tinjauan desain street art

9
Tinjauan Disain Street Art oleh : Andhika Danandjaya 10.070.07 Novan Edo Pratama 10.109.10 Inamul Haqqi Hasan 10.125.10 Ardyansyah Eka Permana 10.092.11 Akademi Seni Rupa dan Disain MSD Yogyakarta 2012

Upload: haqqi-hasan-inamul

Post on 02-Aug-2015

84 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

meninjau street art dengan pendekatan kritik DKV

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Desain Street Art

Tinjauan Disain

Street Art

oleh :

Andhika Danandjaya 10.070.07

Novan Edo Pratama 10.109.10

Inamul Haqqi Hasan 10.125.10

Ardyansyah Eka Permana 10.092.11

Akademi Seni Rupa dan Disain MSD

Yogyakarta 2012

Page 2: Tinjauan Desain Street Art

Studi Kasus 1

Page 3: Tinjauan Desain Street Art

Tinjauan Disain Street Art “Hukum Mati Kasus Korupsi”

Deskripsi

Karya street art ini berupa gambar tengkorak yang memakai topi, kemeja,

jas, dasi bergaris, dan celana pendek robek-robek. Pada leher tengkorak tersebut

terdapat tali yang mengikat, dengan ujung tali yang lainnya mengarah ke atas. Di

badan tengkorak tersebut terdapat sebuah bidang kotak yang bertuliskan

“HUKUM MATI KASUS KORUPSI”.

Analisis Formal

Karya yang dibuat dengan teknik stencil cat semprot ini menggunakan

ilustrasi berupa gambar tengkorak dengan atribut-atributnya seperti yang telah

dideskripsikan di atas. Atribut-atribut tersebut merupakan pakaian yang lazimnya

dikenakan oleh orang dalam aktivitas tertentu, bukan sesuatu yang lazim

terpasang pada tengkorak. Oleh karena itu, penambahan pakaian tersebut adalah

hasil imajinasi si seniman agar menjadi ilustrasi simbolis dengan makna tertentu.

Tipografi dalam karya menggunakan jenis huruf Sans Serif, tanpa kait,

tegak, tebal, semua huruf kapital, rata kanan-kiri dan di letakkan di satu bidang

menyatu dengan ilustrasi tengkorak. Sehingga secara tipografi dapat ditangkap

kesan ketegasan dan kelugasan, seolah-olah tulisan tersebut disuarakan dengan

berteriak.

Layout yang digunakan adalah keseimbangan simetris. Keseimbangan

tersebut membuat karya menjadi terkesan serius dan kaku. Secara keseluruhan,

ilustrasi dan tipografi, menjalin satu kesatuan, dengan dominasi pada bagian

bidang kotak dan tulisan di dalamnya.

Dari segi penggunaan warna, karya ini bersifat akromatis, hanya dibuat

dengan cat satu warna yaitu hitam, yang kemudian berpadu dengan warna cat

tembok. Warna tersebut untuk menunjukan ketegasan dari karya ini. Hitam sendiri

Page 4: Tinjauan Desain Street Art

di Indonesia memiliki makna luas, dari sebuah kematian, horor atau seram,

sampai dengan sebuah lambang anarkisme. (http://notesanom.wordpress.com/

2011/02/19/arti-warna-hitam-black-is-good/)

Interpretasi

Dari ilustrasi visual dan tulisan yang digambarkan oleh sang street artist,

dapat dengan mudah ditangkap bahwa ia hendak menyuarakan aspirasinya yaitu

mendukung hukuman mati untuk para koruptor. Hal ini berkaitan dengan masih

ringannya hukuman bagi koruptor di Indonesia, sampai saat ini hukuman terlama

yang pernah dijatuhkan untuk kasus korupsi adalah 15 tahun penjara.

