tinjauan pustaka analisis proteksi

Upload: ahmad-ikhsan-kurnianto

Post on 04-Jun-2018

293 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    1/57

    http://digilib.unimus.ac.id 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Sistem proteksi merupakan salah satu bagian penting dari sistem transmisi

    tenaga listrik, di mana sistem proteksi diharapkan bekerja untuk melindungi

    peralatan dan juga mencegah meluasnya suatu gangguan apabila terjadi gangguan

    di dalam sistem transmisi tenaga listrik. Salah satu hal yang harus diperhatikan

    dalam penyetelan, pengaturan dan desain sistem proteksi yaitu kordinasi, karena

    dengan kordinasi sistem proteksi akan bekerja sesuai dengan yang diharapkan dan

    lebih selektif dalam mengatasi gangguan yang terjadi pada sistem transmisi tenaga

    listrik.

    Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang kordinasi sistem

    proteksi, yaitu :

    1. Alfian Rachmatu Taufan menjelaskan dalam penelitiannya dengan judul

    STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM

    KELISTRIKAN DI PT.ASAHIMAS FLAT GLASS TBK, SIDOARJO di

    mana pada tulisannya sedikit banyak membahas tentang kordinasi relai

    pengaman peralatan yang ada di PT.ASAHIMAS FLAT GLASS TBK

    yaitu berupa relai OCR-GFR, di mana tiap-tiap peralatan di proteksi oleh

    masing-masing relai OCR-GFR di mana tiap relai harus dikordinasikan

    setelan arus kerja dan waktu kerjanya agar apabila terjadi gangguan relai

    pengaman lebih selektif. Dalam kasus di PT.ASAHIMAS FLAT GLASS

    TBK terdapat Terdapat kesalahan setting eksisting rele arus lebih pada

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    2/57

    http://digilib.unimus.ac.id 8

    bus karena perbedaan waktu trip dengan pengaman di bawahnya

    kurang dari 0,3s. Dengan hal ini dapat dilakukan resetting pada relai agar

    kordinasi diantara relai pengaman dapat berjalan dengan baik [9].

    2. Aris Widodo menjelaskan dalam penelitiannya dengan judul STUDI

    KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI

    PT. CHANDRA ASRI yang didalam penulisannya hampir sama dengan

    yang di lakukan oleh Alfian Rachmatu Taufan tetapi kasus yang

    ditemukan oleh penulis yaitu adanya kesalahan pada setting relai

    pengaman transformator karena nilai settingnya berada di atas damage

    curve trafo. Dan setelah diresetting, kurva setelan berada di bawah damage

    curvesehingga mampu mengamankan trafo bila terjadi gangguan hubung

    singkat di bus bawahnya, oleh karena itu harus diperhatikan juga

    koordinasi setting rele pengaman arus lebih mengacu pada kapasitas daya

    beban, arus hubung singkat minimum dan arus hubung singkat maksimum

    [2].

    3. David Setiawan dan kawan-kawan pada Seminar Nasional Aplikasi

    Teknologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyakarta,

    16 Juni 2007 yang membahas tentang ANALISIS KEANDALAN

    PROTEKSI SALURAN TRANSMISI PT. CHEVRON PACIFIC

    INDONESIA MENGUNAKAN METODE FAULT TREE di mana

    dalam tulisannya membahas tentang heuristik algoritma genetika yang

    dapat menghasilkan keputusan kriteria sistem yang lebih cepat dan

    melakukan analisis yang lebih handal, di mana hasil kehandalan ini dapat

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    3/57

    http://digilib.unimus.ac.id 9

    menentukan perbaikan sistem yang ada menjadi lebih baik lagi dan juga

    ditemukan Metode Faul Tree dan GA ini dapat melakukan koordinasi

    penentuan reabilityproteksi pada saluran transmisi [3].

    Penelitian Tugas Akhir mencoba untuk membahas tentang kordinasi pada

    relai pengaman di Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV GI Kudus arah Jekulo,

    dimana akan dilihat bagaimana kordinasi relai pengaman dalam hal ini relai jarak

    apabila terjadi perubahan konfigurasi.

    2.1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik

    Transmisi tenaga listrik merupakan salah satu komponen dari sistem

    penyaluran tenaga listrik menyalurkan energi tenaga listrik dari pusat-pusat

    pembangkitan menggunakan kawat-kawat (saluran) transmisi, menuju gardu-

    gardu induk yang selanjutnya akan didistribusikan ke pelanggan atau konsumen.

    Ada dua kategori saluran transmisi : saluran udara (overhead line) dan

    saluran bawah tanah (uderground). Saluran udara menyalurkan tenaga listrik

    melalui kawat-kawat yang digantung pada tiang-tiang transmisi dengan

    perantaraan-perantaraan isolator-isolator, sedang saluran bawah tanah

    menyalurkan listrik melalui kabel-kabel bawah tanah. Kedua cara penyaluran

    mempunyai untung ruginya sendiri-sendiri. Dibandingakn dengan saluran udara,

    saluran bawah tanah tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, taufan, hujan angin,

    bahaya petir dan sebagainya. Saluran bawah tanah lebih estetis (indah), karena

    tidak tampak. Karena alasan terakhir ini, saluran-saluran bawah tanah lebih

    disukai di Indonesia, terutama untuk kota-kota besar. Namun biaya,

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    4/57

    http://digilib.unimus.ac.id 10

    pembangunannya jauh lebih mahal daripada saluran udara, dan perbaikannya

    lebih sukar bila terjadi gangguan hubung singkat dan kesukaran-kesukaran

    lainnya [4].

    Menurut jenis arusnya, pada saluran transmisi dikenal sistem arus bolak-

    balik (AC, atau alternating current) dan sistem arus searah (DC, atau direct

    current). Didalam sistem AC, penaikan dan penurunan tegangan mudah dilakukan

    yaitu dengan menggunakan transformator. Itulah sebabnya maka dewasa ini

    saluran transmisi di dunia sebagian besar adalah saluran AC. Di dalam sistem AC

    ada sistem satu-fasa dan sistem tiga-fasa. Sistem tiga-fasa mempunyai kelebihan

    dibandingkan dengan sistem satu-fasa karena (a) daya yang disalurkan lebih

    besar, (b) nilai sesaatnya (instantaneous value) konstan dan (c) medan magnit

    putarnya mudah diadakan. Berhubung dengan keuntungan-keuntungannya hampir

    seluruh penyaluran tenaga listrik didunia dewasa ini dilakukan dengan arus bolak-

    balik. Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini penyaluran arus searah mulai

    dikembangkan dibeberapa bagian dunia ini. Penyaluran DC mempunyai

    keuntungan karena, isolasinya yang lebih sederhana, daya guna (efisiensi) yang

    tinggi karena faktor dayanya satu, serta tidak adanya masalah stabilitas sehingga

    dimungkinkan penyaluran jarak jauh. Namun persoalan ekonominya masih harus

    diperhitungkan. Penyaluran tenaga listrik dengan sistem DC baru dianggap

    ekonomis bila jarak saluran udara lebih jauh dari 640 km atau saluran bawah-

    tanah lebih panjang dari 50 km. Ini disebabkan karena biaya peralatan pengubah

    AC ke DC dan sebaliknya (converter dan inverter equipment) sangat mahal [4].

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    5/57

    http://digilib.unimus.ac.id 11

    Untuk daya yang sama, maka daya guna penyaluran naik oleh karena

    hilang daya transmisi turun, apabila tegangan transmisi ditinggikan. Namun

    peninggian tegangan transmisi berarti juga penaikan isolasi dan biaya peralatan

    gardu induk. Oleh karena itu, pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan

    memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran,

    keandalan (reliability), biaya peralatan untuk tegangan tertentu, serta tegangan-

    tegangan yang sekarang dan yang direncanakan. Kecuali itu, penentuan tegangan

    harus juga dilihat dari standarisasi peralatan yang ada. Penentuan tegangan

    merupakan bagian dari perancangan sistem secara keseluruhan [4].

    Meskipun tidak jelas menyebutkan keperluannya sebagai tegangan

    transmisi, di Indonesia, Pemerintah telah menyeragamkan deretan tegangan tinggi

    sebagai berikut :

    a) Tegangan Nominal Sistim (kV) : 30-66-110-150-220-380-500

    b) Tegangan Tertinggi untuk Perlengkapan : 36-72,5-123-170-245-420-525

    Penentuan deretan tegangan diatas disesuaikan dengan rekomendasi International

    Electrotechnical Comission[4].

    Pada penyaluran tenaga listrik terdapat beberapa jenis konfigurasi yang

    secara garis besar umumnya dibagi dalam 5 bentuk konfigurasi jaringan :

    1. Sistem Radial

    2. Sistem open loop / Tie Line

    3. Sistem close loop

    4. Sistem Cluster

    5. Sistem Spindel

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    6/57

    http://digilib.unimus.ac.id 12

    Sistem Radial merupakan sistem jaringan distribusi tegangan menengah

    yang paling sederhana, murah, banyak digunakan terutama untuk sistem yang

    kecil, kawasan pedesaan. Umumnya digunakan pada SUTM proteksi yang

    digunakan tidak rumit dan keandalannya paling rendah.

    Sedangkan Sistem Open Loop biasanya merupakan pengembangan dari

    sistem Radial, sebagai akibat diperlukannya keandalan yang lebih tinggi dan

    umumnya sistem ini dapat dipasok dalam satu gardu induk. Dimungkinkan juga

    dari gardu induk lain tetapi harus dalam satu sistem di sisi tegangan tinggi karena

    hal ini diperlukan untuk memudahkan manuver beban pada saat terjadi gangguan

    atau kondisi-kondisi pengurangan beban. Proteksi untuk sistem ini masih

    sederhana tetapi harus memperhitungkan panjang jaringan pada titik manuver

    terjauh di sistem tersebut. Sistem ini umunya banyak digunakan di PLN baik pada

    SUTM maupun SKTM.

