tinjauan pustaka

Upload: hendra-cahyadi

Post on 11-Jul-2015

138 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1

Konsep Rumah Sederhana SehatRumah Sederhana Sehat (RSS) adalah rumah yang dibangun dengan

menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar kebutuhan minimal dari aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi lokal meliputi potensi fisik seperti bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal, dan cara hidup. Dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat Indonesia melalui penyediaan perumahan secara merata, maka diperlukan upaya penyediaan perumahan murah yang layak dan terjangkau akan tetapi tetap memenuhi persyaratan kesehatan, keamanan, dan. kenyamanan. Pada kenyataannya Rumah Sederhana Sehat setelah 2 3 tahun pasca huni, mengalami perubahan yang dilakukan oleh pemiliknya, sebagian besar perubahan tersebut hanya menyisakan satu ruangan. Perubahan ini didorong oleh adanya sifat manusia, yang pada kodratnya selalu ingin dan berupaya mengungkap jati dirinya. Tipe standar seringkali tidak dapat diterapkan di daerah. Biaya tinggi pada saat perbaikan atau renovasi inilah yang menjadikan konsumen berspekulasi membeli karena nilai tanahnya, sehingga kelompok sasarannya sudah bergeser ke segmen yang lebih mampu. Rumah Sederhana adalah tempat kediaman yang layak dihuni dan harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang. Luas kapling ideal, dalam arti memenuhi kebutuhan luas lahan untuk bangunan sederhana sehat baik sebelum maupun setelah dikembangkan. Kendala keterjangkauan masyarakat terhadap Rumah Sederhana Sehat (RSS), disiasati melalui satu rancangan rumah antara yaitu Rumah Inti Tumbuh (RIT) sebagai rumah cikal bakal Rumah Sederhana Sehat. Rancangan RIT memenuhi tuntutan kebutuhan paling mendasar dari penghuni untuk

4

mengembangkan rumahnya, dalam upaya peningkatan kualitas kenyamanan, dan kesehatan penghuni dalam melakukan kegiatan hidup sehari-hari, dengan ruangruang yang perlu disediakan sekurang-kurangnya terdiri dari: Satu ruang tidur yang memeuhi persyaratan keamanan dengan bagianbagiannya tertutup oleh dinding dan atap serta memiliki pencahayaan yang cukup berdasarkan perhitungan serta ventilasi cukup dan terlindung dari cuaca. Bagian ini merupakan ruang yang utuh sesuai dengan fungsi utamanya. Satu ruang serbaguna merupakan ruang kelengkapan rumah dimana didalamnya dilakukan interaksi antara keluarga dan dapat melakukan aktivitas-aktivitas lainnya. Ruang ini terbentuk dari kolom, lantai dan atap, tanpa dinding sehingga merupakan ruang terbuka namun masih memenuhi persyaratan minimal untuk menjalankan fungsi awal dalam sebuah rumah sebelum dikembangkan. Satu kamar mandi/kakus/cuci marupakan bagian dari ruang servis yang sangat menentukan apakah rumah tersebut dapat berfungsi atau tidak, khususnya untuk kegiatan mandi cuci dan kakus. Ketiga ruang tersebut diatas merupakan ruang-ruang minimal yang harus dipenuhi sebagai standar minimal dalam pemenuhan kebutuhan dasar, selain itu sebagai cikal bakal rumah sederhana sehat. 2.1.1 Pemilihan Prototip Dasar pemilihan salah satu prototip Rumah Sederhana Sehat tersebut didasarkan pada kajian Mikrozonasi dari bahan bangunan, geologis serta arsitektur, pada tingkat propinsi dan atau kabupaten/kota, dengan merujuk pada zonasi Rumah Sederhana Sehat Nasional, seperti pada Gambar 2.1 berikut ini:

5

Gambar 2.1 Peta Zonasi Rumah Sederhana Sehat

2.2 Ketentuan Rumah SehatKetentuan mengenai rumah sehat bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah yang layak, terjangkau, memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan, dan kesehatan. 2.2.1 Kebutuhan Minimal Masa dan Ruang Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, cuci, masak, dan ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian didapat perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2,80 meter. Rumah sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat dan mampu menjalankan kehidupan sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: a. Kebutuhan luas per jiwa b. Kebutuhan luas per kepala keluarga c. Kebutuhan luas bangunan per kepala keluarga