(http://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/daily-snapshot/vonis-hukuman-

terlama-pada-kasus-korupsi-mantan-bupati-lampung-timur-di-bui-15-tahun/)

Sementara kasus korupsi di Indonesia masih menjadi masalah nomer satu

yang menghambat kesejahteraan masyarakat. Menurut laporan Transparency

International, Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index/CPI) tahun

2011 sebesar 3,0. CPI memiliki rentang skor antara 0-10, semakin tinggi angka

semakin bersih dari korupsi (http://nasional.kompas.com/read/2011/

12/01/17515759). Maka karya ini menyuarakan hukuman mati bagi terdakwa

kasus korupsi dapat dipahami agar menimbulkan efek jera yang efektif, sehingga

kasus korupsi di Indonesia dapat diturunkan.

Untuk menyampaikan pesan di atas, digunakan visualisasi tengkorak yang

merupakan simbolisasi manusia yang telah mati. Hal tersebut diperkuat dengan

tali yang mengikat di lehernya, seolah-olah ia digantung hingga mati.

Penambahan kemeja, dasi, dan jas sebagai simbolisasi seorang pejabat publik,

karena pakaian tersebut adalah pakaian yang umum mereka pakai. Posisi sebagai

pejabat publik menurut Pasal 3 UU NO.31/1999 jo UU No.20/2001 adalah syarat

suatu kasus disebut sebagai korupsi. Kondisi pakaian yang telah robek-robek

untuk menggambarkan manusia tersebut telah lama meninggal, seperti gambaran

ia telah hilang daging dan kulitnya hingga hanya tinggal tengkorak.

Page 5: Tinjauan Desain Street Art

Karya street art ini digambarkan di dekat lampu APILL (simpang tiga),

sehingga mudah diamati oleh para pengguna jalan yang sedang berhenti karena

lampu merah. Seperti umumnya street art, pembuatnya memilih tempat-tempat

khusus, seperti tempat yang tinggi, di atas bangunan toko, disajikan secara

repetisi, dengan visualisasi gambar yang unik, kata-kata atau kalimat yang

menarik seperti lelucon, protes maupun sindiran. Tujuan mereka adalah agar

karya mereka diperhatikan oleh publik, untuk membuktikan eksistensi mereka di

seni jalanan dan agar aspirasi mereka di lihat.

Evaluasi

Tema anti korupsi cukup banyak diangkat dalam street

art, dengan sub-tema dan teknik yang bermacam-

macam. Salah satu contohnya adalah karya street art

“Jihad Melawan Korupsi”. Kedua karya ini sama-sama

menggunakan teknik stencil cat semprot satu warna.

Perbedaannya terletak pada sub-tema yang dipilih. Pada

karya “Hukum Mati Kasus Korupsi” sub-tema yang

diambil adalah tentang hukuman mati bagi terdakwa

korupsi, menggunakan daya tarik berupa ilustrasi

tengkorak berdasi, dan sasarannya adalah para pejabat

publik.

Sementara pada karya “Jihad Melawan Korupsi” si pembuat mengambil

pendekatan kasus terorisme yang seringkali dikaitkan dengan kata “jihad”. Karya

tersebut menyuarakan bahwa jihad seharusnya bukan dengan bom, tetapi dengan

melawan korupsi. Tidak seperti karya pertama yang sasarannya pejabat publik,

karya ini menyasar masyarakat umum, di mana sikap anti korupsi dapat dimulai

dari kehidupan sehari-hari.

Apapun sub-tema dan teknik yang dipilih, street art bertema anti korpusi

merupakan wakil dari kemarahan masyarakat, masyarakat yang tak kunjung

sejahtera karena ulah para pemimpin yang merampok uang rakyat.

Page 6: Tinjauan Desain Street Art

Studi Kasus 2

Page 7: Tinjauan Desain Street Art

Tinjauan Disain Street Art “Save Me”

Deskripsi

Berupa gambar asap keluar dari knalpot yang menutupi wajah seseorang.

Orang tersebut memakai kaos putih dan celana pendek berwarna merah serta

tangan kiri memegang mainan mobil-mobilan. Terdapat tulisan “SAVE ME”

berwarna hitam pada kaos orang tersebut.

