tinjauan maqashid al-syariah...i tinjauan maqashid al-syariah te ntang ta’lik talak di indonesia...

91
i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TENTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: MUHAMMAD HILMAN TOHARI NIM: 1110043100008 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M

Upload: others

Post on 29-Jul-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

i

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH

TENTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

MUHAMMAD HILMAN TOHARI

NIM: 1110043100008

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2016 M

Page 2: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Page 3: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Page 4: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

ABSTRAK

MUHAMMAD HILMAN TOHARI : 1110043100008. “TINJAUAN

MAQASHID AL-SYARI’AH TERHADAP TA’LIK TALAK DALAM

PERNIKAHAN DI INDONESIA.” Konsentrasi Perbandingan Madzhab Fiqh,

Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum, Fakultas Syari’ah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. 1 x 80

Halaman.

Skripsi ini bertujuan untuk mengungkap beberapa hal, yaitu :a. Landasan

hukum ta’lik talak dalam hukum pernikahan di Indonesia,b. Posisi ta’lik dalam

hukum pernikahan islam dan hukum positif, dan c. Pandangan Maqashid al

Syariah terhadap ta’lik talak dalam hukum pernikahan di Indonesia.

Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data yaitu : data primer dan data

sekunder, yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah studi

kepustakaan dengan mempelajari peraturan perundang-undangan terkait ta’lik

talak, diantaranya UU No.1/1974, KHI, dan kitab-kitab fiqih munakahat.

Sedangkan sumber data sekundernya adalah dengan buku-buku yang membahas

tentang ta’lik talak, begitu juga tulisan yang dimuat dalam jurnal, internet, dan

hasil-hasil penelitian terdahulu.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa : a. Landasan hukum ta’lik talak dalam

hukum pernikahan di Indonesia diatur dalam Bab V, pasal 29 Undang-undang No.

1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Selain itu diatur juga dalam Kompilasi Hukum

Islam ( KHI ) Pasal 1 huruf e yang berbunyi perjanjian perkawinan adalah

perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria setelah akad nikah yang

dicantumkan dalam Akta Nikah berupa janji talak yang digantungkan kepada

suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi di masa yang akan datang; b. posisi

ta’lik talak dalam hukum pernikahan Islam di Indonesia ditentukan oleh

Kementrian Agama yaitu termasuk Ta’lik Syarthi, yaitu ta’lik yang dimaksudkan

untuk menjatuhkan talak diwaktu terjadinya syarat. Adapun menurut hukum

positif di Indonesia, perjanjian ta’lik talak bukan suatu perjanjian yang wajib

diadakan pada setiap perkawinan, akan tetapi sekali ta’lik talak sudah

diperjanjikan tidak dapat dicabut kembali. Apabila syarat yang diucapkan pada

ta’lik talak sudah terjadi, maka tidak dengan sendirinya jatuh talak, jika istri ingin

sungguh-sungguh terjadinya talak maka istri harus mengajukan persoalannya ke

pengadilan agama;

c. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Maqashid al-Syari’ah memiliki peranan

penting dalam kajian hukum islam, beberapa metode hukum islam yang sejalan

dengan Maqashid al-Syariah diantaranya adalah Maslahah Mursalah, Khuliya al-

Khams, dan Saddu Dzari’ah. Pelaksanaan ta’lik talak khusus nya di Indonesia

mepunyai banyak kemaslahatan. Maka ditinjau menggunakan Maqashid al-

Syari’ah ta’lik talak ini harus dilaksanakan.

Kata Kunci: Ta’lik Talak, Tinjauan Maqashid Al-Syari’ah

Pembimbing : Dr. Hj. Mesraini, SH, M.Ag dan Dr. Alimin Mesra, M.Ag.

Page 5: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Daftar Pustaka : tahun 1956 s/d tahun 2011

Page 6: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Page 7: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillah, tak ada kata yang pantas penulis ucapkan selain ungkapan

puja dan puji serta syukur atas karunia yang tak terhingga yang diberikan Allah

swt, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “TINJAUAN

MAQASHID AL-SYARI’AH TENTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA”.

Shalawat serta salam dicurahkan kepada Nabi akhir zaman, Nabi

Muhammad SAW, juga kepada keluarganya, sahabatnya, dan ummatnya yang

senantiasa istiqomah dalam menjalankan semua ajarannya sampai akhir zaman,

Aamin.

Setelah perjuangan yang berat dan melelahkan, akhirnya skripsi ini selesai

ditulis. Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan,

bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si., selaku Ketua Program

Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum dan Ibu Hj. Siti Hanna, Lc.,

M.A., Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum.

Page 8: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

vii

3. Dr. Hj. Mesraini, SH, M.Ag dan Dr. Alimin Mesra, M.Ag. selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu

memberikan arahan dalam penyusunan sampai pada akhir skripsi.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan di lingkungan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan pengetahuan dan bantuannya kepada penulis.

5. Segenap Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dalam

pengumpulan bahan skripsi ini.

6. Keluarga penulis, kedua orang tua tersayang Bapak H.Ali Mahyudin

dan Ibu Uliyah yang sangat penulis hormati dan cintai, yang telah

memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan doa demi kelancaran

dan kesuksesan penulis. Kakak dan adik penulis, Nur Indah Fauziah,

Siti Luthfiya Holida, Nafilatul Musyarofah, yang selalu memberikan

semangat, motivasi, serta dorongan doa yang sangat luar biasa

kepada penulis.

7. Sahabat terbaikku, Nurcholis dan Abdul Rosyid. Terima kasih atas

semua persahabatan yang telah kita rajut selama ini. Terima kasih

atas canda tawa dan dorongan semangatnya, semoga persahabatan

kita tidak akan pernah putus oleh jarak dan waktu. Dan untuk semua

teman-teman penulis, Ida Handayani, Siti Raihanun, Ade Tri

Cahyani, Muhtadin, Aqid, Aziz, Anas, Arifin, Sya’ban, Abdul kahfi,

Page 9: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

viii

serta teman-teman yang lain yang tidak penulis sebutkan satu

persatu, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

Akhirnya atas jasa dan bantuan dari semua pihak, baik berupa moril

maupun materi, penulis ucapkan terima kasih. Penulis berdoa semoga Allah Swt

membalasnya dengan imbalan pahala yang berlipat ganda dan sebagai amal

jariyah yang tidak akan pernah surut mengalir pahalanya, dan mudah-mudahan

skripsi ini dapat bermanfaat dan berkah bagi penulis dan semua pihak. Amiin.

Jakarta, Dzulhijjah 1437 H

Oktober 2015 M

Penulis

Page 10: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………….. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………… ii

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………… iii

ABSTRAK ……………………………………………………………………... iv

LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………. v

KATA PENGANTAR ...............................................................................…...... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Identifikasi masalah ................................................................. 7

C. Batasan Dan Perumusan masalah............................................. 7

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian................................................ 8

E. Studi Review Terdahulu........................................................... 9

F. Metode Peneltian.................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan…......................................................... 13

BAB II TA’LIK TALAK

A. Pengertian Dan Sejarah Ta’lik Talak..................................... 15

B. Talak Yang Dikaitkan Dengan Syarat Tertentu (Perjanjian)

Menurut Fuqaha .................................................................... 22

C. Ta’lik Talak dalam Peraturan Perkawinan di Indonesia......... 25

D. Pelaksanaan Ta’lik Talak Menurut Peraturan di

Indonesia................................................................................. 30

BAB III KONSEP MAQASHID AL-SYARI’AH DALAM HUKUM

ISLAM

A. Pengertian dan Dasar Hukum Maqashid al-Syari’ah............. 39

B. Pembagian Maqashid al-Syari’ah.......................................... 45

C. Urgensi Maqashid al-Syari’ah Dalam Ijtihad dan Metode

Istimbath Hukum Yang Berkaitan Dengan Maqashid al-

Syari’ah .................................................................................54

BAB IV PANDANGAN MAQASHID AL-SYARIAH TERHADAP

TA’LIK TALAK DALAM PERNIKAHAN DI INDONESIA

A. Ta’lik Talak Dalam Pernikahan di Indonesia Ditinjau Dari

Hukum Islam …………………..…………........................... 64

Page 11: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

x

B. Analisis Tentang Pandangan Maqashid al-Syari’ah terhadap

Ta’lik Talak Dalam Pernikahan di Indonesia……...……...... 67

BAB V Penutup

A. Kesimpulan ............................................................................ 74

B. Saran ...................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 78

LAMPIRAN……………………………………………………………………. 81

Page 12: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sangat menganjurkan pernikahan dalam rangka mewujudkan

tatanan keluarga yang tenang, damai, tenteram, dan penuh kasih sayang.

Allah Swt. Berfirman:

/(٤٣:٥٢)الزوم

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum 30 : 21)

Disamping itu, pernikahan merupakan salah satu sarana untuk

melahirkan generasi yang baik (dzurriyyah tayyibah). Bahkan, Rasulullah

Saw menegaskan bahwa pernikahan merupakan salah satu sunnah yang

dianjurkan.1

Keluarga merupakan lembaga yang sangat penting dalam proses

pendidikan anak, dan sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian

serta kemampuan. Secara teoritis dapat dipastikan bahwa dalam keluarga

yang baik, anak memiliki dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan yang

cukup kuat untuk menjadi manusia dewasa.

1 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta :

eLSAS, 2008), h. 41.

Page 13: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

2

Kehidupan keluarga yang diawali dengan proses pernikahan

mengandung makna spiritual yang suci dan agung, karena dengan

terlaksananya ijab qabul antara sepasang pengantin itu artinya apa yang

diharapkan oleh Allah Swt yaitu hubungan biologis menjadi halal bagi

keduanya dan sekaligus berfungsi sebagai ibadah dan amal shaleh. Oleh

karena itu pernikahan merupakan perbuatan yang bersifat suci/sakral yang

semestinya dijaga dan tidak dinodai dengan hal-hal yang dapat merusak

keutuhan suatu pernikahan.

Untuk mewujudkan kelanggengan suatu pernikahan diperlukan

beberapa syarat diantaranya: dari segi pendidikan, untuk mengarungi

kehidupan bahtera rumah tangga hendaknya mereka mempunyai atau

membekali diri mereka dengan pendidikan yang memadai. Karena tidak

jarang terjadi perselisihan dalam rumah tangga dikarenakan minimnya

pengetahuan mereka tentang pernikahan, khususnya pada pasangan yang

menikah dalam usia muda, sehingga mereka tidak mampu menyelesaikan

persoalan dengan hati yang jernih, kebanyakan dari mereka lebih

mengedepankan emosi ketimbang akal.2

Allah menjadikan manusia itu sebagai mahluk hidup yang selalu

menjaga kehormatan dan kemuliaan martabatnya. Oleh karena itu agar

bentuk kehidupan bersama antara seorang pria dan wanita terjaga baik

kehormatan dan kemuliaanya, maka diaturlah dalam suatu ikatan perjanjian

yang suci dan kokoh untuk membentuk suatu keluarga bahagia dan kekal.

2 Anshari Thayib, Rumah tangga Muslim, Cet. III (Surabaya: PT. Risalah Gusti, 1994), h.

23-24.

Page 14: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

3

Masyarakat lebih mengenal perjanjian tersebut dengan istilah pernikahan

yang mempunyai fungsi-fungsi sosial seperti reproduksi, ekonomi,

pendidikan dan sebagainya.3

Adapun pengertian pernikahan menurut ketentuan Pasal 1 Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa :

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah

tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Dengan demikian, pernikahan adalah suatu akad yang secara keseluruhan

aspeknya dikandung dalam kata nikah atau tazwij dan merupakan ucapan

seremonial yang sakral.4

Suatu pernikahan mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

manusia dikarenakan :

1. Dalam suatu pernikahan yang sah selanjutnya akan menghalalkan

hubungan atau pergaulan hidup manusia sebagai suami istri. Hal itu

adalah sesuai dengan kedudukan manusia sebagai mahluk yang

memiliki derajat dan kehormatan.

2. Adanya amanah dari Tuhan mengenai anak-anak yang dilahirkan.

Anak-anak yang telah dilahirkan hendaknya dijaga dan dirawat agar

sehat jasmani dan rohani demi kelangsungan hidup keluarga secara

baik-baik dan terus menerus.

3 Harun Nasution, Gagasan dan Pemikiran, Cet. V, (Bandung : Mizan, 1998), h. 434.

4 M. A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta : RajaGrafindo Persada,

2009), h. 8.

Page 15: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

4

3. Terbentuknya hubungan rumah tangga yang tentram dan damai.

Dalam suatu rumah tangga yang tentram, damai dan diliputi rasa kasih

sayang, selanjutnya akan menciptakan kehidupan masyarakat yang

tertib dan teratur.

4. Pernikahan merupakan suatu bentuk perbuatan ibadah. Pernikahan

merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk

segera melaksanakannya, karena dengan perkawinan dapat

mengurangi perbuatan maksiat dan memelihara diri dari perzinahan.

Pernikahan dalam Islam hanya dijalani dengan persetujuan bebas

(kerelaan) dari kedua belah pihak. Rasulullah SAW bersabda, “Janda dan

wanita yang telah dicerai tak boleh dikawinkan sampai dia mengizinkan

dirinya sendiri, sedangkan anak gadis sepatutnya tidak dikawinkan sampai

diperoleh persetujuannya.” (H.R. Bukhari).

Pada prinsipnya pernikahan mempunyai tujuan yang menurut undang-

undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan, adalah membentuk keluarga

bahagia dan kekal, masing-masing suami istri saling membantu dan

melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya

membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.5

Di dalam proses akad pernikahan Islam di Indonesia, terdapat suatu

kebiasaan yang dikenal dengan sighat ta’lik talak. Sighat ta’lik adalah suatu

janji secara tertulis yang ditandatangani dan dibacakan oleh suami setelah

selesai prosesi akad nikah di depan penghulu, isteri, orang tua / wali, saksi-

5 A. Rofik, Hukum Islam di Indonesia, Cet. IV, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2000),

h. 268.

Page 16: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

5

saksi dan para hadirin yang menghadiri akad pernikahan tersebut. Sighat

ta'lik ini diucapkan jika proses akad nikah telah selesai dan sah secara

ketentuan hukum dan Agama Islam. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

pasal 1 poin e disebutkan bahwa ta’lik talak adalah perjanjian yang

diucapkan calon mempelai pria setelah akad nikah yang dicantumkan dalam

akta nikah berupa janji talak yang digantungkan kepada suatu keadaan

tertentu yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang.6 Akan tetapi posisi

sighat ta’lik talak tersebut belum jelas dalam hukum pernikahan baik

hukum Islam maupun hukum positif Indonesia, serta bagaimana pandangan

hukum Islam mengenai sighat ta’lik talak dalam hukum perkawinan di

Indonesia.

Di dalam agama Islam, ada tujuan yang dikehendaki oleh hukum

Islam, terlebih lagi dalam masalah perkawinan. Tujuan hukum yang

diturunkan oleh Allah dengan kata lain disebut maqashid al-syari’ah.

Secara bahasa, maqashid al-syariah terdiri dari dua kata, yakni

maqashid dan al-syari’ah.7 Maqashid berarti kesengajaan atau tujuan.

Sedangkan al-syari’ah secara bahasa berarti jalan menuju sumber air. Jalan

menuju sumber air ini dapat pula dikatakan sebagai jalan ke arah sumber

pokok kehidupan. Dalam karyanya al-muwaafaqat, al-syaatibi

mempergunakan kata yang berbeda-beda berkaitan dengan maqashid al-

syariah. Kata-kata itu adalah maqaashid al-syarii’ah, al-maqaashid al-

syar’iyyah fi al-syari’ah dan maqashid min syar’i al-hukm. Walaupun

6 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Akademika Pressindo,

1995), h. 113. 7 Asafri Jaya Bakti, Konsep Maqashid Syariah, (Jakarta : PT RajaGrafindo, 1996), h. 61.

Page 17: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

6

mempergunakan beberapa kata-kata yang berbeda, namun mengandung

pengertian yang sama yakni tujuan hukum yang diturunkan oleh Allah Swt.8

Dapat dikatakan bahwa kandungan maqashid al-syari’ah atau tujuan hukum

adalah kemaslahatan manusia.

Penekanan maqashid al-syari’ah yang dilakukan oleh al-syatibi secara

umum bertitik tolak dari kandungan ayat-ayat al-qur’an yang menunjukkan

bahwa hukum-hukum Tuhan mengandung kemaslahatan. Ayat-ayat tersebut

diantaranya adalah tentang pengutusan Rasul;

)٧٠١:١٧ /الأنبياء)

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat

bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya: 107)

سل ر زيه ومنذريه لئلا يكون للنابس على بش م بعد ٱللاة سل حجا ٱلز

وكبن (٤: ٥٦١ /)النساء ٣٦١عزيزا حكيمب ٱللا“Mereka Kami utus selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan

pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah

Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. Dan adalah Allah maha perkasa

lagi maha bijaksana.” (Q.S. An-Nisa : 165)

Berdasarkan ayat-ayat di atas, al-syatibi mengatakan bahwa maqashid

al-syariah dalam arti kemaslahatan terdapat dalam aspek-aspek hukum

secara keseluruhan. Artinya, apabila terdapat permasalahan-permasalahan

hukum yang tidak ditemukan secara jelas dimensi kemaslahatannya, dapat

8 Asafri Jaya Bakti, Konsep Maqashid Syariah, h. 64.

Page 18: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

7

dianalisis melalui maqashid al-syariah yang dilihat dari ruh syariat dan

tujuan umum dari agama Islam yang hanif.9

Kajian terhadap permasalahan tersebut akan penulis kemas dalam

bentuk penelitian dengan judul TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH

TERHADAP TA’LIK TALAK DALAM PERNIKAHAN DI

INDONESIA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah dipaparkan

diatas diperoleh beberapa masalah sebagai berikut:

1. Sighat ta’lik talak hanya sebagai formalitas dalam proses pernikahan

dan tidak berdampak nyata dalam kehidupan rumah tangga.

