tinjauan hukum islam terhadap...

96
i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN MUKHABARAH DALAM PENGELOLAAN SAWAH DI DUSUN WONOGATEN DESA GLAWAN KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: Mifta Chullani NIM : 21414039 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 24-Sep-2019

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

i

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN

MUKHABARAH DALAM PENGELOLAAN SAWAH DI DUSUN

WONOGATEN DESA GLAWAN KECAMATAN PABELAN

KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Mifta Chullani

NIM : 21414039

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

ii

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

iii

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN

MUKHABARAH DALAM PENGELOLAAN SAWAH DI DUSUN

WONOGATEN DESA GLAWAN KECAMATAN PABELAN

KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Mifta Chullani

NIM : 21414039

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

iv

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan

koreksi, maka maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Mifta Chullani

NIM : 214-14-039

Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PELAKSANAAN MUKHABARAH DALAM

PENGELOLAAN SAWAH DI DUSUN

WONOGATEN DESA GLAWAN KECAMATAN

PABELAN KABUPATEN SEMARANG

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam sidang munaqosyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian

dandigunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga , 18 September 2018

Pembimbing,

Drs. Machfudz, M.Ag

NIP. 19610210 198703 1 006

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

v

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. TentaraPelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN

MUKHABARAH DALAM PENGELOLAAN SAWAH DI DUSUN

WONOGATEN DESA GLAWAN KECAMATAN PABELAN

KABUPATEN SEMARANG

Oleh:

Mifta Chullani

NIM: 214-14-039

telah dipertahankan didepan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah, Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Jum‟at, 28 September 2018

dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana

dalam hukum Islam (SH).

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang : Dr. H. Irfan Helmy, Lc., M. A.

Sekertaris Sidang : Drs. Machfudz, M. Ag

Penguji I : Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si.

Penguji II : Yahya, S. Ag. M.HI.

Salatiga, 28 September 2018

Dekan Fakultas Syariah

Dr. Siti Zumrotun.M.Ag. NIP. 19670115 199803 2 002

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertandangan di bawah ini :

Nama : Mifta Chullani

Nim : 21414039

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah

Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PELAKSANAAN MUKHABARAH DALAM

PENGELOLAAN SAWAH DI DUSUN

WONOGATEN DESA GLAWAN KECAMATAN

PABELAN KABUPATEN SEMARANG

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah asli

karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya orang lain, kecuali

yang secara tertulis diacu dalam penelitian ini dan disebutkan acuan daftar

pustaka.

Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan boleh di

publikasikan oleh IAIN Salatiga.

Salatiga, 18 September 2018

Penulis

Mifta Chullani

21414039

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

vii

MOTTO

إن اللو ال ي غي ر ما بقوم حت ي غي روا ما بأن فسهمSesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

(Qs Ar Rad Ayat 11)

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini untuk :

1. Kedua orang tuaku, Bapak Dawami dan Ibu Rohmini yang tidak pernah

berhenti untuk mendoakan kesuksesan anaknya ini, segala materi dan semua

perjuangan dan impiannya.

2. Kakak-kakakku tersayang Mbak Eko, Mbak Wiwik, Mas Azis, Mas Helda,

Mas Udin, Mas Yusuf yang tidak henti-hentinya memberikan doa serta yang

selalu menyadarkan akan sebuah pencapaian cita-cita.

3. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag sebagai pembimbing skripsi, yang telah sabar

dan memberikan banyak masukan serta ilmu

4. Teman-teman yang telah memberikan saran dan selalu mendukung di setiap

saat.

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdullilahirobil‟alamin, segala puji bagi allah yang telah memberikan

segala nikmat kepada mahluknya yang ada di alam semesta ini. Berkat qudrat,

iradrat serta izinyalah penulis bisa menyelesaikan laporan penelitian yag berjudul

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Mukhabarah Dalam Pengelolaan

Sawah Di Dusun Wonogaten Desa Glawan Kecamatan Desa Glawan Kabupaten

Semarang.

Sholawat serta salam mudah-mudahan dilimpahkan kepada khotamul

anbiya, nabi muhamad saw, yang telah menyelamatkan ummat manusia dari gelap

kejahiliyaan kepada cahaya illahiyah yang terang benderang.

Banyak pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian karya

ini. Kami menghaturkan terima kasih yang tulus kepada mereka semua yang telah

berjasa untuk ini semua:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.,Selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

3. Ibu Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas

Syari‟ah Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah telah mengizinkan penulis

untuk membahas judul skripsi ini.

4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing yang selalu

memberikan saran dan masukan kepada penulis.

5. Kepada Bapak Dawami dan Ibu Rohmini, serta saudara-saudaraku yang

tak henti-hentinya selalu mendoakan dan memberikan semangat.

6. Kepada Narasumber yang berkenan memberikan informasi.

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

x

7. Seluruh jajaran Akademis Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas

Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuannya terima kasih banyak

telah banyak membantu penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman Jurusan SI Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014 di IAIN

Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh

pendidikan di IAIN salatiga.

9. Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka

dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa

mendapatkan maghfiroh, dilingkupi rahmat dan ita-cita-Nya.

Harapan bagi penulis semoga apa yang sudah diinginkan dapat

bermanfaat bagi semua orang khusunya penulis. Walupun jauh dari kata

sempurna, semoga Allah SWT ridha dengan apa yang kita lakukan.

Aminnn....

Wassalamu’alaikum Warahmatuallahi Wabarakatuh

Salatiga, 18 September 2018

Penulis

Mifta Chullani

214-14-039

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

xi

ABSTRAK

Chullani, Mifta. 2018. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan

Mukhabarah Dalam Pengelolaan Sawah Di Dusun Wonogaten Desa Glawan

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Hukum Ekonomi

Syari‟ah Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Pembimbing: Drs. Machfudz, M.Ag.

Kata Kunci :Mukhabarah, Hukum Islam, Pengelolaan

Mukhabarah merupakan kerjasama bagi hasil dalam bidang pertanian,

dimana pemilik sawah menyerahkan tanahnya kepada pengelola, modal dari

pengelola. Biaya penggarapan sawah yang menanggung penggarap atau

pengelola, khusus biaya pupuk ditanggung pemilik sawah dan penggarap. Akad

yang digunakan antara pemilik sawah dan penggarap hanya secara lisan tanpa

menghadirkan saksi dan tidak menyebutkan berapa lama waktu penggarapan

sawah tersebut. Dari latar belakang tersebut penulis fokus meneliti tentang 1.

Bagaimana akad mukhabarah di Dusun Wonogaten Desa Glawan Kecamatan

Kabupaten Semarang? 2. Bagaimana praktik mukhabarah di Dusun Wonogaten

Desa Glawan Kecamatan Kabupaten Semarang menurut tinjauan hukum Islam?

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan oleh penyusun adalah

kualitatif dan pendekatannya menggunakan sociolegal research adalah

pendekatan yang dilakukan dengan melihat suatu kenyataan hukum yang terjadi di

masyarakat Dusun Wonogaten. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Mukhabarah merupakan salah satu

bentuk kerjasama dalam pertanian yang dipraktikan oleh masyarakat Dusun

Wonogaten Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Kerjasama

ini dilakukan antara pemilik lahan dan penggarap. Secara umum akad yang

dilakukan adalah hanya secara lisan, tanpa menghadirkan saksi, jangka waktu

perjanjian yang tidak ditetapkan secara jelas. Bagi hasil ditentukan sejak awal

pada saat akad dengan maro atau paron dengan persentase 1/ 2 : 1/ 2 atau

dengan persentase 50:50. Biaya penggarapan seperti pupuk dan obat ditanggung

kedua belah pihak. Adapula yang pemilik sawah hanya membantu untuk biaya

pupuk, dan ada yang ditanggung antara pemilik sawah dan penggarap hanya

biaya pupuk saja. Dari hal tersebut semua dilakukan karena atas dasar

kepercayaan dan saling rela. Ditinjau dari hukum Islam bahwa akad dan praktik

mukhabarah kerjasama dalam lahan pertanian yang dilakukan di Dusun

Wonogaten Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang sesuai dengan

hukum Islam dikarenakan akad dan praktiknya sudah terpenuhi atau tercukupi

rukun dan syaratnya.

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

xii

DAFTAR ISI

COVER. .............................................................................................................i

NOTA PEMBIMBING .....................................................................................ii

PENGESAHAN .................................................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................................iv

MOTTO .............................................................................................................v

PERSEMBAHAN ..............................................................................................vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................vii

ABSTRAK .........................................................................................................viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................5

D. Kegunaan Penelitian ................................................................................6

E. Penegasan Istilah .....................................................................................7

F. Tinjauan Pustaka .....................................................................................8

G. Metode Penelitian ....................................................................................9

H. Sistematika Penulisan ..............................................................................14

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

xiii

BAB II MUKHABARAH DALAM ISLAM

A. Akad

1. Pengertian Akad ................................................................................16

2. Syarat-syarat Akad ............................................................................17

3. Rukun Akad ......................................................................................20

4. Tujuan Akad ......................................................................................22

5. Macam-macam Akad ........................................................................24

6. Obyek Akad ......................................................................................25

B. Mukhabarah

1. Pengertian Mukhabarah ....................................................................26

2. Dasar Hukum Mukhabarah ...............................................................27

3. Syarat dan Rukun Mukhabarah .......................................................28

4. Pembagian Hasil Mukhabarah .........................................................33

5. Hukum Mukhabarah .........................................................................35

6. Berakhirnya Akad Mukhabarah ........................................................35

7. Hikmah Mukhabarah ........................................................................37

BAB III PRAKTIK MUKHABARAH MASYARAKAT DUSUN

WONOGATEN DESA GLAWAN KECAMATAN PABELAN

KABUPATEN SEMARANG

A. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa Glawan ........................................................................39

2. Tata Letak .........................................................................................39

3. Keadaan Demografi...........................................................................41

4. Keadaan Ekonomi Masyarakat..........................................................43

B. Pelaksanaan Mukhabarah dalam Pengelolaan Sawah di Dusun Wonogaten

Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang41

1. Akad ..................................................................................................45

2. Jangka Waktu Perjanjian ...................................................................48

3. Tanah Mukhabarah ...........................................................................49

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

xiv

4. Kesepakatan Atas Benih atau Jenis Tanaman ...................................50

5. Pelaksanaan Bagi Hasil .....................................................................50

6. Dampak Pelaksanaan Mukhabarah ...................................................52

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN

MUKHABARAH

A. Analisis Hukum Islam Terhadap Akad Mukhabarah di Dusun Wonogaten

Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang .......................54

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Mukhabarah di Dusun

Wonogaten Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang ....59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................63

B. Saran .......................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................65

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia .........................................................41

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan........................................42

Tabel 3. 3 Struktur Pemerintahan Desa Glawan .................................................42

Tabel 3.4 Tanah Mukhabarah .............................................................................49

Tabel 3.5 Biaya Penggarapan ..............................................................................51

LAMPIRAN

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT telah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial

sehingga tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Manusia saling

membutuhkan antar satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Maka Allah SWT menganjurkan manusia untuk saling bermuamalah pada

setiap individu untuk saling membantu dan saling tolong menolong antar

sesama.

Muamalah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia secara bahasa

adalah hal-hal yg termasuk urusan kemasyarakatan . Sedangkan secara istilah

muamalah merupakan sistem kehidupan, sistem kehidupan itu sendiri tidak

terlepas dari dunia ekonomi, bisnis dan masalah sosial. Pertimbangan dalam

bermuamalah adalah untuk mendatangkan kemaslahatan atau kemanfaatan

dan memprioritaskan keadilan menghindari unsur pengambilan kesempatan

dalam kesempitan. Sehingga tidak akan terjadi yang merasa dirugikan antar

salah satu pihak. Untuk itu dapat diketahui bahwa muamalah adalah kegiatan

yang berkaitan dengan seluruh tindakan atau perbuatan orang yang mampu

melakukan hukum baik ucapan, perbuatan, perjanjian dan urusan lainnya

tidak akan lepas dari pertanggungjawaban sesama manusia dan terutama

kepada Allah SWT (Nawawi, 2012: 4-5).

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

2

Dalam muamalah semuanya boleh kecuali yang dilarang. Semua

bentuk akad dan berbagai cara transaksi yang dibuat oleh manusia hukumnya

sah dan dibolehkan, asal tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan

umum yang ada di dalam syara‟. Hal tersebut sesuai dengan kaidah:

ة حت صل في العقود وال األ وم دليل على بطالن والتحريم ي ق ىمعا مالت الصح

“Pada dasarnya semua akad dan muammalah hukumnya sah sehingga

ada dalil yang membatalkan dan mengharamkannya”.(Muslich, 2010:

3-4)

Di dalam Al-Qur‟an telah diterangkan dalam surat Yasin ayat 33

bahwa Allah menghidupkan tanah dan menjadikannya subur agar manusia

dapat makan dari apa yang dihasilkan bumi tersebut, yaitu:

Artinya: dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka

adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan

dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka

makan.(Suwiknyo, 2010:203)

Kerjasama dalam hal pertanian ada beberapa macam, salah satunya

adalah penggarapan sawah orang lain dan hasilnya dibagi dua antara pemilik

tanah dan penggarap sawah. Menurut Syeikh Ibrahim Al-Banjuri yaitu

mukhabarah adalah pemilik tanah hanya menyerahkan tanahnya kepada

pekerja dan modal dari pengelola.

Pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada orang lain untuk

dikelola, modal dari pengelola atau penggarap tanah maka disebut

mukhabarah. (Nawawi, 2012: 162).

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

3

Dasar hukum yang menguatkan bahwa mukhabarah tidak ada

halangan adalah Nawawi, Ibnu Munzir dan Khatabi, mereka mengambil

alasan hadis Ibnu Umar sebagaimana dikutib oleh Rasjid (2012, 302) dalam

bukunya.

سل عامل اىل خيب ربشرط ما يرج من ها من ثر و عن ابن عمر ان النب صل اللو عليو او زرع)رواه مسلم(

Dari Ibnu Umar, “Sesungguhnya Nabi SAW. Telah memberikan kebun

beliau kepada penduduk khaibar agar dipelihara oleh mereka

dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian dari penghasilan

baik dari buah-buahan maupun dari hasil pertahunan (palawija)”.

(Riwayat Muslim).

Mukhabarah ini dipratikkan oleh masyarakat Dusun Wonogaten,

mereka menyebutnya kerjasama bagi hasil atau paron. Pada umumnya

pemilik sawah menyerahkan tanahnya kepada orang untuk digarap yang

disebut penggarap atau pengelola sawah, tanpa menyebutkan lamanya waktu

penggarapan sawah yang dikelola. Hal ini menyebabkan proses kerjasama

dilakukan dalam jangka waktu yang bervariasi, ada diantaranya yang telah

melakukan berpuluh-puluh tahun, adapula penggarap yang sedang baru

melakukan tiga tahun, dua tahun dan sebagainya.

Akad yang dilakukan antara pemilik tanah dan penggarap sawah

adalah secara lisan dan tanpa menghadirkan saksi, selain itu dalam akad

tersebut tidak menyebutkan syarat-syarat maupun rukun yang harus dipenuhi

dalam penggarapan sawah tersebut. Sehingga dalam perjanjian kerjasama

apabila terdapat permasalahan atau kesenjangan antara pemilik tanah dan

penggarap sawah maka menyelesaikannya dengan cara musyawarah antara

kedua belah pihak.

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

4

Selain itu pemilik tanah belum memastikan jenis tanaman diawal akad

perjanjian, menentukan jenis tanaman mengikuti sesuai cuaca, terkadang yang

ditanam kacang panjang, kacang tanah, cabe, ubi dan padi, tapi seringnya

masyarakat Dusun Wonogaten menanam padi. Sehingga pemilik tanah hanya

menerima hasil bersih dari semua hasil panenannya. Maka dari itu, pembagian

hasil yang seperti diatas belum diketahui akan untung dan ruginya masing-

masing antara pemilik tanah dan penggarap sawah.

Selain tentang benih dan pembagian hasil panen, jangka waktu

penggarapanpun tidak jelas, bahkan sampai berkali-kali panen dan sampai

bertahun-tahun, antara penggarap sawah dan pemilik sawah tetap melanjutkan

kerjasama tersebut. Dalam akad awal perjanjian antara pemilik sawah dan

penggarap sawah serah terima sawah untuk dikerjakan dan biaya pupuk

dibebankan dengan cara dibagi dua, biaya pupuk dibayarkan disaat waktu

pemupukan tiba.

Setelah melihat beberapa masalah di atas, peneliti akan lebih fokus

membahas tentang akad yang dilakukan oleh masyarakat dusun Wonogaten,

Glawan, Pabelan, Semarang dalam melakukan perjanjian atau perikatan

mengenai mukhabarah, karena dari setiap kegiatan muammalah berawal dari

akad. Sedikit gambaran tentang proses kerjasama dalam pertanian telah

dituliskan di atas yang dilakukan oleh masyarakat Wonogaten, Glawan,

Pabelan, Semarang.

Selain akad peneliti juga ingin mengetahui lebih jauh tentang praktik

mukhabarah di Dusun Wonogaten, sudah sesuai dengan hukum Islam atau

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

5

tidak . Maka dari itu sebelum peneliti melanjutkan penelitian dipandang perlu

melihat pengertian mukhabarah secara mendalam. Dari latar belakang di atas

penulis bermaksud untuk meneliti akad dan praktek mukhabarah yang ada di

Dusun Wonogaten, Desa Glawan, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang

kemudian kerjasama mukhabarah tersebut apakah diperbolehkan menurut

hukum Islam. Dan mencari kebenaran dengan analisis data yang diperoleh

dari penelitian. Sehingga penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan

Mukhabarah Dalam Pengelolaan Sawah di Dusun Wonogaten Desa

Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

yang akan dibahas, yaitu:

1. Bagaimana akad mukhabarah di Dusun Wonogaten Desa Glawan

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?

2. Bagaimana praktik mukhabarah di Dusun Wonogaten Desa Glawan

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang menurut tinjauan hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses akad mukhabarah di Dusun Wonogaten Desa

Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

2. Untuk mengetahui praktik mukhabarah yang dilakukan oleh pemilik

lahan dan penggarap di Dusun Wonogaten Desa Glawan tersebut menurut

pandangan hukum Islam.

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

6

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan penulis

pada khususnya, selain itu penulis juga berharap hasil penelitian ini dapat

memberikan informasi tentang mukhabarah baik secara teoritis dan praktis.

1. Teoritis

Penulis berharap dengan penelitian ini dapat memajukan ilmu

pengetahuan pada umumnya dan ilmu muamalah khususnya, yang

berkaitan dengan mukhabarah, sehingga dapat mengungkap

permasalahan-permasalahan yang saling berhubungan dengan masyarakat.

2. Praktis

a. Bagi Masyarakat

Memberikan wawasan dan pengarahan kepada masyarakat cara

bermuamalah yang baik sesuai syariat Islam khususnya dalam bidang

pertanian yaitu mukhabarah.

b. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan pola berfikir dalam setiap

melihat hal-hal yang terjadi dalam masyarakat, sehingga mampu

menjadi perubahan yang baik dalam masyarakat. Dan memberikan

informasi tentang akad mukhabarah dalam masyarakat.

c. Bagi Fakultas Syariah

Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kalangan

pendidikan sebagai bahan referensi tentang tinjauan hukum Islam

terhadap pelaksanaan mukhabarah dalam pengelolaan sawah di

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

7

masyarakat, khususnya bagi program studi Hukum Ekonomi Syariah

(HES) Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

E. Penegasan Istilah

Penegasan dimaksudkan untuk menghindari kurang jelasnya atau

pemahaman yang berbeda-beda antara pembaca dengan peneliti mengenai

istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian. Penegasan istilah merujuk

pada buku-buku atau literatur yang relevan dengan disiplin ilmu di mana

penelitian akan dilakukan. Untuk menghindari kesalahpahaman arti dan

maksud dari penulisan penelitian ini, maka penulis menegaskan istilah-istilah

judul sebagai berikut:

1. Hukum Islam

Hukum Islam berasal dari gabungan kata Hukum dan Islam,

Hukum menurut para fukaha (juris) mengkonsepsi hukum sebagai efek

yang timbul dari adanya aksi Tuhan menyapa tingkah laku manusia.

Apabila pembuat hukum syarak memerintahkan memenuhi perjanjian,

maka efek dari perintah itu adalah bahwa pemenuhan perjanjian itu

menjadi wajib. Islam (syariah) adalah Ajaran-ajaran yang dibawa oleh

Nabi Muhammad SAW. Disebut Syariah karena merupakan jalan

menuju Tuhan dan menuju keselamatan abadi, dalam arti luas syariah

agama dimaksudkan sebagai seluruh norma-norma yang dibawa Nabi

Muhammad SAW yang mengatur kehidupan manusia yang baik. Dari

gabungan kata Hukum dan Islam dapat dipahami memiliki pengertian

yaitu merupakan seperangkat norma atau peraturan yang bersumber

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

8

dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW untuk mengatur tingkah

laku manusia yang baik (Anwar,2010 : 10).

2. Mukhabarah

Mukhabarah adalah pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada

orang lain untuk dikelola, akan tetapi modal benihnya dari pengelola

(Suhendi, 2010:154-156).

3. Pengelolaan

Berdasarkan KBBI, pengelola berasal dari kata‟kelola‟ yang berarti

mengendalikan atau menyelenggarakan. Ketika menjadi „pengelolaan‟,

kata ini dimaknai dengan proses, cara, atau perbuatan mengelola.

Sedangkan menurut istilah, kata pengelolaan adalah proses melakukan

kegiatan tertentu dengan menggunakan tenaga orang lain.(KBBI,

2008:657)

F. Tinjauan Pustaka

Skripsi Muhammad Sukron(2016). Fakultas Syariah IAIN Salatiga

yang berjudul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bagi Hasil Mukhabarah di

Desa Tlogorejo Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang, dimana peneletian

tersebut membahas tentang bagi hasil mukhabarah yang dilakukan oleh

masyarakat di Desa Tlogorejo Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang

ditinjau secara hukum Islam adalah sudah sesuai. Akan tetapi apabila dilihat

di Undang-Undang nomor 2 tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil, maka

praktek tersebut belum tepat.

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

9

Selanjutnya skripsi Zaini (2014). UIN Sunan Kalijaga yang

berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap akad Paron Tanah

Cato(Bengkok) Studi Kasus di Desa Jenangger Kecamatan Batang

Kabupaten Sumenep”. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa kerjasama

yang dilakukan oleh masyarakat desa tersbut adalah praktek mukhabarah

yaitu perjanjian bagi hasil pertanian dimana pemiilik lahan menyediakan

lahan dan penggarap menyediakan benih untuk ditanam. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa dalam kerjasama mukhabarah tersebut

terdapat pihak ketiga, sehingga tercipta dua akad diantara pemilik pihak

tersebut, sehingga melahirkan model akad baru yang belum diatur dalam

hukum muamalat yaitu mukhabarah dan muzara‟ah.

G. Metode Penelitian

Metode dalam hal ini diartikan sebagai salah satu cara yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu,

sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan

dan menguji suatu pengetahuan, usaha dimana dilakukan menggunakan

metode-metode tertentu.

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research) yaitu

peneliti terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada

objek yang dibahas. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau

fenomena tentang yang dialami oleh subyek penelitian dengan cara

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

10

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif ini metode yang

digunakan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen

(Moleong, 2001:6).

Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan sociolegal research

yaitu hukum sebagai gejala sosial yang sifatnya empiris, dan dikaji

sebagai variabel bebas/sebab yang menimbulkan pengaruh dan akibat

pada aspek kehidupan. Peneliti berusaha mengumpulkan informasi

melalui wawancara, pelaku mukhabarah dan tokoh agama setempat.

Deskriptif normatif yaitu metode yang dipakai dalam menggambarkan

keadaan atau sifat yang dijadikan objek penelitian dengan dikaitkan

kaidah hukum yang berlaku atau sisi normatifnya untuk menemukan

kebenaran berdasarkan keilmuan hukum Islam.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi ini akan dilakukan.

Penelitian ini terfokus di Dusun Wonogaten Desa Glawan Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang .

3. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai pengumpul data

dilapangan dengan menggunakan alat penelitian yang aktif dalam

mengumpulkan data-data di lapangan, selain peneliti yang dijadikan alat

pengumpulan data adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

11

hasil penelitian serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung

terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam.

Oleh karena itu kehadiran seoarang peneliti di lokasi penelitian

sangat menunjang keberhasilan suatu penelitian, alat bantu memahami

masalah yang ada, serta hubungan dengan informan menjadi lebih dekat

sehingga informasi yang didapat menjadi lebih jelas. Maka kehadiran

peneliti menjadi sumber data yang mutlak.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) sumber data yang digunakan

oleh peneliti yang terdiri dari:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu untuk memperoleh data yang relevan,

dapat dipercaya dan valid. Dalam memgumpulkan data maka peneliti

dapat bekerja sendiri untuk mengumpulkan data atau menggunakan

data orang lain.

Adapun data primernya adalah hasil wawancara tentang

pelaksanaan mukhabarah dalam pengelolaan sawah di Dusun

Wonogaten Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

b. Sumber Data Sekunder

Data yang diperoleh dari sumber data yang sudah jadi. Seperti dari

skripsi, tesis, disertasi, jurnal dan buku-buku yang berkaitan dengan

penelitian ini.

5. Prosedur Pengumpulan data

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

12

Yaitu prosedur yang sistematika dan standar untuk memperoleh data

yang diperlukan. Tehnik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah

sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti

langsung berdialog dengan responden untuk menggali informasi dari

responden.(Suliyanto, 2006:137)

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan-catatan, buku harian, transkip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya

yang berkaitan dengan objek penelitian.(Arikunto, 2006:231). Adapun

yang diperoleh dalam penelitian ini berupa foto-foto dilapangan

terkait dengan mukhabarah.

6. Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode Kualitatif

deskriptif analistis yaitu suatu metode yang menjadi sebagai suatu

prosedur, pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan

atau melukiskan suatu keadaan subyek atau obyek dari dalam sebuah

penelitian berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya. Jadi

dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan dengan keadaan yang

sebenarnya bagaimana pelaksanaan mukhabarah tersebut apakah sudah

sesuai dengan hukum Islam belum.

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

13

7. Pengecekan Keabsahan data

Penelitian menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk

mengecek keabsahan data. Di mana dalam pengertiannya triangulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek

penelitian (Moleong, 2004:330). Pengecekan keabsahan data ini

dilakukan dengan cara membandingkan berbagai dokumen, observasi

dan mencari informasi dari berbagai pihak pemilik lahan dan

penggarap. Pengecekan keabsahan data dilakukan karena

dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau kekeliruan yang terlewati

oleh penulis.

