tirtayatra
TRANSCRIPT
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakan Masalah
Sebagai seorang siswa yang baik, maka sudah sewajarnya kita berusaha
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari berbagai pelajaran yang sudah kita dapatkan
disekolah. Aplikasi ilmu pengetahuan tersebut sudah tentu dalam rangka ikut serta
membantu mensukseskan pelaksanaan pembangunan yang sedang kita jalankan bersama.
Salah satu bidang pembangunan yang bisa kita berikan sebagai sekedar sumbangsih
adalah bidang pariwisata dan pendidikan. Lebih-lebih kita berada di daerah yang
merupakan pusat industri pariwisata di Indonesia.
Pendidikan sebagai dasar untuk membentuk sumber daya manusia yang handal
dan yang nantinya di harapkan mampu bersaing di dunia global. Sekolah merupakan
salah satu sarana pendidikan yang mampu menciptakan SDM tersebut. Di SMA Negeri 2
Mengwi, siswa tidak hanya diberikan pendidikan di bangku sekolah saja tapi siswa juga
diberikan kesempatan untuk dapat mengenal lingkungan dan dunia pendidikan di sekolah
lain dengan cara metirta yatra. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar siswa bisa
mengetahui kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa ini dan para siswa dapat
meningkatkan iman mereka dengan melakukan persembahyangan ditempat-tempat suci
yang dikunjungi.
Sumbangsih yang bisa kita berikan dalam hubungannya dengan hal
tersebut dapat berupa pelayanan yang baik kepada para wisatawan dan penyediaan
bahan-bahan atau sumber pengetahuan tentang seluk beluk suatu tempat wisata atau
tentang sejarah suatu tempat wisata baik untuk keperluan wisatawan itu sendiri maupun
untuk keperluan pendidikan atau penelitian.
1
Lebih jauh lagi secara khusus bisa kami sebutkan bahwa penyusunan
karya tulis ini didorong atau dilator belakangi oleh kenyataan bahwa para siswa pada
umumnya kurang bisa memanfaatkan waktu liburan sekolah mereka untuk hal-hal yang
berguna baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat pada umum nya. Sehingga dengan
adanya kegiatan berupa tugas menulis sebuah karya tulis ini diharapkan akan mengurangi
kesempatan para siswa untuk menghabiskan liburannya untuk hal-hal yang merugikan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam karya tulis ini akan dibahas seperti apakah pura pura yang kami kunjungi
pada saat tirta yatra, diantaranya ;
1. Pura Rambut Siwi
2. Pulau Menjangan
3. Pura Melanting
1.3 TUJUAN PENULISAN
Untuk mengukur kreatifitas dan kemampuan siswa dalam penyusunan sebuah
karya tulis, maka para siswa diwajibkan untuk mengikuti tirtayatra ke sejumlah pura yang
berada di wilayah Bali. Hal ini merupakan program yang telah diputuskan oleh pihak
sekolah terhadap siswa kelas XII SMAN 2 Mengwi. Adapun tujuan dari tirtayatra di Bali
antara lain :
1. Untuk mengenal daerah obyek – obyek wisata tirtayatra di kawasan Bali.
2. Untuk menamkan rasa cinta terhadap Tuhan dan mempertebal iman ikita.
3. Untuk mengukur kreatifitas siswa dalam pemahaman terhadap pembuatan
karya tulis.
4. Untuk memenuhi tugas sekolah yang diberikan oleh guru pembimbing.
2
1.4 METODE PENULISAN
Dalam mengumpulkan data yang digunakan sebagai pembahasan dalam karya
tulis ini kami menggunakan metode sebagai berikut :
a. Metode Observasi yaitu pengumpulan data atau informasi dengan melakukan
penelitian langsung terhadap objek penelitian.
b. Metode Kepustakaan yaitu pengumpulan data atau informasi dengan mengambil
bahan dari sumber-sumber tertulis yang bias bertanggung jawab sebagai referensi.
3
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pura Rambut Siwi
Daya tarik dan identifikasi
Rambutsiwi sebagai obyek wisata, merupakan lingkungan suatu pura yang bernama Pura
Rambutsiwi, yang dikelilingi oleh sawah yang membentang luas dan berteras-teras, di
sebelah Selatan adalah gundukan tebing dan batu karang yang curam. Selain dikelilingi
sawah yang berteras-teras di kejauhan di sebelah Utara kelihatan gugusan pedesaan dan
deretan pegunungan yang membujur dari barat ke timur, serta Samudera Indonesia di
sebelah Selatan. Di sebelah barat-daya pura terdapat balai tempat istirahat untuk
menikmati keindahan panorama laut dengan disertai deburan suara ombak yang cukup
mengasikkan. Tidak jauh dari balai tempat istirahat tadi yaitu sebelah Selatan Pura
terdapat undag-undag yang curam untuk jalan turun ke pantai. Di pinggir pantai pada
tebing batu karang ada dua buah goa yang dianggap suci dan kramat. Suasana di tempat
ini sangat tenang sekali dan baik untuk menenangkan pikiran. Di sebelah Timur goa
tersebut terletak Pura Rambut Siwi. Menurut tradisi di tempat ini Dang Hyang Nirartha
tiba pertama kali.
