tinjauan pustaka analisis proteksi
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
1/57
http://digilib.unimus.ac.id 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem proteksi merupakan salah satu bagian penting dari sistem transmisi
tenaga listrik, di mana sistem proteksi diharapkan bekerja untuk melindungi
peralatan dan juga mencegah meluasnya suatu gangguan apabila terjadi gangguan
di dalam sistem transmisi tenaga listrik. Salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam penyetelan, pengaturan dan desain sistem proteksi yaitu kordinasi, karena
dengan kordinasi sistem proteksi akan bekerja sesuai dengan yang diharapkan dan
lebih selektif dalam mengatasi gangguan yang terjadi pada sistem transmisi tenaga
listrik.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang kordinasi sistem
proteksi, yaitu :
1. Alfian Rachmatu Taufan menjelaskan dalam penelitiannya dengan judul
STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM
KELISTRIKAN DI PT.ASAHIMAS FLAT GLASS TBK, SIDOARJO di
mana pada tulisannya sedikit banyak membahas tentang kordinasi relai
pengaman peralatan yang ada di PT.ASAHIMAS FLAT GLASS TBK
yaitu berupa relai OCR-GFR, di mana tiap-tiap peralatan di proteksi oleh
masing-masing relai OCR-GFR di mana tiap relai harus dikordinasikan
setelan arus kerja dan waktu kerjanya agar apabila terjadi gangguan relai
pengaman lebih selektif. Dalam kasus di PT.ASAHIMAS FLAT GLASS
TBK terdapat Terdapat kesalahan setting eksisting rele arus lebih pada
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
2/57
http://digilib.unimus.ac.id 8
bus karena perbedaan waktu trip dengan pengaman di bawahnya
kurang dari 0,3s. Dengan hal ini dapat dilakukan resetting pada relai agar
kordinasi diantara relai pengaman dapat berjalan dengan baik [9].
2. Aris Widodo menjelaskan dalam penelitiannya dengan judul STUDI
KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI
PT. CHANDRA ASRI yang didalam penulisannya hampir sama dengan
yang di lakukan oleh Alfian Rachmatu Taufan tetapi kasus yang
ditemukan oleh penulis yaitu adanya kesalahan pada setting relai
pengaman transformator karena nilai settingnya berada di atas damage
curve trafo. Dan setelah diresetting, kurva setelan berada di bawah damage
curvesehingga mampu mengamankan trafo bila terjadi gangguan hubung
singkat di bus bawahnya, oleh karena itu harus diperhatikan juga
koordinasi setting rele pengaman arus lebih mengacu pada kapasitas daya
beban, arus hubung singkat minimum dan arus hubung singkat maksimum
[2].
3. David Setiawan dan kawan-kawan pada Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyakarta,
16 Juni 2007 yang membahas tentang ANALISIS KEANDALAN
PROTEKSI SALURAN TRANSMISI PT. CHEVRON PACIFIC
INDONESIA MENGUNAKAN METODE FAULT TREE di mana
dalam tulisannya membahas tentang heuristik algoritma genetika yang
dapat menghasilkan keputusan kriteria sistem yang lebih cepat dan
melakukan analisis yang lebih handal, di mana hasil kehandalan ini dapat
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
3/57
http://digilib.unimus.ac.id 9
menentukan perbaikan sistem yang ada menjadi lebih baik lagi dan juga
ditemukan Metode Faul Tree dan GA ini dapat melakukan koordinasi
penentuan reabilityproteksi pada saluran transmisi [3].
Penelitian Tugas Akhir mencoba untuk membahas tentang kordinasi pada
relai pengaman di Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV GI Kudus arah Jekulo,
dimana akan dilihat bagaimana kordinasi relai pengaman dalam hal ini relai jarak
apabila terjadi perubahan konfigurasi.
2.1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik
Transmisi tenaga listrik merupakan salah satu komponen dari sistem
penyaluran tenaga listrik menyalurkan energi tenaga listrik dari pusat-pusat
pembangkitan menggunakan kawat-kawat (saluran) transmisi, menuju gardu-
gardu induk yang selanjutnya akan didistribusikan ke pelanggan atau konsumen.
Ada dua kategori saluran transmisi : saluran udara (overhead line) dan
saluran bawah tanah (uderground). Saluran udara menyalurkan tenaga listrik
melalui kawat-kawat yang digantung pada tiang-tiang transmisi dengan
perantaraan-perantaraan isolator-isolator, sedang saluran bawah tanah
menyalurkan listrik melalui kabel-kabel bawah tanah. Kedua cara penyaluran
mempunyai untung ruginya sendiri-sendiri. Dibandingakn dengan saluran udara,
saluran bawah tanah tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, taufan, hujan angin,
bahaya petir dan sebagainya. Saluran bawah tanah lebih estetis (indah), karena
tidak tampak. Karena alasan terakhir ini, saluran-saluran bawah tanah lebih
disukai di Indonesia, terutama untuk kota-kota besar. Namun biaya,
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
4/57
http://digilib.unimus.ac.id 10
pembangunannya jauh lebih mahal daripada saluran udara, dan perbaikannya
lebih sukar bila terjadi gangguan hubung singkat dan kesukaran-kesukaran
lainnya [4].
Menurut jenis arusnya, pada saluran transmisi dikenal sistem arus bolak-
balik (AC, atau alternating current) dan sistem arus searah (DC, atau direct
current). Didalam sistem AC, penaikan dan penurunan tegangan mudah dilakukan
yaitu dengan menggunakan transformator. Itulah sebabnya maka dewasa ini
saluran transmisi di dunia sebagian besar adalah saluran AC. Di dalam sistem AC
ada sistem satu-fasa dan sistem tiga-fasa. Sistem tiga-fasa mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan sistem satu-fasa karena (a) daya yang disalurkan lebih
besar, (b) nilai sesaatnya (instantaneous value) konstan dan (c) medan magnit
putarnya mudah diadakan. Berhubung dengan keuntungan-keuntungannya hampir
seluruh penyaluran tenaga listrik didunia dewasa ini dilakukan dengan arus bolak-
balik. Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini penyaluran arus searah mulai
dikembangkan dibeberapa bagian dunia ini. Penyaluran DC mempunyai
keuntungan karena, isolasinya yang lebih sederhana, daya guna (efisiensi) yang
tinggi karena faktor dayanya satu, serta tidak adanya masalah stabilitas sehingga
dimungkinkan penyaluran jarak jauh. Namun persoalan ekonominya masih harus
diperhitungkan. Penyaluran tenaga listrik dengan sistem DC baru dianggap
ekonomis bila jarak saluran udara lebih jauh dari 640 km atau saluran bawah-
tanah lebih panjang dari 50 km. Ini disebabkan karena biaya peralatan pengubah
AC ke DC dan sebaliknya (converter dan inverter equipment) sangat mahal [4].
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
5/57
http://digilib.unimus.ac.id 11
Untuk daya yang sama, maka daya guna penyaluran naik oleh karena
hilang daya transmisi turun, apabila tegangan transmisi ditinggikan. Namun
peninggian tegangan transmisi berarti juga penaikan isolasi dan biaya peralatan
gardu induk. Oleh karena itu, pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan
memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran,
keandalan (reliability), biaya peralatan untuk tegangan tertentu, serta tegangan-
tegangan yang sekarang dan yang direncanakan. Kecuali itu, penentuan tegangan
harus juga dilihat dari standarisasi peralatan yang ada. Penentuan tegangan
merupakan bagian dari perancangan sistem secara keseluruhan [4].
Meskipun tidak jelas menyebutkan keperluannya sebagai tegangan
transmisi, di Indonesia, Pemerintah telah menyeragamkan deretan tegangan tinggi
sebagai berikut :
a) Tegangan Nominal Sistim (kV) : 30-66-110-150-220-380-500
b) Tegangan Tertinggi untuk Perlengkapan : 36-72,5-123-170-245-420-525
Penentuan deretan tegangan diatas disesuaikan dengan rekomendasi International
Electrotechnical Comission[4].
Pada penyaluran tenaga listrik terdapat beberapa jenis konfigurasi yang
secara garis besar umumnya dibagi dalam 5 bentuk konfigurasi jaringan :
1. Sistem Radial
2. Sistem open loop / Tie Line
3. Sistem close loop
4. Sistem Cluster
5. Sistem Spindel
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
6/57
http://digilib.unimus.ac.id 12
Sistem Radial merupakan sistem jaringan distribusi tegangan menengah
yang paling sederhana, murah, banyak digunakan terutama untuk sistem yang
kecil, kawasan pedesaan. Umumnya digunakan pada SUTM proteksi yang
digunakan tidak rumit dan keandalannya paling rendah.
Sedangkan Sistem Open Loop biasanya merupakan pengembangan dari
sistem Radial, sebagai akibat diperlukannya keandalan yang lebih tinggi dan
umumnya sistem ini dapat dipasok dalam satu gardu induk. Dimungkinkan juga
dari gardu induk lain tetapi harus dalam satu sistem di sisi tegangan tinggi karena
hal ini diperlukan untuk memudahkan manuver beban pada saat terjadi gangguan
atau kondisi-kondisi pengurangan beban. Proteksi untuk sistem ini masih
sederhana tetapi harus memperhitungkan panjang jaringan pada titik manuver
terjauh di sistem tersebut. Sistem ini umunya banyak digunakan di PLN baik pada
SUTM maupun SKTM.
