tinjauan pustaka ohis dmft.doc

30
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegunungan Bromo terkenal dengan gunung berapinya yang masih aktif dan berulang kali meletus. Letusan- letusan tersebut menghasilkan gas dan debu vulkanik yang mengandung fluor dan membentuk endapan fluor pada lapisan tanah di daerah pegunungan tersebut. Dalam bidang kedokteran gigi, fluor berperan dalam mencegah terjadinya karies gigi. Namun, jika kandungan fluor yang digunakan berlebihan, maka dapat menyebabkan fluorosis. Kandungan fluor yang baik untuk digunakan kurang dari 1 ppm. Dalam perkembangan era globalisasi yang sangat pesat dan modern ini, sangat memungkinkan jika banyak masyarakat yang tidak memperhatikan kesehatan gigi dan mulut mereka. Masyarakat di pegunungan bromo memiliki beragam budaya dan terdiri dari beberapa wilayah. Penduduk pada masing-masing wilayah tersebut masih mempunyai tradisi yang sangat kental. Salah satu adalah masyarakat di wilayah Tengger. Masyarakat Tengger masih menganut agama hindhu. Tidak dipungkiri bahwa mereka masih memiliki kebiasaan buruk seperti menginang dan mungkin masyarakat disana juga mengkikir giginya. Meskipun daerah Pegunungan Tengger memiliki kadar 1

Upload: hastin-as

Post on 14-Feb-2015

276 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pegunungan Bromo terkenal dengan gunung berapinya yang masih aktif

dan berulang kali meletus. Letusan-letusan tersebut menghasilkan gas dan

debu vulkanik yang mengandung fluor dan membentuk endapan fluor pada

lapisan tanah di daerah pegunungan tersebut. Dalam bidang kedokteran gigi,

fluor berperan dalam mencegah terjadinya karies gigi. Namun, jika

kandungan fluor yang digunakan berlebihan, maka dapat menyebabkan

fluorosis. Kandungan fluor yang baik untuk digunakan kurang dari 1 ppm.

Dalam perkembangan era globalisasi yang sangat pesat dan modern ini,

sangat memungkinkan jika banyak masyarakat yang tidak memperhatikan

kesehatan gigi dan mulut mereka. Masyarakat di pegunungan bromo memiliki

beragam budaya dan terdiri dari beberapa wilayah. Penduduk pada masing-

masing wilayah tersebut masih mempunyai tradisi yang sangat kental. Salah

satu adalah masyarakat di wilayah Tengger. Masyarakat Tengger masih

menganut agama hindhu. Tidak dipungkiri bahwa mereka masih memiliki

kebiasaan buruk seperti menginang dan mungkin masyarakat disana juga

mengkikir giginya. Meskipun daerah Pegunungan Tengger memiliki kadar

fluor yang cukup tetapi bila tidak diimbangi dengan kebiasaan yang baik,

maka insidensi karies di daerah Pegunungan Bromo akan tetap tinggi.

Untuk itu penulis sebagai praktisi medis khusnya dibidang kedokteran

gigi ingin melakukan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesehtan

gigi dan mulut pada masyarakat Tengger

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana indeks kebersihan rongga mulut siswa sekolah dasar di

Tengger?

2. Bagaimana indeks karies pada masyarakat Tengger?

3. Apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah

kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Tengger?

1

Page 2: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

1.3 Tujuan

1. Mengetahui indeks kebersihan rongga mulut siswa sekolah dasar di

Tengger.

2. Mengetahui indeks karies pada masyarakat Tengger.

3. Menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi

masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Tengger.

2

Page 3: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari proses pembentukan

plak., kebiasaan makan-makanan berserat tidak bersifat merangsang pembentukan

plak, melainkan berperan sebagai pengendali plak secara alamiah. (McDonald dan

Avery 1994).

Plak di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator kebersihan mulut.

Penumpukan plak dalam jumlah sedikit yang tidak terlihat secara visual dapat

dideteksi dengan disclosing material. Disclosing material ini berguna untuk

menilai serta mendidik kebersihan mulut anak-anak, karena mudah untuk

menerangkan bagian-bagian yang masih perlu untuk dibersihkan lagi

(Tomasowa,1983).

Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu

golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini

dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari

yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies

seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama

atau seragam. Ada beberapa indeks karies yang biasa digunakan seperti indeks

Klein dan indeks WHO, namun belakangan ini diperkenalkan indeks Significant

Caries (SiC) untuk melengkapi indeks WHO sebelumnya.