Lokasi
Pura Rambut Siwi terletak di pinggir pantai Selatan Pulau Bali bagian Barat yaitu di Desa
Yeh Embang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. Di sebelah Utara pura
lebih kurang 200 meter, terbentang jalan raya jurusan Denpasar-Gilimanuk dimana
terdapat penyawangan Pura Rambut Siwi. Di sini biasanya umat Hindu yang melintasi
jalur perjalanan tersebut berhenti sejenak untuk menghaturkan sembah mohon
keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jarak dari kota Denpasar lebih kurang 78
km, perjalanan ke sana dapat dicapai dengan mobil atau sepeda motor. Dapat juga ke
sana dengan menumpang kendaraan umum yang cukup banyak lalu lalang dari pagi
hingga petang, karena itu tidak ada masalah sama sekali mengenai transportasi. Jika
pengunjung menggunakan kendaraan bermotor, kendaraan tersebut bisa langsung
4
diparkir di dekat (sebelah timur) pura. Lama perjalanan dari kota Denpasar sekitar 2 jam,
dan dalam perjalanan banyak melalui jalan yang berkelok-kelok, menanjak naik-turun,
sehingga banyak menyaksikan keindahan alam sepanjang perjalanan.
Fasilitas
Rambutsiwi telah didukung dengan sarana dan prasarana, seperti sudah tersedianya
tempat parkir, toilet umum, wantilan dan bangunan sasana budaya untuk tempat
pertemuan. Di pinggir jalan raya di sebelah Utara terdapat warung-warung yang menjual
makanan dan minuman. Di sekitar lingkungan pura (terutama di sebelah timur dan Barat)
ada tempat-tempat istirahat untuk sementara melepaskan lelah sambil melihat-lihat
keindahan alam sekitarnya. Disamping itu terdapat pula di sana pameran lukisan maupun
barang-barang souvenir lainnya yang dipajang setiap harinya.
Kunjungan
Rambutsiwi sering mendapat kunjungan para wisatawan, baik nusantara aupun
mancanegara. Waktu kunjungan yang paling baik adalah pada sore hari sebelum matahari
terbenam. Umumnya wisatawan ramai berkunjung ke sana pada hari-hari libur, hari raya
dan hari piodalannya. Hari piodalannya jatuh pada hari Rabu Umanis Wuku
Prangbangkat tiap 210 hari sekali, banyak umat Hindu Bali berdatangan untuk
bersembahyang sambil membawa sesajen, memohon keselamatan dan kebahagiaan.
Deskripsi
Penamaan Pura Rambut Siwi erat hubungannya dengan perjalanan suci (dharma yatra)
Dang Hyang Nirartha di Bali pada abad XVI. Beliau menyerahkan rambutnya untuk
dipuja oleh masyarakat, sehingga pura itu bernama Rambut Siwi (memuja rambut).
Dengan demikian pura ini sudah ada sejak abad XVI. Jika kita perhatikan struktur pura
ini, tidaklah menyimpang dari struktur pura pada umumnya di Bali. Halaman pura terbagi
atas tiga halaman. Pembagian tiga halaman mungkin dapat dihubungkan dengan
pembagian dunia atas tiga bagian yang disebut Tri Loka, yaitu Bhur Loka (alam bawah),
Bhwah Loka (alam tengah), dan Swah Loka (alam atas). Halaman tersuci adalah halaman
dalam, dan palinggih pokok terletak di halaman dalam. Palinggih pokok di pura ini
adalah bangunan suci meru tumpang tiga yang terletak di bagian Timur menghadap ke
5
Barat. Bangunan suci meru itulah sebagai tempat pemujaan Bathara Sakthi Wawu
Rauh/Dang Hyang Nirarta. Dalam babad Dwi Jendra Tatwa disebutkan bahwa di Pura
Rambut Siwi dipuja secara simbol rambut dari Dang Hyang Nirartha. Selain pemujaan
rambut, secara simbol pada masa Indonesia Kuna diketahui pula adanya kebiasaan
memuliakan telapak kaki. Prasasti Ciaruteun di Jawa Barat yang berasal dari abad V
menyebutkan adanya bekas dua telapak kaki raja Purnawarman yang disamakan dengan
telapak kaki Dewa Wisnu. Demikian pula peninggalan purbakala berupa pahatan
sepasang alas kaki raja Purnawarman yang disamakan dengan telapak kaki Dewa Wisnu.