Untuk Sistem Close Loop layak digunakan untuk jaringan yang dipasok
dari satu gardu induk, memerlukan sistem proteksi yang cukup rumit biasanya
menggunakan rele arah (directional). Sistem ini mempunyai kehandalan yang
lebih tinggi dibandingkan sistem lainnya, dan sistem ini jarang digunakan di PLN
tetapi biasanya dipakai untuk pelanggan-pelanggan khusus yang membutuhkan
keandalan tinggi,
Sistem spindle merupakan sistem yang relatif handal karena disediakan
satu buah express feeder yang merupakan feeder/ penyulang tanpa beban dari
gardu induk sampai Gardu Hubung (GH) refleksi, banyak digunakan pada
jaringan SKTM. Sistem ini relatif mahal karena biasanya dalam pembangunannya
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
7/57
http://digilib.unimus.ac.id 13
sekaligus untuk mengatasi perkembangan beban di masa yang akan datang,
Proteksinya relatif sederhana hampir sama dengan sistem Open Loop. Biasanya di
tiap-tiap feeder dalam sistem spindle disediakan gardu tengah (middle point)
yang berfungsi untuk titik manuver apabila terjadi gangguan pada jaringan
tersebut.
Sistem merupakan hampir mirip dengan sistem spindle. Dalam sistem
Cluster tersedia satu express feeder yang merupakan feeder atau penyulang tanpa
beban yang digunakan sebagai titik manuver beban oleh feeder atau penyulang
lain dalam sistem Cluster tersebut. Proteksi yang diperlukan untuk sistem ini
relatif sama dengan sistem Open Loop atau sistem Spindle.
Selain itu ada juga konfigurasi single phi dan double phi yang biasa
digunakan pada sistem transmisi tenaga listrik.
Gambar 2.1.Konfigurasi Single dan Double Phi
Dapat terlihat dari gambar di atas, pada dasarnya konfigurasi single phi
dan double phi hampir sama, hanya dari sisi kehandalan konfigurasi double phi
lebih baik.
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
8/57
http://digilib.unimus.ac.id 14
Dengan membuat topologi jaringan yang baik akan didapat performance
jaringan yang handal dan optimal dalam arti akan diperoleh kerugian energi
jaringan yang lebih kecil dan pelayanan ke pelanggan lebih baik dari sisi missal
mutu tegangan ke pelanggan.
Dalam membuat / menentukan topologi jaringan perlu dilakukan
perhitungan-perhitungan analisa teknis pada jaringan yang meliputi :
1. Analisa Aliran Daya
2. Analisa Hubung Singkat
3. Analisa Drop Tegangan
4. Pengaturan beban agar optimal
Dari analisa-analisa tersebut di atas dan dipadukan dengan pengalaman
operasional akan diperoleh bentuk topologi jaringan yang paling optimal.
Komponen-komponen utama dari transmisi jenis saluran udara terdiri
dari [5] :
1. Menara transmisi atau tiang transmisi beserta fondasinya
Menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran
transmisi, yang bisa berupa menara baja, tiang beton bertulang dan tiang
kayu. Tiang tiang baja, beton atau kayu umumnya digunakan pada saluran-
saluran dengan tegangan kerja relatif rendah (di bawah 70 kV) sedang untuk
saluran transmisi tegangan tinggi atau ekstra tinggi atau ekstra tinggi
digunakan menara baja. Menara baja dibagi sesuai dengan fungsinya, yaitu :
menara dukung, menara sudut, menara ujung, menara percabangan dan
menara transposisi.
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
9/57
http://digilib.unimus.ac.id 15
2. Isolator-isolator
Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin
atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya dikenal tiga jenis
isolator, yaitu : isolator jenis pasak, isolator jenis pos saluran dan isolator
gantung. Isolator jenis pasak dan pos saluran digunakan pada saluran
transmisi dengan tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22 33 kV),
sedang isolator gantung dapat digandeng menjadi rentangan isolator yang
jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Kawat penghantar
Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi
adalah tembaga dengan konduktivitas 100% (CU 100%), tembaga dengan
konduktivitas 97,5 % (CU 97,5 %) atau alumunium dengan koduktivitas
61% (Al 61%). Kawat penghantar alumunium dari berbagai jenis dengan
lambang sebagai berikut :
a) AAC : All Alumunium Conductor yaitu kawat penghantar
yang seluruhnya terbuat dari alumunium
b) AAAC : All Alumunium Alloy Conductor yaitu kawat
penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
c) ACSR : Alumunium Conductor Steel Reinforced yaitu kawat
penghantar alumunium ber-inti kawat baja.
d) ACAR : Alumunium Conductor Alloy Reinforced yaitu kawat
penghantar alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
10/57
http://digilib.unimus.ac.id 16
Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan kawat penghantar alumunium karena konduktivitas dan kuat
tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahannya ialah untuk besar tahanan yang
sama tembaga lebih berat dari alumunium dan juga lebih mahal. Oleh karena
itu kawat penghantar alumunium telah menggantikan kedudukan tembaga.
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat alumunium digunakan campuran
alumunium (alumunium alloy). Untuk saluran-saluran transmisi tegangan
tinggi, di mana jarak antara dua tiang/menara jauh (ratusan meter),
dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi. Untuk itu digunakan kawat
penghantar ACSR.
4. Kawat tanah
Kawat tanah atau ground wire juga disebut sebagai kawat pelindung
(shield wires) gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau
kawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah itu dipasang diatas
kawat fasa. Sebagai kawat tanah umumnya dipakai kawat baja (steel wire)
yang lebih murah, tetapi tidaklah jarang digunakan ACSR.
Setiap saluran transmisi memiliki karakteristik listrik, yaitu konstanta-
konstanta saluran, seperti : tahanan R, induktansi L, konduktansi G, dan
kapasitansi C. Pada saluran udara konduktansi G sangat kecil sehingga dengan
mengabaikan konduktansi G , perhitungan-perhitungan akan jauh lebih mudah
dan pengaruhnyapun masih dalam batas-batas yang dapat diabaikan[5].
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
11/57
http://digilib.unimus.ac.id 17
Untuk keperluan analisa dan pehitungan maka diagram pengganti untuk
klasifikasi saluran transmisi biasanya dibagi dalam 3 kelas, yaitu :
a) kawat pendek (250 km) [6].
Klasifikasi di atas sangat kabur dan sangat relatif. Klasifikasi saluran
transmisi harus didasarkan atas besar kecilnya kapasitansi ke tanah. Jadi bila
kapasitansi kecil, dengan demikian arus bocor ke tanah kecil terhadap beban,
maka dalam hal ini kapasitansi ke tanah dapat diabaikan dan dinamakan kawat
pendek. Tetapi bila kapasisatansi sudah mulai besar sehingga tidak dapat
diabaikan, tetapi belum begitu besar sekali sehingga masih dapat dianggap seperti
kapasitansi terupsat (lumped capacitance), dan ini dinamakan kawat menengah.
Bila kapasitansi itu besar sekali sehingga tidak mungkin lagi dianggap sebagai
kapasistansi terpusat, dan harus dianggap terbagi rata sepanjang saluran, maka
dalam hal ini dinamakan kawat panjang[5].
Semakin tinggi tegangan operasi maka kemungkinan timbulnya korona
sangat besar. Korona ini akan memperbesar kapasitansi, dengan demikian
memperbesar arus bocor. Jadi ada kalanya walaupun panjang saluran hanya 50
km, misalnya, dan bila tegangan kerja sangat tinggi (Tegangan Ekstra Tinggi,
EHV, apalagi Tegangan Ultra Tinggi, UHV) maka kapasitansi relatif besar
sehingga tidak mungkin lagi diabaikan walapun panjang saluran hanya 50 km[5].
Sedangkan untuk klasifikasi saluran transmisi berdasarkan fungsinya
dalam operasi dapat dibedakan dalam:
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
12/57
http://digilib.unimus.ac.id 18
a) transmisi: yang menyalurkan daya besar dari pusat-pusat pembangkit
ke daerah beban, atau antara dua atau lebih sistem, biasa juga disebut
sebagai saluran interkoneksi atau biasa disebut tie line.
b) sub transmisi: sub transmisi ini biasanya adalah transmisi percabangan
dari saluran yang tinggi ke saluran yang lebih rendah
c) distribusi: di Indonesia telah ditetapkan bahawa tegangan distribusi
adalah 20 kV [5].
2.2 Sistem Proteksi
Dalam sistem tenaga listrik banyak sekali terjadi gangguan terutama
hubung singkat. Arus hubung singkat mengakibatkan terjadi thermal &
mechanical stresses yang dapat merusak peralatan sistem tenaga listrik. Untuk
melindungi peralatan terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi dalam
sistem diperlukan peralatan proteksi. Peralatan proteksi didesain dengan tujuan
utama untuk melindungi peralatan, keamanan sistem dan untuk menjaga
kontinyuitas pelayanan ke pelanggan. Oleh karena itu, sistem proteksi harus
didesain agar sensitif, cepat, selektif dan andal.
Sistem Proteksi harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Sensitif yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun
2. Andal yaitu akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan
bekerja bila tidak diperlukan (security).
