tinjauan atas penerapan psap 07 tentang akuntansi aset tetap di kpp pratama jakarta koja
DESCRIPTION
Instansi pemerintah dalam menjalankan tugasnya memerlukan akuntansi, baikanalisis maupun untuk meningkatkan mutu pengawasan dan pengelolaan keuanganuntuk menghasilkan informasi yang akan digunakan. Akuntansi seperti ini dikenaldengan akuntansi pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan (termasuk di dalamnyaakuntansi untuk lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari laba lainnya), adalahbidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembagayang tidak bertujuan mencari laba (Baswir, 1998,7).TRANSCRIPT
-
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
LAPORAN STUDI LAPANGAN
TINJAUAN ATAS PENERAPAN PSAP 07 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAPDI KPP PRATAMA JAKARTA KOJA
Diajukan oleh :FAQIH IZMI
NPM : 093060015751
Mahasiswa Program Diploma III Keuangan
Spesialisasi Akuntansi
Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat
Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan
Tahun 2012
-
vKATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Lapangan
ini sebagai salah satu syarat untuk untuk dinyatakan lulus Program Diploma III
Keuangan Spesialisasi Akuntansi.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
sebesar-besarnya atas bantuan dan arahan sehingga terselesaikannya laporan ini
kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, atas kasih sayang, bimbingan, pengorbanan yang tak
terkira serta doa yang selalu mengiringi penulis.
2. Adik Yudha, yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis
3. Bapak Kusmanadji, selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
4. Bapak Fadlil Usman selaku Bidang Akademis Pendidikan Bidang Pendidikan
Pembantu Akuntan serta rekan-rekan Sekretariat yang telah memberikan banyak
arahan dan bimbingan.
5. Bapak dan Ibu dosen STAN yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
penulis.
6. Bapak Salim Darmadi, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan
dan masukan selama penyusunan Laporan Studi Lapangan ini.
-
vi
7. Bapak Sevta, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Koja dan
staff yang telah memberikan tempat dan waktu bagi penulis untuk melaksanakan
studi lapangan ini.
8. Bapak Edwin, Bapak Hendra selaku pembimbing di KPP Pratama Koja yang telah
telah memberikan bimbingan dan arahan di lapangan.
9. Bapak Nanang, Bapak Daud, dan Bapak Nurdjali sebagai pegawai di bagian
pemeriksaan yang dengan senang hati telah banyak memberikan pengetahuan
tentang pajak dibagian pemeriksaan serta arahan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyusun laporan ini.
10. Mas Eko dan Mbak Sri yang bersedia memberikan data dan senang hati menjawab
pertanyaan-pertanyaan penulis saat ada data yang belum dipahami..
11. Bapak dan Ibu Kantin KPP Pratama Jakarta Koja yang telah membantu penulis
dalam hal konsumsi di KPP Pratama Jakarta Koja.
12. Syamsul, Indra, Wahyu, Brian, Tengku, dan Khafi yang telah berjuang bersama
selama di KPP Pratama Jakarta Koja.
13. Teman-teman kelas 1-N, 2-A dan 3-E Akuntansi 2009 yang selalu memberikan
motivasi kepada penulis untuk menggali ilmu pengetahuan.
14. Teman-teman Spesialisasi Akuntansi 2009 yang banyak memberikan informasi
melalui grup facebook dalam menunjang kelancaran penulisan Laporan Studi
Lapangan.
-
vii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Studi Lapangan ini masih jauh dari
kata sempurna dan tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu penulis dengan senang
hati menerima saran dan kritik dari para pembaca yang budiman. Akhir kata penulis
berharap Laporan Studi Lapangan ini bermanfaat dan bisa menjadi bahan referensi
maupun inspirasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Tangerang Selatan, Juli 2012
Penulis
-
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN STUDI LAPANGAN............................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN STUDI LAPANGAN .................................iii
PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI LAPORAN STUDI LAPANGAN ..iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
DAFTAR ISI...............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan ...................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 3
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................................... 4
D. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 5
BAB II DATA DAN FAKTA
A. Sejarah KPP Pratama Jakarta Koja ........................................................................ 7
B. Profil KPP Pratama Jakarta Koja ........................................................................... 8
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Koja.....................................................10
D. Standard Operating Procedures (SOP) Mengenai Pencatatan Aset Tetap.............14
E. Daftar Aset Tetap dan Nilai di KPP Pratama Jakarta Koja ...................................25
-
ix
BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori ....................................................................................................27
1. Pengertian Akuntansi Pemerintah......................................................................27
2. Pengertian Aset Tetap........................................................................................28
3. Pentingnya Pencatatan Aset Tetap di lingkungan Pemerintahan ......................29
4. Akuntansi Aset Tetap Pemerintah .....................................................................31
B. Tinjauan atas Penerapan PSAP 07 Tentang Aset Tetap di KPP Pratama Jakarta
Koja .......................................................................................................................45
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................................54
B. Saran .....................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................56
-
xDAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Komposisi Pegawai KPP Pratama Jakarta Koja Berdasarkan Jabatan 11
Tabel II. 2 Komposisi Pegawai KPP Pratama Jakarta Koja Per Seksi 12
Tabel II. 3 Nilai Aset Tetap di KPP Pratama Jakarta Koja Desember 2011 25
Tabel II. 4 Nilai Peralatan dan Mesin di KPP Pratama Jakarta Koja 2011 26
Tabel III. 1 Laporan CRBMN Tanah 2011 48
Tabel III. 2 Neraca Bagian Aset KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011 48Tabel III. 3 Neraca Bagian Aset Tetap KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2010 49Tabel III. 4 Neraca Bagian Aset Tetap KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011 50Tabel III. 5 Neraca Bagian Aset Tetap KPP Pratama Jakarta Koja Mei 2012 50Tabel III. 6 Laporan CRBMN Gedung dan Bangunan 2011 52
Tabel III. 7 Laporan CRBMN Jaringan 2011 52
-
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1 Peta Wilayah Keja KPP Pratama Jakarta Koja 10
Gambar II. 2 Susunan Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Koja 11
Gambar II. 3 Tata Cara Pembuatan Laporan SABMN dan LT1 18
Gambar III. 1 Kartu Identitas Barang Tanah 46
Gambar III. 2 Catatan Mutasi Perubahan 46
Gambar III. 3 Kartu Identitas Barang Gedung dan Bangunan 51
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2010
Lampiran 2 Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011
Lampiran 3 Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Mei 2012
Lampiran 4 Kartu Identitas Barang Tanah
Lampiran 5 Kartu Identitas Barang Gedung dan Bangunan
-
1BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instansi pemerintah dalam menjalankan tugasnya memerlukan akuntansi, baik
analisis maupun untuk meningkatkan mutu pengawasan dan pengelolaan keuangan
untuk menghasilkan informasi yang akan digunakan. Akuntansi seperti ini dikenal
dengan akuntansi pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan (termasuk di dalamnya
akuntansi untuk lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari laba lainnya), adalah
bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga
yang tidak bertujuan mencari laba (Baswir, 1998,7).
Akuntansi di lingkungan pemerintahan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 71 tahun 2010 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan. PP 71 tahun 2010
mendefinisikan akuntansi pemerintahan sebagai berikut: Akuntansi adalah proses
identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan
kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Dalam
pelaksanaannya diperlukan sebuah standar akuntansi pemerintah (SAP), yaitu prinsip-
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah.
-
2Aset tetap yang berada dibawah penguasaan suatu instansi harus dicatat secara
akuntansi berdasarkan SAP atau diinvetarisasi menurut perundang-undangan Barang
Milik Negara/ Daerah (BMN/D) yang berlaku. Definisi aset tetap menurut SAP
adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan
untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari: a) Tanah; b)
Peralatan dan mesin; c) Gedung dan bangunan; d) Jalan, irigasi, dan jaringan; e) Aset
tetap lainnya; dan f) Konstruksi dalam pengerjaan.
