tinjauan kebijakan moneter - september 2011 · tinjauan kebijakan moneter - september 2011 3 i....

22

Upload: vohanh

Post on 09-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang
Page 2: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang
Page 3: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

1

Tinjauan Kebijakan MoneterSeptember 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan

oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada

setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September,

dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan

Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada

masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas

asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon

kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April,

Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil

evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan

kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon

kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Page 4: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

2

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter ................................................ 3

II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter ................. 6

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................ 6

Neraca Pembayaran Indonesia ..................................................... 8

Inflasi .......................................................................................... 9

Nilai Tukar Rupiah ...................................................................... 11

Perkembangan Suku Bunga Domestik ....................................... 12

Dana, Kredit, dan Uang Beredar ................................................ 13

Pasar Saham .............................................................................. 14

Pasar Surat Berharga Negara ..................................................... 16

Pasar Reksadana ........................................................................ 17

Kondisi Perbankan ..................................................................... 18

III. Respon Kebijakan Moneter ................................................... 19

Page 5: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

3

I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETERKinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik diKinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik diKinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik diKinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik diKinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik di

tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia.tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia.tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia.tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia.tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia.

Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diprakirakan akan mencapaiPertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diprakirakan akan mencapaiPertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diprakirakan akan mencapaiPertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diprakirakan akan mencapaiPertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diprakirakan akan mencapai

6,6%, ditopang oleh ekspor, konsumsi dan investasi.6,6%, ditopang oleh ekspor, konsumsi dan investasi.6,6%, ditopang oleh ekspor, konsumsi dan investasi.6,6%, ditopang oleh ekspor, konsumsi dan investasi.6,6%, ditopang oleh ekspor, konsumsi dan investasi. Ekspor diprakirakan

masih tumbuh cukup tinggi sejalan dengan prakiraan masih tingginya

realisasi perdagangan dunia serta harga komoditas internasional. Namun

selanjutnya pengaruh penurunan pertumbuhan ekonomi global

diprakirakan akan mulai terasa pada kinerja ekspor Indonesia. Di sisi lain,

konsumsi masih tetap kuat sejalan dengan optimisme konsumen dan

prakiraan peningkatan belanja Pemerintah sebagaimana pola historisnya.

Sementara itu, kegiatan investasi juga meningkat, didukung oleh

perkembangan proyek infrastruktur dan kebijakan Pemerintah

mendukung investasi. Secara sektoral, kontribusi terbesar terhadap

pertumbuhan ekonomi masih berasal dari sektor perdagangan, hotel &

restoran, sektor transportasi & komunikasi, dan sektor industri.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 diprakirakan

mengalami surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnyamengalami surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnyamengalami surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnyamengalami surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnyamengalami surplus yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Impor

diperkirakan akan terus terakselerasi seiring dengan kegiatan ekonomi

domestik yang meningkat, sehingga tekanan terhadap transaksi berjalan

cenderung meningkat. Namun, hal tersebut masih dapat diimbangi oleh

surplus transaksi modal dan finansial, meskipun sempat mengalami

tekanan akibat perkembangan situasi global. Sejalan dengan itu,

cadangan devisa pada akhir Agustus 2011 tercatat sebesar 124,6 miliar

dolar AS, atau setara dengan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar

negeri Pemerintah.

Nilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatasNilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatasNilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatasNilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatasNilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatas. Pada

bulan Agustus 2011, nilai tukar Rupiah secara rata-rata menguat tipis

0,05% ke level Rp 8.525 per dolar AS dengan volatilitas yang menurun,

meskipun sempat tertekan oleh faktor sentimen global terkait

kekhawatiran terhadap prospek ekonomi AS dan Eropa. Penguatan

Rupiah masih ditopang oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat

dan imbal hasil yang menarik. Bank Indonesia terus memonitor

perkembangan nilai tukar Rupiah dan memastikan kecukupan likuiditas

Rupiah dan valas yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan pasar

domestik.

Page 6: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

4

Tekanan inflasi terkendaliTekanan inflasi terkendaliTekanan inflasi terkendaliTekanan inflasi terkendaliTekanan inflasi terkendali. Inflasi IHK pada bulan Agustus 2011 tercatat

sebesar 0,93% (mtm) atau 4,79% (yoy). Melihat perkembangan ke depan,

inflasi IHK hingga akhir tahun 2011 diperkirakan akan lebih rendah dari

perkiraan sebelumnya. Tekanan inflasi pada bulan Agustus berasal dari

inflasi inti yang terkait dengan harga komoditas global, terutama emas,

yang mengalami peningkatan, serta harga komoditas yang meningkat

sejalan dengan faktor musiman, seperti biaya pendidikan dan angkutan

udara. Sementara itu, inflasi volatile foods relatif terkendali di tengah

meningkatnya permintaan seiring dengan hari raya Idul Fitri. Hal ini

didukung oleh pasokan bahan makanan yang terjaga dengan baik. Di sisi

lain, inflasi kelompok administered prices tercatat minimal karena tidak

adanya kebijakan harga Pemerintah untuk komoditas strategis. Proyeksi

inflasi kelompok volatile foods dan administered prices hingga akhir tahun

2011 cenderung lebih rendah, masing-masing karena perbaikan pasokan

yang ditunjang oleh impor dan kecenderungan harga minyak dunia yang

menurun. Berbagai kecenderungan pada kelompok volatile foods dan

administered prices tersebut diperkirakan dapat meredam tekanan inflasi

IHK secara keseluruhan tahun 2011.

Stabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yangStabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yangStabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yangStabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yangStabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang

membaik.membaik.membaik.membaik.membaik. Stabilitas industri perbankan masih tetap terjaga dengan baik,

sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (Capital

Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan rendahnya

rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) gross di bawah 5%.

Sementara itu, penyaluran kredit hingga akhir Agustus 2011 mencapai

24,2% (yoy) yang sebagian besar disalurkan untuk pembiayaan kegiatan

perekonomian yang produktif. Namun, Bank Indonesia tetap mencermati

perkembangan kredit pada beberapa sektor yang cenderung konsumtif.

Bank Indonesia berupaya mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan

dalam mendukung ekspansi perekonomian nasional dengan tetap

menjaga stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 September

2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dalam

rangka mendorong kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya

ekses likuiditas selama ini,Bank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawah

koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150

bps di bawah BI ratebps di bawah BI ratebps di bawah BI ratebps di bawah BI ratebps di bawah BI rate. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan

perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya

ketidakpastian sistem keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan

Page 7: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

5

Eropa. Meskipun gejolak yang ditimbulkan ketidakpastian perekonomian

global masih terbatas, Bank Indonesia terus mencermati dampak

penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja

perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan

mengambil respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan

makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja

perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan

pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan

4,5%±1% pada tahun 2012. Bank Indonesia juga akan mempererat

koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi

dampak penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut.

Page 8: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

6

II. PERKEMBANGAN EKONOMI DANKEBIJAKAN MONETER

Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaPerbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III 2011Perbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III 2011Perbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III 2011Perbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III 2011Perbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III 2011

yang diperkirakan tumbuh 6,6% dengan motor penggerak terutamayang diperkirakan tumbuh 6,6% dengan motor penggerak terutamayang diperkirakan tumbuh 6,6% dengan motor penggerak terutamayang diperkirakan tumbuh 6,6% dengan motor penggerak terutamayang diperkirakan tumbuh 6,6% dengan motor penggerak terutama

bersumber dari sisi domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.bersumber dari sisi domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.bersumber dari sisi domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.bersumber dari sisi domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.bersumber dari sisi domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.

Di sisi permintaan domestik, konsumsi rumah tangga akan tumbuh lebih

tinggi didorong oleh optimisme konsumen dan belanja yang lebih besar

pada momen hari raya Idul Fitri. Sementara itu, sesuai dengan tren

penyerapan anggaran memasuki semester kedua yang mulai meningkat,

realisasi belanja pemerintah diperkirakan tumbuh tinggi. Konsumsi

pemerintah juga didukung oleh realisasi rapel gaji PNS, TNI dan pensiunan

pada awal triwulan III. Investasi diperkirakan tumbuh menguat seiring

meningkatnya realisasi belanja modal pemerintah dan tingkat penggunaan

kapasitas utilisasi yang meningkat. Di sisi permintaan eksternal,

perlambatan ekonomi global berpotensi mendorong kinerja ekspor

tumbuh melambat.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2011Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2011Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2011Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2011Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2011

diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.diperkirakan terakselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh keyakinan

konsumen yang menunjukkan optimisme yang tetap tinggi. Berdasarkan

survei Konsumen BI bulan Agustus 2011, Indeks Keyakinan Konsumen

tercatat pada level yang tinggi sebesar 110,6. Optimisme tersebut

didukung oleh persepsi konsumen atas kondisi ekonomi saat ini maupun

ekspektasi ekonomi enam bulan mendatang yang masih baik (Grafik 2.1).

Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan masih tetap

kuat di tengah tren harga yang diperkirakan masih meningkat dalam tiga

dan enam bulan mendatang. Perkiraan kondisi penghasilan saat ini dan

ketersediaan lapangan kerja yang stabil merupakan faktor lain yang turut

mendukung optimisme konsumen (Grafik 2.2). Hasil Survei Tendensi

Konsumen (Grafik 2.3) juga menunjukkan optimisme konsumen yang

meningkat pada triwulan II 2011 dan diperkirakan berlanjut pada

triwulan III 2011.

