tinjauan terhadap penggunaan klausula eksonerasi oleh pelaku usaha sms premium berlangganan dalam...

88
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009 BIDANG KEGIATAN PKM-GT Diusulkan Oleh : Nama Ketua : Muhammad Nur Udpa (B111 07173/ 2007) Nama Anggota : Istihanah Marwan (B111 07172/2007) A.Dewi Vitasary.P (B111 07 200/2007)

Upload: muhammad-nur-udpa

Post on 28-Jul-2015

570 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Adapun hal yang melatarbelakangi penulisan karya tulis ini yaitu untuk menjelaskan penggunaan klausula eksonerasi oleh pelaku usaha sms premium berlangganan dalam kaitannya dengan Permenkominfo No.1 Tahun 2009.Oleh karena itu,tujuan dari penulisan karya tulis ini untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya hak dari konsumen dan kewajiban bagi pelaku usaha, berdasarkan UUPK dan Permenkominfo No.1/2009 serta untuk mengetahui andil pemerintah dalam menangani dan menanggulangi kerugian yang dialami konsumen.

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI

OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM

KAITANNYA DENGAN PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

BIDANG KEGIATAN

PKM-GT

Diusulkan Oleh :

Nama Ketua : Muhammad Nur Udpa (B111 07173/ 2007)

Nama Anggota : Istihanah Marwan (B111 07172/2007)

A.Dewi Vitasary.P (B111 07 200/2007)

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2010

Page 2: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

HALAMAN PENGESAHAN

PKM-GT

1. Judul Kegiatan : Tinjauan Terhadap Penggunaan Klausula

Eksonerasi oleh Pelaku Usaha Sms

Premium Berlangganan dalam Kaitannya

dengan Permekominfo No.1 Tahun 2009

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( √ ) PKM-GT

3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Muhammad Nur Udpa

b. N I M : B 111 07 173

c. Jurusan : Ilmu Hukum

d. Universitas : Universitas Hasanuddin Makassar

e. Alamat rumah dan No.Tel/HP : Jl.Pampang 4 No.50/085255391161

f. Alamat email : [email protected]

4. Anggota pelaksana kegiatan : 3 Orang

5. Dosen Pendamping :

a. Nama Lengkap dan Gelar : DR.Oky D.Burhamzah,S.H.,M.H

b. N I P : 19650906 199002 2007

c. Alamat rumah dan No.Tel/HP : -

Makassar, 27 Februari 2010

Menyetujui

Pembantu Dekan III Fak.Hukum Ketua Pelaksana

DR.Farida Patittingi,S.H.,M.Hum Muhammad Nur Udpa

NIP. 1967 1231 1191032.002 NIM B 111 07 173

Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

Universitas Hasanuddin

Ir. Nasaruddin Salam, S.T., M.T Dr.Oky D.Burhamzah,S.H,M.H

NIP. 131 570 852 NIP.19650906 199002 2007

Page 3: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Rasulullah SAW yang telah

mengeluarkan manusia dari lembah kebodohan menuju zaman peradaban.

Dalam ajang Program Kreatifitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ini kami

mengambil judul “Tinjauan Penggunaan Klausula Eksonerasi oleh Pelaku Usaha

Sms Premium Berlangganan dalam kaitannya dengan Permenkominfo No.1

Tahun 2009”.Teknologi informasi menjadi kebutuhan yang mendasar bagi kita

pada saat ini,baik dalam lingkup sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan budaya.

Pada saat ini, kebutuhan akan informasi dari seluruh belahan dunia dengan mudah

didapatkan. Kecanggihan alat-alat komunikasi ini tentu tak lepas dari peran

penyedia layanan komunikasi. Salah satu alat komunikasi yang telah akrab di

telinga kita yaitu telepon genggam.

Namun seringkali terjadi hal-hal yang merugikan bagi konsumen dan parahnya,

konsumen tersebut tidak mengetahui kepada siapa ia dapat meminta

pertanggungjawaban atas kerugian yang dideritanya.

Oleh karena itu, diperlukan adanya jaminan yang dapat memberikan kedudukan

yang lebih kuat bagi konsumen dan perlindungan terhadap hak konsumen dan

kewajiban bagi pelaku usaha.Salah satunya yaitu kerugian yang timbul dari “sms

premium berlangganan” yang lagi marak di kalangan masyarakat

Kami sadar karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami

senantiasa membuka ruang kritik dan saran membangun untuk mengupas tuntas

segala kekurangan sehingga karya tulis ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata,

kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan dalam penyusunan karya tulis ini.

1. Rektor dan segenap jajaran Pembantu Rektor Universitas Hasanuddin

2. Dekan Fakultas Hukum Unhas

Page 4: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

3. Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Unhas DR.Farida

Patittingi,S.H.,M.Hum.

4. Orang tua kami tercinta atas segala pengorbanan, kasih sayang, dan doanya

5. Para Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin atas dukungan dan

bimbingannya

6. DR.Oky D.Burhamzah,S.H,M.H,selaku pembimbing

7. Para Pegawai Administratif Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

8. Rey Pratama atas bantuan dan dukungannya

9. Kawan – kawan Ekstradisi O7

10. Rekan-rekan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Unhas, Asian Law

Students’ Association (ALSA) Lembaga Penelitian dan Penalaran Karya Tulis

Ilmiah (LP2KI),LPMH(Lembaga Pers Mahasiswa),Gojukai.

11. Semua pihak yang telah membantu yang tidak sempat kami sebutkan satu

demi satu

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas segala

bantuan dan perhatiannya kepada kami dengan limpahan rahmat-Nya. Amin yaa

Rabbal Alamin.

Makassar,Februari 2010

Tim Penulis

Page 5: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................. i

Lembar Pengesahan....................................................................................... ii

Kata Pengantar............................................................................................... iii

Daftar isi......................................................................................................... v

Ringkasan....................................................................................................... vi

A.PENDAHULUAN..................................................................................... 1

Tujuan Penulisan................................................................................. 2

Manfaat Penulisan.............................................................................. 2

B.GAGASAN……………………………………………………………… 2

Hak konsumen dan kewajiban bagi pelaku usaha(UUPK dan

Permenkominfo No.1 tahun 2009)..................................................... 2

Eksistensi Permenkominfo No.1 tahun 2009 dalam mengatur jasa

penyelenggara sms premium berlangganan....................................... 7

Penyelesaian sengketa berdasarkan UU No.8 tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen..................................................................... 9

C.KESIMPULAN…………………………………………………………. 11

Daftar Bagan

Bagan 1 (Biaya/Tarif)………………………………………………. 4

Bagan 2 (Alasan-alasan dirugikan)…………………………………. 5

Bagan 3 (Pengaduan keluhan)………………………………………. 6

Bagan 4 (Yang pernah mengadukan)………………………………. 6

Bagan 5 (Alasan tidak mengadukn)………………………………… 7

Bagan 6 (Alur penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK)….. 13

Daftar Pustaka

Daftar Riwayat Hidup

Lampiran

Page 6: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

RINGKASANKarya Tulis yang berjudul “Tinjauan penggunaan klausula eksonerasi oleh pelaku usaha sms premium berlangganan dalam kaitannya dengan Permekominfo No.1 Tahun 2009” karya Muhammad Nur Udpa (B 111 07 173 ), Istihanah Marwan(B 111 07 172), dan A.Dewi Vitasary.P(B 111 07 200)

Adapun hal yang melatarbelakangi penulisan karya tulis ini yaitu untuk menjelaskan penggunaan klausula eksonerasi oleh pelaku usaha sms premium berlangganan dalam kaitannya dengan Permenkominfo No.1 Tahun 2009.Oleh karena itu,tujuan dari penulisan karya tulis ini untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya hak dari konsumen dan kewajiban bagi pelaku usaha, berdasarkan UUPK dan Permenkominfo No.1/2009 serta untuk mengetahui andil pemerintah dalam menangani dan menanggulangi kerugian yang dialami konsumen.

Hal ini berdasarkan realita yang terjadi di masyarakat,saat ini dikenal adanya sms premium berlangganan, awalnya layanan ini hanya digunakan untuk voting saja, namun layanan ini terus berkembang dengan konten-konten yang sangat menarik. Sampai saat ini, sebagian besar pengguna telepon seluler di Indonesia menggunakan layanan ini. Namun,menurut hasil survei yang dilakukan oleh penulis, lebih dari 60% konsumen menjawab bahwa pelaku usaha/penyelenggara sms premium berlangganan melakukan wanprestasi dalam mengiklankan jasa sms premium berlangganan tersebut karena tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan dalam bentuk iklan.Meskipun telah secara jelas telah diatur dalam Permenkominfo No.1/2009, implementasinya pada iklan-iklan yang menawarkan sms berlangganan masih bisa menimbulkan kerugian pada konsumen.Oleh karena itu,diperlukan tindakan nyata dari pemerintah untuk memberi perlindungan kepada konsumen dan mengadili para pelaku usaha yang telah merugikan konsumen.

Dalam karya tulis ini,penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui metode penelitian kepustakaan melalui buku-buku, media massa, serta situs internet yang sesuai dengan masalah yang dibahas,selain itu penulis juga melakukan pembagian kuisioner kepada responden. Sementara data-data yang penulis peroleh diolah dengan teknik content analysis untuk menghasilkan kesimpulan.

Berdasarkan analisis terhadap data-data diperoleh hasil sebagai berikut:(1)Melihat permasalahan yang terjadi di masyarakat terkait dengan SMS Premium berlangganan, maka sebaiknya masyarakat dapat menggunakan layanan SMS Premium berlangganan sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.(2) Kode etik IMOCA dirasakan lebih spesifik jika dibandingkan dengan Permenkominfo No.1/2009. Diharapkan kedepannya kode etik IMOCA dapat menjadi standar baku terhadap penyedia/penyelenggara sms berlangganan.Jika Permenkominfo No.1/2009 direvisi dengan menambahkan beberapa klausula yang terdapat pada IMOCA yang mengatur tentang tata cara promosi sms berlangganan dan hal-hal tidak dibolehkan dalam konten sms berlangganan. Maka kerugian konsumen dapat diminimalisasi baik sebelum dan setelah melakukan aktivasi sms berlangganan. (3)Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang BPSK menyebabkan sedikitnya masyarakat yang mengadu. Suatu hal yang perlu menjadi sorotan pula, yakni kewenangan BPSK yang dirasakan belum dilaksanakan secara maksimal.Adapun saran yang kami rekomendasikan dalam penulisan ini, yaitu Sebagai alternative dalam menstimulus masyarakat untuk lebih memperhatikan pemenuhan haknya maka pemerintah dapat mengadakan sebuah small court yang dibawahi oleh Pengadilan negeri setempat, namun dalam prosesnya hanya terbatas di tingkat pertama saja. Keberadaan small court dapat pula menjadi salah satu solusi untuk menutupi kekurangan eksistensi BPSK.

Page 7: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

A. PENDAHULUAN

Pembangunan dan modernisasi akan senantiasa menyertai kehidupan manusia. Suatu hal yang wajar dari sebuah peradaban manusia yang selalu menginginkan adanya inovasi dan kemudahan dalam menjalankan kehidupan. Konsekuensi yang terjadi adalah semakin kompleksnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Salah satu bagian dari pembangunan dan modernisasi itu terjadi dibidang komunikasi.

Salah satu fungsi komunikasi yaitu sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, gagasan, maupun informasi kepada orang lain. Komunikasi bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung, dalam hal ini komunikasi tak langsung memerlukan alat bantu dalam proses pelaksanaannya. Perkembangan alat bantu dalam berkomunikasi ini terus mengalami perkembangan dari masa kemasa, hal tersebut dapat dilihat dari kecanggihan dan kekompleksan komunikasi yang telah ada. Pada saat ini, kebutuhan akan informasi dari seluruh belahan dunia dengan mudah didapatkan. Hal tersebut ditunjang oleh kecanggihan alat-alat komunikasi yang telah ada. Kecanggihan alat-alat komunikasi tentu tak lepas dari peran penyedia layanan komunikasi. Salah satu alat komunikasi yang telah akrab di telinga kita yaitu telepon genggam (www.wikipedia.com). Meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan informasi yang lebih efektif dan efisien, melalui ketersediaan alat-alat komunikasi, memacu perusahaan telepon genggam berlomba-lomba dalam mengeluarkan berbagai jenis tipe telepon genggam dengan keunggulannya masing-masing.

Tidak jauh berbeda dengan para pelaku usaha telepon genggam, operator jaringan seluler, turut serta berlomba-lomba dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen yang membutuhkan informasi yang efektif dan efisien. Upaya memperbesar pasar operator jaringan seluler dapat dilihat dengan banyaknya inovasi yang dilakukan oleh pelaku usaha, misalnya maraknya pelaku usaha menawarkan layanan sms maupun telepon gratis serta berbagai kemudahan dalam melakukan pengisian pulsa.

Sekarang ini, telepon genggam tidak hanya sekedar digunakan untuk melakukan komunikasi lisan (panggilan suara). Namun, komunikasi tulis yang lebih akrab dengan short message servis (SMS). Saat ini kebanyakan pengguna telepon genggam dapat dikatakan menggunakan layanan suara dan sms. Berbagai produk dan fitur yang menarik, menyebabkan beberapa kalangan tertentu melihat peluang bisnis yang menjanjikan.

