tirtayatra

26
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Masalah Sebagai seorang siswa yang baik, maka sudah sewajarnya kita berusaha menerapkan dalam kehidupan sehari-hari berbagai pelajaran yang sudah kita dapatkan disekolah. Aplikasi ilmu pengetahuan tersebut sudah tentu dalam rangka ikut serta membantu mensukseskan pelaksanaan pembangunan yang sedang kita jalankan bersama. Salah satu bidang pembangunan yang bisa kita berikan sebagai sekedar sumbangsih adalah bidang pariwisata dan pendidikan. Lebih- lebih kita berada di daerah yang merupakan pusat industri pariwisata di Indonesia. Pendidikan sebagai dasar untuk membentuk sumber daya manusia yang handal dan yang nantinya di harapkan mampu bersaing di dunia global. Sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan yang mampu menciptakan SDM tersebut. Di SMA Negeri 2 Mengwi, siswa tidak hanya diberikan pendidikan di bangku sekolah saja tapi siswa juga diberikan kesempatan untuk dapat mengenal lingkungan dan dunia pendidikan di sekolah lain dengan cara metirta yatra. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar siswa bisa mengetahui kekayaan alam yang 1

Upload: krisna-siantarini

Post on 31-Jul-2015

150 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: tirtayatra

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakan Masalah

Sebagai seorang siswa yang baik, maka sudah sewajarnya kita berusaha

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari berbagai pelajaran yang sudah kita dapatkan

disekolah. Aplikasi ilmu pengetahuan tersebut sudah tentu dalam rangka ikut serta

membantu mensukseskan pelaksanaan pembangunan yang sedang kita jalankan bersama.

Salah satu bidang pembangunan yang bisa kita berikan sebagai sekedar sumbangsih

adalah bidang pariwisata dan pendidikan. Lebih-lebih kita berada di daerah yang

merupakan pusat industri pariwisata di Indonesia.

Pendidikan sebagai dasar untuk membentuk sumber daya manusia yang handal

dan yang nantinya di harapkan mampu bersaing di dunia global. Sekolah merupakan

salah satu sarana pendidikan yang mampu menciptakan SDM tersebut. Di SMA Negeri 2

Mengwi, siswa tidak hanya diberikan pendidikan di bangku sekolah saja tapi siswa juga

diberikan kesempatan untuk dapat mengenal lingkungan dan dunia pendidikan di sekolah

lain dengan cara metirta yatra. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar siswa bisa

mengetahui kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa ini dan para siswa dapat

meningkatkan iman mereka dengan melakukan persembahyangan ditempat-tempat suci

yang dikunjungi.

Sumbangsih yang bisa kita berikan dalam hubungannya dengan hal

tersebut dapat berupa pelayanan yang baik kepada para wisatawan dan penyediaan

bahan-bahan atau sumber pengetahuan tentang seluk beluk suatu tempat wisata atau

tentang sejarah suatu tempat wisata baik untuk keperluan wisatawan itu sendiri maupun

untuk keperluan pendidikan atau penelitian.

1

Page 2: tirtayatra

Lebih jauh lagi secara khusus bisa kami sebutkan bahwa penyusunan

karya tulis ini didorong atau dilator belakangi oleh kenyataan bahwa para siswa pada

umumnya kurang bisa memanfaatkan waktu liburan sekolah mereka untuk hal-hal yang

berguna baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat pada umum nya. Sehingga dengan

adanya kegiatan berupa tugas menulis sebuah karya tulis ini diharapkan akan mengurangi

kesempatan para siswa untuk menghabiskan liburannya untuk hal-hal yang merugikan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam karya tulis ini akan dibahas seperti apakah pura pura yang kami kunjungi

pada saat tirta yatra, diantaranya ;

1. Pura Rambut Siwi

2. Pulau Menjangan

3. Pura Melanting

1.3 TUJUAN PENULISAN

Untuk mengukur kreatifitas dan kemampuan siswa dalam penyusunan sebuah

karya tulis, maka para siswa diwajibkan untuk mengikuti tirtayatra ke sejumlah pura yang

berada di wilayah Bali. Hal ini merupakan program yang telah diputuskan oleh pihak

sekolah terhadap siswa kelas XII SMAN 2 Mengwi. Adapun tujuan dari tirtayatra di Bali

antara lain :

1. Untuk mengenal daerah obyek – obyek wisata tirtayatra di kawasan Bali.

2. Untuk menamkan rasa cinta terhadap Tuhan dan mempertebal iman ikita.

3. Untuk mengukur kreatifitas siswa dalam pemahaman terhadap pembuatan

karya tulis.

