tinjauan tentang perlindungan peserta asuransi pt....

76
TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. BANGUN ASKRIDA SYARIAH (STUDI ATAS PUTUSAN NO. 715K/AG/2014) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) OLEH SITI ANISAUL KAMILAH 11140460000095 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 25-Jan-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT.

BANGUN ASKRIDA SYARIAH

(STUDI ATAS PUTUSAN NO. 715K/AG/2014)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

OLEH

SITI ANISAUL KAMILAH

11140460000095

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)
Page 3: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)
Page 4: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)
Page 5: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

ABSTRAK

Siti Anisaul Kamilah. NIM 11140460000095. “TINJAUAN HUKUM

TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. ASURANSI

BANGUN ASKRIDA SYARIAH (STUDI ATAS PUTUSAN NO.

715K/Ag/2014)”. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

1440 H/2019 M.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pandangan hukum

terkait perlindungan peserta asuransi. Dengan adanya studi ini dapat

mengetahui bagaimana perkembangan hukum terkait perlindungan peserta

asuransi saat ini, ketika banyak kasus yang membahas tentang hak dan

kewajiban peserta asuransi. Studi ini menghubungkan ketentuan

perundang-undangan di Indonesia seperti UU Perlindungan Konsumen,

KUH Perdata, UU Perasuransian, dan sebagainya serta ketentuan Hukum

Islam seperti KHES, Fatwa DSN-MUI, dan Al-quran Hadits dengan apa

yang terjadi dalam proses putusan mahkamah agung pada putusan No.

715K/Ag/2014

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah jenis penelitian normatif dan penelitian kepustakaan (library

research) dengan melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-

undangan, putusan majelis hakim, buku-buku dan dokumen yang berkaitan

dengan judul skripsi ini.

Hasil dari penelitian ini bahwa somasi yang diberikan Tergugat

atas dasar tidak adanya I’tikad baik dari keluarga Penggugat untuk

menyelesaikan pembiayaan yang telah disepakati merupakan hal yang

kurang tepat karena dalam hal ini keluarga Alm. Ongku yang merupakan

Penggugat mengalami musibah dimana Alm. Ongku meninggal dunia

dikarenakan sakit. Pada hakikatnya ini merupakan keadaan memaksa atau

force majeur, sesuai Pasal 1245 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: “

….dalam keadaan memaksa atau hal-hal yang secara kebetulan satu pihak

tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka keharusannya untuk

mengganti segala biaya, kerugian dan bunga tidak perlu dilakukan”.

Namun pada prakteknya banyak pihak yang salah mengartikan

prinsip wanprestasi dengan force majeure karena masih banyak pihak

yang beranggapan bahwa ketika seseorang tidak dapat memenuhi

kewajibannya dalam sebuah kontrak perjanjian maka hal ini merupakan

wanprestasi, tanpa memperhatikan penyebab terjadinya wanprestasi.

Kata Kunci: Asuransi Syariah, Asuransi Konvensional, Perlindungan

Peserta Asuransi, Musyarakah

Dosen Pembimbing : Faris Satria Alam, S.H, M.H

Daftar Pustaka : 2004 s.d 2014

Page 6: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Tinjauan tentang

Perlindungan Peserta Asuransi PT. Bangun Askrida Syariah (Analisis Putusan No.

715K/Ag/2014) ”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, beserta penerus ajaran

agama-Nya yang telah mencapai kesempurnaan hingga akhir zaman.

Skripsi merupakan buah perjuangan penulis untuk memenuhi salah satu

syarat meraih gelar Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penulisan skripsi ini penulis tidaklah terlepas dari segala

bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie., SH., MA., MH., selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas

bimbingan dan pelayanan yang diberikan kepada kami. Semoga bapak

menjadi pemimpin yang diberkahi Allah. Aamiin.

2. A.M. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat, dan Dr.

Abdurrauf, M.A. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah

membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

3. Faris Satria Alam, M.H., selaku pembimbing skripsi maupun akademik yang

selalu memberikan waktu luang, bimbingan, doa serta motivasi kepada penulis

dan memberikan pelita ilmu kepada penulis selama penyusunan ini maupun

selama perkuliahan, semoga Allah membalas segala kebaikan bapak. Amiinn

Allahumma Ammiinn…

i

Page 7: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

ii

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, semoga ilmu yang telah

Bapak dan Ibu berikan akan selalu bermanfaat bagi penulis. Khususnya Pak

Rohim Yunus, LLM, M.Phil, M. Ishar Helmi, S.H, M.H, dan Kak Erwin

selaku senior saya, yang telah memberikan dukungan, dan do’a sehingga saya

dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ungkapan terima kasih yang tidak terkira dan penghargaan yang paling tinggi

untuk kedua orang tuaku tercinta ayahanda Mukhtar dan Ibunda Toridah yang

tak pernah putus memberikan doa, kasih sayang yang tak bisa ternilai,

motivasi agar aku berubah menjadi lebih baik serta dukungan lainnya baik

moril maupun materil yang tidak ternilai. Semoga Bapak dan Ibu selalu dalam

lindungan Allah SWT. Amiinn…

6. Terima kasih untuk adik saya M. Ibnu Mahabbi dan segenap Keluarga di

Tegal (kakek, nenek, ponakan, sepupu, bibik, paman dll) yang selalu menjadi

motivasi dan penyemangat saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Terima kasih untuk Sahabat-sahabat alumni Ponpes. Darussalam Gontor Putri

1 khususnya Hafsah Sundusiyah, Tsuwaibah Al-Islamiyah, dan Sabrina

Harisanti yang selalu membantu memberikan motivasi dan menghibur hingga

terselesainya skripsi ini.

8. Terima kasih untuk Sahabat seperjuanganku Suci Asri Astuti, Dinda

Maharani, Lely Laelatul Lathifah dan Devi Hunafa Qudsi (calon istri solehah),

yang selalu ada untuk menemani, membantu, menghibur dan memberikan

masukan untuk saya selama ini baik dalam keadaan susah maupun senang

hingga terselesainya skripsi ini.

9. Terima kasih untuk Sahabat-sahabat, dan senior-senior IMMAN (Ikatan

Mutakharijin Madrasah Aliyah Negeri) Cab. Jakarta yang selalu memberikan

dukungan, do’a, semangat dan berbagai masukan untuk saya hingga

terselesainya skripsi ini. Dan kepada Kanda Immanawan Ahmad Sukron, S.E,.

yang sudah mendukung saya dalam proses penulisan skripsi ini.

10. Terima kasih untuk Sahabat-sahabat dan senior-senior Racana UIN Jakarta,

khususnya angkatan saya (GARING) yang selalu memberikan dukungan,

do’a, semangat dan berbagai masukan untuk saya hingga terselesainya skripsi

ini.

Page 8: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

iii

11. Terima kasih untuk para sahabat-sahabat seprofesi saya di Ponpes.

Darunna’im Yapia yang telah memberikan do’a serta dukungan untuk saya

sehingga terselesaikannya skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat terbaik penulis kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya Hukum Ekonomi Syariah (HES) 2014 dan special HES A yang

namanya kebanyakan kalau disebutkan satu persatu. Terima kasih atas

dukungan dan waktu-waktu indah selama 5 tahun ini. Cinta, kasih, dukungan,

doa dan waktu yang sudah kita lewati bersama.

13. Terima kasih untuk teman-teman KKN (PENTAS) atas kebersamaan,

kenangan dan pengalaman berharga yang sangat berkesan.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

demi terselesaikannya skripsi ini, semoga Allah SWT membalas semua

kebaikan kalian

15. berupa pahala yang berlipat ganda serta memberikan anugerah yang setimpal.

Amiinn…

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat menambah khasanal ilmu

pengetahuan dan dapat menjadi amal ibadah bagi penulis. Rasa syukur penulis

panjatkan kepada Allah SWT atas cahaya ilmuNya yang selalu memberikan

kelancaran dan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga

Allah senantiasa meridhai setiap langkah kita. Amiinn..

Jakarta, 07 Mei 2019

Siti Anisaul Kamilah

Page 9: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................................. 4

C. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

E. Kerangka Teori...................................................................................................... 6

F. Metode Penelitian................................................................................................ 10

G. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN UMUM PERASURANSIAN ..................................................... 13

A. Asuransi Konvensional ....................................................................................... 13

B. Asuransi Syariah ................................................................................................. 15

C. Perbandingan Antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah ................. 17

BAB III HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA ASURANSI .................................... 23

A. Hak dan Kewajiban Peserta Asuransi ................................................................. 23

B. Persyaratan Pencairan Klaim .............................................................................. 28

C. Landasan Hukum Perlindungan Peserta Asuransi .............................................. 34

iv

Page 10: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

1

v

BAB IV Analisis Terhadap Putusan Perkara Nomor 715K/Ag/2014 Tentang

Perlindungan Peserta Asuransi .................................................................... 47

A. Duduk Perkara ..................................................................................................... 47

B. Pertimbangan Hukum.......................................................................................... 55

C. Analisis Terhadap Putusan Nomor Perkara 362K/AG/2013 .............................. 58

BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 61

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 61

B. Saran ................................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 64

LAMPIRAN

Page 11: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam melarang adanya transaksi-transaksi yang didalamnya mengandung

unsur gharar, riba, batil dan risywah. Karena secara factual hanya cenderung

menguntungkan nasabah selaku pengguna jasa dari asuransi tersebut. akantetapi

Islam tidak mengabaikan akan arti lembaga keuangan yang mendatangkan

manfaat bagi umat manusia dalam menjalani kehidupannya di muka bumi ini,

termasuk dibolehkannya kegiatan dibidang asuransi syariah. Dengan

menghilangkan unsur-unsur yang dilarang dalam Islam yang lazimnya disebut

akad berdasarkan prinsip syariah1

Asuransi syariah merupakan salah satu produk non bank yang mulai

berkembang, sebagaimana bank syariah yang mulai diminati oleh warga

masyarakat Indonesia. Jika kita perhatikan Islam menganjurkan kita untuk saling

tolong-menolong selama umat manusia, dimana tolong-menolong merupakan

prinsip utama dalam asuransi syariah. Meskipun masalah asuransi tidak dimuat

dalam hukum Islam secara detail, tetapi jika dicermati terdapat substansi

perasuransian secara Islami.

Jika kita lebih memahami mengenai asuransi syariah dan asuransi

konvensional tujuan keduanya memiliki kesamaan, yaitu dalam konsep

pengelolaan dan penanggulangan resiko. Asuransi syariah mulai memasuki

Indonesia dan mulai dikenal sejak tahun 1994, pada saat itu perusahaan

perasuransian yang pertama muncul yaitu: Asuransi Syariah Takafful. Awalnya

pendirian Asuransi Syariah mendapat Prokontra dari berbagai pihak, salah satunya

pihak dari kalangan orang Islam yang menilai bahwa asuransi sama dengan

menentang qadha dan qadhar.

Karena segala macam musibah merupakan takdir dan tidak dapat ditolak.

Namun ada beberapa kalangan muslim yang berpendapat bahwa setiap manusia

1 Abdul Ghofur Ansori, Asuransi syariah di Indonesia, Regulasi dan operasionalisinya di dalam

Kerangka positif di Indonesia (Yogyakarta: UII Press, 2007). h. 21

Page 12: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

2

diperintahkan untuk melakukan perencanaan untuk menghadapi segala sesuatu

yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59) ayat 18,

yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah

setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan)

dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa

yang engkau kerjakan.” (Q.S Al-Hasyr/59: 18)

Asal usul asuransi syariah berbeda dengan perkembangan asuransi

konvensional, asuransi syariah di Indonesia diambil dari budaya bangsa Arab

sebelum zaman Rasulullah yang biasa disebut aqilah.2 Al-aqilah sendiri memiliki

arti yaitu saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Dalam hal

ini dapat diambil kesimpulan bahwa istilah ini memiliki maksud yang berarti

ketika seorang anggota terbunuh diakibatkan oleh suku lain maka ahli waris

korban mendapatkan pertanggungan sebagai konpensasi atas kematian anggota

keluarganya. Berdasarkan uraian di atas, jika disesuaikan dengan prinsip syariah

sehingga menjadi asuransi syariah.Karena dapat kita pahami bahwa prinsip

asuransi syariah adalah tolong-menolong melalui dana tabarru’ dan unsur

investasi dalam bidang asuransi jiwa. Sedikit pemaparan mengenai sejarah asal-

usul hingga memunculkan istilah asuransi syariah.

Selanjutnya, melihat perkembangan masyarakat Indonesia selain

membutuhkan sistem perbankan yang syariah. Masyarakat Indonesia juga

membutuhkan produk asuransi yang syariah untuk melindungi harta dan keluarga

dari berbagai musibah yang diri kita sendiripun tidak pernah mengetahui kapan

terjadinya musibah tersebut.Contoh kasus ketika seorang keluarga kehilangan

kepala keluarga yang menjadi satu-satunya sumber penghidupan keluarga tersebut

maka ketika itu pula kemaslahatan keluarga tersebut terancam karena tidak ada

lagi sumber penghidupan. Dan ketika suatu keluarga harus kehilangan sumber

penghasilan yang hanya berasal dari usaha yang bertahun-tahun di bangun

dikarenakan kebakaran atau musibah lainnya, asuransi merupakan salah satu jalan

2 Zainudin Ali, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 9

Page 13: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

3

keluar. Asuransi memang tidak dapat mencegah musibah atau penanggulangan

adanya risiko.

Daftar perusahaan asuransi yang ada di Indonesia pada tgl 31 Desember

2015 berjumlah 137 perusahaan yang terdiri dari berbagai jenis pembiayaan

asuransi, baik asuransi umum, wajib, jiwa, reasuransi dan sosial. Konsep takaful

merupakan landasan pengertian asuransi syariah menurut ketetapan Fatwa Dewan

Syariah Nasional No.53/DSN-MUI/III/2006 dan KUHD Pasal 246. Dalam Fatwa

Dewan Syariah Nasional No. 53/DSN-MUI/III/2006 terkait Asuransi menjelaskan

bahwa ketika terjadi Defisit Underwriting maka perusahaan asuransi wajib

menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk Qardh (pinjaman), dan

pengembalian atas dana tersebut kepada perusahaan asuransi melalui penyisihan

dana tabarru’.3

Seorang peserta asuransi dapat mengajukan klaim ketika dirinya terkena

musibah, pengertian dari klaim sendiri adalah pengajuan hak yang dilakukan oleh

tertanggung kepada penanggung untuk mendapatkan haknya berupa

pertanggungan atas kerugian berdasarkan perjanjian atau akad yang telah dibuat.4

Dalam konsep bank syariah maka bank merupakan pihak ketiga yang memberikan

pinjaman terhadap nasabah dan PT. Asuransi yang menanggung risiko jika terjadi

hal-hal yang tidak di inginkan.

Dalam hukum Islam terdapat beberapa cara penyelesaian sengketa dalam

sengketa ekonomi syariah yaitu:5 Al-Sulh (Perdamaian), Tahkim (Arbitrase),dan

Wilayat Al-Qadha (Kekuasaan Kehakiman). Sedangkan dalam hukum positif,

cara-cara terkait penyelsaian sengketa yaitu:6 Perdamaian dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa (ADR), Arbitrase (Perdamaian), dan Proses Litigas

3 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 53/DSN-MUI/III/2006 tentang AKAD TABARRU’ PADA

ASURANSI SYARIAH 4 Ahmad Chairul Hadi, Hukum Asuransi Syariah (Konsep dasar, aspek hukum, dan sistem

operasional), UIN Press: Tangerang Selatan, Ciputat, 2015, h. 175 5 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,

Jakarta: Kencana, 2012, h.427 6 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,

Jakarta: Kencana, 2012, h.437

Page 14: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

4

Pengadilan. Dalam perkara terkait Ekonomi Syariah awalnya diselesaikan oleh

BASYARNAS (Badan Arbitrase Syariah Nasional), namun setelah berlakunya

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, maka sengketa

terkait ekonomi syariah menjadi kewenangan Pengadilan Agama.