2. Apabila tidak adanya sighat ta’lik talak akan terjadi sikap

kesewenang-wenangan suami terhadap istri

3. Terdapat banyak kasus perceraian terjadi yang diakibatkan

pelanggaran sighat ta’lik talak.

4. Sampai saat ini, belum terlihat dampak maqashid al-syari’ah yang

signifikan dari sighat ta’lik talak.

5. Belum jelasnya dasar hukum sighat ta’lik talak dalam hukum

pernikahan di Indonesia.

6. Belum ada kepastian dari kedudukan sighat ta’lik talak dalam proses

pernikahan di Indonesia.

9 Asafri Jaya Bakti, Konsep Maqashid Syariah, h. 68.

Page 19: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

8

C. Batasan Dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan luasnya identifikasi masalah di atas, maka penulis akan

membatasi masalah hanya pada permasalahan, yaitu landasan hukum dan

kedudukan ta’lik talak dalam hukum pernikahan di Indonesia dalam

tinjauan hukum positif dan hukum Islam, serta pandangan maqashid al-

syari’ah terhadap ta’lik talak dalam hukum pernikahan di Indonesia.

2. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan permasalahan di atas dan untuk memudahkan

dalam penulisan ini, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai

berikut:

a. Apa landasan hukum ta’lik talak dalam hukum pernikahan di

Indonesia?

b. Bagaimana posisi ta’lik talak dalam hukum pernikahan Islam dan

hukum positif?

c. Bagaimana pandangan maqashid al-syariah terhadap ta’lik talak

dalam hukum pernikahan di Indonesia?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian ini antara lain :

a. Untuk mengetahui landasan hukum sighat ta’lik talak dalam

hukum pernikahan di Indonesia.

Page 20: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

9

b. Untuk mengkaji posisi sighat ta’lik talak dalam hukum

pernikahan Islam dan hukum positif.

c. Untuk mengetahui pandangan maqashid al-syariah terhadap

sighat ta’lik talak dalam hukum pernikahan di Indonesia.

2. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain diharapkan memberikan sumbangan

pengetahuan terhadap aspek-aspek hukum Islam tentang pernikahan

khususnya yang dikaji dalam penelitian ini.

E. Studi Review Terdahulu

Sejauh penelusuran penulis belum ada skripsi yang membahas tentang

tinjauan maqashid al-syariah terhadap sighat ta’lik talak. Adapun skripsi

yang berkaitan dengan judul tersebut, diantaranya sebagai berikut :

“Pelanggaran Ta’lik Talak Perspektif Fiqih dan KHI (Studi Kasus

Putusan Pengadilan Agama Depok Perkara No 881/PDT.G/2008/PA

DPK)” oleh Ahmad Syahrus, Konsentrasi Peradilan Agama Program Studi

Al-Ahwal Al-Syakhsiyah tahun 2008. Dalam penelitian ini, digunakan

metodologi penelitian hukum normatif dengan jalan studi kepustakaan dan

studi kasus putusan pengadilan. Hasil temuan dari penelitian ini yaitu

menjelaskan tentang pemikiran ulama fiqih dan undang-undang KHI dalam

menentukan hukum cerai gugat melalui jalan khulu yang merupakan jalan

keluar terhadap suami yang melanggar ta’lik talak.

Page 21: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

10

“Khuluk Sebagai Penyelesaian Sengketa Perkawinan Akibat

Pelanggaran Sighat Ta’lik Talak (Studi Kasus di Pengadilan Agama

Jakarta Selatan)” oleh Khoirul Umam Konsentrasi Peradilan Agama

Program Studi Ahwal Al- Syakhsiyah tahun 2006. Dalam penelitian ini,

digunakan metodologi penelitian hukum normatif dengan jalan studi

kepustakaan dan penelitian hukum empiris. Hasil temuan dalam penelitian

ini adalah apabila salah satu isi dari sighat ta’lik yang di bacakan suami

ketika akad nikah tidak dilaksanakan maka istri dapat mengajukan gugatan

cerai ke Pengadilan Agama dengan cara khulu. Pengadilan Agama dapat

menyelesaikannya dengan cara khulu dan menceraikannya jika pelanggaran

sighat ta’lik talak terbukti dengan putusan talak satu khul’i.

“Pengaruh Ta’lik Talak Terhadap Keutuhan Rumah Tangga (Studi

Pada Warga Kelurahan Pisangan Ciputat)” oleh Ronika Putra Konsentrasi

Peradilan Agama Program Studi Ahwal Al- Syakhsiyah tahun 2008. Dalam

penelitian ini, digunakan metodologi penelitian deskriptif dengan cara

melakukan penelitian di lapangan. Dalam penelitian ini dijelaskan tujuan

dilembagakannya ta’lik talak untuk menyadari tugas dan tanggung

jawabnya suami serta pengaruh ta’lik talak terhadap keutuhan rumah

tangga.

Dari beberapa penelitian yang meneliti tentang sighat ta’lik talak di

atas, tidak ada yang membahas tentang tinjauan dari segi maqashid al-

syariah-nya. Maka dari itu, penulis lebih memfokuskan menganalisis

Page 22: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

11

tinjauan maqashid al-syariah tentang hukum sighat ta’lik talak dalam

hukum pernikahan di Indonesia.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena penelitian ini

dianggap mampu menganalisa realitas sosial secara mendetail. Metode

kualitatif dapat digunakan untuk mengkaji, membuka, menggambarkan atau

menguraikan sesuatu dengan apa adanya. Baik yang berbentuk kata-kata,

maupun bahasa serta bertujuan untuk memahami fenomena dan temuan-

temuan yang ditemukan ataupun yang terjadi di lapangan berdasarkan bukti-

bukti atau fakta-fakta sosial yang ada, misalnya persepsi, perilaku, motivasi

dan lain-lain. Seperti dalam buku Metode Penelitian Kualitatif oleh Bagdan

dan Taylor. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari pelaku yang

diamati.10

Adapun alasan peneliti menggunakan metode kualitatif ini karena ada

banyak pertimbangan. Pertama metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua metode ini menyajikan secara

langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Dan yang ketiga

metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak

10

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,

1989), h. 3.

Page 23: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

12

penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Di

samping itu juga alasan memilih metode kualitatif ini adalah karena data

yang ditemukan tidak bersifat angka-angka, penelitian ini bersifat

pernyataan-pernyataan yang perlu dianalisa kembali, agar mendapatkan

hasil yang di maksud.

2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung

dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat

berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil

observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan

hasil pengujian.

Untuk mengumpulkan sumber data primer, penulis melakukan

dengan cara: Studi Kepustakaan dengan mempelajari peraturan

perundang-undangan terkait Ta’lik Talak, diantaranya UU No.1/1974,

KHI, dan kitab-kitab fiqih munakahat.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan

atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data

dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

Page 24: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

13

Untuk mengumpulkan Sumber Data Sekunder, penulis

melakukan dengan cara : buku-buku yang membahas tentang Sighat

Ta’lik Talak, begitu juga tulisan yang dimuat dalam jurnal, internet,

hasil-hasil penelitian terdahulu, dsb.

3. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka langkah yang ditempuh

selanjutnya yaitu menganalisa data-data yang ditemukan di lapangan.

Adapun dalam menganalisis data yaitu dengan menggunakan metode yang

sudah ditentukan sebelumnya yaitu metode deskriptif kualitatif. Sehingga

diharapkan mendapatkan hasil yang akurat, teratur, dan tersusun rapi dalam

bentuk tulisan sebagai mana yang telah diharapkan oleh penulis.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran tentang skripsi ini maka akan disusun

atas lima bab, tiap-tiap bab mengandung beberapa sub bab meliputi:

BAB I : Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, pembatasan dan

perumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, studi review terdahulu, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II : Membahas tinjauan umum tentang ta’lik talak dalam pernikahan

di Indonesia yang terdiri dari pengertian dan sejarah ta’lik talak,

talak yang dikaitkan dengan syarat tertentu (perjanjian) menurut

Page 25: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

14

fuqaha, ta’lik talak dalam peraturan perkawinan di Indonesia

dan pelaksanaan ta’lik talak menurut peraturan di Indonesia.

BAB III : Membahas konsep maqashid al-syariah dalam hukum Islam

yang berisi tentang pengertian dan dasar hukum maqashid al-

syariah, pembagian maqashid al-syariah. Urgensi maqhasid al-

syariah dalam ijtihad dan metode istimbath hukum yang

berkaitan dengan maqhasid al-syariah

BAB IV : Menjelaskan pandangan maqashid al-syariah terhadap ta’lik

talak dalam pernikahan di Indonesia yang meliputi ta’lik talak

dalam pernikahan di Indonesia ditinjau dari hukum islam dan

analisis tentang pandangan maqhasid al-syariah terhadap ta’lik

talak dalam pernikahan di Indonesia.

BAB V : Merupakan tahap akhir dari penulisan skripsi yang berisi

kesimpulan-kesimpulan penelitian dari awal sampai akhir dalam

skripsi ini, juga terdiri dari saran-saran penulis tentang persoalan

yang diangkat dalam penelitian skripsi ini.

Page 26: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

15

BAB II

TA’LIK TALAK

A. Pengertian dan Sejarah Ta’lik Talak

1. Pengertian ta’lik talak

Kalimat ta’lik talak secara etimologis berasal dari dua suku kata,

yaitu kata ta’lik dan kata talak. Kata ta’lik adalah bentuk mashdar dari

kata yang bermakna menggantungkan sesuatu dengan suatu علك يعلك تعليما

atau menjadikannya tergantung dengan sesuatu.1 Para ulama memberikan

definisi dengan :

ربظ حصىل مضمىن جملت بحصىل مضمىن جملت أخري وتكىن الجملت الول

الجزاء والثاويت جملت الشرط جملت 2

Artinya : “Menggantungkan hasil kandungan jumlah yang dinamakan

jaza’ (akibat) dengan kandungan jumlah yang lain yang dinamakan

syarat”.

Sedangkan kata Talak berasal dari kata يطلك -طلك طلالا- yang

berarti meninggalkan, memisahkan, melepaskan ikatan.3 Para ulama

memberikan definisi Talak secara bahasa adalah :

ر مه ليدي ووحىي تحر

Artinya : “Melepaskan dari ikatan dan semisalnya”.4

Jadi Talak artinya “melepaskan atau meninggalkan, seperti

melepaskan sesuatu dari ikatannya”. Sedangkan menurut istilah syara’

ialah melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan lafal talak atau

1 Louis Ma’luf, Al-Munjid, (Beirut, Darul Masyriq), h.549.

2 Mahmud Syalthut dan Ali Al-Sayis, Muqaranah al-Madzahib fil Fiqhi, Terjemahan Zakiy

al-Kaaf, (Bandung, Pustaka Setia, 2000), h. 210. 3 Louis Ma’luf, Al-Munjid, h. 488.

4 Ibrahim Anis, Al-Mu’jam al-Washit, jilid 2, (Mesir, Darul Ma’arif, 1976), h. 567.

Page 27: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

16

yang searti dengan itu.”5

Ta’lik talak artinya ucapan yang diikrarkan oleh suami kepada

istrinya yang dikaitkan dengan sesuatu sebagai syaratnya. Supaya sah

penggunaan lafal atau ucapan yang ditaklikan itu maka harus dipenuhi dua

syarat :

a. Sesuatu yang dijadikan syarat pada waktu diikrarkan ta’lik talak itu

yang belum mungkin terjadi kemudian.

b. Perempuan yang akan di ta’klikan talaknya adalah sebagai istri sah bagi

laki-laki yang bersangkutan.6

Dalam pasal (1) sub (e) Kompilasi Hukum Islam No. 1 tahun 1991,

disebutkan yaitu :

“Ta’lik talak ialah perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria

setelah akad nikah yang dicantumkan dalam akta buku nikah berupa janji

talak yang digantungkan kepada sesuatu keadaan tertentu yang

memungkinkan terjadi yang akan datang.”7

2. Sejarah Ta’lik Talak

Menurut sejarah, perkembangan ta’lik talak di Indonesia di mulai

pada masa Kerajaan Islam Mataram, tepatnya pada masa Sultan Agung

Hanyakrukusuma (1630 M). Pada saat itu sultan mengeluarkan sebuah

titah atau perintah berupa keharusan untuk melakukan ta’lik talak kepada

5 Peunoh Dally, Disertasi Provendus Doktor, (Jakarta, IAIN, Jakarta, 1983),h. 688.

6Peunoh Dally, Disertasi Provendus Doktor , h. 713.

7 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Ditbinbapera Depag RI,2000), h. 179.

Page 28: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

17

setiap mempelai pria yang melangsungkan pernikahan.8

Ta’lik talak itu dikenal dengan “ta’lik janji dalem” atau “ta’lik janji

ning ratu”, yang berarti ta’lik talak dalam kaitan dengan tugas Negara.9

Perintah ta’lik talak itu bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi

seorang wanita (istri) untuk dapat melepaskan ikatan perkawinan dari

suami yang telah meninggalkan pergi dalam jangka waktu tertentu, artinya

hak istri diperteguh, dan sekaligus memberikan kemudahan bagi sang

hakim dalam menjatuhkan talak yang digantungkan. Selain itu

pelembagaan ta’lik talak waktu itu dimaksudkan untuk memberikan

jaminan bagi seorang suami apabila kepergiannya dalam menjalankan

tugas Negara, artinya suami dilindungi dan kepergiannya menjadi udzur

syar’i.

Adapun bunyi ta’lik talaknya adalah sebagai berikut :

“Mas penganten, pakenira tompo ta’lik janji dalem, samongso

pakenira nambang (ninggal) rabi pakenira. . . lawase pitung saso

lakon daratan, hutawa nyabrang sagara rong tahun, saliyane

ngelakoni hayahan dalem, tan taimane rabi pakenira nganti darbe

hatur rapak (sawan) hing pengadilan hukum, sawuse terang

papriksane runtuh talak paprikane sawiji”.10

(Wahai pengantin pria, engkau menerima ta’lik janji dalem,

sewaktu-waktu engkau menambang (meninggalkan pergi) istrimu bernama

…. Tujuh bulan perjalanan darat, atau menyebrang lautan selama dua

tahun, kecuali dalam tugas Negara, dan istrimu tidak rela sehingga

8 Zaini Ahmad Noeh, Pembacaan Sighat Ta’lik Talak Sesudah Akad Nikah, Mimbar

Hukum, (Jakarta, Ditbinbapera no. 30 Th. VII, 1997), h. 64. 9 Peunoh Dally, Talak, Rujuk, Hadhonah dan Nafkah Kerabat Dalam Naskah Mir’at al-

Thullab: Suatu Studi Perbandingan Hukum Isteri Menurut Ahlussunnah, Desertasi Provendus

Doctor, (Jakarta, Perpustakaan Syari’ah UIN Syahid, 1983), h. 85. 10

Moh. Adnan Dan Mardi Kintoko, Buku Tata cara Islam, (Surakarta, 1974), h. 70.

Page 29: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

18

mengajukan rapak (menghadap) ke pengadilan hukum, setelah

pemeriksaannya maka jatuhlah talak satu untukmu.)

Pada waktu itu sighat ta’lik talak diucapkan oleh penghulu naib,

bukan oleh mempelai pria. Mempelai pria hanya cukup menjawab dengan

jawaban “hinggi sandika”, (ya, ya saya bersedia). Bentuk ta’lik talak

semacam ini, pada waktu itu berlaku di daerah Surakarta dan berjalan

sangat lama hingga menjelang kemerdekaan.

Dalam suasana Hindia Belanda, sejak Deandles mengeluarkan

instruksi bagi bupati (1808), maka timbul gagasan para penghulu dan

ulama dengan persetujuan untuk melembagakan ta’lik talak sebagai sarana

pendidikan bagi suami agar lebih mengerti kewajibannya terhadap istri,

yaitu dengan tambahan rumusan sighat tentang kewajiban pemberian

nafkah dan tentang penganiayaan jasmani. Sesuai dengan pengertian talak,

maka ta’lik talak tidak lagi diucapkan oleh pegawai pencatat nikah, akan

tetapi dibaca sendiri oleh suami sesudah akad nikah.

Melihat bahwa format ta’lik talak di Jawa itu bermanfaat dalam

menyelesaikan perselisihan antara suami istri, maka banyak penguasa dari

luar jawa dan Madura memberlakukannya di daerahnya masing-masing.

Ini menjadi lebih merata dengan berlakunya Ordonansi pencatatan nikah

untuk luar jawa dan Madura, yakni melalui Stbl 1932 No. 482. Ini terbukti

dengan berlakunya ta’lik talak di daerah Minangkabau (1925) bahkan di

Muara Tembusi (1910), begitu pula di daerah Sumatra Selatan,

Page 30: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

19

Kalimantan Barat dan Selatan, serta Sulawesi Selatan.11

Para ulama kemudian menyarankan agar dalam sighat ta’lik talak

ditambahkan ketentuan tentang pemberian iwadh (uang pengganti). Ini

dimaksudkan untuk menjamin agar jatuhnya talak karena pelanggaran

ta’lik talak menjadi talak ba’in atau talak khul’i sehingga seorang suami

yang mempunyai niat buruk tidak dapat serta merta merujuk kembali

terhadap bekas istrinya yang selama itu telah menderita akibat perbuatan

suami.

Adapun usulan penambahan redaksi dalam format ta’lik talak

dengan ketentuan memberi iwadh dipelopori oleh ulama dari daerah

Banten dan menjadi pembahasan yang ramai di kalangan ulama Sumatra

Selatan pada tahun 1970-an.12

Format ta’lik talak yang mengandung unsur-unsur: (1) meninggalkan

pergi, (2) tidak memberi nafkah, (3) penganiayaan jasmani, dan (4) istri

membayar uang iwadh berkembang menjadi pola umum yang berlaku di

seluruh daerah sekalipun rumusannya berbeda-beda sesuai dengan bahasa

daerah masing-masing.