6

Secara umum kebutuhan luas minimum bangunan , kebutuhan ruang dan Susunan Keluarga Penghuni dapat dilihat pada Tabel 2.1, Tabel 2.2, dan Tabel 2.3 berikut ini (Sumber : Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat dan Media Online) Tabel 2.1 Kebutuhan Luas Minimum Bangunan Standar per Jiwa (m2) Ambang Batas (7,2) Indonesia (9) Internasional (12) Neufert (9,375) Negara Berkembang (5,2) WHO (10) Luas (m2) untuk 3 Jiwa 21,6 27 36 15,6 30 Luas (m2) untuk 4 Jiwa 28,8 36 48 37,5 20,8 40

Tabel 2.2 Standard Rumah Tinggal Standard Ruangan Kamar Duduk Kamar Makan Kamar Tidur Orang Tua Kamar Tidur Anak Dapur Kamar Mandi dan WC Rumah Tinggal Untuk 3 s/d 4 Orang (m2) 9 4.16 9.3 6 4 2.52

Tabel 2.3 Susunan Keluarga Penghuni Dianggap Terdiri Dari 3-4 Orang No 1 2 3 4 Komposisi Penghuni Ayah Ibu Anak Balita Anak Dewasa RIT-1 1 1 RIT-2 1 1 1 RSS-1 1 1 1 1 RSS-2 1 1 1 1

2.2.2 Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu pencahayaan, penghawaan, dan suhu udara serta kelembababan dalam ruangan. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar dalam perencanaan rumah sehat dan nyaman.

7

Pencahayaan Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang langit dengan ketentuan sebagai berikut: Cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan. Ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya. Ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata. Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh: Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan. Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan. Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan. Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan. Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum satu jam setiap hari. Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai jam 16.00. Kebutuhan bukaan untuk cahaya alami pada satu ruang kurang lebih 9% dari total luas ruang. Nilai ini dihitung dari banyaknya cahaya yang jatuh pada bidang kerja per satuan luas. Penghawaan Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernapas. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan menciptakan rumah yang sehat apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruangan-ruangan, dan lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi. Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan ventilasi silang dengan ketentuan luas penghawaan minimal 5% dari luas lantai ruangan dan udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC.

8

Suhu udara dan kelembaban Rumah dinyatakan sehat dan nyaman bila suhu udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap dan mengakibatkan kelembaban tinggi dalam ruangan. Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam melakukan kegiatannya, maka perlu diperhatikan: Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar. Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak. Menghindari perabotan yang menutupi sebagian luas lantai ruangan. 2.2.3 Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah tinggal sederhana adalah: pondasi, dinding (dan kerangka bangunan), atap serta lantai. Sedangkan bagian-bagian lain seperti langit-langit, talang dan sebagainya merupakan estetika struktur bangunan saja. Pondasi Secara umum sistem pondasi yang memikul beban kurang dari dua ton (beban kecil), yang biasa digunakan untuk rumah sederhana dapat dikelompokan kedalam tiga sistem pondasi, yaitu: pondasi langsung; pondasi setempat; dan pondasi tidak langsung. Sistem pondasi yang digunakan pada Rumah Inti Tumbuh (RIT) dan pengembangannya dalam hal ini Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) ini adalah sistem pondasi setempat dari bahan pasangan batu kali atau pasangan beton tanpa tulangan dan sistem pondasi tidak langsung dari bahan kayu ulin atau galam.

