tinjauan pustaka

Upload: tami

Post on 07-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Bersih

Menurut Ditjen Cipta Karya Dinas PU 1998 mengatakan bahwa air bersih adalah air yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk memenuhi keperluan sehari-hari dengan kualitas yang memenuhi ketentuan baku mutu air bersih yang ditetapkan. Air bersih sebagai infrastruktur kota sangat berperan dalam menunjang perkembangan kota. Antara lain membutuhkan sistem perencanaan air bersih yang baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan pertumbuhan penduduknya. Pengolahan sistem penyediaan air bersih yang layak, serta memenuhi kebutuhan masyarakat dan aktivitas perkotaan secara keseluruhan akan meningkatkan produktivitas kota.

Air yang ada di bumi ini dapat kita dilihat dalam berbagai macam atau sumber, secara umum air yang dapat dikonsumsi manusia adalah yang berasal dari air hujan, air permukaan dan air tanah. Dari ketiga sumber tersebut yang dapat langsung dikonsumsi adalah air hujan dan air tanah dengan kriteria tertentu. Sedangkan air permukaan tidak dapat langsung dikonsumsi karena air permukaan merupakan air yang terdapat dipermukaan tanah seperti sungai, waduk, bendungan tampungan air hujan dan danau sehingga perlu diolah dan diuji kualitasnya (Saefudin. 1998).

2.2 Sistem Penyediaan Air Minum

Sistem penyediaan air bersih merupakan suatu sistem penyediaan air inum yang meliputi sistem pengambilan air baku, transmisi air baku, proses pengolahan air baku, sistem transmisi dan reservoir air bersih serta sistem distribusi/perpipaan yang dioperasikan sedemikian rupa sehingga terdapat tekanan yang cukup disetiap saat pada seluruh bagian sistem perpipaannya. Pada dasarnya penyediaan air minum kepada masyarakat adalah untuk memenuhi kebutuhan air untuk kebutuhan hidup dan kebutuhan dalam berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Namun yang lebih penting lagi adalah penyediaan air tersebut dimaksud adalah agar masyarakat dapat hidup secara sehat dan higienis. Dengan demikian tujuan utama penyediaan air minum itu adalah sebagai salah satu upaya untuk membangun manusia dan masyarakat yang sehat. Manusia yang sehat adalah masyarakat yang produktif yang dapat mendukung produktifitas dan perkembangan ekonomi (Sinulingga, Budi. D. 1999).

PDAM sebagai kepanjangan tangan PEMDA melaksanakan sebagai tugas PEMDA memberikan pelayanan kepada masyarakat dan sebagai operator pelayanan air minum, melalui sistem yang dimilikinya berkewajiban memenuhi objektif dimaksud diatas. Sesungguhnya tugas tersebut merupakan tugas yang mulia dan memiliki arti strategis bagi bangsa dan negara. Untuk mencapai objektif di maksud, pelayanan air minum oleh PDAM harus memenuhi beberapa syarat:a. Terpenuhinya syarat-syarat kualitas agar dapat dipergunakan secara aman, tanpa khawatir terinfeksi suatu penyakit, terutama penyakit-penyakit yang dapat tertular dan berkembang melalui airb. Arus aliran air dapat disediakan dalam jumlah yang cukup dan tersedia setiap waktu atau pengaliran berlangsung selama 24 jam. Kedua syarat diatas adalah menyangkut tentang Tiga Tas (kuantitas, kualitas, dan kontinuitas)c. Sistem dan manajemennya harus professional dan efisien sehingga harga air menjadi murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat (affordable)Ketiga persyaratan diatas adalah merupakan persyaratan yang standar dengan pengertian semua operator pelayanan air minum berkewajiban memenuhinya. Adalah hak masyarakat atau pelanggan untuk mendapatkan pelayanan seperti itu (PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara, 2012).

