timbal tehadap infertilitas pria pada pekerja jalan tol dan tukang parkir

32
Makalah : Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dosen : dr. M. Furqaan Naiem, M.Sc., Ph.D PAPARAN TIMBAL TERHADAP INFERTILITAS PRIA PADA PENJAGA PINTU TOL DAN TUKANG PARKIR DI JALANAN WA ODE DITA ARLIANA P1807214003

Upload: wa-ode-dita-arliana

Post on 19-Nov-2015

57 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

TRANSCRIPT

Makalah: Kesehatan dan Keselamatan KerjaDosen : dr. M. Furqaan Naiem, M.Sc., Ph.D

PAPARAN TIMBAL TERHADAP INFERTILITAS PRIA PADA PENJAGA PINTU TOL DAN TUKANG PARKIR DI JALANAN

WA ODE DITA ARLIANAP1807214003

KONSENTRASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGAPROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATPASCASARJANA UNIVERITAS HASANUDDINMAKASSAR2015

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikanmakalah yang berjudul PAPARAN TIMBAL TERHADAP INFERTILITAS PRIA PADA PENJAGA PINTU TOL DAN TUKANG PARKIR DI JALANAN. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja .Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, Februari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Kata PengantariiDaftar IsiiiiDaftar TabelivDaftar GambarvBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah2C. Tujuan3BAB II PEMBAHASANA. Pengertian timbal4B. Pengertian Spermatogenesis, semen dan kelainan sperma5C. Pengertian Infertilitas9D. Proses masuknya timbal ke dalam tubuh11E. Mekanisme pajanan timbal terhadap infertilitas pria11F. Cara mencegah pajanan timbal14BAB III PENUTUPA. Kesimpulan16B. Saran16DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABELTabel 1 Komposisi Semen Manusia (Ganong, 2008 dalam Amirudin, 2012)8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Spermatogenesis5

iii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangIstilah logam berat adalah logam yang digunakan yang konsentrasinya lebih tinggi dari 5 g / cm3 dalam hal sifat fisik. Kelompok ini mencakup lebih dari 60 logam seperti timbal, kadmium, kromium, kobalt, tembaga, nikel, seng dan merkuri. Timbal di antara logam berat memiliki berbagai penggunaan di industri dan merupakan logam yang telah ditentukan efek racun. Ini adalah elemen yang ditemukan dalam jumlah kecil di alam, tetapi umum. Hal ini digunakan dalam berbagai bidang karena mudah untuk mendapatkan. Dengan demikian, ada paparan untuk Timbal dari berbagai sumber (Cakar, 2012).Saat ini, kehidupan manusia sangat bergantung pada kecanggihan teknologi dan produk-produk perindustrian. Namun tanpa disadari, banyak juga dampak negatif yang ditimbulkan, misalnya limbah industri yang mencemari air dan tanah, debu industri yang membahayakan para pekerja, asap kendaraan dan pabrik yang seringkali juga menyulitkan manusia. Berbagai zat polutan dan frekuensi pajanan yang cukup sering akan mengganggu kesehatan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering terpajan timbal, baik di rumah, lingkungan di luar rumah, maupun di tempat kerja. Sebagai negara yang tercemar timbal, Indonesia masuk dalam urutan ke-5 menurut Political and Economic Risk Consultancy Ltd (PERC), setelah India, Cina, Vietnam, dan Filipina. Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor yang mengandung antara lain timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox).2 Penggunaan bensin bebas timbal sampai tahun 2006 baru dilaksanakan di beberapa kota/daerah, antara lain di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cirebon, Batam, dan Bali.Ambang batas timbal di udara yang ditetapkan oleh WHO adalah 0,5 g/m3, Bandung merupakan kota ke-2 dengan tingkat pencemaran timbal yang cukup tinggi (2 3,5 g/m3) setelah Makassar (9 g/m3). Kadar timbal di beberapa daerah padat lalu lintas di Bandung terbukti melampaui ambang batas, misalnya kadar timbal di Alun Alun adalah 0,6 2,4 g/m3, jln. Merdeka 1,57 g/m3, dan jln. Ganesha 0,97 g/m3 (Habal, 2006 dalam Itisom, 2007).Prevalensi keracunan timbal pada penduduk di Amerika Serikat adalah 0,7 % dari survei yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 1999-2002 (Habal, 2006 dalam Itisom, 2007). Akibat efek negatif timbal berupa toksik multi organ pada manusia, maka dilakukanlah usaha yang kongkrit dengan menurunkan produksi timbal secara total di dunia dari 3,4 juta ton tahun 1970 menjadi 3,1 juta ton tahun 2000. Demikian juga usaha berupa larangan pemakaian bensin bertimbal pada kendaraan bermotor telah ditetapkan sejak KIT Bumi di Rio 1992 dan diikuti oleh negara seperti AS sejak 1980-an dan negara-negara di Asia Tenggara sejak 1990-an. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui efek dari timbal terhadap penurunan kualitas spermatozoa, baik pada hewan maupun pada manusia menunjukkan hasil berupa penurunan kualitas spermatozoa (Apostoli, 1998).Keracunan akut oleh timbal jarang sekali terjadi, namun paparan timbal dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan berbagai kelainan. Pada orang dewasa dapat menyebabkan gejala anoreksia, muntah, nyeri perut, diare atau konstipasi. Penderita akan mengalami sakit kepala, lesu, depresi, gangguan tidur berupa insomnia atau hipersomnolen, kadang berkelakuan agresif atau antisosial, tidak dapat berkonsentrasi. Pada paparan yang lebih berat dapat menyebabkan anemia mikrositik, neuropati motorik, hipertensi, hiperurikemia, dan gagal ginjal. Pada laki-laki dapat menurunkan libido, menurunkan jumlah sperma dan menyebabkan morfologi sperma yang abnormal sehingga mengakibatkan infertilitas. Pada wanita menyebabkan gangguan menstruasi, pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus spontan atau bayi lahir mati. Pada anak-anak yang dalam waktu lama terpapar timbal dapat menyebabkan gangguan proses belajar, menurunkan daya tangkap dan intelegensia. Anak mengeluh sakit kepala, menjadi iritatif, hiperaktif, sulit tidur, atau malah menjadi letargi, anoreksia tapi tidak muntah, perut sering kolik, diare atau konstipasi. Anemia juga dapat terjadi. Bila terdapat gejala nyeri perut, anemia hemolitik, gangguan neurologis termasuk sakit kepala, haruslah dicurigai keracunan timbal (Habal, 2006).B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut:1. Apa yang dimaksud dengan timbal ?2. Apa yang dimaksud dengan spematogenesis, Semen dan Kelaianan pada sperma ?3. Apa yang dimaksud dengan infertilitas pria ?4. Bagaimana proses masuknya timbal ke dalam tubuh ?5. Bagaimana Mekanisme pajanan timbal terhadap infertilitas pria ?6. Bagaimana cara mencegah pajanan timbal ?

C. TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian timbal, infertilitas pria, proses masuknya timbal kedalam tubuh pekerja pabrik baterai, mekanisme pajanan timbal pada pekerja pabrik baterai.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian TimbalTimbal merupakan logam berat berwarna kelabu kebiruan dengan densitas tinggi dan tahan korosi, terdapat secara universal dalam jumlah kecil pada batu-batuan, tanah, dan tumbuhan. Pada suhu 550-600C timbal akan menguap serta bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Sekitar 40% dari timbal digunakan sebagai logam, 25% sebagai logam campuran, dan 35% sebagai campuran kimia. Logam timbal banyak digunakan dalam industri bangunan, sebagai pelapis kabel, bahan dasar solder, bahan pengisi dalam industri mobil, pembuatan baterai, pemanas untuk mandi, kaleng makanan, piring keramik, kosmetik, cat rambut, krayon, dan mainan anak-anak. Oksida timbal digunakan dalam industri baterai, produksi karet, serta cat. Pemajanan di dalam rumah dapat melalui cat tembok, air minum, atau debu sehingga anak-anak pun dapat terpajan. Pekerja dalam bidang industri manufaktur, konstruksi bangunan, pertambangan, industri baterai, industri keramik, pengecoran logam tukang cat, dan pengrajin pot termasuk kelompok yang berisiko terpajan timbal. Batas pajanan timbal yang diperbolehkan menurut ABLES (Adult Blood Lead Epidemiologi and Surveillance) adalah 25g/dL, sedangkan menurut OSHA (Occupational Safety and Health Administration) adalah 40 g/dL (Panggabean, 2008).Timbal masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui inhalasi dan saluran pencernaan. Absorpsi melalui kulit terbatas pada senyawa organik (alkil timbal dan naftenat timbal). Timbal yang diabsorpsi diangkut oleh darah ke organ-organ lain, sekitar 95% terikat dengan eritrosit dan 1% terikat plasma. Timbal plasma dapat berdifusi ke jaringan kemudian disimpan dalam jaringan keras (tulang, rambut, kuku, dan gigi) dan jaringan lunak (sumsum tulang, sistem saraf, ginjal, hati, otak, kulit, dan otot rangka). Saat tubuh dalam keadaan stres, seperti hamil, menyusui, atau terserang penyakit kronis, timbal dari jaringan lunak akan dilepaskan ke dalam darah sehingga kadarnya meningkat,8 kemudian terjadi distribusi timbal antara jaringan keras dan lunak. Diperkirakan bahwa pembersihan separuh beban timbal tubuh memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sehingga walaupun dalam dosis kecil, timbal dapat menyebabkan keracunan. Timbal pun dapat menembus plasenta sehingga kadar timbal pada fetus berkaitan dengan kadar timbal maternal. Timbal di intraseluler berikatan dengan kelompok sulfhidril dan beberapa enzim seluler termasuk yang terlibat dalam sintesis heme. Selain itu, timbal juga berikatan dengan membran mitokondria dan mempengaruhi sintesa protein dan asam nukleat. Timbal terutama diekskresi oleh ginjal melalui urin, feses, keringat, dan pengelupasan epidermis kulit. Penyakit tulang (osteoporosis, fraktur) dapat meningkatkan pelepasan timbal dari tempat penyimpanannya sehingga kadarnya dalam darah juga meningkat. Timbal akan terakumulasi di tubuh manusia dan menimbulkan gangguan kesehatan karena dapat memberikan efek toksik pada berbagai sistem tubuh, antara lain saluran pencernaan (spasme usus halus, pigmentasi kelabu pada gusi), sistem hematopoietik (anemia hemolitik), sistem saraf (konvulsi, delirium, dan koma), ginjal (aminoasiduria, glikosuria, dan hiperfosfaturia), endokrin (per-tumbuhan tulang dan gigi terganggu), sistem reproduksi (berat badan lahir rendah, kelahiran prematur dan penurunan jumlah dan motilitas sperma).

