tinjauan pustaka ohis dmft.doc
TRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pegunungan Bromo terkenal dengan gunung berapinya yang masih aktif
dan berulang kali meletus. Letusan-letusan tersebut menghasilkan gas dan
debu vulkanik yang mengandung fluor dan membentuk endapan fluor pada
lapisan tanah di daerah pegunungan tersebut. Dalam bidang kedokteran gigi,
fluor berperan dalam mencegah terjadinya karies gigi. Namun, jika
kandungan fluor yang digunakan berlebihan, maka dapat menyebabkan
fluorosis. Kandungan fluor yang baik untuk digunakan kurang dari 1 ppm.
Dalam perkembangan era globalisasi yang sangat pesat dan modern ini,
sangat memungkinkan jika banyak masyarakat yang tidak memperhatikan
kesehatan gigi dan mulut mereka. Masyarakat di pegunungan bromo memiliki
beragam budaya dan terdiri dari beberapa wilayah. Penduduk pada masing-
masing wilayah tersebut masih mempunyai tradisi yang sangat kental. Salah
satu adalah masyarakat di wilayah Tengger. Masyarakat Tengger masih
menganut agama hindhu. Tidak dipungkiri bahwa mereka masih memiliki
kebiasaan buruk seperti menginang dan mungkin masyarakat disana juga
mengkikir giginya. Meskipun daerah Pegunungan Tengger memiliki kadar
fluor yang cukup tetapi bila tidak diimbangi dengan kebiasaan yang baik,
maka insidensi karies di daerah Pegunungan Bromo akan tetap tinggi.
Untuk itu penulis sebagai praktisi medis khusnya dibidang kedokteran
gigi ingin melakukan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesehtan
gigi dan mulut pada masyarakat Tengger
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana indeks kebersihan rongga mulut siswa sekolah dasar di
Tengger?
2. Bagaimana indeks karies pada masyarakat Tengger?
3. Apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Tengger?
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui indeks kebersihan rongga mulut siswa sekolah dasar di
Tengger.
2. Mengetahui indeks karies pada masyarakat Tengger.
3. Menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi
masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Tengger.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari proses pembentukan
plak., kebiasaan makan-makanan berserat tidak bersifat merangsang pembentukan
plak, melainkan berperan sebagai pengendali plak secara alamiah. (McDonald dan
Avery 1994).
Plak di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator kebersihan mulut.
Penumpukan plak dalam jumlah sedikit yang tidak terlihat secara visual dapat
dideteksi dengan disclosing material. Disclosing material ini berguna untuk
menilai serta mendidik kebersihan mulut anak-anak, karena mudah untuk
menerangkan bagian-bagian yang masih perlu untuk dibersihkan lagi
(Tomasowa,1983).
Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu
golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini
dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari
yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies
seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama
atau seragam. Ada beberapa indeks karies yang biasa digunakan seperti indeks
Klein dan indeks WHO, namun belakangan ini diperkenalkan indeks Significant
Caries (SiC) untuk melengkapi indeks WHO sebelumnya.
2.1 Indeks DMF
Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada
tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi.
Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi
(DMFS). Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga
biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak
menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi
yang karies), M (gigi yang hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian
dijumlahkan sesuai kode. Untuk gigi permanen dan gigi susu hanya
3
dibedakan dengan pemberian kode DMFT (decayed missing filled tooth) atau
DMFS (decayed missing filled surface) sedangkan deft (decayed extracted
filled tooth) dan defs (decayed extracted filled surface) digunakan untuk gigi
susu. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang
yang diperiksa.
a. DMF-T
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.
2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen
dimasukkan dalam kategori D.
3. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D
4. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam
kategori M.
5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan
perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M.
6. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.
7. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam
kategori F.
8. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi TIDAK
dimasukkan dalam kategori M.
b. DMF-S
1. Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan empat
permukaan, fasial, lingual, distal dan mesial sedangkan gigi posterior
dengan lima permukaan yaitu fasial, lingual, distal, mesial dan oklusal.
2. Kriteria untuk D sama dengan DMFT
3. Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu menghitung
permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan sehingga untuk gigi
posterior dihitung 4 permukaan dan 3 permukaan untuk gigi anterior.