3. Selektif yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja.
4. Cepat yaitu mampu bekerja secepat-cepatnya.
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
13/57
http://digilib.unimus.ac.id 19
Modal tertanam dalam suatu sistem penyediaan tenaga listrik berupa
fasilitas fasilitas pembangkitan, transmisi dan distribusi demikian besarnya
sehingga harus diatur agar seluruh sistem tidak hanya dioperasikan dengan
efisiensi yang setinggi mungkin, tetapi seluruh peralatannya juga diamankan dan
dilindungi terhadap kerusakan. Maksud dan guna sistem proteksi dan relai-relai
pengaman adalah agar pemutus-pemutus daya yang tepat dioperasikan supaya
hanya peralatan yang terganggu dipisahkan secepatnya dari sistem, sehingga
kesulitan dan kerusakan yang disebabkan gangguan menjadi sekecil mungkin[7].
Gangguan listrik terberat yang terjadi dalam suatu sistem tenaga listrik
adalah yang mengakibatkan terjadinya peningkatan arus listrik, dan penurunan
tegangan, frekuensi serta faktor daya. Relai-relai pengaman tidak dapat
menghilangkan kemungkinan adanya gangguan pada sistem, melainkan baru
dapat bekerja setelah terjadinya gangguan[7].
Dalam menentukan setting proteksi, harus dihitung perkiraan arus hubung
singkat secara tepat serta memperhatikan kemampuan peralatan dalam menahan
arus hubung singkat. Sistem proteksi harus dapat menjamin bahwa semua
peralatan sistem tenaga listrik telah terlindungi. Sistem proteksi adalah rangkaian
peralatan proteksi yang berfungsi untuk memisahkan bagian sistem yang
terganggu sehingga bagian sistem lainnya dapat terus beroperasi. Sistem proteksi
berfungsi untuk:
1. Mendeteksi adanya kondisi abnormal / gangguan pada bagian dari sistem
yang diamankan (fault detection),
2. Melepaskan bagian dari sistem yang terganggu (fault clearing) dan
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
14/57
http://digilib.unimus.ac.id 20
3. Memberi tahu operator adanya gangguan dan lokasinya (Announciation).
Adapun tujuan dari proteksi yaitu:
4. Mencegah kerusakan peralatan yang terganggu maupun peralatan yang
dilewati oleh arus gangguan,
5. Mengisolir bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin dan secepat
mungkin
6. Mencegah kemungkinan meluasnya gangguan.
Sistem tenaga listrik jika dibagi dalam zone pengamanan (protection zone)
tergantung dari peralatan dan keberadaan atau pemasangan pemutus tenaga
(circuit breaker), di mana terdapat kategori 6 wilayah/zone proteksi yang ada di
sistem tenaga listrik :
1) generators and generator transformer units2) transformers3) buses4) lines (transmissi on, subtrans mission,and distribution)5) utilization equipment (motors, static loads,)6) capacitor atau reactor banks(apabila di proteksi terpisah) [8] .
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
15/57
http://digilib.unimus.ac.id 21
Gambar 2.2.Pembagian wilayah atau zona proteksi
Perkembangan lain juga terjadi pada peralatan relai dimana pada tahun
1930-an mulai dikenalkan relai mekanik sampai dengan rele numerik pada tahun
1990-an, serta perkembangan konsep komunikasi data mulai dari stand alone
sampai dengan distributed system seperti dilihat pada gambar dibawah.
Gambar 2.3.Perkembangan teknologi relai
Rele Numerik
1990-an
Rele Mekanik
1930-an
Rele Statis
1950-an
Rele Elektronik
1980-an
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
16/57
http://digilib.unimus.ac.id 22
Relai yang paling sederhana ialah relai mekanik atau elektromekanis yang
memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik.
Secara sederhana relai elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut :
Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau
membuka) kontak saklar.
Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik.
Dalam pemakaiannya biasanya relai yang digerakkan dengan arus DC
dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang
terbaik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan
untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relai berganti posisi
dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya.
Relai elektromekanis dapat diklasifikasikan menjadi beberapaberbagai jenis
sebagai berikut:
a. tertarik amature
b. bergerak kumparan
c. induksi
d. termal
e. motor dioperasikan
g.. mekanis
Relay statik adalah relay listrik yang responnya dibentuk oleh atau secara
elektronik/magnetik/optik tanpa adakomponen yang bergerak.Meskipun pada
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
17/57
http://digilib.unimus.ac.id 23
defenisi di atas tercantum tanpa komponen yang bergerak, akan tetapi masih
banyak relay statik padabagian yang berhubungan dengan output-nya masih
memakai komponen yang elektromekanikal, kecuali pada akhir-akhir ini dengan
berkembangnya komponen elektronika daya ( power elektronic ) maka padaoutput
stage-nya pun dipakai peralatan/ komponen solid state.Pada gambar 3.5
memperlihatkan diagram blok relay statik yang disederhanakan, yaitu:
1. Bagian sekunder dari transformator instrumen/tranduscer
2. Bagian penyearah (rectifier ) berfungsi menyearahkan besaran-besaran
operasi.
3. Rangkaian pengukuran (relay measuring circuit ), yang terdiri dari:
a) Comparator yang membandingkan informasi yang masuk apakah
merupakan parameter yang sesuai atau bukan.
b) Level detector yang mendeteksi seberapa besar parameter terukur pada
saat gangguan, dibandungkandengan level yang telah ditentukan.
c) Filter, berfungsi untuk hanya meneruskan besaran yang tepat dan
memisahkan besaran dengan harmonisalain dari yang telah ditentukan.
(mem-filter harmonisa-harmonisa parameter sesuai dengan fungsinya)
d) Voltage stabilizer untuk membuat tegangan akan diukur menjadi stabil
Pada relai elektromekanik, pengukuran (measurement) dilakukan dengan
membandingkan besar torsi operasiterhadap operasi lawan (operating torque vs
restraining torque) dan pada relai statik pengukuran dilakukan dengan
membandingkan besaran operasi yang telah disearahkan dan dikonversikan ke
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
18/57
http://digilib.unimus.ac.id 24
besaran tegangan, terhadap besaranreferensi yang juga berupa tegangan.Tetapi
pada relay numerik, pengukuran atau lebih tepatnya penganalisisan besaran input,
dilakukan pada prosesor. Untuk kedua tipe awal, hanya mempunyai output berupa
sinyal pertanda atau trip sedangkan pada relai numeric output-nya selain sinyal
pertanda dan trip, juga sebagai data logger dan event dan fault recorder serta
kontrol.
2.3 Peralatan-Peralatan Proteksi
Suatu sistem proteksi terdiri dari beberapa peralatan-peralatan antara lain :
1. Relai proteksi berfungsi sebagai elemen perasa atau pengukur untuk
mendeteksi gangguan
2. Pemutus tenaga (PMT) berfungsi sebagai pemutus arus dalam sirkuit
tenaga untuk melepas bagian sistem yang terganggu
3. Trafo arus (CT) dan trafo tegangan (PT) berfungsi untuk mengubah
besarnya arus dan atau tegangan dari sirkuit primer ke sirkuit sekunder
(untuk sistem proteksi dan pengukuran)
4. Sumber arus searah (batere) berfungsi untuk memberi suplai kepada relai
dan rangkaian kontrol atau proteksi
5. Pengawatan (wiring) berfungsi sebagai penghubung komponen-komponen
proteksi sehingga menjadi satu sistem.
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
19/57
http://digilib.unimus.ac.id 25
Gambar 2.4. Peralatan-peralatan proteksi
Gambar 2.5 Peralatan-peralatan Sistem Proteksi
Adapun peralatan-peralatan yang diproteksi antara lain: Generator,
transformator daya, busbar, penghantar (SUTET, SUTT, SUTM), kapasitor,
reaktor dan motor-motor listrik berkapasitas besar.
Suatu sistem proteksi yang gagal bekerja biasanya disebabkan hal-hal di
bawah ini :
+
-RELAI
PROTEKSI
PMTCT
PT
TRIPPINGCOIL
BATERE
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
20/57
http://digilib.unimus.ac.id 26
Relai Proteksi Rusak
Kesalahan Setting
CT Jenuh
Rangkaian ke Trip Putus
Relai Bantu Rusak
Trip Coil PMT Rusak
PMT macet atau kelainan PMT
Catu Daya DC hilang
2.4 Pola Proteksi Penghantar
Sistem transmisi tenaga listrik terdiri dari dua jenis, yaitu saluran udara
dan saluran kabel, yang mana masing-masing saluran memiliki pola dan sistem
proteksi sendiri. Dalam penentuan pola proteksi saluran transmisi tenaga listrik
ada satu hal yang juga harus di perhatikan, yaitu Source to Impedance Ratio(SIR)
di mana SIR adalah perbandingan nilai impedansi sumber terhadap impedansi
saluran. Panjang saluran transmisi dapat dikelompokan berdasarkan perbandingan
impedansi sumber terhadap impedansi saluran yang diproteksi (Source to
Impedance Ratio =SIR).
Saluran transmisi dapat dikelompokkan menjadi saluran pendek, sedang
atau panjang [9]. Panjang saluran transmisi dapat dikelompokan menjadi :
1) Saluran pendek dengan SIR 4
2) Saluran sedang dengan 0.5 < SIR < 4
3) Saluran Panjang dengan SIR yang sangat kecil atau SIR 0.5 [9].
