tinjauan pustaka 2.1 hubungan antar manusia
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Antar Manusia
Dalam sejarah peradaban, hubungan antar manusia sudah ada sejak Adam dan
Hawa bertemu di bumi, dari pertama mereka saling memandang hingga berbicara satu
sama lain, kemudian mereka bekerja sama untuk menjalani hidup, setelah beberapa
waktu Hawa melahirkan Habil dan Qabil, menurut sejarah berbagai agama Samawi,
Habil dan Qabil berkompetisi untuk mempersembahkan qurban untuk Tuhan dan
ternyata persembahan Habil yang diterima, kemudian muncul konflik hingga Qabil
membunuh Habil karena Qabil memberikan persembahan secara tidak ikhlas. Setelah
berkembangnya zaman hingga saat ini, hubungan antar manusia yang meliputi
kerjasama, kompetisi, serta konflik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Dalam pendekatan sosiologi manusia terlahir sebagai makhluk sosial, hakikat
tersebut membuat manusia tidak dapat hidup normal tanpa adanya manusia lain.
Hubungan antar manusia tersebut dapat dikatergorikan sebagai interaksi sosial.
Pengertian interaksi sosial menurut para ahli sebagai berikut :
1. Hubungan sosial yang dinamis dan sangat berkaitan dengan
perorangan, kelompok dengan kelompok, ataupun perorangan dengan kelompok dan
sebaliknya (Elly dan Usman, 2011:63)
2. Interaksi sosial merupakan hubungan yang menghasilkan timbal balik
antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan
kelompok (Soerjono, 2010:55)
Akan tetapi perilaku manusia secara tidak sadar juga dipengaruhi oleh
psikologi manusia itu sendiri. Menurut Sigmun Freud dalam pendekatan
6
psikoanalisis, mengibaratkan pengalaman mental manusia sebagai gunng es yang
mengapung di lautan, ujung gunung yang nampak ialah pengalaman mental yang
disadari, sedangkan pangkal gunung es yang didasar adalah pengalaman mental yang
tidak disadari.
Dalam filsafat manusia juga menjelaskan bahwa sesungguhnya hati itu ingin
berkehendak, tetapi tubuh itu lemah, semisal hati individu ingin melakukan kegiatan
baik namun lingkungan mengajarkan perbuatan maksiat itu nikmat, maka manusia
cenderung memilih kenikmatan yang dikehendaki oleh tubuh, disini sering terjadi rasa
penyesalan di dalam diri individu, namun apabila kegiatan negatif itu dilakukan terus
menerus perasaan penyesalan itu akan hilang dan berbuat hal negatif sudah menjadi
kegiatan yang biasa individu lakukan.
Kesimpulan berdasarkan pengertian diatas, maka hubungan antar manusia
adalah hubungan yang terjadi antara manusia dengan manusia lainnya, baik secara
individu ataupun atas nama kelompok yang didorong oleh pengalaman mental
manusia yang kompleks. Hubungan antar manusia sendiri memiliki beberapa bentuk
yaitu kerja sama, kompetisi, dan konflik.
2.1.1 Kerja Sama
Dalam hubungan antar manusia guna melancarkan jalannya kepentingan
individu maupun kelompok maka mereka akan melakukan kerja sama. Kerja sama
dapat diartikan dengan individu-individu memiliki kepentingan yang sama, keadaan
yang saling tergantung, sehingga saling membantu untuk mencapai tujuan yang sama.
Tidak hanya induvidu yang dapat melakukan kerjasama, namun juga atas nama
kelompok sosial (Dudija’, 2015:68)
7
Menurut Soerjono dalam Sosiologi Suatu Pengantar (2010:65-68) kerjasama
terbentuk karena adanya masyarakat yang menyadari jika mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama sehingga menghasilkan kesimpulan untuk
bersama-sama dalam mencapai tujuan mereka.
Maka dapat diartikan bahwa kerjasama adalah individu antar individu,
individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok atau sebaliknya yang
memiliki tujuan yang sama, guna memudahkan jalan untuk mencapai tujuan, maka
muncul kerja sama, misalnya seorang ibu dan ayah membagi tugas untuk
membesarkan anak mereka secara bersama-sama.
2.1.2 Kompetisi
Didalam kerjasama, tidak terhindarkan akan munculnya kompetisi, kompetisi
juga merupakan bagian dari proses sosial dimana individu ataupun kelompok
melakukan persaingan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses kompetisi ini dapat
dilakukan dengan cara sehat ataupun tidak. Didalam nilai kompetitif individu percaya
jika tujuannya berkorelasi negatif, jika individu satu telah mencapai tujuan maka akan
memperkecil kemungkinan individu lainnya sampai pada tujuan (Dudija’, 2015:68)
Didalam kompetisi juga terdapat kontravensi, merupakan suatu bentuk proses
sosial yang berada diantara persaingan, pertentangan dan konflik. Wujud dari
kontravensi sendiri adalah sikap yang tidak senang, bisa secara tersembunyi maupun
yang terlihat sebagai contoh perbuatan menghalangi, fitnah, profokasi, penghianatan,
intimidasi, menghasut yang dapat ditujukan kepada individu maupun kelompok.