4. Kriteria untuk F sama dengan DMFT
4
2.2 Indeks OHI-S
Selain menggunakan indeks DMF, pengukuran tingkat kebersihan mulut
juga menggunakan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) BY : Greene and
Vermilion (1964) , terdiri dari pengukuran debris indeks simplified (DI-S)
dan kalkulus indeks simplified (CI-S).
Rumus: OHI-s = DI-s + CI-s
Gambar: gigi yang di ukur OHI-S
Syarat kondisi gigi yang diperiksa pada pemeriksaan OHI-S adalah:
1. Sudah erupsi sempurna
2. Tidak ada karies yang mengganggu pemeriksaan
3. Khusus gigi permanen
4. Gigi posterior RA diperiksa bagian bukal
5. Gigi posterior RB diperiksa bagian lingual
6. Gigi anterior RA dan RB diperiksa bagian lingual
5
a. Penilaian DI-S
Penilaian DI-S, persiapan yang harus dilakukan adalah permukaan gigi
yang akan diperiksa dibagi dengan garis khayal menjadi tiga bagian yang
sama luasnya. Daerah yang terbagi adalah 1/3 permukaan bagian
servikal/ gingival, 1/3 permukaan bagian tengah, 1/3 permukaan bagian
insissal.
Gambar: 1. Plak 1/3 servikal gigi; 2. Plak 2/3 servikal gigi; 3. Plak
hampir di seluruh permukaan gigi.
Kriteria Penilaian DI-S
NO KRITERIA NILAI
1 Tidak ada debris atau stain 0
2 Terdapat debris yang menutupi 1/3 atau <1/3 permukaan
gigi atau terdapat stain
1
3 Terdapat debris yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan
tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi
2
4 Terdapat debris yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan
atau seluruh permukaan gigi
3
6
NILAI: JUMLAH PENILAIAN DEBRIS
JUMLAH GIGI YG DIPERIKSA
Range nilai : 0 – 3
Baik : nilai 0 – 0,6
Sedang: nilai 0,7 – 1,8
Buruk : nilai 1,9 – 3
b. Kriteria penilaian CI-S
NO KRITERIA NILAI
1 Tidak ada kalkulus 0
2 Terdapat kalkulus supragingival yang menutupi tidk
lebih dari 1/3 permukaan gigi
1
3 Terdapat kalkulus supragingival yang menutupi tidak
lebih dari 2/3 permukaan gigi atau terdapat kalkulus
subgingival
2
4 Terdapat kalkulus yang menutupi lebih dari 2/3 atau
seluruh permukaan gigi atau terdapat kalkulus
subgingival yang melingkari servikal
3
NILAI CI-S : JUMLAH PENILAIAN CALCULUS
JUMLAH GIGI YG DIPERIKSA
Range nilai : 0 – 3
Pembagian skor:
7
Baik nilai 0 – 0,6
Sedang nilai 0,7 – 1,8
Buruk nilai 1,9 – 3
Berdasarkan data diatas, maka OHI-S = DI-S + CI-S, yang mempunyai
range nilai : 0 – 6.
Pembagian skor :
Baik nilai : 0 – 1,2
Sedang nilai : 1,3 – 3
Buruk nilai : 3,1 – 6
Kesehatan rongga mulut memegang peranan penting sebagai komponen
hidup sehat. Jika oral higiene tidak dipelihara dengan baik, akan
menimbulkan penyakit di rongga mulut, yaitu karies gigi dan gingivitis
merupakan penyakit di rongga mulut yang dapat menyebabkan hilangnya
gigi secara patologis.
2.3 Manajemen Kesehatan
Istilah manajemen berasal dari kata kerja (bahasa Inggris) to manage
yang berarti control. (Mohammad Fal Sadikin, Danny Kriestanto, Erik Hadi
Saputra, Lilis Nurhayati : 2009). Adapun pengertian manajemen menurut
para ahli, antara lain:
a. Jhon D. Millet
Manajemen adalah proses memimpin dan melancarkan pekerjaan dari
orang-orang yang terorganisir secara formal sebagai kelom-pok untuk
memperoleh tujuan yang diinginkan.