8. Tahap-tahap penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif jadi

tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian seperti pembuatan proposal peneltian,

mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan

sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data dengan

melakukan interview dengan pelaksana mukhabarah dalam

pengelolaan sawah.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa

cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalis data-data tersebut

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

14

dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada

objek yang diteliti.

d. Tahap penulisan laporan, yaitu apabila semua data telah terkumpul

dan telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka

yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian

tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, maka disusunlah

sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini merupakan landasan teori yang digunakan untuk membahas

bab-bab selanjutnya. Bab ini membahas tentang mukhabarah meliputi:

pengertian akad , pengertian mukhabarah, dasar hukum mukhabarah, syarat

dan rukunnya mukhabarah, pembagian hasil serta berakhirnya akad

mukhabarah, hikmah mukhabarah

BAB III : Pada bab ini berisi data-data yang akan dipaparkan mengenai

gambaran umum Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dan

hasil penelitian mengenai akad dan praktik mukhabarah Dusun Wonogaten

Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

BAB IV : Dalam bab ini membahas tentang analisis terhadap akad

mukhabarah di Dusun Wonogaten Desa Glawan Kecamatan Pabelan

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

15

Kabupaten Semarang . Dan analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan

mukhabarah apakah sudah sesuai hukum Islam atau belum.

BAB V : Merupakan penutup yang memuat tentang kesimpulan penelitian,

yang telah dilakukan penulis dari mulai pengumpulan data sampai

menganalisis sehingga menjadikan satu kesimpulan tentang akad dan praktik

mukhabarah di Dusun Wongaten Desa Glawan Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang dan saran penulis.

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

16

BAB II

MUKHABARAH DALAM ISLAM

A. Akad

1. Pengertian Akad dan Dasar Hukum Akad

Kata akad berasal dari bahasa arab عقد-عقدا yang berarti membangun,

mendirikan, memegang, perjanjian, percampuran, menyatukan. Bisa juga

berarti kontrak (perjanjian yang tercatat) (A.Warson Al-Munawir,

1984:1023). Sedangkan menurut al-Sayyid Sabiq (2002: 127) akad berarti

ikatan atau kesepakatan. Secara etimologi akad adalah ikatan antara dua

perkara baik ikatan secara nyata maupun secara maknawi, dari satu segi

maupun dua segi. Secara terminologi, ulama fiqih membagi akad dilihat

dari dua segi, yaitu secara umum dan secara khusus.

Akad secara umum adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh

seseorang berdasarkan keinginannya sendiri seperti wakaf, talak,

pembebasan, atau sesuatu yang pembentukannnya membutuhkan

keinginan dua orang, seperti jual beli, perwakilan dan gadai. Pengertian

akad secara umum di atas adalah sama dengan pengertian akad dari segi

bahasa menurut pendapat Ulama Syafi‟iyyah, Malikiyyah dan Hambaliyah

(Syafe‟i, 2004: 43).

Pengertian akad secara khusus adalah adalah pengaitan ucapan salah

seorang yang berakad dengan yang lainnya secara syara‟ pada segi yang

tampak dan berdampak pada objeknya. Pengertian akad secara khusus

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

17

lainnya adalah perikatan yang ditetapkan dengan ijab qabul berdasarkan

ketentuan syara‟ yang berdampak pada objeknya (Syafe‟i, 2004: 44).

Hal yang terpenting bagi terjadinya akad adalah ijab dan qabul, ijab

qabul adalah suatu perbuatan atau pernyataan untuk menunjukan suatu

keridlaan dan berakad di antara dua orang atau lebih, seingga terhindar

atau keluar dari suatu ikatan yang tidak berdasarkan syara‟. Oleh karena

itu dalam islam tidak semua kesepakatan atau perjanjian dapat

dikategorikan sebagai akad, terutama kesepakatan yang tidak didasarkan

pada keridlaan dan syari‟at islam (Syafe‟i, 2004: 45).

2. Syarat-syarat Akad

Ada beberapa syarat akad (Syafe‟i, 2004: 64-66) antara lain:

a. Syarat-syarat terjadinya akad

Syarat terjadinya akad adalah segala sesuatu yang

disyaratkan untuk terjadinya akad secara syara‟. Jika tidak

memenuhi syarat tersebut, akad menjadi batal. Syarat ini terbagi

menjadi dua bagian:

1) Syarat obyek akad, yakni syarat-syarat yang berkaitan dengan

obyek akad, obyek akad bermacam-macam sesuai dengan

bentuknya. Dalam akad jual beli obyeknya adalah barang uang

diperjual belikan dan harganya. Dalam akad gadai objeknya

adalah barang gadai dan utang yang diperolehnya, agar sesuatu

akad dipandang sah, obyeknya harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

18

a) Telah ada pada waktu akad diadakan

Barang yang belum wujud tidak dapat menjadi obyek

akad menurut pendapat kebanyakan Fuqaha sebab hukum

dan akibat akad tidak mungkin bergantung pada sesuatu

yang belum wujud. Oleh karena itu, akad salam (pesan

barang dengan pembayaran harga atau sebagian atau

seluruhnya lebih dulu), dipandang sebagai pengecualian

dari ketentuan umum tersebut.

Ibnu Taimiyah, salah seorang ulama mazhab hambali

memandang sah akad mengenai obyek akad yang belum

wujud dalam berbagai macam bentuknya, selagi dapat

terpelihara tidak akan terjadi persengketaan dikemudian

hari. Masalahnya adalah sudah atau belum wujudnya obyek

akad itu, tetapi apakah akan mudah menimbulkan sengketa

atau tidak

b) Dapat menerima hukum akad

Para Fuqaha sepakat bahwa sesuatu yang tidak dapat

menerima hukum akad tidak dapat menjadi obyek akad.

Dalam jual beli misalnya, barang yang diperjual belikan

harus merupakan benda bernilai bagi pihak-pihak yang

mengadakan akad jual-beli. Minuman keras bukan benda

bernilai bagi kaum muslimin, maka tidak memenuhi syarat

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

19

menjadi obyek akad jual beli antara para pihak yang

keduanya atau salah satunya beragama Islam.

c) Dapat ditentukan dan diketahui

Obyek akad harus dapat ditentukan dan diketahui oleh

dua belah pihak yang melakukan akad. Ketentuan ini tidak

mesti semua satuan yang akan menjadi obyek akad, tetapi

dengan sebagian saja, atau ditentukan sesuai dengan urfI

yang berlaku dalam masyarakat tertentu yang tidak

bertentangan dengan ketentuan agama.

d) Dapat diserahkan pada waktu terjadinya akad

Yang dimaksud disini adalah bahwa obyek akad tidak

harus dapat diserahkan seketika, akan tetapi menunjukkan

bahwa obyek tersebut benar-benar ada dalam kekuasaan

yang sah pihak bersangkutan (Suhendi, 2002: 43-56).

2) Syarat subjek akad

Dalam hal ini, subyek akad harus sudah aqil (berkal)

tamyiz (dapat membedakan),mukhtar (bebas dari paksaan).

Selain itu, berkaitan dengan orang yang berakad, ada tiga hal

yang harus diperhatikan yaitu:

a) Kecakapan (ahliyah), adalah kecakapan seseorang

untuk memiliki hak (ahliyatul wujub) dan dikenai

kewajiban atasnya dan kecakapan melakukan

tasarruf (ahliyatul ada‟).

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

20

b) Kewenangan (wilayah), adalah kekuasaan hukum

yang pemiliknya dapat ber-tasharruf dan melakukan

akad dan menunaikan segala akibat hukum yang

ditimbulkan.

c) Perwakilan (wakalah) adalah pengalihan kewenagan

perihal harta dan perbuatan tertentu dari seseorang

kepada orang lain untuk mengambil tindakan

tertentu dalam hidupnya (Dewi, 2005: 55-58)

b. Syarat kepastian hukum (Luzum)

Dasar dalam akad adalah kepastian, di antara syarat kepastian

hukum dalam jual-beli adalah terhindarnya dari beberapa khiyar jual-

beli,terhindarnya khiyar seperti khiyar syarat, khiyar aib dan

sebagainya.

3. Rukun-rukun Akad

Rukun-rukun akad adalah sebagai berikut:

a. Orang yang berakad („aqid)

Al-aqid adalah orang yang melakukan akad.

Keberadaannya sangat penting karena tidak akan pernah terjadi

akad manakala tidak ada„aqid.

b. Sesuatu yang diakadkan (ma‟uqud alaih)

Al-Ma‟uqud Alaih adalah objek akad atau benda-benda

yang dijadikan akad yang bentuknya tampak dan membekas.

Barang tersebut dapat berbentuk harta benda, seperti barang

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

21

dagangan, benda bukan harta seperti dalam akad pernikahan,

dan dapat pula berbentuk suatu kemanfaatan seperti dalam

masalah upah-mengupah dan lain-lain.

c. Shighat, yaitu ijab dan qobul

Sighat akad adalah sesuatu yang disandarkan dari dua belah

pihak yang berakad, yang menunjukkan atas apa yang ada di hati

keduanya tentang terjadinya suatu akad. Hal ini dapat diketahui

dengan ucapan perbuatan, isyarat, dan tulisan.

1) Akad dengan ucapan (lafadz) adalah sighat akad yang

paling banyak digunakan orang sebab paling mudah

digunakan dan paling mudah dipahami. Dan perlu

ditegaskan sekali lagi bahwa penyampaian akad dengan

metode apapun harus disertai dengan keridlaan dan

memahamkan para aqid akan maksud akad yang

diinginkan.

2) Akad dengan perbuatan adalah akad yang dilakukan dengan

suatu perbuatan tertentu, dan perbuatan itu sudah maklum

adanya. Sebagaimana contoh penjual memberikan barang

dan pembeli menyerahkan sejumlah uang, dan keduanya

tidak mengucapkan sepatah katapun. Akan semacam ini

sering terjadi pada masa sekarang ini.namun menurut

pendapat Imam Syafi‟i, akad dengan cara semacam ini

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

22

tidak dibolehkan. Jadi tidak cukup dengan serah-serahan

saja tanpa ada kata sebagai ijab dan qabul.

3) Akad dengan isyarat adalah akad yang dilakukan oleh

orang yang tunawicara dan mempunyai keterbatan dalam hal

kemampuan tulis-menulis. Namun apabila dia mampu untuk

menulis, maka dianjurkan agar menggunakan tulisan agar

terdapat kepastian hukum dalam perbuatannya yang

mengharuskan adanya akad.

4) Akad dengan tulisan adalah akad yang dilakukan oleh Aqid

dengan bentuk tulisan yang jelas, tampak, dapat dipahami

oleh para pihak, baik dia mampu berbicara, menulis dan

sebagainya, karena akad semacam ini dibolehkan. Namun

demikian menurut ulama Syafi‟iyyah dan Hanabilah tidak

membolehkannya apabila orang yang berakad hadir pada

waktu akad berlangsung (Rasjid, 2014: 306).

4. Tujuan Akad (Maudlu‟ al-„aqad)

Tujuan akad menduduki peranan yang penting untuk menentukan

suatu akad dipandang sah atau tidak, halal atau haram. Ini semua berkaitan

dengan niat dan perkataan dalam niat. Bahkan perbuatan-perbuatan yang

bukan akad dapat dipengaruhi halal haramnya dari perbuatan yang

mendorong akad itu dilakukan (Nawawi, 2012: 19).

Sebagai contoh orang yang meminjamkan uang kepada orang lain

dengan tujuan untuk memperoleh uang lebih dari yang dipinjamkan,

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

23

maka meminjamkan uang itu menjadi haram karena ingin mengambil

keuntungan lebih (riba). Yang menjadi perdebatan adalah jika sesuatu

perbuatan tersebut tidak mempunyai tujuan yang jelas apakah perbuatan

tersebut tidak mempunyai akibat hukum?. Seperti hanya janji apakah

orang yang berjanji namun tidak menepati janjinya dapat dituntut untuk

memenuhi janjinya?.

Dalam hal ini para Fuqaha‟mempunyai beberapa perbedaan

pendapat ada yang mempunyai akibat hukum ada yang berpendapat tidak

mempunyai akibat hukum. Seperti halnya Ibnu Syubrumah yang

mengatakan bahwa semua janji mempunyai akibat hukum, orang yang

berjanji dapat dituntut untuk memnuhi janjinya. Sedangkan para Fuqaha‟

lainnya berpendapat bahwa janji yang tidak jelas tujuannya itu tidak

dapat dikenai akibat hukum duniawi, meskipun akan diperhitungkan di

hadapan Allah kelak (Nawawi, 2012: 19-29).

Tanpa ada tujuan yang jelas akad secara otomatis tidak dapat

dikenakan akibat hukum atas akad tersebut. Sehingga akad mempunyai

syarat-syarat tujuan akad antara lain:

1. Tujuan akad harus dibenarkan oleh syara‟, sehingga tidak boleh

melakukan akad yang dapat melanggar ketentuan agama misalnya

berkongsi modal untuk berbisnis minuman keras.

2. Tujuan akad tidak merupakan kewajiban yang telah ada atas pihak-

pihak yang bersangkutan artinya tidak mengubah akad yang telah

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

24

berlangsung sebelumnya namum akad yang dilakukan adalah akad

yang baru.