Aset tetap umumnya menempati proporsi signifikan dari aset pemerintah yang
disajikan dalam Neraca. Aset tetap yang dicatat terutama berasal dari belanja modal
(capital expenditures). SAP juga mengatur tentang pembedaan antara current
expenditure dan capital expenditures sangat penting untuk tujuan analisis,
transparansi dan pengambilan keputusan, antara lain:
a. untuk menilai belanja operasi pemerintah dan efisiensi kegiatan pemerintahb. belanja investasi/modal akan menimbulkan aliran biaya dan manfaat di masa
datang, untuk membedakan dengan belanja yang mempunyai pengaruhberbeda dalam jangka pendek.
c. dalam membangun anggaran berbasis kinerja, diperlukan pemisahan antararunning cost dan capital expenditures.
d. kurangnya perhatian atas investasi/modal akan menimbulkan kelemahandalam formulasi kebijakan.
Sebagaimana diatur dalam SAP pengakuan aset tetap dalam instansi maupun
satuan kerja (satker) pemerintahan, harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
-
3b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;d. Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan.e. Telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya, dan atau pada saat
penguasaannya berpindah.
Akuntansi aset tetap merupakan salah satu bentuk dari pengelolan barang milik
negara. Pengelolaan barang milik negara/daerah diatur dalam PP Nomor 6 Tahun
2006. PP tersebut mendefinisikan Barang Milik Negara sebagai semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan
kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang Milik
Negara/Daerah.
Pencatatan akuntansi dan inventarisasi aset tetap dalam sebuah instansi
merupakan hal yang sangat penting, tidak terkecuali pada Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) yang merupakan unit Eselon III di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud menyusun Laporan Studi Lapangan
dengan judul Tinjauan atas Penerapan PSAP 07 tentang Akuntansi Aset Tetap di
KPP Pratama Jakarta Koja.
-
4B. Tujuan Penulisan
Laporan Studi Lapangan ini disusun menggunakan pendekatan positif guna
mengemukakan fakta-fakta yang terjadi dilapangan. Tujuan yang ingin dicapai
penulis dalam menyusun Laporan Studi Lapangan adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dinyatakan lulus dari Program Diploma
III Keuangan Spesialisasi Akuntansi Pemerintahan Tahun Akademik 2011/2012.
2. Untuk mengetahui penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah 07
tentang Aset Tetap dan Buletin Teknis 09 Akuntansi Aset Tetap pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Koja
3. Membandingkan fakta dan realitas di lapangan dengan teori yang telah penulis
dapatkan selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam menyusun Laporan Studi Lapangan penulis akan menggunakan beberapa
metode penelitian untuk mendapatkan data yang relevan dengan topik yang akan
dibahas dalam karya tulis ini, yaitu:
1. Metode Penelitian Kepustakaan
Dengan metode ini penulis berusaha mengumpulkan, membaca dan mempelajari
berbagai buku, literatur, artikel, makalah, dan bahan-bahan perkuliahan yang
berkaitan dengan karya tulis ini. Tujuan penelitian kepustakaan adalah untuk
memperoleh dasar teoretis mengenai topik yang akan dibahas dalam Laporan ini.
-
52. Metode Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan dilakukan secara langsung pada instansi yang akan dijadikan
objek penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap, akurat, dan valid serta
berguna dalam penyusunan Laporan Studi Lapangan. Penulis melakukan
wawancara dan observasi mengenai data dan fakta yang diperlukan dalam
penyusunan Laporan Studi Lapangan ini.
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan makalah,
metode pengumpulan data, dan sistematika pembahasan yang digunakan penulis
dalam penyusunan laporan studi lapangan.
BAB II DATA DAN FAKTA
Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Kota, yaitu mengenai sejarah singkat, visi dan misi, kegiatan utama instansi,
serta struktur organisasi instansi. Selain itu pada bab ini penulis juga akan
menjelaskan mengenai sistem pencatatan aset tetap Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Kota yang penulis jadikan objek.
BAB III PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis akan menguraikan mengenai teori-teori yang relevan yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Pada bab ini juga penulis
membahas tentang tinjauan atas akuntansi aset tetap KPP Pratama Jakarta Koja
berdasarkan peraturan PSAP 07.
-
6BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan penutup dari Laporan Studi Lapangan. Berdasarkan tinjauan
dan pembahasan yang telah penulis kemukakan pada Bab III, penulis akan
merumuskan kesimpulan dan memberikan saran yang berhubungan dengan
kesimpulan tersebut.
-
7BAB II
DATA DAN FAKTA
A. Sejarah KPP Pratama Jakarta Koja
Sebelum tahun 1994, wilayah Jakarta Utara hanya memiliki dua Kantor Pajak,
yaitu Kantor Pajak Utara I yang memiliki daerah kerja di beberapa daerah seperti
Penjaringan, Pademangan, dan Pluit serta Kantor Pajak Utara II yang memiliki daerah
kerja di daerah Tanjung Priuk, Kelapa Gading, Sunter, Cilincing, dan Koja.
Pada tahun 1994, Kantor Pajak Utara II dipecah menjadi Kantor Pajak Tanjung
Priuk dan Kantor Pajak Kelapa Gading. Lalu pada tahun 2002, Kantor Pajak Tanjung
Priuk kembali dipecah menjadi Kantor Pajak Tanjung Priuk dan Kantor Pajak Koja.
Pada awalnya, Kantor Pajak Koja memiliki daerah kerja hanya satu kecamatan, yaitu
Kecamatan Koja. Sampai akhirnya pada tahun 2007 Kecamatan Cilincing yang
semula merupakan daerah kerja Kantor Pajak Kelapa Gading menjadi daerah kerja
Kantor Pajak Koja atau sekarang bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Koja.
-
8B. Profil KPP Pratama Jakarta Koja
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Koja berkedudukan Jalan
Plumpang Semper No. 10A, Koja, Jakarta Utara. Kantor ini berada di bawah naungan
Kantor Wilayah DJP Jakarta Utara bersama dengan KPP Madya Jakarta Utara, KPP
Pratama Jakarta Pluit, KPP Pratama Jakarta Penjaringan, KPP Pratama Jakarta
Pademangan, KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok, KPP Pratama Jakarta Kelapa
Gading, dan KPP Pratama Jakarta Sunter.
Daerah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Koja meliputi dua
kecamatan, yaitu Kecamatan Cilincing dan Kecamatan Koja. Berdasarkan data tahun
2012 Kecamatan Cilincing terdiri dari 7 kelurahan yaitu: Kelurahan Kalibaru,
Kelurahan Semper, Kelurahan Semper, Kelurahan Marunda, Kelurahan Cilincing,
Kelurahan, dan Kelurahan Rorotan. Sedangkan Kecamatan Koja terdiri dari 6
kelurahan yaitu: Kelurahan Koja, Kelurahan Rawa Badak Utara, Kelurahan Rawa
Badak Selatan, Kelurahan Lagoa, Kelurahan Tugu Utara, dan Kelurahan Tugu
Selatan.
Kecamatan Koja dan Kecamatan Cilincing terletak di wilayah Jakarta Utara.
Kedua kecamatan ini merupakan daerah yang padat penduduknya, sebagian besar
terdiri dari daerah perkampungan yang masih kumuh dan belum tertata dengan baik.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Januari 2011, jumlah penduduk
tercatat sebanyak 474.511 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak
145.782 KK. Dari jumlah tersebut terdaftar sebagai Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi
sebesar 120.308 WP.
-
9Kegiatan penduduk sebagian besar bergerak pada sektor usaha tenaga kerja
sebagai karyawan/pegawai negeri, pedagang, jasa dan industri kecil. Sektor usaha
yang paling menonjol di wilayah KPP Pratama Jakarta Koja terdiri dari:
1. Sektor Usaha Jasa Angkutan dan Pergudangan
2. Sektor Usaha Perddagangan
3. Sektor Industri
4. Sektor Usaha Lainnya
Target penerimaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Koja pada tahun 2012
adalah Rp 889.612.380.000. Rinciannya adalah:
1. PPn dan PPnBM sebesar Rp620.009.470.000
2. Pajak Penghasilan sebesar Rp183.763.160.000
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sebesar Rp95.575.830.000
4. Pendapatan atas Pajak Lainnya dan PIB sebesar Rp263.920.000
Visi dan misi KPP Pratama Jakarta Koja sama dengan visi dan misi DJP. Visinya
adalah Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masayarakat dengan integritas
dan profesionalisme yang tinggi. Sedangkan Misinya adalah Menghimpun
penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu
mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
-
10
Berikut ini disajikan peta wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Koja.