9

Dinding Bahan dinding yang digunakan untuk RIT dan pertumbuhannya adalah conblock, papan, setengah conblock dan setengah papan atau bahan lain seperti bambu tergantung pada potensi bahan yang dominan pada daerah dimana rumah ini akan dibangun. Ukuran conblock yang digunakan harus memenuhi SNI PKKI NI-05 Untuk dinding papan harus dipasang pada kerangka yang kokoh, untuk kerangka dinding digunakan kayu berukuran 5/7 dengan jarak maksimum 100 cm. Kayu yang digunakan baik untuk papan dan balok adalah kayu kelas kuat dan awet II. Apabila untuk kerangka digunakan kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Jarak tiang rangka kurang lebih 150 cm. Papan yang digunakan dengan ketebalan minimal 2 cm setelah diserut dan sambungan dibuat alur lidah atau sambungan lainnya yang menjamin kerapatan. Ring-balok dan kolom dari kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Hubungan antara kolom dengan ringbalok dilengkapi dengan sekur-sekur dari kayu 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Panjang sekur maksimum 50 cm. Kerangka Bangunan Rangka dinding untuk rumah tembok dibuat dari struktur beton bertulang. Untuk rumah setengah tembok menggunakan setengah rangka dari beton bertulang dan setengah dari rangka kayu. Untuk rumah kayu tidak panggung rangka dinding menggunakan kayu. Untuk sloof disarankan menggunakan beton bertulang. Sedangkan rumah kayu panggung seluruhnya menggunakan kayu, baik untuk rangka bangunan maupun untuk dinding dan pondasinya. Kuda-kuda Rumah sederhana sehat ini menggunakan atap pelana dengan kudakuda kerangka kayu dengan kelas kuat dan awet II berukuran 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Disamping sistem sambungan kudakuda tradisional yang selama ini sudah digunakan dan dikemb angkan oleh

10

masyarakat setempat. Dalam rangka mempercepat pelaksanaan pemasangan kerangka kuda-kuda disarankan menggunakan sistem kuda-kuda papan paku, yaitu pada setiap titik simpul menggunakan klam dari papan 2/10 dari kayu dengan kelas yang sama dengan rangka kuda-kudanya. Khusus untuk rumah tembok dengan konstruksi pasangan, dapat menggunakan kuda-kuda dengan memanfaatkan ampig tembok yang disekelilingnya dilengkapi dengan ring-balok konstruksi beton bertulang. Kemiringan sudut atap harus mengikuti ketentuan sudut berdasarkan jenis penutup atap yang digunakan, sesuai dengan spesifikasi yang dikeluarkan oleh pabrik atau minimal 200 untuk pertimbangan kenyamanan ruang didalamnya.

2.3 Analisis Terhadap KonsumenBarkley, Bruce and Saylor (1993) seperti dikutip Andhi Wijaya (1998) menyatakan arti pentingnya seorang pelanggan dilibatkan sebagai suatu usaha untuk mencapai keberhasilan dalam manajemen suatu proyek. Hal ini digambarkan dalam bentuk delapan siklus kegiatan yang saling terkait yaitu cek hasil, implementasi, pengembangan perbaikan, monitoring hasil, menetapkan kualitas pengharapan pelanggan, memahami dan menerapkan prosesnya, memilih dan menganalisa peluang kemungkinannya, dan mengambil tindakan. Dalam sektor perumahan, penghuni yang juga bisa disebut sebagai pelanggan adalah sosok utama dalam pengadaan rumah, maka dalam perencanaan pembuatan rumah kondisi dan kebutuhan penghuni harus diperhitungkan dengan sebaik-baiknya. Profil dan sosial ekonomi dari calon penghuni harus dipelajari terlebih dulu sebelum ditentukan perancangan selanjutnya. Dengan demikian, maka unit hunian bukan sekedar tempat berlindung melainkan sebagai tempat tinggal yang sehat dan nyaman bagi penghuninya. Turner (1976) seperti dikutip Andhi Wijaya (1998) menyatakan bila penghuni/calon penghuni mendapatkan cukup hak untuk mengontrol kebutuhankebutuhan pokok dan bebas dalam menentukan bentuk dan kebutuhan rumah yang diperlukan maka proses dan lingkungan yang tercipta akan menumbuhkan kesejahteraan bagi dirinya sendiri dan masyarakat umum. Teori ini lebih

