah 1880 di Amerika Serikat, Jerman, Perancis dan di

tempat lain merangsang produksi Internasional.

TNC yang mula-mula berdiri banyak yang merupakan sektor manufaktur. Pada dua dekade

terakhir abad ke 19, perusahaan-perusahaan seperti Singer, ITT, General Electric, dan

Westinghouse dari Amerika Serikat, Dunlop dan Lever Brothers di Inggris serta Nestle dan

Siemens di Jerman membangun pabrik-pabrik pengolahan di luar negeri. Hampir semua dari

investasi tersebut di Eropa (termasuk Uni Sovyet) dan Amerika Utara.

TNC yang mula-mula memasuki NSB terutama sekali bergerak di sektor primer.

Walaupun sebelumnya telah ada investasi asing dalam kegiatan produksi bahan baku di NSB,

munculnya TNC modern dengan kegiatan yang cukup besar di NSB tersebut baru dimulai sejak

peralihan abad ke 19 tersebut. Ini termasuk investasi minyak dan mineral di Meksiko,

pertambangan tembaga di Chili, peru dan Belgian Congo, bauksit di British dan Dutch Guyana

dan minyak di Dutch East Indies.

Page 10: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

Ekspansi TNC di bidang yang ekstraktif ini digerakkan oleh cepatnya pertumbuhan

permintaan akan bahan baku penting yang melampaui kapasitas produksi domestic

perekonomian kapitalis yang telah maju tersebut. Sumber-sumber persediaan baru dengan biaya

yang lebih murah dengan giatnya dicari para produsen yag telah mapan dan sumber-sumber

tersebut biasanya terletak di NSB. Oleh karena itu, TNC-TNC utama seperti Exxon, Royal Dutch

Shell, Anaconda, Kennecot dan Alcoa muncul.

Pada waktu yang hampir bersamaan, sejumlah TNC juga mulai muncul di sektor pertanian.

The United Fruit Company dibentuk pada tahun 1899 dan mendirikan Banana Empire-nya di

Amerika Tengah dan Karibia sebelum Perang Dunia I. Perusahaan-perusahaan besar Amerika

Serikat yang bergerak di usaha makanan menginvestasikan dananya pada perkebunan gula di

Cuba dan W.R. Grace dan Co. memulai produksi dengan skala besar di Peru. TNC Inggris

seperti Unilever membuka usaha minyak tumbuh-tumbuhan dan Cadbury membuka usaha coklat

di Afrika sebelum perang Dunia I, sementara itu Dunlop memiliki perkebunan karet di Malaysia

dan Brooke Bond membangun perkebunan the di India dan Srilangka. Baik dalam pertanian

maupun pertambangan, produksi sering kali sudah dikembangkan oleh produsen lokal dalam

skala kecil sehingga pertumbuhan TNC merupakan suatu proses monopolisasi dari integrasi

vertikal.

Menurut Dunning (1983), pada saat pecahnya Perang Dunia I sekitar 60 persen dari

seluruh investasi asing secara langsung ditanamkan di NSB. Sementara itu sekitar 55 persen dari

semua Investasi tersebut ditanamkan di sektor primer dan hanya 15 persen di sektor manufaktur.

Karena investasi di sektor manufaktur terutama sekali terpusat di Negara-negara maju dan

investasi di sektor pertambangan terutama sekali di Inggris dan NSB, maka jelaslah bahwa

bagian terbesar dari investasi asing secara langsung di NSB tersebut mestinya di sektor produksi

primer. Hal tersebut didukung oleh data Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa sektor

pertambangan merupakan 39 persen dari seluruh investasinya secara langsun di NSB pada tahun

1914, sektor pertanian sebesar 18 persen dan minyak sebesar 13 persen, sementara itu sektor

manufaktur hanya sebesar 3 persen.

Periode antara Perang Dunia I dan II merupakan awal dari operasi TNC di sektor

manufaktur di NSB. Wilayah utama untuk ekspansi tersebut adalah Amerika Latin di mana pada

tahun 1939 TNC-TNC terkemuka di dunia (baik dari Amerika Serikat maupun Eropa)

mendirikan sekitar 200 cabang. Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat seperti Ford, General

Page 11: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

motors, Goodyear, Firestone, National cash Register, General Electric, ITT, Singer, Abbot, dan

Parke Davis, dan perusahaan-perusahaan dari Eropa seperti Pirelli, Philips, Siemens, Lever,

Roche, Nestle, dan Olivetti mendirikan cabang-cabang di Amerika Latin pada periode tersebut.

Pada NSB yang lain selain di Amerika latin hanya sekitar 100 cabang didirikan sebelum

pecahnya Perang Dunia II, dengan India sebagai tujuan utama.

Namun demikian, kegiatan TNC di NSB tetap didominasi oleh sektor primer sepanjang

periode tersebut. Investasi-investasi yang dibuat sebelum Perang Dunia I dikonsolidasikan dan

diperluas, sedangkan wilayah-wilayah baru digabungkan sebagai sumber-sumber bahan baku

bagi TNC-TNC misalnya di Afrika dan Timur Tengah. Ini termasuk perkebunan teh dan kopi di

Kenya, perkebunan karet di Leberia, tambang tembaga di Zambia, dan minyak di Timur Tengah.

Sebagai akibatnya, di samping turunnya secara relatif peranan pertambangan setelah Perang

Dunia I, sektor primer masih tetap lebih dari separuh dari seluruh investasi Amerika Serikat di

NSB pada tahun 1940. Sedangkan sektor manufaktur masih tetap kurang dari sepersepuluh dari

investasi langsung Amerika Serikat di wilayah-wilayah tersebut pada periode tersebut.

Periode seperempat abad setelah Perang Dunia II menunjukkan suatu ekspansi kegiatan

TNC yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini diawali oleh modal Amerika Serikat, tetapi

sejak 1960-an perusahaan-perusahaan dari Eropa dan Jepang telah tumbuh dengan cepat.

Perkembangan kegiatan TNC tersebut dipermudah oleh kemajuan teknologi terutama di bidang

transportasi dan komunikasi. Ini termasuk pengembangan pesawat-pesawat jet, telepon

internasional dan jaringan-jaringan telex. Perkembangan tersebut sangat memudahkan

pengkoordinasian berbagai kegiatan operasi diberbagai tempat yang berjauhan di dunia.

Perkembangan tersebut juga menurunkan biaya angkutan dari produk-produk yang dipasarkan.

Pada tahun 1950-an dan 1960-an, menurut Buckley & Casson (1976), ekspansi tersebut

tercermin pada cepatnya pertumbuhan cabang-cabang baru yang didirikan pada tingkat investasi

asing secara langsung. Namun demikian, pada tahun 1970-an strategi-strategi yang berubah

terhadap TNC, tindakan-tindakan dari beberapa pemrintah NSB untuk ‘membongkar ’ investasi

asing, sehingga komponen-komponen yang berbeda teknologi, keuangan, manajemen diperoleh

secara terpisah, dan pertumbuhan sumber-sumber keuangan bukan kekayaan, seperti pasar

Eurocurrency, menunjukkan bahwa investasi asing secara langsung turun cukup berarti. Hal ini

merupakan cirri di NSB, di mana nilai riil dari investasi asing secara langsung tidak mengalami

kenaikan sejak akhir 1960-an. Namun demikian, ini bukan berarti menurunnya arti TNC bagi

Page 12: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

perekonomian dunia, karena pada kenyataannya penjualan dari 100 TNC terbesar di dunia ini

telah tumbuh lebih cepat daripada GNP dunia kapitalis pada tahun 1973-an.

Sektor TNC yang tumbuh paling cepat di NSB setelah periode perang adalah sektor

manufaktur. Banyak Negara menjalankan kebijaksanaan substitusi impor pada tahun 1950-an

dan 1960-an dan sering kali sebagai pemetik manfaat utama dari kebijaksanaan tersebut adalah

TNC. Pada akhir 1960-an dan 1970-an sejumlah NSB melakukan strategi-strategi industrialisasi

yang lebih berorientasi ekspor. Daya tarik dari TNC merupakan tujuan utama dari strategi seperti

itu. Pada waktu yang sama, arti penting dari sektor primer telah menurun sebagai akibat dari

nasionalisasi.