    Untuk Sistem Close Loop layak digunakan untuk jaringan yang dipasok

    dari satu gardu induk, memerlukan sistem proteksi yang cukup rumit biasanya

    menggunakan rele arah (directional). Sistem ini mempunyai kehandalan yang

    lebih tinggi dibandingkan sistem lainnya, dan sistem ini jarang digunakan di PLN

    tetapi biasanya dipakai untuk pelanggan-pelanggan khusus yang membutuhkan

    keandalan tinggi,

    Sistem spindle merupakan sistem yang relatif handal karena disediakan

    satu buah express feeder yang merupakan feeder/ penyulang tanpa beban dari

    gardu induk sampai Gardu Hubung (GH) refleksi, banyak digunakan pada

    jaringan SKTM. Sistem ini relatif mahal karena biasanya dalam pembangunannya

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    7/57

    http://digilib.unimus.ac.id 13

    sekaligus untuk mengatasi perkembangan beban di masa yang akan datang,

    Proteksinya relatif sederhana hampir sama dengan sistem Open Loop. Biasanya di

    tiap-tiap feeder dalam sistem spindle disediakan gardu tengah (middle point)

    yang berfungsi untuk titik manuver apabila terjadi gangguan pada jaringan

    tersebut.

    Sistem merupakan hampir mirip dengan sistem spindle. Dalam sistem

    Cluster tersedia satu express feeder yang merupakan feeder atau penyulang tanpa

    beban yang digunakan sebagai titik manuver beban oleh feeder atau penyulang

    lain dalam sistem Cluster tersebut. Proteksi yang diperlukan untuk sistem ini

    relatif sama dengan sistem Open Loop atau sistem Spindle.

    Selain itu ada juga konfigurasi single phi dan double phi yang biasa

    digunakan pada sistem transmisi tenaga listrik.

    Gambar 2.1.Konfigurasi Single dan Double Phi

    Dapat terlihat dari gambar di atas, pada dasarnya konfigurasi single phi

    dan double phi hampir sama, hanya dari sisi kehandalan konfigurasi double phi

    lebih baik.

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    8/57

    http://digilib.unimus.ac.id 14

    Dengan membuat topologi jaringan yang baik akan didapat performance

    jaringan yang handal dan optimal dalam arti akan diperoleh kerugian energi

    jaringan yang lebih kecil dan pelayanan ke pelanggan lebih baik dari sisi missal

    mutu tegangan ke pelanggan.

    Dalam membuat / menentukan topologi jaringan perlu dilakukan

    perhitungan-perhitungan analisa teknis pada jaringan yang meliputi :

    1. Analisa Aliran Daya

    2. Analisa Hubung Singkat

    3. Analisa Drop Tegangan

    4. Pengaturan beban agar optimal

    Dari analisa-analisa tersebut di atas dan dipadukan dengan pengalaman

    operasional akan diperoleh bentuk topologi jaringan yang paling optimal.

    Komponen-komponen utama dari transmisi jenis saluran udara terdiri

    dari [5] :

    1. Menara transmisi atau tiang transmisi beserta fondasinya

    Menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran

    transmisi, yang bisa berupa menara baja, tiang beton bertulang dan tiang

    kayu. Tiang tiang baja, beton atau kayu umumnya digunakan pada saluran-

    saluran dengan tegangan kerja relatif rendah (di bawah 70 kV) sedang untuk

    saluran transmisi tegangan tinggi atau ekstra tinggi atau ekstra tinggi

    digunakan menara baja. Menara baja dibagi sesuai dengan fungsinya, yaitu :

    menara dukung, menara sudut, menara ujung, menara percabangan dan

    menara transposisi.

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    9/57

    http://digilib.unimus.ac.id 15

    2. Isolator-isolator

    Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin

    atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya dikenal tiga jenis

    isolator, yaitu : isolator jenis pasak, isolator jenis pos saluran dan isolator

    gantung. Isolator jenis pasak dan pos saluran digunakan pada saluran

    transmisi dengan tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22 33 kV),

    sedang isolator gantung dapat digandeng menjadi rentangan isolator yang

    jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

    3. Kawat penghantar

    Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi

    adalah tembaga dengan konduktivitas 100% (CU 100%), tembaga dengan

    konduktivitas 97,5 % (CU 97,5 %) atau alumunium dengan koduktivitas

    61% (Al 61%). Kawat penghantar alumunium dari berbagai jenis dengan

    lambang sebagai berikut :

    a) AAC : All Alumunium Conductor yaitu kawat penghantar

    yang seluruhnya terbuat dari alumunium

    b) AAAC : All Alumunium Alloy Conductor yaitu kawat

    penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.

    c) ACSR : Alumunium Conductor Steel Reinforced yaitu kawat

    penghantar alumunium ber-inti kawat baja.

    d) ACAR : Alumunium Conductor Alloy Reinforced yaitu kawat

    penghantar alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    10/57

    http://digilib.unimus.ac.id 16

    Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

    dengan kawat penghantar alumunium karena konduktivitas dan kuat

    tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahannya ialah untuk besar tahanan yang

    sama tembaga lebih berat dari alumunium dan juga lebih mahal. Oleh karena

    itu kawat penghantar alumunium telah menggantikan kedudukan tembaga.

    Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat alumunium digunakan campuran

    alumunium (alumunium alloy). Untuk saluran-saluran transmisi tegangan

    tinggi, di mana jarak antara dua tiang/menara jauh (ratusan meter),

    dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi. Untuk itu digunakan kawat

    penghantar ACSR.

    4. Kawat tanah

    Kawat tanah atau ground wire juga disebut sebagai kawat pelindung

    (shield wires) gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau

    kawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah itu dipasang diatas

    kawat fasa. Sebagai kawat tanah umumnya dipakai kawat baja (steel wire)

    yang lebih murah, tetapi tidaklah jarang digunakan ACSR.

    Setiap saluran transmisi memiliki karakteristik listrik, yaitu konstanta-

    konstanta saluran, seperti : tahanan R, induktansi L, konduktansi G, dan

    kapasitansi C. Pada saluran udara konduktansi G sangat kecil sehingga dengan

    mengabaikan konduktansi G , perhitungan-perhitungan akan jauh lebih mudah

    dan pengaruhnyapun masih dalam batas-batas yang dapat diabaikan[5].

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    11/57

    http://digilib.unimus.ac.id 17

    Untuk keperluan analisa dan pehitungan maka diagram pengganti untuk

    klasifikasi saluran transmisi biasanya dibagi dalam 3 kelas, yaitu :

    a) kawat pendek (250 km) [6].

    Klasifikasi di atas sangat kabur dan sangat relatif. Klasifikasi saluran

    transmisi harus didasarkan atas besar kecilnya kapasitansi ke tanah. Jadi bila

    kapasitansi kecil, dengan demikian arus bocor ke tanah kecil terhadap beban,

    maka dalam hal ini kapasitansi ke tanah dapat diabaikan dan dinamakan kawat

    pendek. Tetapi bila kapasisatansi sudah mulai besar sehingga tidak dapat

    diabaikan, tetapi belum begitu besar sekali sehingga masih dapat dianggap seperti

    kapasitansi terupsat (lumped capacitance), dan ini dinamakan kawat menengah.

    Bila kapasitansi itu besar sekali sehingga tidak mungkin lagi dianggap sebagai

    kapasistansi terpusat, dan harus dianggap terbagi rata sepanjang saluran, maka

    dalam hal ini dinamakan kawat panjang[5].

    Semakin tinggi tegangan operasi maka kemungkinan timbulnya korona

    sangat besar. Korona ini akan memperbesar kapasitansi, dengan demikian

    memperbesar arus bocor. Jadi ada kalanya walaupun panjang saluran hanya 50

    km, misalnya, dan bila tegangan kerja sangat tinggi (Tegangan Ekstra Tinggi,

    EHV, apalagi Tegangan Ultra Tinggi, UHV) maka kapasitansi relatif besar

    sehingga tidak mungkin lagi diabaikan walapun panjang saluran hanya 50 km[5].

    Sedangkan untuk klasifikasi saluran transmisi berdasarkan fungsinya

    dalam operasi dapat dibedakan dalam:

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    12/57

    http://digilib.unimus.ac.id 18

    a) transmisi: yang menyalurkan daya besar dari pusat-pusat pembangkit

    ke daerah beban, atau antara dua atau lebih sistem, biasa juga disebut

    sebagai saluran interkoneksi atau biasa disebut tie line.

    b) sub transmisi: sub transmisi ini biasanya adalah transmisi percabangan

    dari saluran yang tinggi ke saluran yang lebih rendah

    c) distribusi: di Indonesia telah ditetapkan bahawa tegangan distribusi

    adalah 20 kV [5].

    2.2 Sistem Proteksi

    Dalam sistem tenaga listrik banyak sekali terjadi gangguan terutama

    hubung singkat. Arus hubung singkat mengakibatkan terjadi thermal &

    mechanical stresses yang dapat merusak peralatan sistem tenaga listrik. Untuk

    melindungi peralatan terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi dalam

    sistem diperlukan peralatan proteksi. Peralatan proteksi didesain dengan tujuan

    utama untuk melindungi peralatan, keamanan sistem dan untuk menjaga

    kontinyuitas pelayanan ke pelanggan. Oleh karena itu, sistem proteksi harus

    didesain agar sensitif, cepat, selektif dan andal.

    Sistem Proteksi harus memenuhi syarat sebagai berikut :

    1. Sensitif yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun

    2. Andal yaitu akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan

    bekerja bila tidak diperlukan (security).