Secara umum sistem penyediaan air minum dilakukan dengan 2 cara yaitu sistem produksi dan sistem distribusi.a. Sistem ProduksiYaitu merupakan sistem air yang memproduksi air bersih untuk memenuhi kriteria yang ditetapkan (kuantitas dan kualitasnya). Adapun unit yang diproduksinya adalah mulai dari pengambilan air baku, kemudian air tersebut di olah di instalasi pengolahan air dan menyalurkan serta menampung air bersih ke bangunan reservoir.b. Sistem DistribusiSistem distribusi adalah sistem pengaliran air bersih dari reservoir ke pelanggang. Sistem distribusi merupakan bagian terpenting dalam penyediaan air dimana sistem ini terdiri dari jaringan perpipaan yang bertekanan, termasuk didalamnya katup (valve), wash out, siphon, hidran kebakaran, meter air, reservoir dan sebagainya untuk menjangkau para pelanggang di daerah pelayanan. Dimana kesemua itu membantu dalam kelancaran pendistribusian air yang terdapat dalam jaringan pipa.(Saefudin. 1998).

Distribusi air minum dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung kondisi topografi yang menghubungkan sumber air dengan konsumen. Distribusi secara gravitasi, pemompaan maupun kombinasi pemompaan dan gravitasi dapat digunakan untuk menyuplai air ke konsumen dengan tekanan yang mencukupi. Berikut penjelasan dari masing-masing sistem pengaliran distribusi air bersih:a. Cara gravitasiCara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.b. Cara pemompaanPada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Cara ini digunakan jika daerah pelayanan merupakan daerah yang datar, dan tidak ada daerah yang berbukit.c. Cara gabunganPada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.(Saefudin. 1998)

2.3 Standar Kualitas Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan terutama penyakit perut. Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya disuatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini didasarkan atas pertmbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit perut. Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat diperngaruhi oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman (Hadi, Wahyono.1990)

Indonesia memiliki beberapa standar kualitas air bersih maupun air minum diantaranya adalah Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.907 Tahun 2002 yang juga digunakan sebagai pedoman standar baku mutu di PDAM Tirta Mahakam Tenggarong. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. (PDAM Tirta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara, 2012)

Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air bersih, maka dapat dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia ketentuan mengenai standar kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada peraturan pemerintah No. 416 Tahun 1990 tentang syarat - syarat dan pengawasan kualitas air bersih. Berdasarkan SK menteri kesehatan 1990 kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:a. Persyaratan kualitas air untuk air minumb. Persyaratan kualitas air untuk air bersihc. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah beroperasi(Saefudin. 1998)

Mengingat pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu: a. Syarat fisik yaitu air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, suhu antara 10oC - 25oC.b. Syarat kimiawi yaitu air tidak mengandung bahan kimia yang mengandung racun, air tidak mengandung zat - zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium, pH air antara 6.5 - 9.2 c. Syarat bakteriologi yiatu air tidak mengandung kuman - kuman seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri pathogen lainnya.(Hadi, Wahyono.1990)

2.4 Unit-unit Pada Instalasi Air Minum

2.4.1 Intake dan Transmisi

Intake dan transmisi merupakan sarana penyediaan air baku bagi suatu instalasi pengolahan air. Profil hidrolis adalah faktor yang penting demi terjadinya proses pengaliran air. Profil ini tergantung dari energi tekan/head tekan (dalam tinggi kolom air) yang tersedia bagi pengaliran. Head ini dapat disediakan oleh beda elevasi (tinggi ke rendah) sehingga air pun akan mengalir secara gravitasi. Jika tidak terdapat beda elevasi yang memadai, maka perlu diberikan head tambahan dari luar, yaitu dengan menggunakan pompa. Intake merupakan bangunan penangkap/ pengumpul air yang berfungsi untuk:a. Mengumpulkan air baku dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang dibutuhkan oleh instalasi.b. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen.c. Mengambil air baku yang sesuai dengan debit yang diperlukan oleh instalasi pengolahan yang direncanakan untuk menjaga kontinuitas penyediaan atau pengambilan air dari sumber.(Sinulingga, Budi. D. 1999)