2.1 Indeks DMF

Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada

tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi.

Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi

(DMFS). Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga

biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak

menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi

yang karies), M (gigi yang hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian

dijumlahkan sesuai kode. Untuk gigi permanen dan gigi susu hanya

3

Page 4: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

dibedakan dengan pemberian kode DMFT (decayed missing filled tooth) atau

DMFS (decayed missing filled surface) sedangkan deft (decayed extracted

filled tooth) dan defs (decayed extracted filled surface) digunakan untuk gigi

susu. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang

yang diperiksa.

a. DMF-T

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.

2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen

dimasukkan dalam kategori D.

3. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D

4. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam

kategori M.

5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan

perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M.

6. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.

7. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam

kategori F.

8. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi TIDAK

dimasukkan dalam kategori M.

b. DMF-S

1. Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan empat

permukaan, fasial, lingual, distal dan mesial sedangkan gigi posterior

dengan lima permukaan yaitu fasial, lingual, distal, mesial dan oklusal.

2. Kriteria untuk D sama dengan DMFT

3. Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu menghitung

permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan sehingga untuk gigi

posterior dihitung 4 permukaan dan 3 permukaan untuk gigi anterior.

4. Kriteria untuk F sama dengan DMFT

4

Page 5: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

2.2 Indeks OHI-S

Selain menggunakan indeks DMF, pengukuran tingkat kebersihan mulut

juga menggunakan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) BY : Greene and

Vermilion (1964) , terdiri dari pengukuran debris indeks simplified (DI-S)

dan kalkulus indeks simplified (CI-S).

Rumus: OHI-s = DI-s + CI-s

Gambar: gigi yang di ukur OHI-S

Syarat kondisi gigi yang diperiksa pada pemeriksaan OHI-S adalah:

1. Sudah erupsi sempurna

2. Tidak ada karies yang mengganggu pemeriksaan

3. Khusus gigi permanen

4. Gigi posterior RA diperiksa bagian bukal

5. Gigi posterior RB diperiksa bagian lingual

6. Gigi anterior RA dan RB diperiksa bagian lingual

5

Page 6: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

a. Penilaian DI-S

Penilaian DI-S, persiapan yang harus dilakukan adalah permukaan gigi

yang akan diperiksa dibagi dengan garis khayal menjadi tiga bagian yang

sama luasnya. Daerah yang terbagi adalah 1/3 permukaan bagian

servikal/ gingival, 1/3 permukaan bagian tengah, 1/3 permukaan bagian

insissal.

Gambar: 1. Plak 1/3 servikal gigi; 2. Plak 2/3 servikal gigi; 3. Plak

hampir di seluruh permukaan gigi.

Kriteria Penilaian DI-S

NO KRITERIA NILAI

1 Tidak ada debris atau stain 0

2 Terdapat debris yang menutupi 1/3 atau <1/3 permukaan

gigi atau terdapat stain

1

3 Terdapat debris yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan

tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi

2

4 Terdapat debris yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan

atau seluruh permukaan gigi

3

6

Page 7: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

NILAI: JUMLAH PENILAIAN DEBRIS

JUMLAH GIGI YG DIPERIKSA

Range nilai : 0 – 3

Baik : nilai 0 – 0,6

Sedang: nilai 0,7 – 1,8

Buruk : nilai 1,9 – 3

b. Kriteria penilaian CI-S

NO KRITERIA NILAI

1 Tidak ada kalkulus 0

2 Terdapat kalkulus supragingival yang menutupi tidk

lebih dari 1/3 permukaan gigi

1

3 Terdapat kalkulus supragingival yang menutupi tidak

lebih dari 2/3 permukaan gigi atau terdapat kalkulus

subgingival

2

4 Terdapat kalkulus yang menutupi lebih dari 2/3 atau

seluruh permukaan gigi atau terdapat kalkulus

subgingival yang melingkari servikal

3

NILAI CI-S : JUMLAH PENILAIAN CALCULUS

JUMLAH GIGI YG DIPERIKSA

Range nilai : 0 – 3

Pembagian skor:

7

Page 8: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

Baik nilai 0 – 0,6

Sedang nilai 0,7 – 1,8

Buruk nilai 1,9 – 3

Berdasarkan data diatas, maka OHI-S = DI-S + CI-S, yang mempunyai

range nilai : 0 – 6.