B. Pengertian Spermatogenesis, Semen dan Kelainan Pada Sperma1. Spermatogenesis

Gambar 1. SpermatogenesisSpermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa. Spermatozoa merupakan sel yang dihasilkan oleh fungsi reproduksi pria (Junqueira dan Jose, 2007 Widodo, 2009). Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari sel germinal primordial yang disebut dengan spermatogonia. Spermatogonia berada pada dua atau tiga lapisan permukaan dalam tubulus seminiferus. Spermatogonia mulai mengalami pembelahan mitosis, yang dimulai saat pubertas, dan terus berproliferasi dan berdiferensiasi melalui berbagai tahap perkembangan untuk membentuk sperma (Guyton dan Hall, 2007 dalam Saragih, 2014). Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus selama masa seksual aktif akibat stimulasi oleh hormon gonadotropin yang dihasilkan di hipofisis anterior, yang dimulai rata-rata pada umur 13 tahun dan terus berlanjut hampir di seluruh sisa kehidupan, namun sangat menurun pada usia tua (Guyton dan Hall, 2007 dalam Saragih, 2014). Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia bermigrasi di antara sel- sel sertoli menuju lumen sentral tubulus seminiferus. Sel-sel sertoli ini sangat besar, dengan pembungkus sitoplasma yang berlebihan yang mengelilingi spermatogonia yang sedang berkembang sampai menuju bagian tengah lumen tubulus (Guyton dan Hall, 2007 dalam Saragih, 2014). Proses berikutnya adalah pembelahan secara meiosis. Pada tahap ini spermatogonia yang melewati lapisan pertahanan masuk ke dalam lapisan sel Sertoli akan dimodifikasi secara berangsur-angsur dan membesar untuk membentuk spermatosit primer yang besar. Setiap spermatosit tersebut, selanjutnya mengalami pembelahan mitosis untuk membentuk dua spermatosit sekunder. Setelah beberapa hari, spermatosit sekunder ini juga membelah menjadi spermatid yang akhirnya dimodifikasi menjadi spermatozoa (sperma) (Guyton dan Hall, 2007 dalam Saragih, 2014). Selama masa pergantian dari tahap spermatosit ke tahap spermatid, 46 kromosom spermatozoa (23 pasang kromosom) dibagi sehingga 23 kromosom diberikan ke satu spermatid dan 23 lainnya ke spermatid yang kedua (Sherwood, 2012 ). Keadaaan ini juga membagi gen kromosom sehingga hanya setengah karakteristik genetik bayi yang berasal dari ayah, sedangkan setengah sisanya diturunkan dari oosit yang berasal dari ibu. Keseluruhan proses spermatogenesis, dari spermatogonia menjadi spermatozoa, membutuhkan waktu sekitar 74 hari (Guyton dan Hall, 2007 dalam Saragih, 2014). Proses selanjutnya adalah pembentukan sperma. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid tetap memiliki sifat-sifat yang lazim dari sel-sel epiteloid, tetapi spermatid tersebut segera berdiferensiasi dan memanjang menjadi spermatozoa. Masing-masing spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor. Kepala terdiri atas inti sel yang padat dengan hanya sedikit sitoplasma dan lapisan membran sel di sekeliling permukaannya. Di bagian luar, dua pertiga anterior kepala terdapat selubung tebal yang disebut akrosom yang terutama dibentuk oleh apparatus Golgi. Selubung ini mengandung sejumlah enzim yang serupa dengan enzim yang ditemukan pada lisosom dari sel-sel yang khas, meliputi hialuronidase (yang dapat mencerna filamen proteoglikan jaringan) dan enzim proteolitik yang sangat kuat (yang dapat mencerna protein). Enzim ini memainkan peranan penting sehingga memungkinkan sperma untuk memasuki ovum dan membuahinya (Guyton dan Hall, 2007 dalam Saragih, 2014). Ekor sperma, yang disebut flagellum, memiliki tiga komponen utama yaitu (1) kerangka pusat yang secara keseluruhan disebut aksonema, yang memiliki struktur yang serupa dengan struktur silia yang terdapat pada permukaan sel tipe lain; (2) membran sel tipis yang menutupi aksonema; dan (3) sekelompok mitokondria yang mengelilngi aksonema di bagian proksimal ekor ( badan ekor) (Guyton dan Hall, 2007 dalam Saragih, 2014). Gerakan maju-mundur ekor (gerakan flagella) memberikan motilitas sperma. Gerakan ini disebabkan oleh gerakan meluncur longitudinal secara ritmis di antara tubulus posterior dan anterior yang membentuk aksonema. Sperma yang normal bergerak dalam medium cair dengan kecepatan 1 sampai 4 mm/menit. Kecepatan ini akan memungkinkan sperma untuk bergerak melalui traktus genitalia wanita untuk mencapai ovum (Guyton dan Hall, 2007 dalam Saragih, 2014). Proses selanjutnya setelah pembentukan sperma adalah pematangan sperma di epididimis. Setelah terbentuk di tubulus seminiferus, sperma membutuhkan waktu beberapa hari untuk melewati tubulus epididimis yang panjangnya 6 meter. Sperma yang bergerak dari tubulus seminiferus dan dari bagian awal epididimis adalah sperma yang belum motil, dan tidak dapat membuahi ovum. Akan tetapi, setelah sperma berada dalam epididimis selama 18-24 jam, sperma akan memiliki kemampuan motilitas (Guyton dan Hall, 2007 dalam Saragih, 2014). Kemampuan bergerak maju (motilitas progresif) yang diperoleh di epididimis, melibatkan aktivasi suatu protein unik yang disebut CatSper, yang berada di bagian utama ekor sperma. Protein ini tampaknya adalah suatu kanal Ca2+ yang memungkinkan influx Ca2+ generalisata c-AMP. Selain itu, spermatozoa mengekspresikan reseptor olfaktorius, dan ovarium menghasilkan molekul mirip odoran. Bukti-bukti terkini mengisyaratkan bahwa berbagai molekul ini dan reseptornya saling berinteraksi, yang memperkuat gerakan spermatozoa ke arah ovarium (Ganong, 2008 dalam Amirudin 2012).2. SemenCairan yang diejakulasikan pada saat orgasme, yakni semen (air mani), mengandung sperma dan sekret vesikula seminalis, prostat, kelenjar Cowper, dan mungkin kelenjar uretra (Tabel 1). Volume rerata per ejakulat adalah 2,5-3,5 mL setelah beberapa hari tidak dikeluarkan. Volume semen dan hitung sperma menurun cepat bila ejakulasi berkurang. Walaupun hanya diperlukan satu sperma untuk membuahi ovum, setiap milliliter semen normalnya mengandung 100 juta sperma. Lima puluh persen pria dengan hitung sperma 20-40 juta/mL dan pada dasarnya, semua pria dengan nilai hitung yang kurang dari 20 juta/mL dianggap mandul. Adanya banyak spermatozoa yang immotil atau cacat juga berkorelasi dengan infertilitas. Prostaglandin dalam semen, yang sebenarnya berasal dari vesikula seminalis, kadarnya cukup, namun fungsi turunan asam lemak in di dalam semen tidak diketahui (Ganong, 2008 dalam Amirudin, 2012). Sperma manusia bergerak dengan kecepatan sekitar 3 mm/menit melintasi saluran genitalia wanita. Sperma mencapai tuba uterina 30-60 menit setelah kopulasi. Pada beberapa spesies, kontraksi organ wanita mempermudah transportasi sperma ke tuba uterina, namun tidak diketahui apakah kontraksi semacam itu penting pada manusia (Ganong, 2008 dalam Amirudin, 2012).Tabel 1 Komposisi Semen Manusia (Ganong, 2008 dalam Amirudin, 2012)

