tinjauan kanker paru
DESCRIPTION
lung cancer atau kanker paruTRANSCRIPT
TINJAUAN KANKER PARU
Kanker paru merupakan kanker utama penyebab kematian diseluruh dinua. Penyakit ini
diklasifikasi dalam dua kelompok besar berdasarkan histologinya, yakni kanker paru non-
small-cell (Non-small-cell Lung Cancer, NSCLC) dan kanker paru small-cell (small-cell lung
cancer, SCLC). Dari keseluruhan penderita kanker paru sekitar 85% mengalami kanker paru
non-small-cell dan sisanya 15% mengalami kanker paru small-cell. Meskipun dengan
berkembangnya keunggulan deteksi dini dan terapi standar, kanker paru non-small-cell masih
seringkali terdiagnosa pada stadium yang sudah lanjut dan memiliki prognosis buruk. Maka
dari itu penatalaksanaan dan pencegahan dini pada kanker paru merupakan keperluan utama
yang dapat ditingkatkan dengan memahami molekuler dan perkembangan daripada penyakit
tersebut (Herbst etl all, 2008).
Small-cell lung cancer (SCLC) merupakan kanker paru agresif yang fatal. SCLC merupakan
suatu karsinoma neuroendokrin yang bersifat agresif, tumbuh pesat, penyebabaran lebih awal
pada situs-situs terdekat, memiliki sensitifitas terhadap kemoterapi dan radioterapi, dan
memiliki hubungan terhadap sindrom paraneoplastik seperti hiperkalsemia, sindrom Eaton-
lambert, ketidakseimbangan hormonk diuretik dan lainnya. Penentuan stadium SCLC
menggunakan sistem Veterans Administration Lung Group (VALSG-2 stage) berperan sangat
penting dimana pada stadium limited atau terbatas kanker dapat ditangani dengan kemoterapi
dan radiasi, sedangkan pada stadium extensive atau luas penatalaksanaanya adalah hanya
kemoterapi.
Non-small-cell lung cancer (NSCLC) terbagi lebih lanjut ke dalam; adenokarsinoma,
karsinoma sel skuama (squamous cell carcinoma, SCC), dan karsinoma sel besar (large cell
carcinoma).
Adenokarsioma berawal dari kelenjar mukosa bronkial dan merupakan NSCLC paling sering
ditemui, yakni 30-40% dari semua kasus kanker paru. Jenis ini adalah yang paling sering
ditemui pada pasien yang tidak merokok. Adenokrsinoma biasanya terjadi pada daerah
periferal paru dan dalam beberapa kasus pada bekas luka sebelumnya, luka baru, atau daerah
inflamasi. Bronkoalveolar karsinoma adalah suatu subtipe adenokarsinoma dengan
manifestasi khas pada interstisial paru yang terlihat pada foto thoraks. Bronkoalveolar
karsinoma berawal dari pneumosit tipe II dan tumbuh sepanjang septa alveolar. Subtipe ini
memiliki manifestasi sebagai nodul perifer yang soliter, multifokal, atau bentuk yang
progressif dan cepat berkembang. Pasien pada stadium lanjut memiliki karakteristik banyak
dahak cair.
Squamous Cell Carsinoma (SCC) merupakan 25-30% dari semua kasus kanker paru. Berbeda
dengan adenokarsinoma, SCC terdapat pada bagian sentral paru-paru. Manifestasi khas
adalah lesi berongga pada proksimal bronkus. Tipe ini memiliki karakteristik histologis
dengan adanya keratin seperti mutiara dan memiliki kemampuan mengelupas. Pasien dengan
SCC sering ditemui dengan gejala hiperkalsemia.
Large-cell carcinoma merupakan 10-15% dari semua kasus kanker paru yang bermanifestasi
sebagai masa perifer yang besar pada foto thoraks. Secara histologis, tipe ini memiliki lapisan
sel atipikal dengan nekrosis fokal tanpa adanya bukti keratinisasi (seperti pada SCC) ataupun
kelenjar (seperti pada adenokarsinoma). Sebelum perkembangan prosedur histopatologi,
sebagian besar NSCLC akan terklasifikasi dalam large-cell carcinoma atau adenokarsinoma
tidak spesifik.
Pemaparan terhadap senyawa dan suseptibilitas seseorang diketahui memiliki peranan dalam
risiko terjadinya kanker paru. Sekitar 90% penyabab kanker paru adalah merokok aktif
sedangkan pemaparan terhadap senyawa karsinogenik menyebabkan sekitar 9-15% kasus
kanker paru saat ini.