Pembagian skor :

Baik nilai : 0 – 1,2

Sedang nilai : 1,3 – 3

Buruk nilai : 3,1 – 6

Kesehatan rongga mulut memegang peranan penting sebagai komponen

hidup sehat. Jika oral higiene tidak dipelihara dengan baik, akan

menimbulkan penyakit di rongga mulut, yaitu karies gigi dan gingivitis

merupakan penyakit di rongga mulut yang dapat menyebabkan hilangnya

gigi secara patologis.

2.3 Manajemen Kesehatan

Istilah manajemen berasal dari kata kerja (bahasa Inggris) to manage

yang berarti control. (Mohammad Fal Sadikin, Danny Kriestanto, Erik Hadi

Saputra, Lilis Nurhayati : 2009). Adapun pengertian manajemen menurut

para ahli, antara lain:

a. Jhon D. Millet

Manajemen adalah proses memimpin dan melancarkan pekerjaan dari

orang-orang yang terorganisir secara formal sebagai kelom-pok untuk

memperoleh tujuan yang diinginkan.

8

Page 9: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

b. Ordway Tead

Manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta

membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan di berbagai

jenis organisasi untuk membantu manajer memecahkan masalah organisasi.

Atas dasar pemikiran tersebut, manajemen juga dapat diterapkan di bidang

kesehatan untuk membantu manajer organisasi kesehatan memecahkan

masalah kesehatan masyarakat. Tujuan umum system kesehatan adalah untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, atau mencapai suatu keadaan

sehat bagi individu atau kelompok-kelompok masyarakat.

Dari batasan-batasan tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan

umum bahwa “ Manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain

guna mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan pekerjaan.” Apabila batasan

ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan sebagai

berikut :“ Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk

mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna

meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.” Dengan

kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen

umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi

objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan

masyarakat. (Notoatmodjo, 2003)

Adapun Fungsi manajemen yang diadaptasi dari fungsi manajemen yang

dikemukakan menurut 4 pakar manajemen ilmiah

Tokoh Fungsi manajemen

George Terry Planning, Organizing, Actuating, Controlling

L. Gullick Planning, Organizing, Staffing, Directing, 9

Page 10: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

Coordinating, Reporting, Budgetting

H. Fayol Planning, Organizing, Commanding,

Coordinating, Controlling

Koonzt O’ Donnel Planning, Organizing, Staffing, Directing,

Controlling

Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yangdimulai

dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan

alternative kegiatan untuk pencapaiannya.

Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan

menajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang

dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk

mencapai tujuan organisasi.

Actuating (directing, commanding, motivating, staffing,

coordinating) atau fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses

bimbingan kepada staff agar mereka mampu bekerja secara optimal

menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan ketrampilan yang telah

dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.

Controlling (monitoring) atau pengawasan dan

pengendalian (wasdal) adalah proses untuk mengamati secara terus

menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah

disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.

10

Page 11: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Indeks OHI-S dan DMF-T

Data yang diperoleh disusun secara lengkap dan sistematis, kemudian

dilakukan analisis untuk mengetahui indeks DMF-T dan OHI-S (Lampiran)

pada masyarakat Tengger.

Dari tabel (Lampiran) dapat dilihat bahwa pada masyarakat Tengger,

nilai DMF-T cukup tinggi dimana nilai decayed 978, missing 1077 dan filling

5. Hal itu menunjukkan bahwa kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut

masyarakat Tengger masih tergolong buruk. Hal itu terlihat dari tingginya

angka kerusakan gigi (D dan M) serta rendahnya angka perawatan gigi (F).

Sedangkan dari tabel dapat dilihat bahwa pada masyarakat Tengger, nilai

OHI-S tergolong sedang dimana presentasenya sebesar 60% dan baik sebesar

40%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut

tergolong cukup baik.

Dari tabel DMF-T dan OHI-s didapatkan bahwa tidak ada hubungan

diantara keduanya, dimana kondisi DMF-T masyarakat Tengger tinggi

sedang kondisi OHI-s sedang. Keadaan yang demikian itu daapat

dimungkinkan dari beberapa faktor yaitu dari faktor intrinsik dan ekstrinsik.

Faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut yaitu

gaya hidup mulai dari makanan yang dikonsumsi, cara membersihkan gigi,

tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan, genetik dll. Sedangkan faktor

ekstrinsik daapat dilihat dari kandungan air disana, kebiasaan-kebiasaan

masyarakat contohnya menginang, merokok dll, konsumsi

makanan,ketersediaan sarana kesehatan utamanya kesehatan gigi dan mulut,

transportasi dan lain-lain.

