tinjauan kebijakan moneter - · 2013-09-27 · perkembangan dan kebijakan moneter ... yang...

24

Upload: dangmien

Post on 06-Apr-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan
Page 2: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan
Page 3: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

1

Tinjauan Kebijakan MoneterSeptember 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan

oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada

setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September,

November, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai

media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan

penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi

moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian

Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang

dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara

triwulanan pada setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Secara

rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini

mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan

laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh

Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Deputi Gubernur Senior

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Siti Ch. Fadjrijah Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Page 4: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

2

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter .....................................................3

II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ......................................6

Perkembangan Ekonomi Dunia .........................................................7

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ......................................................9

Inflasi ..............................................................................................12

Nilai Tukar Rupiah ...........................................................................15

Kebijakan Moneter .........................................................................16

Suku Bunga .................................................................................16

Dana, Kredit, dan Uang Beredar ..................................................18

Pasar Modal .................................................................................18

Kondisi Perbankan .......................................................................20

III. Respons Kebijakan Moneter .......................................................21

Page 5: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

3

I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

Perekonomian Indonesia sampai dengan September 2009 menunjukkan perbaikan seiring dengan terus berlangsungnya pemulihan perekonomian global. Perbaikan ekonomi yang terjadi di

Amerika Serikat dan Jepang, terus berlanjut. Sementara perekonomian

Eropa, yang pada bulan lalu masih menunjukkan penurunan, mulai

beranjak tumbuh positif. Perbaikan ekonomi yang paling signifikan terjadi

di Cina, yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar

dan peningkatan kredit perbankan. Pertumbuhan ekonomi Cina telah

membawa dampak yang positif dengan membaiknya ekspor dari negara-

negara kawasan, termasuk Indonesia. Dengan perkembangan tersebut,

proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2009 diperkirakan akan

lebih baik dari perkiraan sebelumnya. Meski membaik, masih tingginya

tingkat pengangguran dan risiko kesinambungan fiskal di Amerika Serikat

dan Eropa menjadi catatan dalam menyikapi perkembangan tersebut.

Pemulihan ekonomi global yang berlanjut mendorong perbaikan risiko dan likuiditas pasar keuangan global yang berimbas pada masuknya arus modal asing. Optimisme di pasar keuangan global

tercermin pada membaiknya persepsi risiko mendorong turunnya intensitas

keketatan likuiditas di pasar uang. Di sektor perbankan global, persepsi

risiko juga masih berada dalam tren menurun. Perkembangan positif di

pasar keuangan negara maju tersebut berimbas pada pasar keuangan

di Asia. Hal itu memicu aliran masuk modal asing ke pasar keuangan

regional, termasuk Indonesia. Indeks harga di berbagai bursa saham

regional meningkat. Selain itu, nilai tukar negara-negara di kawasan

mencatat penguatan sebagai imbas dari arus masuk modal asing.

Di dalam negeri, kinerja perekonomian Indonesia terus menunjukkan tanda-tanda perbaikan sehingga pertumbuhan ekonomi Triwulan III-2009 berpotensi lebih baik dari yang diperkirakan semula sebesar 3,9%. Dari sisi konsumsi, berbagai

indikator terkini menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat

masih kuat. Sementara tingkat penjualan barang eceran dan barang

tahan lama (durables) meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.

Tingkat keyakinan konsumen akan membaiknya perekonomian juga

menjadi faktor yang menjadikan pertumbuhan konsumsi masih menguat.

Hal ini didukung pula oleh ketersediaan pembiayaan dari perbankan.

Page 6: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

4

Sementara itu, kegiatan investasi di Indonesia belum menunjukkan

perbaikan signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi permintaan domestik

maupun eksternal yang masih relatif lemah. Di sisi eksternal, membaiknya

perekonomian di Cina dan India, telah mendorong perbaikan kegiatan

ekspor. Dengan demikian, ekspor berpotensi tumbuh lebih baik dari

perkiraan. Mencermati perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi

selama triwulan III-2009 berpotensi sedikit lebih tinggi dari perkiraan

sebelumnya.

Di sisi harga, inflasi selama Agustus 2009 mencatat peningkatan sesuai pola musiman terkait dengan aktivitas Ramadhan, namun inflasi inti masih dalam tren menurun. Seiring dengan kegiatan di

bulan Ramadhan, terjadi peningkatan harga bahan makanan. Hal ini

menyebabkan inflasi kelompok makanan bergejolak (volatile food)

mencatat peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara

itu, inflasi inti masih dalam tren menurun, didukung oleh penguatan

nilai tukar, rendahnya tekanan imported inflation, serta menurunnya

ekspektasi inflasi masyarakat. Lebih lanjut, inflasi kelompok harga barang

yang ditentukan Pemerintah (administered prices) juga minimal. Dengan

perkembangan tersebut, laju inflasi selama Agustus 2009 sebesar 0,56%

(mtm) atau 2,75% (yoy). Secara tahunan laju inflasi diperkirakan masih

berada pada tren menurun.

Membaiknya perekonomian global dan kawasan telah memberikan dampak positif pada membaiknya kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Perkembangan ekonomi global yang kondusif, terutama

kondisi perekonomian negara mitra dagang, mendukung perbaikan kinerja

ekspor. Membaiknya ekspor tersebut diperkirakan mampu mengimbangi

peningkatan impor yang terjadi sejalan dengan mulai bergeraknya

ekonomi domestik. Selain itu, membaiknya kinerja ekspor pada Triwulan

III-2009, diperkirakan akan terus didukung oleh perkembangan harga di

pasar internasional. Di sisi neraca modal dan finansial (TMF), aliran masuk

modal asing dalam bentuk portofolio masih terus berlanjut seiring dengan

kondusifnya kondisi pasar keuangan global, serta persepsi positif terhadap

ekonomi domestik. Dengan berbagai perkembangan tersebut, cadangan

devisa sampai akhir Agustus 2009 mencapai 57,9 miliar dollar AS sebelum

memasukkan alokasi Special Drawing Right (SDR) IMF, atau setara dengan

5,67 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Aliran masuk modal asing mendorong penguatan nilai tukar Rupiah. Aliran modal asing terus berlangsung ke pasar domestik dan

Page 7: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

5

mendukung pasokan valuta asing di pasar uang. Aliran modal asing ke

Indonesia didukung oleh optimisme akan pemulihan ekonomi global

dan domestik, imbal hasil rupiah yang tetap menarik, dan persepsi risiko

yang membaik. Hal ini telah meningkatkan minat dari para pemilik modal

terhadap aset di pasar keuangan domestik. Selama Agustus 2009 nilai

tukar rupiah secara rata-rata terapresiasi sebesar 1,32% menjadi Rp. 9.966

per dolar AS. Rupiah bergerak cukup stabil sebagaimana tercermin pada

penurunan volatilitas dari 0,6% pada Juli 2009 menjadi 0,46%. Bank

Indonesia memandang bahwa apresiasi rupiah tersebut masih mendukung

daya saing produk ekspor Indonesia dibandingkan dengan beberapa

negara Asia lainnya.

Di sektor keuangan domestik, perbaikan kinerja terus ditunjukkan oleh pasar keuangan domestik. Di pasar saham, minat beli investor

di bursa meningkat tinggi didukung oleh kondisi fundamental ekonomi

domestik yang baik, terutama realisasi pertumbuhan ekonomi yang lebih

baik dari perkiraan, serta kinerja perusahaan publik pada semester I-2009

yang menunjukkan perkembangan positif. Di pasar uang, kondisi likuiditas

di pasar uang antar bank masih cenderung longgar. Hal ini tercermin pada

volume transaksi di pasar uang yang mencatat peningkatan. Suku bunga

PUAB overnight menurun dari bulan sebelumnya, sejalan dengan arah

pergerakan BI Rate. Di pasar obligasi, yield SUN meningkat, yang antara

lain disebabkan oleh pelepasan aset oleh beberapa investor asing sebagai

akibat aksi profit taking seiring dengan peningkatan yield di periode

sebelumnya dan kecenderungan nilai tukar yang menguat.

