tinjauan pustaka

55
BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin pesatnya perkembangan zaman dan pemakaian bahan atau produk kimia ternyata dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia. Salah satunya adalah timbulnya penyakit yang dinamakan kanker. Kanker timbul ketika sel dalam tubuh mulai tumbuh diluar kendali. Sel kanker akan terus tumbuh dan membelah. Hal ini terjadi karena terjadi kerusakan DNA (Deoxyribonucleic Acid) yang dapat disebabkan oleh berbagai penyebab (ACS, 2007). Sel kanker dapat bersifat agresif (tumbuh dan membelah melampaui batas normal), invasif (invasi dan merusak jaringan disekitar), dan atau metastatik (menyebar ke lokasi yang lain dalam tubuh). Ketiga sifat sel kanker inilah yang membedakannya dengan tumor jinak. Tumor jinak biasanya pertumbuhannya terbatas (self limited) dan tidak menginvasi atau metastasis (meskipun beberapa tumor jinak dapat berkembang menjadi ganas). Kanker dapat mengenai orang pada semua usia tetapi resiko biasanya meningkat seiring dengan peningkatan umur (Wikipedia, 2007). Kanker biasanya digolongkan berdasarkan jaringan darimana sel tersebut berasal dan juga bisa dengan kemiripannya dengan sel normal. Ini berarti secara lokasi dan histologi. Diagnosis definitif memerlukan pemeriksaan histologi dari biopsi jaringan. Perkembangan kanker berbeda tergantung tipe, lokasi dan stadium (Wikipedia, 2007). 1

Upload: dian-sulistya-ekaputri

Post on 06-Aug-2015

43 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

Dengan semakin pesatnya perkembangan zaman dan pemakaian bahan atau produk kimia

ternyata dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia. Salah satunya adalah

timbulnya penyakit yang dinamakan kanker. Kanker timbul ketika sel dalam tubuh mulai

tumbuh diluar kendali. Sel kanker akan terus tumbuh dan membelah. Hal ini terjadi

karena terjadi kerusakan DNA (Deoxyribonucleic Acid) yang dapat disebabkan oleh

berbagai penyebab (ACS, 2007).

Sel kanker dapat bersifat agresif (tumbuh dan membelah melampaui batas

normal), invasif (invasi dan merusak jaringan disekitar), dan atau metastatik (menyebar ke

lokasi yang lain dalam tubuh). Ketiga sifat sel kanker inilah yang membedakannya

dengan tumor jinak. Tumor jinak biasanya pertumbuhannya terbatas (self limited) dan

tidak menginvasi atau metastasis (meskipun beberapa tumor jinak dapat berkembang

menjadi ganas). Kanker dapat mengenai orang pada semua usia tetapi resiko biasanya

meningkat seiring dengan peningkatan umur (Wikipedia, 2007).

Kanker biasanya digolongkan berdasarkan jaringan darimana sel tersebut berasal

dan juga bisa dengan kemiripannya dengan sel normal. Ini berarti secara lokasi dan

histologi. Diagnosis definitif memerlukan pemeriksaan histologi dari biopsi jaringan.

Perkembangan kanker berbeda tergantung tipe, lokasi dan stadium (Wikipedia, 2007).

Salah satu kanker yang banyak ditemukan pada wanita dan sedikit pada pria

adalah kanker payudara. Kanker payudara dimulai dalam jaringan payudara yang

merupakan kelenjar penghasil susu. Gambaran klinis awalnyaa dapat berupa benjolan

pada payudara. Benjolan tersebut dapat merupakan lesi prakanker yang sebaiknya

dikonsultasikan dengan dokter. Dengan mengetahui tingginya morbiditas dan mortalitas

kanker payudara maka diperlukan usaha berupa deteksi dini tentang kanker payudara

tersebut. Sehingga sebagai sarjana kedokteran harus dapat mengetahui dan memahami

aspek klinis dan medis kanker payudara serta penerapannya di masyarakat sebagai

seorang dokter nantinya.

1

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Anatomi Payudara Wanita

Kanker payudara berasal dari perubahan pertumbuhan dan perkembangan sel pada

jaringan payudara yang melampaui batas normal. Untuk dapat memahami kanker

payudara maka sangatlah penting untuk mengetahui struktur normal dari payudara.

Payudara terdapat pada wanita dan pria (bentuk rudimenter saja). Pada wanita

payudara merupakan dua buah penonjolan hemisfer yang terletak diantara tulang rusuk

kedua sampai keenam dan dari tepi sternum sampai dekat dengan garis midaxillary.

Bentuk dan beratnya tergantung dari peningkatan umur serta berbeda antar individu.

Payudara kiri biasanya sedikit lebih besar daripada yang kanan. Payudara mengalami

perkembangan saat mulai pubertas, meningkat saat hamil dan menyusui kemudian

mengalami atropi saat umur tua. Pada payudara terdapat puting susu (papilla mammae)

yang merupakan penonjolan berbentuk silindris atau lonjong dan biasanya terletak pada

interkosta keempat. Puting susu dapat berwarna merah muda atu kecoklatan, pada bagian

dasarnya terdapat areola (Gray, 2001).

Gambar 2.1 Penampang anterolateral payudaraSumber: Netter, 2007

2

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA

Struktur payudara terdiri dari lobulus (kelenjar penghasil susu), duktus (saluran

tipis yang membawa susu dari lobulus ke puting susu) dan stroma (jaringan lemak,

jaringan ikat yang mengelilingi duktus dan lobulus, pembuluh darah dan pembuluh limfa)

(ACS, 2007).

Gambar 2.3 Penampang sagital payudaraSumber: Netter, 2000

3

Gambar 2.2 Penampang sagital payudaraSumber: Netter, 2000

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA

Suplai darah pada payudara berasal dari internal thoracic artery yaitu cabang

medial mamary dan anterior intercostal. Kemudian dari lateral thoracic dan

thoracoacromial artery yang merupakan cabang dari axillary artery. Suplai darah juga

berasal dari posterior intercostal arteries sebagai cabang dari thoracic aorta dalam

rongga interkostal. Secara umum suplai darah ke payudara berasal dari medial (internal)

mammary dan lateral thoracic arteries. Sekitar 60% payudara terutama bagian medial

dan tengah disuplai oleh cabang anterior dari lateral thoracic artery. Sedangkan venanya

berupa lingkaran anastomotik sekitar dasar papilla disebut dengan circulus venosus.

Kemudian cabang vena yang besar mengalirkan darah ke sekeliling kelenjar dan berakhir

di vena axillary dan internal mammary (Moore et al, 2002; grey, 2001).

Gambar 2.4 Kelenjar getah bening payudara

Sumber: Netter, 2000

Drainase cairan limfe pada payudara sangat penting karena berhubungan dengan proses

metastasis. Limfe mengalir dari puting susu, areola dan lobulus kelenjar ke subareolar

lymphatic plexus. Kemudian dari pleksus ini bercabang dapat melalui jalan sebagai

berikut:

4

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA

Sekitar 75% cairan limfe khususnya dari kuadran lateral payudara mengalirkan

limfe ke kelenjar getah bening axillary (apical, humeral, central, pectoral dan

subscapular) akan tetapi lebih utama menuju ke kelompok pectoral (anterior).

Meskipun demikian beberapa cairan limfa dapat didrainase langsung menuju

kelenjar getah bening yang lain atau dapat menuju ke kelenjar getah bening

interpectoral, deltopectoral dan supraclavicular serta inferior deep cervical.

Sisanya cairan limfe khususnya dari kuadran medial payudara drainase menuju

kelenjar getah bening parasternal atau menuju ke payudara sebelahnya. Pada

kuadran bawah payudara mengalir menuju kelenjar getah bening inferior phrenic

(abdominal).

Cairan limfe dari kelenjar getah bening axillary akan menuju kelenjar getah bening

infraclavicular dan supraclavicular dan akhirnya menuju subclavian lymphatic trunk.

Cairan limfe dari kelenjar getah bening parasternal akan menuju ke brochomediastinal

trunks kemudian ke lymphatic duct (Moore et al, 2002).

2.2 Epidemiologi Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan kanker yang sering terjadi diantara wanita selain kanker

kulit. Di Amerika berupa 1 diantara 3 kanker yang terdiagnosis pada wanita. Laki-laki

secara umum memiliki resiko minimal. Insiden kanker payudara meningkat sesuai dengan

peningkatan umur (ACS, 2005).

Selama tahun 1998-2002 terdeteksi 95% kasus baru dan 97% dari kanker payudara

terjadi pada wanita berumur 40 tahun dan lebih. Wanita kelompok umur 20-24 tahun

memiliki insiden terendah, 1,3 kasus per 100.000 populasi. Wanita kelompok umur 75-79

memiliki insiden tertinggi, 496,6 kasus per 100.000. Penurunan insiden yang terjadi

setelah umur 80 kemungkinan karena skrining yang sedikit dan deteksi inkomplit. Selama

1998-2002, umur median diagnosis kanker payudara adalah 61 tahun. Ini berarti 50%

wanita terdiagnosis saat berumur 61 tahun ke bawah dan 50% lagi pada umur diatas 61

tahun (ACS, 2005).