11

menekankan pada nilai guna yang akan menempatkan penghuni sebagai tokoh sentral seperti yang telah diutarakan di atas, yaitu merupakan hasil dari proses bagaimana bisa diterima untuk merumahkan seseorang. Jika paradigma lama menjadikan manusia sebagai objek program pembangunan rumah, kini manusia atau konsumen harus diposisikan sebagai subjek pembangunan, yaitu dilibatkan secara langsung dalam perencanaan. Hal ini akan berdampak pada rasa kepemilikan terhadap tempat bermukim mereka sendiri. Pembangunan rumah dengan paradigma lama akan membuat masyarakat hanya menerima rumah yang sudah jadi dan siap ditempati, sementara mereka tidak memiliki kebebasan menyampaikan pandangan dan keinginan mereka dalam proses pembangunannya. Paradigma lain adalah memberdayakan masyarakat untuk membangun rumah sendiri dimana pihak pemerintah hanya perlu menyediakan lahan dan fasilitas kredit untuk pembelian bahan yang diperlukan. Berangkat dari kenyataan yang ada, kita menyadari bahwa lingkungan sosial berperan serta dalam proses desain dan proses penghunian rumah. Dalam masyarakat majemuk, tentunya diperlukan perencana yang bisa mengenali aspek sosial masyarakat dalam pembuatan desain rumah. Gerakan modern yang banyak mendasari pembangunan rumah dianggap kurang peduli terhadap lingkungan sosial masyarakat dan aspek manusia sebagai penghuninya. Laurens (2001) seperti dikutip Andhi Wijaya (1998) mengungkapkannya dengan kalimat Gerakan modern kurang perhatian pada dimensi manusia, perhatiannya lebih terfokus pada hubungan antara arsitek dengan artefak hasil rancangannya. Berbagai faktor seperti faktor geometrik, formal abstrak, teknologi maupun simbolisasi amat diperhatikan, tetapi faktor manusia atau kepuasan pengguna khususnya belum mendapat cukup perhatian. 2.3.1 Persepsi Konsumen Persepsi adalah suatu cara yang dilakukan konsumen dalam memilih, mengorganisasikan, dan menterjemahkan stimulus menjadi suatu gambaran yang bermakna dan melekat pada benak masyarakat. Konsumen melakukan tiga hal dalam

12

membentuk

persepsi

yaitu

menyeleksi,

mengatur

dan

mengartikan rangsangan pemasaran dan lingkungan ke dalam gambar yang saling berkaitan. Menyeleksi berarti konsumen memperhatikan stimulus tersebut dan memilih stimulus-stimulus yang mereka rasakan. Mengorganisir berarti konsumen mengelompokan informasi dari berbagai sumber ke dalam arti yang menyeluruh agar dapat dipahami lebih baik dan untuk bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Sedangkan mengartikan stimulus pemasaran tergantung pada dua proses yaitu pengkategorian dan kesimpulan. Pengkategorian mempermudah proses informasi dengan cara konsumen mengklasifikasikan brand-brand ke dalam kategori produk. Sedangkan kesimpulan adalah kepercayaan terhadap objek yang dibangun oleh konsumen berdasarkan asosiasi di masa lalu. Dari definisi di atas bisa dijelaskan bahwa persepsi adalah pilihan dan penilaian masyarakat tentang apa yang ada di hadapannya untuk menentukan mana yang akan diambil atau dipilih sesuai dengan kriteria masyarakat tersebut dan melalui tahap penilaian. Pemilihan dan pemikiran masyarakat sendiri akan barang dan jasa sangat erat dengan pertimbanganpertimbangan masyarakat itu sendiri karena masyarakat menilai sebuah pilihan yang dihadapinya yang harus sesuai juga dengan pada mereka karakteristiknya sendiri. Perubahan masyarakat lingkungan kembali tercermin perubahan penilaian dan perilaku pengenalan, akan membuat menilai kebutuhan-kebutuhan sekarang dan juga memperkirakan kebutuhan di masa yang akan datang. Dengan melakukan pemahaman terhadap penilaian suatu barang, masyarakat akan mempunyai pandangan yang