Kriteria yang harus dipenuhi dalam pembuatan intake adalah:a. Tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang memungkinkan tumbuhan atau mikroorganisme hidup.b. Tanah di lokasi intake harus stabil.c. Intake harus kedap air sehingga tidak terjadi kebocoran.d. Intake harus di desain untuk menghadapi keadaan darurat.e. Intake dekat permukaan air untuk mencegah masuknya suspended solid dan inlet jauh di atas intake.(Hadi, Wahyono.1990)

Macam-macam intake:a. Direct IntakeIntake jenis ini mungkin dibangun jika sumber air memiliki kedalaman yang besar seperti sungai dan danau, dan apabila tanggul tahan terhadap erosi dan sedimentasi.b. Canal IntakeKetika air diambil dari kanal, ruangan yang terbuat dari batu dengan lubang dibangun di pinggiran kanal. Lubang tersebut dilengkapi dengan saringan kasar. Dari ruangan batu, air diambil menggunakan pipa yang memiliki bell mouth, yang dilapisi dengan tutup hemispherical yang berlubang-lubang. Luas daerah lubang yang terdapat pada penutup adalah satupertiga dari area hemisphere. Karena pembangunan intake di kanal, lebar kanal menjadi berkurang dan mengakibatkan meningkatnya kecepatan aliran. Hal ini dapat menyebabkan penggerusan tanah, oleh karena itu di bagian hulu dan hilir intake harus dilapisi.c. Intake BendunganDigunakan untuk menaikkan ketinggian muka air sungai sehingga tinggi muka air yang direncanakan memungkinkan konstannya debit pengambilan air. Intake bendungan dapat digunakan untuk pengambilan air dalam jumlah besar dan dapat mengatasi fluktuasi muka air.(Hadi, Wahyono.1990)

Sistem transmisi menghubungkan antara intake dengan instalasi pengolahan air minum. Transmisi tergantung pada topografi (perubahan elevasi) sehingga mungkin saja diperlukan pompa.a. Pipa TransmisiPipa transmisi digunakan untuk menyalurkan air dari lokasi intake ke instalasi pengolahan. Dalam menentukan jenis pipa yang digunakan dalam sistem transmisi maka perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu: Durabilitas dan kondisi air yang dihantarkan Ketahanan terhadap erosi dan korosi Harga pipa dan biaya pemasangan Jenis sambungan yang diperlukan, kekuatannya dan kemudahan konstruksi Kondisi lokal (Mudah didapat, bahan lokal, dan biaya perawatan)b. Pompa TransmisiPompa digunakan untuk menyediakan head yang cukup untuk mengalirkan air dari satu tempat yang memiliki head lebih rendah daripada tempat yang lain. Klasifikasi pompa yang ada di pasaran adalah: Reciprocating Pump Fland Pump Centrifugal Pump Air Lift PumpJumlah pompa yang digunakan tergantung kepada besarnya aliran yang diperlukan dan kapasitas pompa ditentukan oleh head yang diperlukan. (Sinulingga, Budi. D. 1999)

2.4.2 AerasiAerator dapat digunakan untuk menyisihkan komponen volatil yang terlarut, yang keberadaannya berlebih pada konsentrasi jenuhnya. Beberapa senyawa organik yang toksik bersifat volatil. Komponen penyebab rasa dan bau pada air juga dapat disisihkan sampai ke tingkat yang memuaskan. Air tanah yang mengandung CO2 dalam konsentrasi yang tinggi akan dapat disisihkan sampai ke batas yang dapat diterima (memenuhi baku mutu). Transfer gas dari atmosfer ke dalam air juga berpengaruh pada kualitas air. Penambahan oksigen terlarut (dissolved oxygen) akan mempertinggi tingkat oksidasi besi, mangan, dan logam lain sehingga logam-logam tersebut ada dalam bentuk yang tidak terlarut. Presipitat ini akan disishkan dari air pada kolam sedimentasi dan unit filtrasi. Sistem aerasi dirancang untuk menciptakan turbulensi dan memecah air menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, menambah luas permukaan untuk transfer masa. Sistem yang dapat digunakan adalah gravitasi atau aliran bertekanan (Sinulingga, Budi. D. 1999)