Sikap tersebut bisa menjadi kebencian sehingga dapat menimbulkan konflik, misalkan
terdapat dua pekerja kantoran yang sama-sama ingin naik jabatan, mereka berkerja
8
keras untuk meraih tujuannya kemudian salah satu pihak memfitnah pihak lainnya
agar terlihat buruk oleh atasannya.
2.1.3 Konflik
Dalam kompetisi yang cenderung negative atau tidak kooperatif maka akan
muncul adanya konflik, konflik juga bagian dari proses sosial yang kerap terjadi,
dimana terdapat perbedaan pendapat atau paham, perbedaan dalam kepentingan yang
fundamental sehingga menyebabkan adanya jurang pemisah yang memberikan
gangguan terhadap proses sosial yang berlangsung (Dudija’, 2015:65)
Menurut Narwoko dan Sutantyo dalam Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan
(2011:65-71) konflik merupakan proses sosial antar perorangan maupun kelompok
tertentu yang terjadi karena perbedaan paham atau kepentingan yang sangat mendasar
hingga menimbulkan jurang pemisah yang menjadi penghalang interaksi sosial. Kasus
ini sangat nampak pada sejarah Habil dan Qabil, terdapat salah satu pihak yang tidak
bisa kooperatif maka akan menimbulkan konflik.
Jika tidak ditangani dengan benar, konflik sosial tersebut dapat menjalar
menjadi konflik dalam diri manusia, menjadikan manusia tidak mendapat ketenangan
batin, dihantui rasa gelisah, tidak mendapat cahaya terang (hidup menjadi suram).
Menurut leader dalam kelompok Sangha untuk menyelesaikan konflik dalam diri
individu maka dibutuhkan komunikasi dengan diri sendiri (komunikasi intrapersonal).
2.2 KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan untuk mencapai tujuan
bersama dalam pemahaman. Menurut (Stuart, 1983:8) dalam buku Ilmu Komunikasi
Ilmiah dan Populer. Komunikasi intrapersonal adalah jika seorang individu bertanya
9
sekaligus menjawab pertanyaan yang timbul atas dirinya sendiri itu disebut
komunikasi dengan diri sendiri (Nurudin, 2016:83) dalam buku Ilmu Komunikasi
Ilmiah dan Populer.
Menurut Cangara (2007:84) dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi,
komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication) adalah kegiatan
komunikasi yang berlangsung di dalam diri seseorang. Atau dengan kata lain
kegiatan komunikasi yang berlangsung dengan diri sendiri.
Menurut Devito, 1997 dalam Effendy (2003) komunikasi intrapersonal adalah
kegiatan komunikasi yang berlangsung dengan diri sendiri dengan maksud untuk
berpikir, menganalisis, penalaran, serta merenung. Proses komunikasi intrapersonal
disebabkan karena individu menandai suatu objek tertentu dengan makna.
Kemudian, objek tersbut mengalami suatu pertumbuhan yang terjadi di dalam
pikiran seseorang setelah mengalami stimulus dari kelima indra. Akhir dari kegiatan
yang berjalan sebelumnya setelah di renungkan akan berdampak terhadap
pengetahuan, sikap, serta perilaku seseorang.
Menurut Kincaid dan Roger 1981 dalam Cangara (2004). Kegiatan
komunikasi melibatkan 2 tindakan, antara lain memberi serta menerima. Didalam
komunikasi intrapersonal seseorang menjadi pengirim serta penerima informasi
sekaligus.
Ketika berlangsungnya komunikasi intrapersonal, akan ada pilihan-pilihan
yang terdapat didalamnya. Seseorang akan memilih hal yang ia inginkan. Setiap
individu mempunyai pengalaman yang beraneka ragam, yang memungkinkan setiap
individu memiliki pemaknaan yang tidak sama. Individu menggunakan konsep yang
ada pada dirinya untuk memberi pemaknaan terhadap objek yang diamatinya.
Konsep tersebut digunakan individu untuk memilih mana yang paling tepat terhadap
10
kondisi tertentu. Berpikir serta penafsiran yang berada dalam komunikasi
intrapersonal akan tergantung terhadap konsep yang ada pada setiap individu.
Pengalaman tentu tak kalah penting untuk menumbuhkan konsep yang sudah
dimiliki.
