tinjuan pustaka

22
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1DEFINISI DAN SEJARAH FORENSIK ODONTOLOGI Ilmu kedokteran gigi forensik memiliki nama lain yaitu forensic dentistry dan odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan. (Lukman, 2006) Cabang ilmu ini sebenarnya telah di aplikasikan sejak jaman prasejarah,akan tetapi baru mendapatkan perhatian pada akhir abad 19 ketika banyak artikel tentang forensik odontologi ditulis dalam jurnal kedokteran gigi pada saat itu. (www.policensw.com , 2012) Sejarah forensik odontologi sudah ada sejak sebelum masehi (SM) yaitu pada masa pemerintahan Kaisar Roma Claudiuspada tahun 49 SM, Agrippina (yang kelak akan menjadi ibu Kaisar Nero) membuat rencana untuk mengamankan posisinya. Janda kaya Lollia Paulina merupakan saingannya dalam menarik perhatian kaisar, maka ia membujuk kaisar untuk mengusir wanita tersebut dari Roma. Akan tetapi hal itu rupanya masih dianggap kurang olehnya dan ia menginginkan kematian wanita tersebut. Tanpa sepengetahuan kaisar, ia mengirim seorang serdadu untuk membunuh wanita tersebut. Sebagai bukti telah melaksanakan perintahnya, kepala Lollia dibawa dan ditunjukkan kepada Agrippina. Karena kepala tersebut telah rusak parah mukanya, maka Agrippina tidak dapat mengenalinya lagi dari

Upload: hanung-merahbara

Post on 28-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tp

TRANSCRIPT

Page 1: TINJUAN PUSTAKA

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI DAN SEJARAH FORENSIK ODONTOLOGI

Ilmu kedokteran gigi forensik memiliki nama lain yaitu forensic dentistry dan

odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang

mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan

presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan. (Lukman, 2006)

Cabang ilmu ini sebenarnya telah di aplikasikan sejak jaman prasejarah,akan tetapi

baru mendapatkan perhatian pada akhir abad 19 ketika banyak artikel tentang forensik

odontologi ditulis dalam jurnal kedokteran gigi pada saat itu. (www.policensw.com, 2012)

Sejarah forensik odontologi sudah ada sejak sebelum masehi (SM) yaitu pada masa

pemerintahan Kaisar Roma Claudiuspada tahun 49 SM, Agrippina (yang kelak akan menjadi

ibu Kaisar Nero) membuat rencana untuk mengamankan posisinya. Janda kaya Lollia Paulina

merupakan saingannya dalam menarik perhatian kaisar, maka ia membujuk kaisar untuk

mengusir wanita tersebut dari Roma. Akan tetapi hal itu rupanya masih dianggap kurang

olehnya dan ia menginginkan kematian wanita tersebut. Tanpa sepengetahuan kaisar, ia

mengirim seorang serdadu untuk membunuh wanita tersebut. Sebagai bukti telah

melaksanakan perintahnya, kepala Lollia dibawa dan ditunjukkan kepada Agrippina. Karena

kepala tersebut telah rusak parah mukanya, maka Agrippina tidak dapat mengenalinya lagi

dari bentuk mukanya. Untuk mengenalinya Agrippina menyingkap bibir mayat tersebut dan

memeriksa giginya yang mempunyai ciri khas, yaitu gigi depan yang berwarna kehitaman.

Adanya ciri tersebut pada gigi mayat membuat Agrippina yakin bahwa kepala tersebut adalah

benar kepala Lollia. (en.wikipedia.org, 2012)

Pada tahun 1776, dalam suatu perang Bukker Hill terdapat korban Jendral Yoseph

Warren, oleh drg, Paul reveredapat dibuktikan bahwa melalui gigi palsu yang dibuatnya yaitu

berupa Bridge Work gigi depan taring kiri ke taring kanan yang ia buat sehingga drg. Paul

revere dapat dikatakan dokter gigi pertama yang menggunakan ilmu kedokteran gigi forensik

dalam pembuktian. (Lukman, 2006)