Gambar II. 1 Peta Wilayah Keja KPP Pratama Jakarta Koja
Sumber : Seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Jakarta Koja
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Koja
KPP Pratama Jakarta Koja dipimpin oleh seorang kepala kantor yang membawahi
sepuluh orang kepala seksi yang masing-masing membawahi Sub Bagian Umum,
Pelayanan, Pengolahan Data dan Informasi (PDI), Pemeriksaan, Penagihan,
Ekstensifikasi, serta Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) I sampai dengan IV.
-
11
Terdapat pula 13 orang pejabat fungsional. Berikut disajikan susunan struktur
organisasi KPP Prtaama Jakarta Kota.
Gambar II. 2 Susunan Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Koja
Sumber : Diolah dari Sub Bagian Umum KPP Pratama Jakarta Koja
Sumber daya manusia yang dimiliki KPP Pratama Jakarta Koja berjumlah 86
orang pegawai. Berikut disajikan komposisi pegawai berdasarkan jabatan.
Tabel II. 1 Komposisi Pegawai KPP Pratama Jakarta Koja BerdasarkanJabatan
No. Susunan Jabatan Jumlah Pegawai1 Kepala Kantor 12 Pejabat Eselon IV 103 Account Representative 224 Pelaksana 366 Juru Sita 17 Operator Console(OC) 28 Bendaharawan 1
9Fungsional PemeriksaPajak 12
10Fungsional PemeriksaPBB 1Total 86
Sumber : Diolah dari Sub Bagian Umum KPP Pratama Jakarta Koja
-
12
Adapun komposisi pegawai KPP Pratama Jakarta Koja per seksi dapat dilihat
seperti pada tabel II. 2 berikut.
Tabel II. 2 Komposisi Pegawai KPP Pratama Jakarta Koja Per Seksi
No. SeksiJumlahPegawai Keterangan
1 Kepala Kantor 12 Sub Bagian Umum 9 Termasuk 1 Bendahara dan 7 Pelaksana3 Seksi Pelayanan 15 Termasuk 14 Pelaksana4 Seksi PDI 6 Termasuk 2 OC dan 3 Pelaksana5 Seksi Penagihan 6 Termasuk 1 Juru Sita dan 4 Pelaksana6 Seksi Pemeriksaan 3 Termasuk 2 Pelaksana7 Seksi Waskon I 68 Seksi Waskon II 7 Termasuk 1 Pelaksana9 Seksi Waskon III 710 Seksi Waskon IV 8 Termasuk 1 Pelaksana11 Seksi Ekstensifikasi 5 Termasuk 4 Pelaksana
12 Fungsional Pemeriksa 13Termasuk 12 Pemeriksa Pajak dan 1Pemeriksa PBB
Total 86Sumber : Diolah dari Sub Bagian Umum KPP Pratama Jakarta Koja
Berikut ini penjelasan tugas dan pokok masing-masing seksi pada KPP Pratama
Jakarta Koja di atas adalah
a. Sub Bagian Umum
Seksi ini memiliki tugas sebagai supporting agent bagi semua seksi di KPP
Pratama. Di seksi inilah tempat pengelolaan rumah tangga KPP Pratama Jakarta
Koja berjalan, seperti pengurusan kepegawaian, rumah tangga, dan keuangan.
-
13
b. Seksi Pelayanan
Seksi ini memiliki tugas untuk melakukan penetapan dan penerbitan produk
hukum perpajakan, mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan,
menerima dan mengelola surat pemberitahuan, serta melakukan kegiatan
penyuluhan perpajakan.
c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Bertugas untuk melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data,
menyajikan informasi perpajakan, merekam dokumen perpajakan ke dalam
sistem, melayani dukungan teknis computer dari semua seksi, melakukan
pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling serta menyiapkan laporan kerja.
d. Seksi Ekstensifikasi
Bertugas untuk melakukan pengumpulan terhadap adanya potensi perpajakan,
melakukan pendataan subjek dan objek pajak, serta melakukan penilaian objek
pajak dalam rangka ekstensifikasi.
e. Seksi Penagihan
Seksi penagihan bertugas melakukan kegiatan penatausahaan piutang pajak,
melakukan kegiatan penagihan aktif, melakukan pengusulan untuk menghapuskan
piutang pajak serta menyimpan dokumen-dokumen penagihan.
f. Seksi Pemeriksaan
Seksi ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak,
menerbitkan dan menyalurkan surat perintah pemeriksaan pajak dan juga
melakukan pengadministrasian terhadap kegiatan pemeriksaan.
-
14
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)
Seksi ini bertugas melakukan pengawasan terhadap kepatuhan terhadap
pemenuhan kewajiban perpajakan, melakukan bimbingan teknis kepada Wajib
Pajak, mengadakan conselling terhadap Wajib Pajak, menyusun profil Wajib
Pajak, merekonsiliasi data Wajib pajak, mengusulkan pembetulan ketetapan pajak,
memberikan imbauan teknis perpajakan dan hal-hal yang berkaitan dengan fungsi
pengawasan dan konsultasi.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok ini memiliki tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan
fungsional masing-masing sesuai dengan tugas pokok dan funginya.
D. Standard Operating Procedures (SOP) Mengenai Pencatatan Aset Tetap
1. Tata Cara Pembuatan Laporan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara
(SABMN) dan Laporan Inventaris
a. Deskripsi :
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pembuatan Laporan Sistem Akuntansi
Barang Milik Negara (SABMN) di Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan
yang merupakan kegiatan Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan sebagai
Unit Pengguna Barang (UPB).
-
15
b. Dasar hukum :
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 171/PMK.05/2007
tanggal 27 Desember 2007 tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat
c. Pihak yang terkait :
1. Kepala Bagian Umum
2. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian
3. Pelaksana Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga
d. Formulir yang digunakan :
1. Kartu Inventaris Barang
2. Daftar Inventaris Ruangan (DIR)
e. Dokumen yang dihasilkan :
1. Laporan Mutasi Barang Triwulanan (LMBT)
2. Laporan Tahunan Inventaris (LT-1)
3. Laporan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN)
-
16
f. Prosedur kerja :
1. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian setiap triwulan
menugaskan Pelaksana Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian untuk
melakukan penelitian kondisi barang.
2. Pelaksana Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian melakukan penelitian
kondisi barang dan menyiapkan konsep Laporan Mutasi Barang Triwulanan
dan menyampaikan kepada Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan
Kepegawaian.
3. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian meneliti dan memaraf
konsep Laporan Mutasi Barang Triwulanan dan menyampaikannya kepada
Kepala Bagian Umum.
4. Kepala Bagian Umum menelaah dan menandatangani Laporan Mutasi Barang
Triwulanan dan meneruskannya kepada Kepala Sub Bagian Rumah Tangga
dan Kepegawaian.
5. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian meneliti Laporan
Mutasi Barang Triwulanan dan menugaskan Pelaksana Sub Bagian Rumah
Tangga dan Kepegawaian untuk melakukan perubahan kondisi barang pada
data SABMN dan data LT-1.
6. Pelaksana Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian melakukan
perubahan kondisi barang pada data SABMN, menatausahakan Laporan
-
17
Mutasi Barang Triwulanan, mengirimkan Laporan Mutasi Barang Triwulanan
ke Kantor Pusat DJP, dan menyiapkan konsep Laporan SABMN tiap semester
dan LT-1 tiap akhir tahun serta menyampaikannya kepada Kepala Sub Bagian
Rumah Tangga dan Kepegawaian.
7. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian meneliti dan memaraf
konsep Laporan SABMN dan LT-1 serta menyampaikannya kepada Kepala
Bagian Umum.