8
b. Ordway Tead
Manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta
membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan di berbagai
jenis organisasi untuk membantu manajer memecahkan masalah organisasi.
Atas dasar pemikiran tersebut, manajemen juga dapat diterapkan di bidang
kesehatan untuk membantu manajer organisasi kesehatan memecahkan
masalah kesehatan masyarakat. Tujuan umum system kesehatan adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, atau mencapai suatu keadaan
sehat bagi individu atau kelompok-kelompok masyarakat.
Dari batasan-batasan tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan
umum bahwa “ Manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain
guna mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan pekerjaan.” Apabila batasan
ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan sebagai
berikut :“ Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk
mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.” Dengan
kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen
umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi
objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan
masyarakat. (Notoatmodjo, 2003)
Adapun Fungsi manajemen yang diadaptasi dari fungsi manajemen yang
dikemukakan menurut 4 pakar manajemen ilmiah
Tokoh Fungsi manajemen
George Terry Planning, Organizing, Actuating, Controlling
L. Gullick Planning, Organizing, Staffing, Directing, 9
Coordinating, Reporting, Budgetting
H. Fayol Planning, Organizing, Commanding,
Coordinating, Controlling
Koonzt O’ Donnel Planning, Organizing, Staffing, Directing,
Controlling
Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yangdimulai
dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan
alternative kegiatan untuk pencapaiannya.
Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan
menajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang
dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuan organisasi.
Actuating (directing, commanding, motivating, staffing,
coordinating) atau fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses
bimbingan kepada staff agar mereka mampu bekerja secara optimal
menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan ketrampilan yang telah
dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.
Controlling (monitoring) atau pengawasan dan
pengendalian (wasdal) adalah proses untuk mengamati secara terus
menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
10
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan Indeks OHI-S dan DMF-T
Data yang diperoleh disusun secara lengkap dan sistematis, kemudian
dilakukan analisis untuk mengetahui indeks DMF-T dan OHI-S (Lampiran)
pada masyarakat Tengger.
Dari tabel (Lampiran) dapat dilihat bahwa pada masyarakat Tengger,
nilai DMF-T cukup tinggi dimana nilai decayed 978, missing 1077 dan filling
5. Hal itu menunjukkan bahwa kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat Tengger masih tergolong buruk. Hal itu terlihat dari tingginya
angka kerusakan gigi (D dan M) serta rendahnya angka perawatan gigi (F).
Sedangkan dari tabel dapat dilihat bahwa pada masyarakat Tengger, nilai
OHI-S tergolong sedang dimana presentasenya sebesar 60% dan baik sebesar
40%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut
tergolong cukup baik.
Dari tabel DMF-T dan OHI-s didapatkan bahwa tidak ada hubungan
diantara keduanya, dimana kondisi DMF-T masyarakat Tengger tinggi
sedang kondisi OHI-s sedang. Keadaan yang demikian itu daapat
dimungkinkan dari beberapa faktor yaitu dari faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut yaitu
gaya hidup mulai dari makanan yang dikonsumsi, cara membersihkan gigi,
tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan, genetik dll. Sedangkan faktor
ekstrinsik daapat dilihat dari kandungan air disana, kebiasaan-kebiasaan
masyarakat contohnya menginang, merokok dll, konsumsi
makanan,ketersediaan sarana kesehatan utamanya kesehatan gigi dan mulut,
transportasi dan lain-lain.
Selain itu didapat dimungkinkah bahwa data dari tabel OHI-s yang hanya
didapat dari 35 responden belum menggambarkan karakteristik dari populasi
(masyarakat Tengger) sehingga antara indeks DMF-T dan OHI-S bertolak
11
belakang. Adanya kesalahan dalam prosedur penghitungan, sampling,
penentuan alat dan analisis dapat menjadi kemungkinan.