Setelah ditetapkannya Undang-Undang No.3 Tahun 2006 tentang

Peradilan Agama, salah satu Pengadilan Tinggi Agama di Medan telah

menjatuhkan putusan terkait perkara ekonomi syariah (pembiayaan musyarakah)

yang melibatkan Aminuddin Sinaga selaku Pimpinan Bank dan PT. Bank

SUMUT yang menjadi tergugat I dan II. Pengadilan Agama menerima gugatan

tentang kewajiban ahli waris pada akad Musyarakah dengan nomor perkara

715K/Ag/2014 yang diajukan oleh Ibu Hj. Saripah Dhalimunthe selaku ibu dari

Alm. Ongku Sutan Harahap mengajukan gugatan kepada beberapa pihak yaitu:

Pimpinan Cabang PT. Bank Sumut Syariah, Direktur Utama PT. Bank Sumut, PT.

Asuransi Bangun Askrida Syariah, Dir.Jen Piutang dan Lelang Medan, Yusliana

istri Alm., Fatma Dini Anggita Harahap, dan Elza Maryna Harahap.

Dalam sengketa ini Ibu Hj. Saripah merasa diperlakukan tidak adil

dikarenakan surat peringatan yang di terimanya atas peralihan pembiayaan yang

dilakukan putranya, serta rencana pelelangan atas agunan Almarhum. Sedangkan

dalam klausula perjanjian dituliskan bahwa jika terjadi sesuatu hal yang

menyebabkan Almarhum tidak dapat melanjutkan pembayaran maka, sisa

pembayaran akan di alihkan kepada Tergugat I agar tidak memberatkan ahli

waris.

Namun Kasasi yang diajukan Hj. Saripah tidak dikabulkan di karenakan

beberapa hal, sedangkan ahli waris tidak memiliki harta benda guna menghindari

adanya pelelangan. Dengan latar belakang ini penulis ingin melakukan penelitian

skripsi dengan tema: “Tinjauan hukum tentang perlindungan peserta asuransi pt.

Asuransi bangun askrida syariah (studi atas putusan no. 715k/ag/2014)”.

B. Identifikasi Masalah:

1. Apa hak dan kewajiban bagi peserta asuransi

Page 15: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

5

2. Bagaimana mekanisme dan persyaratan pengajuan klaim bagi peserta asuransi

syariah dan konvensional

3. Bagaimana standarisasi polis secara syariah maupun konvensional.

4. Apakah fatwa dan ojk memiliki standarisasi polis yang dibutuhkan oleh para

peserta asuransi.

5. Bagaimana penerapan PT. Asuransi Bangun Askrida Syariah dalam pencairan

klaim? (wawancara ke PT. Asuransi)

C. Rumusan Masalah:

1. Bagaimana pengaturan hak dan kewajiban peserta asuransi oleh PUU dan

mekanisme pengajuan klaim di PT. Bangun Askrida Syariah?

2. Bagaimana penerapan hukum dalam Putusan No. 715K/Ag/2014 tersebut?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi

tertanggung asuransi PT. Bangun Askrida dalam Putusan

No.715K/Ag/2014.

b. Untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum dalam praktek

perasuransian di Indonesia

c. Untuk mengetahui hak dan kewajiban peserta asuransi oleh PUU

2. Manfaat Tujuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

a. Manfaat Praktik

1) Bagi Ilmu Pengetahuan

Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian

lebih lanjut khususnya dalam bidang perasuransian. Sebagai media

pembelajaran metode peneilitian hukum, sehingga dapat

Page 16: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

6

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2) Bagi Masyarakat

Untuk menambah pengetahun bagi masyarakat umum

khususnya bagi nasabah asuransi dalam memahami tentang

perlindungan hukum, serta wacana dalam memilih, produk

asuransi.

b. Manfaat Teoritis

1) Bagi Perusahaan Asuransi

Sebagai bahan masukan bagi perusahaan asuransi agar lebih

terkait dengan putusan yang telah diputuskan untuk mengkaji lebih

lanjut melalui berbagai aspek, khususnya aspek keadilan.

2) Bagi Penulis

Dengan melakukan penelitian ini, penulis ingin mengkaji

ulang terkait putusan No.715K/Ag/2014. Karena dari sudut

pandang penulis dalam putusan ini terdapat beberapa kekurangan

dimana keluarga peserta atau ahli waris belum mendapatkan

keadilan.

3) Bagi Masyarakat

Dengan adanya putusan ini diharapkan masyarakat

memiliki pengetahuan yang lebih terkait dengan peraturan

perusahaan perasuransian

E. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

a. Teori Asuransi Syariah

Teori asuransi syariah merupakan suatu teori hukum yang

memiliki kedudukan penting dalam hal terkait asuransi syariah, yang

didalamnya membahas terkait pengertian serta berbagai hal terkait

asuransi syariah.

Page 17: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

7

Landasan teori yang melandasi berdirinya asuransi syariah dengan

menelusuri konsep-konsep turunan at-ta’min dalam literature fiqih

klasik.7 Konsep asuransi syariah yang mulai terdengar kembali dari

para ulama modern setelah karya Syekh Abu Zahra dan Prof. Dr.

Mustafa Ahmad Zarqa yang berpendapat bahwa, Asuransi Syariah:

Usaha saling melindungi dan saling menolong di antara sejumlah

orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru’

yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko

tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah,8 yang

kemudian menjadi rujukan para cendikiawan.

Asuransi syariah mulai dikenal di Indonesia sejak perekonomian

di Indonesia mulai menggunakan prinsip-prinsip syariah. Terdapat

tiga filosofi asur ansi syariah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan

Sunnah yaitu:9

1) Tauhid

2) Tolong-menolong

3) Saling melindungi dan menanggung

Menurut kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) pasal 246,

yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah suatu

perjanjian (timbal-balik), dengan mana seorang penanggung

mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima

suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu

kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,

yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiawa tak

menentu.10

7 https://book.google.co.id senin/2018/29-01/asuransi-syariah:life and general

8 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi

Syariah. 9 http://Mysharing.co/2018/29/1/berita-beritaekonomisyariah-memahami-filosofi-asuransi-syariah.

10 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014, h.238

Page 18: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

8

b. Teori Asuransi Konvensional

Dalam hal ini saya akan membahas sedikit terkait asuransi

konvensional dimana produk asuransi konvensional sudah lebih

dahulu dikenal oleh masyarakat. Pengetian dari asuransi adalah suatu

usaha jasa keuangan yang dilakukan dengan menghimpun dana

masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi dengan memberikan

perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi

terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa

yang tidak pasti.11

Dasar dari operasional asuransi konvensional adalah berorientasi

pada sistem ekonomi kapitalis yang intinya hanya untuk

mengumpulkan modal untuk kepentingan pribadi atau golongan

tertentu, sama sekali tidak ada pengembangan ekonomi yang lebih

konprehensif.12

c. Teori Perlindungan Konsumen

Dalam hal ini sangat diperlukan adanya undang-undang yang

mengatur tentang hak-hak dan kewajiban para konsumen yang

terangkum dalam perlindungan konsumen atau nasabah. Yang diatur

dalam undang-undang nomor 8 tahun 1999 terkait perlindungan

konsumen dan perpres no.50 tahun 2017 tentang strategi nasional

pelindungan konsumen.

Pasal 2 huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang

Usaha Perasuransian yang memberikan penjelasan tentang

perlindungan hukum yang diberikan terhadap masyarakat pemakai

jasa asuransi. Namun dalam penjelasan yang dijabarkan dalam

Undang-Undang ini tidak memberikan kejelasan terkait perlindungan

hukum seperti apa dan bagaimana pelaksanaan yang dilakukan untuk

memberikan upaya perlindungan hukum terhadap nasabahnya,

sehingga undang-undang usaha perasuransian tidak bisa berjalan

11

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, 2014, h.217 12

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014, h.239

Page 19: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

9

dengan baik dan membutuhkan undang-undang lain yang selaras

demi terwujudnya perlindungan hukum yang adil dan bersifat jelas

bagi nasabah pemakai jasa asuransi.

Secara konseptual, menurut Ricardo perlindungan konsumen

meliputi ketentuan hukum yang mengatur antara pelaku usaha dengan

konsumen dalam hubungan hukum yang mereka sepakati.13

Dan

seharusnya dijelaskan secara jelas bagaimana sistematika penerapan

perlindungan konsumen atau nasabah dalam undang-undang

perlindungan konsumen, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman

dalam penerapannya.

2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dari permasalahan yang ada dalam putusan

ini adalah sebagai berikut:

13

http://hukumonline.com/senin/2018/29-01

Pengadilan Agama

Banding

Putusan No.

124/Pdt.G/PTA/2013

Hukum Islam

Undang-Undang

Perlindungan

Konsumen

Putusan 1

Putusan No.

967/Pdt.G/PA/2012

Kasasi

Putusan

No.715/K/Ag/2014

Perlindungan

konsumen/peserta

Page 20: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

10

Berikut adalah gambaran terkait kasus Hj. Saripah yang menjadi penggugat dan

ahli waris dari Alm. Ongku Sutan Harahap, yang mengalami penolakan pada P1,

Banding sehingga Kasasi.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan

metode Normatif.14

Yaitu penelitian yang dilakukan pada peraturan

tertulis dan berbentuk dokumen yang disebut data sekunder, dimana data-

data tersebut diperoleh dari buku-buku yang berkaitan.

2. Jenis Data dan Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif, yaitu

berupa kalimat dan gambar bukan angka. Data kualitatif ini merupakan

data yang pada umumnya menghasilkan prosedur analisis yang tidak

menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Sumber Data Primer

Putusan Mahkamah Agung No.715K/Ag/2014, beserta putusan

pengadilan dibawahnya, undang-undang perlindungan konsumen,

undang-undang perbankan, fatwa dsn-mui no.53/dsn-mui/III/2006

tentang akad tabarru’ pada asuransi syariah, KHES buku 1 pasal 20

dan wawancara terhadap beberapa PT. Asuransi terkait pencairan

klaim.

b. Sumber Data Sekunder15

Merupakan sumber data yang tidak langsung diberikan kepada

pengumpul data. namun data yang diperoleh dari literature-literature

kepustakaan seperti majalah, buku-buku, artikel, atau literature lain

yang berhubungan atau relevan dengan pembahasan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

14

Salim HS, Erlies Septiana Nurbaini, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan

Diseratasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 12 15

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, cet. Vi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.

51

Page 21: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

11

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan ini,

maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: Penelitian

kepustakaan (Library research) Yaitu dengan cara mengumpulkan dan

mempelajari data dan bahan dari berbagai lirature yang ada. Dengan

membaca, mempelajari, mencatat dan merangkum teori yang berkaitan

dengan masalah pokok pembahasan melalui berbagai sumber seperti:

buku, skripsi terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, bulletin, brosur,

internet dan media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan pada

penelitian ini.

4. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data yang ada penulis

menggunakan analisis data kualitatif, yaitu dengan mereview data yang

telah didapat dengan menggunakan kalimat atau uraian yang menyeluruh

sesuai dengan fakta yang terdapat di lapangan. Semua hasil penelitian

dihubungkan dengan undang-undang yang terkait. Sehingga

menghasilkan kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang

ada.16

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami pembahasan skripsi ini, maka penulis

akan mendeskripsikan dalam bentuk kerangka skripsi. Adapun sistematikanya

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, yang berisikan tentang Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan

yang digunakan, serta Kerangka Teori Skripsi ini.

BAB II TINJAUAN UMUM PERASURANSIAN, yang berisikan dan

membahas tentang penjelasan, mekanisme Asuransi Syariah dan

Konvensional, tujuan terkait Asuransi Syariah dan Konvensional,

16

Zaenuddin Ali, Penelitian Hukum, cet. I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 46

Page 22: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

12

Konsep Asuransi Syariah dan Konvensional, serta Perbandingan

antara Asuransi Syariah dan Konvesional.

BAB III PENGATURAN HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA

ASURANSI, yang berisikan mengenai berbagai hak dan kewajiban

para peserta asuransi yang diatur oleh Undang-Undang yang ada,

yaitu: UUPK, UU Perasuransian, dan POJK.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PERKARA NOMOR.

715K/Ag/2014 TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA

ASURANSI, yang berisikan tentang duduk perkara, pertimbangan

hukum, serta analisis terhadap putusan nomor perkara

715K/Ag/2014 menurut hukum.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, Bab V merupakan bab terakhir

yang menguraikan jawaban pertanyaan dalam perumusan masalah

penelitian yang pertama dan kedua. Kesimpulan dari hasil analisa

yang telah dilakukan penulis, dimana hasil analisa dirumuskan dan

disimpulkan, serta saran-saran terhadap masalah yang dibahas

sehingga perlu dikaji lebih lanjut.

Page 23: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

13

BAB II

TINJAUAN UMUM PERASURANSIAN

A. Asuransi Konvensional

Asuransi berasal dari bahasa Belanda “assurantie” sedangkan dalam

hukum Belanda disebut “verzekering”, yang artinya pertanggungan. Dari

istilah “assurantie” timbullah istilah “assuradeur” bagi penanggung, dan

“geassureerde” bagi tertanggung.1 Menurut salah satu ilmuwan yaitu Robert L.

Mehr, yang dikutip oleh M. Syakir Sula:2 “Asuransi adalah suatu alat untuk

mengurangi risiko dengan menggabungkan sejumlah unit-unit yang berisiko, agar

kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi

tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara proporsional di antara semua

unit dalam gabungan tersebut.”

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 246 yang

dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian (timbal-

balik), dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang

tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian

kepadanya. Karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan

yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa yang

tak menentu.

Dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang usaha

perasuransian disebutkan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian

antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri

kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung. Karena kerugian, kerusakan atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga

yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang

tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas

meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

1 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2013, h.539

2 Ahmad Wardi Muslich, 2013, h.539

Page 24: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

14

Asas perbankan Indonesia dalam melaksanakan usahanya adalah

demokrasi terhadap ekonomi namun didasari dengan prinsip kehati-hatian.

Fungsi utamanya bank adalah untuk menghimpun dana dan penyalur dana bagi

masyarakat. Dimana bank memutar uang yang ada untuk digunakan

masyarakat melalui berbagai produk yang di tawarkan. Tujuan pokok bank

adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan stabilitas perekonomian, meningkatkan pemerataan, dan

mengontrol pertumbuhan ekonomi.

Prinsip yang biasa digunakan adalah prinsip bunga bank yang sudah tidak

asing di dengar oleh masyarakat khususnya nasabah bank konvensional.

Dimana ketika seorang nasabah mengajukan peminjaman dana maka terdapat

bunga yang dikenakan bank kepada nasabah apabila terjadi keterlambatan

dalam pembayaran angsuran.

