titik leleh dan titik didih
DESCRIPTION
titik leleh laporan kimdas 1TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH
OLEH :
NI LUH LINDA AYU OKTAVIANI
1108105002
KELOMPOK 1
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH
I. TUJUAN
- Menentukan titik didih beberapa zat
- Menentukan titik leleh beberapa zat
II. DASAR TEORI
a. Titik Didih
Titik didih suatu cairan ialah temperatur pada mana tekanan uap yang
meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama dengan tekanan
luar (tekanan yang dikenakan), mulai terbentuk gelembung-gelembung uap dalam cairan.
Karena tekanan uap dalam gelembung sama dengan tekanan udara, maka gelembung itu
dapat mendorong diri lewat permukaan dan bergerak ke fase gas di atas cairan, sehingga
cairan itu mendidih. Titik didih air (dalam cairan lain) beraneka ragam menurut tekanan
udara. Dipergunakan titik didih air kurang dari 100°C, karena tekanan udara kurang dari
1 atm.
Saat air berada dalam keadaan mendidih, gelembung-gelembung besar mulai
terbentuk dalam cairan akan naik ke permukaan. Bila gelembung itu telah terbentuk,
cairan yang tadinya menempati ruang ini didorong dan permukaan cairan pada wadah
dipaksa naik untuk melawan tekanan ke bawah yang ditimbulkan oleh atmosfer. Suhu
pada saat cairan mendidih disebut “titik didih”. Jadi titik didih adalah temperatur dimana
tekanan uap = tekanan atmosfer.
Penambahan kecepatan panas pada cairan yang mendidih akan mempercepat
terbentuknya gelembung uap air. Cairan pun akan lebih cepat mendidih , tapi suhu didih
tidak naik. Titik didih cairan tergantung pada besarnya tekanan atmosfer. Titik didih pada
tekanan 1 atm (760 torr) dinamakan sebagai “titik didih normal“. Pada tekanan yang lebih
besar maka titik didihnya juga lebih tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Suhu yang tetap
konstan dari cairan yang mendidih dapat dibuktikan bila kita merebus makanan. Waktu
air mendidih, suhu akan tetap selama ada air disekeliling makanan tersebut berarti selama
airnya belum habis makanan tak ada yang hangus. Itu membuktikan bahwa titik didih
berubah dengan berubahnya tekanan.
Titik didih dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung berapa
kuatnya gaya tarik antara molekul cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat ,
titik didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tariknya lemah maka titik didihnya rendah.
Ketergantungan titik didih pada gaya tarik antar molekul, dimana titik didih beberapa
senyawa halogen dari unsur – unsur golongan IVA, VA , VIA , dan VII A dibandingkan.
Kita lihat senyawa pada golongan IV A terlebih dahulu karena bentuknya yang ideal
yaitu ukuran atom yang naik dari atas ke bawah ( dari CH4 ke GeH4 ). Sedangkan titik
didih naik sesuai dengan naiknya gaya London. Kecenderungan yang sama terlihat pada
senyawa berhidrogen dari unsur-unsur golongan lain dimulai pada periode ketiga. Tetapi
H2O, NH3, dan HF mempunyai titik didih yang lebih tinggi karena adanya Gaya London
antar molekulnya.
b. Titik Leleh
Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah menjadi
cairan pada tekanannya satu atmosfer. Titik leleh suatu zat padat tidak mengalami
perubahan yang berarti dengan adanya perubahan tekanan. Oleh karena itu tekanan
biasanya tidak dilaporkan pada penentuan titik leleh, kecuali kalau perbedaan dengan
tekanan normal terlalu besar. Pada umumnya titik leleh senyawa organik mudah diamati
sebab temperatur dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana
zat telah meleleh semuanya. Contohnya : suatu zat dituliskan dengan range titik leleh
122,1°- 122,4°C dari pada titik lelehnya 122,2°C.
Jika zat padat yang diamati tidak murni , maka akan terjadi penyimpangan dari
titik leleh senyawa murninya. Penyimpangan itu berupa penurunan titik leleh dan
perluasan range titik leleh. Misalnya: suatu asam murni diamati titik lelehnya pada
temperatur 122,1°C – 122,4°C penambahan 20% zat padat lain akan mengakibatkan
perubahan titik lelehnya dari temperatur 122,1°C – 122,4°C menjadi 115°C - 119°C. Rata
– rata titik lelehnya lebih rendah 5°C dan range temperatur akan berubah dari 0,3°C jadi
4°C.
Atom-atom unsur alkali terikat dalam struktur terjenjal oleh ikatan logam yang
lemah , karena setiap atom hanya mempunyai satu elektron ikatan dan bertambah lemah
jika jari-jari bertambah besar. Oleh sebab itu titik leleh berkurang dari atas ke bawah
dalam satu golongan. Sedangkan pada unsur halogen yang berada dalam keadaan padat
berupa kristal terikat oleh Gaya Van der Waals yang lemah. Gaya ini bertambah jika jari-
jari bertambah besar. Oleh sebab itu titik leleh bertambah dari atas ke bawah dalam satu
golongan. Titik leleh bargantung pada kekuatan relatif dari ikatan. Dalam satu golongan
unsur transisi dari atas ke bawah kekuatan ikatan bartambah, jadi titik leleh bertambah.