8. Kepala Bagian Umum menelaah dan menandatangani laporan SABMN dan
LT-1 serta meneruskannya kepada Pelaksana Sub Bagian Rumah Tangga dan
Kepegawaian.
9. Pelaksana Sub Bagian Tata Usaha Rumah Tangga menatausahakan Laporan
SABMN dan LT-1, kemudian mengkompilasinya dengan laporan SABMN
dan LT-1 dari Unit Pengguna Barang (UPB) sebagai bahan pembuatan LT-1.
10. Proses selesai.
Jangka waktu penyelesaian pembuatan Laporan Sistem Akuntansi Barang Milik
Negara (SABMN) dan Laporan Inventaris paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
-
18
Gambar II. 3 Tata Cara Pembuatan Laporan SABMN dan LT1
Sumber : SOP Tata cara pembuatan laporan sistem akuntansi barang milik negara(SABMN) dan laporan inventaris (LT1) No. DPC11-0008 Hal.3
2. Tata Cara Penyusunan Laporan SAKPA (Sistem Akuntansi Kuasa PenggunaAnggaran) Tingkat Satuan Kerja/Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran(UAKPA)
a. Deskripsi :
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyusunan Sistem Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran (SAKPA) Tingkat Satuan Kerja/Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Anggaran (UAKPA). Setiap Kementerian Negara/Lembaga wajib menyelenggarakan
-
19
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang memproses transaksi keuangan, baik arus uang
maupun barang, yang menghasilkan Laporan Keuangan termasuk Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan, SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan
Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). Dalam sebuah Satuan Kerja,
pelaksanaan SAI ini dilaksanakan oleh sebuah Tim SAI yang dibentuk oleh Kepala
Kantor/Satuan Kerja.
b. Dasar hukum :
1. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang
Keuangan Negara
2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
4. Peraturan Menteri Keuangan Repubik Indonesia Nomor 59/PMK.06/2005
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 131/PMK.01/2006
tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Keuangan
6. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-24/PB/2006 tentang
Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
-
20
7. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-38/PB/2006 tentang
Pedoman Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
8. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-40/PB/2006 tentang
Pedoman Akuntansi Persediaan
c. Pihak yang terkait :
1. Tim SAI yang terdiri dari :
a) Kepala Kantor Pelayanan Pajak /Kepala Satuan Kerja
b) Kepala Sub Bagian Umum
c) Pelaksana Sub Bagian Umum (Pelaksana Sistem Akuntansi Keuangan)
2. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (UAPPA-W)
3. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
d. Formulir yang digunakan :
Dokumen sumber yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Dokumen Pagu Anggaran Diambil dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Bagian Anggaran 15 dan 62 (Subsidi dan Transfer), Revisi DIPA
Bagian Anggaran 15 dan 62, dan dokumen lain yang dipersamakan.
2. Dokumen Realisasi Anggaran: Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), Surat
Perintah Membayar (SPM) yang telah di-SP2D-kan termasuk Surat Perintah
-
21
Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) dan Surat Perintah Membayar Imbalan
Bunga (SPMIB) yang diterbitkan Seksi Pelayanan, Surat Setoran Bukan Pajak
(SSBP), Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB), Surat Setoran Pajak
(SSP), Surat Perintah Pembukuan dan Pengesahan (SP3) dan dokumen lain yang
dipersamakan.
3. Dokumen Persediaan yang dituangkan dalam Berita Acara Hasil Perhitungan
Stock Opname setiap bulan dari Bagian Rumah Tangga.
4. Dokumen Piutang yang tersaji dalam Laporan Perkembangan Tunggakan Pajak
(KPL KPP.7.5; 7.5.1 dan 7.5.3) setiap bulan dan Laporan Bulanan Tunggakan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari Seksi Penagihan.
5. Arsip Data Komputer (ADK) SABMN dari Pelaksana SABMN atau Dokumen
Aset Tetap (bagi Satuan Kerja yang belum menggunakan aplikasi SABMN)
6. Data Penerimaan Pajak dan Bukan Pajak dari Laporan Penerimaan Pajak (LPP)
dan/ SSP on line yang terdapat di sistem MPN dan Laporan Bulanan
Penerimaan PBB dan BPHTB dari Seksi PDI
e. Dokumen yang Dihasilkan :
Laporan-Laporan SAKPA yang terdiri :
1. Neraca
2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja (LRAB)
-
22
3. Laporan Realisasi Pengembalian Belanja
4. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah
5. Laporan Realisasi Pengembalian Penerimaan Pendapatan Negara dan Hibah
6. Arsip Data Komputer (ADK) tingkat UAKPA
7. Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) dan Lampiran Hasil Rekonsiliasi (LHR)
tingkat UAKPA
f. Prosedur Kerja :
1. Pelaksana Sub Bagian Umum/ Pelaksana Sistem Akuntansi Keuangan pada
Tim SAI mengumpulkan dokumen sumber (D 1-6), merekam pada aplikasi
SAKPA dan kemudian mencetak laporan-laporan, termasuk Neraca Bulanan
dan pengantar ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, serta
menyampaikannya kepada Kepala Sub Bagian Umum.
2. Kepala Sub Bagian Umum meneliti, memaraf konsep Neraca, LRA, ADK, dan
pengantar ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selanjutnya
menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Neraca, LRA,
ADK, dan pengantar.
4. Pelaksana Sub Bagian Umum menatausahakan dan mengirimkan Laporan-
laporan SAKPA, yang berupa LRA, Neraca beserta ADK-nya dan pengantar ke
-
23
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara sekaligus mengadakan rekonsiliasi
dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan ke Kantor Wilayah
sebagai UAPPA-W. Apabila hasil pelaksanaan rekonsiliasi dengan Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara terdapat perbedaan yang disebabkan adanya
dokumen sumber yang belum/ kurang direkam dalam Aplikasi SAKPA, maka
Pelaksana Sub Bagian Umum/Pelaksana Sistem Akuntansi Keuangan merekam
dokumen sumber yang belum/kurang direkam, mencetak kembali laporan-
laporan SAKPA kemudian menyampaikannya beserta ADK yang baru kepada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara untuk diadakan rekonsiliasi ulang.
5. Apabila hasil pelaksanaan rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara terdapat perbedaan yang disebabkan adanya
kekeliruan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, maka Pelaksana
Sub Bagian Umum membuatkan konsep Surat Permohonan Ralat Atas
Perbedaan Dalam Rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara tersebut, kemudian menyampaikannya kepada Sub Bagian Umum.
6. Kepala Sub Bagian Umum meneliti dan memaraf Surat Permohonan Ralat Atas
Perbedaan Dalam Rekonsiliasi Dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara dan menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
7. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Surat
Permohonan Ralat Atas Perbedaan Dalam Rekonsiliasi dengan Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara dan mengembalikan kepada Pelaksana Sub
Bagian Umum.
-
24
8. Pelaksana Sub Bagian Umum/Pelaksana Sistem Akuntansi Keuangan untuk
menatausahakan dan mengirimkan surat permohonan ralat atas perbedaan
dalam rekonsiliasi kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
9. Apabila hasil pelaksanaan rekonsiliasi tidak terjadi perbedaan, maka Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara menerbitkan BAR dan LHR.
10. Pelaksana Sub Bagian Umum/ Pelaksana Sistem Akuntansi Keuangan
menyampaikan BAR dan LHR kepada Kepala Sub Bagian Umum
11. Kepala Sub Bagian Umum menandatangani BAR dan LHR (untuk Laporan
Triwulanan)
12. Pelaksana Sub Bagian Umum menyampaikan kembali ke Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara.
13. Setelah Rekonsiliasi selesai, Pelaksana Sub Bagian Umum/ Pelaksana Sistem
Akuntansi Keuangan membuat konsep Surat Pengantar Pengiriman Laporan
SAKPA ke Kantor Wilayah/UAPPA-W beserta menyiapkan ADK (File
Pengiriman ke Kantor Wilayah/ APPA-W).