    3. Selektif yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja.

    4. Cepat yaitu mampu bekerja secepat-cepatnya.

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    13/57

    http://digilib.unimus.ac.id 19

    Modal tertanam dalam suatu sistem penyediaan tenaga listrik berupa

    fasilitas fasilitas pembangkitan, transmisi dan distribusi demikian besarnya

    sehingga harus diatur agar seluruh sistem tidak hanya dioperasikan dengan

    efisiensi yang setinggi mungkin, tetapi seluruh peralatannya juga diamankan dan

    dilindungi terhadap kerusakan. Maksud dan guna sistem proteksi dan relai-relai

    pengaman adalah agar pemutus-pemutus daya yang tepat dioperasikan supaya

    hanya peralatan yang terganggu dipisahkan secepatnya dari sistem, sehingga

    kesulitan dan kerusakan yang disebabkan gangguan menjadi sekecil mungkin[7].

    Gangguan listrik terberat yang terjadi dalam suatu sistem tenaga listrik

    adalah yang mengakibatkan terjadinya peningkatan arus listrik, dan penurunan

    tegangan, frekuensi serta faktor daya. Relai-relai pengaman tidak dapat

    menghilangkan kemungkinan adanya gangguan pada sistem, melainkan baru

    dapat bekerja setelah terjadinya gangguan[7].

    Dalam menentukan setting proteksi, harus dihitung perkiraan arus hubung

    singkat secara tepat serta memperhatikan kemampuan peralatan dalam menahan

    arus hubung singkat. Sistem proteksi harus dapat menjamin bahwa semua

    peralatan sistem tenaga listrik telah terlindungi. Sistem proteksi adalah rangkaian

    peralatan proteksi yang berfungsi untuk memisahkan bagian sistem yang

    terganggu sehingga bagian sistem lainnya dapat terus beroperasi. Sistem proteksi

    berfungsi untuk:

    1. Mendeteksi adanya kondisi abnormal / gangguan pada bagian dari sistem

    yang diamankan (fault detection),

    2. Melepaskan bagian dari sistem yang terganggu (fault clearing) dan

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    14/57

    http://digilib.unimus.ac.id 20

    3. Memberi tahu operator adanya gangguan dan lokasinya (Announciation).

    Adapun tujuan dari proteksi yaitu:

    4. Mencegah kerusakan peralatan yang terganggu maupun peralatan yang

    dilewati oleh arus gangguan,

    5. Mengisolir bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin dan secepat

    mungkin

    6. Mencegah kemungkinan meluasnya gangguan.

    Sistem tenaga listrik jika dibagi dalam zone pengamanan (protection zone)

    tergantung dari peralatan dan keberadaan atau pemasangan pemutus tenaga

    (circuit breaker), di mana terdapat kategori 6 wilayah/zone proteksi yang ada di

    sistem tenaga listrik :

    1) generators and generator transformer units2) transformers3) buses4) lines (transmissi on, subtrans mission,and distribution)5) utilization equipment (motors, static loads,)6) capacitor atau reactor banks(apabila di proteksi terpisah) [8] .

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    15/57

    http://digilib.unimus.ac.id 21

    Gambar 2.2.Pembagian wilayah atau zona proteksi

    Perkembangan lain juga terjadi pada peralatan relai dimana pada tahun

    1930-an mulai dikenalkan relai mekanik sampai dengan rele numerik pada tahun

    1990-an, serta perkembangan konsep komunikasi data mulai dari stand alone

    sampai dengan distributed system seperti dilihat pada gambar dibawah.

    Gambar 2.3.Perkembangan teknologi relai

    Rele Numerik

    1990-an

    Rele Mekanik

    1930-an

    Rele Statis

    1950-an

    Rele Elektronik

    1980-an

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    16/57

    http://digilib.unimus.ac.id 22

    Relai yang paling sederhana ialah relai mekanik atau elektromekanis yang

    memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik.

    Secara sederhana relai elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut :

    Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau

    membuka) kontak saklar.

    Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik.

    Dalam pemakaiannya biasanya relai yang digerakkan dengan arus DC

    dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang

    terbaik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan

    untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relai berganti posisi

    dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya.

    Relai elektromekanis dapat diklasifikasikan menjadi beberapaberbagai jenis

    sebagai berikut:

    a. tertarik amature

    b. bergerak kumparan

    c. induksi

    d. termal

    e. motor dioperasikan

    g.. mekanis

    Relay statik adalah relay listrik yang responnya dibentuk oleh atau secara

    elektronik/magnetik/optik tanpa adakomponen yang bergerak.Meskipun pada

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    17/57

    http://digilib.unimus.ac.id 23

    defenisi di atas tercantum tanpa komponen yang bergerak, akan tetapi masih

    banyak relay statik padabagian yang berhubungan dengan output-nya masih

    memakai komponen yang elektromekanikal, kecuali pada akhir-akhir ini dengan

    berkembangnya komponen elektronika daya ( power elektronic ) maka padaoutput

    stage-nya pun dipakai peralatan/ komponen solid state.Pada gambar 3.5

    memperlihatkan diagram blok relay statik yang disederhanakan, yaitu:

    1. Bagian sekunder dari transformator instrumen/tranduscer

    2. Bagian penyearah (rectifier ) berfungsi menyearahkan besaran-besaran

    operasi.

    3. Rangkaian pengukuran (relay measuring circuit ), yang terdiri dari:

    a) Comparator yang membandingkan informasi yang masuk apakah

    merupakan parameter yang sesuai atau bukan.

    b) Level detector yang mendeteksi seberapa besar parameter terukur pada

    saat gangguan, dibandungkandengan level yang telah ditentukan.

    c) Filter, berfungsi untuk hanya meneruskan besaran yang tepat dan

    memisahkan besaran dengan harmonisalain dari yang telah ditentukan.

    (mem-filter harmonisa-harmonisa parameter sesuai dengan fungsinya)

    d) Voltage stabilizer untuk membuat tegangan akan diukur menjadi stabil

    Pada relai elektromekanik, pengukuran (measurement) dilakukan dengan

    membandingkan besar torsi operasiterhadap operasi lawan (operating torque vs

    restraining torque) dan pada relai statik pengukuran dilakukan dengan

    membandingkan besaran operasi yang telah disearahkan dan dikonversikan ke

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    18/57

    http://digilib.unimus.ac.id 24

    besaran tegangan, terhadap besaranreferensi yang juga berupa tegangan.Tetapi

    pada relay numerik, pengukuran atau lebih tepatnya penganalisisan besaran input,

    dilakukan pada prosesor. Untuk kedua tipe awal, hanya mempunyai output berupa

    sinyal pertanda atau trip sedangkan pada relai numeric output-nya selain sinyal

    pertanda dan trip, juga sebagai data logger dan event dan fault recorder serta

    kontrol.

    2.3 Peralatan-Peralatan Proteksi

    Suatu sistem proteksi terdiri dari beberapa peralatan-peralatan antara lain :

    1. Relai proteksi berfungsi sebagai elemen perasa atau pengukur untuk

    mendeteksi gangguan

    2. Pemutus tenaga (PMT) berfungsi sebagai pemutus arus dalam sirkuit

    tenaga untuk melepas bagian sistem yang terganggu

    3. Trafo arus (CT) dan trafo tegangan (PT) berfungsi untuk mengubah

    besarnya arus dan atau tegangan dari sirkuit primer ke sirkuit sekunder

    (untuk sistem proteksi dan pengukuran)

    4. Sumber arus searah (batere) berfungsi untuk memberi suplai kepada relai

    dan rangkaian kontrol atau proteksi

    5. Pengawatan (wiring) berfungsi sebagai penghubung komponen-komponen

    proteksi sehingga menjadi satu sistem.

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    19/57

    http://digilib.unimus.ac.id 25

    Gambar 2.4. Peralatan-peralatan proteksi

    Gambar 2.5 Peralatan-peralatan Sistem Proteksi

    Adapun peralatan-peralatan yang diproteksi antara lain: Generator,

    transformator daya, busbar, penghantar (SUTET, SUTT, SUTM), kapasitor,

    reaktor dan motor-motor listrik berkapasitas besar.

    Suatu sistem proteksi yang gagal bekerja biasanya disebabkan hal-hal di

    bawah ini :

    +

    -RELAI

    PROTEKSI

    PMTCT

    PT

    TRIPPINGCOIL

    BATERE

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    20/57

    http://digilib.unimus.ac.id 26

    Relai Proteksi Rusak

    Kesalahan Setting

    CT Jenuh

    Rangkaian ke Trip Putus

    Relai Bantu Rusak

    Trip Coil PMT Rusak

    PMT macet atau kelainan PMT

    Catu Daya DC hilang

    2.4 Pola Proteksi Penghantar

    Sistem transmisi tenaga listrik terdiri dari dua jenis, yaitu saluran udara

    dan saluran kabel, yang mana masing-masing saluran memiliki pola dan sistem

    proteksi sendiri. Dalam penentuan pola proteksi saluran transmisi tenaga listrik

    ada satu hal yang juga harus di perhatikan, yaitu Source to Impedance Ratio(SIR)

    di mana SIR adalah perbandingan nilai impedansi sumber terhadap impedansi

    saluran. Panjang saluran transmisi dapat dikelompokan berdasarkan perbandingan

    impedansi sumber terhadap impedansi saluran yang diproteksi (Source to

    Impedance Ratio =SIR).

    Saluran transmisi dapat dikelompokkan menjadi saluran pendek, sedang

    atau panjang [9]. Panjang saluran transmisi dapat dikelompokan menjadi :

    1) Saluran pendek dengan SIR 4

    2) Saluran sedang dengan 0.5 < SIR < 4

    3) Saluran Panjang dengan SIR yang sangat kecil atau SIR 0.5 [9].