Di sektor perbankan, transmisi kebijakan moneter di pasar keuangan cenderung semakin baik. Penurunan BI Rate sebesar 300 bps

sejak Desember 2008 terus diikuti oleh penurunan suku bunga. Hingga

Juli 2009, suku bunga dasar pinjaman perbankan mencatat penurunan

sebesar 108 bps, suku bunga kredit modal kerja (KMK) turun sebesar 85

bps, kredit investasi (KI) turun sebesar 83 bps, sementara kredit konsumsi

masih mencatat kenaikan 53 bps. Penyaluran kredit perbankan juga mulai

menunjukkan perbaikan. Hingga Juli 2009 kredit perbankan telah tercatat

tumbuh positif, yaitu sebesar 1,2% (ytd) mencapai jumlah Rp 15,9 triliun.

Dengan optimisme akan perbaikan ekonomi yang semakin tinggi, penyaluran kredit diperkirakan terus meningkat seiring dengan semakin berkurangnya ketidakpastian perekonomian di sektor riil. Komitmen sejumlah bank untuk menurunkan suku bunga deposito

diperkirakan akan semakin mendorong penurunan suku bunga kredit

Page 8: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

6

dan penyaluran kredit perbankan. Bank Indonesia akan terus memantau

pelaksanaan dari komitmen tersebut dan juga akan menempuh langkah-

langkah lanjutan untuk meningkatkan efisiensi perbankan sehingga dapat

mendorong penurunan suku bunga kredit lebih lanjut.

Di bidang operasi moneter, untuk memastikan ketersediaan likuiditas

perbankan dan mengantisipasi meningkatnya kebutuhan likuiditas

perbankan seiring dengan membaiknya prospek penyaluran kredit, maka

terhitung mulai Senin 7 September 2009, Bank Indonesia menyediakan

transaksi REPO dengan tenor 3 bulan disamping yang sudah tersedia saat ini.

Di sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional tetap stabil.Hal itu diindikasikan oleh masih terjaganya rasio kecukupan modal (CAR)

per Juli 2009 sebesar 17,0%. Sementara itu rasio gross Non Performing

Loan (NPL) tetap terkendali di bawah 5% dengan rasio net di bawah 2%.

Likuiditas Perbankan, termasuk likuiditas dalam pasar uang antar bank

makin membaik dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat.

Dengan mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut di atas, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 September 2009 memutuskan untuk mempertahankan BI rate tetap sebesar 6,5%. Dewan Gubernur memandang bahwa pelonggaran

moneter sejak Desember 2008 melalui penurunan suku bunga BI Rate

sebesar 300 bps menjadi 6,5% cukup kondusif bagi proses pemulihan

perekonomian dan intermediasi perbankan. Tingkat BI Rate 6,50%

tersebut juga dipandang konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi

pada tahun 2010 sebesar 5% ± 1%.

II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETERPerkembangan ekonomi global menunjukkan perbaikan yang semakin nyata. Tanda-tanda pemulihan ekonomi terlihat di berbagai

kawasan. Hal tersebut memberikan optimisme yang meningkat terhadap

perkembangan kinerja perekonomian domestik. Sementara itu, tekanan

inflasi Agustus 2009 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Juli 2009,

namun masih lebih rendah dari pola historisnya. Faktor musiaman

(seasonal) Ramadhan diperkirakan sudah memberikan dampak terhadap

inflasi Agustus 2009. Hal itu tercermin dari kenaikan harga bahan

makanan dan makanan jadi.

Page 9: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

7

Respons penurunan suku bunga kredit terhadap penurunan BI Rate Juli 2009 membaik. Penurunan suku BI Rate terutama terjadi pada suku

bunga kredit investasi dan kredit modal kerja. Namun, ekspansi kredit

masih dilakukan dengan sangat hati-hati. Penyaluran kredit secara nominal

mulai mengalami peningkatan.

Perkembangan Ekonomi DuniaTanda-tanda pemulihan ekonomi global semakin terlihat merata di berbagai kawasan serta diperkirakan sudah melewati titik terendahnya (trough). Laju kontraksi ekonomi di sejumlah negara maju

semakin melambat, sementara pemulihan ekonomi negara berkembang

Asia lebih cepat dari perkiraan semula. Dukungan stimulus fiskal, suku

bunga yang rendah serta rebound-nya pasar saham global mampu

mendukung permintaan domestik dan meningkatkan keyakinan konsumen

serta sektor bisnis terhadap prakiraan ekonomi ke depan. Hampir sebagian

besar negara mengalami perbaikan yang cukup signifikan pada triwulan II-

2009 dan diperkirakan akan mencatat pertumbuhan ekonomi positif (qtq)

memasuki semester II-2009.

Laju kontraksi ekonomi Amerika Serikat (AS) pada triwulan II-2009 melambat. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan AS triwulan II-2009

sebesar -1,0% (qtq) setelah anjlok cukup tajam pada triwulan sebelumnya

yaitu sebesar -6,4% (qtq). Pelemahan lebih lanjut didorong oleh masih

tertekannya pengeluaran rumah tangga yang menjadi motor utama

perekonomian akibat tingginya tabungan rumah tangga dan ketatnya

kondisi pasar tenaga kerja (Grafik 2.1). Sisi konsumsi AS masih tumbuh

melemah didorong memudarnya efek stimulus fiskal ke sektor rumah

tangga AS yang bersifat one-shot. Tingginya ketidakpastian ke depan

mendorong tingkat tabungan rumah tangga AS masih berada pada level

tinggi meski sudah menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Di pasar tenaga kerja, gelombang PHK masih terus berlangsung namun

mulai melambat sebagaimana tercermin dari menurunnya angka

pengangguran bulan Juli menjadi 9,4% dari 9,5% dan turunnya nonfarm

payrolls bulan Juli sebesar 247 ribu orang dari 443 ribu orang. Namun

demikian, indikator penjualan eceran AS mulai stabil seiring dengan

membaiknya keyakinan konsumen. Selain itu, kinerja sektor bisnis terus

mengindikasikan penguatan dan akan semakin membaik merespons

semakin menipisnya persediaan barang dan optimisme sektor bisnis

terhadap prakiraan ekonomi ke depan.

Grafik 2.1 Real Income Spending Rumah Tangga AS

���

���

���������������������

������������

������������

��������������

�������������������

���� ����

���

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Page 10: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

8

Sektor perumahan diperkirakan telah mulai bergerak naik. Gejolak

sektor perumahan yang merupakan episentrum dari krisis ekonomi global

semakin mereda dan mengindikasikan perbaikan lebih lanjut. Rendahnya

suku bunga dan harga rumah yang semakin terjangkau memicu

peningkatan penjualan rumah baru maupun lama dibandingkan dengan

kondisi terendahnya pada Januari 2009 lalu. Indikator penjualan rumah ke

depan yang tergambar dari indikator housing starts dan building permits

juga masih dalam tren yang meningkat.

Sisi produksi di AS membaik dalam merespons menipisnya stok (inventory) dan meningkatnya penjualan eceran. Laju kontraksi di

sektor manufaktur mulai melambat. Hal tersebut terlihat dari Survei Manajer

Pembelian (PMI) khususnya sektor manufaktur yang meningkat di bulan

Juli dan industrial production yang penurunannya tidak setajam periode

sebelumnya (Grafik 2.2). Meningkatnya penjualan eceran yang lebih cepat

daripada tersedianya stok (inventory) mendorong rasio inventory to sales

ratio kembali turun menjadi 1,38 sehingga ke depan diperkirakan indeks

produksi akan meningkat untuk menahan tergerusnya inventory lebih lanjut.