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
21/57
http://digilib.unimus.ac.id 27
SIR menunjukan kekuatan sistem yang akan diproteksi, semakin kecil SIR
berarti semakin kuat sumber yang memasok saluran transmisi tersebut, dan
sebaliknya untuk sistem tegangan yang lebih besar dengan SIR yang sama akan
diperoleh panjang saluran yang lebih besar, dengan demikian pengelompokan
saluran pendek,sedang dan panjang akan berbeda untuk sistem tegangan yang
berbeda [9]. Sebagai pertimbangan, untuk Saluran transmisi dengan panjang
tertentu, impedansi per unit berubah, lebih dipengaruhi tegangan nominal
daripada impedansi ohmik.
Faktor ini bersama dengan perbedaan impedansi hubung singkat pada
tingkat tegangan yang berbeda, menunjukkan bahwa tegangan nominal
mempengaruhi SIR oleh kerena itu jenis relai dan pola proteksi yang akan
dipergunakan harus disesuaikan dengan panjang saluran transmisi yang
dilindungi. Untuk penghantar dengan 2 SIR yang berbeda dipilih SIR yang
terbesar.
Salah satu contoh pengaturan pola proteksi berdasarkan SIR saluran
transmisi yang ada di PT PLN Persero yaitu skema proteksi SUTET berdasarkan
SPLN 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah.
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
22/57
http://digilib.unimus.ac.id 28
Tabel 2.1 : Skema Proteksi SUTET berdasarkan SIR yang digunakan PT PLN (Persero)
Keterangan: PLC : Power Line Carrier
FO : Fiber Optic
CD : Relai Diferensial
Z : Relai Jarak
DEF : Relai Hubung Tanah Berarah
2.4.1 Pola Proteksi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
Sistem pengaman suatu peralatan karena berbagai macam faktor
dapat mengalami kegagalan operasi (gagal operasi). Berdasarkan hal-hal
tersebut maka suatu sistem proteksi dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
1. Pengaman Utama
Merupakan sistem proteksi yang diharapkan segera bekerja jika terjadi
kondisi abnormal atau gangguan pada daerah pengamanannya
Alt-1 Skema Proteksi (a)
Utama 1 : Teleproteksi CD
Cadangan : Teleproteksi Z +DEF
Skema Proteksi (b)
Utama 2 : Teleproteksi CD
Cadangan : Teleproteksi Z + DEF
Alt-2: Skema Proteksi (a)Utama 1 : Teleproteksi Z + DEF
Cadangan : Teleproteksi Z
Skema Proteksi (b)
Utama 2 : Teleproteksi Z + DEF
Cadangan : Teleproteksi Z
Saluran Sedang
0.5< SIR < 4 &
Saluran Panjang
SIR < 0.5
FO
Skema Proteksi (a)
Utama 1 : Teleproteksi CD
Cadangan : Teleproteksi Z + DEF
Skema Proteksi (b)
Utama 2 : Teleproteksi CD
Cadangan : Teleproteksi Z + DEF
Saluran Pendek
SIR < 4
PLC
MEDIA TELEKOMUNIKASI
SKEMA PROTEKSI
SALURAN YGDIPROTEKSI
Alt-1 Skema Proteksi (a)
Utama 1 : Teleproteksi CD
Cadangan : Teleproteksi Z +DEF
Skema Proteksi (b)
Utama 2 : Teleproteksi CD
Cadangan : Teleproteksi Z + DEF
Alt-2: Skema Proteksi (a)Utama 1 : Teleproteksi Z + DEF
Cadangan : Teleproteksi Z
Skema Proteksi (b)
Utama 2 : Teleproteksi Z + DEF
Cadangan : Teleproteksi Z
Saluran Sedang
0.5< SIR < 4 &
Saluran Panjang
SIR < 0.5
FO
Skema Proteksi (a)
Utama 1 : Teleproteksi CD
Cadangan : Teleproteksi Z + DEF
Skema Proteksi (b)
Utama 2 : Teleproteksi CD
Cadangan : Teleproteksi Z + DEF
Saluran Pendek
SIR < 4
PLC
MEDIA TELEKOMUNIKASI
SKEMA PROTEKSI
SALURAN YGDIPROTEKSI
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
23/57
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
24/57
http://digilib.unimus.ac.id 30
cadangan lokal hanya sekedar pengaman cadangan terakhir demi keselamatan
peralatan.
2.4.1.1 Waktu Pemutusan Pengaman SUTT
Untuk memperoleh waktu clearing time yang cepat maka
pemakaian relai jarak sebagai pengaman utama SUTT pada sistem 70 dan 150
kV harus dilengkapi dengan teleproteksi. Pada dasarnya pemilihan pola
pengaman dengan pilot dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan sistem
yaitu jika terjadi gangguan diluar zone-1nya tetapi berada pada saluran yang
diamankan maka relai jarak yang menggunakan teleproteksi akan bekerja
lebih cepat dibandingkan relai jarak tanpa teleproteksi.
Sistem proteksi SUTT yang akan dibahas disini adalah SUTT 150
kV dan 70 kV, dimana waktu pembebasan gangguan pada sistem 150 kV
harus lebih singkat daripada sistem 70 kV akibat dari arus gangguan yang
lebih besar pada sistem 150 kV tersebut. Bilamana pada sistem 70 kV waktu
dasarnya 150 ms, maka pada sistem 150 kV direkomendasikan 120 ms untuk
gangguan yang terjadi pada zone yang diamankannya. Rekomendasi ini
hanya berlaku pada SUTT yang menggunakan relai jarak yang dilengkapi
teleproteksi.
Adapun pembagian clearing time gangguan tersebut dapat terlihat
pada tabel dibawah
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
25/57
http://digilib.unimus.ac.id 31
Tabel 2.2 : Standart kecepatan pemutusan gangguan di PT PLN (Persero)
No. Uraian Pembagian Waktu Sistem 150 kV
(milli sec)
Sistem 70 kV
(milli sec)
1. Penjatuhan Relai
Sinyal Pembawa (PLC/FO)
Relai
2040
2070
2. Pembukaan PMT 60 60
TOTAL 120 150
2.4.1.2 SUTT 70 kV
Pada sistem 70 kV terdapat dua macam pentanahan netral sistem,
yaitu :
a. Pentanahan netral dengan tahanan rendah atau solid grounded, misalnya
terdapat di wilayah Jawa Barat, Jakarta Raya, Bengkulu, dan Sulawesi
utara.
b. Pentanahan netral dengan tahanan tinggi, misalnya terdapat di wilayah
Jawa Timur dan Palembang.
Pada sistem dengan tahanan rendah, relai jarak dapat dipakai
sekaligus untuk gangguan fasa maupun gangguan tanah, tetapi pada sistem
dengan tahanan tinggi dimana arus gangguannya kecil yang menyebabkan
relai jarak tidak bekerja, sehingga harus dipasang relai gangguan tanah
tersendiri. Untuk gangguan tanah pada sistem dengan tahanan tinggi dipakai
dua jenis pengaman, yaitu :
a. Relai tanah selektif (selection ground relay)
b. Relai tanah terarah (directional ground relay)
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
26/57
http://digilib.unimus.ac.id 32
Yang akan bekerja sebagai pengaman utama (main protection) dan
pengaman cadangan (back-up protection) secara timbal balik antara keduanya
sesuai dengan jenis dan keadaan serta macam (tempat) gangguan. Seperti
halnya pada pengaman utama maka pada pengaman cadangan inipun sistem
dengan tahanan rendah dan sistem dengan tahanan tinggi mempunyai
pengaman gangguan fasa yang sama, tetapi mempunyai pengaman gangguan
tanah yang berbeda.
Untuk pengaman gangguan fasa sebaiknya dipilih relai arus lebih
waktu terbalik (invers time overcurrent), tak terarah (non-directional) karena
relai ini sederhana dan murah tetapi dianggap cukup mampu bekerja sesuai
dengan fungsinya. Sebaliknya, untuk pengaman gangguan tanah diperlukan
relai arus lebih terarah, waktu-terbalik atau waktu tertentu (definite time)
tergantung pentanahan netralnya.
Pada sistem dengan tahanan rendah dipilih relai waktu terbalik
bilamana arus gangguan akan sangat berbeda pada pelbagai tempat atau relai
waktu tertentu,bilamana arus gangguan dimana-mana hampir sama. Sedang
pada sistem dengan tahanan tinggi dipilih relai waktu tertentu karena arus
gangguan yang kecil dimana-mana.
Adapun pembagian pola proteksi SUTT 70 kV berdasarkan jenis
pentanahannya yaitu :
1)Pentanahan netral dengan tahanan rendah / solid grounded
Sesuai SPLN No. 52-1 tahun 1984 bagian A tentang pola pengaman
sistem 66 kV bahwa pentanahan sistem 70 kV untuk Jawa Barat dan
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
27/57
http://digilib.unimus.ac.id 33
Jakarta Raya menggunakan pentanahan rendah untuk netral sistemnya ,
sehingga pola pengaman untuk sistem 70 kV adalah sbb :
a) Pengaman Utama
- Gangguan fasa-fasa : Relai Jarak
- Gangguan fasa-netral : Relai Jarak
b) Pengaman Cadangan
- Gangguan fasa-fasa : Relai arus lebih waktu terbalik
(non directional)
- Gangguan fasa-netral : Relai arus lebih waktu terarah,
waktu tertentu atau waktu terbalik.