Dalam suasana kemerdekaan, dengan berlakunya Undang-Undang

No. 22 Tahun 1946, jo. Undang-Undang No. 32 Tahun 1952, maka

ketentuan tentang sighat ta’lik talak diberlakukan seragam di seluruh

Indonesia, dengan pola diambil dari saran sidang khusus Biro Peradilan

11

Moh. Adnan Dan Mardi Kintoko, Buku Tata cara Islam ,h. 66 12

Zaini Ahmad Noeh, Pembacaan Sighat Ta’lik Talak Sesudah Akad Nikah, Mimbar

Hukum, h. 66.

Page 31: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

20

Agama pada Konferensi Kementrian Agama di Tretes malang (1956),13

dan terakhir setelah Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan dengan sighat ta’lik talak yang telah ditetapkan dalam

peraturan Menteri Agama No.2 Tahun 1990.

B. Talak Yang Dikaitkan Dengan Syarat Tertentu (Perjanjian) Menurut

Fuqaha

Menurut Az-Zaqra, perjanjian (akad) dalam terminologi fikih adalah

ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang

sama-sama berkeinginan untuk mengikat diri.14

Ali Al-Sayis memberikan komentar lebih lanjut bahwa perjanjian dalam

Islam itu bukan hanya perjanjian yang bersifat partai, tetapi juga

termasuk perjanjian sepihak, bahkan juga termasuk janji kepada Tuhan.

Berkaitan dengan ruang l lingkup perjanjian ini Ibn Araby mengemukakan

pendapatnya, ada 5 (lima) hal yang termasuk dalam kategori perjanjian, yakni;

1. Perjanjian secara umum.

2. Sumpah.

3. Kewajiban yang telah dibebankan Allah kepada hambanya.

4. Akad Nikah, perkongsian (syirkah), jual beli, sumpah dan janji kepada

Allah.

5. Perikatan atas dasar saling mempercayai.15

13

Buku Laporan Kementrian Agama, 1956, h,322. 14

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam. Jilid I, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van

Hoeve, 2000), h. 63. 15

Abu Zakariya Muhammad ibn Abdullah Ibn Araby, tt, Ahkam al-Qur’an, Juz II,

(Dar al- Ma’rifah, Beriut), h. 524-525.

Page 32: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

21

Ada beberapa syarat yang dibuat dalam akad nikah. Yaitu :

1. Syarat yang sifatnya bertentangan dengan yang dikehendaki oleh akad

nikah

Bagian ini terdapat dua macam bentuk.

a. Tidak merusak tujuan pokok akad pernikahan. Misalnya, suami berkata

dalam sighat kabul-nya sebagai berikut : “aku terima nikahnya dengan

syarat tanpa maskawin atau tanpa nafkah”.

Tidak ada perbedaan pendapat di antara para ulama bahwa syarat-

syarat seperti tersebut batal hukumnya. Sedangkan akad nikah tersebut

hukumnya tetap sah dengan alasan bahwa akad nikah itu sendiri telah

menetapkan kewajiban suami memberi nafkah dan kewajiban suami

membayar maskawin menurut jumlah yang telah ditentukan jika

disebutkan jumlahnya di dalam akad nikah, atau berupa mahar misil

(setelah dukhul) jika tidak disebutkan di dalam akad. Sedangkan

membuat syarat untuk menggugurkan kewajiban tersebut di dalam

suatu akad berarti menetapkan tidak wajibnya hal-hal tersebut. Hal itu

bertentangan dengan sifat akad pernikahan itu sendiri. Jadi

menyebutkan syarat-syarat seperti itu hukumnya sia-sia saja, sama

dengan tiada.16

b. Merusak tujuan pokok akad nikah. Umpamanya : pihak istri membat

syarat agar ia tidak disetubuhi.

Hukum membuat syarat seperti ini adalah serupa dengan apa yang

16

Ibrahim Hosen, Fiqih Perbandingan Masalah Penikahan, (Jakarta, Pustaka

Firdaus,2003), h. 267

Page 33: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

22

telah dijelaskan di atas (angka 1). Akan tetapi, Mazhab Syafi’í

memandang bahwa akad nikah tersebut hukumnya batal karena akad

nikah itu sendiri telah memberikan hak kepada suami untuk

menyeubuhi istrinya. Berlainan halnya jika syarat tersebut datang dari

pihak suami sendiri, dengan arti kata ia tidak mau menjalankan

haknya. Menurut qaul mu’tamad dalam mazhab Syafi’i, akad nikah

tersebut hukumnya sah tetapi syarat tersebut itulah yang batal

sebagaimana halnya pada angka 1 di atas.

2. Syarat yang tidak bertentangan dengan kehendak akad nikah

Bagian ini terdapat dua macam bentuk, yaitu :

a. Merupakan pihak ketiga secara langsung. Umpamanya : calon isteri

mensyaratkan kepada calon suami (yang mempunyai isteri) supaya

menjatuhkan talak isterinya. Syarat seperti ini tidak dapat dianggap,

dengan arti kata, hukumnya tidak sah, yakni adanya sama dengan tiada

karena terdapat larangan agama sebagaimana diketahui dari riwayat

Abu Hurairah ra. Yang berbunyi sebagai berikut :

( علي متفك) اختها ق طلا المرأة ط تشتر ان . )ص. الىبي وه )

“Rasulullah melarang wanita membuat syarat (agar calon suami

menjatuhkan) talak saudaranya (isteri calon suami) tersebut.

b. Kemanfa’atannya kembali kepada wanita. Umpamanya : pihak calon

isteri mensyaratkan agar ia tidak dimadukan.17

Mengenai syarat seperti ini, terdapat perbedaan pendapat dikalangan

ulama atas dua golongan :

17

Ibrahim hosen, Fiqih Perbandingan Masalah Penikahan, h. 267-269.

Page 34: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

23

1. Golongan pertama memandang bahwa syarat seperti tersebut hukumnya

batal. Sedangkan hukum akad pernikahannya tetap sah. Demikian menurut

Imam Malik, Syafi’i, Abu Hanifah, Lais bin Sa’ad, as-Sauri dan Ibnu

Munzir (dengan catatan Imam Malik memandang bahwa meskipun syarat

itu batal, memenuhi syarat seperti tersebut hukumnya sunat).

Dalil yang dipegang oleh golongan ini adalah sebagai berikut :

Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh at-Tirmizi yang berbunyi :

ماوحراهاأحلاشرطاإلاطهنشروعلىالوسلوىى حلالحرا

“Kaum muslimin itu terikat dengan syarat-syarat (janji-janji) yang

mereka buat kecuali syarat yang menghalalkan hal-hal yang haram atau

mengharamkan yang halal”. 18

Hadis ini jelas menunjukan bahwa kaum muslimin wajib

memenuhi syarat-syarat yang mereka buat yang tidak bertentangan

dengan agama. Manakala syarat tersebut bertentangan dengan agama,

syarat itu menjadi batal.

2. Memandang bahwa syarat seperti tersebut hukumnya sah dan wajib

dipenuhi. Jika tidak dipenuhi, pihak wanita berhak mem-fasakh-kan akad

nikahnya. Demikian menurut Imam Ahmad, Auza’i, dan Abu Ishak.

Dalil yang dipegang oleh golongan ini adalah sebagai berikut :

Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim :

رطأحقاىاإ الفروجبهاستحللتنهابهافىاتىأىالش

“Sesungguhnya syarat yang paling utama dipenuhi ialah sesuatu yang

dengannya kamu pandang halal hubungan kelamin”.

Hadis ini jelas menunjukan bahwa syarat-syarat yang dibuat dalam akad

18

Ibrahim Hosen, Fiqih Perbandingan Masalah Penikahan, h. 269-270.

Page 35: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

24

nikah hendaklah lebih utama dipenuhi.

3. Syarat yang sejalan dengan akad pernikahan

Umpamanya, pihak wanita membuat syarat “agar ia diberi nafkah”. Syarat

seperti ini dianggap untuk memperkuat fungsi akad nikah, karena

kewajiban suami memberi nafkah isterinya adalah suatu hal yang dituntut

oleh akad nikah itu sendiri tanpa perlu pada pembuatan syarat secara

khusus.19

Adapun Sayid Sabiq berpendapat sahnya ta’lik talak ada tiga :

1. Perkaranya belum ada, tetapi mungkin terjadi kemudian jika perkaranya

telah ada/nyata sungguh-sungguh ketika diucapkan kata-kata talak seperti:

jika matahari terbit maka engkau tertalak. Sedang kenyataannya matahari

sudah nyata terbit, maka ucapan seperti ini digolongkan tanjiz (seketika

berlaku), sekalipun diucapkan dalam bentuk ta’lik. Jika ta’liknya kepada

perkara yang mustahil, maka dianggap main-main, umpamanya : jika ada

unta masuk lubang jarum maka engkau tertalaq.

2. Hendaknya isteri ketika lahirnya aqad (thalaq) dapat dijatuhi thalaq,

umpamanya karena isteri di dalam pemeliharaannya.

3. Ketika terjadinya perkara yang dita’likkan isteri berada dalam

pemeliharaan suami.

Sayid Sabiq menguraikan dalam Fikih Sunnah bahwa perjanjian

perkawinan yang disebut sebagai ta’lik talak ada dua macam bentuk :

1. Ta’lik yang dimaksud sebagai janji, karena mengandung pengertian

19

Ibrahim Hosen, Fiqih Perbandingan Masalah Penikahan, h. 270-273.

Page 36: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

25

melakukan pekerjaan atau meninggalkan suatu perbuatan atau menguatkan

suatu kabar. Dan ta’lik talak seperti ini disebut dengan ta’liq qasami.

2. Ta’lik yang dimaksudkan untuk menjatuhkan talak bila telah terpenuhi

syarat ta’liq. Ta’liq seperti ini disebut dengan ta’liq syarti.20

Dari kedua bentuk ta’lik talak di atas dapat dibedakan dengan kata-kata

yang diucapkan oleh suami. Pada ta’liq qasamy, suami bersumpah untuk

dirinya sendiri. Sedangkan pada ta’lik talak suami mengajukan syarat

dengan maksud jika syarat tersebut ada maka jatuhlah talak suami pada

isterinya.

Berkaitan dengan waktu yang akan datang atau waktu tertentu, maksudnya

talak itu akan jatuh apabila syaratnya telah dilanggar. Imam madzhab sendiri

mempunyai pendapat yang berlainan. Abu Hanifah dan Malik berpendapat

bahwa perempuan terthalaq seketika itu juga, tetapi Dyafi’I dan Ahmad

mengatakan belum berlaku sebelum waktu itu tiba, adapun Ibnu Hazm, baik

sekarang atau akan datang talaq semacam itu tidak jatuh.21

C. Ta’lik Talak dalam Pertaturan Perkawinan di Indonesia

Dalam KHI, ta’lik talak dimasukan dalam bentuk-bentuk perjanjian

perkawinan (KHI pasal 45 dan KHI pasal 46). Perjanjian yang mengikat pada

lazimnya mencakup semua yang mengikat dan ta’lik talak merupakan bentuk

perjanjian. Jadi dalam hal ini ta’lik talak adalah sebuah perjanjian yang

mengikat di antara para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut.

Dalam Pasal 1 huruf e Kompilasi Hukum Islam dinyatakan

20

Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, لدلمجا al Fath Lil A’lam Al-Arobi, 1410 H/1990 M., h.362 الثاو 21

Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, h.364

Page 37: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

26

perjanjian perkawinan adalah perjanjian yang diucapkan calon mempelai

pria setelah akad nikah yang dicantumkan dalam Akta Nikah berupa janji

talak yang digantungkan kepada suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi

di masa yang akan datang.

Perjanjian Perkawinan dalam KHI terdapat dalam BAB VII yang di

dalamnya mengatur ta’lik talak sebagaimana yang terdapat dalam pasal 45 dan

pasal 46 yang berbunyi: “Kedua calon mempelai dapat mengadakan

perjanjian perkawinan dalam bentuk: (1) Ta’lik Talak. (2) Perjanjian lain

yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Adapun mengenai

penjelasannya adalah kata perjanjian berasal dari kata janji yang berarti

perkataan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat. Janji

juga dapat diartikan persetujuan antara dua pihak (masing-masing menyatakan

kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat sesuatu). Dan perjanjian bisa

juga diartikan sebagai persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh

dua pihak atau lebih, masing-masing berjanji menaati apa yang tersebut dalam

persetujuan itu. Perjanjian ta’lik talak adalah perjanjian yang diucapkan oleh

suami setelah akad nikah yang dicantumkan dalam akta nikah berupa talak

yang digantungkan kepada suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi di

masa yang akan datang.

Sedangkan dalam pasal 46 KHI berbunyi:

1. Isi ta’lik talak tidak boleh bertentangan dengan Hukum Islam.

2. Apabila keadaan yang disyaratkan dalam ta’lik talak betul-betul

terjadi di kemudian, tidak dengan sendirinya talak jatuh. Supaya talak

Page 38: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

27

sungguh-sungguh jatuh, istri harus mengajukan persoalannya ke

pengadilan agama. Hal ini bisa juga dikatakan sebagai talak yang

dijatuhkan oleh Hakim.

3. Perjanjian ta’lik talak bukan suatu perjanjian yang wajib diadakan

pada setiap perkawinan, akan tetapi sekali ta’lik talak sudah diperjanjikan

tidak dapat dicabut kembali.

Berdasarkan pada ketentuan di atas, maka dapat dikatakan bahwa:

1. Isi ta’lik talak sudah ditentukan oleh Menteri Agama dan diterbitkan

oleh Departemen Agama, karena yang melakukan perjanjian ta’lik

talak ini adalah orang Islam saja, maka isi perjanjian ta’lik talak tersebut

tidak boleh bertentangan dengan Hukum Islam.

2. Apabila suami melanggar perjanjian ta’lik talak tersebut, maka istri

harus mengajukannnya ke pengadilan agama. Karena perceraian di

Indonesia terjadi apabila dilakukan dihadapan para hakim dalam sidang di

pengadilan agama. Hal ini bisa juga dikatakan sebagai talak yang

dijatuhkan oleh Hakim.22

3. Ta’lik talak tidak wajib hukumnya, akan tetapi sekali ta’lik talak

diucapkan maka tidak dapat dicabut kembali, dalam hal ini ta’lik talak

sangat mengikat bagi yang mengadakan perjanjian ta’lik talak ini.

Dari ketentuan perjanjian perkawinan yang termuat dalam Kompilasi

Hukum Islam Pasal 45 ayat (2) bahwa perjanjian lain yang tidak bertentangan

dengan Hukum Islam terdapat kaitannya dengan perjanjian yang ada dalam

Pasal 1320 KUH Perdata mengemukakan bahwa Undang-undang telah

22

Muhammad Jawad Mughniyah, al-fiqh ala al-Madzahib al-khamsah , diterjemahkan

Masykur A.B., Afif Muhammad dan Idrus Al-Kaff, Fiqih Lima Mazhab, h. 489.

Page 39: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

28

menentukan 4 (empat) persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu perikatan

atau perjanjian dianggap sah yaitu :

1. Kesepakatan mereka yang mengikat diri.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3. Suatu hal tertentu.

4. Suatu sebab yang halal.

Dengan demikian, perjanjian perkawinan yang diatur dalam

Kompilasi Hukum Islam, walau dengan teks yang berbeda mempunyai unsur-

unsur yang sama dengan perjanjian dalam KUH Perdata. Namun demikian,

dalam perjanjian ta’lik talak mempunyai perbedaan dengan perjanjian pada

umumnya dalam hal tertutupnya kemungkinan kedua belah pihak untuk

membubarkan kesepakatan tersebut sebagaimana disebutkan dalam Pasal

46 ayat (3) KHI yang menyatakan bahwa perjanjian ta’lik talak bukan

suatu perjanjian yang wajib diadakan pada setiap perkawinan, akan tetapi

sekali ta’lik talak sudah diperjanjikan tidak dapat dicabut kembali.

Untuk mengukur apakah ta’lik talak sebuah perjanjian atau bukan, kita

harus melihat Pasal 1320 KUH Perdata yang memuat syarat sahnya

perjanjian yaitu (1) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, (2) Cakap

mereka yang mengikatkan diri, (3) suatu hal tertentu, dan (4) suatu sebab atau

kausa yang halal. Syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana tersebut di

atas dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu kategori syarat subjektif dan

kategori syarat objektif. Syarat subjektif, yaitu syarat sepakat mereka

yang mengikatkan diri dan syarat kecakapan untuk membuat perjanjian.

Apabila syarat subjektif tidak dapat dipenuhi maka perjanjian dapat

dibatalkan. Syarat objektif, yaitu syarat suatu hal tertentu dan syarat

Page 40: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

29

suatu sebab yang halal. Apabila dalam perjanjian syarat objektif tidak

dipenuhi, maka perjanjian adalah batal demi hukum.23

Adanya kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan diri adalah

adanya kemauan yang bebas sebagai syarat pertama untuk suatu

perjanjian yang sah. Di dalam ta’lik talak, suami istri telah sepakat tanpa

paksaan untuk menandatangani persetujuan bersama yang tertuang dalam

konsep ta’lik talak itu, karena ta’lik taklak bukan sebuah keharusan bagi

berlangsungnya sebuah perkawinan.

Cakap maksudnya adalah kedua belah pihak harus cakap menurut

hukum untuk bertindak sendiri. Di dalam hukum perkawinan, seseorang

boleh dapat melangsungkan perkawinan apabila berumur 19 tahun laki-

laki dan 16 tahun bagi perempuan, yang diatur dalam pasal 7 dalam undang-

undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, artinya suami istri tersebut

sudah dewasa dan cakap hukum untuk melakukan perbuatan hukum.

Suatu hal tertentu maksudnya yang diperjanjikan dalam suatu

perjanjian haruslah suatu hal atau suatu barang yang cukup jelas atau tertentu.

Di dalam ta’lik talak ini, yang diperjanjikan sudah jelas yang tertuang dari isi

ta’lik talak tersebut.