3.2 Perencanaan Program dari Hasil Indeks OHI-S dan DMF-T
Maka dari data-data di atas ditambah dengan mengidentifikasi beberapa
kemungkinan yang dapat terjadi, dapat disimpulkan bahwasannya pada
masyarakat Tengger diperlukan adanya program kesehatan gigi dan mulut
untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulutnya. Kegiatan peningkatan
kesehatan gigi dan mulut diantaranya yaitu UKGS, UKGMD dan pengobatan
medis gigi dasar.
Pelayanan medic gigi dasar dilakukan pada masyarakat yang datang atau
dirujuk ke Puskesmas karena menderita sakit atau ada kelainan pada gigi dan
mulutnya. Jenis-jenis pelayanan yang dapat diberikan sangat tergantung pada
sarana dan fasilitas yang disediakan, ada Puskesmas yang hanya dapat
melayani pencabutan gigi saja tetapi ada pula yang dapat memberikan
pelayanan nyaris lengkap termasuk pembuatan gigi palsu dan perawatan
ortodonti. Tercakup di dalam pelayanan medic gigi dasar ini adalah
memberikan penyuluhan secara individu terhadap pasien yang datang.
UKGS adalah kegiatan lain Dokter Gigi Puskesmas, UKGS merupakan
bentuk pelayanan kesehatan gigi melalui jalur sekolah yang menitikberatkan
pada upaya penyuluhan dan pencegahan serta memberikan pelayanan
paripurna pada kelas selektif. Secara garis besar dalam kegiatan UKGS
Dokter Gigi melakukan penyuluhan, pemeriksaan (penjaringan), dan
perawatan paripurna. Apabila semuanya dilaksanakan sesuai petunjuk maka
kegiatan UKGS akan sangat menyita waktu, apalagi bila jumlah SD dan
muridnya di suatu wilayah kerja Puskesmas cukup banyak.
Kegiatan terakhir yang paling sering tidak dilaksanakan oleh Dokter Gigi
Puskesmas adalah UKGMD yang merupakan bentuk pelayanan kesehatan
gigi melalui jalur keluarga. Untuk mempermudah pelaksanaan, UKGMD
dapat dilakukan terpadu dengan Posyandu. Serupa dengan UKGS, UKGMD
12
juga menitik beratkan pada upaya penyuluhan dan pembinaan, sedangkan
untuk tindakan perawatan dilakukan dengan cara dirujuk ke Puskesmas.
Pelayanan Kesehatan Puskesmas diarahkan untuk meningkatkan dan
memperluas jangkauan pelayanan kesehatan secara merata dengan
meningkatkan peran serta masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ( UKGS ) dan Usaha
Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD ).
UKGMD (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa ) adalah suatu
pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi ( upaya promotif,
preventif secara terpadu UKBM) dikenal dengan Primery Oral Health Care
Aproach). Tenaga pelaksana UKGM yaitu :
1. Puskesmas (Promkes)
2. Dokter Gigi
3. Perawat Gigi
4. Bidan Desa
5. Kader
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan
masyarakat yang ditujukan untuk untuk memelihara, meningkatkan kesehatan
gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang di rancang
dengan upaya kesehatan peroranagan berupa upaya kuratif bagi individu
(peserta didik yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut).
Tenaga pelaksana UKGS yaitu :
1. Puskesmas
2. Dokter Gigi
3. Perawat Gigi
4. Petugas UKGS / UKS
5. Guru SD/MI
6. Dokter Kecil
13
Kegiatan UKGS ini adalah sesuai uu kesehatan no 36 tahun 2009 bab v
pasal 48 berbunyi pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk
memulihkan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi dan pengobatan
penyakit gigi dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah, pemerintah daerah
dan atau masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan.