Warna : putih Berat jenis spesifik : 1,028

pH : 7,35-750

Hitung sperma : Rerata sekitar 100 juta/mL, dengan bentuk abnormal kurang dari 20%

Komponen lain :

Fruktosa (1,5-6,5 mg/ml) Fosforilkolin, ergotionein Asam askorbat, flavin , prostaglandin Dari vesikula seminalis (membentuk 60% volume total)

SperminAsam sitrat Kolesterol, fosfolipid Fibrinolisin, fibrogenase Seng Fosfatase asam Dari prostat (membentuk 20 % volume total)

FosfatBikarbonat Dapar

Hialuronidase

3. Kelainan SpermaOligospermia idiopatik ditemukan bila konsentrasi sperma kurang dari 20 x106/mL tetapi lebih dari 10 x106/mL. Asthenospermia idiopatik pada kasus ini konsentrasi spermanya normal tetapi terdapat proporsi yang rendah dari spermatozoa dengan motilitas yang cepat. Teratozoospermia idiopatik ditemukan bila konsentrasi dan motilitas sperma normal tetapi morfologinya abnormal. Kriptozoospermia idiopatik didiagnosis bila tidak terdapat spermatozoa dalam sampel semen yang baru diambil, namun mulai terlihat beberapa spermatozoa setelah disentrifugasi (Al-Haija, 2011). Azoospermia obstruktif didiagnosa bila semen adalah azoospermia (tidak terdapat sperma dalam semen) namun pada biopsi testis menunjukkan terdapat banyak komplemen spermatogenik dalam tubulus seminiferus (Al-Haija, 2011). Terdapat banyak bukti kuat penyebab yang paling berperan dalam kejadian infertilitas pria seperti kanker testis, penurunan kualitas semen, andesensus testikularis, dan hipospadia akibat gangguan pemprograman embrional dan perkembangan gonad selama kehidupan janin (Al-Haija, 2011).C. Pengertian Infertilitas Pada PriaPasangan suami istri disebut infertilitas primer jika istri belum berhasil hamil walaupun bersanggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan berturut-turut. Pasangan disebut infertilitas sekunder jika istri pernah hamil, akan tetapi tidak berhasil hamil lagi walaupun bersanggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan berturut-turut. Infertilitas idiopatik adalah bentuk infertilitas yang setelah pemeriksaan lengkap kedua pasangan dinyatakan normal dan ditangani selama dua tahun tidak juga berhasil hamil.Menurut the Practice Committee of the American Society for Reproductive Medicine (ASRM), infertilitas didefinisikan sebagai suatu kegagalan untuk mencapai kehamilan setelah satu tahun melakukan hubungan seksual secara regular tanpa menggunakan alat kontrasepsi (Wein et al., 2012 dalam ). Sedangkan menurut The International Committee for Monitoring Assisted Reproductive Technology (ICMART) dan World Health Organization (WHO) tahun 2009 menyebutkan definisi infertilitas secara klinis bahwa infertilitas merupakan suatu penyakit sistem reproduksi yang ditetapkan dengan adanya kegagalan mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual secara regular tanpa menggunakan alat kontrasepsi (Zegers et al., 2009). Definisi klinis ini didesain sedemikian rupa untuk dapat mendeteksi sejak dini dan melakukan penatalaksanaan yang tepat pada kejadian infertilitas (Mascarenhas et al., 2012). Infertilitas pria akibat kerja dapat diartikan sebagai infertilitas bersumber dari suami yang didapat karena adanya pajanan suatu bahan di lingkungan kerja (Firman, 2012).Secara garis besar infertilitas dapat dibagi dua yaitu ( Al-Haija, 2011) : 1. Infertilitas primer: merupakan suatu keadaan dimana pria (suami) tidak pernah menghamili wanita (istri) meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur selama >12 bulan secara teratur tanpa kontrasepsi. 2. Infertilitas sekunder: merupakan suatu keadaan dimana pria (suami) pernah menghamili wanita (istri) tetapi kemudian tidak mampu menghamili lagi wanita (istri) meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur selama >12 bulan secara teratur tanpa kontrasepsi.