4. Untuk memenuhi tugas sekolah yang diberikan oleh guru pembimbing.

2

Page 3: tirtayatra

1.4 METODE PENULISAN

Dalam mengumpulkan data yang digunakan sebagai pembahasan dalam karya

tulis ini kami menggunakan metode sebagai berikut :

a. Metode Observasi yaitu pengumpulan data atau informasi dengan melakukan

penelitian langsung terhadap objek penelitian.

b. Metode Kepustakaan yaitu pengumpulan data atau informasi dengan mengambil

bahan dari sumber-sumber tertulis yang bias bertanggung jawab sebagai referensi.

3

Page 4: tirtayatra

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pura Rambut Siwi

Daya tarik dan identifikasi

Rambutsiwi sebagai obyek wisata, merupakan lingkungan suatu pura yang bernama Pura

Rambutsiwi, yang dikelilingi oleh sawah yang membentang luas dan berteras-teras, di

sebelah Selatan adalah gundukan tebing dan batu karang yang curam. Selain dikelilingi

sawah yang berteras-teras di kejauhan di sebelah Utara kelihatan gugusan pedesaan dan

deretan pegunungan yang membujur dari barat ke timur, serta Samudera Indonesia di

sebelah Selatan. Di sebelah barat-daya pura terdapat balai tempat istirahat untuk

menikmati keindahan panorama laut dengan disertai deburan suara ombak yang cukup

mengasikkan. Tidak jauh dari balai tempat istirahat tadi yaitu sebelah Selatan Pura

terdapat undag-undag yang curam untuk jalan turun ke pantai. Di pinggir pantai pada

tebing batu karang ada dua buah goa yang dianggap suci dan kramat. Suasana di tempat

ini sangat tenang sekali dan baik untuk menenangkan pikiran. Di sebelah Timur goa

tersebut terletak Pura Rambut Siwi. Menurut tradisi di tempat ini Dang Hyang Nirartha

tiba pertama kali.

Lokasi

Pura Rambut Siwi terletak di pinggir pantai Selatan Pulau Bali bagian Barat yaitu di Desa

Yeh Embang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. Di sebelah Utara pura

lebih kurang 200 meter, terbentang jalan raya jurusan Denpasar-Gilimanuk dimana

terdapat penyawangan Pura Rambut Siwi. Di sini biasanya umat Hindu yang melintasi

jalur perjalanan tersebut berhenti sejenak untuk menghaturkan sembah mohon

keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jarak dari kota Denpasar lebih kurang 78

km, perjalanan ke sana dapat dicapai dengan mobil atau sepeda motor. Dapat juga ke

sana dengan menumpang kendaraan umum yang cukup banyak lalu lalang dari pagi

hingga petang, karena itu tidak ada masalah sama sekali mengenai transportasi. Jika

pengunjung menggunakan kendaraan bermotor, kendaraan tersebut bisa langsung

4

Page 5: tirtayatra

diparkir di dekat (sebelah timur) pura. Lama perjalanan dari kota Denpasar sekitar 2 jam,

dan dalam perjalanan banyak melalui jalan yang berkelok-kelok, menanjak naik-turun,

sehingga banyak menyaksikan keindahan alam sepanjang perjalanan.

Fasilitas

Rambutsiwi telah didukung dengan sarana dan prasarana, seperti sudah tersedianya

tempat parkir, toilet umum, wantilan dan bangunan sasana budaya untuk tempat

pertemuan. Di pinggir jalan raya di sebelah Utara terdapat warung-warung yang menjual

makanan dan minuman. Di sekitar lingkungan pura (terutama di sebelah timur dan Barat)

ada tempat-tempat istirahat untuk sementara melepaskan lelah sambil melihat-lihat

keindahan alam sekitarnya. Disamping itu terdapat pula di sana pameran lukisan maupun

barang-barang souvenir lainnya yang dipajang setiap harinya.