14. Kepala Sub Bagian Umum meneliti dan memaraf Surat Pengantar Pengiriman
Laporan SAKPA ke Kantor Wilayah/UAPPA-W dan menyampaikannya
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
15. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Surat Pengantar
Pengiriman Laporan SAKPA ke Kantor Wilayah/UAPPA-W.
-
25
16. Pelaksana Sub Bagian Umum menatausahakan, menginput di aplikasi Realisasi
DIPA pada alamat www.realisasi.depkeu.go.id, dan mengirimkan Laporan-
laporan SAKPA (terdiri dari Neraca, LRAB), Laporan Realisasi Pengembalian
Belanja, Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah, Laporan
Realisasi Pengembalian Penerimaan Pendapatan Negara dan Hibah, ADK ke
Kantor Wilayah/UAPPA-W dan fotokopi BAR dan LHR) beserta surat
pengantar kepada Kantor Wilayah DJP/UAPPA-W.
17. Proses selesai.
E. Daftar Aset Tetap dan Nilai di KPP Pratama Jakarta Koja
Aset Tetap di KPP Pratama Jakarta Koja terdiri dari 4 akun, yaitu Tanah,
Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, dan Jalan, lrigasi dan Jaringan. Berikut
adalah daftar Aset Tetap di KPP Pratama Jakarta Koja secara keseluruhan pada
Desember 2011.
Tabel II. 3 Nilai Aset Tetap di KPP Pratama Jakarta Koja Desember 2011
No. Aset Tetap Jumlah
1. Tanah Rp5.074.000.000
2. Peralatan dan Mesin 6.621.879.777
3. Gedung dan Bangunan 8.547.250.000
4. Jalan, lrigasi dan Jaringan 117.938.700
Total 20.361.068.477
Sumber: Diolah dari Neraca KPP Pratama Jakarta Koja tahun 2011
-
26
Akun Peralatan dan Mesin terdiri dari mobil minibus, motor, dan peralatan lain
yang dipakai sehari-hari untuk menunjang kinerja pegawai. Berikut adalah daftar
akun Peralatan dan Mesin secara lebih terperinci.
Tabel II. 4 Nilai Peralatan dan Mesin di KPP Pratama Jakarta Koja 2011
No. Aset Tetap Jumlah
1. Mini Bus ( Penumpang 14 Orang Kebawah ) Rp589.728.0002. Sepeda Motor 55.197.999
3. Peralatan Lain 6.113.503.919
Total 6.758.429.918
Sumber: Diolah dari Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan Tahun 2011
-
27
BAB III
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Akuntansi Pemerintah
Akuntansi pemerintah didefinisikan sebagai proses pencatatan, pengumpulan dan
pembelanjaan sumber-sumber keuangan pemerintah dan pembuata laporan keuangan
yang terkait dengan beberapa atau semua legiatan operasional dengan hasilnya.
Sedangkan Baswir (2003:7) mendefinisikan akuntansi pemerintah adalah bidang
akuntansi yang berkaitan dengan lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
yang tidak bertujuan mencari laba.
Akuntasi pemerintah merupakan bidang tersendiri yang memerlukan pembahasan
yang berbeda dengan akuntansi organisasi lainya. Meskipun akuntansi mempunyai
sifat yang berlaku umum, terdapat karakteristik yang berbeda pada organisasi
pemerintahan.
-
28
2. Pengertian Aset Tetap
Sebagaimana yang diatur dalam PP 71 2010, aset adalah sumber daya ekonomi
yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya.
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset
pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dipergunakan.
Masa manfaat adalah periode suatu aset diharapkan digunakan untuk aktivitas
pemerintahan dan/atau pelayanan publik; atau Jumlah produksi atau unit serupa yang
diharapkan diperoleh dari aset untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan
publik.
Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi
kriteria:
a. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
-
29
b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
d. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, nilai aset tetap didasarkan pada
nilai wajar pada saat perolehan.
PP 71 2010 juga menekankan bahwa penilaian awal Aset Tetap yang memenuhi
kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap,
pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh
dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset
tersebut diperoleh.
Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap
yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk
periode selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu
entitas menggunakan biaya perolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada.
3. Pentingnya Pencatatan Aset Tetap Di Lingkungan Pemerintahan
Sesuai peraturan yang berlaku, pencatatan aset tetap harus dilakukan oleh seluruh
lembaga di lingkungan pemerintah. Aset tetap yang berada dibawah penguasaan suatu
instansi harus dicatat secara akuntansi berdasarkan SAP atau diinvetarisasi menurut
-
30
perundang-undangan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) yang berlaku. Akuntansi
aset tetap merupakan salah satu bentuk dari pengelolan barang milik negara.
Pengelolaan barang milik negara/daerah diatur dalam PP Nomor 6 Tahun 2006.
PP tersebut mendefinisikan Barang Milik Negara sebagai semua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan
kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang Milik
Negara/Daerah.
Adapun menurut Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003 dalam pasal 9 yaitu,
Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut :
a. menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
c. melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;
d. melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya
ke Kas Negara;
e. mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian
negara /lembaga yang dipimpinnya;
f. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;
g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara /lembaga
yang dipimpinnya;
-
31
h. melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan
ketentuan undang-undang.
4. Akuntansi Aset Tetap Pemerintah
Pengertian Aset Tetap dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)
adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum. Dengan batasan pengertian tersebut maka pemerintah harus mencatat suatu
aset tetap yang dimilikinya meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain.
Pemerintah juga harus mencatat hak atas tanah sebagai aset tetap. Dalam kasus lain,
aset tetap yang dikuasai oleh pemerintah tetapi tujuan penggunaannya untuk
dikonsumsi dalam operasi pemerintah tidak termasuk dalam pengertian aset tetap
karena tidak memenuhi definisi aset tetap di atas, misalnya aset tetap yang dibeli
pemerintah untuk diserahkan kepada masyarakat.
Dalam PSAP 07, aset tetap di neraca diklasifikasikan menjadi enam akun
sebagaimana dirinci dalam penjelasan berikut ini:
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau
dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang
digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah
yang terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut.
-
32
Tanah yang termasuk dalam aset tetap dalam PSAP 07 Paragraf 07 adalah tanah
yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah
dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam klasifikasi tanah ini adalah tanah
yang digunakan untuk gedung, bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan.
Berdasarkan PSAP 07 Paragraf 16, tanah dapat diakui sebagai aset tetap apabila
memenuhi 4 (empat) kriteria berikut: (1) mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan, (2) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal, (3) tidak
dimaksudkan untuk dijual, dan (4) diperoleh dengan maksud untuk digunakan.
Berdasarkan hal tersebut, apabila salah satu kriteria tidak terpenuhi maka tanah
tersebut tidak dapat diakui sebagai aset tetap milik pemerintah. Pengadaan tanah
pemerintah yang sejak semula dimaksudkan untuk diserahkan kepada pihak lain tidak
disajikan sebagai aset tetap tanah, melainkan disajikan sebagai persediaan. Misalnya,
apabila Kementerian Perumahan Rakyat mengadakan tanah yang di atasnya akan
dibangun rumah untuk rakyat miskin. Pada Neraca Kementerian Perumahan Rakyat,
tanah tersebut tidak disajikan sebagai aset tetap tanah, namun disajikan sebagai
persediaan.
Terkait dengan kasus-kasus kepemilikan tanah dan penyajiannya dalam laporan
keuangan, pada Buletin Teknis 09 tentang Aset Tetap, memberikan pedoman sebagai
berikut:
1. Dalam hal tanah belum ada bukti kepemilikan yang sah, namun dikuasai
dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat
dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta
diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
-
33
2. Dalam hal tanah dimiliki oleh pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan
oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai
aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai
dalam Catatan atas Laporan Keuangan, bahwa tanah tersebut dikuasai atau
digunakan oleh pihak lain.