Konsep dan sistem bank konvensional adalah sebagai berikut:3

Bunga Tab/Deposito Bunga Kredit

3 http://upi.edu>Direktori>FPEB>PerbedaanAntaraBankSyariahdanBankKonvensional.com

diakses pada tanggal 7 November 2018, pukul 17.00 WIB

Masyarakat

Pemilik Dana

Bank

Konvensional

Masyarakat

Pengguna Dana

Proses Penghimpunan

Dana

Proses Penyaluran

Dana

Penetapan Imbalan

Konsep Penghimpunan Dana

1. Giro

2. Tabungan & Deposito

Penetapan Beban

Konsep Penyaluran Dana

Bunga (Baik untuk Konsumtif,

modal kerja/investasi

Page 25: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

15

B. Asuransi Syariah

Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut At-ta’min yang berasal dari kata

amana yang berarti memberikan perlindungan, rasa aman dan terbebas dari

rasa takut. Hal ini tercantum dalam Surah Quraisy (106) ayat 4:

الذي أطعمهم من جوع وء منهم من خوف

Yang artinya:“yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan

lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”

Ibrahim Anis mendefinisikan at-ta’min (asuransi) adalah:4

At-ta’min (asuransi) adalah suatu akad yang mewajibkan salah sau pihak, yaitu

penanggung (muammin) untuk memenuhi apa yang telah disepakati kepada pihak

lain, yaitu tertanggung (musta’min) ketika syarat-syaratnya telah terpenuhi atau telah

jatuh tempo, sebagai imbalan atas penyerahan uang iuran tertentu.

Sesuai dengan firman Allah yang artinya:5 “Dialah Allah yang mengamankan

mereka dari ketakutan”. Terdapat beberapa istilah terkait asuransi syariah yang

dikemukakan para ulama sebagai asal muasal asuransi syariah yaitu:6 Al-

Aqila7, At-Tanahud

8, Aqd Al-hirasah

9, dan Dhiman Khatr Thariq

10.

Fatwa Dewan Syarah Nasional Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 tentang

pedoman umum asuransi syariah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

asuransi syariah (ta’min, takaful, atau tadhamun) adalah usaha saling

melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui

investasi dalam bentuk asset dan/atau tabarru’, yang memberikan pola

pengambilan untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang

syariah adalah akad yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir

4 Ahmad Wardi Muslich, Foqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2013, h.541

5 Kuat Ismannto, Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009, h 51 6 Kuat Ismannto, Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009, h 48 7 Al-Aqila artinya saling memikul atau bertanggung jawab atas keluarganya

8 Tanahud adalah suatu istilah tentang makanan yang dikumpulkan dari para peserta

safar (perjalanan) yang dicampur menjadi satu. 9 Aqd Al-hirasah adalah kontrak pengawal keselamatan.

10 Dhiman Khatr Thariq adalah suatu kontrak yang merupakan jaminan keselamatan lalu

lintas.

Page 26: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

16

(perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram, dan

maksiat.

Dari definisi yang telah disebutkan dalam Fatwa No: 21/DSN-

MUI/X/2001 menyimpulkan bahwa inti dari asuransi syariah adalah saling

tolong-menolong dan melindungi antara peserta asuransi. Dimana ketika ada

seorang dari anggota atau peserta asuransi mengalami musibah maka premi

anggota lain diberikan untuk membantu peserta yang tertimpa musibah. Sesuai

dengan Surah Al-Ma’idah (5) ayat 2:

ابوتعاونوعلي البروالتقوى والتعاونواعلى اإلثم والعدوان والتقوهللا إن هللا شديدالعق

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah

kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

Terdapat pula pandangan para ulama terkait asuransi yang ditinjau

berdasarkan prinsip fiqh mumalah. Dari sekian banyak pandangan terdapat tiga

perbedaan yang paling terlihat yaitu:11

(a) Asuransi itu haram dalam segala

macam bentuknya, termasuk asuransi jiwa; (b) Asuransi konvensional

diperbolehkan; dan (3) Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan dan yang

besifat komersial diharamkan.Teori asuransi syariah merupakan suatu teori

hukum yang memiliki kedudukan penting dalam hal terkait asuransi syariah,

yang didalamnya membahas terkait pengertian serta berbagai hal terkait

asuransi syariah.

Dalam ajaran Islam asuransi syariah merupakan suatu akad tolong-

menolong antara sesama dan sudah menjadi dasar utama adanya produk

asuransi syariah. Asuransi merupakan suatu wujud dari usaha dalam hal

pertanggungan yang melibatkan sekolompok orang dan perusahaan asuransi

yang berperan sebagai pihak yang mengelola dana tersebut.12

11

Kuat Ismannto, Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009, h. 8-9 12

Desmadi saharuddin, Pembayaran Ganti Rugi pada Asuransi Syariah, Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015, h. 46

Page 27: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

17

Perbedaan antara Asuransi Syariah dan Konvensional adalah:13

Dari segi

konsep, sumber hukum, hubungan dengan (maisir, gharar, dan riba), segi

akad, segi tanggungan risiko, segi pengelolaan dana, segi investasi dana, segi

kepemilikan dana, segi premi, segi kontribusi biaya, segi pembayaran klaim

dan segi keuntungan.

C. Perbandingan antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara asuransi

konvensional dan asuransi syariah, tidak hanya dari dasar agama atau ayat Al-

Qur’an namun terdapat beberapa perbedaan lainnya yang di sampaikan oleh

Muhammad Syakir Sula adalah sebagai berikut:14

Tabel: 1.

No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

1 Konsep

Perjanjian antara dua pihak

atau lebih, dengan mana

pihak penanggung

mengikatkan diri kepada

tertanggung, dengan

menerima premi asuransi,

untuk memeberikan

pergantian kepada

tertanggung

Sekumpulan orang yang

saling membantu, saling

menjamin, dan

bekerjasama, dengan

cara masing-masing

mengeluarkan dana

tabarru’

2 Asal-usul

Dari masyarakat babilonia

4000-3000 SM yang dikenal

dengan perjanjian Hummu

rabi. Pada 1668 M di Coffe

House London berdirilah

Dari Al-Aqidah,

kebiasaan suku arab jauh

sebelum Islam datang.

Kemudian di sahkan

oleh Rasulullah menjadi

13

Ahmad Wardi Muslich, Foqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2013, h.559 14

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana, 2014, h. 260

Page 28: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

18

Lloyd of London sebagai

cikal bakal asuransi

konvensional

hukum Islam, bahkan

telah tertuang dalam

konstitusi pertama di

dunia (Konstitusi

Madinah) yang dibuat

langsung oleh

Rasulullah.

3 Sumber

Hukum

Bersumber dari fikiran

manusia dan kebudayaan.

Berdasarkan hukum positif,

hukum alami, dan contoh

sebelumnya.

Bersumber dari wahyu

Ilahi. Sumber hukum

dalam syariah Islam

adalah Al-Qur’an, As-

Sunnah atau kebiasaan

Rasul, Ijma’ fatwa

sahabat, Qiyas, Istihsan,

Urf’, tradisi’, dan

Mashalih Mursalah

4

“Maghrib”

(maisir,

gharah, dan

riba)

Tidak selaras dengan syariat

Islam karena adanya maysir,

gharah, dan riba, hal yang

diharamkan dalam muamalah.

Bersih dari adanya

praktik gharah, maysir,

dan riba.

5

DPS (Dewan

Pengawas

Syariah)

Tidak ada, sehingga dalam

banyak praktiknya

bertentangan dengan kaidah-

kaidah syara’.

Ada, yang berfungsi

untuk mengawasi

pelaksanaan operasional

perusahaan agar terbebas

dari praktik-praktik

muamalah yang

bertentangan dengan

prinsip-prinsip syariah.

6 Akad Akad jual-beli (akad

muawaddhah, idz’aan,

Akad tabarru’ dan

tijarah (mudharabah,

Page 29: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

19

gharah dan mulzim) wakalah, dan syirkah

dsb)

7 Jaminan/Risk

(Risiko) Transfer of Risk, dimana

terjadi transfer risiko dari

pertanggung kepada

penanggung.

Sharring of Risk, dimana

terjadi proses saling

menanggung antara satu

peserta dengan peserta

lainnya (ta’awun).

8 Pengelolaan

Dana

Tidak ada pemisahan dana,

yang berakibat pada

terjadinya dana hangus (untuk

produk saving life)

Pada produk-produk

saving(life) terjadi

pemisah dana, yaitu

dana tabarru’’derma’

dan dana peserta,

sehingga tidak mengenal

dana hangus. Adapun

untuk term insurance

(life) dan general

insurance semuanya

bersifat tabarru.’

9 Investasi

Bebas melakukan investasi

dalam batas-batas ketentuan

perundang-undangan, dan

tidak terbatasi pada halal dan

aramnya objek atau sistem

investasi yang digunakan.

Dapat melakukan

investasi sesuai

ketentuan perundamg-

undangan, sepanjang

tidak bertentangan

dengan prinsip-prinsip

syariah Islam.Bebas dari

riba dan tempat-tempat

investasi yang terlarang.

10 Kepemililikan

dana

Dana yang terkumpul dari

premi peserta seluruhnya

menjadi milik perusahaan.

Dana yang terkumpul

dari peserta dalam

bentuk iuran atau

Page 30: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

20

Perusahaan bebas

menggunakan dan

menginvestasikan kemana

saja.

konstribusi,merupakan

milik peserta (shahibul

maal),asuransi syariah

hanya sebagai

pemegang amanah

(mudharib) dalam

mengelola dana tersebut.

11 Unsur premi

Unsur premi terdiri dari tabel

mortalita (mortality

tables),bunga (interest),

biaya-biaya asuransi (cost of

insurance).

Iuran atau kontribusi

terdiri dari tabarru’ dan

tabungan (yang tidak

mengandung unsur

riba),tabarru’juga

dihitung dari tabel

mortalita, tetapi tanpa

perhitungan bunga

teknik.

12 Loading

Loading pada asuransi

konvensional cukup besar

terutama diperuntukkan untuk

untuk komisi agen, bisa

menyerap premi tahun

pertama dan kedua. karena

itu, nilai tunai pada tahun

pertama dan kedua biasanya

belum ada (masih hangus)

Pada sebagian asuransi

syariah, loading (komisi

agen) tidak dibebankan

pada peserta tetapi dari

dana pemegang saham.

Namun sebagian yang

lainnya mengambilkan

dari sekitar 20-30 persen

saja dari premi tahun

pertama. Dengan

demikian, nilai tunai

tahun pertama sudah

terbentuk.

13 Sumber Sumber biaya klaim adalah Sumber pembayaran

Page 31: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

21

Pembayaran

Klaim

dari rekening perusahaan,

sebagai konsekuensi

penanggung terhadap

tertanggung. Murni bisnis dan

tidak ada nuansa spiritual.

klaim diperoleh dari

rekening tabarru’ yaitu

peserta saling

menanggung. Jika salah

satu peserta mendapat

musibah, maka peserta

lainnya ikut

menanggung bersama

risiko.

14 Sistem

Akutansi

Menurut konsep akutansi

accrual basis, yaitu proses

akutansi yang mengakui

terjadinya peristiwa atau

keadaan nonkas. Dan,

mengakui pendapatan,

peningkatan asset, expenses,

liabilities dalam jumlah

tertentu yang baru akan

diterima dalam waktu yang

akan datang.

Menganut konsep

akutansi cash basis,

mengakui apa yang

benar-benar telah ada,

sedangkan actual basis

dianggap bertentangan

dengan syariah karena

mengakui adanya

pendapatan, harta, beban

atau utang yang akan

terjadi di masa yang

akan datang. Sementara

apakah itu benar-benar

dapat terjadi hanya

Allah yang tahu.

15 Keuntungan

(profit) Keuntungan yang diperoleh

dari surplus underwriting,

komisi reasuransi, dan hasil

investasi seluruhnya adalah

keuntungan perusahaan.

Profit yang diperoleh

dari surplus

underwriting, komisi

reasuransi, dan hasil

investasi, bukan

seluruhnya menjadi

Page 32: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

22

milik perusahaan, tetapi

dilakukan bagi hasil

(mudharabah) dengan

peserta.

16 Misi dan Visi

Secara garis besar misi utama

dari asuransi konvensional

adalah misi ekonomi dan misi

sosial

Misi yang diemban

dalam asuransi syariah

adalah misi akidah, misi

ibadah (ta’awun), misi

ekonomi (iqtishod), dan

misi pemberdayaan umat

(sosial).

Page 33: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

23

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA ASURANSI

A. Hak dan Kewajiban Peserta Asuransi

Adapun hak dan kewajiban para konsumen atau peserta asuransi yang

merupakan konsumen dari sebuah produk perusahaan asuransi. Adapun hal-

hal yang perlu diperhatikan yaitu: pertama, hak untuk mendapatkan

keamanan (the right of safety). Kedua, hak untuk mendapatkan informasi (the

right to be informed). Ketiga, hak untuk memilih (the right to choose), dan

hak untuk didengar (the right to be heard).1 Keempat hak ini sudah menjadi

pedoman secara umum sebagai hak para konsumen.

Konsep hak dalam Islam sangat berkaitan dengan kewajiban, bahkan

kewajiban sangat dikedepankan dibanding hak.2 Seperti yang saya ketahui

Islam sangat mengedepankan kewajiban dibandingkan hak karena dalam

Islam seseorang dapat menuntut haknya jika kewajibannya sudah terpenuhi

sesuai dengan kesepakatan antara dua pihak yang melakukan perjanjian.

Hingga akhirnya dalam Islam dijelaskan pula hak-hak para konsumen,

antara lain:3

a. Hak untuk mengetahui informasi atas barang dan jasa, dalam hal ini

menjelaskan tentang pentingnya seorang konsumen mengetahui bagaimana

spesifikasi dari barang dan jasa yang akan digunakan. Sehingga tidak

menimbulkan penyesalan ketika menggunakan barang atau jasa tersebut

dan untuk menghindari kekeliruan mengenai gambaran atas barang atau

jasa

1 Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, Ciputat: UIN Jakarta Press,2013, h. 10 2 Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam,2013, h. 15 3 Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, 2013, h. 16

Page 34: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

24

yang digunakan. Serta dalam hal ini produsen berperan penting karena ini

merupakan kewajiban seorang produsen yang memberikan barang atau

jasa tersebut.

b. Hak konsumen atas kebebasan memilih, hal ini menjelaskan tentang

kebebasan seorang konsumen dalam melakukan suatu perjanjian dengan

pihak lain, dimana seorang konsumen ingin melanjutkan atau

menghentikan perjanjian antara dua pihak. Hal ini dijelaskan pula dalam

Al-Qur’an surat: An-Nisa’ (4): 29 yang artinya:

Barang atau harta tidak akan diperoleh kecuali dengan adanya kesepakatan

dan kebebasan memilih.(Q.S An-Nisa’ (4): 29)

Dapat disimpulkan bahwa antara konsumen dan produsen harus ada

kesepakatan untuk melanjutkan transaksi atau perjanjian yang sedang

dilakukan.

c. Dan Hak konsumen atas penyelesaian sengketa, dalam hal ini ketika

seorang konsumen merasa dirugikan oleh produsen sehingga

menyebabkan sengketa antara kedua belah pihak, maka konsumen berhak

memilih jalur penyelesaian sengketa yang akan ditempuhnya. Di Indonesia

dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999

selanjutnya disebut UUPK yang didalamnya menjelaskan terkait jalur

penyelesaian sengketa yang di tawarkan adalah melalui pengadilan

ataupun luar pengadilan.

Namun, terdapat suatu organisasi yang menambahkan hak-hak para konsumen

namun tidak semua lembaga atau organisasi menerima beberapa point dalam

penambahan hak-hak para konsumen. Namun terdapat satu hak yang sama

pentingnya dengan keempat hak sebelumnya yaitu hak mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat.

Page 35: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

25

1. Hak dan Kewajiban Berdasarkan UUPK

Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 4 menjelaskan

tentang hak-hak konsumen yaitu:34

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai

dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

atau tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Setelah kita memerhatikan hak para konsumen yang perlu diketahui

selanjutnya adalah kewajiban para konsumen. Karena dalam setiap hak pasti

ada kewajiban begitupun sebaliknya, ketika seseorang telah melakukan

kewajibannya maka ia berhak untuk mendapatkan haknya, antara hak dan

kewajiban harus seimbang agar tidak ada yang merasa dirugikan.

