tinjauan pustaka demam tifoid

3
Demam Tifoid Definisi Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi ditandai dengan gejala demam berkepajangan (Bhutta, 2011). Patogenesis Masuknya kuman Salmonella typhi (S. typhi) dan Salmonella para typhi (S. paratyphi) ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman (feses manusia). Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus halus dan selanjutnya berkembang biak dengan menginvasi jaringan limfoid (plak peyer). Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan di fagosit oleh sel-sel fagosit terutama makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke plak peyer ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limfa. Ini merupakan masa inkubasi (7-14 hari). Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai

Upload: sri-rohmayana

Post on 11-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

demam tifoid

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka Demam Tifoid

Demam Tifoid

Definisi

Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh Salmonella typhi ditandai dengan gejala demam berkepajangan (Bhutta, 2011).

Patogenesis

Masuknya kuman Salmonella typhi (S. typhi) dan Salmonella para typhi (S. paratyphi) ke

dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman (feses manusia).

Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus halus dan

selanjutnya berkembang biak dengan menginvasi jaringan limfoid (plak peyer). Bila respon

imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel

(terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak

dan di fagosit oleh sel-sel fagosit terutama makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak

di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke plak peyer ileum distal dan kemudian ke kelenjar

getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam

makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama yang

asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limfa.

Ini merupakan masa inkubasi (7-14 hari). Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit

dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam

sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda

dan gejala penyakit infeksi sistemik (KMK RI No. 364, 2006; Sudoyo, et al. 2009).

Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama

cairan empedu di eksresikan secara intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman

dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus.

Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka

saat fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang

selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia,

sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular, gangguan mental, dan koagulasi (Sudoyo, et al.

2009).

Di dalam plak Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia jaringan (S.

typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat, hyperplasia jaringan dan

nekrosis organ). Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar

Page 2: Tinjauan Pustaka Demam Tifoid

plague Peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat akumulasi sel-sel

mononuklear di dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke

lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi (Sudoyo, et al. 2009).

Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya

komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan, dan gangguan organ

(Sudoyo, et al. 2009).

Pemanfaatan

Penelitian Jurnal

Sudoyo, AW et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi IV. Balai Penerbit

FKUI : Jakarta

KMK RI No. 364 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.

Bhutta, Z. A. 2011. Enteric Fever (Typhoid Fever) in Nelson Text Book of Pediatric. Edisi 19.

hal. 954-958. Philadelphia: Elsevier Sauders.