Kunjungan

Rambutsiwi sering mendapat kunjungan para wisatawan, baik nusantara aupun

mancanegara. Waktu kunjungan yang paling baik adalah pada sore hari sebelum matahari

terbenam. Umumnya wisatawan ramai berkunjung ke sana pada hari-hari libur, hari raya

dan hari piodalannya. Hari piodalannya jatuh pada hari Rabu Umanis Wuku

Prangbangkat tiap 210 hari sekali, banyak umat Hindu Bali berdatangan untuk

bersembahyang sambil membawa sesajen, memohon keselamatan dan kebahagiaan.

Deskripsi

Penamaan Pura Rambut Siwi erat hubungannya dengan perjalanan suci (dharma yatra)

Dang Hyang Nirartha di Bali pada abad XVI. Beliau menyerahkan rambutnya untuk

dipuja oleh masyarakat, sehingga pura itu bernama Rambut Siwi (memuja rambut).

Dengan demikian pura ini sudah ada sejak abad XVI. Jika kita perhatikan struktur pura

ini, tidaklah menyimpang dari struktur pura pada umumnya di Bali. Halaman pura terbagi

atas tiga halaman. Pembagian tiga halaman mungkin dapat dihubungkan dengan

pembagian dunia atas tiga bagian yang disebut Tri Loka, yaitu Bhur Loka (alam bawah),

Bhwah Loka (alam tengah), dan Swah Loka (alam atas). Halaman tersuci adalah halaman

dalam, dan palinggih pokok terletak di halaman dalam. Palinggih pokok di pura ini

adalah bangunan suci meru tumpang tiga yang terletak di bagian Timur menghadap ke

5

Page 6: tirtayatra

Barat. Bangunan suci meru itulah sebagai tempat pemujaan Bathara Sakthi Wawu

Rauh/Dang Hyang Nirarta. Dalam babad Dwi Jendra Tatwa disebutkan bahwa di Pura

Rambut Siwi dipuja secara simbol rambut dari Dang Hyang Nirartha. Selain pemujaan

rambut, secara simbol pada masa Indonesia Kuna diketahui pula adanya kebiasaan

memuliakan telapak kaki. Prasasti Ciaruteun di Jawa Barat yang berasal dari abad V

menyebutkan adanya bekas dua telapak kaki raja Purnawarman yang disamakan dengan

telapak kaki Dewa Wisnu. Demikian pula peninggalan purbakala berupa pahatan

sepasang alas kaki raja Purnawarman yang disamakan dengan telapak kaki Dewa Wisnu.

Demikian pula peninggalan purbakala berupa pahatan sepasang alas kaki di Pura Bukit

Dharma Kutri Gianyar diperkirakan sebagai suatu simbol bahwa raja Marakata

memerintah atas nama Airlangga di Jawa Timur. Pengatasnamaan pemerintahan

Airlangga oleh adiknya Marakata itulah yang dikaitkan dengan adanya pahatan alas kaki

tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa telapak kaki adalah simbol kekuasaan

seorang raja, sedangkan pemujaan rambut mungkin dapat dihubungkan dengan simbol

kesaktian dan kebesaran seorang pendeta di bidang agama, dalam hal ini adalah Dang

Hyang Nirartha. Apabila anggapan itu benar, maka fungsi Pura Rambut Siwi selain

sebagai tempat untuk memuja Tuhan, juga sebagai tempat pemujaan untuk memuja

kebesaran dan kesaktian Dang Hyang Nirartha. Berdasarkan fungsinya tersebut maka

pura ini tergolong sebagai pura yang mempunyai status sebagai seorang Dang

Kahyangan. Perlu juga dikemukakan bahwa di dalam meru tumpang tiga tersimpan

empat buah arca, sebuah berwujud laki-laki, dan yang lainnya berwujud perempuan.

Keempat arca tersebut diduga sebagai arca Dang Hyang Nirartha beserta istri dan kedua

putrinya.