Salah satunya yaitu menyediakan jasa sms premium perlangganan (www.wikipedia.com). Hadirnya sms premium berlangganan ini mulai menjamur di karenakan para pelaku usaha menggunakan gaya komunikasi yang persuasif dalam mempromosikan jasa yang mereka tawarkan, sehingga menarik minat para konsumen. Salah satu teknik jitu pelaku usaha untuk menggait konsumen yaitu dengan menampilkan orang-orang yang populer atau menampilkan komunikator yang populer dikalangan masyarakat dalam bentuk promosi berupa iklan yang ditayangkan di media elektronik. Penyampaian iklan tersebut kepada masyarakat merupakan suatu proses komunikasi dimana iklan menjadi pesan yang disampaikan kepada masyarakat dan memberikan efek tertentu kepada masyarakat, dengan kata lain menarik minat beli dari pihak konsumen.

Namun, sangat disayangkan ketika konsumen mulai merasa dirugikan dengan adanya misrepresentatif terhadap pelaku usaha penyedia jasa sms premium berlangganan yang dipromosikan melalui iklan. Kerugian tersebut dialami konsumen di Indonesia disebabkan karena tergiur oleh iklan sms premium berlangganan yang dipromosikan dalam bentuk iklan dan brosur, sedangkan iklan atau brosur tersebut tidak selamanya

Page 8: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

memuat informasi yang benar, karena pada umumnya menonjolkan kelebihan produk yang diinformasikan sebaliknya kelemahan produk tersebut ditutup-tutupi.

Dari data yang dimiliki BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia), pengaduan terbanyak dari masyarakat sepanjang 2009 adalah mengenal banyaknya nomor SMS, yakni 150 pengaduan. Laporan kedua adalah kesulitan konsumen untuk berhenti berlangganan atas layanan konten SMS berlangganan yang disediakan penyelenggara konten, yakni 80-an pengaduan. Ketiga dan keempat adalah mengenal jaringan operator yang kurang bagus, serta promosi yang tidak sesuai dengan kenyataan atau promo operator seluler yang menutupi kelemahannya. Namun, yang ketiga dan keempat tidak dominan. Pengaduan yang dominan mengenal SMS penipuan dan kesulitan unreg atau berhenti berlangganan layanan dari penyedia konten data berlangganan (www.bataviase.co.id).

Informasi yang diperoleh konsumen melalui brosur atau iklan dapat menjadi alat bukti yang dipertimbangkan oleh hakim dalam gugatan konsumen terhadap para pelaku usaha. Bahkan tindakan pelaku usaha yang berupa penyampaian informasi melalui iklan, secara tidak benar yang merugikan konsumen, dikategorikan sebagai wanprestasi. Karena, iklan dianggap sebagai penawaran dan janji janji yang bersifat perjanjian, sehingga isi iklan tersebut dianggap diperjanjikan dalam ikatan jual-beli meskipun tidak dinyatakan secara tegas (Ahmadi Miru & Sutarman Yodo.Hal 55.Hukum perlindungan konsumen. Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 103/Pdt.G/1997/PN.Jak-Sel). Atas dasar itulah iklan sms premium berlangganan dapat disebut sebagai suatu perjanjian jual beli antara pengirim sms, selaku konsumen, dengan penyelenggara sms, selaku pelaku usaha.

Tujuan dan Manfaat PenulisanAdapun tujuan dari penulisan ini adalah:

a. Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya hak dari konsumen dan kewajiban bagi pelaku usaha, berdasarkan UUPK dan Permenkominfo No.1/2009.

b. Untuk mengetahui andil pemerintah dalam menangani dan menanggulangi kerugian yang dialami konsumen.

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:a. Hasil penulisan ini diharapkan mampu menggambarkan terpenuhi atau tidaknya

hak dari konsumen dan kewajiban bagi pelaku usaha, berdasarkan UUPK dan Permenkominfo No.1/2009.

b. Hasil penulisan ini pula diharapkan memberi kontribusi kepada kepemerintah, dalam hal ini kerugian yang dialami konsumen pengguna sms premium berlangganan.

Page 9: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

B. GAGASAN

Hak konsumen dan kewajiban bagi pelaku usaha (berdasarkan Undang Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) dan Permenkominfo No.1/2009)

Layanan SMS Premium Berlangganan dapat terselenggara dengan adanya kerja sama antara operator telekomunikasi dengan fixed wireless dan seluler dengan content provider. SMS Premium Berlangganan mulai berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi SMS. Perlahan tetapi pasti, layanan ini mulai menggeser layanan lainnya yaitu premium call yang dulunya membanjiri pasar. SMS Premium Berlangganan mulai dikenal oleh masyarakat ketika acara realitas membanjiri pertelevisian. Awalnya layanan ini hanya digunakan untuk voting saja, namun layanan ini terus berkembang dengan konten-konten yang sangat menarik. Sampai saat ini, sebagian besar pengguna telepon seluler di Indonesia menggunakan layanan ini.

Jika dihitung-hitung berapa pemasukan operator dari layanan konten ini, hingga tahun 2010 diperkirakan industri ini di Indonesia akan melonjak 100% dengan market ravenue mencapai angka triliunan. Jika dibandingkan dengan jumlah konten provider yang menyediakan layanan ini di Korea dan Jepang yang mencapai angka 10 ribu tentunya jumlah konten provider penyelenggara layanan ini di Indonesia yang berkisar 200-500 masih belum seberapa, namun jelas masih menunjukkan potensi perkembangan layanan ini.

Untuk menggunakan layanan ini, konsumen harus memiliki short number yang biasanya terdiri dari 4 digit atau dikenal juga dengan sebutan Abbreviated Dialling Number (ADN). Secara umum, tipe layanan berbasis SMS ini dikelompokan menjadi dua yaitu:

1. SMS Pull adalah layanan SMS berbasis request, jadi hanya ketika diminta maka informasi via SMS tersebut akan dikirim ke pengguna ponsel. Layanan yang biasa menggunakan model ini seperti ini adalah kuis, polling, atau information on demand.

2. SMS Push, adalah layanan berbasis langganan dengan cara pendaftaran terlebih dahulu. Biasanya layanan ini di dahulukan dengan kata ‘REG’. Selanjutnya selanjutnya secara rutin penyelenggara konten akan mengirimkan SMS secara rutin ke pelanggan tersebut. Dan baru akan berhenti ketika pelanggan mengirim permohonan yang biasanya diawali dengan kata ‘UNREG’(www.bataviase.co.id)

Layaknya berbagai pelaku usaha yang mengiklankan berbagai produk unggulannya, sms premium berlangganan juga turut serta dalam meramaikan dunia periklanan. Iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Tanpa pesan, iklan tidak akan berwujud. Pesan yang disampaikan oleh sebuah iklan, dapat berbentuk perpaduan antara pesan verbal (pesan yang disampaikan secara lisan maupun tulisan) dan pesan non verbal.

Di mata hukum, iklan dapat pula menjadi salah satu alat bukti yang dipertimbangkan oleh hakim dalam gugatan konsumen terhadap pelaku usaha, dengan dasar tuntutan wanprestasi. Iklan dianggap sebagai penawaran dan janji-janji yang bersifat perjanjian, sehingga isi iklan tersebut dianggap diperjanjikan dalam ikatan jual beli meskipun tidak dinyatakan secara tegas (Ahmadi Miru & Sutarman Yodo.Hal 56.Hukum perlindungan konsumen. Keputusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 502/PDT.G/1991/PN.SBY). Namun, sangat disayangkan ketika iklan yang ditanyangkan dalam media cetak maupun elektronik terkadang tidak sesuai dengan kenyataan dalam penggunaan kesehariannya.

Page 10: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Salah satu contoh yang sering terlihat yaitu, sms premium berlangganan terkadang menampilkan biaya yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh penulis, lebih dari 60% konsumen menjawab bahwa pelaku usaha/penyelenggara sms premium berlangganan melakukan wanprestasi dalam mengiklankan jasa sms premium berlangganan tersebut karena tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan dalam bentuk iklan. Jika representasi tentang fakta dalam iklan adalah salah, yang diharapkan untuk membujuk pembelian barang yang diiklankan, dan bujukan pembelian tersebut merugikan pembeli, serta dibuat atas dasar tindakan kecurangan dan penipuan sering disebut dengan false advertising.

Berdasarkan UUPK Pasal 12, yang menyatakan bahwa, “Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan.”

Pelaku usaha dilarang melakukan hal tersebut, untuk menghindari kekacauan tertib perdagangan dan iklim usaha yang tidak sehat, disamping melindungi konsumen dari kegiatan menyesatkan. Atas perilaku yang tidak benar seperti itu, dengan sendirinya dikualifikasi sebagai perbuatan melawan hukum, disamping dapat juga dituntut melakukan wanprestasi.

Biaya/tarif

tidak sesuai (61%)

sesuai (19%)

tidak menjwb (21%)

Jika dilihat secara terperinci, metode yang digunakan sebagian besar pelaku usaha sms premium berlangganan dalam prosedur pembuatan perjanjian adalah secara sepihak yang lebih dikenal dengan sebutan klausula baku. Menurut Undang Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) Pasal 1 angka 10, klausula baku adalah:

Klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

Dalam penggunaan kontrak baku/klausula baku, kebebasan untuk melakukan kontrak serta pemberian kesepakatan terhadap kontrak tersebut tidak dilakukan sebebas dengan

Page 11: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

perjanjian yang dilakukan secara langsung dengan melibatkan para pihak dalam menegosiasikan klausula perjanjian.

Kebebasan pelaku usaha dalam menetapkan secara sepihak perjanjian yang akan disepakati oleh kedua belah pihak (pelaku usaha - konsumen), terkadang dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk melalaikan atau mengalfakan dirinya dalam menunaikan kewajibannya sebagai pelaku usaha. Perbuatan tersebut lebih dikenal sebagai klausula eksonerasi dimana salah satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melanggar hukum. (Ahmadi Miru & Sutarman Yodo.Hal 114. Hukum perlindungan konsumen. Mariam Darus Badrulzaman. Aneka Hukum Bisnis) Penyelenggara sms premium berlangganan merupakan salah satu contoh nyata yang menggunakan klausa eksonerasi. Dapat dibuktikan dari banyaknya konsumen yang merasa dirugikan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil survei penulis.

pengir

iman

lebih dari

satu ka

li

prosed

urnya

berbeli

t beli

t

sulit

me-non ak

tifkan

penge

naan biay

a pen

daftara

n dan pem

berhen

tian0

10203040506070

YaTidakTidak menjawab

Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat bahwa terjadi pelanggaran hukum berdasarkan Permenkominfo Nomor 1/2009. Pada pasal 14 yang berbunyi:

Dalam hal pengguna meminta untuk berhenti berlangganan (deaktivasi) jasa pesan premium, penyelenggara jasa pesan premium wajib menghentikan layanannya segera setelah permintaan berhenti berlangganan (deregistrasi/deaktivasi) diterima dengan lengkap.

Sebanyak 54% responden, menyatakan bahwa sms premium berlangganan yang mereka ikuti sangat sulit untuk diberhentikan walaupun konsumen telah mengirim sms pemberhentian (deregistrasi/deaktivasi) secara tepat.

Terlebih pula, jika saja konsumen mengirimkan pembatalan secara tidak tepat, pelaku usaha seharusnya memberikan informasi melalui sms atau mms mengenai cara pemberhentian secara tepat tanpa dikenakan biaya berdasarkan Permenkominfo Nomor 1/2009. Sedangkan 53% responden, menyatakan sebaliknya, mereka merasa penyelenggara sms premium berlangganan menyulitkan konsumen untuk memberhentikan langganan tersebut.

Page 12: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Pasal 15 yang berbunyi:Penyelenggara jasa pesan premium dilarang mengenakan biaya pendaftaran (registrasi/aktivasi) berlangganan.

Sedangkan sebanyak 37% konsumen, menyatakan bahwa sms premium berlangganan yang mereka ikuti membebankan biaya pendaftaran berlangganan.Berdasarkan UUPK pasal 4, konsumen selayaknya memiliki kurang lebih delapan macam hak, salah satunya yaitu mengenai hak untuk memperoleh informasi, hak untuk mendapatkan barang sesuai dengan nilai tukar yang diberikan, dan hak untuk didengar.

Namun, sebagian besar penyelenggara sms premium berlangganan memberikan informasi secara tidak tepat dengan tidak mencantumkan hal-hal apa saja yang seharusnya konsumen ketahui. Seperti halnya, tarif dan proses pemberhentian layanan yang telah dipaparkan sebelumnya. Padahal tidak memadainya informasi yang didapatkan konsumen merupakan salah satu bentuk cacat produk, yaitu yang dikenal dengan cacat intruksi atau cacat karena informasi yang tidak memadai.