Pada tahun 1887 Godon dari perancis merekomendasikan penggunaan gigi untuk

identifikasi orang hilang. Untuk itu ia menganjurkan agar para dokter gigi menympan data

gigi para pasiennya, untuk berjaga-jaga jika kelak data tersebut diperlukan sebagai data

pembanding. (Atmadja, 2012)

Page 2: TINJUAN PUSTAKA

Kasus identifikasi personal yang terkenal adalah kasus pembunuhan Dr. George

Parkman, seorang dokter dari Aberdeen, oleh Profesor J.W. Webster. Pada kasus ini korban

dibunuh, lalu tubuhnya dipotong-potong kemudian dibakar di perapian. Polisi mendapatkan

satu blok gigi palsu dari porselin yang melekat pada potongan tulang. Dr. Nathan Cooley

Keep, seorang dokter bedah mulut memberikan kesaksian bahwa gigi palsu itu adalah bagian

dari gigi palsu buatannya pada tahun 1846 untuk Dr. Parkman yang rahang bawahnya amat

protrusi. (Lukman, 2006)

Pada tanggal 4 mei 1897, sejumlah 126 orang farisi dibakar sampai meninggal di

Bazaar de la Charite. Para korban sulit diidentifikasi secara visual karena umumnya dalam

keadaan terbakar luas dan termutilasi. Berdasarkan pemeriksaan Dr. Oscar Amoedo (dokter

gigi Kuba yang berpraktek di Paris) dan dua orang dokter gigi Perancis, Dr, Davenport dan

Dr. Braul yang melakukan pemeriksaan gigi-geligi para korban kemudian ternyata mereka

berhasil mengidentifikasikan korban-korban ini.

Pada tahun 1917 di dermaga Brooklyn ditemukan mayat yang kemudian dipastikan

sebagai wanita yang telah menghilang 8 bulan sebelumnya. Identifikasi pada kasus ini

ditegagkan berdasarkan temuan bridge pada gigi-geliginya.

Sekitar tahun 1960 ketika program instruksional formal kedokteran gigi forensik

pertama dibuat oleh Armed Force Institute of Pathology, sejak saat itu banyak kasus

penerapan odotologi forensik dilaporkan dalam literatur sehingga forensik odontologi mulai

banyak dikenal bukan saja di kalangan dokter gigi, tetapi juga di kalangan penegak hukum

dan ahli-ahli forensik.

2.2 RUANG LINGKUP ODONTOLOGI FORENSIK

Batasan dari forensik odontologi terdiri dari:

1. Identifikasi dari mayat yang tidak dikenal melalui gigi, rahang dan kraniofasial.

2. Penentuan umur dari gigi.

3. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark).

4. Penentuan ras dari gigi.

5. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan kekerasan.

6. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli.

7. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.

2.3 KEUNGGULAN METODE IDENTIFIKASI PEMERIKSAAN GIGI

Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan sbb:

Page 3: TINJUAN PUSTAKA

1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan pengaruh

lingkungan yang ekstrim.

2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi

menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.

3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi

(dental record) dan data radiologis.

4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan morfologis, yang

mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga apabila terjadi

trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu.

5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian bahwa gigi

manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.

6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400ºC.

7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang terbunuh

dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan giginya masih

utuh.

2.4 PERANAN ODONTOLOGI FORENSIK DALAM MENANGANI BENCANA

MASAL

Kematian yang tidak wajar atau tidak terduga, atau dalam kondisi bencana massal,

kerusakan fisik yang direncanakan, dan keterlambatan dalam penemuan jenazah, bisa

mengganggu identifikasi. Dalam kondisi inilah forensik odontologi diperlukan walaupun

tubuh korban sudah tidak dikenali lagi.