Ekonomi China masih tumbuh tinggi dan menjadi motor utama perekonomian Asia. Ekonomi China yang tumbuh solid pada triwulan

II-2009 menjadi sumber permintaan utama ekspor negara-negara di

kawasan Asia. Namun demikian, di bulan Agustus ekonomi China mulai

menunjukkan tanda tanda cooling-down meski masih berada di level yang

tinggi. Berbagai indikator terkini mengkonfirmasi perkembangan tersebut

sebagaimana tercermin dari menurunnya laju kredit baru perbankan,

melemahnya Foreign Direct Investment (FDI), serta laju money supply yang

menurun. Melemahnya indikator-indikator tersebut di satu pihak mampu

meredakan kekhawatiran asset bubble pada perekonomian China, namun di

sisi lain menimbulkan kekhawatiran baru atas terhambatnya laju pemulihan

ekonomi Asia karena melambatnya ekonomi China. Di sisi lain, konsumsi

rumah tangga China terindikasi masih tumbuh solid tercermin dari indikator

penjualan eceran yang masih menguat dan membaiknya optimisme

keyakinan konsumen.

Sementara itu, ekonomi Jepang tumbuh positif di triwulan II-2009 sebesar 0,9% (qtq) dari -3,1% (qtq). Ekspansi perekonomian Jepang

dikontribusi oleh meningkatnya pengeluaran Pemerintah dan melonjaknya

kinerja ekspor. Sementara konsumsi domestik Jepang masih melemah

didorong merosotnya capital spending korporasi dan anjloknya kinerja sektor

perumahan.

Grafik 2.2 Penjualan Eceran dan PMI

��������������

��������������

����������������� ���������

��������

�����������������

���������� ����������������������� �������������������

�����������������

���

���

����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ���� ����

Page 11: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

9

Ekonomi di kawasan Euro terkontrasi semakin lambat didorong oleh pertumbuhan positif Jerman dan Perancis pada triwulan II-2009. Ekonomi kawasan Eropa terkontraksi sebesar -0,1% (qtq) setelah

anjok cukup dalam sebesar -2,5% (qtq) pada triwulan sebelumnya.

Membaiknya pertumbuhan ekonomi Euro dikontribusi oleh positifnya

pertumbuhan ekonomi Jerman dan Perancis yang masing-masing tumbuh

0,3% (qtq).

Tekanan inflasi global secara umum masih berada pada level yang rendah sejalan dengan masih melambatnya aktivitas ekonomi. Hal

yang sama juga terjadi di negara maju dimana negara-negara tersebut

masih mengalami deflasi. IHK AS bulan Juli mengalami deflasi yang

semakin dalam dari -1,4% (yoy) menjadi -2,1% (yoy), sedangkan inflasi inti

turun ke level 1,5% (yoy). Di kawasan Euro, harga di tingkat konsumen

mengalami penurunan sebagaimana tercermin dari deflasi bulan Juli

sebesar -0,7% (yoy). Sementara di Jepang, tekanan deflasi semakin dalam

tercermin dari inflasi IHK sebesar -2,2% (yoy). Sementara laju harga

konsumen di Inggris cenderung sticky dan masih berada pada 1,8% (yoy),

walaupun level ini sudah berada dibawah target inflasi BOE sebesar 2,0%.

Penurunan suku bunga kebijakan di sebagian besar negara maju mulai terbatas. Bank sentral negara maju yang menurunkan suku

bunganya di bulan Agustus hanya Denmark (-10bps). Sementara itu, bank

sentral di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Eropa menahan penurunan

suku bunga lebih lanjut dan akan menetapkan suku bunga tetap di level

yang rendah untuk sementara waktu seiring tanda-tanda green shoots

yang semakin terlihat jelas.

Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaLaju pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2009 diperkirakan sedikit mengalami peningkatan seiring dengan membaiknya beberapa indikator dini perekonomian domestik maupun eksternal. Dari sisi permintaan, faktor utama yang menopang pertumbuhan

ekonomi adalah pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejalan dengan

membaiknya pertumbuhan ekspor serta faktor musiman menjelang hari

besar keagamaan (Idul Fitri). Pertumbuhan investasi juga diprakirakan

akan membaik didukung oleh peningkatan optimisme pelaku usaha

terutama setelah Pemilu Presiden berjalan lancar. Dari sisi eksternal, Grafik 2.3 Penjualan Produk Elektronik

��������

���� ���� ����

���

���

��

��

��

��

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ����

�������������������� ����������� ����������

Page 12: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

10

perbaikan kondisi ekonomi global yang terus berlanjut terutama pada

negara emerging markets dan kenaikan harga komoditas diprakirakan

akan menopang pertumbuhan ekspor. Sejalan dengan hal tersebut, kinerja

impor juga diprakirakan tumbuh membaik jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Sementara itu, dari sisi penawaran, beberapa sektor

diprakirakan tumbuh membaik pada triwulan III-2009 seiring dengan mulai

membaiknya permintaan eksternal. Faktor perayaan hari besar keagamaan

pada akhir triwulan III-2009 juga diperkirakan akan menjadi pendorong

pertumbuhan sektor-sektor yang terkait seperti sektor industri, sektor

perdagangan, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2009 diperkirakan mulai meningkat. Penguatan keyakinan konsumen pasca

pelaksanaan Pemilu Pilpres serta dukungan daya beli yang bersumber

dari perbaikan ekspor dan rencana pemberian Tunjangan Hari Raya

(THR) diperkirakan mampu menahan perlambatan konsumsi yang lebih

dalam. Sementara itu, dorongan konsumsi terkait faktor musiman berupa

perayaan hari besar keagamaan (Lebaran) juga mendukung perbaikan

pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan. Peningkatan konsumsi

tersebut terindikasi dari pertumbuhan konsumsi barang tahan lama

(durable goods) dan indeks penjualan eceran. Pertumbuhan konsumsi

durable goods seperti produk elektronik, penjualan mobil dan sepeda

motor hingga akhir triwulan II-2009 mengalami peningkatan seiring

dengan membaiknya daya beli masyarakat dan turunnya suku bunga

lembaga pembiayaan (Grafik 2.3 - 2.4). Peningkatan konsumsi tersebut

juga mendapat dukungan dari sisi pembiayaan yang tercermin dari

peningkatan transaksi kartu kredit, tingginya nilai transaksi kartu debit,

peningkatan daya beli akibat kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) serta

peningkatan ekspor terutama di wilayah Sumatera (Grafik 2.5 - 2.6).

Pertumbuhan investasi (PMTB) pada triwulan III-2009 diprakirakan semakin membaik seiring dengan membaiknya permintaan eksternal dan domestik. Indikasi membaiknya permintaan eksternal

yang dibarengi dengan meredanya faktor ketidakpastian ekonomi

global berdampak positif pada pertumbuhan investasi pada triwulan

III-2009 (Grafik 2.7). Hal tersebut tercermin dari indeks tendensi bisnis

yang meningkat didorong oleh perkiraan kenaikan order luar dan

dalam negeri serta stabilnya kondisi dalam negeri pasca pelaksanaan

Pemilu Pilpres. Beberapa indikator dini investasi nonbangunan seperti

pertumbuhan mesin dan perlengkapan luar negeri serta impor barang Grafik 2.6 Penjualan Pembiayaan Konsumsi

Grafik 2.4 Pertumbuhan Penjualan Mobil-Motor dan PDB Konsumsi RT

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���

���

������������������ ����������������� �����������������

Grafik 2.5 Pert. Transaksi Belanja Kartu Kredit

��������������������

���� ����� �� ��� �� � ��

���

����

����

��

��

��

��

��

��� ���

��

��

��

���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���

��

������������������������������

Page 13: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

11

modal menunjukkan perbaikan yang positif meski terbatas (Grafik 2.8 -

2.9). Sementara itu, hingga awal kuartal III-2009 pertumbuhan konsumsi

semen mengindikasikan perbaikan sejalan dengan mulai meningkatnya

realisasi sektor bangunan dan stimulus infrastruktur (Grafik 2.10). Namun

demikian, di sisi pembiayaan, kredit investasi masih mengindikasikan tren

yang melambat.