Perkiraan konsumsi rumah tangga yang meningkat juga didukung oleh

masih berlangsungnya apresiasi rupiah, yang mendorong meningkatnya

impor barang konsumsi. Peningkatan impor barang konsumsi tersebut

Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 2.2 Indeks Penghasilan dan KetersediaanLapangan Kerja Saat Ini

Grafik 2.3 Indeks Tendensi Konsumen √ BPS

Grafik 2.4 Upah Riil

Indeks

Sumber : Survei Konsumen - DSM

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

110,0

120,0

130,0

140,0

2008 2009 2010 20111 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8*

Optimis

Pesimis

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Indeks Keyakinan Konsumen

IEK (Weighted)

Indeks

Sumber : Survei Konsumen - DSM

0

20

40

60

80

100

120

140

Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8*2009 2010 2011

%, yoy

Sumber : CEIC & BPS, Data Tw III-2011 berdasarkan data Juli 2011

-10

-5

0

5

10

15

20

2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III*

PertanianBangunanHotel

IndustriPertambangan

Indeks

Sumber : Survei Tendensi Konsumen - BPS

Indeks

0

20

40

60

80

100

120

140

2008 2009 2010 2011

80

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

Pendapatan Rumah Tangga Tk. Konsumsi Beberapa Kom. MakananKaitan Inflasi dgn Kons. Sehari-hari Indeks Tendensi Konsumen

Page 9: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

7

didukung meningkatnya daya beli konsumen khususnya PNS/TNI/Polri/

Pensiunan sejalan dengan pembayaran gaji ke-13 mulai Juli 2011. Namun,

perkembangan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah cenderung

tertahan sehingga berpotensi menahan pertumbuhan konsumsi rumah

tangga. Upah riil buruh sektor industri, tambang dan bangunan naik

terbatas sedangkan upah riil buruh tani dan hotel masih mengalami deflasi

(Grafik 2.4).

Peningkatan konsumsi rumah tangga dan optimisme terhadap kondisiPeningkatan konsumsi rumah tangga dan optimisme terhadap kondisiPeningkatan konsumsi rumah tangga dan optimisme terhadap kondisiPeningkatan konsumsi rumah tangga dan optimisme terhadap kondisiPeningkatan konsumsi rumah tangga dan optimisme terhadap kondisi

perekonomian ke depan diperkirakan mendorong peningkatanperekonomian ke depan diperkirakan mendorong peningkatanperekonomian ke depan diperkirakan mendorong peningkatanperekonomian ke depan diperkirakan mendorong peningkatanperekonomian ke depan diperkirakan mendorong peningkatan

pertumbuhan investasi pada triwulan III 2011. pertumbuhan investasi pada triwulan III 2011. pertumbuhan investasi pada triwulan III 2011. pertumbuhan investasi pada triwulan III 2011. pertumbuhan investasi pada triwulan III 2011. Pertumbuhan investasi

ditopang baik oleh investasi bangunan maupun nonbangunan. Investasi

bangunan diperkirakan tumbuh lebih tinggi seiring dengan kegiatan

konstruksi sektor properti yang meningkat. Indikator dini sektor bangunan

seperti impor bahan bangunan menunjukkan peningkatan pada triwulan II

2011 (Grafik 2.5), dan konsumsi semen pada bulan Juli 2011 tumbuh

17,3% (yoy). Meningkatnya volume impor barang modal dan alat angkut

untuk bisnis pada akhir triwulan II 2011 mendukung prospek

pertumbuhan investasi nonbangunan tersebut (Grafik 2.6). Peningkatan

pertumbuhan investasi juga tercermin pada optimisme para pelaku usaha.

Optimisme tersebut terlihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

yang menunjukkan adanya peningkatan nilai investasi pada triwulan III

2011 (Grafik 2.7). Membaiknya iklim investasi juga dikonfirmasi oleh

Indeks Tendensi Bisnis, yang menunjukkan peningkatan untuk prakiraan

triwulan III 2011 (Grafik 2.8).

Pada triwulan III 2011, ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggiPada triwulan III 2011, ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggiPada triwulan III 2011, ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggiPada triwulan III 2011, ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggiPada triwulan III 2011, ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggi

meskipun terdapat risiko penurunan akselerasi perekonomian global.meskipun terdapat risiko penurunan akselerasi perekonomian global.meskipun terdapat risiko penurunan akselerasi perekonomian global.meskipun terdapat risiko penurunan akselerasi perekonomian global.meskipun terdapat risiko penurunan akselerasi perekonomian global.

Pertumbuhan ekspor yang tetap tinggi didukung oleh volume

perdagangan dunia yang masih tumbuh tinggi. Kinerja ekspor yang

cukup baik tersebut terutama ditopang oleh ekspor nonmigas yaitu dari

sektor pertambangan dan pertanian (Grafik 2.9). Namun, perkembangan

ekspor menghadapi risiko perlambatan terkait dengan moderasi

perekonomian Amerika dan Eropa akibat krisis utang yang dialami oleh

kawasan tersebut. Berdasarkan komponennya, risiko perlambatan

pertumbuhan ekspor diperkirakan berdampak pada ekspor barang-

barang industri. Sementara itu, ekspor pertambangan dan pertanian

diperkirakan masih cukup tinggi sejalan dengan masih kuatnya

pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia. Negara-negara Asia

merupakan tujuan utama bagi kegiatan ekspor untuk jenis barang

Grafik 2.5 Investasi Bangunan & Indikatornya

Grafik 2.6 Investasi Non-Bangunan &Indikatornya

Grafik 2.7 Nilai Investasi (Saldo Bersih)

Grafik 2.8 Indeks Tendensi Bisnis

%

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha, DSM

10,015,020,025,030,035,040,045,050,055,060,0

2007 2008 2009 2010 2011H I H II H I H II H I H II H I H II H I H II*

39,0341,06 43,95

28,5428,09

33,58

45,9248,05

49,37

54,17

% yoy % yoy

*) berdasarkan data Juli 2011Sumber : BPS, CEIC, Buletin Eksim-DSM, data diolah

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

Investasi Bangunan (sk. kanan)

Industri Kaca dan Produknya

Industri non-metallicmineral products

Konsumsi Semen (sk. kanan)

Konsumsi Listrik Industri-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

% yoy % yoy

Sumber : DSM, BPS, CEIC, diolah

-80-60-40-20

020406080

100120

2008 2009 2010 2011

5

6

7

8

9

10

11

12Investasi Mesin dan Peralatan

IPI Machinery andEquipments Impor Mesin & Peralatan

Impor Mesin (Tanpa Impor Transportasi)

Konsumsi Listrik Bisnis (skala kanan)

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Indeks Indeks

Sumber : Indeks Tendensi Bisnis, BPS

80

90

100

110

120

130

2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

85

90

95

100

105

110

115

ITB (skala kanan)Pendapatan Usaha

Penggunaan Kapasitas ProduksiJumlah Jam Kerja

Page 10: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

8

primer. Selain itu, dengan harga komoditas yang masih cukup tinggi

kinerja ekspor diperkirakan dapat tetap terjaga (Grafik 2.10).

Sebagai respons terhadap tingginya kinerja ekspor, kegiatan impor padaSebagai respons terhadap tingginya kinerja ekspor, kegiatan impor padaSebagai respons terhadap tingginya kinerja ekspor, kegiatan impor padaSebagai respons terhadap tingginya kinerja ekspor, kegiatan impor padaSebagai respons terhadap tingginya kinerja ekspor, kegiatan impor pada

triwulan III 2011 diperkirakan tumbuh cukup tinggi.triwulan III 2011 diperkirakan tumbuh cukup tinggi.triwulan III 2011 diperkirakan tumbuh cukup tinggi.triwulan III 2011 diperkirakan tumbuh cukup tinggi.triwulan III 2011 diperkirakan tumbuh cukup tinggi. Impor bahan baku

dan barang modal masih meningkat di triwulan II 2011 ditopang oleh

kenaikan pertumbuhan bahan baku untuk industri serta perlengkapan alat

angkut untuk industri (Grafik 2.11). Hal ini terkait dengan peningkatan

arus mobilitas terkait Idul Fitri serta berangsur membaiknya kemampuan

Jepang dalam memproduksi komoditas alat angkut. Beberapa faktor

pendorong lain diperkirakan dapat menopang kegiatan impor seperti

kenaikan permintaan domestik, meningkatnya konsumsi BBM di dalam

negeri, serta stabilitas nilai tukar rupiah.

