tinjauan pustaka nafsul

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diversitas Keanekaragaman berarti keadaan berbeda atau mempunyai berbagai perbedaan dalam bentuk atau sifat. Keanekaragaman spesies di daerah tropika dapat dilihat pada dua tingkatan, yaitu jumlah besar spesies dengan bentuk kehidupan serupa dan kehadiran banyak spesies dengan wujud kehidupan sangat berbeda yang tidak ditemukan di bagian lain dunia ini. Di daerah yang keanekaragaman spesies tumbuhannya besar, di situ sering terdapat jumlah spesies hewan yang besar pula. Hal ini disebabkan karena dengan cara yangbagaimanapun, setiap spesies hewan mungkin bergantung pada sekelompok spesies tumbuhan tertentu untuk makanan dan kebutuhan lainnya (Yanney, 1990). Diversitas atau keragaman merupakan salah satu konsekuensi dari zonasi (pewilayahan). Mungkin ada sebuah gradasi perubahan, seperti habitat yang menjadi lebih kering dengan elevasi atau jarak yang jauh dari sumber air. Perbedaan area atau zona di antara gradasi itu memiliki hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang berbeda menurut kondisinya masing- masing yang berkisar dari basah sampai dengan kering atau variabel lain seperti pancaran sinar matahari. Pengukuran diversitas dalam suatu area dapat dihitung secara matematis dengan menggunakan indeks biodiversitas. Indeks Shannon dikenal sebagai pengukur biodiversitas yang melibatkan tingkat probabilitas sampel yang akan diambil berikutnya mungkin akan sama atau mungkin berbeda dari sampel sebelumnya yang diambil. Jika probabilitas sampel yang diambil berbeda, mungkin di situ ada indikasi biodiversitas yang lebih tinggi (Hickman and Susan, 2002).

Upload: naphsul-muth

Post on 15-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TIPUS

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DiversitasKeanekaragaman berarti keadaan berbeda atau mempunyai berbagai perbedaan dalam bentuk atau sifat. Keanekaragaman spesies di daerah tropika dapat dilihat pada dua tingkatan, yaitu jumlah besar spesies dengan bentuk kehidupan serupa dan kehadiran banyak spesies dengan wujud kehidupan sangat berbeda yang tidak ditemukan di bagian lain dunia ini. Di daerah yang keanekaragaman spesies tumbuhannya besar, di situ sering terdapat jumlah spesies hewan yang besar pula. Hal ini disebabkan karena dengan cara yangbagaimanapun, setiap spesies hewan mungkin bergantung pada sekelompok spesies tumbuhan tertentu untuk makanan dan kebutuhan lainnya (Yanney, 1990). Diversitas atau keragaman merupakan salah satu konsekuensi dari zonasi (pewilayahan). Mungkin ada sebuah gradasi perubahan, seperti habitat yang menjadi lebih kering dengan elevasi atau jarak yang jauh dari sumber air. Perbedaan area atau zona di antara gradasi itu memiliki hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang berbeda menurut kondisinya masing-masing yang berkisar dari basah sampai dengan kering atau variabel lain seperti pancaran sinar matahari. Pengukuran diversitas dalam suatu area dapat dihitung secara matematis dengan menggunakan indeks biodiversitas. Indeks Shannon dikenal sebagai pengukur biodiversitas yang melibatkan tingkat probabilitas sampel yang akan diambil berikutnya mungkin akan sama atau mungkin berbeda dari sampel sebelumnya yang diambil. Jika probabilitas sampel yang diambil berbeda, mungkin di situ ada indikasi biodiversitas yang lebih tinggi (Hickman and Susan, 2002).Makin besar jumlah jenis, makin besar pula keanekaragaman hayati. Melalui evolusi yang terus menerus terjadi pula kepunahan. Bila jenis baru terjadi lebih banyak dari kepunahan maka keanekaragaman hayati bertambah. Sebaliknya, Jika kepunahan terjadi lebih banyak dari terbentuknya jenis baru, maka keanekaragaman hayati akan menurun. Untuk pelestarian lingkungan, keanekaragaman hayati merupakan sumber daya alam hayati karena : 1. Merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan atau ekosistem, 2. Mampu merangkai satu unsur dengan unsur tatanan yang lain, 3. Dapat menunjang tatanan lingkungan itu sehingga menjadikan lingkungan alam ini suatu lingkungan hidup yang mampu memberikan kebutuhan makhluk hidupnya (Djamal Irwan, 2003).