Selain itu didapat dimungkinkah bahwa data dari tabel OHI-s yang hanya

didapat dari 35 responden belum menggambarkan karakteristik dari populasi

(masyarakat Tengger) sehingga antara indeks DMF-T dan OHI-S bertolak

11

Page 12: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

belakang. Adanya kesalahan dalam prosedur penghitungan, sampling,

penentuan alat dan analisis dapat menjadi kemungkinan.

3.2 Perencanaan Program dari Hasil Indeks OHI-S dan DMF-T

Maka dari data-data di atas ditambah dengan mengidentifikasi beberapa

kemungkinan yang dapat terjadi, dapat disimpulkan bahwasannya pada

masyarakat Tengger diperlukan adanya program kesehatan gigi dan mulut

untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulutnya. Kegiatan peningkatan

kesehatan gigi dan mulut diantaranya yaitu UKGS, UKGMD dan pengobatan

medis gigi dasar.

Pelayanan medic gigi dasar dilakukan pada masyarakat yang datang atau

dirujuk ke Puskesmas karena menderita sakit atau ada kelainan pada gigi dan

mulutnya. Jenis-jenis pelayanan yang dapat diberikan sangat tergantung pada

sarana dan fasilitas yang disediakan, ada Puskesmas yang hanya dapat

melayani pencabutan gigi saja tetapi ada pula yang dapat memberikan

pelayanan nyaris lengkap termasuk pembuatan gigi palsu dan perawatan

ortodonti. Tercakup di dalam pelayanan medic gigi dasar ini adalah

memberikan penyuluhan secara individu terhadap pasien yang datang.

UKGS adalah kegiatan lain Dokter Gigi Puskesmas, UKGS merupakan

bentuk pelayanan kesehatan gigi melalui jalur sekolah yang menitikberatkan

pada upaya penyuluhan dan pencegahan serta memberikan pelayanan

paripurna pada kelas selektif. Secara garis besar dalam kegiatan UKGS

Dokter Gigi melakukan penyuluhan, pemeriksaan (penjaringan), dan

perawatan paripurna. Apabila semuanya dilaksanakan sesuai petunjuk maka

kegiatan UKGS akan sangat menyita waktu, apalagi bila jumlah SD dan

muridnya di suatu wilayah kerja Puskesmas cukup banyak.

Kegiatan terakhir yang paling sering tidak dilaksanakan oleh Dokter Gigi

Puskesmas adalah UKGMD yang merupakan bentuk pelayanan kesehatan

gigi melalui jalur keluarga. Untuk mempermudah pelaksanaan, UKGMD

dapat dilakukan terpadu dengan Posyandu. Serupa dengan UKGS, UKGMD

12

Page 13: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

juga menitik beratkan pada upaya penyuluhan dan pembinaan, sedangkan

untuk tindakan perawatan dilakukan dengan cara dirujuk ke Puskesmas.

Pelayanan Kesehatan Puskesmas diarahkan untuk meningkatkan dan

memperluas jangkauan pelayanan kesehatan secara merata dengan

meningkatkan peran serta masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang

optimal melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ( UKGS ) dan Usaha

Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD ).

UKGMD (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa ) adalah suatu

pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan

peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi ( upaya promotif,

preventif secara terpadu UKBM) dikenal dengan Primery Oral Health Care

Aproach). Tenaga pelaksana UKGM yaitu :

1. Puskesmas (Promkes)

2. Dokter Gigi

3. Perawat Gigi

4. Bidan Desa

5. Kader

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan

masyarakat yang ditujukan untuk untuk memelihara, meningkatkan kesehatan

gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang di rancang

dengan upaya kesehatan peroranagan berupa upaya kuratif bagi individu

(peserta didik yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut).

Tenaga pelaksana UKGS yaitu :

1. Puskesmas

2. Dokter Gigi

3. Perawat Gigi

4. Petugas UKGS / UKS

5. Guru SD/MI

6. Dokter Kecil

13

Page 14: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

Kegiatan UKGS ini adalah sesuai uu kesehatan no 36 tahun 2009   bab v

pasal 48 berbunyi pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk

memulihkan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi dan pengobatan

penyakit gigi dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah, pemerintah daerah

dan atau masyarakat  yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan

berkesinambungan.