Wanita kulit putih memiliki insiden kanker payudara lebih tinggi daripada wanita

kulit hitam setelah umur 35 tahun. Sebaliknya wanita kulit hitam memiliki insiden lebih

tinggi sebelum umur 35 tahun. Sedangkan pada kulit berwarna cenderung lebih sedikit

insidennya (ACS, 2005).

5

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA

Sampai tahun 2005 diperkirakan terjadi kasus baru kanker payudara invasif

sebanyak 211.240 orang dan kasus kanker payudara in situ sebanyak 58.490 orang.

Sampai tahun 2005 diperkirakan sebanyak 40.410 orang wanita akan meninggal karena

kanker payudara. Sampai tahun 2005 sekitar 1690 kasus kanker payudara diperkirakan

terjadi pada laki-laki dengan persentase kurang dari 1% kanker payudara. Diperkirakan

juga sebanyak 460 laki-laki akan meninggal karena kanker payudara. Institusi kanker

nasional memperkirakan sebanyak 2,3 juta wanita dengan riwayat kanker payudara hidup

dalam januari 2002. Beberapa dari individu ini ada yang bebas kanker, sementara yang

lain masih terbukti mengidap kanker dan masih menjalani perawatan (ACS, 2005).

Tabel 2.1 Insiden dan mortalitas kanker payudara pada wanitaSumber: ACS, 2005

2.3 Faktor Resiko Terjadinya Kanker Payudara

Faktor resiko kanker payudara dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang dapat dan

tidak dapat dirubah.

A. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi, terdiri dari:

Faktor genetik : sekitar 5% - 10% kasus kanker payudara adalah keturunan sebagai

akibat dari mutasi pada gen. Mutasi yang terjadi pada BRCA1 dan BRCA2, ATM,

CHEK2, p53 dan PTEN.

Gender : insiden kanker payudara pada wanita: laki-laki = 100:1. sebanyak 1 dari

8 wanita mengalami kanker payudara dalam hidupnya.

6

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA

Umur : resiko meningkat antara dekade ketiga sampai kedelapan. Wanita berumur

60-79 tahun memiliki kemungkinan 1:14 mengalami kanker payudara invasif

dibandingkan dengan wanita berumur lebih muda dari 39 tahun (kemungkinan 1:

225)

Riwayat keluarga: resiko relatif pada pasien dengan garis keturunan pertama

adalah 1,5-2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol tanpa riwayat keluarga.

Ras : wanita kulit putih lebih banyak mengalami kanker payudara dibandingkan

dengan wanita kulit hitam. Hal ini dikarenakan tumor payudara pada wanita kulit

hitam biasanya lebih agresif dan cenderung banyak meninggal akibat penyakitnya.

Riwayat pernah mengalami kanker payudara. Kemungkinan untuk terjadi resiko

rekurensi kanker payudara sebesar 3- 4 kali pada tempat yang sama atau payudara

sebelahnya. Hal ini juga berhubungan dengan umur saat diagnosis karena resiko

semakin meningkat dengan peningkatan umur.

Pernah dideteksi pada biopsi berupa noninvasive carcinoma (ductal carcinoma in

situ [DCIS]/ lobular carcinoma in situ [LCIS])

Perubahan proliferatif jinak dengan hiperplasia atipikal, resiko meningkat

sebanyak 4 kali untuk mengalami kanker payudara

Menarche dini dan menopause lambat

B. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi, terdiri dari:

Umur saat kehamilan pertama. Jika kehamilan pertama berumur 30 tahun atau

lebih maka resiko relatif 2 kali daripada orang dengan kehamilan pertama dibawah

umur 20 tahun

Pemakaian obat kontrasepsi oral. Penelitian menunjukkan pemakaian obat

kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Jika penggunaan

dihentikan maka resiko cenderung menurun.

Terapi hormonal pengganti pasca menopause berupa estrogen atau kombinasi

dengan progestin. Kombinasi ini lebih meningkatkan resiko khususnya lobular

carcinoma. Resiko meningkat sesuai dengan durasi terapi

Menyusui. Beberpa penelitian menyatakan bahwa menyusui dapat menurunkan

resiko kanker payudara terutama jika durasi menyusui selama 1,5 sampai 2 tahun.

Hal ini terjadi karena menyusui mengurangi jumlah siklus menstruasi.

7

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA

Alkohol. Konsumsi minuman beralkohol sebanyak 2 – 5 gelas per hari dapat

meningkatkan resiko sebesar 1 1/2 kali untuk mengalami kanker payudara.

Berat badan berlebih. Kelebihan berat badan atau kegemukan dapat meningkatkan

resiko kanker payudara terutama setelah menopause. Hal ini terjadi karena setelah

menopause, ovarium berhenti memproduksi estrogen akan tetapi jaringan lemak

tetap memproduksi estrogen sehingga dapat meningkatkan kadar estrogen dan

meningkatkan resiko kanker payudara.

Kegiatan fisik. Dalam sebuah penelitian dari Women Health Initiative (WHI)

dengan melakukan latihan fisik seperti jalan santai selama 1 1/2 jam sampai 2 1/2

jam setiap minggu dapat mengurangi resiko kanker payudara. Selain itu juga dapat

dengan latihan fisik yang intensif selama 45 sampai 60 menit selama seminggu

juga dapat menurunkan resiko (ACS, 2007; Opatt, 2006)

2.4 Karsinogenesis Kanker Payudara

8

Tabel 2.2 Resiko relatif kanker payudaraSumber: ACS, 2005

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA

Karsinogenesis adalah proses multilangkah yang dicirikan dengan perubahan genetik

yang mempengaruhi jalur selular utama dalam pertumbuhan dan perkembangan. Faktor

yang berperan secara genetik adalah onkogen dan tumor suppressor gen.

A. Onkogen

Onkogen adalah gen yang bila teraktivasi akan dapat menyebabkan perkembangan

kanker. Aktivasi terjadi melalui amplifikasi gen. Sebagai contoh yaitu aktivasi onkogen

HER-2 yang terdapat pada 20% kasus primer kanker payudara. Mekanisme aktivasi yang

lain yaitu point mutation yang meningkatkan fungsi onkoprotein. Contoh dari point

mutation adalah ras oncogene akan tetapi tidak terdapat pada kanker payudara (Osborne

et al, 2004).

Mekanisme aktivasi yang lain adalah melibatkan translokasi kromosom dimana gen

gabungan terbaru ditranskripsikan menjadi protein dengan fungsi yang meningkat.

Onkogen kemungkinan juga akan berinteraksi dengan perubahan genetik atau epigenetik

yang lain. Pada kanker payudara difokuskan perhatian lebih banyak pada komponen

onkogen dari cell signaling system, contohnya HER-2/Neu cascade. Pada komponen ini

yang paling sering dipelajari adalah HER-2 membrane receptor tyrosine kinase (Osborne

et al, 2004).

Berbagai onkogen terdapat pada kanker manusia tetapi relatif sedikit yang penting dalam

progresi kanker payudara. Proses amplikafikasi dan ekspresi berlebih dari onkogen

beserta produknya adalah mekanisme utama dalam proses karsinogenesis. Amplifikasi

dapat melibatkan regio kromosomal pendek sampai lengan kromosom yang melibatkan

ratusan gen sampai dengan keseluruhan kromosom (Osborne et al, 2004).

1. Her-2

HER-2 (Human epithelial receptor 2) dikenal juga dengan nama HER-2/neu atau

erbB-2. Gen ini terletak dalam kromosom 17q dan mengkodekan sebuah reseptor

faktor pertumbuhan 185-kDa transmembrane tyrosine kinase. Proses aktivasi

reseptornya dapat berupa pengikatan dengan ligan spesifik atau secara autonom.

Dilanjutkan dengan dimerisasi dan autofosforilasi reseptor yang dapat

menimbulkan transduksi multipel melalui berbagai jalur. Jalurnya dapat berupa

mitogen-activated protein (MAP) kinase dan 3-kinase (PI3K)/Akt yangberlanjut

dengan proliferasi, angiogenesis, perubaan interaksi sel, peningkatan kecepatan

sel, metastasis dan resistansi terhadap apoptosis. Gen Her-2 jarang terdapat pada

9

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA

lesi tumor payudara jinak. Her-2 terdapat dan berlebih ekspresinya pada kanker

payudara invasif (20-30%) dan paling menarik terdapat paling banyak pada kasus

DCIS. Beberapa penelitian menyatakan bahwa hubungan HER-2 dengan resiko

rekuren dalam kakner payudara stadium awal dan terjadi resistansi terhadap terapi

nonanthracycline, peningkatan sensitivitas terhadap terapi hormonal (tamoxifen)

dan doxorubicin. Sampai saat ini status HER-2 hanya direkomendasikan untuk

terapi trastuzumab.

Selain itu terdapat gen HER-1 atau yaitu Epidermal Growth Factor Receptor yang

relevan dengan kanker payudara

2. Cyclins dan siklus sel

Masuk ke dalam siklus sel dan proliferasi aktif adalah proses yang diatur ketat.