Selain itu pula sebagian besar penyelenggara sms premium berlangganan tidak mencantumkan call center/customer care atau layanan pengaduan yang dapat digunakan oleh konsumen yang membutuhkan. Hal tersebut dapat dilihat dari 67% responden menyatakan tidak mengetahui secara pasti lembaga yang menaungi pengaduan keluhan konsumen terhadap sms premium berlangganan. Padahal penyediaan call center/customer care atau layanan pengaduan dapat digunakan konsumen untuk menghindarkan diri dari kerugian. Hak ini pula dapat berupa pertanyaan pertanyaan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan produk-produk tertentu apabila informasi yang diperoleh tentang produk tersebut kurang memadai, ataukah berupa pengaduan atas adanya kerugian yang telah dialami akibat penggunaan suatu produk, atau yang berupa pernyataan/pendapat tentang suatu kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan konsumen.

pengaduhan keluhan

mengadutidak mengadu

Kurangnya call center/customer care atau layanan pengaduan yang disediakan oleh penyelenggara menyebabkan 73% responden pengguna sms premium berlangganan menyatakan tidak pernah mengadukan ataupun menanyakan perihal sms premium berlangganan yang mereka ikuti.

Page 13: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

yang pernah mengadukan

yatidak

0

10

20

30

40

50

60alasan tidak mengadukan

Eksistensi Permenkominfo No.1/2009 dalam mengatur jasa penyelenggara sms premium berlangganan

Regulasi terhadap aturan penyelenggaraan sms berlangganan yang dituangkan dalam Permenkominfo No.1/2009 merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk menjaga kesinambungan industri telekomunikasi. Namun tetap memperhatikan perlindungan konsumen mengingat era broadband sudah di depan mata dan posisi konten akan menjadi signifikan. Selain adanya kode etik yang dimiliki oleh Indonesia Mobile Content and Online Content Provider Association (IMOCA) dan perjanjian kerjasama (PKS) antara penyelenggara sms berlangganan dengan para operator.

Implementasi dari Permenkominfo No.1/2009 diserahkan sepenuhnya kepada Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) untuk mengawasi dan memberikan sanksi administratif berupa pencabutan izin dan larangan untuk menyelenggarakan jasa sms premium berlangganan terhadap pelanggaran terhadap Permenkominfo No. 1/2009. Hal ini berbeda dengan praktik sebelum diberlakukannya Permenkominfo No. 1/2009 dimana izin untuk penyelenggaraan sms berlangganan diberikan oleh para operator sehingga BRTI hanya bisa mengeluarkan peringatan dan meminta operator mencabut kode akses para penyelenggara konten tersebut.

Page 14: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Berdasrakan data BRTI, pengaduan terbanyak dari masyarakat pengguna seluler adalah SMS penipuan dan kesulitan deaktivasi (unreg) atau berhenti berlangganan layanan dari penyedia konten data berlangganan (http://bataviase.co.id). Menanggapi kesulitan dalam deaktivasi sms berlangganan sudah sepatutnya para penyelenggara memberikan pendidikan konsumen tentang prosedur berlangganan melalui iklan-iklan yang menawarkan konten-konten sms berlangganan.

Iklan sebagai salah satu bentuk informasi, merupakan alat bagi penyelenggara sms premium berlangganan untuk memperkenalkan konten-kontennya serta mempengaruhi masyarakat untuk melakukan aktivasi berlangganan. Namun timbul masalah ketika iklan tersebut tidak selamanya memberikan informasi yang benar atau lengkap tentang sms berlangganan tersebut, sehingga masyarakat selaku konsumen dapat saja dirugikan. Sebuaah iklan sms premium berlangganan seharusnya menyebutkan secara jelas tentang besaran tarif, layanan, cara deaktivasi, dan nomor call center.

Meskipun telah secara jelas telah diatur dalam Permenkominfo No.1/2009, implementasinya pada iklan-iklan yang menawarkan sms berlangganan masih bisa menimbulkan kerugian pada konsumen. Sebab keterangan mengenai biaya per konten, frekuensi pengiriman konten, cara deaktivasi dan akses call centre yang belum cukup jelas. Terbukti dengan informasi mengenai hal-hal tersebut sangat kecil dan sulit untuk dibaca oleh masyarakat sehingga yang ditampilkan hanyalah kelebihan-kelebihan dari konten-konten yang ditawarkan oleh penyelenggara sedangkan prosedur yang ditampilkan kurang lengkap sehingga dapat menyesatkan.

Ikatan Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile (Hal ini tercakup pula pelaku usaha sms premium berlangganan) dalam kode etiknya mengatur tentang prosedur iklan yang harus ditaati oleh para anggotanya guna menjaga persaingan usaha yang sehat antara penyedia layanan konten mobile dan pemenuhan perlindungan konsumen. Dalam salah satu klausulanya disebutkan bahwa informasi tentang prosedur berlangganan dalam sebuah iklan layanan konten harus 30 persen atau lebih dari iklan yang ditayangkan. Namun ketentuan tersebut hanya berlaku terhadap anggota IMOCA saja, sedangkan masih banyak penyedia konten yang belum menjadi anggota IMOCA.

Kode etik IMOCA dirasakan lebih spesifik jika dibandingkan dengan Permenkominfo No.1/2009. Diharapkan kedepannya kode etik IMOCA dapat menjadi standar baku terhadap penyedia/penyelenggara sms berlangganan. Jika Permenkominfo No.1/2009 direvisi dengan menambahkan beberapa klausula yang terdapat pada IMOCA yang mengatur tentang tata cara promosi sms berlangganan dan hal-hal tidak dibolehkan dalam konten sms berlangganan. Maka kerugian konsumen dapat diminimalisasi baik sebelum dan setelah melakukan aktivasi sms berlangganan.

Kandungan aturan dalam IMOCA menetapkan bahwa layanan konten mobile berlangganan, pada reply konfirmasi berlangganan mewajibkan pencantuman informasi tarif layanan, frekuensi pengiriman, akses customer care, dan cara berhenti berlangganan. Selain itu IMOCA telah membatasi pengiriman konten melebihi dari Rp. 5,000 per hari atau maksimum 5 kali push konten untuk masing-masing jenis Layanan Konten Mobile Berlangganan. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, sebanyak 54% responden yang menyatakan bahwa penyelenggara sms premium berlangganan menyulitkan para konsumen untuk memberhentikan layanan yang mereka ikuti akibat meminta keyword yang tepat untuk memberhentikan layanan tersebut. Banyaknya keluhan tersebutlah yang mungkin membuat IMOCA, mencantumkan beberapa aturan yang memudahkan konsumen untuk memberhentikan layanan tersebut.

Page 15: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Aturan-aturan tersebut mencakup mengenai prosedur berhenti. Layanan konten mobile berlangganan harus dapat dilakukan oleh Konsumen dengan metode yang mudah dan disediakan melalui cara otomatis maupun manual, bila konsumen mengirimkan sms berisi pesan STOP (ataupun STOP yg diikuti dengan keyword lain), maka harus menghentikan pengiriman semua layanan konten mobile berlangganan yang terdaftar pada Perusahaan penyedia layanan konten mobile terkait kepada konsumen tersebut, perusahaan penyedia layanan konten mobile berkewajiban memonitor pesan-pesan yang masuk dari konsumen, bila terdapat  pesan yang berisi indikasi untuk menghentikan layanan, maka Perusahaan penyedia layanan konten mobile berkewajiban secara proaktif menghentikan semua layanan konten mobile berlangganan kepada konsumen tersebut selambatnya dalam  5 hari kerja.

Oleh sebab itulah, ditinjau dari kelebihan dari aturan yang dimiliki oleh kode etik IMOCA jika dibandingkan dengan Permenkominfo No.1 2009, menurut penulis, merasa pentingnya penerbitan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan konsumen, dalam hal ini pengguna sms premium berlangganan, secara spesifik.

Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Undang Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)

Selain kurangnya pasal-pasal yang mengatur mengenai proses layaknya penyediaan jasa sms premium berlangganan dalam Permenkominfo No.1 2009, terdapat pula kelemahan lainnya yaitu mengenai penyelesaian sengketa terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen pengguna jasa sms premium berlangganan yang tidak dituangkan secara jelas dalam aturan tersebut.

Jika dikaitkan dalam penyelesaian sengketa dengan menggunakan Undang Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). UUPK memberi dua macam ruang untuk penyelesaian sengketa konsumen yaitu penyelesaian sengketa melalui diluar pengadilan dan penyelesaian didalam pengadilan. Berdasarkan pemaparan pasal 45 ayat (1) UUPK, penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan dapat ditempuh dengan dua cara yaitu penyelesaian tuntutan ganti kerugian seketika dan penyelesaian ganti kerugian melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

Tahapan penyelesaian perkara mengenai sms premium berlangganan, berdasarkan UUPK, diawali dengan penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan jika tidak menemui titik temu dapat diselesaikan didalam pengadilan. Adapun tahapan diluar pengadilan diawali melalui ganti kerugian seketika, dimana konsumen yang merasa dirugikan dapat menuntut secara langsung penggantian kerugian kepada pelaku usaha dan pelaku usaha harus memberi tanggapan dan atau penyelesaian dalam jangka waktu tujuh hari setelah transaksi berlangsung. Jika tahap ini tidak dapat menemukan titik temu maka dilakukan langkah-langkah pelimpahan kepada BPSK. Dari bagan alur penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK, ada 3 cara yang dilakukan dalam menindaklanjuti penyelesaian sengketa konsumen. (Lihat Bagan I. Hal 14)

Pertama konsiliasi dimana bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan, supaya kedua belah pihak dapat melewati perselisihan tersebut. Karena proses konsiliasi memperbolehkan kedua belah pihak yang berselisih untuk membicarakan masalah mereka, maka ini memungkinkan bagi salah satu pihak untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik atas pihak yang lain. Ini dapat membantu menghilangkan salah pengertian yang dikarenakan prasangka atau informasi yang tidak benar untuk mencapai

Page 16: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

perubahan sikap yang nyata. Semua informasi yang didapatkan dalam proses konsiliasi akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan dibuat sebagai bagian dari proses peradilan. Pertemuan konsiliasi adalah pertemuan suka rela. Jika pihak yang bersangkutan mencapai perdamaian, maka perjanjian perdamaian yang ditandatangani oleh pihak yang bersangkutan merupakan kontrak yang mengikat secara hukum. Perdamaian dalam pertemuan konsiliasi dapat berupa permintaan maaf, perubahan kebijaksanaan dan kebiasaan, memeriksa kembali prosedur kerja, memperkerjakan kembali, ganti rugi uang, dsb.

Kedua, Mediasi adalah proses negosiasi penyelesaian masalah (sengketa) dimana suatu pihak luar, tidak memihak, netral, tidak bekerja dengan para pihak yang bersengketa, membantu mereka (yang bersengketa) mencapai suatu kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan, penyelesaian sengketa melalui proses ini dibantu oleh yang di sebut sebagai mediator. Ketiga, penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK dilakukan dalam bentuk majelis. Bentuk majelis artinya sengketa konsumen diperiksa dan diputuskan sekurang kurangnya tiga anggota BPSK sebagai majelis dan dibantu seorang panitera. Sehingga pemeriksaan perkara konsumen mirip seperti pemeriksaan oleh hakim dipengadilan. Oleh sebab itu, BPSK dapat disebut peradilan semu.

Pemeriksaan tersebut dilakukan sesegara mungkin dan dalam waktu 21 hari kerja terhitung sejak gugatan dimasukkan, majelis BPSK sudah harus memberikan keputusannya. Putusan yang diberikan sudah bersifat final (in kracht fan gewijsde), langsung mengikat dan tidak dapat dibanding lagi. Segera setelah putusan diucapkan, maka dimintalah penempatan eksekusinya kepada pengadilan negeri ditempat tergugat berkediaman. Hal ini tentu diperlukan mengingat BPSK tidak mempunyai lembaga eksekusi. Namun demikian, jika salah satu pihak merasa tidak puas terhadap putusan yang telah ditetapkan oleh BPSK maka para pihak diberikan kemungkinan untuk mengajukan keberatannya kepada pengadilan negeri setempat paling lambat 14 hari kerja setelah ia menerima putusan tersebut. Masuknya perkara kepengadilan negeri mengartikan bahwa putusan yang dihasilkan oleh BPSK tidak selamanya bersifat final (in kracht fan gewijsde) sesuai dengan pasal 54 ayat (3) UUPK. Hal inilah yang menjadi kelemahan bagi BPSK tersebut.

Selain itu, masyarakat sebagai konsumen seharusnya diberikan pendidikan tentang cara pengaduan terhadap kerugian yang dialami. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang BPSK menyebabkan sedikitnya masyarakat yang mengadu. Suatu hal yang perlu menjadi sorotan pula, yakni kewenangan BPSK yang dirasakan belum dilaksanakan secara maksimal. Sedangkan jika dilakukan melalui pengadilan seperti yang telah diketahui bersama bahwa biaya perkara pada pengadilan negeri sangat mahal dan berbelit-belit sedangkan kerugian yang dialami konsumen tidak akan sebanding dengan biaya perkara yang akan dikeluarkan jika tuntutan ganti tersebut dilayangkan pada pengadilan negeri.

Sebagai alternative dalam menstimulus masyarakat untuk lebih memperhatikan pemenuhan haknya maka pemerintah dapat mengadakan sebuah small court (pengadilan kecil) yang dipimpin oleh seorang hakim yang berkompeten untuk menangani pengaduan konsumen terhadap kerugian yang dialami. Sehingga perkara-perkara yang kerugiannya kurang dari sepuluh juta rupiah tetap dapat disidangkan dengan dan undang-undang perlindungan konsumen beserta sanksi-sanksinya benar-benar terealisasi dalam masyarakat bukan hanya untuk kalangan tertentu saja atau bahkan menjadi undang-undang yang berlaku dalam tataran normatif saja namun sangat berbeda dengan faktanya.