Rongga mulut merupakan cerminan kesehatan kita, karena kebanyakan
penyakit yang gejalanya dapat dilihat didalam mulut. Kesehatan gigi dan
mulut merupakan bagian dari kesehatan umumnya, dimana gigi berfungsi
untuk mengunyah makanan, berbicara dan ,menentukan bentuk wajah dan
kecantikan seseorang . Sejak lahir, mulut sudah berfungsi untuk menangis ,
menyusui pada ibu dan semakin besar anak bertambah pula fungsi dari
mulut.agar fungsi mulut berjalan dengan baik diperlukan pemeliharaan
kebersihan dan kesehatannya. Apabila kesehatan gigi dan mulut dibiarkan
tidak bersih gigi geligi akan tertutup oleh lapisan “ plaque “ ( plak ). Plak
merupakan endapan lunak sisa-sisa makanan yang melekat erat menutupi
permukaan gigiyang terdiri dari bahan perekat seperti agar-agar dan bakteri,
apabila menderita sakit gigi yang kronis merupakan salah satu penyebab
timbulnya penyakit jantung.plak ini lama kelamaan akan menyebabkan gigi
berlubang atau radang gigi. Untuk membersihkan gigi mulut yang paling
sederhana dan mudah dapat dilakukan dengan menyikat gigi geligi secara
teratur dan benar.
Kuman yang melekat pada karang gigi akan mengeluarkan toksin (racun)
yang merangsang gusi sehingga timbul radang pada gusi makin lama akan
merusakjaringan pengikat antara akar gigi dan tulang. Kelainan gigi dan
mulut dapat mengakibatkan gangguan fungsi, bila gigi dicabut karena karies
gigi maupun radang gusi yang parah mengakibatkan fungsi mulut
terganggu : fungsi kunyah dan berbicara akan terganggu, fungsi estetika /
14
kecantikan akan berkurang. Pencegah terjadinya penyakit gigi dan radang
gusi adalah adalah menghilangkan plak dan ditunjang dengan menyikat gigi
secara teratur, hindari pemakaian tusuk gigi , sebaiknya pakailah benang gigi
(dental floss), mengatur pola makan, kurangi makanan yang manis seperti
permen, coklat, manisan dsb. Perbanyak makan makanan yang menyehatkan,
periksa gigi secara teratur diklinik bila ada kelainan-kelainan.
Tujuan dari kegiatan usaha kesehatan gigi dan mulut di sekolah adalah :
1. Untuk memberi pengertian pada siswa tentang pentingnya memelihara
kesehatan gigi dan mulut melalui penyuluhan.
2. Menginfomasikan kepada siswa tentang kelainan gigi dan mulut,
penyebab dan cara pencegahannya.
3. Memberikan pelayanan kesehatan gigi bagi siswa yang bermasalah
giginya
4. Memberikan rujukan dan perawatan selanjutnya untuk gigi yang tidak
dapat ditindak lajuti saat itu.
Sasaran kegiatan adalah anak sekolah (siswa/siswi sd dan sltp) dengan
tujuan sejak dini anak- anak telah mengetahui bagaimana memelihara
kesehatan giginya sendiri dan program kesehatan gigi ini merupakan salah
satu program yang dilaksanakan di pusat-pusat pelayanan khususnya
puskesmas.
Program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah
satu upaya untuk mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah
dasar pada masyarakat tengger. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya
promotif yaitu dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan siswa di bidang kesehatan gigi dan mulut. Upaya preventif
seperti sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride, kumur-kumur larutan fluor,
topikal aplikasi dengan larutan fluor, fissure sealent. Upaya kuratif berupa
15
penambalan gigi yang karies dan pencabutan gigi susu yang sudah goyang.
Sedangkan ukgs adalah upaya kesehatan yang sangat relevan dalam
pelaksanaan pencegahan penyakit gigi dan mulut. UKGS ditujukan untuk
memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik
dengan memberikan penyuluhan setiap 1 bulan sekali (Depkes RI, 2004).
Rinciannya sebagai berikut:
a. Penyuluhan kesgimul
Materi penyuluhan berupa cara pemeliharaan serta pencegahan
terhadap penyakit gigi dan mulut dengan metode ceramah, tanya jawab
dan demonstrasi. Penyuluhan tentang pencegahan terhadap penyakit gigi
dan mulut perlu ditingkatkan lagi baik dari materi maupun frekuensi
penyuluhan, dengan tujuan agar siswa sekolah dasar mempunyai sikap
positif terhadap kesehatan gigi dan mulut. Sikap merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Diperjelas lagi serta memberikan contoh cara menyimpan sikat gigi yang
benar dan kapan waktunya untuk melakukan pemeriksaan gigi.