Terdapat tiga faktor yang menjadi indikator penting dalam memberikan informasi tentang fertilitas suatu pasangan di masa yang akan datang yaitu adanya hubungan seksual secara teratur, lamanya berusaha, tidak menggunakan kontrasepsi. Jika durasi infertilitas kurang dari 3 tahun, maka pasangan tersebut memiliki kesempatan yang lebih baik untuk hamil di waktu yang akan datang. Tetapi jika durasinya sudah cukup lama artinya lebih dari 3 tahun, maka kemungkinan terdapat masalah biologis yang berat pada pasangan tersebut ( Al-Haija, 2011).Penyebab infertilitas pria dapat berupa gangguan spermatogenesis yang bisa terjadi pratestis (misalnya hipo-gonadisme, kelebihan estrogen, kelebih-an androgen, kelebihan glukokortikoid, dan hipotiroidisme), atau pada testis (misalnya gangguan maturasi, hipo-spermatogenesis, sindroma sel Sertoli, sindroma Klinefelter, kriptorkidisme, orkhitis, dan lain-lain). Kelainan di luar organ testis, seperti varikokel dan hidrokel, dapat menyebabkan gangguan produksi sperma. Penyebab lain adalah gangguan fungsi sperma yang dapat disebabkan oleh pyospermia, hemo-spermia, terdapat antibodi antisperma, nekrozoospermia, dan astenozoo-spermia. Infertilitas pria bisa disebabkan juga oleh gangguan transportasi sperma, antara lain kelainan anatomi dari saluran-saluran yang dilewati sperma. Kelainan anatomi itu bisa berupa agenesis vas deferens maupun vesikula seminalis, hipospadia dan epispadia, obstruksi vas deferens atau epididimis yang bisa disebabkan TB epididimis, gonokokal epididimis, paska trauma, klamidial epididimis, serta mikoplasma epididimis. Kelainan anatomi yang didapat bisa disebabkan tindakan vasektomi (Panggabean, 2008). Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi fertilitas pria antara lain asupan gizi sehari-hari, kebiasaan merokok, penggunaan celana dalam yang terlalu ketat, narkoba, radiasi, pajanan terhadap logam berat, bersepeda, dan obat-obatan (Panggabean, 2008).D. Masuknya Timbal ke Dalam TubuhCara masuk yang paling penting untuk otimbal anorganik adalah sistem pernapasan dan pencernaan. Paparan sistem pernapasan sangat signifikan dalam keracunan timbal industri, sedangkan paparan sistem pencernaan lebih besar untuk masyarakat umum. Ada pula penyerapan kulit dari timbal dalam senyawa organik.Timbal memasuki tubuh melalui pernafasan, pencernaan atau kulit ditemukan dalam darah dan sebagian besar di eritrosit. Timbal terikat eritrosit dipindahkan semua organ tubuh dan disimpan dalam organ-organ tertentu. 95% timbal dalam darah yang terikat eritrosit mencapai semua organ bersama dengan aliran darah dan terutama terakumulasi dalam berbagai organ dan jaringan seperti hati, limpa, sumsum tulang dan ginjal (Cakar, 2012).Tulang adalah tempat utama dalam hal penyimpanan. 90% dari total Timbal dalam tubuh orang dewasa 'disimpan dalam kerangka (Sujoso, 2011). Juga, telah mengidentifikasi bahwa tingkat pengumpulan naik dengan meningkatnya usia. Selama kehamilan, menyebabkan terakumulasi di tulang daun tulang dan melewati dari ibu ke janin. Hal ini terlihat bahwa kelahiran prematur, aborsi, lahir mati dan bayi meningkat kematian sebagai akibat dari paparan timbal janin (Ilhan dalam. Jika Timbal masuk ke dalam tubuh dapat dicegah, setidaknya dua tahun harus lulus untuk penghapusan timbal karena paruh timbal biologis adalah sekitar 700-800 hari. Paruh timbal dalam darah adalah 25 hari, di jaringan lunak adalah 35-40 hari dan tulang lebih dari 20 tahun Cakar, 2012).