Suatu sebab atau kausa yang halal artinya perjanjian itu tidak

dilarang atau tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Karena keberadaan ta’lik talak untuk melindungi si istri dari perbuatan

suami, maka keberadaan ta’lik talak tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan. Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata tersebut, ta’lik

talak adalah sebuah perjanjian.

23

Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, (Bandung: Mandar Maju, 1999), h. 65.

Page 41: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

30

D. Pelaksanaan Sighat Ta’lik Talak Menurut Peraturan di Indonesia

Yang dimaksud dengan ta’lik talak menurut peraturan di Indonesia

adalah ta’lik talak yang terdapat dalam buku nikah yang diterbitkan oleh

Departemen Agama.

Dalam kitab fiqh ta’lik talak dibagi menjadi dua yaitu ta’lik

qasami dan ta’lik syarthi. Ta’lik qasami adalah sumpah untuk mendorong

berbuat sesuatu atau kebalikannya (mencegah berbuat sesuatu), atau untuk

memperkuat berita. Sedangkan yang dimaksud dengan ta’lik syarthi adalah

ta’lik yang dimaksudkan untuk menjatuhkan talak diwaktu terjadinya

syarat.24

Sedangkan di Indonesia tidak terdapat pembagian ta’lik talak, karena

hanya satu macam ta’lik talak yaitu ta’lik talak yang ditentukan oleh

Departemen Agama dan ini termasuk ta’lik syarthi menurut fiqh.

Adapun ta’lik talak yang berlaku di Indonesia telah diatur sedemikian

rupa dan untuk memudahkan pelaksanaannya telah disediakan teksnya

yang berisikan syarat-syarat tertulis dan PPN hanya menawarkan kepada

mempelai apakah dibacakan ta’lik talak atau tidak. Bila dibacakan maka di

buku nikah akan dibubuhi tanda tangan suami sebagai bukti bahwa suami

telah mengucapkan janji dihadapan istri. Bila suami tidak bersedia

membaca ta’lik talak, maka teks ta’lik talak yang tersedia dicoret

petugas sebagai tanda suami tidak membaca ta’lik talak. Karena

pembacaan ta’lik talak ini hanya anjuran, maka suami pun berhak untuk

tidak membacakannya di hadapan mempelai istri.

Pasal 1 huruf e Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang

24

Mahmud Syaltut, Perbandingan Madzhab dalam Masalah Fiqih, diterjemahkan

Ismuha (Jakarta: Bulan Bintang, 2000 ), h. 211.

Page 42: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

31

Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan ta’lik talak adalah perjanjian

yang diucapkan calon mempelai pria setelah akad nikah yang dicantumkan

dalam akta nikah berupa janji talak yang digantungkan dalam suatu keadaan

tertentu yang datang. Oleh karena itu dalam buku I KHI tentang perkawinan

telah menempatkan ta’lik talak sebagai perjanjian dapat mengadakan

perjanjian perkawinan dalam bentuk ta’lik talak dan perjanjian lain yang tidak

bertentangan dengan hukum Islam. Adapun sighat taklik yang diucapkan

suami setelah aqad nikah kepada istri yang dipraktekkan di Indonesia adalah :

Bismillah al-rahman al-rahim

Sesudah akad nikah, saya ....... bin .... berjanji dengan sesungguh

hati, bahwa saya akan menepati kewajiban saya sebagai seorang suami,

dan akan saya pergauli istri saya bernama ... binti ....dengan baik

(mu‘âsyarah bil-ma’rûf) menurut ajaran syari’at Islam.

Selanjutnya saya mengucapkan sighat ta’lik atas istri saya itu

sebagai berikut:

Sewaktu-waktu saya :

1. Meninggalkan istri saya dua tahun berturut-turut

2. Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan

lamanya.

3. Atau saya menyakiti badan/jasmani istri saya

4. Atau saya membiarkan (tidak memperdulikan) istri saya enam bulan

lamanya.

Kemudian istri saya tidak ridha dan mengadukan halnya kepada

pengadilan agama dan pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh

pengadilan tersebut, dan istri saya membayar uang sebesar Rp.

10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) sebagai ’iwadh (pengganti) kepada saya,

maka jatuhlah talak saya satu kepadanya.

Kemudian pengadilan tersebut saya kuasakan untuk menerima

uang ’iwadh itu dan kemudian menyerahkan kepada Badan

Kesejahteraan Masjid (BKM) pusat untuk keperluan ibadah sosial.25

Dalam proses pernikahan biasanya mempelai wanita ditanya apakah

mohon mempelai laki-laki mengucapkan ta’lik talak atau tidak, demikian

halnya dengan mempelai laki-laki. Dan hampir dapat dipastikan keduanya

25

Depag RI, buku akte nikah, (Jakarta, 23 Feruari, 2010).

Page 43: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

32

setuju agar ta’lik talak dibacakan dan mempelai laki-laki membacakan sendiri

ta’lik talak di hadapan istri.

Isi dalam sighat tersebut adalah perjanjian perkawinan antara suami dan

isteri. Dengan demikian menjadi semakin jelas bahwa ta’lik talak pada

prinsipnya sama dengan perjanjian perkawinan. Artinya, ta’lik talak

merupakan bagian dari perjanjian perkawinan. Dengan ungkapan lain,

perjanjian perkawinan dapat dalam bentuk ta’lik talak dan dapat pula dalam

bentuk lain di luar ta’lik talak. Sejalan dengan isi sighat ta’lik tersebut, maka

ta’lik talak dalam perundang-undangan perkawinan Indonesia pun masuk pada

pasal perjanjian perkawinan, yang tercantum pada Bab V, pasal 29 Undang-

Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Yang isinya sebagai berikut :

1. Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas

persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan

oleh Pegawai pencatat perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga

terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut.

2. Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas

hukum, agama dan kesusilaan.

3. Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.

4. Selama perkawinan berlangsung perjanjian tersebut tidak dapat dirubah,

kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dan

perubahan tidak merugikan pihak ketiga.

Demikian juga perjanjian perkawinan dicantumkan dalam Kompilasi

Hukum Islam Indonesia (KHI), yang diatur dalam Bab VII: Perjanjian

Perkawinan (pasal 45 s/d 52).

Page 44: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

33

Suatu perkawinan menurut hukum positif di Indonesia yang juga

diilhami dari hukum Islam pada dasarnya bertujuan untuk membentuk

keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Hendaknya kita sadar bahwa perkawinan bukan bertujuan hanya untuk sesaat

saja. Di dalam sebuah perkawinan terkandung hak dan kewajiban masing-

masing, baik itu suami maupun istri. Suami sebagai kepala keluarga

mempunyai kewajiban yang tidak ringan, diantara nya ia harus menyayangi

istri dan mampu memberikan nafkah lahir maupun batin. Jadi, ikrar ta’lik talak

pada dasarnya memberi jaminan atas terpenuhinya kewajiban suami ini,

terutama ini untuk melindungi wanita.26

Dalam hukum Islam dan hukum positif di Indonesia, ta’lik talak

bukanlah merupakan kewajiban. Ini ditegaskan dalam Pasal 46 ayat (1)

Kompilasi Hukum Islam, "Perjanjian ta’lik talak bukan suatu perjanjian yang

wajib diadakan pada setiap perkawinan, akan tetapi sekali ta’lik talak sudah

diperjanjikan tidak dapat dicabut kembali." Dari bunyi Pasal tersebut jelas

pihak mempelai pria sebenarnya mempunyai hak menolak membaca ta’lik

talak. Ta’lik talak dibaca setelah ijab qabul.

Di sini yang harus kita cermati, bahwa setelah ijab qabul selesai dan

para saksi menyatakan sah, mulai saat itu juga keduanya telah resmi menjadi

suami istri dan kewajiban petugas KUA ialah mencatatnya. Ini berarti semua

26

http://click-gtg.blogspot.com/2009/05/taklik-talak-dalam-perkawinan.html. di akses pada

tanggal 12 April 2013

Page 45: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

34

proses perkawinan sudah selesai dan sah menurut hukum.27

Para ahli hukum

berbeda dalam membahas mengenai ta’lik talak. Bagi ahli hukum Islam yang

membolehkan, perbedaan di antara mereka pun muncul, yang pada dasarnya

terletak pada rumusan shigat ta’lik talak yang bersangkutan yang sampai

sekarang masih mewarnai perkembangan hukum Islam di Indonesia.

Dalam kaitan ini, Ibnu Hazm berpendapat bahwa dari dua macam

bentuk ta’lik talak (Qasamy dan Syarthi), keduanya tidak mempunyai akibat

apa-apa. Alasannya ialah bahwa Allah telah mengatur secara jelas mengenai

talak. Sedangkan ta’lik talak tidak ada tuntunannya dalam Alquran maupun

sunnah.28

Hal senada dikemukakan pula oleh Ibnu Taimiyah bahwa Taklik

Qasamy yang mengandung maksud, tidak mempunyai akibat jatuhnya talak.

Sementara itu, Jumhur ulama Mazhab berpendapat bahwa bila seseorang

telah menta’likkan talaknya yang dalam wewenangnya dan telah terpenuhi

syarat-syaratnya sesuai kehendak mereka masing-masing, maka ta’lik itu

dianggap sah untuk semua bentuk ta’lik, baik itu mengandung sumpah

(qasamy) ataupun mengandung syarat biasa, karena orang yang menta’likkan

talak itu tidak menjatuhkan talaknya pada saat orang itu mengucapkannya,

akan tetapi talak itu tergantung pada terpenuhinya syarat yang dikandung

dalam ucapan ta’lik itu.29

Menurut penulis, pendapat Jumhur inilah nampaknya yang menjadi

panutan pada pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Dan pada masa

kemerdekaan oleh Menteri Agama merumuskannya sedemikian rupa dengan

27

http://click-gtg.blogspot.com/2009/05/taklik-talak-dalam-perkawinan.html. di akses pada

tanggal 12 April 2013. 28

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid II,(Beirut: Dar al-Fikr, 1980), h. 123. 29

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, h. 237.

Page 46: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

35

maksud agar bentuk sighat ta’lik jadi tidak secara bebas diucapkan oleh suami

juga bertujuan agar terdapat keseimbangan antara hak talak yang diberikan

secara mutlak kepada suami dengan perlindungan terhadap isteri dari

perbuatan kesewenangan suami. Bila dicermati rumusan ta’lik talak,

nampaknya telah mengalami banyak kemajuan, perubahan mana dimaksud

tidak terletak pada unsur-unsur pokoknya, tetapi mengenai kualitasnya yaitu

syarat ta’lik yang bersangkutan serta mengenai besarnya iwadh.

Perubahan mengenai kualitas syarat ta’lik di Indonesia, baik sebelum

kemerdekaan (1940) maupun pasca kemerdekaan (1947, 1950, 1956 dan

1975) yang ditentukan Departemen Agama semakin menunjukkan kualitas

yang lebih sesuai dengan asas syar’iy yakni mempersukar terjadinya

perceraian dan sekaligus melindungi isteri dari kesewenangan suami.

Perubahan rumusan tersebut dapat dikemukakan misalnya pada rumusan

ayat (3) sighat ta’lik, pada rumusan tahun 1950 disebutkan “menyakiti isteri

dengan memukul”, sehingga semua pengertian dibatasi pada memukul saja,

sedangkan sighat rumusan tahun 1956 tidak lagi sebatas memukul, sehingga

perbuatan yang dapat dikategorikan menyakiti badan dan jasmani seperti:

menendang, mendorong sampai jatuh dan sebagainya dapat dijadikan alasan

perceraian, karena terpenuhi syarat ta’lik dari segi perlindungan pada isteri.

Demikian halnya perubahan kualitas kepada yang lebih baik (mempersukar

terjadinya perceraian) dapat dilihat pada rumusan ayat (4) sighat ta’lik tentang

membiarkan isteri. Pada rumusan tahun 1950 disebutkan selama 3 bulan,

sedang rumusan tahun 1956 menjadi 6 bulan lamanya. Demikian pula tentang

pergi meninggalkan isteri dalam ayat (1) sighat ta’lik, dalam rumusan tahun

Page 47: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

36

1950, 1956 dan 1969 sampai sekarang dirumuskan menjadi 2 tahun berturut-

turut.30

Oleh karena itu, menurut penulis sighat ta’lik yang ditetapkan dalam

PMA No. 2 Tahun 1990 junto sesuai dengan yang dimaksudkan dalam pasal

46 ayat (2) KHI dianggap telah memadai dan relevan dengan ayat-ayat

tersebut. Dengan kata lain, semua bentuk ta’lik talak di luar yang ditetapkan

oleh Departemen Agama seharusnya dianggap tidak pernah terjadi.

Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia ketika apa yang

disyaratkan dalam ta’lik talak itu benar-benar terjadi tidak serta merta talak

suami jatuh kepada istri. Talak baru jatuh kepada istri apabila istri tidak ridha

dan mengajukan halnya ke Pengadilan Agama dan mendapat putusan dari

pengadilan tersebut setelah melalui beberapa proses yang telah ditentukan.

Proses yang dimaksud adalah perihal gugatan, pemeriksaan, pembuktian,

persidangan dan putusan hakim. Dasar hukum bahwa berhak mengabulkan

perceraian melalui gugatan istri karena suami melanggar ta’lik talak, ini

adalah pasal 116 KHI huruf (g), yang isi nya sebagai berikut :

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,

dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-

turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di

luar kemampuannya.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman

30

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Dalam Lingkungan Peradilan Agama,

Cet. I, (Jakarta: Al-Hikmah, 2000), h.11

Page 48: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

37

yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak yang lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.

f. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga.

g. Suami melanggar ta’lik talak.

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak

rukunan dalam rumah tangga.

Namun kemudian masalah mengucapkan shigat ta’lik talak selepas akad

nikah dipersoalkan oleh Majlis Ulama Indonesia lewat keputusan MUI pada

tanggal 23 Rabiul Akhir 1417 H., bertepatan dengan 7 September 1996,

mengucapkan sighat ta’lik talak tidak diperlukan lagi. Adapun alasan

keputusan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Bahwa materi sighat ta’lik talak pada dasarnya telah dipenuhi dan

tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

dan Undang-Undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

2. Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI), perjajian ta’lik talak bukan

merupakan keharusan dalam setiap perkawinan (KHI pasal 46 ayat 3).

3. Bahwa konteks mengucapkan sighat ta’lik talak menurut sejarahnya

adalah untuk melindungi hak-hak wanita, dimana waktu itu ta’lik talak

Page 49: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

38

belum ada dalam peraturan perundang-undangan perkawinan.

Oleh karena itu, setelah adanya aturan tentang itu dalam peraturan

perundang-undangan perkawinan, maka mengucapkan sighatnya tidak

diperlukan lagi.31

31

Tim Penyunting MUI, Himpunan Fatwa Mejelis Ulama Indonesia, (Jakarta: MUI.,

1997), h.119.

Page 50: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

39

BAB III

KONSEP MAQASHID AL-SYARI’AH DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian dan Dasar Hukum Maqashid Al-Syari’ah

1. Pengertian Maqashid Al-Syari’ah

Secara bahasa, maqashid syari‟ah terdiri dari dua kata yakni,

maqashid dan syari‟ah. Maqashid adalah bentuk jamak dari maqashid

yang berarti kesengajaan atau tujuan, syari‟ah berarti jalan menuju sumber

air. Jalan menuju sumber air ini dapat pula dikatakan sebagai jalan kearah

sumber pokok kehidupan.1 Menurut asy-Syatibi, maqashid syari‟ah

merupakan tujuan syari‟ah yang lebih memperhatikan kepentingan

umum.2

Sebagaimana yang ada di dalam kamus dan penjelasannya bahwa

syariat adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi hamba-Nya tentang

urusan agama, atau, hukum yang ditetapkan dan diperintahkan oleh Allah

baik berupa ibadah (puasa, shalat, haji, zakat, dan seluruh amal kebaikan)

atau muamalah yang menggerakkan kehidupan manusia (jual, beli, nikah,

dan lain-lain). Allah SWT berfirman:

علىشري عةمنالمركجعلنثم “Kemudian kami jadikan kamu berada di atas sebuah syariat, peraturan

dari urusan agama itu” (QS. al- Jatsiyah :18)3

Sebagai sumber utama ajaran Islam, ada ulama yang membagi

kandungan al-Qur‟an dalam tiga kelompok besar: aqidah, khuluqiyyah,

1 Totok, Kamus Ushul Fiqih, (Jakarta: Dana Bakti Wakaf, 2005), h. 97.

2 Sahal Mahfudh, Nuansa Fikih Sosial, (Yogyakarta: LKIS, 1994), h. 22.

3 Yusuf Al-Qaraddhawi, Fiqih Maqashid Syariah, (Jakarta: Pustaka Al Kaustar, 2007),

h.12.

Page 51: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

40

dan amaliyah. Aqidah berkaitan dengan dasar-dasar keimanan.

Khuluqiyyah berkaitan dengan etika atau akhlak. Sedangkan amaliyah

berkaitan dengan aspek-aspek hukum yang timbul dari ungkapan-

ungkapan (aqwảl) dan perbuatan- perbuatan (af‟al) manusia. Kelompok

ketiga ini, dalam sistematika hukum Islam dibagi dalam dua bagian besar,

yaitu (1) ibadah, yang di dalamnya diatur pola hubungan manusia dengan

Tuhan, dan (2) muamalah yang di dalamnya diatur pola hubungan antara

sesama manusia.4

Al-Qur‟an selaku sumber ajaran, tidak memuat aturan-aturan yang

terperinci tentang ibadah dan muamalah. Buktinya, hanya terdapat 368

ayat yang berkaitan dengan aspek-aspek hukum.5 Hal ini berarti, bahwa

sebagian masalah-masalah hukum dalam Islam, oleh Tuhan hanya

diberikan dasar-dasar atau prinsip-prinsipnya saja dalam al-Qur‟an. Dasar-

dasar atau prinsip-prinsip ini, dijelaskan lebih lanjut oleh Nabi saw melalui

hadis-hadisnya.