Berdasarkan lapangan usaha, kondisi permintaan domestik dan eksternalBerdasarkan lapangan usaha, kondisi permintaan domestik dan eksternalBerdasarkan lapangan usaha, kondisi permintaan domestik dan eksternalBerdasarkan lapangan usaha, kondisi permintaan domestik dan eksternalBerdasarkan lapangan usaha, kondisi permintaan domestik dan eksternal

yang masih cukup kuat diprakirakan mendukung kegiatan di sektor riilyang masih cukup kuat diprakirakan mendukung kegiatan di sektor riilyang masih cukup kuat diprakirakan mendukung kegiatan di sektor riilyang masih cukup kuat diprakirakan mendukung kegiatan di sektor riilyang masih cukup kuat diprakirakan mendukung kegiatan di sektor riil

baik baik baik baik baik tradablestradablestradablestradablestradables maupun maupun maupun maupun maupun nontradablesnontradablesnontradablesnontradablesnontradables..... Kegiatan sektor tradables yang

diperkirakan tumbuh tinggi antara lain sektor pertanian terutama pada

subsektor perkebunan dan subsektor perikanan yang didukung cuaca

yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Selain itu, kegiatan sektor industri

juga diperkirakan tumbuh cukup tinggi untuk memenuhi peningkatan

permintaan domestik. Pada sektor nontradables, sektor bangunan

diperkirakan tumbuh tinggi sejalan dengan kegiatan investasi yang

meningkat. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi

diperkirakan juga cukup kuat ditopang oleh kinerja subsektor

pengangkutan (terutama angkutan udara) dan subsektor komunikasi.

Neraca Pembayaran IndonesiaKinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011

diperkirakan tetap mengalami surplus.diperkirakan tetap mengalami surplus.diperkirakan tetap mengalami surplus.diperkirakan tetap mengalami surplus.diperkirakan tetap mengalami surplus. Sumber dari surplus tersebut

berasal dari neraca Transaksi Modal dan Finansial (TMF) yang diprakirakan

dapat mengimbangi defisit pada Transaksi Berjalan (TB). Pada akhir

Agustus 2011, cadangan devisa tercatat sebesar 124,6 miliar dolar AS

atau setara dengan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri

pemerintah.

Neraca TMF pada triwulan III 2011 diprakirakan mencatat surplus.Neraca TMF pada triwulan III 2011 diprakirakan mencatat surplus.Neraca TMF pada triwulan III 2011 diprakirakan mencatat surplus.Neraca TMF pada triwulan III 2011 diprakirakan mencatat surplus.Neraca TMF pada triwulan III 2011 diprakirakan mencatat surplus. Sumber

utama surplus tersebut berasal dari adanya perkiraan aliran masuk modal

portofolio sektor swasta terkait dengan rencana penerbitan obligasi

korporasi global di akhir triwulan III. Selain itu, kuatnya fundamental

Grafik 2.9 Pertumbuhan Ekspor Non-Migas

Grafik 2.10 Indeks Harga Komoditas EksporNon-Migas

Grafik 2.11 Impor Non-Migas

% yoy % yoy

-20

-10

0

10

20

30

40

2008 2009 2010 2011

-10

0

10

20

30

40

50Total Ekspor

PertanianIndustri Manufaktur

Pertambangan (skala kanan)

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

% yoy

Sumber : DSM

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I II

Total Impor

Barang KonsumsiBahan Baku

Barang Modal

%yoy

Sumber : DSM

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

2008.0 2009.0 2010.0 2011.0

-25,0-20,0-15,0-10,0-5,00,05,010,015,020,025,030,0

%yoy

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Total Ekspor - SITC (skala kanan)

Pertanian

Pertambangan

Industri Manufaktur

Page 11: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

9

domestik serta prospek ekonomi yang tetap positif manarik aliran dana

dalam bentuk investasi yang lebih bersifat jangka panjang. Peran investasi

langsung (Foreign Direct Investment) yang lebih besar menjadikan struktur

aliran modal lebih baik dan menopang perekonomian Indonesia.

Ekspektasi perbaikan ekonomi Indonesia dan iklim investasi menyebabkan

arus modal jangka panjang diperkirakan tetap akan tinggi.

Neraca TB pada triwulan III 2011 diprakirakan akan mengalami defisitNeraca TB pada triwulan III 2011 diprakirakan akan mengalami defisitNeraca TB pada triwulan III 2011 diprakirakan akan mengalami defisitNeraca TB pada triwulan III 2011 diprakirakan akan mengalami defisitNeraca TB pada triwulan III 2011 diprakirakan akan mengalami defisit

sejalan dengan kinerja perekonomian.sejalan dengan kinerja perekonomian.sejalan dengan kinerja perekonomian.sejalan dengan kinerja perekonomian.sejalan dengan kinerja perekonomian. Kondisi defisit tersebut terutama

bersumber dari impor yang masih tinggi sejalan dengan aktivitas

perekonomian yang meningkat, penurunan ekspor gas, serta

membesarnya defisit pada neraca pendapatan dan neraca jasa. Impor

nonmigas menunjukkan peningkatan sesuai pola musimannya sehubungan

dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Kinerja ekspor nonmigas masih cukup

baik kendati berpotensi lebih rendah dengan adanya risiko moderasi

perekonomian global yang diiringi dengan koreksi harga komoditas dunia.

I n f l a s iInflasi sampai dengan Agustus 2011 masih terjaga, meski pada AgustusInflasi sampai dengan Agustus 2011 masih terjaga, meski pada AgustusInflasi sampai dengan Agustus 2011 masih terjaga, meski pada AgustusInflasi sampai dengan Agustus 2011 masih terjaga, meski pada AgustusInflasi sampai dengan Agustus 2011 masih terjaga, meski pada Agustus

2011 menunjukkan peningkatan akibat faktor musiman.2011 menunjukkan peningkatan akibat faktor musiman.2011 menunjukkan peningkatan akibat faktor musiman.2011 menunjukkan peningkatan akibat faktor musiman.2011 menunjukkan peningkatan akibat faktor musiman. Inflasi Indeks

Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2011 tercatat sebesar 0,93% (mtm)

atau 4,79% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan lalu yang

mencatat inflasi IHK sebesar 0,67% (mtm) atau 4,61% (yoy) (Grafik 2.12).

Meningkatnya inflasi pada Agustus 2011 terutama bersumber dari inflasi

inti yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditas global yaitu emas

serta beberapa komoditas domestik seperti biaya pendidikan dan angkutan

udara. Di sisi lain, inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak

(volatile food) relatif lebih terkendali di tengah meningkatnya permintaan

terkait perayaan hari raya Idul Fitri, didukung oleh pasokan yang memadai,

terutama komoditas bumbu-bumbuan dan beras. Sementara itu, inflasi

kelompok harga barang dan jasa yang diatur Pemerintah (administeredprices) tercatat cukup rendah, yang disebabkan tidak adanya kebijakan

Pemerintah terkait barang dan jasa yang bersifat strategis. Dengan

perkembangan inflasi hingga Agustus 2011 yang tercatat 2,69% (ytd) dan

perkiraan pasokan bahan kebutuhan masyarakat yang akan tetap terjaga

serta tidak adanya kebijakan Pemerintah terkait harga barang dan jasa

yang bersifat strategis hingga akhir tahun, inflasi tahun 2011 diprakirakan

akan berada pada kisaran sasaran yang ditetapkan yaitu 5%±1%.

Grafik 2.13 Inflasi Menurut Kelompok Barangdan Jasa

Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi

%, yoy

-7

-1

6

12

18

24

2007 2008 2009 2010 20112 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8

I H KIntiVolatile Food

Administered Prices

0,00

0,50

1,00

1,50

1,09

0,73

1,00

0,06

0,29

0,63

Agustus '11(mtm,%)

Rata-rataInflasi Ags2003-2010

Agustus '11(mtm,%)

Rata-rataInflasi Ags2003-2010

Agustus '11(mtm,%)

Rata-rataInflasi Ags2003-2010(excl. 2009)

Inti Vol.Food Adm.Prices

Page 12: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

10

Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak (Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak (Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak (Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak (Inflasi kelompok harga makanan yang bergejolak (volatile food)volatile food)volatile food)volatile food)volatile food) pada pada pada pada pada

Agustus 2011 relatif rendah. Agustus 2011 relatif rendah. Agustus 2011 relatif rendah. Agustus 2011 relatif rendah. Agustus 2011 relatif rendah. Inflasi kelompok voletile food pada

Agustus 2011 tercatat sebesar 1,00% (mtm) atau 5,64% (yoy),

malambat dari bulan lalu yang mencatat inflasi sebesar 2,05% (mtm)

atau 5,07% (yoy). Melambatnya inflasi kelompok ini disebabkan oleh

pasokan yang memadai, baik dari impor maupun dari domestik.

Beberapa komoditas seperti bawang merah, bawang putih dan telur

ayam bahkan mengalami deflasi terkait dengan besarnya pasokan

komoditas-komoditas tersebut di pasar domestik. Sebagian besar daerah

sentra produksi pangan, terutama di Jawa, mengalami masa panen

gadu. Seiring dengan masa panen gadu disertai kebijakan impor beras,

pasokan beras tersedia cukup memadai bagi kebutuhan masyarakat dan

membawa inflasi beras yang relatif moderat. Pasokan komoditas pangan

lain antara lain minyak goreng, daging, dan terlur ayam serta bumbu-

bumbuan juga terjaga.

Inflasi harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (Inflasi harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (Inflasi harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (Inflasi harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (Inflasi harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (administered pricesadministered pricesadministered pricesadministered pricesadministered prices)))))

pada Agustus 2011 masih terjaga. pada Agustus 2011 masih terjaga. pada Agustus 2011 masih terjaga. pada Agustus 2011 masih terjaga. pada Agustus 2011 masih terjaga. Inflasi kelompok administered prices

pada Agustus 2011 tercatat sebesar 0,29% (mtm) atau 2,69% (yoy),

sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bulan lalu yang mencatat inflasi

sebesar 0,21 (mtm). Peningkatan inflasi pada kelompok ini bersumber dari

peningkatan tarif angkutan kereta api dan harga komoditas rokok.