3. Tujuan akad harus berlangsung hingga berakhirnya akad tersebut,

misalnya menyewa sepeda motor untuk diambil manfaatnya dengan

jangka waktu dua bulan, namun belum ada dua bulan motor itu hancur

karena kecelakaan maka akad tersebut menjadi rusak karena hilangnya

tujuan yang hendak dicapai (Nawawi, 2012: 19-29).

5. Macam-macam Akad

Dalam pembagian akad ada beberapa macam akad yang dipandang

dari masing-masing sudu pandang, antara lain:

1. Berdasarkan ketentuan syara‟

a. Akad Shahih, yaitu akad yang mempunyai unsur dan syarat yang

telah ditetapkan oleh syara‟.

b. Akad Ghairu Shahih, yaitu akad yang tidak memenuhi unsure dan

syaratnya. Dengan demikian akad ini tidak berdampak hokum atau

tidak sah.

Dalam hal ini ulama Hanafiyah membedakan antara akad

yang fasid dan akad yang batal, namun para jumhur ulama tidak

membedakannya. Akad batal adalah akad yang tidak mempunyai

rukun akad, seperti tidak ada barang yang diakadkan, akad yang

dilakukan oleh orang gila, akad yang dilakukan oleh oraang yang

dibawah umur dan lain sebagainya. Sedangkan akad fasid adalah

akad yang memenuhi syarat dan rukun akan tetapi dilarang oleh

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

25

syara‟ seperti menjual shabu-shabu, miras, uang palsu dan

sebagainya.

2. Berdasarkan penamaanya ada dua yaitu:

a. Akad yang sudah diberi nama oleh syara‟ seperti rahn, hibah,

mudharabah, murabahah, musyarakah dan lain-lain.

b. Akad yang belum dinamai oleh syara‟ akan tetapi disesuaikan

dengan perkembangan zaman.

3. Berdassarkan dzatnya dibagi menjadi dua antara lain:

a. Akad benda yang berwujud (al „ain), yaitu akad dengan benda

yang dapat dipegangdengan indra manusia, seperti uang,

handphone, rumah dan sebagainya.

b. Akadd benda tidak berwujud (ghair al „ain), yaitu akad benda yang

tidak dapat dipegang dengan indra manusia namun bisa dirasa

manfaatnya oleh manusia, seperti halnya lisensi, informasi dan

lain-lain (Suhendi, 2002: 43-56)

6. Obyek Akad (Mahal al „aqad)

Rasjid (2012: 310) Obyek akad adalah sesuatu yang dijadikan

obyek akad dan dikenakan padanya akibat hukum yang ditimbulkan.

Bentuk obyek akad dapat meliputi benda yang berwujud seperti

perusahaan, rumah, sepeda motor, maupun benda yang tidak berwujud

seperti manfaat dari obyek akad tersebut.

Adapun obyek akad meliputi hal-hal berikut:

1. Obyek akad dibenarkan oleh syara‟

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

26

2. Obyek akad harus jelas dan dikenali

3. Obyek akad harus ada sebelum akad dilangsungkan

4. Obyek akad harus dapat diserah-terimakan

B. Mukhabarah

1. Pengertian Mukhabarah

Menurut KBBI (2007:760) mukhabarah adalah perjanjian bagi

hasil dalam penggarapan tanah pemilik menyerahkan tanah kepada

penggarap benih dari penggarap hasil dibagi bersama sesuai dengan

perjanjian. Menurut istilah, mukhabarah memiliki arti mengerjakan tanah

milik orang lain, baik itu seperti sawah atau ladang dengan adanya

pembagian hasil diantara para pihak sedangkan pengerjaan dan benihnya

ditanggung orang yang mengerjakan (pengelola) (Suhendi, 1986:44).

Mukhabarah menurut syafi‟iyah ialah:

عقدعلي الزرع ببض ما يرج من االرض

“Akad untuk bercocok tanam dengan sebagian apa-apa yang keluar dari

bumi.”

Syaikh Ibrahim Al-Bajuri berpendapat, bahwa mukhabarah ialah:

رج من ها والب ر من العا مل عمل العا مل ف االرض الما لك بب عض ما ي

“Sesungguhnya pemilik hanya menyerahkan tanah kepada pekerja

dan modal dari pengelola”(Suhendi, 2010: 155).

Menurut Hendi Suhendi, mukhabarah yaitu mengerjakan tanah

(menggarap ladang atau sawah) dengan mengambil sebagian dari

hasilnya, sedangkan benihnya dari pekerja (Suhendi, 2014: 154-158).

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

27

Menurut Amir Syarifuddin, mukhabarah adalah kerjasama dalam

usaha pertanian. Dalam kerjasama ini pemilik lahan pertanian

menyerahkan lahanya sedang bibit disediakan oleh pekerja. Hasil

yang diperoleh daripadanya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama

(Syarifuddin, 2003: 240-241).

Menurut Nawawi (2012:162) mukhabarah adalah mengerjakan tanah

(menggarap ladang atau sawah) dengan mengambil sebagian dari

hasil, sedang benihnya dari pekerja. Dengan demikian jika bibit berasal

dari penggarap, maka objek transaksinya adalah kemanfaatan lahan

pertanian, namun jika bibit berasal dari pemilik lahan, objeknya adalah

amal/tenaga penggarap, tapi jika panen telah dihasilkan, keduanya

bersekutu untuk mendapatkan bagian tertentu (Al-Mishri, 2006: 110).

Setelah melihat beberapa definisi tentang mukhabarah di atas,

dapat diketahui bahwa mukhabarah adalah sebuah kerjasama antara

pemilik tanah dan penggarap sawah dalam bidang pertanian. Dalam

kerjasama tersebut pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada

penggarap untuk dikelola dan ditanami, sedangkan bibit tanamannya

dari penggarap. Dan di akhir pemanenan hasilnya dibagi antara pemilik

tanah dan penggarap sawah/ladang sesuai dengan kesepakatan diawal

akad.

2. Dasar Hukum Mukhabarah

Dasar hukum mukhabarah yang mengenai diperbolehkannya

melakukan mukhabarah dalam hadis. Mengenai kebolehannya dalam

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

28

melakukan kerjasama mukhabarah terdapat dalam hadis yang

diriwayatkan oleh Muslim, yang berbunyi:

خا ب رة فان هم ي زعمون

أنو يا بر قال عمر ف قلت لو ياعبد الرحن لوت ركت ى ه امل ان الن

خ ا ب رة ف قال اخبن ان اعلمهم ب لك ي عن ابن عباسى ان االنب م ل ي نو م ن هى عن امل

ا قال ينع احدكم اخاه خي ر لو من ان ياخ علي ها خرجا معلو ما عن ها ان

Artinya: “ Sesungguhnya Thawus ra. bermukhabarah, Umar ra.

berkata dan aku berkata kepadanya, ya Abdurrahaman, kalau engkau

tinggalkan, mukhabarah ini, nanti mereka mengatakan bahwa Nabi

melarangnya. Kemudian Thawus berkata: Telah menceritakan kepdaku

orang yang sungguh-sungguh mengertahui hal itu, yaitu Ibnu Abbas,

bahwa Nabi Saw. Tidak melarang mukhabarah, hanya beliau yang

berkata, bila seseorang memberi manfaat kepada saudaranya, hal itu

lebih baik daripad mengambil manfaat dari saudaranya dengan telah

dimaklumi.”(HR. Muslim) (Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, 2011: 216).

Hadits di atas menjelaskan mengenai adanya praktik

mukhabarah yang dilakukan oleh sahabat Rasulullah. Berdasarkan apa

yang mereka lakukan tersebut, dapat kita lihat bahwa Rasulullah sama

sekali tidak melarang dilakukannya mukhabarah, karena sebagaimana

yang kita ketahui, bahwasanya semua jenis muamalah itu

diperbolehkan, hingga ada dalil yang melarangnya. Oleh karena itu,

hukum melakukan mukhabarah sendiri adalah boleh (mubah), dengan

cacatan apa yang dilakukan tersebut dapat memberikan manfaat yang baik

kepada sesama atau berlandaskan keinginan untuk menolong tanpa adanya

tujuan lain dengan maksud menipu atau merugikan.

Hadits lainnya yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum

untuk diperbolehkannya melakukan mukhabarah adalah sebagai berikut:

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

29

صلى اللو عليو و سلم مر بقوم ي لقحون ف قال لول ت فعلوالصلح عن أنس أن النقالفخر ج شيصا فمر بم ف قال ما لنخلكم قالو اق لت ك ا وك ا قال أن تم أعلم بأمر

اكم )روامهسلم وابن ماجة وأحد(دن ي

Artinya: Dari Anas r.a berkata: “Suatu ketika Rasulullah saw.

Lewat pada semua kaum yang melakukan penyerbukan bakal kurma.

Rasulullah saw. bersabda: Andaikan engkau biarkan saja, niscaya akan

menjadi kurma yang bagus.” Anas berkata: “Setelah mereka

mengikuti perintah Rasulullah saw. untuk tidak melakukan penyerbukan,

ternyata menjadi buah kurma yang bongkeng.” Kemudian Rasulullah

saw. lewat dan menanyakan: “Ada apa dengan kurma kamu?”

Mereka mengatakan: “Hal ini terjadi karena kami mengikuti perintah

engkau.” Rasulullah saw. bersabda: “Kalian lebih mengetahui

terhadap urusan dunia kalian.”(HR. Muslim, Ibn Majah dan

Ahmad)(Misbahul, 2007:41)

Hadits di atas menceritakan mengenai orang-orang yang

menjalankan profesinya sebagai petani kurma. Dalam hal tersebut, di

mana para petani itu mendengarkan saran Rasulullah agar tidak

menyerbukkan benih kurmanya, namun ternyata apa yang mereka

lakukan malah mendapatkan hasil panen yang buruk. Dalam hal ini

Rasulullah menjelaskan bahwa masalah mengenai penyerbukan benih

kurma merupakan masalah dunia mereka yang bersangkutan, dan orang-

orang itu tentu saja lebih memahaminya.

Dari kisah singkat tersebut, kita mendapatkan apa yang

menjadi latar belakang lahirnya hadits di atas. Hadits di atas

membahas urusan duniawi, tepatnya adalah mengenai ilmu pertanian dan

perkebunan. Dari kisah tersebut kita juga dapat melihat bahwa apa

yang dianjurkan Rasulullah ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya,

di mana apa yang disarankan Rasulullah ternyata malah berdampak

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

30

tidak baik pada hasil perkebunan kurma kaum tersebut, tidak seperti

hasil yang biasa didapat oleh mereka dengan menggunakan cara yang

biasa. Artinya, pendapat Rasulullah dalam masalah ini bisa saja benar

atau salah, sehingga tidak ada tuntutan terhadap umatnya untuk

mengharuskan mengikuti anjuran tersebut.

Penjelasan yang dipaparkan dalam hadits ini dapat dijadikan

acuan bagi umat Muslim dalam bermuamalah. Lebih jelasnya, hadits di

atas dapat dijadikan landasan diperbolehkannya kebebasan berekonomi

dalam lingkup yang sesuai ajaran dan tidak menyalahi aturan.

3. Rukun Dan Syarat Mukhabarah

Kerjasama dalam bentuk Mukhabarah adalah kehendak dan

keinginan dua belah pihak, oleh karena itu harus ada di dalam suatu akad

atau perjanjian, baik secara formal dengan ucapan ijab dan qabul, maupun

dengan cara lain yang menunjukkan bahwa keduanya telah melakukan

kerjasama.

Dalam melaksanakan kerjasama mukhabarah diawali dengan

sebuah perjanjian sehingga harus memenuhi rukun dan syarat-syaratnya:

a. Rukun Mukhabarah

Berikut akan dijelaskan lebih dahulu mengenai rukun akad

berdasarkan pendapat jumhur fuqaha, antara lain adalah:

1) „Aqid, yaitu orang yang melakukan kesepakatan dengan jumlah

yang terdiri dari dua oarang atau lebih.

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

31

2) Ma‟aqud‟alaih, merupakan benda-benda (objek) yang

diakadkan.

3) Maudhu‟ al-„aqd, adalah tujuan pokok dari diadakannya akad.

4) Shighat al-„aqd yang terdiri dari ijab dan qabul (Huda, 2011:28)..

Menurut ulama Hanafiah, rukun mukhabarah adalah akad,

yaitu adanya ijab dan qabul antara pemilik lahan dan pengelola.

Adapun secara rinci, ulama Hanafiah mengklasifikasikan rukun

mukhabarah menjadi 4, antara lain:

a) Tanah.

b) Perbuatan pekerja.

c) Modal

d) Alat-alat untuk menanam (Suhendi, 2014:158).

Sedangkan menurut ulama Malikiah, muzara‟ah diharuskan

menaburkan benih di atas lahan yang disediakan. Namun apabila

mukhabarah, maka benih yang akan ditaburkan tersebut berasal dari

pengelola. Menurut pendapat paling kuat, perkongsian harta

termasuk muzara‟ah ini harus menggunakan shighat (Syafe‟i,

2001:20).

Berikut adalah rukun mukhabarah yang dkemukakan oleh

jumhur ulama, yaitu:

a) Pemilik lahan.

b) Petani penggarap(pengelola)

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

32

c) Objek mukhabrah/muzara‟ah, yaitu antara manfaat lahan dan

hasil kerja petani.

d) Ijab (ungkapan penyerahan mencari lahan untuk diolah dari

petani).

