tinjauan geologi regional kulon progol

Upload: ika-may-hartati

Post on 02-Jun-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Tinjauan Geologi Regional Kulon Progol

    1/5

    TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL KULON PROGOL

    II.1 Geomorfologi Regional

    Rangkaian Pegunungan Kulon Progo termasuk dalam zona selatan Jawa Tengah dan secarakeseluruhan merupakan Plateu (Pannekoek, 1939). Berdasarkan relief dan genesanya,

    wilayah ini terbagi menjadi beberapa satuan geomorfologi, yaitu :

    1.Satuan Pegunungan Kulon Progo

    Satuian Pegunungan Kulon Progo ini penyebarannya memanjang dari selatan ke utara

    meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo, dan Semigaluh. Kulon Progo merupakan tinggian

    yang berbentuk Kubah memanjang dengan sumbu panjang berjarak kurang lebiuh 32 Km

    dengan arah Utara Timur Laut Selatan Barat Daya, dan dibatasi oleh tinggian dan rendaham

    Kebumen. Dan terjadinya erosi yang sudah cukup intensif menghasilkan morfologi terbiku

    kuat oleh penyaluran. Daerah ini banyak digunakan sebagai pemukiman, kebun, sawah, serta

    tegalan.

    2.Satuan Perbukitan Sentolo

    Satuan ini meliputi daerah Pengasih dan Sentolo dan terletak di sebelah timur

    Pegunungan Kulon Progo. Satuan ini bisa dibilang memiliki kelerengan yang tidak cukup

    curam, rata-rata kelerengan yang terdapat di satuan ini hanyalah 15 dan satuan ini memiliki

    ketinggian kurang lebih 50

    150 m di atas permukaan air laut.

    3.Satuan Teras Progo

    Satuan Teras Progo berada di sebelah utara Satuan PerbukitanSentolo dan di sebelah

    timur Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang meliputi Kecamatan Nanggulan dan Kali

    Bawang

    4.Satuan Dataran Alluvial

    Satuan Dataran Alluvial yang memanjang dari sebelah barat ke timur. Daerah ini

    meliputi Kecamatan Wates, Temon, Panjatan, Galur, dan sebagian Kecamatan Lendah.

    Satuan ini memiliki kelerengan yang relatif landai sehingga daerah ini banyak

    dimanfaatkan sebagai lahan-lahan persawahan dan pemukiman penduduk.

    5.Satuan Dataran Pantai.

    Satuan ini dapat dibagi lagi menjadi 2 sub-satuan, antara lain :

    a. Sub Satuan Gumuk Pasir

  • 8/10/2019 Tinjauan Geologi Regional Kulon Progol

    2/5

    Sub satuan ini terdiri dari daerah yang luas dan memanjang sepanjang pantai selatan,

    termasuk Pantai Glagah yang menjadi salah satu Stasiun Pengamatan (STA) pada

    fieldtrip kali ini. Gumuk-gumuk pasir yang terdapat pada daerah ini kemungkinan terbentuk

    akibat dari material-material berukuran pasir yang dibawa oleh Kali Serang dan Kali Progo

    yang diendapkan di muara sungai, dan oleh karena aktivitas debaran ombak yang cukup besarserta adanya angin, kemudian terbentuklah gumuk-gumuk pasir.

    b. Sub Satuan Dataran Alluvial Pantai

    Sub satuan dataran alluvial pantai ini terdiri dari material-material berukuran pasir halus

    yang tertransport dan diendapkan oleh aktivitas angin di bagian utara dari sub satuan

    gumuk pasir. Sub satuan ini tersebar di bagian selatan Kulon Progo.

    II.2 Stratigrafi Regional

    Stratigrafi regional Kulon Progo menurut Rahardjo,dkk.(1977), tersusun oleh formasi-

    formasi dari tua ke muda sebagai berikut :

    1.Formasi Nanggulan

    Formasi ini tersebar pada Kecamatan Nanggulan yang memiliki morfologi berupa

    perbukitan bergelombang rendah hingga menengah yang memiliki ketebalan kurang lebih

    300 meter dan berumur Eosen tengah sampai Oligosen akhir. Formasi ini tersusun oleh

    batupasir yang bersisipan lignit, napal pasiran, batu lempung, sisipan napal dan batugamping,batupasir dan tuff. Bagian atas dari formasi ini terdiri dari batuan napal, batupasir gampingan,

    dan tuff yang menunjukkan wilayah endapan laut neritik. Sedangkan pada bagian bawah,

    formasi ini tersusun oleh endapan laut dangkal berupa batupasir, serpih, dan lignit pada

    perselingannya.