Page 17: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Small court, terdiri dari seorang hakim tunggal dimana hakim bersifat menunggu dan pasif. Prakarsa untuk mengajukan gugatan atau tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan. Jadi, manakala tak ada tuntutan hak atau gugatan, maka tidak akan ada small court tersebut. Dengan kata lain, hakim bersifat menunggu datangnya tuntutan hak yang diajukan kepadanya. Hakim bersifat pasif, dimana ruang lingkup/hal pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh pihak-pihak yang berperkara dan bukan oleh hakim. Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa hakim sama sekali tidak aktif. karena hakim selaku pemimpin sidang harus aktif, memimpin pemeriksaan perkara. Small court memiliki tahap layaknya BPSK pula yaitu melalui tahap mediasi.

Proses persidangannya berasas cepat, tepat, dan biaya murah. Asas tersebut penting bagi mereka yang berperkara di small court karena perkara yang telah masuk tidak akan tertumpuk serta tidak berlarut-larut penyelesaiannya. Seandainya banyak perkara yang tertumpuk, maka akan memakan waktu yang lama dan akhirnya dari lamanya waktu tersebut mengakibatkan biaya tidak sedikit.

Small court ini dibawahi oleh Pengadilan negeri setempat, namun dalam prosesnya hanya terbatas di tingkat pertama saja. Hal ini disesuaikan dengan besar kerugian yang dialami konsumen sebab jika proses persidangan dilanjutkan hingga ketingkat dua apalagi hingga ke Mahkamah Agung, kiranya dapat memakan biaya lebih besar dibanding kerugian yang dialami oleh konsumen. Semua putusan small court harus memuat alasan dan dasar, memuat pula pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. Alasan-alasan yang dimaksud itu adalah sebagai pertanggungjawaban hukum kepada rakyat, karena hal tersebut memiliki nilai obyektif.

Keberadaan small court memunculkan banyak kemudahan yang dapat dirasakan oleh masyarakat terutama masyarakat yang banyak dirugikan oleh provider content yang tidak bertanggung jawab, small court akan berjalan sebagaimana mestinya jika pemerintah ikut aktif dalam mempublikasikan keberadaan dari small court tersebut. Sehingga masyarakat mengetahui kemana mereka harus mengadukan atau menuntut keadilan yang seadil-adilnya. Keberadaan small court dapat pula menjadi salah satu solusi untuk menutupi kekurangan eksistensi BPSK.

Page 18: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

C. KESIMPULAN

Iklan sebagai salah satu bentuk informasi, merupakan alat bagi penyelenggara sms premium berlangganan untuk memperkenalkan konten-kontennya serta mempengaruhi masyarakat untuk melakukan aktivasi berlangganan. Namun timbul masalah ketika iklan tersebut tidak selamanya memberikan informasi yang benar atau lengkap tentang sms berlangganan tersebut, sehingga masyarakat selaku konsumen dapat saja dirugikan. Sebuaah iklan sms premium berlangganan seharusnya menyebutkan secara jelas tentang besaran tarif, layanan, cara deaktivasi, dan nomor call center.

Meskipun telah secara jelas telah diatur dalam Permenkominfo No.1/2009, implementasinya pada iklan-iklan yang menawarkan sms berlangganan masih bisa menimbulkan kerugian pada konsumen. Sebab keterangan mengenai biaya per konten, frekuensi pengiriman konten, cara deaktivasi dan akses call centre yang belum cukup jelas. Terbukti dengan informasi mengenai hal-hal tersebut sangat kecil dan sulit untuk dibaca oleh masyarakat sehingga yang ditampilkan hanyalah kelebihan-kelebihan dari konten-konten yang ditawarkan oleh penyelenggara sedangkan prosedur yang ditampilkan kurang lengkap sehingga dapat menyesatkan.

Kode etik IMOCA dirasakan lebih spesifik jika dibandingkan dengan Permenkominfo No.1/2009. Diharapkan kedepannya kode etik IMOCA dapat menjadi standar baku terhadap penyedia/penyelenggara sms berlangganan. Jika Permenkominfo No.1/2009 direvisi dengan menambahkan beberapa klausula yang terdapat pada IMOCA yang mengatur tentang tata cara promosi sms berlangganan dan hal-hal tidak dibolehkan dalam konten sms berlangganan. Maka kerugian konsumen dapat diminimalisasi baik sebelum dan setelah melakukan aktivasi sms berlangganan.

Tahapan penyelesaian perkara mengenai sms premium berlangganan, berdasarkan UUPK, diawali dengan penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan jika tidak menemui titik temu dapat diselesaikan didalam pengadilan. Adapun tahapan diluar pengadilan diawali melalui ganti kerugian seketika, dimana konsumen yang merasa dirugikan dapat menuntut secara langsung penggantian kerugian kepada pelaku usaha dan pelaku usaha harus memberi tanggapan dan atau penyelesaian dalam jangka waktu tujuh hari setelah transaksi berlangsung. Jika tahap ini tidak dapat menemukan titik temu maka dilakukan langkah-langkah pelimpahan kepada BPSK. Dari bagan alur penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK, ada 3 cara yang dilakukan dalam menindaklanjuti penyelesaian sengketa konsumen yaitu mediasi, konsiliasi, dan penyelesaian sengketa dalam bentuk majelis.

Bentuk majelis artinya sengketa konsumen diperiksa dan diputuskan sekurang kurangnya tiga anggota BPSK sebagai majelis dan dibantu seorang panitera. Sehingga pemeriksaan perkara konsumen mirip seperti pemeriksaan oleh hakim dipengadilan. Oleh sebab itu, BPSK dapat disebut peradilan semu. Pemeriksaan tersebut dilakukan sesegara mungkin dan dalam waktu 21 hari kerja terhitung sejak gugatan dimasukkan, majelis BPSK sudah harus memberikan keputusannya. Putusan yang diberikan sudah bersifat final ( in kracht fan gewijsde), langsung mengikat dan tidak dapat dibanding lagi. Segera setelah putusan diucapkan, maka dimintalah penempatan eksekusinya kepada pengadilan negeri ditempat tergugat berkediaman. Hal ini tentu diperlukan mengingat BPSK tidak mempunyai lembaga eksekusi.

Namun demikian, jika tidak puas terhadap putusan yang telah ditetapkan oleh BPSK maka para pihak diberikan kemungkinan untuk mengajukan keberatannya kepada

Page 19: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

pengadilan negeri setempat paling lambat 14 hari kerja setelah ia menerima putusan tersebut. Masuknya perkara kepengadilan negeri mengartikan bahwa putusan yang dihasilkan oleh BPSK tidak selamanya bersifat final (in kracht fan gewijsde) sesuai dengan pasal 54 ayat (3) UUPK. Hal inilah yang menjadi kelemahan bagi BPSK tersebut.

Selain itu, masyarakat sebagai konsumen seharusnya diberikan pendidikan tentang cara pengaduan terhadap kerugian yang dialami. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang BPSK menyebabkan sedikitnya masyarakat yang mengadu. Suatu hal yang perlu menjadi sorotan pula, yakni kewenangan BPSK yang dirasakan belum dilaksanakan secara maksimal. Sedangkan jika dilakukan melalui pengadilan seperti yang telah diketahui bersama bahwa biaya perkara pada pengadilan negeri sangat mahal dan berbelit-belit sedangkan kerugian yang dialami konsumen tidak akan sebanding dengan biaya perkara yang akan dikeluarkan jika tuntutan ganti tersebut dilayangkan pada pengadilan negeri.

Sebagai alternative dalam menstimulus masyarakat untuk lebih memperhatikan pemenuhan haknya maka pemerintah dapat mengadakan sebuah small court (pengadilan kecil) yang dipimpin oleh seorang hakim yang berkompeten untuk menangani pengaduan konsumen terhadap kerugian yang dialami. Sehingga perkara-perkara yang kerugiannya kurang dari sepuluh juta rupiah tetap dapat disidangkan dengan dan undang-undang perlindungan konsumen beserta sanksi-sanksinya benar-benar terealisasi dalam masyarakat bukan hanya untuk kalangan tertentu saja atau bahkan menjadi undang-undang yang berlaku dalam tataran normatif saja namun sangat berbeda dengan faktanya.Small court ini dibawahi oleh Pengadilan negeri setempat, namun dalam prosesnya hanya terbatas di tingkat pertama saja. Keberadaan small court dapat pula menjadi salah satu solusi untuk menutupi kekurangan eksistensi BPSK.

Page 20: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

ALUR PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MELALUI BPSK

Tidak dilaksanakan

Pengaduan Selesai Ditangani

Pengajuan Pengaduan

Pengaduan Konsumen Ke BPSK

Konsiliasi Mediasi Arbitrase

BPSK memberikan keputusan (UUPK Ps.54

ayat 3)

Sepakat

Putusan BPSK

Para Pihak Wajib Melaksanakan Putusan

Pelaksanaan Putusan

Pengajuan ke PN

Putusan PN UUPK.Ps.58 ayat 2

Pengajuan Kasasi ke MA

Putusan MA

Pengaduan Selesai di Tangani

BPSK Meminta Bantuan

Penyidikan Kriminalisasi UUPK Ps.56

ayat 4

Page 21: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

DAFTAR PUSTAKA

Ali ahmad.2008.Menguak Tabir Hukum.Bogor:Ghalia IndonesiaAmiruddin.Zainal.2003.Pengantar Metode Penelittian Hukum.Mataram:Raja

Grafindo Persada.Miru ahmadi.Sutarman.2004.Hukum Perlindungan Konsumen.Jakarta:Raja

Grafindo Persada.Subekti.2008.Hukum Perjanjian.Jakarta:Intermasawww.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 24 Februari 2010. Pukul 02.00www.bataviase.co.id. Diakses pada tanggal 20 Februari 2010. Pukul 13.30http://bataviase.co.id .Diakses pada tanggal 20 Februari 2010.Pukul 14.00

Page 22: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : MUHAMMAD NUR UDPAN I M : B 111 07 173Jurusan : Ilmu HukumUniversitas : HasanuddinAlamat : Jl.Pampang 4 No.50 MakassarTelepon : 085255391161Tempat Tanggal Lahir : Pinrang,19 Desember 1989

Pendidikan Formal : SD : SD Sudirman 1 Makassar 1998 - 2001 SMP : SLTPN 02 Makassar 2001 – 2004 SMU : SMAN 01 Makassar 2004 - 2007PT : Fakultas Hukum UNHAS 2007 – Sekarang

Pendidikan NonFormal : English Course in Briton

Pengalaman Organisasi : Gojukai FH-UH

Prestasi yang pernah diraih :

Page 23: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

2. Nama : ISTIHANAH MARWANN I M : B 1 1 1 0 7 172Jurusan : Ilmu HukumUniversitas : HasanuddinAlamat : Jl.Monemmysaelan 3 graha.H.Permai blok D No.9Tlp : 08991576888Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta,27 Juli 1988

Pendidikan Formal :

SD : SD Tabaringan 05 Makassar 1998-2001SMP : SMP 07 Makassar 2001-2004SMA : SMA 04 Makassar 2004-2007PT :Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin 2007-sekarang

Pendidikan Non Formal :1. English course in Excellent2. English course in ELC3. Pelatihan Kepemimpinan Dasar di SMAN 04 Makassar

Pengalaman Organisasi :1. Osis SMPN 07 Makassar2. Osis SMAN 04 Makassar3. Paduan suara SMAN 04 Makassar

Prestasi :1. Juara 1 cerdas cermat Matematika tingkat SD se-kecematan Ujung

Tanah2. Peserta Lomba mading tingkat SMP ikip3. Juara 1 cerdas cermat agama tingkat SD se-kecematan4. Peserta olimpiade matematika tingkat SMA Makassar5. Juara 1 lomba bahasa inggris acara telkomsel di SMK 4 Makassar6. Peserta PKM kewirausahaan

Page 24: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

3. Nama : A.DEWI VITASARY.P.

N I M : B 1 1 1 0 7 2 0 0

Jurusan : Ilmu Hukum

Universitas : Hasanuddin

Alamat : Jl.Toa Daeng III No 70 Makassar

Tlp : 08124263780

Tempat/tanggal lahir : Makassar, 8 Juni 1989

Pendidikan Formal :

SD : SD NEGERI BATUA II MAKASSAR 1998-2001

SMP : SMP NEGERI 8 MAKASSAR 2001-2004

SMA : SMA NEGERI 5 MAKASSAR 2004-2007

PT : Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin 2007-sekarang

Pendidikan Nonformal :

1. Basic Study Skill Hasanuddin University

2. English course in AKBA

Pengalaman Organisasi :

1. PASKIBRA SMAN 5 Makassar

2. ALSA ( Asian Law Student Association )

3. Unit Kegiatan Bola Fakultas Hukum Unhas ( UKM Bola FH-UH )

4. IMPS ( Ikatan Mahasiswa Pelajar SOPPENG)

Page 25: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Lampiran

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKAREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKANOMOR: 01 /PER/M.KOMINFO/01/2009