Antara tahun 1950 dan 1984, pangsa share dari investasi langsung Amerika Serikat di NSB

yang ditanamkan pada sektor manufaktur lebih dari dua kali lipat yakni dari 15 menjadi 37

persen, sedangkan pangsa industri ekstraktif menurun lebih dari separo menjadi kurang dari 40

persen. Data baik dari Negara tuan rumah maupun Negara asal dari TNC menunjukkan

peningkatan peranan sektor manufaktur.

2.2.4 Faktor Pendorong Pertumbuhan TNC

Pertanyaan yang muncul adalah: apa yang mendorong suatu perusahaan untuk melakukan

ekpansi produksi ke luar negeri?

Ada berbagai macam argument untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama adalah hasrat

untuk mengejar keuntungan global (the pursuit of global profits). Ini berdasarkan fakta bahwa

TNC pada dasarnya adalah suatu perusahaan kapitalis. Tidak mengherankan perilaku TNC

mengikuti patokan dasar kapitalisme. Kedua adalah keinginan mencari dan memperoleh suplai

bahan mentah, atau sering disebut raw material seeker. Ini adalah jenis awal TNC yang banyak

dijumpai pada akhir abad 19 dan awal abad 20 seperti VOC, French East India Companies,

Hudson’s Bay Trading Company dan Union Miniere Haut-Katanga yang tumbuh dengan payung

proteksi kerajaan penjajah. Dewasa ini, TNC jenis ini masih dijumpai pada TNC yang

menggarap pertambangan dan minyak seperti British Petroleum, Standar Oil, International

Nickel, Anaconda Copper, dan Kennecott Copper. Ketiga adalah melayani pasar secara langsung

(market seeker), sebagai contoh IBM, Volkswagen, Unilever, Coca-cola, Philips, Singer.

Keempat adalah meminimumkan biaya (cost minimizer). TNC jenis ini mencari dan melakukan

investasi di luar negeri agar tetap kompetitif baik di Negara asal maupun luar negeri. Banyak

TNC semacam ini bergerak dalam industri elektronik, misalnya Texas instrument, Atari, Zenit,

Page 13: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

hal ini sejalan dengan konsep relokasi industri dari Negara Macan Asia. Kelima adalah

berdasarkan jalus evolusi suatu TNC. Pendekatan evolusioner dalam melakukan ekspansi ke luar

negeri adalah suatu tanggapan untuk meminimumkan resiko untuk beroperasi dalam lingkungan

asing yang diliputi ketidakpastian.

Gambar IV: TAHAPAN INTERNASIONALISASI BISNIS

Hanya Melayani Pasar DomestikEkspor ke pasar luar negeri melalui jalur bebas (misalnya agen penjualan)

Membeli lisensi kepada produsen asing untuk memproduksi bagi pasar luar negeriMenjalin jaringan penjualan di pasar luar negeri dengan: (a) mengakuisisi perusahaan lokal (b) mendirikan fasilitas baru Mendirikan fasilitas produksi di luar negeri (a)mengakuisisi perusahaan lokal (b)mendirikan fasilitas baru

Gambar di atas menunjukkan tahap internasionalisasi dimulai dari: (1) melakukan ekspor

ke pasar internasional, bisa lewat jaringan independen (misalnya agen penjualan), atau dengan

licensing (member lisensi pabrik di luar negeri untuk memproduksi dengan imbalan royalti); (2)

mendirikan sales outlet di pasar luar negeri dengan cara mengakuisisi perusahaan lokal atau

mendirikan fasilitas baru, (3) mendirikan fasilitas produksi di luar negeri dengan cara

mengakuisisi perusahaan lokal atau mendirikan fasilitas baru. Dengan cara bertahap ini, suatu

perusahaan dapat beralih dari strategi orientasi ekspor yang beresiko rendah dan hasil rendah

menjadi produksi internasional yang berisiko dan mendatangkan hasil lebih tinggi

.

2.2.5 TNC di Negara Berkembang

Beberapa tahun yang lalu suatu fenomena yang banyak diperbincangkan adalah munculnya

“TNC dari NSB”. Mula-mula hal tersebut dianggap sebagai “tangan bagi Amerika”, kemudian

dianggap sebagai Negara-negara kapitalis maju sebagaimana umunya. Sekarang “TNC dari

NSB”, yang tidak dipikirkan pada satu dekade yang lalu, semakin menarik perhatian. Apa

sebenarnya fenomena tersebut?. Secara nyata sekali sejumlah perusahaan yang berasal (berpusat)

dari NSB telah mendirikan cabang-cabangnya di luar negeri. Suatu estimasi yang paling lengkap

menunjukkan bahwa pada tahun 1980, 963 perusahaan NSB telah mendirikan 1964 cabang di

luar negeri dan 938 di antaranya adalah dalam sektor manufaktur. Investasi total TNC dari NSB

tersebut di luar negeri pada sebesar $ 10 Milyar dibandingkan dengan total stock investasi asing

di NSB sebesar $ 119 Milyar (UNCTC, 1983).

Tabel IV

Page 14: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

Top 10 Perusahaan Transnasional dari Negara Sedang Berkembang Berdasarkan Aset

Tahun 2008 (Million $)

No Perusahaan Negara AsalAset

(Foreign)Aset (Total)

1China National

Petroleum CorpChina 6.814 191.185

2 CITIC Group China 25.514 180.945

3Petroleo

BrasileiroBrazil 11.674 129.715

4Petroleos De

Venezuela

Bolivarian Rep. of

Venezuela10.082 107.672

5 Petronas Malaysia 27.431 102.616

6Hutchison

Whampoa LtdHong Kong, China 83.411 102.445

7

Samsung

Electronics Co.,

Ltd

Republic of Korea 29.173 99.749

8Hyundai Motor

CompanyRepublic of Korea 25.939 89.571

9Formosa Plastic

Group

Taiwan Province of

China19.026 86.034

10Companhia Vale

do Rio DoceBrazil 18.846 76.717

Sumber: World Investment Report (WIR) 2009, UNCTAD

Tabel V

Top 10 Perusahaan Transnasional dari Negara Sedang Berkembang Berdasarkan

Penjualan Tahun 2008 (Million $)

No Perusahaan Negara Asal Sales

(Foreign)Sales (Total)

Page 15: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

1China National

Petroleum CorpChina 3.246 122.341

2

Samsung

Electronics Co.,

Ltd

Republic of Korea 82.650 105.232

3Petroleos De

Venezuela

Bolivarian Rep. of

Venezuela31.917 96.242

4

Petroleo

Brasileiro S.A. –

Petrobras

Brazil 9.124 87.735

5 LG Corp. Republic of Korea 50.353 81.496

6Hyundai Motor

CompanyRepublic of Korea 33.692 74.353

7 Petronas Malaysia 27.219 67.473

8Formosa Plastic

GroupTaiwan 15.898 61.681

9

Hon Hai

Precision

Industries

Taiwan 32.555 52.482

10PTT Public

Company LtdThailand 4.436 44.362

Sumber: World Investment Report (WIR) 2009, UNCTAD

2.3 Manfaat Investasi Asing dan TNC

2.3.1 Perluasan Kesempatan Kerja

Bukti empiris menunjukkan bahwa perluasan kesempatan kerja yang dihasilkan oleh

adanya Investasi asing kurang meyakinkan karena satu dan hal lain. beberapa pengamat dengan

Page 16: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

yakinnya mengatakan bahwa penggeseran terhadap perusahaan-perusahaan lokal oleh

perusahaan-perusahaan multinasional/transnasional justru mengurangi lapangan kerja setempat.

Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa harapan-harapan Negara tujuang (tuan rumah)

akan adanya penciptaan lapangan kerja oleh investasi asing dan TNC ini jarang terpenuhi. Hanya

di beberapa NSB saja yang proses penyerapan tenaga kerja pada proyek-proyek TNC mencapai

satu persen. Pengecualian-pengecualian yang menyolok termasuk Brazil dan Meksiko, di mana

afiliasi-afiliasi yang dikendalikan luar negeri menjadi setengah dari sektor industri, dan Spanyol

sebelum 1970, ketika bangsa itu secara umum dinyatakan sebagai NSB. Pengecualian-

pengecualian lain meliputi Negara-negara yang relative kecil seperti Singapura (manufaktur dan

pariwisata), Jamaika (pariwisata dan bauksit), dan mungkin Kuba sebelum Castro.

Satu alas an mengapa pertumbuhan lapangan kerja tersebut sangat terbatas adalah karena

NSB sering kali membatasi kegiatan perusahaan-perusahaan asing tersebut di sektor-sektor yang

padat modal saja, seperti mineral, minyak, dan kimia. Sebuah pertambangan minya senilai $ 500

Milyar mungkin mempekerjakan kurang dari 400 orang, dan sebuah pabrik pencairan gas alam

senilai $ 1 Milyar umumnya bekerja dengan pekerja yang lebih sedikit. Bagian dari investasi-

investasi TNC di NSB yang diarahkan kepada ekstraksi (pengolahan), sumberdaya alam dan

pengolahan telah dinaikkan menjadi 42 persen untuk periode 1965-1972. Pada industri-industri

ini biaya-biaya investasi per lapangan kerja yang diciptakan sangat tinggi. Pada tahun 1976

dibutuhkan investasi sebesar $ 220.000 untuk menciptakan satu lapangan kerja pada

pertambangan nikel di Indonesia, dan $ 467.000 per pekerja pada pulp dan kertas di tahun 1980.

Tetapi pada sektor tekstil, yang relative padat karya, satu lapangan kerja dapat diciptakan dengan

investasi hanya sebesar $ 10.000.

2.3.2 Alih Teknologi

Manfaat pokok kedua yang diharapkan dari Investasi asing dan TNC adalah proses alih

teknologi, keterampilan, dan know how. Oleh karena banyak riset lapangan dan kegiatan-

kegiatan pembangunan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Utara, Eropa, dan

Jepang, maka perusahaan-perusahaan tersebut sangat potensial sebagai sumber yang kaya akan

informasi yang berniali tentang teknologi, proses-proses, metode pemasaran dan pendekatan-

pendekatan manajerial yang baru. TNC yang kecil, khususnya yang berasal dari NSB,

menawarkan jenis manfaat teknologi dalam bentuk lain, kesuksesan dalam mengadaptasi

teknologi kuno dan baru dari Negara-negara maju dengan kondisi-kondisi NSB, dan inovasi-

Page 17: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

inovasi hemat biaya pada industri pengolahan berskala kecil. Jika informasi ini dapat

dicangkokkan ke Negara-negara tuan rumah, maka kenaikan pertumbuhan dan produktivitas

yang dihasilkan akan cukup berarti dalam jangka panjang .

Kemampuan sebuah NSB dalam mengkapitalisir berbagai peluang tersebut terutama sekali

tergantung pada tiga faktor:

1) Kapasitas Negara tuan rumah dalam menyerap informasi baru dan hal ini ditentukan

oleh ketrampilan sumber daya manusia yang dimilikinya.

2) Kemauan TNC untuk mengakomodasi keinginan-keinginan Negara tuan rumah akan

alih teknologi.

3) Kebijakan-kebijakan Negara tuan rumah terhadap alih teknologi serta pengumpan dan

penyebaran informasi.

2.3.3 Manfaat Perolehan Devisa

Tujuan ketiga dari Negara yang mencari investasi asing adalah untuk memperoleh

tabungan dan mendapatkan cadangan devisa. Dampak investasi-investasi TNC ini terhadap

neraca pembayaran NSB telah menjadi kontroversi. Sebuah studi, diterbitkan pada tahun 1973

dan meliputi lebih dari 100 TNC, menyimpulkan bahwa pada akhir 1960-an pengaruh positif

neto atas neraca pembayaran TNC tak dapat diabaikan, kenyataannya setengah dari kasus

perusahaan tersebut dijumpai bahwa perusahaan-perusahaan tersebut lebih banyak mengekspor

devisa melalui impor dan repatriasi laba-ketimbang yang mereka peroleh. Jika keadaannya

demikian, tampaknya repatriasi laba merupakan salah satu penyebab kehilangan devisa.

Kontroversi tentang dampak inevestasi asing terhdap neraca pembayaran ini merupakan

titik perhatian kita dalam menginterpretasikan manfaat cadangan devisa yang dapat diperoleh

dari setiap proyek TNC. Penekanan harus pada jumlah peroleh devisa bersih bukan jumlah

kotornya, karena perolehan ekspor kotor tidak mencerminkan nilai perolehan Negara tuan

rumah.

2.4 Pro Kontra Investasi Asing dan TNC

2.4.1 Argumen-argumen yang mendukung PMA

Argumen yang mendukung penanaman modal asing sebagian besar berasal dari analisis

neoklasik tradisional yang memusatkan perhatiannya pada berbagai determinan (faktor-faktor

penentu) pertumbuhan ekonomi. Menurut analisis ini, penenaman modal asing (dan juga bantuan

luar negeri) merupakan sesuatu yang sangat positif, karena hal tersebut mengisi kekurangan

Page 18: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

tabungan yang dapat dihimpun dari dalam negeri, menambah cadangan devisa, memperbesar

penerimaan pemerintah dan mengembangkan keahlian manajerial bagi perekonomian di Negara

penerimanya. Semua manfaat yang kan dibuahkan oleh investasi tersebut jelas sangat penting,

karena semuanya itu memang merupakan faktor-faktor kunci yang dibutuhkan untuk mencapai

target pembangunan. Contoh yang sederhana mengenai analisis “kesenjangan tabungan

investasi” (savings-investment gap) (yang dikataakan bisa teratasi oleh adanya penanaman modal

asing tersebut) ini adalah model pertumbuhan Harrod-Domar yang mengungkapkan adanya suatu

bentuk hubungan langsung antara tingkat tabungan suatu Negara, yakni S, dengan tingkat

pertumbuhan outputnya G, melalui persamaan G = S : K, adapaun K adalah rasio modal:output.

Bila sasaran pertumbuhan output nasional atau G ditargetkan sebesar 7 persen per tahun dan

rasio modal output sama dengan 3, maka tingkat tabungan yang dibutuhkan Negara tersebut

adalah sebesar 21 persen (ini karena S = G . K) jika jumlah tabungan domestic yang dapat

dimobilisir hanya mencapai 16 persen dari GDP, maka terdapat “kesenjangan tabungan” (saving

gap) sebesar 5 persen. Seandainya Negara yang bersangkutan dapat mengisi kekurangan tersebut

dengan sumber-sumber finansial dari luar negeri (baik dari pihak asing swasta maupun

pemerintah) maka Negara tersebut akan lebih berpeluang dalam mencapai sasaran

pertumbuhannya itu.

Dengan demikian, hal yang pertam dan yang paling sering disebut-sebut sebagai

sumbangan positif penanaman modal swasta asing terhadap pembangunan nasional di Negara

penerimanya (ini jika proses pembangunan diartikan sebagai angka-angka pertumbuhan GDP

yang sekaligus merupakan asumsi konseptual penting yang secaar implicit dalam argument ini)

adalah peranannya dalam mengisi kekosongan atau kekurangan sumber daya antara tingkat

investasi yang ditargetkan (diinginkan) dengan jumlah aktual tabungan domestic yang dapat

dimobilisasikan.

Sumbangan positif kedua dari investasi asing, hampir sama dengan yang pertama, terletak

pada peranannya dalam mengisi kesenjangan antara target jumlah devisa yang dibutuhkan dan

hasil-hasil aktual devisa dari ekspor ditambah dengan bantuan luar negeri neto (atau menambah

kekurangan devisa yang tidak terpenuhi oleh hasil ekspor dan pinjaman luar negeri yang ada).

