tinjauan pustaka

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang. Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah kesehatan. 1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap menggantung. 2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis. 3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.

Upload: lita-damafitra

Post on 19-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fkg

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu

mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu hamil,

kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan

vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta bagaimana

mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut harus ditangani secara

sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia

Indonesia di masa yang akan datang.

Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan

berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan

ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah kesehatan.

1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang meningkatkan

proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.

2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus

ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.

3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.

4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadi modern yang

cenderung membawa resiko.

Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan

kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual. Gangguan

pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan gangguan kesehatan

atau sakit. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang

merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang

lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan

sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran,

peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang

perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.

Page 2: Tinjauan Pustaka

Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan paradigma

dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam

pembangunan kesehatan antara lain :

1. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan

masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi,

antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.

2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.

3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah penyakit

infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular,

sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)

4. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.

5. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.

6. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.

7. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.

8. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan juga

berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan

lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.

9. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia,

standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk

terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.

B. Strategi Paradigma Kesehatan

Paradigma berkembang sebagai hasil sintesa dalam kesadaran manusia terhadap informasi-

informasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun dari penelitian.

Dalam perkembangan kebijaksanaan pembangunan kesehatan maka memasuki era reformasi

untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan pola pikir dan konsep dasar strategis pembangunan

kesehatan dalam bentuk paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan kesehatan cenderung

Page 3: Tinjauan Pustaka

menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya pengobatan (kuratif) terhadap

masyarakat Indonesia.

Perubahan paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani masalah kesehatan di

waktu yang lalu, memaksa kita untuk melihat kembali prioritas dan penekanan program dalam upaya

meningkatkan kesehatan penduduk yang akan menjadi pelaku utama dan mempertahankan

kesinambungan pembangunan.

Indonesia menjadi sumber daya manusia sehat-produktif-kreatif, kita harus berfikir dan agak

berbeda dengan apa yang kita lakukan sekarang. Kita perlu re-orientasi dalam strategi dan

pendekatan. Pembangunan penduduk yang sehat tidak bisa dilakukan melalui pengobatan yang

sedikit saja.

Perubahan paradigma dan re-orientasi mendasar yang perlu dilakukan adalah paradigma atau

konsep yang semula menekankan pada penyembuhan penyakit berupa pengobatan dan meringankan

beban penyakit diubah ke arah upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar masyarakat yang

belum jatuh sakit agar bias lebih berkontribusi dalam pembangunan.

PENDEKATAN MASALAH KESEHATAN

1) PENDEKATAN BLOOM

Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling

keterkaitan berikut penjelasannya :

a) Perilaku masyarakat

Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting

untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan

sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya.

Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia

Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi

dalam menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat

Page 4: Tinjauan Pustaka

yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan

yang bersih dan sehat.

Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan

pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya

dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role

model harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.

b) Lingkungan

Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.

Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya

penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya

penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah

juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab

semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.

Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana berperan besar

dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan lingkungan masyarakat. namun

dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal

banyak penyakit yang berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam berdarah,

malaria, TBC, cacar dan sebagainya.

Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai

mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu

dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk

dapat menimbulkan masalah kejiwaan.

c) Pelayanan kesehatan

Page 5: Tinjauan Pustaka

Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan

posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu

dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan

kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas

sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.

Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat

besar perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan

edukasi dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager

yang memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun

program-program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang

bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.

Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam

berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung

karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah dicegah

asalkan masyarakat paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan

dan kesehatannya.

d) Genetik

Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan ???. Pertanyaan itu menjadi

kunci dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh

kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas

generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi

dalam membangun bangsanya.

Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah

perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang. Namun masih

banyak saja anak Indonesia yang status gizinya kurang bahkan buruk. Padahal potensi

alam Indonesia cukup mendukung. oleh sebab itulah program penanggulangan

kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan.

Page 6: Tinjauan Pustaka

Utamanya program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan

berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat dan cepat

dapat tertangani.

Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus dijalankan,

terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan masyarakatnya rendah.

Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms harus rutin dilakukan. Hal ini untuk

mendeteksi secara dini status gizi balita. Bukan saja pada gizi kurang kondisi obesitas

juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas generasi mendatang sangat menentukan kualitas

bangas Indonesia mendatang.