2.4.3 Koagulasi dan FlokulasiSuatu larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid dapat dianggap stabil bila partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan elektrostatis antara partikel satu dengan lainnya. Tujuan dari koagulasi dan flokulasi adalah untuk mengubah partikel-partikel kecil seperti warna dan kekeruhan menjadi flok yang lebih besar, baik sebagai presipitat ataupun partikel tersuspensi. Flok-flok ini kemudian dikondisikan sehingga dapat disisihkan dalam proses berikutnya. Secara teknis, koagulasi berlaku bagi penyisihan dari partikel koloid yaitu partikel yang biasanya berukuran 0,001-1 m seperti asam humus, tanah liat, virus dan protein. (Sinulingga, Budi. D. 1999).

Proses pembentukan flok adalah destabilisasi partikel koloid, pembentukan mikroflok, penggabungan mikroflok, pembentukan makroflok Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid akibat netralisasi muatan elektrostatik dengan penambahan koagulan. Untuk melaksanakan koagulasi secara efektif, koagulan yang ditambahkan harus disebarkan secara cepat dan merata ke dalam air baku. Pencampuran dapat dilaksanakan dengan cara pengadukan secara hidrolis, mekanis atau pneumatis. Koagulan yang dapat digunakan antara lain:a. Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3), atau dikenal dengan nama tawas, merupakan koagulan yang sering digunakan karena harganya murah dan mudah diperoleh. pH optimum untuk proses koagulasi dengan tawas adalah sekitar 6,5-7,5. Bila pH air yang akan dikoagulasi lebih kecil dari 6,5 atau lebih besar dari 7,5, perlu dilakukan penaikkan atau penurunan pH terlebih dahulu, misalnya dengan penambahan kapur.b. Senyawa besi, seperti FeCl3 dan FeSO4. FeCl3 dapat digunakan untuk air yang mengandung hidrogen sulfida.c. PAC (Poli Alumunium Chloride)(Saefudin. 1998).

Dengan pembubuhan koagulan, maka stabilitas larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid akan terganggu karena molekul-molekul koagulan dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya. Misalnya molekul Al pada alum yang bermuatan positif, akan menetralkan muatan koloid yang biasanya bermuatan negatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi adalah kualitas air, jumlah dan karakteristik partikel koloid, pH, pengadukan cepat, waktu pengadukan, dan kecepatan paddles, pemperatur, alkalinitas, karakteristik dari ion-ion di dalam air, flokulasi Flokulasi berfungsi mempercepat tumbukan antara partikel koloid yang sudah terdestabilisasi supaya bergabung membentuk mikroflok ataupun makroflok yang secara teknis dapat diendapkan. Berbeda dengan proses koagulasi dimana faktor kecepatan tidak menjadi kendala, pada flokulator terdapat batas maksimum kecepatan untuk mencegah pecahnya flok akibat tekanan yang berlebihan. Tenaga yang dibutuhkan untuk pengadukan secara lambat dari air selama flokulasi dapat diberikan secara mekanis maupun hidrolis . Tingkat keselesaian dari proses flokulasi bergantung pada kemudahan dan kecepatan mikroflok kecil bersatu menjadi flok yang lebih besar dan jumlah total terjadinya tumbukan partikel selama flokulasi. (Hadi, Wahyono.1990).2.4.4 Unit SedimentasiSedimentasi merupakan proses pemisahan suspensi padatan encer menjadi fluida yang lebih jernih dan suspensi yang lebih pekat berdasarkan gaya gravitasi. Di Dalam pengolahan air, bangunan sedimentasi digunakan untuk memisahkan partikel padatan atau kotoran yang terflokulasi atau terkoagulasi. Kecepatan pengendapan partikel yang terdapat dalam air bergantung pada berat jenis, bentuk dan ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan aliran dalam bak pengendapan. Berdasarkan sifat partikelnya, bangunan sedimentasi dikelompokkan menjadi:a. Sedimentasi tipe I (prasedimentasi)b. Sedimentasi tipe II (sedimentasi)c. Sedimentasi tipe III (final clarifier)d. Sedimentasi tipe IV (sludge thickener)(Razif, M., 1986)