    Formasi Nanggulan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Axinea Beds, Yogyakarta Beds,

    dan Discocyclina Beds (Marks, 1957)

    o Axinea Beds

    Merupakan endapan laut dangkal dengan ketebalan 40 meter dan tersusun oleh

    batupasir dengan interkalasi lignit lalu diatasnya terdiri dari batupasir yang

    mengandungan fosil Pelecypoda.

    o Yogyakarta Beds (Djogjakartae Beds)

    Yogyakarta Beds merupakan formasi yang terbentuk di atas Axinea Beds.

    Formasi ini memiliki ketebalan 60 meter. Formasi ini banyak tersusun oleh

  • 8/10/2019 Tinjauan Geologi Regional Kulon Progol

    3/5

    napal pasiran berselingan dengan batupasir dan batu lempung yang banyak

    mengandung Nummulites djogjakartae.

    o Discocyclina Beds

    Formasi ini terendapkan di atas Yogyakarta Beds dengan ketebalan 200 meter

    dan tersusun atas napal, batugamping, dan batupasir serta serpih sebagai

    perselingannya, dan arkose yang berjumlah semakin banyak ke bagian atas

    formasi ini. Pada formasi ini dapat dijumpai Discocyclina omphalus sebagai

    fosil pencirinya.

    2.Formasi Andesit Tua (Old Andestie Formation)

    Formasi ini berumur Oligosen akhir hingga Miosen awal yang diketahui dari fosil

    plankton yang terdapat pada bagian bawah formasi ini. Formasi ini tersusun atas breksi

    andesit, tuff, tuff lapili, aglomerat, dan sisipan aliran lava andesit dan terbentuk karena

    aktivitas gunung api purba. Gunung api yang dimaksud adalah Gunung Gajah, di bagian

    tengah pegunungan, Gunung Ijo di bagian selatan, dan Gunung Menoreh di bagian utara

    Pegunungan Kulon Progo. (Van Bemmelen,1949).

    Aktivitas dari Gunung Gajah di bagian tengah mengahsilkan aliran-aliran lava dan breksi

    dari andesit piroksen basaltic. Aktivitas ini kemudian diikuti Gunung Ijo di bagian selatan

    Pegunungan Kulon Progo, yang menghasilkan Andesit piroksen basaltic, kemudian Andesit

    augit hornblende dan kegiatan paling akhir adalah intrusi Dasit. Setelah denudasi yang kuat,

    sedikit anggota dari Gunung Gajah telah tersingkap. Di bagian utara, Gunung Menoreh

    menghasilkan batuan breksi Andesit augit hornblende, yang disusul oleh intrusi Dasit dan

    trakhiandesit.

    3.Formasi Jonggrangan

    Formasi ini berumur Miosen awal hingga Miosen tengah dengan ketebalan 250 meter dan

    diendapkan pada laut dangkal (van Bemmelen, 1949, hal.598). Formasi Jonggrangan tersusun

    atas konglomerat, breksi, tufa, dan napal serta batugamping yang terendapkan membentukseperti kerucut di sekitar Desa Jonggrangan. Bagian bawah dari formasi ini terdiri dari

    Konglomerat yang ditumpangi oleh Napal tufan dan Batupasir gampingan dengan sisipan

    Lignit. Batuan ini semakin ke atas berubah menjadi Batugamping koral (Wartono rahardjo,

    dkk, 1977).

    4.Formasi Sentolo

    Litologi penyusun Formasi Sentolo ini di bagian bawah terdiri dari Aglomerat dan Napal,

    semakin ke atas berubah menjadi Batugamping berlapis dengan fasies neritik. Batugamping

    koral dijumpai secara lokal, menunjukkan umur yang sama dengan formasi Jonggrangan,

  • 8/10/2019 Tinjauan Geologi Regional Kulon Progol

    4/5

  • 8/10/2019 Tinjauan Geologi Regional Kulon Progol

    5/5