Cyclin-dependent kinases (CDKs) adalah kelompok protein terletak strategis

selama fase siklus sel. Ketika diaktifkan, CDK memacu fosforilasi dari protein

lain, khususnya protein retinoblastoma (pRb) sebagai penjaga gerbang primer

yang mengijinkan sel untuk lewat dari fase istirahat (G0) ke siklus aktif dan

mitosis. CDks diatur secara positif oleh cyclins dan negatif oleh cyclin dependent

kinase inhibitor (CKIs). Ekspresi Cyclin D1 dan Cyclin E memegang peranan

dalam progresi sel dari fase G1 ke S. Gen yang menkodekan cyclin D1 terletak

pada kromosom 11q13 dan telah ditemukan overekspresi sebesar 40-50% dan

amplifikasi sebanyak 20% pada kanker payudara invasif. Sedangkan gen yang

mengkodekan Cyclin E terletak pada kromsom 19q12 dan jarang mengalami

amplifikasi pada kanker payudara. Meskipun demikian overekspresi dan

perubahan jalur degradasi mengakibatkan akumulasi isoform berat molekul rendah

dalam kasus 20-30% kanker payudara.

3. Onkogen c-myc terletak pada kromosom 8q24 dan mengkodekan fosfoprotein

yang bertindak sebagai regulator transkripsi dalam proliferasi seluler, diferensiasi

dan apoptosis. Mengalami amplikasi dan overekspresi pada 15-25% tumor

payudara. Dapat juga dihubungkan dengan prognosis buruk atau gejala klinis yang

agresif.

B. Tumor supressor genes

10

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan gen yang bila kehilangan funginya akan memacu keganasan. Berperan

sebagai regulator negatif pertumbuhan atau fungsi lain yang dapat mengakibatkan potensi

invasif dan metastatik, seperti aktivitas adesi sel dan regulasi protease. Kelainan gen ini

dapat berupa kelainan bawaan (familial) dan didapat (sporadik) Kelainan yang diturunkan

hanya terdapat pada sebagian kecil kasus tumor payudara. Proses yang terjadi berupa

mutasi pada satu allele dan delesi pada allele sisanya. Ada juga menyatakan tidak terjadi

mutasi pada tumor suppresor gene akan tetapi terjadi mekanisme lain yang mengganggu

ekspresi atau fungsinya. Mekanisme ini antara lain methylation pada gen promotor yang

menekan transkripsinya, peningkatan kecepatan degradasi proteasomal, atau kelainan

dalam protein lain yang berinteraksi dengan produk gen. Tumor suppresor gene tidak

terlalu ekstrim berguna dalam aplikasi diagnosis (Osborne et al, 2004).

1. Onkogen p53

Mutasi pada p53 diperkirakan terjadi sampai separuh dari semua kanker manusia

dan 20-30% pada kanker payudara. Perubahan germline p53 dapat menyebabkan

sindrom Li-Fraumeni yaitu predisposisi familial untuk mengalami keganasan

seperti kanker payudara, sarkoma, leukemia dan tumor otak pada dekade kedua

dan ketiga. p53 terletak pada kromosom 17p. Pada kondisi normal, p53 bertindak

mengatur mekanisme pembelahan sel. Ketiak teraktivasi, p53 dapat berinteraksi

langsung dengan DNA untuk menghasilkan transkripsi sejumlah gen termasuk

CKI p21, istirahat sementara pada siklus sel dalam fase G1 atau G2/M sebelum

mitosis untuk perbaikan DNA. p53 juga mampu berinteraksi dengan jalur selular

lain untuk memacu apoptosis atau diferensiasi. Abnormalitas ekspresi p53

berkaitan dengan prognosis buruk dalam kasus kanker payudara.

2. BRCA-1

Diperkirakan sekitar 0,12% dari populasi umum membawa mutasi BRCA-1.

Mutasi BRCA-1 telah diperkirakan lebih dari 5% dari semua kanker payudara

pada wanita dibawah umur 40 tahun tetapi kejadiannnya meningkat lebih dari 90%

untuk kasus yang muncul pada keluarga yang memiliki riwayat empat atau lebih

kanker payudara dan lebih dari satu kanker ovarium. Resiko kanker payudara pada

pasien dengan mutasi BRCA-1 diperkirakan sekitar 49-73% pada umur 50 tahun ,

71-81% pada umur 70 tahun. Selain itu kemungkinan akan terjadi kanker ovarium

20-30% serta insiden kanker kolorektal dan prostat bisa meningkat. Akan tetapi

11

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA

perubahan BRCA-1 tidak berkaitan dengan peningkatan resiko kanker payudara

laki-laki. Mutasi BRCA-1 meliputi delesi, substitusi dan insersi, sering dikaitkan

dengan tumor grading tinggi. Meskipun BRCA-1 paling sering terdeteksi pada

kanker payudara familial, BRCA-1 jarang ditemukan pada kasus sporadik.

3. BRCA-2

Memiliki kesamaan dengan BRCA-1 meskipun dengan struktur yang berbeda.

Resiko untuk timbulnya kanker payudara atau ovarium adalah sama dengan mutasi

BRCA-1. Mutasi pada BRCA-2 tidak berkaitan erat dengan grading tumor yang

tinggi. Tidak infiltrat limfosit seperti pada mutasi BRCA-1. mutasi BRCA-2 juga

berkaitan dengan insiden kanker prostat, gaster dan melanoma.

4. Rb

Gen retinoblastoma sebagai tumor supresor pertama yang diketemukan. Perubahan

gen ini diperkirakan terjadi lebih dari separuh semua keganasan. Pada kanker

payudara mutasi atau kehilangan gen Rb terdapat sebanyak 30% kasus (Osborne et

al, 2004).

Selain akibat perubahan genetik, kanker payudara juga dapat terjadi akibat pengaruh

hormonal dan lingkungan.

Kelebihan estrogen endogen atau ketidakseimbangan hormon ini dapat berpengaruh

meninmbulkan kanker payudara. Banyak dari faktor resiko seperti masa reproduksi

dengan durasi yang lama nulliparitas, kehamilan pertama pada usia tua dapat

meningkatkan pemaparan estrogen selama siklus menstruasi. Estrogen menstimulasi

produksi faktor pertumbuhan oleh sel epitel payudara normal dan sel kanker.

Dihipotesiskan bahwa reseptor estrogen (ER) dan progesteron (PgR) secara normal

terdapat pada epitel payudara dan sering juga terdapat pada sel kanker payudara. Reseptor

ini kemungkinan berinteraksi dengan promotor pertumbuhan seperti transforming growth

factor α (berkaitan dengan epithelial growth factor), platelet-derived growth factor dan

fibroblast growth factor. Mekanisme ini dipacu oleh sel kanker payudara untuk

menghasilkan mekanisme autokrin pada perkembangan tumor (Kumar et al, 2003).

Faktor lingkungan sesuai dengan faktor resiko pada lingkungan yang telah dijelaskan

sebelumnya. Hal ini seperti pemaparan tubuh terhadap radiasi dan pemakaian estrogen

eksogen (Kumar et al, 2003).

2.5 Gambaran Patologi Kanker Payudara

12

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA

A. Benjolan payudara yang jinak

Kebanyakan benjolan payudara bukan kanker melainkan jinak. Meskipun demikian

dibutuhkan pemeriksaan dengan mikroskop untuk membuktikan bukan kanker (ACS,

2007).

Perubahan fibrositik

Kebanyakan benjolan akan mengalami perubahan fibrositik. Fibrositik berarti

fibrosis dan kista. Fibrosis adalah pembentukan fibrous (seperti jaringan parut)

dan kista adalah kantung berisi cairan. Perubahan fibrositik dapat menyebabkan

payudara membengkak dan nyeri. Hal ini sering dirasakan saat sebelum periode

menstruasi, dirasakan payudara ada benjolan dan kandang disertai dengan sekret

keruh dari puting susu.

Benjolan payudara yang lain

Tumor payudara jinak dapat berupa fibroadenoma atau intraductal papillomas.

Merupakan pertumbuhan yang abnormal tetapi bukan kanker dan tidak dapat

menyebar keluar payudara ke organ lainnya. Tidak bersifat mengancam jiwa.

Meskipun demikian beberapa kondisi benjolan payudara sangat penting karena

memiliki faktor resiko tinggi untuk menjadi kanker.

B. Tipe kanker payudara

Beberapa istilah yang dipakai dalam kanker payudara (ACS, 2007).

Karsinoma

Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan kanker yang timbul dalam lapisan epitel

payudara. Hampir semua kanker pyudara adalah karsinoma (karsinoma duktal atau

lobular)

Adenokarsinoma

Merupakan tipe karsinoma yang mulai muncul pada jaringan glandular (jaringan yang

memproduksi dan mensekresi suatu substansi). Duktus dan lobulus payudara adalah

jaringan glandular (memproduksi air susu), sehingga kanker yang muncul pada daerah

ini kadangkala disebut dengan adenokarsinoma.

Karsinoma In Situ

Digunakan untuk stadium awal kanker ketika masih berada pada lapisan sel tempat

munculnya. Secara khusus pada kanker payudara, in situ berarti sel kanker tetap

13

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA

berada pada duktus (ductal carsinoma in situ) atau lobulus (lobular carcinoma in situ).

Sel kanker ini tidak menginvasi jaringan yang lebih dalam pada payudara ataupun

menyebar ke organ tubuh yang lain, seringkali disebut dengan kanker payudara non-

invasif.

Karsinoma invasif (infiltrating)

Merupakan kanker yang telah menginvasi keluar dari lapidan sel tempatnya mulai

muncul (berlawanan dengan carcinoma in situ). Kebanyakan kanker payudara adalah

kasrsinoma invasif, dapat berupa karsinoma duktus invasif atau lobular invasif.