E. Mekanisme Pajanan Timbal Terhadap Infertilitas PriaPenelitian Sallmen tahun 2001 menunjukan bahwa studi kualitas air mani, memimpin adalah racun reproduksi manusia laki-laki di tingkat paparan PbB> 40 mg / dl. Ada bukti moderat bahwa kesuburan pria berkurang bahkan pada tingkat eksposur yang lebih rendah. Hasil penelitian tingkat kesuburan konsisten dalam menunjukkan hubungan antara paparan timbal dan mengurangi kesuburan. Sebuah penelitian di Italia mengungkapkan bahwa gas buang kendaraan bermotor bisa merusak sperma dan menurunkan kesuburan pria. Penelitian yang dilakukan terhadap 85 penjaga pintu tol yang terpajan timbal selama 6 jam setiap hari dan 85 pria dengan umur yang sama yang tinggal di daerah sekitar pintu tol sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sperma kedua kelompok tidak berkurang, hormon FSH, LH, dan testosteron yang dibutuhkan untuk spermatogenesis masih dalam batas normal, tetapi motilitas sperma menurun. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa kelompok sampel membutuhkan waktu rata-rata 15 bulan untuk membuat istri mereka hamil sedangkan kelompok kontrol hanya membutuhkan waktu setengahnya. Hal ini dihubungkan dengan tingginya nitrogen oksida, sulfur oksida, dan timbal di udara pada daerah pintu tol yang dapat menyebabkan kadar methaemoglobin meningkat dengan akibat menurunkan kualitas sperma (De Rossa, 2006).Penelitian dengan metode double-blind study terhadap kadar ion metal dan fungsi sperma dalam cairan semen telah dilakukan pada pasangan dari 140 wanita yang menjalani IVF (in vitro fertilization), kelompok kontrol merupakan sperma dari 9 donor fertil. Kelompok sampel belum diketahui penyebab infertilitasnya sedangkan kelompok kontrol spermanya dipajan-kan dengan timbal eksogen, hasilnya ternyata sperma kelompok kontrol mengalami perubahan yang sama dengan sperma kelompok sampel. Data yang didapat menunjukan kadar timbal dalam cairan semen yang tinggi akan mempengaruhi kemampuan sperma mengikat dan membuahi sel telur. Untuk membuahi sel telur, sperma harus mengikat sel telur terlebih dahulu, reseptor manosa yang terletak di bagian kepala sperma akan mengenali manosa di lapisan luar sel telur. Pengikatan yang berhasil akan menginduksi reaksi akrosomal di mana sperma melepaskan enzim hyaluronidase dan enzim proteolitik yang akan mencerna lapisan glikoprotein sel telur sehingga memudahkan sperma berpenetrasi, kemudian membran sel sperma berfusi dengan membran sel telur dan kepala sperma menancap pada sel telur sedangkan ekor sperma akan melepaskan diri. Kadar timbal yang tinggi dalam cairan semen menurunkan jumlah reseptor manosa, mengakibatkan sperma tidak mampu mengadakan reaksi akrosomal yang diinduksi manosa (mannose induced acrosome reaction/ MIAR) (Benoff, 2006). Selain itu, kadar timbal yang tinggi juga dapat menyebabkan reaksi akrosomal prematur sebelum sperma kontak dengan sel telur sehingga menghambat fertilisasi. Penurunan kesuburan bisa juga disebabkan timbal menggantikan kalsium yang esensial dalam proses spermatogenesis dan fungsi sperma (Bhattacharya, 2006). Pendapat yang menyatakan bahwa timbal mempe-ngaruhi program kematian sel prekusor sperma hanya terbukti pada hewan percobaan. Percobaan pada tikus yang ditingkatkan kadar timbal di testisnya ternyata mempengaruhi program kematian sel prekusor sperma, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendukung bahwa timbal berperan dalam penurunan jumlah sperma dengan cara mempengaruhi program kematian sel (McCornel, 2003). Peningkatan akumulasi timbal dalam tubuh semakin dipermudah bila seseorang mengon-sumsi alkohol, merokok, kurang olahraga, kadar laktosa meningkat, dan diet tinggi lemak (Wilson, 2003).Penelitian pada beberapa donor yang fertil menunjukkan bahwa timbal akan berinteraksi dengan HP2 (Human Protamine 2). Selama proses spermatogenesis, histon akan digantikan oleh protamin yang akan memadatkan dan melindungi DNA sperma. Pada manusia, zinc berperan pada stabilitas kromatin sperma dan berikatan dengan HP2. Timbal juga mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan HP2 dengan cara bersaing dengan zinc karena HP2 mempunyai afinitas yang hampir sama, akan tetapi HP2 juga mempunyai tempat pengikatan tambahan untuk timbal yang tidak berhubungan dengan zinc. Interaksi antara timbal dan HP2 akan menurunkan ikatan HP2-DNA melalui beberapa cara, yaitu perubahan langsung pada molekul protein, interaksi langsung dengan DNA, atau memindahkan HP2 dari tempat pengikatannya dengan DNA. Hal tersebut mengakibatkan gangguan pada kondensasi kromatin sperma dan meningkatkan kerusakan DNA, dengan begitu kesuburan akan menurun (Quintanilla, 2006).Penelitian di Taiwan dilakukan terhadap 163 pekerja industri batere dengan mengukur time to pregnancy (TTP), ternyata hanya 41 pasangan yang dapat menghasilkan kehamilan setelah terpajan timbal. Penelitian Apostoli et al. menyatakan TTP berhubungan dengan pajanan timbal di bawah 40 g/dl, sedangkan Sallmn et a.l menyatakan bahwa pria dengan kadar timbal di atas 30 g/dl relatif mempunyai kesuburan yang menurun(Shiau, 2006). Beberapa penelitian lain yang diungkapkan oleh Jensen et al. menyatakan kadar timbal di bawah 50 g/dl belum mempengaruhi TTP, sehingga masih diperlukan penelitian-penelitian selanjutnya (Jensen, 2006). Pengukuran TTP sebenarnya kurang sensitif karena sangat dipengaruhi berbagai faktor antara lain frekuensi koitus, faktor wanita seperti keadaan sel telur, abnormalitas bentuk rahim, dan lain-lain sehingga infertilitas tersebut belum tentu murni disebabkan oleh gangguan pada sel sperma. Penelitian di India dilakukan dengan sampel 95 pria pekerja industri cat yang terpajan timbal selama 7-15 tahun, dan 50 pria dengan status ekonomi yang sama sebagai kelompok kontrol. Pada kelompok sampel didapatkan densitas dan motilitas sperma yang memburuk dengan prevalensi tinggi bentuk kepala sperma yang abnormal. Fruktosa merupakan sumber energi utama untuk pergerakan sperma, adanya penurunan kecepatan gerak sperma mengindikasikan timbal mengganggu proses fruktolisis. Volume semen dan viskositas yang rendah, perpanjangan waktu likuefaksi, deviasi kadar fruktosa, kolesterol, dan protein cairan semen menunjukan adanya gangguan aktivitas sekresi vesikula seminalis dan prostat setelah terpajan timbal di tempat kerja. Selain itu, konsentrasi timbal yang tinggi dalam darah dan semen menurunkan kualitas sperma dan kesuburan, 40% pekerja mengalami masalah kesuburan, tanpa mempengaruhi kadar serum FSH, LH, dan testosteron (Naha,2006).Penelitian lain yang dilakukan Itisom dkk pada tahun 2007 di Surabaya dengan menggunakan 60 sampel yang tebagi atas 30 orang petugas parkir (kelompok terpapar berat) dan 30 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar timbal darah telah mempengaruhi konsentrasi sperma, berkorelasi terbalik dengan konsentrasi sperma, dan paparan timbal pada pria berada di bawah batas kesehatan yang direkomendasikan WHO. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pietersono tahun 2008 di Surabaya menunjukkan bahwa rata-rata morfologi sperma secara signifikan lebih rendah pada pekerja yang terpapar dibandingkan kontrol. Tingkat rata-rata morfologi sperma adalah 39,87 5,32% (pekerja yang terpapar), dan 50.53 8.41% (kontrol). Berarti kadar timbal dalam darah secara signifikan lebih tinggi pada pekerja yang terpapar, yaitu 1,8 kali lebih tinggi daripada kelompok kontrol (168,22 28,68 g / L dibandingkan 92,01 23,25 g / L). Kadar timbal darah berbanding terbalik dengan morfologi sperma. Kesimpulannya, tingkat timbal dalam darah telah mempengaruhi morfologi sperma, yang berbanding terbalik dengan morfologi sperma, dan berada di bawah batas berbasis kesehatan WHO-direkomendasikan untuk paparan timbal kerja pada subjek pria. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lubis pada tahun 2009 menemukn bahwa kualitas air mani secara signifikan lebih rendah pada pekerja yang terpapar dibandingkan kontrol. Tingkat rata-rata volume mani, sperma, motilitas sperma, sperma morfologi normal adalah, masing-masing: 2.43 0.68 mi, 27,63 10,16 (X 106 / ml), 44,17 4,26%. 39,87 5,32% (terkena pekerja), 3.32 1.01 ml, 38,99 14,46 (X 106 / ml), 60,33 7,15%, 50.53 8.41% (kontrol). Berarti kadar timbal dalam darah secara signifikan lebih tinggi pada pekerja yang terpapar, yaitu 1,8 kali lebih tinggi daripada kelompok kontrol (168,22 28,68 ug / L). Kadar timbal darah berbanding terbalik dengan kualitas semen.