Suatu bak sedimentasi secara ideal dengan proses kontinyu dibagi menjadi empat daerah (zone), yaitu daerah masuk (inlet zone) yang berfungsi untuk mendistribusikan aliran secara merata pada bak sedimentasi dan menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk, daerah pengendapan (settling zone) yang berfungsi untuk mengalirkan air secara pelan horizontal kearah outlet dan di dalam zona ini terjadi proses pengendapan, daerah lumpur (sludge zone) yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan partikel partikel yang terendapkan dan juga tempat pengeluaran lumpur, daerah pengeluaran air (outlet zone), berfungsi tempat keluaran air yang telah bersih dari proses pengendapan melalui pelimpah. Plate settler merupakan keeping pengendap yang dipasang pada settling zone (zona pengendapan) di bak sedimentasi dengan kemiringan tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan memperluas bidang pengendapan sehingga proses fisika dari sedimentasi dapat berlangsung lebih effektif bila tanpa menggunakan plate settler. Adapun tiga macam aliran yang melalui plate settler yaitu:a. Upflow (aliran keatas), yaitu dimana sludge yang mengendap turun ke dasar bak melalui plate ketika aliran air mengalir ke atas menuju outlet zone.b. Downflow (aliran ke bawah), yaitu dimana sludge yang mengendap turun ke dasar bak melalui plate bersamaan dengan aliran air yang mengalir ke bawah.c. Crossflow (aliran silang), yaitu dimana sludge yang mengendap turun ke dasar bak, sedangkan aliran air menyilang (crossing) di masing masing plate. Lintasan suatu partikel yang mengendap pada plate merupakan hasil penjumlahan 2 vektor yaitu vector kecepatan aliran pada plate dan vector kecepatan pengendapan partikel. Kedua hubungan vector(Hadi, Wahyono.1990)

2.4.4 Unit FiltrasiFiltrasi adalah suatu proses pemisahan solid dari cairan dimana cairan (air) dilewatkan melalui suatu media yang berongga atau materi berongga lainnya untuk menyisihkan sebanyak mungkin materi tersuspensi. Filtrasi digunakan di pengolahan air untuk menyaring air yang telah dikoagulasi dan mengendap untuk menghasilkan air minum dengan kualitas yang baik. Menurut tipe media yang digunakan, filter dapat diklasifikasikan menjadi filter dengan media tunggal, filter dengan media ganda, filter dengan multi media. Menurut laju filtrasinya, filter dibedakan menjadi 2, yaitu slow sand filter dan rapid sand filter.a. Slow Sand FilterPada slow sand filter medium pasir yang digunakan umumnya hanya disyaratkan bebas lumpur dan organik. Urutan diameter butir pasir dari atas ke bawah tidak teratur (tidak terstratifikasi). Proses penyaringan yang lambat dalam slow sand filter memungkinkan kontak yang cukup lama antara air dengan media filter sehingga proses biologis terjadi, terutama pada permukaan media yang berada di atas. Biomassa yang terbentuk pada medium filter bersama suspended partikel disebut sebagai Scmutz decke yang bersifat aktif dalam proses penyisihan senyawa organik dan anorganik terlarut lainnya.b. Rapid Sand FilterMekanisme penyaringan pada rapid sand filter sama dengan mekanisme pada slow sand filter. Perbedaannya adalah pada beban pengolahan dan penggunaan media filter. Beban pengolahan pada RSF jauh lebih tinggi daripada SSF. RSF memanfaatkan hampir seluruh media sebagai media filter (in-depth filter) sedangkan SSF hanya pada lapisan teratas saja.(Saefudin. 1998)