13

lebih luas dan mengetahui adanya pilihan-pilihan baru akibat belum terpenuhinya kebutuhan dan keinginan masyarakat saat ini. 2.3.1.1 Tahapan Persepsi Proses persepsi merupakan proses psikologis yang yang kompleks yang juga melibatkan aspek fisiologis. Proses ini mulai dari memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sehingga konsumen dapat memberikan makna atas suatu objek. Seleksi Proses persepsi diawali dengan adanya stimulus yang mengenai panca indera yang disebut sensasi. Stimulus ini sangat beragam, ada yang berasal dari dalam dan ada yang berasal dari luar individu. Ada dua faktor yang mempengaruhi pemilihan stimulus yang dipersepsikan oleh konsumen yaitu pertama faktor dari stimulus itu sendiri dan faktor internal. Faktor dari stimulus itu sendiri adalah faktor-faktor yang merupakan karakteristik dari stimulus yang dapat mempengaruhi pilihan konsumen. Prinsip-prinsip yang terkait dengan faktor ini adalah: a. Kekontrasan atau perbedaan yang mencolok. Prinsip ini menyatakan bahwa stimulus eksternal yang berbeda atau berlawanan dengan kondisi yang ada akan menarik perhatian. b. Kebaruan. Bisa berupa iklan, produk baru, kostum tenaga penjual yang baru dan hal-hal baru lain akan menarik perhatian konsumen. c. Intensitas. Semakin kuat intensitas eksternal akan semakin dirasakan konsumen, sehingga konsumen cenderung memperhatikan.

14

d.

Besarnya ukuran. Hal ini sering dikaitkan dengan

intensitas.semakin besar suatu objek, akan semakin menarik perhatian konsumen. e. Gerakan. Prinsip ini menyatakan bahwa konsumen akan memberikan perhatian yang lebih terhadap objek yang bergerak dibandingkan dengan objek diam. f. Pengulangan. Stimulus yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian daripada stimulus yang hanya muncul sekali-sekali. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri. Prinsip-prinsip yang terkait dengan faktor ini adalah: a. Selective Exposure. Konsumen cenderung akan memilih objek atau apa saja yang dilihatnya secara selektif. Berbagai informasi yang diingatnya akan mempengaruhi pemilihannya. b. Selective Attention. Konsumen dapat memperhatikan stimulus secara sengaja (sadar dan sktif) dan tidak sengaja (pada kondisi tertentu dapat menjadi suatu kesengajaan jika stimulus mampu mempengaruhi konsumen secara sadar untuk memperhatikan sesuatu yang dianggap menarik. c. akan Perceptual Defence. Konsumen secara tidak sadar melindungi dirinya dari stimulus yang dianggap

membahayakan dirinya, serta melindungi dirinya dari hal-hal yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. d. Perceptual Blocking. Konsumen akan menahan berbagai stimulus seuai dengan kesadarannya. Pengorganisasian Agar stimulus dapat diperhatikan dengan mudah, konsumen akan menghubungkan dan mengaitkan antara gambar

15

dengan

dasar,

mengaitkan antara

apa

yang ada

dengan

konteksnya sehingga punya mana. Konsumen cenderung untuk mengelompokkan banyak objek yang memiliki kemiripan menjadi satu kelompok. Terdapat tiga prinsip dalam melakukan pengelompokkan yaitu: a. Prinsip Kedekatan b. Kesamaan c. Kesinambungan Setelah atau tidak melakukan sadar akan pengelompokkan, mengingat semua konsumen informasi akan yang melakukan interpretasi. Pada tahap inikonsumen secara sadar dimilikinya agar mampu memberikan makna yang tepat. 2.3.1.2 Pengukuran Persepsi Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pemetaan persepsi. Analisis ini berguna untuk memilih penentuan suatu pilihan sasaran dan membantu memutuskan sasaran yang terpilih. Pemetaan persepsi menunjukkan tempat dimana masyarakat lebih suka menempatkan pilihan sesuai dengan yang mereka rasakan. Dengan peta persepsi, tiap-tiap pilihan menempati tempat khusus. Pilihan yang mempunyai kesamaan akan saling berdekatan, sedangkan yang banyak memiliki perbedaan akan berjauhan. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan pemetaan persepsi dapat mengetahui persepsi konsumen terhadap pilihannya. Pemetaan persepsi dapat menunjukkan dengan tepat dimana konsumen lebih suka menempatkan keinginannya sesuai dengan apa yang mereka rasakan. 2.3.2 Kepuasan Konsumen Arti dasarnya sesungguhnya merupakan dari kualitas keadaan adalah dimana bagaimana kebutuhan, menciptakan kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen pada suatu keinginan dan harapan konsumen dapat terpenuhi melalui