Identifikasi dalam kematian penting dilakukan, karena menyangkut masalah kemanusiaan dan

hukum. Masalah kemanusian menyangkut hak bagi yang meninggal, dan adanya kepentingan

untuk menentukan pemakaman berdasarkan agama dan permintaan keluarga. Mengenai

masalah hukum, seseorang yang tidak teridentifiksi karena hilang, tidak dipersoalkan lagi

apabila telah mencapai 7 tahun atau lebih. Dengan demikian surat wasiat, asuransi, masalah

pekerjaan dan hokum yang perlu diselesaikan, serta masalah status pernikahan menjadi tidak

berlaku lagi. Sebelum sebab kematian ditemukan atau pemeriksa medis berhasil

menentukan jenazah yang sulit diidentifikasi, harus diingat bahwa kegagalan menemukan

rekaman gigi dapat mengakibatkan hambatan dalam identifikasi dan menghilangkan semua

harapan keluarga, sehingga sangat diperlukan rekaman gigi setiap orang sebelum dia meninggal.

Page 4: TINJUAN PUSTAKA

2.5 ANATOMI DAN MORFOLOGI GIGI MANUSIA

a. Anatomi Gigi

Gigi manusia terdiri dari tiga :

Akar gigi, yang berfungsi menopang gigi dan merupakan bagian gigi yang terletak

didalam tulang rahang.

Mahkota gigi yaitu bagian gigi yang berada diatas ginggiva.

Leher gigi, yaitu bagian yang menghubungkan akar gigi dengan mahkota gigi

b. Struktur Gigi

Badan dari gigi terdiri dari :

1. Email, merupakan jaringan keras yang mengelilingi mahkota gigi dan berfungsi

membentuk struktur luar mahkota gigi dan membuat gigi tahan terhadap tekanan

dan abrasi. Email tersusun dari mineral anorganik terutama kalsium dan fosfor, zat

organ ic dan air.

2. Dentin, merupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan berwarna

kekuningan. Dentin bersifat lebih keras dari pada tulang tetapi lebih lunak dari

email. Dentin terdiri dari 70 % bahan organ ic, terutama Kalsium dan fosfor

serta 30 % bahan organic dan air.

3. Sementum, merupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan menutup

akar gigi. Sementum berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan ikat yang

memperkuat akar gigi pada alveolus. Sementum lebih lunak dari dentin dan terdiri

dari 50% bahan organic berupa Kalsium dan Fosfor dan 50% bahan organic.

4. Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian ruang

tengah pulpa dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh darah, syaraf, dan

sel pembentuk dentin. Pulpa berisi nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.

Page 5: TINJUAN PUSTAKA

Gambar 5. Struktur gigi.

2.6 NOMENKLATUR GIGI

Nomenklatur yang biasa dipakai adalah :

1. Cara Zsigmondy

2. Cara Palmer : cara yang paling mudah dan universal untuk dental record

Page 6: TINJUAN PUSTAKA

3. Cara Amerika : yaitu dengan menghitung dari atas kiri, ke kanan, ke bawahkanan,

lalu ke bawah kiri.

4. Cara Aplegate

Kebalikan dari cara Amerika yaitu dengan menghhitung dari atas kanan kekiri, kebawah kiri

lalu ke bawah kanan

5. Cara Haderup

6. System Scandinavian (tidak begitu banyak digunakan)

Page 7: TINJUAN PUSTAKA

7. Cara G.B.Denton

8. Cara FID (Federation Internationale Dentaire)

2.7 IDENTIFIKASI DENTAL PERBANDINGAN

Dogma sentral identifikasi dental yaitu bahwa gigi postmortem tetap dapat

dibandingkan dengan dental record antemortem, termasuk catatan tertulis, studycasts,

radiografi dll, untuk mengkonfirmasi identitas korban. Seseorang yang sering melakukan

perawatan gigi biasanya lebih mudah diidentifikasi daripada seseorang yang jarang

melakukan perawatan giginya. Pada gigi geligi tidak hanya dapat memperlihatkan perawatan

yang melekat atau tertinggal pada gigi korban sebagai sesuatu yang unik dan mudah dikenali,

juga dapat bertahan selama postmortem bahkan dapat menyebabkan perubahan atau

kerusakan pada jaringan tubuh yang lainnya.

Biasanya, tubuh manusia yang ditemukan dan dilaporkan kepada polisi yang

kemudian akan meminta pemeriksaan identifikasi dental. Biasanya terdapat benda pengenal

pada korban (misalnya dompet atau izin mengemudi) pada tubuh korban dan pada benda ini

mungkin terdapat catatan antemortem korban. Pada kasus lain, lokasi geografis dimana tubuh

korban ditemukan atau karakter fisik lain maupun bukti - bukti tak langsung mungkin dapat

membantu dalam membuat identitas diduga, biasanya dengan menggunakan data dari data

orang hilang. Dental record antemortem kemudian dapat diperoleh dari data seorang dokter

gigi.