2) PENDEKATAN WHEEL

Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan

identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu

menekankan pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan

lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada

penyakit yang bersangkutan.

Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stress

mental, peranan lingkungan fisik lebih besar dari lainnya pada sunburn, peranan lingkungan

biologis lebih besar dari lainnya pada penyakit yang penularannya melalui vektor (vektor

borne disease) dan peranan inti genetik lebih besar dari lainnya pada penyakit keturunan.

Dengan model-model tersebut diatas hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan yang

lengkap mengenai mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit tidaklah diperuntukkan bagi

usaha-usaha pemberantasan yang efektif.

Oleh karena banyaknya interaksi-interaksi ekologis maka seringkali kita dapat

mengubah penyebaran penyakit dengan mengubah aspek-aspek tertentu dari interaksi

manusia dengan lingkungan hidupnya tanpa intervensi langsung pada penyebab penyakit.

3) JARING-JARING SEBAB AKIBAT

Page 7: Tinjauan Pustaka

Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan

antara mereka, yang berakibat bertamba atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.

(lihat gambar).

Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri

sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian

maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada

berbagai titik.

Gambar 2.1 jaring-jaring sebab

akibat

4) SEGITIGA

EPIDEMIOLOGI

Segitiga

epidemiologi

merupakan konsep

dasar epidemiologi yang

memberi gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya

penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara

Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan)

Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak seimbangan

antara Host, Agent dan Environment. Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent

Page 8: Tinjauan Pustaka

dan Environment akan menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di

masyarakat.

a) AGENT

yang disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang dikarenakan oleh mikro

organisme (virus, bakteri, jamur, parasit, protzoa, metazoa, dll), unsur nutrisi karena

bahan makanan yang tidak memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang

disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon

monoksid, obat-obatan, arsen, pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan oleh panas,

benturan, dll, serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan heriditer atau

keturun. Demikian juga dengan unsur kebiasaan hidup (rokok, alcohol, dll), perubahan

hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan, persalinan, dll.

b) HOST

Host atau penajmau ialaha keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga menjadi

faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh faktor intrinsik.

Factor penjamuyang biasanya menjkadi factor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai

berikut:

Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang unutk terkena penyakit karsinoma, jantung

dan lain-lain daripada yang usia muda.

Jenis kelamin (seks). Misalnya , penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, diabetes

melitus cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang hanya terjadi pada

wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya terjadi pada laki-laki atau yang

cenderung terjadi pada laki-laki seperti hipertensi, jantung, dll.

Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang beda

kerentangannay terhadapa suatu penyakit.

Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang menurun seperti hemofilia,

buta warna, sickle cell anemia, dll.

Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll

Bentuk anatomis tubuh

Fungsi fisiologis atau faal tubuh

Keadaan imunitas dan respons imunitas

Kemampuan interaksi antara host dengan agent

Page 9: Tinjauan Pustaka

Penyakit yang diderita sebelumnya

Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri

c) ENVIRONMENT

Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit, hali

ini Karen faktor ini datangnya dair luar atau bisas disebut dengan faktor ekstrinsik. Faktor

lingkungan ini dapat dibagi menjadi:

Lingkungan Biologis (flora & fauna)

Mikro organisme penyebab penyakit Reservoar, penyakit infeksi (binatang,

tumbuhan). Vektor pembawa penyakit umbuhan & binatang sebagai sumber bahan

makanan, obat dan lainnya

Lingkungan

Fisik

Yang

dimaksud

dengan

lingkunganfisik adalah yang berwujud geogarfik dan musiman. Lingkungan fisik ini

dapat bersumber dari udara, keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber hidup dan

sebagai sumber penyakit, Zat kimia atau polusi, radiasi, dll.

Lingkungan Sosial Ekonomi

Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi yang

berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada penghasilan

yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi

masalah yang cukup besar adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah

keadaan kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat,

kebiasaan hidup masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang kesemuanya dapat

menimbulkan berbagai masalah kesehatan terutama munculnya bebagai penyakit.

Page 10: Tinjauan Pustaka

Gambar 2.2 Segitiga Epidemiologi