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    21/57

    http://digilib.unimus.ac.id 27

    SIR menunjukan kekuatan sistem yang akan diproteksi, semakin kecil SIR

    berarti semakin kuat sumber yang memasok saluran transmisi tersebut, dan

    sebaliknya untuk sistem tegangan yang lebih besar dengan SIR yang sama akan

    diperoleh panjang saluran yang lebih besar, dengan demikian pengelompokan

    saluran pendek,sedang dan panjang akan berbeda untuk sistem tegangan yang

    berbeda [9]. Sebagai pertimbangan, untuk Saluran transmisi dengan panjang

    tertentu, impedansi per unit berubah, lebih dipengaruhi tegangan nominal

    daripada impedansi ohmik.

    Faktor ini bersama dengan perbedaan impedansi hubung singkat pada

    tingkat tegangan yang berbeda, menunjukkan bahwa tegangan nominal

    mempengaruhi SIR oleh kerena itu jenis relai dan pola proteksi yang akan

    dipergunakan harus disesuaikan dengan panjang saluran transmisi yang

    dilindungi. Untuk penghantar dengan 2 SIR yang berbeda dipilih SIR yang

    terbesar.

    Salah satu contoh pengaturan pola proteksi berdasarkan SIR saluran

    transmisi yang ada di PT PLN Persero yaitu skema proteksi SUTET berdasarkan

    SPLN 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah.

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    22/57

    http://digilib.unimus.ac.id 28

    Tabel 2.1 : Skema Proteksi SUTET berdasarkan SIR yang digunakan PT PLN (Persero)

    Keterangan: PLC : Power Line Carrier

    FO : Fiber Optic

    CD : Relai Diferensial

    Z : Relai Jarak

    DEF : Relai Hubung Tanah Berarah

    2.4.1 Pola Proteksi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)

    Sistem pengaman suatu peralatan karena berbagai macam faktor

    dapat mengalami kegagalan operasi (gagal operasi). Berdasarkan hal-hal

    tersebut maka suatu sistem proteksi dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu :

    1. Pengaman Utama

    Merupakan sistem proteksi yang diharapkan segera bekerja jika terjadi

    kondisi abnormal atau gangguan pada daerah pengamanannya

    Alt-1 Skema Proteksi (a)

    Utama 1 : Teleproteksi CD

    Cadangan : Teleproteksi Z +DEF

    Skema Proteksi (b)

    Utama 2 : Teleproteksi CD

    Cadangan : Teleproteksi Z + DEF

    Alt-2: Skema Proteksi (a)Utama 1 : Teleproteksi Z + DEF

    Cadangan : Teleproteksi Z

    Skema Proteksi (b)

    Utama 2 : Teleproteksi Z + DEF

    Cadangan : Teleproteksi Z

    Saluran Sedang

    0.5< SIR < 4 &

    Saluran Panjang

    SIR < 0.5

    FO

    Skema Proteksi (a)

    Utama 1 : Teleproteksi CD

    Cadangan : Teleproteksi Z + DEF

    Skema Proteksi (b)

    Utama 2 : Teleproteksi CD

    Cadangan : Teleproteksi Z + DEF

    Saluran Pendek

    SIR < 4

    PLC

    MEDIA TELEKOMUNIKASI

    SKEMA PROTEKSI

    SALURAN YGDIPROTEKSI

    Alt-1 Skema Proteksi (a)

    Utama 1 : Teleproteksi CD

    Cadangan : Teleproteksi Z +DEF

    Skema Proteksi (b)

    Utama 2 : Teleproteksi CD

    Cadangan : Teleproteksi Z + DEF

    Alt-2: Skema Proteksi (a)Utama 1 : Teleproteksi Z + DEF

    Cadangan : Teleproteksi Z

    Skema Proteksi (b)

    Utama 2 : Teleproteksi Z + DEF

    Cadangan : Teleproteksi Z

    Saluran Sedang

    0.5< SIR < 4 &

    Saluran Panjang

    SIR < 0.5

    FO

    Skema Proteksi (a)

    Utama 1 : Teleproteksi CD

    Cadangan : Teleproteksi Z + DEF

    Skema Proteksi (b)

    Utama 2 : Teleproteksi CD

    Cadangan : Teleproteksi Z + DEF

    Saluran Pendek

    SIR < 4

    PLC

    MEDIA TELEKOMUNIKASI

    SKEMA PROTEKSI

    SALURAN YGDIPROTEKSI

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    23/57

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    24/57

    http://digilib.unimus.ac.id 30

    cadangan lokal hanya sekedar pengaman cadangan terakhir demi keselamatan

    peralatan.

    2.4.1.1 Waktu Pemutusan Pengaman SUTT

    Untuk memperoleh waktu clearing time yang cepat maka

    pemakaian relai jarak sebagai pengaman utama SUTT pada sistem 70 dan 150

    kV harus dilengkapi dengan teleproteksi. Pada dasarnya pemilihan pola

    pengaman dengan pilot dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan sistem

    yaitu jika terjadi gangguan diluar zone-1nya tetapi berada pada saluran yang

    diamankan maka relai jarak yang menggunakan teleproteksi akan bekerja

    lebih cepat dibandingkan relai jarak tanpa teleproteksi.

    Sistem proteksi SUTT yang akan dibahas disini adalah SUTT 150

    kV dan 70 kV, dimana waktu pembebasan gangguan pada sistem 150 kV

    harus lebih singkat daripada sistem 70 kV akibat dari arus gangguan yang

    lebih besar pada sistem 150 kV tersebut. Bilamana pada sistem 70 kV waktu

    dasarnya 150 ms, maka pada sistem 150 kV direkomendasikan 120 ms untuk

    gangguan yang terjadi pada zone yang diamankannya. Rekomendasi ini

    hanya berlaku pada SUTT yang menggunakan relai jarak yang dilengkapi

    teleproteksi.

    Adapun pembagian clearing time gangguan tersebut dapat terlihat

    pada tabel dibawah

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    25/57

    http://digilib.unimus.ac.id 31

    Tabel 2.2 : Standart kecepatan pemutusan gangguan di PT PLN (Persero)

    No. Uraian Pembagian Waktu Sistem 150 kV

    (milli sec)

    Sistem 70 kV

    (milli sec)

    1. Penjatuhan Relai

    Sinyal Pembawa (PLC/FO)

    Relai

    2040

    2070

    2. Pembukaan PMT 60 60

    TOTAL 120 150

    2.4.1.2 SUTT 70 kV

    Pada sistem 70 kV terdapat dua macam pentanahan netral sistem,

    yaitu :

    a. Pentanahan netral dengan tahanan rendah atau solid grounded, misalnya

    terdapat di wilayah Jawa Barat, Jakarta Raya, Bengkulu, dan Sulawesi

    utara.

    b. Pentanahan netral dengan tahanan tinggi, misalnya terdapat di wilayah

    Jawa Timur dan Palembang.

    Pada sistem dengan tahanan rendah, relai jarak dapat dipakai

    sekaligus untuk gangguan fasa maupun gangguan tanah, tetapi pada sistem

    dengan tahanan tinggi dimana arus gangguannya kecil yang menyebabkan

    relai jarak tidak bekerja, sehingga harus dipasang relai gangguan tanah

    tersendiri. Untuk gangguan tanah pada sistem dengan tahanan tinggi dipakai

    dua jenis pengaman, yaitu :

    a. Relai tanah selektif (selection ground relay)

    b. Relai tanah terarah (directional ground relay)

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    26/57

    http://digilib.unimus.ac.id 32

    Yang akan bekerja sebagai pengaman utama (main protection) dan

    pengaman cadangan (back-up protection) secara timbal balik antara keduanya

    sesuai dengan jenis dan keadaan serta macam (tempat) gangguan. Seperti

    halnya pada pengaman utama maka pada pengaman cadangan inipun sistem

    dengan tahanan rendah dan sistem dengan tahanan tinggi mempunyai

    pengaman gangguan fasa yang sama, tetapi mempunyai pengaman gangguan

    tanah yang berbeda.

    Untuk pengaman gangguan fasa sebaiknya dipilih relai arus lebih

    waktu terbalik (invers time overcurrent), tak terarah (non-directional) karena

    relai ini sederhana dan murah tetapi dianggap cukup mampu bekerja sesuai

    dengan fungsinya. Sebaliknya, untuk pengaman gangguan tanah diperlukan

    relai arus lebih terarah, waktu-terbalik atau waktu tertentu (definite time)

    tergantung pentanahan netralnya.

    Pada sistem dengan tahanan rendah dipilih relai waktu terbalik

    bilamana arus gangguan akan sangat berbeda pada pelbagai tempat atau relai

    waktu tertentu,bilamana arus gangguan dimana-mana hampir sama. Sedang

    pada sistem dengan tahanan tinggi dipilih relai waktu tertentu karena arus

    gangguan yang kecil dimana-mana.

    Adapun pembagian pola proteksi SUTT 70 kV berdasarkan jenis

    pentanahannya yaitu :

    1)Pentanahan netral dengan tahanan rendah / solid grounded

    Sesuai SPLN No. 52-1 tahun 1984 bagian A tentang pola pengaman

    sistem 66 kV bahwa pentanahan sistem 70 kV untuk Jawa Barat dan

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    27/57

    http://digilib.unimus.ac.id 33

    Jakarta Raya menggunakan pentanahan rendah untuk netral sistemnya ,

    sehingga pola pengaman untuk sistem 70 kV adalah sbb :

    a) Pengaman Utama

    - Gangguan fasa-fasa : Relai Jarak

    - Gangguan fasa-netral : Relai Jarak

    b) Pengaman Cadangan

    - Gangguan fasa-fasa : Relai arus lebih waktu terbalik

    (non directional)

    - Gangguan fasa-netral : Relai arus lebih waktu terarah,

    waktu tertentu atau waktu terbalik.