Rongga mulut merupakan cerminan kesehatan kita, karena kebanyakan

penyakit yang gejalanya dapat dilihat didalam mulut. Kesehatan gigi dan

mulut merupakan bagian dari kesehatan umumnya, dimana gigi berfungsi

untuk mengunyah  makanan, berbicara  dan ,menentukan bentuk wajah dan

kecantikan seseorang . Sejak lahir, mulut sudah berfungsi untuk menangis ,

menyusui pada ibu dan semakin besar anak bertambah pula fungsi dari

mulut.agar fungsi mulut berjalan dengan baik diperlukan pemeliharaan

kebersihan dan kesehatannya. Apabila kesehatan gigi dan mulut dibiarkan

tidak bersih gigi geligi akan tertutup oleh lapisan  “ plaque “  ( plak ). Plak

merupakan endapan lunak sisa-sisa makanan yang melekat erat menutupi

permukaan gigiyang terdiri dari bahan perekat seperti agar-agar dan bakteri,

apabila menderita sakit gigi yang kronis merupakan salah satu penyebab

timbulnya penyakit jantung.plak ini lama kelamaan akan menyebabkan gigi

berlubang atau radang gigi. Untuk membersihkan gigi mulut yang paling

sederhana dan mudah dapat dilakukan dengan menyikat gigi geligi secara

teratur dan benar.

Kuman yang melekat pada karang gigi akan mengeluarkan toksin (racun)

yang merangsang gusi sehingga timbul radang pada gusi makin lama akan

merusakjaringan pengikat antara akar gigi dan tulang. Kelainan gigi dan

mulut dapat mengakibatkan gangguan fungsi, bila gigi dicabut karena karies

gigi maupun radang  gusi yang parah mengakibatkan fungsi mulut

terganggu : fungsi kunyah dan  berbicara akan terganggu, fungsi estetika /

14

Page 15: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

kecantikan akan berkurang. Pencegah terjadinya penyakit gigi dan radang

gusi adalah adalah menghilangkan plak dan ditunjang dengan menyikat gigi

secara teratur, hindari pemakaian tusuk gigi , sebaiknya pakailah benang gigi

(dental floss), mengatur pola makan, kurangi makanan yang manis seperti

permen, coklat, manisan dsb. Perbanyak makan makanan yang menyehatkan,

periksa gigi secara teratur diklinik bila ada kelainan-kelainan.

Tujuan dari kegiatan usaha kesehatan gigi dan mulut di sekolah adalah :

1. Untuk memberi pengertian pada siswa tentang pentingnya memelihara

kesehatan gigi dan mulut melalui penyuluhan.

2. Menginfomasikan kepada siswa tentang kelainan gigi dan mulut,

penyebab dan cara pencegahannya.

3. Memberikan pelayanan kesehatan gigi bagi siswa yang bermasalah

giginya

4. Memberikan rujukan dan perawatan selanjutnya untuk gigi yang tidak

dapat ditindak lajuti  saat itu.

Sasaran kegiatan adalah anak sekolah (siswa/siswi sd dan sltp) dengan

tujuan sejak dini anak- anak telah mengetahui bagaimana memelihara

kesehatan giginya sendiri dan program kesehatan gigi ini merupakan salah

satu program yang dilaksanakan di pusat-pusat pelayanan khususnya

puskesmas.

Program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah

satu upaya untuk mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah

dasar pada masyarakat tengger. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya

promotif yaitu dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan

pengetahuan siswa di bidang kesehatan gigi dan mulut. Upaya preventif

seperti sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride, kumur-kumur larutan fluor,

topikal aplikasi dengan larutan fluor, fissure sealent. Upaya kuratif berupa

15

Page 16: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

penambalan gigi yang karies dan pencabutan gigi susu yang sudah goyang.

Sedangkan ukgs adalah upaya kesehatan yang sangat relevan dalam

pelaksanaan pencegahan penyakit gigi dan mulut. UKGS ditujukan untuk

memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik

dengan memberikan penyuluhan setiap 1 bulan sekali (Depkes RI, 2004).

Rinciannya sebagai berikut:

a. Penyuluhan kesgimul

Materi penyuluhan berupa cara pemeliharaan serta pencegahan

terhadap penyakit gigi dan mulut dengan metode ceramah, tanya jawab

dan demonstrasi. Penyuluhan tentang pencegahan terhadap penyakit gigi

dan mulut perlu ditingkatkan lagi baik dari materi maupun frekuensi

penyuluhan, dengan tujuan agar siswa sekolah dasar mempunyai sikap

positif terhadap kesehatan gigi dan mulut. Sikap merupakan reaksi atau

respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

sehari-hari adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Diperjelas lagi serta memberikan contoh cara menyimpan sikat gigi yang

benar dan kapan waktunya untuk melakukan pemeriksaan gigi.