TENTANGPENYELENGGARAAN JASA PESAN PREMIUM DAN PENGIRIMAN JASA

PESANSINGKAT (SHORT MESSAGING SERVICE/SMS) KE BANYAK TUJUAN (BROADCAST)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAMENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

Menimbang a. bahwa perkembangan teknologi telekomunikasi dan diversifikasipenyelenggaraan jasa telekomunikasi mengakibatkan timbulnyajenis jasa telekomunikasi baru, yaitu penyelenggaraan jasa pesanpremium yang terdiri atas jasa pesan singkat (short messagingservice/sms) dan jasa pesan multimedia (multimedia messagingservice/mms) yang diselenggarakan dengan pengenaan tarifpremium, serta pengiriman jasa pesan singkat (short messagingservice/sms) ke banyak tujuan (broadcast),

b. bahwa untuk keperluan perlindungan terhadap pelanggan,penyelenggaraan jasa pesan premium dan pengiriman jasa pesansingkat (short messaging service/sms) ke banyak tujuan (broadcast)perlu diatur penyelenggaraannya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a dan huruf b, dipandang perlu ditetapkan Peraturan

MenteriKomunikasi dan Informatika tentang Penyelenggaraan Jasa PesanPremium dan Pengiriman Jasa Pesan Singkat (Short MessagingService/SMS) ke Banyak Tujuan (Broadcast)

Mengingat 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 36 Tahun 1999tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3881);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun 2008tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4843);3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 52 Tahun 2000

tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980);

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 53 Tahun 2000tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 108,

Page 26: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3981);5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor; 9 Tahun 2005

tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi, danTata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimanatelah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor: 20Tahun 2008;6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 10 Tahun 2005tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian NegaraRepublik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor: 21 Tahun 2008;7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM.20 Tahun 2001tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunisasi sebagaimanatelah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi danInformatika Nomor: 30/Per/M.KOMINFO/10/2008;8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM,21 Tahun 2001tentang Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi sebagaimana telahdiubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi danInformatika Nomor: 31/Per/M.KOMINFO/10/2008;9. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:03/P/M.Kominfo/5/2005 tentang Penyesuaian Kata Sebutan padaBeberapa Keputusan/Peraturan Menteri Perhubungan yangMengatur Materi Muatan Khusus di Bidang Pos danTelekomuniKasi;10.Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:25/P/M.KOMINFO/07/2008 tentang Susunan Organisasi dan TataKerja Departemen Komunikasi dan Informatika;

MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

TENTANG PENYELENGGARAAN JASA PESAN PREMIUM.BABI

KETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :1. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan atau penerimaan darisetiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, ¡syarat, tulisan, gambar, suara, danbunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya;2. Jasa telekomunikasi adalah layanan telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhanbertelekomunikasi dengan menggunakan jaringan telekomunikasi;3 Jaringan telekomunikasi adalah rangkaian perangkat telekomunikasi dankelengkapannya yang digunakan dalam rangka bertelekomunikasi;4. Penyelenggara telekomunikasi adalah perseorangan, koperasi, badan usaha milikdaerah, badan usaha milik negara, badan usaha swasta, instansi pemerintah, daninstansi pertahanan keamanan negara;5. Penyelenggaraan telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan pelayanantelekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi;

Page 27: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

6. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan ataupelayanan jaringan telekomunikasi yang memungkinkan terselenggaranyatelekomunikasi;7. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan ataupelayanan jasa telekomunikasi yang memungkinkan terselenggaranyatelekomunikasi;8. Penyelenggaraan jasa teleponi dasar adalah penyelenggaraan jasa telepon yangmenggunakan teknologi circuit-switched yaitu telepon, faksimu, teleks dan telegraf;9. Penyelenggaraan jasa pesan singkat (short messaging service/sms) adalahpenyelenggaraan jasa telekomunikasi berupa pengiriman dan atau penerimaanpesan singkat berupa teks melalui jaringan telekomunikasi;10. Penyelenggaraan jasa pesan multimedia (multimedia messaging service/mms)adalah penyelenggaraan jasa telekomunikasi berupa pengiriman dan ataupenerimaan pesan berbasis teknologi informasi antara lain berupa animasi, citra,audio dan video melalui jaringan telekomunikasi;11. Penyelenggaraan jasa pesan premium adalah penyelenggaraan jasa sms dan ataumms yang diselenggarakan melalui mekanisme berlangganan dan atau tidakberlangganan, dengan tarif yang lebih tinggi daripada tarif penyelenggaraan jasasms dan atau mms;12. Pengguna adalah perseorangan, badan hukum, instansi pemerintah yangmenggunakan jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi, baikberdasarkan kontrak maupun tidak;.13. Menteri adalah Menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidangtelekomunikasi;14. BRTI adalah Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia

BAB PENYELENGGARAAN JASA PESAN PREMIUM

Bagian PertamaPersyaratan

Pasal 2(1) Penyelenggaraan jasa pesan premium diselenggarakan setelah mendapat izin.(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pendaftaran penyelenggaraanjasa pesan premium kepada BRTI.(3) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan denganmenggunakan formulir pendaftaran dan melampirkan surat pernyataansebagaimana dimaksud dalam Lampiran I dan Lampiran II Peraturan ini.Pasal 3(1) Jasa pesan premium diselenggarakan oleh penyelenggara jasa pesan premiumberdasarkan kerjasama dengan penyelenggara jaringan telekomunikasi yangmenyelenggarakan jasa teleponi dasar.(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dituangkan dalam bentukperjanjian kerjasama tertulis yang sekurang-kurangnya memuat:a. Lingkup kerjasama;b. Hak dan kewajiban masing-masing pihak;

Page 28: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

c. Jenis dan layanan yang ditawarkan;d. Nomor akses (access number) yang digunakan:e. Besaran tarif;f. Pembagian pendapatan masing-masing pihak; dang Jangka waktu perjanjian kerjasama;Pasal 4(1) Penyelenggaraan jasa pesan premium dilaksanakan dengan menggunakan nomorakses (access number) tertentu.(2) Nomor akses (access number) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. Penyelenggara jasa pesan premium dilarang menyediakan jasa pesan premium yang isinya bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian KeduaBiaya Hak Penyelenggaraan TelekomunikasiPasal 6(1) Penyelenggara jasa pesan premium wajib membayar Biaya Hak PenyelenggaraanTelekomunikasi.(2) Tarif Biaya Hak Penyelenggaraan Telekomunikasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian KetigaMekanisme Penyelenggaraan

Pasal 7Penyelenggaraan jasa pesan premium diselenggarakan melalui mekanisme:a. berlangganan;b. tidak berlangganan.Mekanisme berlangganan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 huruf a merupakanmekanisme di mana:a pesan dikirimkan kepada pengguna setelah pengguna melakukan pendaftaran(aktivasi/registrasi) terlebih dahulu; danb pengguna akan menerima pesan yang dikirim oleh penyelenggara jasa pesanpremium secara berkala.Mekanisme tidak berlangganan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 huruf bmerupakan mekanisme di mana:a. pesan dikirimkan kepada pengguna setelah pengguna menyampaikan permintaantanpa melakukan pendaftaran {aktivasi/registrasi) terlebih dahulu; dan ataub. pengguna akan menerima pesan yang dikirim oleh penyelenggara jasa pesanpremium tidak secara berkala.Pasal 10(1) Mekanisme tidak berlangganan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf bdapat diselenggarakan antara lain melalui layanan jasa pesan premium yangdiselenggarakan berdasarkan kegiatan undian/promosi.

Page 29: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

(2) Jasa pesan premium yang diselenggarakan berdasarkan kegiatan undian/promosisebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan izin dari instansi yangruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang kegiatan undian/promosi.Pasal 11Penyelenggara ]asa pesan premium wajib menyediakan:a. Pusat Panggilan (Call Center) dengan nomor khusus yang dapat dihubungi setiapsaat selama 24 (duapuluh empat) jam per hari

b. Pusat Panggilan sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib menyediakan fasilitasdukungan layanan (first line support) yang berfungsi untuk menangani pertanyaan,keluhan dan permintaan pengguna melalui pusat panggilan.

Bagian KeempatPenyelenggaraan Jasa Pesan Premium Melalui Mekanisme Berlangganan

Pasal 12(1) Penyelenggara jasa pesan premium melalui mekanisme berlangganan wajibmemberikan informasi keaktifan pengguna dalam layanan berlangganan dengantarif tertentu serta informasi mengenai cara berhenti berlangganan(deregistrasi/deaktivasi).(2) Dalam hal pengguna melakukan pendaftaran (registrasi/aktivasi) berlanggananjasa pesan premium, penyelenggara jasa pesan premium wajib memberikaninformasi bahwa pengguna telah dapat memanfaatkan jasa pesan premium sertainformasi tentang besaran tarif, layanan, cara deaktivasi, dan nomor call center.(3) Dalam hal pengguna meminta untuk berhenti berlangganan (deaktivasi) jasa pesanpremium, penyelenggara jasa pesan premium wajib menghentikan layanannyasegera setelah permintaan berhenti berlangganan (deregistrasi/deaktivasi) diterimadengan lengkap.(1) Penyelenggara jasa pesan premium dilarang mengenakan biaya pendaftaran(registrasi/aktivasi) berlangganan.(2) Setelah pendaftaran (registrasi/aktivasi) dilakukan, penyelenggara jasa pesanpremium wajib memberikan informasi kepada pengguna sekurang-kurangnya:a. pendaftaran (registrasi/aktivasi) telah berhasil;b. layanan telah dapat digunakan;c. identitas penyelenggara jasa pesan premium;d. tarif yang akan dikenakan kepada pengguna,e. cara penghentian berlangganan (deregistrasi/deaktivasi);f. periode waktu berlangganang. Pusat Panggilan (Cali Centre) yang dapat dihubungi.(1) Permintaan berhenti berlangganan (deregistrasi/deaktivasi) dapat dilakukansekurang-kurangnya melalui sms, mms atau melalui call centre.(2) Dalam hal pengguna menggunakan sms atau mms untuk berhenti berlangganan(deregistrasi/deaktivasi) tanpa menyebutkan jenis layanan, penyelenggara jasapesan premium wajib menginformasikan melalui sms atau mms tanpa dikenakan

Page 30: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

biaya mengenai cara yang benar untuk berhenti berlangganan disertai informasitentang jenis layanan yang pernah didaftarkan oleh pengguna dan nomor callcentre yang dapat dihubungi(3) Setelah permintaan berhenti berlangganan (deregistrasi/deaktivasi) diterimadengan lengkap, penyelenggara jasa pesan premium wajib mengirimkanpemberitahuan melalui sms atau mms tanpa dikenakan biaya bahwa proses

permintaan berhenti berlangganan (deregistrasi/deaktivasi) telah berhasildilakukan.

GANTI RUGIPasal 15

(1) Pengguna berhak mengajukan ganti rugi kepada penyelenggara pesan premiumatas kesalahan dan atau kelalaian penyelenggara jasa pesan premium yangmenimbulkan kerugian pada pengguna,.(2) Penyelenggara jasa pesan premium wajib memberikan ganti rugi sebagaimanadimaksud pada ayat (1), kecuali penyelenggara pesan premium dapatmembuktikan bahwa kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan dan ataukelalaiannya.(3) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terbatas kepada kerugianlangsung yang diderita atas kesalahan dan atau kelalaian penyelenggara pesanpremium.Pasal 16(1) Penyelesaian ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dapatdilaksanakan melalui proses pengadilan atau di luar pengadilan.(2) Tata cara pengajuan dan penyelesaian ganti rugi sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yangberlaku.PENGIRIMAN JASA PESAN SINGKAT (SHORT MESSAGING SERVICE/SMS)KE BANYAK TUJUAN (BROADCAST)

Pasal 17Pengirim jasa pesan singkat (short messaging service/sms) ke banyak tujuan(broadcast) dilarang mengirimkan pesan yang bertentangan dengan kepentinganumum, kesusilaan, keamanan dan atau ketertiban umum.Pasal 18Pengirim jasa pesan singkat (short messaging service/sms) ke banyak tujuan(broadcast) wajib menyediakan fasilitas kepada penerima pesan untuk menolakpengiriman pesan berikutnya.

Pasal 19Setelah penerima pesan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 menolak pengirimanpesan berikutnya, pengirim jasa pesan singkat (short messaging service/sms) kebanyak tujuan (broadcast) dilarang melakukan pengiriman pesan berikutnya.

Pasal 20(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini dikenakan sanksi

Page 31: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

administrasi dan atau sanksi pidana sesuai ketentuan perundang-undangan yangberlaku. t(2) Penyelenggara jasa pesan premium yang melanggar ketentuan dalam Peraturanini dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan izin dan larangan untukmenyelenggarakan jasa pesan premium.(3) Pencabutan izin dan larangan untuk menyelenggarakan jasa pesan premiumsebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah penyelenggara jasa pesanpremium diberikan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut, di manamasing-masing peringatan tertulis berlangsung selama 7 (tujuh) hari kerja.

BAB VIPENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 21(1) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan Peraturan ini dilakukan olehBRTI.(2) BRTI dapat menetapkan ketentuan teknis dalam rangka pengawasan danpengendalian atas pelaksanaan Peraturan ini.