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ulama di atas, dapat

disimpukan bahwa yang menjadi rukun dari mukhabarah antara lain

adalah:

1. Pemilik lahan

2. Petani Penggarap atau pengelola

3. Objek mukhabarah(lahan/tanah yang hendak dikelola).

4. Adanya manfaat/hasil kerja pengelola.

5. Akad ( Ijab dan Kabul)

b. Syarat-syarat Mukhabarah

Melihat rukun-rukun di atas, maka tidak akan lepas dari syarat-

syarat yang ditentukan mengenai rukun-rukunnya. Maka syarat-

syarat praktik mukhabarah adalah sebagai berikut:

1) Syarat yang bertalian dengan „aqidain (orang yang berakad)

antara pemilik tanah dan penggarap yaitu harus berakal.

2) Syarat yang berkaitan dengan tanaman, yaitu disyaratkan

adanya penentuan macam apa saja yang akan ditanam.

3) Hal yang berkaitan dengan perolehan hasil dari tanaman, yaitu:

a) Bagian masing-masing harus disebutkan

jumlahnya(prosentasenya ketika akad).

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

33

b) Hasil adalah milik bersama.

c) Bagian kedua belah pihak sudah dapat diketahui.

d) Tidak diisyaratkan bagi keduanya penambahan yang maklum.

Hal yang berhubungan dengan tanah yang akan ditanami,

yaitu:

1 Tanah tersebut dapat ditanami

2 Tanah tersebut dapat diketahui batas-batasnya.

4) Hal yang berkaitan dengan waktu, syarat-syaratnya ialah:

a) Waktunya telah ditentukan.

b) Waktu itu memungkinkan untuk menanam tanaman yang

dimaksud, seperti menanam padi waktunya kurang lebih 4

bulan(tergantung teknologi yang dipakainya, termasuk kebiasaan

setempat.

c) Waktu tersebut memungkinkan kedua belah pihak hidup menurut

kebiasaan (Suhendi, 2014: 158-159).

4. Pembagian Hasil Dalam Mukhabarah

Bagi hasil sebagaimana telah disebutkan adalah suatu istilah yang

sering digunakn oleh orang-orang dalam melakukan kerjasama untuk

mencari keuntungan yang akan berdasarkan kesepakatan antara kedua

belah pihak yang mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian.

Menurut istilah bagi hasil adalah transaksi pengelolaan hasil bumi

dengan sebagian dari hasil yang keluar dari tanah(bumi) tersebut. Yang

dimaksudkan disini adalah pemberian hasil untuk orang yang mengelola

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

34

atau menanami tanah dari yang dihasilkannya seperti setengah, sepertiga

atau lebih dari atau lebih rendah sesuai dengan kesepakatan kedua belah

pihak antara penggarap dan pemilik (Sabiq, 1988:158-159).

Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir, bahwasannya Arab

senantiasa mengolah tanahnya secara muzara‟ah dengan metode

pembagian hasil 1/3:2/3, 1/4:3/4, 1/2:1/2 (Mardani, 2013:240).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk hasil panen antara lan, yaitu:

a. Hasil panen harus diketahui secara jelas di dalam akad, karena

nantinya hasil panen tersebut akan dijadikan upah. Apabila hasil

panen tidak diketahui, hal tersebut dapat merusak akad dan

menjadikannya tidak sah.

b. Status dari hasil panen adalah milik bersama dari kedua belah pihak.

Tidak boleh ada syarat yang menyatakan bahwa hasil panen

dikhususkan untuk salah satu phak, karena hal tersebut dapat merusak

akad.

c. Pembagian hasil panen harus ditentukan kadarnya,, yaitu boleh

dengan cara setengah/separuh, sepertiga, seperempat atau jumlah

lainnya sesuai dengan kesepakatan. Tidak ditentukannya kadar

pembagiannya ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan munculnya

perselisihan di kemudian hari.

Pembagian hasil panen harus ditentukan secara umum dari keseluruhan

hasil panen. Maksudnya jika disyaratkan bagian Maksudnya, jika

disyaratkan bagian satu pihak adalah sekian (dalam jumlah spesifi, misal:

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

35

empat mud), maka dianggap tidak sah. Sebab, bisa saja hasil panen dari

tanaman hanya menghasilkan sebanyak yang ditentukan untuk satu pihak

tersebut (Az-zuhaili, 2011:566-557).

5. Hukum Mukhabarah

Hukum mukhabarah sahih menurut Hanafiyah sebagai berikut:

a. Segala keperluan untuk memelihara tanaman diserahkan kepada

penggarap.

b. Pembiayaan atas tanaman dibagi antara penggarap dan pemilik tanah.

c. Hasil yang diperoleh dibagikan berdasarkan kesepakatan waktu akad.

d. Menyiram atau menjaga tanaman, jika disyaratkan akan dilakukan

bersama, hal itu harus dipenuhi. Akan tetapi, jika tidak ada kesepakatan,

penggaraplah yang paling bertanggung jawab menyiram atau menjaga

tanaman,

e. Dibolehkan menambahkan penghasilan dari kesepakatan waktu yang

telah ditetapkan.

f. Jika salah seorang akad meninggal sebelum diketahui hasilnya, peggarap

tidak mendapatkan apa-apa sebab ketetapan akad didasarkan pada

waktu.(Syafe‟i, 2001:210-211)

6. Berakhirnya Akad Mukhabarah

Beberapa hal yang menyebabkan mukhabarah , akan berakhir apabila:

a. Kematian salah satu pihak yang mengadakan akad.

b. Atas permintaan salah satu pihak sebelum panen. Dengan

alasan yang dapat dimaklumi.

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

36

c. Jangka waktu yang ditentukan telah habis. Tetapi apabila jangka

waktu sudah berakhir sedangkan hasil pertanian belum bisa dipanen,

maka akad itu tidak dibatalkan sampai panen dan hasilnya dibagi

sesuai kesepakatan.

d. Berakhirnya usaha pertanian dengan panen.

e. Pihak pekerja jelas-jelas tidak mampu lagi melanjutkan

pekerjaannya. Bila kerjasama berakhir sebelum panen, maka yang

diterima oleh pekerja adalah upah dan yang diterima oleh pemilik

tanah adalah sewa dalam ukuran yang patut (Syarifuddin, 2003:

242-243).

Apabila penggarap atau ahli warisnya berhalangan bekerja sebelum

berakhirnya waktunya akad, mereka tidak boleh dipaksa. Tetapi,

jika mereka memetik buah yang belum layak dipanen maka hal itu

adalah mustahil. Hak berada pada pemilik atau ahli warisnya,

sehingga dalam keadaan seperti ini dapat dilakukan beberapa hal

sebagai berikut.

1. Memetik buah dan dibagi dua belah pihak sesuai dengan

perjnajian yang telah disepakati.

2. Memberikan kepada penggarap atau ahli warisnya sejumlah

uang karena dialah yang memotong atau memetik.

3. Pembiayaan pohon sampai pantas untuk dipetik atau dipanen.

(Sahrani dan Abdullah, 2011: 209).

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

37

7. Hikmah Mukhabarah

Kejayaan Islam bukanlah dongeng atau cerita fiksi belaka, tetapi

itu pernah terjadi dalam sejarah berabad-abad yang lalu, dan pemikiran

bagi umat, adalah sebuah kekayaan yang tidak ternilai harganya bagi

manusia dalam kehidupan mereka, apabila mereka adalah umat yang baru

lahir. Meskipun akhir-akhir ini mayoritas Islam mengalami penurunan

dalam berbagai bidang (khususnya bidang ekonomi) dengan faktor antara

lain sistem ekonomi yang kurang baik. Berdasarkan hal ini, kaum

muslimin harus membangun pemikiran dan metode berfikir yang inovatif

dalam diri mereka.

Munculnya ekonomi Islam atau ekonomi Syari‟ah dewasa ini telah

membawa nama-nam pemikir Islam klasik muncul kembali, yaitu

pemikiran dan gagasan ekonomi syari‟ah tersebut. Ekonomi Islam yang

muncul pada abad pertengahan awal abad 20 hingga dewasa ini telah

menunjukkan eksistensinya. Bahkan, hampir sejajar dengan sistem

ekonomi lainnya, seperti kapitalis dan sosialis. Hal ini ditanadi dengan

semakin banyaknya instrumen-instrumen ekonomi yang menggunakan

instrumen ekonomi syari‟ah.

Dalam masalah mukhabarah, disyari‟atkan untuk menghindari

adanya pemilik hewan ternak yang kurang bisa dimanfaatkan, agar bisa

dimanfaatkan oleh orang yang tidak punya hewan tetapi mempunyai

keahlian untuk mengurusnya. Begitu pula bagi orang yang memiliki tanah

namun tidak sempat untuk menggarapnya, maka bisa digarap oleh orang

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

38

lain agar tanah tersebut berdaya guna. Dalam mukhabarah terdapat

pembagian hasil untuk hal-hal lainnya yang disesuaikan dengan konsep

kerjasama dalam upaya menyatukan potensi yang ada pada masing-

masing pihak dengan tujuan bisa saling menguntungkan.

Hikmah yang terkandung dalam mukhabarah, sebagai berikut:

a. Saling tolong menolong, dimana antara pemilik tanah dan yang

menggarapnya saling diuntungkan.

b. Tidak terjadi adanya kemubadziran baik tanah maupun ternak, yakni

tanah yang kosong bisa digarap oleh orang yang membutuhkan,

begitu pun pemilik tanah merasa diuntungkan karena tanahnya

tergarap.

c. Menimbulkan adanya rasa keadilan dan keseimbangan. Keadilan

dapat menghasilkan keseimbangan dalam perekonomian dengan

meniadakan kesenangan antara pemilik modal dengan pihak yang

membutuhkan. Walaupun tentunya Islam tidak menganjurkan

kesamaan ekonomi dan mengakui adanya ketidaksaan ekonomi antara

orang perorangan (Sahrani, 2011: 217-218)

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

39

BAB III

PRAKTIK MUKHABARAH DI DUSUN WONOGATEN DESA GLAWAN

KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG

A. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa Glawan

Suatu ketika mbah Ky Sombron gantian berkunjung kepada mbah

Ky Luwuk. Namun kedatangannya hanyalah untuk melanjutkan

keinginannya untuk memamerkan kesaktiannya lagi, maka Ky

Luwukpun melayani kemauan Ky Sombron tersebut. Pada saat

berpamitan pulang ternyata kursi yang didudukinya tidak bisa dilepas,

tidak berapa jauh langkahnya kursi itu dilepas dengan paksa. Akhirnya

kursi itu rusak dan sebagian tubuh Ky Sombronpun kesakitan.Tempat

lepasnya kursi tersebut sampai saat ini dikenal dengan sebutan

Bondolan yang artinya rusak. Mbah Ky Sombron meneruskan

perjalanan pulang dan beristirahat disuatu sendang sambil mengobati

rasa sakitnya yang sampai saat ini dinamakan kali Tambanan

(Pengobatan). Sepeninggal tamunya Ky Luwuk menyesal akan

peristiwa tersebut. Namun takdir memang harus demikian. Akhirnya

tempat itu dinamakan “GLAWAN”.Yang artinya menyesal karena

telah dilawan.

2. Tata Letak Geografis

Secara geografis dusun Wonogaten merupakan bagian terkecil

dari Desa Glawan dan Desa Glawan merupakan dari Kecamatan

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

40

Pabelan Kabupaten Semarang. Desa Glawan merupakan salah satu

desa yang terletak di Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang,

Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Secara geografis, Desa Glawan

terletak diantara 7º17‟28 LU dan 7º18‟12 LS. Desa Glawan juga

memiliki luas wilayah 1.99 km².

Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

mempunyai batas-batas wilayah, sebagai berikut:

a. sebelah timur : Desa Semowo,

b. sebelah barat : Desa Sukoharjo,

c. sebelah utara : Desa Jembrak

d. sebelah selatan : Desa Bejaten.

Desa Glawan kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang telah

memiliki 4 Dusun, sebagai berikut:

a) Dusun Krajan

b) Dusun Wonogaten

c) Dusun Randusari

d) Dusun Semare

Adapun wilayah dusun Wonogaten yang sebegian besar

wilyahnya adalah lahan pertanian atau areal persawahan. Lahan

pertanian di daerah ini termasuk lahan pertanian yang subur untuk

ditanami.

Sebagian masyarakat dusun Glawan dapat menanami lahan

persawahan dengan padi, umbi-umbian, dan sayur-sayuran dan

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

41

juga terdapat tegalan yang mana pada masyarakat umumnya

penduduk dusun Wonogaten menanami pohon pepohonan seperti

mahoni, jati, sengon, kelapa, singkong dan sebagainya.

3. Keadaan Demografi

Dusun Wonogaten merupakan salah satu dusun yang ada di Desa

Glawan. Desa Glawan memiliki jumlah penduduk 1991 jiwa yang

terdiri dari 1006 laki-laki dan 98 perempuan dengan jumlah kepala

keluarga 681 KK. Jumlah penduduk tersebut apabila diklasifikasikan

menurut beberapa faktor adalah sebagai berikut:

a. Jumlah penduduk menurut dari segi usia.

Berikut adalah tabel data jumlah penduduk menurut dari segi usia.