34

Undang-Undang Perlidungan Konsumen tentang Perlindungan Konsumen Nomor 8

Tahun 1999

Page 36: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

26

Berikut kewajiban para konsumen yang disebutkan dalam Pasal 5, yaitu:35

(1) Membaca atau mengikuti petunjuk dan informasi yang diatur dalam

prosedur, (2) beritikad baik dalam melaksanakan transaksi, (3) membayar

sesuai dengan nilai tukar yang telah disepakati kedua belah pihak, (4)

mengikuti anjuran dalam penyelesaian sengketa perlindungan konsumen.

Setelah membahas hak dan kewajiban dari konsumen, maka selanjutnya

kita perlu mengetahui hak dan kewajiban dari produsen atau pelaku usaha.

Untuk menghindari kecurangan yang bisa terjadi kapan saja ketika terdapat

kesempatan, maka dari itu sebagai konsumen kita perlu mengetahui apa saja

hak dan kewajiban para pelaku usaha.

Dalam UUPK Pasal 6 No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

yang didalamnya menyebutkan tentang hak-hak pelaku usaha. Adapun hak-

hak tersebut yaitu:36

(1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai

dengan kesepakatan, (2) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari

konsumen yang beritikad tidak baik, (3) Hak untuk melakukan pembelaan diri

ketika berada dalam penyelesaian sengketa hukum perlindungan konsumen,

(4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti tidak bersalah dalam

sengketa dan lain sebagainya yang terdapat dalam undang-undang.

Serta dalam UUPK Pasal 7 No. 8 Tahun 1999 menyebutkan tentang

kewajiban-kewajiban para pelaku usaha. Adupun kewajiban-kewajiban yang

dimaksud adalah: (1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha, (2)

Memberikan informasi yang jelas dan benar, (3) Memperlakukan serta

melayani konsumen dengan benar dan jujur, (4) Menjamin mutu barang

dan/atau jasa yang diproduksi, dan (5) memberi kesempatan kepada

konsumen untuk menguji barang yang akan di konsumsi.37

35

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, Ciputat: UIN Jakarta Press,2013, h. 11 36

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Posit if dan Hukum Islam 2013, h. 12 37

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, 2013, h. 12

Page 37: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

27

Dalam UU Perlindungan Konsumen sangat mengedepankan kepentingan

para konsumen, adanya UU Perlindungan Konsumen bertujuan untuk:38

a) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri;

b) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

c) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi;

e) menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab

dalam berusaha;

f) meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,

dan keselamatan konsumen.

2. Hak dan Kewajiban Peserta Asuransi dalam Undang-Undang

Perasuransian

Dalam Undang-Undang Perasuransian tidak membahas secara jelas

mengenai hak dan kewajiban peserta Asuransi karena hak dan kewajiban diatur

dalam program asuransi wajib yang memuat beberapa point penting yaitu:

cakupan kepesertaan, hak dan kewajiban tertanggung atau peserta, premi atau

kontribusi, manfaat atau santunan, tata cara klaim dan pembayaran manfaat,

kriteria penyelenggaraan, hak dan kewajiban penyelenggara, dan keterbukaan

38

Undang-Undang Perlidungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

Page 38: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

28

informasi. Adapun pihak yang dapat mengajukan pendirian program asuransi

wajib harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.39

3. Hak dan Kewajiban Peserta Asuransi dalam POJK

Otoritas Jasa Keuangan segara garis besar memang memiliki aturan-aturan

terkait hak dan kewajiban peserta asuransi, namun pemaparan terkait hak dan

kewajiban lebih banyak dan lebih jelas dijelaskan dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen sehingga dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

(POJK) dalam Pasal 24 yang menyebutkan hanya menyebutkan beberapa hak

dan kewajiban peserta asuransi atau tertanggung:

a. Peserta atau tertanggung dapat menerima polis dalam jangka waktu paling

lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah pembayaran Premi atau kontribusi.

b. Peserta diberi waktu paling singkat 14 (empat belas) hari untuk

mempelajari polis di mulai sejak pemegang polis, tertanggung atau peserta

menerima polis.

c. Apabila peserta, tertanggung membatalkan pertanggungan atau asuransi

syariah dalam jangka waktu 1 tahun maka perusahaan asuransi wajib

mengembalikan paling sedikit sejumlah premi atau kontribusi yang telah

dibayarkan dikurangi kerugian investasi.

d. Jangka waktu pengembalian uang kontribusi paling lama 15 (lima belas)

hari kerja sejak permohonan pembatalan dari pemegang polis, peserta atau

tertanggung diterima secara lengkap.

B. Persyaratan Pencairan Klaim

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 69

/POJK.05/2016 Pasal 29 ayat (3) dijelaskan bahwa syarat pencairan klaim

berlaku apabila:40

39

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

Pasal 39 40

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/ POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan

Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan

Perusahaan Reasuransi Syariah.

Page 39: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

29

a) Pemegang polis, tertanggung, peserta atau Perusahaan Ceding membayar

Premi atau kontribusi dalam jangka waktu pembayaran Premi atau

kontribusi yang ditentukan di dalam polis atau perjanjian reasuransi; dan

b) Risiko yang terjadi dijamin dalam polis atau perjanjian reasuransi.

Adapun point-point yang disebutkan diatas merupakan persyaratan yang

menjadi standar bagi perusahaan perasuransian yang ada dan menjadi acuan

ketika seseorang ingin mendirikan perusahaan perasuransian maka hal-hal

yang diatur oleh OJK dan Undang-Undang terkait perasuransian harus lebih

diperhatikan dan dipelajari.

Hal yang perlu diperhatikan bagi setiap nasabah adalah pengertian dari

klaim itu sendiri. Klaim adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh

pertanggungan atas kerugian yang terjadi berdasarkan kesepakatan atau

perjanjian.41

Pada setiap perusahaan asuransi yang berdasarkan konsep

syariah tidak ada alasan untuk memperlambat penyelesaian klaim, karena

klaim merupakan suatu proses yang telah diantisipasi sejak awal oleh suatu

perusahaan asuransi.

Maka dari itu wajib bagi pengelola untuk melakukan proses klaim secara

cepat dan efisien. Karena merupakan bagian dari amanat yang harus

dijalankan oleh pengelola sebagaimana dijelaskan pula dalam Firman Allah

(al-Anfaal: 27)42

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul

(Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang

dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.”

41

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem

Operasional, Jakarta: GEMA INSANI, 2004, h. 259. 42

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem

Operasional, 2004, h. 260

Page 40: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

30

Untuk lebih memahami proses penyelesaian klaim, kita harus

memperhatikan beberapa hal berikut:43

a) Jenis Kerugian

Sebelum mengajukan klaim terhadap perusahaan asuransi syariah, dan

berikut beberapa jenis kerugian yaitu:

a. Kerugian seluruhnya

b. Kerugian sebagian

c. Kerugian pihak ketiga

Pada kerugian keseluruhan dijelaskan bahwa objek yang dipertanggungkan

secara teknis mengalami kerusakan secara keseluruhan baik secara teknis

maupun rusak secara keseluruhan. Sedangkan dalam kerugian sebagian

dimana menjelaskan bahwa setiap kerugian akan ditanggung namun tidak

secara keseluruhan.

Dalam menentukan nilai suatu kerugian dengan cara melakukan penilaian

oleh lembaga ahli. Dan yang dimaksud kerugian pihak ketiga adalah

kerugian yang dialami oleh pihak ketiga yang disebabkan oleh

tertanggung.

b) Penggantian Kerugian

Merupakan suatu proses penggantian kerusakan yang terjadi terhadap

tertanggung, sesuai dengan kesepakatan yang tertulis dalam polis. Adapun

beberapa cara yang dilakukan sebagai wujud dari penggantian yaitu berupa

uang tunai, memperbaiki atau membangun kembali bangunan yang telah

rusak akibat tertanggung.

c) Prosedur Klaim

Dalam prosedur pencairan klaim baik syariah maupun konvensional secara

umum memiki prosedur yang sama. Hanya saja yang membedakan adalah

kejujuran dan kecepatan ketika meniai suatu klaim. Adapun beberapa

prosedur yang tercantum adalah: a. Pemberitahuan Klaim, b. Bukti Klaim

43

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) KOnsep dan Sistem

Operasional, h. 260-261

Page 41: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

31

Kerugian, c. Penyelidikan dan d. Penyelesaian Klaim. Dan ini merupakan

gambaran secara umum terkait prosedur pencairan klaim.

d) Recovery Klaim

Ada suatu prinsip dalam asuransi yang menjelaskan bahwa tertanggung

tidak berhak menerima keuntungan atas suatu kerugian yang disebut

indemnity. Dimana ketika terdapat sisa barang dari suatu kerugian maka

akan menjadi hak penanggung setelah tertanggung mendapatkan

penggantian dari penanggung.

Berikut gambaran sederhana tentang proses pencairan klaim:

PENGENALAN

PERIKSA PENUTUPAN

LAPOR

TUNJUK ADJUSTER DITUTUP

MINTA DOKUMEN

PROSES

TDK DITUTUP

TOLAK

TOLAK TAWARKAN

VOUCHER PENGAMBILAN

PEMBAYARAN

Page 42: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

32

Didalam AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia) menjelaskan pula

bagaimana tata cara pengajuan klaim, adapun cara-cara yang harus ditempuh

adalah:44

a. Pastikan polis anda masih aktif, b. Pastikan klaim yang akan

diajukan tidak termasuk dalam pengecualian polis, c. Ajukan klaim sebelum

batas waktu pengajuan, d. Isi formulir dengan benar, e. Pastikan keadaan

rekening pembayaran klaim dalam kondisi aktif, f. Monitor proses klaim dan

tanyakan statusnya jika belum ada keputusan sampai batas waktu pemrosesan

klaim.

Terdapat beberapa macam jenis klaim dan syarat pencairan klaim yang

biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan perasuransian yaitu:45

a) Rawat Inap di Rumah Sakit

Jika terjadi rawat inap maka beberapa dokumen yang perlu dilengkapi

adalah: a. Formulir Klaim, b. Surat Keterangan Dokter, c. Fotokopi

seluruh hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi, d. Kwitansi asli

berikut rinciannya (PHS) atau kwitansi yang di legalisir (PRU Med) dari

RS, e. Fotokopi kartu identitas pemegang polis, Dan dokumen lain yang

dianggap perlu

b) Cacat Total dan Tetap

Jika terjadi keadaan cacat tetap total – baik yang di akibatkan oleh

kecelakaan,pasca penyakit kritis, maka dokumen yang perlu di siapkan

untuk penggajuan klaim adalah : a.formulir klaim cacat total dan tetap

yang di tandatanggani pemegang polis sesuai dengan tandatangan SPAJ,

b.surat keteranggan dokter klaim cacat total dan tetap (TPD) c.fotokopi

seluruh hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi (jika ada), d.surat

berita acara kepolisian asli untuk cacat yang disebabkan oleh kecelakaan

dan melibatkan pihak kepolisian, e.fotokopi kartu identitas pemegang

polis, f. dan dokumen- dokumen lain yang dianggap perlu.

c) Penyakit Kritis

44

https://AAJI.com pukul diakses pada tanggal 30 April 2018 pukul 23.20 WIB 45

https://kenapaasuransi.wordpress.com/prosedur-pengajuan-klaim/ Handini Suwarno,

2015 diakses pada tanggal 20 April 2018 pukul 16.22 WIB

Page 43: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

33

Jika penyakit kritis tiba- tiba menyerang anda, maka dokumen yang

diperlukan untuk pengajuan kalim adalah: a.formulir klaim penyakit

kritis yang ditandatangani oleh pemegang polis, b.surat keterangan

dokter penyakit kritis, c. fotokopi seluruh hasil pemeriksaan laboratorium

dan radiologi, d. fotokopi kartu identitas pemegang polis, e. dan

dokumen-dokumen yang dianggap perlu.

d) Kecelakaan yang disertai keadaan Meninggal

Dalam hal ini jika pemegang polis mendapat kecelakaan dan meninggal

dunia maka syarat-syarat yang harus diajukan adalah: a. formulir klaim

karena kecelakaan yang ditandatangani oleh pemegang polis, b. surat

keteranggan dokter klaim meninggal, c. surat keteranggan meninggal dari

dokter/ RS dari pemerintah setempat, d. fotokopi seluruh hasil

pemeriksaan laboratorium dan radiologi, e. fotokopi KTP, f. surat berita

acara kepolisian asli jika meninggal karena kecelakaan, g. fotokopi surat

perubahan nama tertanggung dan penerima manfaat, h. polis asli dan

dokumen-dokumen lain yang dianggap perlu.

e) Meninggal Dunia

Jika terjadi keadaan meninggal dunia bagi si pemilik polis, maka sama

seperti ketika kedaan kecelakaan yang menyebabkan meninggal. Dalam

hal ini dokumen yang harus di siapkan adalah: a. formulir klaim

meninggal yang ditandatanggani oleh pemegang polis atau penerima

manfaat, b. surat keteranggan dokter klaim meninggal, c. fotokopi

seluruh hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi, d. fotokopi KTP,

e. surat keterangan meninggal dari dokter/ RS, f. surat keterangan

meninggal dari pemerintah setempat, g. fotokopi surat perubahan nama

tertanggung dan penerima manfaat (jika ada), h. surat keteranggan

kepolisian asli jika tertanggung meninggal karena kecelakaan, i. polis asli

dan dokumen-dokumen lain yang dianggap perlu.

Dalam hal ini dibahas pula beberapa point yang menyebabkan klaim tidak

dibayarkan yaitu:

Page 44: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

34

a) Penyakit-penyakit yang tidak dikemukakan dan ditulis sebelumnya

dengan jujur

b) Status polis sudah tidak aktif

c) Tidak termasuk dalam risiko yang dipertanggungkan

d) Masuk kedalam masa tunggu

e) Masuk dalam pengecualian tulis

f) Dokumen klaim yang kurang lengkap dan

g) Telah melewati batas waktu pengajuan klaim.

C. Landasan Hukum Perlindungan Peserta Asuransi

Landasan teori yang melandasi berdirinya asuransi syariah dengan

menelusuri konsep-konsep turunan at-ta’min dalam literature fiqih klasik.46

Konsep asuransi syariah yang mulai terdengar kembali dari para ulama modern

setelah karya Syekh Abu Zahra dan Prof. Dr. Mustafa Ahmad Zarqa yang

kemudian menjadi rujukan para cendikiawan.

Asuransi Syariah: Usaha saling melindungi dan saling menolong di antara

sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru’

yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui

akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.47

Asuransi syariah mulai dikenal di Indonesia sejak perekonomian di

Indonesia mulai menggunakan prinsip-prinsip syariah. Terdapat tiga filosofi

asuransi syariah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah yaitu:48

4) Tauhid

5) Tolong-menolong

6) Saling melindungi dan menanggung

46

https://book.google.co.id/asuransi-syariah:life and general diakses pada tanggal 01 Mei

2018 pada pukul 17.00 WIB 47

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum

Asuransi Syariah. 48

http://Mysharing.co/berita-beritaekonomisyariah-memahami-filosofi-asuransi-syariah

diakses pada tanggal 01 Mei 2018 pada pukul 20.00 WIB

Page 45: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

35

Menurut kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) pasal 246, yang

dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian (timbal-

balik), dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang

tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian

kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiawa tak

menentu.49

Dasar dari operasional asuransi konvensional adalah berorientasi pada

sistem ekonomi kapitalis yang intinya hanya untuk mengumpulkan modal

untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu, sama sekali tidak ada

pengembangan ekonomi yang lebih koprehensif. Melihat kepada pengertian

asuransi tersebut bahwa antara asuransi konvensional dan syariah memiliki

persamaan dan perbedaan.

