tinjauan pustaka
DESCRIPTION
fkgTRANSCRIPT
![Page 1: Tinjauan Pustaka](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082821/55cf966d550346d0338b6450/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu
mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu hamil,
kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan
vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta bagaimana
mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut harus ditangani secara
sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia
Indonesia di masa yang akan datang.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan
berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan
ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah kesehatan.
1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang meningkatkan
proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.
2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus
ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.
3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadi modern yang
cenderung membawa resiko.
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan
kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual. Gangguan
pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan gangguan kesehatan
atau sakit. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang
merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang
lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan
sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran,
peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang
perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
![Page 2: Tinjauan Pustaka](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082821/55cf966d550346d0338b6450/html5/thumbnails/2.jpg)
Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan paradigma
dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam
pembangunan kesehatan antara lain :
1. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan
masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi,
antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.
2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah penyakit
infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular,
sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)
4. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
5. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
6. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
7. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
8. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan juga
berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan
lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.
9. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia,
standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk
terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
B. Strategi Paradigma Kesehatan
Paradigma berkembang sebagai hasil sintesa dalam kesadaran manusia terhadap informasi-
informasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun dari penelitian.
Dalam perkembangan kebijaksanaan pembangunan kesehatan maka memasuki era reformasi
untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan pola pikir dan konsep dasar strategis pembangunan
kesehatan dalam bentuk paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan kesehatan cenderung
![Page 3: Tinjauan Pustaka](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082821/55cf966d550346d0338b6450/html5/thumbnails/3.jpg)
menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya pengobatan (kuratif) terhadap
masyarakat Indonesia.
Perubahan paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani masalah kesehatan di
waktu yang lalu, memaksa kita untuk melihat kembali prioritas dan penekanan program dalam upaya
meningkatkan kesehatan penduduk yang akan menjadi pelaku utama dan mempertahankan
kesinambungan pembangunan.
Indonesia menjadi sumber daya manusia sehat-produktif-kreatif, kita harus berfikir dan agak
berbeda dengan apa yang kita lakukan sekarang. Kita perlu re-orientasi dalam strategi dan
pendekatan. Pembangunan penduduk yang sehat tidak bisa dilakukan melalui pengobatan yang
sedikit saja.
Perubahan paradigma dan re-orientasi mendasar yang perlu dilakukan adalah paradigma atau
konsep yang semula menekankan pada penyembuhan penyakit berupa pengobatan dan meringankan
beban penyakit diubah ke arah upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar masyarakat yang
belum jatuh sakit agar bias lebih berkontribusi dalam pembangunan.
PENDEKATAN MASALAH KESEHATAN
1) PENDEKATAN BLOOM
Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling
keterkaitan berikut penjelasannya :
a) Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting
untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan
sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya.
Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia
Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi
dalam menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat
![Page 4: Tinjauan Pustaka](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082821/55cf966d550346d0338b6450/html5/thumbnails/4.jpg)
yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan
yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan
pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya
dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role
model harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.
b) Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.
Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya
penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya
penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah
juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab
semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.
Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana berperan besar
dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan lingkungan masyarakat. namun
dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal
banyak penyakit yang berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam berdarah,
malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai
mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu
dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk
dapat menimbulkan masalah kejiwaan.
c) Pelayanan kesehatan
![Page 5: Tinjauan Pustaka](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082821/55cf966d550346d0338b6450/html5/thumbnails/5.jpg)
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan
posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu
dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan
kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat
besar perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan
edukasi dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager
yang memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun
program-program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang
bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam
berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung
karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah dicegah
asalkan masyarakat paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan
dan kesehatannya.
d) Genetik
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan ???. Pertanyaan itu menjadi
kunci dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh
kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas
generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi
dalam membangun bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah
perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang. Namun masih
banyak saja anak Indonesia yang status gizinya kurang bahkan buruk. Padahal potensi
alam Indonesia cukup mendukung. oleh sebab itulah program penanggulangan
kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan.
![Page 6: Tinjauan Pustaka](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082821/55cf966d550346d0338b6450/html5/thumbnails/6.jpg)
Utamanya program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan
berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat dan cepat
dapat tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus dijalankan,
terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan masyarakatnya rendah.
Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms harus rutin dilakukan. Hal ini untuk
mendeteksi secara dini status gizi balita. Bukan saja pada gizi kurang kondisi obesitas
juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas generasi mendatang sangat menentukan kualitas
bangas Indonesia mendatang.