Seorang dokter gigi forensic membuat dental record postmortem dengan menyusun

dan menuliskan gambaran struktur maupun gambaran radiologis dental yang didapatkan. Jika

catatan dental record antemortem tersedia pada saat itu, gambaran radiografis harus dilakukan untuk

membuat replikasi tipe dan sudutnya.

Page 8: TINJUAN PUSTAKA

Gambar 6. Contoh catatan dental postmortem

Setelah dental record postmortem telah lengkap, dapat dilakukan perbandingan

antara kedua catatan tersebut, postmortem dan antemortem. Diperlukan pemeriksaan

perbandingan yang sistematis dan metodik, dengan memeriksa setiap gigi dan struktur

disekitarnya walaupun ditemukannya suatu bentuk restorasi gigi merupakan point identifikasi

yang penting, banyak bagian oral lain yang dapat dinilai. Semakin banyak data ciri - ciri oral

yang ditemukan semakin berarti data yang dikumpulkan khususnya pada kasus dengan

restorasi gigi minimal. Dengan semakin menurunnya kasus karier gigi, maka kasus

nonrestorasi akan semakin sering ditemukan.

Gambar 7. Contoh perbandingan radiografi dental postmortem dan antemortem untuk

menentukan identitas.

Pola, bentuk dan ukuran perawatan gigi tampak dalam satu gambar radiografi (record)

yang kemudian dibandingkan dengan sifat dan karakteristik yang serupa pada gambar radiografi

lainnya. Pada kasus diatas, tampak bahwa kedua foto tersebut berasal dari orang yang sama,

menandakan identifikasi positif.

Page 9: TINJUAN PUSTAKA

Persamaan dan perbedaan yang didapatkan dari kedua dental record (postmortem dan

antemortem) harus dicatat. Ada dua jenis perbedaan, yaitu perbedaan yang dapat dijelaskan

dan perbedaan yang tidak dapat dijelaskan. Perbedaan yang dapat dijelaskan biasanya

berhubungan dengan waktu diantara dental record antemortem dan postmortem misalnya

terdapat ekstraksi gigi atau restorasi gigi. Perbedaan yang tidak dapat dijelaskan, misalnya

pada antemortem record tidak terdapat gigi sedangkan pada postmortem record terdapat gigi.

Beberapa kategori yang disarankan digunakan dalam menentukan hasil investigasi

identifikasi odontology forensik. American Board of Forensic Odontology

merekomendasikannya dalam 4 kesimpulan hasil, antara lain:

1. Positif Identification (identifikasi posistif) : jika dental record antemortem

dan postmortem memiliki kesesuaian untuk dapat diputuskan bahwa kedua data tersebut

berasal dari orang yang sama. Sebagai tambahan tidak terdapat perbedaan yang tidak

dapat dijelaskan.

2. Possible Identification (kemungkinan identifikasi) : jika pada dental record antemortem

dan postmortem memiliki bagian - bagian yang sesuai namun karena kualitas keadaan

sisa - sisa tubuh postmortem atau bukti antemortem sehingga tidak memungkinkan

mengambil keputusan identitas adalah positif.

3. Insufficient Evidence (barang bukti kurang) : jika data - data yang didapatkan tidak mencukupi

untuk menjadi dasar dalam mengambil keputusan.

4. Exclusion (pengecualian) : data antemortem dan postmortem jelas tidak sama.

2.8 PROFIL DENTAL POST MORTEM

Jika dental record antemortem tidak tersedia dan medote identifikasi lain tidak dapat

dilakukan, kedoteran gigi forensic dapat membantu mengurangi jumlah kemungkinan

populasi untuk mengidentifikasi jenasah. Metode ini dikenal sebagai profil dental

postmortem. Informasi yang didapatkan dari metode ini dapat membantu dalam

memfokuskan pencarian dental record antemortem. Dengan profil dental postmortem dapat

membantu dalam menemukan informasi mengenai umur, latar  belakang keturunan, jenis

kelamin dan status ekonomi. Pada beberapa kasus, metodeini dapat memberikan informasi

tambahan mengenai pekerjaan, kebiasaan konsumsimakanan, perilaku sehari - hari bahkan

penyakit gigi maupun penyakit sistemik.