Demikian pula peninggalan purbakala berupa pahatan sepasang alas kaki di Pura Bukit
Dharma Kutri Gianyar diperkirakan sebagai suatu simbol bahwa raja Marakata
memerintah atas nama Airlangga di Jawa Timur. Pengatasnamaan pemerintahan
Airlangga oleh adiknya Marakata itulah yang dikaitkan dengan adanya pahatan alas kaki
tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa telapak kaki adalah simbol kekuasaan
seorang raja, sedangkan pemujaan rambut mungkin dapat dihubungkan dengan simbol
kesaktian dan kebesaran seorang pendeta di bidang agama, dalam hal ini adalah Dang
Hyang Nirartha. Apabila anggapan itu benar, maka fungsi Pura Rambut Siwi selain
sebagai tempat untuk memuja Tuhan, juga sebagai tempat pemujaan untuk memuja
kebesaran dan kesaktian Dang Hyang Nirartha. Berdasarkan fungsinya tersebut maka
pura ini tergolong sebagai pura yang mempunyai status sebagai seorang Dang
Kahyangan. Perlu juga dikemukakan bahwa di dalam meru tumpang tiga tersimpan
empat buah arca, sebuah berwujud laki-laki, dan yang lainnya berwujud perempuan.
Keempat arca tersebut diduga sebagai arca Dang Hyang Nirartha beserta istri dan kedua
putrinya.
6
2.2 Pura Melanting
Masyarakat Hindu di Bali adalah masyarakat yang sosial religius, yang selalu
berhubungan erat dengan alam Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa), sehingga banyak
dijumpai pura-pura sebagai tempat pemujaan terhadap manifestasiNya yang sesuai
dengan fungsinya bagi masyarakat Hindu seperti pelinggih, penunggun karang, pura
dadia, sanggah kemulan, pura khayangan tiga dan lain-lain. Pura Melanting adalah salah
satu pura yang bersifat fungsional sebagai tempat dari pemujaan Bhatari Melanting.
Bhatari Melanting dapat disejajarkan dengan Dewa Kwera (dewanya uang) yang di Bali
lebih dikenal dengan sebuah Bhatari Rambut Sedana. Adapun yang berwujud sebagai
Bhatari Melanting adalah Ida Ayu Subawa yaitu putri dari Dang Hyang Nirarta yang
telah berubah wujud. Pura Melanting terletak di pojok timur laut, mengarah ke pasar dan
ada juga Pura Melanting itu terletak di tengah-tengah pasar. Yang memuja dan yang
bertanggung jawab terhadap Pura Melanting adalah orang-orang yang terlibat didalam
kegiatan pasar, baik pedagang, maupun buruh bertanggung jawab terhadap Pura
Melanting beserta piodalannya.
Pura Melanting adalah termasuk aspek agama dan kebudayaan yang sangat penting
kedudukannya dalam kehidupan masyarakat untuk menyediakan Bhoga, Upa Bhoga dan
Pari Bhoga, menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Pasar adalah salah satu
tempat untuk beraktifitas untuk mengejar Jagathita (kebahagiaan jasmani) seperti tempat
menyediakan bahan sandang, pangan dan papan dan tidak mengabaikan kepentingan
rohani dengan pura Melantingnya. Dengan adanya kemajuan teknologi pasar telah
banyak mengalami perubahan-perubahan baik dari sarana prasarananya namun dengan
demikian juga halnya keadaan pura Melanting dari bentuk sederhana menuju bentuk yang
lebih permanen. Walaupun demikian tidak merubah fungsi terhadap pura melainkan tetap
mempertahankan fungsinya sebagaimana mestinya oleh masyarakat Hindu dan nilai-nilai
keagamaannya sama sekali tidak luntur terbukti masih adanya kepercayaan kepada
Bhatari Melanting. Hal ini pula menjadikan salah satu gaya tarik pulau Bali terhadap para
wisatawan
7
Pura Melanting adalah merupakan salah satu tempat pemujaan umat Hindu di Bali.