F. Pencegahan Pajanan TimbalPencegahan keracunan timbal adalah mungkin seperti semua penyakit akibat kerja. Langkah-langkah yang harus diambil untuk mencegah pajanan untuk timbal yaitu pelindung SISTEM PERNAPASAN (MASKER): dapat direkomendasikan untuk penggunaan jangka pendek. Penggunaan masker selama jam kerja dapat membuat filter terhadapa emisi gas kendaraan yang masuk melalui saluran pernapasan terlebih kepada penjaga jalan tol, tukang parkir, polisi lalulintas maupun orang-orng yang pekerjaannya bersentuhan langsung dengan emisi gas kendaraan. KEBERSIHAN PRIBADI: Selama bekerja, para pekerja tidak boleh makan atau minum apa pun tanpa sepenuhnya membersihkan mulut, tangan dan wajah. Pada akhir kerja para pekerja sebaiknya mandi dengan bersih (Cakar, 2012).

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan1. Timbal merupakan logam berat berwarna kelabu kebiruan dengan densitas tinggi dan tahan korosi, terdapat secara universal dalam jumlah kecil pada batu-batuan, tanah, dan tumbuhan.2. Spermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa. Semen 3. Infertilitas pria akibat kerja dapat diartikan sebagai infertilitas bersumber dari suami yang didapat karena adanya pajanan suatu bahan di lingkungan kerja.4. Efek timbal terhadap infertilitas pria dapat melalui dua mekanisme utama. Pertama, timbal dapat menurun-kan jumlah reseptor manosa sehingga sperma tidak mampu mengadakan reaksi akrosomal atau dapat menyebabkan reaksi akrosomal prematur. Kedua, timbal akan bersaing dengan zinc untuk berikatan dengan protamin sehingga mengganggu stabilitas kromatin sperma. 5. Adapaun cara mencegah dari keterpaparan terhadap timbal adalah dengan penggunaan masker untuk perlindungan sistem pernapasan dan peningkatan personal hygiene.