Selain itu, RSF hanya efektif untuk menyaring suspensi kasar dalam bentuk flok halus yang lolos dari sedimentasi sedangkan SSF dapat meyaring suspensi halus (bukan koloid) dan mempunyai lapisan biomassa yang aktif. Menurut kontrol terhadap laju filtrasinya, filtrasi dibagi menjadi Constant Rate Filter dan Declining Rate Filter. Dalam proses filtrasi oleh granular filter terdapat beberapa mekanisme yang terjadi, yaitu :a. Mechanical StrainingMekanisme mechanical straining terjadi akibat partikel atau flok tertahan karena mempunyai ukuran yang lebih besar dari lubang pori, sehingga partikel tidak lolos.b. Sedimentasic. AdsorpsiSebagian partikel yang halus akan teradsorpsi oleh permukaan media filter karena ada tumbukan dan gaya tarik antar partikel.(Razif, M., 1986)

Ketika mekanisme filtrasi tersebut terjadi secara simultan, secara kuantitatif umumnya mekanisme yang pertama lebih dominan. Untuk meningkatkan efektivitas media, dalam arti meningkatkan volume atau kedalaman media, digunakan dual media yang umumnya menggunakan media yang lebih ringan. Persyaratan dari penggunaan dual media adalah kecepatan pengendapan dari medium yang paling besar harus lebih kecil dari kecepatan pengendapan media yang lebih berat dengan diameter yang paling kecil. Persyaratan ini diperlukan supaya kedua media tersebut tidak tercampur setelah pencucian dengan teknik backwashing (Razif, M., 1986).

2.4.6 DisinfeksiDesinfeksi adalah proses destruksi mikroorganisme patogen dalam air dengan menggunakan bahan kimia atau ozon. Karakteristik desinfektan yang baik adalah:a. Efektif membunuh mikroorganisme patogenb. Tidak beracun bagi manusia/hewan domestikc. Tidak beracun bagi ikan dan spesies akuatik lainnyad. Mudah dan aman disimpan, dipindahkan, dibuange. Rendah biayaf. Analisis yang mudah dan terpercaya dalam airg. Menyediakan perlindungan sisa dalam air minum(Sinulingga, Budi. D. 1999)

Desinfektan yang paling sering digunakan adalah kaporit (Ca(OCl)2) dan gas chlor (Cl2). Pada proses desinfeksi menggunkan kaporit. Sebagai suatu proses kimia yang menyangkut reaksi antara biomassa mikroorganisme perlu dipenuhi 2 syarat yaitu dosis yang cukup dan waktu kontak yang cukup, minimum 30 menit. Selain itu diperlukan proses pencampuran yang sempurna agar desinfektan benar-benar tercampur. Desinfeksi menggunakan ozon lazim digunkan untuk desinfeksi hasil pengolahan waste water treatment.a. Desinfeksi FisikDesinfeksi menggunkan ultraviolet lebih aman daripada menggunakan klor yang beresiko membentuk trihalometan yang bersifat karsinogenik, tetapi jika digunakan ultraviolet sebagai desinfektan maka instalasi distribusi harus benar-benar aman dan menjamin tidak akan ada kontaminasi setelah desinfeksi. Apabila kontaminan masuk setelah air didesinfeksi, maka kontaminan tersebut akan tetap berada dalam air dan sampai ke tangan konsumen. Selain itu, biaya yang diperlukan juga lebih besar dibandingkan dengan desinfeksi menggunakan kaporit. Umumnya desinfeksi dilakukan sesaat sebelum air didistribusikan kepada konsumen.b. Pembubuhan KapurPembubuhan kapur berfungsi untuk menghasilkan air yang tidak agresif. Dalam melakukan pembubuhan kapur hal yang terpenting adalah dosis kapur dan kondisi jenuh kapur. Larutan kapur berada pada kondisi jenuh bila memiliki konsentrasi sebesar 1100 mg/L. Untuk melakukan pembubuhan kapur diperlukan beberapa unit yaitu pelarut kapur dan penjenuh kapur (lime saturator).(Sinulingga, Budi. D. 1999)