Pura tersebut bersifat fungsional sebagai stana (pelinggih) Bhatari Melanting. Bhatari
Melanting dari segi niskala sebagai kepala pimpinan "Wong Samar" yang menguasai
seluruh jagat raya ini, sedangkan ditinjau dari segi rohani beliau bertugas
melindungi/mengayomi para pedagang dan memberikan keselamatan warga masyarakat
pada setiap Bale Banjar dan setiap pasar-pasar yang ada di Bali.
Arti dan Pengertian Melanting
Kata Melanting berasal dari kata mel dan anting. Kata mel berarti kebun, di
samping itu kata mel berarti sifat tidak ramah, berat mulut, mel juga berarti lembab.
Sedangkan kata anting berarti batu. Dari kata anting menimbulkan kata anting-anting
yang artinya:
1. Perhiasan telinga yang terbuat dari emas.
2. Batu seperti bandul.
3. Burung anting (nama burung).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kata Melanting dapat dipisahkan menjadi kata "mel"
dan kata "anting". Mel berarti kbun dan anting berarti bergantungan pada tali. Melanting
adalah suatu tempat persembahan hasil bumi yang dipersembahkan kehadapan Ida Ayu
Swabawa sebagai Bhatari Melanting (Dewa yang menguasai pasar). Pasar adalah tempat
pertemuan antara penjual dengan pembeli untuk mengadakan tawar menawar (transaksi)
sehingga terdapat persetujuan kedua belah pihak. Melanting adalah tempat
persembahan/persembahyangan untuk menghaturkan segala hasil bumi sebagai ucapan
terima kasih kehadapan Bhatari Melanting yang beristana di sana serta memohon
keselamatan sehingga tidak diganggu oleh wong samar.
8
Fungsi Pura Melanting Dalam Kehidupan Masyarakat Hindu di Bali
Pura Melanting adalah merupakan tempat para pedagang untuk memohon
keselamatan, ketentraman lahir batin sehingga pada saat berdagang dapat memperoleh
keuntungan sesuai dengan yang diinginkan. Pura Melanting pada umumnya didirikan di
dalam setiap pasar di Bali.
Fungsi Pura Melanting Dalam Hubungannya dengan Pasar
Antara Pura Melanting dengan pasar mempunyai hubungan yang sifatnya saling
tunjang menunjang sehingga terwujudnya jual beli antara para pedagang dengan pembeli
baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Berbeda dengan Pura Pulaki lokasi Pura Melanting agak ke dalam dan melintasi
hutan-hutan kecil dan rumah-rumah penduduk di sepanjang perjalanan. Namun jalan
cukup untuk dilintasi dengan Bus. Halaman Parkir yang cukup luas sehingga kita bebas
memilih tempat parkir. Lampu-lampu mercury yang dipasang di tempat parkir sampai ke
pintu gerbang pura membuat kita yakin untuk melangkah jika kita tangkil di malam hari.
Jalan di sepanjang menuju pintu gerbang cukup bagus. Dari kejauhan tampak keagungan
Pura Melanting yang berdiri di kaki bukit yang agak tinggi. Desain arsitektur dari seorang
arsitek Ida Bagus Tugur memang luar biasa. Lilitan Naga menuju Pintu Gerbang Utama
dihiasi dengan lampu-lampu pada setiap lekukan badan naga mampu menuntun langkah
kita untuk menaiki tangga. Sebelum kita melangkah menaiki tangga, kita disarankan
untuk ngaturang sembah di Pelinggih Pebejian yang ada sebelah kiri kita di ujung depan
tangga naik. Silakan membersihkan pikiran di sana dengan melakukan sembahyang dan
setelah itu siap untuk tangkil kehadapan Ida Betara Ratu Mas Melanting.
Pura Melanting di Pulaki ini adalah pusat dari seluruh Pura Melanting yang ada di
seluruh pelosok Bali. Dari seluruh pasar-pasar dan penyawangan yang ada menyatu di
sini di Pulaki.
Setelah melewati Candi Bentar pertama kita masuk ke jaba tengah. Di sini terdapat
bangunan yang belum sepenuhnya selesai, namun di malam hari suasana cukup tenang,
suasana ini tidak kurang kalau kita tangkil pada siang hari. Areal utama atau Jeroan Pura
9
Melanting lumayan luas. Kalau kita memandang lurus ke depan maka kita melihat sebuah
Pelinggih Gedong yang megah dan menawan. Benar-benar hasil karya seorang arsitek
kawakan. Tidak perlu tergesagesa, jalankanlah semua prosesi persembahyangan dengan
sewajarnya kita tidak akan diburu-buru oleh pemedek yang belum mendapat tempat.