Dengan waktu pembebasan gangguan :
1. Pengaman Utama : Waktu dasar maksimum 150 ms dengan
penundaan waktu maksimum 600 ms
2. Pengaman Cadangan
- Jarak Jauh : Dengan penundaan waktu maksimum
600 ms
- Lokal : Dengan penundaan waktu 1000 ms
untuk gangguan di bus
Untuk saluran yang pendek (misalnya kira-kira 20 km) dimana
relai tidak dapat lagi melihat gangguan, terutama karena adanya tahanan
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
28/57
http://digilib.unimus.ac.id 34
gangguan (Rf), seharusnya relai jarak dilengkapi dengan pola pilot
(pengoperasian teleproteksi), sebaiknya pola blocking.
Idealnya penggunaan relai jarak yang dilengkapi sistem
teleproteksi digunakan untuk seluruh saluran udara tegangan tinggi. Namun
atas pertimbangan biaya dan tingkat keadalan sistem maka tidak seluruh
jaringan harus dipasang. Adapun prioritas bagi pemasangan sistem
teleproteksi bagi sistem 70 kV, adalah penghantar 70 kV yang merupakan
pasokan langsung dari sistem 150 kV melalui IBT 150/70 kV.
2)Pentanahan netral dengan tahanan tinggi
Sedangkan untuk daerah yang menggunakan tahanan tinggi untuk sistem
pentanahannya, sesuai SPLN No. 51-1 tahun 1984 bagian A, adalah sbb :
a) Pengaman Utama
- Gangguan fasa-fasa : Relai Jarak
- Gangguan fasa-netral : Relai Selektif Tanah Relai Tanah
Terarah
b) Pengaman Cadangan
- Gangguan fasa-fasa : Relai arus lebih waktu terbalik
(tak terarah)
- Gangguan fasa-netral : Relai arus lebih waktu terarah,
waktu tertentu atau waktu terbalik.
Beberapa kasus khusus perlu diberikan pengarahan sebagai berikut
Untuk saluran yang pendek ditetapkan sebagai berikut :
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
29/57
http://digilib.unimus.ac.id 35
Sistem dengan tahanan rendah / solid grounded
Relai jarak dengan pola blocking, atau
Relai diferensial kawat-pilot
Keduanya sebagai pengaman gangguan fasa maupun gangguan
fasa maupun gangguan tanah.
Sistem dengan tahanan tinggi
Relai jarak dengan pola blocking, atau
Relai diferensial kawat-pilot
Relai fasa selektif
Ketiganya sebagai pengaman gangguan fasa, sedang sebagai
pengaman gangguan tanah seperti pada tabel diatas.
2.4.1.3 SUTT 150 kV
Berbeda dengan sistem transmisi 70 kV di mana terdapat 2 (dua)
macam pentanahan netral sistem, pada sistem transmisi 150 kV ini terdapat
hanya satu macam pentanahan netral sistem yaitu pentanahan efektif. Berbeda
dengan SUTT 70 kV, penggunaan rele jarak sebagai pengaman utama yang
dilengkapi teleproteksi menjadi suatu keharusan, khususnya bagi :
1) Penghantar yang dioperasikan looping dengan sistem 150 kV lainnya
2) Penghantar kV yang radial double circuit.
Untuk penghantar dengan katagori saluran pendek, rele pengaman
direkomendasikan menggunakan prinsip differensial:
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
30/57
http://digilib.unimus.ac.id 36
a) Current Differential
b) Current Comparison
c) Phase Differential
Ada dua macam pola pengaman dengan pilot yang telah dan akan
diterapakan pada SUTT 150 kV PLN P3B, yaitu :
1) Permissive Transfer Trip Scheme
a) Permissive Underreach Transfer Trip (PUTT)
b) Permissive Overreach Transfer Trip (POTT )
2) Blocking Scheme
Pola Pengaman Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV
a) Pengaman Utama
- Gangguan fasa-fasa : Relai Jarak yang dilengkapi
dengan teleporoteksi
- Gangguan fasa-netral : Relai Jarak yang dilengkapi
dengan teleporoteksi
b) Pengaman Cadangan
- Gangguan fasa-fasa : Relai arus lebih waktu terbalik
(tak terarah)
- Gangguan fasa-netral : Relai arus lebih waktu terbalik
(tak terarah)
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
31/57
http://digilib.unimus.ac.id 37
2.4.2 Pola Proteksi Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT)
2.4.2.1 SKTT 70 kV dan 150 kV
Pemakaian kabel tanah dapat dinyatakan sebagai standar yang
berlaku umum di dalam kota. Untuk saluran yang pendek sebaiknya
digunakan relai differensial pilot, karena menggunakan kabel pilot sebagai
media sinyal. Relai diferensial pilot saat ini paling banyak dipakai dan
dianggap tepat sebagai pengaman utama, baik bagi sistem dengan tahanan
rendah maupun bagi sistem dengan tahanan pentanahan tinggi.
Di samping pengaman utama perlu pula ditetapkan pengaman
cadangan dan dalam hal ini merupakan pengaman cadangan lokal. Pengaman
cadangan lokal ini harus dipilih pengaman yang mempunyai keadalan yang
tinggi demi untuk penyelamatan kabel tanah sewaktu terjadi gangguan.
Untuk pengaman cadangan ini harus dibedakan 2 macam
pengaman yaitu :
1) Pengaman gangguan antar fasa atau tiga fasa
2) pengaman gangguan satu fasa ke tanah.
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
32/57
http://digilib.unimus.ac.id 38
Tabel 2.3 : Pola Pengaman Transmisi 70 kV Saluran Kabel Tanah
Pola Pengaman Sistem
Sirkit Pentanahan Pengaman Utama Pengaman Cadangan
Netral Sistem Gangguan
Fasa
Gangguan
Tanah
Gangguan antar
fasa atau 3-fasa
Gangguan
1-fasa ke
tanah
(1) Saluran sirkit
ganda paralel, dua
sumber
Tahanan A. Rendah Relai
Differential
Relai
Differential
Relai arus lebih
waktu terbalik
Relai arus
lebih
waktu
terbalik
(2) Saluran yang
sama (1) dengan
beberapa sumber,
merupakan
jaringan, terbuka
atau tertutup
Tahanan B. Tinggi Relai
Differential
Relai
Differential
Relai arus lebih
waktu terbalik
Relai daya
urutan nol
Adapun Pola Pengaman Sistem Transmisi 70 kV Saluran Kabel
Tanah, sesuai SPLN No. 52-1 tahun 1984 bagian A, adalah sbb :
Untuk gangguan antar dan tiga fasa, yang arus gangguannya besar
sebaiknya dipakai relai arus lebih waktu terbalik, sedang untuk gangguan
satu-fasa ke tanah, yang arus gangguannya kecil, sebaliknya dipakai relai arus
lebih waktu terbalik, atau relai daya urutan nol, yang lebih peka dari relai arus
lebih waktu terbalik. Dengan demikian untuk gangguan satu fasa ke tanah,
relai arus lebih waktu terbalik dipakai pada sistem dengan tahanan rendah,
sedang relai daya nol dipakai pada sistem dengan tahanan tinggi.
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
33/57
http://digilib.unimus.ac.id 39
Oleh karena sistem pentanahan netral di 150 kV ini hanya
menggunakan pentanahan efektif maka pola pengaman untuk SKTT 150 kV-
nya hanya mengguanakan satu pola, yaitu relai diferensial longitudinal
sebagai pengaman utama untuk gangguan fasa-fasa dan fasa tanah.
Sedangkan sebagai pengaman cadangan lokalnya menggunakan relai
aruslebih waktu terbalik.
Tabel 2.4 : Pola Pengaman Transmisi 150 kV Saluran Kabel Tanah
Pola Pengaman Sistem
Sirkit Pentanahan Pengaman Utama Pengaman Cadangan
Netral
Sistem
Gangguan
Fasa
Gangguan
Tanah
Gangguan
antar fasa atau
3-fasa
Gangguan
1-fasa ke
tanah
1) Saluran sirkit gan- da paralel,
dua sumber
2) Saluran yg sama 1) dgn
beberapa sumber, merupa-
kan jaringan, terbuka atau
tertutup
Effektif Relai
Differential
Relai
Differential
Relai arus
lebih
waktu terbalik
Relai arus
lebih
waktu
terbalik
2.4.3 Saluran Campuran
Untuk kasus khusus dimana saluran tersebut merupakan saluran
campuran antara udara dengan kabel tanah, maka digunakan pola pengaman
sebagai berikut :
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
34/57
http://digilib.unimus.ac.id 40
1). Pada saluran campuran dimana saluran kabel tanah lebih dominan dari
saluran udara maka dipakai pola pengaman seperti tabel-3
2). Pada saluran yang bercampur sehingga sulit ditetapkan saluran mana
(udara atau kabel tanah) yang dominan, ditetapkan berdasarkan
perhitungan-perhitungan sesuai dengan keadaan sirkit tersebut, sehingga
dapat diketahui saluran yang dominan.