Itulah yang dinamakan kesenjangan devisa atau kesenjangan perdagangan luar negeri (trade

gap). Jadi, menurut argumen ini, arus-arus masuk modal swasta asing tersebut bukan saja akn

dapat menghilangkan sebagian atau seluruh deficit yang terdapat di dalam neraca pembayaran,

Page 19: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

akan tetapi dapat juga menghilangkan deficit dalam jangka panjang secara permanen, apabila

perusahaan asing tersebut dimungkinkan untuk hadir di Negara yang bersangkutan guna

menghasilkan devisa atau alat-alat pembayaran luar negeri dari hasil-hasil ekspornya secara neto.

Hanya sayangnya, seperti yang telah kita temukan dalam kasus industri substitusi impor, dalam

kenyataannya dampak keseluruhan dari diperbolehkannya perusahaan

multinasional/transnasional mendirikan cabang-cabang usaha yang kemudian juga dilindungi

oleh tembok kuota serta proteksi tariff (berkat intensifnya lobby yang) mereka jalankan terhadap

aparat pemerintah setempat seringkali justru memperburuk saldo neraca pembayaran dan neraca

modal dari Negara tuan rumah. Defisit tersebut biasanya diakibatkan oleh derasnya impor

barang-barang modal dan barang setengah jadi (biasanya dari cabang perusahaan mereka sendiri

yang berada di suatu Negara, itu pun dengan harga yang seringkali sudah ditinggikan

sebelumnya) dan terlalu besarnya porsi keuntungan yang dikirimkan kembali ke kantor pusat

meerka, biaya-biaya manajemen yang dibebankan kepada Negara tuan rumah, pembayaran

royalty serta beban bunga pinjaman dari perbankan swasta.

Kesenjangan ketiga yang dikatakan dapat diisi oleh modal swasta asing adalah kesenjangan

antar target penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak actual yang dapat dikumpulkan.

Dengan memungut pajak atas keuntungan perusahaan multinasional/transnasional dan ikut serta

secara finansial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri, pemerintahan Negara-negara

berkembang berhadap bahwa mereka pada akhirnya akan dapat turut memobilisasikan sumber-

sumber finansial dalam rangka membiayai proyek-proyek pembangunannya secara lebih baik.

Keempat dan yang terakhir adalah kesenjangan di bidang manajemen, semangat

kewiraswastaan, teknologi produksi, dan keterampilan kerja yang menurut pemikiran neoklasik

akan diisi sebagian maupun seluruhnya oleh perusahaan-perusahaan swasta asing yang

beroperasi di Negara-negara berkembang yang bersangkutan. Perusahaan multinasional tersebut

tidak hanya akan menyediakan sumber-sumber finansial dan pabrik-pabrik baru saja kepada

Negara-negara miskin yang bertindak sebagai tuan rumah, akan tetapi mereka juga menyediakan

suatu “paket” sumber daya yang dibutuhkan bagi proses pembangunan secara keseluruhan,

termasuk juga pengalaman dan kecakapan manajerial, kemampuan kewirausahaan, serta injeksi

teknologi produksi yang kemudian dapat dialihkan kepada mitra-mitra usaha di dalam negeri

melalui program-program latihan dan proses belajar sambil bekerja. Selanjutnya masih menurut

argument ini, perusahaan multinasional/transnasional juga berguna untuk mendidik para manajer

Page 20: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

lokal agar mereka mengetahui cara-cara di dalam mengadakan hubungan dengan bank-bank luar

negeri, mencari alternative pasokan sumber daya, serta memperluas jaringan-jaringan pemasaran

sampai ke tingkat internasional. Yang terakhir, argument ini juga berkeyakinan bahwa

perusahaan-perusahaan multinasional/transnasional akan membawa pengetahuan dan teknologi

yang paling canggih mengenai proses produksi sekaligus memperkenalkan mesin-mesin dan

peralatan modern kepada Negara-negara Dunia Ketiga. Transfer pengetahuan dan teknologi

semcam ini dianggap sangat berguna dan produktif bagi Negara yang menerimanya, tentu saja

hal itu tidak benar, asalkan hal tersebut benar-benar terlaksana.

2.4.2 Argumen-argumen yang menentang PMA

Secara umum terdapat dua argument dasar yang menentang penanaman modal swasta

asing, khususnya kegiatan-kegiatan bisnis dari perusahaan-perusahaan

multinasional/transnasional di berbagai Negara-negara dunia ketiga. Adapun yang pertama

adalah argumen yang semata-mata bersifat ekonomis, sedangkan argumen yang kedua adalah

argument yang lebih bersifat filosofis atau ideologis.

1) Walaupun perusahaan-perusahaan multinasional/transnasional tersebut memang

menyediakan sejumlah modal, namun dalam kenyataannya mereka bisa saja justru

menurunkan tingkat tabungan maupun investasi domestic di Negara tuan rumah sehubungan

dengan akan terciptanya aneka bentuk persaingan tidak sehat yang bersumber dari perjanjian-

perjanjian produksi ekslusif antara pihak perusahaan multinasional/transnasional dengan

pihak pemerintah di Negara tuan rumah; tidak terlaksananya reinvestasi atas keuntungan yang

mereka dapatkan dalam perekonomian tuan rumah; terpacunya tingkat konsumsi domestic

sehingga justru menurunkan minat masyarakat setempat untuk menabungkan atau

menginvestasikan tambahan pendapatannya; terhambat atau terganggunya perkembangan

perusahaan-perusahaan domestic yang sebenarnya bisa menjadi pemasok barang sejenis atau

barang-barang setengah jadi, seandainya saja perusahaan-perusahaan

multinasional/transnasional tersebut tidak membuat sendiri atau mengimpornya dari cabang-

cabangnya di luar negeri, serta melonjaknya biaya bunga atas modal yang dipinjam Negara

tuan rumah.

2) Walaupun dampak-dampak awal (berjangka pendek) dan penanaman modal perusahaan

multinasional memang dapat memperbaiki posisi devisa Negara yang menerima mereka

(Negara tuan rumah), tetapi dalam jangka panjang dampak-dampaknya justru negative, yakni

Page 21: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

dapat mengurangi penghasilan devisa itu, baik dari sisi neraca transaksi berjalan maupun

neraca modal. Neraca transaksi berjalan bisa memburuk karena adanya impor besar-besaran

atas barang-barang setengah jadi dari barang modal oleh perusahaan

multinasional/transnasional itu, dan hal tersebut masih diperburuk lagi oleh adanya

pengiriman kembali keuntungan hasil bunga, royalti, dan biaya-biaya jasa manajemen ke

Negara asalnya. Jadi, praktis pihak Negara tuan rumah tidak memperoleh bagian keuntungan

yang wajar dan adil.

3) Walaupun perusahaan multinasional/transnasional memang bisa member kontribusi bagi

penerimaan pemerintah dalam bentuk pajak, tetapi dalam prakteknya, nilai kontribusi tersebut

jauh lebih kecil daripada yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh adanya konsesi-konsesi

pajak yang bersifat liberal, pemberian fasilitas penanaman modal yang berlebihan, subsidi-

subsidi terselubung, serta proteksi tariff yang diberikan oleh pemerintah Negara tuan rumah.

4) Keterampilan dan pengalam manajemen, semangat kewirausahaan, teknologi dan jaringan

hubungan dagang luar negeri yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan

multinasional/transnasional ternyata tidak banyak member manfaat nyata bagi pengembangan

sumber daya dan keterampilan kerja yang masih tergolong langka di Negara tuan rumah.

Bahkan mungkin saja perusahaan multinasional itu, bertolak dari pertimbangan kepentingan

mereka yang bersifat sepihak, justru menghambat proses kemunculan dan perkembangan

bakat-bakat kemampuan manajemen kewirausahaan, serta teknologi produksi asli/pribumi di

Negara tuan rumah, agar mereka nantinya jangan sampai tampil sebagai pesaing yang pada

akhirnya akan menggoyahkan kedudukan serta dominasi perusahaan multinasional itu baik di

pasaran domestik maupun pasar-pasar ekspor internasional.