Unsur C dan Si yang mempunyai struktur kovalen yang sangat besar mempunyai titik
leleh tinggi.
Titik leleh dari gas mulia ditentukan oleh besarnya nomor atom. Semakin besar
nomor atom maka titik lelehnya makin tinggi. Itu berarti ikatan Van der Waals sangat
lemah. Sifat fisika dari karbon yaitu pada titik lelehnya adalah titik leleh dari karbon
sangat tinggi, sehingga karbon berbeda dengan non logam lainnya.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat:
- Termometer
- Kapiler yang salah satu ujungnya tertutup
- Gelas kimia
- Pemanas
- Klem dan standar
- Tabung reaksi kecil
Bahan:
- Parafin
- Melting Point
- Zat yang ditentukan titik lelehnya : Asam Benzoat
- Zat yang ditentukan titk didihnya : Etanol dan Propanol
- Air
IV. LANGKAH KERJA
A. Penentuan Titik Leleh
Zat yang akan ditentukan titik lelehnya diminta ke pengawasnya. Kapiler yang
akan digunakan untuk menentukan titik leleh diambil. Ujung terbuka kapiler
dimasukkan kedalam serbuk zat yang akan ditentukan titik lelehnya sehingga kristal
masuk kedalam kapiler. Kemudian kapiler diangkat dari serbuk dan dibalik sehingga
ujung tertutupnya menghadap ke bawah. Lalu dinding kapiler diketok dengan jari
agar zat yang ditentukan ini masuk ke dasar kapiler. Langkah ke 3 sampai 4 diulang
sampai 5-8 mm kapiler terisi kristal. Kapiler lainnya diisi dengan cara yang sama.
Kapiler diikatkan pada thermometer, dimana ujung kapiler sejajar dengan ujung
bawah thermometer. Thermometer dipasang pada standar dengan bantuan klem dan
celupkan thermometer ini pada pemanas yang digunakan. Pemanas dipanaskan,
selama pemanasan sekali-sekali diaduk. Zat padat dalam kristal diamati dan
temperature diamati. Thermometer dibaca bila zat padat dalam kapiler mulai meleleh.
Zat padat diamati apabila semuanya telah meleleh. Range temperature pelelehan
dicatat. Pemanas disingkirkan dan pemanas dibiarkan dingin. Pengerjaan diatas
diulangi untuk zat-zat yang lain.
B. Penentuan Titik Didih
Zat cair yang akan ditentukan titik didihnya diminta ke pengawas. Zat cair
yang akan ditentukan titik didihnya dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil
sebanyak 8-10 mm dari dasarnya. Sebuah pipa kapiler yang menghadap ke bawah
diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil yang berisi zat cair yang akan
ditentukan titik didihnya. Tabung reaksi kecil yang didalamnya berisi pipa kapiler dan
zat yang akan ditentukan titik didihnya diikat pada thermometer. Ujung tabung reaksi
sejajar dengan ujung bawah termometer. Gelas kimia diambil, kemudian diisi dengan
air ledeng secukupnya dan diletakkan diatas pemanas. Thermometer dipasang pada
standar dengan bantuan klem dan termometer dicelupkan pada air ledeng didalam
gelas kimia yang berada diatas pemanas. Lalu pemanas dipanaskan. Zat cair dalam
kapiler dan temperaturnya diamati. Thermometer dibaca apabila zat cair dalam
tabung reaksi membentuk gelembung-gelembung kontinu yang bentuknya seperti
kalung.