Sarkoma

Adalah kanker yang muncul dari jaringan ikat seperti jaringan lemak atau pembuluh

darah. Kejadian sarkoma pada kanker payudara adalah jarang.

Berikut beberapa gambaran patologi kanker payudara adalah sebagai berikut (ACS,

2007):

1. Ductal carcinoma in situ (DCIS)

Dikenal jugan dengan nama intraductal carcinoma, merupakan tipe kanker payudara

non-invasif. DCIS berarti sel kanker berada dalam duktus tetapi tidak menyebar

melewati dinding duktus ke jaringan payudara sekitarnya.

Sekitar 1 dari 5 kanker pyudara adalah DCIS. Semua wanita yang terdiagnosis pada

stadium awal jenis kanker ini dapat disembuhkan. Mammogram merupakan cara

terbaik untuk mendeteksi DCIS. Pada DCIS juga bisa bersifat agresif apabila

ditemukan daerah sel yang mati atau nekrosis pada jaringan, sering juga dinamakan

comedosarcoma.

2. Lobular carcinoma in situ (LCIS)

Meskipun bukan kanker sejati, LCIS / lobular neoplasia seringkali dikelompokkan

sebagai kanker paudara non-invasif. Hal ini dikarenakan sel kanker ini muncul pada

kelenjar penghasil susu tetapi tidak tumbuh melewati dinding lobulus.

Kebanyakan wanita dengan LCIS memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami

kanker payudara invasif pada payudara yang sama atau yang sebelahnya. Sehingga

perlu sekali untuk mendapatkan mammogram regular.

3. Invasive (Infiltrating) Ductal Carcinoma (IDC)

14

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan jenis kanker yang paling sering. Mulai muncul dalam saluran susu

(duktus) payudara, melewati dinding duktus dan menginvasi jaringan lemak payudara.

Pada kondisi ini kemungkinan untuk terjadi penyebaran (metastasis) ke bagian lain

tubuh melewati sistem limfa dan aliran darah. Sekitar 8 dari 10 kanker payudara

invasif adalah IDC.

4. Invasive (Infiltrating) Lobular Carcinoma (ILC)

Kanker ini muncul pada kelenjar penghasil susu (lobulus). Seperti IDC, kanker ini

dapat menyebar (metastasis) ke bagian tubuh yang lain. Sekitar 1 dari 10 kanker

payudara invasif adalah ILC. ILC lebih sulit untuk dideteksi oleh mammogram

daripada IDC.

Tipe kanker payudara yang jarang

5. Inflammatory breast cancer (IBC)

Terdapat sekitar 1% sampai 3% dari semua kanker payudara. Biasanya tidak terdapat

benjolan / tumor tunggal. Tanda IBC yaitu kulit payudara terlihat kemerahan dan

terasa hangat serta kulit tampak tebal seperti orange peel. Hal ini bukan diakibatkan

oleh proses radang atau infeksi melainkan sel kanker memblok saluran limfa dalam

kulit. Payudara yang terkena akan membesar atau keras, nyeri tekan atau gatal.

Seringkali disangka infeksi (mastitis) pada awal stadiumnya. Tidak tampak dalam

mammogram karena tidak terdapat benjolan definitif. Sehingga sulit dideteksi awal

dan mempunyai kemungkinan untuk meyebar dan klinis yang lebih buruk daripada

IDC/ILC.

6. Mixed Tumor

Tumor yang terdiri dari berbagai jenis tipe sel seperti IDC kombinasi dengan ILC.

7. Medullary cancer

Tipe khusus dari kanker payudara ini memiliki batas yang jelas dengan jaringan

normal. Sel kanker berukuran besar dan terdapat sel sistem imun pada tepi tumor.

Terdapat sekitar 3-5% dari kanker payudara. Prognosisnya lebih bagus daripada

kanker payudara invasif. Kadangkala sulit dibedakan dengan IDC.

8. Metaplastic carcinoma

Disebut juga karsinoma dengan metaplasia. Merupakan tipe kanker duktus invasif

yang sangat jarang. Tumor ini terdapat sel yang secara normal tidak terdapat pada

payudara seperti sel kulit (sel skuamus) atau sel pembentuk tulang.

15

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA

9. Mucinous carcinoma

Disebut juga colloid carcinoma, merupakan tipe kanker payudara invasif yang

dibentuk oleh sel kanker penghasil mukus. Prognosisnya lebih baik daripada kanker

payudara invasif lainnya.

10. Paget disease pada puting susu

Kanker payudara ini mulai muncul dalam duktus payudara dan menyebar ke kulit

puting susu kemudian ke areola. Kasus ini jarang, sekitar 1% dari kanker payudara.

Kulit puting susu dan areola sering kelihatan berkrusta, sisik dan merah dengan

daerah yang berdarah. Sering dikeluhkan rasa terbakar atau gatal. Paget disease sering

dihubungkan dengan DCIS atau lebih sering dengan IDC. Prognosis akan bagus jika

pada jaringan payudara tidak teraba benjolan dan biopsi menunjukan DCIS tanpa

adanya gambaran kanker invasif.

11. Tubular carcinoma

Merupakan tipe khusus yang lain dari IDC. Dinamakan tubular karena sesuai dengan

penampakan sel dengan mikroskop. Kejadiannya sekitar 2% dari semua kanker

payudara dan cenderung memiliki prognosis yang lebih baik daripada IDC atau ILC.

12. Papillary carcinoma

Sel kanker ini cenderung tersusun dalam penonjolan seperti jari dan kecil dibawah

penglihatan mikroskop. Merupakan subtipe dari DCIS dan dalam kasus langka bisa

bersifat invasif seperi IDC dengan prognosis yang lebih baik. Kejadian kanker ini

sekitar 1 sampai 2% dari kanker payudara dan cenderung terdiagnosis pada umur tua.

13. Adenoid cystic carcinoma (adenocystic carcinoma)

Dinamakan sedemikian karena memiliki bentuk glandular (adenoid) dan silindris

(kistik) ketika dilihat dengan mikoskop. Kejadiannya sekitar 1% kanker payudara.

Jarang menyebar ke kelenjar getah bening atau area yang jauh dan memiliki prognosis

yang baik.

14. Phyllodes tumor

Jenis tumor ini sangat jarang, muncul di stroma (jaringan ikat) payudara berlawanan

dengan karsinoma yang muncul di duktus atau lobulus. Biasanya bersifat jinak dan

kadangkala bersifat ganas. Jika jinak diatasi dengan mengeluarkan masa sepanjang

batas jaringan payudara normal. Sedangkan yang ganas yaitu mengeluarkan masanya

dengan mengikutkan jaringan normal atau dengan mastektomi.

16

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA

15. Angiosarcoma

Kanker ini mulai muncul pada sel yang melapisi pembuluh darah. Jarang terjadi dalam

payudara dan bila terjadi seringkali dilihat sebagai komplikasi radiasi pada payudara.

Akan mulai muncul sekitar 5 sampai 10 tahun radioterapi. Selain itu juga bisa muncul

pada wanita dengan edema limfe sebagai akibat terapi radiasi atau kelenjar getah

bening pada kanker payudara. Kanker ini cenderung tumbuh dan menyebar dengan

cepat.

2.6 Penegakkan Diagnosis Kanker Payudara

A. Pemeriksaan fisik yang dilakukan (Charles and Cascioto, 2000):

1. Benjolan payudara

Dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker payudara dan merupakan tanda

utama pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Massa kanker payudara yang tipikal

memiliki karakter dominan dan cenderung soliter, unilateral, solid, keras,

irregular, nonmobile dan tidak nyeri.

2. Keluarnya sekret secara spontan pada puting susu

Tanda kedua yang tersering dari kanker payudara adalah pada duktus. Keluarnya

sekret dari puting susu akan berakibat kanker payudara pada 3% wanita dan 20%

pada pria akan tetapi untuk terjadinya kasus tumor jinak lebih besar yaitu

sebanyak 90% pasien. Keluarnya sekret pada pasien berumur lebih dari 50 tahun

lebih besar kemungkinan untuk menjadi kanker daripada lesi jinak. Karakter dari

sekret puting susu sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.

Tabel 2.3 Hubungan antara tipe sekret payudara dan resiko kanker payudaraSumber: (Charles and Cascioto, 2000)

a. Sekret diterapi secara medis

sekret seperti susu seperti galactorrhea, sekret purulen akibat infeksi, dan

sekret multiwarna atau kental menunjukkan duct ectasia. Tipe ini jarang

17

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA

berhubungan dengan kanker. Duct ectasia (comedomastitis) akan dirasakan

seperti rasa terbakar, gatal dan nyeri berhubungan dengan pembengkakkan

subareolar, tortuous, tubular yang teraba.

b. Sekret diterapi secara bedah

sekret berupa serous, serosanguineous, berdarah atau berair kemungkinan

menunjukkan intraductal papilloma (biasanya dicirikan dengan sekret

tanpa masa), kista atau kanker. Eksplorasi pembedahan diperlukan untuk

kasus ini.