2) PENDEKATAN WHEEL
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan
identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu
menekankan pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada
penyakit yang bersangkutan.
Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stress
mental, peranan lingkungan fisik lebih besar dari lainnya pada sunburn, peranan lingkungan
biologis lebih besar dari lainnya pada penyakit yang penularannya melalui vektor (vektor
borne disease) dan peranan inti genetik lebih besar dari lainnya pada penyakit keturunan.
Dengan model-model tersebut diatas hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan yang
lengkap mengenai mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit tidaklah diperuntukkan bagi
usaha-usaha pemberantasan yang efektif.
Oleh karena banyaknya interaksi-interaksi ekologis maka seringkali kita dapat
mengubah penyebaran penyakit dengan mengubah aspek-aspek tertentu dari interaksi
manusia dengan lingkungan hidupnya tanpa intervensi langsung pada penyebab penyakit.
3) JARING-JARING SEBAB AKIBAT
![Page 7: Tinjauan Pustaka](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082821/55cf966d550346d0338b6450/html5/thumbnails/7.jpg)
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan
antara mereka, yang berakibat bertamba atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.
(lihat gambar).
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri
sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian
maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada
berbagai titik.
Gambar 2.1 jaring-jaring sebab
akibat
4) SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI
Segitiga
epidemiologi
merupakan konsep
dasar epidemiologi yang
memberi gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya
penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara
Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan)
Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak seimbangan
antara Host, Agent dan Environment. Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent
![Page 8: Tinjauan Pustaka](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082821/55cf966d550346d0338b6450/html5/thumbnails/8.jpg)
dan Environment akan menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di
masyarakat.
a) AGENT
yang disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang dikarenakan oleh mikro
organisme (virus, bakteri, jamur, parasit, protzoa, metazoa, dll), unsur nutrisi karena
bahan makanan yang tidak memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang
disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon
monoksid, obat-obatan, arsen, pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan oleh panas,
benturan, dll, serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan heriditer atau
keturun. Demikian juga dengan unsur kebiasaan hidup (rokok, alcohol, dll), perubahan
hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan, persalinan, dll.
b) HOST
Host atau penajmau ialaha keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga menjadi
faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh faktor intrinsik.
Factor penjamuyang biasanya menjkadi factor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai
berikut:
Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang unutk terkena penyakit karsinoma, jantung
dan lain-lain daripada yang usia muda.
Jenis kelamin (seks). Misalnya , penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, diabetes
melitus cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang hanya terjadi pada
wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya terjadi pada laki-laki atau yang
cenderung terjadi pada laki-laki seperti hipertensi, jantung, dll.
Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang beda
kerentangannay terhadapa suatu penyakit.
Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang menurun seperti hemofilia,
buta warna, sickle cell anemia, dll.
Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll
Bentuk anatomis tubuh
Fungsi fisiologis atau faal tubuh
Keadaan imunitas dan respons imunitas
Kemampuan interaksi antara host dengan agent
![Page 9: Tinjauan Pustaka](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082821/55cf966d550346d0338b6450/html5/thumbnails/9.jpg)
Penyakit yang diderita sebelumnya
Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri
c) ENVIRONMENT
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit, hali
ini Karen faktor ini datangnya dair luar atau bisas disebut dengan faktor ekstrinsik. Faktor
lingkungan ini dapat dibagi menjadi:
Lingkungan Biologis (flora & fauna)
Mikro organisme penyebab penyakit Reservoar, penyakit infeksi (binatang,
tumbuhan). Vektor pembawa penyakit umbuhan & binatang sebagai sumber bahan
makanan, obat dan lainnya
Lingkungan
Fisik
Yang
dimaksud
dengan
lingkunganfisik adalah yang berwujud geogarfik dan musiman. Lingkungan fisik ini
dapat bersumber dari udara, keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber hidup dan
sebagai sumber penyakit, Zat kimia atau polusi, radiasi, dll.
Lingkungan Sosial Ekonomi
Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi yang
berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada penghasilan
yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi
masalah yang cukup besar adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah
keadaan kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat,
kebiasaan hidup masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang kesemuanya dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan terutama munculnya bebagai penyakit.
![Page 10: Tinjauan Pustaka](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082821/55cf966d550346d0338b6450/html5/thumbnails/10.jpg)
Gambar 2.2 Segitiga Epidemiologi