B. SaranBagi pekerja perlunya perhatian yang lebih kepada diri sendiri dalam hal mencegah keterpaparan terhadap bahan-bahan kimia yang terdapat ditempatnya bekerja. Bagi pemerintah perlunya suatu program ataupun kebijakan yang dapat mengurangi emisi gas kendaraan sehingga masyarakat dapat hidup lebih sehat. Serta bagi para petugas kesehatan perlu lebih mensosialisasikan bahaya-bahaya kesehatan akibat keterpaparan oleh emisi gas kendaraan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Haija, Rania Wasef Mostafa. 2011. Main Causes of Infertility among Men Treated at Razan Centers in West Bank:Retrospective Study. Thesis , An-Najah National University Faculty of Graduate StudiesAmirudin. 2012. Pengaruh merokok terhadap kualitas sperma pada pria dengan masalah infertilitas : studi kasus kontrol di Jakarta tahun 2011 = The Effect of smoking on sperm quality in men with infertility problem :case control study in Jakarta in 2011. Tesis Universitas IndonesiaApostoli P, Kiss P, dkk. 1998. Male reproductive toricity of lead in animals and humans ASCLEPIOS Study Group. Occup Enviroi M"d 1998. 55:364-74.Benoff S, Jacob A, Hurley IR. Male infertility and environmental exposure to lead and cadmium. Hum Repro 2000; 6(2): 107-21.Benoff S., Centola G.M., Millan C., Napolitano B., Marmar J.L., Hurley I.R. 2003. Increased seminal plasma lead levels adversely affect the fertility potential of sperm in IVF. http://www.humrep.oxfordjournals.orgJune 1st, 2006. Bhattacharya S. 2003. Lead may cause mystery male infertility. http://www. newscientist.com, , May 28th, 2006. Cakar, Ilkhnur. 2012. Usage Of Lead In Industry And Determination Of Lead Exposure At Battery Manufacturing. Chemical Engineer, OHS Expert, ISGUMDe Rosa M., Zarrilli S., Paesano L., Carbone U., Boggia B., Petretta M., et al. 2003. Traffic pollutants affect fertility in men. http://humrep.oxfordjournals.org, Juni 1st, 2006. Firman, Sugih. 2012. Infertilitas Pria Akibat Kerja. CDK-195/ vol. 39 no. 7, th. 2012Gennart, Jean Phillipe, Jean Phiere B, dkk. Fertility of Male Workers Exposed to Cadmium, Lead or Maganese. American Journal of Epidemiologi Vol. 135, NO.11Habal R. 2006. Toxicity, Lead. http://www.emedicine.com. 13 Februari 2015 Itishom, Reny, Herry Sofyan Lubis. 2007. Perubahan Konsentrasi Spermatozoa Pada Pria Terpapar Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Di Surabaya Tahun 2007. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No 2, April 2011 : 67 72Imy. 2006. Bensin timbal terus mengancam. http://www.republika. co..id. 13 Februari 2015Jensen TK, Bonde JP, Joffe M. 2006. The influence of occupational exposure on male reproductive function. Occupational Medicine 2006 56(8):544-553. McConnell H. 2003. Lead in seminal plasma should be measured in infertility testing. http://www.docguide.com, August 25th, 2006. Naha N., Chowdury A.R. 2005. Toxic effect of lead on human spermatozoa: a study among pigment factory workers. http://www.ijoem.com, May 16th, 2006. Noviyanthi, Grace. 2014. Hubungan Antara Jumlah Leukosit Pada Cairan Semen Dengan Motilitas Sperma Pada Pria Pasangan Infertil Di Rumah Sakit Adenin Adenan Medan. Skripsi Universitas Sumatera UtaraPanggabean, Putri C.T, Sylvia Soeng dkk. 2008. Efek Pajanan Timbal terhadap Infertilitas Pria. JKM. Vol.8 No.1 Juli 2008: 87 93Pietersono, Onny, Herry Sofyan Lubis. 2008. Perubahan Morfologi Spermatozoa pada Pria Terpapar Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_Perubahan%20Morfologi%20Spermatozoa%20pada%20Pria%20Terpapar%20Emisi%20Gas%20Buang%20Kendaraan%20Bermotor_464_238Quintanilla-Vega B., Hoover D.J., Bal W., Silbergeld E.K., Waalkes M.P., Anderson L.D. 2000. Lead interaction with human protamine (HP2) as a mechanism of male reproductive toxicity. Chem Res Toxicol, 13: 594-600, September 5th. 2006. Sallmen, Markku. 2001. Exposure To Lead And Male Fertility. International Journal of Occupational Medicine and Environmental Health. Vol. 14. No. 3, 219222, 2001Saragih, Chandra F. 2014. Analisa Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas Di RS Jejaring Departemen Obgin FK USU Periode Januari 2012-Desember 2013. Skripsi Universitas Sumatera UtaraShiau C.Y., Wang J.D., Chen P.C. 2004. Decreased fecundity among male lead workers. http://oem.bmjjournals.com, May 1st, 2006. Sujoso , Anita Dewi Prahastuti. 2011. Tempat Kerja Dan Bahaya Reproduksi.Jurnal Universitas JemberVega BQ, Hoover DJ, Bal W. Lead interaction with human protamin (HP2) as a mechanism of male reproductive toxicity. Chem Res Toxicol, 2000. 13 (7), 594-600. Walhi. 2004. Advokasi pencemaran udara. http://www.walhi.or..id. 13 Februari 2015. Widodo, Fajar Taufik. 2009. Hubungan Antara Jumlah Leukosit Dengan Motilitas Sperma Pada Hasil Analisa Sperma Pasien Infertilitas Di RSUP Dr Kariadi Semarang. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.Willson M. 2003. US researchers find first conclusive evidence that lead linked to male infertility. http://www. eurekalert.org, May 28th, 2006.