Indikasi perbaikan kondisi ekonomi global dan permintaan negara emerging markets berpotensi mendorong pertumbuhan ekspor lebih baik. Berangsur membaiknya tingkat keyakinan konsumen serta

pertumbuhan indeks produksi di negara maju terutama Jepang pada

awal triwulan III-2009 turut mendukung arah perbaikan pertumbuhan

ekspor. Perkembangan positif ekspor juga ditunjukkan oleh perkembangan

aktivitas arus bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok yang mengalami

perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Potensi

perdagangan dengan negara India juga diperkirakan membaik sejalan

dengan disepakatinya Free Trade Agreement (AI-FTA) negara-negara

ASEAN dengan India. Dilihat dari sektor dan golongan komoditas (HS 2

dijit), penyumbang utama ekspor pada bulan Juni 2009 masih bersumber

dari komoditas pertanian dan hasil industri seperti komoditas lemak dan

minyak hewani/nabati, serta karet dan barang dari karet.

Di sisi lain, laju perlambatan impor pada triwulan III-2009 juga diprakirakan mereda merespons indikasi perbaikan permintaan domestik dan eksternal. Meskipun masih tumbuh melambat, indikasi

tertahannya perlambatan impor didukung oleh pertumbuhan komoditas

impor bahan baku utama seperti besi-baja dan bea masuk impor yang

bergerak membaik. Di samping itu, impor juga terdorong oleh permintaan

bahan baku dan barang modal sehubungan dengan peningkatan kegiatan

produksi memasuki paruh kedua tahun 2009 terutama pada sektor

industri. Sumbangan utama pertumbuhan impor masih bersumber dari

pertumbuhan impor bahan baku/penolong yang tumbuh membaik.

Di sisi penawaran, beberapa sektor diperkirakan mulai menunjukkan perbaikan di triwulan III-2009 seiring dengan membaiknya permintaan. Sektor-sektor utama seperti sektor industri

pengolahan dan perdagangan diperkirakan mulai tumbuh membaik.

Kinerja kedua sektor ini membaik terkait dengan mulai membaiknya

permintaan dan adanya faktor hari besar keagamaan pada akhir triwulan

III-2009. Sektor utama lainnya, seperti pertanian, diperkirakan tumbuh

melambat seiring dengan berlalunya musim panen. Sementara itu,

Grafik 2.7 Pertumbuhan Investasi Bangunan & Non-Bangunan

������� �������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� �������

���

��

��

��

��

��

��

���� ���� ����

������������������������������

Grafik 2.8 Pertumbuhan Investasi Mesin Luar Negeri

����������������

���

���

��

��

��

��

��

���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � ��

���

���

��

��

��

��

���

����������������������������������������������������������������������������

Grafik 2.9 Pertumbuhan Impor Barang Modal dan PMTB

����������

���

���

��

��

��

��

��

���

���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���

������������������������

�������������������������������

Page 14: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

12

sektor-sektor lainnya yaitu sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor

pengangkutan dan komunikasi masih tumbuh dalam tingkat pertumbuhan

yang tinggi terkait dengan aktivitas hari raya Lebaran. Jika dilihat dari

strukturnya, pangsa sektor industri pengolahan, sektor perdagangan,

hotel dan restoran, serta sektor pertanian masih merupakan sektor

yang dominan. Kontribusi pertumbuhan terutama berasal dari sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa, dan sektor keuangan

persewaan dan jasa. Membaiknya optimisme dunia usaha, sebagaimana

tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), mendorong

geliat aktivitas sektor-sektor ekonomi.

I n f l a s iTekanan inflasi mulai menunjukkan peningkatan sejalan dengan pola musiman bulan Ramadhan. Inflasi IHK bulan Agustus mencapai

2,75% (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang

sebesar 2,71% (yoy, Grafik 2.11). Secara bulanan, inflasi mencapai 0,56%

(mtm), meningkat dibandingkan dengan bulan Juli lalu (0,45%, mtm)

terkait dengan pola musiman Lebaran. Namun demikian, inflasi tersebut

masih sedikit lebih rendah dibandingkan pola historisnya (0,74%, mtm)1.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK tahun kalender mencapai

1,22% (ytd).

Meningkatnya inflasi bulan laporan didorong oleh faktor non-fundamental, sementara tekanan dari faktor fundamental masih cenderung menurun. Faktor non-fundamental terutama volatile food

diperkirakan meningkat terkait pola musiman Ramadhan. Sementara

itu, kelangkaan minyak tanah terkait program konversi membawa

inflasi administered price sedikit meningkat dibandingkan dengan bulan

sebelumnya. Di sisi lain, tekanan dari sisi fundamental yang terlihat

dari pergerakan inflasi inti masih dalam tren menurun. Penurunan

tekanan inflasi inti terutama terkait dengan penurunan ekspektasi inflasi,

di samping menurunnya tekanan dari sisi eksternal sejalan dengan

menurunnya tekanan inflasi impor dan stabilnya nilai rupiah. Sementara

itu, tekanan kesenjangan output dari sisi permintaan mulai terindikasi

meningkat meski belum memberikan tekanan terhadap harga.

Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi

Grafik 2.10 Pertumbuhan Konsumsi Semen

�����

���

���

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���

������������������������������������������������������������������

�����

1 Pola historis tersebut merupakan rata-rata inflasi bulanan pada bulan Agustus selama kurun waktu 2002-2007.

��

��

��

��

��

������ ������

���

���������

���� ���� ����� � � � �� �� � � � � �� �� � � � �

Page 15: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

13

Berdasarkan kelompok pengeluarannya, peningkatan tekanan inflasi tahunan terutama bersumber dari kelompok bahan makanan dan sandang sesuai dengan pola musimannya (Grafik 2.12). Tekanan inflasi kelompok bahan makanan relatif tinggi, mengingat 82%

diantaranya termasuk dalam kelompok volatile food yang saat ini harganya

sedang bergejolak. Sementara itu, meningkatnya tekanan inflasi kelompok

sandang terkait dengan peningkatan harga emas perhiasan dalam satu

tahun terakhir. Di sisi lain, sebagian besar inflasi kelompok pengeluaran

lainnya masih menunjukkan tren yang menurun. Tekanan inflasi dari

kelompok pendidikan juga masih menunjukkan kecenderungan menurun

walaupun secara bulanan masih relatif tinggi dibandingkan dengan

kelompok pengeluaran lainnya. Relatif tingginya inflasi kelompok ini

terutama disumbang oleh sub kelompok pendidikan.

Dari kelompok administered price masih mencatat deflasi. Namun, deflasi kelompok ini menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya dari -5,08% (yoy) menjadi -5,05% (yoy). Penurunan

harga BBM yang terjadi pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009

serta relatif tidak adanya kebijakan harga dari Pemerintah telah membawa

inflasi administered price mengalami deflasi yang cukup dalam. Secara

bulanan, inflasi administered price bulan laporan relatif rendah yaitu

sebesar 0,2%(mtm). Peningkatan inflasi tersebut terutama bersumber

dari kelangkaan pasokan minyak tanah terkait konversi energi yang

menyebabkan kenaikan harga minyak tanah di beberapa daerah2. Selain

itu, kenaikan harga rokok kretek filter kembali memberikan sumbangan

terhadap inflasi administered price3. Di sisi lain, penurunan secara rata-

rata harga BBM non-subsidi (Pertamax,Pertamax Plus dll) sekitar 7%4

dibandingkan dengan bulan sebelumnya memberikan sumbangan yang

minimal terhadap inflasi terkait dengan bobotnya yang relatif kecil.