B. ProduktivitasDalam ekosistem air tawar, seperti pada laut terbuka, intensitas cahaya dan variasi kedalaman kelihatannya merupakan penentu penting produktivitas. Ketersediaan nutrient anorganik bisa juga membatasi produktivitas dalam ekosistem air tawar seperti halnya di lautan, tetapi perputaran air (turnover) dua kali setahun pada danau misalnya akan akan mengaduk air, membawa nutrien ke lapisan permukaan yang cukup mendapatkan cahaya (Campbell et al., 2004).Produktivitas primer adalah kecepatan terjadinya fotosintesis atau pengikatan karbon. Proses fotosintesis ini terjdi baik di darat, permukaan dan dalam air tawar serta air laut (Rumimohtarto dan Juwana, 2001). Dalam proses fotosintesis ini diperlukan zat hijau daun yang disebut klorofil. Proses ini menggunakan dua macam bahan yaitu air dan karbondioksida. Setelah langkah pertama yaitu mengubah energy cahaya menjadi energy kimia selesai, energy kimia dapat dipindah-pindahkan ke dalam berbagai bahan kimia. Berbagai organisme dapat menyempurnakan pemindahan ini. Tetapi hanya produsen yang dapat mengerjakan langkah pertama tadi (Soemarwoto dkk., 1980).C. Tumbuhan AirTumbuhan air adalah tumbuhan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di air, mempunyai peranan sebagai produsen primer di perairan yang merupakan sumber makanan bagi konsumen primer atau biofag (antara lain ikan). Di samping itu tumbuhan air juga membantu aerasi perairan melalui fotosintesis, mengatur aliran air, membersihkan aliran yang tercemar melalui proses sedimentasi, serta penyerapan partikel dan mineral. Tumbuhan air merupakan tempat pemijahan ikan, serangga, dan hewan lainnya. Beberapa jenis tumbuhan air juga memberikan sumber makanan langsung untuk manusia seperti kangkung (Ipomoea aquatica). Tumbuhan air seperti ilung (Eicchornia crassipes), purun tikus (Eleochiris dulcis), kumpai minyak (Panicum sp.), dan rumpiang (Pandanus sp.), bento (Leersia hexandra), ganggeng (Hydrilla verticillata), jungkal (Hanguana malayana), kangkung (Ipomoea aquatica), kumpai bulu (Paspalum sp.) merupakan tempat pemijahan ikan pada musim penghujan (Utomo et al., 2001).D. Ekosistem PerairanAir tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, waduk, danau, rawa dan badan air lainnya yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau drainage basin. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan (surface run off), dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai. Sekitar 69% air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es atau salju, dan sisanya berasal dari air tanah. Ekosistem perairan tawar sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu ekosistem perairan tawar tertutup dan ekosistem perairan tawar terbuka. Ekosistem perairan tawar tertutup adalah ekosistem yang dapat dilindungi terhadap pengaruh dari luar, sedangkan ekosistem perairan tawar terbuka adalah ekosistem perairan yang tidak atau sulit dilindungi terhadap pengaruh dari luar. Ekosistem perairan tawar terbuka dibedakan menjadi dua yaitu ekosistem perairan tawar yang mengalir dan ekosistem perairan tawar yang menggenang. Contoh dari perairan menggenang atau tidak mengalir (lentic waters) yaitu danau, waduk dan rawa. Perairan ini memiliki aliran tetapi aliran aliran tersebut tidak memiliki peranan penting karena alirannya tidak besar dan tidak mempengaruhi kehidupan jasadjasad di dalamnya. Yang memegang peranan penting dan berpengaruh besar terhadap jasadjasad hidup di dalamnya adalah terbaginya perairan tersebut menjadi beberapa lapisan dari atas ke bawah (stratifikasi) yang berbedabeda sifatnya karena airnya berhenti. Perairan mengalir (lotic waters) adalah mata air dan sungai. Aliran air pada perairan ini biasanya terjadi karena perbedaan ketinggian tempat dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah (Odum, 1993).

Hickman, G. C dan Susan, M. H. 2002. The Ecology Action Guide. Action for A Sustainable Future. San Fransisco: Pearson Education Inc.Yanney, E. J. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Penerbit ITB. Bandung.Djamal, I. Z. 2003. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas dan Lingkungan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Utomo, A. D., Asyari, & S. Nurdawati. 2001. Peranan suaka perikanan dalam peningkatan dengan pola pengembangan daerah aliran sungai. Prosiding Seminar Perikanan Perairan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.Campbell, N.A., Reece, J.B., and Mitchell, L.G. 2004. Biologi jilid 3 Edisi 5. Erlangga: Jakarta.Soemarwoto, I., Gandjar, I., Guhardja, E., Nasoetion, A. H., Soemartono, S. S., dan Somadikarta, L. K. 1980. Biologi Umum I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.