Namun, secara umum tidak terdapat perubahan signifikan dari inflasi

administered prices, mengingat tidak ada rencana kebijakan Pemerintah

terkait harga barang dan jasa yang bersifat strategis hingga akhir tahun

2011.

Inflasi inti pada Agustus 2011 masih menunjukkan tren yang meningkat.Inflasi inti pada Agustus 2011 masih menunjukkan tren yang meningkat.Inflasi inti pada Agustus 2011 masih menunjukkan tren yang meningkat.Inflasi inti pada Agustus 2011 masih menunjukkan tren yang meningkat.Inflasi inti pada Agustus 2011 masih menunjukkan tren yang meningkat.

Laju inflasi inti pada Agustus 2011 mencapai 1,09% (mtm), atau 5,15%

(yoy), meningkat relatif tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatat inflasi

sebsar 0,42% (mtm) atau 4,55% (yoy. Kenaikan inflasi inti pada Agustus

2011 diperkirakan bersifat temporer, karena disebabkan oleh faktor

musiman dan kejutan eksternal (external shock). Dari sisi domestik,

kenaikan inflasi inti terutama berasal dari faktor musiman (nonpangan)

antara lain angkutan udara dan biaya pendidikan. Peningkatan tarif

angkutan udara terkait dengan pola musiman perayaan hari besar

keagamaan, sementara inflasi pendidikan terkait dengan musim tahun

ajaran baru. Dari sisi eksternal, kenaikan harga komoditas global,

terutama emas (nonpangan), ditransmisikan pada kenaikan harga emas

perhiasan di pasar domestik. Selain karena pengaruh harga global,

permintaan yang cukup tinggi menjelang hari raya Idul Fitri, mendorong

Grafik 2.14 Inflasi Inti Pangan dan Nonpangan

Grafik 2.15 Ekspektasi Inflasi √ ConsensusForecast

Grafik 2.16 Ekspektasi Inflasi Pedagangan (SPE)

Grafik 2.17 Ekspektasi Inflasi Konsumen (SK)

%, yoy

2

3

4

5

6

7

8

9

2010 2011

IntiInti - PanganInti - Non-PanganInti - Non-Pangan kec. emas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

Sumber : Consensus Forecast

%, yoy

4

5

6

7

8

1 2 3 4 5 6 7 8

CF 2011

CF 2012

5,96,05,95,7

Sumber : BI- SPE

200190180170160150

140130

120110100

20

15

10

5

0

2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

IHK (%,yoy), skala kanan

Survei Pedagang Eceran (3 bulan)

Survei Pedagang Eceran (6 bulan)

Sumber : BI - Survei Konsumen

140

160

180

200

220

2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

0

5

10

15

20IHK (%,yoy), skala kanan

Suveri Konsumen (3 bulan)

Survei Konsumen (6 bulan)

Page 13: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

11

kenaikan harga emas di sejumlah daerah. Dengan bobot emas yang cukup

besar dalam inflasi inti, kenaikan harga emas yang cukup besar

mendorong peningkatan inflasi inti. Selain itu, ekspektasi inflasi pada

Agustus 2011 membaik. Ekspektasi inflasi berdasarkan hasil survei

Consensus Forecast turun dari 5,9%(yoy) menjadi 5,7% (yoy) (Grafik 2.15),

walaupun ekspektasi di sektor riil, yaitu dari sisi pedagang dan konsumen,

masih menunjukkan tren yang meningkat, akibat faktor musiman

perayaan hari keagamaan (Grafik 2.16 dan 2.17).

Nilai Tukar RupiahProspek fundamental perekenomian domestik yang kuat menopangProspek fundamental perekenomian domestik yang kuat menopangProspek fundamental perekenomian domestik yang kuat menopangProspek fundamental perekenomian domestik yang kuat menopangProspek fundamental perekenomian domestik yang kuat menopang

penguatan nilai tukar di tengah faktor risiko pelemahan perekonomianpenguatan nilai tukar di tengah faktor risiko pelemahan perekonomianpenguatan nilai tukar di tengah faktor risiko pelemahan perekonomianpenguatan nilai tukar di tengah faktor risiko pelemahan perekonomianpenguatan nilai tukar di tengah faktor risiko pelemahan perekonomian

global. global. global. global. global. Selama Agustus 2011, rupiah mengalami penguatan secara rata-

rata sebesar 0,05% ke level Rp8.525 per dolar AS dan ditutup pada level

Rp8.533 per dolar AS. Apresiasi rupiah tersebut disertai oleh penurunan

rata-rata volatilitas dari 0,29% di bulan sebelumnya menjadi 0,25% pada

Agustus 2011 (Grafik 2.18 dan 2.19). Tren penguatan nilai tukar rupiah

tersebut sejalan dengan pergerakan mata uang di negara-negara kawasan.

Dari sisi eksternal, sentimen negatif terhadap perekonomian globalDari sisi eksternal, sentimen negatif terhadap perekonomian globalDari sisi eksternal, sentimen negatif terhadap perekonomian globalDari sisi eksternal, sentimen negatif terhadap perekonomian globalDari sisi eksternal, sentimen negatif terhadap perekonomian global

membatasi tren penguatan nilai tukar tukar rupiah.membatasi tren penguatan nilai tukar tukar rupiah.membatasi tren penguatan nilai tukar tukar rupiah.membatasi tren penguatan nilai tukar tukar rupiah.membatasi tren penguatan nilai tukar tukar rupiah. Perkiraan moderasi

pertumbuhan perekonomian global terkait dengan dampak penurunan

peringkat utang Amerika Serikat serta krisis utang di kawasan Eropa yang

menyebabkan adanya peralihan alokasi investasi ke aset-aset yang lebih

aman.

Dari sisi domestik, prospek fundamental ekonomi domestik yang tetapDari sisi domestik, prospek fundamental ekonomi domestik yang tetapDari sisi domestik, prospek fundamental ekonomi domestik yang tetapDari sisi domestik, prospek fundamental ekonomi domestik yang tetapDari sisi domestik, prospek fundamental ekonomi domestik yang tetap

kuat serta imbal hasil rupiah yang lebih kompetitif menjadi penopangkuat serta imbal hasil rupiah yang lebih kompetitif menjadi penopangkuat serta imbal hasil rupiah yang lebih kompetitif menjadi penopangkuat serta imbal hasil rupiah yang lebih kompetitif menjadi penopangkuat serta imbal hasil rupiah yang lebih kompetitif menjadi penopang

tren penguatan nilai tukar rupiah. tren penguatan nilai tukar rupiah. tren penguatan nilai tukar rupiah. tren penguatan nilai tukar rupiah. tren penguatan nilai tukar rupiah. Prospek neraca pembayaran Indonesia

yang cukup solid menjadi kekuatan nilai tukar rupiah terhadap berbagai

tekanan eksternal. Walaupun persepsi risiko (indikator CDS) sempat

meningkat akibat prospek perekonomian global yang negatif, daya tarik

investasi dalam rupiah tetap tinggi. Hal ini disebabkan karena faktor

risiko di sebagian besar negara-negara kawasan juga mengalami

peningkatan seiring dengan melambatnya perekonomian global.

Indikator imbal hasil investasi pada aset rupiah, yang tercermin dari selisih

suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP-Uncovered Interest Parity)

relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan

regional Asia.

Grafik 2.18 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

Grafik 2.19 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

Grafik 2.20 UIP (Uncovered Interest Parity)

IDR/USD

8400

8500

8600

8700

8800

8900

9000

9100

9200

9300

2Ags

4Ags

8Ags

10Ags

12Ags

16Ags

19Ags

23Ags

25Ags

29Ags2010

Jan Mar Mei Jul Sep Nov

2011Jan Mar Mei Jul

9335

9175

8949

9048

8708

85648533

% IDR/USD

-0,20,40,60,81,01,21,41,61,82,0

Volatilitas HarianRata-rata Volatilitas

Nilai Tukar Harian

84008500860087008800890090009100920093009400

2010 2011Jan FebMarAprMei Jun Jul Ags SepOkt NovDes Jan FebMarApr Mei Jun Jul Ags

%

-3,0

-1,0

1,0

3,0

5,0

7,0

9,0

11,0

Malaysia

Korea

Filipina

Indonesia

2008 2009 2010 2011Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags

Page 14: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

12

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

BI Rate 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75Penjaminan Deposito 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83 6,80 6,85 6,82 6,86Base Lending Rate 12,39 12,38 12,21 12,07 11,98 11,98 12,03 11,84 12,21 12,06 12,22 12,15 12,08Kredit Modal Kerja (KMK) 13,21 13,19 13,00 13,01 12,96 12,83 12,75 12,72 12,69 12,68 12,61 12,60 12,55Kredit Investasi (KI) 12,60 12,40 12,41 12,38 12,35 12,28 12,25 12,20 12,18 12,16 12,15 12,13 12,11Kredit Konsumsi (KK) 14,92 14,83 14,75 14,65 14,53 14,53 14,48 14,50 14,39 14,38 14,37 14,37 14,32

Suku Bunga (%)2 0 1 0 2 0 1 1

Daya saing Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan beberapaDaya saing Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan beberapaDaya saing Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan beberapaDaya saing Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan beberapaDaya saing Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan beberapa

negara kawasannegara kawasannegara kawasannegara kawasannegara kawasan. Dampak penguatan nilai tukar rupiah terhadap kinerja

ekspor ditengarai masih terbatas. Pertumbuhan ekspor masih cukup tinggi

yakni sekitar 34,2% (yoy) sampai dengan Juli 2011.