2.2.1 Proses Komunikasi Intrapersonal
Menurut Rakhmad, (1999) dalam buku Psikologi Komunikasi (2012:48),
komunikasi intrapersonal melewati beberapa tahap, antara lain :
1. Sensasi : berjalannya komunikasi intrapersonal diawali adanya sebuah
stimulus. Sebuah komunikasi intrapersonal itu adalah sebuah respon dari
adanya stimulus. Stimulus dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Internal : konsep dalam individu, perilaku dan sikap, motif individu.
2) Eksternal : peristiwa maupun objek, orang yang berada diluar
individu, lalu akan timbul sebuah prasangka ataupun persepsi, rasa,
serta makna dalam penafsiran yang didapat dari diri individu itu
sendiri ataupun disekitarnya. Stimulus tersebut kemudian ditangkap
oleh sensor kemudian disampaikan ke otak. Kejadian ini biasa
disebut dengan resepsi.
2. Persepsi : setelah organ menangkap stimulus serta mengirimnya ke saraf
pusat. Individu mengangkap stimulus yang diarahkan pada individu. Karena
individu menerapkan cara kerja selektif maka stimulus yang akan individu
terima hanya beberapa saja.
11
3. Memori : kemudian stimulus menjadi tiga tingkatan, meliputi kogniti,
emosi, fisiologis. Tingkat kognitif erat dengan intelektual diri termasuk
penyimpanan, retrieval, memilah, sera asimilasi pesan. Tingkat emosi erat
dengan emosi diri, sikap, rasa percaya, semua emosi, serta pendapat saling
bersentuhan guna menghasilkan tanggapan emosi terhadap berbagai macam
stimulus. Tingkat fisiologis ini sangat erat dengan psikologi diri. Ini
dicerminkan lewat perilaku fisik, contohnya : aktifitas otak, tekanan darah.
4. Berpikir : gambarkan dalam pikiran anda, 9 titik seperti pola pada
handphone, hubingkanlah semua titik tersebut tanpa terputus, jangan ada satu
titikpun yang terlewat. Pada awalnya anda akan menangkap tulisan (sensasi),
kemudian mencoba membaca serta memahami apa yang saya perintahkan
(persepsi), pada saat yang sama sebenarnya anda membongkar memori anda
untuk mengartikan apa yang saya sebut garis, titik, pola, dan soal yang sama
pernah anda dapat pada waktu yang lampau (memori). Jadi berpikir
merupakan suatu proses yang melibatkan konsep dan symbol, Paul Museen
dan Mark R Rosenzweig (1973:410) dalam Psikologi Komunikasi (2012:66)
Wujud dari komunikasi intrapersonal sendiri sangat beragam didalam
ajaran agama Islam terdapat Muhasabah yang dapat diartikan dalam
pengertian umum menilai diri sendiri atau instropeksi diri, yang kedua adalah
Meditasi ajaran Buddha yaitu Vipassana yang artinya pengembangan batin
menuju kebijaksanaan atau pandangan terang. Dalam penelitian ini peneliti
akan fokus kedalam meditasi Vipassana.
12
2.3 Meditasi
Berikut adalah gambaran meditasi secara umum:
Menurut Walsh dalam M.A Subandi (1893:181) menyatakan bahwa meditasi
merupakan sebuah teknik ataupun latihan yang bertujuan untuk memusaatkan
perhatian guna memanfaatkan kesadaran sehingga proses-proses mental lebih
terkontrol secara sadar.
Menurut Setyo dalam buku Suwung Ajaran Rahasia Leluhur Jawa (2017:147),
meditasi adalah menyatakan kenyataan, menyadari yang ada dalam diri manusia,
menjadikan manusia menjadi jernih. Tujuan daripada meditasi adalah berkesadaran
selama 24 jam dalam sehari, disini kesadaran manusia tak hanya terletak dipangkal
otak, namun juga pada rasa, suatu perangkat metafisik yang berada pada pusat hati
untuk menyadari realitas paling lembut serta paling kasar. Semakin manusia
berkesadaran, maka manusia tersebut akan semakin paham lukisan hidup.
Berikut adalah “meditasi” dalam ajaran beberapa agama
1. Kristen, bernama Saat Teduh , disini umat kristen berdoa sambil
merenung, yang bisa dilakukan setiap hari.
2. Islam, bernama Muhasabah, umat muslim dianjurkan untuk merenung
dan menilai diri sendiri.
3. Hindu, Yoga, yang artinya pengendalian diri, menyelaraskan diri
dengan alam, yang biasa dilakukan seblum ibadah.
4. Buddha, Meditasi Vipassana, disini pelaku meditasi fokus terhadap diri
sendiri sehingga mencapai kesadaran.