6

Page 7: tirtayatra

2.2 Pura Melanting

Masyarakat Hindu di Bali adalah masyarakat yang sosial religius, yang selalu

berhubungan erat dengan alam Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa), sehingga banyak

dijumpai pura-pura sebagai tempat pemujaan terhadap manifestasiNya yang sesuai

dengan fungsinya bagi masyarakat Hindu seperti pelinggih, penunggun karang, pura

dadia, sanggah kemulan, pura khayangan tiga dan lain-lain. Pura Melanting adalah salah

satu pura yang bersifat fungsional sebagai tempat dari pemujaan Bhatari Melanting.

Bhatari Melanting dapat disejajarkan dengan Dewa Kwera (dewanya uang) yang di Bali

lebih dikenal dengan sebuah Bhatari Rambut Sedana. Adapun yang berwujud sebagai

Bhatari Melanting adalah Ida Ayu Subawa yaitu putri dari Dang Hyang Nirarta yang

telah berubah wujud. Pura Melanting terletak di pojok timur laut, mengarah ke pasar dan

ada juga Pura Melanting itu terletak di tengah-tengah pasar. Yang memuja dan yang

bertanggung jawab terhadap Pura Melanting adalah orang-orang yang terlibat didalam

kegiatan pasar, baik pedagang, maupun buruh bertanggung jawab terhadap Pura

Melanting beserta piodalannya.

Pura Melanting adalah termasuk aspek agama dan kebudayaan yang sangat penting

kedudukannya dalam kehidupan masyarakat untuk menyediakan Bhoga, Upa Bhoga dan

Pari Bhoga, menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Pasar adalah salah satu

tempat untuk beraktifitas untuk mengejar Jagathita (kebahagiaan jasmani) seperti tempat

menyediakan bahan sandang, pangan dan papan dan tidak mengabaikan kepentingan

rohani dengan pura Melantingnya. Dengan adanya kemajuan teknologi pasar telah

banyak mengalami perubahan-perubahan baik dari sarana prasarananya namun dengan

demikian juga halnya keadaan pura Melanting dari bentuk sederhana menuju bentuk yang

lebih permanen. Walaupun demikian tidak merubah fungsi terhadap pura melainkan tetap

mempertahankan fungsinya sebagaimana mestinya oleh masyarakat Hindu dan nilai-nilai

keagamaannya sama sekali tidak luntur terbukti masih adanya kepercayaan kepada

Bhatari Melanting. Hal ini pula menjadikan salah satu gaya tarik pulau Bali terhadap para

wisatawan

7

Page 8: tirtayatra

Pura Melanting adalah merupakan salah satu tempat pemujaan umat Hindu di Bali.

Pura tersebut bersifat fungsional sebagai stana (pelinggih) Bhatari Melanting. Bhatari

Melanting dari segi niskala sebagai kepala pimpinan "Wong Samar" yang menguasai

seluruh jagat raya ini, sedangkan ditinjau dari segi rohani beliau bertugas

melindungi/mengayomi para pedagang dan memberikan keselamatan warga masyarakat

pada setiap Bale Banjar dan setiap pasar-pasar yang ada di Bali.

Arti dan Pengertian Melanting

Kata Melanting berasal dari kata mel dan anting. Kata mel berarti kebun, di

samping itu kata mel berarti sifat tidak ramah, berat mulut, mel juga berarti lembab.

Sedangkan kata anting berarti batu. Dari kata anting menimbulkan kata anting-anting

yang artinya:

1. Perhiasan telinga yang terbuat dari emas.

2. Batu seperti bandul.

3. Burung anting (nama burung).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kata Melanting dapat dipisahkan menjadi kata "mel"

dan kata "anting". Mel berarti kbun dan anting berarti bergantungan pada tali. Melanting

adalah suatu tempat persembahan hasil bumi yang dipersembahkan kehadapan Ida Ayu

Swabawa sebagai Bhatari Melanting (Dewa yang menguasai pasar). Pasar adalah tempat

pertemuan antara penjual dengan pembeli untuk mengadakan tawar menawar (transaksi)

sehingga terdapat persetujuan kedua belah pihak. Melanting adalah tempat

persembahan/persembahyangan untuk menghaturkan segala hasil bumi sebagai ucapan

terima kasih kehadapan Bhatari Melanting yang beristana di sana serta memohon

keselamatan sehingga tidak diganggu oleh wong samar.