Namun kritik-kritik utama terhadap keberadaan perusahaan multinasional/transnasional

bersifat lebih mendasar dari apa yang telah dijelaskan di atas. Secara umum, Negara-negara

Dunia Ketiga telah mengemukakan keberatan-keberatan yang senada terhadap sepak terjang

perusahaan-perusahaan multinasional/transnasional tersebut sebagai berikut:

1) Dampak-dampak positif yang diberikan perusahaan multinasional bagi proses

pembangunan di Negara tuan rumah dalam kenyataannya sangat tidak merata, dan bahkan

dalam banyak hal kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan

multinasional/transnasional tersebut justru memperkuat struktur ekonomi yang dualistis serta

memperburuk distribusi pendapatan. Mereka cenderung menguntungkan kepentingan

Page 22: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

sejumlah kecil pekerja yang sejak awalnya sudah punya penghasilan yang relative tinggi di

sektor-sektor modern dan dalam waktu bersamaan mengabaikan nasib para pekerja di sektor-

sektor lainnya akibat terus melebarnya perbedaan tingkat upah yang mereka ciptakan. Mereka

akan mengalihkan sumber-sumber daya dari penggunaan untuk menghasilkan barang-barang

pokok ke penggunaan untuk menghasilkan barang-barang mahal dan canggih yang

kebanyakan hanya untuk memuaskan permintaan dari kelompok elit. Perusahaan

multinasional/transnasional juga cenderung turut memperburuk ketimpangan kesempatan

ekonomis antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan, sehingga mempercepat arus migrasi

dari desa ke kota.

2) Perusahaan-perusahaan multinasional/transnasional itu pada umumnya menghasilkan

barang-barang yang sebenarnya tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan penduduk

setempat, ata hanya dikonsumsi oleh sekelompok kecil penduduk yang kaya, sehingga

mendorong pola konsumsi mewah yang berlebihan, terutama melalui iklan yang serba gencar

dan penerapan kekuatan monopolistis mereka di pasar. Dalam menghasilkan berbagai barang

tersebut. Perusahaan multinasional juga acapkali memakai teknologi produksi yang

sebenarnya tidak cocok (padat modal) dengan kebutuhan dasar Negara penerima. Inilah yang

agaknya merupakan landasan utama atas munculnya kritik pedas terhadap keberadaan dari

sepak terjang perusahaan multinasional di Negara-negara dunia ketiga.

3) Sebagai akibat lanjutan dari argument (1) dan argument (2), maka sumber-sumber daya

domestik milik Negara-negara tuan rumah cenderung akan dialokasikan kepada proyek-

proyek yang secara sosial tidak menguntungkan. Hal ini pada gilirannya akan memperburuk

lagi kondisi ketimpangan atau ketidakmerataan kesejahteraan antara golongan kaya dan

miskin di Negara tuan rumah yang sebelumnya sudah cukup lebar, serta turut memperburuk

ketimpangan kesempatan ekonomis dan peluang pembangunan antara kota dan desa lebih

jauh lagi.

4) Perusahaan-perusahaan multinasional/transnasional sering menggunakan kekuatan ekonomi

mereka untuk mempengaruhi, menyuap, dan memanipulasi berbagai kebijakan pemerintah di

Negara tuan rumah kea rah yang tidak menguntungkan bagi pembangunannya. Mereka sendiri

mampu mendapatkan konsesi-konsesi yang bersifat ekonomis dan politis dari pemerintahan di

Negara-negara berkembang, baik dalam bentuk proteksi yang berlebihan, kemudahan dan

keringanan perpajakan serta aneka rupa fasilitas penanaman modal, maupun dalam bentuk

Page 23: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

penyediaan lokasi pabrik dan jasa-jasa pelayanan sosial yang murah. Karenanya tingkat

keuntungan perusahaan-perusahaan multinasional dapat melampaui keuntungan sosial. Dalam

beberapa kasus, keuntungan sosial bagi Negara tuan rumah ini bahkan negatif! Bahkan sebuah

perusahaan multinasional/transnasional seringkali berusaha (dan mereka memang dapat

melakukannya) menghindari pajak secara tidak langsung, yakni dengan jalan menaikkan

harga beli barang-barang setengah jadi yang mereka beli dari anak atau cabang perusahaannya

sendiri di luar negeri agar angka-angka keuntungan domestiknya di Negara yang

bersangkutan Nampak lebih kecil. Fenomena inilah yang dikenal dengan istilah pengalihan

harga (trans for pricing). Itu merupakan praktek yang sering digunakan oleh perusahaan-

perusahaan Multinasional/Transnasional dalam rangka melipatgandakan keuntungannya, dan

pemerintah Negara tuan rumah sendiri memang hampir-hampir tidak berdaya untuk

mengawasi dan mencegahnya, selama tariff tingkat pajak terhadap laba perusahaan berbeda

dari suatu Negara ke Negara lainnya. Sejumlah perkiraan menempatkan kehilangan pajak

pada pemerintahan di Negara-negara Dunia Ketiga sebagai akibat dari adanya pengalihan

harga dalam jumlah miliaran dolar.

5) Perusahaan-perusahaan multinasional/transnasional berpotensi besar untuk merusak

perekonomian tuan rumah dengan cara menekan timbulnya semangat bisnis para

wirausahawan lokal, dan menggunakan tingkat penguasaan pengetahuan dan teknologi

mereka yang superior, jaringan hubungan luar negeri yang luas dan telah tertata baik,

keahlian, dan agresivitas di bidang periklanan, serta penguasaan atas berbagai jenis jasa

pelengkap lainnya untuk mendorong keluar setipa perusahaan lokal yang cukup potensial

yang dianggap mengganggu atau mengancam dalam kancah persaingan, dan sekaligus untuk

menghalangi munculnya perusahaan-perusahaan baru yang berpotensi untuk menjadi saingan

mereka. Dalam konteks reformasi ekonomi pasar yang tengah melanda Negara-negara Dunia

Ketiga belakangan ini, serta berlangsungnya suatu gelombang swastanisasi terhadap badan-

badan usaha milik Negara dan mulai sering digunakannya instrument modal (obligasi atau

surat-surat berharga setara saham) untuk meringankan beban utang eksternal Negara-negara

berkembang, maka perusahaan-perusahaan multinasional/transnasional dewasa ini berada

pada suatu posisi yang unik untuk membeli sebagian perusahaan lokal yang relative paling

baik dan paling berpotensi. Mereka kini bahkan lebih berpeluang lagi untuk “menyaingi” para

investor lokal, dan merebut setiap tetes keuntungan yang tersedia. Dalam kalimat lain, secara

Page 24: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

ekonomis mereka akan menjadi pesaing kuat bagi para investor lokal untuk mengambil alih

perusahaan-perusahaan milik Negara. Sebuah penelitian kuantitatif mutakhir yang

dilaksanakan di 11 negara-negara berkembang di luar Palung Pasifik telah mengungkapkan

bahwa kenaikan Investasi asing cenderung dibarengi oleh hal-hal yang tidak menguntungkan,

yakni penurunan tingkat investasi domestic, penuruan tabungan nasional, peningkatan defisit

neraca transaksi berjalan, serta pada akhirnya penurunan laju pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan.

6) Terakhir, dari segi politik, ketakutan yang sering diungkapkan terhadap arus masuk

investasi asing (khususnya yang berasal dari perusahaan multinasional) merupakan ekspresi

dari rasa khawatir bahwa kekuatan ekonomi perusahaan Multinasional/Transnasional tersebut

cepat atau lambat akan menguasai aset-aset kekayaan nasional dan lapangan pekerjaan

domestik sehingga pada akhirnya mereka akan mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam

perumusan keputusan-keputusan politis pada semua tingkatan. Dalam kasus yang ekstrem,

mereka bahkan dapat baik secara langsung menyuap pejabat-pejabat tinggi pemerintahan yang

korup maupun secara tidak langsung melalui sumbangan-sumbangan yang mereka berikan

kepada para “sahabat” mereka yang memegang kedudukan penting dalam partai-partai politik

setempat, mendiktekan keputusan dalam suatu proses atau keputusan politik domestik yang

sangat penting (seperti yang dibuktikan oleh kasus ITT di Cili pada dekade 1970an).