13
2.3.1 Meditasi Vipassana
Menurut Rinpoche dalam buku The Joy of Living (2007:192) Meditasi
Vipassana adalah latihan yang sangat sederhana dalam beristirahat dalam alam,
keadaan pikiran pelaku meditasi sekarang, dan membiarkan diri pelaku meditasi
untuk menjadi sederhana dan jelas hadir untuk apa pun pikiran, sensasi, atau emosi
yang terjadi.
Menurut Ajahn Brahm dalam Superpower Mindfulness (2011) Meditasi
Vipassana adalah suatu Teknik untuk tidak mengikat sesuatu, untuk lebih
gamblangnya adalah melepaskan duniawi yang runyam untuk memperolah kedamaian
didalam hati. Dalam berbagai proses spiritual, meditasi merupakan suatu cara untuk
menncapai pemikiran yang murni dan tidak terikap kepada dunia, memiliki
kenikamatan tersendiri, kebahagiaan yang lebih daripada suatu seks.
Maka dalam uraian di atas perbedaan Meditasi secara umum dengan Meditasi
Vipassana yaitu didalam Meditasi Vipassana pelaku meditasi diharuskan melepaskan
keduniawian, sedangkan didalam Meditasi secara umum tidak diwajibkan
meninggalkan duniawi.
2.3.2 Metode dalam Meditasi Vipassana
Menurut Rinpoche dalam buku yang berjudul The Joy of Living (2007:193) hal
yang paling banyak ditanyakan adalah mengapa begitu banyak metode dalam meditasi
dan mana metode yang tepat untuk para pelaku meditasi. Jika dilihat dan disadari
tidak ada dua individu yang persis sama dalam hal temperamen dan kemampuan,
beberapa individu sangat pandai berbicara dan dengan mudah memahami instruksi
dan dapat menjelaskan dengan mudah kepada individu lain, sementara beberapa
14
individu mempunyai indra penciuman atau pendengaran yang lebih tajam dan lebih
baik dari yang lain, ada individu yang dengan mudah mengerjakan rumus matematika
yang rumit dan sebagian merupakan penyair yang sangat mahir menjelaskan dunia
kepada diri mereka sendiri dan individu lain.
Menurut Rinpoche dalam The Joy of Living (2007:194) pilihlah metode yang
bekerja untuk para pelaku meditasi itu sendiri. Keadaan yang berbeda memerlukan
tindakan yang berbeda pula. Jadi akan sangat membantu jika memiliki beberapa
pilihan. Prinsip ini berlaku untuk hampir setiap aspek kehidupan. Ketika pelaku
meditasi berhadapan dengan emosi seperti kesedihan, kemarahan, emosi, atau
ketakutan, terkadang latihan meditasi adalah pendekatan terbaik. Kadang juga hanya
menggunakan emosi itu sendiri sebagai fokus latihan dasar mungkin dapat bekerja
baik. Seringkali untuk menemukan metode yang tepat adalah dengan coba-coba. Poin
utamanya adalah memilih metode mana saja yang menarik bagi pelaku meditasi. Jika
pelaku meditasi adalah orang “visual” cobalah dengan menggunakan metode meditasi
bentuk yang diawali dengan berlatih menenangkan pikiran. Jika pelaku meditasi
adalah tipe individu yang waspada terhadap sensasi fisik, maka cobalah dengan
bekerja memindai tubuh anda atau berfokus terhadap nafas. Jika anda tipe “verbal”
cobalah bekerja dengan mantra, Teknik itu sendiri tidak masalah. Yang terpenting
adalah belajar bagaimana mengistirahatkan pikiran. Namun karena pikiran terlalu
aktif, mudah bosan dengan satu metode. Setelah beberapa hari, minggu,dan bulan
bekerja dengan latihan tertentu maka pelaku meditasi akan menemukan dirinya
sendiri. Pelaku meditasi mulai bermeditasi sesuai ajaran, pada awalnya terasa sangat
bagus, dan menyenangkan. Kemudian suatu hari tanpa alasan, para pelaku meditasi
akan bosan, dan membenci meditasi sesuai ajaran. Pelaku meditasi tidak perlu
meditasi sesuai ajaran lagi, sehingga dapat mencoba sesuatu yang lain seperti pada
15
suara, maka pelaku meditasi akan merasakan suara yang lebih tajam, atau meditasi
pada aroma atau berkonsentrasi terhadap pikiran-pikiran. Metode apapun yang pelaku
meditasi pilih, sangat penting setiap sesi untuk bergantian fokus terhadap suatu objek
hanya untuk mengistirahatkan pikiran. Inti dari sesuatu yang didukung dengan
meditasi adalah untuk mengembangkan tingkat stabilitas mental yang memungkinkan
untuk menyadari pikiran dan merasakan sesuatu. Mengistirahatkan pikiran dalam
meditasi tanpa tujuan dan meditasi berbasis objek memberi pelaku meditasi
kesempatan untuk mengasimilasi sesuatu yang dapat dialami dan membedakan
kondisi. Apakah individu berhadapan dengan emosi individu sendiri atau dengan
seseorang. Kemudian individu akan menyadari dan belajar mengenali bahwa apapun
yang terjadi berhubungan dengan kesadaran anda sendiri.