Pola pengaman salurancampuran dengan saluran kabel dominan
a) Pengaman Utama
- Gangguan fasa-fasa : Relai Diferensial
- Gangguan fasa-netral : Relai Diferensial
b)Pengaman Cadangan
- Gangguan fasa-fasa : Relai arus lebih waktu terbalik
- Gangguan fasa-netral : Relai arus lebih waktu terbalik
2.4.4 Peralatan sinkron dan Autorecloser
2.4.4.1 Peralatan Sinkron
Relai Synchrocheck adalah suatu peralatan kontrol yang berfungsi
untuk mengetahui kondisi sinkron antara dua sisi atau subsistem yang diukur.
Besaran yang diukur oleh alat ini adalah perbedaan sudut fasa, tegangan dan
frekuensi.
1. Beda sudut fasa (f)
Sudut fasa untuk mengetahui perbedaan sudut fasa urutan tegangan antara
kedua sisi yang diukur, biasanya besarnya setting sudut fasa tergantung
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
35/57
http://digilib.unimus.ac.id 41
kekuatan sistem saat itu. Untuk sekuriti sistem setting sudut fasa dipilih
disesuaikan dengan kekuatan sistem dengan batas maksimum adalah
sekitar 20 untuk sistem kelistrikan di Jawa-Bali, adapun di lokasi lain
berebeda batas maksimum perbedaan sudut fasanya.
2. Beda tegangan (V)
Adalah beda tegangan antara diantara kedua subsistem misalkan antara
tegangan bus/common (U1) dengan running /incoming (U2). Untuk
mencegah terjadinya asinkron saat penutupan PMT perlu diperhatikan
perbedaan kedua sisi tegangan tidak boleh lebih besar dari setting beda
tegangan. Setting perbedaan tegangan maksimal 10%Vn, untuk sistem
kelistrikan di Jawa-Bali, adapun di lokasi lain berebeda batas maksimum
perbedaan tegangannya.
3. Beda frekuensi (F)
Beda frekuensi adalah untuk mengetahui slip frekuensi antara kedua
subsistem yang akan dihubungkan fungsinya untuk mencegah penutupan
PMT jika perbedaan kedua sisi frekuensi lebih besar dari setting.
Perbedaan frekuensi maksimal disetting 0.11 Hz, untuk sistem kelistrikan
di Jawa-Bali, adapun di lokasi lain berebeda batas maksimum perbedaan
frekuensiya.
Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam setelan synchro check
adalah perbedaan frekuensi (slip), sehingga perlu dihitung secara akurat.
Perbedaan frekuensi ditentukan melalui persamaan
df = /(t x180) (2.1)
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
36/57
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
37/57
http://digilib.unimus.ac.id 43
frekuensi) konsumen terjadi padam dapat dikurangi. Namun sebaliknya,
pengoperasian A/R secara tidak tepat dapat menimbulkan kerusakan pada
peralatan, sehingga dapat menimbulkan dampak pemadaman meluas serta
waktu pemulihan yang lebih lama. Pada kedua proteksi utama, fungsi penutup
balik otomatis harus diaktifkan dengan menggunakan setelan yang sama.
2.5 Relai Jarak
2.5.1 Pengertian Relai Jarak
Relai jarak merupakan jenis proteksi non-unit dan memiliki kemampuan
untuk membedakan gangguan yang terjadi di berbagai bagian sistem, tergantung
pada impedansi yang terukur. Pada dasarnya, Relai jarak membandingkan arus
gangguan yang dilihat oleh relaui dengan tegangan di lokasi relay untuk
menentukan impedansi sampai titik terjadinya gangguan [10].
Keuntungan utama menggunakan Relai Jarak adalah zona proteksi relai
bergantung pada impedansi dari penghantar yang dilindungi yang hampir konstan
dari besaran tegangan dan arus. Dengan demikian, Relai Jarak memiliki
jangkauan tetap, berbeda dengan relai overcurrent dimana jangkauan bervariasi
tergantung pada kondisi sistem [10].
Relai Jarak merupakan relai proteksi yang prinsip kerjanya berdasarkan
pengukuran impedansi penghantar. Impedansi penghantar yang dirasakan oleh
relai adalah hasil bagi tegangan dengan arus dari sebuah sirkit [5].
Relai Jarak merupakan pengaman utama (main protection) pada SUTT /
SUTET dan sebagai backup untuk seksi didepan. Relai Jarak pada dasarnya
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
38/57
http://digilib.unimus.ac.id 44
bekerja dengan mengukur impedansi transmisi, dibagi menjadi beberapa daerah
cakupan yaitu Zone 1, Zone 2, Zone 3, serta dilengkapi juga dengan teleproteksi
sebagai upaya agar proteksi bekerja selalu cepat dan selektif di dalam daerah
pengamanannya.
Relai jarak di desain untuk merespon arus, tegangan dan perbedaan sudut
fasa antara arus dan tegangan, di mana paramater-parameter ini dan digunakan
untuk menghitung atau mengukur nilai impedansi yang di baca oleh relai, yang
juga sebanding dengan jarak gangguan [11].
2.5.2 Prinsip Kerja Relai Jarak
Relai Jarak mengukur tegangan pada titik relai dan arus gangguan yang
terlihat dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi
sampai titik terjadinya gangguan dapat ditentukan. Perhitungan impedansi dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
f
f
fI
VZ =
(2.2)
Dengan : Zf = Impedansi (Ohm)
Vf = Tegangan (Volt)
If = Arus gangguan (Ampere)
Relai Jarak akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi
gangguan yang terukur dengan impedansi setting, dengan ketentuan: bila
impedansi gangguan lebih kecil dari pada impedansi setting relai (Zf < ZR) maka
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
39/57
http://digilib.unimus.ac.id 45
relai akan bekerja, dan bila impedansi ganguan lebih besar dari pada impedansi
setting relai (Zf > ZR) maka relai tidak akan bekerja.
Gambar 2.6. Blok diagram Relai Jarak
Berdasarkan gambar blok diagram diatas relai jarak mendapatkan
inputan dari trafo arus dan juga trafo tegangan yang berfungsi sumber
masukan ke relai untuk membaca besaran arus dan tegangan yang ada di
penghantar, besaran tegangan dan arus dikonversi di relai menjadi satuan
impedansi, dan apabila terjadi gangguan maka pembacaan impedansi di relai
akan berubah dan bila nilai impedansi berada dibawah nilai settingnya maka
relai akan bekerja dan memberikan perintah trip ke PMT.
DistanceZ Z2min
maka setelan zone-2 diambil sama dengan Z2mak dengan t2 = 0,4 detik
3) Jika saluran yang diamankan jauh lebih panjang dari saluran seksi
berikutnya maka akan terjadi Z2mak < Z2min. Pada keadaan demikian
untuk mendapatkan selektifitas yang baik, maka zone-2 diambil sama
dengan Z2min dengan setting waktunya dinaikan satu tingkat, yaitu 0.8
detik
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
42/57
http://digilib.unimus.ac.id 48
4) Jika pada gardu induk didepanya terdapat trafo daya, maka jangkauan
zone-2 sebaiknya tidak melebihi impedansi trafo
Z2trafo = 0,8 * (ZL1 + k.ZTR ) (2.6)
k sama dengan bagian trafo yang diproteksi, nilai k direkomendasikan
adalah 0,5. Hal ini dimaksudkan jika terjadi gangguan pada sisi tegangan
rendah rele tidak bekerja.
ZTR = XT * Vn
Kapasitas (MVA) (2.7)
XT = impedansi trafo tenaga (%)
Vn = tegangan primer trafo (kV)
5) Jika ditemukan kondisi dimana Z2min melebihi dari Z2trafo padanear
end bus mak setelan zone-2 tidak perlu mempertimbangkan ZTR dan
tetapmenggunakan Z2min, dengan mengkoordinasikan setelan waktu
zone-2 terhadap pengaman cadangan dari trafo.
c)Pemilihan Zone-3
Dasar pemilihan zone-3 adalah berdasarkan pertimbangan berikut
1) Jangkauan ini diusahakan dapat meliputi seluruh saluran seksi berikutnya,
(harus mencapai far end bus terpanjang ) sehingga didapat penyetelan
sebagai berikut :
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
43/57
http://digilib.unimus.ac.id 49
Z3min = 1,2 * (ZL1 + K*ZL2) (2.8)
Z3mak= 0,8 * (ZL1 + (0,8 * K *(ZL2 + 0,8 * ZL3 ))) (2.9)
dengan :
ZL = impedansi saluran yang diamankan
ZL2 = impedansi saluran berikutnya yang terpendek (dalam Ohm)
ZL3 = impedansi saluran berikutnya yang terpanjang (dalam Ohm)
K = Faktor infeed
2) Untuk zone-3 dipilih nilai terbesar antara Z3min dengan Z3mak, jika pada
gardu induk didepannya terdapat trafo daya, maka jangkauan zone-3
sebaiknya tidak melebihi impedansi trafo
Z3trafo = 0,8 (ZL1 + k * ZTR) (2.10)
k adalah bagian trafo yang diamankan / diproteksi, nilai k yang
direkomendasikan adalah 0,8.
3) Jika overlap dengan zone-3 seksi berikutnya, maka waktu zone-3 dapat
dikoordinasikan dengan waktu zone-3 seksi berikutnya
d)Faktor Infeed
Yang dimaksud dengan infeed adalah pengaruh penambahan atau pengurangan
arus yang melalui titik terhadap terhadap arus yang melalui relai yang ditinjau.