    Dengan waktu pembebasan gangguan :

    1. Pengaman Utama : Waktu dasar maksimum 150 ms dengan

    penundaan waktu maksimum 600 ms

    2. Pengaman Cadangan

    - Jarak Jauh : Dengan penundaan waktu maksimum

    600 ms

    - Lokal : Dengan penundaan waktu 1000 ms

    untuk gangguan di bus

    Untuk saluran yang pendek (misalnya kira-kira 20 km) dimana

    relai tidak dapat lagi melihat gangguan, terutama karena adanya tahanan

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    28/57

    http://digilib.unimus.ac.id 34

    gangguan (Rf), seharusnya relai jarak dilengkapi dengan pola pilot

    (pengoperasian teleproteksi), sebaiknya pola blocking.

    Idealnya penggunaan relai jarak yang dilengkapi sistem

    teleproteksi digunakan untuk seluruh saluran udara tegangan tinggi. Namun

    atas pertimbangan biaya dan tingkat keadalan sistem maka tidak seluruh

    jaringan harus dipasang. Adapun prioritas bagi pemasangan sistem

    teleproteksi bagi sistem 70 kV, adalah penghantar 70 kV yang merupakan

    pasokan langsung dari sistem 150 kV melalui IBT 150/70 kV.

    2)Pentanahan netral dengan tahanan tinggi

    Sedangkan untuk daerah yang menggunakan tahanan tinggi untuk sistem

    pentanahannya, sesuai SPLN No. 51-1 tahun 1984 bagian A, adalah sbb :

    a) Pengaman Utama

    - Gangguan fasa-fasa : Relai Jarak

    - Gangguan fasa-netral : Relai Selektif Tanah Relai Tanah

    Terarah

    b) Pengaman Cadangan

    - Gangguan fasa-fasa : Relai arus lebih waktu terbalik

    (tak terarah)

    - Gangguan fasa-netral : Relai arus lebih waktu terarah,

    waktu tertentu atau waktu terbalik.

    Beberapa kasus khusus perlu diberikan pengarahan sebagai berikut

    Untuk saluran yang pendek ditetapkan sebagai berikut :

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    29/57

    http://digilib.unimus.ac.id 35

    Sistem dengan tahanan rendah / solid grounded

    Relai jarak dengan pola blocking, atau

    Relai diferensial kawat-pilot

    Keduanya sebagai pengaman gangguan fasa maupun gangguan

    fasa maupun gangguan tanah.

    Sistem dengan tahanan tinggi

    Relai jarak dengan pola blocking, atau

    Relai diferensial kawat-pilot

    Relai fasa selektif

    Ketiganya sebagai pengaman gangguan fasa, sedang sebagai

    pengaman gangguan tanah seperti pada tabel diatas.

    2.4.1.3 SUTT 150 kV

    Berbeda dengan sistem transmisi 70 kV di mana terdapat 2 (dua)

    macam pentanahan netral sistem, pada sistem transmisi 150 kV ini terdapat

    hanya satu macam pentanahan netral sistem yaitu pentanahan efektif. Berbeda

    dengan SUTT 70 kV, penggunaan rele jarak sebagai pengaman utama yang

    dilengkapi teleproteksi menjadi suatu keharusan, khususnya bagi :

    1) Penghantar yang dioperasikan looping dengan sistem 150 kV lainnya

    2) Penghantar kV yang radial double circuit.

    Untuk penghantar dengan katagori saluran pendek, rele pengaman

    direkomendasikan menggunakan prinsip differensial:

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    30/57

    http://digilib.unimus.ac.id 36

    a) Current Differential

    b) Current Comparison

    c) Phase Differential

    Ada dua macam pola pengaman dengan pilot yang telah dan akan

    diterapakan pada SUTT 150 kV PLN P3B, yaitu :

    1) Permissive Transfer Trip Scheme

    a) Permissive Underreach Transfer Trip (PUTT)

    b) Permissive Overreach Transfer Trip (POTT )

    2) Blocking Scheme

    Pola Pengaman Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV

    a) Pengaman Utama

    - Gangguan fasa-fasa : Relai Jarak yang dilengkapi

    dengan teleporoteksi

    - Gangguan fasa-netral : Relai Jarak yang dilengkapi

    dengan teleporoteksi

    b) Pengaman Cadangan

    - Gangguan fasa-fasa : Relai arus lebih waktu terbalik

    (tak terarah)

    - Gangguan fasa-netral : Relai arus lebih waktu terbalik

    (tak terarah)

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    31/57

    http://digilib.unimus.ac.id 37

    2.4.2 Pola Proteksi Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT)

    2.4.2.1 SKTT 70 kV dan 150 kV

    Pemakaian kabel tanah dapat dinyatakan sebagai standar yang

    berlaku umum di dalam kota. Untuk saluran yang pendek sebaiknya

    digunakan relai differensial pilot, karena menggunakan kabel pilot sebagai

    media sinyal. Relai diferensial pilot saat ini paling banyak dipakai dan

    dianggap tepat sebagai pengaman utama, baik bagi sistem dengan tahanan

    rendah maupun bagi sistem dengan tahanan pentanahan tinggi.

    Di samping pengaman utama perlu pula ditetapkan pengaman

    cadangan dan dalam hal ini merupakan pengaman cadangan lokal. Pengaman

    cadangan lokal ini harus dipilih pengaman yang mempunyai keadalan yang

    tinggi demi untuk penyelamatan kabel tanah sewaktu terjadi gangguan.

    Untuk pengaman cadangan ini harus dibedakan 2 macam

    pengaman yaitu :

    1) Pengaman gangguan antar fasa atau tiga fasa

    2) pengaman gangguan satu fasa ke tanah.

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    32/57

    http://digilib.unimus.ac.id 38

    Tabel 2.3 : Pola Pengaman Transmisi 70 kV Saluran Kabel Tanah

    Pola Pengaman Sistem

    Sirkit Pentanahan Pengaman Utama Pengaman Cadangan

    Netral Sistem Gangguan

    Fasa

    Gangguan

    Tanah

    Gangguan antar

    fasa atau 3-fasa

    Gangguan

    1-fasa ke

    tanah

    (1) Saluran sirkit

    ganda paralel, dua

    sumber

    Tahanan A. Rendah Relai

    Differential

    Relai

    Differential

    Relai arus lebih

    waktu terbalik

    Relai arus

    lebih

    waktu

    terbalik

    (2) Saluran yang

    sama (1) dengan

    beberapa sumber,

    merupakan

    jaringan, terbuka

    atau tertutup

    Tahanan B. Tinggi Relai

    Differential

    Relai

    Differential

    Relai arus lebih

    waktu terbalik

    Relai daya

    urutan nol

    Adapun Pola Pengaman Sistem Transmisi 70 kV Saluran Kabel

    Tanah, sesuai SPLN No. 52-1 tahun 1984 bagian A, adalah sbb :

    Untuk gangguan antar dan tiga fasa, yang arus gangguannya besar

    sebaiknya dipakai relai arus lebih waktu terbalik, sedang untuk gangguan

    satu-fasa ke tanah, yang arus gangguannya kecil, sebaliknya dipakai relai arus

    lebih waktu terbalik, atau relai daya urutan nol, yang lebih peka dari relai arus

    lebih waktu terbalik. Dengan demikian untuk gangguan satu fasa ke tanah,

    relai arus lebih waktu terbalik dipakai pada sistem dengan tahanan rendah,

    sedang relai daya nol dipakai pada sistem dengan tahanan tinggi.

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    33/57

    http://digilib.unimus.ac.id 39

    Oleh karena sistem pentanahan netral di 150 kV ini hanya

    menggunakan pentanahan efektif maka pola pengaman untuk SKTT 150 kV-

    nya hanya mengguanakan satu pola, yaitu relai diferensial longitudinal

    sebagai pengaman utama untuk gangguan fasa-fasa dan fasa tanah.

    Sedangkan sebagai pengaman cadangan lokalnya menggunakan relai

    aruslebih waktu terbalik.

    Tabel 2.4 : Pola Pengaman Transmisi 150 kV Saluran Kabel Tanah

    Pola Pengaman Sistem

    Sirkit Pentanahan Pengaman Utama Pengaman Cadangan

    Netral

    Sistem

    Gangguan

    Fasa

    Gangguan

    Tanah

    Gangguan

    antar fasa atau

    3-fasa

    Gangguan

    1-fasa ke

    tanah

    1) Saluran sirkit gan- da paralel,

    dua sumber

    2) Saluran yg sama 1) dgn

    beberapa sumber, merupa-

    kan jaringan, terbuka atau

    tertutup

    Effektif Relai

    Differential

    Relai

    Differential

    Relai arus

    lebih

    waktu terbalik

    Relai arus

    lebih

    waktu

    terbalik

    2.4.3 Saluran Campuran

    Untuk kasus khusus dimana saluran tersebut merupakan saluran

    campuran antara udara dengan kabel tanah, maka digunakan pola pengaman

    sebagai berikut :

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    34/57

    http://digilib.unimus.ac.id 40

    1). Pada saluran campuran dimana saluran kabel tanah lebih dominan dari

    saluran udara maka dipakai pola pengaman seperti tabel-3

    2). Pada saluran yang bercampur sehingga sulit ditetapkan saluran mana

    (udara atau kabel tanah) yang dominan, ditetapkan berdasarkan

    perhitungan-perhitungan sesuai dengan keadaan sirkit tersebut, sehingga

    dapat diketahui saluran yang dominan.