2.5 Investasi Asing dan TNC di Indonesia

2.5.1 Investasi Asing dan TNC pra Krisis Moneter

Di Indonesia, perkembangan penanaman modal asing dan TNC pertama kali dimulai pada

tahun 1967, ditandai dengan diluncurkannya undang-undang penanaman modal asing (PMA) no.

1 tahun 1967. TNC yang pertama disetujui pemerintah untuk beroperasi di Indonesia adalah

Freeport Indonesia Inc, yang memperoleh konsesi pertambangan tembaga di Irian sejak April

1967. Sejak saat itu arus investasi asing yang masuk ke Indonesia mengalami kenaikan yang

drastis disbanding dekade-dekade sebelumnya. Pada era orde baru, peran penting dari Investasi

Asing dan TNC sebagai salah satu sumber penggerak pembangunan ekonomi yang pesat tidak

dapat disangkal. Pertumbuhan investasi asing dan TNC selama periode 80-an hingga 1994 di

Indonesia didorong oleh stabilitas politik dan sosial, kepastian hokum, dan kebijakan ekonomi

yang kondusif terhadap kegiatan bisnis di dalam negeri.

Gambar V

Page 25: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

Pertumbuhan arus masuk PMA ke Indonesia 1967-2006 (sebagai %PDB)Sumber: Asian Development Bank (ADB)

Namun krisis moneter yang melanda Negara-negara asia dan termasuk Indonesia pada

tahun 1997 berdampak pada menurunnya investasi asing dan TNC, padahal selama periode

1990-1997 peringkat Indonesia masuk dalam 20 besar Negara-negara penerima investasi asing.

Pada saat itu posisi arus masuk investasi asing ke Indonesia mencapai hampir 23,7 Miliar dollar

AS, yang hanya lebih rendah dari Singapura dan Malaysia di dalam kelompok ASEAN. Namun

akibat krisis moneter 1997 dan instabilitas politik Indonesia mengakibatkan menurunnya arus

investasi asing ke Indonesia, walaupun pada beberapa tahun belakangan ini perkembangan

investasi asing yang masuk ke Indonesia dirasa cukup membaik.

Sejak krisis moneter 1997 hingga sekarang pertumbuhan arus masuk Investasi asing dan

TNC ke Indonesia masih relative lambat jika dibandingkan dengan Negara-negara tetangga yang

juga terkena krisis yang sama seperti Thailand, Korea Selatan, Vietnam, dan Filipina. Bahkan

hingga tahun 2001 arus masuk investasi asing ke Indonesia masih dalam jumlah yang negative

dan baru kembali ke jumlah yang positif pada tahun 2004. Arus masuk yang negative ini

disebabkan banyaknya investor asing dan TNC yang menarik investasi nya dari Indonesia atau

memindahkan lokasi Investasinya ke Negara lain.

Tabel VI

Arus Masuk Investasi Asing ke Negara-Negara Asia 2000-2008 (Billion $)

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

China 38,4 44,24 49,3 47,08 54,94 79,13 78,09 138,4 147,80

India 3,58 5,47 5,63 4,32 5,77 6,68 17,45 22,95 35,00

Indonesia -4,55 -2,98 0,15 -0,60 1,90 8,34 5,58 6,93 8,34

Malaysia 3,79 0,55 3,20 2,47 4,62 3,97 6,06 8,46 8,00

Filipina 2,24 0,20 1,54 0,49 0,69 1,85 2,35 2,93 1,50

Thailand 3,37 5,06 3,34 5,24 5,86 8,05 9,01 9,50 10,19

Vietnam 1,30 1,30 1,40 1,45 1,61 1,95 2,32 6,70 7,00

Bahkan Indonesia sampai sekarang tidak termasuk lokasi tujuan penting bagi TNC.

Menurut Laporan UNCTAD hingga tahun 2006 menunjukkan bahwa dari Asia Tengga dan

Timur, hanya Singapura, China, Taiwan, Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan yang masuk di

Page 26: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

dalam daftar tujuan penting bagi TNC terbesar di dunia, juga untuk TNC terbesar dari kelompok

Negara-negara berkembang.

Tabel VII

Lokasi Negara tujuan Investasi TNC di Dunia

TNC Negara Maju TNC Negara Berkembang

1 United States of America 1 United States of America

2 United Kingdom 2 Hong Kong (China)

3 Netherlands 3 United Kingdom

4 Germany 4 China

5 France 5 Singapore

6 Italy 6 Netherlands

7 Brazil 7 Japan

8 Belgium 8 Malaysia

9 Switzerland 9 Canada

10 Mexico 10 Australia

11 Canada 11 Germany

12 Spain 12 Cayman Island

13 Singapore 13 Taiwan

14 Poland 14 Virgin Island

15 Japan 15 Bermuda

16 Czech Republic 16 France

17 Asutralia 17 Brazil

18 Argentina 18 Belgium

19 China 19 Mexico

20 Hong Kong (China) 20 Poland

Sumber: Kamar Dagang Indonesia

2.5.2 Investasi Asing dan TNC pasca Krisis Moneter

Kinerja masuknya investasi asing dan TNC ke Indonesia yang kurang baik sejak 1996

hingga 2004 menyebabkan lambannya proses pemulihan ekonomi Negara kita beberapa tahun

setelah krisis. Beberapa tantangan yang dihadapi untuk memberdayakan penanaman modal telah

Page 27: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

juga diakui oleh Pemerintah dalam Laporan buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional 2004-2009. Kendala dan tantangan tersebut antara lain:

1) Persaingan kebijakan investasi yang dilakukan oleh Negara pesaing seperti China, Vietnam,

Thailand, dan Malaysia

Diantara Negara-negara yang disebut di atas, Negara China lah yang paling berhasil

menarik perhatian investor asing dan CEO-CEO TNC untuk melakukan investasi di negaranya.

China yang merupakan Negara dengan populasi penduduk yang terbesar di dunia, merupakan

target pasar yang baik bagi investasi Asing dan TNC tersebut. Tetapi disamping itu China juga

telah memberikan daya tarik tersendiri, yang disebabkan faktor-faktor berikut ini:

Laju pertumbuhan ekonomi China yang berada di atas 10%

Liberalisasi kebijakan peraturan tentang modal asing.

Memberikan kesempatan perusahaan asing melakukan kegiatan pembangunan prasarana

infrastruktur.

Kemungkinan FDI membeli asset perusahaan Negara yang semakin terbuka

Iklim investasi dan pengurusan perizinan yang mudah, cepat, dan murah.

Undang-undang penanaman modal asing yang memberikan kelonggaran repatriasi modal

maupun laba perusahaan serta jangka waktu perijinan investasi dan hak pengelolaan yang

semakin diperpanjang

Akibat dari dijalankannya strategi liberalisasi dalam menarik penanaman modal asing ini

Negara China kemudian mengalami peningkatan yang pesat dalam menerima arus masuk FDI ke

Asia. Pada tahun 2005 China berhasil menarik sekitar 22% dari arus masuk FDI ke Negara

berkembang.

2) Masalah-masalah Infrastruktur

Menurut hasil survey terhadap perusahaan di 131 negara dari World Economic Forum

memperlihatkan Permasalahan utama yang dihadapi pengusaha-pengusaha di Indonesia adalah

infrastruktur yang buruk (dalam arti kuantitas terbatas dan kualitas buruk). Termasuk disini,

bukan saja buruknya atau terbatasnya fasilitas jalan raya, pelabuhan, dan jalur kereta api, tetapi

juga terbatasnya volume dan kualitas pasokan listrik. Volume pasokan listrik praktis tak akan

bertambah, sementara tarif listrik untuk industri akan terus dinaikkan. Sama halnya dengan

kapasitas pelabuhan dan jalan yang juga tak akan beranjak dari kondisi sekarang.