Secara umum infeed ini disebabkan karena adanya pembangkit antara relai
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
44/57
http://digilib.unimus.ac.id 50
dengan titik gangguan. Infeed dapat juga disebabkan karena adanya perubahan
konfigurasi saluran dari ganda ke tunggal atau sebaliknya.
Adanya pengaruh infeed ini akan membuat impedansi yang dilihat relai seolah-
olah menjadi lebih besar (letak gangguan seolah-olah menjadi lebih jauh) atau
menjadi lebih kecil (letak gangguan seolah-olah menjadi lebih dekat). Dengan
demikian jangkauan kurang atau jangkauan lebih. pengaruh infeed ini harus
dipertimbangkan khususnya untuk penyetelan zone 2 dan zone-3.
Adapun jenis-jenis konfigurasi yang dapat menimbulkan infeed adalah
1) Adanya pembangkit pada ujung saluran yang diamankan
Gambar 2.8 : Pengaruh infeed akibat adanya pembangkit diujung
saluran
Pada saat terjadi gangguan di titik F maka impedansi yang dilihat relai
adalah :
ZRA= VRA / IRA=( I1.ZAB + (I1+I2).ZBF ) / I1 (2.11)
ZRA= ZAB + (I1+I2) / I1.ZBF (2.12)
ZRA= ZAB + k.ZBF (2.13)
Jadi, faktor infeed k = (I1+I2) / I1 (2.14)
2) Adanya perubahan dari Saluran transmisi ganda ke tunggal
Jika terjadi gangguan pada titik F impedansi yang terlihat oleh relai A
adalah :
F21
S
A
B
I2
SC
rele A
I1
FI1+ I2
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
45/57
http://digilib.unimus.ac.id 51
Gambar 2.9 Pengaruh infeed saluran ganda ke tunggal
ZRA= VRA / IRA = ( I.ZAB + 2I.ZBF ) / I (2.15)
ZRA= ZAB + 2.ZBF (2.16)
Jadi faktor infeed, k = 2
3) Saluran transmisi tunggal ke ganda
Jika terjadi gangguan pada titik F impedansi yang terlihat oleh relai A
adalah :
Gambar 2.10 Pengaruh infeed saluran tunggal ke ganda
ZRA = (I.ZAB+I1.ZBF)/I (2.17)
ZRA= ZAB + I1/I.ZBF (2.18)
I1 = I.(2L-X)./2L (2.19)
ZRA = ZAB + (2.L-X)/2L. ZBF (2.20)
Jadi faktor infeed K = (2L-X) / 2L. (2.21)
F21
SA B C
relai A
I
I
2I
F
F21
S
A B C
relai A
I
I1
F
xI (1-x)
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
46/57
http://digilib.unimus.ac.id 52
Untuk gangguan F dekat rel B ( X = 0 ) faktor infeed k = 1
Untuk gangguan F dekat rel C ( X= 1 ) faktor infeed k = 0.5
Untuk gangguan F diantara rel B dan rel C , infeed antara 0.5k1
2.6 Parameter Input Untuk Perhitungan Setting
Sebelum melakukan kalkulasi setting, terlebih dahulu harus diketahui
parameter parameter input yang akan mempengaruhi perhitungan setting.
Parameter tersebut adalah data relai proteksi, data konfigurasi jaringan, data
peralatan bantu, data konduktor dan data arus hubung singkat.
2.6.1 Relai Proteksi
Data relai proteksi meliputi :
1) Data nominal arus dan tegangan rele, data ini seharusnya sesuai dengan
nominal sekunder CT dan PT. Nominal arus dan tegangan ini akan
mempengaruhi akurasi dari setelan yang telah dibuat.
2) Minimum tap setting dan range setting.
Nilai minimum tap dan range setelan akan mempengaruhi nilai setelan yang
akan dilakukan. Sebagai contoh, setelan Directional Earth Fault yang
dipegunakan untuk mendeteksi gangguan phasa tanah dengan tahanan
gangguan yang tinggi. Setelan Relai Jarak Zone 3 untuk proteksi Saluran
Udara yang panjang secara fisik akan terbatasi oleh maksimum tap setting.
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
47/57
http://digilib.unimus.ac.id 53
3) Karakteristik dari relay tersebut
Karakteristik relay dari masing masing pabrikan berbeda beda, hal ini akan
menyebabkan kalkulasi dan penerapan setting belum tentu sama untuk semua
tipe rele. Oleh karena itu perlu dibutuhkan manual dari rele yang akan
dipergunakan.
Contoh :
Rele Distance merek ABB dan Siemens memiliki kurva karakteristik
quadralateral untuk phasa phasa dan phasa tanah, sedangkan Relai Jarak
merek GE atau Toshiba memiliki fleksibilitas quadralateral atau mho.
Rele Distance merek toshiba type GRZ 100 memiliki nilai penerapan setting
phasa tanah berupa ohm/phasa untuk Z1, dan Z2, dan ohm/loop untuk Z3,
dan Z4, sedangkan merek lain umumnya menggunakan penerapan setting
berupa ohm/phasa.
Rele distance merek ABB membutuhkan inputan impedansi urutan nol,
sedangkan merek lainnya tidak membutuhkan inputan impedansi urutan nol,
tetapi membutuhkan besaran kompensasi urutan nol.
Contoh data spesifikasi relai
Untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan setting, maka
data relai disiapkan selengkap mungkin seperti pada contoh dibawah.
Relai Distance :
Merek/ type,
Arus nominnal , 1 A atau 5 A
Power supply yang tersedia 110 volt DC atau 220 volt AC
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
48/57
http://digilib.unimus.ac.id 54
Range setting
Operating time dalam mS
Akurasi pada nilai setting
Karakteristik kerja
OCR/GFR :
Merek/ type,
Arus nominnal , 1 A atau 5 A
Power supply yang tersedia 110 volt DC atau 220 volt AC
Range setting yang meliputi Low set & High set untuk relai
gangguan fasa-fasa (OCR) dan relai gangguan fasa-tanah (GFR) ,
Contoh :
OCR min 0.4 2.0 In ( in 0.05 steps )
GFR min 0.05 1.0 In ( in 0.05 steps
Operating time dalam mS
Akurasi pada nilai setting
Karakteristik waktu kerja : standard inverse, very inverse, extremelly
inverse, denitine time
Range setting kurva waktu (TMS)
Inverse min 0.05 1 with 0.025 steps for IEC standard dan
min 0.5 15 with 0.5 steps for ANSI standard
Definite min 0 30 second in 0.1 steps
Drop out to pick up ratio
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
49/57
http://digilib.unimus.ac.id 55
2.6.2 Data konfigurasi jaringan
Data jaringan yang dimaksud adalah data konfigurasi jaringan penghantar
yang akan diproteksi dan konfigurasi jaringan yang akan dikoordinasikan ke
depan maupun ke belakang. Konfigurasi jaringan ini akan berpengaruh pada nilai
infeed yang dirasakan oleh Relai Jarak.
2.6.3 Data Peralatan Bantu.
Yang dimaksud dengan peralatan bantu pada bagian ini adalah CT, PT,
PMT dan konduktor. Data data alat bantu ini akan mempengaruhi terhadap
setelan rele proteksi.
a) Trafo Arus (CT/Current Transformer)
CT yang digunakan untuk sistem proteksi harus mempunyai core terpisah
dengan CT yang digunakan untuk pembacaan meter. Klas dan Kapasitas
(burden) CT untuk proteksi disesuaikan dengan kebutuhan sistem proteksi
yang bersangkutan.
b) Trafo Tegangan (CVT / Capasitive Voltage Transformer)
Trafo tegangan untuk sistem proteksi EHV menggunakan jenis capasitive
voltage transformer yang mempunyai core untuk klas proteksi dan
mempunyai kapasitas (burden) sesuai dengan kebutuhan sistem proteksi.
Untuk kehandalan sistem proteksi maka CVT dipasang pada masing masing
bay penghantar.
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
50/57
http://digilib.unimus.ac.id 56
c) Pemutus Tenaga ( PMT )
Kebutuhan data teknis yang diperlukan dalam perhitungan setting :
Breaking Capacity
Jenis penutupan (single pole / three pole )
Arus Nominal
Relai pole discrepanncy *) khusus PMT single pole)
Media pemadam busur api
Kemampuan Siklus kerja
Jenis PMT yang digunakan penghantar harus mendukung pola SPAR
(single pole autoreclose) yaitu single pole dan mempunyai urutan kerja
pengenal : O 0.3 detik CO 3 menit CO yang artinya setelah PMT
membuka, perlu waktu minimal 0.3 detik untuk menutup (reclose) dan bisa
langsung membuka. Untuk menutup kembali perlu waktu 3 menit dan bisa
langsung membuka. Dengan catatan bahwa waktu tunda 3 menit untuk
penutupan PMT yang ke dua kali dibutuhkan untu recovery media
pemadaman busur jika pembukaan PMT pada ratingnya (breaking capacity ).
d) Kecepatan pembukaan dan pemutusan PMT
Waktu pemutusan PMT (breaker time) maksimum 40 milidetik (2 cycle),
sedangkan waktu penutupan PMT maksimum 60 milidetik (3 cycle)
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
51/57
http://digilib.unimus.ac.id 57
2.6.4 Konduktor
Kebutuhan data akan konduktor meliputi data Kemampuan Hantar Arus
(KHA) dari konduktor tersebut. Dan dengan bantuan konfigurasi tower akan
dihasilkan data impedansi jaringan berupa impedansi urutan positif, urutan negatif
dan urutan nol.