16

produk yang dikonsumsi. Konsumen yang merasa kepuasannya tidak terpenuhi akibat harapan, keinginan ataupun ekspektasi yang diharapkan tidak tercapai cenderung akan melalukan komplain atau pengaduan. Ketidaktepatan pendekatan dalam menangani pengaduan konsumen bisa berbuntut panjang. Oleh karena itu pihak pengembang harus menunjukkan sikap empati terhadap konsumen yang melakukan pengaduan. Kritik, keluhan, komplain ataupun pengaduan konsumen di sisi lain akan menguntungkan pengembang. Pengaduan yang dilakukan konsumen akan membantu pengembang dalam mengetahui apa yang tidak sesuai dalam perencanaanya dan dapat mengambil tindakan yang diperlukan. 2.3.3 Konsep Kualitas Hasil produk yang berkualitas akan menghindarkan terjadinya kerusakan ataupun cacat produk, sehingga dapat dihindari adanya pemborosan dan inefisiensi biaya. Di lain pihak, produk yang berkualitas akan menimbulkan kepuasan pada konsumen. Delapan dimensi untuk menganalisis karakteristik kualitas produk, sebagai berikut: a. Performansi, berkaitan dengan aspek fungsional dari produk b. c. Fitur, menambah fungsi dasar berkaitan dengan pilihan dan pengembangannya Keandalan, merefleksikan d. berkaitan probabilitas dengan atau karakteristik kemungkinan yang tingkat

keberhasilan dalam penggunaan suatu produk. Kenyamanan, berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen.

17

e. f.

Durabilitas, ukuran masa pakai suatu produk. Kemampulayanan, berkaitan dengan kemampuan memberikan pelayanan dalam perbaikan.

g. Estetika, bersifat subyektif sebagai preferensi dan pilihan individu h. Kualitas yang dirasakan, bersifat subyektif dlam kaitannya dengan perasaan konsumen dalam mengkonsumsi produk.

2.4 Analisis Data Hasil SurveiSumber data sebuah penelitian ada kalanya menggunakan data dari hasil kuesioner. Tentunya dalam penyusunan sebuah kuesioner harus benar-benar bisa menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid) dan juga dapat konsisten bila pertanyaan tersebut dijawab dalam waktu yang berbeda (reliabel). Setelah data hasil survei dianggap valid dan reliabel, maka analisis selanjutnya bisa dilaksanakan. 2.4.1 Uji Validitas Instrumen Uji validitas menunjukkan ukuran yang benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya tes tersebut. Jika peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka item-item yang disusun pada kuesioner tersebut merupakan alat tes yang harus mengukur apa yang menjadi tujuan penelitian. Salah satu cara untuk menghitung validitas suatu alat tes yaitu dengan melihat daya pembeda item (item discriminality). Daya pembeda item adalah metode yang paling tepat digunakan untuk setiap jenis tes. Daya pembeda item dalam penalitian ini dilakukan dengan cara korelasi itemtotal. Korelasi item-total yaitu konsistensi antara skor item dengan skor secara

18

keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor keseluruhan. 2.4.2 Uji Realibilitas Instrumen Reliabilitas artinya adalah tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya. Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama intrumen pengukuran yang baik. Kadang-kadang reliabilitas disebut juga sebagai keterpercayaan, keterandalan, konsistensi, kestabilan, dan sebagainya. Namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran (measurement error). Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 1,00; akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1,00 tidak pernah dicapai dalam pengukuran, karena manusia sebagai subjek pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan yang potensial. Di samping itu walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif (+) atau negatif (-), akan tetapi dalam hal reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas yang positif. Menurut Imam Ghozali (2002:133) seperti dikutip oleh Azuar Juliandi (2007), instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh >0,60. 2.4.3 Analisis Indeks Rata-Rata Salah satu metode analisis data kuisioner adalah dengan menggunakan metode indeks rata-rata. Untuk menggunakan metode ini, maka pertanyaan dalam kuisioner yang menanyakan sikap responden akan diberi bobot atau angka. Jumlah angka yang diperoleh dari setiap pertanyaan akan dijumlahkan dan hasilnya dibagi dengan jumlah responden (X) untuk mendapatkan nilai rata-rata

19

bagi setiap pertanyaan. Persamaan yang dipakai dalam menentukan indeks ratarata adalah sebagai berikut: (aiX) Indeks rata-rata = X Dimana, ai X i = Jumlah pilihan pada bobot i = Jumlah responden = Bobot

20