3. Manifestasi klinis lainnya

Termasuk perubahan kulit, axillary lymphadenopathy atau tanda penyakit lokal

atau yang menyebar. Payudara yang sangat sakit merupakan gejala umum tetapi

biasanya sebagai akibat selain dari kanker. Paget’s carcinoma tampak sebgai

ekzema unilateral pada puting susu. Inflammatory carcinoma tampak pada kulit

berupa eritema, edema dan indurasi tanpa adanya infeksi.

4. Lesi jinak menyerupai karsinoma payudara

a. Benjolan dapat berupa fibrous tumor, lymphadenitis, calcified

fibroadenomas, myoblastomas, posttraumatic fat necrosis, residual

inflammatory masses, complex cyst, plasma cell mastitis (kelanjutan duct

ectasia)

b. Sekret puting susu

c. Perubahan kulit dan puting susu berupa penyakit radang, superficial

thrombophlebitis (mondor’s disease)

B. Evaluasi setelah ditemukan masa (Charles and Cascioto, 2000):

1. Biopsi

Setelah ditemukan masa pada payudara baik baru atau lama harus yang memiliki

karakter dominan harus dilakukan biopsi tanpa ditunda.

a. Sitologi fine-needle aspiration.

Dapat dilakukan bila tersedia ahli sitopatologi dan perlengkapan teknisnya.

Metode ini mudah, cepat dan aman. Sensitivitas untuk terjadinya keganasan

dilaporkan sebesar 90% sampai 95% dengan hampir tanpa positif semu (spesifik

98%).

18

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA

b. Biopsi ultrasound atau inti stereostatik sebagai alternatif biopsi eksisional oleh

ahli bedah

c. Biopsi eksisional

Biopsi diagnostik spesimen seharusnya diperiksa dengan seksi histologi sebelum

alternatif terapi definitif didiskusikan dengan pasien. Jika pasien menolak

prosedur mastektomi, pasien seharusnya menjalani prosedur stadium lengkap

sebelum biopsi dilakukan.

Pasien diinformasikan bahwa kebanyakan benjolan payudara adalah jinak

tetapi kemungkinan untuk menjadi kanker pasti ada

Biopsi seharusnya mengeksisi tumor jika ukurannya kecil

Jaringan baru diambil seharusnya dikirim untuk evaluasi histologi

2. Aspirasi kista

Pasien dengan masa yang lembut, bundar dan mobile lebih cenderung menjadi

kista yang dapat ditangani dengan kista. Anastesi lokal kemungkinan mengganggu

kemampuan untuk merasakan menghilangnya masa stelah aspirasi sehingga lebih

baik dihindari. Setelah aspirasi dilakukan sangat penting untuk mendapatkan

spesimen biopsi dengan ketentuan sebgai berikut:

Tidak ada cairan yang dapat diaspirasi

Cairan teraspirasi tetapi tetap teraba masa

Cairan berdarah

Masa kembali saat pemeriksaan kembali 2 minggu berikutnya

Pemeriksaan sitologi pada cairan menunjukkan keganasan; pasien ini

memerlukan terapi kanker definitif

3. Mammography

Dapat mendeteksi 85% kasus kanker payudara. Meskipun 15% kanker payudara

tidak dapat divisualisasikan dengan mammography, sebesar 45% kanker payudara

dapat dideteksi sebelum dapat teraba. Hasil mammography yang normal

seharusnya tidak menghalangi untuk melakukan biopsi pada masa yang dicurigai.

Indikasi jelas untuk mammography

- Evaluasi lesi payudara jinak atau ganas termasuk pemeriksaan jaringan

payudara normal pada pasien dengan masa dengan karakter dominan

19

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA

- Evaluasi pada payudara kontralateral pada pasien dengan riwayat kanker

payudara

- Follow-up pasien dengan kanker payudara

- Follow-up pasien dengan lesi prekanker payudara (gross cystic disease,

mulitple papillomatosis, lobular neoplasia dan atypia berat)

Indikasi lain mammography

- Evaluasi pada payudara yang sulit untuk diperiksa

- Adanya metastatik adenokarsinoma dengan peneyebab utama yang tidak

diketahui

- Evaluasi pasien dengan resiko tinggi kanker payudara (khususnya pasien

pembesaran payudara dengan silikon dan riwayat keluarga kanker

payudara)

- Skrining kanker payudara

Tanda keganasan mammography

- Deposit kalsium, kecuali pada kasus fibroadenoma (gambaran mullbery)

atau penyakit kista (pola curvilinear)

- Distorsi atau asimetri duktus payudara

- Penebalan kulit atau puting susu

- Masa payudara

C. Prosedur stadium praterapi

1. Pemeriksaan darah lengkap, tes fungsi ginjal, kadar kalsium dan fosfat

2. Foto radiografi dada, mamography

3. Scan liver (biasanya dengan computed tomography) dan scan tulang dengan

korelasi plain film. Dilakukan rutin untuk stadium klinis II, III dan IV tetapi tidak

diindikasikan untuk pasien dengan stadium klinis I kecuali ada abnormalitas pada

gejala, tanda klinis atau tes biokimia

4. Aspirasi sumsum tulang jika pada apusan darah terdapat sitopenia atau

leukoeritroblastik yang tidak diketahui penyebabnya (Charles and Cascioto, 2000).

D. Tumor marker

20

Page 21: TINJAUAN PUSTAKA

Kadar darah CEA dan CA 27.29 (CA15-3) dapat berguna untuk mengetahui respon

terapi pada penyakit lanjut.

2.7 Stadium dan Faktor Prognostik

1. Sistem stadium

Stadium pada kanker dapat didasarkan atas hasil pemeriksaan fisik, biopsi dan tes

pencitraan (disebut dengan clinical stage) atau berdasarkan tes pencitraan dan hasil

pembedahan (disebut dengan pathological stage). Pada pembahasan ini dipilih

stadium patologik karena lebih akurat daripada yang klinis. Standar sistem stadiumnya

pada kanker payudara dipakai sistem TNM (Charles and Cascioto, 2000).

- T = tumor. Diikuti dengan penulisan angka 0 sampai 4 mendeskripsikan ukuran

tumor dan penyebaran ke kulit atau dinding dada dibawah payudara.

- N = penyebaran kelenjar getah bening. Diikuti dengan penulisan angka dari 0

sampai 3 mengindikasikan penyebaran kanker ke kelenjar getah bening dekat

payudara dan seberapa banyak kelenjar getah bening terkena.

- M = metastasis. Diikuti dengan penulisan 0 atau 1 untuk menentukan apakah

terjadi penyebaran jauh ke organ misalnya paru-paru atau tulang.

Sistem TNM

Tumor primer

TX: tumor primer tidak bisa diperiksa

T0: tidak ada bukti tumor primer

Tis: carcinoma in situ (DCIS, LCIS atau paget disease pada puting susu

tanpa disertai masa tumor

T1: tumor ukuran 2cm (3/4 inchi) atau kurang

T2: tumor ukuran lebih dari 2 cm tapi kurang dari 5 cm (2 inchi)

T3: tumor ukuran lebih dari 5 cm

T4: tumor dengan ukuran berapapun yang tumbuh di dalam dinding dada

atau kulit. Ini meliputi kanker payudara tipe inflammatory

Kelenjar getah bening (N)

NX: kelenjar getah bening terdekat tidak bisa diperiksa (misalnya telah

diambil sebelumnya)

N0: kanker tidak menyebar ke kelenjat getah bening terdekat

21

Page 22: TINJAUAN PUSTAKA

N1: kanker telah menyebar 1 sampai 3 kelenjar getah bening axillary atau

sebagian kecil kanker ditemukan pada kelenjar getah bening internal

mammary pada biopsi kelenjar getah bening sentinel

N2: kanker telah menyebar 4 sampai 9 kelenjar getah bening axillary atau

kanker telah membesar pada kelenjar getah bening internal mammary

N3: salah satu dari kriteria dibawah ini:

- Kanker telah menyebar 10 atau lebih kelenjar getah bening axillary

- Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di bawah

klavikula (tulang collar)

- Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di atas klavikula

- Kanker telah melibatkan kelenjar getah bening axillary dan

membesar pada kelenjar getah bening internal mammary

- Kanker telah melibatkan 4 atau lebih kelenjar getah bening axillary

atau sebagian kecil kanker ditemukan pada kelenjar getah bening

internal mammary pada biopsi sentinel

Metastasis (M)

MX: adanya penyebaran jauh tidak bisa diperiksa

M0: tidak ada penyebaran jarak jauh

M1: penyebaran ke organ jauh ada

Setelah kategori T, N dan M ditentukan maka informasi ini akan digabung untuk proses

dinamakan pengelompokan stadium (stage grouping). Kanker dengan stadium yang sama

cenderung memiliki prognosis sama dan sering diterapi sama. Stadium ditulis dengan

angka romawi dari I sampai IV. Kanker non invasif ditulis stadium 0.

Tabel 2.4 Pengelompokkan stadium kanker payudara

Sumber: Oppat, 2006

Stadium Tumor primer (T) Kelenjar getah bening

(N)

Metastasis

(M)

0 Tis N0 M0

1 T1 N0 M0

2a T0 N1 M0

2a T1 N1 M0

22

Page 23: TINJAUAN PUSTAKA

2a T2 N0 M0

2b T2 N1 M0

2b T3 N0 M0

3a T0 N2 M0

3a T1 N2 M0

3a T2 N2 M0

3a T3 N1 M0

3a T3 N2 M0

3b T4 N0 M0

3b T4 N1 M0

3b T4 N2 M0

3c Salah satu dari T N3 M0

4 Salah satu dari T Salah satu dari N M1

2. Faktor prognostik dan perkiraan survival

a. Stadium

Dapat dipakai untuk perkiraan survival 5 tahun dan 10 tahun.