8

Page 9: tirtayatra

Fungsi Pura Melanting Dalam Kehidupan Masyarakat Hindu di Bali

Pura Melanting adalah merupakan tempat para pedagang untuk memohon

keselamatan, ketentraman lahir batin sehingga pada saat berdagang dapat memperoleh

keuntungan sesuai dengan yang diinginkan. Pura Melanting pada umumnya didirikan di

dalam setiap pasar di Bali.

Fungsi Pura Melanting Dalam Hubungannya dengan Pasar

Antara Pura Melanting dengan pasar mempunyai hubungan yang sifatnya saling

tunjang menunjang sehingga terwujudnya jual beli antara para pedagang dengan pembeli

baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Berbeda dengan Pura Pulaki lokasi Pura Melanting agak ke dalam dan melintasi

hutan-hutan kecil dan rumah-rumah penduduk di sepanjang perjalanan. Namun jalan

cukup untuk dilintasi dengan Bus. Halaman Parkir yang cukup luas sehingga kita bebas

memilih tempat parkir. Lampu-lampu mercury yang dipasang di tempat parkir sampai ke

pintu gerbang pura membuat kita yakin untuk melangkah jika kita tangkil di malam hari.

Jalan di sepanjang menuju pintu gerbang cukup bagus. Dari kejauhan tampak keagungan

Pura Melanting yang berdiri di kaki bukit yang agak tinggi. Desain arsitektur dari seorang

arsitek Ida Bagus Tugur memang luar biasa. Lilitan Naga menuju Pintu Gerbang Utama

dihiasi dengan lampu-lampu pada setiap lekukan badan naga mampu menuntun langkah

kita untuk menaiki tangga. Sebelum kita melangkah menaiki tangga, kita disarankan

untuk ngaturang sembah di Pelinggih Pebejian yang ada sebelah kiri kita di ujung depan

tangga naik. Silakan membersihkan pikiran di sana dengan melakukan sembahyang dan

setelah itu siap untuk tangkil kehadapan Ida Betara Ratu Mas Melanting.

Pura Melanting di Pulaki ini adalah pusat dari seluruh Pura Melanting yang ada di

seluruh pelosok Bali. Dari seluruh pasar-pasar dan penyawangan yang ada menyatu di

sini di Pulaki.

Setelah melewati Candi Bentar pertama kita masuk ke jaba tengah. Di sini terdapat

bangunan yang belum sepenuhnya selesai, namun di malam hari suasana cukup tenang,

suasana ini tidak kurang kalau kita tangkil pada siang hari. Areal utama atau Jeroan Pura

9

Page 10: tirtayatra

Melanting lumayan luas. Kalau kita memandang lurus ke depan maka kita melihat sebuah

Pelinggih Gedong yang megah dan menawan. Benar-benar hasil karya seorang arsitek

kawakan. Tidak perlu tergesagesa, jalankanlah semua prosesi persembahyangan dengan

sewajarnya kita tidak akan diburu-buru oleh pemedek yang belum mendapat tempat.

Haturkanlah Banten Pejati dengan dupa yang telah dinyalakan. Mungkin di antara kita

yang tangkil ada yang biasa Mekidung silakan nembang dengan seksama.

Di sisi kanan dari halaman tengah pura ada tempat khusus untuk melakukan

meditasi. Untuk menuju ke tempat ini perlu mendapat bimbingan dari orang yang tahu

seluk-beluk Pura melanting. Malam hari adalah waktu yang bagus untuk melakukan acara

khusus tersebut.

2.3 Pura Menjangan

Lokasi Pulau Menjangan berada disebelah utara Taman Nasional Bali barat yang

termasuk bagian dari Desa Sumber Klampok, kecamatan Grokgak  yang berjarak sekitar

76 kilometer sebelah Barat Kota Singaraja.   Untuk mencapai Pulau para wisatawan harus

naik perahu bermotor (boat) sekitar 30 menit dari Labuhan lalang.