Pemaparan terhadap rokok sebagai contoh memiliki setidaknya 40 senyawa karsinogenik
poten seperti polyaromatic hydrocarbon dan nicotine derived nitrosamine ketone (NNK)
yang merusak DNA melalui adduksi senyawa karsinogenik, serta Benzo-A-pyrine yang
menginduksi singal molekul AKT dan mutasi pada p53 serta gen tumor suppressor lainnya.
Pemaparan pada pekerjaan yang paling sering adalah terhadap asbes dan radon, yakni
sebanyak 10% kasus, sedangkan polusi udara sebanyak 1-2% kasus.
Suseptibilitas seseorang diketahui melalui teknik molekuler identifikasi amplifikasi onkogen
dan gen suppressor tumor terutama pada NSCLC. Abnormalitas penting yang terdeteksi
adalah mutasi dari keluarga ras onkogen yang mengkode protein bagian dalam membran sel
dengan aktifitas guanosine trifosfatnya dan terlibat dalam transduksi signal. Ada 3 keluarga
ras onkogen yakni; H-ras, K-ras, dan N-ras. Studi pada manusia menunjukan aktifasi dari ras
onkogen berperan dalam progessi tumor pada pasien dengan kanker paru dan terjadi secara
eksklusif pada adenokarsinoma sebanyak 30% kasus, namun mutasi tersebut tidak
teridentifikasi pada adenokasinoma pada pasien yang tidak merokok. Kelainan molekuler
lainnya pada NSCLC adalah mutasi pada onkogen c-myc, c-raf, tumor suppressor gen
retinoblastoma, dan p53. Studi mengemukakan bahwa mutasi awal dan luas berdampak pada
heterogenitas intratumor saat manifestasi klinis dan sering menyebabkan kegagalan terapi.
Hal ini dikuatkan dengan ditemukannya 20 dari 21 mutasi gen pada 11 adenokarsinoma
terlokalisir yang mengalami relaps setelah operasi. Diketahui pula adanya jeda waktu yang
lama antara mutasi awal dan gejala klinis, yang menunjukkan seiring adanya mutasi baru
menyebabkan perkembangan penyakitnya yang semakin cepat.
Pada pasien perokok maupun tidak merokok dengan gejala kelainan respirasi yang persisten
memerlukan pemeriksaan radiografi thoraks. Radiografi membantu dalam diagnosis namun
tidak dapat membedakan tipe histologis kanker paru. Tumor jinak atau metastasis dapat
dipastikan melalui pemeriksaan sitologi sputum, bronkoskopi, atau transtorakik biopsi
tergantung dari lokasi tumor tersebut. Pemeriksaan darah lengkap membantu menentukan
potensi infeksi infiltrat. Kanker paru seperti yang dijabarkan menyebabkan suatu sindrom
paraneoplastik sehingga pemeriksaan darah berperan penting termasuk didalamnya
pemeriksaan serum elektrolit, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin, kalsium, dan
magnesium. Pada SCC sering terjadi hiperkalsemia oleh karena sekresi hormon paratiroid
dari peptide (PTH-rP) tumor, hal ini dibedakan dari hiperparatiroidisme dengan serum
paratiroid hormon (PTH) yang normal. (Spiro et al, 2007).
Dalam penegakkan stadium kanker paru, CT scan atau MRI merupakan standar diagnostik
yang digunakan dalam menentukan stadium berdasarkan TNM (Tumor-Node-Metastasis)
American Joint Committee for Cancer Staging and End Result Reporting yang
mengelompokkannya berdasarkan ukuran, penyebaran limfa, dan metastasis.
Pemeriksaan molekuler memiliki peran penting dalam evaluasi pasien dengan metastasis
NSCLC. Termasuk didalamnya adalah pemeriksaan mutasi epidermal growth factor receptor
(EFGR) dan mutasi anaplastic lymphoma kinase (ALK) yang terbukti sangat efektif dalam
menentukan terapi. College of American Pathologists (CAP) menyarankan untuk seluruh
pasien kanker paru dengan adenokarsinoma agar menjalani tes genetika sebagai indikasi
ketepatan terapi dengan agen target sehingga memberikan hasil yang optimal. Ada 2 agen
terapi target yang tersedia yakni inhibitor EFGR (erlotinib dan gefitinib) dan inhibitor ALK
(crizotinib). Pemeriksaan mutasi Ras yang merupakan marker agresifitas dan prognosis juga
dapat dilakukan pada pasien.