Tabel 2.5 stadium dan persentase survival Sumber: Charles and Cascioto, 2000

Stadium 5 tahun survival (%) 10 tahun survival (%)

0 >90 90

I 80 65

II 60 45

IIIA 50 40

IIIB 35 20

IV dan inflammatory breast

cancer

10 5

b. Pemeriksaan histologis pada kelenjar getah bening axillary

Tabel 2.6 pelibatan kelenjar getah bening (KGB) dan survival

23

Page 24: TINJAUAN PUSTAKA

Sumber: Charles and Cascioto, 2000

Kelenjar getah bening axillary *5 tahun survival (%) *10 tahun survival (%)

Tidak ada KGB axilla terkena 80 65

1-3 KGB axillary 65 40

>3 KGB axillary 30 15

*Dilakukan pada pasien yang tidak diterapi dengan kemoterapi adjuvan

c. Berdasarkan ukuran tumor

Tabel 2.7 Hubungan ukuran tumor dan survival

Sumber: Charles and Cascioto, 2000

Ukuran tumor (cm) 10 tahun survival (%)

<1 80

3 - 4 55

5 – 7,5 45

d. Pemeriksaan histologi

Pasien dengan diferensiasi buruk, metaplastik atau keganasan grading tinggi memiliki

prognosis lebih buruk daripada yang diferensiasi yang baik atau grading rendah

(Charles and Cascioto, 2000).

Sistem grading yang paling sering dipakai untuk menilai diferensiasi tumor adalah

Scarff Bloom Richardson. Mengkombinasikan nuclear grade, pemebentukan tubular

dan kecepatan mitotik. Dinyatakan bahwa 80% wanita dengan tumor grade I (well

differentiated), 60 % wanita dengan tumor grade II (moderately differentiated) dan

15% wanita dengan tumor grade III (poorly differentiated) akan survival selama 10

tahun (Kumar et al, 2005).

e. Reseptor hormon

Pasien dengan tumor ER (Estrogen Receptor)-positif memiliki waktu survival yang

lebih lama daripada pasien dengan tumor ER-negatif (Charles and Cascioto, 2000).

2.8 Skrining dan Deteksi Dini

1. Mastektomi pencegahan

Dapat dilakukan pada kelompok beresiko tinggi. Akan tetapi tidak jaminan bahwa

kanker payudara akan dapat dicegah dengan mastektomi karena dengan mastektomi

24

Page 25: TINJAUAN PUSTAKA

total ternyata masih dapat meninggalkan jaringan payudara (Charles and Cascioto,

2000).

Mastektomi simpel dan bedah rekonstruksi, dilakukan pada:

a. Pasien dengan lesi payudara jinak dan riwayat keluarga kanker payudara

premenopausal bilateral.

Pasien ini memerlukan biopsi rutin pada masa yang dicurigai. Tetapi hasil

biasanya jinak.

b. Pasien dengan riwayat kanker payudara sebelumnya dan penyakit fibrositik

pada payudara yang tersisa

c. Pasien dengan lobular carcinoma in situ

Umur untuk mastektomi pencegahan

Umur yang tepat tidak dapat didefinisikan dengan baik. Dilakukan sistem kontrol

secara ketat dan disiapkan untuk mastektomi pencegahan setelah mencapai umur

30 tahun.

2. Skrining

Masih bersifat kontroversial karena keuntungan mendeteksi lesi kecil tidak signifikan

untuk survival jangka panjang. Berdasarkan American Cancer Society (ACS)

a. Pemeriksaan payudara sendiri

Pada wanita umur kurang dari 20 tahun harus memeriksa sendiri setiap bulan.

Pada wanita premenopause sebaiknya melakukan pemeriksaaan sendiri setiap 5

hari setelah akhir siklus menstruasi sedangkan pada wanita postmenopause

dilakukan setiap bulan pada hari yang sama.

Teknik pemeriksaan payudara sendiri:

Berbaring dan letakkan lengan kanan dibawah kepala. Pemeriksaan dilakukan

berbaring karena jaringan payudara akan lebih datar dengan dinding dada

sehingga lebih mudah merasakan benjolan jaringan payudara

Gunakan bantalan jari dari jari tenganh pada tangan kiri untuk merasakan

benjolan pada payudara kanan. Gunakan pergerakan sirkular pada bantalan jari

untuk merasakan jaringan payudara

Gunakan tiga tingkat tekanan yang berbeda untuk merasakan jaringan pyudara.

Tekanan ringan diperlukan untuk mersakan jaringan dekat dengan kulit,

tekanan sedang untuk jaringan yang lebih dalm dan tekanan kuat untuk

25

Page 26: TINJAUAN PUSTAKA

merasakan jaringan dekat dengan dada atau tulang rusuk. Batas yang keras

pada lenkung terbawah pada tiap payudara adalah normal. Gunakan ketiga

tekanan tersebut pada satu titik sebelum berpindah titik tekan.

Gerakkan payudara dengan pola ke atas dan ke bawah dan ke arah medial

(sternum).

Pada posisi berdiri di depan cermin, dengan tangan menekan kuat ke arah

bawah pinggang. Lihat apakah ada perubahan ukuran, bentuk, kontur payudara

atau timbul kemerahan, bersisik pada puting susu atau kulit payudara.

Periksa lengan ketika duduk atau berdiri. Dengan lengan diangkat agak ke

atas, rasakan daerah lengan bawah apakah ada benjolan atua tidak. (ACS,

2007)

b. Pemeriksaan payudara oleh dokter

Dilakukan setiap 3 tahun untuk wanita diantara umur 20 – 40 tahun dan setiap

tahun untuk yang berusia lebih tua dari 40 tahun

c. Mammography

Teknik mammmography menggunakan pemaparan radiasi 0,02 cGy untuk dua

lapang pandang. Pemaparan lebih dari 1 cGy akan dapat meningkatkan resiko

menjadi kanker payudara menjadi 6 per 1 juta populasi.

o Mammogram setiap tahun dapat menunjukkan pengurangan mortalitas kanker

payudara pada wanita lebih tua dari 50 tahun

o Rekomendasi ACS mammogram sebagai baseline untuk wanita umur 35 – 39

tahun, mammogram setiap 1- 2 tahun untuk wanita umur 40 – 49 tahun dan

mammogram setiap tahun untuk wanita umur 50 tahun atau lebih.

o National Cancer Institute tidak merekomendasikan skrining mammography

sebelum berumur 50 tahun dan merekomendasikan mammography setiap tahun

jika telah berumur 50 tahun atau lebih.

2.9 Penatalaksanaan

A. Terapi locoregional kanker payudara

1. Carcinoma in situ (CIS).

26

Page 27: TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan teknik mammography dan skrining telah menghasilkan peningkatan

secara insiden kanker payudara non-invasif khususnya ductal CIS. Sekitar 30%

dari kasus baru kanker payudara adalah CIS (Charles and Cascioto, 2000).

a. Ductal CIS (75% kasus)

Merupakan lesi ganas dan berulang sekitar 35% kasus dalam 10 sampai 15

tahun jika diterapi dengan hanya melakukan biopsi eksisional saja. Rekurensi

berupa karsinoma invasif lebih dari 25% kasus. Jika dilakukan diseksi kelenjar

getah bening, metastasis ditemukan sekitar kurang dari 3% kasus. Ketika

mastektomi dilakukan maka lesi akan multisentrik (lesi CIS tambahan lebih

dari 2 cm dari lesi utama) pada setengah kasus.

b. Lobular CIS (25% kasus) merupakan lesi premalignansi. Tumor ini cenderung

multisentrik dan biasanya bilateral (sekitar 30%). Resiko menjadi kanker 20-

30% pada payudara yang terkena dan 15-20% pada payudara kontralateral.

Sekitar 25-30% pasien dengan lobular CIS menjadi ductal CIS setelah

berumur 25-30 tahun. Pilihan terapi meliputi mastektomi total, kontrol ketat

setiap tahun dengan mammogram dan pemeriksaan dokter setiap 4 bulan.

Pasien dengan resiko tinggi lebih bagus hasilnya dengan mastektomi bilateral.

2. Lesi lokal terbatas : stadium I dan II

Tidak ada perbedaan survival yang jelas diantara mastektomi total dengan diseksi

kelenjar getah bening (modified radical mastectomy) dibandingkan pemebedahan

terbatas (lumpectomy, tylectomy, total gross removal atau quandractomy) diikuti

dengan radioterapi definitif untuk terapi lokal kanker payudara. Tanggung jawab

seorang dokter adalah memberikan informasi dan membantu pasien dalam

memutuskan teknik pembedahan yang akan dipilihnya (Charles and Cascioto,

2000).