Persamaannya adalah sama saling menanggung risiko, diantara sesama

manusia sehingga diantara satu dan lainnya menjadi penanggung atas risiko

masing-masing. Perbedaannya dalam asuransi syariah tanggung- menanggung

risiko dilakukan atas dasar tolong-menolong bukan secara ekonomi dalam

kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana yang ditunjukan

untuk menanggung risiko tersebut. kedudukan perusahaan asuransi syariah

hanya bertindak sebagai fasilisator saling menanggung diatara peserta asuransi.

Praktik asuransi Islam diberbagai negara terdapat dua madzhab. Madzhab

pertama menggunakan istilah “takaful” sedangkan madzhab kedua

menggunakan istilah “at-Tamin” istilah ini biasa digunakan dalam arti murni

dan belum dijadikan label suatu perusahaan pertanggungan. Berbeda dengan

“takaful” yang biasa digunakan sebagai label suatu perusahaan pertanggungan.

Adapun dasar-dasar dalam asuransi syariah yaitu: Al-Qur’an, Hadist,

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian, Fatwa

DSN-MUI No.21/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah dan

49

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan

Agama, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014, h.238

Page 46: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

36

Keputusan Menteri Keuangan RI nomor 426/KMK.06/2003 tentang Perizinan

usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.

Dalam ayat dibawah ini menjelaskan tentang tolong-menolong antara

sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal asuransi para

nasabah diharapkan dapat memberikan sebagian uang yang dimilikinya untuk

digunakan sebagai dana sosial (tabarru’) yang digunakan untuk menolong

anggota lain yang mengalami musibah.

Kemudian dijelaskan pula dalam surat al-Baqarah (2) ayat 261, Allah

berfirman yang artinya: “ Perumpaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-

orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir

benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji, Allah

melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha

luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Dalam ayat ini menjelaskan tentang anjuran normatif untuk saling

bersedekah pada jalan Allah dan melakukan kegiatan sosial untuk menolong

orang fakir dan miskin. Serta dalam hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah

R.A yang artinya:

“ Barang siapa melepaskan didalam seorang muslim suatu kesulitan di dunia,

Allah SWT akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat, dan Allah

SWT senantiasa menolong hamba-Nya selama ia suka menolong saudaranya.”

Dalam hadist tersebut mejelaskan tentang anjuran untuk saling membantu

antara sesama muslim di dunia dengan menghilangkan kesukaran hidup yang

dideritanya. Bagi yang memiliki kelebihan harta dianjurkan untuk membantu

orang-orang yang berada dalam kesulitan dan apabila hal ini dilakukan, maka

Allah akan mempermudah urusan dunia dan akhirat.

Dalam kaitan dengan asuransi, hadist dibawah ini memiliki anjuran agar

melaksanakan pembayaran premi asuransi dalam bentuk pembayaran dana

sosial (tabarru’) yang akan digunakan untuk membantu dan mempermudah

urusan bagi setiap anggota yang terkena musibah atau bencana. Dalam hadist

riwayat Buchari R.A yang artinya:

“ Diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A, dia berkata: “ berselisih dua orang

wanita dari suku uzail, kemudian salah satu wanita tersebut melempar batu

kepada wanita lain sehingga mengakibatkan kematian, wanita tersebut beserta

janin yang dikandungnya. Maka, ahli waris dari wanita yang meninggal itu

mengadukan peristiwa tersebut kepada rasulullah saw. Atas peristiwa tersebut

Rasullah saw memutuskan ganti rugi dari pembunuhan janin dengan

Page 47: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

37

pembebasan seorang budak laki-laki atau perempuan , dan memutuskan ganti

rugi kematian wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh

aqilahnya (kerabat dari orang tua laki-laki).

M. Salahudin, mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yang mendasar

antara asuransi syariah dan konvensional. Asuransi konvensional melakukan

transaksi berdasarkan ikatan pertukaran, ialah pertukaran antara pembayaran

premi asuransi dengan uang pertanggung jawaban. Dalam syariat Islam,

pertukaran ini harus jelas berapa yang harus dibayarkan dan berapa yang harus

diterima sehingga menggandung unsur ketidakpastian akad.50

Permasalahan lainnya apabila putus ditengah jalan, tidak bisa dipastikan

berapa hak nasabah yang akan diperoleh dan kemungkinan besar

hangussehingga mengandung unsur dzalim. Dana yang dihimpun oleh lembaga

asuransi kemudian diinvestasikan untuk usaha, jadi dasar pijakannya adalah

sistem bunga, sehingga mengandung unsur riba.

Dengan hal ini dapat diketahui bahwa praktik asuransi jiwa konvensional

menurut syariat Islam adalah haram. Sehubungan dengan hal tersebut, dapat

diketahui bahwa terdapat 3 keberatan dalam praktik asuransi konvensional

yakni: pertama, unsur gharar atau ketidakpastian; kedua, maysir atau untung-

untungan; dan ketiga, ada unsur riba.

Dalam asuransi konvensional semua jelas, kecuali harga ( premi ) yang

harus dibayar tidak jelas karena dikaitkan dengan kematian. Adapun dalam

asuransi syariah menggunakan akad tolong – menolong ( akad takaful ) yaitu

akad tolong – menolong pada sesama peserta. Bila ada peserta terkena

musibah, pesertalain ikut, melalui uraian kebijakan ( tabarru ).

Asuransi kovensional mengenal istilah uang hangus atau loss premium,

yaitu peserta tidak sanggup lagi melanjutkan perjanjian atau putus ditengah

perjanjian, tidak dapat menarik uangnya kembali karena uang tersebut oleh

perusahaan asuransi telah dibebankan kepada berbagai macam biaya penutupan

sehingga polis tidak memiliki nilai tunai. Dalam kondisi seperti ini, peserta

berada dalam posisi yang terdzalimi.

50

Sula Syakir Muhammad, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional,

Jakata: GEMA INSANI, 2004 h. 30

Page 48: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

38

Tentang kepemilikan dana dan pembayaran klaim, dalam asuransi

konvensional berbeda dengan asuransi syariah. Premi yang terkumpul dalam

asuransi konvensional menjadi milik perusahaan dan perusahaan yang

memiliko otoritas penuh dalam menetapkan kebijakan pengelolaan dana

tersebut. Adapun premi yang terkumpul dalam asuransi syariah diperlukan dan

tetap sebagai milik nasabah, perusahaan hanya sebagai pemegang amanah

untuk pengelolaannya. Prinsip-prinsip dalam asuransi syariah adalah:

1. Saling bertanggung jawab

2. Saling berkejasama (tolong-menolong)

3. Saling melindungi dari segala penderitaan

Mekanisme penyimpanan dana dalam asuransi syariah dibedakan menjadi

dua jenis yaitu: rekening untuk dana tabarru’ dan rekening untuk dana

tabungan saving. Adapun status kepemilikan dana tanpa rekening tabungan

saving masih menjadi milik peserta asuransi bukan menjadi milik perusahaan

asuransi, perusahaan hanya berfungsi sebagai lembaga pengelola.

Implementasi dari akad takaful dan tabarru’ dalam asuransi syariah

direalisasikan menjadi dua bentuk setoran premi yaitu:51

produk yang

mengandung unsur tabungan dan produk yang tidak mengandung unsur

tabungan. Dengan adanya rekening tabarru’ menjadi penting untuk menjawab

tentang ketidakjelasan asuransi dari sisi pembayaran klaim.52

Lain halnya dengan implementasi bisnis dalam perusahaan asuransi

syariah yang bertujuan menjadikan para tertanggung/peserta merasa aman dan

tentram terhadap kehidupan yang dijalaninya, begitupula dengan harta benda

yang dimilikinya.53

51

Kuat Ismannto, Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009, h. 69 52

Kuat Ismannto, Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, 2009, h. 69 53

Desmadi saharuddin, Pembayaran Ganti Rugi pada Asuransi Syariah, Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015, h. 43

Page 49: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

39

Adapun jenis-jenis, bentuk dan sifat dari asuransi itu sendiri, yang

tercantum dalam pasal 3 UU No. 2 tahun 1992 yang menjelaskan tentang jenis-

jenis bidang usaha perasuransian di Indonesia, yaitu:54

a) Asuransi Kerugian, yaitu perjanjian asuransi yang memberikan jasa untuk

penanggulangan kerugian dengan tanggungjawab hukum kepada pihak

ketiga yang akibat peristiwa tidak pasti;

b) Asuransi Jiwa, yaitu perjanjian asuransi yang memberikan jaminan atau

pertanggungan yang berkaitan dengan hidup dan meninggalnya seseorang.

c) Re-asuransi, yaitu perjanjian asuransi yang memberikan pertanggungan

atas risiko yang dialami oleh suatu perusahaan asuransi di perusahaan

asuransi jiwa.

Bentuk-bentuk asuransi yang dimaksud dalam pasal ini adalah: (a)

asuransi timbal-balik, (b) asuransi ganti kerugian, (c) asuransi sejumlah uang,

(d) asuransi premi, (e) asuransi saling menanggung , dan (f) asuransi wajib.

Dan sifat-sifat asuransi adalah: sifat persetujuan, sifat timbal-balik, sifat

konselsuil, sifat perkumpulan, sifat untung-untungan, dan sifat berat sebelah.

Adapun aplikasi ta’awun yang berlaku dalam sistem perusahaan asuransi

syariah, adalah ketika seorang peserta menentukan seberapa banyak jumlah

ganti rugi yang akan diberikan maksimal sejumlah nilai pertanggungan

maksimal yang terdapat dalam polis, bukan berdasarkan nilai kerugian yang

dialami oleh tertanggung/peserta.55

Adapun sistem tabarru’ yang telah diterapkan oleh lembaga-lembaga

asuransi modern, terbagi menjadi beberapa metode yaitu:56

a. Sistem a’qilah adalah sistem yang biasa digunakan dalam kasus

pembunuhan untuk pembayaran diah, atau yang dipraktikkan oleh para

kaum Anshar ketika melindungi kaum Muhajirin.

b. Sistem kafalah al-gharimin adalah suatu bantuan yang didapat dari hasil

harta zakat yang kemudian di manfaatkan untuk membayar hutang.

54

Kuat Ismannto, Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009, h. 35 55

Desmadi saharuddin, Pembayaran Ganti Rugi pada Asuransi Syariah, 2015, h. 51 56

Desmadi saharuddin, Pembayaran Ganti Rugi pada Asuransi Syariah, 2015, h. 44-45

Page 50: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

40

c. Sistem kafalah al-fuqara’ wa al-masakin adalah suatu bantuan yang

diberikan untuk meringankan beban orang lain yang tidak mampu.

d. Sistem kafalah abna’ al-sabil adalah suatu bentuk bantuan untuk

meringankan beban orang lain yang sedang dalam kesulitan akaibat situasi

tertentu.

e. Sistem nafaqat bain al-aqarib adalah suatu kewajiban untuk memberikan

bantuan oleh sanak keluarga yang memiliki kesanggupan untuk membantu

saudara-saudaranya yang tidak mampu.

f. Sistem takaful al-ijtima’I adalah suatu bantuan yang dilakukan oleh para

kafilah Al-Sha’riyun; untuk menanggulangi masalah ekonomi yang

dihadapi para janda dan orang-orang yang tidak mampu.

Sebelum membahas terkait perlindungan konsumen terdapat hal yang

perlu kita perhatikan yaitu kontrak, yang merupakan awal dari timbulnya

perjanjian antara konsumen dengan produsen. Bagaimana kontrak tersebut

dibuat serta apakah para pihak ikut serta dalam pembuatan kontrak.

Karena jika terdapat unsur yang tidak terpenuhi dalam pembuatan

kontrak, dapat menyebabkan timbulnya sengketa.Sebuah kontrak yang dibuat

tidak dapat terlepas dari unsur keadilan, karena kedua belah pihak yang

melakukan perjanjian pasti menginginkan pertukaran kepentingan yang adil

sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.57

Ada istilah berbeda, yaitu antara hukum konsumen dan hukum

perlindungan konsumen. M.J. Leder menyatakan: In a sense there is no such

creature as consumer law.58

secara umum hukum konsumen dengan hukum

perlindungan konsumen seperti yang dinyatakan oleh Lowe yakni: …rules of

law which recognize the bargaining weakness of the individual consumer and

which ensure that weakness is not unfairly exploited.59

57

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas proporsionalitas dalam Kontrak

Komersial, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014, h.47 58

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, Ciputat: UIN Jakarta Press,2013, h. 1 59

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, Ciputat: UIN Jakarta Press,2013, h. 1

Page 51: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

41

Adanya istilah-istilah seperti ini dikarenakan posisi konsumen sangat

membutuhkan perlindungan. Hukum konsumen dengan hukum perlindungan

konsumen keduanya sangat berkaitan dan sulit dipisahkan karena keduanya

berhubungan dengan konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai

keseluruhan asas-asas dan kaidah hukum yang mengatur hubungan dan

masalah antara berbagai pihak antara satu pihak dengan pihak lain.

Lima asas yang terkandung dalam hukum perlindungan konsumen yaitu:60

1. Asas manfaat

2. Asas keadilan

3. Asas keseimbangan

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen

5. Asas kepastian hukum

Asas-asas dalam perlindungan konsumen sangatlah berpengaruh dalam

kehidupan para konsumen khususnya dalam hal kesejahteraan dan

perlindungan hukum di dalamnya. Ketika salah satu asas tidak dilaksanakan

dikhawatirkan dapat menyebabkan ketidak puasan dari pihak konsumen yang

akhirnya menimbulkan persengketaan antara si pelaku usaha dengan

konsumen.

Salah satu asas yang sangat berpengaruh dalam suatu akad adalah asas

keadilan. Dalam hal ini para pengarang modern, melakukan pembagian

terkait asas keadilan. Adapun pembagian tersebut yaitu:61

a. Keadilan distributif (distributive justice), yang mempunyai pengertian

yang sama pada pola tradisional, dimana benefits and burdens yang harus

dibagi secara adil.

b. Keadilan retributive (retributive justice), berkaitan dengan terjadinya

kesalahan, dimana hukum atau denda dibebankan kepada orang yang

bersalah namun tetap harus bersifat adil.

60

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, 2013, h. 6 61

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas proporsionalitas dalam Kontrak

Komersial, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014, h.50

Page 52: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

42

c. Keadilan konpensatoris (compensatory justice), menyangkut juga

kesalahan yang dilakukan, namun jika dilihat dari aspek lain, dimana

seseorang memiliki kewajiban moral untuk memberikan ganti rugi kepada

pihak yang dirugikan.

Setelah membahas tentang asas terkait dalam sebuah kontrak, selanjutnya

saya akan membahas tentang prinsip dalam perlindungan konsumen yang

sama pentingnya dengan asas-asas yang tercantum pada paragraph

sebelumnya.

Terdapat lima prinsip dalam perlindungan konsumen yaitu: prinsip

tanggungjawab berdasarkan kesalahan atau liability based on fault. Prinsip

praduga selalu bertanggungjawab atau presumption of liability, prinsip

praduga selalu tidak bertanggungjawab atau presumption of nonliability,

prinsip tanggungjawab mutlak atau strict liability, dan prinsip pembatasan

tanggungjawab atau limitation of liability.62

Setiap prinsip memiliki kepentingan dalam melindungi konsumen dari

kecurangan yang dapat menyebabkan kerugian. Dalam prinsip yang pertama

tentang prinsip tanggungjawab berdasarkan kesalahan yang memang sudah

menjadi dasar dalam pribadi setiap orang dimana ketika seseorang melakukan

kesalahan maka diperlukan rasa tanggungjawab untuk memperbaiki

kesalahan yang dilakukan.