Seperti yang dijabarkan diatas, pemeriksaan molekuler termasuk didalamnya pemeriksaan
genetika dan protein dapat membantu dalam diagnosa dini, menentukan langkah terapi, dan
memperbaiki hasil klinis pada pasien dengan NSCLC. Pemeriksaaan dan dignostik molekular
akan terus dikembangkan, akan tetapi terdapat berbagai kendala dalam membuat suatu
marker yang efektif diantarnya aladah heterogenitas tumor, hubungan lingkungan dan host,
jaringan signaling sel tumor dan genetika, serta efek lingkungan mikro. Namun hal tersebut
dapat diringankan dengan berkembangnya teknik analisa genomik DNA, mRNA, microRNA,
methylation, dan protein atau fosfoprotein.
Penatalaksanaan dan terapi pada kanker paru tergantung pada tipe kanker tersebut,
penyebarannya, dan kondisi pasien. Tindakan diantaranya adalah pembedahan, kemoterapi,
radioterapi, dan perawatan paliatif. Penegakkan diagnosa dan stadium kanker paru
menentukan apakah kanker telokalisir dan dapat dilakukan pembedahan atau sudah menyebar
sehingga tidak dapat dilakukan pembedahan.
Tindakan pembedahan merupakan pilihan utama pasien NSCLC pada stadium I hingga IIIA,
terlebih lagi pasien dengan reseksi kanker paru memiliki risiko relaps yang tinggi dan
diberikan adjuvan kemoterapi. Pasien stadium IIIB dan IV diberikan kemoterapi dan pilihan
pembedahan. Radiasi (radioactive iodine brachytherapy) merupakan pilihan bagi pasien yang
bukan kandidat pembedahan. Pembedahan yang sering dilakukan adalah lobektomi, apabila
kondisi pasien tidak medukung, maka dapat dilakukan eksisi sublobular yang kecil (wedge
resection) namun memiliki risiko kekambuhan yang lebih tinggi daripada lobektomi.
Kanker paru memiliki mortalitas tinggi. Di Eropa angka survival 5 tahun adalah 11% dan di
Amerika sebesar 16.8%. Angka tersebut lebih buruk pada negara berkembang. Angka
ketahanan hidup pada pasien kanker paru menurun dengan keparahan stadium. Data di
Inggris menunjukan 70% pasien bertahan hidup setidaknya setahun saat terdiagnosa pada
stadium awal, dan angka tersebut menurun hingga 14% pada stadium lanjut. Faktor
prognostik NSCLC adalah gejala pulmonal, ukuran tumor, histologi kanker, stadium kanker
dan metastasis, dan invasi vaskular. Pasien yang tidak dapat dilakukan pembedahan memiliki
prognosis lebih buruk dan mengalami penurunan berat badan serta performa yang buruk.
Sedangkan faktor prognostik pada SCLC adalah performa pasien, jenis kelamin, stadium,
keterlibatan sistem saraf atau organ lainnya saat terdiagnosa. Untuk NSCLC prognosis
terbaik didapatkan melalui reseksi komplit pada stadium IA dengan angka ketahanan hidup
sebesar 70%. Untuk SCLC angka ketahanan hidup 5 tahun adalah 5% dan apabila sangat luas
maka kurang dari 1%. Berdasarkan National Cancer Institute, median umur pasien kanker
paru adalah 70 tahun dengan median umur kematian adalah 72 tahun. (WHO, 2015)
Herbst R, Heymach JV, Lippman SM. Molecular Origins of Lung Cancer. The New England
Journal of Medicine. Massachusetts Medical Society. 2008:359(13);1367-80
Spiro SG, Gould MK, Colice GL. Initial Evaluation of the Patient with Lung Cancer:
Symptoms, signs, laboratory tests, and paraneoplastic syndromes: ACCP evidenced-based
clinical practice guidelines (2nd edition). 2007;132(3):149-160
World Health organization. International Agency for Research on Cancer. GLOBOCAN.
Estimated cancer incidence, mortality, dan prevalence worldwide in 2012. Akses website:
http://globocan.iarc.fr/default.aspx. Akses April 2015.
Winston WT, Huq S. Small Cell Lung Cancer. Medscape Reference. Akses website:
http://emedicine.org/review/article/small_cell_lung_cancer.html. Akses April 2015.