Perkembangan Suku Bunga DomestikSuku bunga PUAB selama Agustus 2011 mengalami penurunan terkaitSuku bunga PUAB selama Agustus 2011 mengalami penurunan terkaitSuku bunga PUAB selama Agustus 2011 mengalami penurunan terkaitSuku bunga PUAB selama Agustus 2011 mengalami penurunan terkaitSuku bunga PUAB selama Agustus 2011 mengalami penurunan terkait

likuiditas yang besar di pasar uang. likuiditas yang besar di pasar uang. likuiditas yang besar di pasar uang. likuiditas yang besar di pasar uang. likuiditas yang besar di pasar uang. Rata-rata suku bunga PUAB O/N pada

Agustus 2011 menurun sebesar 9 bps dibandingkan dengan akhir bulan

Juli yang tercatat sebesar 5,91% menjadi 5,82%. Sementara itu, rata-rata

suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang bergerak sejalan dengan

suku bunga PUAB O/N. Rata-rata suku bunga PUAB dengan tenor di atas

3 bulan berada pada kisaran kisaran 5,86% - 6,30%, lebih rendah

dibandingkan dengan bulan sebelumnya (6,07% - 7,95%). Di sisi risiko,

persepsi risiko likuiditas di PUAB selama Agustus 2011 tetap terjaga

sejalan dengan kondisi pasar uang yang likuid. Hal tersebut tercermin

pada rata-rata selisih suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah yang

menurun menjadin14bps dibandingkan dengan Juli (24bps).

Di sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit pada Juli 2011 masihDi sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit pada Juli 2011 masihDi sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit pada Juli 2011 masihDi sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit pada Juli 2011 masihDi sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit pada Juli 2011 masih

bergerak menurun sementara suku bunga deposito relatif stabil. bergerak menurun sementara suku bunga deposito relatif stabil. bergerak menurun sementara suku bunga deposito relatif stabil. bergerak menurun sementara suku bunga deposito relatif stabil. bergerak menurun sementara suku bunga deposito relatif stabil. Sampai

dengan Juli 2011, bunga kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI)

dan kredit konsumsi (KK) masing-masing turun masing-masing sebesar 5,

2 dan 5 bps dibandingkan dengan Juni 2011 menjadi 12,55%, 12,11%

dan 14,32%. Sementara itu, suku bunga deposito 1 bulan relatif stabil

pada level 6,86%, meningkat 4 bps dari kondisi Juni 2011. Pergerakan

suku bunga giro rupiah pada Juli 2011 relatif stabil dibandingkan dengan

Juni 2011 yaitu pada level 2,51%, sementara suku bunga tabungan

rupiah pada Juli 2011 turun menjadi 2,68% dari sebelumnya 2,79% pada

Grafik 2.21 CIP (Covered Interest Parity)

Grafik 2.22 Indikator Risiko (CDS danYield Spread)

%

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

2008 2009 2010 20112007Feb Apr JunAgs Okt Des Feb Apr JunAgs Okt Des Feb Apr JunAgs Okt Des Feb Apr JunAgs Okt Des Feb Apr JunAgs

Indonesia

Filipina

Malaysia

Korea

Tabel 2.1Perkembangan Berbagai Suku Bunga

%

3,02,82,62,4

2,22,0

1,81,61,41,21,0

bps

400

250

100

Sumber : Bloomberg2010 2011

Yield SpreadCDS Ind (RHS)EMBIG Spread (RHS)

MeiJan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Jun Jul Ags

Risiko Memburuk Risiko Memburuk

Page 15: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

13

Juni 2011. Dengan perkembangan tersebut, selisih suku bunga kredit

terhadap deposito menjadi 6,13%, sedangkan selisih antara suku bunga

kredit dengan rata-rata tertimbang suku bunga giro dan tabungan menjadi

10,37%.

Selama Agustus 2011, suku bunga kredit tercatat mengalami peningkatan.Selama Agustus 2011, suku bunga kredit tercatat mengalami peningkatan.Selama Agustus 2011, suku bunga kredit tercatat mengalami peningkatan.Selama Agustus 2011, suku bunga kredit tercatat mengalami peningkatan.Selama Agustus 2011, suku bunga kredit tercatat mengalami peningkatan.

Berdasarkan data laporan harian bank umum (LHBU), suku bunga KI dan

KK masing-masing naik 17 dan 16 bps, sementara suku bunga KMK

meningkat relatif minimal dibandingkan dengan suku bunga kredit lain

yaitu sebesar 9 bps.

Dana, Kredit, dan Uang BeredarDana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang positif.Dana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang positif.Dana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang positif.Dana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang positif.Dana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang positif. Berdasarkan

data Laporan Bank Umum (LBU) DPK bank pada Juli 2011 mencapai Rp

2.464 triliun atau tumbuh 18,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,3% (yoy).

Pertumbuhan DPK tersebut terutama didorong oleh meningkatnya peran

pertumbuhan deposito dan giro pada pertumbuhan total DPK. Dari data

LHBU, perkembangan DPK pada Agustus 2011 diindikasi meningkat

20,2% (yoy), ditopang oleh giro, tabungan dan deposito yang meningkat

masing-masing sebesar 14,4%, 26,5% dan 19,0% (yoy).

Penyaluran kredit perbankan masih dalam tren yang meningkat sejalanPenyaluran kredit perbankan masih dalam tren yang meningkat sejalanPenyaluran kredit perbankan masih dalam tren yang meningkat sejalanPenyaluran kredit perbankan masih dalam tren yang meningkat sejalanPenyaluran kredit perbankan masih dalam tren yang meningkat sejalan

dengan kegiatan ekonomi yang terus membaik.dengan kegiatan ekonomi yang terus membaik.dengan kegiatan ekonomi yang terus membaik.dengan kegiatan ekonomi yang terus membaik.dengan kegiatan ekonomi yang terus membaik. Pada Juli 2011,

pertumbuhan total kredit (termasuk channeling) tercatat sebesar 23,0%

(yoy) menjadi Rp 2.002,3 triliun. Tren peningkatan penyaluran kredit

diperkirakan masih berlanjut sebagaimana diindikasikan oleh

perkembangan kredit LHBU sampai dengan Agustus yang mencatat

pertumbuhan sebesar 24,6% (yoy

Ekspansi pertumbuhan kredit, terutama ditopang oleh pertumbuhan KMKEkspansi pertumbuhan kredit, terutama ditopang oleh pertumbuhan KMKEkspansi pertumbuhan kredit, terutama ditopang oleh pertumbuhan KMKEkspansi pertumbuhan kredit, terutama ditopang oleh pertumbuhan KMKEkspansi pertumbuhan kredit, terutama ditopang oleh pertumbuhan KMK

dan KI.dan KI.dan KI.dan KI.dan KI. Pada Juli 2011 pertumbuhan KMK dan KI meningkat menjadi

25,3% dan 21,9% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 23,8% dan 20,8% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan KK

melambat menjadi 21,9% (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan bulan

sebelumnya sebesar 23,2% (yoy). Dengan perkembangan tersebut pangsa

KMK dan KI terus meningkat, sementara KK cenderung turun. Meskipun

demikian pangsa KK terhadap total kredit masih cukup besar yaitu 30,4%.

Secara sektoral, penyaluran kredit kepada sektor-sektor produktifSecara sektoral, penyaluran kredit kepada sektor-sektor produktifSecara sektoral, penyaluran kredit kepada sektor-sektor produktifSecara sektoral, penyaluran kredit kepada sektor-sektor produktifSecara sektoral, penyaluran kredit kepada sektor-sektor produktif

menunujukkan peningkatan.menunujukkan peningkatan.menunujukkan peningkatan.menunujukkan peningkatan.menunujukkan peningkatan. Pada Juli 2011 sumbangan kredit ke sektor-

Grafik 2.23 Pertumbuhan Kredit per JenisPenggunaan

Grafik 2.24 Pertumbuhan Kredit Sektoral

% yoy

Data per Juli 2011-10

0

10

20

30

40

50

25,3

21,921,9

2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

K M KK IK K

17,914,0

42,1

28,4

11,8

Industri Pengolahan

Perdagangan

Jasa Dunia Usaha

Lainnya

Pertanian

%, yoy

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

2010Jan Feb MarApr Mei Jun Jul AgsSep Okt Nov Des

2011Jan Feb MarApr Mei Jun Jul

Pangsa (%)Industri

PengolahanPertanian Perdagangan Jasa DuniaUsaha Lainnya Total

4,8 15,5 17,9 10,3 35,2 83,7

Page 16: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

14

sektor seperti jasa dunia usaha, sektor LAG (listrik, air dan gas) dan sektor

industri pengolahan meningkat. Kredit sektor jasa dunia usaha, sektor

LAG dan sektor industri pengolahan masing-masing tumbuh 42,1%,

92,4% dan 17,94 % (yoy), meningkat dibandingkan dengan

pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 34,5%, 59,1% dan 13,3% (yoy).