Analisis Formal

Karya mural dengan kuas ini menggunakan tipografi jenis huruf Sans

Serif, tegak, tebal rata tengah dan tulisan di letakkan di satu bidang menyatu

dengan kaos pada ilustrasi orang tersebut. Sifat huruf dari Sans Serif sendiri

kesan formal, tegas dan modern (simple).

Ilustrasi berupa seorang anak yang wajahnya ditutupi asap knalpot, dapat

di ketahui ilustrasi adalah seorang anak karena sedang memegang mainan mobil-

mobilan dan celana yang berwarna merah untuk menunjukan seorang siswa

Sekolah Dasar.

Layout menggunakan keseimbangan simetris. Keseimbangan tersebut

membuat karya menjadi terkesan formal dan kaku, tetapi cepat dipahami.

Karya ini terdiri dari warna merah, hitam, putih (dasar), dan abu-abu.

Warna hitam untuk menunjukan ketegasan dari karya tersebut. Putih pada kaos

mengesankan warna seragam SD, atau makna lain yaitu bersih dan suci. Warna

merah pada celana pendek mengesankan celana anak SD, makna lain adalah

semangat yang membara atau keberanian. Sedangkan abu-abu sebagai warna asap

dan knalpot.

Page 8: Tinjauan Desain Street Art

Interpretasi

Street artist tersebut ingin mengkritisi tentang polusi udara karena asap

kendaraan yang menggangu kesehatan, khususnya bagi anak-anak. Masalah polusi

udara merupakan masalah yang dihadapi kota-kota besar. Menurut penelitian

LIPI, pencemaran udara disebabkan utamanya dari kendaraan bermotor, yaitu

sebesar 60%. Pembakaran bahan bakar minyak yang tidak sempurna dalam mesin

kendaraan menghasilkan zat-zat yang mencemari lingkungan, seperti karbon

monoksida, oksida sulfur, oksida nitrogen, dan lain-lain. Tentunya hal tersebut

sangat tidak menguntungkan bagi anak-anak karena dapat menyebabkan

ISNA atau infeksi saluran napas atas (http://id.wikipedia.org/wiki/

Pencemaran_udara)

Penyampaian visual yang digunakan adalah gambar seorang anak yang

wajahnya diselimuti asap yang keluar dari kenalpot kendaraan, menggambarkan

sebuah penderitaan, sesak, dan menyiksa. Pada kaosnya terdapat tulisan save me,

tujuannya untuk mengarahkan maksud dari tujuan gambar tersebut, yaitu untuk

menyelamatkan anak-anak dari polusi. Mobil-mobilan yang dipegang anak dapat

memperkuat pesan, khususnya untuk menegaskan sasaran karya ini adalah para

pengguna kendaraan bermotor.

Untuk memahami maksud karya ini harus mengamati ilustrasi visual dan

teks secara bersamaan, karena keduanya saling berkaitan. Jika hanya membaca

teksnya, “save me”, maka pesan belum tersampaikan. Hal tersebut kemudian

dilengkapi dengan ilustrasi visual yang menunjukkan masalah yang dimaksud.

Evaluasi

Membandingkan karya street art yang

bertema sama dan dengan teknik yang

sama. Pada kasus gambar di samping

sama kasusunya mengangkat tema

tentang polusi udara, tetapi karya

Page 9: Tinjauan Desain Street Art

tersebut menampilkan becak yang disebut sebagai “Mesin Pembunuh Asap”. Jika

pada karya “Save Me” sang seniman menampilkan masalah, pada karya “Mesin

Pembunuh Asap” ini sang seniman justru menampilkan solusi, yaitu ajakan untuk

kembali pada alat transportasi yang bebas polusi.

Kedua street art di atas mampu memunculkan ironi dan mengena ke

masyarakat yang memang menjadi korban dari banyaknya polusi udara,

khususnya dari asap kendaraan.