Dengan profil dental postmortem dapat membantu mengenali jenis kelamin maupun

latar belakang individu. Pada dasarnya, dari bentuk tengkorak, seorang dokter gigi forensic

dapat membedakan ras dalam tiga kelompok besar yaitu : Kaukasoid, Mongoloid dan

Page 10: TINJUAN PUSTAKA

Negroid. Ciri tambahan pada gigi seperti tonjolan Carabelli, shovel-shape incisor, dan

multicusped premolar juga dapat membantu dalam membedakan ras. Penentuan jenis kelamin

biasanya dilakukan dengan melihat tampilan tengkorak, karena jenis kelamin tidak memberikan

bentuk morfologi ggi yang khas. Pemeriksaan mikroskopi gigi dapat membantu mengenali

jenis kelamindengan melihat ada atau tidak kromatin Y serta dengan pemeriksaan DNA.

Struktur gigi dapat memberikan informasi umur seseorang. Umur pada

anak (termasuk fetus dan neonatus) dapat ditentukan dengan analisa perkembangan gigi dan

membandingkannya dengan table perkembangan gigi geligi. Kesimpulan biasanya akurat

hingga sekitar 1,5 tahun. Tabel perbandingan yang biasa digunakanadalah table Ubelaker,

yang mengilustrasikan perkembangan gigi geligi dari umur 5 bulan antenatal hingga umur 35

tahun. Oleh karena itu, table ini memperlihatkan gambaran susunan gigi dari gigi susu, campuran

gigi susu dan permanen, hingga susunan gigi permanen. Gigi molar ketiga digunakan oleh beberapa

ahli gigi forensik yang menandakan usia dewasa muda. Terdapatnya tanda penyakit

periodontal, pemakaian berlebihan, multiple restoration, ekastraksi, dapat memberikan

informasi usia yang lebih tua. Beberapa ahli gigi forensic menggunakan pemeriksaan

rasemisasiasam aspartat, metode SEM-EDXA (pemeriksaan dentin untuk menentukan umur).

Beberapa penelitian terbaru di Amerika Serikat menggunakan panjang akar gigi dalam

menentukan usia pada anak.

Didapatkan erosi pada gigi mengarahkan pada penggunaan alkohol

atau penyalahgunaan zat sedangkan noda pada gigi mengarahkan pada kebiasaan

merokok, pengunaan tetrasiklin atau kebiasaan mengunyah sirih. Kualitas, kuantitas serta

adan tidaknya perawatan dental memberikan informasi status ekonomi atau kemungkinan

negara tempat tinggalnya. Jika profil dental postmortem tidak dapat menunjukkan

kemungkinan identitas jenazah maka dibutuhkan rekonstruksi tampilan individu saat hidup

dengan bantuan profil dental.

2.9 PENENTUAN USIA

a. Pendekatan Atlas (Morfologi)

Teknik ini menggunakan gambaran radiografi gigi dimana dapat dilihat perbedaan

tingkat mienralisasi pada setiap gigi. Dibandingkan mineralisasi tulang, proses

mineralisasi gigi kurang dipengaruhi oleh keadaan nutrisi danstatus endokrin,

sehingga memberikan informasi yang lebih akurat dalammenentukan umur.

1) Tables Schour and Massler. Table Schour dan Massler merupakan pendekatan atlas

yang klasik. Schour dan Massler menggambarkan 20 urutan perkembangan gigi

Page 11: TINJUAN PUSTAKA

dimulai sejak usia 4 bulan kelahiran hingga usia 21 tahun. Dilakukan

perbandingan perkembangan gigi seseorang dengan table hingga dapat

menentukan estimasi usia.