Namun penyaluran kredit di sektor perdagangan dan pertanian tumbuh

melambat masing masing sebesar 14,0% dan 11,8%, lebih rendah dari

bulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar

23,6% dan 18,5% (yoy).

Likuiditas perekonomian masih menunjukkan tren peningkatan seiringLikuiditas perekonomian masih menunjukkan tren peningkatan seiringLikuiditas perekonomian masih menunjukkan tren peningkatan seiringLikuiditas perekonomian masih menunjukkan tren peningkatan seiringLikuiditas perekonomian masih menunjukkan tren peningkatan seiring

dengan aktivitas ekonomi yang meningkat dan perkembangan danadengan aktivitas ekonomi yang meningkat dan perkembangan danadengan aktivitas ekonomi yang meningkat dan perkembangan danadengan aktivitas ekonomi yang meningkat dan perkembangan danadengan aktivitas ekonomi yang meningkat dan perkembangan dana

pihak ketiga yang masih mencatat pertumbuhan yang positif. pihak ketiga yang masih mencatat pertumbuhan yang positif. pihak ketiga yang masih mencatat pertumbuhan yang positif. pihak ketiga yang masih mencatat pertumbuhan yang positif. pihak ketiga yang masih mencatat pertumbuhan yang positif. Uang

primer menunjukkan peningkatan, sejalan dengan meningkatnya

aktivitas ekonomi, terutama konsumsi menjelang hari raya Idul Fitri.

Pertumbuhan uang primer pada Juli 2011 sebesar 46,6% (yoy),

meningkat cukup tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya

sebesar 35,7% (yoy).ƒSama halnya dengan uang primer,

perkembangan M1 dan M2 juga masih berada dalam tren meningkat.

Petumbuhan M1 pada Juli 2011 tercatat 18,5% (yoy) menjadi Rp 639,7

triliun. Pertumbuhan M1 tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan pada Juni 2011 yang mencapai 16,6% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan M1 terutama didorong oleh kontribusi uang kartal yang

meningkat, sejalan dengan persiapan menyambut hari raya Idul Fitri. Di

sisi lain, kontribusi giro relatif stabil terhadap pertumbuhan M1.

Sementara itu, pertumbuhan M2 juga meningkat sejalan dengan

peningkatan pertumbuhan M1 dan deposito.

Pasar SahamKondisi fundamental makro ekonomi serta mikro emiten yang cukup solidKondisi fundamental makro ekonomi serta mikro emiten yang cukup solidKondisi fundamental makro ekonomi serta mikro emiten yang cukup solidKondisi fundamental makro ekonomi serta mikro emiten yang cukup solidKondisi fundamental makro ekonomi serta mikro emiten yang cukup solid

mampu menahan sentimen negatif pasar keuangan global terhadapmampu menahan sentimen negatif pasar keuangan global terhadapmampu menahan sentimen negatif pasar keuangan global terhadapmampu menahan sentimen negatif pasar keuangan global terhadapmampu menahan sentimen negatif pasar keuangan global terhadap

pergerakan IHSG. pergerakan IHSG. pergerakan IHSG. pergerakan IHSG. pergerakan IHSG. Pada Agustus 2011 IHSG mengalami pelemahan,

sejalan dengan peningkatan faktor risiko eksternal antara lain (i) potensi

gejolak harga minyak (oil shock), (ii) dampak rambatan krisis keuangan AS

dan Eropa, (iii) potensi demand shock AS dan Eropa, (iv) kekhawatiran

terjadi koreksi (bubble burst) di bursa saham serta, (v) pemburukan

sentimen pasar. Meski demikian, kondisi fundamental makroekonomi dan

mikro emiten yang cukup solid mampu menahan gejolak yang berlebih,

sehingga koreksi yang terjadi relatif minimal jika dibandingkan dengan

Grafik 2.26 Pertumbuhan LikuiditasPerekonomian

Grafik 2.27 IHSG dan BI Rate

Grafik 2.25 Pertumbuhan Kartal dan BaseMoney

% yoy

data perAgs. 2011

-20

-10

0

10

20

30

40

50

2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

M0 (GWM 5%)

M0

CurrencyGWM SR

GWM 8%GWM LDR

%, yoy

Per Juni 2011Rata-rata periode sebelum krisisMei 2006 - Sept. 2008M1: 21,5%; M2: 15,7%

%, yoy

0

5

10

15

20

25

30

2006 2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

4

6

8

10

12

14M2M1BI Rate (RHS)

15,7

18,5

15,68

21,53

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

IHSG

BI RATE

2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul

4

5

6

7

8

9

10

11

Page 17: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

15

koreksi bursa global. Dari sisi makroekonomi, indikator yang kondusif

untuk mendorong kinerja bursa antara lain kebijakan Bank Indonesia

mempertahankan BI Rate pada level 6,75%, inflasi yang terkendali,

prospek pertumbuhan ekonomi yang positif serta nilai tukar yang relatif

stabil. Sementara itu, dari sisi mikro, kondisi fundamental emiten yang

cukup kokoh tercermin dari kondisi neraca yang cukup sehat serta

pertumbuhan laba yang positif dalam laporan keuangan emiten. Dengan

perkembangan tersebut IHSG ditutup pada level sebesar 3.847 atau

melemah 6,9% dibandingkan dengan Juli 2011. Di sisi global, koreksi

indeks bursa global berkisar antara 2,2% sampai dengan 14,7%.

Rambatan peningkatan risiko eksternal terhadap pasar keuangan domestikRambatan peningkatan risiko eksternal terhadap pasar keuangan domestikRambatan peningkatan risiko eksternal terhadap pasar keuangan domestikRambatan peningkatan risiko eksternal terhadap pasar keuangan domestikRambatan peningkatan risiko eksternal terhadap pasar keuangan domestik

lebih disebabkan oleh faktor sentiment pasar.lebih disebabkan oleh faktor sentiment pasar.lebih disebabkan oleh faktor sentiment pasar.lebih disebabkan oleh faktor sentiment pasar.lebih disebabkan oleh faktor sentiment pasar. Transmisi potensi demandshock di AS dan Eropa (PIIGS) melalui jalur perdagangan relatif minimal. Di

samping itu, kepemilikan institusi keuangan domestik terhadap bondmaupun equity di AS dan Eropa juga relatif terbatas. Demikian pula halnya

dengan kepemilikan asing, berkebangsaan Eropa (PIIGS), terhadap aset

domestik lebih rendah jika dibandingkan dengan negara kawasan. Dengan

demikian, koreksi yang terjadi pada bursa saham domestik lebih

dipengaruhi oleh faktor sentimen seperti penurunan peringkat kredit AS1,

kekhawatiran meningkatnya contagion effect krisis Eropa, penurunan

proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia2, rilis beberapa data ekonomi AS

yang lebih buruk dari ekspektasi, dan adanya potensi krisis likuiditas bank-

bank di Eropa.

Dari sisi sektoral, penurunan kinerja bursa saham tercermin pada indeksDari sisi sektoral, penurunan kinerja bursa saham tercermin pada indeksDari sisi sektoral, penurunan kinerja bursa saham tercermin pada indeksDari sisi sektoral, penurunan kinerja bursa saham tercermin pada indeksDari sisi sektoral, penurunan kinerja bursa saham tercermin pada indeks

sektoral yang bergerak menurun, kecuali sektor konsumsi. sektoral yang bergerak menurun, kecuali sektor konsumsi. sektoral yang bergerak menurun, kecuali sektor konsumsi. sektoral yang bergerak menurun, kecuali sektor konsumsi. sektoral yang bergerak menurun, kecuali sektor konsumsi. Sektor

pertambangan mengalami penurunan tertinggi yaitu mencapai 14,2%,

diikuti oleh sektor perdagangan yang menurun sebesar 10,3%, sebagian

sektor lainnya menurun dengan kisaran 1,4%-8,8%. Di tengah tekanan

yang dialami bursa saham, sektor konsumsi masih mampu membukukan

penguatan sebesar 2,5%. Selain karena sektor tersebut banyak diminati

oleh investor asing, karena Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup

besar, kenaikan sektor konsumsi sejalan dengan polanya yang cenderung

meningkat pada hari raya keagamaan.

Pergerakan IHSG yang cukup fluktuatif selama Agustus 2011Pergerakan IHSG yang cukup fluktuatif selama Agustus 2011Pergerakan IHSG yang cukup fluktuatif selama Agustus 2011Pergerakan IHSG yang cukup fluktuatif selama Agustus 2011Pergerakan IHSG yang cukup fluktuatif selama Agustus 2011

menyebabkan pelaku nonresiden melakukan penyesuaian di bursa sahammenyebabkan pelaku nonresiden melakukan penyesuaian di bursa sahammenyebabkan pelaku nonresiden melakukan penyesuaian di bursa sahammenyebabkan pelaku nonresiden melakukan penyesuaian di bursa sahammenyebabkan pelaku nonresiden melakukan penyesuaian di bursa saham

Grafik 2.28 IHSG dan EBITDA Index

Grafik 2.29 Pertumbuhan Sektoral

Grafik 2.30 Pertumbuhan Indeks Dunia1 oleh S&P dari AAA menjadi AA+ dengan outlook negative seiring dengan meningkatnya risiko

utang AS dan risiko politik2 menjadi 3,9% di 2011 oleh Morgan Stanley

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

JCI

Indeks Ebitda (Skala kanan)

2007 2008 2009 2010 2011Mar Jun Sep Des Mar Jun SepDes Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

050100150200250300350400450500

Infrastruktur

Pertambangan

Keuangan

Industri Dasar

Industri Lain

Konsumsi

Perdagangan

Pertanian

Properti

Perubahan Bulanan

-20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15%

-8,8%

-14,2%

-6,6%

-3,6%

-6,8%

2,5%

-10,3%

-8,5%

-1,4%

Indonesia (IHSG)Vietnam

Thailand (SET)Filipina

Kuala Lumpur (KLCI)Strait Times (STI)

Shanghai (SHCOMP)Hong Kong (Hang Seng)

India (SENSEX)Inggris (FTSE)

Jepang (Nikkei)US (Dow Jones)

EM ASIADunia

PerubahanBulanan

-5%-20% -17% -14% -11% -8% -2% 1% 4% 7%

-7,0%-0,3%

-8,5%-4,4%

-6,7%-13,8%

-3,3%-12,7%-12,9%

-11,8%-10,5%

-7,1%-13,9%

-10,6%

Page 18: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

16

domestik.domestik.domestik.domestik.domestik. Investor asing mencatat jual neto sebesar Rp 8,45 triliun,

setelah membukukan beli neto sebesar Rp 5,19 triliun pada bulan

sebelumnya. Tekanan jual terbesar terutama dialami oleh emiten di sektor

pertambangan dan properti.

Pasar Surat Berharga NegaraKondisi fundamental makroekonomi yang cukup solid mampuKondisi fundamental makroekonomi yang cukup solid mampuKondisi fundamental makroekonomi yang cukup solid mampuKondisi fundamental makroekonomi yang cukup solid mampuKondisi fundamental makroekonomi yang cukup solid mampu

mengangkat kembali kinerja Surat Berharga Negara (SBN) setelahmengangkat kembali kinerja Surat Berharga Negara (SBN) setelahmengangkat kembali kinerja Surat Berharga Negara (SBN) setelahmengangkat kembali kinerja Surat Berharga Negara (SBN) setelahmengangkat kembali kinerja Surat Berharga Negara (SBN) setelah

sebelumnya mengalami tekanan. sebelumnya mengalami tekanan. sebelumnya mengalami tekanan. sebelumnya mengalami tekanan. sebelumnya mengalami tekanan. Peningkatan risiko eksternal, yang

antara lain didorong oleh faktor sentimen seperti penurunan peringkat

kredit AS, kekhawatiran meningkatnya contagion effect krisis eropa,

penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, serta penurunan

peringkat Jepang yang lebih rendah, menekan kinerja SBN pada

pertengahan Agustus 2011. Sejalan dengan meredanya faktor sentimen

serta cukup kondusifnya kondisi makro, imbal hasil SBN kembali turun dan

bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan Juli 2011. Dengan

perkembangan tersebut, secara bulanan imbal hasil SBN untuk tenor

jangka pendek, menengah dan panjang masing masing turun sebesar

5,39 bps, 6,62 bps dan 7,86 bps, atau secara rata-rata imbal hasil turun

sebesar 6,53 bps menjadi 7,42%.

Penyesuaian portofolio juga dilakukan investor asing di pasar SBN. Penyesuaian portofolio juga dilakukan investor asing di pasar SBN. Penyesuaian portofolio juga dilakukan investor asing di pasar SBN. Penyesuaian portofolio juga dilakukan investor asing di pasar SBN. Penyesuaian portofolio juga dilakukan investor asing di pasar SBN. Investor

nonresiden pada Agustus 2011 mencatat jual neto sebesar Rp 1,5 triliun,

setelah pada bulan sebelumnya membukukan beli neto sebesar Rp 13,8

triliun. Dalam perkembangannya, investor asing kembali masuk ke pasar

SBN meski dalam jumlah yang relatif terbatas. Hal tersebut antara lain

didorong oleh faktor imbal hasil yang masih menarik. SBN masih

memberikan imbal hasil yang kompetitf baik secara nominal maupun riil

dibandingkan dengan negara-negara di kawasan.

Grafik 2.31 Imbal Hasil SBN dan BI Rate

Grafik 2.32 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan

Grafik 2.33 Imbal HasilSBN dan Net Beli/Jual Asing

Grafik 2.34 Imbal Hasil Negara Kawasan

0

5

10

15

20

25

2007 2008 2009 2010 2011Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul

BI RATE (Skala Kanan)

Imbal Hasil SBN

0

2

4

6

8

10

12

14

1thn 2thn 3thn 4thn 5thn 6thn 7thn 8thn 9thn 10thn 15thn 20thn 30thn-0,60

-0,40

-0,20

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00Deviasi Agustus dan Juli26 Agustus 2011

31 Desember 2011

31 Juli 2011

Imbal Hasil SBNInflasi

3,5

12,7

5,93,6

6,8

%25

20

15

10

5

0Thailand Vietnam Filipina Malaysia Indonesia

%Rp, Triliun

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

2008 2009 2010 2011

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

18,0

Beli /Jual Asing NetoImbal Hasil SUN

AgsJunAprFebDesOktAgsJunAprFebDesOktAgsJunAprFebDesOktAgsJunAprFeb

Page 19: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

17

Pasar ReksadanaPada Juli 2011, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan yangPada Juli 2011, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan yangPada Juli 2011, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan yangPada Juli 2011, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan yangPada Juli 2011, kinerja reksadana menunjukkan perkembangan yang

positif. positif. positif. positif. positif. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam NAB

tumbuh terbatas sekitar 0,4% dibandingkan dengan Juni 2011.

Peningkatan NAB reksadana tersebut ditopang oleh produk reksadana

berbasis pasar uang dan pendapatan tetap. Sementara itu, produk

reksadana campuran dan indeks justru mengalami koreksi. Dalam hal ini,

portofolio asset untuk produk reksadana membukukan kinerja di atas

kinerja IHSG (Tabel 2.2). Gejolak yang terjadi di pasar saham tidak

berdampak signifikan terhadap kinerja reksadana. Gejolak di paar saham

tidak memicu pencairan dana (redemption) pada industri reksadana.

Tabel 2.2Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)

1111122222333334444455555

20102010201020102010 666667777788888999991010101010111111111112121212121111122222

20112011201120112011 3333344444555556666677777

SahamMTMPasarUang Campuran

PendapatanTetap Terproteksi Indeks

ETF-Saham

ETF-Pendapatan

TetapSyariah Total

Juli 2011 -Juli 2011 -Juli 2011 -Juli 2011 -Juli 2011 -Des 2010Des 2010Des 2010Des 2010Des 2010

-2,8% 16,7% -11,4% -9,7% -0,7% -0,8% -20,4% 2,4% 0,7% -3,5%1,7% 3,7% 1,0% -0,1% 0,1% -34,1% -2,9% -39,6% 0,8% 0,6%0,8% 10,4% 5,9% 2,1% -3,9% 4,3% 8,8% 3,6% -2,9% 0,6%5,2% 10,1% 4,1% 11,1% 6,7% 5,1% 6,3% 2,9% 4,8% 6,7%

-1,6% -2,5% 0,9% -0,1% 1,5% -5,8% -5,2% -1,2% -6,4% -0,3%-4,4% -1,2% -1,6% 10,8% 2,8% -5,1% 4,8% 3,2% 3,6% 1,1%-1,8% 2,1% -1,8% -0,6% 0,3% -3,6% 4,7% 2,4% 0,9% -0,6%-1,1% 0,7% 0,7% 7,5% 6,0% 10,8% -1,5% 0,6% -2,8% 2,9%9,4% 0,8% 7,8% 6,4% 4,4% 14,2% 10,3% 2,3% 2,8% 6,3%5,5% -2,2% 3,4% 10,5% 1,1% 9,2% -11,4% 3,2% -1,8% 4,2%2,1% -2,0% 5,1% -4,5% 2,8% 3,1% -21,1% -15,4% -1,0% 0,9%8,6% 0,6% -0,1% -3,3% -0,8% -30,6% 0,0% 0,0% 17,1% 2,1%1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1%3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7%8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7%3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9%3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5%1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7%0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4%

25,1% 11,2% 13,5% -0,9% 1,3% 21,0% -7,8% 9,1% -9,3% 10,1%

Page 20: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

18

Kondisi PerbankanDi tengah perlambatan ekonomi global dan berlarutnya penyelesaian krisisDi tengah perlambatan ekonomi global dan berlarutnya penyelesaian krisisDi tengah perlambatan ekonomi global dan berlarutnya penyelesaian krisisDi tengah perlambatan ekonomi global dan berlarutnya penyelesaian krisisDi tengah perlambatan ekonomi global dan berlarutnya penyelesaian krisis

utang Eropa, kinerja sistem keuangan Indonesia masih tetap stabil,utang Eropa, kinerja sistem keuangan Indonesia masih tetap stabil,utang Eropa, kinerja sistem keuangan Indonesia masih tetap stabil,utang Eropa, kinerja sistem keuangan Indonesia masih tetap stabil,utang Eropa, kinerja sistem keuangan Indonesia masih tetap stabil,

dengan kondisi permodalan dan likuiditas yang cukup terjagadengan kondisi permodalan dan likuiditas yang cukup terjagadengan kondisi permodalan dan likuiditas yang cukup terjagadengan kondisi permodalan dan likuiditas yang cukup terjagadengan kondisi permodalan dan likuiditas yang cukup terjaga. Berbagai

indikator utama perbankan seperti seperti rasio kecukupan modal (CapitalAdequacy Ratio √ CAR), rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan √

NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Return On Asset (ROA) menunjukkan

perkembangan yang tetap solid. CAR pada Juli 2011 sebesar 17,2%, jauh

berada di atas level minimal yang ditetapkan Bank Indonesia. Sementara

itu, kualitas kredit cukup terkendali, tercermin dari kondisi kredit

bermasalah (NPL gross) pada Juli 2011 yang relatif rendah yaitu 2,8%.