3. Mastektomi total dengan diseksi kelenjar getah bening (modified radical

mastectomy)

Merupakan prosedur standar untuk pasien yang memilih bedah sebagai terapi lokal

saja. Beberapa pusat penelitian telah mengganti diseksi kelenjar getah bening

dengan teknik pengambilan kelenjar getah bening terbatas untuk tujuan stadium

dan menghasilkan rendahnya komplikasi (khususnya limfedema). Tidak perlu

dilakukan radioterapi adjuvan setelah melakukan prosedur ini kecuali jika tumor

27

Page 28: TINJAUAN PUSTAKA

melibatkan sejunlah besar kelenjar getah bening axillary atau invasi ekstensif

pembuluh limfe (Charles and Cascioto, 2000).

Kontraindikasi pembedahan: keadaan umum pasien tidak toleransi terhadap

operasi

Keuntungan mastektomi

o Paling efisien dan reliabilitas dalam kontrol tumor lokal

o Mengeliminasi jaringan payudara sisa yang beresiko

o Jika diperlukan kemoterapi adjuvan lebih mudah dilakukan setelah

pembedahan daripada radioterapi

Kerugian dan komplikasi mastektomi

o Limfa edema (5% pasien), kerusakan saraf (jarang)

o Deformitas kosmetik, dapat dilakukan rekonstruksi atau prostesis

Indikasi rekonstruksi, termasuk ketersediaan kulit dan soft tissue

cukup

Kontraindikasi reskonstruksi, termasuk inflammatory carcinoma,

terdapatnya kerusakan radiasi ekstensif pada kulit, harapan pasien

yang tidak realistik

4. Bedah terbatas diikuti radioterapi

Melibatkan pengambilan total keseluruhan tumor (lumpectomy) dan diseksi

kelenjar getah bening untuk tujuan stadium. Kemudian dilakukan radioterapi dan

menghabiskan waktu sekitar 6 minggu. Radiasi yang diberikan berupa

megavoltage gamma-irradiation ke seluruh payudara (sekitar 4500 sampai 5000

cGy) dan sisanya diberikan sebagai booster pada daerah biopsi (1000 sampai 2000

cGy) (Charles and Cascioto, 2000).

Kontraindikasi:

o Tumor diameter lebih dari 5 cm

o Karsinoma multisentrik pada payudara

o Paget’s disease

o Intraductal CIS yang sangat ekstensif pada biopsi atau reeksisi

spesimen dengan batas jelas atau tidak. Rekurensi setelah radioterapi

25%

o Abnormalitas mammographic worrisome

28

Page 29: TINJAUAN PUSTAKA

Kalsifikasi tipe diffuse indeterminate

Lesi residu setelah mammogram post operasi

o Situasi kesulitan dalam radioterapi

Payudara besar dan pendulous

Kehamilan trimester pertama atau kedua

Penyakit collagen vascular, khususnya skleroderma atau

sistemik lupus

Keuntungan bedah terbatas dan radioterapi

o Penamilan kosmetik

o Retensi payudara

Kerugian dan komplikasi bedah terbatas dan radioterapi

o Retensi payudara dapat rekuren atau menjadi neoplasma primer baru.

Perlu kontrol ketat dengan pemeriksaan fisik dan mammography.

o Radioterapi menimbulkan eritema kulit, ulserasi, radang fibrosis

payudara, pneumonitis atau perikarditis radiasi, fraktur tulang rusuk,

ulkus dinding dada, infark miokardial (lesi sisi kiri), karsinogenesis

lambat atau kanker paru-paru.

Kemoterapi preoperatif

Untuk kanker payudara stadium awal, mengurangi pelibatan jumlah kelenjar

getah bening (metastasis), meningkatkan jumlah lumpectomy.

5. Lesi regional tahap lanjut (advanced): stadium III

Stadium IIIA (operable)

Pembedahan jelas berguna dalam mengontrol lesi lokal. Masala utama adalah

lesi relaps lebih awal dan kematian akibat metastase. Dengan demikian

langkah pertama yang dilakukan dalam terapi adalah kombinasi kemoterapi

diikuti dengan total mastektomi dan diseksi kelenjar getah bening axillary

(Charles and Cascioto, 2000).

Stadium IIIB (inoperable) dan inflammatory carcinoma

Terapi masih kontrovesial. Kebanyakan pasien diterapi awal dengan

kemoterapi 3 – 4 bulan (CMF, CA atau FAC). Dilanjutkan dengan radioterapi

kemudian mastektomi. Terapi sistemik kemudian dilanjutkan dengan

kemoterapi kombinasi, tamoxifen (hormon-positive tumor) atau keduanya.

29

Page 30: TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2.8 kemoterapi kombinasi kanker payudaraSumber: Charles and Cascioto, 2000

6. Terapi adjuvan

Diberikan secepatnya setelah terapi lokal dengan maksud menyembuhkan pasien

dari residu mikrometastase (Charles and Cascioto, 2000).

Terapi adjuvan tamoxifen

Diberikan selama 5 tahun pada kanker payudara tahap awal dapat mengurangi

resiko rekurensi sebesar 50% – 60% dan peningkatan survival 10 tahun, tidak

tergantung umur atau pernah diberi kemoterapi (Charles and Cascioto, 2000).

Terapi adjuvan kombinasi

Dilakukan selama 3 – 6 bulan mengurangi rekurensi kanker payudara (35%

pada wanita umur kurang dari 50 tahun; 20% bagi wanita berumur 50 – 69

tahun) serta peningkatan survival 10 tahun, tidak tergantung umur, status

menopause, status ER atau pemberian tamoxifen sebelumnya (Charles and

Cascioto, 2000).

Kombinasi kemoterapi dan terapi endokrin, lebih menguntungkan daripada

dilakukan salah satu saj, merupakan terapi pelengkap (Charles and Cascioto,

2000).

7. Terapi adjuvan

Pada wanita dengan resiko tinggi salah satunya adanya pelibatan kelenjar getah

bening dan juga lesi negatif pada kelenjar getah bening (Charles and Cascioto,

2000).

Kontraindikasi

a. Pasien dengan prognosis baik

o noninvasive CIS dengan semua ukuran pada wanita semua umur

30

Page 31: TINJAUAN PUSTAKA

o tumor primer yang sangat kecil (kurang dari 1 cm) dan tidak ada

pelibatan kelenjar getah bening, tidak tergantung status hormon.

b. Pasien dengan kondisi medis komorbid yang dapat menimbulkan efek

samping dari terapi

Wanita premenopause dengan pelibatan kelenjar getah bening axillary

Diberikan selama 6 bulan kemoterapi dengan CMF atau adriamycin-

containing regimen (FAC atau CA) dimulai dalam 4 minggu setelah bedah

o untuk pasien dengan tumor hormone-receptor-positive diberikan

tamoxifen atau ovarian ablation setelah kemoterapi. Ovarian ablation

meningkatkan bebas rekurensi dan peningkatan survival tetapi tidak

berefek pada wanita berumur lebih dari 50 tahun

o pasien dengan 4 atau lebih positif kelenjar getah bening diberikan

Adriamycin-based regimen selama 4 siklus diikuti 4 siklus taxane

(Charles and Cascioto, 2000).

Wanita postmenopause dengan pelibatan kelenjar getah bening axillary dan

adanya reseptor hormon

Secara umum diberikan tamoxifen (20 mg setiap hari) selama 5 tahun atau

lebih setelah operasi. Dengan adanya kemungkinan aggresive endometrial

carcinoma sebaiknya dilakukan pemeriksaan pelvis setiap tahun dengan

evaluasi adanya perdarahan abnormal uterus (Charles and Cascioto, 2000).

Wanita postmenopause dengan pelibatan kelenjar getah bening axillary dan

tidak ada reseptor hormon (Charles and Cascioto, 2000).

Secara umum diberikan kemoterapi adjuvan dan harapan hidup 5 tahun

Wanita dengan resiko tinggi dan tidak ada pelibatan kelenjar getah bening

o Tumor lebih besar dari 1 cm dan tidak adanya reseptor hormon, dengan

tumor grade tinggi diberikan kemoterapi saja

o Tumor berukuran 1 sampai < 2 cm diberikan tamoxifen saja

o Tumor berukuran > 2 cm dan positif adanya reseptor hormon,

diberikan kemoterapi dan tamoxifen (Charles and Cascioto, 2000).

Intensifikasi dosis

Wanita dengan 7 atau lebih pelibatan kelenjar getah bening diberikan terapi

dosis intensif, biasanya dengan tranplantasi stem cell autolog.

31

Page 32: TINJAUAN PUSTAKA

Anthracycline, keuntungannya nyata tapi kecil ketika dimasukkan dalam

regimen kemoterapi (Charles and Cascioto, 2000).

8. Follow-up pasien setelah terapi primer kanker payudara locoregional

Mammography berulang setelah radioterapi. Dilakukan setahun sekali

setelahnya. Tujuannya adalah mengetahui lesi rekuren yang masih respon

terhadap terapi kuratif

Pemeriksaan laboratorium lengkap lainnya karena besar resiko untuk

mengalami keganasan lainnya seperti kanker kolon pada pasien dengan

riwayat keganasan tinggi

Liver scan, bone scan dan pemeriksaan radiografi lainnya tidak perlu

dilakukan jika tidak ada kelainan gejala dan tanda klinis pada anamnesis dan

pemeriksaan fisik (Charles and Cascioto, 2000).