Metode melakukan meditasi Vipassana dalam Meditasi Vipassana (1992:17)
memahami enpat unsur yaitu tanah, air, api, dan angin.
1. Tanah berarti sifat keras dan sifat lembut
2. Unsur air berarti Jika kita menyadari keadaan fleksibel atau lekat
dibagian manapun dari tubuh kita, itu berarti kita menyadari unsur air.
3. Api berarti memahami karakteristik api, yaitu panas dan dingin.
4. Angin, perpindahan, getaran, pergerakan, atau menopang dibagian
manapun dari tubuh. Jika kita merasa, menyadari dan mengerti dengan benar
sifat alamiah dari pergerakan, perpindahan, getaran atau topangan dibagian
manapun dari tubuh, itu berarti kita meyadari unsur angin. Inilah perhatian
penuh terhadap empat unsur.
16
Semua proses mental dan jasmani harus disadari secara penuh, ketika duduk
dan memfokuskan perhatian pada proses mental dan jasmani, pelaku meditasi
mungkin akan kesulitan mengetahui objek apa yang harus diamati terlebuh dahulu,
dalam mengatasi hal ini mengamati kembang kempis perut adalah jawabannya.
2.3.3 Tempat Untuk Melakukan Meditasi Vipassana
Menurut Rinpoche dalam The Joy of Living (2007:201), meditasi dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja, setiap kegiatan sehari-hari dapat digunakan
sebagai kesempatan untuk meditasi. Individu dapat melihat pikirannya sendiri,
mengistirahatkan perhatian sejenak meski beberapa detik dari bau, rasa, bentuk, suara.
Akan tetapi untuk pelaku meditasi pemula disarankan untuk mencari tempat yang
tenang dan nyaman supaya memudahkan pelaku melakukan konsentrasi.
2.3.4 Manfaat Meditasi Vipassana
Menurut Rinpoche dalam The Joy of Living (2007:204), meditasi
menghasilkan kedamaian, rasa tenang, kejelasan, kepercayaan diri. Jika individu
melakukan itu maka tidak hanya diri sendiri yang diuntungkan, namun individu lain
disekitar juga mendapat keuntungan, dan itulah tujuan setiap ilmiah dan praktik
spiritual, untuk menciptakan dunia yang lebih aman, lebih harmonis, serta lembut.
Tidak hanya untuk pelaku meditasi sendiri namun juga untuk generasi yang akan
datang.
Manfaat meditasi Vipassana dalam Meditasi Vipassana (1992:24)
1. Pemurnian dari segala kekotoran mental, individu yang berlatih meditadi
Vipassana dapat memurnikan pikirannya dari seluruh kekotoran mental.
17
2. Mengatasi kesedihan dan kekhawatiran. Manusia tidak perlu khawatir
terhadap kegagalan dan kesedihan yang berasal dari apapun, walaupun belum ahli
terhadap meditasi, individu tetap dapat mengatasi kesedihan dan kekhawatiran dalam
batas tertentu.
3. Mengatasi ratap tangis, individu tidak akan merasa sedih dengan kejadian
duka karena mengerti sepenuhnya proses mental dan jasmani.
4. Berhentinya penderitaan jasmani.
5. Berhentinya penderitaan mental.
2.4 Kesadaran (Consciuousness)
kesadaran merupakan konsep yang membingungkan dalam ilmu pengetahuan
mengenai pikiran, salah satu penyebabnya ialah karena pengertian kesadaran sangat
bervariasi sehingga tidak ada pengertian umum yang dapat diterima oleh semua
pihak, berikut adalah beberapa pengertian kesadaran yang relevan dengan penelitian.
Menurut Zeman (2001) dalam Sekilas Tentang Kesadaran (2015:80)
menguraikan bahwa kata consciousness berasal dari bahasa Latin conscio yang
dibentuk dari kata cum yang berarti with (dengan) dan scio yang berarti know (tahu),
yang jika ditarik pengertiannya adalah menyadari sesuatu.
Pawlik (1998:187) dalam Sekilas Tentang Kesadaran (2015:81) menjelaskan
ada dua rumusan kesadaran, yaitu (1) aspek kesadaran fungsional, dalam pengertian
perhatian dan awareness serta (2) aspek fenomenologis kesadaran, dalam pengertian
kesadaran-diri (self-awareness dan self-consciousness) yang menggambarkan
kesadaran internal terhadap pengalaman sadar diri seseorang.