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Menurut Usia

Usia Jumlah

< 1 Tahun 26 jiwa

1-4 tahun 117 jiwa

5-14 tahun 292 jiwa

15-39 tahun 743 jiwa

40-64 tahun 649 jiwa

65 tahun ke atas 164 jiwa

Jumlah Total 1991 Jiwa

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

42

b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

Berikut adalah tabel data mengenai jumlah penduduk menurut

jenis pekerjaan:

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan

Petani 212 Jiwa 182 Jiwa

Buruh Tani 1 Jiwa 4 Jiwa

Buruh Pabrik 230 Jiwa 161 Jiwa

PNS 19 Jiwa 12 Jiwa

Pegawai Swasta 210 Jiwa 161 Jiwa

Wiraswasta/Pedagang 71 Jiwa 61 Jiwa

Lainnya 667 Jiwa

Jumlah Total 1991

c. Struktur Pemerintahan Desa Glawan

Tabel 3.3

Struktur Pemerintahan Desa Glawan

Kepala Desa Joni Wiranto

Sekretaris Desa Muhammad Noor Kholis,

S.H.I

Kepala Urusan Keuangan Maryanto

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

43

Kepala Urusan Tata Usaha dan

Umum

Triyono

Kepala Seksi Pemerintahan Kudarso

Kepala Seksi Kesejahteraan Iva Nurjanah

Kepala Seksi Pelayanan Agus Supriyadi

Kepala Dusun Krajan Siswanto

Kepala Dusun Wonogaten R. Pujianto

Kepala Dusun Semare Adib Ainurrohim

Kepala Dusun Randusari Sumardi

4. Keadan Ekonomi Masyarakat

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar

Desa Glawan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai

petani. Walaupun banyak diantara penduduk yang bermata

pencaharian bukan petani, tetapi mereka bisa juga disebut sebagai

petani. Hal ini dikarenakan bahwa hampir setiap keluarga itu

mempunyai lahan pertanian(sawah). Jadi masyarakat yang bukan

petani dapat juga dikatakan sebagai petani, meskipun bertani bukan

sebagai mata pencaharian utama mereka artinya bahwa bertani hanya

pekerjaan sambilan saja, upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari semakin mereka tingkatkan dan juga mempunyai usaha lain

untuk memperlancar dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

44

misalnya dengan cara berdagang, menjadi guru dan seterusnya, untuk

memenuhi kebutuhan sandang, pangan maupun papan.

Pengolahan sawah di Dusun Wonogaten ada yang menggunakan

traktor ada pula yang masih menggunakan cangkul. Selain itu, irigasi

yang cukup lancar sangat membantu sekali untuk memenuhi

kebutuhan pengairan sawah. Sehingga sawah tidak pernah kekeringan

kecuali pada musim kemarau. Oleh karena itu, para petani dapat

menanam padi dua kali dalam setahun.

Selain itu, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,

berbagai upaya dilakukan masyarakat, seperti membuat usaha

budidaya ikan lele, peternakan bebek, pembuatan keranjang ikan, dan

toko kelontong.

Untuk penjualan hasil perekonomian masyarakat, saat ini sudah

ada kelompok tani di tiap- tiap dusun yang mengakomodir hasil panen

padi para petani, dan untuk hasil kerajinan keranjang kan dari bambu,

penjualan dilakukan melalui pengepul yang mengumpulkan hasil

kerajinan mereka untuk dijual ke berbagai kota di Jawa Tengah.

B. Pelaksanaan Mukhabarah dalam Pengelolaan Sawah di Dusun

Wonogaten Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya . Banyak interaksi yang dilakukan

agar kebutuhannya dapat terpenuhi. Disinilah hubungan timbal balik

antara individu satu dengan yang lainnya dapat terjalin dengan baik. Pada

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

45

prinsipnya setiap orang yang kerjasama pasti akan mendapatkan hasil dari

apa yang dikerjakannya dan masing-masing tidak akan dirugikan.

Pemilik sawah merupakan seseorang yang memiliki lahan

pertanian, sedangkan buruh tani adalah yang menggarap lahan pertanian

yang bukan miliknya. Seperti halnya yang terjadi di Dusun Wonogaten

Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang yang rata-rata

masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Berikut hasil

wawancara yang dilakukan penulis dengan beberapa narasumber yang

berkenaan dengan mukhabarah dalam hal ini sebagai narasumbernya ialah

pemilik sawah dan penggarap.

1. Akad Mukhabarah

Perjanjian yang dilakukan oleh pemilik sawah dengan para pihak

pengelola atau penggarap di Dusun Wonogaten Desa Glawan

Kecamatan Kabupaten Semarang merupakan kerjasama bagi hasil.

Karena pemilik lahan telah menyerahkan tanahnya untuk dikerjakan

kepada penggarap atau pengelola dengan persetujuan saat panen maka

hasilnya dibagi antara pemilik sawah dan penggarap.

Awal mula terjadinya akad mukhabarah ini yaitu pertemuan antara

pemilik sawah dan penggarap. Dalam pertemuan tersebut, yang

mengawali dari pihak pemilik lahan untuk mendatanngi ke rumah

penggarap untuk menyerahkan tanahnya agar digarap.

Akad mukhabarah dalam pertemuan antara pemilik lahan dan

penggarap tersebut yang dilakukan masyarakat Dusun Wonogaten

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

46

adalah secara lisan tanpa ada tulisan hitam diatas putih, karena mereka

menggunakan saling percaya satu dengan yang lain. Dalam akad

tersebut tidak mendatangkan saksi, hanya antara pemilik lahan dan

penggarap. Sebagai contoh akad secara lisan apabila pemilik lahan

mendatangi rumah seorang penggarap sawah adalah

“Saya mendatangi rumah penggarap untuk menyerahkan sawah

pertanian. Setelah sawah itu panen nanti hasilnya dibagi dua.

Kemudian biaya pupuk atau mess nanti saya bantu. Tetapi biaya

penggarapan selebihnya dari Mas”.(Ibu Rohmini Pemilik Lahan

Wawancara 15 Agustus 2018)

“ Ya Bu. Saya bersedia untuk menggarap lahan ibu”. (Bapak

Basyir Penggarap lahan Bu Rohmini wawancara 31 Agustus 2018)

“Tidak ada biaya administrasi ataupun tertulis. Saya secara

langsung menyampaikan kepada penggarap untuk menggarap lahan

pertanian saya yang berdasarkan kepercayaan”.(Bapak Naim Pemilik

Lahan Wawancara 15 Agustus 2018)

“ Ya saya sanggup menggarap lahan bapak dengan benih dari saya,

pupuk dibagi dua, dan obat dari pemilik lahan”.( Bapak Sugiono

penggarap lahan Bapak Naim Wawancara 15 Agustus 2018)

Mengenai perjanjian atau akad yang dipraktikan Dusun Wonogaten

yang dibuat oleh kedua belah pihak, bahwa terjadi ijab dan qobul

antara pemilik lahan dengan penggarap dari awal sebelum

mengerjakan lahan pertanian yang diserahkan.

Sejak awal mula akad mukhabarah yang dilaksanakan oleh

masyarakat di Dusun Wonogaten di atas, dijelaskan bahwa dari beban

biaya penggarapan sawah atau ladang mulai dari awal mengelola lahan

sawah, pemilihan bibit, pengobatan, perawatan tanaman sampai

dengan tibanya hasil panen dibebankan kepada penggarap.

Namun lain halnya dengan biaya pupuk atau mess ditanggung

bersama antara pemilik lahan dan penggarap, ada juga yang biaya obat

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

47

yang ditanggung bersama. Sebagaimana temuan penulis dalam

wawancara dengan informan sebagai berikut:

“Biaya pupuk dan obat dibagi dua antara saya dengan penggarap

lahan saya, misalnya pupuk atau mess habis 4 sak jadi masing-masing

2 sak”. (Wawancara dengan Bu Mur pemilik lahan pada tanggal 15

Agustus 2018)

“Nak pupuk atau mess itu dibagi dua misalnya habisnya Rp.

100.000,- maka masing-masing Rp. 50.000,-, tapi kalau obat dari

pengelola saja”.(Wawancara dengan Bapak Yatin sebagai penggara

pada tanggal 15 Agustus 2018)

“Sejak awal perjanjian bibit itu dari saya dan pengobatan dari

Bapak Naim kemudian pupuk atau mess itu dutanggung bersama

anatara pemilik lahan dan penggarap”.(Wawancara dengan Bapak

Sugiono sebagai penggarap pada tanggal 15 Agustus 2018)

Dalam biaya pupuk atau mess masyarakat Dusun Wonogaten

Desa Glawan penulis juga menemukan pemilik sawah yang hanya

sekedar membantu saja, jadi tidak menentukan berapa nominal yang

akan ditanggung antara pemilik lahan dan penggarap, kemudian ada

pula penggarap yang ingin hasil panenannya itu lebih bagus sehingga

penggarap mengeluarkan lebih untuk biaya pupuknya supaya

mendapatkan hasil panen yang memuaskan atau sesuai dengan

harapan. Sebagaimana dalam wawancara dengan informan sebagai

berikut:

“Masalah pupuk atau mess pemilik lahan hanya bersifat membantu

soalnya kalau ditanggung bersama juga banyak mbk, jadi kita hanya

membantu saja, memang dari awal seperti itu dan umumnya seperti itu

mbak”.(Wawancara dengan Bu Rohmini pemilik lahan pada tanggal

15 Agustus 2018)

“Biaya pupuk yang sebenarnya ya dibagi dua, antara pemilik lahan

dan penggarap tetapi kan terkadang saya ingin mendapatkan hasil

panen padi yang lebih bagus, jadi ya lebih saya mengeluarkan

tambahan biaya tersebut”.( Wawancara dengan Bapak Basyir sebagai

penggarap pada tanggal 31 Agustus 2018)

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

48

2. Jangka Waktu

Pelaksanaan mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat Dusun

Wonogaten dalam jangka waktu perjanjiannya tidak disebutkan secara

jelas lama waktunya. Sehingga selama penggarap mampu dan

dipercaya untuk menggarap lahan maka penggarap terus menerus kan

mengelola lahan tersebut. Sebagaimana temuan penulis dalam

wawancara dengan informan, sebagai berikut:

“Tidak ada jangka waktu atau batasannya, misal lahannya diminta

oleh pihak pemilik ya saya berikan”. (Wawancara Bapak Sungkono

pada tanggal 15 Agustus 2018)

“Tidak ada jangka waktu atau batasan, selama saya masih mampu

menggarap saya garap, kalau tidak mampu ya saya kembalikan lahan

kepada pemilik. Apabila bapak naim sebagai pemilik lahan

membutuhkan lahan ya saya berikan”. (wawancara Bapak Sugiono

pada tanggal 15 Agustus 2018)

“Selama pemilik lahan tidak ada yang mengelola maka saya yang

menggarap”. (Wawancara Bapak Yatin pada tanggal 15 Agustus 2018)

Karena jangka waktu penggarapan dalam perjanjian atau akad

tidak ditentukan atau tidak dibatasi, maka perjanjian tersebut bisa

diakhiri kapan saja atau sewaktu-waktu pemilik sawah membutuhkan.

Artinya apabila pemilik sawah menginginkan mengakhiri akadnya

atau ingin mengambil kembali lahannya maka itu bisa dilakukan,

meskipun penggarap masih membutuhkan atau menginginkan lahan

tersebut untuk digarap. Dan sebaliknya apabila dari pihak penggarap

ingin mengakhiri akad atau ingin menyerahkan kembali tanah yang

digarap karena sudah tidak mampu lagi untuk melanjutkan kerjasama

penggarapan tersebut.

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

49

Para penggarap Dusun Wonogaten telah melakukan kerjasama

bervariasi lamanya ada yang baru 1,5 tahun, 2 tahun, 3 tahun bahkan

ada yang berpuluh-puluh tahun. Sampai penggarap menyerahkan lahan

sawah tersebut kepada pemiliknya. Misalnya yang dilakukan oleh

penggarap bapak Sugiono yang telah kerjasama mukhabarah ini

selama 2 tahun bersama bapak Naim dan sampai sekarang masih

dipercaya untuk mengggarapnya. Sebagaimana temuan peneliti dalam

wawancara informan sebagai berikut:

“Saya sudah menjadi petani petani penggarap 2 tahun dengan

bapak Naim”.(Wawancara dengan Bapak Sugiono sebagai penggarap

pada tanggal 15 Agustus 2018)

“Saya mulai menjadi petani penggarapnya bu Mur 3 tahunan

mbak”.(Wawancara dengan Bapak Yatin sebagai penggarap pada

tanggal 15 Agustus 2018)

“ Saya menjadi penggarap lahannya bu Rohmini sudah 1, 5

tahun.”(Wawancara dengan Bapak Basyir sebagai penggarap pada

tanggal 31 Agustus 2018)

3. Tanah Penduduk yang di mukhabarah

Tanah yang di mukhabarah oleh masyarakat Dusun Wonogaten

untuk mendapatkan hasil panen adalah sebagai berikut:

Pemilik Penggarap Tanah di Mukhabarah (m²)

Rohmini Basyir 900

Sungkono 3.718

Naim Sugiono 3.209

3.384

Murtiamah Yatin 3.412

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

50

4. Kesepakatan Atas Benih atau Jenis Tanaman

Melihat akad di atas maka bentuk akad yang dilakukan oleh

masyarakat Dusun Wonogaten yaitu lahan pertanian berasal dari

pemilik lahan sedang benih dari penggarap. Dalam pemilihan jenis

tanaman yang akan ditanam tidak ada kesepakatan dari kedua belah

pihak, akan tetapi benih yang akan ditanam ditentukan oleh penggarap.