3. Dalam hal tanah dimiliki oleh suatu entitas pemerintah, namun dikuasai
dan/atau digunakan oleh entitas pemerintah yang lain, maka tanah tersebut
dicatat dan disajikan pada neraca entitas pemerintah yang mempunyai bukti
kepemilikan, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Entitas pemerintah yang menguasai dan/atau menggunakan tanah
cukup mengungkapkan tanah tersebut secara memadai dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
Tanah dapat diperoleh melalui pembelian, pertukaran aset, hibah/donasi, dan
lainnya. Tanah yang diperoleh melalui pembelian dilakukan melalui pelaksanaan
kegiatan (belanja), sehingga nilai perolehan tanah diakui berdasarkan nilai belanja
yang telah dikeluarkan. Pada umumnya, pembelian tanah dianggarkan dalam belanja
modal, sehingga pengakuan aset tetap tanah didahului dengan pengakuan belanja
modal yang akan mengurangi Kas Umum Negara/Daerah. Jurnal pengakuan belanja
modal tersebut adalah:
-
34
Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD mengakui tanah yang harus disajikan di
neraca melalui jurnal korolari. Jurnal korolari untuk pengakuan perolehan tanah
adalah sebagai berikut:
BUN/BUD tidak melakukan jurnal korolari, karena aset tanah diakui di neraca
K/L/SKPD.
-
35
b. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah peralatan dan
mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap
digunakan. Aset tetap yang dapat diklasifikasikan dalam peralatan dan mesin ini
mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat
pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi, dan pemancar; alat
kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat
eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan, dan pemurnian; alat bantu
eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi.
Pengakuan peralatan dan mesin dapat dilakukan apabila terdapat bukti bahwa
hak/kepemilikan telah berpindah, dalam hal ini misalnya ditandai dengan berita acara
serah terima pekerjaan, dan untuk kendaraan bermotor dilengkapi dengan bukti
kepemilikan kendaraan. Perolehan peralatan dapat melalui pembelian, pembangunan,
atau pertukaran aset,hibah/donasi, dan lainnya. Perolehan melalui pembelian dapat
dilakukan dengan pembelian tunai dan angsuran.
Perolehan melalui pembelian dan pembangunan dilakukan melalui mekanisme
pelaksanaan kegiatan dan pengeluaran belanja modal. Sehingga terdapat 2 (dua)
jurnal, yaitu jurnal untuk mencatat transaksi belanja dan jurnal korolari untuk
mencatat pengakuan aset tetap peralatan dan mesin.
-
36
Jurnal untuk mencatat transaksi belanja modal
Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD akan mengakui Peralatan dan Mesin yang
harus disajikan di neraca melalui jurnal korolari. Jurnal korolari untuk pengakuan
perolehan Peralatan dan Mesin adalah sebagai berikut:
-
37
c. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah gedung dan
bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi
siap digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini antara lain: bangunan
gedung, monumen, bangunan menara, dan rambu-rambu.
Pengakuan gedung dan bangunan harus dipisahkan dengan tanah di mana gedung
dan bangunan tersebut didirikan. Gedung dan bangunan yang dibangun oleh
pemerintah, namun dengan maksud akan diserahkan kepada masyarakat, seperti
rumah yang akan diserahkan kepada para transmigrans, maka rumah tersebut tidak
dapat dikelompokkan sebagai Gedung dan Bangunan, melainkan disajikan sebagai
Persediaan.
Perolehan gedung dan bangunan dapat melalui pembelian, pembangunan, atau
tukar menukar, dan lainnya. Perolehan melalui pembelian dapat dilakukan dengan
pembelian tunai dan angsuran. Perolehan melalui pembangunan dapat dilakukan
dengan membangun sendiri (swakelola) dan melalui kontrak konstruksi. Perolehan
melalui pembelian dan pembangunan didahului dengan pengakuan belanja modal
yang akan mengurangi Kas Umum Negara/Daerah. Dokumen sumber untuk merekam
pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana
Langsung (SP2D LS).
-
38
Jurnal pengakuan belanja modal tersebut adalah:
Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD akan mengakui gedung dan bangunan
yang harus disajikan di neraca. Untuk memunculkan gedung dan bangunan di neraca
dapat dilakukan dengan cara membuat jurnal pendamping (korolari). Jurnal korolari
ini hanya dilakukan oleh K/L/SKPD bukan BUN/BUD. Jurnal korolari untuk
pengakuan perolehan Gedung dan Bangunan adalah sebagai berikut:
-
39
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah jalan,
irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam
kondisi siap digunakan. Contoh aset tetap yang termasuk dalam klasifikasi ini
mencakup antara lain: jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi, dan jaringan.
Jalan, irigasi, dan jaringan tersebut selain digunakan dalam kegiatan pemerintah
juga dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Termasuk dalam klasifikasi jalan, irigasi,
dan jaringan adalah jalan raya, jembatan, bangunan air, instalasi air bersih, instalasi
pembangkit listrik, jaringan air minum, jaringan listrik, dan jaringan telepon. Jalan,
irigasi, dan jaringan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan
jalan, irigasi dan jaringan. Tanah yang diperoleh untuk keperluan dimaksud
dimasukkan dalam kelompok Tanah.
Untuk dapat diakui sebagai Jalan, Irigasi, dan Jaringan, maka Jalan, Irigasi, dan
Jaringan harus berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan, biaya perolehannya dapat diukur secara handal, tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam kondisi normal entitas dan diperoleh dengan maksud untuk digunakan. Jalan,
irigasi, dan jaringan diakui pada saat jalan, irigasi, dan jaringan telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah serta
telah siap dipakai.
Perolehan jalan, irigasi, dan jaringan pada umumnya dengan pembangunan baik
membangun sendiri (swakelola) maupun melalui kontrak konstruksi. Perolehan
melalui pembangunan didahului dengan pengakuan belanja modal yang akan
-
40
mengurangi Kas Umum Negara/Daerah. Dokumen sumber untuk merekam
pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana
Langsung (SP2D LS). Jurnal pengakuan belanja modal tersebut adalah:
Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD akan mengakui jalan, irigasi, dan jaringan
yang harus disajikan di neraca. Untuk memunculkan jalan, irigasi, dan jaringan di
neraca dapat dilakukan dengan cara membuat jurnal pendamping (korolari). Jurnal
korolari ini hanya dilakukan oleh K/L/SKPD bukan BUN/BUD. Jurnal korolari untuk
pengakuan perolehan jalan, irigasi, dan jaringan adalah sebagai berikut:
-
41
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok aset tetap di atas, tetapi memenuhi definisi aset tetap. Aset tetap lainnya ini
dapat meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak seni/budaya/olah raga.
PSAP 07 Paragraf 13 menyatakan bahwa Aset tetap lainnya mencakup aset tetap
yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh
dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai. Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan
ke dalam kelompok Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan,
Irigasi dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Aset yang termasuk dalam kategori Aset
Tetap Lainnya adalah koleksi perpustakaan/buku dan non buku, barang bercorak
kesenian/kebudayaan/olah raga, hewan, ikan, dan tanaman. Termasuk dalam kategori
Aset Tetap Lainnya adalah Aset Tetap-Renovasi, yaitu biaya renovasi atas aset tetap
yang bukan miliknya, dan biaya partisi suatu ruangan kantor yang bukan miliknya.
Perolehan Aset Tetap Lainnya, selain Aset Tetap-Renovasi, pada umumnya
melalui pembelian atau perolehan lain seperti hibah/donasi. Pengakuan Aset Tetap
Lainnya melalui pembelian didahului dengan pengakuan belanja modal yang akan
mengurangi Kas Umum Negara/Daerah. Dokumen sumber untuk merekam
pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana
Langsung (SP2D LS). Jurnal pengakuan belanja modal tersebut adalah:
-
42
Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD akan mengakui Aset Tetap Lainnya yang
harus disajikan di neraca. Untuk memunculkan Aset Tetap Lainnya di neraca dapat
dilakukan dengan cara membuat jurnal pendamping (korolari). Jurnal korolari ini
hanya dilakukan oleh K/L/SKPD bukan BUN/BUD.
f. Konstruksi dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya. Sesuai
dengan PSAP 08 Paragraf 5, Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) adalah aset-aset
yang sedang dalam proses pembangunan. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset
tetap lainnya, yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan
suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. Standar ini wajib diterapkan oleh
-
43
entitas yang melaksanakan pembangunan aset tetap untuk dipakai dalam
penyelenggaraan kegiatan operasional pemerintahan dan/atau pelayanan masyarakat,
dalam jangka waktu tertentu, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh
pihak ketiga.