2) Moorrees et all, membuat tabel berdasarkan maturasi gigi permanen dalam 14

tingkat dimulai sejak awal pembentukan penonjolan gigi hingga penutupan apeks

sempurna, dan dibuat tabel berbeda untuk pria dan wanita.

3) Anderson et all, melanjutkan tabel Moorrees et all hingga gigi molar ketiga.

b. Sistem Skor

Demirjian et all menyederhanakan estimasi kronologi perkembangan gigi dalam 8

tingkat (A-H), dan membatasinya untuk 7 gigi pertama mandibula kiri.

Tabel perkembangan gigi Demirjian et all ini dibuat berbeda untuk anak laki - laki

dan perempuan. Untuk menentukan usia seorang anak kedelapan skor tersebut

dijumlahkan untuk mendapatkan kronologi usia.

Gambar 8. Tabel presentasi perkembangan gigi oleh Demirijian et all.

Penentuan umur pada orang dewasa :

a. Teknik Morfologi

1) Metode Gustaffson

Page 12: TINJUAN PUSTAKA

Penentuan umur berdasarkan table Gustaffson pada umumnya bermanfaat selama gigi

masih dalam masa pertumbuhan. Untuk memperkirakan umur seseorang setelah masa itu

digunakan 6 metode, antara lain :

1. Atrisi

Penggunaan gigi setiap hari membuat gigi mengalami keausan yang sesuai dengan

bertambahnya usia.

2. Sekunder dentin

Sejalan dengan adanya atrisi, maka di dalam ruang pulpa akan dibentuk sekunder

dentin untuk melindungi gigi, sehingga semakin bertambah usiamaka sekunder

dentin akan semakin tebal.

3. Ginggiva attachment

Pertambahan usia juga ditandai dengan besarnya jarak antara perlekatangusi dan

gigi.

4. Pembentukan foramen apikalis

Semakin lanjut usia, semakin kecil juga foramen apikalis.

5. Transparansi akar gigi

Semakin tua usia seseorang maka akar giginya semakin bening, hal ini

dipengaruhi oleh mineralisasi yang terjadi selama kehidupan.

6. Sekunder sement

Ketebalan semen sangat berhubungan dengan usia. Dengan bertambahnya usia

ketebalan sement pada ujung akar gigi juga semakin bertambah.

Setiap parameter diatas diberi skala berbeda (dari 1-3) dan dengan menjumlahkan

keenam parameter tersebut didapatkan perkiraan kronologi usia.

b. Teknik Radiografi

1) Kvaal et all mengembangkan teknologi untuk menentukan perkiraan umur menilai ukuran pulpa

gigi dari gambaran radiografi periapical dari tipe gigi : insisivus sentral dan lateral

maksila, kaninus, dan premolar pertama. Perkiraan umur berdasarkan jenis kelamin

dan perhitungan beberapa ratio panjang dan lebar pulpa untuk mengimbangi

pembesaran dan angulasi dari gambar gigi yang asli dengan gambaran radiografi.

2) Kvaal and Solheim juga mempresentasikan metode yang mengkombinasikan teknik

morfologi dan radiografi untuk menentukan perkiraan umur. Berdasarkan gigi yang

diukur, beberapa parameter yang dinilai : translusensiapical dalam mm (T), retraksi

Page 13: TINJUAN PUSTAKA

ligamentum periodontal dalam mm (P), panjang pulpa yang diukur dari gambar

radiografi (PL), panjang akar gigi yang diukur dari permukaan mesial gambar

radiologi (RL), lebar pulpa pada daerah cementoenal junction pada gambar radiografi

(PWC), lebar akar pada daerah cementoenal junction pada gambar radiografi (RWC),

lebar pulpa pada daerah pertengahan akar (RWM), lebar akar pada daerah

pertengahan akar (RWM).

 

c. Metode Asam Aspartat

Hapusan asam aspartat telah digunakan untuk menentukan usia berdasarkan pada

terdapatnya bahan tersebut pada dentin manusia. Komponen protein terbanyak pada tubuh

manusia berbentuk L-amino Acid, D-amino acid yang ditemukan pada tulang, gigi, otak

dan lensa mata. D-amino acid dipercaya mempunyai proses metabolisme yang lambat dan

tiap bagiannya mempunyai laju pemecahan yang lebih lambat dan mempunyai ratio

dekomposisi yang lebih lambat juga. Asam aspartat mempunyai kemampuan

penghapusan paling tinggi dari semua asam amino.