b. Sikat gigi bersama

Kegiatan sikat gigi bersama dilakukan setiap 3 bulan sekali dan

bersamaan dengan kegiatan penyuluhan kesehatan gigi serta dilakukan di

sekolah – sekolah. Belum cukup untuk mempengaruhi status kesehatan

gigi dan mulut menjadi rendah apabila pengetahuan tersebut belum

diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Diperlukan upaya-upaya untuk

memotivasi siswa agar pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang

dimilikinya dapat diwujudkan dalam perilaku kesehatan giginya sehari-

hari. Untuk siswa sekolah dasar agar lebih mengetahui alat bantu menyikat

16

Page 17: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

gigi misalnya dental floss, maka istilah tersebut perlu diganti dengan

menyebutkan benang gigi, serta dengan memberikan contoh dari alat bantu

tersebut.

c. Pelatihan dokter gigi kecil

Pelatihan ini bertujuan menyiapkan kader dari kalangan siswa sendiri.

Diharapkan dokcter gigi kecil akan ampu mempengaruhi teman-temannya

dan memberi dampak pada sebayanya untuk peduli pada kesehatan gigi

dan mulut karena wilayahnya yang pegunungan tentu besar kemungkinan

bahwa tenaga medis kedokteran gigi tidak dapat selalu ada di masyarakat.

d. Lomba gigi sehat

Pada kalangan anak-anak, suatu kompetisi menjadi motivasi

tersendiri. Adanya lomba gigi sehat ini dapat diadakn tiap tahunnya.

Dengan demikina diharapkan para siswa khususnya di sekolah dasar

tengger akan termotivasi untuk terus menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Kegiatan UKGS meliputi:

a. Kegiatan promotif, melipui:

1. Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi.

2. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru.

b.    Kegiatan preventif, meliputi:

1.  Sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai

pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/ bulan.

2.  Penjaringan kesehatan gigi dan mulut

c.    Kegiatan kuratif, meliputi:

1. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit

2. Pelayanan medik gigi dasar

3. Pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal

4. Rujukan bagi yang memerlukan (Dep. Kes. R. I., 1996)

17

Page 18: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

BAB 4. PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Hasil data tersebut menunjukkan bahwa pada masyarakat Tengger masih

dibutuhkan adanya suatu program usaha peningkatan derajat kesehatan gigi

dan mulut. Dengan data tersebut sebagai dasar pertimbangan maka perlu

adanya perencanaan program terlebih dahulu. Tindakan edukasi dan

penanganan sejak dini dengan memanfaatkan segala media yang ada perlu

dikembangkan guna meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya

menjaga kesehatan gigi dan mulut khususnya pada masyarakat Tengger.

Karena adanya kendala pada masyarakat pegunungan antara lain sarana,

tenaga, biaya maupun kondisi masyarakat, maka perlu dikembangkan

program kesehatan gigi dan mulut sejak dini yang ditanamkan pada generasi

mudanya, diantaranya dengan pelayanan kesehatan puskesmas yang

diarahkan untuk meningkatkan dan memperluas jangkauan kesehatan secara

merata dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ( UKGS ) dan

Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD ).

UKGMD (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa) adalah suatu

pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan

peran serta masyarakat dalam pemeliharan kesehatan gigi ( upaya promotif,

preventif secara terpadu UKBM) dikenal dengan primery Oral Health Care

Aproach.

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ( UKGS ) adalah upaya kersehatan

Masyarakat yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi

dan mulut seluruh peserta didik disekolah binaan yang dirancang dengan

upaya Kesehatan perorangan berupa upaya Kuratif bagi individu ( peserta

didik yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.

18

Page 19: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan

memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan siswa di bidang

kesehatan gigi dan mulut. Upaya preventif seperti sikat gigi dengan pasta gigi

berfluoride, kumur-kumur larutan fluor, topikal aplikasi dengan larutan fluor,

fissure sealent. Upaya kuratif berupa penambalan gigi yang karies dan

pencabutan gigi susu yang sudah goyang.

19

Page 20: tinjauan pustaka OHIs DMFt.doc

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmojo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Muninjaya, Gde AA, 2004. Manajemen Kesehatan,ed.2. Jakarta : EGC

Prasetyo, Eko, 2005. Orang Miskin Dilarang Sakit. Yogyakarta : Resist Book.

Azwar Azrul, 1998. Pengantar administrasi Kesehatan. Jakarta :Binarupa Aksara

20