Indikator kinerja perbankan lain yaitu ROA relatif masih tinggi yaitu

mencapai 3,0% pada Juli 2011, dengan NIM tetap stabil pada level 0,5%

(Tabel 2.3).

Tabel 2.3Kondisi Umum Perbankan

Total Aset (T Rp) 2.683,5 2.700,2 2.758,1 2.769,4 2.856,3 3.008,9 2.990,7 2.993,1 3.065,8 3.069,1 3.136,4 3.195,1 3.216,8DPK (T Rp) 2.082,6 2.092,8 2.144,1 2.173,9 2.212,2 2.338,8 2.302,1 2.287,8 2.351,4 2.340,2 2.397,2 2.438,0 2.464,1Kredit * (T Rp) 1.627,4 1.670,6 1.689,1 1.705,8 1.736,1 1.796,0 1.776,1 1.803,9 1.844,2 1.872,6 1.918,6 1.979,6 2.002,3LDR* (%) 78,1 79,8 78,8 78,5 78,5 76,8 77,2 78,8 78,4 80,0 80,0 81,2 81,3NPLs Gross* (%) 3,4 3,4 3,3 3,6 3,4 2,9 3,1 3,1 3,2 3,2 3,2 3,0 3,1NPLs Net * (%) 0,9 0,7 0,7 0,9 1,0 0,7 0,9 0,9 0,9 0,9 1,1 0,9 0,9CAR (%) 16,5 16,2 16,4 16,4 16,3 17,0 17,0 18,0 17,6 17,8 17,4 17,0 17,2NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5ROA (%) 2,9 2,8 2,8 2,9 2,8 2,7 3,0 2,8 3,1 3,0 3.0 3,1 3,0

Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

2 0 10IndikatorUtama

* dengan channeling

2 0 11

Page 21: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

19

III. RESPONS KEBIJAKAN MONETERRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 SeptemberRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 September

2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dalam

rangka mendorong kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya

ekses likuiditas selama ini, Bank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawahBank Indonesia memperlebar batas bawah

koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150

bps di bawah BI ratebps di bawah BI ratebps di bawah BI ratebps di bawah BI ratebps di bawah BI rate. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan

perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya

ketidakpastian sistem keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan

Eropa. Meskipun gejolak yang ditimbulkan ketidakpastian perekonomian

global masih terbatas, Bank Indonesia terus mencermati dampak

penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja

perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan

mengambil respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan

makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja

perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan

pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1%

pada tahun 2012. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi

kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak

penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut.

Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati dampak penurunan kinerja

ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja perekonomian Indonesia.

Dewan Gubernur melihat kecenderungan menurunnya pertumbuhan

ekonomi negara maju, melambatnya volume perdagangan dunia, dan

menurunnya harga komoditas global. Sementara itu, tingginya ekses

likuiditas global dan persepsi risiko investor masih akan mendorong tetap

derasnya aliran modal asing masuk ke negara-negara emergingeconomies, termasuk Indonesia, baik dalam bentuk PMA maupun investasi

portofolio. Secara keseluruhan kecenderungan ini berpotensi akan

memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan inflasi Indonesia

pada 2012, sementara aliran masuk modal asing dan apresiasi Rupiah

diprakirakan akan berlanjut meskipun dengan volatilitas yang lebih tinggi.

Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan mengambil respon suku bunga sertaBank Indonesia akan mengambil respon suku bunga sertaBank Indonesia akan mengambil respon suku bunga sertaBank Indonesia akan mengambil respon suku bunga sertaBank Indonesia akan mengambil respon suku bunga serta

bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasibauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasibauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasibauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasibauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasi

potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetappotensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetappotensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetappotensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetappotensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap

mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada 2011 dan1% pada 2011 dan1% pada 2011 dan1% pada 2011 dan1% pada 2011 dan

4,5%4,5%4,5%4,5%4,5%±1% pada 20121% pada 20121% pada 20121% pada 20121% pada 2012. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi

kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak

penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut.

Page 22: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 · Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011 3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2011

20

* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

SEKTOR KEUANGAN

Indikator Terkini

Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

SUKU BUNGA & SAHAM

Suku bunga SBI 9 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2)

Suku bunga deposito 3 bln 2)

JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar Rp)Base MoneyM1(C+D)

Uang Kartal (C)Uang giral (D)

Broad Money (M2 = C+D+T)Uang kuasi (T)

Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas)

M2 - Rupiah

Tagihan pada Dunia UsahaKredit-Bank Umum

Inflasi bulanan (%, mtm)Inflasi tahunan (%, yoy)

Rp/USD (akhir periode, nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4)

Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4)

Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (%, yoy)**KonsumsiInvestasi (PMTB)Perubahan StokEksporImpor

INDIKATOR KUARTALAN

H A R G A

SEKTOR EKSTERNAL

- - 6,83 6,84 6,84 6,70 6,60 6,50 6,71 6,726,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,836,95 6,95 6,96 6,69 6,99 7,03 7,06 6,88 6,82 6,916,34 6,32 6,33 6,30 6,16 5,68 5,83 6,21 6,27 6,49

2.914 3.069 3.082 3.501 3.635 3.531 3.704 3.409 3.470 3.679

401.435 408.967 426.867 423.809 418.884 483.922 518.447 512.192 502.190 506.785545.405 539.732 555.495 549.941 555.549 571.337 605.411 604.169 585.890 580.601222.828 228.237 241.166 229.825 235.709 238.500 260.227 247.481 245.327 241.618322.577 311.495 314.328 320.117 319.840 332.837 345.184 356.688 340.563 338.984

2.082.394 2.069.905 2.097.385 2.132.476 2.170.484 2.206.509 2.322.951 2.290.381 2.260.031 2.291.4241.536.988 1.530.173 1.541.891 1.582.535 1.614.935 1.635.172 1.717.541 1.686.212 1.674.141 1.710.8221.412.917 1.402.561 1.410.754 1.450.485 1.480.067 1.500.890 1.587.407 1.562.083 1.550.021 1.582.184

808.099 792.848 789.119 809.958 834.274 842.690 872.921 864.039 854.852 885.197604.818 609.712 621.635 640.527 645.793 658.200 714.487 698.044 695.168 696.987124.072 127.612 131.137 132.050 134.868 134.282 130.133 124.129 124.121 128.639

1.958.322 1.942.292 1.966.248 2.000.426 2.035.616 2.072.227 2.192.818 2.166.252 2.135.911 2.162.785

1.721.286 1.722.911 1.774.363 1.795.954 1.808.229 1.842.798 1.910.022 1.881.004 1.917.047 1.964.4901.511.482 1.518.049 1.561.226 1.583.468 1.598.643 1.626.469 1.684.207 1.662.189 1.690.927 1.727.537

0,97 1,57 0,76 0,44 0,06 0,60 0,92 0,89 0,13 -0,325,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96 7,02 6,84 6,65

9.083 8.952 9.041 8.924 8.928 9.013 8.991 9.057 8.823 8.70910.538 10.815 11.841 10.106 11.924 12.439 13.482 11.824 11.677 13.472

9.045 10.067 9.939 7.478 9.315 10.051 10.723 9.468 9.276 11.44569,68 70,86 73,93 76,76 79,69 80,72 83,59 82,18 85,05 88,61

2 0 1 0

2010 2011

2 0 1 1

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

7,18 7,36 7,366,80 6,85 6,826,96 6,91 6,956,48 6,50 6,45

3.820 3.837 3.889

520.673 525.857 541.624584.634 611.791 636.206252.013 254.066 261.504332.621 357.725 374.702

2.281.904 2.322.081 2.372.0691.697.270 1.710.291 1.735.8631.575.325 1.590.187 1.618.287

869.445 878.771 887.394705.880 711.416 730.893121.945 120.104 117.576

2.159.959 2.201.977 2.254.493

1.993.307 2.045.007 2.109.1381.762.032 1.809.801 1.864.834

-0,31 0,12 0,556,16 5,98 5,54

8.574 8.537 8.59712.532 14.616 14.84310.707 10.959 11.610

92,87 96,95 96,56

6,1 5,8 6,9 6,5 6,53,4 5,1 4,9 4,3 4,68,0 9,2 8,7 7,3 9,2

254,0 59,7 -28,7 91,3 151,114,6 9,6 16,1 12,3 17,418,4 12,2 16,9 15,6 16,0

7,286,856,886,37

4.131

555.008639.718275.467364.251

2.410.3341.770.6161.646.294

908.841737.454124.321

2.286.012

2.139.5641.887.492

0,674,67

8.508nana

99,32