BAB VIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 22Dengan berlakunya Peraturan ini, penyelenggara jasa pesan premium dan pengirim jasa pesan singkat (short messaging service/sms) ke banyak tujuan (broadcast) tetap dapat melakukan kegiatannya, dengan ketentuan selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak berlakunya Peraturan ini wajib menyesuaikan denganPeraturan ini.

BAB VIMKETENTUAN PENUTUP

Pasal 23Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : JakartaPada Tanggal: 8 Januari 2009

Page 32: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Lampiran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 8 TAHUN 1999TENTANGPERLINDUNGAN KONSUMENDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,Menimbang :a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang meratamateriil dan spiritual dalam era demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;b. bahwa pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasi harus dapat mendukung tumbuhnya duniausaha sehingga mampu menghasilkan beraneka barang dan/atau jasa yangmemiliki kandungan teknologi yangdapat menjngkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dan sekaligus mendapatkan kepastian atas barangdan/atau jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian konsumen;c. bahwa semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat dari proses globalisasi ekonomi harus tetap menjaminpeningkatan kesejahteraan masyarakat serta kepastian atas mutu, jumlah, dan keamanan barang dan/atau jasayang diperolehnya di pasar.d. bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan,kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya serta menumbuhkembangkansikap pelaku usaha yang bertanggung jawab;e. bahwa ketetentuan hukum yang melindungi kepentingan konsumen di Indonesia belum memadai;f. bahwa berdasarkan pertjmbangan tersebut di atas diperlukan perangkat peraturan perundang-undangan untukmewujudkan keseimbangan perlindungan kepentingan konsumen dan pelaku usaha sehingga terciptaperekonomian yang sehat;g. bahwa untuk itu perlu dibentuk Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen;Mengingat :Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;Dengan persetujuan

Page 33: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

DEWAN PERW AKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAMEMUTUSKAN :

Menetapkan :UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal lDalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberiperlindungan kepada konsumen.2. Konsumen adalah setiap orang pemakai harang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, haik hagikepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau hadan usaha, haik yang berbentuk hadan hukum maupunhukan hadan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan keglatan dalam wilayah hukum negaraRepuhlik Indonesia, haik sendiri maupun bersama-samamelalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usahadalam berbagai hidang ekonomi.4. Barang adalah setiap benda haik berwujud maupun tidak berwujud, haik :-!: bergerak maupun tidak hergerak,dapat dihahiskan maupun tidak dapat dihahiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan,ataudimanfaatkan oleh konsumen.5. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untukdimanfaatkan oleh konsumen.6. Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyeharluasan informasi suatu harang dan/atau jasa untuk menarikminat beli konsumen terhadap harang dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan.7. Impor barang adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.8. Impor jasa adalah kegiatan penyediaan jasaasing untuk digunakan di dalam wilayah Republik Indonesia.9. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah lemhaga non-Pemerintah yang terdaftar dandiakui oleh Pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen.10. Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkaan dan ditetapkanterlehih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjianyang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen-

Page 34: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

11. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketaantara pelaku usaha dan konsumen.12. Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan yang dibentuk untuk membantu upaya pengemhanganperlindungan konsumen.13. Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi hidang perdagangan.

BAB IIASAS DAN TUJUAN

Pasal 2Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, sertakepastian hukum.Pasal 3Perlindungan konsumen bertujuan :a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaianbarang dan/atau jasa;c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagaikonsumen;d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaaninformasi serta akses untuk mendapatkan informasi;e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sik.apyang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa,kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

BAB IIIHAK DAN KEW AJIBAN

Bagian PertamaHak dan Kewajiban Konsumen

Pasal 4Hak konsumen adalah :a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilaitukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

Page 35: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumensecara patut;f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/ataujasa yang diterimatidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.Pasal 5Kewajiban konsumen adalah :a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa.demi keamanan dan keselamatan;b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Bagian KeduaHak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Pasal 6Hak pelaku usaha adalah :a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barangdan/atau jasa yang diperdagangkan;b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkanoleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.Pasal 7Kewajiban pelaku usaha adalah :a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;b. memberikan informasi yang benar .jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa sertamemberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standarmutu barang dan/atau jasa yang berlaku;e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji. dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta

Page 36: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;f. memberi kompensasi. ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan. pemakaian danpemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;g. memberi kompensasi. ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima ataudimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

BAB IVPERBUATAN YANG DILARANG

BAGI PELAKU USAHAPasal 8(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang :a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundangundangan;b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yangdinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan.jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenamya;d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan. keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label,etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;e. tidak sesuaj dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentusebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualanbarang dan/atau jasa tersebut;g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baikatas barang tertentu;h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pemyataan "halal' yang dicantumkandalam label;i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersihatau netto, komposisi, aturan pakai. tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usahaserta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat;j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuaidengan ketentuan perundang -undangan yang berlaku.

Page 37: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikaninformasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud.(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dantercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar .(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barangdan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.Pasal 9(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidakbenar, dan/atau seolah-olah :a. barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu,gaya atau mode tertentu. karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu;b. barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;c. barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapantertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesori tertentu;d. barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi;e. barang dan/atau jasa tersebut tersedia;f. barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;g. barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;h. barang tersebut berasal dari daerah tertentu;i. secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan/atau jasa lain;j. menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau efeksampingan tanpa keterangan yang lengkap;k. menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.(2) Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk diperdagangkan.(3) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat (1) dilarang melanjutkan penawaran, promosi, danpengiklanan barang dan/atau jasa tersebut.Pasal 10Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan,mempromosikan, mengiklankan atau memb uat pemyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai :a. harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;b. kegunaan suatu barang dan/atau jasa;c. kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan/atau jasa;d. tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan;e. bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.Pasal 11

Page 38: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang, dilarang mengelabui/menyesatkankonsumen dengan :a. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar mutu tertentu;b. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat tersembunyi;c. tidak bemiat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan maksud untuk menjual barang lain;d. tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan/atau jumlah yang cukup dengan maksud menjual barangyang lain;e. tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup dengan maksud menjual jasa yanglain;f. menaikkan harga atau tarif barang dan/atau jasa sebelum melakukan obral.Pasal 12Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dengan hargaatau tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untukmelaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan.Pasal 13(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dengancara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain secara cuma-cuma dengan maksud tidakmemberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya.(2) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat, obat tradisional, suplemenmakanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupabarang dan atau jasa lain.Pasal 14Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dengan memberikanhadiah melalui cara undian. Dilarang untuk :a. tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan;b. mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa;c. memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;d. mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.Pasal 15Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa dilarang melakukan dengan cara pemaksaan atau cara lainyang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis terhadap konsumen.Pasal 16

Page 39: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk :a. tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan;b. tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi.Pasal 17(1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang :a. mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasaserta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa;b. mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;c. memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa;d. tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaianbarang dan/atau jasa;e. mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau persetujuan yangbersangkutan;f. melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undanngan mengenai periklanan.(2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah melanggar ketentuan pada ayat (1).

BAB VKETENTUAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU

Pasal 18(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuatatau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila :a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen;c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barangdan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidaklangsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli olehkonsumen secara angsuran;e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli olehkonsumen;f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaankonsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau

Page 40: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usahadalam masa konsumen memanfaatkan jasa yangdibelinya;h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan,hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapatdibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhiketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.(4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan Undang-undang ini.

BAB VITANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA

Pasal 19(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugiankonsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barangdan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya. atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yangsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinanadanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapatmembuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.Pasal 20Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan olehikatan tersebut.Pasal 21(1) Importir barang bertanggungjawab sebagai pembuat barang yang diimpor apabila importasi barang tersebuttidak dilakukan oleh agen atau perwakilan produsen luar negeri.(2) Importir jasa bertanggung jawab sebagai penyedia jasa asing apabila penyediaan jasa asing tersebut tidakdilakukan oleh agen atau perwakilan penyedia jasa asing.

Page 41: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Pasal 22Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam kasus pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat(4), Pasal 20. dan Pasal 21 merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha tanpa menutup kemungkinan bagijaksa untuk melakukan pembuktian.Pasal 23Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutankonsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melaluibadan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen.Pasal 24(1) Pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung jawab atas tuntutanganti rugi dan/atau gugatan konsumen apabila :a. pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan perubahan apa pun atas barang dan/atau jasatersebut;b. pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak mengetahui adanya perubahan barang dan/atau jasayang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan contoh, mutu, dan komposisi.(2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebaskan dari tanggung jawab atas tuntutan ganti rugidan/atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain yang membeli barang dan/atau jasa menjual kembalikepada konsumen dengan melakukan perubahan atas barang dan/atau jasa tersebut.Pasal 25(1) Pelaku usaha yang memproduksi barang yang pemanfaatannya berkelanjutan dalam batas waktu sekurangkurangnya1 (satu) tahun wajib menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas puma jual dan wajib memenuhijaminan atau garansi sesuai dengan yang diperjanjikan.(2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatankonsumen apabila pelaku usaha tersebut :a. tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas perbaikan;b. tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau garansi yang diperjanjikan.Pasal 26Pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi jaminan dan/atau garansi yang disepakati dan/atau yangdiperjanjikan.Pasal 27

Page 42: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari tanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen,apabila :a. barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak dimaksudkan untuk diedarkan;b. cacat barang timbul pada kemudian hari;c. cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang;d. kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen;e. lewatnya jangka waktu penuntutan 4 (empat) tahun sejak barang dibeli atau lewatnya jangka waktu yangdiperjanjikan.Pasal 28Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19,Pasal 22, dan Pasal 23 merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha.

BAB VIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian PertamaPembinaan

Pasal 29(1) Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamindiperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha.(2) Pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan oleh Menteri dan/atau menteri teknis terkait.(3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan koordinasi atas penyelenggaraan perlindungankonsumen.(4) Pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi upayauntuk:a. terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen;b. berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;c. meningkatnya kualitas sumber daya manusia serta meningkatnya kegiatan penelitian dan pengembangan dibidang perlindungan konsumen.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen diatur dengan PeraturanPemerintah.Bagian KeduaPengawasanPasal 30(1) Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan

Page 43: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

perundang-undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumenswadaya masyarakat.(2) Pengawasan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri dan/atau menteriteknis terkait.(3) Pengawasan oJehmasyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat diJakukan terhadapbarang dan/atau jasa yang beredar di pasar .(4) Apabila hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) temyata menyimpang dari peraturan perundangundanganyang berlaku dan membahayakan konsumen, Menteri dan/atau menteri teknis mengambil tindakansesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.(5) Hasil pengawasan yang diselenggarakan masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakatdapat disebarluaskan kepada masyarakat dan dapat disampaikan kepada Menteri dan menteri teknis.(6) Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ), ayat (2), dan ayat (3)ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIIIBADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL

Bagian PertamaNama, Kedudukan, Fungsi, dan Togas

Pasal 31Dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan konsumen dibentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional.Pasal 32Badan Perlindungan Konsumen Nasional berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan bertanggungjawab kepada Presiden.Pasal 33Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai fungsi memberikan saran dan pertimbangan kepadapemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia.Pasal 34(1) Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksurl dalam Pasal 33, Badan Perlindungan Konsumen Nasionalmempunyai tugas :a. memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka penyusunan kebijaksanaan di bidangperlindungan konsumen;b. melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidangperlindungan konsumen;c. melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut keselamatan konsumen;

Page 44: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

d. mendorong berkembangnyalembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;e. menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan konsumen dan memasyarakatkan sikapkeberpihakan kepada konsumen;f. menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat, lembaga perlindungan konsumenswadaya masyarakat, atau pelaku usaha;g. melakukan survei yang menyangkut kebutuhan konsumen.(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Perlindungan Konsumen Nasionaldapat bekerjasama dengan organisasi konsumen intemasional.

Bagian KeduaSusunan Organisasi dan Keanggotaan

Pasal 35(1) Badan Perlindungan Konsumen Nasional terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketuamerangkap anggota, serta sekurang-kurangnya 15 (lima belas) orang dan sebanyak-banyaknya 25 (dua puluhlima) orang anggota yang mewakili semua unsur.(2) Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri,setelah dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indoesia.(3) Masajabatan ketua, wakil ketua, dan anggotaBadan Perlindungan Konsumen Nasional selama 3 (tiga) tahun dandapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.(4) Ketua dan wakil ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional dipilih oleh anggota.Pasal 36Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional terdiri atas unsur :a. pemerintah;b. pelaku usaha;c. lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;d. akademisi; dane. tenaga ahli.Pasal 37Persyaratan keanggotaan Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah :a. warga negara Republik Indonesia;b. berbadan sehat;c. berkelakuan baik;d. tidak pemah dihukum karena kejahatan;e. memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang perlindungan konsumen; danf. berusaha sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun.Pasal 38Keanggotaan Badan Perlindungan Konsumen Nasiona1 berhenti karena :a. meningga1 dunia;b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;c. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia;

Page 45: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

d. sakit secara terus menerus;e. berakhir masa jabatan sebagai anggota; atauf. diberhentikan.Pasal 39(1) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, Badan Perlindungan Konsumen Nasional dibantu oleh sekretariat.(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang sekretaris yang diangkat oleh KetuaBadan Perlindungan Konsumen Nasional.(3) Fungsi, tugas, dan tata kerja sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam keputusan KetuaBadan Perlindungan Konsumen Nasional.Pasal 40(1) Apabila diperlukan Badan Perlindungan Konsumen Nasional dapat membentuk perwakilan di Ibu Kota DaerahTingkat I untuk membantu pelaksanaan tugasnya.(2) Pembentukan perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan keputusan KetuaBadan Perlindungan Konsumen Nasional.Pasal 41Dalam pelaksanaan tugas, Badan Perlindungan Konsumen Nasional bekerja berdasarkan tata kerja yang diaturdengan keputusan Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional.Pasal 42Biaya untuk pelaksanaan tugas Badan Perlindungan Konsumen Nasional dibebankan kepada anggaran pendapatandan belanja negara dan sumber lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pasal 43Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Badan Perlindungan Konsumen Nasional diatur dalam PeraturanPemerintah.