Bertolak dari dua sumber inilah kemudian, aspek-aspek hukum

terutama bidang muamalah dikembangkan dengan mengaitkannya dengan

maqashid al-syari‟ah.

Oleh Mahmud Syaltut, syari‟ah diartikan sebagai “aturan-aturan

yang diciptakan oleh Allah untuk dipedomani manusia dalam mengatur

hubungan dengan Tuhan, dengan manusia baik sesama muslim atau non

4 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Usủl al-Fiqh, (Bayrut: Dar al-Fikr), h. 32.

5 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II (Jakarta: UI Press,

1984), h. 7.

Page 52: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

41

muslim, alam dan seluruh kehidupan.6 Sedangkan, Asafri Jaya Bakri

mengatakan, bahwa syari‟ah adalah “seperangkat hukum-hukum Tuhan

yang diberikan kepada manusia untuk mendapatkan kebahagiaan hidup

baik di dunia maupun di akhirat.7 Kandungan pengertian syari‟ah yang

demikian itu, secara tak langsung memuat kandungan maqashid al-

syari‟ah.

Menurut Satria Effendi M. Zein, maqashid al-syari‟ah adalah tujuan

Allah dan Rasul-Nya dalam merumuskan hukum-hukum Islam. Tujuan itu

dapat ditelusuri dalam ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis sebagai alasan logis

bagi rumusan suatu hukum yang berorientasi kepada kemaslahatan

manusia.8 Al-Syatibi melaporkan hasil penelitian para ulama terhadap

ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis, bahwa hukum-hukum disyariatkan Allah

untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia, baik di dunia maupun di

akhirat.9

Dalam karyanya al-Muwafaqat, al-Syatibi mempergunakan kata

yang berbeda-beda berkaitan dengan maqashid al-syari‟ah. Kata-kata itu

ialah maqashid al-syari‟ah,10

al-maqashid al-syar‟iyyah fi al-syari‟ah,11

dan maqashid min syar‟i al-hukm.12

6 Mahmud Syaltut, Islam: „Aqidah wa Syari‟ah, (Kairo: Dar al-Qalam, 1966), h. 12.

7 Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari‟ah Menurut al-Syatibi, h. 63.

8 Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, Cet. I; (Jakarta: Kencana, 2005), h. 233.

9 Abu Ishaq al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Usul al-Syari‟ah, Jilid I ,Cet. III; (Beirut: Dar

Kutub al-„Ilmiyyah, 1424 H/2003 M), h. 195. 10

Al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari‟ah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003),

h. 21. 11

Al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari‟ah, h. 23. 12

Al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari‟ah, h. 374.

Page 53: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

42

Menurut al-Syatibi sebagai yang dikutip dari ungkapannya sendiri:

نيالدفمالصماميفعارالشمداصقمقيقحتلتعض...وةعي رالشمهذه 13اعامين الد و

“Sesungguhnya syariat itu ditetapkan bertujuan untuk tegaknya

(mewujudkan) kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat.”

Dalam ungkapan yang lain dikatakan oleh al-Syatibi:

14لحالنماساصملةيمعورشمامكحلا“Hukum-hukum disyari‟atkan untuk kemaslahatan hamba."

Ada yang menganggap maqashid ialah maslahah itu sendiri, sama

dengan menarik maslahah atau menolak mafsadah. Ibn al-Qayyim

menegaskan bahwa syariah itu berasaskan kepada hikmah-hikmah dan

maslahah-maslahah untuk manusia di dunia atau di akhirat. Perubahan

hukum yang berlaku berdasarkan perubahan zaman dan tempat adalah

untuk menjamin syari‟ah dapat mendatangkan kemaslahatan kepada

manusia.15

Ada juga yang memahami maqashid sebagai lima prinsip Islam yang

asas yaitu menjaga agama, jiwa, akal , keturunan dan harta. Di satu sudut

yang lain, ada juga ulama klasik yang menganggap maqashid itu sebagai

logika pensyariatan sesuatu hukum.16

Kesimpulannya maqashid syariah ialah "maslahat-maslahat yang

ingin dicapai oleh syariat demi kepentingan umat manusia". Para ulama

13

Al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari‟ah, h. 6. 14

Al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari‟ah, h. 54. 15

Ibn Qayyim al-Jauziyyah, I'lam al-Muwaqqi'in, jilid III, (Beirut, Dar al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1996M), h. 37. 16

Nuruddin Mukhtar, al-Khadimi, al-Ijtihad al-Maqasidi, (Qatar, 1998M), h. 50.

Page 54: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

43

telah menulis tentang maksud-maksud syara‟, beberapa maslahah dan

sebab-sebab yang menjadi dasar syari‟ah telah menentukan bahwa

maksud-maksud tersebut dibagi dalam dua golongan sebagai berikut:

a. Golongan Ibadah, yaitu membahas masalah-masalah Ta‟abbud yang

berhubungan langsung antara manusia dan khaliqnya, yang satu

persatu nya telah dijelaskan oleh syara‟.

b. Golongan Muamalah Dunyawiyah, yaitu kembali pada maslahah-

maslahah dunia, atau seperti yang ditegaskan oleh Al Izz Ibnu Abdis

Salam sebagai berikut:

“Segala macam hukum yang membebani kita semuanya, kembali

kepada maslahah di dalam dunia kita, ataupun dalam akhirat. Allah

tidak memerlukan ibadah kita itu. Tidak memberi manfaat kepada

Allah taatnya orang yang taat, sebagaimana tidak memberi mudarat

kepada Allah maksiatnya orang yang durhaka”.

Akal dapat mengetahui maksud syara‟ terhadap segala hukum

muamalah, yaitu berdasarkan pada upaya untuk mendatangkan manfaat

bagi manusia dan menolak mafsadat dari mereka. Segala manfaat ialah

mubah dan segala hal mafsadat ialah haram. Namun ada beberapa ulama,

diantaranya, Daud Azh-Zhahiri tidak membedakan antara ibadah dengan

muamalah.17

2. Dasar Hukum Maqashid al-Syari’ah

Penekanan maqashid al-syariah yang dilakukan olah al-Syatibi

secara umum bertitik tolak dari kandungan ayat-ayat al-qur‟an yang

menunjukkan bahwa hukum-hukum Tuhan mengandung kemaslahatan.

17

Khairul Umam dan Ahyar Aminudin, Ushul Fiqih II, (Bandung: Pustaka Setia, 2001),

h. 125-126.

Page 55: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

44

Beberapa ayat al-Qur‟an yang menunjukan maqashid al-syariah adalah

sebagai berikut.18

Ayat-ayat tersebut diantaranya adalah tentang pengutusan Rasul;

هميهومب زحمتنهع كإلا (١٧)الأوبيبء/١أزصهى “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat

bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya : 107)

Penekanan maqashid al-syari‟ah dalam ayat ini adalah tujuan dari

pengutusan rasul yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam.

صل يكىننهىابسعهىز سيهومىرزيهنئلا بش م بعدٱللات صم حجا وكبنٱنس

(٧)انىضبء/ عزيزاحكيمبٱللا“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan

pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia

membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. An-Nisa : 165)

Penekanan maqashid al-syari‟ah ini adalah pengutusan rasul

sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan agar tidak ada lagi alasan

bagi manusia untuk membantah perintah Allah.

Berkaitan dengan jihad;

أذن تهىنبأواهمظهمىا (٢٧)انحج/نهاريهيق

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena

Sesungguhnya mereka telah dianiaya….” (Q.S. Al-Hajj : 39)

Penekana maqashid al-syari‟ah dalam ayat ini adalah agar tidak

ada lagi kaum muslimin yang dianiaya tanpa adanya perlawanan.

Berkaitan dengan qishas;

ةي أونيٱنقصبصفيونكم بحيى (١٢٧ة/)انبقس١٢نعهاكمتتاقىنٱلأنب

“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai

18

Abdul Mughist, Ushul Fiqh Bagi Pemula, (Jakarta : CV. Artha Rivera, 2008), h. 116.

Page 56: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

45

orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Q.S. Al-baqarah :

179)

Penekanan maqashid al-syari‟ah dalam ayat ini adalah adanya

hukum qishaash menjadi jaminan kelangsungan hidup manusia.

Berdasarkan ayat-ayat di atas, al-syatibi mengatakan bahwa

maqashid al-syariah dalam arti kemaslahatan terdapat dalam aspek-aspek

hukum secara keseluruhan. Artinya, apabila terdapat permasalahan-

permasalahan hukum yang tidak ditemukan secara jelas dimensi

kemaslahatannya, dapat dianalisis melalui maqashid al-syariah yang

dilihat dari ruh syariat dan tujuan umum dari agama islam yang hanif.19

B. Pembagian Maqashid al-Syari’ah

Bila diteliti semua perintah dan larangan Allah, baik dalam al-Qur‟an

maupun hadis yang dirumuskan dalam fiqh (hukum Islam), akan terlihat

bahwa semuanya mempunyai tujuan tertentu dan tidak ada yang sia-sia.

Semuanya mengandung hikmah yang mendalam, yaitu sebagai rahmat bagi

umat manusia, sebagaimana ditegaskan dalam QS. al-Anbiya (21): 107

(١٧)الأوبيبء/ لميسلن كإلامرحةللعومآأر„Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi seluruh alam.‟20

Ungkapan „rahmat bagi seluruh alam‟ dalam ayat di atas diartikan

dengan kemasalahatan umat. Dalam kaitan ini para ulama sepakat, bahwa

19

Asafri Jaya Bakti, Konsep Maqashid Syariah, h. 68. 20

Departemen Agama R.I, al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Naladana, 2004), h.

461.

Page 57: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

46

memang hukum syara‟ itu mengandung kemaslahatan untuk umat manusia.21

Kemaslahatan dalam taklif Tuhan dapat berwujud dalam dua bentuk: (1)

bentuk hakiki, yaitu manfaat langsung dalam arti kualitas, dan (2) dalam

bentuk majazi, yaitu bentuk yang merupakan sebab yang membawa kepada

ke-maslahatan22

Kemaslahatan itu oleh al-Syatibi dilihat pula dari dua sudut pandangan,

yaitu (1) maqashid al-syari‟ (tujuan Tuhan), dan (2) maqashid al-mukallaf

(tujuan mukallaf). Maqashid al-syari‟ah dalam arti maqashid al-Syari‟,

mengandung empat aspek, yaitu:

1. Tujuan awal dari syariat yakni kemaslahatan manusia di dunia dan di

akhirat.

2. Syariat sebagai sesuatu yang harus dipahami.

3. Syariat sebagai suatu hukum taklif yang harus dilakukan, dan

4. Tujuan syariat adalah membawa manusia ke bawah naungan hukum.23

Aspek pertama berkaitan dengan muatan dan hakikat maqashid al-

syari‟ah, sedangkan aspek kedua berkaitan dengan dimensi bahasa, agar

syariat dapat dipahami sehingga dicapai kemaslahatan yang dikandungnya.

Aspek ketiga berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan syariat dalam

rangka mewujudkan kemaslahatan. Ini juga berkaitan dengan kemampuan

manusia untuk melaksanakannya. Aspek yang keempat berkaitan dengan

21

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 2,Cet. I, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999),

h. 206. 22

Husein Hamid Hasan, Nazariyah al-Maslahah fi al-Fiqh al-Islami, (Mesir, Dar al-

Nahdah al-„Arabiyyah, 1971), h. 5. 23

Abu Ishak al-Syaitibi, Al-Muwafaqat fi Usul al-Syari‟ah, jilid II, Cet. III, (Bayrut: Dar

Kutub al-Ilmiyyah, 1424 H /2003 M), h. 5.

Page 58: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

47

kepatuhan manusia sebagai mukallaf di bawah dan terhadap hukum-hukum

Allah (aspek tujuan syariat berupaya membebaskan manusia dari kekangan

hawa nafsu).

Aspek kedua, ketiga dan keempat pada dasarnya lebih sebagai

penunjang aspek pertama sebagai aspek inti, namun memiliki keterkaitan dan

menjadi rincian dari aspek pertama. Aspek pertama sebagai inti dapat

terwujud melalui pelaksanaan taklif (pembebanan hukum kepada para hamba)

sebagai aspek ketiga. Taklif tidak dapat dilakukan tanpa memiliki pemahaman,

baik dimensi lafal maupun maknawi sebagaimana aspek kedua.

Pemahaman dan pelaksanaan taklif dapat membawa manusia berada di

bawah lindungan hukum Tuhan, lepas dari kekangan hawa nafsu, sebagai

aspek keempat. Dalam keterkaitan itulah tujuan diciptakannya syariat, yaitu

kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat, sebagai aspek inti, dapat

diwujudkan.24

Dalam rangka pembagian maqashid al-syari‟ah, aspek pertama sebagai

aspek inti menjadi sentral analisis, sebab aspek pertama berkaitan dengan

hakikat pemberlakuan syariat oleh Tuhan, yaitu untuk mewujudkan

kemaslahatan manusia. Kemaslahatan itu dapat diwujudkan jika lima unsur

pokok (usul al-khamsah) dapat diwujudkan dan dipelihara. Kelima unsur

pokok itu menurut al-Syatibi, adalah din (agama), nafs (jiwa), nasl

(keturunan), mal (harta), dan aql (akal).25

Para ulama telah menyatakan, bahwa kelima prinsip ini telah diterima

24

Abu Ishaq al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Usủl al-Syarỉ‟ah, h. 5. 25

Abu Ishaq al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Usủl al-Syarỉ‟ah, h. 10.

Page 59: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

48

secara universal. Dalam menganalisis tujuan-tujuan kewajiban syariat

ditemukan bahwa syariat juga memandang kelima hal tersebut sebagai sesuatu

yang mesti dilakukan. Kewajiban-kewajiban syariat bisa dibagi dari sudut

pandang cara-cara perlindungan yang positif dan preventif menjadi dua

kelompok. Termasuk dalam kelompok cara yang positif adalah ibadah, adat

kebiasaan dan muamalah. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok

preventif adalah jinayat (hukum pidana).

Ibadah bertujuan melindungi agama. Misalnya keimanan dan ucapan

kalimat syahadat, salat, zakat, puasa dan haji. Adat bertujuan melindungi jiwa

dan akal. Mencari makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal adalah

contoh adat. Muamalah juga melindungi jiwa dan akal, tetapi dengan melalui

adat. Jinayat sebagai benteng terpeliharanya kelima maslahah di atas, seperti

qishas dan diyat untuk melindung jiwa, hudud untuk melindungi keturunan

dan akal.26

Kemaslahatan yang akan diwujudkan itu dibagi kepada tiga tingkatan

kebutuhan, yaitu dharuriyat (kebutuhan primer, mesti), hajiyat (kebutuhan

sekunder, dibutuhkan), tahsiniyat (kebutuhan tersier).27

Dari ketiga jenis tersebut, saling berkaitan antara satu dengan lainnya.

Terdapat keterkaitan makna yang tidak dapat dipisahkan. Adapun beberapa

penjelasannya antara lain:

1. Al Maqashid Adh Dharuriyaat

Adh dharuriyaat dalam ilmu maqashid adalah menjaga lima perkara

26

Abu Ishaq al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Usủl al-Syarỉ‟ah, h. 8-10. 27

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 2, h. 208.

Page 60: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

49

pokok dalam agama. Hifdzu Ad diin, hifdzu nafs, hifdzu al maal, hifdzu

nasl, dan hifdzu „aql. Adapun Al Maqashid Adh Dharuriyaat adalah

tingkatan ilmu maqashid yang pertama. Karena perkara yang berkaitan

dengan dunia dan akhirat terbangun di atas perkara pokok tersebut.

Sebagaimana firman Allah:

ا ت لقون اولياء عدومكم و عدوي ت تمخذوا لا امن وا الذين ي ها بالمودمةيا ليهم(٠٦:١)الممتحنة/

“Wahai orang orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan musuhKu

dan musuhmu sebagai teman teman setia sehingga kamu sampaikan

kepada mereka( berita berita Muhammad) karena kasih saying. (Q.S Al

Mumtahanah: 1)

Dalam ayat tersebut meliputi beberapa Adh Dharuriyaat Al Khomsah

karena tidak adanya kesyirikan kepada Allah menunjukkan bahwa

terjaganya Ad diin, mencegah terjadinya pencurian menunjukkan adanya

penjagaan terhadap harta, mencegah laki laki dan perempuan berzina maka

hal ini menunjukkan penjagaan terhadap nasab, pencegahan pembunuhan

menunjukkan penjagaan terhadap jiwa, begitu juga dengan pelarangan

khamr menunjukkan adanya penjagaan terhadap akal manusia.28

Hal-hal yang bersifat kebutuhan primer manusia seperti yang telah

diuraikan adalah bertitik tolak kepada lima perkara, yaitu: Agama, jiwa,

akal, kehormatan (nasab), dan harta. Islam telah mensyariatkan bagi

masing-masing lima perkara itu, hukum yang menjamin realisasinya dan

pemeliharaannya. lantaran dua jaminan hukum ini, terpenuhilah bagi

manusia kebutuhan primernya.

28

Mahmud Muhammad ath Thantawi, Ushul Fiqh Islami, (Kairo: Maktabah Wahbah), h.

456.

Page 61: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

50

a. Memelihara Agama (ديه)

Menjaga dan memelihara agama berdasarkan tingkat

kepentingannya dapat dibedakan menjadi tiga peringkat:

1) Memelihara agama dalam peringkat “dharuriyat”, yaitu

memelihara dan melaksanakan kewajiban keagamaan yang

termasuk peringkat primer, seperti: melaksanakan shalat fardhu

(lima waktu). Apabila kewajiban shalat diabaikan, maka eksistensi

agama akan terancam.

2) Memelihara agama dalam peringkat “hajiyat”, yaitu melaksanakan

ketentuan agama, dengan maksud menghindari kesulitan, seperti:

melakukan shalat jama‟ dan qashar ketika bepergian (musafir).