B. Terapi stadium metastasis (stadium IV)

1. Faktor prediksi adanya respon terhadap terapi sistemik

Aktivitas ER (estrogen receptor) dan PgR (progesteron receptor) merupakan faktor

prediksi utama respon terhadap terapi hormonal untuk kanker primer dan

metastasisnya. Pasien dengan level HER-2/neu rendah atau tidak ada pada tumornya

dapat berespon baik dengan regimen cyclophosphamide, methotrexate dan 5-

fluorouracil (CMF) dan tidak berrespon baik jika terjadi overekspresi Her-2/neu tetapi

baik jika diberikan doxorubicin (Adriamycin) (Charles and Cascioto, 2000).

2. Terapi endokrin

Digunakan pada pasien yang tidak terancam nyawanya oleh kanker. Pasien dengan

lesi rekuren dalam 1 tahun setelah terapi primer biasanya memeiliki tumor yang cepat

tumbuh dan respon buruk terhadap terapi endokrin (Charles and Cascioto, 2000).

Status reseptor hormon

Harus diketahui sebelum terapi hormonal diberikan. Tumor dengan reseptor

hormon negatif biasanya tidak diterapi awal dengan manipulasi endokrin karena

respon tidak ada atau kurang dari 10%

Anti estrogen

32

Page 33: TINJAUAN PUSTAKA

Tamoxifen citrate (nolvadex) sebagai anti estrogen pada tumor ER positif atau

tidak diketahui, tanpa memperhatikan umur pasien. Tamoxifen (20 mg per oral

sekali sehari) diberikan sampai terjadinya relaps.

Gambar 2.5 Alur penatalaksanaan kanker payudara stadium metastaseSumber: Charles and Cascioto, 2000

Aromatase inhibitor

Mencegah konversi androgen ke estrogen. Diberikan Anastrozole (Amiridex, 1

mg per oral sekali sehari) dan letrozole (femara 2,5 mg per oral setiap hari)

merupakan terapi alternatif kedua dari megestrol acetate.

Tabel 2.9 Hubungan ER dan Pgr dengan tingkat respon terapi hormonalSumber: Charles and Cascioto, 2000

Megestrol acetate

Megace 40 mg per oral 4 kali sehari, merupakan progestin dan merupakan

pilihan terapi endokrin kedua atau ketiga.

Agen endokrin pilihan keempat

33

Page 34: TINJAUAN PUSTAKA

Androgen (fluoxymestrone 10 mg 4 kali sehari) atau estrogen (diethylbestrol 5

mg 3 kali sehari) pada pasien yang gagal dengan tamoxifen, aromatase

inhibitor, atau megestrol acetate.

Ovarian ablation

Digunakan untuk wanita premenopause dengan kanker payudara relaps dan

ER positif.

Adrenalektomi atau hipofisektomi dapat menyebabkan permasalahan medis

sulit

Krisis hiperkalsemi atau nyeri tulang memburuk setelah terapi hormonal.

Dapat terjadi akibat terapi hormonal dan dapat diganti dengan terapi sitotoksik.

Bone scan memburuk pada pasien dengan klinis membaik. Proses pemburukan

ini terjadi sebagai akibat proses penyembuhan pada kasus pelibatan tulang

dengan peningkatan asupan isotopic tracers. Merupakan indikasi terapi sukses

dan sebaiknya dilanjutkan (Charles and Cascioto, 2000).

3. Kemoterapi

Indikasi:

o Pasien dengan ER negative

o Pasien dengan ER positif dan terapi endokrim gagal

o Pasien dengan penyakit yang mengancam nyawa, penyebaran limfatik ke

paru-paru, metastasis liver atau kanker yang cepat tumbuh

Pilihan agen sitotoksik

Kebanyakan agen sitotoksik digunakan tunggal efektif dalam mencapai respon

parsial dalam 20 – 30 % kasus (jarang komplit). Remisi biasanya 4 – 6 bulan.

Agen tunggal yang efektif doxorubicin dan taxane (paclitaxel atau docetaxel).

Docetaxel cocok untuk metastasis liver

Kombinasi agen sitotoksik

Regimen CMF merupakan pilihan terbaik untuk terapi awal khususnya jika

digabung dengan prednisone. Nilai respon 60% dengan durasi setahun atau lebih.

Kombinasi doxorubicin (Adriamycin) dari CA dan FAC efektif. Kombinasi

doxorubicin dengan paclitaxel dilaporkan lebih berespon tinggi.

Kegagalan terapi kombinasi

34

Page 35: TINJAUAN PUSTAKA

Setelah gagal CMF atau CA, agen tunggal berlanjut dapat dicoba. Obat untuk

penyakit tahap akhir adalah paclitaxel (taxol), docetaxel (tacotere), fuorouracil,

methotrexate, vinorelbine, mitomycin C dan prednisone

Herceptine (anti Her-2 monoclonal antibody)

Dengan atau tanpa agen sitotoksik. Digunakan pada pasien dengan tumor

overekspresi ER-2/neu (c-erB-2). Nilai respon Herceptin jika dipakai tunggal 15%

tapi respon tergantung waktu. Kerjanya sinergis dengan agen sitotoksik tapi bisa

meningkatkan kardiotoksitas ketika digunakan dengan doxorubicin.

Biphosphonates

Digunakan`untuk mengatasi hiperkalsemia dibarengi lesi ganas. Beberapa

penelitian menunjukkan biphosphonates (pamidronate) berguna pada postponing

skeletal event seperti nyeri atau fraktur pada pasien dengan metastase tulang

Transplantasi sumsum tulang atau sel stem, sangat meragukan keuntungannya

untuk pasien dengan kanker payudara metastatik yang lanjut (Charles and

Cascioto, 2000).

4. Terapi lokal untuk lesi metastatik, biasanya diterapi sistemik tetapi beberapa

permasalahan lokal dapat diatasi dengan radioterapi (RT) lokal

Metastase tulang nyeri yang terisolasi, biasanya berrespon terhadap lokal RT

Metastasis axillary massive, memerlukan lokal RT dengan atau tanpa reseksi

bedah

Lesi cervical spine dan femoral neck, dengan atau tanpa gejala seharusnya diterapi

dengan lokal RT. Lesi femoral neck biasanya memerlukan fiksasi pembedahan

Metastasis orbital dan otak, beberapa pasien survive beberapa tahun setelah RT

Rekurensi dinding dada, biasanya pasien umumnya diterapi sistemik terlebih

dahulu (Charles and Cascioto, 2000).

C. Permasalahan klinis khusus pada kanker payudara

1. Edema pasca pembedahan pada lengan tanpa nyeri

Biasanya terajdi pada mastektomi radikal tetapi juga dapat terjadi pada

pembedahan yang sedikit ekstensif, insiden semakin meningkat pada pasien

dengan RT pasca pembedahan. Biasanya edema timbul sebulan setelah

pembedahan. Pencegahan lebih baik daripada terapi. Pencegahan berupa teknik

35

Page 36: TINJAUAN PUSTAKA

pembedahan yang baik dan menghindari radiasi pasca operasi di axilla. Terapi

dapat berupa elevasi lengan, stocking lengan dan latihan pergerakan lengan

(Charles and Cascioto, 2000).

2. Lymphangiosarcoma lengan

Jarang terjadi dan timbul sebagai komplikasi lengan yang edema kronis 5 – 6

tahun lebih setelah mastektomi radikal. Pertama kali timbul ecchymosis kemudian

edema memburuk dan ulkus pada tumor. Prognosisnya buruk karena rekurensi dan

penyebaran metastasis setelah radikal amputasi. Kemoterapi diikuti RT

kemungkinan dapat mengontrol kondisi pada tumor ini (Charles and Cascioto,

2000).

3. Edema pada lengan dengan nyeri atau paresthesias

Terjadi setelah lebih dari sebulan operasi, hampir merefleksikan tumor rekuren.

Kanker secara klinis tidak dapat diketahui karena terletak tinggi pada apex axilla

atau paru-paru. Keluhan pasien nyeri pada tangan dan kelemahan dan atropi

progresif otot tangan dan lengan. Setelah beberapa waktu lamanya, tumor baru

bisa teraba pada axilla atau supraclavicular fossa tetapi pasien biasanya sudah

terjadi paralisis tangan yang tidak responsif terhadap terapi. Pasien dengan

keluhan ini sebaiknya diterapi RT pada axilla dan supraclavicular fossa meskipun

secara fisik dan radiologis tidak ada tumor (Charles and Cascioto, 2000).

4. Radiasi dinding dada menginduksi ulkus

Kemungkinan terjadi setelah 25 tahun terapi pada wanita dengan radikal

mastektomi diikuti RT yang ekstensif. Terapi dengan pembedahan kuretase untuk

mengeksklusi kemungkinan rekurensi kanker. Terapi dengan hiperbarik oksigen

juga bisa pada lesi jinak kurang dari 1 cm (Charles and Cascioto, 2000).

5. Payudara yang diinjeksi silikon

Tempat potensial untuk terjadi keganasan yang tidak dapat terdeteksi.

Mammography hanya sedikit dapat mendeteksi dan secara klinis benjolan tidak

dapat dievaluasi. Pasien dengan payudara injeksi silikon seharusnya

diinformasikan akan resiko terjadi keganasan (Charles and Cascioto, 2000).

6. Kanker payudara pada pria jarang (kurang dari 2% kasus) diterapi sesuai dengan

prinsip pada penanganan kanekr payudara wanita (Charles and Cascioto, 2000).

36