18
Pengertian kesadaran dalam buku panduan meditasi Buddhis hal ini sering
disebut dengan konsentrasi ataupun juga kesucian pikiran (pikiran yang harus
terpusat), harus individu sendiri yang melakukannya, tidak dapat terwakilkan.
2.5 Kualitas Hidup
Tujuan utama pelaku meditasi adalah mendapatkan kualitas hidup yang baik,
pengertian dari kualitas hidup sendiri adalah satu karakteristik yang unggul, sesuai
dan bermakna serta memenuhi kebutuhan dan tujuan pada diri manusia yang
mengakibatkan kebahagiaan, kenyamanan, kesejahteraan dan kepuasan. Karakteristik
yang dimaksudkan bukan semata pada aspek fisik, tetapi juga meliputi psikis, sosial,
serta spiritual, Menggapai Quality of Life (QL) Melalui Islamic Spiritual Therapy
(2011:9)
Kualitas hidup dapat dipengaruhi beberapa faktor. Salah satu faktor yang
banyak diteliti adalah spiritual dan agama. Frisch (2006) dalam Menggapai Quality of
Life (QL) Melalui Islamic Spiritual Therapy menyatakan salah satu aspek kualitas
hidup adalah menemukan tujuan hidup berkaitan dengan kepercayaan dan berbagai
persoalan yang terdapat dalam diri. Selain itu juga dapat menyegarkan dan
mengembangkan kualitas hidup.
Dalam buku panduan meditasi Vipassana, manfaat yang dapat orang peroleh
setelah melakukan pengenbangan batin (Vipassana Bhahavana) oleh manusia antara
lain membuat pikiran semakin tenang, terbebas dari kegelisahan, meningkatkan
kebahagiaan, ataupun setidak-tidaknya, dengan melakukan pengembangan batin,
manusia bias lebih bijaksana, serta tidak mudah putus asa.
19
2.6 Tujuh Spiritual Law Of Success
Opinion leader bernama Sigit membagikan tulisannya kepada peneliti yang
merujuk kepada The Seven Spiritual Laws of Success: a Pratical Guide to the Fulfillm
of Your Dream oleh Deepak Choopra yang terbit pertama kali pada tahun 1994.
Berikut tulisan dari Sigit:
1. Hukum potensi murni, Hukum ini didasarkan pada kenyataan bahwa seorang
pelaku meditasi, di dalam diri mereka sendiri yang terdalam, adalah kesadaran murni.
Kesadaran murni ini adalah potensi murni, ini adalah bidang dari semua kemungkinan
dan kreativitas tak terbatas.
2. Hukum memberi. hukum ini juga bisa disebut Hukum Memberi dan Menerima,
karena alam semesta beroperasi melalui pertukaran yang dinamis. Aliran kehidupan
ini tidak lain adalah interaksi harmonis dari semua elemen dan kekuatan yang
membentuk bidang eksistensi.
3.Hukum Karma (atau Sebab-Akibat), karma” adalah aksi dan konsekuensi dari
tindakan, ini adalah sebab dan akibat secara bersamaan, karena setiap tindakan akan
menghasilkan kekuatan energi yang akan kembali kepada pelaku meditasi.
4. Hukum Upaya Minimum, hukum ini didasarkan pada kenyataan bahwa fungsi
intelijensi alam adalah mudah tanpa upaya dan tidak perlu memikirkan sama sekali.
Ini adalah prinsip tindakan terkecil, tidak ada perlawanan. Hal ini, karena itu, adalah
prinsip dari harmoni dan cinta.
5. Hukum Maksud dan Keinginan, hukum ini didasarkan pada kenyataan bahwa
energi dan informasi ada di mana-mana di alam. Sekuntum bunga, pelangi, pohon,
20
tubuh manusia, bila dipecah ke komponen penting mereka adalah energi dan
informasi. Alam semesta, sesungguhnya adalah gerakan energi dan informasi. Satu-
satunya perbedaan antara Anda dan pohon adalah informasi dan kandungan energi
masing- masing.
6. Hukum ketidak melekatan, hukum ini mengatakan bahwa untuk mendapatkan
sesuatu di alam semesta fisik, individu harus melepaskan kemelekatannya pada itu. Ini
tidak berarti para pelaku meditasi menyerah terhadap niat untuk menciptakan
keinginan.
7. Hukum Dharma” atau Tujuan dalam Kehidupan, Hukum Spiritual ketujuh tentang
sukses adalah Hukum Dharma. (Dharma adalah sebuah kata Sansekerta yang berarti
“tujuan dalam kehidupan).” Hukum ini mengatakan bahwa manusia telah
bermanifestasi dalam bentuk fisik untuk memenuhi tujuannya. Individu memiliki
bakat yang unik dan cara yang unik untuk mengungkapkannya.