Kalau ketentuan ini tidak dilaksanakan, tidak akan mengancam

eksistensi agama, namun dapat mempersulit pelaksanaannya.

3) Memelihara agama dalam peringkat “tahsiniyat”, yaitu mengikuti

petunjuk agama guna menjunjung tinggi martabat manusia,

sekaligus melengkapi pelaksanaan kewajibannya kepada Tuhan,

seperti: menutup aurat baik dilakukan pada waktu shalat ataupun

diluar shalat dan juga membersihkan badan, pakaian, dan tempat.

Kegiatan ini erat kaitannya dengan akhlak terpuji.

b. Memelihara Jiwa (وفش)

Memelihara jiwa berdasarkan tingkat kepentingannya dapat

dibedakan menjadi tiga peringkat:

1) Memelihara jiwa pada peringkat “dharuriyat” adalah memenuhi

Page 62: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

51

kebutuhan pokok berupa makanan, minuman untuk

mempertahankan keberlangsungan hidup. Kalau kebutuhan pokok

tersebut diabaikan akan mengancam eksistensi jiwa manusia.

2) Memelihara jiwa pada peringkat “hajiyat” adalah dianjurkan untuk

berusaha guna memperoleh makanan yang halal dan lezat. Kalau

kegiatana ini diabaikan tidak akan mengancam eksistensi

kehidupan manusia, melainkan hanya dapat mempersulit hidupnya.

3) Memelihara jiwa pada peringkat “tahsiniyat” seperti ditetapkannya

tata cara makan dan minum. Kegiatan ini hanya berhubungan

dengan kesopanan dan etika. Sama sekali tidak akan mengancam

eksistensi jiwa manusia atau mempersulitnya.

c. Memelihara Akal (عقم)

Memelihara akal, dilihat dari tingkat kepentingannya dapat dibagi

menjadi tiga peringkat:

1) Memelihara akal pada peringkat “dharuriyat”, seperti diharamkan

mengkonsumsi minuman keras dan sejenisnya. Apabila ketentuan

ini diabaikan akan mengancam eksistensi akal manusia.

2) Memelihara akal pada peringkat “hajiyat”, seperti dianjurkan

untuk menuntut ilmu pengetahuan. Sekiranya ketentuan itu

diabaikan tidak akan merusak eksistensi akal, akan tetapi dapat

mempersulit seseorang terkait dengan pengembangan ilmu

pengetahuan dan akhirnya berimbas pada kesulitan dalam

hidupnya.

3) Memelihara akal pada peringkat “tahsiniyat”, menghindarkan diri

Page 63: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

52

dari kegiatan menghayal dan mendengarkan atau melihat sesuatu

yang tidak ada faedahnya. Kegiatan itu semua tidak secara

langsung mengancam eksistensi akal manusia.

d. Memelihara Keturunan (وضم)

Memelihara “keturunan / harga diri, ditinjau dari peringkat

kebutuhannya dapat dibagi menjadi tiga:

1) Memelihara keturunan pada peringkat “dharuriyat”, seperti

anjuran untuk melakukan pernikahan dan larangan perzinaan.

Apabila hal ini diabaikan akan mengancam eksistensi keturunan

dan harga diri manusia.

2) Memelihara keturunan pada peringkat “hajiyat”, seperti ditetapkan

talak sebagai penyelesaian ikatan suami istri. Apabila talak tidak

boleh dilakukan maka akan mempersulit rumah tangga yang tidak

bias dipertahankan lagi.

3) Memelihara keturunan pada peringkat "tahsiniyat”, seperti:

disyariatkannya khitbah (peminangan) dan walimah (resepsi) dalam

pernikahan. Hal ini dilakukan untuk melengkapi acara siremoni

pernikahan. Apabila tidak dilakukan tidak mengancam eksistensi

keturunan atau harga diri manusia dan tidak pula mempersulit

kehidupannya.

e. Memelihara Harta (مبل)

Memelihara harta, ditinjau dari peringkat kepentingannya dapat

dibagi menjadi tiga peringkat:

Page 64: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

53

1) Memelihara harta pada peringkat “dharuriyat”, seperti:

disyariatkan oleh agama untuk mendapatkan kepemilikan melalui

transaksi jual beli dan dilarang mengambil harta orang lain dengan

cara tidak benar seperti mencuri, merampok dsb. Apabila aturan

tersebut dilanggar akan mengancam eksistensi harta.

2) Memelihara harta pada peringkat “hajiyat”, seperti dibolehkan

transaksi jual-beli saham, istishna‟ (jual beli order) dsb. Apabila

ketentuan tersebut diabaikan tidak akan mengancam eksistensi

harta, namun akan menimbulkan kesulitan bagi pemiliknya untuk

melakukan pengembangannya.

3) Memelihara harta pada peringkat “tahsiniyat”, seperti perintah

menghindarkan diri dari penipuan dan spekulatif. Hal tersebut

hanya berupa etika bermuamalah dan sama sekali tidak mengancam

kepemilikan harta apabila diabaikan.29

2. Al Maqashid Al Hajiyaat

Al hajiyaat dalam ilmu maqashid memiliki makna mengangkat

kesulitan hamba dalam beribadah, meringankan beban taklif, serta suatu

maslahat yang mendatangkan manfaat. Adapun beberapa contoh dalam

aplikasi Al-Hajiyaat dalam ibadah adalah diperbolehkannya berbuka bagi

musafir, mengqashar shalat yang berjumlah empat rakaat menjadi dua

rakaat ketika bersafar, serta diperbolehkannya shalat sambil duduk ketika

tidak mampu shalat dengan berdiri.

Adapun contoh aplikasi Al-Hajiyaat dalam bidang mu‟amalah

29

Ahmad Hamdani, Teori Maqashid Al-Syari‟ah Imam Al- Syathibi, (Kudus: STAIN

Kudus, 2011), h. 42-51.

Page 65: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

54

adalah disyari‟atkannya jual beli dengan salam. Maksudnya, menjual

sesuatu yang tidak ada ketika terjadinya akad jual beli, akan tetapi dibayar

dengan harga tertentu ketika akad tersebut berlangsung. Hal ini

diperbolehkan karena kebutuhan manusia yang semakin maju terhadap hal

yang berkaitan dengan mu‟amalat.30

3. Al Maqashid At Tahsiniyaat

At Tahsiniyaat dalam ilmu maqashid adalah kumpulan maslahat

yang berkaitan dengan perkara perbaikan akhlak, adat yang bagus, atau

segala hal yang dapat membantu manusia memilih cara dan manhaj yang

baik dalam pelaksanaan syari‟at. Contoh aplikasi At-Tahsiniyaat dalam

ibadah adalah mensucikan diri dari najis baik jasmani maupun rohani serta

kesucian tempat shalat, menutup aurat, dan memakai pakaian yang bagus

ketika hendak shalat.31

C. Urgensi Maqashid Al-Syari’ah Dalam Ijtihad dan Metode Istimbath

Hukum Yang Berkaitan Dengan Maqashid Al-Syariah

1. Maqashid Al-Syari’ah Dalam Ijtihad

Penggunaan ijtihad dalam pengertian umum, relevan dengan

interpretasi al-Qur‟an dan as-Sunnah. Ketika suatu aturan syari‟ah

didasarkan pada implikasi yang luas dari sebuah teks al-Qur‟an dan as-

Sunnah, yang itu berbeda dengan aturan langsung dari teks yang jelas dan

terinci, maka teks dan aturan syari‟ah itu harus dihubungkan melalui

penalaran hukum. Menurut Abdullah Ahmad an-Na‟im, bahwa

30

Mahmud Muhammad ath Thantawi, Ushul Fiqh Islami, h. 463. 31

Mahmud Muhammad ath Thantawi, Ushul Fiqh Islami, h. 466.

Page 66: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

55

bagaimanapun juga sulit dibayangkan suatu teks-teks al-Qur‟an atau as-

Sunnah, betapun jelas dan rincinya, tidak memerlukan ijtihad untuk

interpretasi dan penerapannya dalam situasi yang konkrit.32

Hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan

Imam Muslim dan selain keduanya mengatakan : “Jika seorang hakim

memutuskan hukum dengan berijtihad dan kemudian benar maka ia

mendapat dua pahala, dan jika memutuskan hukum dengan berijtihad dan

kemudian salah maka ia mendapat satu pahala.” Hadis ini ternyata belum

cukup untuk membuka pintu ijtihad dan menetapkan kebolehannya.

Padahal hadis ini sangat menekankan pentingnya ijtihad. Ini adalah

jaminan bahwa seorang mujtahid berhak untuk salah, dan kesalahan ini

tidak membuatnya mendapat siksa dan hukuman. Disamping itu, ini adalah

bukti akan kuatnya dorongan untuk berfikir, meneliti, dan memajukan

ilmu pengetahuan.33

Fatwa merupakan hasil ijtihad para ahli yang dapat saja dilahirkan

dalam bentuk tulisan maupun lisan. Bentuk tulisan dan lisan para ulama

itulah yang dikenal dengan fatwa keagamaan untuk kepentingan manusia.

Kita tahu bahwa hukum Islam berlandaskan al-Qur‟an dan al-Hadis

sebagian besar bentuknya ditentukan berdasarkan hasil ijtihad para

mujtahid yang dituangkan dalam bentuk mujtahid maka posisi fatwa

sangat memperkuat tindakan ijtihad. Sebab fatwa dihasilkan dari ijtihad

32

Abdullah Ahmad an-Na‟im, Dekonstruksi Syari‟ah Wacana Kebebasan Sipil, Hak

Asasi Manusia dan Hubungan Internasional dalam Islam, (Yogyakarta, 1997), h. 54. 33

Ahmad Al-Raysuni, Muhammad Jamal Barut, Ijtihad antara teks, realitas, dan

kemaslahatan social,(Jakarta: Erlangga, 2002), h. 1.

Page 67: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

56

para ulama, sehingga apabila tidak berijtihad kemungkinan besar tidak

akan muncul atau lahir fatwa keagamaan.

Ijtihad juga kadang-kadang mengalami perubahan-perubahan yang

mendasar, hal ini disebabkan beberapa hal antara lain :34

a. Adanya perubahan kepentingan masyarakat

b. Adanya pengaruh adat kebiasaan dan urf (kebudayaan)

c. Faktor lingkungan, ruang dan waktu

d. Faktor perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi(iptek).

Faktor-faktor tersebut memberikan pertanda bahawa ijtihad itu

bersifat kondisional artinya situasi dan kondisi masyarakat sangat

mempengaruhi pola piker para mujtahid itu sendiri.

Para ahli ushul fikih sepakat bahwa lapangan ijtihad hanya berlaku

dalam kasus yang tidak terlepas dalam nash atau yang terdapat dalam teks

al-Qur‟an dan as-Sunnah yang masuk kategori zhanni al-dalalah.35

Oleh

karena itu juga hasil ijtihad bersifat zhanni, artinya bukan satu-satunya

kebenaran (tidak qat‟i) tetapi mengandung kemungkinan lain.

Sedangkan nash yang masuk kategori dalil sharih yang qath‟iyu al-

wurud (pasti kedatangannya dari syar‟i) dan qath‟iyu al-dalalah (pasti

penunjukannya kepada makna tertentu), maka tidak ada jalan untuk

diijtihadkan. Meskipun dalam pandangan an-Na‟im, hal itu sulit

34

Rohadi Abd. Fata, Analisa Fatwa Keagamaan dalam Fiqh Islam, (Jakarta : Bumi

Aksara, 1991), h. 43-44. 35

Fathurahhman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih, (Jakarta: Logos, 1995), h. 16.

Page 68: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

57

dibayangkan.36

Dalam melihat metode ijtihad apa yang harus dikembangkan dan

kemungkinan peranan maqashid al-syari‟at yang lebih besar dalam

metode tersebut, penelaahan harus bertitik tolak dari objek itu sendiri.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa objek (lapangan) ijtihad adalah

segala sesuatu yang tidak diatur secara tegas dalam nash serta masalah-

masalah yang tidak mempunyai landasan nash (ma la nash fiih). Oleh

karenanya bertitik tolak dari itu, maka ada dua corak penalaran yang di

dalamnya terdapat metode-metode ijtihad yang perlu dikembangkan dalam

upaya penerapan-penerapan maqhashid al-syari‟at. Kedua corak itu ialah

penalaran ta‟lili dan istislahi.

Corak penalaran ta‟lili adalah upaya penggalian hukum yang

bertumpu pada penentuan illat-illat hukum yang terdapat dalam suatu

nash. Dalam perkembangan pemikiran ushul fikih, corak penalaran ta‟lili

ini mengambil bentuk qiyas dan istihsan. Adapun corak penalaran istislahi

adalah upaya pengambilan hukum yang bertumpu pada prinsip-prinsip

kemaslahatan. Corak penalaran ini tampak pada metode al-masalihu al-

mursalah dan saddu az-zari‟ah.

Menurut al-Syatibi, antara ijtihad dengan maqasyid al-syari‟at tidak

dapat dipisahkan. Ijtihad pada intinya adalah upaya penggalian hukum

syara‟ secara optimal. Upaya penggalian hukum syara‟ itu berhasil apabila

36

Mukhyar Yahya dan Fachurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam,

(Bandung:al-Ma‟arif, 1986), h. 373.

Page 69: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

58

seorang mujtahid dapat memahami maqasyid al-syari‟at.37

Oleh karenanya

pengetahuan tentang maqasyid al-syari‟at adalah salah satu syarat yang

dimiliki oleh seorang mujtahid.

Mengenai kedudukan ijtihad, apakah merupakan sumber hukum

Islam ataukah sebagai metode penetapan hukum Islam, maka ada dua

pandangan mengenai hal tersebut. Ada kelompok yang berpandangan

bahwa ijtihad adalah sumber hukum Islam berdasar atas hadits dari Muaz

bin Jabal. Hadits ini dipahami oleh kelompok lain yang berpandangan

bahwa ijtihad adalah metode penetapan hukum Islam, sebab hadits

tersebut mengisyaratkan bahwa sumber utama fiqih adalah al-Qur‟an dan

as-Sunnah. Jika tidak terdapat dalam kedua sumber tersebut, baru

digunakan ijtihad dengan tetap merujuk kepada kedua sumber dimaksud.

Ijtihad adalah merupakan kegiatan yang tidak mudah, karena memerlukan

analisis yang tajam terhadap nash serta jiwa yang terkandung di dalamnya

dengan memperhatikan aspek kaedah kebahasaan dan tujuan umum

disyariatkannya hukum Islam (maqasyid al-syari‟at).

2. Metode Istinbath Hukum Yang Berkaitan Dengan Maqashid Al-

Syari’ah

Pengetahuan tentang Maqashid Syari‟ah, seperti ditegaskan oleh

Abd al-Wahhab Khallaf, adalah hal sangat penting yang dapat dijadikan

alat bantu untuk memahami redaksi al-Qur‟an dan Sunnah, menyelesaikan

dalil-dalil yang bertentangan dan yang sangat penting lagi adalah untuk

37

Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari‟ah menurut al- Syatibi, (Jakarta: P.T. Raja

Grafindo Persada, 1996), h. 71.

Page 70: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

59

menetapkan hukum terhadap kasus yang tidak tertampung oleh Al-Qur‟an

dan Sunnah secara kajian kebahasaan.38

Metode istinbat, seperti qiyas, istihsan, dan maslahah mursalah

adalah metode-metode pengembangan hukum Islam yang didasarkan atas

Maqashid Syari‟ah. Qiyas, misalnya, baru bisa dilaksanakan bilamana

dapat ditemukan Maqashid Syari‟ah-nya yang merupakan alasan logis

(„illat) dari suatu hukum. Sebagai contoh, tentang kasus diharamkannya

minuman khamar (QS. al-Maidah: 90).

آمنوا المذين أي ها منيا رجس والزلام والنصاب والميسر المر ا إنم (٢٧ءدة/)انمبعملالشميطانفاجتنبوهلعلمكمت فلحون

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,

berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,adalah

Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar

kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-Maidah: 90).

Dari hasil penelitian ulama ditemukan bahwa Maqashid Syari‟ah

dari diharamkannya minuman khamar ialah sifat memabukkannya yang

merusak akal pikiran. Dengan demikian, yang menjadi alasan logis („iilat)

dari keharaman khamar adalah sifat memabukkannya, sedangkan khamar

itu sendiri hanyalah sebagai salah satu contoh dari yang memabukkan.

Dari sini dapat dikembangkan dengan metode analogi (qiyas) bahwa

setiap yang sifatnya memabukkan adalah juga haram. Dengan demikian,

„iilat hukum dalam suatu ayat atau hadis bila diketahui, maka terhadapnya

dapat dilakukan qiyas (analogi). Artinya, qiyas hanya bisa dilakukan

bilamana ada ayat atau hadis yang secara khusus dapat dijadikan tempat

38

Satria Effendi, M. Zein. Ushul fiqh, (Jakarta : Gramedia, 2004), h. 237.

Page 71: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

60

meng-qiyas-kannya yang dikenal dengan al mawis „alaih (tempat meng-

qiyas-kan).

Jika tidak ada ayat atau hadis secara khusus yang akan dijadikan al-

maqis „alaih, tetapi termasuk dalam tujuan syariat secara umum seperti

untuk memelihara sekurangnya salah satu dari kebutuhan-kebutuhan di

atas tadi, dalam hal ini dilakukan metode maslahah mursalah. Dalam

kajian Ushul Fiqh, apa yang dianggap maslahat bila sejalan atau tidak

dengan petunjuk-petunjuk umum syariat, dapat diakui sebagai landasan

hukum yang dikenal maslahat mursalah.

Jika yang akan diketahui hukumnya itu telah ditetapkan hukumnya

dalam nash atau melalui qiyas, kemudian karena dalam satu kondisi bila

ketentuan itu diterapkan akan berbenturan dengan ketentuan atau

kepentingan lain yang lebih umum dan lebih layak menurut syara‟ untuk

dipertahankan, maka ketentuan itu dapat ditinggalkan, khusus dalam

kondisi tersebut. Ijtihad seperti ini dikenal dengan istihsan.