2.6.5 Data Arus Hubung Singkat Sistem
Untuk menghasilkan hasil perhitungan yang benar, maka data hubung
singkat yang dipakai harus data paling aktual atau mutahir dan dikeluarkan oleh
bidang yang kompeten dan terpecaya. Data hubung singkat biasanya dalam
bentuk tabel yang memuat impedansi urutan positif (Z1), urutan negatif (Z2) , dan
urutan nol (Zo) baik dalam satuan omh maupun dalam satuan per-unit (pu).
Juga bisa dalam besaran daya hubungsingkat (MVA hs).
2.7 Mathcad, Digsilent dan GEC Quadramho SHPM 101
Mathcad dan Digsilent merupakan software yang digunakan pada Tugas
Akhir ini untuk melakukan perhitungan dan scanning .
1. Mathcad
Mathcad merupakan suatu program aplikasi matematika berbasis windows
yang mempunyai unjuk kerja tinggi dalam menangani berbagai macam
persamaan, angka, teks, maupun grafik. Dalam pengaplikasianya pada
bidang proteksi mathcad dapat digunakan untuk menghitung nilai setting
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
52/57
http://digilib.unimus.ac.id 58
proteksi selain itu juga dapat digunakan untuk melakukan scaning untuk
melihat dan memeriksa kordinasi antara proteksi agar tidak terjadi
overlapping, di mana tampilannya menggunakan grafik. Pada aplikasi
Mathcad ini nilai yang digunakan sebagai nilai input settingan relay yang
digunakan adalah nilai primer.
2. Digsilent
Digsilent merupakan suatu program yang dapat mensimulasikan suatu
kondisi sistem tenaga listrik yang dapat menghitung aliran daya atau load
flow maupun nilai arus hubung singkat pada sistem tenaga listrik tersebut.
Sedangkan pada bidang proteksi pengapliaksiannnya yaitu kita dapat
melakukan scanning untuk melihat kordinasi diantara proteksi penghantar
dengan fasilitas time distance diagram yang dimiliki oleh program
digsilent ini. Adapun peralatan proteksi yang ada pada aplikasi Digsilent
ini seperti Current Transformer (CT), Voltage Transformer (VT), dan
Relay itu sendiri. Pada aplikasi Digsilent ini nilai yang digunakan sebagai
nilai input settingan relay yang digunakan adalah nilai sekunder.
3. GEC Quadramho SHPM 101
Distance relai yang digunakan pada penghantar Kudus arah Jekulo yaitu
relai GEC Quadramho SHPM 101 , yaitu merupakan Relai Jarak jenis
statik yang menggunakan karakteristik blinder Mho untuk Phase-Phase
Fault dan karakteristik blinder Quadrilateral untukphase Ground Fault.
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
53/57
http://digilib.unimus.ac.id 59
2.8 Jenis-Jenis Gangguan
Pada keadaan aman atau normal, jaringan tenaga listrik tidak memerlukan
sistem pengamanan. Gangguan pada jaringan tenaga listrik harus dapat diketahui
dan dipisahkan dari bagian jaringan lainnya secepat mungkin dengan maksud agar
kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan.
Oleh karena letaknya yang tersebar diberbagai daerah, maka saluran
transmisi mengalami gangguan-gangguan, baik yang disebabkan oleh alam,
maupun oleh sebab-sebab lain.
Hampir semua gangguan pada saluran 187 kV ke atas disebabkan oleh
petir, dan lebih dari 70% dari semua gangguan pada saluran 110-154 kV
disebabkan karena gejala-gejala alamiah (petir, salju, es, angin, banjir, gempa dan
sebagainya). Gejala-gejala alamiah lain terjadi pada saluran 60 kV adalah
gangguan binatang (burung, dan sebagainya). Karena letaknya didaerah tropis,
gangguan es dan salju tidak diharapkan terjadi di Indonesia (kecuali di
pegunungan-pegunungan tinggi di Irian Barat) [4].
Gangguan secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian
utama [12] :
a. Gangguan Aktif (Active Fault)
Active fault terjadi ketika arus mengalir dari satu fasa konduktor ke fasa
yang lain (phase-to-phase), atau satu konduktor fase ke tanah (phase-to-
earth).jenis gangguan ini kemudian diklasifikasikan menjadi dua bagian :
yaitu solid fault dan incipient fault
b. Gangguan Pasif (Passive Fault)
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
54/57
http://digilib.unimus.ac.id 60
Passive faultbukan merupakan gangguan yang sesungguhnya terjadi pada
kehidupan nyata, melainkan kondisi yang mengakibatkan stress pada
sistem yang melebihi kapasitas desainnya, sehingga akhirnya timbul active
fault. Contoh khususnya sebagai berikut :
1) Overload yang menyebabkan pemanasan lebih dari isolasi
(deteriorating quality,reduced life and ultimate failure).
2) Tegangan lebih: Menyebabkan stress isolasi diluar withstandcapacites
3) Under Frequency: Menyebabkan kesalahan kerja pada pembangkit
4) Power : Generator akan out of step dan out of syrconism
Sedangkan berdasarkan kategorinya, gangguan dibagi menjadi dua
kategori, yaitu [4] :
a. Hubung Singkat
b. Putusnya kawat
Dalam kategori pertama termasuk hubung singkat satu atau dua fasa
dengan tanah, hubung singkat antara 2 fasa, dan hubung singkat tiga fasa satu
sama lain. Kadang-kadang hubung singkat dan putusnya kawat terjadi bersamaan.
Kadang-kadang juga hubung singkat terjadi di beberapa tempat sekaligus.
Gangguan berdasarkan jenis gangguannya terdiri dari 2 jenis yaitu [13] :
a. Gangguan Seimbang
Yaitu gangguan 3 fasa , namun jarang terjadi di mana karakteristik dari
gangguan ini adalah nilai tegangan dan arus per fasa sama dengan
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
55/57
http://digilib.unimus.ac.id 61
perbedaan sudut 120, dan dalam perhitungannya menggunakan rangkaian
pengganti sistem simetris.
b. Gangguan Tidak Seimbang
Kebanyakan gangguan pada saluran transmisi adalah gangguan tidak
seimbang, di mana gangguan tidak seimbang ini dikelompokan menjadi
dua jenis yaitu :
Gangguan Shunt
Fasa ke tanah, fasa ke fasa, fasa-fasa ke tanah
Gangguan seri
Satu fasa terbuka , 2 fasa terbuka
Gangguan pada sistem adalah gangguan yang terjadi pada komponen
utama sistem tersebut seperti generator, trafo, SUTT, SKTT dan lain sebagainya,
yang menyebabkan CB terbuka, selanjutnya disebut gangguan sistem. Di mana
gangguan sistem dapat dikelompokan sebagai gangguan permanen dan gangguan
temporer [13].
a. Gangguan Temporer
Adalah gangguan yang hilang dengan sendirinya bila CB terbuka,
misalnya sambaran petir yang menyebabkan flash over pada isolator kabel
udara, sedangkan isolator tidak rusak. Pada keadaan ini CB dapat segera
dimasukan kembali, secara otomatis atau manual melalui autorecloser
(A/R) atau penutup balik otomatis (PBO).
b. Gangguan Permanen
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
56/57
http://digilib.unimus.ac.id 62
Adalah gangguan yang terus ada walaupun CB sudah terbuka, sedangkan
untuk pemulihan diperlukan perbaikan. Contoh, gangguan hubung singkat
pada SUTT sebagai akibat isolator pecah. Gangguan permanen dapat
berasal dari gangguan temporer, misalnya sambaran petir yang
menyebabkan isolator pecah, dalam hal ini petirnya sendiri sudah hilang
akan tetapi dampaknya yaitu beberapa isolator pecah.
CB terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem,
dapat saja CB terbuka karena relai yang bekerja sendiri atau kabel kontrol yang
terluka atau oleh sebab interferensi dan lain sebagainya. Gangguan seperti ini
disebut gangguan bukan pada sistem dan selanjutnya disebut non sistem fault.
Jenis-jenis gangguan yang dapat mempengaruhi sistem proteksi antara
lain, yaitu: Gangguan beban lebih, gangguan hubung singkat, gangguan tegangan
lebih, gangguan kekurangan daya dan gangguan ketidakstabilan / stabilitas.
Adapun usaha usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan-ganguan
tersebut yaitu:
a. Mengurangi terjadinya gangguan
Menggunakan peralatan yang dapat diandalkan
Spesifikasi yang tepat dan desain yang baik
Pemasangan peralatan dengan benar
Penebangan / pemangkasan pohon
Operasi dan pemeliharaan yang baik
b. Mengurangi akibatnya
-
8/13/2019 Tinjauan Pustaka Analisis Proteksi
57/57
Mengurangi besarnya arus gangguan
Melepas bagian sistem yang terganggu dengan menggunakan PMT
dan relai pengaman
Penggunaan pola pelepasan beban (load shedding) dan sistem
pemisahan (splitting) dan pembentukan pulau (islanding)
Penggunaan relai, PMT yang cepat untuk menghindari gangguan
instability