Page 28: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

Kendala infrastruktur akan semakin terasa di luar Jawa, sehingga potensi keuntungan dari

membubungnya harga komoditas perkebunan dan pertambangan tidak dapat sepenuhnya

terwujud secara optimal. Padahal sektor perkebunan dan tambang dapat menjadi alternatif

pendapatan selain dari sektor migas.

Gambar VI

Masalah-masalah utama dalam melakukan bisnis di Indonesia 2009Sumber: The Global Competitivenest Report 2009-2010 (WEF)

Gambar VII

Peringkat Kualitas infrastruktur Indonesia dan Negara Asean 2009Sumber: The Global Competitivenest Report 2009-2010 (WEF)

3) Masih tingginya biaya ekonomi, karena tingginya kasus korupsi, birokrasi yang sulit

keamanan dan penyalahgunaan wewenang.

Birokrasi tetap menjadi salah satu problem terbesar yang menghambat kegiatan bisnis, ini

dihadapi bukan hanya Indonesia, tetapi juga banyak Negara lain di Asia, termasuk di Negara-

negara yang terkena krisis ekonomi 1997/1998, meskipun reformasi dalam skala lumayan telah

berlangsung di Negara-negara tersebut. Menurut data persepsi korupsi yang dikeluarkan oleh

Transparansi Internasional Indonesia berada di peringkat 111 negara terkorup di dunia dari total

163 Negara di dunia.

Birokrasi pemerintah yang tidak efisien dan terkesan menyulitkan serta kualitas institusi di

Indonesia juga dinilai rendah. Menurut survey WEF pada gambar VI dapat memberikan

gambaran mengenai tingkat kepercayaan terhadap pejabat dan kemandirian Yudisial di Negara-

negara Asean dilihat dari sudut pandang pengusaha.

Gambar VIII: Peringkat Tingkat Kepercayaan Masyarakat dan Kemandirian Judisial

Negara-Negara Asean 2009Sumber: The Global Competitivenest Report 2009-2010 (WEF)

2.5.3 Langkah Pemerintah Indonesia guna mendorong masuknya Investasi Asing

dan TNC

Untuk mendorong lebih lanjut peningkatan investasi penanaman modal di Indonesia, perlu

diciptakan iklim investasi dan usaha yang lebih menarik. Singkat kata, iklim investasi yang

positif dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya berkesinambungan yang dilakukan oleh

Pemerintah dalam hal berikut;

Page 29: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

Memberikan kepastian hukum atas peraturan-peraturan pada tingkat pusat dan daerah serta

menghasilkan produk hukum yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modal sehingga

tidak memberatkan beban tambahan pada biaya produksi usaha.

Memelihara keamanan dari potensi gangguan kriminalitas oleh oknum masyarakat terhadap

aset-aset berharga perusahaan, terhadap jalur distribusi barang dan gudang serta pada

tempat-tempat penyimpanan barang jadi maupun setengah jadi.

Memberikan kemudahan yang paling mendasar atas pelayanan yang ditujukan pada para

investor, meliputi perijinan investasi, imigrasi, perpajakan.

Memberikan secara selektif rangkaian paket insentif investasi yang bersaing

Seiring dengan membaiknya perekonomian dunia sejak tahun 2004, maka iklim investasi

di Indonesia juga turut membaik, ini tercermin dari jumlah investasi asing dan TNC yang

jumlahnya terus naik sejak 2004. Untuk mendorong lebih lanjut peningkatan investasi

penanaman modal di Indonesia, perlu diciptakan iklim investasi dan usaha yang lebih menarik.

Pemerintah melakukan berbagai upaya dan kebijakan untuk mendorong masuknya Investasi

Asing dan TNC, salah satu kebijakan yang cukup popular dan juga kontroversial adalah

dikeluarkannya UU Penanaman Modal Asing (PMA) no 5 tahun 2007, dikeluarkannya UU ini

cukup memberikan dampak positif, yakni dengan meningkatnya volume masuk investasi asing

dan TNC ke Indonesia dalam jumlah yang cukup besar.

Tabel VIII

Perbandingan arus masuk FDI dengan GDP 3 Negara Asean 2005-2008

CountryFDI Flows (Million $) GDP %

2005 2006 2007 2008 2005 2006 2007 2008

Indonesia 8336 4917 6928 7919 3.7 5.6 6.4 5.6

Thailand 8048 9460 11238 10091 7.1 16.2 17.1 13.5

Vietnam 2021 2400 6739 8050 27.6 12.0 25.5 24.1

Sumber: UNCTAD

Tabel IX

Page 30: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

Investasi Asing Langsung di Indonesia menurut Negara asal (Million $)

No Country 2004 2005 2006 2009

1 Jepang -30 1543 1057 678,9

2 Amerika Serikat -523 3441 -549 171,5

3 Kanada -44 -14 4 0,4

4 Perancis 65 280 213 29,0

5 Jerman 89 436 425 103,9

6 Belanda 1239 673 1340 1198,7

7 Inggris 199 50 31 587,7

8 Cina 295 299 124 65,5

9 Korea Selatan 228 239 317 624,6

10 Singapura 83 741 1076 4341,0

Sumber: BKPM

Tabel X

Ranking Nilai Investasi Asing di Indonesia Menurut Lokasi 2009 (Million $)

No Lokasi Proyek Nilai %

1 DKI Jakarta 459 5.510,8 51,0

2 Jawa Barat 293 1.934,4 17,9

3 Banten 92 1.412,0 13,1

4 Jawa Timur 67 422,1 3,9

5 Riau 8 251,6 2,3

6 Kepulauan Riau 87 230,7 2,1

7 Bali 92 227,2 2,1

8 Kalsel 5 171,8 1,6

9 Sumut 13 139,7 1,3

10 Jateng 30 83,1 0,8

11 Kaltim 19 79,9 0,7

12 Sulsel 6 77 0,7

13 Sulut 6 57,7 0,5

14 Sumsel 4 56,8 0,5

15 Jambi 2 40,5 0,4

Page 31: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

16 Lampung 3 32,7 0,3

17 Kalbar 4 27,8 0,3

18 Bangka Belitung 2 22,4 0,2

19 DIY 5 8,1 0,1

20 Malut 2 5,9 0,1

21 Kalteng 3 4,9 0,0

22 NTT 3 4,0 0,0

23 Sultra 3 3,6 0,0

24 Sulteng 1 3,3 0,0

25 NTB 5 2,7 0,0

26 Papua 2 1,8 0,0

27 Bengkulu 1 1,1 0,0

28 Irian Barat 1 1,0 0,0

29 NAD 2 0,4 0,0

30 Sumbar 1 0,2 0,0

31 Gorontalo - - -

32 Sulbar - - -

33 Maluku - - -Sumber: BKPM

Tabel XI

Ranking Nilai Investasi Asing Indonesia Menurut Sektor 2009

No Sektor Proyek Nilai %

1 Transportasi, Gudang & Komunikasi 51 4.170,5 38,6

2 Industri Kimia dan Farmasi 41 1.183,1 10,9

3 Perdagangan & Reparasi 424 706,1 6,5

4 Ind Logam, Mesin & Elektronik 121 654,9 6,1

5 Ind Kendaraan Bermotor 52 583,4 5,4

6 Ind Makanan 49 552,1 5,1

7 Konstruksi 14 512,7 4,7

8 Listrik, Gas dan Air 6 349,2 3,2

Page 32: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

9 Pertambangan 36 332,7 3,1

10 Perumahan 33 315,1 2,9

11 Hotel & Restoran 42 306,5 2,8

12 Industri Tekstil 66 251,4 2,3

13 Ind Karet dan Plastik 42 208,1 1,9

14 Jasa Lainnya 128 161,2 1,5

15 Ind Barang dari Kulit & Alas kaki 21 122,6 1,1

16 Tanaman Pangan & Perkebunan 6 122,3 1,1

17 Industri lainnya 33 120,1 1,1

18 Ind Kertas dan Percetakan 18 68,7 0,6

19 Industri Kayu 18 62,1 0,6

20 Industri Mineral Non Logam 8 19,5 0,2

21 Ind Instrumen Kedokteran 5 5,1 0,0

22 Perikanan 3 5,1 0,0

23 Peternakan 4 2,5 0,0

24 Kehutanan - - -Sumber: BKPM

Tabel XII

Top 11 Perusahaan Transnasional Dunia bidang Perkebunan dan Pertanian berdasarkan

aset dan penjualan(Million $)