Begitupun untuk prinsip-prinsip yang lainnya memiliki kepentingan dan

point-point yang berkaitan dengan perlindungan konsumen itu sendiri. Sama

halnya dalam suatu tindak pidana yang berkaitan dengan praduga yang selalu

bertanggungjawab. Dalam hal ini jelas bahwa dalam kasus perdata tergugat

dianggap bertanggungjawab sampai tergugat dapat membuktikan bahwa

dirinya tidak bersalah.

62

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, Ciputat: UIN Jakarta Press,2013, h. 7

Page 53: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

43

Disinilah prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab di realisasikan

untuk menemukan kebenaran. Sehingga tergugat berusaha untuk menemukan

bukti bahwa dirinya tidak bersalah. Terdapat pula prinsip tanggungjawab

mutlak yang dijelaskan dalam hukum perlindungan konsumen, yang

didalamnya memiliki tujuan khusus untuk menjebak para pelaku usaha yang

berbuat curang sehingga merugikan para konsumen.

Prinsip tanggungjawab biasa dikenal dengan sebutan “product liability”,

dalam asas ini menjelaskan bahwa produsen wajib bertanggungjawab atas

kerugian yang dialami oleh konsumen jika kerugian tersebut disebabkan oleh

produk yang dipasarkan oleh produsen tersebut. sehingga sudah menjadi

kewajiban mutlak bagi si produsen.

Gugatan dalam hal “product liability” biasa dilakukan berdasarkan tiga

hal:63

Pertama, melanggar jaminan (breach of warranty) contohnya: ketika

suatu produk menjanjikan khasiat yang luar biasa namun pada kenyataannya

tidak seperti yang di janjikan. Kedua, ada unsur kelalaian (negligence),

contohnya ketika seorang produsen lalai dalam memenuhi standar produk

yang dibutuhkan. Dan Ketiga, menerapkan tanggung jawab mutlak (strict

liability).

Adapun asas-asas tersebut yaitu: asas kebebasan, asas persamaan atau

kesetaraan, asas keadilan, asas kerelaan, asas kejujuran dan kebenaran, dan

asas tertulis.64

Asas-asas ini lah yang menjadi pondasi dalam suatu akad yang

harus ditanamkan didalam diri masing-masing pihak yang sedang melakukan

perjanjian. Dasar hukum dari perlindungan konsumen di Indonesia, yaitu:65

a. Pasal 27 (2) UUD 1945 “Tiap warganegaranya berhak atas

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

63

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, Ciputat: UIN Jakarta Press,2013, h. 9 64

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana Prenadamedia, 2013, h. 91 65

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, Ciputat: UIN Jakarta Press,2013, h. 4

Page 54: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

44

b. TAP MPR 1978 terdapat istilah “menguntungkan konsumen”, TAP

MPR 1988 terdapat istilah “menjamin kepentingan konsumen”, TAP

MPR 1993 menggunakan istilah “melindungi kepentingan konsumen”.

c. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terdapat dalam Pasal 1365

sampai dengan pasal 1380.

Salah satu sumber hukum perlindungan konsumen yang menjadi rujukan

adalah Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang telah berlaku sejak

tanggal 20 April 2000. Dan ditambahkan dengan Pasal 64 (Ketentuan

Peralihan) dimana dengan adanya undang-undang ini untuk menguatkan

kepetingan konsumen yang memang harus dibela.

Secara konseptual, menurut Ricardo perlindungan konsumen meliputi

ketentuan hukum yang mengatur antara pelaku usaha dengan konsumen dalam

hubungan hukum yang mereka sepakati.66

Dan seharusnya dijelaskan secara

jelas bagaimana sistematika penerapan perlindungan konsumen atau nasabah

dalam undang-undang perlindungan konsumen, sehingga tidak terjadi

kesalahpahaman dalam penerapannya.

Dalam Hukum Perlindungan Konsumen pada Undang-Undang Dasar

1945, dalam pembukaan alinea-4 yang berbunyi:67

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia ”

Pada Pasal 18 UU No. 8 Tahun 1999a yang mengatur tentang pembatasan

dalam menggunakan klausula baku dalam suatu perjanjian atau dokumen yang

dibuat oleh produsen atau pelaku usaha.68

Adanya ketentuan ini agar antara

konsumen dan produsen memiliki kedudukan yang setara dalam membuat

66

http://hukumonline.com diakses pada tanggal 05 Juni 2018 pada pukul 20.00 WIB 67

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, 2013, h. 5 68

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, Ciputat: UIN Jakarta Press,2013, h. 13

Page 55: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

45

suatu perjanjian. Seorang pelaku usaha yang membuat dokumen atau perjanjian

dilarang mencantumkan klausula baku apabila:69

1. Mengatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

2. Mengatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

barang yang dibeli konsumen;

3. Mengatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

uang yang dibayarkan atas barang dan atau jasa yang dibeli konsumen;

4. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha, baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan

sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara

angsuran;

5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau

mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;

7. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan

baru,

8. tambahan, lanjutan, dan atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak

oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang

dibelinya;

Ketika suatu perusahaan pertanggungan ketika melaksanakan proteksi atau

jaminan ganti rugi yang berlandaskan beberapa asas yang dijadikan patokan.

Adapun asas-asas tersebut yaitu:70

Indentitas, kepentingan yang dapat di

asuransikan, kejujuran yang sempurna, dan penyebab terjadi risiko. Dengan

adanya asas-asas ini untuk menentukan kebijakan dalam klaim. Dalam

pembahasan ini terdapat beberapa hal yang menyebabkan sebuah kontrak

menjadi batal yaitu: (1) Konsignasi, (2) Musnahnya barang terutang, (3)

69

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, 2013, h. 13 70

Desmadi saharuddin, Pembayaran Ganti Rugi pada Asuransi Syariah, Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015, h. 18

Page 56: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

46

Daluwarsa, (4) Jangka waktunya berakhir, (5) Kesepakatan kedua belah pihak

untuk mengakhiri perjanjian, (6) Pemutusan kontrak secara sepihak, dan (7)

Adanya putusan pengadilan.71

Ketujuh hal ini merupakan sebagian dari hal-hal yang dapat membatalkan

suatu akad, namun hanya mewakili dari berbagai faktor yang ada. Dan yang

perlu diingat dalam menjalankan suatu akad adalah asas-asas dalam berakad

itu sendiri yang nilainya sama penting dengan prinsip-prinsip dalam hukum

perlindungan konsumen.

71

Salim H.S, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar

Grafika, 2006, h. 165

Page 57: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

47

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PERKARA

A. Duduk Perkara

Dalam Putusan 967/Pdt.G/2012/PA. Mdn dalam perkara GUGATAN

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH yang diajukan oleh HJ. SARIPAH

DALIMUNTHE yang diwakili oleh kuasa hukumnya yaitu H.ABD.HADI,

S.H dan M. MUDA HD. HARAHAP, S.H melawan beberapa pihak yang

digugat yaitu: 1. AMINUDIN SINAGA selaku pribadi sekaligus Pimpinan

Cabang PT. Bank Sumut Syariah, 2. Direktur Utama Bank Sumut, 3.

Pimpinan PT. Asuransi Bangun Askrida Syariah, dan 4. Direktur Jendral

Piutang dan Lelang Kantor wilayah 1 Medan. Serta turut menggugat: 1.

YUSLIANA DALIMUNTHE, 2. FATMA DINI ANGGITA HARAHAP,

DAN 3. ELZA MARYNA HARAHAP.

Perkara ini terjadi pada tanggal 14 Juni 2012 suatu Pengadilan Agama

menghadapi kasus yang berhubungan dengan Pembiayaan Musyarakah dalam

gugatan Nomor 967/Pdt.G/2012/PA Mdn yang didalamnya mengemukakan

tentang Posita dan Petitum serta dengan berbagai alasan terkait pembebasan

hutang dan penundaan lelang berdasarkan dalil-dalil yang ada. Penggugat

merupakan ibu kandung sekaligus ahli waris dari Alm. Ongku Sutan Harahap

dengan nomor ahli waris 474.3/846.KLH/2011. Sejak tahun 2007 adalah

nasabah tetap dari Tergugat II yang dilakukan melalui PT. Bank Sumut

Syariah Cabang Padangsidempuan (Tergugat I) dan selama menjadi nasabah

Alm. merupakan nasabah yang baik dan tidak bermasalah karena selalu

melaksanakan angsuran tepat waktu dan merupakan nasabah yang jujur. Dan

pada tanggal 26 April 2011 Alm. menggunakan akad musyarakah untuk

penambahan modal kerja, dengan jumlah senilai Rp. 700.000.000,00 (tujuh

ratus juta rupiah) dalam jangka waktu yang disepakati yaitu 12 bulan dengan

mengagunkan sertifikat Hak Milik No.457/Pasar Gunung tua tanggal 19.12-

2008 dan sertifikat hak milik No. 395/Pasar Gunung tua tanggal 07-06-2007

atas nama Alm. Namun pada saat pelaksanaan pembayaran berlangsung dari

Page 58: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

48

tergugat I dan tergugat II dimana Alm. meninggal dunia karena sakit di

Gunung tua pada hari rabu tanggal 13 Juli 2011 dan berakibat tertundanya

pembayaran pembiayaan musyarakah Alm. terhadap tergugat I dan tergugat

II.

Sehingga menyebabkan para ahli waris diberi peringatan hingga

peringatan ke III yang dikirimkan pada tanggal 22 Mei 2012, selanjutnya

pihak penggugat atau ahliwaris tidak terima atas pemberian surat tersebut

yang berisi tentang tunggakan pembayaran sebesar Rp. 752.000.000,00 (

tujuh ratus lima puluh dua juta rupiah) dan karena ahli waris dianggap tidak

menunjukkan I’tikad baik dan keseriusan dalam menyelesaikan tunggakan

yang ada walaupun sudah diperingati berkali-kali sehingga pihak tergugat I

dan tergugat II memberikan waktu kembali paling lambat hingga tanggal 25

Juni 2012 dan jika tidak dapat menyelesaikan tunggakan maka anggunan

untuk diserahkan kepada Tergugat I dan Tergugat II yang akan dilelang

kepada tergugat IV.

Namun, dalam salah satu klasula akad antara Alm. dengan tergugat I dan

tergugat II dalam Pasal 2 menyebutkan tentang kedudukan para pihak dalam

ayat 1 yang isi pokoknya adalah “…dari pendapatan keuntungan usaha itu

kelak akan dibagi oleh kedua belah pihak berdasarkan prinsip bagi hasil

(syirkah)”. Dari klausula ini dapat disimpulkan bahwa jika terjadi kerugian

maka akan ditanggung oleh kedua belah pihak pula, sesuai dengan syariat

Islam, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan karena harus

menanggung secara utuh beban yang ada. Sudah jelas bahwa Alm. dan

Tergugat I dan II sama-sama akan menanggung kerugian jika memang terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan karena hasil keuntungan yang diperolehpun

nantinya akan diberikan kepada Tergugat I dan II.

Dalam hal ini Alm. telah melaksanakan kewajibannya berupa

pembayaran asuransi jiwa kepada tergugat I dan II dimana merupakan salah

satu syarat dalam pengajuan pembiayaan yang diajukan oleh Alm. kepada

tergugat I dan II. Para penggugat dan turut tergugat I, II, dan III dibebas

bebankan pembayaran angsuran karena segala resiko dibebankan kepada

Page 59: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

49

tergugat III. Namun pada kenyataannya setelah Alm. meninggal tergugat I

dan II mengabaikan keharusan dalam pembebanan hutang dari pembayaran

hutang pembiayaan musyarakah. Kemudian berturut-turut mengirimkan surat

peringatan terkait dengan pembayaran terkait tunggakan Alm. surat

peringatan pertama pada tanggal 03 februari surat peringatan kedua pada

tanggal 27 maret 2012 dan surat peringatan yang terakhir pada tanggal 22 mei

2012. Pada surat peringatan berisi tentang total tunggakan sebesar Rp.

752.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh dua juta rupiah).

Dan diharapkan dengan adanya surat peringatan yang disampaikan oleh

tergugat 1 s/d turut tergugat III dimana hal ini merugikan penggugat yang

merupaka salah seorang ahli waris karena penggugat yang berkepentingan

untuk mengajukan gugatan karena dianggap berkompetensi di pengadilan

disesuaikan dengan Pasal 18 tentang akad pembiayaan musyarakah

No.120/KCSY02-APP/MSY/2011, yang menyebutkan “Bila terjadi sengketa

perselisihan maka para pihak bersepakat untuk menyelesaikan melalui

pengadilan agama di medan”. Dalam surat pernyataan disebutkan bahwa

kedudukan turut tergugat I, II, III pernah membuat suatu pernyataan yang

berisikan akan bertanggung jawab atas pembiayaan musyarakah kepada

tergugat I dan II pada tanggal 26 April 2011 yang berisi:”….apabila

dikemudian hari pada saat asuransi jiwa saya belum terbit polisnya, terjadi

sesuatu pada diri saya dan mengancam jiwa saya, ahli waris saya tidak akan

menuntut pihak bank dan seluruh pembiayaan saya tetap akan menjadi

tanggung jawab ahli waris saya hingga selesai….”.

Dengan adanya pernyataan ini yang bertentangan dengan klausula yang

diuraikan pada akad pembiayaan musyarakah karena pada kenyataannya

klausula pada akhir pembiayaan musyarakah adalah perjanjian pokok.

Dimana turut tergugat I sempat berkali-kali memberikan surat keberatan

kepada tergugat I pada tanggal 20 Oktober 2011, 05 November 2011, dan 24

November 2011 dimana surat tersebut berisikan tentang permintaan turut

tergugat I tentang pembebasan atas beban sisa kredit atau hutang atas

pembiayaan musyarakah yang dimana Alm masih menjadi tanggungan bagi

Page 60: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

50

tergugat I sehingga ahli waris tidak merasa dibebankan. Dengan ini

penggugat ingin mendapatkan perlindungan atas sertifikat hak milik yang

dijadikan jaminan oleh Alm. Penyebab adanya tunggakan bukan dikarenakan

kesengajaan melainkan karena terjadinya musibah yang menyebabkan Alm.

meninggal dunia.

Terdapat beberapa ketentuan dan persyaratan umum terkait pinjaman dan

kredit yang berlaku pada Pasal 11 yaitu: “bank berhak menghentikan dan

atau menagih seluruh hutang dengan segera seketika dan sekaligus lunas

tanpa permintaan untuk di akhiri dan di berikan peringatan apabila yang

berhutang/debitur meninggal dunia”.Dengan berbagai gugatan yang ada

diharapkan pengadilan agama dapat membatalkan atau menunda pelaksanaan

permohonan lelang hingga keputusan dari pengadilan keluar.

Berdasarkan dari pemaparan terkait duduk perkara yang disebutkan

diatas sehingga Penggugat memohon kepada Majelis Hakim PA Medan untuk

memutuskan perkara tersebut dengan perintah sebagai berikut: 1.

Mengabulkan gugatan penggugat secara keseluruhan. 2. Menyatakan

penggugat serta Turut Tergugat I,II dan III selaku ahli waris dari Alm.Ongku

Sutan Harahap dibebaskan dari beban hutang Pembiayaan Musyarakah dari

Tergugat I dan II sebesar RP.752.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh dua juta

rupiah). 3. Menyatakan surat pernyataan yang dibuat oleh Almarhum Ongku

Sutan Haraphap dengan diketahui oleh istrinya (turut Tergugat I/Yuslina)

Dalimunthe beranggal 28 April 2011 batal demi hukum dan atau tidak

mempunyai kekuatan hukum menyatakan sertifikat hak milik No. 457 Pasar

Gunung Tua tanggal 19 Desember 2008 an. Ongko Sutan Harahap dan

sertifikat hak milik no. 395 Pasar Gunung Tua tanggal 7 Juni 2007 an. Ongku

Sutan Harahap, harus dikembalikan kepada yang mustahak/penggugat;4.