Metode penetapan hukum melalui maqashid syari‟ah dalam praktik-

praktik istinbat tersebut, yaitu praktik qiyas, istihsan, dan istislah

(malsahah mursalah), dan lainnya seperti istishab, sad al-zari‟ah. dan „urf

(adat kebiasaan), di samping dissebut sebagai metode penetapan hukum

melalui maqashid syari‟ah, juga oleh sebagian besar ulama ushul fiqh

disebut sebagai dalil-dalil pendukung, seperti telah diuraikan secara

singkat pada pembahasan dalil-dalil hukum di atas. Di bawah ini akan

dijelaskan tentang metode-metode yang berdasarkan atas maqashid

syari‟ah.

Page 72: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

61

a. Istihsan

Secara harfiyah, istihsan diartikan meminta berbuat kebaikan,

yakni menghitung-hitung sesuatu dan menganggapnya kebaikan.

Menurut al-Ghazali dalam kitabnya al-Mustashfa juz I : 137, “istihsan

adalah semua hal yang dianggap baik oleh mujtahid menurut

akalnya”.39

Fuqaha Hanafiyah membagi istihsan menjadi dua macam yaitu :

1) Pentarjihan qiyas khafi (yang tersembunyi) atas qiyas jali (nyata).

Seorang pewakaf apabila mewakafkan sebidang tanah

pertanian, maka masuk pula secara otomatis hak perairan (irigasi),

hak air minum, hak lewat ke dalam wakaf tanpa harus

menyebutkannya berdasarkan istihsan.

2) Pengecualian kasuistis (juz‟iyyah) dari suatu hukum kulli (umum)

dengan adanya suatu dalil.

Apabila penjual dan pembeli bersengketa mengenai jumlah

harga sebelum serah terima yang dijual, kemudian penjual

mengaku bahwa harganya adalah seratus juneh, dan pembeli

mengaku harganya sembilan puluh juneh, maka mereka berdua

bersumpah berdasarkan istihsan.40

b. Maslahah Mursalah

Maslahah mursalah adalah suatu kemaslahatan yang tidak

mempunyai dalil, tetapi tidak ada juga pembatalnya. Jika terdapat

39

Juhaya S. Praja, Ilmu Ushul Fiqih,(Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 111. 40

Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh,(Semarang: Dina Utama Semarang, 1994), h.

110.

Page 73: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

62

suatu kejadian yang tidak ada ketentuan syari‟at dan tidak ada „illat

yang keluar dari syara‟ yang menentukan kejelasan hukum kejadian

tersebut, kemudian ditemukan sesuatu yang sesuai dengan hukum

syara‟, yakni suatu ketentuan yang berdasarkan pemeliharaan

kemadharatan atau untuk menyatakan suatu manfaat, maka kejadian

tersebut dinamakan maslahah mursalah. Tujuan utama maslahah

mursalah adalah kemaslahatan, yakni memelihara dari kemadharatan

dan menjaga kemanfaatannya.41

c. Sad al-Zari‟ah

Dari segi etimologi, Dzari‟ah berarti wasilah (perantaraan).

Sedang Dzari‟ah menurut istilah ahli hukum islam, ialah sesuatu yang

menjadi perantara ke arah perbuatan yang diharamkan atau dihalalkan.

Dalam hal ini, ketentuan hukum yang dikenakan pada dzari‟ah selalu

mengikuti ketentuan hukum yang terdapat pada perbuatan yang

menjadi sasarannya. jelasnya, perbuatan yang membawa ke arah

mubah adalah mubah, perbuatan yang membawa ke arah haram adalah

haram dan perbuatan yang menjadi perantara atas terlaksanaya

perbuatan wajib adalah wajib.

Misalnya, Zina adalah haram. Maka, melihat aurat wanita yang

menyebabkan seseorang melakukan perbuatan zina adalah haram juga.

Shalat juma‟at adalah fardhu (wajib). Maka, meninggalkan jual beli

guna memenuhi kewajiban menjalankan ibadah shalat jum‟at adalah

wajib, karena hal itu merupakan dzaria‟ah. Menunaikan ibadah Haji

adalah fardhu (wajib). Maka, pergi menuju ke Baitullah untuk

41

Juhaya S.Praja, Ilmu Ushul Fiqih, h. 117.

Page 74: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

63

menunaikan ibadah haji adalah wajib juga tatkala memang mampu

melakukannya.

Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan disini bahwa sumber

ketetapan hukum terbagi atas dua bagian :

1) Maqashid (tujuan/sasaran), yakni perkara-perkara yang

mengandung maslahat atau mafsadat.

2) Wasail (perantaraan), yaitu jalan/perantaraan yang membawa

kepada maqashid, di mana hukumnya mengikuti hukum dari

perbuatan yang menjadi sasarannya (maqashid), baik berupa halal

atau haram.42

42

Muhamad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, (jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2011), h. 438-439.

Page 75: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

64

BAB IV

PANDANGAN MAQASHID AL-SYARI’AH TERHADAP

TA’LIK TALAK DALAM PERNIKAHAN DI INDONESIA

A. Ta’lik Talak Dalam Pernikahan di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam

Perjanjian ta’lik talak adalah perjanjian yang diucapkan oleh suami

setelah akad nikah yang dicantumkan dalam akta nikah berupa talak yang

digantungkan kepada suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi di masa

yang akan datang. Sebagaimana disebut dalam pasal 45 dan 46 KHI dapat

dipahami bahwa Isi ta’lik talak sudah ditentukan oleh Menteri Agama dan

diterbitkan oleh Departemen Agama, karena yang melakukan perjanjian ta’lik

talak ini adalah orang Islam saja, maka isi perjanjian ta’lik talak tersebut tidak

boleh bertentangan dengan Hukum Islam.

Apabila suami melanggar perjanjian ta’lik talak tersebut, maka istri harus

mengajukannnya ke pengadilan agama. Karena perceraian di Indonesia terjadi

apabila dilakukan dihadapan para hakim dalam sidang di pengadilan agama.

Hal ini bisa juga dikatakan sebagai talak yang dijatuhkan oleh Hakim.

Ta’lik talak tidak wajib hukumnya, akan tetapi sekali ta’lik talak

diucapkan maka tidak dapat dicabut kembali, dalam hal ini ta’lik talak sangat

mengikat bagi yang mengadakan perjanjian ta’lik talak ini.

para ahli hukum islam berbeda dalam membahas mengenai ta’lik talak.

Bagi ahli hukum Islam yang membolehkan, perbedaan di antara merekapun

muncul, yang pada dasarnya terletak pada rumusan ta’lik talak yang

Page 76: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

65

bersangkutan yang sampai sekarang masih mewarnai perkembangan hukum

Islam.

Dalam hukum islam ta’lik ada dua macam: Pertama, ta’lik yang

dimaksudkan seperti janji, karena mengandung pengertian melakukan

pekerjaan atau meninggalkan suatu perbuatan atau menguatkan suatu khabar.

Ta’lik seperti ini disebut ta’lik dengan sumpah (ta‟lik qasami), seperti seorang

suami berkata kepada isterinya. “Jika aku keluar rumah maka engkau

tertalak”. Maksudnya suami melarang isteri keluar ketika dia keluar, bukan

dimaksud untuk menjatuhkan talak.

Kedua, ta’lik yang dimaksudkan untuk menjatuhkan talak, bila telah

terpenuhinya syarat. Ta’lik ini disebut ta’lik bersyarat. Umpamanya suami

berkata kepada isterinya: jika engkau membebaskan aku dari membayar sisa

maharmu, maka engkau tertalak.1

Dalam kaitan ini, Ibnu Hazm berpendapat bahwa dari dua macam bentuk

ta’lik talak (Qasamy dan Syarthi), keduanya tidak mempunyai akibat apa-apa.

Alasannya ialah bahwa Allah telah mengatur secara jelas mengenai talak.

Sedangkan ta’lik talak tidak ada tuntunannya dalam Alquran maupun sunnah.2

Hal senada dikemukakan pula oleh Ibnu Taimiyah bahwa ta‟lik qasamy yang

mengandung maksud, tidak mempunyai akibat jatuhnya talak.

Sementara itu, jumhur ulama Mazhab berpendapat bahwa bila seseorang

telah menta’likkan talaknya yang dalam wewenangnya dan telah terpenuhi

1 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 8, (Bandung : Alma’arif, 1990), h. 11.

2 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid II (Beirut: Dar al-Fikr, 1980), h. 123.

Page 77: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

66

syarat-syaratnya sesuai kehendak mereka masing-masing, maka ta’lik itu

dianggap sah untuk semua bentuk ta’lik, baik itu mengandung sumpah

(qasamy) ataupun mengandung syarat biasa, karena orang yang menta’likkan

talak itu tidak menjatuhkan talaknya pada saat orang itu mengucapkannya,

akan tetapi talak itu tergantung pada terpenuhinya syarat yang dikandung

dalam ucapan ta’lik itu.3

Pendapat jumhur inilah nampaknya yang menjadi panutan pemerintah

Indonesia dalam pengaturan adanya ta’lik talak dalam perkawinan. Dan pada

masa kemerdekaan oleh Menteri Agama merumuskannya sedemikian rupa

dengan maksud agar bentuk sighat ta’lik jadi tidak secara bebas diucapkan

oleh suami juga bertujuan agar terdapat keseimbangan antara hak talak yang

diberikan secara mutlak kepada suami dengan perlindungan terhadap isteri

dari perbuatan kesewenangan suami. Bila dicermati rumusan ta’lik talak,

nampaknya telah mengalami banyak kemajuan, perubahan mana dimaksud

tidak terletak pada unsur-unsur pokoknya,

Dalam KHI Pasal 1 huruf e, menyebutkan bahwa ta’lik talak ialah

perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria setelah akad nikah yang

dicantumkan dalam Akta Nikah berupa janji talak yang digantungkan kepada

suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang.4

Didalam kitab-kitab fiqih pada umumnya difahamkan bahwa ta’lik talak

merupakan senjata bagi suami dalam memberikan peringatan dan pelajaran

3 Mahmoud Syalthout, Perbandingan Mazhab dan Masalah Fiqh, dialih bahasakan oleh

Ismuha. (Jakarta : Bulan Bintang, 1978), h. 237. 4 UU RI No.1, Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. (Bandung : Citra

Umbara, 1974), h. 227.

Page 78: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

67

kepada isterinya yang nusyuz, seperti suami menyatakan kepada isterinya

yang sering berkhalwat dengan pemuda A :” apabila kamu masih menemui

pemuda A, maka disaat kamu bertemu itu jatuhlah talak saya satu kali

atasmu”.

Dalam undang-undang Indonesia ta’lik talak merupakan semacam ikrar

suami terhadap istri yang dinyatakan setelah terjadinya akad nikah. Pernyataan

ikrar dari suami dalam melakukan kehidupan suami istri nanti, bukan sebagai

peringatan atau pengajaran dari suami terhadap istrinya yang nusyuz. Ta’lik

talak menurut kitab-kitab fikih diucapkan oleh suami apabila ia

menghendakinya, sedang menurut undang-undang Indonesia diucapkan oleh

suami berdasarkan kehendak dari istri atau anjuran dari P3NTR atau Pegawai

Pencatat Nikah. Disamping itu ta’lik talak menurut hukum Indonesia

disyaratkan adanya „iwadh, sedang ta’lik talak yang terdapat dalam kitab-kitab

fikih tidak disyaratkan adanya „iwadh yang harus dibayar oleh pihak isteri

kepada Pengadilan Agama.5

B. Analisis Tentang Pandangan Maqashid al-Syari’ah Terhadap Ta’lik

Talak dalam Pernikahan di Indonesia

Dalam hal ta’lik talak ini sifatnya suka rela, artinya boleh dilaksanakan

dan boleh juga tidak. Akan tetapi banyak sekali manfaat yang dihasilkan

apabila ta’lik talak ini dilakukan, salah satunya yaitu hak istri akan terpenuhi

dan suami tidak akan semena-mena terhadap istrinya, karena isi dari ta’lik

talak itu sendiri adalah menjaga hak-hak isteri. Maka jika suami telah berjanji

5 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: PT Bulan

Bintang, 1993), h. 227.

Page 79: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

68

atau mengucapkan ta’lik talak suami wajib melakukan janji tersebut atau

melaksanakannya. Seperti Firman Allah

د فا بٱلؼ أ د كاى هس (٣:)الأسزاء/ ل إى ٱلؼ

Artinya : “dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta

pertanggungan jawabnya”. (Q.S. Bani Israil :34)

Tujuan ta’lik talak juga adalah untuk kemaslahatan kedua belah pihak

dalam membina kerukunan berumah tangga. Terutama kaum wanita jangan

sampai hak-haknya terabaikan oleh suami. Hal ini sebagaimana Firman Allah

ػاشزي بٱلوؼزف (٩)اساء/

Artinya : “Dan bergaullah dengan mereka itu (isteri-isteri) dengan

baik/ma’ruf”. (Q.S. an-Nisa:19)

Sudah jelas bahwa tujuan ta’lik talak sifatnya kebaikan, tidak ada

didalamnya unsur-unsur kemudharatan atau keburukan bagi suami maupun

isteri. Oleh karena itu ta’lik talak ini masuk kedalam maslahah mursalah,

karena tujuan awal dari syari’at yakni kemaslahatan manusia di dunia dan

diakhirat, karena maslahat ini juga hak isteri terjamin oleh suami dan suami

pun bisa melakukan kewajibannya terhadap isteri agar menjadi keluarga

sakinah mawaddah warahmah. Ta’lik talak bisa dikatagorikan sebagai

maslahah mursalah karna banyak manfaatnya. Seperti yang dikatakan oleh

Imam Ar-Razi

ارع الذكين لؼباد فؼت التي قصد ا الش ا ػبارة ػي الو ن با س ف ن في دفظ دي

ن ال اه ن سل ن ل ػق

Artinya : “Maslahah ialah, perbuatan yang bermanfaat yang telah

diperintahkan oleh Musyarri’ (Allah) kepada hamba-Nya tentang

Page 80: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

69

pemeliharaan agamanya, jiwanya, akalnya, keturunanya, dan harta

bendanya.”6

Dan Imam Al-Ghazali mena’rifkan sebagai berikut :

ي ػبارة في ال االوصلذت ف ة اه دفغ هرز فؼت ا صل ػي اا ه

Artinya : “Maslahah pada dasarnya ialah meraih manfaat dan menolak

madarat.”7

Oleh karena dalam kenyataannya ta’lik talak lebih banyak mendatangkan

kebaikan daripada kerusakan dalam hidup bermasyarakat, maka melaksanakan

ta’lik talak adalah suatu keharusan bagi mereka yang beragama Islam. Sejalan

dengan pemikiran tersebut, di dalam pembagian maslahat; dharuriyyat,

hajiyyat, tahsiniyyat, apabila dilihat dari segi pentingnya hak-hak istri dalam

pernikahan, yang apabila ta’lik talak tidak dilaksanakan maka akan berdampak

luas terhadap hak-hak yang lainnya, misalnya tidak ada jaminan hak istri

terpenuhi, suami akan semena-mena, maka pelaksanaan ta’lik talak di

Indonesia dapat dikategorikan sebagai maslahat dharuriyyat.

Kebutuhan dharuriyat ialah tingkatan kebutuhan yang harus ada

sehingga disebut kebutuhan primer. Bila tingkat kebutuhan ini tidak terpenuhi,

akan terancam keselamatan umat manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Untuk memelihara kelima unsur pokok (memelihara agama, jiwa, keturunan,

harta dan akal) inilah syariat Islam diturunkan. Semua perintah dan larangan

syariat bermuara kepada pemeliharaan lima unsur pokok ini.8

Melihat pertimbangan ini, maka al-Ushul al-Khamsah (lima jenis

6 (Lihat : Al-Mahsul oleh Ar-Razi, juz II, h. 434.) Chaerul Umam,dkk, Ushul Fiqih 1,

(Bandung, Pustaka Setia, 1998), h.136 7 (Lihat : Al-Mustafa oleh Imam Ghazali, juz I, h.39). Chaerul Umam,dkk, Ushul Fiqih 1,

h. 136. 8 Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, Cet. I; (Jakarta: Kencana, 2005), h. 235

Page 81: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

70

dharuriyat) harus diposisikan pada tingkatan al-Qiyam al-Akhlaqiyah al-„Ulya

(nilai-nilai moral yang tertinggi).

Tampak yang menjadi tolak ukur maslahah adalah tujuan syara‟ atau

berdasarkan syar’i. Inti dari kemaslahatan yang ditetapkan syar’i adalah

pemeliharaan lima hal pokok (Khuliyat al-Khams). Seperti yang dikatakan

Abu Zahrah.

الوصا لخ الوزسلت أالستصلاح ي : الوصا لخ الولاءهت لوقا صلد الشارع الإسلاهي

بشدلا أصل خاص بالإػتبار أاللغاءل

Artinya : “Maslahah Mursalah adalah kemaslahatan yang sejalan dengan

maksud syar’i tetapi tidak ada nash secara khusus yang memerintahkan dan

melarang nya.”9

Dan Firman Allah SWT :

در شفاء لوا في ٱلص بكن ي ر ػظت ه ا ٱلاس قد ااءتكن ه أي دي

ردوت للوؤهيي (:٣)يس/

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada

dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus :

57)10

Didalam pemeliharaan kelima unsur pokok terdapat Al-Muhafazhah „ala

al-Nasli (menjaga / memelihara keselamatan keturunan ), ialah jaminan

kelestarian populasi umat manusia agar tetap hidup dan berkembang baik budi

pekerti serta agamanya.