V. DATA PENGAMATAN
Penentuan Titik Leleh
Zat yang
dilelehkanWujud Bentuk Warna Medium
Asam Benzoat Padat Kristal Putih Parafin
Zat yang
dilelehkanPercobaan
Suhu awal
Silicon Oil
Suhu mulai
meleleh
Suhu meleleh
seluruhnya
Asam BenzoatI 70℃ 118℃ 150℃
II 74℃ 112℃ 120℃
Rata-rata 72℃ 150℃ 135℃
Suhu Melting Point I : 2℃/minute
Suhu Melting Point II : 1℃/minute
Suhu Pemanasan Alat : 90℃
Penentuan Titik Didih
Zat yang
dididihkanPercobaan Suhu awal
Suhu pada
awal mulai
timbul
gelembung
Suhu setelah
timbul
gelembung
kontinyu
PropanolI 50℃ 54℃ 90℃
II 36℃ 40℃ 84℃
Rata-rata 43℃ 47℃ 87℃
EtanolI 47℃ 58℃ 91℃
II 35℃ 53℃ 80℃
Rata-rata 41℃ 55,5℃ 85,5℃
VI. PEMBAHASAN
Penentuan Titik Leleh
Pada percobaan penentuan titik leleh, kami menggunakan asam benzoat sebagai
zat yang akan dilelehkan. Menurut beberapa literatur, titik leleh dari asam benzoat adalah
1210C atau 394 K. Asam benzoat memiliki wujud awal yang padat, berbentuk kristal dan
memiliki warna putih. Media pemanas yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah
parafin. Asam benzoat yang berada di dalam pipa kapiler dipanaskan dan dicelupkan
kedalam tabung yang berisi parafin. Selama pemanasan, asam benzoat mengalami
perubahan dari wujud padat menjadi wujud cair (meleleh). Percobaan ini dilakukan
dengan menggunakan alat melting point apparatus dan didapatkan range sebesar 1180C-
1500C pada percobaan pertama. Jarak range titik lelehnya sangat lebar yaitu 320C. Hal ini
menandakan bahwa asam benzoat bukan merupakan kristal murni karena range dari
senyawa organik yang berupa kristal murni berkisar antara 0,5°C-1°C.
Setelah melakukan percobaan kedua, kami mendapatkan range sebesar 112°C-
120°C. Jarak range titik lelehnya sebesar 8℃. Besarnya jarak range bisa disebabkan
karena asam benzoat bukan merupakan kristal murni dan bisa juga karena ketidaktelitian
kami dalam melakukan praktikum ini. Dari perhitungan ini kami juga mendapatkan rata-
rata suhu awal asam benzoat mulai meleleh sebesar 115°C dan rata-rata suhu asam
benzoat meleleh secara keseluruhan sebesar 135°C.
Penentuan Titik Didih
Pada saat menentukan titik didih, kami menggunakan senyawa Etanol dan
Propanol. Dalam beberapa literatur, titik didih propanol adalah 97℃ dan titik didih
Etanol adalah 78,4℃. Dalam percobaan yang kami lakukan, kami mendapatkan suhu
awal propanol pada saat mulai timbul gelembung sebesar 54℃ pada percobaan pertama
dan 40℃ pada percobaan kedua. Selain itu kami juga mendapatkan suhu propanol
setelah muncul gelembung sebesar 90℃ pada percobaan pertama dan 84℃ pada
percobaan kedua. Kami juga mendapatkan suhu awal etanol pada saat mulai timbul
gelembung sebesar 58℃ pada percobaan pertama dan 53℃ percobaan kedua serta suhu
etanol setelah muncul gelembung sebesar 91℃ pada percobaan pertama dan 80℃ pada
percobaan kedua. Dari perhitungan ini juga didapat suhu rata-rata awal etanol mulai
timbul gelembung sebesar 55,5℃ dan suhu rata-rata etanol setelah timbul gelembung
sebesar 85,5℃ serta suhu rata-rata propanol mulai timbul gelembung sebesar 47℃ dan
suhu rata-rata propanol setelah timbul gelembung sebesar 87℃.
Titik didih propanol yang kami dapatkan lebih rendah dari teori, sedangkan untuk
etanol kami telah mendapatkan range yang sesuai dengan teori. Hal ini disebabkan
pengaruh tekanan terhadap titik didih (tekanan yang rendah menyebabkankan rendahnya
titik didih). Jarak range yang besar disebabkan oleh pemanasan dengan menggunakan
tingkat kenaikan suhu yang tinggi dan tidak bertahap.
VII. KESIMPULAN
Titik leleh dapat didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah
menjadi cairan pada tekanan 1 atm. Bila zat padat yang diamati tidak murni , maka
akan terjadi penyimpangan dari titik leleh senyawa murninya. Titik leleh suatu zat
padat tidak mengalami perubahan yang berarti dengan adanya perubahan tekanan.
Titik leleh bertambah dari kiri ke kanan dalam 1 periode dan titik leleh bertambah
dari satu golongan unsur transisi dari atas ke bawah.
Titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap = tekanan atmosfer. Titik
didih cairan tergantung pada besarnya tekanan atmosfer. Pada titik tekanan yang lebih
besar maka titik didihnya tinggi, sedangkan pada tekanan yang rendah maka titik
didihnya lebih rendah. Titik didih dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak
langsung kuatnya gaya tarik antara molekul dalam cairan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2007. Penuntun Pratikum Kimia Dasar I.
Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Udayana: Bukit Jimbaran, Bali.
Permana, Dedi. 2006. Intisari Kimia SMA. Pustaka Setia: Bandung.
Sudarmo, Unggul. 2006. Kimia Untuk SMA. Erlangga: Jakarta.
Rachmawati, M. 2004. BUKU KIMIA SMA. Erlangga: Jakarta.
http://www.chem-is-try.org
http://journal.um.ac.id/index.php/mipa/article/view/905
http://www.slideshare.net/170664/sistem-periodik-unsur#
LAMPIRAN