Haturkanlah Banten Pejati dengan dupa yang telah dinyalakan. Mungkin di antara kita
yang tangkil ada yang biasa Mekidung silakan nembang dengan seksama.
Di sisi kanan dari halaman tengah pura ada tempat khusus untuk melakukan
meditasi. Untuk menuju ke tempat ini perlu mendapat bimbingan dari orang yang tahu
seluk-beluk Pura melanting. Malam hari adalah waktu yang bagus untuk melakukan acara
khusus tersebut.
2.3 Pura Menjangan
Lokasi Pulau Menjangan berada disebelah utara Taman Nasional Bali barat yang
termasuk bagian dari Desa Sumber Klampok, kecamatan Grokgak yang berjarak sekitar
76 kilometer sebelah Barat Kota Singaraja. Untuk mencapai Pulau para wisatawan harus
naik perahu bermotor (boat) sekitar 30 menit dari Labuhan lalang.
Pulau menjangan merupakan sebuah pulau kecil tanpa penghuni dengan luas kurang
lebih 175 hektar terdiri dari karang, batu batuan vulkanik serta tanah vulkanik hitam.
Sesuai dengan namanya pulau ini dahulu terkenal dengan menjangannya (Cervus
Timorensis). Pulau ini menawarkan potensi keindahan laut sekitarnya yang sangat cocok
untuk kegiatan rekreasi serta olah raga air seperti : Snorkeling dan Scuba Diving.
Keindahan alam bawah lautnya sangat menarik karena kita dapat menemukan terumbu
karang serta flora dan fauna laut yang berwarna warni. Dengan kondisi air laut yang
tenang dan panorama teluknya sangat mempesona. Kehidupan bawah laut yang sangat
mempesona dengan berbagai jenis ikan laut hias yang hanya ditemukan dibeberapa
daerah saja di dunia. Hampir sekitar 59% dari nilai eksport ikan hias Indonesia berasal
dari Pulau Menjangan.
Pada kedalaman 2 sampai 3 meter disekitar Pulau menjangan terdapat kompleks
karang laut yang merupakan dinding yang curam hinggga kedalaman 50meter. Penyelam
10
dari luar negeri meyatakan bahwa perairan Pulau Menjangan salah satu daerah yang
sangat menarik untuk melakukan penyelaman karena jenis ikan hiasnya dan karang
lautnya membentuk sebuah pemandangan yang sangat variatif. Keadaan air laut Pulau
Menjangan yang tenang merupakan area selam yang baik dan merupakan salah satu
taman laut yang terlengkap di Bali.
Di Pulau menjangan ini juga terdapat Pura yang Indah dan mempunyai nilai sejarah
, yaitu Pura segara dan Pura Kelenting sari , jarak kedua Pura ini dari tempat melakukan
penyelaman kurang lebih 500 meter , melalui jalan setapak
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian yang ada di atas maka dapat di tarik kesimpulan yaitu :
1. Kegiatan metirta yatra yang di selenggarakan dengan tujuan menambah
pengalaman bagi siswa – siswi yang akan terjun dalam masyarakat sebagai
penerus dan pemimpin bangsa
2. Banyak warisan budaya nenek moyang kita yang perlu di teliti lebih
lanjut mengenai keberadaannya.
3. Melalui Perjalanan wisata atau dengan mengunjungi tempat – tempat
wisata dan tempat bersejarah, kita dapat menikmati keindahan alam dan
budaya bangsa yang kita miliki.
4. Keberadaan beberapa tempat wisata di Bali perlu di jaga kelestariannya
dengan melakukan pemeliharaan dan perlindungan yang di lakukan oleh
instansi yang terkait di Bantu oleh masyarakat yang berada di sekitarnya.
5. Dengan diadakan metirta yatra ke Pulau menjangan – Bali, para siswa –
siswi juga dapat menumbuhkembangkan rasa persatuan dan kesatuan
diantara siswa dan siswi.
12
3.2 Kritik dan Saran
Demi lancarnya pelaksanaan program di sekolah maka penulis menyarankan :
1. Siswa –siswi hendaknya selalu ikut berpartisipasi dengan penuh kesadaran
dan kesungguhan dalam pelaksanaan setiap kegiatan sekolah.
2. Bagi para guru pembimbing hendaknya mengadakan perencanaan dan
membimbing siswa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Tirta Yatra sebaiknya di tahun ke tahun mendatang agar menambah tempat –
tempat yang akan dikunjungi.
4. Tirta Yatra yang di lakukan sangat bagus di laksanakan untuk melakukan
study banding terhadap tempat yang mempunya nilai sejarah dan budaya.
13
LAMPIRAN GAMBAR
14
15
16
17
18