    Pola pengaman salurancampuran dengan saluran kabel dominan

    a) Pengaman Utama

    - Gangguan fasa-fasa : Relai Diferensial

    - Gangguan fasa-netral : Relai Diferensial

    b)Pengaman Cadangan

    - Gangguan fasa-fasa : Relai arus lebih waktu terbalik

    - Gangguan fasa-netral : Relai arus lebih waktu terbalik

    2.4.4 Peralatan sinkron dan Autorecloser

    2.4.4.1 Peralatan Sinkron

    Relai Synchrocheck adalah suatu peralatan kontrol yang berfungsi

    untuk mengetahui kondisi sinkron antara dua sisi atau subsistem yang diukur.

    Besaran yang diukur oleh alat ini adalah perbedaan sudut fasa, tegangan dan

    frekuensi.

    1. Beda sudut fasa (f)

    Sudut fasa untuk mengetahui perbedaan sudut fasa urutan tegangan antara

    kedua sisi yang diukur, biasanya besarnya setting sudut fasa tergantung

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    35/57

    http://digilib.unimus.ac.id 41

    kekuatan sistem saat itu. Untuk sekuriti sistem setting sudut fasa dipilih

    disesuaikan dengan kekuatan sistem dengan batas maksimum adalah

    sekitar 20 untuk sistem kelistrikan di Jawa-Bali, adapun di lokasi lain

    berebeda batas maksimum perbedaan sudut fasanya.

    2. Beda tegangan (V)

    Adalah beda tegangan antara diantara kedua subsistem misalkan antara

    tegangan bus/common (U1) dengan running /incoming (U2). Untuk

    mencegah terjadinya asinkron saat penutupan PMT perlu diperhatikan

    perbedaan kedua sisi tegangan tidak boleh lebih besar dari setting beda

    tegangan. Setting perbedaan tegangan maksimal 10%Vn, untuk sistem

    kelistrikan di Jawa-Bali, adapun di lokasi lain berebeda batas maksimum

    perbedaan tegangannya.

    3. Beda frekuensi (F)

    Beda frekuensi adalah untuk mengetahui slip frekuensi antara kedua

    subsistem yang akan dihubungkan fungsinya untuk mencegah penutupan

    PMT jika perbedaan kedua sisi frekuensi lebih besar dari setting.

    Perbedaan frekuensi maksimal disetting 0.11 Hz, untuk sistem kelistrikan

    di Jawa-Bali, adapun di lokasi lain berebeda batas maksimum perbedaan

    frekuensiya.

    Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam setelan synchro check

    adalah perbedaan frekuensi (slip), sehingga perlu dihitung secara akurat.

    Perbedaan frekuensi ditentukan melalui persamaan

    df = /(t x180) (2.1)

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    36/57

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    37/57

    http://digilib.unimus.ac.id 43

    frekuensi) konsumen terjadi padam dapat dikurangi. Namun sebaliknya,

    pengoperasian A/R secara tidak tepat dapat menimbulkan kerusakan pada

    peralatan, sehingga dapat menimbulkan dampak pemadaman meluas serta

    waktu pemulihan yang lebih lama. Pada kedua proteksi utama, fungsi penutup

    balik otomatis harus diaktifkan dengan menggunakan setelan yang sama.

    2.5 Relai Jarak

    2.5.1 Pengertian Relai Jarak

    Relai jarak merupakan jenis proteksi non-unit dan memiliki kemampuan

    untuk membedakan gangguan yang terjadi di berbagai bagian sistem, tergantung

    pada impedansi yang terukur. Pada dasarnya, Relai jarak membandingkan arus

    gangguan yang dilihat oleh relaui dengan tegangan di lokasi relay untuk

    menentukan impedansi sampai titik terjadinya gangguan [10].

    Keuntungan utama menggunakan Relai Jarak adalah zona proteksi relai

    bergantung pada impedansi dari penghantar yang dilindungi yang hampir konstan

    dari besaran tegangan dan arus. Dengan demikian, Relai Jarak memiliki

    jangkauan tetap, berbeda dengan relai overcurrent dimana jangkauan bervariasi

    tergantung pada kondisi sistem [10].

    Relai Jarak merupakan relai proteksi yang prinsip kerjanya berdasarkan

    pengukuran impedansi penghantar. Impedansi penghantar yang dirasakan oleh

    relai adalah hasil bagi tegangan dengan arus dari sebuah sirkit [5].

    Relai Jarak merupakan pengaman utama (main protection) pada SUTT /

    SUTET dan sebagai backup untuk seksi didepan. Relai Jarak pada dasarnya

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    38/57

    http://digilib.unimus.ac.id 44

    bekerja dengan mengukur impedansi transmisi, dibagi menjadi beberapa daerah

    cakupan yaitu Zone 1, Zone 2, Zone 3, serta dilengkapi juga dengan teleproteksi

    sebagai upaya agar proteksi bekerja selalu cepat dan selektif di dalam daerah

    pengamanannya.

    Relai jarak di desain untuk merespon arus, tegangan dan perbedaan sudut

    fasa antara arus dan tegangan, di mana paramater-parameter ini dan digunakan

    untuk menghitung atau mengukur nilai impedansi yang di baca oleh relai, yang

    juga sebanding dengan jarak gangguan [11].

    2.5.2 Prinsip Kerja Relai Jarak

    Relai Jarak mengukur tegangan pada titik relai dan arus gangguan yang

    terlihat dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi

    sampai titik terjadinya gangguan dapat ditentukan. Perhitungan impedansi dapat

    dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

    f

    f

    fI

    VZ =

    (2.2)

    Dengan : Zf = Impedansi (Ohm)

    Vf = Tegangan (Volt)

    If = Arus gangguan (Ampere)

    Relai Jarak akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi

    gangguan yang terukur dengan impedansi setting, dengan ketentuan: bila

    impedansi gangguan lebih kecil dari pada impedansi setting relai (Zf < ZR) maka

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    39/57

    http://digilib.unimus.ac.id 45

    relai akan bekerja, dan bila impedansi ganguan lebih besar dari pada impedansi

    setting relai (Zf > ZR) maka relai tidak akan bekerja.

    Gambar 2.6. Blok diagram Relai Jarak

    Berdasarkan gambar blok diagram diatas relai jarak mendapatkan

    inputan dari trafo arus dan juga trafo tegangan yang berfungsi sumber

    masukan ke relai untuk membaca besaran arus dan tegangan yang ada di

    penghantar, besaran tegangan dan arus dikonversi di relai menjadi satuan

    impedansi, dan apabila terjadi gangguan maka pembacaan impedansi di relai

    akan berubah dan bila nilai impedansi berada dibawah nilai settingnya maka

    relai akan bekerja dan memberikan perintah trip ke PMT.

    DistanceZ Z2min

    maka setelan zone-2 diambil sama dengan Z2mak dengan t2 = 0,4 detik

    3) Jika saluran yang diamankan jauh lebih panjang dari saluran seksi

    berikutnya maka akan terjadi Z2mak < Z2min. Pada keadaan demikian

    untuk mendapatkan selektifitas yang baik, maka zone-2 diambil sama

    dengan Z2min dengan setting waktunya dinaikan satu tingkat, yaitu 0.8

    detik

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    42/57

    http://digilib.unimus.ac.id 48

    4) Jika pada gardu induk didepanya terdapat trafo daya, maka jangkauan

    zone-2 sebaiknya tidak melebihi impedansi trafo

    Z2trafo = 0,8 * (ZL1 + k.ZTR ) (2.6)

    k sama dengan bagian trafo yang diproteksi, nilai k direkomendasikan

    adalah 0,5. Hal ini dimaksudkan jika terjadi gangguan pada sisi tegangan

    rendah rele tidak bekerja.

    ZTR = XT * Vn

    Kapasitas (MVA) (2.7)

    XT = impedansi trafo tenaga (%)

    Vn = tegangan primer trafo (kV)

    5) Jika ditemukan kondisi dimana Z2min melebihi dari Z2trafo padanear

    end bus mak setelan zone-2 tidak perlu mempertimbangkan ZTR dan

    tetapmenggunakan Z2min, dengan mengkoordinasikan setelan waktu

    zone-2 terhadap pengaman cadangan dari trafo.

    c)Pemilihan Zone-3

    Dasar pemilihan zone-3 adalah berdasarkan pertimbangan berikut

    1) Jangkauan ini diusahakan dapat meliputi seluruh saluran seksi berikutnya,

    (harus mencapai far end bus terpanjang ) sehingga didapat penyetelan

    sebagai berikut :

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    43/57

    http://digilib.unimus.ac.id 49

    Z3min = 1,2 * (ZL1 + K*ZL2) (2.8)

    Z3mak= 0,8 * (ZL1 + (0,8 * K *(ZL2 + 0,8 * ZL3 ))) (2.9)

    dengan :

    ZL = impedansi saluran yang diamankan

    ZL2 = impedansi saluran berikutnya yang terpendek (dalam Ohm)

    ZL3 = impedansi saluran berikutnya yang terpanjang (dalam Ohm)

    K = Faktor infeed

    2) Untuk zone-3 dipilih nilai terbesar antara Z3min dengan Z3mak, jika pada

    gardu induk didepannya terdapat trafo daya, maka jangkauan zone-3

    sebaiknya tidak melebihi impedansi trafo

    Z3trafo = 0,8 (ZL1 + k * ZTR) (2.10)

    k adalah bagian trafo yang diamankan / diproteksi, nilai k yang

    direkomendasikan adalah 0,8.

    3) Jika overlap dengan zone-3 seksi berikutnya, maka waktu zone-3 dapat

    dikoordinasikan dengan waktu zone-3 seksi berikutnya

    d)Faktor Infeed

    Yang dimaksud dengan infeed adalah pengaruh penambahan atau pengurangan

    arus yang melalui titik terhadap terhadap arus yang melalui relai yang ditinjau.