Menetapkan dan memerintahkan Tergugat I dan II serta IV agar membatalkan

pelelangan. 5. Serta menunda pelaksanaan lelang eksekusi atas tanah dan

bangunan yang bersertifikat Hak Milik No.457/Pasar Gunung Tua dan

Sertifikat Hak Milik No.395/Pasar Gunung Tua. 6. Menghukum Tergugat I

s/d Tergugat IV untuk tunduk dan patuh kepada isi putusan, serta kelalaian

Page 61: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

51

atas pelaksanaan ini dihukum untuk membayar uang paksa sebesar Rp.

500.000,00 setiap hari sampai putusan ini dijalankan dengan baik oleh

Tergugat I s/d Tergugat IV. Dan diharapkan putusan ini nantinya dapat

dengan serta merta walaupun terdapat upaya hukum banding, kasasi dari para

tergugat.

Berdasarkan surat gugatan dan duduk perkara yang telah diterangkan di

atas maka selanjutnya terdapat penolakan atau keberatan dari para Tergugat.

Adapun yang menjadi Eksepsi/Keberatan dari Tergugat Yaitu:

Gugatan Penggugat adalah obscuur libel (gugatan kabur), yaitu antara

posita dan petitum tidak saling mendukung bahkan ada yang kontradiktif,

sehingga dianggap tidak jelas makna dari gugatan penggugat tentang ahli

waris, pembiayaan asuransi dan lelang. Dan terdapat kerancuan antara posita

yang satu dengan posita lainnya, sehingga jika dilihat dari persyaratan formil

suatu gugatan, maka gugatan tersebut belum memenuhi persyaratan.

Disamping itu Tergugat I maupun II membantah dengan tegas terkait

dalil-dalil posita maupun petitum gugatan Penggugat, sehingga baik Tergugat

I maupun II tidak ada yang mengakuinya. Serta, segala sesuatu yang

diuraikan dalam eksepsi diharapkan dapat menjadi pertimbangan hakim

dalam memutuskan hasil atas perkara ini. Sehingga Tergugat I dan II

membantah gugatan Penggugat dengan argumentasi-argumentasi hukum,

yaitu: Tergugat I dengan Alm. Ongku Sutan Harahap telah membuat dan

mengadakan Akad Pembiayaan Musyarakah atas persetujuan istrinya

Yusliana Dalimunthe (Turut Tergugat I) telah menyetujui dan menandatangi

Akad Pembiayaan Musyarakah pada tanggal 26 April 2011 dengan modal

dari PT. Bank Sumut Syariah Cabang Padang sebesar Rp. 700.000.000,00

(tujuh ratus juta rupiah). Dan sesuai dengan ketentuan suatu pengajuan

pembiayaan wajib dilindungi oleh asuransi, dimana ketika pembiayaan yang

diajukan sampai dengan Rp.500.000.000,00, maka tidak diwajibkan untuk

melakukan pemeriksaan kesehatan. Sedangkan jika pembiayaan lebih dari

Rp.500.000.000,00 maka diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan. Dan pada tanggal 26 April 2011 Tergugat I sudah memberikan

Page 62: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

52

surat No.706/KCSy02-APP/L/2011 tentang Pemeriksaan Kesehatan untuk

Pengajuan Asuransi, dan disamping itu dibuat pula sebuah surat pernyataan

yang diketahui oleh istri almarhum yang berisi: “Apabila dikemudian hari

pada saat asuransi jiwa saya belum terbit polis asuransinya, terjadi sesuatu

pada diri saya dan mengancam jiwa saya, ahli waris saya tidak akan

menuntut pihak bank dan seluruh pembiayaan saya tetap akan menjadi

tanggung jawab ahli waris saya hingga selesai”. Namun, dikarenakan

sampai meninggalnya Almarhum tidak pernah melakukan pemeriksaan, maka

pihak Asuransi tidak menerbitkan polis asuransinya. Dengan meninggalnya

Sdr. Ongku Sutan Harahap, maka fasilitas pembiayaan sebesar Rp.

700.000.000,00 menjadi tanggung jawab ahli waris. Serta, Tergugat I

membantah secara tegas dalil posita point 8 yang menyebutkan bahwa:

“…dari pendapatan keuntungan usaha itu kelak akan dibagi oleh kedua

belah pihak berdasarkan prinsip bagi hasil (syirkah)”. Dari klausula ini

dapat disimpulkan bahwa jika terjadi kerugian maka akan ditanggung oleh

kedua belah pihak pula, sesuai dengan syariat Islam, sehingga tidak ada pihak

yang merasa dirugikan karena harus menanggung secara utuh beban yang

ada. Dari posita ini Tergugat I beranggapan bahwa Penggugat belum mengerti

tentang prinsip syariah, dimana ketika Tergugat I memberikan modal usaha

yang diketahui oleh isterinya, berarti Tergugat I tidak ikut campur terkait

usahha tersebut. berdasarkan alasan atau dalil-dalin diatas diharapkan dapat

menjadi pertimbangan, dan berbagai Petitum Penggugat dianggap tidak

berdasarkan hukum, oleh karena itu harus ditolak.

Disisi lain dalam kasus ini Tergugat III juga mengajukan eksepsi yaitu

bahwa, Penggugat tidak berhak dan tidak berwenang untuk mengajukan

gugatan (Discualificatoire Exceptie). Dikarenakan, PT. Asuransi Bangun

Askrida Syariah tidak pernah menerbitkan polis asuransi berates

namakanAlm. Ongku Sutan Harahap. Sehingga Tergugat III merasa tidak ada

hubungan sama sekali dalam kasus ini.

Page 63: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

53

Melihat dari objek gugatan Penggugat yang menyangkut tentang:

1. Akad Pembiayaan Musyarakah No.120/KCSY02-APP/MSY/2011 tanggal

26 April 2011.

2. Dan tentang Surat Pernyataan yang dibuat dan ditandatangai oleh Alm.

Ongku Sutan Harahap dan istrinya.

Dari alasan-alasan ini, sudah jelas bahwa Tergugat III sama sekali tidak

ada hubungannya. Karena Tergugat bukan termasuk pihak yang ikut

menandatangani surat-surat ini. Surat Pernyataan ini pun dianggap sudah

memenuhi syarat-syarat sah perjanjian pada umumnya, sehingga dapat

mengikat secara hukum para pihak yang melakukan perjanjian dan

bertandatang pada surat ini.

Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam Buku II tentang Hukum Kewarisan

Bab I Ketentuan Umum Pasal 171 huruf e yang menyatakan bahwa:

“Harta Warisan adalah harta bawaa ditambah bagian dari harta bersama

setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai

meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (Tajhiz), pembayaran hutang dan

pemberian kerabat.”

Maka harta warisan yang berupa:

SHM No. 457/Pasar Gunung Tua a/n Ongku Sutan Harahap

SHM No. 395/Pasar Gunung Tua a/n Ongku Sutan Harahap, yang

dijadikan agunan oleh Alm. Ongku Sutan Harahap kepada Tergugat I dan

II dengan persetujuan Turut Tergugat I, II dan III harus digunakan sebagai

pelunas hutang terlebih dahulu. Sehingga para ahli waris tidak berhak

untuk membatalkan pelelangan atas harta warisan tersebut.

Gugatan Penggugat dianggap Salah Pihak (Error in Personal), dimana

berdasarkan peraturan Mahkamah Agung RI No. 02 Tahun 2008 tentang

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Buku Bab I Ketentuan Umum Pasal 1

ayat 2 yang menyatakan bahwa: “Subyek hukum adalah orang perseorangan,

atau badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang

memiliki kecakapan hukum untuk mendukung hak dan kewajiban.” Dalam

Page 64: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

54

perkara aquo PT. Asuransi Askrida Syariah (Tergugat III) adalah subyek

hukum berupa badan usaha yang berbadan hukum perseroan terbatas. Oleh

karena itu, apabila ada gugatan terhadap badan hukum maka gugatan ditujukan

kepada badan hukum bukan kepada perseorangan yang menjabat pada saat itu.

Karena gugatan Penggugat ditujukan kepada perseorangan/pribadi maka jelas

gugatan Penggugat adalah salah pihak (Error In Personal).

Dalam salah satu syarat formil gugatan adalah harus menyebutkan subyek

hukum Tergugat secara jelas mengenai identitas, alamat dan status subyek

hukum apakah selaku perseorangan atau selaku badan hukum. namun,

Penggugat tidak menyebutkan secara jelas subyek hukumnya. Serta didalam

UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 (UUPT) sama sekali tidak ada

ketentuan yang mengatur dan/atau menyebutkan tentang istilah pimpinan.

Selain itu didalam PT. Asuransi Bangun Askrida tidak ada yang dinamakan

Pimpinan PT. Asuransi Bangun Askrida Syariah. Sehingga gugatan Penggugat

dianggap kabur dan tidak jelas (obscure liben).

Dalam hal ini pihak Tergugat IV juga mengajukan eksepsi dengan dasar

bahwa, gugatan Penggugat dianggap prematur sebab Tergugat IV belum

melakukan tindakan hukum karena segala sesuatu yang menjadi agunan yang

menjadi obyek hak tanggungan dalam perkara aquo karena memang tidak

terdapat pengajuan lelang dari Tergugat I dan II dan lagi Kantor Pelayanan

Kekayaan Negara dan Lelang Medan tidak melayani agunan atau obyek hak

tanggungan dalam perkara aquo. Gugatan dianggap Compete karena dalam

perkara aquo terletak di Kab.Padang Lawas dimana wilayah tersebut bukan

termasuk wilayah kerja KPKL medan, melainkan wilayah kerja KPKNL lain.

Dalam hal ini Tergugat IV belum melakukan tindakan hukum, jadi sudah

sepatutnya Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini dapat mengeluarkan

Tergugat IV sebagaiihak dalam perkara aquo. Faktanya pihak PT. Sumut

Syariah Cabang Padang belum mengajukan permohonan pelelangan kepada

Kantor Lelang dimanapun untuk melakukan pelelangan terhadap barang

agunan pada perkara aquo. Eksepsi Tergugat IV adalah eksepsi prossesoil di

Page 65: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

55

luar kompetensi pengadilan dan atas dasar Pasal 149 ayat (2) dan Pasal 159

Rbg. Eksepsi diluar kompetensi tidak dapat diputuskan sendiri tetapi harus

diputuskan bersama-sama dengan pokok perkara, jika eksepsi tersebut

dikabulkan maka hasilnya adalah putusan akhir yang perintahnya adalah

menyatakan bahwa Pengadilan Agama Medan tidak berwenang mengadili

perkara aquo, dan bukan mengeluarkan Penggugat IV dari pihak perkara

serta petitum eksepsi Tergugat IV dan menerima gugatan dari Penggugat.

Selanjutnya atas Eksepsi para Tergugat diatas, Penggugat mengajukan

Replik dengan dasar bahwa gugatan penggugat samar dan kabur (Obscuur

Libel), dalam hal ini gugatan Penggugat sudah sesuai dengan ketentuan

hukum Acara Perdata baik Posita maupun Petitum gugatan, semuanya sudah

memenuhi syarat baik secara formil maupun materil. Serta format gugatan

Penggugat sudah jelas terkait Ekonomi Syariah yang berupa pembebasan

hutang dan penundaan lelang yang diajukan oleh ahli waris Alm. Ongku

Sutan Harahap.

B. Pertimbangan Hukum

Berdasarkan uraian dalil-dalil gugatan penggugat beserta eksepsi jawaban

para tergugat maka selanjutnya Hakim memberikan pertimbangan hukum,

sebelum menjatuhkan putusan. Adapun pertimbangan hakim dalam putusan

Nomor 967/Pdt.G/2012/PA.Mdn adalah sebagai berikut:

1. Bahwa penggugat memalui kuasanya mendalihkan agar Pengadilan

membatalkan atau menunda pelaksanaan permohonan Lelang Eksekusi

oleh Tergugat I dan II serta Tergugat IV sampai adanya putusan yang

berkekuatan hukum tetap atas gugaatan.

2. Bahwa gugatan penggugat dalam provisi dipandang belum ada suatu

keperluan yang sangat mendesak, dan lagi pula tergugat IV dalam

jawabannya menegaskan bahwa gugatan penggugat prematur dan gugatan

compete yang selanjutnya Tergugat IV menyatakan agar dikeluarkan

sebagai pihak Tergugat dalam perkara ini.

Page 66: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

56

3. Bahwa berkenaan dengan eksepsi aquo majelis hakim berpendapat oleh

karena dari pihak Tergugat IV belum ada tindakan hukum dan pula telah

dikeluarkan sebagai pihak Tergugat. Dengan putusan sela Pengadilan

Agama Medan Kelas-1A Nomor 967/Pdt.G/2012/PA Mdn, tanggal 22

Januari 2012 M bertepatan dengan tanggal 10 Rabi’ul Awal 1434 H

dengan demikian Tergugat IV tidak termasuk sebagai pihak dalam perkara

ini dan hal yang berkaitan dengan gugatan provisi Penggugat tersebut

dinyatakan harus dikesampingkan.

Berdasarkan pertimbangan Hukum tersebut, maka selanjutnya Majelis

Hakim dalam putusan Nomor 124/Pdt.G/2013/PTA.Mdn memberikan amar

sebagai berikut:

1. Bahwa akad Musyarakah No. 120/KCSY02-APP/MSY/2011 tanggal 26

April 2011 Pasal 18 yang didalam terdapat klausula bahwa jika terjadi

sengketa dan tidak dapat diselesaikan secara damai, maka para pihak

sepakat menyelsaikan melalui pengadilan dalam lingkungan agama di

Medan.

2. Bahwa Pengadilan Agama Medan secara relative berwenang untuk

memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara aquo.

3. Bahwa permohonan provisi yang didalilkan Penggugat agar Tergugat IV

membatalkan dan menunda pelaksanaan lelang, telah dipertimbangkan

oleh Mejelis Hakim Tingkat Pertama dan Hakim Tingkat Banding

sependapat bahwa provisi tersebut ditolak.

4. Bahwa eksepsi para Tergugat telah dipertimbangkan oleh Hakim Tingkat

Pertama, namun Hakim Tingkat Banding mempertimbangkan kembali

eksepsi yang ada.

Berdasarkan pertimbangan Hukum tersebut, maka selanjutnya Majelis

Hakim dalam putusan Nomor 715K/Ag/2014 memberikan amar sebagai

berikut:

1. Bahwa secara formal gugatan Pemohon Kasasi/Penggugat obscuur libel

karena antara posita gugatan dengan petitum gugatan tidak saling

mendukung.

Page 67: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

57

2. Bahwa disisi lain seharusnya yang digugat dalam perkara aquo adalah

PT. Bank Sumut Syariah Cabang Padangsidempuan, bukan Aminudin

Sinaga atas nama pribadi, dan pimpinan cabang PT. Bank Sumut Syariah

Cabang Padangsidempuan.