2.4.7 ReservoirJenis-jenis reservoir berdasarkan perletakannya :a. Reservoir bawah tanah (Ground Reservoir)Ground reservoir dibangun di bawah tanah atau sejajar dengan permukaan tanah. Reservoir ini digunakan bila head yang dimiliki mencukupi untuk distribusi air minum. Jika kapasitas air yang didistribusikan tinggi, maka diperlukan ground reservoir lebih dari satu.b. Menara Reservoir (Elevated Reservoir)Reservoir ini digunakan bila head yang tersedia dengan menggunakan ground reservoir tidak mencukupi kebutuhan untuk distribusi. Dengan menggunakan elevated reservoir maka air dapat didistribusikan secara gravitasi. Tinggi menara tergantung kepada head yang dibutuhkan.c. Stand PipeReservoir jenis ini hampir sama dengan elevated reservoir, dipakai sebagai alternatif terakhir bila ground reservoir tidak dapat diterapkan karena daerah pelayanan datar.(Saefudin. 1998)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang reservoir adalah:a. Volume reservoirVolume ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan dengan memperhatikan fluktuasi pemakaian dalam satu hari di satu kota yang akan dilayani.b. Tinggi elevasi energiElevasi energi reservoir harus bisa melayani seluruh jaringan distribusi. Elevasi energi akan menentukan sistem pengaliran dari reservoir menuju jaringan distribusi. Bila elevasi energi pada reservoir lebih tinggi dari sistem distribusi maka pengaliran dapat dilakukan secara gravitasi. Untuk kondisi sebaliknya, bila elevasi energi reservoir lebih rendah dari jaringan distribusi maka pengaliran dapat dilakukan dengan menggunakan pompa.c. Letak reservoir.Reservoir diusahakan terletak di dekat dengan daerah distribusi. Bila topografi daerah distribusi rata maka reservoir dapat diletakkan di tengah-tengah daerah distribusi. Bila topografi naik turun maka reservoir diusahakan diletakkan pada daerah tinggi sehingga dapat mengurangi pemakaian pompa dan menghemat biaya.d. Pemakaian pompaJumlah pompa dan waktu pemakaian pompa harus bisa mencukupi kebutuhan pengaliran air.e. Konstruksi reservoir1) Ambang Bebas dan Dasar Bak Ambang bebas minimum 30 cm di atas muka air tertinggi Dasar bak minimum 15 cm dari muka air terendah Kemiringan dasar bak adalah 1/1000 1/500 ke arah pipa penguras2) Inlet dan Outlet Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan pertimbangan bentuk dan struktur tanki sehingga tidak ada daerah aliran yang mati Pipa outlet dilengkapi dengan saringan dan diletakkan minimum 10 cm di atas lantai atau pada muka air terendah Perlu memperhatikan penempatan pipa yang melalui dinding reservoir, harus dapat dipastikan dinding kedap air dan diberi flexible-joint Pipa inlet dan outlet dilengkapi dengan gate valve Pipa peluap dan penguras memiliki diameter yang mampu mengalirkan debit air maksimum secara gravitasi dan saluran outlet harus terjaga dari kontaminasi luar.3) Ventilasi dan Manhole Reservoir dilengkapi dengan ventilasi, manhole, dan alat ukur tinggi muka air Tinggi ventilasi 50 cm dari atap bagian dalam Ukuran manhole harus cukup untuk dimasuki petugas dan kedap air.f. Pengolahan LumpurLumpur buangan sebuah Instalasi Pengolahan Air Minum terdiri dari 2 jenis, yaitu air cucian filter dan lumpur sedimentasi. Karakteristik kedua jenis lumpur tersebut sangat berbeda. Air cucian filter dapat langsung dibuang ke badan air, atau diolah dengan berbagai cara yaitu idaur ulang ke awal proses pengolahan, diolah dengan paket pengolahan konvensional, diendapkan dalam kolam besar. Proses pengolahan lumpur dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu gravitasi, seperti lagoon sludge drying bed dan mekanik, seperti filter press, belt press, vacuum filter. Penggunaan kedua jenis pengolahan ini biasanya dipilih berdasarkan ketersediaan lahan, karakteristik lumpur dan hasil akhir pengolahan yang diinginkan. Pada proses dengan gravitasi dibutuhkan lahan yang luas dan kandungan solid dalam lumpur hanya mampu mencapai 50%. Jenis pengolahan ini sangat baik untuk daerah dengan iklim panas dan penguapan melebihi curah hujan (Razif, M., 1986)