Pulau menjangan merupakan sebuah pulau kecil tanpa penghuni dengan luas kurang

lebih 175 hektar terdiri dari karang, batu batuan vulkanik serta tanah vulkanik hitam. 

Sesuai dengan namanya pulau ini dahulu terkenal dengan menjangannya (Cervus

Timorensis).  Pulau ini menawarkan potensi keindahan laut sekitarnya yang sangat cocok

untuk  kegiatan rekreasi serta olah raga air seperti : Snorkeling dan Scuba Diving. 

Keindahan alam bawah lautnya sangat menarik karena kita dapat menemukan terumbu

karang  serta flora dan fauna laut yang berwarna warni.  Dengan kondisi air laut yang

tenang dan panorama teluknya sangat mempesona.   Kehidupan bawah laut yang sangat

mempesona dengan berbagai jenis ikan laut hias yang hanya ditemukan dibeberapa

daerah saja di dunia.  Hampir sekitar 59% dari nilai eksport ikan hias Indonesia berasal

dari Pulau Menjangan.

Pada kedalaman 2 sampai 3 meter disekitar Pulau menjangan terdapat kompleks

karang laut yang merupakan dinding yang curam hinggga kedalaman 50meter.  Penyelam

10

Page 11: tirtayatra

dari luar negeri meyatakan bahwa perairan Pulau Menjangan salah satu daerah yang

sangat menarik untuk melakukan penyelaman karena jenis ikan hiasnya dan karang

lautnya membentuk sebuah pemandangan yang sangat variatif.  Keadaan air laut Pulau

Menjangan yang tenang merupakan area selam yang baik dan merupakan salah satu

taman laut yang terlengkap di Bali.

Di Pulau menjangan ini juga terdapat  Pura yang Indah dan mempunyai nilai sejarah

, yaitu Pura segara dan Pura Kelenting sari , jarak kedua Pura ini dari tempat  melakukan

penyelaman kurang lebih 500 meter , melalui jalan setapak

11

Page 12: tirtayatra

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian yang ada di atas maka dapat di tarik kesimpulan yaitu :

1. Kegiatan metirta yatra yang di selenggarakan dengan tujuan menambah

pengalaman bagi siswa – siswi yang akan terjun dalam masyarakat sebagai

penerus dan pemimpin bangsa

2. Banyak warisan budaya nenek moyang kita yang perlu di teliti lebih

lanjut mengenai keberadaannya.

3. Melalui Perjalanan wisata atau dengan mengunjungi tempat – tempat

wisata dan tempat bersejarah, kita dapat menikmati keindahan alam dan

budaya bangsa yang kita miliki.

4. Keberadaan beberapa tempat wisata di Bali perlu di jaga kelestariannya

dengan melakukan pemeliharaan dan perlindungan yang di lakukan oleh

instansi yang terkait di Bantu oleh masyarakat yang berada di sekitarnya.

5. Dengan diadakan metirta yatra ke Pulau menjangan – Bali, para siswa –

siswi juga dapat menumbuhkembangkan rasa persatuan dan kesatuan

diantara siswa dan siswi.

12

Page 13: tirtayatra

3.2 Kritik dan Saran

Demi lancarnya pelaksanaan program di sekolah maka penulis menyarankan :

1. Siswa –siswi hendaknya selalu ikut berpartisipasi dengan penuh kesadaran

dan kesungguhan dalam pelaksanaan setiap kegiatan sekolah.

2. Bagi para guru pembimbing hendaknya mengadakan perencanaan dan

membimbing siswa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

3. Tirta Yatra sebaiknya di tahun ke tahun mendatang agar menambah tempat –

tempat yang akan dikunjungi.

4. Tirta Yatra yang di lakukan sangat bagus di laksanakan untuk melakukan

study banding terhadap tempat yang mempunya nilai sejarah dan budaya.

13

Page 14: tirtayatra

LAMPIRAN GAMBAR

14

Page 15: tirtayatra

15

Page 16: tirtayatra

16

Page 17: tirtayatra

17

Page 18: tirtayatra

18