2.7 Teori Diri (Carl Roger)
Menurut Feist (1998:461) dalam Amalia (2013:4) Roger melihat diri adalah
suatu persepsi dan kepercayaan diri yang konsisten serta teratur. Suatu yang
terpenting dalam diri manusia dalam menentukan perilaku adalah persepsi mengenai
diri sendiri atau konsep diri. Menurut Roger, diri manusia terdiri dari semua ide,
persepsi, nilai-nilai yang memberikan ciri atau me, yang memberikan kesadaran
tentang seperti apakah diri saya atau what i am, apa yang bisa saya lakukan atau what
i can do. Pada intinya diri yang akan menentukan cara pandang seseorang terhadap
dunia. Sejak pertama dilahirkan didunia setiap individu memiliki semua potensi yang
ada dari mengasihi, mencintai, menghargai perbedaan yang ada hingga potensi untuk
21
berbuat kejahatan, pemerkosa, pembunuh. Roger melihat perilaku individu adalah
sebagai bentuk respon persepsi individual dari stimulus eksternal dengan kata lain
perilaku individu adalah bentuk respon terhadap realitas sebagaimana yang dirasakan
serta dipahami individu.
Menurut Roger pada dasarnya individu memiliki keinginan yang kuat untuk
mendapatkan sikap positif seperti cinta dan kasih, penghargaan, kehormatan, serta
penerimaan dari orang terdekatnya. Roger menekankan betapa pentingnya
menghargai diri tanpa syarat sebagai pendekatan yang ideal, pendekatan ini
diharapkan untuk menciptakan suasana menghargai diri karena ia adalah manusia
yang berharga. Jika diri menerima cinta tanpa syarat, maka akan muncul penghargaan
positif bagi diri sendiri.
Dalam teori ini manusia dibagi menjadi dua konsep, yang pertama manusia
dengan konsep diri positif yaitu seorang individu yang dapat menerima cinta dan
kasih tanpa syarat terhadap dirinya sendiri dan yang kedua manusia dengan konsep
diri negatif yaitu individu yang menerima cinta dan kasih dengan syarat misalnya
seseorang yang bekerja dikantor harus memenuhi kriteria dari perusahaan tersebut
untuk dapat bekerja disitu, sehingga diharapkan dalam meditasi Vipassana oleh
kelompok spiritual Sangha dapat menekan konsep diri negatif serta mengembangkan
konsep diri positif.
2.8 Komunikasi Intrapersonal dalam Meditasi
Dalam meditasi individu akan berbicara dengan diri sendiri, dalam ilmu
komunikasi hal ini disebut komunikasi intrapersonal, banyak manusia dari berbagai
macam agama memilih meditasi Buddhis sebagai jalan keluar dari masalah batin
mereka ataupun sekedar mengembangkan nilai positif dari individu.
22
1. Sensasi : Individu bermeditasi dimulai dari membangkitkan stimulus internal yang
meliputi konsep diri yaitu individu merespon situasi simbolik, menurut Alex Sobur
dalam Semiotika Komuniksi (2004:199) individu merespon lingkungan termasuk
obyek fisik (benda) dan obyek sosial (perilaku manusia) berdasarkan media yang
dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka, makna merupakan
sebuah produk interaksi sosial karena itu makna tidak melihat pada obyek, melainkan
negosiasi melalui bahasa, negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu
mewarnai segala sesuatu bukan hanya pada obyek fisik, tindakan atau peristiwa
namun juga gagasan abstrak, sebuah makna yang telah diintrepetasikan dapat berubah
karena individu dapat melakukan proses mental (berkomunikasi dengan diri sendiri).
Kemudian stimulus eksternal, yang meliputi suara, wangi-wangian, obyek bentuk,
rasa yang diterima oleh panca indra manusia kemudian ditangkap oleh sensor untuk
disampaikan ke otak.
2. Persepsi : Setelah organ menangkap stimulus serta mengirimnya kesyaraf pusat,
individu menagkap stimulus yang diarahkan pada individu, karena cara kerja individu
bersifat selektif maka stimulus internal ataupun ekstenal yang diterima individu hanya
beberapa saja, oleh karena itu selama bermeditasi, individu hanya berfokus terhadap
satu obyek yang menjadi stimulus utama bagi dirinya sendiri.
