tinjauan atas penerapan psap 07 tentang akuntansi aset tetap di kpp pratama jakarta koja

Upload: misterchest

Post on 29-Oct-2015

537 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Instansi pemerintah dalam menjalankan tugasnya memerlukan akuntansi, baikanalisis maupun untuk meningkatkan mutu pengawasan dan pengelolaan keuanganuntuk menghasilkan informasi yang akan digunakan. Akuntansi seperti ini dikenaldengan akuntansi pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan (termasuk di dalamnyaakuntansi untuk lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari laba lainnya), adalahbidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembagayang tidak bertujuan mencari laba (Baswir, 1998,7).

TRANSCRIPT

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

    TANGERANG SELATAN

    LAPORAN STUDI LAPANGAN

    TINJAUAN ATAS PENERAPAN PSAP 07 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAPDI KPP PRATAMA JAKARTA KOJA

    Diajukan oleh :FAQIH IZMI

    NPM : 093060015751

    Mahasiswa Program Diploma III Keuangan

    Spesialisasi Akuntansi

    Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat

    Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan

    Tahun 2012

  • vKATA PENGANTAR

    Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

    nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Lapangan

    ini sebagai salah satu syarat untuk untuk dinyatakan lulus Program Diploma III

    Keuangan Spesialisasi Akuntansi.

    Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

    sebesar-besarnya atas bantuan dan arahan sehingga terselesaikannya laporan ini

    kepada:

    1. Kedua orang tua tercinta, atas kasih sayang, bimbingan, pengorbanan yang tak

    terkira serta doa yang selalu mengiringi penulis.

    2. Adik Yudha, yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis

    3. Bapak Kusmanadji, selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

    4. Bapak Fadlil Usman selaku Bidang Akademis Pendidikan Bidang Pendidikan

    Pembantu Akuntan serta rekan-rekan Sekretariat yang telah memberikan banyak

    arahan dan bimbingan.

    5. Bapak dan Ibu dosen STAN yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi

    penulis.

    6. Bapak Salim Darmadi, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan

    dan masukan selama penyusunan Laporan Studi Lapangan ini.

  • vi

    7. Bapak Sevta, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Koja dan

    staff yang telah memberikan tempat dan waktu bagi penulis untuk melaksanakan

    studi lapangan ini.

    8. Bapak Edwin, Bapak Hendra selaku pembimbing di KPP Pratama Koja yang telah

    telah memberikan bimbingan dan arahan di lapangan.

    9. Bapak Nanang, Bapak Daud, dan Bapak Nurdjali sebagai pegawai di bagian

    pemeriksaan yang dengan senang hati telah banyak memberikan pengetahuan

    tentang pajak dibagian pemeriksaan serta arahan dan bimbingan kepada penulis

    dalam menyusun laporan ini.

    10. Mas Eko dan Mbak Sri yang bersedia memberikan data dan senang hati menjawab

    pertanyaan-pertanyaan penulis saat ada data yang belum dipahami..

    11. Bapak dan Ibu Kantin KPP Pratama Jakarta Koja yang telah membantu penulis

    dalam hal konsumsi di KPP Pratama Jakarta Koja.

    12. Syamsul, Indra, Wahyu, Brian, Tengku, dan Khafi yang telah berjuang bersama

    selama di KPP Pratama Jakarta Koja.

    13. Teman-teman kelas 1-N, 2-A dan 3-E Akuntansi 2009 yang selalu memberikan

    motivasi kepada penulis untuk menggali ilmu pengetahuan.

    14. Teman-teman Spesialisasi Akuntansi 2009 yang banyak memberikan informasi

    melalui grup facebook dalam menunjang kelancaran penulisan Laporan Studi

    Lapangan.

  • vii

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Studi Lapangan ini masih jauh dari

    kata sempurna dan tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu penulis dengan senang

    hati menerima saran dan kritik dari para pembaca yang budiman. Akhir kata penulis

    berharap Laporan Studi Lapangan ini bermanfaat dan bisa menjadi bahan referensi

    maupun inspirasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

    Tangerang Selatan, Juli 2012

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .....................................................................................................i

    PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN STUDI LAPANGAN............................... ii

    LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN STUDI LAPANGAN .................................iii

    PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI LAPORAN STUDI LAPANGAN ..iv

    KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

    DAFTAR ISI...............................................................................................................viii

    DAFTAR TABEL......................................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR....................................................................................................xi

    DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penulisan ...................................................................................... 1

    B. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 3

    C. Metode Pengumpulan Data .................................................................................... 4

    D. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 5

    BAB II DATA DAN FAKTA

    A. Sejarah KPP Pratama Jakarta Koja ........................................................................ 7

    B. Profil KPP Pratama Jakarta Koja ........................................................................... 8

    C. Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Koja.....................................................10

    D. Standard Operating Procedures (SOP) Mengenai Pencatatan Aset Tetap.............14

    E. Daftar Aset Tetap dan Nilai di KPP Pratama Jakarta Koja ...................................25

  • ix

    BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

    A. Landasan Teori ....................................................................................................27

    1. Pengertian Akuntansi Pemerintah......................................................................27

    2. Pengertian Aset Tetap........................................................................................28

    3. Pentingnya Pencatatan Aset Tetap di lingkungan Pemerintahan ......................29

    4. Akuntansi Aset Tetap Pemerintah .....................................................................31

    B. Tinjauan atas Penerapan PSAP 07 Tentang Aset Tetap di KPP Pratama Jakarta

    Koja .......................................................................................................................45

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan ...........................................................................................................54

    B. Saran .....................................................................................................................55

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................56

  • xDAFTAR TABEL

    Tabel II. 1 Komposisi Pegawai KPP Pratama Jakarta Koja Berdasarkan Jabatan 11

    Tabel II. 2 Komposisi Pegawai KPP Pratama Jakarta Koja Per Seksi 12

    Tabel II. 3 Nilai Aset Tetap di KPP Pratama Jakarta Koja Desember 2011 25

    Tabel II. 4 Nilai Peralatan dan Mesin di KPP Pratama Jakarta Koja 2011 26

    Tabel III. 1 Laporan CRBMN Tanah 2011 48

    Tabel III. 2 Neraca Bagian Aset KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011 48Tabel III. 3 Neraca Bagian Aset Tetap KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2010 49Tabel III. 4 Neraca Bagian Aset Tetap KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011 50Tabel III. 5 Neraca Bagian Aset Tetap KPP Pratama Jakarta Koja Mei 2012 50Tabel III. 6 Laporan CRBMN Gedung dan Bangunan 2011 52

    Tabel III. 7 Laporan CRBMN Jaringan 2011 52

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar II. 1 Peta Wilayah Keja KPP Pratama Jakarta Koja 10

    Gambar II. 2 Susunan Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Koja 11

    Gambar II. 3 Tata Cara Pembuatan Laporan SABMN dan LT1 18

    Gambar III. 1 Kartu Identitas Barang Tanah 46

    Gambar III. 2 Catatan Mutasi Perubahan 46

    Gambar III. 3 Kartu Identitas Barang Gedung dan Bangunan 51

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2010

    Lampiran 2 Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011

    Lampiran 3 Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Mei 2012

    Lampiran 4 Kartu Identitas Barang Tanah

    Lampiran 5 Kartu Identitas Barang Gedung dan Bangunan

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Instansi pemerintah dalam menjalankan tugasnya memerlukan akuntansi, baik

    analisis maupun untuk meningkatkan mutu pengawasan dan pengelolaan keuangan

    untuk menghasilkan informasi yang akan digunakan. Akuntansi seperti ini dikenal

    dengan akuntansi pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan (termasuk di dalamnya

    akuntansi untuk lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari laba lainnya), adalah

    bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga

    yang tidak bertujuan mencari laba (Baswir, 1998,7).

    Akuntansi di lingkungan pemerintahan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)

    Nomor 71 tahun 2010 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan. PP 71 tahun 2010

    mendefinisikan akuntansi pemerintahan sebagai berikut: Akuntansi adalah proses

    identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan

    kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Dalam

    pelaksanaannya diperlukan sebuah standar akuntansi pemerintah (SAP), yaitu prinsip-

    prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan

    pemerintah.

  • 2Aset tetap yang berada dibawah penguasaan suatu instansi harus dicatat secara

    akuntansi berdasarkan SAP atau diinvetarisasi menurut perundang-undangan Barang

    Milik Negara/ Daerah (BMN/D) yang berlaku. Definisi aset tetap menurut SAP

    adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan

    untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah

    atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari: a) Tanah; b)

    Peralatan dan mesin; c) Gedung dan bangunan; d) Jalan, irigasi, dan jaringan; e) Aset

    tetap lainnya; dan f) Konstruksi dalam pengerjaan.

    Aset tetap umumnya menempati proporsi signifikan dari aset pemerintah yang

    disajikan dalam Neraca. Aset tetap yang dicatat terutama berasal dari belanja modal

    (capital expenditures). SAP juga mengatur tentang pembedaan antara current

    expenditure dan capital expenditures sangat penting untuk tujuan analisis,

    transparansi dan pengambilan keputusan, antara lain:

    a. untuk menilai belanja operasi pemerintah dan efisiensi kegiatan pemerintahb. belanja investasi/modal akan menimbulkan aliran biaya dan manfaat di masa

    datang, untuk membedakan dengan belanja yang mempunyai pengaruhberbeda dalam jangka pendek.

    c. dalam membangun anggaran berbasis kinerja, diperlukan pemisahan antararunning cost dan capital expenditures.

    d. kurangnya perhatian atas investasi/modal akan menimbulkan kelemahandalam formulasi kebijakan.

    Sebagaimana diatur dalam SAP pengakuan aset tetap dalam instansi maupun

    satuan kerja (satker) pemerintahan, harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

    a. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

  • 3b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;d. Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan.e. Telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya, dan atau pada saat

    penguasaannya berpindah.

    Akuntansi aset tetap merupakan salah satu bentuk dari pengelolan barang milik

    negara. Pengelolaan barang milik negara/daerah diatur dalam PP Nomor 6 Tahun

    2006. PP tersebut mendefinisikan Barang Milik Negara sebagai semua barang yang

    dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

    Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan

    kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

    Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang Milik

    Negara/Daerah.

    Pencatatan akuntansi dan inventarisasi aset tetap dalam sebuah instansi

    merupakan hal yang sangat penting, tidak terkecuali pada Kantor Pelayanan Pajak

    (KPP) yang merupakan unit Eselon III di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

    Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud menyusun Laporan Studi Lapangan

    dengan judul Tinjauan atas Penerapan PSAP 07 tentang Akuntansi Aset Tetap di

    KPP Pratama Jakarta Koja.

  • 4B. Tujuan Penulisan

    Laporan Studi Lapangan ini disusun menggunakan pendekatan positif guna

    mengemukakan fakta-fakta yang terjadi dilapangan. Tujuan yang ingin dicapai

    penulis dalam menyusun Laporan Studi Lapangan adalah:

    1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dinyatakan lulus dari Program Diploma

    III Keuangan Spesialisasi Akuntansi Pemerintahan Tahun Akademik 2011/2012.

    2. Untuk mengetahui penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah 07

    tentang Aset Tetap dan Buletin Teknis 09 Akuntansi Aset Tetap pada Kantor

    Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Koja

    3. Membandingkan fakta dan realitas di lapangan dengan teori yang telah penulis

    dapatkan selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

    C. Metode Pengumpulan Data

    Dalam menyusun Laporan Studi Lapangan penulis akan menggunakan beberapa

    metode penelitian untuk mendapatkan data yang relevan dengan topik yang akan

    dibahas dalam karya tulis ini, yaitu:

    1. Metode Penelitian Kepustakaan

    Dengan metode ini penulis berusaha mengumpulkan, membaca dan mempelajari

    berbagai buku, literatur, artikel, makalah, dan bahan-bahan perkuliahan yang

    berkaitan dengan karya tulis ini. Tujuan penelitian kepustakaan adalah untuk

    memperoleh dasar teoretis mengenai topik yang akan dibahas dalam Laporan ini.

  • 52. Metode Penelitian Lapangan

    Penelitian lapangan dilakukan secara langsung pada instansi yang akan dijadikan

    objek penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap, akurat, dan valid serta

    berguna dalam penyusunan Laporan Studi Lapangan. Penulis melakukan

    wawancara dan observasi mengenai data dan fakta yang diperlukan dalam

    penyusunan Laporan Studi Lapangan ini.

    D. Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan makalah,

    metode pengumpulan data, dan sistematika pembahasan yang digunakan penulis

    dalam penyusunan laporan studi lapangan.

    BAB II DATA DAN FAKTA

    Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama

    Jakarta Kota, yaitu mengenai sejarah singkat, visi dan misi, kegiatan utama instansi,

    serta struktur organisasi instansi. Selain itu pada bab ini penulis juga akan

    menjelaskan mengenai sistem pencatatan aset tetap Kantor Pelayanan Pajak Pratama

    Jakarta Kota yang penulis jadikan objek.

    BAB III PEMBAHASAN

    Dalam bab ini, penulis akan menguraikan mengenai teori-teori yang relevan yang

    berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Pada bab ini juga penulis

    membahas tentang tinjauan atas akuntansi aset tetap KPP Pratama Jakarta Koja

    berdasarkan peraturan PSAP 07.

  • 6BAB IV PENUTUP

    Bab ini merupakan penutup dari Laporan Studi Lapangan. Berdasarkan tinjauan

    dan pembahasan yang telah penulis kemukakan pada Bab III, penulis akan

    merumuskan kesimpulan dan memberikan saran yang berhubungan dengan

    kesimpulan tersebut.

  • 7BAB II

    DATA DAN FAKTA

    A. Sejarah KPP Pratama Jakarta Koja

    Sebelum tahun 1994, wilayah Jakarta Utara hanya memiliki dua Kantor Pajak,

    yaitu Kantor Pajak Utara I yang memiliki daerah kerja di beberapa daerah seperti

    Penjaringan, Pademangan, dan Pluit serta Kantor Pajak Utara II yang memiliki daerah

    kerja di daerah Tanjung Priuk, Kelapa Gading, Sunter, Cilincing, dan Koja.

    Pada tahun 1994, Kantor Pajak Utara II dipecah menjadi Kantor Pajak Tanjung

    Priuk dan Kantor Pajak Kelapa Gading. Lalu pada tahun 2002, Kantor Pajak Tanjung

    Priuk kembali dipecah menjadi Kantor Pajak Tanjung Priuk dan Kantor Pajak Koja.

    Pada awalnya, Kantor Pajak Koja memiliki daerah kerja hanya satu kecamatan, yaitu

    Kecamatan Koja. Sampai akhirnya pada tahun 2007 Kecamatan Cilincing yang

    semula merupakan daerah kerja Kantor Pajak Kelapa Gading menjadi daerah kerja

    Kantor Pajak Koja atau sekarang bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta

    Koja.

  • 8B. Profil KPP Pratama Jakarta Koja

    Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Koja berkedudukan Jalan

    Plumpang Semper No. 10A, Koja, Jakarta Utara. Kantor ini berada di bawah naungan

    Kantor Wilayah DJP Jakarta Utara bersama dengan KPP Madya Jakarta Utara, KPP

    Pratama Jakarta Pluit, KPP Pratama Jakarta Penjaringan, KPP Pratama Jakarta

    Pademangan, KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok, KPP Pratama Jakarta Kelapa

    Gading, dan KPP Pratama Jakarta Sunter.

    Daerah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Koja meliputi dua

    kecamatan, yaitu Kecamatan Cilincing dan Kecamatan Koja. Berdasarkan data tahun

    2012 Kecamatan Cilincing terdiri dari 7 kelurahan yaitu: Kelurahan Kalibaru,

    Kelurahan Semper, Kelurahan Semper, Kelurahan Marunda, Kelurahan Cilincing,

    Kelurahan, dan Kelurahan Rorotan. Sedangkan Kecamatan Koja terdiri dari 6

    kelurahan yaitu: Kelurahan Koja, Kelurahan Rawa Badak Utara, Kelurahan Rawa

    Badak Selatan, Kelurahan Lagoa, Kelurahan Tugu Utara, dan Kelurahan Tugu

    Selatan.

    Kecamatan Koja dan Kecamatan Cilincing terletak di wilayah Jakarta Utara.

    Kedua kecamatan ini merupakan daerah yang padat penduduknya, sebagian besar

    terdiri dari daerah perkampungan yang masih kumuh dan belum tertata dengan baik.

    Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Januari 2011, jumlah penduduk

    tercatat sebanyak 474.511 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak

    145.782 KK. Dari jumlah tersebut terdaftar sebagai Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi

    sebesar 120.308 WP.

  • 9Kegiatan penduduk sebagian besar bergerak pada sektor usaha tenaga kerja

    sebagai karyawan/pegawai negeri, pedagang, jasa dan industri kecil. Sektor usaha

    yang paling menonjol di wilayah KPP Pratama Jakarta Koja terdiri dari:

    1. Sektor Usaha Jasa Angkutan dan Pergudangan

    2. Sektor Usaha Perddagangan

    3. Sektor Industri

    4. Sektor Usaha Lainnya

    Target penerimaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Koja pada tahun 2012

    adalah Rp 889.612.380.000. Rinciannya adalah:

    1. PPn dan PPnBM sebesar Rp620.009.470.000

    2. Pajak Penghasilan sebesar Rp183.763.160.000

    3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sebesar Rp95.575.830.000

    4. Pendapatan atas Pajak Lainnya dan PIB sebesar Rp263.920.000

    Visi dan misi KPP Pratama Jakarta Koja sama dengan visi dan misi DJP. Visinya

    adalah Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi

    perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masayarakat dengan integritas

    dan profesionalisme yang tinggi. Sedangkan Misinya adalah Menghimpun

    penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu

    mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

  • 10

    Berikut ini disajikan peta wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Koja.

    Gambar II. 1 Peta Wilayah Keja KPP Pratama Jakarta Koja

    Sumber : Seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Jakarta Koja

    C. Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Koja

    KPP Pratama Jakarta Koja dipimpin oleh seorang kepala kantor yang membawahi

    sepuluh orang kepala seksi yang masing-masing membawahi Sub Bagian Umum,

    Pelayanan, Pengolahan Data dan Informasi (PDI), Pemeriksaan, Penagihan,

    Ekstensifikasi, serta Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) I sampai dengan IV.

  • 11

    Terdapat pula 13 orang pejabat fungsional. Berikut disajikan susunan struktur

    organisasi KPP Prtaama Jakarta Kota.

    Gambar II. 2 Susunan Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Koja

    Sumber : Diolah dari Sub Bagian Umum KPP Pratama Jakarta Koja

    Sumber daya manusia yang dimiliki KPP Pratama Jakarta Koja berjumlah 86

    orang pegawai. Berikut disajikan komposisi pegawai berdasarkan jabatan.

    Tabel II. 1 Komposisi Pegawai KPP Pratama Jakarta Koja BerdasarkanJabatan

    No. Susunan Jabatan Jumlah Pegawai1 Kepala Kantor 12 Pejabat Eselon IV 103 Account Representative 224 Pelaksana 366 Juru Sita 17 Operator Console(OC) 28 Bendaharawan 1

    9Fungsional PemeriksaPajak 12

    10Fungsional PemeriksaPBB 1Total 86

    Sumber : Diolah dari Sub Bagian Umum KPP Pratama Jakarta Koja

  • 12

    Adapun komposisi pegawai KPP Pratama Jakarta Koja per seksi dapat dilihat

    seperti pada tabel II. 2 berikut.

    Tabel II. 2 Komposisi Pegawai KPP Pratama Jakarta Koja Per Seksi

    No. SeksiJumlahPegawai Keterangan

    1 Kepala Kantor 12 Sub Bagian Umum 9 Termasuk 1 Bendahara dan 7 Pelaksana3 Seksi Pelayanan 15 Termasuk 14 Pelaksana4 Seksi PDI 6 Termasuk 2 OC dan 3 Pelaksana5 Seksi Penagihan 6 Termasuk 1 Juru Sita dan 4 Pelaksana6 Seksi Pemeriksaan 3 Termasuk 2 Pelaksana7 Seksi Waskon I 68 Seksi Waskon II 7 Termasuk 1 Pelaksana9 Seksi Waskon III 710 Seksi Waskon IV 8 Termasuk 1 Pelaksana11 Seksi Ekstensifikasi 5 Termasuk 4 Pelaksana

    12 Fungsional Pemeriksa 13Termasuk 12 Pemeriksa Pajak dan 1Pemeriksa PBB

    Total 86Sumber : Diolah dari Sub Bagian Umum KPP Pratama Jakarta Koja

    Berikut ini penjelasan tugas dan pokok masing-masing seksi pada KPP Pratama

    Jakarta Koja di atas adalah

    a. Sub Bagian Umum

    Seksi ini memiliki tugas sebagai supporting agent bagi semua seksi di KPP

    Pratama. Di seksi inilah tempat pengelolaan rumah tangga KPP Pratama Jakarta

    Koja berjalan, seperti pengurusan kepegawaian, rumah tangga, dan keuangan.

  • 13

    b. Seksi Pelayanan

    Seksi ini memiliki tugas untuk melakukan penetapan dan penerbitan produk

    hukum perpajakan, mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan,

    menerima dan mengelola surat pemberitahuan, serta melakukan kegiatan

    penyuluhan perpajakan.

    c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

    Bertugas untuk melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data,

    menyajikan informasi perpajakan, merekam dokumen perpajakan ke dalam

    sistem, melayani dukungan teknis computer dari semua seksi, melakukan

    pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling serta menyiapkan laporan kerja.

    d. Seksi Ekstensifikasi

    Bertugas untuk melakukan pengumpulan terhadap adanya potensi perpajakan,

    melakukan pendataan subjek dan objek pajak, serta melakukan penilaian objek

    pajak dalam rangka ekstensifikasi.

    e. Seksi Penagihan

    Seksi penagihan bertugas melakukan kegiatan penatausahaan piutang pajak,

    melakukan kegiatan penagihan aktif, melakukan pengusulan untuk menghapuskan

    piutang pajak serta menyimpan dokumen-dokumen penagihan.

    f. Seksi Pemeriksaan

    Seksi ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak,

    menerbitkan dan menyalurkan surat perintah pemeriksaan pajak dan juga

    melakukan pengadministrasian terhadap kegiatan pemeriksaan.

  • 14

    g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)

    Seksi ini bertugas melakukan pengawasan terhadap kepatuhan terhadap

    pemenuhan kewajiban perpajakan, melakukan bimbingan teknis kepada Wajib

    Pajak, mengadakan conselling terhadap Wajib Pajak, menyusun profil Wajib

    Pajak, merekonsiliasi data Wajib pajak, mengusulkan pembetulan ketetapan pajak,

    memberikan imbauan teknis perpajakan dan hal-hal yang berkaitan dengan fungsi

    pengawasan dan konsultasi.

    h. Kelompok Jabatan Fungsional

    Kelompok ini memiliki tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan

    fungsional masing-masing sesuai dengan tugas pokok dan funginya.

    D. Standard Operating Procedures (SOP) Mengenai Pencatatan Aset Tetap

    1. Tata Cara Pembuatan Laporan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara

    (SABMN) dan Laporan Inventaris

    a. Deskripsi :

    Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pembuatan Laporan Sistem Akuntansi

    Barang Milik Negara (SABMN) di Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan

    yang merupakan kegiatan Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan sebagai

    Unit Pengguna Barang (UPB).

  • 15

    b. Dasar hukum :

    Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 171/PMK.05/2007

    tanggal 27 Desember 2007 tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan

    Pemerintah Pusat

    c. Pihak yang terkait :

    1. Kepala Bagian Umum

    2. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian

    3. Pelaksana Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga

    d. Formulir yang digunakan :

    1. Kartu Inventaris Barang

    2. Daftar Inventaris Ruangan (DIR)

    e. Dokumen yang dihasilkan :

    1. Laporan Mutasi Barang Triwulanan (LMBT)

    2. Laporan Tahunan Inventaris (LT-1)

    3. Laporan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN)

  • 16

    f. Prosedur kerja :

    1. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian setiap triwulan

    menugaskan Pelaksana Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian untuk

    melakukan penelitian kondisi barang.

    2. Pelaksana Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian melakukan penelitian

    kondisi barang dan menyiapkan konsep Laporan Mutasi Barang Triwulanan

    dan menyampaikan kepada Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan

    Kepegawaian.

    3. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian meneliti dan memaraf

    konsep Laporan Mutasi Barang Triwulanan dan menyampaikannya kepada

    Kepala Bagian Umum.

    4. Kepala Bagian Umum menelaah dan menandatangani Laporan Mutasi Barang

    Triwulanan dan meneruskannya kepada Kepala Sub Bagian Rumah Tangga

    dan Kepegawaian.

    5. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian meneliti Laporan

    Mutasi Barang Triwulanan dan menugaskan Pelaksana Sub Bagian Rumah

    Tangga dan Kepegawaian untuk melakukan perubahan kondisi barang pada

    data SABMN dan data LT-1.

    6. Pelaksana Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian melakukan

    perubahan kondisi barang pada data SABMN, menatausahakan Laporan

  • 17

    Mutasi Barang Triwulanan, mengirimkan Laporan Mutasi Barang Triwulanan

    ke Kantor Pusat DJP, dan menyiapkan konsep Laporan SABMN tiap semester

    dan LT-1 tiap akhir tahun serta menyampaikannya kepada Kepala Sub Bagian

    Rumah Tangga dan Kepegawaian.

    7. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian meneliti dan memaraf

    konsep Laporan SABMN dan LT-1 serta menyampaikannya kepada Kepala

    Bagian Umum.

    8. Kepala Bagian Umum menelaah dan menandatangani laporan SABMN dan

    LT-1 serta meneruskannya kepada Pelaksana Sub Bagian Rumah Tangga dan

    Kepegawaian.

    9. Pelaksana Sub Bagian Tata Usaha Rumah Tangga menatausahakan Laporan

    SABMN dan LT-1, kemudian mengkompilasinya dengan laporan SABMN

    dan LT-1 dari Unit Pengguna Barang (UPB) sebagai bahan pembuatan LT-1.

    10. Proses selesai.

    Jangka waktu penyelesaian pembuatan Laporan Sistem Akuntansi Barang Milik

    Negara (SABMN) dan Laporan Inventaris paling lama 7 (tujuh) hari kerja.

  • 18

    Gambar II. 3 Tata Cara Pembuatan Laporan SABMN dan LT1

    Sumber : SOP Tata cara pembuatan laporan sistem akuntansi barang milik negara(SABMN) dan laporan inventaris (LT1) No. DPC11-0008 Hal.3

    2. Tata Cara Penyusunan Laporan SAKPA (Sistem Akuntansi Kuasa PenggunaAnggaran) Tingkat Satuan Kerja/Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran(UAKPA)

    a. Deskripsi :

    Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyusunan Sistem Akuntansi Kuasa

    Pengguna Anggaran (SAKPA) Tingkat Satuan Kerja/Unit Akuntansi Kuasa Pengguna

    Anggaran (UAKPA). Setiap Kementerian Negara/Lembaga wajib menyelenggarakan

  • 19

    Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang memproses transaksi keuangan, baik arus uang

    maupun barang, yang menghasilkan Laporan Keuangan termasuk Bagian Anggaran

    Pembiayaan dan Perhitungan, SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan

    Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). Dalam sebuah Satuan Kerja,

    pelaksanaan SAI ini dilaksanakan oleh sebuah Tim SAI yang dibentuk oleh Kepala

    Kantor/Satuan Kerja.

    b. Dasar hukum :

    1. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang

    Keuangan Negara

    2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang

    Perbendaharaan Negara

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

    Pemerintahan

    4. Peraturan Menteri Keuangan Repubik Indonesia Nomor 59/PMK.06/2005

    tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

    5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 131/PMK.01/2006

    tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen

    Keuangan

    6. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-24/PB/2006 tentang

    Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

  • 20

    7. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-38/PB/2006 tentang

    Pedoman Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan

    8. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-40/PB/2006 tentang

    Pedoman Akuntansi Persediaan

    c. Pihak yang terkait :

    1. Tim SAI yang terdiri dari :

    a) Kepala Kantor Pelayanan Pajak /Kepala Satuan Kerja

    b) Kepala Sub Bagian Umum

    c) Pelaksana Sub Bagian Umum (Pelaksana Sistem Akuntansi Keuangan)

    2. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (UAPPA-W)

    3. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

    d. Formulir yang digunakan :

    Dokumen sumber yang digunakan adalah sebagai berikut :

    1. Dokumen Pagu Anggaran Diambil dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

    (DIPA) Bagian Anggaran 15 dan 62 (Subsidi dan Transfer), Revisi DIPA

    Bagian Anggaran 15 dan 62, dan dokumen lain yang dipersamakan.

    2. Dokumen Realisasi Anggaran: Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), Surat

    Perintah Membayar (SPM) yang telah di-SP2D-kan termasuk Surat Perintah

  • 21

    Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) dan Surat Perintah Membayar Imbalan

    Bunga (SPMIB) yang diterbitkan Seksi Pelayanan, Surat Setoran Bukan Pajak

    (SSBP), Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB), Surat Setoran Pajak

    (SSP), Surat Perintah Pembukuan dan Pengesahan (SP3) dan dokumen lain yang

    dipersamakan.

    3. Dokumen Persediaan yang dituangkan dalam Berita Acara Hasil Perhitungan

    Stock Opname setiap bulan dari Bagian Rumah Tangga.

    4. Dokumen Piutang yang tersaji dalam Laporan Perkembangan Tunggakan Pajak

    (KPL KPP.7.5; 7.5.1 dan 7.5.3) setiap bulan dan Laporan Bulanan Tunggakan

    Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari Seksi Penagihan.

    5. Arsip Data Komputer (ADK) SABMN dari Pelaksana SABMN atau Dokumen

    Aset Tetap (bagi Satuan Kerja yang belum menggunakan aplikasi SABMN)

    6. Data Penerimaan Pajak dan Bukan Pajak dari Laporan Penerimaan Pajak (LPP)

    dan/ SSP on line yang terdapat di sistem MPN dan Laporan Bulanan

    Penerimaan PBB dan BPHTB dari Seksi PDI

    e. Dokumen yang Dihasilkan :

    Laporan-Laporan SAKPA yang terdiri :

    1. Neraca

    2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja (LRAB)

  • 22

    3. Laporan Realisasi Pengembalian Belanja

    4. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah

    5. Laporan Realisasi Pengembalian Penerimaan Pendapatan Negara dan Hibah

    6. Arsip Data Komputer (ADK) tingkat UAKPA

    7. Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) dan Lampiran Hasil Rekonsiliasi (LHR)

    tingkat UAKPA

    f. Prosedur Kerja :

    1. Pelaksana Sub Bagian Umum/ Pelaksana Sistem Akuntansi Keuangan pada

    Tim SAI mengumpulkan dokumen sumber (D 1-6), merekam pada aplikasi

    SAKPA dan kemudian mencetak laporan-laporan, termasuk Neraca Bulanan

    dan pengantar ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, serta

    menyampaikannya kepada Kepala Sub Bagian Umum.

    2. Kepala Sub Bagian Umum meneliti, memaraf konsep Neraca, LRA, ADK, dan

    pengantar ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selanjutnya

    menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

    3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Neraca, LRA,

    ADK, dan pengantar.

    4. Pelaksana Sub Bagian Umum menatausahakan dan mengirimkan Laporan-

    laporan SAKPA, yang berupa LRA, Neraca beserta ADK-nya dan pengantar ke

  • 23

    Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara sekaligus mengadakan rekonsiliasi

    dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan ke Kantor Wilayah

    sebagai UAPPA-W. Apabila hasil pelaksanaan rekonsiliasi dengan Kantor

    Pelayanan Perbendaharaan Negara terdapat perbedaan yang disebabkan adanya

    dokumen sumber yang belum/ kurang direkam dalam Aplikasi SAKPA, maka

    Pelaksana Sub Bagian Umum/Pelaksana Sistem Akuntansi Keuangan merekam

    dokumen sumber yang belum/kurang direkam, mencetak kembali laporan-

    laporan SAKPA kemudian menyampaikannya beserta ADK yang baru kepada

    Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara untuk diadakan rekonsiliasi ulang.

    5. Apabila hasil pelaksanaan rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan

    Perbendaharaan Negara terdapat perbedaan yang disebabkan adanya

    kekeliruan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, maka Pelaksana

    Sub Bagian Umum membuatkan konsep Surat Permohonan Ralat Atas

    Perbedaan Dalam Rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan

    Negara tersebut, kemudian menyampaikannya kepada Sub Bagian Umum.

    6. Kepala Sub Bagian Umum meneliti dan memaraf Surat Permohonan Ralat Atas

    Perbedaan Dalam Rekonsiliasi Dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan

    Negara dan menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

    7. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Surat

    Permohonan Ralat Atas Perbedaan Dalam Rekonsiliasi dengan Kantor

    Pelayanan Perbendaharaan Negara dan mengembalikan kepada Pelaksana Sub

    Bagian Umum.

  • 24

    8. Pelaksana Sub Bagian Umum/Pelaksana Sistem Akuntansi Keuangan untuk

    menatausahakan dan mengirimkan surat permohonan ralat atas perbedaan

    dalam rekonsiliasi kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.

    9. Apabila hasil pelaksanaan rekonsiliasi tidak terjadi perbedaan, maka Kantor

    Pelayanan Perbendaharaan Negara menerbitkan BAR dan LHR.

    10. Pelaksana Sub Bagian Umum/ Pelaksana Sistem Akuntansi Keuangan

    menyampaikan BAR dan LHR kepada Kepala Sub Bagian Umum

    11. Kepala Sub Bagian Umum menandatangani BAR dan LHR (untuk Laporan

    Triwulanan)

    12. Pelaksana Sub Bagian Umum menyampaikan kembali ke Kantor Pelayanan

    Perbendaharaan Negara.

    13. Setelah Rekonsiliasi selesai, Pelaksana Sub Bagian Umum/ Pelaksana Sistem

    Akuntansi Keuangan membuat konsep Surat Pengantar Pengiriman Laporan

    SAKPA ke Kantor Wilayah/UAPPA-W beserta menyiapkan ADK (File

    Pengiriman ke Kantor Wilayah/ APPA-W).

    14. Kepala Sub Bagian Umum meneliti dan memaraf Surat Pengantar Pengiriman

    Laporan SAKPA ke Kantor Wilayah/UAPPA-W dan menyampaikannya

    kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

    15. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Surat Pengantar

    Pengiriman Laporan SAKPA ke Kantor Wilayah/UAPPA-W.

  • 25

    16. Pelaksana Sub Bagian Umum menatausahakan, menginput di aplikasi Realisasi

    DIPA pada alamat www.realisasi.depkeu.go.id, dan mengirimkan Laporan-

    laporan SAKPA (terdiri dari Neraca, LRAB), Laporan Realisasi Pengembalian

    Belanja, Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah, Laporan

    Realisasi Pengembalian Penerimaan Pendapatan Negara dan Hibah, ADK ke

    Kantor Wilayah/UAPPA-W dan fotokopi BAR dan LHR) beserta surat

    pengantar kepada Kantor Wilayah DJP/UAPPA-W.

    17. Proses selesai.

    E. Daftar Aset Tetap dan Nilai di KPP Pratama Jakarta Koja

    Aset Tetap di KPP Pratama Jakarta Koja terdiri dari 4 akun, yaitu Tanah,

    Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, dan Jalan, lrigasi dan Jaringan. Berikut

    adalah daftar Aset Tetap di KPP Pratama Jakarta Koja secara keseluruhan pada

    Desember 2011.

    Tabel II. 3 Nilai Aset Tetap di KPP Pratama Jakarta Koja Desember 2011

    No. Aset Tetap Jumlah

    1. Tanah Rp5.074.000.000

    2. Peralatan dan Mesin 6.621.879.777

    3. Gedung dan Bangunan 8.547.250.000

    4. Jalan, lrigasi dan Jaringan 117.938.700

    Total 20.361.068.477

    Sumber: Diolah dari Neraca KPP Pratama Jakarta Koja tahun 2011

  • 26

    Akun Peralatan dan Mesin terdiri dari mobil minibus, motor, dan peralatan lain

    yang dipakai sehari-hari untuk menunjang kinerja pegawai. Berikut adalah daftar

    akun Peralatan dan Mesin secara lebih terperinci.

    Tabel II. 4 Nilai Peralatan dan Mesin di KPP Pratama Jakarta Koja 2011

    No. Aset Tetap Jumlah

    1. Mini Bus ( Penumpang 14 Orang Kebawah ) Rp589.728.0002. Sepeda Motor 55.197.999

    3. Peralatan Lain 6.113.503.919

    Total 6.758.429.918

    Sumber: Diolah dari Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan Tahun 2011

  • 27

    BAB III

    LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

    A. Landasan Teori

    1. Pengertian Akuntansi Pemerintah

    Akuntansi pemerintah didefinisikan sebagai proses pencatatan, pengumpulan dan

    pembelanjaan sumber-sumber keuangan pemerintah dan pembuata laporan keuangan

    yang terkait dengan beberapa atau semua legiatan operasional dengan hasilnya.

    Sedangkan Baswir (2003:7) mendefinisikan akuntansi pemerintah adalah bidang

    akuntansi yang berkaitan dengan lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga

    yang tidak bertujuan mencari laba.

    Akuntasi pemerintah merupakan bidang tersendiri yang memerlukan pembahasan

    yang berbeda dengan akuntansi organisasi lainya. Meskipun akuntansi mempunyai

    sifat yang berlaku umum, terdapat karakteristik yang berbeda pada organisasi

    pemerintahan.

  • 28

    2. Pengertian Aset Tetap

    Sebagaimana yang diatur dalam PP 71 2010, aset adalah sumber daya ekonomi

    yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa

    lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat

    diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan

    uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa

    bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan

    sejarah dan budaya.

    Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua

    belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

    masyarakat umum. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang

    dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset

    pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan

    tempat yang siap untuk dipergunakan.

    Masa manfaat adalah periode suatu aset diharapkan digunakan untuk aktivitas

    pemerintahan dan/atau pelayanan publik; atau Jumlah produksi atau unit serupa yang

    diharapkan diperoleh dari aset untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan

    publik.

    Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi

    kriteria:

    a. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

  • 29

    b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

    c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan

    d. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

    Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan

    menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, nilai aset tetap didasarkan pada

    nilai wajar pada saat perolehan.

    PP 71 2010 juga menekankan bahwa penilaian awal Aset Tetap yang memenuhi

    kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap,

    pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh

    dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset

    tersebut diperoleh.

    Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap

    yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk

    periode selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu

    entitas menggunakan biaya perolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada.

    3. Pentingnya Pencatatan Aset Tetap Di Lingkungan Pemerintahan

    Sesuai peraturan yang berlaku, pencatatan aset tetap harus dilakukan oleh seluruh

    lembaga di lingkungan pemerintah. Aset tetap yang berada dibawah penguasaan suatu

    instansi harus dicatat secara akuntansi berdasarkan SAP atau diinvetarisasi menurut

  • 30

    perundang-undangan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) yang berlaku. Akuntansi

    aset tetap merupakan salah satu bentuk dari pengelolan barang milik negara.

    Pengelolaan barang milik negara/daerah diatur dalam PP Nomor 6 Tahun 2006.

    PP tersebut mendefinisikan Barang Milik Negara sebagai semua barang yang dibeli

    atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

    Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan

    kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

    Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang Milik

    Negara/Daerah.

    Adapun menurut Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003 dalam pasal 9 yaitu,

    Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang

    kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut :

    a. menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

    b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

    c. melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;

    d. melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya

    ke Kas Negara;

    e. mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian

    negara /lembaga yang dipimpinnya;

    f. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

    kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;

    g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara /lembaga

    yang dipimpinnya;

  • 31

    h. melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan

    ketentuan undang-undang.

    4. Akuntansi Aset Tetap Pemerintah

    Pengertian Aset Tetap dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)

    adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan

    untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat

    umum. Dengan batasan pengertian tersebut maka pemerintah harus mencatat suatu

    aset tetap yang dimilikinya meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain.

    Pemerintah juga harus mencatat hak atas tanah sebagai aset tetap. Dalam kasus lain,

    aset tetap yang dikuasai oleh pemerintah tetapi tujuan penggunaannya untuk

    dikonsumsi dalam operasi pemerintah tidak termasuk dalam pengertian aset tetap

    karena tidak memenuhi definisi aset tetap di atas, misalnya aset tetap yang dibeli

    pemerintah untuk diserahkan kepada masyarakat.

    Dalam PSAP 07, aset tetap di neraca diklasifikasikan menjadi enam akun

    sebagaimana dirinci dalam penjelasan berikut ini:

    a. Tanah

    Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau

    dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau

    dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang

    digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah

    yang terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut.

  • 32

    Tanah yang termasuk dalam aset tetap dalam PSAP 07 Paragraf 07 adalah tanah

    yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah

    dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam klasifikasi tanah ini adalah tanah

    yang digunakan untuk gedung, bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan.

    Berdasarkan PSAP 07 Paragraf 16, tanah dapat diakui sebagai aset tetap apabila

    memenuhi 4 (empat) kriteria berikut: (1) mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua

    belas) bulan, (2) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal, (3) tidak

    dimaksudkan untuk dijual, dan (4) diperoleh dengan maksud untuk digunakan.

    Berdasarkan hal tersebut, apabila salah satu kriteria tidak terpenuhi maka tanah

    tersebut tidak dapat diakui sebagai aset tetap milik pemerintah. Pengadaan tanah

    pemerintah yang sejak semula dimaksudkan untuk diserahkan kepada pihak lain tidak

    disajikan sebagai aset tetap tanah, melainkan disajikan sebagai persediaan. Misalnya,

    apabila Kementerian Perumahan Rakyat mengadakan tanah yang di atasnya akan

    dibangun rumah untuk rakyat miskin. Pada Neraca Kementerian Perumahan Rakyat,

    tanah tersebut tidak disajikan sebagai aset tetap tanah, namun disajikan sebagai

    persediaan.

    Terkait dengan kasus-kasus kepemilikan tanah dan penyajiannya dalam laporan

    keuangan, pada Buletin Teknis 09 tentang Aset Tetap, memberikan pedoman sebagai

    berikut:

    1. Dalam hal tanah belum ada bukti kepemilikan yang sah, namun dikuasai

    dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat

    dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta

    diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

  • 33

    2. Dalam hal tanah dimiliki oleh pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan

    oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai

    aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai

    dalam Catatan atas Laporan Keuangan, bahwa tanah tersebut dikuasai atau

    digunakan oleh pihak lain.

    3. Dalam hal tanah dimiliki oleh suatu entitas pemerintah, namun dikuasai

    dan/atau digunakan oleh entitas pemerintah yang lain, maka tanah tersebut

    dicatat dan disajikan pada neraca entitas pemerintah yang mempunyai bukti

    kepemilikan, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan

    Keuangan. Entitas pemerintah yang menguasai dan/atau menggunakan tanah

    cukup mengungkapkan tanah tersebut secara memadai dalam Catatan atas

    Laporan Keuangan.

    Tanah dapat diperoleh melalui pembelian, pertukaran aset, hibah/donasi, dan

    lainnya. Tanah yang diperoleh melalui pembelian dilakukan melalui pelaksanaan

    kegiatan (belanja), sehingga nilai perolehan tanah diakui berdasarkan nilai belanja

    yang telah dikeluarkan. Pada umumnya, pembelian tanah dianggarkan dalam belanja

    modal, sehingga pengakuan aset tetap tanah didahului dengan pengakuan belanja

    modal yang akan mengurangi Kas Umum Negara/Daerah. Jurnal pengakuan belanja

    modal tersebut adalah:

  • 34

    Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD mengakui tanah yang harus disajikan di

    neraca melalui jurnal korolari. Jurnal korolari untuk pengakuan perolehan tanah

    adalah sebagai berikut:

    BUN/BUD tidak melakukan jurnal korolari, karena aset tanah diakui di neraca

    K/L/SKPD.

  • 35

    b. Peralatan dan Mesin

    Peralatan dan mesin yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah peralatan dan

    mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan

    pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap

    digunakan. Aset tetap yang dapat diklasifikasikan dalam peralatan dan mesin ini

    mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat

    pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi, dan pemancar; alat

    kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat

    eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan, dan pemurnian; alat bantu

    eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi.

    Pengakuan peralatan dan mesin dapat dilakukan apabila terdapat bukti bahwa

    hak/kepemilikan telah berpindah, dalam hal ini misalnya ditandai dengan berita acara

    serah terima pekerjaan, dan untuk kendaraan bermotor dilengkapi dengan bukti

    kepemilikan kendaraan. Perolehan peralatan dapat melalui pembelian, pembangunan,

    atau pertukaran aset,hibah/donasi, dan lainnya. Perolehan melalui pembelian dapat

    dilakukan dengan pembelian tunai dan angsuran.

    Perolehan melalui pembelian dan pembangunan dilakukan melalui mekanisme

    pelaksanaan kegiatan dan pengeluaran belanja modal. Sehingga terdapat 2 (dua)

    jurnal, yaitu jurnal untuk mencatat transaksi belanja dan jurnal korolari untuk

    mencatat pengakuan aset tetap peralatan dan mesin.

  • 36

    Jurnal untuk mencatat transaksi belanja modal

    Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD akan mengakui Peralatan dan Mesin yang

    harus disajikan di neraca melalui jurnal korolari. Jurnal korolari untuk pengakuan

    perolehan Peralatan dan Mesin adalah sebagai berikut:

  • 37

    c. Gedung dan Bangunan

    Gedung dan bangunan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah gedung dan

    bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam

    kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi

    siap digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini antara lain: bangunan

    gedung, monumen, bangunan menara, dan rambu-rambu.

    Pengakuan gedung dan bangunan harus dipisahkan dengan tanah di mana gedung

    dan bangunan tersebut didirikan. Gedung dan bangunan yang dibangun oleh

    pemerintah, namun dengan maksud akan diserahkan kepada masyarakat, seperti

    rumah yang akan diserahkan kepada para transmigrans, maka rumah tersebut tidak

    dapat dikelompokkan sebagai Gedung dan Bangunan, melainkan disajikan sebagai

    Persediaan.

    Perolehan gedung dan bangunan dapat melalui pembelian, pembangunan, atau

    tukar menukar, dan lainnya. Perolehan melalui pembelian dapat dilakukan dengan

    pembelian tunai dan angsuran. Perolehan melalui pembangunan dapat dilakukan

    dengan membangun sendiri (swakelola) dan melalui kontrak konstruksi. Perolehan

    melalui pembelian dan pembangunan didahului dengan pengakuan belanja modal

    yang akan mengurangi Kas Umum Negara/Daerah. Dokumen sumber untuk merekam

    pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana

    Langsung (SP2D LS).

  • 38

    Jurnal pengakuan belanja modal tersebut adalah:

    Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD akan mengakui gedung dan bangunan

    yang harus disajikan di neraca. Untuk memunculkan gedung dan bangunan di neraca

    dapat dilakukan dengan cara membuat jurnal pendamping (korolari). Jurnal korolari

    ini hanya dilakukan oleh K/L/SKPD bukan BUN/BUD. Jurnal korolari untuk

    pengakuan perolehan Gedung dan Bangunan adalah sebagai berikut:

  • 39

    d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

    Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah jalan,

    irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan

    dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam

    kondisi siap digunakan. Contoh aset tetap yang termasuk dalam klasifikasi ini

    mencakup antara lain: jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi, dan jaringan.

    Jalan, irigasi, dan jaringan tersebut selain digunakan dalam kegiatan pemerintah

    juga dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Termasuk dalam klasifikasi jalan, irigasi,

    dan jaringan adalah jalan raya, jembatan, bangunan air, instalasi air bersih, instalasi

    pembangkit listrik, jaringan air minum, jaringan listrik, dan jaringan telepon. Jalan,

    irigasi, dan jaringan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan

    jalan, irigasi dan jaringan. Tanah yang diperoleh untuk keperluan dimaksud

    dimasukkan dalam kelompok Tanah.

    Untuk dapat diakui sebagai Jalan, Irigasi, dan Jaringan, maka Jalan, Irigasi, dan

    Jaringan harus berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)

    bulan, biaya perolehannya dapat diukur secara handal, tidak dimaksudkan untuk dijual

    dalam kondisi normal entitas dan diperoleh dengan maksud untuk digunakan. Jalan,

    irigasi, dan jaringan diakui pada saat jalan, irigasi, dan jaringan telah diterima atau

    diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah serta

    telah siap dipakai.

    Perolehan jalan, irigasi, dan jaringan pada umumnya dengan pembangunan baik

    membangun sendiri (swakelola) maupun melalui kontrak konstruksi. Perolehan

    melalui pembangunan didahului dengan pengakuan belanja modal yang akan

  • 40

    mengurangi Kas Umum Negara/Daerah. Dokumen sumber untuk merekam

    pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana

    Langsung (SP2D LS). Jurnal pengakuan belanja modal tersebut adalah:

    Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD akan mengakui jalan, irigasi, dan jaringan

    yang harus disajikan di neraca. Untuk memunculkan jalan, irigasi, dan jaringan di

    neraca dapat dilakukan dengan cara membuat jurnal pendamping (korolari). Jurnal

    korolari ini hanya dilakukan oleh K/L/SKPD bukan BUN/BUD. Jurnal korolari untuk

    pengakuan perolehan jalan, irigasi, dan jaringan adalah sebagai berikut:

  • 41

    e. Aset Tetap Lainnya

    Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam

    kelompok aset tetap di atas, tetapi memenuhi definisi aset tetap. Aset tetap lainnya ini

    dapat meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak seni/budaya/olah raga.

    PSAP 07 Paragraf 13 menyatakan bahwa Aset tetap lainnya mencakup aset tetap

    yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh

    dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap

    dipakai. Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan

    ke dalam kelompok Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan,

    Irigasi dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional

    pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Aset yang termasuk dalam kategori Aset

    Tetap Lainnya adalah koleksi perpustakaan/buku dan non buku, barang bercorak

    kesenian/kebudayaan/olah raga, hewan, ikan, dan tanaman. Termasuk dalam kategori

    Aset Tetap Lainnya adalah Aset Tetap-Renovasi, yaitu biaya renovasi atas aset tetap

    yang bukan miliknya, dan biaya partisi suatu ruangan kantor yang bukan miliknya.

    Perolehan Aset Tetap Lainnya, selain Aset Tetap-Renovasi, pada umumnya

    melalui pembelian atau perolehan lain seperti hibah/donasi. Pengakuan Aset Tetap

    Lainnya melalui pembelian didahului dengan pengakuan belanja modal yang akan

    mengurangi Kas Umum Negara/Daerah. Dokumen sumber untuk merekam

    pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana

    Langsung (SP2D LS). Jurnal pengakuan belanja modal tersebut adalah:

  • 42

    Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD akan mengakui Aset Tetap Lainnya yang

    harus disajikan di neraca. Untuk memunculkan Aset Tetap Lainnya di neraca dapat

    dilakukan dengan cara membuat jurnal pendamping (korolari). Jurnal korolari ini

    hanya dilakukan oleh K/L/SKPD bukan BUN/BUD.

    f. Konstruksi dalam Pengerjaan

    Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses

    pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya. Sesuai

    dengan PSAP 08 Paragraf 5, Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) adalah aset-aset

    yang sedang dalam proses pembangunan. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup

    tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset

    tetap lainnya, yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan

    suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. Standar ini wajib diterapkan oleh

  • 43

    entitas yang melaksanakan pembangunan aset tetap untuk dipakai dalam

    penyelenggaraan kegiatan operasional pemerintahan dan/atau pelayanan masyarakat,

    dalam jangka waktu tertentu, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh

    pihak ketiga.

    Perolehan aset dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau

    melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi. Perolehan aset dengan swakelola

    atau dikontrakkan pada dasarnya sama. Nilai yang dicatat sebagai Konstruksi Dalam

    Pengerjaan adalah sebesar jumlah yang dibayarkan atas perolehan aset. Biaya-biaya

    pembelian bahan dan juga gaji-gaji yang dibayarkan dalam kasus pelaksanaan

    pekerjaan secara swakelola pada dasarnya sama dengan nilai yang dibayarkan kepada

    kontraktor atas penyelesaian bagian pekerjaan tertentu. Keduanya merupakan

    pengeluaran pemerintahan untuk mendapatkan aset.

    Berdasarkan PSAP 08 Paragraf 13, suatu benda berwujud harus diakui sebagai

    KDP jika:

    a. besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan

    dengan aset tersebut akan diperoleh;

    b. biaya perolehan aset tersebut dapat diukur dengan handal;

    c. aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.

    Apabila dalam konstruksi aset tetap pembangunan fisik proyek belum

    dilaksanakan, namun biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung ke dalam

    pembangunan proyek telah dikeluarkan, maka biaya-biaya tersebut harus diakui

    sebagai KDP aset yang bersangkutan.

  • 44

    Jurnal untuk mencatat KDP adalah:

    KDP disajikan sebesar biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan, selain

    itu dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula informasi mengenai:

    a. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan

    jangka waktu penyelesaiannya pada tanggal neraca;

    b. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya;

    c. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal neraca;

    d. Uang muka kerja yang diberikan sampai dengan tanggal neraca; dan

    e. Jumlah Retensi.

    Kontrak konstruksi pada umumnya memuat ketentuan tentang retensi. Retensi

    adalah prosentase dari nilai penyelesaian yang akan digunakan sebagai jaminan akan

    dilaksanakan pemeliharaan oleh kontraktor pada masa yang telah ditentukan dalam

    kontrak. Jumlah retensi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

  • 45

    B. Tinjauan atas Penerapan PSAP 07 Tentang Aset Tetap di KPP Pratama

    Jakarta Koja

    Pencatatan aset tetap di KPP Pratama Jakarta Koja menggunakan sistem aplikasi

    yang disebut dengan Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) dan

    Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).

    SAKPA adalah sistem akuntansi yang digunakan oleh para satuan kerja (satker)

    yang mendapatkan anggaran dari dana APBN untuk menghasilkan laporan keuangan

    yang terdiri dari neraca, realisasi anggaran belanja dan realisasi pendapatan negara.

    Laporan tersebut diperlukan sebagai bahan pertanggungjawaban atas pengelolaan

    keuangan di satuan kerjanya masing-masing.

    SIMAK-BMN adalah aplikasi yang digunakan untuk mencatat dan mengorganisir

    barang milik negara, mulai dari pembelian, transfer masuk-keluar antar instansi,

    sampai penghapusan dan pemusnahan barang milik negara. Pencatatan tersebut

    digunakan supaya membantu unit akuntansi kuasa pengguna anggaran (UAKPA)

    dalam menginventaris aset tetap yang ada di KPP tersebut.

    Aset tetap di KPP Pratama Jakarta Koja tidak terlalu banyak dibanding dengan

    kantor pelayanan pajak yang lain. Tanah di kantor ini dibeli pada tahun 2004 dengan

    menggunakan dana APBN. Adapun catatan yang ada di aplikasi adalah sebagai

    berikut:

  • 46

    Gambar III. 1 Kartu Identitas Barang Tanah

    Sumber: Kartu identitas barang Tanah KPP Pratama Jakarta Koja

    Aplikasi SIMAK-BMN tahun 2004 tercatat saldo tanah sebesar Rp2.950.000.000.

    Pada tahun 2008 terjadi revaluasi untuk aset tanah oleh Tim Penertiban Aset dari

    Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) sebesar Rp2.142.000.000

    sehingga terjadi kenaikan saldo menjadi Rp5.074.000.000. Pencatatan atas revaluasi

    ini dicatat di lembar catatan mutasi perubahan kartu identitas barang tanah yang lebih

    jelas dapat dilihat di gambar berikut.

    Gambar III. 2 Catatan Mutasi Perubahan

    Sumber: Catatan Mutasi Perubahan Tanah KPP Pratama Jakarta Koja

  • 47

    Revaluasi yang dilakukan oleh tim penertiban aset dari KPKNL jika mengacu

    pada PP 71 2010 dan PSAP 07 pada umumnya sesuai dengan standar akuntansi

    terkait. PP 71 2010 menekankan bahwa penilaian kembali atau revaluasi aset tetap

    pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintahan

    menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran.

    Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan

    pemerintah yang berlaku secara nasional, dalam hal ini terdapat pada Peraturan

    Menteri Keuangan nomor 109/PMK.06/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan

    Inventarisasi, Penilaian, Dan Pelaporan Dalam Rangka Penertiban Barang Milik

    Negara.

    Peraturan tersebut salah satunya mengatur tentang pembentukan tim penertiban

    aset yang pada tahun tertentu menginventarisasi barang milik negara dan menilai

    kembali aset yang ada di lingkungan pemerintah. Adapun PMK 109/PMK.06/2009

    mengatur sebagai revaluasi yaitu pada pasal 2, (1) Penertiban BMN dilakukan melalui

    kegiatan inventarisasi, penilaian, sertifikasi dan pelaporan seluruh BMN pada

    Kementerian Negara/Lembaga, dan pengamanan BMN yang berada dalam

    penguasaan Kementerian Negara/Lembaga. (2) Penertiban sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) dimaksudkim untuk mewujudkan penertiban dan pengamanan BMN

    secara tertib, efektif, efisien, dan akuntabel, baik secara administratif, hukum, maupun

    fisik. Penyimpangan ini dipandang tidak terlalu signifikan, karena tujuan daripada

    revaluasi ini dalam rangka penertiban barang milik negara. Akun tanah yang ada di

    dalam laporan SIMAK-BMN tersebut akan di-post dalam laporan keuangan dalam

  • 48

    bentuk Neraca pada akhir tahun oleh Bendahara. Berikut adalah akun tanah pada

    laporan SIMAK-BMN KPP Pratama Jakarta Koja tahun 2011.

    Tabel III. 1 Laporan CRBMN Tanah 2011

    Sumber: Laporan CRBMN Kuasa Pengguna Tahunan KPP Pratama Jakarta Koja

    Laporan tersebut akan diproses kembali menjadi neraca pada tahun 2011 yaitu

    sebagai berikut.

    Tabel III. 2 Neraca Bagian Aset KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011

    Sumber: Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011

  • 49

    Neraca tersebut selanjutnya akan direkonsiliasi di tingkat Kantor Wilayah setelah

    selesai dibuat, dan apabila ada perbedaan maka akan dilakukan koreksi.

    Peralatan dan mesin di KPP Pratama Koja memiliki nilai kedua terbesar di neraca

    setelah aset gedung dan bangunan. Untuk pencatatannya peralatan dan mesin dibagi

    menjadi dua yaitu Intrakomptabel dan Ekstrakomptabel. Peralatan dan mesin

    intrakomptabel mempunyai nilai persatuan melebihi Rp300.000, sedangkan

    ekstrakomptabel adalah peralatan dan mesin yang memiliki nilai perolehan dibawah

    Rp300.000.

    Setiap tahunnya, peralatan dan mesin di KPP Pratama Koja tidak ada

    penyusutannya. Menurut pegawai yang bertanggung jawab tentang barang milik

    negara, menjelaskan bahwa peralatan dan mesin di KPP Pratama Koja tidak

    disusutkan karena bukan wewenang dan tanggung jawab pengguna anggaran. Pihak

    terkait yang berhak dalam penyusutan aset tetap di kantor ini adalah pejabat di

    KPKNL Jakarta. Jika ada penyusutan maupun revaluasi, hal tersebut adalah

    wewenang KPKNL Jakarta. Sebagai perbandingan kenaikan maupun penurunan nilai

    aset peralatan dan mesin berikut adalah neraca KPP Pratama Jakarta Koja tahun 2010,

    2011, dan Mei 2012.

    Tabel III. 3 Neraca Bagian Aset Tetap KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2010

    Sumber: Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2010

  • 50

    Kolom kedua adalah saldo tahun 2010, sedangkan kolom ketiga merupakan saldo

    tahun sebelumnya yaitu tahun 2009. Terjadi peningkatan saldo sebesar

    Rp193.146.541.

    Tabel III. 4 Neraca Bagian Aset Tetap KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011

    Sumber: Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Tahun 2011

    Kolom kedua adalah saldo tahun 2011, sedangkan kolom ketiga merupakan saldo

    tahun sebelumnya yaitu tahun 2010. Terjadi penurunan saldo sebesar Rp41.312.142

    pada kolom keempat. Penurunan saldo ini diakibatkan dari koreksi nilai atas peralatan

    dan mesin oleh Tim Penertiban Aset dari KPKNL Jakarta. Sedangkan kolom kelima

    merupakan persentase peningkatan atau penurunan.

    Tabel III. 5 Neraca Bagian Aset KPP Pratama Jakarta Koja Mei 2012

    Sumber: Neraca KPP Pratama Jakarta Koja Mei 2012

    Jika diteliti, terdapat perbedaan saldo akhir tahun dengan saldo awal tahun

    berikutnya pada ketiga tabel diatas. Perlu diperhatikan bahwa perbedaan saldo akhir

    bukan kesalahan dari aplikasi maupun kesalahan input data, melainkan hasil dari

    rekonsiliasi dan koreksi bersama antara KPP Pratama Koja dengan Kanwil DJP

    Jakarta Utara.

  • 51

    Gedung dan bangunan di KPP Pratama Koja mulai dibangun pada tahun 2004 dan

    selesai pada tahun 2005. Gedung kantor tersebut dibangun menggunakan anggaran di

    APBN. Adapun catatan yang ada didalam aplikasi tentang saldo akun gedung dan

    bangunan KPP Pratama Jakarta Koja.

    Gambar III. 3 Kartu Identitas Barang Gedung dan Bangunan

    Sumber: Kartu Identitas Barang Gedung dan Bangunan KPP Pratama Jakarta Koja

    Tidak seperti akun gedung dan bangunan pada entitas bisnis yang disusutkan

    setiap tahunnya, akun gedung dan bangunan pada lingkungan pemerintahan

    khususnya KPP Pratama Jakarta Koja tidak disusutkan. Hal ini sama perlakuannya

    seperti peralatan dan mesin. Lebih jelasnya terlihat pada tabel III. 3, III. 4, dan III. 5

    diatas. Pada ketiga tabel tersebut tampak tidak ada perubahan pada saldonya antara

    tahun ke tahun.

  • 52

    Tabel III. 6 Laporan CRBMN Gedung dan Bangunan 2011

    Sumber: Laporan CRBMN Kuasa Pengguna Tahunan KPP Pratama Jakarta Koja

    Kemudian aset tetap selanjutnya adalah jaringan. Jaringan tersebut adalah Instalasi

    Komunikasi Elektronik (KOMLEK). Jaringan ini dibuat pada tahun yang sama saat

    pembuatan gedung yaitu tahun 2004.

    Tabel III. 7 Laporan CRBMN Jaringan 2011

    Sumber: Laporan CRBMN Kuasa Pengguna Tahunan KPP Pratama Jakarta Koja

    Jaringan yang termasuk dalam akun Jalan, Irigasi dan Jaringan serta masuk dalam

    jenis akun aset tetap tidak disusutkan karena sama perlakuannya terhadap akun

    peralatan dan mesin.

  • 53

    Ketika penulis melaksanakan Studi Lapangan di KPP Pratama Jakarta Koja,

    penulis dilibatkan dalam inventarisasi ulang BMN oleh penanggung jawab BMN di

    kantor tersebut. Dalam pelaksanaannya penulis menemukan adanya ketidakcocokan

    antara daftar barang ruangan yang ada di SIMAK-BMN dengan di lapangan. Hal ini

    menimbulkan ketidakakuratan dalam pencatatan di SIMAK-BMN tersebut.

    Secara keseluruhan, aset tetap yang berada di KPP Pratama Jakarta Koja sudah

    dicatat secara sistematis kedalam sebuah sistem yang bernama SIMAK-BMN.

    Kemudian sistem tersebut menghasilkan laporan yang selanjutnya akan dimasukkan

    kedalam SAKPA. Pencatatan aset tetap tersebut secara umum tidaklah bertentangan

    dengan PP 71 2010 maupun PSAP 07.

  • 54

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari uraian yang telah penulis sampaikan, ada beberapa hal yang dapat

    disimpulkan terkait tentang pencatatan aset tetap di KPP Pratama Jakarta Koja yaitu

    sebagai berikut:

    1. Aset tetap di KPP Pratama Jakarta Koja telah dicatat secara sistematis ke

    dalam aplikasi dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    2. Pencatatan aset tetap tersebut secara umum telah menerapkan PSAP 07

    tentang akuntansi aset tetap dan petunjuk teknisnya yaitu Buletin Teknis 09.

    3. Terdapat perbedaan pandangan mengenai revaluasi antara Peraturan

    Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 dengan Peraturan Menteri Keuangan

    (PMK) Nomor 109/PMK.06/2009. Pada PP 71 2010, penilaian kembali atau

    revaluasi tidak diperkenankan karena penilaian kembali atau revaluasi aset

    tetap pada umumnya menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan

    atau harga pertukaran. Sedangkan PMK 109/PMK.06/2009 mengatur bahwa

    revaluasi dilakukan pada rentang waktu tertentu untuk memutakhirkan data

    Barang Milik Negara.

  • 55

    4. Ketika melakukan inventarisasi ulang bersama dengan pegawai di KPP

    Pratama Jakarta Koja, terdapat perbedaan antara catatan daftar barang ruangan

    dengan barang yang berada di ruangan tersebut.

    B. Saran

    Setelah memberikan kesimpulan diatas, penulis juga bermaksud memberikan

    saran agar dapat memberikan masukan dan menyempurnakan praktik yang sudah ada.

    Adapun saran-saran tersebut adalah:

    1. Sebaiknya setiap satu semester dilakukan inventarisasi ulang agar barang yang

    dicatat tidak hilang atau tercecer.

    2. Apabila terdapat perbedaan antar peraturan, sebaiknya ditinjau ulang mana

    peraturan yang lebih spesifik dan diutamakan. PP 71 2010 mengatur tentang

    Standar Akuntansi Pemerintahan, sedangkan PMK 109/PMK.06/2009

    mengatur tentang Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi, Penilaian, Dan

    Pelaporan Dalam Rangka Penertiban Barang Milik Negara. Perlu diperhatikan

    bahwa kedua produk hukum tersebut berbeda tingkatannya, PP 71 2010 lebih

    tinggi dibanding dengan PMK 109/PMK.06/2009.

    3. Untuk ke depannya, dilakukan sosialisasi mengenai peraturan-peraturan

    mengenai pencatatan, penilaian, dan pengungkapan Barang Milik Negara di

    lingkungan Direktorat Jenderal Pajak khususnya di KPP Pratama Jakarta Koja.

  • 56

    DAFTAR PUSTAKA

    Baswir, Revrisond. 1998. Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta : BPFE

    Freeman, Robert J. dan Craig D. Shoulders. 2003. Governmental and Nonprofit

    Accounting. Person education, Prentice Hall. 7th edition.

    Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Buletin Teknis Standar Akuntansi

    Pemerintahan Nomor 09 Akuntansi Aset Tetap.

    Mulyana, Budi dan Margono. 2010. Pengantar Akuntansi Pemerintah Daerah.

    Tangerang Selatan: STAN-Press.

    Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

    Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

    Tanggung Jawab Keuangan Negara.

    Undang-Undang Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

    Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran

    Kementerian Negara/Lembaga.

    Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

    Pemerintah.

  • 57

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109 tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan

    Inventarisasi, Penilaian, Dan Pelaporan Dalam Rangka Penertiban Barang

    Milik Negara.

  • Lampiran 1

  • Lampiran 2

  • Lampiran 3

  • Lampiran 4

  • Lampiran 5

    1. COVER.pdf2. HALAMAN PERSETUJUAN.pdfIMG1_0001.pdfIMG1_0002.pdf3. KATA PENGANTAR.pdf4. DAFTAR ISI.pdf5. BAB I - HALAMAN BAB.pdf5. BAB I.pdf6. BAB II - HALAMAN BAB.pdf6. BAB II.pdf7. BAB III - HALAMAN BAB.pdf7. BAB III.pdf8. BAB IV - HALAMAN BAB.pdf8. BAB IV.pdf9. DAFTAR PUSTAKA.pdf10. LAMPIRAN.pdf