Setelah mengalami deflasi sepanjang triwulan II-2009, secara tahunan inflasi volatile food meningkat cukup tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi 4,09% (yoy) dari 3,53% (yoy). Namun, inflasi volatile food tersebut masih relatif rendah dibandingkan

dengan pola normalnya. Relatif rendahnya inflasi tersebut didukung

Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

2 Bandar Lampung, Serang, dan Mataram.3 Terkait masih lebih tingginya harga jual eceran terhadap harga bandrol beberapa merek rokok.4 Pada 1 Agustus 2009, harga Pertamax dan Pertamax Plus turun menjadi Rp. 6600,- dan Rp. 6400,-

dari Rp. 7000,- dan 6750,-. Namun seiring dengan peningkatan harga minyak internasional, per 15 Agustus 2009, harga Pertamax dan Pertamax Plus kembali meningkat menjadi Rp. 7200,- dan Rp. 7000,-.,

�����

����

����

����

����

����

����

�����

����

����

����

����

����

����

�����������������������������������������

���������������������������������

���������

�������

��������������������������������������������

�����������������������������������������

�������������

���� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���������������������������������

Grafik 2.13 Perkembangan Nilai Tukar & Inflasi Mitra Dagang

� � � ��� �� � � � ����� � � � ��� �� � � � ����� � � � �

���� ���� ���� ���� ����

� �������������������������������������������������������������������������

����������������������

������������������������������������������

����������������

����������������������������

���

���

���

���

���

���

����

��

��

��

��

��

Page 16: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

14

oleh perkembangan harga komoditas pangan global yang menurun

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Komoditas pangan

global seperti CPO, gandum, kedelai dan jagung berada dalam level yang

jauh lebih rendah dari harga puncaknya di tahun 2008. Secara bulanan,

inflasi volatile food mencapai 1,41% (mtm), meningkat dibandingkan

bulan sebelumya (1,22%, mtm). Kenaikan beberapa komoditas bahan

pangan seperti telur ayam ras, beras, daging ayam ras, dan bumbu-

bumbuan ditengarai karena meningkatnya permintaan menjelang bulan

Ramadhan. Untuk komoditas beras, peningkatan harga masih relatif

rendah dibandingkan dengan pola normalnya (0,5%) terkait dengan relatif

lancarnya pasokan dari daerah sentra produksi.

Tekanan inflasi inti secara tahunan masih dalam tren menurun. Inflasi inti Agustus mencapai 4,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan

bulan sebelumnya yang sebesar 4,91% (yoy). Faktor ekspektasi inflasi

mendukung penurunan inflasi tersebut, di samping tekanan faktor

eksternal yang masih minimal (Grafik 2.13). Sementara itu, tekanan

output gap di sisi permintaan terindikasi mulai meningkat meski belum

memberikan tekanan yang berarti pada harga. Secara bulanan, inflasi inti Agustus sedikit meningkat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya mencapai 0,43% (mtm). Relatif meningkatnya inflasi

inti terutama bersumber dari sumbangan inflasi pada sub kelompok

pendidikan selain peningkatan harga beberapa komoditas makanan

(antara lain gula)5. Di sisi lain, penurunan harga emas sedikit dapat

menahan tekanan inflasi inti. Sesuai dengan pola musimannya, sektor

pendidikan secara keseluruhan mengalami inflasi sekitar 2,06% (mtm).

Inflasi di sektor pendidikan tersebut sedikit dibawah pola historisnya sekitar

4% (mtm)6.

Secara umum, ekspektasi inflasi masih berada dalam tren yang menurun. Hasil survei Consensus Forecast (CF) bulan Agustus

menunjukan penurunan ekspektasi inflasi di tahun 2009 yang mencapai

4,9%, lebih rendah dari bulan lalu sebesar 5,2% (Grafik 2.14). Survei lain

yang mewakili pedagang juga mengkonfirmasi masih cukup rendahnya

ekspektasi inflasi (Grafik 2.15). Penurunan ekspektasi tersebut diperkirakan

terkait dengan realisasi inflasi terkini yang masih relatif rendah. Selain

itu, kestabilan nilai tukar rupiah dan relatif tidak adanya kejutan-kejutan

Grafik 2.16 Ekspektasi Inflasi Konsumen - SK BI

Grafik 2.15 Ekspektasi Inflasi Pedagang - SPE BI

Grafik 2.14 Ekspektasi Inflasi dari Consensus Forecast (CF)

5 Terkait dengan menipisnya pasokan gula pasir di tengah meningkatnya permintaan. Faktor lain adalah meningkatnya harga gula internasional.

6 Diperkirakan terkait dengan kondisi perekonomian.

������

���������������������������

������ ���

��� ������ ���

����

��� ���

���

���

���

��� ���

������

���

��� ���

������

������ ���

������

���

����������������������������������������������������

���� ����� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � �

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

������ ������

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

���� � � ��� �� � � � ����� � � � ��� �� � � � ����� � � � �

���� ���� ���� ���� ����

������ �

���

���

���

���

���

���

���

���

���� � � ��� �� � � � ����� � � � ��� �� � � � ����� � � � �

���� ���� ���� ���� ����

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

��

��

��

Page 17: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

15

yang bersifat unfavorable turut menjaga tren penurunan ekspektasi

inflasi. Di sisi lain, ekspektasi inflasi yang terlihat dari survei konsumen

sudah menunjukkan peningkatan yang diperkirakan terkait dengan pola

musiman menjelang bulan Ramadhan (Grafik 2.16).

Nilai Tukar RupiahSelama Agustus 2009, nilai tukar rupiah secara rata-rata bergerak menguat dengan tingkat volatilitas yang menurun. Rupiah

menguat secara rata-rata 1,32% ke level Rp9.966/USD dari Rp 10.098/

USD pada bulan sebelumnya (Grafik 2.17). Namun di akhir periode,

rupiah mengalami sedikit koreksi dan ditutup melemah 1,54% (p-t-p)

dari level Rp9.925/USD pada bulan sebelumnya ke level Rp10.080/USD

akibat imbas dari koreksi yang terjadi di bursa saham global. Meskipun

demikian, pergerakan rupiah relatif stabil tercermin dari menurunnya

tingkat volatilitas menjadi 0,46% dari 0,60% pada bulan sebelumnya

(Grafik 2.18).

Berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global dan kinerja perekonomian domestik yang terus terjaga menjadi penopang pergerakan rupiah selama Agustus 2009. Perbaikan indikator ekonomi

di berbagai kawasan mendorong optimisme terhadap proses recovery

perekonomian dunia dan rally yang terjadi di bursa saham global (Grafik

2.19). Namun demikian, kekhawatiran terhadap tingginya nilai aset

keuangan yang tidak mencerminkan kondisi fundamental perekonomian

(overvalued) memicu terjadinya koreksi di pasar saham pada pertengahan

bulan laporan. Di tengah kondisi pasar keuangan global yang masih

rentan, rupiah mampu bergerak stabil ditopang oleh kinerja fundamental

perekonomian yang kuat yaitu pertumbuhan ekonomi domestik yang

terjada dan kinerja pembayaran yang cukup solid. Penguatan rupiah juga

diikuti oleh pergerakan mata uang kawasan yang menguat didukung oleh

aliran dana asing yang masuk melalui bursa (Grafik 2.20).

Sejalan dengan koreksi yang terjadi di bursa saham global, persepsi risiko terhadap perekonomian Indonesia mengalami sedikit peningkatan. Secara umum, ketahanan ekonomi domestik yang cukup

baik, kondisi politik yang relatif stabil serta pemulihan ekonomi global

yang relatif lebih cepat dari perkiraan memicu ekspektasi positif yang

berimbas pada persepsi risiko terhadap perekonomian Indonesia. Namun,

sejalan dengan pergerakan CDS di kawasan Asia, CDS Indonesia sedikit

Grafik 2.17 Rata-rata Nilai Tukar Rupiah

Grafik 2.18 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

������

����������������

�����������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

������

������

������������

������

����������

������

�����������

�����������������

�����������������

�����

� �������

��

��

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

����

����

����

�������� ����

��������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

���������������������������������������������������

Grafik 2.19 Pergerakan Bursa Saham Asia

�����������������

������ �����������������������������������������������������������

����������

������������������

������

��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

����������������������������

�������� ��������

��������� ���������

����� ��������

�����

Page 18: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

16

meningkat dari 199 bps menjadi 214 bps, lebih rendah dibandingkan

dengan CDS Vietnam (246 bps) namun masih di atas CDS Philipina (189

bps). Sementara itu, faktor risiko domestik juga mengalami peningkatan

yang tercermin dari kenaikan yield spread Global Bond RI dengan US

T-Note dari 305 bps menjadi 319 bps. Di sisi lain, spread EMBIG bergerak

turun 398 bps menjadi 389 bps (Grafik 2.21). Pergerakan premi swap

relatif stabil yang mengindikasikan minimalnya tekanan terhadap rupiah

untuk beberapa waktu yang akan datang (Grafik 2.22).