Pada 1976 Helfman dan Bada menggunakan informasi ini untuk

mempelajari perkiraan umur dengan membandingkan rasio D-Laspartat acid dengan 20

subyek dengan hasil bagus (r=0,979) rasio yang tinggi pada D/L rasio banyak

ditemukan pada usia muda dan menurun akibat pertambahan usia dan perubahan lingkungan.

Pada tahun 1990 Ritz et all melaporkan adanya asam aspartat pada dentin untuk

menentukan usia pada orang yang telah meninggal, berdasarkan hal tersebut metode ini

dapat menyediakan informasi yang lebih akurat tentang penentuan usia dibandingkan

dengan parameter yang lain.

Untuk penentuan usia digunakan persamaan linier sebagai berikut :

Ln (1+ D/L) / (1± D/L) = 2k (aspartat)t + konstanta

K : first order kinetic

t : actual age

Gigi yang digunakan dalam kasus ini adalah gigi seri tengah bagian bawah

dan premolar pertama. Mereka menemukan perkiraan umur yang lebih baik dari fraksi

total asam amino dengan membagi menjadi fraksi kolagen yang tidak larut dan fraksi

peptide. Dibandingkan dengan total asam amino, fraksi kolagen yang tidak larut dan

Page 14: TINJUAN PUSTAKA

fraksi peptide yang terlarut, mempunyai konsentrasi glutamine danasam aspartat yang

lebih tinggi.

2.10PENENTUAN JENIS KELAMIN

—-Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi geligi

menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya. Anderson mencatat bahwa

pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada

pria lebih dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk

membedakan jenis kelamin.

2.11PENENTUAN RAS

Gambaran gigi untuk Ras Mongoloid adalah sebagai berikut:

1. Shovel-shaped insisivus. Insisivus pada maksila secara nyata menunjukkan bentuk

sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9% ras kaukasoid dan 12% ras

negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop walaupun tidak terlalu jelas.

2. Dens evaginatus. Tuberkel asecoris pada permukaan oklusal premolar  bawah pada

1-4 % ras mongoloid.

3. Akar distal tambahan pada molar pertama mandibula ditemukan pada 20%

mongoloid dan hanya 1% pada kaukasoid.

4. Lengkungan palatum berbentuk elips dengan dasar yang lebih datar.

5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.

Gambar 10. Shovel-shaped incisors pada seorang wanita China.

Gambaran gigi untuk Ras Kaukasoid adalah sebagai berikut:

1. Cusp Carabelli, yakni berupa tonjolan tambahan pada permukaan mesiolingual yang

hampir selalu ditemukan pada gigi molar pertama permanen maksilaris dan pada gigi

susu molar kedua mandibularis.

Page 15: TINJUAN PUSTAKA

2. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari mandibula.

3. Maloklusi pada gigi anterior.

4. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola.

5. Dagu menonjol.

Gambar 10. Mesiongual cusps of Carabelli pada gigi molar pertama atas dari seorang ras

Caucasoid.

Gambaran gigi untuk Ras Negroid adalah sebagai berikut :

1. Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan

pada permukaan lingual.

2. Sering terdapat open bite.

3. Palatum lebar, hiperbolik, dengan dasar palatum sempit.

4. Sering didapatkan maloklusi klas III.

5. Palatum berbentuk lebar.

6. Protrusi bimaksila, tulang alveolar maksila dan mandibula menonjol dengan gigi seri

miring ke arah labium ras mongoloid dan non-Anglo Caucasoid juga dapat memperlihatkan

hal tersebut namun lebih sering ditemukan pada populasi negroid.

7. Sekitar 20 persen orang ras negroid sudah tidak menunjukkan ciri tersebut karena

telah terjadi perkawinan silang ras.

8. Tuberkulum intermedium, terdapat penonjolan tambahan diantara distolingual dan

mesiolingual pada gigi molar pertama.