b. Sikat gigi bersama
Kegiatan sikat gigi bersama dilakukan setiap 3 bulan sekali dan
bersamaan dengan kegiatan penyuluhan kesehatan gigi serta dilakukan di
sekolah – sekolah. Belum cukup untuk mempengaruhi status kesehatan
gigi dan mulut menjadi rendah apabila pengetahuan tersebut belum
diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Diperlukan upaya-upaya untuk
memotivasi siswa agar pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang
dimilikinya dapat diwujudkan dalam perilaku kesehatan giginya sehari-
hari. Untuk siswa sekolah dasar agar lebih mengetahui alat bantu menyikat
16
gigi misalnya dental floss, maka istilah tersebut perlu diganti dengan
menyebutkan benang gigi, serta dengan memberikan contoh dari alat bantu
tersebut.
c. Pelatihan dokter gigi kecil
Pelatihan ini bertujuan menyiapkan kader dari kalangan siswa sendiri.
Diharapkan dokcter gigi kecil akan ampu mempengaruhi teman-temannya
dan memberi dampak pada sebayanya untuk peduli pada kesehatan gigi
dan mulut karena wilayahnya yang pegunungan tentu besar kemungkinan
bahwa tenaga medis kedokteran gigi tidak dapat selalu ada di masyarakat.
d. Lomba gigi sehat
Pada kalangan anak-anak, suatu kompetisi menjadi motivasi
tersendiri. Adanya lomba gigi sehat ini dapat diadakn tiap tahunnya.
Dengan demikina diharapkan para siswa khususnya di sekolah dasar
tengger akan termotivasi untuk terus menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Kegiatan UKGS meliputi:
a. Kegiatan promotif, melipui:
1. Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi.
2. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru.
b. Kegiatan preventif, meliputi:
1. Sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai
pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/ bulan.
2. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut
c. Kegiatan kuratif, meliputi:
1. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit
2. Pelayanan medik gigi dasar
3. Pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal
4. Rujukan bagi yang memerlukan (Dep. Kes. R. I., 1996)
17
BAB 4. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Hasil data tersebut menunjukkan bahwa pada masyarakat Tengger masih
dibutuhkan adanya suatu program usaha peningkatan derajat kesehatan gigi
dan mulut. Dengan data tersebut sebagai dasar pertimbangan maka perlu
adanya perencanaan program terlebih dahulu. Tindakan edukasi dan
penanganan sejak dini dengan memanfaatkan segala media yang ada perlu
dikembangkan guna meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut khususnya pada masyarakat Tengger.
Karena adanya kendala pada masyarakat pegunungan antara lain sarana,
tenaga, biaya maupun kondisi masyarakat, maka perlu dikembangkan
program kesehatan gigi dan mulut sejak dini yang ditanamkan pada generasi
mudanya, diantaranya dengan pelayanan kesehatan puskesmas yang
diarahkan untuk meningkatkan dan memperluas jangkauan kesehatan secara
merata dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ( UKGS ) dan
Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD ).
UKGMD (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa) adalah suatu
pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
peran serta masyarakat dalam pemeliharan kesehatan gigi ( upaya promotif,
preventif secara terpadu UKBM) dikenal dengan primery Oral Health Care
Aproach.
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ( UKGS ) adalah upaya kersehatan
Masyarakat yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi
dan mulut seluruh peserta didik disekolah binaan yang dirancang dengan
upaya Kesehatan perorangan berupa upaya Kuratif bagi individu ( peserta
didik yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
18
Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan
memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan siswa di bidang
kesehatan gigi dan mulut. Upaya preventif seperti sikat gigi dengan pasta gigi
berfluoride, kumur-kumur larutan fluor, topikal aplikasi dengan larutan fluor,
fissure sealent. Upaya kuratif berupa penambalan gigi yang karies dan
pencabutan gigi susu yang sudah goyang.
19
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Muninjaya, Gde AA, 2004. Manajemen Kesehatan,ed.2. Jakarta : EGC
Prasetyo, Eko, 2005. Orang Miskin Dilarang Sakit. Yogyakarta : Resist Book.
Azwar Azrul, 1998. Pengantar administrasi Kesehatan. Jakarta :Binarupa Aksara
20