Dalam pemilihan benih, pemilik lahan hanya mengikuti petani

penggarap saja. Sebagaimana temuan penulis dalam wawancara

dengan informan sebagai berikut:

“Ketika waktunya menggarap sawah atau menanam padi yang

langsung saja menana mnya tidak manawarkan terlebih dahulu kepada

pihak pemilik lahan”.( Wawancara Bu Mur pada tanggal 15 Agustus

2018)

“Sejak awal menyerahkan lahan, memang benih dari

saya”.(Wawancara Bapak Sugiono pada tanggal 15 Agustus 2018)

5. Pelaksanaan Bagi Hasil

Bagi hasil adalah hal yang harus dilakukan antara dua orang yang

melakukan perjanjian atau akad. Dalam akad mukabarah, pembagian

hasil adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi agar kerjasama

mukahabarah itu dianggap sah.

Bagi hasil panen mukhabarah yang dilaksanakan oleh masyarakat

Dusun Wonogaten adalah dengan dibagi dua antara pemilik sawah

dan penggarap sama rata atau paron dengan persentase 50:50. Hal itu

dikarenakan sejak awal kesepakatan akad anatara pemilik lahan dan

penggarap sawah, kemudian apabila nanti sawahnya panen, maka

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

51

bagian masing-masing mendapatkan hasil panenannya tersebut 50:50,

berapapun hasil panenannya. Sebagaimana temuan penulis dalam

pembagian hasil panen dalam wawancara informan sebagai berikut:

“Saya sekali panen padi mendapatkan hasil 3 kwintal itu dalam

waktu 3 bulan, jenis padi umbul, maka bagian masing-masing adalah

1,5 kwintal”.(Wawancara Bapak Sugiono pada tanggal 15 Agustus

2018)

“Satu tahun, mendapatkan hasil dua kali panen, sekali panen dalam

waktu 6 bulan mendapatkan hasil 5 kwintal, maka masing-masing 2,5

kwintal”. (Wawancara Bapak Yatin pada tanggal 15 Agustus 2018)

Bapak Basyir yang telah melakukan kerjasama mukhabarah

selama 1,5 tahun bersama Ibu Rohmini, dan sampai sekarang masih

berjalan melakukan kerjasama mukhabarah, berikut perincian biaya:

Tabel 3.4

Biaya Penggarapan

No Uraian Satuan(Rp) Jumlah(Rp)

1 Bibit 10 Kg Rp. 10.000,- Rp.100.000,-

2 Pupuk/Mess Rp.200.000,-

3 Traktor Rp.300.000,-

4 Pengupahan buruh

tani 4 orang

Rp.60.000,- Rp.240.000,-

Jumlah Rp.840.000,-

Dari jumlah biaya penggarapan padi yang habisnya Rp.

840.000,- kemudian khusus biaya pupuk yang habisnya

Rp.200.000,- ditanggung antara pemilik lahan dan penggarap,

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

52

jadi masing-masing Rp.100.000,-, terkadang Bapak Basyir

sebagai penggarap ingin mendapatkan yang lebih bagus maka

dari itu harus menambah biaya uang mess atau pupuk dengan

uangnya sendiri. Dari data tersebut diatas biasanya pada saat

panen mendapatkan hasil 10-15 karung, kemudian dibagi hasil

50:50. maka pemilik sawah 5-7,5 karung dan penggarap 5-7,5

karung juga.

Kemudian apabila hasil panen akan dijual atau diwujudkan

dalam uang, yang menentukan harga jual antara pemilik sawah

dan penggarap. Bapak Basyir juga pernah menjual hasil

panenannya padi yang laku dengan harga Rp.4000.000,- , dari

harga tersebut maka langsung dibagi antara pemilik sawah dan

penggarap, masing-masing mendapatkan Rp.2000.000,-

6. Dampak Pelaksanaan Mukhabarah

Pemilik sawah yang mempunyai sawah yang sangat luas biasanya

melakukan kerjasama mukhabarah ini atau oleh kebanyakan

masyarakat di Dusun Wonogaten disebutnya dengan digarapke. Hal

yang melatar belakangi untuk melakukan kerjasama mukhabarah

tersebut pemilik sawah sudah tidak mampu untuk menggarap sawah

tersebut, maka dari itu digarapkan oleh orang lain serta ada yang

memiliki alasan yang lain untuk meningkatkan penghasilan, maka

terjadilah kerjasama mukhabarah tersebut.

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

53

“Saya mempunyai sawah 3 (tiga) tempat tetapi saya sudah tidak

kuat atau mampu garap sawah soalnya saya sudah tua.(Wawancara

dengan Ibu Rohmini Pemilik Lahan pada tanggal 15 Agustus 2018)

“Karena saya ingin meningkatkan penghasilan, sehingga saya

menggarapkan sawah saya”.(Wawancara dengan Bapak Naim Pemilik

Lahan Pada tanggal 15 Agustus 2018)

Pada umumnya para pihak penggarap ini melakukan pekerjaan

mengelola sawah untuk mata pencahariannya sehari-hari karena tidak

ada pekerjaan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ada

alasan yang lain dikarenakan mendapatkan hasil panen yang nanti bisa

dibagi dua untuk menambahi kebutuhan. Ada pula Bapak Sugiono

sebagai penggarap sawah yang dulunya adalah pekerja pabrik lalu

sekarang sudah pensiun dengan adanya kerjasama mukhabarah ini

beliau bisa memenuhi kebutuhannya, yang dulunya beras membeli

sekarang tidak membeli karena mendapatkan hasil penen padi tersebut.

Sebagaimana temuan peneliti dalam wawancara dengan informan

sebagai berikut:

“Karena saya dipercaya untuk oleh Bapak Naim untuk

menggarap sawah, maka ya saya garap begitu saja”.( Wawancara

Bapak Sugiono Penggarap pada tanggal 15 Agustus 2018)

“Awalnya dulu ditawari oleh mbah mur, dan akhirnya saya

terima tawarannya”.(Wawancara Bapak Yatin Penggarap pada

tanggal 15 Agustus 2018)

“Karena tidak ada pekerjaan lain mbak, mau kerja yang lain ya

ndak ada mbk”.(Wawancara Bapak Sungkono Penggarap pada

tanggal 15 Agustus 2018)

Dapat disimpulkan bahwa penggarap melakukan pelaksanaan

mukhabarah pengelolaan sawah karena pemilik sawah tidak mampu

untuk mengelola sendiri dan penggarap tidak memilik pekerjaan yang

tetap.

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

54

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN

MUKHABARAH

A. Analisis Hukum Islam Terhadap Akad Mukhabarah di Dusun

Wonogaten Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

Manusia adalah makhluk sosial sehingga tidak dapat hidup tana

adanya bantuan orang lain. Manusia saling membutuhkan antar satu sama

lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini seperti apa yang ada

dalam muammalah yaitu hubungan antar manusia satu dengan manusia

yang lain.

Hukum fiqih Islam dapat berubah-ubah karena kondisi

lingkungannya. Begitu jga dengan bagi hasil di bidang pertanian atau yang

dikenal dengan istilah mukhabarah sebagai salah satu transaksi yang

dilakukan oleh masyarakat dan diperbolehkan oleh mayoritas ahli fiqih

(fuqaha).

Segala sesuatu yang belum ada ketentuannya, tetapi muncul

dan berkembang di masyarakat dapat menjadi sebuah kebiasaan

tersendiri. Berikut ini penulis akan mencoba untuk melakukan

analisis terhadap pelaksanaan akad mukhabarah yang terjadi di Dusun

Wonogaten Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

1. Akad

Akad mukhabarah merupakan kerjasama pengolahan pertanian

antara pemilik lahan dan penggarap, pemilik lahan memberikan

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

55

lahan pertanian kepada penggarap untuk dikelola dan modalnya

ditanggung oleh penggarap atau pengelola dengan adanya bagi hasil

diantara para pihak setelah tiba panen dengan persentase tertentu.

خا ب رة فان هم ي زعمون أنو يا بر قال عمر ف قلت لو ياعبد الرحن لوت ركت ى ه امل ان الن

خا ب رة ف قال اخبن ان اعلمهم ب لك ي عن ابن عباسى ان االن ب م ل م ن هى عن امل

ا قال ينع احدكم اخاه خي ر لو من ان ياخ علي ها خرجا معلو ما ي نو عن ها ان

Artinya: “ Sesungguhnya Thawus ra. bermukhabarah, Umar ra.

berkata dan aku berkata kepadanya, ya Abdurrahaman, kalau

engkau tinggalkan, mukhabarah ini, nanti mereka mengatakan

bahwa Nabi melarangnya. Kemudian Thawus berkata: Telah

menceritakan kepdaku orang yang sungguh-sungguh mengertahui

hal itu, yaitu Ibnu Abbas, bahwa Nabi Saw. Tidak melarang

mukhabarah, hanya beliau yang berkata, bila seseorang memberi

manfaat kepada saudaranya, hal itu lebih baik daripad mengambil

manfaat dari saudaranya dengan telah dimaklumi.”(HR. Muslim)

(Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, 2011: 216)

Hadits di atas menjelaskan mengenai adanya praktik

mukhabarah yang dilakukan oleh sahabat Rasulullah. Berdasarkan apa

yang mereka lakukan tersebut, dapat kita lihat bahwa Rasulullah sama

sekali tidak melarang dilakukannya mukhabarah, karena sebagaimana

yang kita ketahui, bahwasanya semua jenis muamalah itu

diperbolehkan, hingga ada dalil yang melarangnya. Oleh karena itu,

hukum melakukan mukhabarah sendiri adalah boleh (mubah), dengan

catatan apa yang dilakukan tersebut dapat memberikan manfaat yang baik

kepada sesama atau berlandaskan keinginan untuk menolong tanpa adanya

tujuan lain dengan maksud menipu atau merugikan.

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

56

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti berpendapat bahwa akad

mukhabarah boleh (mubah), dengan catatan apa yang dilakukan tersebut

dapat memberikan manfaat yang baik kepada sesama atau berlandaskan

keinginan untuk menolong tanpa adanya tujuan lain dengan maksud

menipu atau merugikan.

Rata-rata masyarakat Dusun Wonogaten adalah petani, sehingga

tidak heran apabila masyarakat Dusun Wonogaten melakukan praktek

mukhabarah dengan cara pemilik lahan mendatangi rumah penggarap.

Dalam pertemuan tersebut untuk menyerahkan tanahnya supaya lahan

yang kosong untuk dikelola dan saat panen di bagi hasilnya.

Melihat masyarakat Dusun Wonogaten yang melakukan akad

mukhabarah adalah orang yang benar-benar sudah dewasa dan berakal.

Para pemilik lahan dan penggarap Dusun Wonogaten umumnya kerjasama

cukup dengan lisan tanpa menggunakan bukti tertulis yang bermaterai dan

tanpa menghadirkan saksi. Meskipun demikian secara hukum Islam tetap

terpenuhi dengan adanya syarat ijab dan kabul dengan kata sepakat karena

berdasarkan adanya saling percaya.

Masyarakat Dusun Wonogaten pada saat melakukan akad sudah

jelas adanya manfaat tanahnya dan menawarkan kepada penggarap,

dengan pemilik lahan mendatangi rumah seseorang penggarap sawah,

maka akad yang dilakukan masyarakat Dusun Wonogaten tersebut

sudah memenuhi syarat dalam hukum Islam.

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

57

Biaya penggarapan atau modal merupakan salah satu hal yang ada

didalam akad mukhabarah. Dalam praktek mukhabarah terdapat modal

yang meliputi tanah dari pemilik lahan, bibit yang akan ditanam dan

tenaga penggarap. Kepemilikan suatu modal haruslah jelas, sehingga

modal tersebut benar-benar atas kepemilikannya.

Dari uraian di atas bahwa modal dalam praktek mukhabarah di

Dusun Wonogaten adalah benar-benar yang dimiliki oleh pemilik lahan

dan penggarap. Kemudian tanah tersebut juga dapat ditanami dan dapat

diketahui batas-batasnya.

Seperti halnya pendapat Syaikh Ibrahim al- Bajuri mukhabarah

merupakan pemilik lahan hanya menyerahkan tanahnya atau sawahnya

untuk digarap, sedangkan modal pertanian dari pengelola atau

penggarap.

Praktik bagi hasil mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat

dusun Wonogaten bahwa mulai dari pemilihan jenis bibit atau benih

yang akan ditanam, peralatan pertanian dan perawatan tanaman, sampai

tibanya panen adalah sepenuhnya yang melakukan penggarap. Namun

lain halnya dengan biaya pupuk atau mess yang ditanggung bersama

antara pemilik lahan dan penggarap, adapula pemilik lahan juga yang

hanya sekedar membantu untuk biaya pupuk atau mess tesebut.

Kemudian biaya obat untuk membasmi hama dalam tanaman, ada yang

ditanggung bersama antara pemilik lahan dan penggarap dan juga yang

hanya penggarap.

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

58

Dari uraian diatas bahwa praktek mukhabarah yang dilakukan

oleh masyarakat Dusun Wonogaten dilihat dari segi biaya penggarapan

sesuai dengan hukum Islam dikarenakan semua penyedian alat dan

keperluan bahan produksi telah disediakan seluruhnya oleh penggarap.