Meskipun mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya, imbal hasil investasi rupiah masih relatif lebih tinggi dibandingkan negara lain di kawasan Asia. Penurunan indikator

Uncovered Interest Rate Parity (UIP) dan Covered Interest Rate Parity (CIP)

sejalan dengan penurunan suku bunga kebijakan dan indikator risiko yang

relatif stabil. UCIP Indonesia turun dari 6,64% menjadi 6,42% dan CIP

Indonesia turun dari 3,43% menjadi 3,23%. Yield spread obligasi rupiah

yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara kawasan Asia lainnya

menjadi daya tarik bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di

Indonesia

Kebijakan Moneter

Suku BungaPenurunan BI Rate pada Agustus 2009 masih diikuti oleh penurunan suku bunga PUAB berbagai tenor. Rata-rata harian tertimbang suku

bunga PUAB O/N turun sebesar 29 bps atau lebih besar dari penurunan

BI Rate yang sebesar 25 bps. Sementara itu, suku bunga PUAB untuk

jangka waktu yang lebih panjang rata-rata penurunannya mencapai 37

bps. Kondisi tersebut seiring dengan kondisi likuiditas di pasar uang yang

masih cukup melimpah sebagaimana tercermin pada rata-rata volatilitas

suku bunga PUAB O/N yang rendah dan volume transaksi yang besar.

Dengan perkembangan tersebut maka struktur suku bunga PUAB berbagai

tenor (jangka waktu) menjadi semakin menurun dan relatif landai,

mengindikasikan persepsi terhadap likuiditas antar waktu yang masih

cukup baik. Kondisi demikian juga direfleksikan pada rata-rata kuotasi

JIBOR yang terus menurun.

Grafik 2.20 Apresiasi/Depresiasi Rata-Rata Nilai Tukar Agustus 2009 dibandingkan dengan Juli 2009

Grafik 2.21 Indikator Persepsi Risiko Indonesia

����������

���������

����� ����� ����� ����� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���

���

���

���

���

���

���

���

�������������������������������������������������������������

���������

�����

����

�����

�����

�����

����

����

����

�����

����

����

����

�����

����

�����������������

� ���

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����

���

���

���

���

���

����

����

�����������

����������������������������������������������������������������������

Grafik 2.22 Premi Swap Berbagai Tenor

�������������������������

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

��������� ���������

��������� ����������

Page 19: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

17

Penurunan suku bunga deposito terus berlangsung. Suku bunga

deposito 1 bulan menurun sebesar 21 bps pada Juli 2009 (Tabel 2.1 &

Grafik 2.23). Sementara itu, suku bunga deposito berbagai tenor juga

tercatat menurun dengan besaran yang bervariasi. Jika dilihat berdasarkan

kelompok banknya, penurunan suku bunga deposito terbesar pada

Juli 2009 masih terjadi pada kelompok bank asing dan campuran yang

mencapai 23 bps.

Respons penurunan suku bunga kredit terhadap penurunan BI Rate pada Juli 2009 membaik. Hingga Juli 2009, suku bunga dasar pinjaman

perbankan mencatat penurunan sebesar 108 bps, suku bunga kredit

modal kerja (KMK) turun sebesar 85 bps, kredit investasi (KI) turun sebesar

83 bps, sementara kredit konsumsi masih mencatat kenaikan 53 bps.

Suku bunga konsumsi cenderung meningkat sejalan dengan karakteristik

kredit jenis tersebut yang permintaannya relatif tidak terlalu erat berkaitan

dengan perubahan suku bunga. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit

modal kerja dan kredit investasi pada Juli 2009 masing-masing sebesar

14,45% dan 13,58% atau menurun dari bulan sebelumnya sebesar

14,52%, 13,78%, sedangkan suku bunga kredit konsumsi masih mencatat

kenaikan menjadi 16% (Tabel 2.1 & Grafik 2.24).

Grafik 2.23 Perbandingan Yield Spread Government Bond Beberapa Negara Regional

Tabel 2.1Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Suku Bunga (%)

BI Rate 9,00 9,25 9,50 9,50 9,25 8,75 8,25 7,75 7,50 7,25 7,00 6,75 6,50Penjaminan Deposito 8,75 8,75 10,00 10,00 10,00 9,50 9,00 8,25 7,75 7,75 7,50 7,25 7,00Dep 1 bulan (Weighted Average) 8,04 9,26 10,14 10,40 10,75 10,52 9,88 9,42 9,04 8,77 8,52 8,31 n.aDep 1 bulan (Counter Rate) 7,42 7,77 8,32 8,67 8,69 8,75 8,52 8,23 7,68 7,39 6,81 6,57 6,44Base Lending Rate 13,21 13,29 13,65 14,07 14,16 14,18 13,98 13,94 13,78 13,64 13,40 13,20 13,01Kredit Modal Kerja (KMK) 13,42 13,93 14,67 15,13 15,22 15,23 15,08 14,99 14,82 14,68 14,52 14,45 n.aKredit Investasi (KI) 12,86 13,32 13,88 14,28 14,40 14,37 14,23 14,05 14,05 13,94 13,78 13,58 n.aKredit Konsumsi (KK) 15,78 15,87 16,05 16,24 16,40 16,46 16,53 16,46 16,48 16,57 16,63 16,66 n.a

2008 2009

Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags

Grafik 2.24 Perkembangan Berbagai Suku Bunga

����������������������������������������������������������

��

��

��

��

��� ������������ ��� ��� ��� ��������� ������ ������������ ��� ��� ���

���� ����

��������� ��������

�������� ��������

���������

����

����

����

���������

���������

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ����� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � �

������� ������������������������������������������������������ �����������������������������������������

Page 20: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

18

Dana, Kredit, dan Uang BeredarPosisi Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami koreksi. Berbeda dengan

bulan sebelumnya, posisi DPK pada Juli 2009 mengalami penurunan

sebesar Rp17,6 triliun. Meskipun posisi DPK mengalami penurunan,

namun secara tahunan pertumbuhan DPK sedikit meningkat menjadi

17,9% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 17,4% (yoy) (Grafik 2.25).

Hal tersebut menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan

yang masih cukup tinggi. Penurunan posisi DPK pada periode laporan

terutama disumbang oleh kelompok Pemerintah baik di pusat maupun di

daerah terkait dengan mulai dilakukannya realisasi atas berbagai proyek

Pemerintah. Selain itu, kelompok Badan Usaha Milik Swasta non keuangan

juga mencatatkan kondisi yang sama. Koreksi DPK terjadi baik pada

rekening giro maupun deposito, sedangkan tabungan masih relatif stabil.

Penyaluran kredit secara nominal mengalami peningkatan meski

pertumbuhannya masih terbatas. Hingga Juli 2009 kredit perbankan telah

tercatat tumbuh positif, yaitu sebesar 1,2% (ytd) mencapai jumlah Rp 15,9

triliun (Grafik 2.25).

Likuiditas perekonomian mengalami koreksi. Pada Juli 2009, posisi

M1, M2, dan M2 Rupiah turun masing-masing sebesar Rp13,9 triliun,

Rp16,6 triliun, dan Rp15,1 triliun sehingga masing-masing menjadi

Rp479,5 triliun, Rp1.951,2 triliun, dan Rp1.671,6 triliun. Secara tahunan,

pertumbuhan M1, M2 dan M2 Rupiah tercatat masing-masing sebesar

4,6%, 16,2% dan 17,4% (Grafik 2.26). Pertumbuhan M1 dan M2

tersebut masih berada pada level yang lebih rendah dari historisnya selama

2 tahun terakhir. Di sisi lain, jika dilihat secara riil, pertumbuhan likuiditas

perekonomian tampak cenderung naik sejak awal tahun (Grafik 2.27).

Hal tersebut terutama bersumber dari berlanjutnya penurunan inflasi,

sehingga kondusif bagi perbaikan daya beli masyarakat. Namun demikian,

pertumbuhan secara riil tersebut masih tergolong rendah sehingga belum

cukup mengkonfirmasi adanya perbaikan kondisi ekonomi, khususnya

konsumsi masyarakat pada triwulan III-2009.

Pasar ModalKinerja IHSG terus membaik. Tren penguatan IHSG masih berlanjut

meskipun sempat mengalami koreksi di beberapa periode. IHSG sempat

menembus level tertinggi selama tahun 2009, yaitu sebesar 2.399,27

sebelum akhirnya terkoreksi dan ditutup pada level 2.341,5 pada akhir

Grafik 2.25 Perkembangan Dana vs Kredit

Grafik 2.26 Pertumbuhan Uang Beredar (Nominal)

Grafik 2.27 Pertumbuhan Uang Beredar (Riil)

���������� ������������������������������

��

��������������������

��

��

��

��

��

��� ��� ������������ ��� ��������������� ������������������ ������ ���������������

���� ���� ���� ���� ����

���������������������������������������������������������

�������

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � �

�� �� �����

�������

�����������������

��������������

���� ���� ���� ���� ����� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �

���������������������������

Page 21: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

19

Grafik 2.28 IHSG dan Net Beli/Jual Asing Saham

Agustus 2009. Penguatan IHSG tersebut juga didukung oleh peningkatan

kapitalisasi pasar yang meningkat sebesar Rp15,5 triliun dibandingkan

bulan Juli 2009 menjadi sebesar Rp1.798,7 triliun.

Koreksi yang sempat terjadi pada pertengahan Agustus 2009 khususnya

dipicu oleh jatuhnya pasar saham China yang mendorong pelemahan

pasar keuangan global. Pasar keuangan global yang melemah tersebut

kemudian mendorong terjadinya aksi profit taking dari penguatan IHSG

yang terlalu cepat. Namun, kondisi tersebut segera pulih seiring dengan

kembalinya kepercayaan investor terhadap kondisi perekonomian domestik

serta kondisi keuangan emiten yang cukup baik. IHSG kembali menguat

dan ditutup meningkat 0,8% dibandingkan dengan bulan lalu atau

menguat sebesar 86,4% jika dibandingkan dengan titik terendahnya pada

Maret 2009.

Kondisi pada saat terjadinya koreksi IHSG tersebut dimanfaatkan dengan

baik oleh investor asing yang kembali masuk dan membeli saham-saham

murah. Aksi tersebut mendorong transaksi investor asing selama bulan

Agustus 2009 mencatat net beli sebesar Rp2,0 triliun (Grafik 2.28). Sejalan

dengan masuknya kembali investor asing, rata-rata perdagangan harian

pada Agustus 2009 pun meningkat menjadi sebesar Rp6,0 triliun per hari

dibandingkan dengan posisi Juli 2009 yang memiliki rata-rata perdagangan

harian sebesar Rp5,5 triliun per hari (Grafik 2.29).

Sementara itu, dilihat dari sisi sektoral, sebagian besar sektor mengalami penguatan. Peningkatan tertinggi dialami oleh harga saham

di sektor agribisnis seiring dengan kenaikan harga komoditas di pasar

internasional. Harga saham sektor agribisnis dan aneka industri meningkat

masing-masing sebesar 8,3% dan 6,6% dibandingkan dengan bulan

lalu. Sementara itu, porsi kapitalisasi sektor tradeable meningkat menjadi

sebesar 55,5% dibandingkan dengan Juli 2009.

Berbeda dengan kondisi di pasar saham, kinerja pasar Surat Berharga Negara (SBN) sedikit mengalami tekanan. Setelah

mengalami penurunan yield selama 2 bulan terakhir, yield SUN seluruh

tenor kembali meningkat. Hal tersebut terkait dengan pelepasan aset

oleh beberapa investor asing sebagai akibat aksi profit taking yang dipicu

oleh kenaikan harga SUN di periode sebelumnya serta nilai tukar yang

mengalami apresiasi. Rata-rata yield SUN seluruh tenor bergerak naik

menjadi 9,1% dari 8,8% pada bulan sebelumnya. Kenaikan tertinggi

terjadi pada yield SUN tenor 5-10 tahun sebagai koreksi atas penurunan

yang cukup tajam dalam 2 bulan terakhir.

Grafik 2.29 IHSG dan Nilai Perdagangan

�����������

������������������

���� ���� ����

���

�����

�����

�����

�����

�����

� � � � � � � � �������� � � � � � � � ������� � � � � � � � �

���������������������������������

�����������

����������������������������������

���� ���� ����� � � � � � � � �������� � � � � � � � � ������� � � � � � � �

���

�����

�����

�����

�����

�����

Page 22: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

20

Aksi jual investor asing tersebut tak lepas dari perkembangan di pasar keuangan global. Jatuhnya pasar saham di China sempat

meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar akan kepastian pemulihan

ekonomi ke depan. Investor kembali memburu aset US dolar dan

melepaskan portfolio di negara berkembang. Hal itu tercermin pada

pergerakan CDS 5 tahun yang kembali meningkat diatas level 200. Namun

demikian, terjaganya kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi

domestik mampu menahan kenaikan yield SUN.

Sejalan dengan aksi jual investor asing, likuiditas harian meningkat. Rata-rata harian volume perdagangan SBN pada Juli 2009 tercatat

sebesar Rp4,4 triliun, meningkat jika dibandingkan dengan rata-rata

perdagangan satu bulan sebelumnya sebesar Rp3,2 triliun (Grafik 2.30).

Sejalan dengan kenaikan volume perdagangan, frekuensi rata-rata harian

perdagangan SBN turut meningkat. Pada Agustus 2009, rata-rata harian

frekuensi perdagangan SBN berkisar 638 kali, meningkat dibandingkan

bulan sebelumnya yang hanya mencapai 214 kali per hari (Grafik 2.31).

Meningkatnya frekuensi harian perdagangan SUN dipicu oleh aktifnya

perdagangan ORI 006 di pasar sekunder sesaat setelah diterbitkan.

Tingginya minat investor terhadap instrumen ORI menunjukkan lebih

banyaknya pilihan instrumen investasi pada saat ini.

Sejalan dengan bergairahnya pasar keuangan domestik, kinerja reksadana terus menunjukkan peningkatan. Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Reksadana meningkat hingga mencapai Rp 101,7 triliun di awal Agustus

2009, dibandingkan pada awal tahun yang hanya sebesar Rp 75,8 triliun

(Grafik 2.32). Jenis reksadana yang berkontribusi terhadap peningkatan

NAB ini diantaranya reksadana saham, pendapatan tetap dan campuran.

NAB ketiga jenis reksadana tersebut pada awal Agustus masing-masing

mencapai Rp 35,7 triliun, Rp. 14,2 triliun dan Rp 12,5 triliun.

Kondisi PerbankanKinerja sektor perbankan pada Juli 2009 secara umum tetap baik.

Indikator-indikator utama seperti CAR, NPL, NIM dan ROA perbankan

tetap menunjukkan performa yang baik di tengah kondisi global yang

belum stabil. Indikator lainnya turut menggambarkan perkembangan yang

stabil. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) pada Juli 2009

tetap terjaga di bawah 5% yaitu sebesar 4,6% (gross) dan 1,7% (net), Grafik 2.32 Perkembangan Reksadana

Grafik 2.30 Volume & Yield SBN (rata-rata seluruh tenor)

Grafik 2.31 Frekuensi Perdagangan SBN

����������� �

�����������������������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ����� � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � � � �

��

��

��

�������

���

���������������������

������

�������������

���� ���� ����� � � � � � � � ������� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � �

��� ���

����

����

�����

����

����

����

���� ���� ���� ��������

���� ��������

��������

��������

��������

��������

��������

���������������������������������������

�����������

��

��

��

��

���

���

���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�������������������

Page 23: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

21

sedangkan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio - CAR), Return

On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) tetap stabil sebesar 17,0%,

2,7% dan 0,5% (Tabel 2.2).

Tabel 2.2Kondisi Umum Perbankan

Indikator Utama

Total Aset (T Rp) 2.057,1 2.066,6 2.122,6 2.235,0 2.303,4 2.310,6 2.307,1 2.344,9 2.352,1 2.327,4 2.309,8 2.354,3 2.331,4

DPK (T Rp) 1.532,9 1.528,1 1.601,4 1.674,2 1.707,9 1.753,3 1.745,6 1.767,1 1.786,2 1.780,9 1.783,6 1.824,3 1.806,6

Kredit (T Rp) 1.210,9 1.246,6 1.287,4 1.343,5 1.371,9 1.353,6 1.325,3 1.334,2 1.342,1 1.332,1 1.339,2 1.368,9 1.370,2

LDR (%) 79,0 81,6 80,4 80,2 80,3 77,2 75,9 75,5 75,1 74,8 75,1 75,0 75,8

NPLs Gross* (%) 4,0 3,9 3,9 3,9 4,0 3,8 4,2 4,3 4,5 4,6 4,7 4,5 4,6

NPLs Net * (%) 1,6 1,4 1,4 1,6 1,5 1,5 1,6 1,6 1,9 2,0 1,9 1,7 1,7

CAR (%) 16,2 16,0 16,5 16,0 16,3 16,2 17,6 17,7 17,4 17,6 17,3 17,0 17,0

NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,3 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5

ROA (%) 2,7 2,7 2,6 2,7 2,6 2,3 2,7 2,6 2,8 2,7 2,7 2,7 2,7

2008 2009

Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

* dengan channeling

III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER

Bank Indonesia pada 3 September 2009 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,5%. Dewan Gubernur memandang

bahwa pelonggaran moneter sejak Desember 2008 melalui penurunan

suku bunga BI rate sebesar 300 bps menjadi 6,50% cukup kondusif bagi

proses pemulihan perekonomian dan intermediasi perbankan. Tingkat

BI Rate 6,50% tersebut juga dipandang konsisten dengan pencapaian

sasaran inflasi pada tahun 2010 sebesar 5%±1%.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus memonitor perkembangan

perekonomian global dan domestik dan akan mengambil langkah-langkah

yang diperlukan untuk tetap menjaga stabilitas makroekonomi dengan

tetap menjaga iklim yang kondusif bagi perekonomian.

Page 24: Tinjauan Kebijakan Moneter - · 2013-09-27 · Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... yang pertumbuhannya didorong oleh stimulus fiskal yang besar dan peningkatan kredit perbankan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2009

22

* angka sementara * angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia. kecuali data pasar modal (BAPEPAM). IHK. ekspor/impor dan PDB dari BPS

Indikator Terkini

SEKTOR KEUANGAN

H A R G A

SEKTOR EKSTERNAL

INDIKATOR KUARTALAN

SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 1 bln 1)

Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2)

JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar RpBase Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposit Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah Tagihan pada Dunia UsahaKredit-Bank Umum

Inflasi bulanan (%. mtm)Inflasi tahunan (%. yoy)

Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (%. yoy)** Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor ImporIncremental Capital Output Ratio (ICOR, %)Posisi Pinjaman Luar Negeri (juta USD)

9,23 9,28 9,71 10,98 11,24 10,83 9,50 8,74 8,21 7,59 7,25 6,95 6,71 9,75 9,74 9,91 11,16 11,50 11,08 9,93 9,25 8,61 7,95 7,39 7,05 6,79 7,51 8,04 9,26 10,14 10,40 10,75 10,52 9,89 9,42 9,04 8,77 8,52 - 7,82 8,40 9,45 10,17 10,83 11,16 11,34 11,13 10,65 10,09 9,68 9,25 - 9,11 9,39 9,69 10,27 10,34 10,01 9,43 8,71 8,30 8,03 7,69 7,09 6,96 2.305 2.166 1.833 1.257 1.242 1.355 1.333 1.285 1.434 1.723 1.917 2.027 2.323

346.594 343.630 392.136 307.460 306.773 344.688 314.662 303.777 304.718 308.277 309.232 322.994 322.850 458.379 452.445 491.729 471.354 475.053 466.379 447.626 444.035 458.580 465.788 465.726 501.410 481.779 188.938 191.866 223.166 190.888 195.032 209.378 191.339 186.611 186.538 191.194 192.143 211.864 199.515 269.441 260.579 268.563 280.466 280.021 257.001 256.288 257.424 272.043 274.594 273.584 289.546 282.264 1.679.020 1.675.430 1.768.250 1.802.932 1.841.163 1.883.851 1.862.984 1.890.430 1.909.681 1.906.341 1.915.083 1.975.802 1.960.243 1.220.641 1.222.985 1.276.521 1.331.578 1.366.110 1.417.472 1.415.358 1.446.395 1.451.100 1.440.553 1.449.357 1.474.392 1.478.463 965.924 972.949 1.033.846 1.050.558 1.069.619 1.136.979 1.133.335 1.147.996 1.152.121 1.155.391 1.166.032 1.193.263 1.197.092 531.898 544.976 594.839 608.747 622.849 662.629 674.899 691.768 695.279 694.017 702.949 714.097 716.570 434.026 427.974 439.008 441.811 446.770 474.350 458.435 456.228 456.842 461.374 463.083 479.166 480.522 254.717 250.036 242.674 281.020 296.490 280.493 282.023 298.399 298.979 285.162 283.325 281.129 281.371 1.424.303 1.425.394 1.525.575 1.521.912 1.544.673 1.603.358 1.580.961 1.592.031 1.610.702 1.621.179 1.631.758 1.694.673 1.678.872

1.206.458 1.246.282 1.286.682 1.337.099 1.366.089 1.348.827 1.331.559 1.345.369 1.350.570 1.343.846 1.350.587 1.380.575 1.404.572 1.159.983 1.198.991 1.239.501 1.289.412 1.315.728 1.300.179 1.281.772 1.293.069 1.297.288 1.290.022 1.297.955 1.327.462 1.348.304

1,37 0,51 0,97 0,45 0,12 -0,04 -0,07 0,21 0,22 -0,31 0,04 0,11 0,45 11,90 11,85 12,14 11,77 11,68 11,06 9,17 8,60 7,92 7,31 6,04 3,65 2,71

9.118 9.153 9.378 10.995 12.151 10.950 11.355 11.980 11.575 10.713 10.340 10.225 9.920 9.469 9.145 10.181 9.325 8.086 7.394 6.345 6.713 7.473 7.441 8.396 7.608 - 9.305 9.175 8.770 9.688 7.553 7.396 5.706 5.008 5.819 5.337 6.218 6.208 - 51,53 52,17 50,85 47,61 47,48 48,39 47,96 47,17 50,68 51,72 51,65 50,99 -

5,18 6.06 4.44 3.99 6.42 5.94 7.28 6.27 9.14 11.69 -0.85 2.63 60.78 1.690,12 -143.87 -1.33 1.82 9.49 -18.73 -15.66 -3.53 10.03 -26.03 -23.89 4.59 3.71 149.141 149.141

Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

20092008

Tw.IV Total Tw.II Tw.I

2008 2009