No Perusahaan Negara Asal Asset (Total)Sales

(Total)

1Sime Derby

BerhadMalaysia 10.879 10.296

2 Tyson Foods Inc United States 10.227 26.900

3Doke Food

Company, IncUnited States 4.643 6.931

4PPB Group

BerhadMalaysia 3.623 904

5 Cheroen Thailand 3.012 4.002

Page 33: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

6Chiquita Brands

International Inc.United States 2.678 4.663

7Fresh Del Monte

ProduceUnited States 2.122 3.366

8 Seaboard Corp. United States 2.094 3.213

9Kuala Lumpur

Kepong BerhadMalaysia 2.052 1.487

10

Kulim

(Malaysia)

Berhad

Malaysia 1.677 829

11Bakrie &

Brothers TerbukaIndonesia 1.485 563

Sumber: World Investment Report (WIR) 2009, UNCTAD

Tabel XIII

Top 10 Perusahaan Transnasional Dunia bidang Makanan dan Minuman berdasarkan

aset dan penjualan(Million $)

No Perusahaan Negara Asal Asset (Total)Sales

(Total)

1 Nestle SA Switzerland 101.874 95.559

2 Kraft Foods inc United States 67.993 37.241

3 UnileverUnited Kingdom,

Netherlands54.912 59.159

4Coca Cola

CompanyUnited States 43.269 28.857

5 Inbev SA Netherlands 42.248 21.242

6 Danone France 38.426 18.678

7 SAB Miller United Kingdom 35.813 21.410

8 Pepsico Inc United States 34.628 39.474

9 Diageo Plc United Kingdom 32.105 21.320

10 Cadbury PLC United Kingdom 22.323 15.867

Page 34: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

Sumber: World Investment Report (WIR) 2009, UNCTAD

TABEL XIV

Top 10 Perusahaan Transnasional Dunia bidang Retail Makanan berdasarkan aset dan

penjualan(Million $)

No Perusahaan Negara Asal Asset (Total)Sales

(Total)

1 Wal-Mart Stores United States 163.514 374.526

2 Carrefour SA France 76.449 120.930

3 Tesco PLC United Kingdom 60.425 94.748

4 Metro AG Germany 49.563 94.711

5

Seven & I

Holdings

Company Ltd

Japan 37.042 55.223

6 McDonalds Corp United States 29.392 22.767

7Koninidijike

Ahold NVNetherlands 19.845 41.158

8George Weston

LimitedCanada 18.539 33.249

9Safeway

IncorporatedUnited States 17.651 42.286

10 Delhaize Group Belgium 12.889 27.715

Sumber: World Investment Report (WIR) 2009, UNCTAD

BAB III

PENUTUP3.1 Simpulan Investasi Asing merupakan aliran arus modal yang berasal dari luar negeri yang mengalir ke

sektor swasta baik yang melalui investasi langsung (Direct Investment) maupun investasi

tidak langsung (portofolio).

Page 35: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

menurut UNESC (United Nations on Economic and Social Council) TNC adalah “Semua

perusahaan yang mengendalikan aset-aset pabrik, tambang-tambang, alat-alat kantor dan

sejenisnya di dua Negara atau lebih”.

Ada beberapa manfaat dari Investasi Asing dan TNC bagi tuan rumah, yaitu:

a. Perluasan kesempatan kerja

b. Alih Teknologi

c. Manfaat perolehan devisa

Ada pendapat Pro dan Kontra terhadap kehadiran investasi asing dan TNC di Negara tuan

rumah.

a. Argumen Pro

(1)Investasi Asing dapat mengisi kekosongan sumber daya antara tingkat investasi yang

diinginkan dengan jumlah aktual tabungan domestic yang dapat dimobilisasikan, (2)arus masuk

asing bukan hanya akan dapat menghilangkan sebagian/seluruh deficit yang terjadi dalam neraca

pembayaran, akan tetapi dapat menghilangkan defisit dalam jangka panjang apabila perusahaan

asing tersebut dimungkinkan untuk hadir di Negara yang bersangkutan guna menghasilkan

devisa atau alat-alat pembayaran luar negeri dari hasil-hasil ekspornya secara neto, (3) dapat

mengatasi kesenjangan antara target penerimanaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual

yang dapat dikumpulkan, (4)kesenjangan di bidang manajemen, kewirausahaan, teknologi,

keterampilan kerja dapat diisi sebagian oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Negara

tuan rumah.

b. Argumen Kontra

(1)Menciptakan persaingan tidak sehat yang bersumber dari perjanjian ekslusif antara

investor dan pemerintah, (2)Dapat mengurangi penghasilan Devisa Negara tuan rumah, (3)

kontribusi pajak kepada pemerintah yang tidak sesuai karena konsesi pajak yang bersifat liberal,

(4)Keterampilan manajamen, semangat kewirausahaan, alih teknologi dari perusahaan-

perusahaan asing justru akan menghambat proses kemunculan dan perkembangan bakat-bakat

dari dari SDM tuan rumah.

Perkembangan Investasi Asing dan TNC di Indonesia

Secara umum perkembangan masuknya investasi asing dan TNC di Indonesia telah menuju

kepada tren positif, ditandai dengan jumlahnya yang terus naik dari tahun ke tahun, ini didukung

oleh upaya pemerintah dengan mengeluarkan UU mengenai Penanaman Modal Asing (PMA) no

Page 36: Tnc, investasi asing, penanaman modal asing, pma

25 tahun 2007. Namun pemerintah juga tetap menghadapi beberapa masalah klasik seperti

(1)kebijakan investasi Negara-negara lain, khususnya China dan Vietnam, (2)Masalah

infrastruktur di Indonesia yang buruk, (3)Birokrasi yang buruk dan tingkat keamanan investasi

yang rendah.

3.2 RekomendasiUntuk meningkatkan arus masuk investasi asing dan TNC pemerintah dapat melakukan

berbagai kebijakan-kebijakan yaitu:

Memberikan kepastian hukum atas peraturan-peraturan pada tingkat pusat dan daerah serta

menghasilkan produk hukum yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modal sehingga

tidak memberatkan beban tambahan pada biaya produksi usaha.

Memelihara keamanan dari potensi gangguan kriminalitas oleh oknum masyarakat terhadap

aset-aset berharga perusahaan, terhadap jalur distribusi barang dan gudang serta pada

tempat-tempat penyimpanan barang jadi maupun setengah jadi.

Memberikan kemudahan yang paling mendasar atas pelayanan yang ditujukan pada para

investor, meliputi perijinan investasi, imigrasi, perpajakan.

Memberikan secara selektif rangkaian paket insentif investasi yang bersaing

Namun kebijakan itu jangan sampai mengesampingkan kepentingan nasional, beberapa hal

yang patut menjadi acuan yaitu:

Harus ada mekanisme untuk melindungi kepentingan nasional, kaum yang terpinggirkan dan

pelaku kecil (UMKM).

Terkait dengan peluang eksploitasi SDA harus ada mekanisme untuk menjamin sustainability

karena potensi masalah ada di level implementasi.

Adanya peluang berpindahnya aset keluar negeri seharusnya diserta dengan persyaratan dan tata

cara yang ketat untuk melindungi hak kreditor, pekerja, dan stakeholder lainnya.

Membuat produk hukum (Undang-undang) yang dapat memberikan kepastian hukum bagi

investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Namun peraturan tersebut harus juga

dikawal secara tegas oleh pemerintah.