    Secara umum infeed ini disebabkan karena adanya pembangkit antara relai

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    44/57

    http://digilib.unimus.ac.id 50

    dengan titik gangguan. Infeed dapat juga disebabkan karena adanya perubahan

    konfigurasi saluran dari ganda ke tunggal atau sebaliknya.

    Adanya pengaruh infeed ini akan membuat impedansi yang dilihat relai seolah-

    olah menjadi lebih besar (letak gangguan seolah-olah menjadi lebih jauh) atau

    menjadi lebih kecil (letak gangguan seolah-olah menjadi lebih dekat). Dengan

    demikian jangkauan kurang atau jangkauan lebih. pengaruh infeed ini harus

    dipertimbangkan khususnya untuk penyetelan zone 2 dan zone-3.

    Adapun jenis-jenis konfigurasi yang dapat menimbulkan infeed adalah

    1) Adanya pembangkit pada ujung saluran yang diamankan

    Gambar 2.8 : Pengaruh infeed akibat adanya pembangkit diujung

    saluran

    Pada saat terjadi gangguan di titik F maka impedansi yang dilihat relai

    adalah :

    ZRA= VRA / IRA=( I1.ZAB + (I1+I2).ZBF ) / I1 (2.11)

    ZRA= ZAB + (I1+I2) / I1.ZBF (2.12)

    ZRA= ZAB + k.ZBF (2.13)

    Jadi, faktor infeed k = (I1+I2) / I1 (2.14)

    2) Adanya perubahan dari Saluran transmisi ganda ke tunggal

    Jika terjadi gangguan pada titik F impedansi yang terlihat oleh relai A

    adalah :

    F21

    S

    A

    B

    I2

    SC

    rele A

    I1

    FI1+ I2

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    45/57

    http://digilib.unimus.ac.id 51

    Gambar 2.9 Pengaruh infeed saluran ganda ke tunggal

    ZRA= VRA / IRA = ( I.ZAB + 2I.ZBF ) / I (2.15)

    ZRA= ZAB + 2.ZBF (2.16)

    Jadi faktor infeed, k = 2

    3) Saluran transmisi tunggal ke ganda

    Jika terjadi gangguan pada titik F impedansi yang terlihat oleh relai A

    adalah :

    Gambar 2.10 Pengaruh infeed saluran tunggal ke ganda

    ZRA = (I.ZAB+I1.ZBF)/I (2.17)

    ZRA= ZAB + I1/I.ZBF (2.18)

    I1 = I.(2L-X)./2L (2.19)

    ZRA = ZAB + (2.L-X)/2L. ZBF (2.20)

    Jadi faktor infeed K = (2L-X) / 2L. (2.21)

    F21

    SA B C

    relai A

    I

    I

    2I

    F

    F21

    S

    A B C

    relai A

    I

    I1

    F

    xI (1-x)

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    46/57

    http://digilib.unimus.ac.id 52

    Untuk gangguan F dekat rel B ( X = 0 ) faktor infeed k = 1

    Untuk gangguan F dekat rel C ( X= 1 ) faktor infeed k = 0.5

    Untuk gangguan F diantara rel B dan rel C , infeed antara 0.5k1

    2.6 Parameter Input Untuk Perhitungan Setting

    Sebelum melakukan kalkulasi setting, terlebih dahulu harus diketahui

    parameter parameter input yang akan mempengaruhi perhitungan setting.

    Parameter tersebut adalah data relai proteksi, data konfigurasi jaringan, data

    peralatan bantu, data konduktor dan data arus hubung singkat.

    2.6.1 Relai Proteksi

    Data relai proteksi meliputi :

    1) Data nominal arus dan tegangan rele, data ini seharusnya sesuai dengan

    nominal sekunder CT dan PT. Nominal arus dan tegangan ini akan

    mempengaruhi akurasi dari setelan yang telah dibuat.

    2) Minimum tap setting dan range setting.

    Nilai minimum tap dan range setelan akan mempengaruhi nilai setelan yang

    akan dilakukan. Sebagai contoh, setelan Directional Earth Fault yang

    dipegunakan untuk mendeteksi gangguan phasa tanah dengan tahanan

    gangguan yang tinggi. Setelan Relai Jarak Zone 3 untuk proteksi Saluran

    Udara yang panjang secara fisik akan terbatasi oleh maksimum tap setting.

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    47/57

    http://digilib.unimus.ac.id 53

    3) Karakteristik dari relay tersebut

    Karakteristik relay dari masing masing pabrikan berbeda beda, hal ini akan

    menyebabkan kalkulasi dan penerapan setting belum tentu sama untuk semua

    tipe rele. Oleh karena itu perlu dibutuhkan manual dari rele yang akan

    dipergunakan.

    Contoh :

    Rele Distance merek ABB dan Siemens memiliki kurva karakteristik

    quadralateral untuk phasa phasa dan phasa tanah, sedangkan Relai Jarak

    merek GE atau Toshiba memiliki fleksibilitas quadralateral atau mho.

    Rele Distance merek toshiba type GRZ 100 memiliki nilai penerapan setting

    phasa tanah berupa ohm/phasa untuk Z1, dan Z2, dan ohm/loop untuk Z3,

    dan Z4, sedangkan merek lain umumnya menggunakan penerapan setting

    berupa ohm/phasa.

    Rele distance merek ABB membutuhkan inputan impedansi urutan nol,

    sedangkan merek lainnya tidak membutuhkan inputan impedansi urutan nol,

    tetapi membutuhkan besaran kompensasi urutan nol.

    Contoh data spesifikasi relai

    Untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan setting, maka

    data relai disiapkan selengkap mungkin seperti pada contoh dibawah.

    Relai Distance :

    Merek/ type,

    Arus nominnal , 1 A atau 5 A

    Power supply yang tersedia 110 volt DC atau 220 volt AC

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    48/57

    http://digilib.unimus.ac.id 54

    Range setting

    Operating time dalam mS

    Akurasi pada nilai setting

    Karakteristik kerja

    OCR/GFR :

    Merek/ type,

    Arus nominnal , 1 A atau 5 A

    Power supply yang tersedia 110 volt DC atau 220 volt AC

    Range setting yang meliputi Low set & High set untuk relai

    gangguan fasa-fasa (OCR) dan relai gangguan fasa-tanah (GFR) ,

    Contoh :

    OCR min 0.4 2.0 In ( in 0.05 steps )

    GFR min 0.05 1.0 In ( in 0.05 steps

    Operating time dalam mS

    Akurasi pada nilai setting

    Karakteristik waktu kerja : standard inverse, very inverse, extremelly

    inverse, denitine time

    Range setting kurva waktu (TMS)

    Inverse min 0.05 1 with 0.025 steps for IEC standard dan

    min 0.5 15 with 0.5 steps for ANSI standard

    Definite min 0 30 second in 0.1 steps

    Drop out to pick up ratio

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    49/57

    http://digilib.unimus.ac.id 55

    2.6.2 Data konfigurasi jaringan

    Data jaringan yang dimaksud adalah data konfigurasi jaringan penghantar

    yang akan diproteksi dan konfigurasi jaringan yang akan dikoordinasikan ke

    depan maupun ke belakang. Konfigurasi jaringan ini akan berpengaruh pada nilai

    infeed yang dirasakan oleh Relai Jarak.

    2.6.3 Data Peralatan Bantu.

    Yang dimaksud dengan peralatan bantu pada bagian ini adalah CT, PT,

    PMT dan konduktor. Data data alat bantu ini akan mempengaruhi terhadap

    setelan rele proteksi.

    a) Trafo Arus (CT/Current Transformer)

    CT yang digunakan untuk sistem proteksi harus mempunyai core terpisah

    dengan CT yang digunakan untuk pembacaan meter. Klas dan Kapasitas

    (burden) CT untuk proteksi disesuaikan dengan kebutuhan sistem proteksi

    yang bersangkutan.

    b) Trafo Tegangan (CVT / Capasitive Voltage Transformer)

    Trafo tegangan untuk sistem proteksi EHV menggunakan jenis capasitive

    voltage transformer yang mempunyai core untuk klas proteksi dan

    mempunyai kapasitas (burden) sesuai dengan kebutuhan sistem proteksi.

    Untuk kehandalan sistem proteksi maka CVT dipasang pada masing masing

    bay penghantar.

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    50/57

    http://digilib.unimus.ac.id 56

    c) Pemutus Tenaga ( PMT )

    Kebutuhan data teknis yang diperlukan dalam perhitungan setting :

    Breaking Capacity

    Jenis penutupan (single pole / three pole )

    Arus Nominal

    Relai pole discrepanncy *) khusus PMT single pole)

    Media pemadam busur api

    Kemampuan Siklus kerja

    Jenis PMT yang digunakan penghantar harus mendukung pola SPAR

    (single pole autoreclose) yaitu single pole dan mempunyai urutan kerja

    pengenal : O 0.3 detik CO 3 menit CO yang artinya setelah PMT

    membuka, perlu waktu minimal 0.3 detik untuk menutup (reclose) dan bisa

    langsung membuka. Untuk menutup kembali perlu waktu 3 menit dan bisa

    langsung membuka. Dengan catatan bahwa waktu tunda 3 menit untuk

    penutupan PMT yang ke dua kali dibutuhkan untu recovery media

    pemadaman busur jika pembukaan PMT pada ratingnya (breaking capacity ).

    d) Kecepatan pembukaan dan pemutusan PMT

    Waktu pemutusan PMT (breaker time) maksimum 40 milidetik (2 cycle),

    sedangkan waktu penutupan PMT maksimum 60 milidetik (3 cycle)

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    51/57

    http://digilib.unimus.ac.id 57

    2.6.4 Konduktor

    Kebutuhan data akan konduktor meliputi data Kemampuan Hantar Arus

    (KHA) dari konduktor tersebut. Dan dengan bantuan konfigurasi tower akan

    dihasilkan data impedansi jaringan berupa impedansi urutan positif, urutan negatif

    dan urutan nol.