BAB IXLEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN

SWADAYA MASYARAKATPasal 44(1) Pemerintah mengakui lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat.(2) Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalammewujudkan perlindungan konsumen.(3) Tugas lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat meliputi kegiatan :a. menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban dan kehati-hatiankonsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;b. memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;

Page 46: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

c. bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen;d. membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduankonsumen;e. melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan perlindungankonsumen.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat sebagaimanadimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB XPENYELESAIANSENGKETA

Bagian PertamaUmum

Pasal 45(1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikansengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.(2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkanpilihan sukarela para pihak yang bersengketa.(3) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghilangkan tanggungjawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang.(4) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilanhanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh parapihak yang bersengketa.Pasa146(1) Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh :a. seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;b. sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama;c. lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu berbentuk badanhukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasamya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannyaorganisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatansesuai dengan anggaran dasamya;d. pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkanmengakibatkan kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak sedikit.(2) Gugatan yang diajukan oleh sekelompok konsumen, lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat atau

Page 47: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, atau huruf d diajukan kepada peradilanumum.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak sedikit sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian KeduaPenyelesaian Sengketa di luar Pengadilan

Pasal 47Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentukdan besamya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidakakan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen.

Bagian KetigaPenyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

Pasal 48Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum yang berlakudengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 45

BAB XIBADAN PENYELESAIAN SENGKET A KONSUMEN

Pasal 49(1) Pemerintah membentuk hadan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk penyelesaiansengketa konsumen di luar pengadilan.(2) Untuk dapat diangkat menjadi anggota hadan penyelesaian sengketa konsumen, seseorang harus memenuhisyarat sehagai berikut :a. warga negara Republik Indonesia;g. berhadan sehat;b. berkelakuan haik;c. tidak pemah dihukum karena kejahatan;d. memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang perlindungan konsumen;e. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun.(3) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur pemerintah, unsur konsumen, dan unsur pelakuusaha.(4) Anggota setiap unsur sehagaimana dimaksud pada ayat (3) berjumlah sedikit-dikitnya 3 (tiga) orang, dansebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.(5) Pengangkatan dan pemberhentian anggota hadan penyelesaian sengketa konsumen ditetapkan oleh Menteri.Pasal 50Badan penyelesaian sengketa konsumen sehagaimana dimaksud dalam Pasa149 ayat ( 1) terdiri atas :a. ketua merangkap anggota;b. wakil ketua merangkap anggota;

Page 48: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

c. anggota.Pasal 51(1) Badan penyelesaian sengketa konsumen dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh sekretariat.(2) Sekretariat badan penyelesaian sengketa konsumen terdiri atas kepala sekretariat dan anggota sekretariat.(3) Pengangkatan dan pemherhentian kepala sekretariat dan anggota sekretariat badan penyelesaian sengketakonsumen ditetapkan oleh Menteri.Pasal 52Tugas dan wewenang badan penyelesaian sengketa konsumen meliputi :a. melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitraseatau konsiliasi;b. memberikan konsultasi perlindungan konsumen;c. melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;d. melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam Undang-undang ini;e. menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaranterhadap perlindungan konsumen;f. melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;g. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;h. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaranterhadap Undang-undang ini;i. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimanadimaksud pada huruf 9 dan huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketakonsumen;j. mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan/ataupemeriksaan;k. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen;l. memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;m. menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.Pasal 53Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang badan penyelesaian sengketa konsumen DaerahTingkat II diatur dalam surat keputusan menteri.Pasal 54(1) Untuk menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen, badan penyelesaian sengketa konsumen membentuk

Page 49: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

majelis.(2) Jumlah anggota majelis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ganjil dan sedikit-dikitnya 3 (tiga) orangyang mewakili semua unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasa149 ayat (3), serta dibantu oleh seorangpanitera.(3) Putusan majelis bersifat final dan mengikat.(4) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai pelaksanaan lugas majelis diatur dalam surat keputusan menteri.Pasal 55Badan penyelesaian sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluhsatu) hari kerja setelah gugatan diterima.Pasal 56(1) Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima putusan badan penyelesaian sengketa konsumensebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 pelaku usaha wajib melaksanakan putusan tersebut.(2) Para pihak dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri paling lambat 14 (empat belas) harikerjasetelah menerima pemberitahuan putusan tersebut.(3) Pelaku usaha yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dianggap menerima putusan badan penyelesaian sengketa konsumen.(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) tidak dijalankan oleh pelaku usaha, badanpenyelesaian sengketa konsumen menyerahkan putusan tersebutkepada penyidik untuk melakukan penyidikansesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.(5) Putusan badan penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan buktipermulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan penyidikan.Pasal 57Putusan majelis sebagaimana dimaksud da1am Pasal 54 ayat (3) dimintakan penetapan eksekusinya kepadaPengadilan Negeri di tempat konsumen yang dirugikan.Pasal 58(1) Pengadilan Negeri wajib mengeluarkan putusan atas keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2)dalam waktu paling lambat 21 ( dua puluh satu) hari sejak diterimanya keberatan.(2) Terhadap putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) para pihak dalam waktu paling lama14 ( empat belas ) hari dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia.(3) Mahkamah Agung Republik Indonesia wajib mengeluarkan putusan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh)hari sejak menerima permohonan kasasi.

BAB XII

Page 50: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

PENYIDIKANPasal 59(1) Selain Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansipemerintah yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya di bidang perlindungan konsumen juga diberi wewenangkhusus sehagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.(2) Penyidik Pejahat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidangperlindungan konsumen;b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga melakukan tindak pidana di bidangperlindungan konsumen;c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan peristiwa tindakpidana di bidang perlindungan konsumen;d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain .berkenaan dengan tindak pidana dibidang perlindungan konsumen;e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti serta melakukan penyitaanterhadap barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidangperlindungan konsumen;f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perlindungankonsumen.(3) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainyapenyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polri Negara Republik Indonesia.(4) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikankepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

BAB XIIISANKSI

Bagian PertamaSanksi Administratif

Pasal 60(1) Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi administratif terhadap pelaku usabayang melanggar Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, Pasal 25, dan Pasal 26.(2) Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Page 51: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

(3) Tata cara penetapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalamperaturan perundang-undangan.Bagian KeduaSanksi PidanaPasal 61Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya.Pasal 62(1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat(2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).(2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1),Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)tahun atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).(3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian diberlakukanketentuan pidana yang berlaku.Pasal 63Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, dapat di jatuhkan hukuman tambahan, berupa :a. perampasan barang tertentu;b. pengumuman keputusan hakim;c. pembayaran ganti rugi;d. perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen;e. kewajiban penarikan barang dari peredaran; atauf. pencabutan izin usaha.

BAB XIVKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 64Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi konsumen yang telah ada pada saatUndang-undang ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidakbertentangan dengan ketentuan dalam Undang-undang ini.

BAB XVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 65Undang-undang ini mulai berlaku setelah 1 (satu) tahun sejak diundangkan.

Page 52: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalamLembaran Negara Republik Indonesia.Disahkan di Jakartapada tanggal 20 April 1999PRESIDEN REPUBLIK INDONESIAttd.BACHARUDDIN JUSUF HABIBIEDiundangkan di Jakartapada tanggal 20 April1999MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIAttd.AKBAR TANDJUNGLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 42PENJELASANATASUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 8 TAHUN 1999

Page 53: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Lampiran

KODE ETIK LAYANAN KONTEN MOBILEIMOCA

(Indonesian Mobile and Online Content Association)

1.          Ruang Lingkup

1.1.       Kode Etik Layanan Kontent Mobile diterbitkan oleh IMOCA (Indonesian Mobile and Online Content Association)  menyangkut hubungan antara Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile dengan Konsumen di lain pihak, dan juga antara Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile satu sama lain. Kode Etik ini bertujuan memberikan kepuasan dan perlindungan kepada semua pihak yang berkepentingan, memajukan kompetisi yang sehat dalam rangka memupuk, mengembangkan potensi industri konten dan peningkatan citra umum dari layanan konten mobile di Indonesia.

2.          Daftar Istilah

2.1.       Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile, adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan jasa nilai tambah konten yang didistribusikan melalui media telepon seluler (mobile) bekerja sama dengan penyelenggara jaringan dan infrastruktur telekomunikasi bergerak (Operator)

2.2.       Operator adalah perusahaan penyedia jaringan infrastruktur telekomunikasi bergerak, termasuk voice, video, sms, data maupun layanan lain yang dimungkinkan oleh teknologi. Dalam hal ini Operator merupakan mitra kerja Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile dalam hal menyelenggarakan infrastruktur jaringan, penagihan/pemotongan pembayaran, maupun promosi.

2.3.       Layanan Konten Mobile adalah layanan nilai tambah bagi pengguna telepon selular dalam bentuk aneka konten berupa informasi, hiburan, permainan, personalisasi, download ataupun layanan lain yang dimungkinkan oleh teknologi yang disediakan oleh Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile bersama dengan Operator.

2.4.       Layanan Konten Mobile Berlangganan adalah bagian dari Layanan Konten Mobile yang didapatkan oleh Konsumen dengan cara berlangganan, di mana Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile dapat melakukan push/pengiriman konten secara otomatis sesuai dengan persetujuan sebelumnya oleh Konsumen.

Page 54: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

2.5.       Layanan Mobile Quiz adalah bagian dari Layanan Konten Mobile yang berupa trivia ataupun permainan baik ketangkasan, keterampilan maupun pengetahuan Konsumen yang menggunakan fasilitas jaringan dan infrastruktur telekomunikasi bergerak.

2.6.       Konsumen adalah pengguna layanan nilai tambah yang disediakan oleh Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile secara umum.

3.          Perusahaan

3.1.       Setiap perusahaan anggota IMOCA berjanji akan menaati Kode Etik sebagai syarat diterima menjadi dan dipertahankan sebagai anggota IMOCA. Setiap Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile harus berbentuk Badan Hukum (Perseroan Terbatas) dan wajib memiliki Izin Usaha sebagaimana diatur oleh Pemerintah dan tidak menjalankan usaha melebihi izin yang berlaku.

4.          Pengaturan Diri Sendiri

4.1.       Kode Etik ini adalah alat untuk mengatur diri sendiri dalam industri konten mobile di Indonesia. Kode Etik ini bukan undang-undang, dan kewajiban-kewajiban yang dibebankannya menuntut suatu tingkat perilaku etis yang melampaui tuntutan persyaratan hukum yang berlaku. Tidak menaatinya tidak menimbulkan tanggung jawab di hadapan hukum perdata. Dengan penghentian keanggotaannya dari IMOCA, perusahaan tidak lagi terikat oleh Kode Etik ini tetapi ketentuan-ketentuannya masih akan tetap berlaku pada peristiwa atau transaksi-transaksi yang terjadi selama perusahaan itu menjadi anggota IMOCA.

5.          Hukum

5.1.       Perusahaan- Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile dianggap telah menaati persyaratan-persyaratan hukum dan oleh karenanya Kode Etik ini tidak menyebutkan semua kewajiban-kewajiban hukum yang ada.

6.          Standar

6.1.       Kode Etik ini memuat standar perilaku etis bagi Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile. IMOCA dapat mengubah standar ini asalkan substansi Kode Etik tetap terpelihara atau tetap seperti yang dipersyaratkan oleh hukum nasional. Dianjurkan agar Kode Etik ini digunakan sebagai patokan dari standar etika industri konten mobile Indonesia.

7.          Praktek-Praktek Terlarang

7.1.       Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile dilarang secara tidak etis menarik/ mengumpulkan uang dari konsumen, menjanjikan kompensasi yang tidak wajar dan melakukan praktek-praktek penjualan yang menyesatkan, mengecoh atau tidak pantas.

Page 55: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

8.          Jaminan dan Layanan Purna Jual

8.1.       Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile harus memberikan jaminan atas pengiriman terhadap konten yang dijual dan menyediakan layanan purna jual termasuk penyediaan customer care dan technical support.

8.2.       Atas pengiriman konten yang terjadi atas kesalahan Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile atau tidak sesuai dengan yang dijanjikan, bila terbukti, maka Konsumen dalam waktu 7 hari kerja sejak transaksi terjadi bisa mendapatkan penggantian, penukaran maupun pengembalian uang.