3. Bahwa alasan kasasi Pemohon Kasasi/Penggugat hanya mengenai

penilaian hasil pembuktian yang bersifat perhargaan tentang suatu

kenyataan. Sehingga hal ini tidak dapat dipertimbangkan kembali dalam

tingkat kasasi, karena dalam tingkat kasasi hanya membahas tentang

tidak dilaksanakannya atau ada kesalahan dalam penerapan atau

pelanggaran hukum yang berlaku.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, dan pada kenyataannya

putusan Pengadilan Tinggi Agama Medan dalam perkara ini tidak

bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan

Kasasi yang diajukan Penggugat Hj. Saripah Dalimunthe ditolak. Sehingga

biaya perkara dalam tingkat kasasi ditanggung oleh Penggugat.

Atas Pertimbangan Hakim pada Mahkamah Agung tersebut selanjutnya

pihak Penggugat mengajukan Banding kepada Pengadilan Tinggi Medan

dengan Nomor 124/Pdt.G/2013/PTA.Mdn dengan amar putusan sebagai

berikut:

Menerima permohonan banding Pembanding

Membatalkan putusan Pengadilan Agama Medan Nomor

967/Pdt.G/2012/PA.Mdn tanggal 18 Juni 2013 M, bertepatan tanggal 9

Sya’ban 1434 H

Menolak provisi Penggugat

Mengabulkan eksepsi Para Tergugat I, II, III dan IV

Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima

Menghukum Penggugat/Terbanding agar membayar biaya perkara

tingkat pertama sebesar Rp. 3.841.000,00 (tiga juta delapan ratus empat

puluh satu ribu rupiah) dan pada tingkat banding sebesar Rp. 150.000,00

(seratus lima puluh ribu rupiah).

Page 68: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

58

Atas Putusan Banding tersebut, Penggugat mengajukan kasasi ke

Mahkamah Agung dengan Nomor Perkara 715K/Ag/2014. Adapun yang

menjadi amar Putusan Hakim pada tingkat kasasi tersebut adalah sebagai

berikut:

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi Hj. Saripah

Dalimunthe

Menghukum Pemohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara

dalam tingkat kasasi sejumlah Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

C. Analisis Terhadap Putusan Perkara No. 715K/Ag/2014

Dalam Putusan Perkara No. 715K/Ag/2014 yang membahas tentang kasus

tuntutan atas hak peserta asuransi kepada sebuah perusahaan asuransi yang

kemudian menarik beberapa pihak yaitu bank, dan perusahaan pelelangan

yang dalam kasus ini perusahaan pelelangan tidak sepenuhnya termasuk

dalam pihak yang bersangkutan .

Terdapat beberapa alasan yang disampaikan oleh Mahkamah Agung

terkait pertimbangan Pengadilan Tinggi Agama mengapa menolak atau tidak

mengabulkan permohonan penggugat, yaitu:

Bahwa secara formal gugatan Pemohon Kasasi/Penggugat obscuur libel

karena antara posita dan petitum gugatan dianggap tidak saling

mendukung, namun menurut penulis setelah membaca putusan dan

mempelajari kembali posita dan petitum yang ada keduanya berkaitan dan

tidak ada yang kesalahpahaman.

Bahwa di sisi lain seharusnya yang digugat dalam perkara a quo adalah

PT. Bank Sumut Syariah Cabang Padang Sidempuan, bukan Aminudin

Sinaga yang merupakan pimpinan PT. Bank Sumut Syariah Cabang

Padang Sidempuan. Jika di lihat dari teori hukum perjanjian yang

menjelaskan terkait pihak-pihak yang berhak untuk dituntut dalam suatu

perjanjian adalah

Bahwa selain itu alasan kasasi Pemohon Kasasi/Penggugat dianggap hanya

menilai dari hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu

Page 69: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

59

kenyataan, sehingga tidak bisa menjadi pertimbangan dalam pemeriksaan

tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan

dengan tidak dilaksanakannya atau terdapat kesalahan dalam penerapan

hukum. Namun menurut penulis memang terdapat kesalahan didalam

putusan sebelumnya, dimana seharusnya pengadilan mengabulkan gugatan

penggugat.

Dalam perkara ini penulis beranggapan bahwa somasi yang diberikan

Tergugat atas dasar tidak adanya I’tikad baik dari keluarga Penggugat untuk

menyelesaikan pembiayaan yang telah disepakati merupakan hal yang kurang

tepat karena dalam hal ini keluarga Alm. Ongku yang merupakan Penggugat

mengalami musibah dimana Alm. Ongku meninggal dunia dikarenakan sakit.

Pada hakikatnya ini merupakan keadaan memaksa atau force majeur, sesuai

Pasal 1245 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: “ ….dalam keadaan

memaksa atau hal-hal yang secara kebetulan satu pihak tidak dapat memenuhi

kewajibannya, maka keharusannya untuk mengganti segala biaya, kerugian

dan bunga tidak perlu dilakukan”.1

Namun pada prakteknya banyak pihak yang salah mengartikan prinsip

wanprestasi dengan force majeure karena masih banyak pihak yang

beranggapan bahwa ketika seseorang tidak dapat memenuhi kewajibannya

dalam sebuah kontrak perjanjian maka hal ini merupakan wanprestasi, tanpa

memperhatikan penyebab terjadinya wanprestasi.

Force majeure merupakan salah satu klausula yang lazim terdapat didalam

suatu perjanjian, karena kedudukan force majeure berada dalam perjanjian

pokok, tidak terpisah sebagai perjanjian tambahan. Terdapat beberapa macam

force majeure (keadaan memaksa) yaitu: keadaan memaksa yang absolut dan

keadaan memaksa yang relative. Keadaan memaksa yang absolut adalah

keadaan dimana ketika salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya

sama sekali dikarenakan adanya gempa bumi, banjir bandang dan gunung

meletus. Sedangkan keadaan memaksa relative merupakan keadaan dimana

1 www//http.yusrandpartner.wordpress.com, diakses pada tanggal 6 Juni 2018 pukul

22.00 WIB dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Page 70: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

60

salah satu pihak tidak memenuhi pestasinya, dimana dalam pelaksanaan

prestasinya kemungkinan tertimpa bahaya kerugian yang sangat besar.

Setelah penulis mempelajari putusan yang ada sesuatu yang wajar ketika

penggugat merasa keberatan atas somasi yang diberikan kepada keluarga

Alm. Ongku yang merupakan debitur sekaligus pihak yang melakukan

perjanjian, karena keadaan keluarga penggugat pada saat itu sedang berada

dalam keadaan yang tidak stabil khususnya dalam hal perekonomian.

Keadaan ini sama halnya seperti keadaan memaksa dimana pihak keluarga

Alm. Ongku pun tidak menginginkan terjadinya musibah ini, sehingga

menyebabkan pihak Alm. Ongku tidak dapat melanjutkan angsurannya atau

menunaikan kewajibannya kepada pihak Tergugat (Bank).

Jika disesuaikan dengan pedoman dalam melakukan akad musyarakah

dimana ketika salah satu pihak yang melakukan perjanjian meninggal dunia

maka dapat dibatalkan sesuai dengan perjanjian antara dua pihak, namun

dilihat dari urgensi perjanjian yang dilakukan.

Dalam hal ini perusahaan asuransi pun tidak dapat mengcover atau

menyelesaikan pembiayaan yang diajukan dengan alasan bahwa Alm. Ongku

tidak pernah mendaftarkan dirinya kepada perusahaan asuransi ini. Namun

dengan beberapa saksi yang menyatakan bahwa pada hakikatnya Alm. Ongku

sempat melakukan angsuran atau membayarkan premi beberapa kali kepada

perusahaan asuransi Askrida Syariah. Melihat adanya ketidak sinambungan

antara pernyataan Tergugat dengan para saksi yang merupakan orang terdekat

Alm. Ongku dan sempat mengantarkan Alm dalam membayarkan premi

kepada perusahaan tersebut maka penulis beranggapan bahwa putusan ini

memang harus di teliti kembali dengan berbagai alasan yang ada.

Page 71: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

61

BAB V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Putusan

Nomor.715K/Ag/2014 penulis menyimpulkan bahwa:

1. Dalam perkara ini penulis beranggapan bahwa somasi yang diberikan

Tergugat atas dasar tidak adanya I’tikad baik dari keluarga Penggugat

untuk menyelesaikan pembiayaan yang telah disepakati merupakan hal

yang kurang tepat karena dalam hal ini keluarga Alm. Ongku yang

merupakan Penggugat mengalami musibah dimana Alm. Ongku

meninggal dunia dikarenakan sakit. Pada hakikatnya ini merupakan

keadaan memaksa atau force majeur, sesuai Pasal 1245 KUHPerdata

yang menyatakan bahwa: “ ….dalam keadaan memaksa atau hal-hal yang

secara kebetulan satu pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka

keharusannya untuk mengganti segala biaya, kerugian dan bunga tidak

perlu dilakukan”.1 Namun pada prakteknya banyak pihak yang salah

mengartikan prinsip wanprestasi dengan force majeure karena masih

banyak pihak yang beranggapan bahwa ketika seseorang tidak dapat

memenuhi kewajibannya dalam sebuah kontrak perjanjian maka hal ini

merupakan wanprestasi, tanpa memperhatikan penyebab terjadinya

wanprestasi. Force majeure merupakan salah satu klausula yang lazim

terdapat didalam suatu perjanjian, karena kedudukan force majeure

berada dalam perjanjian pokok, tidak terpisah sebagai perjanjian

tambahan. Terdapat beberapa macam force majeure (keadaan memaksa)

yaitu: keadaan memaksa yang absolut dan keadaan memaksa yang

relative. Keadaan memaksa yang absolut adalah keadaan dimana ketika

salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya sama sekali

dikarenakan adanya gempa bumi, banjir bandang dan gunung meletus.

Sedangkan keadaan memaksa relative merupakan keadaan dimana salah

1 www//http.yusrandpartner.wordpress.com dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Page 72: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

62

satu pihak tidak memenuhi pestasinya, dimana dalam pelaksanaan

prestasinya kemungkinan tertimpa bahaya kerugian yang sangat besar.

2. Setelah penulis mempelajari putusan yang ada sesuatu yang wajar ketika

penggugat merasa keberatan atas somasi yang diberikan kepada keluarga

Alm. Ongku yang merupakan debitur sekaligus pihak yang melakukan

perjanjian, karena keadaan keluarga penggugat pada saat itu sedang

berada dalam keadaan yang tidak stabil khususnya dalam hal

perekonomian. Keadaan ini sama halnya seperti keadaan memaksa

dimana pihak keluarga Alm. Ongku pun tidak menginginkan terjadinya

musibah ini, sehingga menyebabkan pihak Alm. Ongku tidak dapat

melanjutkan angsurannya atau menunaikan kewajibannya kepada pihak

Tergugat (Bank). Jika disesuaikan dengan pedoman dalam melakukan

akad musyarakah dimana ketika salah satu pihak yang melakukan

perjanjian meninggal dunia maka dapat dibatalkan sesuai dengan

perjanjian antara dua pihak, namun dilihat dari urgensi perjanjian yang

dilakukan.

3. Terdapat persyaratan susulan yang diberikan oleh Bank termasuk

penutupan resiko asuransi sehingga perusahaan asuransi pun tidak dapat

mengcover atau menyelesaikan pembiayaan yang diajukan dengan alasan

bahwa Alm. Ongku.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka penulis

memberikan saran sebagai berikut:

Bagi pihak keluarga Alm. Ongku (Penggugat) agar lebih teliti dan berhati-

hati dalam melakukan akad dengan pihak lain baik bank maupun lembaga-

lembaga lain. Sebagai nasabah harus lebih jeli dalam menentukan akad yang

akan digunakan dalam perjanjian pembiayaandan lebih mempertimbangkan

resiko yang mungkin akan terjadi. Hal ini untuk menghindari adanya kerugian

fatal yang akan diderita pihak nasabah ketika terjadi kasus wanprestasi.

Dalam membaca syarat-syarat akad harus jelas bentuk dan jenis akadnya.

Page 73: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

63

Agar tidak terjadi kesalah fahaman antara pihak yang melakukan perjanjian

dalam mengimplementasikan akad.

Bagi para hakim yang menangani perkara sengketa ekonomi syariah ini

agar lebih fleksibel dan tidak hanya berpedoman pada hukum yang ada.

Namun, harus memiliki wawasan yang luas terkait hukum ekonomi syariah.

Sehingga ketika mempertimbangkan sebuah gugatan dalam kasus ekonomi

tidak terkesan monoton dan hanya terpaku dalam satu pilihan.

Bagi para pembaca hendaknya dapat memicu keinginan untuk

mempelajari, mengetahui, memahami dan mengambil intisari dari hasil

penelitian ini, terutama dapat menambah pengetahuan pembaca dan

memperluas pemikiran pembaca dalam memandang suatu perkara.

Page 74: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

64

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ansori Abdul Ghofur, Asuransi syariah di Indonesia, Regulasi dan

operasionalisinya di dalam Kerangka positif di Indonesia (Yogyakarta: UII Press,

2007).

Ahmadi Fahmi Muhamad & Aripin Jaenal, Metode Penelitian Hukum,

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010

Ali Zainudin, Hukum Asuransi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008

Dewi Gemala, Aspek-Aspek Perbankan & Perasuransian Syariah di

Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007

Diterjemahkan dari Vogel Frank E. & Hayes Samuel L., III, Islamic Law

Finance: Religion, Risk, and Return (Hukum Keuangan Islam: KOnsep, Teori dan

Praktik)

HS. Salim, Nurbaini Erlies Septiana, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian

Tesis dan Diseratasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2013

Junaidi Ganie. A. Hukum Asuransi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2011

Manan Abdul, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan

Peradilan Agama, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014

Sanstrawidjaja Man Suparman dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan

Tertanggung, Asuransi Deposito, Usaha Perasuransian. Bandung: PT. ALUMNI,

2010

Sula Syakir Muhammad Ir, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan

Sistem Operasional, Jakarta: GEMA INSANI, 2004, h. 30

Waluyo Bambang, Penelitian Hukum dalam Praktek, cet. VI, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2008)

Page 75: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

65

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan

Peradilan Agama, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014, h.238

Website

https://kenapaasuransi.wordpress.com/prosedur-pengajuan-klaim/ Handini

Suwarno, 2015 diakses pada tanggal 20 April 2018 pukul 16.22 WIB

https://AAJI.com pukul diakses pada tanggal 30 April 2018 pukul 23.20 WIB

https://book.google.co.id/asuransi-syariah:life and general diakses pada tanggal 01

Mei 2018 pada pukul 17.00 WIB

http://Mysharing.co/berita-beritaekonomisyariah-memahami-filosofi-asuransi-

syariah diakses pada tanggal 01 Mei 2018 pada pukul 20.00 WIB

http://hukumonline.com diakses pada tanggal 5 Juni 2018 pada pukul 20.00 WIB

www//http.yusrandpartner.wordpress.com, diakses pada tanggal 6 Juni 2018

pukul 22.00 WIB dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

www//http.yusrandpartner.wordpress.com, diakses pada tanggal 6 Juni 2018

pukul 22.00 WIB dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

http://upi.edu>Direktori>FPEB>PerbedaanAntaraBankSyariahdanBankKonvensio

nal.com diakses pada tanggal 7 November 2018, pukul 17.00 WIB

Undang-Undang

Undang-Undang Perlidungan Konsumen tentang Perlindungan Konsumen Nomor

8 Tahun 1999

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian Pasal 39

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/ POJK.05/2016 tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,

Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman

Umum Asuransi Syariah.

Page 76: TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI PT. …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang akan terjadi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hasyr (59)

66

Al-Qur’an dan Hadist

Al-Quraisy (106) ayat 4

Al-Ma’idah (5) ayat 2

An-Nisa’ (4): 29

Al-Anfaal (8): 27

Al-Baqarah (2) ayat 261

Hadist Riwayat Muslim Dari Abu Hurairah R.A

Hadist Riwayat Buchari R.A