Perolehan aset dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau
melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi. Perolehan aset dengan swakelola
atau dikontrakkan pada dasarnya sama. Nilai yang dicatat sebagai Konstruksi Dalam
Pengerjaan adalah sebesar jumlah yang dibayarkan atas perolehan aset. Biaya-biaya
pembelian bahan dan juga gaji-gaji yang dibayarkan dalam kasus pelaksanaan
pekerjaan secara swakelola pada dasarnya sama dengan nilai yang dibayarkan kepada
kontraktor atas penyelesaian bagian pekerjaan tertentu. Keduanya merupakan
pengeluaran pemerintahan untuk mendapatkan aset.
Berdasarkan PSAP 08 Paragraf 13, suatu benda berwujud harus diakui sebagai
KDP jika:
a. besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan
dengan aset tersebut akan diperoleh;
b. biaya perolehan aset tersebut dapat diukur dengan handal;
c. aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Apabila dalam konstruksi aset tetap pembangunan fisik proyek belum
dilaksanakan, namun biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung ke dalam
pembangunan proyek telah dikeluarkan, maka biaya-biaya tersebut harus diakui
sebagai KDP aset yang bersangkutan.
-
44
Jurnal untuk mencatat KDP adalah:
KDP disajikan sebesar biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan, selain
itu dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula informasi mengenai:
a. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan
jangka waktu penyelesaiannya pada tanggal neraca;
b. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya;
c. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal neraca;
d. Uang muka kerja yang diberikan sampai dengan tanggal neraca; dan
e. Jumlah Retensi.
Kontrak konstruksi pada umumnya memuat ketentuan tentang retensi. Retensi
adalah prosentase dari nilai penyelesaian yang akan digunakan sebagai jaminan akan
dilaksanakan pemeliharaan oleh kontraktor pada masa yang telah ditentukan dalam
kontrak. Jumlah retensi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
-
45
B. Tinjauan atas Penerapan PSAP 07 Tentang Aset Tetap di KPP Pratama
Jakarta Koja
Pencatatan aset tetap di KPP Pratama Jakarta Koja menggunakan sistem aplikasi
yang disebut dengan Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) dan
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).
SAKPA adalah sistem akuntansi yang digunakan oleh para satuan kerja (satker)
yang mendapatkan anggaran dari dana APBN untuk menghasilkan laporan keuangan
yang terdiri dari neraca, realisasi anggaran belanja dan realisasi pendapatan negara.
Laporan tersebut diperlukan sebagai bahan pertanggungjawaban atas pengelolaan
keuangan di satuan kerjanya masing-masing.
SIMAK-BMN adalah aplikasi yang digunakan untuk mencatat dan mengorganisir
barang milik negara, mulai dari pembelian, transfer masuk-keluar antar instansi,
sampai penghapusan dan pemusnahan barang milik negara. Pencatatan tersebut
digunakan supaya membantu unit akuntansi kuasa pengguna anggaran (UAKPA)
dalam menginventaris aset tetap yang ada di KPP tersebut.
Aset tetap di KPP Pratama Jakarta Koja tidak terlalu banyak dibanding dengan
kantor pelayanan pajak yang lain. Tanah di kantor ini dibeli pada tahun 2004 dengan
menggunakan dana APBN. Adapun catatan yang ada di aplikasi adalah sebagai
berikut:
-
46
Gambar III. 1 Kartu Identitas Barang Tanah
Sumber: Kartu identitas barang Tanah KPP Pratama Jakarta Koja
Aplikasi SIMAK-BMN tahun 2004 tercatat saldo tanah sebesar Rp2.950.000.000.
Pada tahun 2008 terjadi revaluasi untuk aset tanah oleh Tim Penertiban Aset dari
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) sebesar Rp2.142.000.000
sehingga terjadi kenaikan saldo menjadi Rp5.074.000.000. Pencatatan atas revaluasi
ini dicatat di lembar catatan mutasi perubahan kartu identitas barang tanah yang lebih
jelas dapat dilihat di gambar berikut.
Gambar III. 2 Catatan Mutasi Perubahan
Sumber: Catatan Mutasi Perubahan Tanah KPP Pratama Jakarta Koja
-
47
Revaluasi yang dilakukan oleh tim penertiban aset dari KPKNL jika mengacu
pada PP 71 2010 dan PSAP 07 pada umumnya sesuai dengan standar akuntansi
terkait. PP 71 2010 menekankan bahwa penilaian kembali atau revaluasi aset tetap
pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintahan
menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran.
Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah yang berlaku secara nasional, dalam hal ini terdapat pada Peraturan
Menteri Keuangan nomor 109/PMK.06/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Inventarisasi, Penilaian, Dan Pelaporan Dalam Rangka Penertiban Barang Milik
Negara.
Peraturan tersebut salah satunya mengatur tentang pembentukan tim penertiban
aset yang pada tahun tertentu menginventarisasi barang milik negara dan menilai
kembali aset yang ada di lingkungan pemerintah. Adapun PMK 109/PMK.06/2009
mengatur sebagai revaluasi yaitu pada pasal 2, (1) Penertiban BMN dilakukan melalui
kegiatan inventarisasi, penilaian, sertifikasi dan pelaporan seluruh BMN pada
Kementerian Negara/Lembaga, dan pengamanan BMN yang berada dalam
penguasaan Kementerian Negara/Lembaga. (2) Penertiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dimaksudkim untuk mewujudkan penertiban dan pengamanan BMN
secara tertib, efektif, efisien, dan akuntabel, baik secara administratif, hukum, maupun
fisik. Penyimpangan ini dipandang tidak terlalu signifikan, karena tujuan daripada
revaluasi ini dalam rangka penertiban barang milik negara. Akun tanah yang ada di
dalam laporan SIMAK-BMN tersebut akan di-post dalam laporan keuangan dalam
-
48
bentuk Neraca pada akhir tahun oleh Bendahara. Berikut adalah akun tanah pada
laporan SIMAK-BMN KPP Pratama Jakarta Koja tahun 2011.
Tabel III. 1 Laporan CRBMN Tanah 2011
Sumber: Laporan CRBMN Kuasa Pengguna Tahunan KPP Pratama Jakarta Koja
Laporan tersebut akan diproses kembali menjadi neraca pada tahun 2011 yaitu
sebagai berikut.
Tabel III. 2 Neraca Bagian Aset KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011
Sumber: Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011
-
49
Neraca tersebut selanjutnya akan direkonsiliasi di tingkat Kantor Wilayah setelah
selesai dibuat, dan apabila ada perbedaan maka akan dilakukan koreksi.
Peralatan dan mesin di KPP Pratama Koja memiliki nilai kedua terbesar di neraca
setelah aset gedung dan bangunan. Untuk pencatatannya peralatan dan mesin dibagi
menjadi dua yaitu Intrakomptabel dan Ekstrakomptabel. Peralatan dan mesin
intrakomptabel mempunyai nilai persatuan melebihi Rp300.000, sedangkan
ekstrakomptabel adalah peralatan dan mesin yang memiliki nilai perolehan dibawah
Rp300.000.
Setiap tahunnya, peralatan dan mesin di KPP Pratama Koja tidak ada
penyusutannya. Menurut pegawai yang bertanggung jawab tentang barang milik
negara, menjelaskan bahwa peralatan dan mesin di KPP Pratama Koja tidak
disusutkan karena bukan wewenang dan tanggung jawab pengguna anggaran. Pihak
terkait yang berhak dalam penyusutan aset tetap di kantor ini adalah pejabat di
KPKNL Jakarta. Jika ada penyusutan maupun revaluasi, hal tersebut adalah
wewenang KPKNL Jakarta. Sebagai perbandingan kenaikan maupun penurunan nilai
aset peralatan dan mesin berikut adalah neraca KPP Pratama Jakarta Koja tahun 2010,
2011, dan Mei 2012.