2. Waktu Perjanjian

Dalam praktik mukhabarah waktu perjanjian merupakan syarat

yang harus terpenuhi dalam kerjasama di bidang pertanian. Waktu

perjanjian tersebut yang berkaitan dengan waktu, yaitu:

a. Waktunya telah ditentukan.

b. Waktu itu memungkinkan untuk menanam tanaman yang dimaksud,

seperti menanam padi waktunya kurang lebih 4 bulan (tergantung

teknologi yang dipakainya, termasuk kebiasaan setempat)

c. Waktu tersebut memungkinkan dua belah pihak hidup menurut

kebiasaan. (Suhendi, 2014:158-159)

Dalam praktek mukhabarah Dusun Wonogaten yang dilakukan

oleh masyarakat penulis dapat menyimpulkan secara hukum Islam

belum sesuai akadnya antara pemilik lahan dan penggarap tidak

menyatakan secara jelas jangka waktu atau berakhirnya perjanjian

tersebut, tidak menjelaskan berapa lama perjanjian mukhabarah akan

dilakukan satu tahun dua tahun dan sebagainya.

Akan tetapi antara kedua belah pihak melakukan kerjasama

mukhabarah tersebut pada umumnya yang dilakukan oleh masyarakat

Dusun Wonogaten seperti itu dan berdasarkan saling percaya.

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

59

Sehingga dari pernyataan tersebut waktu perjanjian secara hukum Islam

sesuai karena adanya yang sering dilakukan seperti itu dan saling

percaya.

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Mukhabarah di Dusun

Wonogaten Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

Agama Islam memberikan peluang bagi manusia untuk melakukan

berbagai kegiatan muammalah yang mereka butuhkan dalam kehidupan

mereka, dengan syarat bahwa bentuk dari kegiatan muammalah ini tidak

bertentang dengan ajaran Islam. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia

dalam melakukan ada yang bisa dilakukan sendiri dan ada yang dilakukan

dengan orang lain atau kerjasama.

Dalam praktek mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat

Dusun wonogaten dapat dikatakan sah atau sesuai apabila memenuhi

rukun dan syaratnya, prakteknya sebagai berikut:

1. Tanah yang di mukhabarah

Tanah yang di mukhabarah oleh masyarakat dusun Wonogaten

merupakan tanah irigasi. Sehingga dari tanah tersebut dapat ditanami

apapun jenis tanaman. Namun masyarakat dusun Wonogaten seringnya

mengelola tanah tersebut untuk menanam padi. Setiap penggarap luas

tanah yang dikelola berbeda-beda antara lain 900m², 3.718 m², 3.209

m², 3.384 m² dan 3.412 m².

Melihat dari hal tersebut, syarat yang berhubungan dengan maka

secara hukum Islam dapat dikatakan sesuai karena dapat diketahui

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

60

tanah tersebut dapat ditanami dan tanah tersebut dapat diketahui batas-

batasnya.

2. Kesepakatan jenis tanaman atau benih

Dari sejak awal akad pemilik sawah menyerahkan tanahnya

kepada penggarap untuk dikelola supaya mendapatkan hasil panen.

Sehingga dalam pemilihan benih atau jenis tanaman pemilik sawah

menyerahkan kepada penggarap, sehingga dalam pemilihan benih yang

akan ditanam yang memastikan benihnya adalah penggarap. Pada

umumnya masyarakat dusun Wonogaten melakukan hal tersebut.

Melihat hal di atas merupakan syarat yang berkaitan dengan

tanaman adalah adanya penentuan macam jenis tanaman yang akan

ditanam dikatakan sesuai dengan hukum Islam karena adanya saling

percaya, saling rela dan sudah saling mengenal.

3. Bagi hasil Pertanian

Bagi hasil merupakan hal yang harus dilakukan antara pemilik

lahan dan penggarap dalam melakukan perjanjian atau akad. Dalam

Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir, bahwasannya Arab senantiasa

tanahnya secara muzara‟ah dengan metode bagi hasil 1/3: 2/3, 1 /4

:3/4,1/2:1/2.

Dalam bagi hasil mukhabarah harus terdapat unsur-unsur yang

meliputi adanya pemilik lahan, penggarap atau pengelola tanah yang

akan dikerjakan. Kemudian ada hal yang berkaitan dengan perolehan

hasil tanaman saat panen, syarat-syarat yang terpenuhi atau tercukupi.

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

61

Bagian masing-msing harus disebutkan jumlahnya atau prosentasenya,

hasil milik bersama, bagian kedua belah pihak, tidak disyaratkan bagi

keduanya penambahan yang diketahui.

Penulis dalam melihat praktek bagi hasil yang sudah ditentukan

saat diawal akad, bagi hasil yang sering digunakan atau umumnya oleh

masyarakat Dusun Wonogaten adalah dengan “paron”1/2:1/2, 1/2

bagian untuk pemilik lahan dan 1/2 bagian untuk penggarap, dengan

pupuk dan obat ditanggung bersama antara pemilik lahan dan

penggarap, hasilnya panen langsung dibagi dua.

Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa praktek

pembagian hasil mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat Dusun

Wonogaten secara hukum Islam sesuai dikarenakan bagi hasil

ditentukan saat diawal akad.

4. Dampak Pelaksanaan Mukhabarah

Kerjasama dalam kehidupan akan menciptakan manfaat besar

dalam memenuhi kebutuhan hidup. Karena manusia adalah makhluk sosial

yang membutuhkan orang lain dan diciptakan untuk saling berinterkasi

serta kerjsama.

Mukhabarah adalah kerjasama dalam pertanian, dimana pemilik

lahan dan petani penggarap saling mengikatkan dirinya untuk kerjasama.

Dalam bagi hasil untuk saling mendapatkan keuntungan. Disini manfaat

dari mukhabarah adalah memanfaat sesuatu yang tidak dimiliki orang lain

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

62

sehingga tanah dapat digunakan dan dapat menghasilkan pemasukan yang

dapat memenuhi kebutuhan sehari.

Dari praktek mukhabarah yang dilakukan oleh khususnya

masyarakat dusun Wonogaten dapat disimpulkan ada terdapat beberapa

manfaat:

a. Asas tolong menolong, yaitu saling menolong bagi mereka yang

membutuhkan, disini adalah pemilik lahan dan penggarap. Pemilik

tanah yang sudah tidak mampu untuk mengelola lahan sendiri sehingga

meminta tolong kepada penggarap untuk mengelolanya.

b. Saling menguntungkan, adalah saat penggarap membutuhkan pekerjaan

untuk memenuhi kebutuhannya maka diuntungkan dengan adanaya

kerjasama ini ialah mengerjakan lahan orang lain dengan dibaginya

hasilnya tersebut. Sedangkan pemilik lahan membutuhkan orang untuk

mengerjakan lahan kosongnya karena tertentu, maka pemili lahan

merasa beruntung dengan adannya kerjasama ini.

c. Meningkatkan kesejateraan masyarakat.

d. Mengurangi kemiskinan

e. Terbukanya lapangan pekerjaan, terutama petani yang memiliki

kemampuan bertani tapi tidak memiliki lahan.

f. Menumbuhkan kerukunan, karena adanya saling percaya dan saling

rela.

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Dusun Wonogaten

Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, dan menganilisis

hasil penelitian terkait pelaksanaan mukhabarah dalam pengelolaan sawah

yang berjalan dimasyarakatnya, penulis dapat menyimpulkan beberapa

sebagai berikut:

1. Mukhabarah merupakan salah satu bentuk kerjasama dalam pertanian

yang dipraktikan oleh masyarakat Dusun Wonogaten Desa Glawan

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Kerjasama ini dilakukan

antara pemilik lahan dan penggarap. Secara umum akad yang

dilakukan adalah hanya secara lisan, tanpa menghadirkan saksi,

jangka waktu perjanjian yang tidak ditetapkan secara jelas. Bagi hasil

ditentukan sejak awal pada saat akad dengan maro atau paron dengan

persentase 1/ 2 : 1/ 2 atau dengan persentase 50:50. Biaya

penggarapan seperti pupuk dan obat ditanggung kedua belah pihak.

Adapula yang pemilik sawah hanya membantu untuk biaya pupuk,

dan ada yang ditanggung antara pemilik sawah dan penggarap hanya

biaya pupuk saja. Dari hal tersebut semua dilakukan karena atas dasar

kepercayaan dan saling rela.

2. Ditinjau dari hukum Islam bahwa akad dan praktik mukhabarah

kerjasama dalam lahan pertanian yang dilakukan di Dusun Wonogaten

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

64

Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang sesuai dengan

hukum Islam dikarenakan akad dan praktiknya sudah terpenuhi atau

tercukupi rukun dan syaratnya.

B. Saran

Dapat dilihat praktik mukhabarah Dusun Wonogaten Desa Glawan

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang ada beberapa saran yang dapat

penulis berikan masyarakat yang bekerja di bidang pertanian maupun

masyarakat biasa pada umumnya, yaitu:

1. Bagi para pemilik lahan dan penggarap yang mempraktikan

mukhabarah di Dusun Wonoagaten, saat melakukan perjanjian

kerjasama diharapkan menghadirkan saksi, menyebutkan jangka

waktu dengan jelas supaya tidak terjadi permasalahan di kemudian

hari.

2. Diharapkan kepada pihak yang melakukan kerjasama ini agar

selalu mejaga kejujuran dan kepercayaan, agar kerjasama ini

terus bisa dilakukan dan bermanfaat, dan selalu berada dalam

ajaran yang disyari‟atkan oleh agama.

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

65

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mishri, Abdul Sami. 2006. Pilar-Pilar Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka

Al-Munawwir, A Warson. 1984. Kamus Arab Indonesia Al-Munawwir.

Yogyakarta: Ponpes Al-Munawwir.

Anwar, Syamsul. 2010. Hukum Perjanjian Syariah. Jakarta: Rajawali.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Az-Zuhaili,Wahbah. 2011. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. jilid 6. Cet I

terjemahan Abdul Hayyie al- Kattani, et al. Jakarta: Gema Insani.

Bumi Aksara.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian.

Dewi, Gemala. 2005. Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Jakarta: PT Rineka Putra.

Mardani. 2013. Fiqh Ekonomi Syariah. Cet. II. Jakarta: Kencana. .

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy J. 2. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Munawir, Ahmad Warson . 1997. Kamus Indonesia-Arab-Inggris. (Surabaya:

Pustaka.

Munir, Misbahul. 2007. Ajaran-Ajaran Ekonomi Rasulllah (Kajian Hadits

Nabi dalam Perspektif Ekonomi). Cet. I. Malang: UIN-Malang Press.

Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.

Nawawi, Ismail. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer: Hukum

Perjanjian, Ekonomi, Bisinis dan Sosial. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nazir, Muhammad.1998. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia.

Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi IV. Cet. II. Jakarta:

PT Gramedia.

Rasjid, Sulaiman. 2012. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

66

Sahrani, Sohari & Abdullah, Ruf‟ah. 2011. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Sahrani, Sohari dan Ru‟fah Abdullah. 2011. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalian

Indonesia.

Suhendi, Hendi . 1986. Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan dalam

Islam.Bandung : IAIN Sunan Gunung Jati.

Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers.

Suhendi, Hendi. 2010a. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers.

Suhendi, Hendi. 2011. Fiqh Mualamah. Jakarta: Rajawali Pers.

Suhendi, Hendi. 2014b. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers.

Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis.Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Suwiknyo, Dwi. 2010. Kompilasi Tafsir Ayat-ayat Ekonomi Islam Buku Referensi

Progam Studi Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syafe‟i, Rahmad. 2004. Fiqih Muamalah. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Syafei, Rahmat. 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Syariffudin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqih. Bogor: Kencana.

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

1. Kegiatan wawancara dengan Bu Rohmini sebagai pemilik sawah.

2. Kegiatan wawancara dengan Bapak Sungkono dan Bapak Basyir sebagai

penggarap dari sawah Bu Rohmini

3. Kegiatan wawancara dengan Bu Murti sebagai pemilik sawah.

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

4. Kegiatan wawancara dengan Bapak Yatin sebagai penggarap sawah dari

Bu Murti.

5. Kegiatan Wawancara dengan Bapak Naim sebagai pemilik sawah.

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

6. Kegiatan wawancara dengan Bapak Sugiono sebagai penggarap sawah

dari Bapak Naim.

7. Sawah yang digarap Bapak Basyir.

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

8. Hasil panen padi antara Bu Rohmini dan Bapak Basyir.

Page 85: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing
Page 86: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing
Page 87: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing
Page 88: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing
Page 89: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing
Page 90: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing
Page 91: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing
Page 92: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Mifta Chullani

Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 31 Januari 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dusun Wonogaten RT.06 RW. 02 Desa Glawan

Kecamatan Pabelan

Nomor Telepon : 085 640 160 754

Riwayat Pendidikan : SD Negeri 03 Salatiga 2007

SMP Islam Sultan Fattah Salatiga 2010

SMK Negeri 1 Salatiga 2013

DATA ORANG TUA

Nama Ayah : Dawami

Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 12 November 1953

Alamat :Dsn. Wonogaten RT.06 RW.02 Ds. Glawan Kec. Pabelan

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh

Nama Ibu : Rohmini

Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 10 Januari 1956

Alamat : Dsn. Wonogaten RT.06 RW.02 Ds. Glawan Kec. Pabelan

Agama : Islam

Pekerjaan : Tani

Page 93: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing
Page 94: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing
Page 95: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing
Page 96: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4674/1/skripsi.pdf · untuk membahas judul skripsi ini. 4. Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing