tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan...
TRANSCRIPT
1
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MENU MAKANAN
PADA BALITA DI DESA GUNUNGDUK GONDANGREJO
KARANGANYAR TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Siti Lestari
NIM : B11 048
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul : Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Menu Makanan Pada
Balita Di Desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar Tahun 2014. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu
syarat kelulusan Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari S.ST, selaku Ketua Prodi DIII STIKes Kusuma Husada
Surakarta
3. Ibu Kartika Dian Listiyaningsih, S.ST, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Bapak Ali Usman, selaku Kepala Desa Gunungduk Gondangrejo
Karanganyar, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam
pengambilan data.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
5
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah.
7. Bapak dan Ibu tercinta yang memberikan motivasi, dukungan dan biaya demi
keberhasilanku.
8. Teman-teman STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah bersama-sama
dalam menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
terdapat kekurangan, oleh karena itu diharapkan masukan dari semua pihak
berupa saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Surakarta, 2014
Penulis
iv
v
6
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2014
Siti Lestari
B11.048
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MENU MAKANAN PADA
BALITA DI DESA GUNUNGDUK GONDANGREJO KARANGANYAR
TAHUN 2014
xiv + 44 halaman + 17 lampiran + 5 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar belakang : Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi selain
ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia. Pada masa ini, pertumbuhan sangat cepat
diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan
sosial. Anak usia bawah 5 tahun (balita) mempunyai risiko yang tinggi dan harus
mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin tinggi faktor risiko yang berlaku
terhadap anak tersebut maka akan semakin besar kemungkinan anak menderita
kurang gizi. Hasil studi pendahuluan pada tanggal 23 Oktober 2013 melalui
wawancara dengan 10 ibu diketahui sebanyak 6 orang (60%) hanya dapat
menjawab tentang menu makanan balita dan sebanyak 4 orang (40%) dapat
menjawab tentang menu dan manfaat makanan yang diberikan kepada balita.
Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita di
desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar tahun 2014.
Metode Penelitian : jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai balita
di desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar. Sampel sebanyak 36 orang dengan
teknik sampling jenuh. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner.
Teknik analisis data adalah analisis univariat dengan program SPSS.
Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita di desa
Gunungduk Gondangrejo Karanganyar tahun 2014 pada tingkat baik sebanyak 5
responden (13,9%). Tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita di
desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar tahun 2014 pada tingkat cukup
sebanyak 24 responden (66,7%). Tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan
balita di desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar tahun 2014 pada tingkat
kurang sebanyak 7 orang (19,4%).
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita di Desa
Gunungduk Gondangrejo Karanganyar dalam kategori cukup.
Kata Kunci: Pengetahuan, menu makanan, balita
Kepustakaan: 25 literatur (Tahun 2006 s/d 2013)
vi
7
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Hidup harus dijalani dan harus selalu berusaha untuk mencapai keberhasilan,
karena hidup itu adalah dua pilihan yaitu siap menghadapi masalah dan risikonya
atau kita akan dikalahkan oleh masalah itu sendiri
Yakinlah bahwa kesabaran akan memberikan hasil yang terbaik untuk kita dalam
mencapai kesuksesan dan jangan berhenti sebelum kamu berhasil mencapai apa
yang kamu inginkan
PERSEMBAHAN :
Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta atas kasih sayang yang tidak
henti-hentinya memberikan doa dalam setiap
langkahku serta mendidik dengan penuh cinta tanpa
mengenal lelah
2. Kakak-kakakku tercinta Amin Tohar, Tri Nur
Hayati, Yunianto yang tak pernah lelah selalu
memberikan support dan memotivasi kepada penulis
3. Penghuni apartemen 99 yang selalumemberikan
keceriaan
4. Sahabatku yang selalu menemaniku dalam suka
maupun duka
5. Almamater tercinta
vii
8
CURICULUM VITAE
Nama : Siti Lestari
Tempat/Tgl Lahir : Sei Bahar IX, 30 Juli 1992
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tanjung Harapan RT 01/RW 01 Sungai Bahar Muaro
Jambi, Jambi
Institusi : Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta
Riwayat Pendidikan
1. SD N 179 Jambi Lulus Tahun 2005
2. SMP Muhammadiyah Jambi Lulus Tahun 2008
3. MA Al Muayyad Surakarta Lulus Tahun 2011
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta angkatan 2011
viii
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
CURRICULUM VITAE ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 5
F. Sistematika Penelitian ................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................................................... 8
1. Pengetahuan ......................................................................... 8
ix
10
2. Balita .................................................................................... 16
3. Menu Makanan .................................................................... 18
B. Kerangka Teori ........................................................................... 23
C. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 25
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 26
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 27
E. Definisi Operasional ................................................................... 27
F. Instrumen Penelitian ................................................................... 28
G. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 31
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ........................................ 32
I. Etika Penelitian........................................................................ ... 34
J. Jadwal Penelitian ........................................................................ 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................... 36
B. Hasil Penelitian .......................................................................... 37
C. Pembahasan ............................................................................... 40
D. Keterbatasan ................................................................................ 42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 43
B. Saran ........................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN x
11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penyusunan Menu Makanan 21
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel 27
Tabel 3.2 Kisi Kisi Kuisioner 28
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 37
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 37
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 38
Tabel 4.4 Nilai Mean dan Standar Deviasi 39
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Menu Makanan......................... 40
xi
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori……………………………………………... 23
Gambar 2.2 Kerangka Konsep…………………………………………... 24
xii
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Jawaban Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Validitas
Lampiran 5. Surat Jawaban Uji Validitas
Lampiran 6. Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 8. Hasil Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 9. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 10. Permohonan untuk Menjadi Responden
Lampiran 11. Persetujuan untuk Menjadi Responden
Lampiran 12. Kuesioner
Lampiran 13. Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 14. Hasil Kuesioner Responden
Lampiran 15. Hasil Penelitian dengan Program SPSS
Lampiran 16. Perhitungan Mean dan Standar Deviasi Secara Manual
Lampiran 17. Lembar Konsultasi
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan gizi dalam pembangunan kependudukan masih merupakan
persoalan yang dianggap menjadi masalah utama dalam tatanan kependudukan
dunia. Oleh karena itu, persoalan ini menjadi salah satu butir penting yang
menjadi kesepakatan global dalam Milleneum Development Goals (MDGs).
Setiap negara secara bertahap harus mampu mengurangi jumlah balita yang
bergizi buruk atau gizi kurang sehingga mencapai 15 persen pada tahun 2015
(Saputra dan Nurrizka, 2012).
Kementrian Kesehatan menyatakan bahwa saat ini Indonesia berada di
peringkat kelima negara dengan kekurangan gizi sedunia. Jumlah balita yang
kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut
merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah
yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian
timur Indonesia (Tarigan, 2013). Sedangkan untuk prevalensi provinsi Jawa
Tengah terdiri dari 3,3% gizi buruk dan 12,4% gizi kurang (Setiyani, 2013).
Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi selain ibu
hamil, ibu menyusui dan lanjut usia. Pada masa ini, pertumbuhan sangat cepat
diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan
sosial. Anak usia bawah 5 tahun (balita) mempunyai risiko yang tinggi dan
harus mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin tinggi faktor risiko yang
berlaku terhadap anak tersebut maka akan semakin besar kemungkinan anak
menderita kurang gizi (Kurniawati, 2012).
2
Masalah gizi berawal dari ketidakmampuan rumah tangga mengakses
pangan, baik karena masalah ketersediaan di tingkat lokal, kemiskinan,
pendidikan dan pengetahuan akan pangan dan gizi, serta perilaku masyarakat.
Kebiasaan makan dapat terbentuk sejak usia balita yang merupakan masa
penting dalam kehidupan seseorang karena pada masa inilah ditanamkan
sikap, kebiasaan dan pola tingkah laku yang memegang peranan menentukan
dalam perkembangan individu selanjutnya (Kusumawati dan Rahardjo, 2011).
Peran orang tua sangat penting dalam perkembangan anak, termasuk
dalam pemberian nutrisi. Asupan nutrisi berkaitan erat dengan makanan yang
diberikan. Balita dapat menderita kekurangan gizi lantaran kurangnya
perhatian orang tua terhadap kebutuhan nutrisi anak (Sumarno, 2011).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap
dan perilaku dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh
pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Keadaan gizi yang rendah
akan menentukan tingginya angka prevalensi kurang gizi secara nasional.
Ketidaktahuan tentang bahan makanan dapat menyebabkan pemilihan
makanan yang salah dan rendahnya pengetahuan gizi akan menyebabkan sikap
masa bodoh terhadap makanan tertentu (Maulana, dkk, 2012).
Kebutuhan zat gizi pada balita usia 1-3 tahun dan 3-5 tahun. Asupan
makanan yang bergizi amat penting untuk si balita agar bisa tumbuh dan
berkembang dengan optimal, maka orang tua perlu memastikan bahwa menu
yang disajikan bagi si balita memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya. Dalam
menu sehari misalnya terdapat sayuran, buah-buahan, biji-bijian, produk susu
dan sebagainya (Andini, 2013).
3
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 23 Oktober 2013 di desa
Gunungduk Kelurahan Bulurejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar diketahui bahwa ibu yang mempunyai balita di desa Gunungduk
Gondangrejo Karanganyar sebanyak 36 orang. Hasil wawancara dengan 10
ibu yang mempunyai balita diketahui sebanyak 6 orang (60%) hanya dapat
menjawab tentang menu makanan balita dan sebanyak 4 orang (40%) dapat
menjawab tentang menu dan manfaat makanan yang diberikan kepada balita.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Menu Makanan Balita di
Desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar Tahun 2014”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan
balita di desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar tahun 2014 ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita di desa
Gunungduk Gondangrejo Karanganyar tahun 2014.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita di
desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar tahun 2014 pada tingkat
baik.
4
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita di
desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar tahun 2014 pada tingkat
cukup.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita di
desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar tahun 2014 pada tingkat
kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya
dalam pengetahuan tentang menu makanan balita.
2. Bagi peneliti
Mendapat pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan.
3. Bagi institusi
a. Pendidikan
Sebagai referensi dan sumber bacaan meliputi pengetahuan tentang
menu makanan balita serta dapat dijadikan sebagai wawasan penelitian
selanjutnya.
b. Bagi lahan
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menambah
pengetahuan tentang menu makanan balita.
5
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Endah Purwatiningsih (2008), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu
tentang Gizi Balita di Kelurahan Prenggan Kotagede Yogyakarta”. Jenis
penelitian ini deskriptif dengan rancangan cross secitonal. Sampel
sebanyak 63 ibu yang mempunyai anak balita dengan teknik total
sampling. Teknik analisis data menggunakan deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik
sebanyak 35 orang (56%), berpengetahuan cukup sebanyak 20 responden
(32%) dan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 8 orang
(12%).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada variable
penelitian, waktu penelitian dan lokasi penelitian sedangkan persamaan
penelitian adalah pada teknik analisis data.
2. Novi Nilasari (2012), melakukan penelitian dengan judul “Tingkat
Pengetahuan Ibu yang Mempunyai Anak Balita Tentang Gizi Balita Desa
Pungsari Plupuh Sragen Tahun 2012”. Jenis penelitian adalah deskriptif
kuantitatif. Populasi seluruh ibu yang mempunyai anak balita dengan
sampel sebanyak 42 orang dengan teknik simple random sampling.
Teknik analisis menggunakan diskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi.
Hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan tingkat pengetahuan
baik sebanyak 5 orang (11,90%), berpengetahuan cukup sebanyak 32
6
responden (76,20%) dan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak
5 orang (11,90%).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada variabel
penelitian, waktu penelitian dan lokasi penelitian sedangkan persamaan
penelitian adalah pada teknik analisis data.
F. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah dalam penelitian ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika
penelitian
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini terdiri dari tinjauan teori tentang pengetahuan yang
meliputi pengertian, tingkat pengetahuan, cara memperoleh
pengetahuan, cara mengukur pengetahuan, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan. Teori tentang balita yang terdiri dari
pengertian dan perkembangan balita. Teori tentang menu makanan
balita yang terdiri dari pengertian, jenis makanan, manfaat,
kerangka teori dan kerangka konsep.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel,
7
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,
definisi operasional, metode pengolahan dan analisis data, etika
penelitian dan jadwal penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang deskripsi lokasi penelitian, hasil
penelitian, pembahasan serta keterbatasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Notoatmodjo (2010), mendefinisikan pengetahuan (knowledge)
adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan
what. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior).
b. Tingkatan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada enam tingkat pengetahuan yang
dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan
sebagainya.
8
9
2) Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,
aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4) Analisis (analysys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti
sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
10
5) Sintesa (syntesis)
Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya
dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional
atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern
atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Untuk lebih jelasnya
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
a) Cara coba – salah (trial and error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang
menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya
11
dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah
tersebut dapat terpecahkan.
b) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan
seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini
seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.
Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama,
pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang
otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
12
d) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
e) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah
dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak
orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,
terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai
wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau
penyelidikan manusia.
13
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui
intutif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan
cara yang rasional dan yang sistematis.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan perkembangan kebudayaan
umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini
manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan
cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pernyataan-pernyataan yang dikemukan. Apabila proses
pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang
khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan
deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus.
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat
umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman
empiris yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke
14
dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk
memahami suatu gejala.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi
berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada
kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa
yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
2) Cara ilmiah atau modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research metodology).
Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan
metode berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van
Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
a) Segala sesuatu yang positif yakni gejal tertentu yang muncul pada
saat dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
15
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
Menurut Widianti, dkk, (2007), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang
2) Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
3) Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa
mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya
positif maupun negatif
4) Fasilitas
Fasilitas–fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi,
majalah, koran, dan buku.
16
5) Penghasilan
Seseorang yang berpenghasilan cukup besar maka dia akan
mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas– fasilitas sumber
informasi.
6) Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
e. Pengukuran pengetahuan
Menurut Riwidikdo (2013), hasil untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ditunjukan pada skala pengukuran sebagai berikut :
1) Pengetahuan baik : (x) > mean + 1SD
2) Pengetahuan cukup : mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD
3) Pengetahuan kurang : (x) < mean – 1SD
2. Balita
a. Pengertian
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata
bawah lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan.
Balita merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran
program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan.
Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat
dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang
anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan
17
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya (Choirunisa, 2009).
b. Perkembangan balita
Menurut Choirunisa (2009), beberapa bentuk-bentuk
perkembangan yang terjadi pada balita antara lain adalah sebagai
berikut :
1) Perkembangan fisik
Di awal balita, pertambahan berat badan balita merupakan
singkatan bawah lima tahun, satu periode usia manusia dengan
rentang usia dua hingga lima tahun, ada juga yang menyebut dengan
periode usia prasekolah. Pada fase ini anak berkembang dengan
sangat pesat. Periode ini, balita memiliki ciri khas perkembangan
menurun disebabkan banyaknya energi yang terserap untuk
bergerak.
2) Perkembangan psikologis
Dari sisi psikomotor, balita mulai terampil dalam
pergerakannya (lokomotion), seperti berlari, memanjat, melompat,
berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk
mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang
atensi.
Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga
mulai terlatih seperti meronce, menulis, menggambar,
18
menggunakan gerakan pincer yaitu memegang benda dengan hanya
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis
atau mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan
ke mulutnya, mengikat tali sepatu. Dari sisi kognitif, pemahaman
tehadap obyek telah lebih baik. Kemampuan bahasa balita tumbuh
dengan pesat. Pada periode awal balita yaitu usia dua tahun kosa
kata rata-rata balita adalah 50 kata, pada usia lima tahun telah
menjadi diatas 1.000 kosa kata. Pada usia tiga tahun balita mulai
berbicara dengan kalimat sederhana berisi tiga kata dan mulai
mempelajari tata bahasa dari bahasa ibunya.
3. Menu Makanan
a. Pengertian
Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang
untuk sekali makan atau untuk sehari (Wachdani, dkk, 2012). Makanan
adalah produk pangan yang siap hidang atau yang langsung dapat
dimakan. Makanan biasanya dihasilkan dari bahan pangan setelah
terlebih dahulu diolah atau dimasak (Rosyidi, 2006).
Menu makanan adalah susunan hidangan makanan yang telah
ditetapkan, misalnya menu makanan sehari yaitu menu sarapan
(breakfast), menu makan siang (lunch) dan menu makan malam
(dinner), bahkan makan selingan berupa snack, puding atau minuman
(Ambarini, 2008).
19
Makanan seimbang merupakan makanan yang harus dimakan
untuk memastikan tubuh badan seseorang berfungsi dengan normal.
Makanan seimbang seharusnya memberikan tenaga. makanan yang
mencukupi kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak secara optimum,
kandungan fiber yang mencukupi dan kandungan bahan galian, vitamin
dan lemak. Makanan yang memberi tenaga dapat membina badan, dan
dapat menjauhkan diri dari penyakit. Makanan seimbang merupakan
salah satu faktor penting dalam rangka meningkatkan kesehatan
(Azida, 2009).
Pola menu makanan adalah cara memilih hidangan yang terdiri
dari olahan bahan pangan untuk dikonsumsi. Dalam menentukan pola
makan balita, seseorang harus memiliki pengetahuan mengenai bahan
makanan, jumlah kalori yang dikandung setiap makanan, pengetahuan
hidangan dan kebutuhan harian balita terhadap energi, karbohidrat,
lemak dan protein (Wachdani, dkk, 2012).
Pemilihan menu makanan harus meliputi semua golongan bahan
makanan yang dibutuhkan dengan memperhatikan keseimbangan
unsur-unsur gizi yang terkandung didalamnya. Keadaan tubuh sebagai
akibat keseimbangan antara konsumsi makanan yang seimbang dengan
penggunaan zat-zat gizi disebut sebagai status gizi seimbang atau biasa
disebut dengan status gizi normal. Kebutuhan gizi harian balita yang
tidak seimbang dengan makanan yang dikonsumsinya menyebabkan
malnutrisi atau gizi salah sehingga dapat berdampak buruk dalam
20
perkembangannya, baik secara fisik maupun mentalnya
(Wachdani, dkk, 2012).
b. Penyusunan menu makanan
Penyusunan pola menu makanan perlu memperhatikan menu
seimbang, anekaragaman hidangan dan kondisi orang tersebut. Pada
anak balita, kondisinya adalah dalam periode transisi dari makanan bayi
ke makanan orang dewasa, jadi masih memerlukan adaptasi. Pada umur
dua tahun ASI dihentikan dan makanan anak diganti dengan jenis
makanan orang dewasa yang dikonsumsi oleh keluarga pada umumnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun menu makanan yaitu
kandungan gizi harus lengkap sesuai dengan kebutuhan dan semua
bahan makanannya termasuk empat sehat. Empat sehat pada bahan
makanan meliputi makanan pokok, lauk pauk, sayur mayur dan buah.
Pemenuhan bahan makanan tersebut dalam penyusunan menu
merupakan upaya dalam penganekaragaman konsumsi makanan.
Walaupun balita usia 3-5 tahun telah dapat menkonsumsi makanan
yang diperuntukkan untuk seluruh keluarga, tetapi makanan tersebut
tidak boleh yang merangsang lambung, seperti pedas dan asam
(Wachdani, dkk, 2012).
Dalam menentukan pola menu makanan yang mengandung
energi, lemak, karbohidrat dan protein yang dibutuhkan balita, input
yang digunakan meliputi jenis kelamin, umur, berat badan dan tinggi
badan. Keempat input tersebut digunakan untuk mengetahui status gizi
balita serta menentukan kebutuhan energi, karbohidrat, lemak dan
21
protein yang sesuai dengan status gizinya. Proses untuk menentukan
pola menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan balita
(Wachdani, dkk, 2012).
Menurut Sulistyoningsih (2012), kebutuhan gizi untuk anak usia 1
– 5 tahun antara lain adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penyusunan Menu Makanan
Bahan makanan Porsi anak 1-3
tahun Energi:
1000 Kkal per hari
Porsi anak 4-5
tahun; Energi:
1.550 Kkal per
hari
Sumber karbohidrat-pati
(nasi, roti, kentang)
1 porsi senilai dengan:
· 4 sendok makan nasi
· 1 lembar roti tawar
· 1 buah kentang sedang
3 – 4 porsi
7-8 porsi
Lauk Pauk Hewani dan
Nabati: ikan, daging, telur,
ayam/unggas
Satu porsi senilai dengan:
· 1 butir telur ayam,
· 1 potong ayam dada
sebesar kotak korek api
· 1 potong ikan ukuran
sedang, 1 potong tenggiri
75 gram
· 2 potong tempe sebesar
@ kotak korek api
· 3 potong tahu sebesar @
kotak korek api
2-3 porsi
3-4 porsi
Sayuran
1 porsi: setengah mangkuk
sedang, ½ gelas belimbig
2 porsi 3-4 porsi
Buah 1 porsi senilai dengan:
· 1 buah jeruk sedang
· pepaya potong 1
mangkuk sendang
· apel setengah buah
2 porsi 3 porsi
Susu
· 1 gelas: 200 ml
2-3 gelas: 2-3 gelas;
c. Jenis asupan dan manfaatnya bagi balita
22
Menurut Dannci (2013), jenis asupan makanan dan manfaatnya
bagi balita antara lain :
1) Nasi, roti, sereal, dan gandum (oat) mengandung karbohidrat yang
sangat tinggi, selain itu juga terdapat serat larut, protein nabati,
vitamin, dan mineral. Karbohidrat bermanfaat sebagai sumber
energi bagi anak-anak untuk beraktivitas. Sumber karbohidrat lain
yang juga bisa dikenalkan adalah kentang dan umbi-umbian (ubi
jalar, misalnya).
2) Ikan, daging, ayam, telur, dan kacang-kacangan merupakan sumber
protein yang berperan sebagai zat pembangun. Biasanya anak yang
kurang asupan protein hewani, akan terhambat proses pertumbuhan.
3) Sayur-sayuran dan buah mengandung serat yang sangat dibutuhkan
dalam proses pencernaan makanan. Fungsinya membantu kerja
usus, sehingga memudahkan buang air besar dan mencegah susah
buang air besar pada anak.
4) Keju dan yoghurt merupakan produk turunan dari susu. Semua
produk dari susu mengandung banyak kalsium yang dibutuhkan
tulang dan sebagai pembentuk sel darah merah selain itu juga
mengandung mineral dan protein.
5) Mentega, margarin, dan minyak merupakan sumber lemak, selain
lemak bahan-bahan ini juga mengandung vitamin dan mineral.
Berfungsi sebagai sumber energi yang lebih efektif (dibandingkan
dengan karbohidrat dan protein) dan memberikan cita rasa enak.
23
B. Kerangka Teori
2.
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Widianti, dkk (2007), Wachdani, dkk (2012),
Dannci (2013) dengan modifikasi
Pengetahuan
Menu Makanan
Balita
1. Pengertian
2. Penyusunan menu
makann
3. Jenis asupan dan
manfaatnya
Faktor – faktor yang
berpengaruh terhadap
pengetahuan:
1. Pengalaman
2. Tingkat pendidikan
3. Keyakinan
4. Fasilitas
5. Penghasilan
6. Sosial budaya
Tingkat pengetahuan : 1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi
Ibu yang
mempunyai
balita
24
C. Kerangka Konsep Penelitian
Diteliti
Tidak Diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tingkat Pengetahuan
Ibu tentang Menu
Makanan Balita
Baik
Cukup
Kurang
Faktor – faktor yang
berpengaruh terhadap
pengetahuan:
1. Pengalaman
2. Tingkat pendidikan
3. Keyakinan
4. Fasilitas
5. Penghasilan
6. Sosial budaya
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu
penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan
di dalam suatu komunitas atau masyarakat, yang telah direncanakan sampai
matang ketika persiapan penelitian disusun dan datanya berbentuk angka atau
data kualitatif yang diangkakan. Metode ini digunakan untuk memecahkan
atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang
(Sugiyono, 2010). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan
variabel terikat atau variabel akibat akan dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Lokasi penelitian ini adalah di desa Gunungduk
Gondangrejo Karanganyar.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk
pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 24 Desember 2013.
25
26
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang
mempunyai balita di desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar
sebanyak 36 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Sugiyono,
2010). Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika
subjeknya besar atau lebih dari 100 maka dapat diambil 10 - 15%, atau 20-
25% atau lebih (Arikunto, 2010).
Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita di desa
Gunungduk Gondangrejo Karanganyar sebanyak 36 orang.
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono,
2010). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010).
27
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Variabel
dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu
tentang menu makanan balita.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional variabel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Parameter dan
kriteria
Alat ukur Skala
pengukuran
Pengetahuan
ibu tentang
menu
makanan
balita
Segala sesuatu
informasi yang
diketahui dan
dimengerti oleh ibu
tentang menu
makanan balita yang
terdiri dari pengertian,
penyusunan dan jenis
asupan serta manfaat
menu makanan
Baik bila (x) >
mean + 1 SD
Cukup :
bila mean - 1
SD x
mean + 1 SD
Kurang :
bila (x) <
mean – 1 SD
Kuesioner Ordinal
28
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen penelitian ini
menggunakan kuesioner. Jenis kuesioner dalam penelitian ini adalah
kuesioner tertutup. Menurut Sekaran (2006), kuesioner tertutup adalah
kuesioner yang bila responden hanya diberi kesempatan untuk memilih
jawaban yang telah disediakan yaitu jawaban benar dan salah.
1) Kisi-kisi kuesioner
Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Kisi-kisi kuesioner
Variabel Sub Variabel No. Item
Jumlah Favourable unfavourable
Tingkat
Pengetahuan
ibu tentang
menu
makanan
balita
Pengertian 1,2,4 3,5 5
Penyusunan
menu makanan
6,7,8,9,10 11,12,13 8
Jenis asupan
dan manfaat
14,15,16,17,18
,19,20,26,27*,
28,29,30*
21,22,23,24,
25*,31,32
19
20 12 32
* nomor kuesioner yang tidak valid
2) Cara penilaian
Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner ini adalah
skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan
memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau
pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar
dan salah (Hidayat, 2007). Jenis pernyataan kuesioner berupa favourable
yaitu pernyataan positif jika responden memilih jawaban “benar” nilai 1
(satu) jika “salah” nilai 0 (nol) sedangkan pernyataan unfavourable yaitu
29
pertanyaan negatif jika responden menjawab “benar” nilai 0 (nol) jika
“salah” nilainya 1 (satu). Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi
tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar.
Untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur
yang sahih atau tidak, maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Uji coba instrumen akan dilakukan kepada sebanyak 30 ibu yang
mempunyai balita di desa Jengglong, Bulurejo, Gondangrejo Karanganyar.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan
tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
seharusnya hendak diukur. Untuk mengetahui validitas item dalam
penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi product
moment. Rumus korelasi product moment adalah:
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi product moment
n : Jumlah responden
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS
(Statistical Program for Social Science) Ver. 16,0. Sebuah instrumen
}y - y{n }x x {
y) .x ( - xy)n.(
222 2nrxy
30
dikatakan valid apabila p value < 0,05 pada taraf signifikan 5%
(Ghozali, 2009).
Hasil uji validitas yang dilakukan pada tanggal 17 Desember
2013 diketahui bahwa sebanyak 29 item pernyataan dinyatakan valid
dimana p value < 0,05. Sedangkan sebanyak 3 item pernyataan yaitu
nomor 25, 27 dan 30 dinyatakan tidak valid karena p value > 0,05. Item
pernyataan yang tidak valid tersebut kemudian dibuang dan tidak
digunakan dalam pernyataan.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto,
2010).
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan
Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS Ver 16,0.
Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
t
b
k
kr
2
2
11 11 t2
b2
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrument
31
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2
= Jumlah varian butir
σt2
= Varians total
Dinyatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,70)
(Ghozali, 2009). Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai cronbach alpha
sebesar 0,870 > 0,70 sehingga dinyatakan reliabel.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa–peristiwa atau hal
sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung penelitian
(Arikunto, 2010). Pada teknik pengumpulan data dalam penelitian ini data
yang diperoleh terdiri dari :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung diambil dari
obyek atau subyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2013). Dalam
penelitian ini yang termasuk data primer adalah hasil kuesioner
pengetahuan ibu tentang menu makanan balita.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan tidak secara
langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dalam hal ini adalah jumlah
ibu yang mempunyai balita di desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar
sebanyak 36 orang.
32
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Proses pengolahan data menurut Arikunto (2010), adalah:
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari
kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian
dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing
dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak
sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap
dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data
selanjutnya.
c. Entry data
Kegiatan ini memasukkan data dalam program komputer untuk
dilakukan analisis lanjut.
d. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban
kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel.
2. Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis univariat yaitu menganalisis terhadap tiap variabel
dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan
33
prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Menurut Riwidikdo
(2013), hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan ditunjukan pada skala
pengukuran sebagai berikut :
a. Pengetahuan baik : (x) > mean + 1SD
b. Pengetahuan cukup : mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD
c. Pengetahuan kurang : (x) < mean – 1SD
Sebelum menentukan tingkat pengetahuan terlebih dahulu peneliti
menghitung nilai mean dan standard deviation. Menurut Riwidikdo
(2009), rumus menghitung nilai mean dan standard deviation yaitu :
a. Mean
Keterangan :
n : jumlah responden
xi : nilai responden
b. Standard deviation
Keterangan :
SD : Standard deviation
xi : nilai responden
n : jumlah responden
34
Perhitungan mean dan standar deviasi menggunakan program SPSS
(Statistical Package for Social Science) Versi 16,0, setelah didapatkan
hasil nilai mean dan standard deviation tiap responden kemudian hasil
tersebut dimasukkan dalam skala pengetahuan untuk menghitung distribusi
frekuensi responden.
Rumus untuk menghitung prosentase menurut Riwidikdo (2013), sebagai
berikut :
Jumlah ibu menurut tingkat pengetahuan
Skor Prosentase = –––––––––––––––––––––––––––––––––––––– x 100%
Jumlah responden
I. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007), masalah etika penelitian yang harus
diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Infomed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.
35
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
J. Jadwal Penelitian
Bagian ini menguraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun
proposal penelitian sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta
waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo,
2010). Jadwal penelitian terlampir.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Desa Gunungduk merupakan salah satu bagian Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dengan luas wilayah sekitar 3 Ha.
Jumlah penduduk Desa Gunungduk sebanyak 4.735 orang yang terdiri dari
2.164 laki-laki dan 2.571 perempuan. Dari jumlah perempuan tersebut terdiri
36 ibu yang mempunyai anak balita.
Batas wilayah Desa Gunungduk Gondangrejo Karanganyar meliputi :
1. Sebelah utara : Desa Cinet
2. Sebelah selatan : Desa Jengglong
3. Sebelah timur : Desa Jambu
4. Sebelah barat : Desa Watu Dakan
Jarak antara Desa ke Kelurahan sekitar 500 meter, jarak antara Desa ke
kecamatan sekitar 3 km, jarak antara Desa Gunungduk ke Kabupaten sekitar
5 km. Tempat pelayanan kesehatan yang ada di Desa Gunungduk
Gondangrejo Karanganyar adalah 1 BPS, 1 Polides dan 1 dokter praktek
swasta.
36
37
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik responden
Responden dari penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita di Desa
Gunungduk Gondangrejo Karanganyar. Karakteristik responden dalam
penelitian ini meliputi : umur, pendidikan dan pekerjaan. Karakteristik
responden diuraikan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Responden
Jumlah Persentase (%)
< 20 th
20-35 th
> 35 th
3
25
8
8,4
69,4
22,2
Jumlah 36 100
Sumber : Data primer, Mei 2014
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan hasil bahwa responden
dengan umur kurang dari 20 tahun sebanyak 3 orang (8,3%), umur 20 – 35
tahun sebanyak 25 orang (69,4%) dan lebih dari 35 tahun sebanyak 8
orang (22,2%), sehingga mayoritas responden berumur antara 20 – 35
tahun (69,4%).
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Responden
Jumlah Persentase (%)
SD
SMP
SMA
PT
3
10
18
5
8,3
27,8
50,0
13,9
Jumlah 36 100
Sumber : Data primer, Mei 2014
38
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan bahwa responden dengan
tingkat pendidikan SD sebanyak 3 orang (8,3%), pendidikan SMP
sebanyak 10 orang (27,8%), pendidikan SMA sebanyak 18 orang (50,0%)
dan Perguruan Tinggi sebanyak 5 orang (13,9%), sehingga mayoritas
tingkat pendidikan adalah SMA sebanyak 18 orang (13,9%).
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Responden
Jumlah Persentase (%)
IRT
Swasta
Wiraswasta
PNS
20
7
5
4
55,6
19,4
13,9
11,1
Jumlah 36 100
Sumber : Data primer, Mei 2014
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa responden
sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 20 orang (55,6%), swasta sebanyak 7
orang (19,4%), wiraswasta sebanyak 5 orang (13,9%) dan PNS sebanyak 4
orang (11,1%), sehinggga mayoritas responden adalah Ibu Rumah Tangga
(IRT) sebanyak 20 orang (55,6%).
2. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan nilai mean dan
standar deviasi dengan program SPSS seperti tertera pada tabel di bawah
ini :
39
Tabel 4.4 Nilai Mean dan Standar Deviasi dengan Program SPSS
Variabel Mean Std. Deviation
Tingkat pengetahuan ibu tentang menu
makanan balita 16,78 3,86
Sumber : Data primer, Mei 2014
Berdasarkan hasil nilai mean dan standar deviasi tersebut, kemudian
digunakan sebagai dasar perhitungan tingkat pengetahuan tentang menu
makanan balita menjadi 3 tingkat pengetahuan sebagai berikut :
a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh sebagai berikut :
: (x) > mean +1 SD
: (x) > 16,78 + 1 (3,86)
: (x) > 20,64
Jadi pengetahuan baik jika nilai responden > 20,64
b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh sebagai berikut :
: mean -1 SD x mean + 1 SD
: 16,78 – 1 (3,86 ) x 16,78 + 1 (3,86)
: 12,92 x 20,64
Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden : 12,92 x 20,64
c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh sebagai berikut :
: (x) < mean–1 SD
: (x) < 16,78 – 1 (3,86)
: (x) < 12,92
Jadi pengetahuan kurang jika nilai responden < 12,92
40
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Menu Makanan Balita
No Pengetahuan Frekuensi Prosentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
5
24
7
13,9
66,7
19,4
Jumlah 36 100
Sumber : Data Primer, Mei, 2014
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan
ibu tentang menu makanan balita di Desa Gunungduk Gondangrejo
Karanganyar pada kategori baik sebanyak 5 responden (13,9%), kategori
cukup sebanyak 24 responden (66,7%) dan kategori kurang sebanyak 7
orang (19,4%), jadi tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita
pada kategori cukup yaitu sebanyak 24 responden (66,7%).
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 36 responden menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita pada kategori
baik sebanyak 5 responden (13,9%), kategori cukup sebanyak 24 responden
(66,7%) dan kategori kurang sebanyak 7 orang (19,4%), jadi tingkat
pengetahuan ibu tentang menu makanan balita pada kategori cukup.
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan (knowledge) adalah hasil
tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”. Menurut
Widianti, dkk, (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain adalah pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan,
fasilitas, penghasilan dan social budaya.
41
Tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita adalah dalam
kategori cukup hal ini salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
dimana mayoritas ibu adalah SMA (50,0%). Menurut Widianti, dkk (2007)
menyatakan bahwa pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang
tingkat pendidikannya lebih rendah.
Tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita adalah dalam
kategori cukup juga dipengaruhi oleh pekerjaan responden di mana mayoritas
adalah oleh umur 20 – 35 tahun (69,44%). Umur berhubungan dengan
pengalaman seseorang. Menurut Widianti, dkk (2007) menyatakan bahwa
pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang
Mayoritas tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita adalah
dalam kategori cukup juga dipengaruhi oleh pekerjaan, di mana mayoritas
pekerjaan ibu adalah sebagai Ibu Rumah Tangga (55,6%). Ibu Rumah Tangga
mempunyai waktu yang lebih luang untuk mendapatkan akses informasi
misalnya dengan rutin berkunjung ke posyandu ataupun memperoleh
informasi dari media cetak maupun media elektronik (Purwaningsih, 2008).
42
D. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dan kendala dalam penelitian ini antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Kelemahan Penelitian
Kelemahan dalam penelitian ini adalah pada saat penelitian, banyak
responden yang kurang pahan tentang pernyataan yang diajukan pada
peneliti sehingga peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang kuesioner
tersebut.
2. Kendala penelitian
Kendala dalam penelitian ini yaitu :
a. Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga
tidak mengetahui apakah ibu sudah memberikan menu makannan yang
tepat kepada balitanya atau belum.
b. Kuesioner
Bentuk kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup di
mana responden hanya menjawab benar dan salah, sehingga kurang
memperoleh informasi secara lebih mendalam.
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita di desa Gunungduk
Gondangrejo Karanganyar tahun 2014 pada tingkat baik sebanyak 5
responden (13,9%).
2. Tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita di desa Gunungduk
Gondangrejo Karanganyar tahun 2014 pada tingkat cukup sebanyak 24
responden (66,7%).
3. Tingkat pengetahuan ibu tentang menu makanan balita di desa Gunungduk
Gondangrejo Karanganyar tahun 2014 pada tingkat kurang sebanyak 7
orang (19,4%).
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan hendaknya menambah sumber referensi, sumber
bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan menu
makanan balita.
2. Bagi Bidan atau Tenaga Kesehatan
Bagi bidan atau tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan melalui promosi kesehatan yaitu penyuluhan ke posyandu
khususnya tentang pemberian menu makanan balita.
43
44
3. Bagi Ibu yang mempunyai balita
Ibu yang mempunyai balita hendaknya meningkatkan pengetahuan tentang
menu makanan balita dengan mengikuti pendidikan kesehatan, membaca
buku, menonton televisi atau yang lain sehingga ibu dapat memberikan
menu makanan balita yang tepat bagi balitanya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan
mengembangkan variabel penelitian misalnya dengan mengembangkan
hubungan pemberian menu makanan balita dengan status gizi balita
ataupun juga melakukan observasi mendalam tentang menu makanan yang
dikonsumsi balita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarini. 2008. Menu Sehari-Hari Untuk Sebulan Golongan Darah B. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Andini. 2013. Gizi Pada Balita, Kebutuhan Gizi pada Balita. Diakses
www.duniaberbicara.com. 2 Juni 2014
Anonim. 2013. Kebutuhan Nutrisi Balita. Diakses
http://www.melindahospital.com. 1 Desember 2013
Azida. 2009. Makanan Seimbang. Diakses http://maribelajar.forumotion.com. 15
Nopember 2015
Choirunisa. 2009. Panduan Terpenting Merawat Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Moncer Publisher
Dannci. 2013. Jenis Asupan dan Manfaatnya bagi Balita. Diakses dari
www.makananbayi.org. 15 Nopember 2013
Ghozali, I. 2009, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Semarang
: Universitas Diponegoro.
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Kurniawati, 2012, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan
Status Gizi Balita Di Kelurahan Baledono, Kecamatan Purworejo,
Kabupaten Purworejo, Jurnal Komunikasi Kesehatan, Vol 3. No. 2
Kusumawati, E dan Raharadjo, S. 2011. Peran Ibu Dalam Pembentukan Pola
Konsumsi Makan Pada Balita Di Puskesmas II Sumbang Kabupaten
Banyumas. Prosiding Seminar Nasional. Purwokerto Fakultas Kedokteran
dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat dan Ilmu-Ilmu
Unsoed Purwokerto
Maulana, LAM, dkk. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan
Terhadap Status Gizi Siswa SD Inpres 2 Pannampu. Makasar : Program
Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Makassar
Nilasari, N. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu yang Mempunyai Anak Balita
Tentang Gizi Balita Desa Pungsari Plupuh Sragen Tahun 2012. Karya Tulis
Ilmiah. Surakarta : STIKes Kusuma Husada
Notoatmodjo, 2. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Pandi, E dan Wirakusumah. 2012. Panduan Lengkap Makanan Balita. Jakarta :
Plus
Purwaningsih, E. 2008. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita di
Kelurahan Prenggan Kotagede Yogyakarta. KTI. Yogyakarta : STIKES
Aisyiyah Yogyakarta
Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yokyakarta : Mitra Cendekia Press.
Rosyidi, D. 2006. Macam-macam Makanan Tradisional yang Terbuat dari Hasil
Ternak yang Beredar di Kota Malang. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Ternak. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Vol 1. No. 1
Saputra, W dan Nurrizka, RH. 2012. Faktor Demografi dan Risiko Gizi Buruk dan
Gizi Kurang. Makara, Kesehatan, Vol. 16, No. 2
Sekaran, U. 2006. Research Methods For Business (Metodologi Penelitian Untuk
Bisnis), Jakarta : Salemba Empat.
Setiyani, L. 2013. Hubungan Kejadian Anemia Pada Ibu Menyusui Dengan Status
Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan. Artikel Penelitian. Semarang : Program Studi Ilmu
Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Sulistyoningsih. H. 2012. Gizi Untuk Kebutuhan Gizi dan Anak. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Sumarno. 2013. 150 Balita di Sukoharjo Kekurangan Gizi. http://koran-
sindo.com. 15 Nopember 2013.
Tarigan, M. 2013. RI Negara di Urutan ke 5 yang Warganya Kurang Gizi.
http://www.tempo.com. 15 Nopember 2013.
Wachdani, R, dkk. 2012. Pengatur Pola Menu Makanan Balita Untuk Mencapai
Status Gizi Seimbang Menggunakan Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno
Fakultas Sains dan Teknologi, Malang : Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang
Widianti, dkk. 2007. Pengetahuan Pasien Mengenai Gangguan Psikosomatik dan
Pencegahannya di Puskesmas Tarogong Garut. Bandung : FIK-
Universitas Padjajaran