Tabel III. 3 Neraca Bagian Aset Tetap KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2010
Sumber: Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2010
-
50
Kolom kedua adalah saldo tahun 2010, sedangkan kolom ketiga merupakan saldo
tahun sebelumnya yaitu tahun 2009. Terjadi peningkatan saldo sebesar
Rp193.146.541.
Tabel III. 4 Neraca Bagian Aset Tetap KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011
Sumber: Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011
Kolom kedua adalah saldo tahun 2011, sedangkan kolom ketiga merupakan saldo
tahun sebelumnya yaitu tahun 2010. Terjadi penurunan saldo sebesar Rp41.312.142
pada kolom keempat. Penurunan saldo ini diakibatkan dari koreksi nilai atas peralatan
dan mesin oleh Tim Penertiban Aset dari KPKNL Jakarta. Sedangkan kolom kelima
merupakan persentase peningkatan atau penurunan.
Tabel III. 5 Neraca Bagian Aset KPP Pratama Jakarta Koja Mei 2012
Sumber: Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Mei 2012
Jika diteliti, terdapat perbedaan saldo akhir tahun dengan saldo awal tahun
berikutnya pada ketiga tabel diatas. Perlu diperhatikan bahwa perbedaan saldo akhir
bukan kesalahan dari aplikasi maupun kesalahan input data, melainkan hasil dari
rekonsiliasi dan koreksi bersama antara KPP Pratama Koja dengan Kanwil DJP
Jakarta Utara.
-
51
Gedung dan bangunan di KPP Pratama Koja mulai dibangun pada tahun 2004 dan
selesai pada tahun 2005. Gedung kantor tersebut dibangun menggunakan anggaran di
APBN. Adapun catatan yang ada didalam aplikasi tentang saldo akun gedung dan
bangunan KPP Pratama Jakarta Koja.
Gambar III. 3 Kartu Identitas Barang Gedung dan Bangunan
Sumber: Kartu Identitas Barang Gedung dan Bangunan KPP Pratama Jakarta Koja
Tidak seperti akun gedung dan bangunan pada entitas bisnis yang disusutkan
setiap tahunnya, akun gedung dan bangunan pada lingkungan pemerintahan
khususnya KPP Pratama Jakarta Koja tidak disusutkan. Hal ini sama perlakuannya
seperti peralatan dan mesin. Lebih jelasnya terlihat pada tabel III. 3, III. 4, dan III. 5
diatas. Pada ketiga tabel tersebut tampak tidak ada perubahan pada saldonya antara
tahun ke tahun.
-
52
Tabel III. 6 Laporan CRBMN Gedung dan Bangunan 2011
Sumber: Laporan CRBMN Kuasa Pengguna Tahunan KPP Pratama Jakarta Koja
Kemudian aset tetap selanjutnya adalah jaringan. Jaringan tersebut adalah Instalasi
Komunikasi Elektronik (KOMLEK). Jaringan ini dibuat pada tahun yang sama saat
pembuatan gedung yaitu tahun 2004.
Tabel III. 7 Laporan CRBMN Jaringan 2011
Sumber: Laporan CRBMN Kuasa Pengguna Tahunan KPP Pratama Jakarta Koja
Jaringan yang termasuk dalam akun Jalan, Irigasi dan Jaringan serta masuk dalam
jenis akun aset tetap tidak disusutkan karena sama perlakuannya terhadap akun
peralatan dan mesin.
-
53
Ketika penulis melaksanakan Studi Lapangan di KPP Pratama Jakarta Koja,
penulis dilibatkan dalam inventarisasi ulang BMN oleh penanggung jawab BMN di
kantor tersebut. Dalam pelaksanaannya penulis menemukan adanya ketidakcocokan
antara daftar barang ruangan yang ada di SIMAK-BMN dengan di lapangan. Hal ini
menimbulkan ketidakakuratan dalam pencatatan di SIMAK-BMN tersebut.
Secara keseluruhan, aset tetap yang berada di KPP Pratama Jakarta Koja sudah
dicatat secara sistematis kedalam sebuah sistem yang bernama SIMAK-BMN.
Kemudian sistem tersebut menghasilkan laporan yang selanjutnya akan dimasukkan
kedalam SAKPA. Pencatatan aset tetap tersebut secara umum tidaklah bertentangan
dengan PP 71 2010 maupun PSAP 07.
-
54
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis sampaikan, ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan terkait tentang pencatatan aset tetap di KPP Pratama Jakarta Koja yaitu
sebagai berikut:
1. Aset tetap di KPP Pratama Jakarta Koja telah dicatat secara sistematis ke
dalam aplikasi dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Pencatatan aset tetap tersebut secara umum telah menerapkan PSAP 07
tentang akuntansi aset tetap dan petunjuk teknisnya yaitu Buletin Teknis 09.
3. Terdapat perbedaan pandangan mengenai revaluasi antara Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 dengan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 109/PMK.06/2009. Pada PP 71 2010, penilaian kembali atau
revaluasi tidak diperkenankan karena penilaian kembali atau revaluasi aset
tetap pada umumnya menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan
atau harga pertukaran. Sedangkan PMK 109/PMK.06/2009 mengatur bahwa
revaluasi dilakukan pada rentang waktu tertentu untuk memutakhirkan data
Barang Milik Negara.
-
55
4. Ketika melakukan inventarisasi ulang bersama dengan pegawai di KPP
Pratama Jakarta Koja, terdapat perbedaan antara catatan daftar barang ruangan
dengan barang yang berada di ruangan tersebut.
B. Saran
Setelah memberikan kesimpulan diatas, penulis juga bermaksud memberikan
saran agar dapat memberikan masukan dan menyempurnakan praktik yang sudah ada.
Adapun saran-saran tersebut adalah:
1. Sebaiknya setiap satu semester dilakukan inventarisasi ulang agar barang yang
dicatat tidak hilang atau tercecer.
2. Apabila terdapat perbedaan antar peraturan, sebaiknya ditinjau ulang mana
peraturan yang lebih spesifik dan diutamakan. PP 71 2010 mengatur tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan, sedangkan PMK 109/PMK.06/2009
mengatur tentang Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi, Penilaian, Dan
Pelaporan Dalam Rangka Penertiban Barang Milik Negara. Perlu diperhatikan
bahwa kedua produk hukum tersebut berbeda tingkatannya, PP 71 2010 lebih
tinggi dibanding dengan PMK 109/PMK.06/2009.
3. Untuk ke depannya, dilakukan sosialisasi mengenai peraturan-peraturan
mengenai pencatatan, penilaian, dan pengungkapan Barang Milik Negara di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak khususnya di KPP Pratama Jakarta Koja.
-
56
DAFTAR PUSTAKA
Baswir, Revrisond. 1998. Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta : BPFE
Freeman, Robert J. dan Craig D. Shoulders. 2003. Governmental and Nonprofit
Accounting. Person education, Prentice Hall. 7th edition.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Buletin Teknis Standar Akuntansi
Pemerintahan Nomor 09 Akuntansi Aset Tetap.
Mulyana, Budi dan Margono. 2010. Pengantar Akuntansi Pemerintah Daerah.
Tangerang Selatan: STAN-Press.
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Pemerintah.
-
57
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109 tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Inventarisasi, Penilaian, Dan Pelaporan Dalam Rangka Penertiban Barang
Milik Negara.
-
Lampiran 1
-
Lampiran 2
-
Lampiran 3
-
Lampiran 4
-
Lampiran 5
1. COVER.pdf2. HALAMAN PERSETUJUAN.pdfIMG1_0001.pdfIMG1_0002.pdf3. KATA PENGANTAR.pdf4. DAFTAR ISI.pdf5. BAB I - HALAMAN BAB.pdf5. BAB I.pdf6. BAB II - HALAMAN BAB.pdf6. BAB II.pdf7. BAB III - HALAMAN BAB.pdf7. BAB III.pdf8. BAB IV - HALAMAN BAB.pdf8. BAB IV.pdf9. DAFTAR PUSTAKA.pdf10. LAMPIRAN.pdf