    2.6.5 Data Arus Hubung Singkat Sistem

    Untuk menghasilkan hasil perhitungan yang benar, maka data hubung

    singkat yang dipakai harus data paling aktual atau mutahir dan dikeluarkan oleh

    bidang yang kompeten dan terpecaya. Data hubung singkat biasanya dalam

    bentuk tabel yang memuat impedansi urutan positif (Z1), urutan negatif (Z2) , dan

    urutan nol (Zo) baik dalam satuan omh maupun dalam satuan per-unit (pu).

    Juga bisa dalam besaran daya hubungsingkat (MVA hs).

    2.7 Mathcad, Digsilent dan GEC Quadramho SHPM 101

    Mathcad dan Digsilent merupakan software yang digunakan pada Tugas

    Akhir ini untuk melakukan perhitungan dan scanning .

    1. Mathcad

    Mathcad merupakan suatu program aplikasi matematika berbasis windows

    yang mempunyai unjuk kerja tinggi dalam menangani berbagai macam

    persamaan, angka, teks, maupun grafik. Dalam pengaplikasianya pada

    bidang proteksi mathcad dapat digunakan untuk menghitung nilai setting

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    52/57

    http://digilib.unimus.ac.id 58

    proteksi selain itu juga dapat digunakan untuk melakukan scaning untuk

    melihat dan memeriksa kordinasi antara proteksi agar tidak terjadi

    overlapping, di mana tampilannya menggunakan grafik. Pada aplikasi

    Mathcad ini nilai yang digunakan sebagai nilai input settingan relay yang

    digunakan adalah nilai primer.

    2. Digsilent

    Digsilent merupakan suatu program yang dapat mensimulasikan suatu

    kondisi sistem tenaga listrik yang dapat menghitung aliran daya atau load

    flow maupun nilai arus hubung singkat pada sistem tenaga listrik tersebut.

    Sedangkan pada bidang proteksi pengapliaksiannnya yaitu kita dapat

    melakukan scanning untuk melihat kordinasi diantara proteksi penghantar

    dengan fasilitas time distance diagram yang dimiliki oleh program

    digsilent ini. Adapun peralatan proteksi yang ada pada aplikasi Digsilent

    ini seperti Current Transformer (CT), Voltage Transformer (VT), dan

    Relay itu sendiri. Pada aplikasi Digsilent ini nilai yang digunakan sebagai

    nilai input settingan relay yang digunakan adalah nilai sekunder.

    3. GEC Quadramho SHPM 101

    Distance relai yang digunakan pada penghantar Kudus arah Jekulo yaitu

    relai GEC Quadramho SHPM 101 , yaitu merupakan Relai Jarak jenis

    statik yang menggunakan karakteristik blinder Mho untuk Phase-Phase

    Fault dan karakteristik blinder Quadrilateral untukphase Ground Fault.

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    53/57

    http://digilib.unimus.ac.id 59

    2.8 Jenis-Jenis Gangguan

    Pada keadaan aman atau normal, jaringan tenaga listrik tidak memerlukan

    sistem pengamanan. Gangguan pada jaringan tenaga listrik harus dapat diketahui

    dan dipisahkan dari bagian jaringan lainnya secepat mungkin dengan maksud agar

    kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan.

    Oleh karena letaknya yang tersebar diberbagai daerah, maka saluran

    transmisi mengalami gangguan-gangguan, baik yang disebabkan oleh alam,

    maupun oleh sebab-sebab lain.

    Hampir semua gangguan pada saluran 187 kV ke atas disebabkan oleh

    petir, dan lebih dari 70% dari semua gangguan pada saluran 110-154 kV

    disebabkan karena gejala-gejala alamiah (petir, salju, es, angin, banjir, gempa dan

    sebagainya). Gejala-gejala alamiah lain terjadi pada saluran 60 kV adalah

    gangguan binatang (burung, dan sebagainya). Karena letaknya didaerah tropis,

    gangguan es dan salju tidak diharapkan terjadi di Indonesia (kecuali di

    pegunungan-pegunungan tinggi di Irian Barat) [4].

    Gangguan secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian

    utama [12] :

    a. Gangguan Aktif (Active Fault)

    Active fault terjadi ketika arus mengalir dari satu fasa konduktor ke fasa

    yang lain (phase-to-phase), atau satu konduktor fase ke tanah (phase-to-

    earth).jenis gangguan ini kemudian diklasifikasikan menjadi dua bagian :

    yaitu solid fault dan incipient fault

    b. Gangguan Pasif (Passive Fault)

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    54/57

    http://digilib.unimus.ac.id 60

    Passive faultbukan merupakan gangguan yang sesungguhnya terjadi pada

    kehidupan nyata, melainkan kondisi yang mengakibatkan stress pada

    sistem yang melebihi kapasitas desainnya, sehingga akhirnya timbul active

    fault. Contoh khususnya sebagai berikut :

    1) Overload yang menyebabkan pemanasan lebih dari isolasi

    (deteriorating quality,reduced life and ultimate failure).

    2) Tegangan lebih: Menyebabkan stress isolasi diluar withstandcapacites

    3) Under Frequency: Menyebabkan kesalahan kerja pada pembangkit

    4) Power : Generator akan out of step dan out of syrconism

    Sedangkan berdasarkan kategorinya, gangguan dibagi menjadi dua

    kategori, yaitu [4] :

    a. Hubung Singkat

    b. Putusnya kawat

    Dalam kategori pertama termasuk hubung singkat satu atau dua fasa

    dengan tanah, hubung singkat antara 2 fasa, dan hubung singkat tiga fasa satu

    sama lain. Kadang-kadang hubung singkat dan putusnya kawat terjadi bersamaan.

    Kadang-kadang juga hubung singkat terjadi di beberapa tempat sekaligus.

    Gangguan berdasarkan jenis gangguannya terdiri dari 2 jenis yaitu [13] :

    a. Gangguan Seimbang

    Yaitu gangguan 3 fasa , namun jarang terjadi di mana karakteristik dari

    gangguan ini adalah nilai tegangan dan arus per fasa sama dengan

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    55/57

    http://digilib.unimus.ac.id 61

    perbedaan sudut 120, dan dalam perhitungannya menggunakan rangkaian

    pengganti sistem simetris.

    b. Gangguan Tidak Seimbang

    Kebanyakan gangguan pada saluran transmisi adalah gangguan tidak

    seimbang, di mana gangguan tidak seimbang ini dikelompokan menjadi

    dua jenis yaitu :

    Gangguan Shunt

    Fasa ke tanah, fasa ke fasa, fasa-fasa ke tanah

    Gangguan seri

    Satu fasa terbuka , 2 fasa terbuka

    Gangguan pada sistem adalah gangguan yang terjadi pada komponen

    utama sistem tersebut seperti generator, trafo, SUTT, SKTT dan lain sebagainya,

    yang menyebabkan CB terbuka, selanjutnya disebut gangguan sistem. Di mana

    gangguan sistem dapat dikelompokan sebagai gangguan permanen dan gangguan

    temporer [13].

    a. Gangguan Temporer

    Adalah gangguan yang hilang dengan sendirinya bila CB terbuka,

    misalnya sambaran petir yang menyebabkan flash over pada isolator kabel

    udara, sedangkan isolator tidak rusak. Pada keadaan ini CB dapat segera

    dimasukan kembali, secara otomatis atau manual melalui autorecloser

    (A/R) atau penutup balik otomatis (PBO).

    b. Gangguan Permanen

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    56/57

    http://digilib.unimus.ac.id 62

    Adalah gangguan yang terus ada walaupun CB sudah terbuka, sedangkan

    untuk pemulihan diperlukan perbaikan. Contoh, gangguan hubung singkat

    pada SUTT sebagai akibat isolator pecah. Gangguan permanen dapat

    berasal dari gangguan temporer, misalnya sambaran petir yang

    menyebabkan isolator pecah, dalam hal ini petirnya sendiri sudah hilang

    akan tetapi dampaknya yaitu beberapa isolator pecah.

    CB terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem,

    dapat saja CB terbuka karena relai yang bekerja sendiri atau kabel kontrol yang

    terluka atau oleh sebab interferensi dan lain sebagainya. Gangguan seperti ini

    disebut gangguan bukan pada sistem dan selanjutnya disebut non sistem fault.

    Jenis-jenis gangguan yang dapat mempengaruhi sistem proteksi antara

    lain, yaitu: Gangguan beban lebih, gangguan hubung singkat, gangguan tegangan

    lebih, gangguan kekurangan daya dan gangguan ketidakstabilan / stabilitas.

    Adapun usaha usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan-ganguan

    tersebut yaitu:

    a. Mengurangi terjadinya gangguan

    Menggunakan peralatan yang dapat diandalkan

    Spesifikasi yang tepat dan desain yang baik

    Pemasangan peralatan dengan benar

    Penebangan / pemangkasan pohon

    Operasi dan pemeliharaan yang baik

    b. Mengurangi akibatnya

  • 8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi

    57/57

    Mengurangi besarnya arus gangguan

    Melepas bagian sistem yang terganggu dengan menggunakan PMT

    dan relai pengaman

    Penggunaan pola pelepasan beban (load shedding) dan sistem

    pemisahan (splitting) dan pembentukan pulau (islanding)

    Penggunaan relai, PMT yang cepat untuk menghindari gangguan

    instability