Karena adanya ta’lik talak selain hak isteri terpenuhi hak anak juga akan

terlindungi karna dari menjaga isteri pasti akan menjaga keturunan-

keturunannya juga, karna hakikatnya suami adalah menjaga keluarga dan

9 Said Ramadhan al-Buthi, Dhawabit al-Maslahah fi al-Syari‟ah al-Islamiyah, cet, ke III,

(Beirut, Mussah ar-Risalah, 1997), h. 2. 10

Muhamad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2011), h. 424

Page 82: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

71

keturunannya atau memberikan hak-hak isteri dan melindungi anak-anaknya

seperti Firman Allah SWT :

ليكن ارا أ ا أفسكن ا ٱلذيي ءاها ق أي (:)التذزين/ ي

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka”. (Q.S.at-Tahrim :66)

Didalam konsep Maqhasid al-Syari‟ah terdapat Saddu Dzari‟ah yaitu

menyumbat segala sesuatu yang menjadi jalan menuju kerusakan. Kaitannya

Saddu Dzari‟ah dengan ta’lik talak adalah apabila ta’lik talak ini di ucapkan

banyak sekali kebaikan-kebaikan yang ditimbulkan. Diantaranya menjaga hak

isteri, menafkahi isteri, suami tidak semena-mena terhadap isteri, dan dari segi

keturunan. Anak-anak nya akan terjaga kebutuhannya. Tapi sebaliknya jika

ta’lik talak itu tidak diucapkan dikhawatirkan akan terjadi kemudharatan.

Dengan adanya konsep Saddu Dzari‟ah ini bisa menjadi dasar untuk

melakukan ta’lik talak karena jika melakukannya bisa menghilangkan

kemudharatan atau keburukan, dan jika tidak melakukannya dikhawatirkan

akan terjadi kerusakan dan ke mudharatan.

Karena pengertian dari Saddu Dzari‟ah itu sendiri adalah :

صل سد الطزيق التي ت سا ئ الفساد دفؼال ا ة الوزأ ال الفساد دسن هاد

Artinya : “mencegah/menyambut sesuatu yang menjadi jalan kerusakan, atau

menyumbat jalan yang dapat menyampaikan seseorang pada kerusakan”.11

Imam Al-Qarafi menyatakan :

ا يجب فتذا ريؼت كوا يجب سد سيلت اى الذ ي ال ريؼت يباح فاى الذ د ي يكز

الذج اابت كالسؼي للجوؼت ااب سيلت ال فكوا اى ال

11

Chaerul Umam,dkk, Ushul Fiqih 1, h. 188

Page 83: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

72

Artinya : “sesungguhnya dzari‟ah ini, sebagaimana wajib kita menyumbatnya,

wajib pula kita membukanya. Karena dzari’ah dimakruhkan, disunahkan, dan

dimudahkan. Dzariah adalah wasilah, sebagaimana dzari‟ah yang haram

diharamkan dan wasilah kepada yang wajib diwajibkan, seperti berjalan

menunaikan shalat jum’at dan berjalan menunaikan ibadah haji”.12

Peninjauan terhadap akibat suatu perbuatan, bukannya memperhitungkan

kepada niat si pelaku, akan tetapi yang diperhitungkan adalah akibat dan buah

dari perbuatannya. Jadi suatu perbuatan dipuji atau dicela tergantung pada

akibatnya. Ini dapat dimengerti mengapa Allah SWT melarang mencacimaki

berhala, padahal hal itu merupakan sikap penolakan terhadap sesuatu yang

batil. Allah SWT Berfirman :

ل يدػى هي دى ٱلذيي تسبا ا ٱلل فيسب ٱلل ا بغيز ػلن ػد

(:١)الأؼام/

Artinya : “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka

sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan

melampaui batas tanpa pengetahuan”. (Q.S.al-An’am :108).

Pengambilan dalil dzara‟i beserta ketentuan hukumnya ditetapkan

berdasarkan al-Qur’an, yaitu nash yang telah dituturkan di atas yang melarang

menista berhala, karena ada Firman Allah SWT :

ا أي قلا ٱلذيي ي ػا ٱظزاءاها ل تقلا ر (:)البقزة/ ٱسوؼا

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada

Muhammad): "Raa´ina", tetapi katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah".

(Q.S. al-Baqarah :104).

Oleh karena itu, apabila ada perbuatan baik yang akan mengakibatkan

terjadinya kerusakan maka hendaklah perbuatan yang baik itu

dicegah/disumbat agar tidak terjadi kerusakan. Misalnya : pengucapan ta’lik

12

Chaerul Umam,dkk, Ushul Fiqih 1, h. 191.

Page 84: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

73

talak itu tidak dianjurkan akan tetapi dikhawatirkan hak-hak isteri tidak

terpenuhi dan suami akan semena-mena, dan agar itu semua tidak terjadi maka

perbuatan seperti itu harus dicegah agar tidak menimbulkan kerusakan. Oleh

karena itu ta’lik talak harus dilaksanakan untuk menyumbat dari hal-hal

keburukan.

Berdasaran beberapa uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

ta’lik talak harus dilaksanakan karena suatu usaha dan daya upaya melindungi

isteri dari tindakan sewenang-wenang suaminya, dan ta’lik talak juga sangat

menguntungkan bagi pihak wanita, karena akan membekali wanita dengan

hujjah syar‟i yang sah untuk melepaskan diri dari penderitaan akibat

perbuatan yang dijanjikan suaminya, itu pun jika isteri tidak rela atas

perbuatan suaminya itu.

Page 85: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ketentuan ta’lik talak dalam peraturan pernikahan di Indonesia diatur

dalam Pasal 1 huruf e Kompilasi Hukum Islam yang dinyatakan

bahwa perjanjian perkawinan adalah perjanjian yang diucapkan

calon mempelai pria setelah akad nikah yang dicantumkan dalam

Akta Nikah berupa janji talak yang digantungkan kepada suatu

keadaan tertentu yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

Selanjutnya ketentuan ta’lik talak yang diatur dalam kompilasi hukum

islam pasal 45 dan pasal 46 yang berbunyi: “Kedua calon mempelai

dapat mengadakan perjanjian perkawinan dalam bentuk: (1) Ta’lik

Talak. (2) Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum

Islam. Dan pasal 46 :”(1) Isi ta’lik talak tidak boleh bertentangan

dengan Hukum Islam.(2) Apabila keadaan yang disyaratkan dalam

ta’lik talak betul-betul terjadi di kemudian, tidak dengan

sendirinya talak jatuh. Supaya talak sungguh-sungguh jatuh, istri

harus mengajukan persoalannya ke pengadilan agama. Hal ini bisa

juga dikatakan sebagai talak yang dijatuhkan oleh Hakim. (3)

Perjanjian ta’lik talak bukan suatu perjanjian yang wajib

diadakan pada setiap perkawinan, akan tetapi sekali ta’lik talak

sudah diperjanjikan tidak dapat dicabut kembali.

Page 86: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

75

2. Posisi ta’lik talak dalam hukum pernikahan islam di Indonesia tidak

terdapat pembagiannya, karena hanya satu macam ta’lik talak, yaitu

ta’lik talak yang ditentukan oleh Departemen Agama dan ini termasuk

Ta’lik Syarthi. Ta’lik Syarthi adalah ta’lik yang dimaksudkan untuk

menjatuhkan talak diwaktu terjadinya syarat. Dalam hukum positif,

ta’lik talak dalam perundang-undangan perkawinan Indonesia masuk

pada pasal perjanjian perkawinan. yang tercantum pada Bab V, pasal

29 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

3. Berdasarkan analisis penulis ta’lik talak walaupun tidak diwajibkan

tapi dilihat dari segi maslahatnya ta’lik talak sangat bermanfaat karena

tujuannya yaitu kebaikan. Ditinjau dari segi Maslahah Mursalah

karena mengandung manfaat dan dikategorikan sebagai Maslahat

Dharuriyat, karena tingkatan Dharuriyat ialah tingkatan yang harus

ada. Inti dari kemaslahatan yang di tetapkan syar’i adalah

pemeliharaan lima hal pokok yang lebih populer dengan sebutan

Maqashid al-Syari’ah atau (Khuliyat al-Khams). Di dalam lima hal

pokok tersebut terdapat al-Muhafazah ‘ala al-Nasli

(menjaga/memelihara keselamatan keturunan), karena dengan

terjaganya hak isteri maka terjaga juga keturunan-keturunannya.

Selain itu di kenal juga konsep Saddu Dzari’ah yaitu menyumbat

segala sesuatu yang menjadi jalan menuju kerusakan. Jika ta’lik talak

ini tidak diucapkan akan berdampak suami akan semena-mena dan

hak istri tidak terpenuhi yang akan menimbulkan Kemudharatan,

Page 87: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

76

maka dengan tinjauan Maqashid al-Syari’ah, ta’lik talak harus

dilaksanakan karena menghasilkan kebaikan dari segi suami, isteri dan

keturunannya.

B. Saran-saran

1. Pada saat ini ta’lik talak tidak diwajibkan, akan tetapi banyak sekali

manfaat yang ditimbulkan jika ta’lik talak ini dilaksanakan, seperti

suami akan menjaga isteri sepenuh hati, hak isteri akan terpenuhi,

suami tidak akan semena-mena terhadap isteri dan kebutuhan anak-

anaknya juga akan terpenuhi. Akan tetapi jika ta’lik talak ini tidak

dilaksanakan, hak isteri terjamin terpenuhi dan suami akan semena-

mena terhadap isteri. Maka alangkah baiknya jika ta’lik talak ini

dilaksanakan, karena banyak sekali mengandung kebaikan.

2. Dengan adanya KHI pasal 45 dan KHI pasal 46 bisa menjadi landasan

hukum untuk melakukan ta’lik talak, karena isi dari KHI pasal 45 dan

46 menjelaskan tentang peraturan ta’lik talak dari segi pelaksanaan

dan ketentuannya. Dan berkaitan dengan pasal 29 Undang-undang No.

1 tahun 1974 tentang perkawinan sebagai hukum positif untuk

melaksanakan perjanjian perkawinan, Dalam hal ini yaitu ta’lik talak.

Dan adanya landasan hukum diatas bisa menjadi dasar hukum untuk

melakukan ta’lik talak

3. Diharapkan pada semua masyarakat di Indonesia khususnya yang

ingin melakukan pernikahan agar melakukan ta’lik talak ini. Karena

sudah dipaparkan dan dijelaskan manfaat dan kemaslahatannya jika

Page 88: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

77

melakukan ta’lik talak. Dengan melakukan ta’lik talak keutuhan

rumah tangga akan lebih terjamin dan terjaga agar menjadi keluarga

sakinah mawaddah warahmah.

Page 89: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

78

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta : Akademika

Pressindo. 1995.

Adnan, Moh. dan Kintoko, Mardi. Buku Tata Cara Islam. Surakarta : 1974.

Al-Buthi, Said Ramadhan. Dhawabit al-Maslahah fi al-Syari’ah al-Islamiyah.

Cet. ke-III. Beirut : Mussah ar-Risalah, 1997.

al-Jauziyyah, Ibn Qayyim. I'lam al-Muwaqqi'in. Jilid III. Beirut : Dar al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1996M.

Al-Khadimi, Nuruddin Mukhtar. al-Ijtihad al-Maqasidi. Qatar, 1998M.

Al-Munjid, Louis Ma’ruf. Beirut : Darul Masyriq.

Al-Qardhawi, Yusuf. Fiqih Maqashid Syariah. Jakarta : Pustaka Al Kaustar,

2007.

Al-Raysuni, Ahmad Muhammad Jamal Barut. Ijtihad Antara Teks, Realitas, dan

Kemaslahatan Sosial. Jakarta : Erlangga, 2002.

Al-Syaitibi, Abu Ishak. Al-Muwafaqat fi Usul al-Syari’ah. Jilid II. Cet. III. Beirut

: Daar Kutub al-Ilmiyyah, 1424 H /2003 M.

Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah. Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah,

2003.

Anis, Ibrahim. Al-Mu’jam al-Washit. Jilid 2. Mesir : Darul Ma’arif, 1976.

An-Na’im, Abdullah Ahmad. Dekonstruksi Syari’ah Wacana Kebebasan Sipil,

Hak Asasi Manusia dan Hubungan Internasional dalam Islam. Yogyakarta

: 1997.

Ath-Thantawi, Mahmud Muhammad. Ushul Fiqh Islami. Kairo : Maktabah

Wahbah.

Bakti, Asafri Jaya. Konsep Maqashid Syari’ah menurut al- Syatibi. Jakarta : P.T.

Raja Grafindo Persada, 1996.

Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedi Hukum Islam. Jilid I. Jakarta : PT. Ichtiar Baru

van Hoeve, 2000.

Dally, Peunoh. Disertasi Provendus Doktor. Jakarta : IAIN, 1983.

______________ . Talak, Rujuk, Hadhonah dan Nafkah Kerabat Dalam Naskah

Mir’at al-Thullab: Suatu Studi Perbandingan Hukum Isteri Menurut

Ahlussunnah, Desertasi Provendus Doctor. Jakarta : Perpustakaan

Syari’ah UIN Syahid, 1983.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : CV. Naladana,

2004.

______________ . Buku Akte Nikah. Jakarta. 2010.

Page 90: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

79

Djamil, Fathurahhman. Metode Ijtihad Majlis Tarjih. Jakarta : Logos, 1995.

Fata, Rohadi Abd. Analisa Fatwa Keagamaan dalam Fiqh Islam. Jakarta : Bumi

Aksara, 1991.

Hamdani, Ahmad. Teori Maqashid Al-Syari’ah Imam Al- Syathibi. Kudus :

STAIN Kudus, 2011.

Hasan, Husein Hamid. Nazariyah al-Maslahah fi al-Fiqh al-Islami. Mesir : Dar

al-Nahdah al-‘Arabiyyah, 1971.

Hosen, Ibrahim. Fiqih Perbandingan Masalah Penikahan. Jakarta : Pustaka

Firdaus, 2003.

Ibn Araby, Abu Zakariya Muhammad ibn Abdullah. Ahkam al-Qur’an. Juz II.

Dar al - Ma’rifah, Beriut. t.t.

Khallaf, Abdul Wahhab. Ilmu Ushul Fiqh. Semarang : Dina Utama Semarang,

1994.

______________ . Ilmu Usủl al-Fiqh. Beirut : Dar al-Fikr, t.t.

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Ditbinbapera Depag RI, 2000.

Mahfudh, Sahal. Nuansa Fikih Sosial. Yogyakarta : LKIS, 1994.

Manan, Abdul. “Masalah Ta’lik Talak Dalam Hukum Perkawinan di Indonesia“

dalam Mimbar Hukum No. 23 Tahun VI. Jakarta : Al-Hikmah, 1995.

______________. Penerapan Hukum Acara Perdata Dalam Lingkungan

Peradilan Agama. Cet. I. Jakarta : Al-Hikmah, 2000.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda

Karya, 1989.

Mughist, Abdul. Ushul Fiqh Bagi Pemula. Jakarta : CV. Artha Rivera, 2008.

Mughniyah, Muhammad Jawad. Al-fiqh ‘ala al-Madzahib al-khamsah, Terj.

Masykur A.B., Afif Muhammad dan Idrus Al-Kaff, Fiqih Lima Mazhab.

Nasution, Harun. Gagasan dan Pemikiran. Cet. ke-5. Bandung : Mizan, 1998.

______________. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II. Jakarta : UI

Press, 1984.

Noeh, Zaini Ahmad. Pembacaan Sighat Ta’lik Talak Sesudah Akad Nikah,

Mimbar Hukum. Jakarta : Ditbinbapera no. 30 Th. VII, 1997.

Patrik, Purwahid. Dasar-Dasar Hukum Perikatan. Bandung : Mandar Maju, 1999.

Praja, Juhaya S. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung : Pustaka Setia, 2007.

Rofik, A. Hukum Islam di Indonesia. Cet. Ke-4. Jakarta : PT. RajaGrafindo

Persada, 2000.

Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Jilid II. Beirut : Dar al-Fikr, 1980.

Sholeh, Asrorun Ni’am. Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. Jakarta

: eLSAS, 2008.

Page 91: TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH...i TINJAUAN MAQASHID AL-SYARIAH TE NTANG TA’LIK TALAK DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

80

Syalthut, Mahmud dan Al-Sayis, Ali. Muqaranah al-Madzahib fil Fiqhi. Terj.

Zakiy al-Kaaf. Bandung : Pustaka Setia, 2000.

Syaltut, Mahmud. Islam : ‘Aqidah wa Syari’ah. Kairo : Dar al-Qalam, 1966.

______________. Perbandingan Madzhab dalam Masalah Fiqih. Terj. Ismuha.

Jakarta ; Bulan Bintang, 2000.

Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh. Jilid 2. Cet. I. Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu,

1999.

Thayib, Anshari. Rumah Tangga Muslim. Cet. Ke-3, Surabaya : PT. Risalah

Gusti, 1994.

Tihami, M. A. dan Sahrani, Sohari. Fikih Munakahat. Jakarta : RajaGrafindo

Persada, 2009.

Tim Penyunting MUI. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta : MUI,

1997.

Totok. Kamus Ushul Fiqih. Jakarta : Dana Bakti Wakaf, 2005.

Umam, Chaerul dkk. Ushul Fiqih 1. Bandung : Pustaka Setia, 1998.

Umam, Khairul dan Aminudin, Ahyar. Ushul Fiqih II. Bandung : Pustaka Setia,

2001.

Yahya, Mukhyar dan Fachurrahman. Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh

Islam. Bandung : al-Ma’arif, 1986.

Zahrah, Muhamad Abu. Ushul Fiqih. Jakarta : PT. Pustaka Firdaus, 2011.

Zein, Satria Effendi M. Ushul Fiqh. Cet. I ; Jakarta : Kencana, 2005.

http://click-gtg.blogspot.com/2009/05/taklik-talak-dalam-perkawinan.html.

diakses pada tanggal 12 April 2013

http://click-gtg.blogspot.com/2009/05/taklik-talak-dalam-perkawinan.html.

diakses pada tanggal 12 April 2013.