3. Memori : Dalam tahap ini stimulus dibagi menjadi tiga tingkatan, meliputi kognitif,
emosi, fisiologis. Tingkatan kognitif erat hubungannya dengan intelektual diri
termasuk penyimpanan, retrieval, memilah, serta asimilasi pesan. Tingkatan emosi
erat hubungannya dengan emosi diri, sikap, rasa percaya, semua emosi, serta pendapat
saling bersentuhan guna menghasilkan tanggapan emosi terhadap berbagai macam
stimulus. Tingkat fisiologis erat hubungannya dengan psikologi diri yang dicerminkan
melalui perilaku fisik, dalam kegiatan meditasi Vipassana terdapat tahapan dimana
23
pelaku meditasi merasakan sebuah rangsangan rasa sakit, kesedihan, amarah, semua
emosi menjadi satu, dapat dikatakan emosi yang muncul tersebut sangat ekstrem
namun dalam meditasi Vipassana hal tersebut sangat wajar serta tidak ada kesalahan
dalam proses meditasi, individu hanya perlu merasakan, mengenali dan menerima
emosi yang muncul ketika proses meditasi.
4. Berpikir : Berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan konsep dan simbol,
Paul Museen dan Mark R Rosenzweig (1973:410) dalam Psikologi Komunikasi
(2012:66) dalam meditasi terdapat konsep yang menjadikan nama atau batin sebagai
pengamat kemudian rupa atau jasmani sebagai obyek yang diamati, batin sebagai
pengamat juga dapat mengetahui proses mental yang sedang berlangsung dan juga
proses yang telah lampau, mengetahui secara detail proses-proses psikologi yang
terjadi dalam diri individu, mengetahui darimana asal jula emosi yang muncul, akan
tetapi dalam meditasi Vipassana bukan hal tersebut sebagai tujuan akhir namun para
pelaku meditasi diharapkan dapat memilih tindakan yang baik sesuai dengan hukum
potensi murni, hukum memberi dan menerima, hukum karma, hukum upaya
minimum, hukum maksud dan keinginan, hukum ketidak melekatan, serta hukum
Dharma.
2.9 Fokus penelitian
Peneliti ingin memberikan batasan dalam hal yang akan diteliti. Tujuan membatasi
lingkup penelitian agar tidak melebar dan tepat, sehingga data yang didapat mudah
untuk di analisis dan sesuai dengan apa yang menjadi rumusan masalah, maka dalam
penelitian ini peneliti ingin mengetahui komunikasi intrapersonal dalam meditasi
Vipassana kelompok spiritual Sangha di Malang sehingga dapat mengembangkan
nilai positif dalam diri
24
1. Sensasi : berjalannya komunikasi intrapersonal diawali adanya sebuah
stimulus. Sebuah komunikasi intrapersonal itu adalah sebuah respon dari
adanya stimulus. Stimulus dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Internal : konsep dalam individu, perilaku dan sikap, motif individu.
2. Eksternal : peristiwa maupun objek, orang yang berada diluar individu,
lalu akan timbul sebuah prasangka ataupun persepsi, rasa, serta makna dalam
penafsiran yang didapat dari diri individu itu sendiri ataupun disekitarnya.
Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh sensor kemudian disampaikan ke
otak. Kejadian ini biasa disebut dengan resepsi.
2. Persepsi : setelah organ menangkap stimulus serta mengirimnya ke saraf
pusat. Individu menangkap stimulus yang diarahkan pada individu. Karena
individu menerapkan cara kerja selektif maka stimulus yang akan individu
terima hanya beberapa saja.
3. Memori : kemudian stimulus menjadi tiga tingkatan, meliputi kognitif,
emosi, fisiologis. Tingkat kognitif erat dengan intelektual diri termasuk
penyimpanan, retrieval, memilah, sera asimilasi pesan. Tingkat emosi erat
dengan emosi diri. Sikap, rasa percaya, semua emosi, serta pendapat saling
bersentuhan guna menghasilkan tanggapan emosi terhadap berbagai macam
stimulus. Tingkat fisiologis ini sangat erat dengan psikologi diri. Ini
dicerminkan lewat perilaku fisik, contohnya : aktifitas otak, tekanan darah.
4. Berpikir : gambarkan dalam pikiran anda, 9 titik seperti pola pada
handphone, hubingkanlah semua titik tersebut tanpa terputus, jangan ada satu
titikpun yang terlewat. Pada awalnya anda akan menangkap tulisan (sensasi),
kemudian mencoba membaca serta memahami apa yang saya perintahkan
25
(persepsi), pada saat yang sama sebenarnya anda membongkar memori anda
untuk mengartikan apa yang saya sebut garis, titik, pola, dan soal yang sama
pernah anda dapat pada waktu yang lampau (memori). Jadi berpikir
merupakan suatu proses yang melibatkan konsep dan symbol, Paul Museen
dan Mark R Rosenzweig (1973:410) dalam Psikologi Komunikasi (2012:66)
26