9.          Privasi & Hormat Pada Hak Pribadi

9.1.       Kontak terhadap Konsumen harus dilakukan dengan memperhatikan dan menghormati privasi dan hak-hak pribadi. Pengiriman konten harus dilakukan dengan cara dan pada jam-jam yang wajar agar tidak mengganggu Konsumen, kecuali bila sesuai dengan program yang berlaku dan atas permintaan Konsumen.

9.2.       Pengiriman konten maupun kegiatan promosi wajib dihentikan bilamana dianggap mengganggu dan diminta oleh Konsumen yang bersangkutan.

10.       Kewajaran

10.1.     Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan Konsumen, harus menyadari kurangnya pengalaman para Konsumen dan tidak akan memanfaatkan kelemahan, kurangnya pengertian ataupun pendidikan seorang konsumen.

11.       Panduan Umum Materi Layanan Konten Mobile

11.1.     Layanan Konten Mobile tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang umum berlaku di Indonesia: pidana, perdata dan hak atas kekayaan inteletual (HaKI).

11.2.     Layanan Konten Mobile tidak berisikan ancaman, tidak mengandung pornografi/ pornoaksi, tidak mengandung kekerasan, tidak berisikan hal-hal yang dipalsukan, dan tidak berisikan hinaan.

11.3.     Layanan Konten Mobile tidak berisikan hasutan, apalagi yang memprovokasi ketegangan SARA.

11.4.     Layanan Konten Mobile tidak berisikan kata-kata kasar/bahasa yang ofensif bagi kebanyakan orang.

11.5.     Layanan Konten Mobile yang berhubungan dengan chatting antar orang, maka isi chatting diluar tanggung jawab Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile.

Page 56: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

11.6.     Layanan Konten Mobile yang disediakan harus sesuai tidak boleh diubah dari konteks yang ditawarkan dan tidak boleh bersifat mengelabui.

11.7.     Layanan Konten Mobile untuk anak-anak harus disesuaikan dengan kebutuhannya.

11.8.     Layanan Konten Mobile yang ditawarkan untuk anak-anak, tidak boleh berisi materi untuk orang dewasa.

12.       Layanan Konten Mobile Berlangganan

12.1.     Pada Layanan Konten Mobile Berlangganan, pada reply konfirmasi berlangganan harus mencantumkan informasi :

1. Tarif layanan,2. Frekwensi pengiriman,3. Akses customer care,4. Cara berhenti berlangganan.

12.2.     Layanan Konten Mobile Berlangganan tidak boleh melakukan pengiriman konten lebih dari Rp. 5,000 per hari atau maksimum 5 kali push konten untuk masing-masing jenis Layanan Konten Mobile Berlangganan.

12.3.     Prosedur berhenti Layanan Konten Mobile Berlangganan harus dapat dilakukan oleh Konsumen dengan metode yang mudah dan disediakan melalui cara otomatis maupun manual.

12.4.     Bila Konsumen mengirimkan sms berisi pesan STOP (ataupun STOP yg diikuti dengan keyword lain), maka harus menghentikan pengiriman semua Layanan Konten Mobile Berlangganan yang terdaftar pada Perusanaan Penyedia Layanan Konten Mobile terkait kepada Konsumen tersebut.

12.5.     Bila Konsumen mengirimkan sms berisi pesan UNREG (ataupun UNREG yg diikuti dengan keyword yang tidak terdaftar), maka Perusanaan Penyedia Layanan Konten Mobile harus:

a.     memberikan reply dengan pesan berisi jenis layanan apa saja yang diikuti pelanggan tersebut dan cara UNREG masing-masing layanan ditambah dengan pemberitahuan bahwa STOP bisa menghentikan pengiriman semua layanan, atau

b.    langsung menghentikan pengiriman semua layanan kepada Konsumen tersebut.

12.6.     Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile berkewajiban memonitor pesan-pesan yang masuk dari Konsumen. Bila terdapat  pesan yang berisi indikasi untuk menghentikan layanan, maka Perusanaan Penyedia Layanan Konten Mobile berkewajiban secara proaktif menghentikan semua Layanan Konten Mobile Berlangganan kepada Konsumen tersebut selambatnya dalam  5 hari kerja.

Page 57: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

13.       Layanan Mobile Quiz dan/atau Promo dengan Menawarkan Hadiah

13.1. Layanan Mobile Quiz dan/atau Layanan Konten Mobile yang dipromosikan dengan menawarkan hadiah haruslah memperhatikan aturan main yang telah ditetapkan bersama oleh operator & undang2 yg berlaku.

13.2. Layanan Mobile Quiz dan/atau Layanan Konten Mobile yang dipromosikan dengan menawarkan hadiah harus memiliki term kondisi yg lengkap dan dipublikasikan melalui media yang dapat diakses publik.

13.3.     Layanan Mobile Quiz dan/atau Layanan Konten Mobile yang dipromosikan dengan menawarkan hadiah, pada akhir program harus melakukan pengumuman nama pemenang melalui media yang dapat diakses publik.

14.       Iklan dan Promosi Layanan Mobile Konten

14.1.     Iklan dan Promosi Layanan Mobile Konten harus sopan/layak/patut, jujur dan apa adanya.

14.2.     Iklan dan Promosi Layanan Mobile Konten harus disiapkan dengan perasaan bertanggung jawab kepada Konsumen dan publik.

14.3.     Iklan dan Promosi Layanan Mobile Konten harus menghargai prinsip berkompetisi yang adil secara umum.

14.4.     Iklan dan Promosi Layanan Mobile Konten tidak boleh menyebabkan permasalahan SARA.

14.5.     Iklan dan Promosi Layanan Mobile Konten tidak boleh menjebak atau mengeksploitasi Konsumen yang tidak berpengalaman.

14.6.     Iklan dan Promosi Layanan Mobile Konten tidak boleh bersifat mengelabui baik dengan ketidakakuratan, membingungkan, membesar-besarkan, atau kurangnya informasi.

14.7.     Iklan dan Promosi Layanan Mobile Konten pada media yang dikonsumsi anak-anak haruslah digunakan secara bertanggungjawab dan menghindari materi yang tidak berkaitan dengan anak-anak.

14.8.     Iklan Layanan Konten Mobile Berlangganan harus dengan jelas menyebutkan :

a.     Biaya per konten,

b.    Frekwensi pengiriman konten,

c.     Cara berhenti berlangganan & akses Customer Service yang cukup jelas, dimana ukuran huruf petunjuk cara berhenti berlangganan dan akses customer

Page 58: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

care minimal harus 30% dari ukuran huruf informasi text cara berlangganan (misal : REG). Jika ukuran huruf cara berlanggana (misal : REG) kecil, maka petunjuk cara berhenti berlangganan (misal: UNREG) dan akses customer care harus tetap bisa terbaca (bisa jadi harus lebih besar dari 30%).

14.9. Iklan tentang downloadable contents berlangganan harus dengan jelas menyebutkan biaya langganan/membership, keuntungan member, serta bagaimana cara berhenti berlangganan, no. cust service (ukuran huruf minimal harus 30% dari ukuran huruf REG). Jika ukuran huruf REGnya kecil, maka petunjuk UNREG harus tetap terbaca (bisa jadi harus lebih besar dari 30%).

14.10.  Bilamana Iklan dan Promosi Layanan Mobile Konten Berlangganan dilakukan pada media running text pada media TV, maka text ukuran petunjuk cara berhenti berlangganan (misal : UNREG) dan informasi akses customer care harus memiliki ukuran yang sama besar dengan text petunjuk cara berlangganan (misal : REG).

14.11.  Di TV (graphic template) ukuran huruf petunjuk UNREG, biaya, no. cust service minimal harus 30% dari ukuran huruf REG. Jika ukuran huruf REGnya kecil, maka petunjuk UNREG harus tetap terbaca (bisa jadi harus lebih besar dari 30%). Durasi petunjuk UNREG harus sama dengan REG

14.12.  Iklan dan Promosi Layanan Mobile Konten melalui media sms broadcast harus dengan jelas menyebutkan biaya per konten.

15.         Hubungan Antar Anggota IMOCA

15.1. Sesama anggota IMOCA tidak boleh saling mendiskreditkan baik ke dalam maupun ke luar. Jika terbukti seorang anggota IMOCA melakukan pendiskreditan, maka sebuah Surat Teguran akan diberikan kepadanya.

15.2. Pelanggaran anggota IMOCA hanya boleh dilaporkan oleh anggota lainnya ke IMOCA sendiri, bukannya ke institusi lain.

16.         Tindakan

16.1.       Tindakan yang akan diambil oleh IMOCA terhadap suatu pengaduan atas pelanggaran Kode Etik dapat meliputi teguran lisan, teguran tertulis, pengembalian uang kepada Konsumen atau tindakan lain yang sesuai, peringatan tertulis, denda administasi, hingga pemberhentian dan pengucilan dari keanggotaan IMOCA. Setiap tindakan yang diambil dapat dipublikasikan oleh IMOCA.

17.         Penanganan

17.1.       IMOCA  dan Perusahaan Penyedia Layanan Konten Mobile harus menentukan tatacara penanganan pengaduan dan memastikan agar diterimanya

Page 59: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

sesuatu pengaduan dikonfirmasikan dalam waktu singkat dan keputusan diambil dalam waktu yang masuk akal.

17.2.       Penanganan dan penyelesaian suatu kasus pelanggaran Kode Etik harus diselesaikan oleh IMOCA atau lembaga ombudsmen yang independen/bebas. IMOCA menentukan tata cara/prosedur penanganan dan pembentukan lembaga ombudsmen tersebut.

18.         Publikasi

18.1.       IMOCA harus menerbitkan naskah Kode Etik ini dan menyebar luaskannya seluas mungkin. Cetakan salinan naskah itu harus disediakan secara cuma-cuma untuk masyarakat.

19.         Penutup

19.1.       Kode Etik Layanan Konten Mobile ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, yaitu sejak hari Sabtu, tanggal 15 Desember 2007

Indonesian Mobile and Online Content Association

Tanggal, 15 Desember 2007

A. Haryawirasma                                               Sapto Anggoro

 

 

Ketua Umum                                                 Sekretaris Jendral

 

Page 60: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Lampiran

Page 61: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

Nama :Umur :Pekerjaan:1. Apakah anda pernah mendengar atau mengetahui ”sms premium berlangganan/iklan reg”?

a. Ya,dimana………………………………………………………………………………………………………………

b. Tidak2. Apakah anda pernah mengikuti ”sms premium berlangganan/ iklan reg”?

a. Ya,Alasan………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

b. Tidak(tidak perlu menjawan pertanyaan berikutnya)3. Jenis ”sms premium berlangganan/ iklan reg”apa yang pernah anda ikuti?

a. Zodiak,Horoskop,Ramalanb. Religic. Percintaan,Karier,Keuangand. Game,Wallpaper,Ringtonee. dll,sebutkan…………………………………………………………………………………

………………………….4. Apakah anda merasa”sms premium berlangganan/ iklan reg” memberi manfaat?

a. Ya, …………………………………………………………………………………...………………………………………………………………………………………………………………………..

Page 62: TINJAUAN TERHADAP PENGGUNAAN KLAUSULA EKSONERASI OLEH PELAKU USAHA SMS PREMIUM BERLANGGANAN DALAM KAITANNYA DENGAN  PERMENKOMINFO NO.1 TAHUN 2009

b. Tidak,Alasan,..................................................................................................................................................

5. Setelah mengikuti”sms premium berlangganan/ iklan reg”,apakah pelayanan dari provider sudah sesuai dengan yang anda harapkan?a. Ya,Jelaskan................................................................................................................................

.....................b. Tidak

Apakah Tarif Tidak sesuai dengan yang di iklanlan?(Ya/Tidak) Apakah Sms berlangganan di kirim lebih dari 1 kali/hari?(Ya/Tidak) Apakah Prosedurnya berbelit-belit?(Ya/Tidak) Apakah anda Sulit menon-aktifkan sms berlangganan tersebut ?(Ya/Tidak) Apakah setelah pemberhentian berlangganan dikirim,penyelenggara jasa ”sms premium

berlangganan/ iklan reg” mengirimkan pemberitahuan melalui sms tanpa dikenakan biaya? (Ya/Tidak)

Yang lain..................................................................................................................................................

6. Apakah anda mengetahui lembaga yang menaungi pangaduan keluhan konsumen terhadap ”sms premium berlangganan/ iklan reg” ?a. Yab. Tidak

7. Apakah anda pernah mengadukan kerugian yang ditimbulkan dari ”sms premium berlangganan/ iklan reg”?a. Ya,Dimana.................................................................................................................................

....................b. Tidak,Alasan.............................................................................................................................

......................8. Bagaimana cara anda agar berhenti dari ”sms premium berlangganan/ iklan reg”tersebut?

Mengganti Kartu Mencoba dengan berbagai keyword Mengadukan pada call centre Yang

lain................................................................................................................................................

9. Apakah penyelenggara ”sms premium berlangganan/ iklan reg”menyediakan pusat panggilan(call centre)dengan nomor hukum yang dapat dihubungi setiap saat selama 24 jam sehari?a. Yab. Tidak

10. Untuk kedepannya,Apa yang anda harapkaan dari pemerintah untuk mengatasi masalah yang timbul dari ”sms premium berlangganan/ iklan reg” ini?Jawab .................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Nb: berikan tanda silang untuk jawaban yang anda pilih